Anda di halaman 1dari 64

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KEHAMILAN


ABORTUS IMMINENS

Dosen Pembimbing :

Ns.Nurul Anjarwati,M.Kep.M.Kep,Sp.An

Disusun oleh:
Harlik Kristiana Sri Rahayu
Kelas : S1 Keperawatan (Sirius)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG


PROGRAM STUDI S 1 KEPERAWATAN
2022
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji syukur kepada Tuhan YME atas berkat dan rahmat
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “ASUHAN
KEPERAWATAN DENGAN ABORTUS IMMINENS”. Adapun makalah ini
kami susun dengan sebaik mungkin dengan bantuan berbagai pihak dan dari
berbagai macam literatur,sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan
tepat waktu. Kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan makalah ini. Terlepas dari upaya kami untuk
menyusun makalah ini dengan sebaik baiknya.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata


kuliah kami Sistem Reproduksi yang telah memberikan kesempatan kepada
kami untuk berkarya menyusun makalah ini. Kami menyadari bahwa selau ada
kekurangan baik dari segi penggunaan kosa kata,tata bahasa maupun data yang
kami peroleh. Kami berharap semoga makalah “ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN ABORTUS IMMINENS”dapat bermanfaat bagi pembaca.Saran dan
kritik kami harapkan demi kesempurnaan dari makalah ini.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................i
Daftar Isi...............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................1
1.3 Tujuan Masalah.........................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................2
2.1 Konsep Dasar Abortus..............................................................2
2.2 Konsep Dasar Abortus Immines...............................................5
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.....................................................11
3.1 Pengkajian Data........................................................................11
3.2 Diagnosa Keperawatan.............................................................12
3.3 Analisa Data..............................................................................13
3.4 Intervensi Masalah....................................................................16
3.5 Implementasi Masalah..............................................................16
BAB IV TINJAUAN KASUS................................................................24
BAB V PENUTUP................................................................................32
5.1 Kesimpulan ...............................................................................32
5.2 Saran ........................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

- Abortus ialah pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau
kurang dari 28 minggu atau berat janin 1000 gram (Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba,
SpOG, 2004).
- Abortus terjadi melalui dari terlepasnya sebagian / seluruh jaringan plasenta yang
menyebabkan perdarahan sehingga janin kekurangan nutrisi dan O2, pengeluran tersebut
dapat terjadi spontan atau seluruhnya.
- Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum kehamilan berusia 20 minggu atau
kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan. (Sarwono, 2002 : 145
- Abortus iminens (keguguran mengancam), abortus ini baru mengancam dan masih ada
harapan untuk mempertahankannya. (FK. UNPAD, 1984 : 8)
- Abortus iminens adalah abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya
abortus selanjutnya. (Sarwono, 2008 : 467)
Salah satu jenis abortus yaitu abortus imminenes (abortus mengancam) yang mana
dalam keadaan ini kemungkinan kehamilan masih bisa dipertahankan, tapi juga tidak
menuntut kemungkinan bisa menjadi abortus insipien (keguguran yang sedang
berlangsung) yang tentunya pada keadaan ini kehamilan tidak bisa lagi untuk
dipertahankan.
Salah satu unsur penting penanganan dalam abortus imminens yaitu dengan tirah baring,
karena dengan ini aliran darah ke uterus bertambah, selain itu juga akan mengurangi
rangsangan mekanik.

1.2 Tujuan Masalah

1. Apa konsep dasar Abortus ?

2. Apa konsep dasar Abortus Imminens ?

3. Bagaimana asuhan keperawatan pada Abortus Imminens ?

1.3 Rumusan Masalah

1. Mengetahui konsep dasar Abortus.

2. Mengetahu konsep dasar Abortus Imminens.

3. Mengetahui bagaimana melakukan Asuhan Keperawatan pada pasien Abortus Imminens.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Abortus

2.1.1 Pengertian

- Abortus ialah kegagalan kehamilan sebelum berumur 28 mg atau berat janin kurang dari
1000 gram (Manuaba, 2001).
- Abortus ialah pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau
kurang dari 28 minggu atau berat janin 1000 gram (Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba,
SpOG, 2004).
- Abortus ialah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia luar, tanpa
mempersoalkan penyebabnya (Prof. Sulaiman Sastrawinata dkk, 2005).
2.1.2 Patofisiologi

