Dosen Pembimbing :
Ns.Nurul Anjarwati,M.Kep.M.Kep,Sp.An
Disusun oleh:
Harlik Kristiana Sri Rahayu
Kelas : S1 Keperawatan (Sirius)
Kami panjatkan puji syukur kepada Tuhan YME atas berkat dan rahmat
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “ASUHAN
KEPERAWATAN DENGAN ABORTUS IMMINENS”. Adapun makalah ini
kami susun dengan sebaik mungkin dengan bantuan berbagai pihak dan dari
berbagai macam literatur,sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan
tepat waktu. Kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan makalah ini. Terlepas dari upaya kami untuk
menyusun makalah ini dengan sebaik baiknya.
Kata Pengantar....................................................................................i
Daftar Isi...............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................1
1.3 Tujuan Masalah.........................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................2
2.1 Konsep Dasar Abortus..............................................................2
2.2 Konsep Dasar Abortus Immines...............................................5
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.....................................................11
3.1 Pengkajian Data........................................................................11
3.2 Diagnosa Keperawatan.............................................................12
3.3 Analisa Data..............................................................................13
3.4 Intervensi Masalah....................................................................16
3.5 Implementasi Masalah..............................................................16
BAB IV TINJAUAN KASUS................................................................24
BAB V PENUTUP................................................................................32
5.1 Kesimpulan ...............................................................................32
5.2 Saran ........................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA
i
BAB I
PENDAHULUAN
- Abortus ialah pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau
kurang dari 28 minggu atau berat janin 1000 gram (Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba,
SpOG, 2004).
- Abortus terjadi melalui dari terlepasnya sebagian / seluruh jaringan plasenta yang
menyebabkan perdarahan sehingga janin kekurangan nutrisi dan O2, pengeluran tersebut
dapat terjadi spontan atau seluruhnya.
- Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum kehamilan berusia 20 minggu atau
kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan. (Sarwono, 2002 : 145
- Abortus iminens (keguguran mengancam), abortus ini baru mengancam dan masih ada
harapan untuk mempertahankannya. (FK. UNPAD, 1984 : 8)
- Abortus iminens adalah abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya
abortus selanjutnya. (Sarwono, 2008 : 467)
Salah satu jenis abortus yaitu abortus imminenes (abortus mengancam) yang mana
dalam keadaan ini kemungkinan kehamilan masih bisa dipertahankan, tapi juga tidak
menuntut kemungkinan bisa menjadi abortus insipien (keguguran yang sedang
berlangsung) yang tentunya pada keadaan ini kehamilan tidak bisa lagi untuk
dipertahankan.
Salah satu unsur penting penanganan dalam abortus imminens yaitu dengan tirah baring,
karena dengan ini aliran darah ke uterus bertambah, selain itu juga akan mengurangi
rangsangan mekanik.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
- Abortus ialah kegagalan kehamilan sebelum berumur 28 mg atau berat janin kurang dari
1000 gram (Manuaba, 2001).
- Abortus ialah pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau
kurang dari 28 minggu atau berat janin 1000 gram (Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba,
SpOG, 2004).
- Abortus ialah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia luar, tanpa
mempersoalkan penyebabnya (Prof. Sulaiman Sastrawinata dkk, 2005).
2.1.2 Patofisiologi
Pada permulaan abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis diikuti oleh nekrosis
jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau
seluruhnya sehingga menjadi benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan
uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya.
Pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan seluruhnya atau sebagian masih tertinggal,
yang menyababkan berbagai penyulit. Oleh karena itu keguguran memberikan gejala
umum sakit perut karena kontraksi rahim, terjadi perdarahan, dan disertai pengeluaran
seluruh atau sebagian hasil konsepsi.
Bentuk perdarahan bervariasi diantaranya:
3. Akibat perdarahan tidak menimbulkan gangguan apapun, dapat menimbulkan syok, nadi
meningkat, tekanan darah turun, tampak anemis dan daerah ujung dingin.
