Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KEBUTUHAN KHUSUS PADA PERMASALAHAN


EKONOMI (KEMISKINAN DAN BANYAK ANAK)

Dosen Pembimbing : Indri Aulia Rifni, M.Tr.Keb

DISUSUN OLEH :

LINDRI GUSMITA

WULAN CITRA MADURANI

NOPYA LARASSATI

DANISA ASYURA

WIDYA SARI

RIZKA ALAWIYAH

INTANA AYUTIA DARA

INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA


TAHUN PELAJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya yang
begitu besar, kita dapat menyelesaikan makalah ini dengan harapan dapat bermanfaat
dalam menambah ilmu dan wawasan kita.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah, adapun judul
makalah ini adalah ‘’ KEBUTUHAN KHUSUS PADA PERMASALAHAN EKONOMI
(KEMISKINAN DAN BANYAK ANAK) ‘’. Dalam membuat makalah ini, dengan
keterbatasan ilmu pengetahuan yang kami miliki, kami berusaha mencari sumber data
dari berbagai sumber informasi, terutama dari media internet. Kegiatan penyususnan
makalah ini memberikan saya tambahan ilmu pengetahuan yang dapat bermanfaat bagi
kehidupan kami dan semoga bagi para pengguna makalah ini.
Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada semua pihak
yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu per satu, yang sangat membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Sebagaai manusia biasa, kami sadar bahwa dalam pembuatan makalah ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saya harap adanya kritik dan saran dari makalah
kami ini.
Akhir kata, saya ucapkan terimakasih. Semoga Allah SWT membimbing kita
semua dalam naungan kasih dan sayang-Nya.

Bukittinggi, 03 November 2022

Penulis

Kelompok 3, S1 Kebidanan | ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………….….………..….i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………...…..ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………..…………….iii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………….…………...4
A. Latar Belakang…………………………………………………………………………..4
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………...…............5
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………..……………....…....5
BAB III PEMBAHASAN…..………………………………………...………………….……..…6
A. Pengertian kemiskinan………………………………………...……………………6
B. Jenis- jenis kemiskinan………………………………………………...…………...6
C. Penyebab kemiskinan………………………………………………………...…….7
D. Dampak kemiskinan…………………………………………………………………8
E. Hubungan perempuan dan kemiskinan…………………………………..............9
F. Pengertian anak banyak………………………………………………….............12
G. Dampak bila punya banyak anak….……………………………………………...13
H. Peran bidan dalam pemberdayaan perempuan dan keluarga…………………13

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………………………...14


A. Kesimpulan……………………………………………………………..…............14
B. Saran……………………………………………………………………………….14
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..……............15

Kelompok 3, S1 Kebidanan | iii


BAB 1
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan secara ekonomi untuk memenuhi
standar hidup rata-rata masyarakat di suatu daerah. Kondisi ketidak mampuan ini
ditandai dengan rendahnya kemampuan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan pokok
baik berupa pangan, sandang, maupun papan. Kemampuan pendapatan yang rendah ini
juga akan berdampak berkurangnya kemampuan untuk memenuhi standar hidup rata-
rata seperti standar Kesehatan masyarakat dan standar pendidikan. Kondisi masyarakat
yang disebut miskin dapat diketahui berdasarkan kemampuan pendapatan dalam
memenuhi standar. Pada prinsipnya, standar hidup di suatu masyarakat tidak sekedar
tercukupinya kebutuhan akan pangan, akan tetapi juga tercukupinya kebutuhan akan
Kesehatan maupun pendidikan. Tempat tinggal ataupun pemukiman yang layak
merupakan salah satu dari standar hidup atau standar kesejahteraan masyarakat di suatu
daerah. Berdasarkan kondisi ini, suatu masyarakat disebut miskin apabila memiliki
pendapatan jauh lebih rendah dari rata-rata pendapatan sehingga tidak banyak memiliki
kesempatan untuk mensejahterakan dirinya. Kemiskinan adalah fenomena multi
dimensional. Oleh sebab itu, masalah kemiskinan harus didekati dari berbagai aspek,
termasuk di antaranya aspek gender. Hal ini perlu dilakukan karena laki-laki dan
perempuan mengalami kemiskinan secara berbeda dan memiliki kapasitas berbeda
untuk melepaskan diri dari belenggu kemiskinan. Perbedaan tersebut lahir dari
ketimpangan gender yang berpadu dengan ketimpanganketimpangan lain yang dialami
kelompok miskin. Semua ini melahirkan situasi yang membuat perempuan adalah
kelompok termiskin di antara orang miskin