Pada permulaan abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis diikuti oleh nekrosis
jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau
seluruhnya sehingga menjadi benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan
uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya.
Pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan seluruhnya atau sebagian masih tertinggal,
yang menyababkan berbagai penyulit. Oleh karena itu keguguran memberikan gejala
umum sakit perut karena kontraksi rahim, terjadi perdarahan, dan disertai pengeluaran
seluruh atau sebagian hasil konsepsi.
Bentuk perdarahan bervariasi diantaranya:

1. Sedikit-sedikit dan berlangsung lama.

2. Sekaligus dalam jumlah yang besar dapat disertai gumpalan.

3. Akibat perdarahan tidak menimbulkan gangguan apapun, dapat menimbulkan syok, nadi
meningkat, tekanan darah turun, tampak anemis dan daerah ujung dingin.
Bentuk pengeluaran hasil konsepsi:

1. Umur hamil dibawah 14 minggu dimana plasenta belum terbentuk sempurna,


dikeluarkan seluruh atau sebagian dari hasil konsepsi.
2. Diatas 16 minggu, dengan pembentukan plasenta sempurna dapat didahului dengan
ketuban pecah diikuti pengeluaran hasil konsepsi, dan dilanjutkan dengan pengeluaran
plasenta, berdasarkan proses persalinannya dahulu disebutkan persalinan immaturus.
3. Hasil konsepsi tidak dikeluarkan lebih dari 6 minggu sehingga terjadi ancaman dalam
bentuk gangguan pembekuan darah. (Manuaba, Ida Bagus Gde, 2001).
2.1.3 Penyebab Abortus

Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti tetapi terdapat beberapa
faktor sebagai berikut:
1. Faktor telur (ovum) atau spermatozoa yang kurang baik atau kurang sempurna.
Keduanya pembawa tanda, yang ketika mencari pasangan terjadi penyimpangan
sehingga menyebabkan pertumbuhan tidak sempurna sehingga tidak mampu tumbuh
sampai cukup umur.
2. Faktor ketidak suburan lapisan dinding rahim endometrium yang disebabkan kekurangan
gizi.
3. Kehamilan jarak pendek.

4. Penyakit sistemik yang terjadi pada ibu seperti penyakit jantung, paru, ginjal, tekanan
darah tinggi, hati, dan penyakit kelenjar dengan gangguan hormon pada ibu.
(Manuaba Ida Ayu Chandranita, 2009).
2.1.4 Jenis-Jenis Abortus

1. Abortus Imminent

Terjadi perdarahan bercak yang menunjukan ancaman terhadap kelangsungan suatu


kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin berlanjut atau
dipertahankan.

2. Abortus Insipien

Perdarahan ringan hingga sedang pada kehamilan muda dimana hasil konsepsi masih
berada pada kavum uteri.
3. Abortus Incomplete

Perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil konsepsi telah keluar.
4. Abortus Complete

Perdarahan pada kehamilan muda dimana seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan dari
kavum uteri.

5. Abortus Infeksiosa

Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai komplikasi infeksi. Adanya penyebaran
kuman atau toksin ke dalam sirkulasi dan kavum peritoneum dapat menimbulkan
septicemia.
6. Retensi Janin Mati

Perdarahan pada kehamilan muda disertai dengan retensi hasil konsepsi yang telah mati
hingga 8 minggu atau lebih.

7. Abortus Resiko Tinggi

Upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana pelaksanaan tindakan tersebut tidak
mempunyai cukup keahlian dan prosedur standar yang aman sehingga dapat
membahayakan kesehatan jiwa pasien.

2.1.5 Komplikasi Abortus


Komplikasi yang berbahaya pada abortus sebagai berikut :

1. Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika
perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila
pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2. Perforasi

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperetrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamat-amati dengan teliti. Jika
ada tanda bahaya perlu segera dilakukan laparatomi, dan tergantung dari luas dan bentuk
perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi.
3. Infeksi

Infeksi dalam uterus sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya ditemukan
pada abortus incomplete dan lebih sering pada abortus buatan yang dikerjakan tanpa
memperhatikan asepsis dan antisepsis.
4. Syok

Syok pada abortus biasa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi
berat (syok endoseptik).

2.1.6 Tanda dan Gejala Abortus

1. Terlambat haid kurang dari 20 minggu.

2. Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan
darah normal / menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal
atau meningkat.
3. Pendarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan konsepsi.