Bentuk pengeluaran hasil konsepsi:
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti tetapi terdapat beberapa
faktor sebagai berikut:
1. Faktor telur (ovum) atau spermatozoa yang kurang baik atau kurang sempurna.
Keduanya pembawa tanda, yang ketika mencari pasangan terjadi penyimpangan
sehingga menyebabkan pertumbuhan tidak sempurna sehingga tidak mampu tumbuh
sampai cukup umur.
2. Faktor ketidak suburan lapisan dinding rahim endometrium yang disebabkan kekurangan
gizi.
3. Kehamilan jarak pendek.
4. Penyakit sistemik yang terjadi pada ibu seperti penyakit jantung, paru, ginjal, tekanan
darah tinggi, hati, dan penyakit kelenjar dengan gangguan hormon pada ibu.
(Manuaba Ida Ayu Chandranita, 2009).
2.1.4 Jenis-Jenis Abortus
1. Abortus Imminent
2. Abortus Insipien
Perdarahan ringan hingga sedang pada kehamilan muda dimana hasil konsepsi masih
berada pada kavum uteri.
3. Abortus Incomplete
Perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil konsepsi telah keluar.
4. Abortus Complete
Perdarahan pada kehamilan muda dimana seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan dari
kavum uteri.
5. Abortus Infeksiosa
Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai komplikasi infeksi. Adanya penyebaran
kuman atau toksin ke dalam sirkulasi dan kavum peritoneum dapat menimbulkan
septicemia.
6. Retensi Janin Mati
Perdarahan pada kehamilan muda disertai dengan retensi hasil konsepsi yang telah mati
hingga 8 minggu atau lebih.
Upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana pelaksanaan tindakan tersebut tidak
mempunyai cukup keahlian dan prosedur standar yang aman sehingga dapat
membahayakan kesehatan jiwa pasien.
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika
perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila
pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperetrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamat-amati dengan teliti. Jika
ada tanda bahaya perlu segera dilakukan laparatomi, dan tergantung dari luas dan bentuk
perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi.
3. Infeksi
Infeksi dalam uterus sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya ditemukan
pada abortus incomplete dan lebih sering pada abortus buatan yang dikerjakan tanpa
memperhatikan asepsis dan antisepsis.
4. Syok
Syok pada abortus biasa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi
berat (syok endoseptik).
2. Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan
darah normal / menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal
atau meningkat.
3. Pendarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan konsepsi.
4. Rasa mules atau keram perut di daerah simpisis, sering disertai nyeri pinggang akibat
kontrksi uterus.
Pemeriksaan ginekologi
1. Inspeksi vulva : pendarahan pervaginam, ada / tidak jaringan hasil konsepsi, tercium /
tidak bau busuk dari vulva.
2. Inspekulo : pendarahan dari kavum uteri, ostium uterus terbuka / tertutup, ada / tidak
jaringan-jaringan keluar dari ostium, ada / tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari
ostium.
3. Colok vagina
Portio masih terbuka / tertutup, teraba / tidak jaringan pada kavum uteri, besar uterus
sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat portio digoyang, tidak nyeri
pada perabaan adneksa, kavum douglasi tidak menonjol / tidak nyeri.
2.2.1 Pengertian
- Abortus iminens adalah proses awal dari suatu keguguran yang ditandai dengan
perdarahan pervagina sementara ostium uteri eksternum masih tertutup dan janin masih
baik (Achadiat, 2010).
- Abortus iminens adalah abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya
abortus selanjutnya. (Sarwono, 2008 : 467).
- Abortus iminens adalah terjadinya perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu,janin masih dalam uterus dengan berat janin kurang dari 500 gramtanpa adanya
dilatasi servix (Fauziyah,2012).
- Abortus iminens adalah keguguran membakat dan akan terjadi dalam hal ini keluarnya
fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat-obat hormonal dan anti spajmodika
serta istirahat. (Mochtar Rustam, hal. 212).