Kelompok 3, S1 Kebidanan | 4
B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa pengertian kemiskinan
b. Bagaimana jenis-jenis kepemimpinan
c. Apa penyebab kemiskinan
d. Apa dampak kemiskinan
e. Bagaimana hubungan perempuan dan kemiskinan
f. Apa pengertian anak banyak
g. Apa dampak bila punya banyak anak
h. Bagaimana peran bidan dalam pemberdayaan perempuan dan keluarga

C.TUJUAN
a. Mengetahui pengertian kemiskinan
b. Mengetahui jenis-jenis kepemimpinan
c. Mengetahui penyebab kemiskinan
d. Mengetahui dampak kemiskinan
e. Mengertahui hubungan perempuan dan kemiskinan
f. Mengetahui pengertian anak banyak
g. Mengetahui dampak bila punya banyak anak
h. Mengetahui peran bidan dalam pemberdayaan perempuan dan keluarga

Kelompok 3, S1 Kebidanan | 5
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN KEMISKINAN
Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan secara ekonomi untuk memenuhi
standar hidup rata-rata masyarakat di suatu daerah. Kondisi ketidakmampuan ini ditandai
dengan rendahnya kemampuan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan pokok baik
berupa pangan, sandang, maupun papan. Kemampuan pendapatan yang rendah ini juga
akan berdampak berkurangnya kemampuan untuk memenuhi standar hidup rata-rata
seperti standar Kesehatan masyarakat dan standar pendidikan

2. JENIS-JENIS KEMISKINAN
A. Kemiskinan Sujektif
Kemiskinan subjektif adalah arti kemiskinan yang dipandang dari beberapa realitas sosial
yang umumnya berkaitan dengan penilaian kemiskinan. Sehingga dalam kemiskinan
subjektif dapat dilihat dari perilaku, spiritual, kemampuan intelektual, emosional, dan
relasional. Contoh Kemiskinan Subjektif
➢ Merasa uang yang dimiliki sangat terbatas
➢ Belum memiliki rumah
➢ Belum memiliki penghasilan sendiri
➢ Tidak memiliki asuransi kesehatan
➢ Belum befmanfaaat bagi orang lain
➢ Merasa kurang pengalaman

B. Kemiskinan Alamiah
Kemiskinan alamiah adalah jenis kemiskinan yang terjadi karena kurangnya masyarakat
dalam dalam SDA (Sumber Daya Alam), hal ini seringkali didasarkan pada tandusnya
kondisi tanah, seringkali terkena bencana alam, dan sektor lainnya yang berhubungan
dengan alam sekitar