4. Rasa mules atau keram perut di daerah simpisis, sering disertai nyeri pinggang akibat
kontrksi uterus.
Pemeriksaan ginekologi

1. Inspeksi vulva : pendarahan pervaginam, ada / tidak jaringan hasil konsepsi, tercium /
tidak bau busuk dari vulva.
2. Inspekulo : pendarahan dari kavum uteri, ostium uterus terbuka / tertutup, ada / tidak
jaringan-jaringan keluar dari ostium, ada / tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari
ostium.
3. Colok vagina

Portio masih terbuka / tertutup, teraba / tidak jaringan pada kavum uteri, besar uterus
sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat portio digoyang, tidak nyeri
pada perabaan adneksa, kavum douglasi tidak menonjol / tidak nyeri.

2.2 Konsep Dasar Abortus Imminens

2.2.1 Pengertian

- Abortus iminens adalah proses awal dari suatu keguguran yang ditandai dengan
perdarahan pervagina sementara ostium uteri eksternum masih tertutup dan janin masih
baik (Achadiat, 2010).
- Abortus iminens adalah abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya
abortus selanjutnya. (Sarwono, 2008 : 467).
- Abortus iminens adalah terjadinya perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu,janin masih dalam uterus dengan berat janin kurang dari 500 gramtanpa adanya
dilatasi servix (Fauziyah,2012).
- Abortus iminens adalah keguguran membakat dan akan terjadi dalam hal ini keluarnya
fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat-obat hormonal dan anti spajmodika
serta istirahat. (Mochtar Rustam, hal. 212).

2.2.2 Etiologi Abortus Imminens

Pada beberapa bulan pertama kehamilan ekspulsi hasil konsepsi yang terjadi secara
spontan hampi selalu didahului kematian embrio atau janin,namun pada kehamilan
beberapa bulan berikutnya sering janin sebelum ekspulsi masih hidup dalam
uterus.Kematian janin sering disebabkan karena kelainan pada ovum atau zigot. Berikut
penyebab - penyebab abortus imminens yaitu :

1. Faktor genetik

Kelainan kromosom terutama trimosoma dan monosoma X.Abnormalitas embrio atau


janin merupakan penyebab paling sering untuk abortus dini dan kejadian ini kerap sekali
disebabkan karena cacat kromosone.
2. Gizi ibu berkurang karena anemia atau terlalu pendek jarak kehamilan.

3. Faktor lingkungan sekitar tempat implantasi

Bila lingkungan diendometrium disekitar tempat implantasi kurang sempurna sehingga


pemberian zat zat makanan pada hasil konsepsi terganggu. Endometrium belum siap
untuk menerima implasi hasil konsepsi.
4. Kelainan genetalia
Abnormalitas uterus menyebabkan kelainan kavum uteri atau halangan terhadap
pertumbuhan dan pembesaran uterus misal fibroid,malformasi kongenital,prolapsus atau
retroversiouteri.Kerusakan pada servik akibat robekan yang dalam pada saat melahirkan
atau tindakan pembedahan (silatasi,amputasi).Rahim merupakan tempat tumbuh
kembang nya janin dijumpai keadaan abnormal dalam bentuk mioma uteri,uterus
arkatus,uterus septus,retrofleksi uteri,serviks inkompeten,bekas operasi pada
servik,robekan servik post partum.
5. Kelainan Plasenta
Edarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan oksigenasi plasenta
terganggu sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin.Keadaan
ini biasa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.Infeksi
plasenta dengan berbagai sebab sehingga plasenta tidak dapat berfungsi.Gangguan
pembuluh darah plasenta diantaranya karena penyakit DM.
6. Faktor Maternal
Penyakit maternal dan penggunaan obat (penyakit yang menyangkut infeksi virus
akut,panas tinngi dan inokulas) misal pada vaksinasi terhadap penyakit cacar,nefritis
kronis dan gagal jantung yang mengakibatkan anoreksi pada janin.Kesalahan pada
metabolisme asam folat yang diperlukan untuk perkembangan janin akan mengakibatkan
kematian janin.Obat obat tertentu misal preparat sitotoksik akan menganggu proses
normal pembelahan sel yang cepat. Prostaglandi bisa menyebabkan abortus karena
merangsang kontraksi uterus. Penyakit infeksi seperti pneumonia,tifus
abdominalis,pielonefritis,malaria. Toksin,bakteri,virus atau plasmodium dapat melalui
plasenta masuk kejanin sehingga menyebabkan kematian janin kemudian terjadi abortus.