Pada beberapa bulan pertama kehamilan ekspulsi hasil konsepsi yang terjadi secara
spontan hampi selalu didahului kematian embrio atau janin,namun pada kehamilan
beberapa bulan berikutnya sering janin sebelum ekspulsi masih hidup dalam
uterus.Kematian janin sering disebabkan karena kelainan pada ovum atau zigot. Berikut
penyebab - penyebab abortus imminens yaitu :
1. Faktor genetik
7. Trauma
Biasanya jika terjadi pada kavum uteri,hubungan seksual khususnya kalau terjadi
orgasme dapat menyebabkan abortus pada wanita dengan riwayat keguguran berkali
kali,kecelakaan lalu lintas, jatuh.
8. Faktor Hormonal
Misal nya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai penyebab abortus pada
usia kehamilan 10 -12 minggu,yaitu saat plasenta mengambil alih fungsi korpus luteum
dalam produksi hormon
Gangguan Gangguan
Infeksi akut endokrin Trauma Gangguan faal organ
gizi/anemia
Retensi janin
Abortus AbortusSpontan
Abortus resiko
(missed abortion)
infeksiosa tinggi
Abortus Perda
Imminens anca
Kekurangan
volume cairan
1. Tanda dan gejala secara umum pada abortus imminen adalah: tterlambat haid atau
amenorhe kurang dari 20 minggu.
2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan
darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal
atau meningkat.
4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat kontraksi
uterus.
5. Pemeriksaan ginekologi:
1) Inspeksi Vulva : perdarahan pervagina ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau
busuk dari vulva.
2) Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada
atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk
dari ostium.
3) Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam
cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat
porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan
tidak nyeri.
8. Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi
kontraksi otot rahim.
9. Hasil pemeriksaan dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, kanalis servikalis
masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot rahim.
10. Hasil pemeriksaan tes hamil masih positif (Manuaba IGB, : 2009).
Komplikasi yang sering terjadi pada abortus imminens adalah sebagai berikut :
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi denga pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi.
Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada
waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini pendrita perlu diamati dengan teliti.Jika ada
tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparotomi, dan tergantung dari luas dan bentuk
perforasi.
3. Infeksi
Keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam
peredaran darah atau peritonium.
4. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena pendarahan (syok Hemoragik) dan karena infeksi
berat (syok endoseptik).
2.2.7 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada ibu abortus imminens, menurut
(Nugroho, 2011) antara lain adalah :
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan intrauterine
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Perubahan pola kebutuhan dasar manusia sebelum sakit dan sesudah sakit
2) Pola nutrisi
3) Pola eliminasi
6) Pola aktivitas
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum dan kesadaran umum
2) Tanda tanda vital berupa tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu
3) Pemeriksaan head to toe
e. Pemeriksaan penunjang
1) Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu
stelah kehamilan.
2) Pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b.d agen pendera fisiologis d.d frekuensi nadi meningkat.
Diagnosis
No Tujuan SLKI SIKI Rasional
Keperawatan
1. Nyeri akut b.d Setelah Kriteria Hasil : Manajemen Nyeri → Berguna dalam
agen pendera dilakukan Tingkat Nyeri Tindakan/Observasi pengawasan
intervensi 1. Keluhan nyari (4 → Identifikasi lokasi, karakteristik durasi, frekuensi, keefektifan obat,
fisiologis d.d
selama 4 x 24 cukup menurun) kualitas, intensitas nyeri perubahan pada
frekuensi nadi jam maka 2. Gelisah (3 sedang) → Identifikasi skala nyeri karakteristik
meningkat nyeri akan 3. Pola napas (4 cukup → Identifikasi respons nyeri non verbal nyeri
menurun membaik ) → Identifikasi faktor yang memperberat dan → Dapat
4. Tekanan darah (3 memperingan nyeri menurunkan
sedang) → Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang stimulus internal
nyeri
→ Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
→ Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
→ Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
sudah diberikan
→ Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
→ Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi
rasa nyeri (akupresur, terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat dingin, terapi bermain
→ Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
(mis. suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
→ Fasilitasi istirahat dan tidur
→ timbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
→ Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
→ Jelaskan strategi meredakan nyeri
→ Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
→ Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
→ Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
→ Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
PEMBERIAN ANALGESIK
Tindakan/Observasi
→ Identifikasi karakteristik nyeri (mis. Pencetus,
pereda, kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi, durasi)
→ Identifikasi riwayat alergi obat
→ Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis.