Kelompok 3, S1 Kebidanan | 6
C. Kemiskinan Absolut
Kemiskinan absolut merupakan kemiskinan yang menjadikan suatu kondisi di mana
pendapatan seorang individu atau sekelompok orang berada dibawah garis kemiskinan.
Sehingga individu atau kelompok orang tersebut akan kesulitan untuk mencukupi serta
memenuhi kebutuhan standarnya seperti sandang, pangan dan papan yang diperlukan
untuk dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Garis kemiskinan yang dimaksud dalam
pengertian kemiskinan absolut adalah pengeluaran rata-rata atau konsumsi rata-rata
seorang individu untuk memenuhi kebutuhan pokok yang berkaitan dengan pemenuhan
standar kesejahteraan individu tersebut. Jenis kemiskinan absolut, merupakan jenis
kemiskinan yang paling banyak dipakai sebagai sebuah konsep untuk menentukan
maupun mendefinisikan kriteria seorang individu maupun kelompok orang miskin atau
tidak.
D. Kemiskinan Relatif
Kemiskinan relatif merupakan bentuk kemiskinan yang dapat terjadi, karena adanya
pengaruh dari kebijakan pembangunan yang tidak menjangkau ke seluruh lapisan
masyarakat. Sehingga dapat menyebabkan adanya ketimpangan-ketimpangan
pendapatan serta ketimpangan standar kesejahteraan di negara tersebut.daerah yang
belum mendapatkan jangkauan program pembangunan, dikenal dengan sebutan daerah
tertinggal.
E. Kemiskinan Kultural
Kemiskinan kultural merupakan bentuk kemiskinan yang dapat terjadi, karena akibat dari
adanya sikap serta kebiasaan seorang individu maupun masyarakat yang umumnya
berasal dari budaya dan adat istiadat yang umumnya relatif tidak ingin memperbaiki taraf
hidupnya dengan cara-cara modern. Kebiasan-kebiasan yang disebutkan dapat berupa
kebiasaan bersikap malas, kurang kreatif, pemborosan dan sikap relatif yang bergantung
pada pihak lain.
F. Kemiskinan Struktural
Berbeda dengan kemiskinan kultural, kemiskinan struktural merupakan bentuk dari
kemiskinan yang disebabkan oleh rendahnya akses masyarakat terhadap sumber daya
yang umumnya terjadi pada suatu tatanan sosial dan budaya maupun sosial politik yang

Kelompok 3, S1 Kebidanan | 7
kurang mendukung pembebasan kemiskinan masyarakat di suatu negara. Umumnya,
kemiskinan struktural terkadang memiliki unsur diskriminatif.

3. PENYEBAB KEMISKINAN
Seperti yang telah dijelaskan, kemiskinan merupakan salah satu permasalahan sosial
yang sulit diurai dan kerap kali terjadi di negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Kemiskinan dapat terjadi karena ada beberapa faktor yang menjadi penyebab kemiskinan
tersebut. Berikut adalah faktor-faktor penyebab kemiskinan.
A. Laju Pertumbuhan Penduduk yang Tinggi
Angka kelahiran yang tinggi di suatu daerah dapat mengakibatkan laju pertumbuhan
penduduk suatu negara menjadi lebih besar. Sehingga, dapat menyebabkan lapangan
pekerjaan yang tersedia menjadi terbatas untuk dapat merekrut masyarakat yang
membutuhkan pekerjaan demi mendapatkan gaji agar dapat membeli kebutuhan
pokoknya. Selain itu, apabila laju pertumbuhan penduduk tinggi tetapi tidak sebanding
dengan laju pertumbuhan ekonomi. Maka akan mengakibatkan angka kemiskinan
semakin meningkat.
B. Masyarakat Pengangguran Meningkat
Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi dapat menyebabkan lapangan kerja yang ada
di suatu negara menjadi terbatas. Sehingga, angka pengangguran di daerah tersebut
akan meningkat. Semakin banyak masyarakat yang pengangguran, maka angka
kemiskinan pun akan meningkat.
C. Pendidikan yang Rendah
Individu yang memiliki pendidikan yang rendah, cenderung tidak memiliki keterampilan,
wawasan maupun pengetahuan yang memadai untuk mendapatkan pekerjaan.
Sehingga, masyarakat yang berpendidikan rendah tidak dapat bersaing dengan
masyarakat yang memiliki pendidikan tinggi di dunia kerja maupun usaha. Hal inilah yang
membuat masyarakat berpendidikan rendah kalah saing dan membuat angka
pengangguran serta kemiskinan menjadi bertambah.
D. Terjadi Bencana Alam
Bencana alam dapat menjadi faktor penyebab terjadinya kemiskinan yang tidak dapat
dihindari. Bencana alam seperti banjir, tanah longsor maupun tsunami dapat