Narkotika, non-narkotika, atau NSAID)
dengan tingkat keparahan nyeri
→ Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
→ Monitor efektifitas analgesik
Terapeutik
→ Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk
mencapai analgesia optimal, jika perlu
→ Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus
opioid untuk mempertahankan kadar dalam serum
→ Tetapkan target efektifitas analgesic untuk
mengoptimalkan respon pasien
→ Dokumentasikan respon terhadap efek analgesic dan
efek yang tidak diinginkan
Edukasi
→ Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
Kolaborasi
→ Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik,
sesuai indikasi
2. Ansietas b.d Setelah Kriteria hasil : Reduksi Ansietas → Untuk
dilakukan Tindakan/Observasi menurunkan
kebutuhan 1. Perilaku gelisah (1
tindakan → Identifikasi saat tingkat ansietas berubah kecemasan pasien
tidak terpenuhi menurun) → Identifikasi kemampuan mengambil keputusan → Untuk
keperawatan
d.d tampak 2. Perilaku tegang(1 → Monitor tanda-tanda ansietas mnegetahui
4x 24 jam
menurun) Teraupetik tanda-tanda
gelisah kecemasan
3. Keluhan pusing (1 → Ciptakan suasana teraupetik untuk menumbuhkan
klien akan ansietas
menurun) kepercayaan
menurun → Untuk memahami
4. Konsentrasi (3 → Temani pasien untuk kurangi kecemasan
sedang) → Pahami situasi yang membuat ansietas kondisi pasien
5. Pola tidur (3 sedang) → Dengarkan dengan penuh peehatian
→ Gunakan pendekatan yangtenang dan meyakinkan
→ Tempatkan barang pribadi yang memberikan
kenyamanan
→ Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu
kecemasan
→ Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa
yang akan datang
Edukasi
→ Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin
dialami
→ Informasikan secara faktual mengenai diagnosa,
pengobatan dan prognosis
→ Anjurkan keluarga tetap bersama pasien
→ Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif
→ Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
→ Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
→ Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang
tepat
→ Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
→ Kolaborasi pemberian obat antiansietas
Terapi Relaksasi
Tindakan/Observasi
→ Identifikasi penurunan tingkiat energi,
ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala
lain yang mengganggu kemampuan kognitif
→ Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif
digunakan
→ Identifikasi kesediaan, kemapuan dan teknik
sebelumnya
→ Periksan ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan
darah, dan suhu sebelum dan sesudah latihan
→ Monitor respon terhadap terapi relaksasi
Teraupetik
→ Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan
dengan pencahayaan dan suhu ruang nyaman
→ Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan
prosedur teknik relaksasi
→ Gunakan pakaian longgar
→ Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat
dan berirama
→ Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan
analgesik atau tindakan lain
Edukasi
→ Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi
yang tersedia
→ Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang pilih
→ Anjurkan mengambil posisi nyaman
→ Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
→ Anjurkan sering mengulang atau melatih teknik yang
dipilih
→ Demonstrasi dan latih teknik relaksasi
Pencegahan Syok
Tindakan/ Observasi
→ Monitor status kardiopulmonal
→ Monitor status oksigenasi
→ Monitor status cairan
→ Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
→ Periksa riwayat alergi
Teraupetik
→ Berikan oksigenasi untuk mempertahankan saturasi
oksigen >94%
→ Persiapan intubasi dan ventilasi mekanis
→ Pasang jalur IV
→ Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine
Edukasi
→ Jelaskan penyebab/faktor risiko syok
→ Jelaskan tanda dan gelaja awal syok
→ Anjurkan melapor jika menemukan tanda dan gejala
awal syok
→ Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
→ Anjurkan menghindari alergen
Kolaborasi
→ Kolaborasi pemberian IV
→ Kolaborasi pemberian transfusi darah
→ Kolaborasi pemberian antiinflamasi
4. Risiko ketidak- Setelah Kriteria Hasil : Manajemen Cairan → Untuk
dilakukan Tindakan/Observasi mengetahui status
seimbangan 1. Asupan cairan (5
intervensi → Monitor status hidrasi hidrasi
cairan d.d meningkat) → Monitor status hemodinamik
selama 4 x 24 → Untuk
2. Kelembapan → Monitor berat badan
perdarahan jam maka mengetahui
membran mukosa (5 Terapeutik kebutuhan cairan
keseimbanga → Catat inteke-output dan hitungan balans cairan 24
meningkat) → Untuk
n cairan akan jam
3. Dehidrasi (5 → Berikan asupan cairan sesuaik kebutuhan mengetahui
meningkat
menurun) → Berikan cairan intravena hilangnya cairan
4. Tekanan darah (4 Kolaborasi karena aktivitas
cukup membaik) → Kolaborasi pemberian diuretik jika perlu
atau muntal, diare
5. Turgor kulit (5 → Untuk menjaga
membaik) Pemantauan cairan
agar turgor kulit
Observasi
tetap elastis
→ Memonitor kehilangan cairan
→ Mengidentifikasi factor resiko ketidakseimbangan
cairan (penyakit kelenjar)
Terapeutik
→ Mengatur interval waktu pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
→ Mendokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
→ Menejaskan prosedur dan tujuan pematauan
→ Me informasikan hasil pemantauan
5. Resiko infeksi Setelah Kriteria Hasil : PENCEGAHAN INFEKSI → Untuk
b.d tidak dilakukan Observasi mengetahui
1. Demam (5 menurun) → Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat alergi adanya riwayat
intervensi
adekuatnya 2. Kemerahan (4 cukup
selama 4 x 24 → Identifikasi kontraindikasi pemberian imunisasi alergi
pertahanan menurun ) → Identifikasi status imunisasi setiap kunjungan ke → Untuk
jam maka
3. Nyeri (5 menurun)
sekunder tingkat pelayanan kesehatan pencegahan
4. Bengkak (5 menurun)
infeksi akan Terapeutik infeksi
5. Kultur darah (4 cukup
menurun → Berikan suntikan pada pada bayi dibagian paha
membaik)
anterolateral
→ Dokumentasikan informasi vaksinasi
→ Jadwalkan imunisasi pada interval waktu yang tepat
Edukasi
→ Jelaskan tujuan, manfaat, resiko yang terjadi, jadwal
dan efek samping
→ Informasikan imunisasi yang diwajibkan pemerintah
→ Informasikan imunisasi yang melindungiterhadap
penyakit namun saat ini tidak diwajibkan pemerintah
→ Informasikan vaksinasi untuk kejadian khusus
→ Informasikan penundaan pemberian imunisasi tidak
berarti mengulang jadwal imunisasi kembali
→ Informasikan penyedia layanan pekan imunisasi
nasional yang menyediakan vaksin gratis
BAB IV
TINJAUAN KASUS
No Reg : 02-24-66
A. Data Subjektif
1. Biodata
Nama Ibu : Ny V
Umur : 28 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Nama Suami : Tn B
Umur : 30 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pedagang
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan bahwa ini adalah kehamilan yang pertama dengan usia kehamilan 3
bulan dan mengeluarkan darah sejak tadi pagi.
3. Riwayat Kesehatan Ibu Yang Lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular, seperti TBC, sakit kuning
atau hepatitis, tidak mempunyai penyakit menurun seperti hipertensi, kencing manis,
dan menahun seperti jantung dan asma serta tidak ada keturunan kembar.
4. Riwayat Kesehatan Ibu Sekarang
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular, seperti TBC, sakit kuning
atau hepatitis, tidak mempunyai penyakit menurun seperti hipertensi, kencing manis,
dan menahun seperti jantung dan asma serta tidak ada keturunan kembar.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan keluarga tidak pernah menderita penyakit menular, seperti TBC,
sakit kuning atau hepatitis, tidak mempunyai penyakit menurun seperti hipertensi,
kencing manis, dan menahun seperti jantung dan asma. Keluarga ibu dan suami
tidak memiliki keturunan kembar.