Kelompok 3, S1 Kebidanan | 8
menimbulkan kerusakan pada infrastruktur serta kerusakan psikologis masyarakat yang
tertimpa bencana. Selain itu, bencana alam dapat menjadi penyebab kemiskinan, karena
masyarakat yang terdampak bencana tersebut akan kehilangan harta bendanya.
E. Distribusi Pendapatan yang Tidak Merata
Distribusi pendapatan yang tidak merata dapat menyebabkan terjadinya ketimpangan
pada pola kepemilikan sumber daya. Umumnya, masyarakat yang memiliki sumber daya
terbatas serta rendah umumnya berada di bawah garis kemiskinan.

4. DAMPAK KEMISKINAN
Kemiskinan sebagai mana permasalahan sosial dapat memberikan dampak pada
individu tersebut serta masyarakat luas. Kemiskinan juga dapat memberikan dampak-
dampak lain, berikut penjelasannya.
A. Meningkatnya Kriminalitas di Suatu Daerah
Kemiskinan dapat menjadi salah penyebab terjadinya kriminalitas. Hal ini dikarenakan
masyarakat miskin akan cenderung ingin memenuhi kebutuhan pokoknya dengan
menggunakan cara apa pun, termasuk dengan kriminalitas. Beberapa bentuk kriminalitas
yang dapat dilakukan oleh seorang individu adalah penipuan, pencurian, perampokan
serta pembunuhan.
B. Angka Kematian Meningkat
Masyarakat miskin yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pokoknya akan kesulitan
untuk mendapatkan akses kesehatan yang memadai untuk dirinya dan keluarganya.
akses kesehatan yang sulit tersebut dapat menyebabkan angka kematian suatu
penduduk menjadi meningkat, terutama angka kematian masyarakat miskin.
C. Akses Mendapatkan Pendidikan Tertutup
Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, biaya pendidikan yang harus
dibayarkan oleh seorang individu cukup tinggi, sehingga hal tersebut akan menutup
akses masyarakat miskin untuk mendapatkan pendidikan. Padahal, salah satu penyebab
kemiskinan adalah rendahnya tingkat pendidikan. Sehingga akses pendidikan yang
tertutup dapat memperparah kondisi kemiskinan yang ada di suatu daerah maupun
negara.

Kelompok 3, S1 Kebidanan | 9
D. Meningkatnya Angka Pengangguran
Masyarakat yang miskin akan kesulitan untuk mendapatkan akses pendidikan yang
layak. Sehingga, masyarakat miskin akan kesulitan untuk bersaing untuk mendapatkan
pekerjaan dengan masyarakat kaya atau berkecukupan. Hal tersebutlah yang dapat
memicu peningkatan angka pengangguran.
E. Konflik yang Terjadi di Masyarakat akan Bermunculan
Masyarakat miskin umumnya akan mendapatkan perlakuan yang berbeda dari
masyarakat kaya. Contohnya seperti mendapatkan akses ke beberapa fasilitas tertentu.
Kesenjangan yang terjadi di masyarakat tersebut akan memicu terjadinya konflik di
kehidupan bermasyarakat karena kecemburuan yang muncul.