6. Riwayat Menstruasi
HPHT : 24-12-2021
TP : 25-09-2028
7. Riwayat Menikah
Nikah : 1 (satu)
Lama menikah : 3 tahun
Usia saat nikah : 25 tahun
8. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Anak Yang Lalu
Pasien mengatakan ini adalah kehamilan yang pertama.
9. Riwayat Kehamilan Sekarang
Ibu mengatakan ini kehamilan kedua. Pada awal kehamilan ibu merasa mual
muntah dan diberikan vitamin B6 oleh bidan. Pada umur kehamilan 13
minggu ibu mengatakan mengeluarkan darah dan di diagnosa dokter bahwa
ibu mengalami abortus imminenes dan disarankan untuk rawat inap.
10. Riwayat KB
Ibu mengatakan sejak menikah tidak menggunakan alat KB karena ingin cepat
punya anak.
11. Pola Kebiasaan Sehari-hari
- -
1. Pemeriksaan Umum
- Kesadaran : Composmentis
- TB : 155 cm
- BB : 55 kg
- N : 80 x/menit
- S : 36 °C
- RR : 22 x / menit
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Pemeriksaan Fisik
Kepala Bentuk kepala bulat, rambut hitam, bersih.
Bentuk muka bulat, wajah terlihat pucat, tidak sembab,
Muka
tidak ada cloasma gravidarum.
Kedua mata simetris, warna konjungtiva merah muda,
Mata
warna sklera putih, reflek pupil normal.
Kedua lubang hidung simetris, warna mukosa hidung
Hidung
normal, bersih, tidak ada polip, tidak ada pernafasan
cuping hidung.
Kedua daun telinga simetris, daun telinga lengkap,
Telinga
bersih, tidak ada benjolan abnormal.
Kedua mukosa bibir simetris, warna mukosa bibir merah
Mulut muda, bibir lembab, gigi bersih, tidak berlubang, tidak
caries, tidak ada sariawan, tidak ada tonsillitis.
Leher Tidak ada pembesaran pada vena jungularis.
Dada Dada cembung, tidak ada retraksi dinding dada.
Kedua payudara simetris, warna areola mamae
Payudara
hiperpigmentasi, kelenjar monsgomeri baik, puting
menonjol.
Belum tampak pembesaran pada perut, tidak ada luka
Abdomen
bekas operasi.
Axilla Pertumbuhan rambut merata, bersih.
Kedua bagian ekstrimitas simetris, tidak oedema, tidak
Ekstrimitas
varises, tidak polidaktil, adaptil, sindaktil, warna kuku
merah muda.
Kedua labia mayora dan minora simtris, lengkap, tidak
oedema, tidak varises, tidak ada condilomatalata dan
Genetalia condilo acuminata, tampak lendir dan darah di vagina,
tidak tampak cairan ketuban (+) , lubang anus (+).
b. Palpasi
d. Perkusi
3. Pemeriksaan Dalam
1. Nyeri akut b.d agen pendera fisiologis d.d frekuensi nadi meningkat.
- N : 80 x / menit
- S : 36 °C
- RR : 22 x / menit
R
/ Agar tercipta hubungan saling percaya dan lebih kooperatif dalam tindakan yang
akan dilakukan.
2. Beritahu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga.
R
/ Ibu dapat mengerti dan lebih menerima keadaannya.
3. Anjurkan ibu untuk mengisi lembar inform concent dalam pemberian advis dokter.
R
/ Untuk persetujuan tindakan medis yang akan dilakukan pada ibu.
R
/ Sebagai parameter keadaan ibu.
R
/ Sebagai parameter keadaan ibu.
6. Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian advis pemasangan infus RD5,
injeksi Viccilin 1 gram dan pemberian Kaltrofen terjadwal.
R
/ Menjalankan fungsi dependent.
7. Anjurkan ibu untuk istirahat total.
R
/ Menjaga kondisi ibu.
4.4 Implementasi
1. Melakukan pendekatan pada klien secara terapeutik agar ada kerja sama yang baik
pada ibu dan keluarga.
2. Menjelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan pada ibu dan keluarga.
3. Memberikan inform concent pada ibu untuk ditandatangani sebagai bukti persetujuan
terhadap tindakan medis yang akan dilakukan.
4. Melakukan observasi tanda-tanda vital dan keadaan umum ibu untuk mengetahui
adanya tanda-tanda infeksi yang diketahui dengan adanya peningkatan suhu tubuh.
S : Ibu mengatakan ini kehamilan yang kedua dengan usia kehamilan 3 bulan dan
masih merasa lemas dan nyeri pada perut.
N : 80 x/menit
S : 36,3 °C
RR : 20 x/menit
A : Ny “V” GI P0001 Ab000 UK 13-14 minggu dengan Abortus Imminens Hari Ke-2
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Abortus ialah pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau
kurang dari 28 minggu atau berat janin 1000 gram (Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba,
SpOG, 2004).
Abortus terjadi melalui dari terlepasnya sebagian/seluruh jaringan plasenta yang
menyebabkan perdarahan sehingga janin kekurangan nutrisi dan O 2, pengeluran tersebut
dapat terjadi spontan atau seluruhnya.
Abortus iminens (keguguran mengancam), abortus ini baru mengancam dan masih ada
harapan untuk mempertahankannya. (FK. UNPAD, 1984 :8)
Abortus iminens adalah abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya
abortus selanjutnya. (Sarwono, 2008 : 467)
Kesimpulan dari asuhan kebidanan pada Ny.”V” GII P1001 Ab000 Uk 13-14 minggu
dengan Abortus Imminens yaitu pada tahap pengkajian yang terdiri dari data subyektif
diperoleh data secara lengkap. Data yang didapatkan dalam pengkajian digunakan
sebagai dasar dalam menemukan indentifikasi diagnosa.
5.2 Saran
Manuaba, IGB. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana.
EGC, Jakarta
Mansjoer, arif ,dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3.Jilid1.Media Aesculapius FKUI,
Jakarta
Mochtar R.. 1998. Sinopsis Obstetri Fisiologi.Cetakan ke-II. EGC, Jakarta
Prawirohario.Sarwono, 2001.Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka, Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Acuan pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta Prawirohario.Sarwono, 2007.Ilmu
Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka, Jakarta Sastrawirsata Sulaeman, 1984. Obstetri Patologi.
FKUP Bandung, Bandung
Syaifudin, Abdul Bakri. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.YBP-SP, Jakarta
Winknjosastro, Hanifa. 1999. Ilmu Kebidanan.YBP-SP,Jakarta
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, IGB. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana.
EGC, Jakarta
Mansjoer, arif ,dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3.Jilid1.Media Aesculapius
FKUI, Jakarta
Mochtar R.. 1998. Sinopsis Obstetri Fisiologi.Cetakan ke-II. EGC, Jakarta
Prawirohario.Sarwono, 2001.Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka, Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Acuan pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
53
Prawirohario.Sarwono, 2007.Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka, Jakarta
Sastrawirsata Sulaeman, 1984. Obstetri Patologi. FKUP Bandung, Bandung
Syaifudin, Abdul Bakri. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal.YBP-SP, Jakarta
Winknjosastro, Hanifa. 1999. Ilmu Kebida
54
Reflek Patela : +/+
Ds : Ibu mengatakan bahwa ini adalah kehamilan keduanya dengan usia kehamilan 3
bulan dan mengeluarkan darah sejak tadi siang.
Do : Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 110/70 mmHg
N : 80 x / menit
S : 36 °C
RR : 22 x / menit
1. Abortus insipiens
2. Abortus imminens
55
4.9 Intervensi
56
Kriteria Hasil : Keadaan umum baik.
10.Anjurkan ibu untuk mengisi lembar inform concent dalam pemberian advis dokter.