5. PEREMPUAN DAN KEMISKINAN


Kemiskinan adalah fenomena multi dimensional. Oleh sebab itu, masalah kemiskinan
harus didekati dari berbagai aspek, termasuk di antaranya aspek gender. Hal ini perlu
dilakukan karena laki-laki dan perempuan mengalami kemiskinan secara berbeda dan
memiliki kapasitas berbeda untuk melepaskan diri dari belenggu kemiskinan. Perbedaan
tersebut lahir dari ketimpangan gender yang berpadu dengan ketimpanganketimpangan
lain yang dialami kelompok miskin. Semua ini melahirkan situasi yang membuat
perempuan adalah kelompok termiskin di antara orang miskin. Akses penyebab
kemiskinan pada perempuan antara lain:
A. Akses Politik Perempuan
Tingkat keterwakilan perempuan dalam lembaga politik formal, baik di tingkat nasional
maupun lokal, besar pengaruhnya terhadap kualitas hidup perempuan. Ini karena kualitas
hidup perempuan tidak dapat dipisahkan dari kebijakan publik yang dibuat oleh lembaga-
lembaga politik, apalagi mengingat kebijakan tersebut juga diikuti oleh alokasi anggaran
untuk mengimplementasikannya. Dengan kurangnya kepekaan pemerintah terhadap
persoalan gender, maka apabila perempuan tidak ikut serta menentukan kebijakan yang
mengatur kebutuhan yang harus dipenuhi pemerintah dalam meningkatkan
kesejahteraannya, sangat mungkin kebutuhan perempuan akan ditempatkan pada skala
prioritas yang rendah

Kelompok 3, S1 Kebidanan | 10
B. Akses Perempuan terhadap Pekerjaan
Dalam hal akses perempuan terhadap pasar tenaga kerja terlihat ada kecenderungan
perempuan yang memasuki pasar tenaga kerja jauh lebih kecil jumlahnya daripada laki-
laki. Sementara itu, bagi perempuan yang mencoba memasuki pasar tenaga kerja,
ternyata juga memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk memperoleh pekerjaan
dibanding dengan laki-lak.
C. Akses Perempuan terhadap Upah yang Sama
Selain menghadapi keterbatasan akses terhadap pasar tenaga kerja dan kerja,
perempuan juga menghadapi masalah diskriminasi upah. Angka perbedaan upah yang
diterima laki-laki dan perempuan dapat kita jumpai baik dalam data Susenas, Sukernas,
maupun dari laporan Indeks Pembangunan Manusia yang dikeluarkan oleh Bappenas,
BPS dan UNDP. Laporan Indeks Pembangunan Manusia tersebut memakai angka
perbedaan upah laki-laki dan perempuan sebagai salah satu indikator untuk mengukur
indeks pemberdayaan perempuan, Contohnya, laki-laki yang dinyatakan sebagai kepala
keluarga mendapatkan tunjangan untuk anak dan istri dari tempat kerjanya, sedangkan
perempuan yang dianggap sebagai pencari nafkah tambahan selalu dianggap sebagai
pekerja lajang dan tidak mendapatkan tunjangan keluarga.
Aset produktif berupa tanah, rumah, dan aset produktif lainnya sebagian
besar dikuasai oleh laki-laki.
D. Akses perempuan terhadap akses produktif (akses tanah)
Keterbatasan akses perempuan terhadap sumber produksi atau asset produktif seperti
tanah atau rumah misalnya, juga menentukan ada tidaknya akses perempuan ke modal
atau kredit. Karena aset produktif dikuasai oleh laki-laki, apabila perempuan ingin
melakukan kegiatan ekonomi berkaitan dengan aset tersebut, harus mendapat izin dari
suaminya terlebih dahulu. Hal ini berhubungan dengan pengambilan keputusan atau
control produksi yang didominasi oleh laki-laki. Dengan keterbatasan penguasaan akan
aset produksi, maka perempuan juga sangat terbatas aksesnya ke kredit (karena tidak
memiliki jaminan) sehingga ini berakibat pada keterbatasan perempuan dalam
mengembangkan usahanya. Hal ini juga berdampak buruk bagi perempuan korban
kekerasan yang merasa takut untuk berpisah atau bercerai dari suaminya.

Kelompok 3, S1 Kebidanan | 11
E. Akses Perempuan Pekerja Migran terhadap Perlindungan Hukum
Banyak perempuan (terutama di perdesaan) yang tidak memiliki aset produksi dan
keterampilan untuk bekerja di sektor formal akhirnya harus mengadu nasib di sektor
informal, antara lain dengan menjadi TKW. TKW (Tenaga Kerja Wanita, sebutan bagi
perempuan yang menjadi pembantu rumah tangga di negara lain) adalah salah satu
contoh bagaimana perempuan miskin yang bekerja di sektor yang bersifat informal,
seperti pembantu rumah tangga, sulit mendapatkan akses terhadap perlindungan hukum
yang memadai. Sering kita lihat dan dengar sendiri penderitaan yang dialami para TKW
melalui media massa cetak dan elektronik yang memunculkan diskursus mengenai
eksploitasi negara terhadap perempuan pekerja migran dan pelanggaran hak-hak
mereka.
Program untuk menanggulangi ketidak adilan yang menyebabkan kemiskinan pada
perempuan antara lain :
a. Meningkatkan akses perempuan terhadap kesempatan kerja dan berusaha,
pendididkan yang murah dan bermutu, sumber daya modal, bahan baku, pasar kerja,
informasi, pengembangan teknologi bagi pengembangan usaha
b. Keterlibatan perempuan dalam mengontrol proses perencanaan, pelaksanaan,
pengalokasian anggaran dan memantau kebijakan dan program pengentasan
kemiskinan
c. Meningkatkan penerimaan manfaat dari program pengentasan kemiskinan pada
khususnya program pembangunan pada umumnya oleh perempuan.

6. PENGERTIAN ANAK BANYAK


Anak menurut bahasa adalah keturunan kedua sebagai hasil antara hubungan pria dan
wanita, sedangkan banyak menurut kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah besar
jumlahnya, jadi banyak anak adalah apabila suatu keluarga mempunyai lebih dari lima
orang anak denhan jarak kurang dari dua tahun.

Kelompok 3, S1 Kebidanan | 12
7. DAMPAK BILA PUNYA BANYAK ANAK
a. Pada wanita:
➢ Resiko Kesehatan contoh preeklampsia, perdarahan, prolaps dll
➢ Pengasuhan : Kesulitan dalam membesarkan anak sekaligus
➢ Efek psikis : Kesehatan mental selalu jadi isu hangat untuk dibicarakan di
berbagai lapisan masyarakat terutama pada Wanita
➢ Ekonomi
b. Pada Keluarga
➢ Orangtua tidak bisa optimal merawat dan mengasuh anak.
➢ Munculnya banyak permasalahan keluarga seperti permasalahan ekonomi,
perceraian
➢ Perbedaan perlakuan orang tua kepada anak-anaknya
c. Pemerintah:
➢ Tingkat kelahiran tinggi ini akan menjadi sumber kemiskinan juga akan
menghambat pertumbuhan ekonomi
➢ Konsekuensi dari peningkatan penduduk terhadap lingkungan
➢ Peningkatan penduduk menyebabkan berbagai masalah sosial
➢ Peningkatan Angka kematian Ibu dan bayi
Upaya mengantisipasi agar keluarga tidak banyak anak antara lain :
a. Meng edukasi masyarakat bahwa untuk membentuk keluarga kecil sejahtera harus
disesuaikan dengan kondisi ekonomi keluarga tersebut
b. Mencanangkan keluarga kecil cukup dengan 2 anak
c. Mencegah terjadinya pernikahan usia dini
d. Menekan angka kematian ibu dan bayi akibat hamil diusia terlalu muda, terlalu tua,
atau akibat penyakit sistem reproduksi.
e. Menekan jumlah penduduk serta menyeimbangkan jumlah kebutuhan dengan jumlah
penduduk diindonesia melalui program KB Edukasi ke masyarakat bahwa bentuklah
keluarga yang berkualitas
f. Ubah Pandangan Masyarakat Terhadap Program Keluarga Berencana.
g. Bentuk keluarga yang berkualitas