R
/ Untuk persetujuan tindakan medis yang akan dilakukan pada ibu.
13.Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian advis pemasangan infus RD5,
injeksi Viccilin 1 gram dan pemberian Kaltrofen terjadwal.
R
/ Menjalankan fungsi dependent.
4.10 Implementasi
8. Melakukan pendekatan pada klien secara terapeutik agar ada kerja sama yang baik
pada ibu dan keluarga.
9. Menjelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan pada ibu dan keluarga.
57
10.Memberikan inform concent pada ibu untuk ditandatangani sebagai bukti persetujuan
terhadap tindakan medis yang akan dilakukan.
11.Melakukan observasi tanda-tanda vital dan keadaan umum ibu untuk mengetahui
adanya tanda-tanda infeksi yang diketahui dengan adanya peningkatan suhu tubuh.
58
12.Melakukan observasi perdarahan unruk mengetahui adanya perdarahan terus-
menerus dan berlebihan.
13.Melakukan kerja sama dengan dokter SpOg untuk pemberian advis pemasangan
infus RD5, injeksi Viccilin 1 gr, dan pemberian kaltrofen terjadwal.
14.Menganjurkan ibu untuk istirahat total.
4.11 Evaluasi
S : Ibu mengatakan ini kehamilan yang kedua dengan usia kehamilan 3 bulan dan masih
merasa lemas dan nyeri pada perut.
O : Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 120/80 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,3 °C
RR : 20 x/menit
A : Ny “V” GII P1001 Ab000 UK 13-14 minggu dengan Abortus Imminens Hari Ke-2
59
BAB IV
PEMBAHASAN
60
Pembahasan merupakan bagian studi kasus yang membahas kesenjangan yang
ditemukan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus. Untuk memudahkan dalam
penyusunan bab pembahasan maka penyusun mengelompokkan sesuai dengan 7 langkah
manajemen kebidanan.
Dalam studi kasus ini tidak didapatkan kesenjangan yang ditemukan oleh penyusun
selama melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny.”V” G II P1001 Ab000 Uk 13-14 minggu
dengan Abortus Imminens.
61
BAB V
PENUTUP
5.3 Kesimpulan
Abortus ialah pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram
atau kurang dari 28 minggu atau berat janin 1000 gram (Prof. Dr. Ida Bagus Gde
Manuaba, SpOG, 2004).
Abortus terjadi melalui dari terlepasnya sebagian / seluruh jaringan plasenta yang
menyebabkan perdarahan sehingga janin kekurangan nutrisi dan O 2, pengeluran tersebut
dapat terjadi spontan atau seluruhnya.
Abortus iminens (keguguran mengancam), abortus ini baru mengancam dan masih
ada harapan untuk mempertahankannya. (FK. UNPAD, 1984 :8)
Abortus iminens adalah abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman
terjadinya abortus selanjutnya. (Sarwono, 2008 : 467)
Kesimpulan dari asuhan kebidanan pada Ny.”V” G II P1001 Ab000 Uk 13-14 minggu
dengan Abortus Imminens yaitu pada tahap pengkajian yang terdiri dari data subyektif
diperoleh data secara lengkap. Data yang didapatkan dalam pengkajian digunakan sebagai
dasar dalam menemukan indentifikasi diagnosa.
5.4 Saran
62
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, IGB. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana.
EGC, Jakarta
Mansjoer, arif ,dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3.Jilid1.Media Aesculapius
FKUI, Jakarta
Mochtar R.. 1998. Sinopsis Obstetri Fisiologi.Cetakan ke-II. EGC, Jakarta
Prawirohario.Sarwono, 2001.Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka, Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Acuan pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Prawirohario.Sarwono, 2007.Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka, Jakarta
Sastrawirsata Sulaeman, 1984. Obstetri Patologi. FKUP Bandung, Bandung
Syaifudin, Abdul Bakri. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal.YBP-SP, Jakarta
Winknjosastro, Hanifa. 1999. Ilmu Kebidanan. YBP-SP, Jakarta
63