Kelompok 3, S1 Kebidanan | 13
8. PERAN BIDAN DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
DAN KELUARGA
Peran bidan dalam pemberdayaan perempuan dan keluarga untuk mendukung
pembangunan berkelanjutan / sustainable development goals (SDGs). Bidan dengan
peran dan kewenangan yang dimiliki serta filosofi profesi yang dimilikinya memainkan
peranan kritis untuk pencapaian tujuan. Dalam ruang lingkup asuhan kebidanan, bidan
memberikan asuhan kebidanan kepada perempuan sepanjang siklus kehidupan
reproduksinya dan melibatkan perempuan itu sendiri serta keluarganya sesuai
kebutuhan. Berdasarkan tujuan pembangunan berkelanjutan yaitu tujuan ke-lima,
terdapat 9 penguatan peran bidan dalam pemberdayaan perempuan, indikator dan dari
9 indikator tersebut, maka point 5.6 menjadi tugas yang dapat diperankan oleh bidan.
Bidan harus senantiasa mengupayakan akses terhadap kesehatan seksual dan hak serta
kesehatan reproduksi termasuk pelayanan keluarga berencana untuk setiap perempuan.

Kelompok 3, S1 Kebidanan | 14
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidak mampuan secara ekonomi untuk memenuhi
standar hidup rata-rata masyarakat di suatu daerah, kemiskinan erat hubungan dengan
perempuan dan anak banyak. Strategi mengintegrasikan gender ke dalam program
pengentasan kemiskinan sebagaimana diuraikan di atas bertujuan untuk membuka ruang
partisipasi penuh bagi perempuan dan meningkatkan kualitasnya. Proses yang dilakukan
dengan jalan partisipasi ini, selain menimbulkan rasa pemilikan juga akan melahirkan
dokumen yang berkualitas dan mendapat dukungan dari masyarakat. Perluasan akses
dan kontrol demi memperluas cakupan penerima manfaat dari program pengentasan
kemiskinan akan membuat upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat tidak lagi
melupakan kaum perempuan.

B.SARAN
Dalam menghadapi kemiskinan di zaman global ini diperlukan usaha-usaha yang lebih
kreatif, inovatif, dan eksploratif. Selain itu globalisasi membukapeluan untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat Indonesia yang unggul untuk lebih eksploratif.

Kelompok 3, S1 Kebidanan | 15
DAFTAR PUSTAKA

Bayo, Andri. Kemiskinan Dan Strategi Memberantas Kemiskinan, Yogyakarta; Liberty,


2009
Bappenas. Rencana Penanggulangan Kemiskinan Di Indonesia , Jakarta : Al- Kautsar,
2004
Suryanto, Bangon. Kemiskinan Dan Strategi Penanganan, Jakarta : Tras 2009
Kementrian Pemberdayaan Perempuan (KPP) dan Biro Pusat Statistik (BPS)). 2007.
Indikator Pembangunan Berbasis Gender. Jakarta.
Sulistyorini Y, Puspitasari N, Indriani D.
Peningkatan Peran Wanita di Masyarakat terhadap Hak Reproduksi pada Wanita Usia
Subur di Kota Surabaya. Jurnal Biometrika dan Kependudukan. 2013;2(2):167-72.
Surjadi C, Santi BT, Indonesia. Tantangan Program Kependudukan dan Keluarga
Berencana di Indonesia. CDK216/vol41 no 5 2014;41(5).
Ani Purwanti PKRpdIdI. Pengaturan Kesehatan Reproduksi perempuan dan
Implementasinya di Indonesia. Palastren. 2013;6(1).
Asrinah, Putri SS, Sulistyorini D, M IS, Sari DN. Konsep Kebidanan. 1, editor.
Yogyakarta: Graha Ilmu; 2010.
Dewi YS. Peran Perempuan dalam Pembangunan Berkelanjutan 2011;XII(02).
Vera. Indicators and Data Mapping to Measure Sustainable Development Goals (SDGs)
Targets. Jakarta: UNDP UNEP, 2015.

Kelompok 3, S1 Kebidanan | 16

Anda mungkin juga menyukai