7. Trauma

Biasanya jika terjadi pada kavum uteri,hubungan seksual khususnya kalau terjadi
orgasme dapat menyebabkan abortus pada wanita dengan riwayat keguguran berkali
kali,kecelakaan lalu lintas, jatuh.

8. Faktor Hormonal
Misal nya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai penyebab abortus pada
usia kehamilan 10 -12 minggu,yaitu saat plasenta mengambil alih fungsi korpus luteum
dalam produksi hormon

2.2.3 Patofisilogi Abortus Imminens

Gangguan Gangguan
Infeksi akut endokrin Trauma Gangguan faal organ
gizi/anemia

Retensi janin
Abortus AbortusSpontan
Abortus resiko
(missed abortion)
infeksiosa tinggi
Abortus Perda
Imminens anca

Perdarahan Nyeri abdomen Kurang pengetahuan

Syok Nyeri akut Ansietas


Resiko infeksi

Kekurangan
volume cairan

2.2.4 Manifestasi Klinis Abortus Imminens

1. Tanda dan gejala secara umum pada abortus imminen adalah: tterlambat haid atau
amenorhe kurang dari 20 minggu.
2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan
darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal
atau meningkat.

3. Perdarahan pervagina mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi.

4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat kontraksi
uterus.

5. Pemeriksaan ginekologi:

1) Inspeksi Vulva : perdarahan pervagina ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau
busuk dari vulva.

2) Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada
atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk
dari ostium.

3) Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam
cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat
porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan
tidak nyeri.

4) Hasil pemeriksaan kehamilan masih positif.

6. Terdapat keterlambatan datang bulan.

7. Terdapatnya perdarahan, disertai sakit perut (mules).

8. Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi
kontraksi otot rahim.

9. Hasil pemeriksaan dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, kanalis servikalis
masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot rahim.

10. Hasil pemeriksaan tes hamil masih positif (Manuaba IGB, : 2009).

2.2.5 Penatalaksanaan Medik


Menurut Padila (2015) tindakan keperawatan mandiri dan kolaborasi pada klien abortus
imminens yaitu istirahat tirah baring, menganjurkan ibu hamil untuk tidak berhubungan
seks dahulu selama 2 minggu, bersihkan vulva minimal 2 kali sehari dengan cairan
antiseptic untuk mencegah infeksi, pemberian terapi preabor, asam mefenamat dan asam
folat, advis dokter yaitu dengan pemberian progestron.
2.2.6 Komplikasi Abortus Imminens

Komplikasi yang sering terjadi pada abortus imminens adalah sebagai berikut :
1. Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi denga pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi.
Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada
waktunya.
2. Perforasi

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini pendrita perlu diamati dengan teliti.Jika ada
tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparotomi, dan tergantung dari luas dan bentuk
perforasi.

3. Infeksi

Keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam
peredaran darah atau peritonium.

4. Syok

Syok pada abortus bisa terjadi karena pendarahan (syok Hemoragik) dan karena infeksi
berat (syok endoseptik).
2.2.7 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada ibu abortus imminens, menurut
(Nugroho, 2011) antara lain adalah :
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan intrauterine

2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan

3. Intoleransi berhubungan dengan respon tubuh terhadap aktivitas: perdarahan, keletihan

4. Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva lembab

5. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang masalah kesehatan.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas

1) Identitas pasien berupa nama, alamat, umur, status, agama, pendidikan,


pekerjaan, tanggal lahir, nomor RM, diagnosa medis, jenis kelamin.

2) Identitas pengguang jawab berupa nama, alamat, tanggallahir, status, agama,


pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan pasien, jenis kelamin.

b. Riwayat kesehatan

1) Keluhan utama

Keluhan utama yang dirasakan pasien.

2) Riwayat penyakit sekarang

Pengkajian kondisi kesehatan pasien saat ini.

3) Riwayat kesehatan dahulu

Pengkajian riwayat penyakit di masa lalu yang berhubungan kodisi kesehatan


saat ini.

4) Riwayat kesehatan keluarga

Pengkajian riwayat penyakit keluarga, misalnya tentang ada atau tidaknya


riwayat alergi, stroke, penyakit jantung, diabetes melitus.
c. Pengkajian fungsional Gordon

Perubahan pola kebutuhan dasar manusia sebelum sakit dan sesudah sakit

1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

2) Pola nutrisi

3) Pola eliminasi

4) Pola istirahat dan tidur

5) Pola personal hygiene

6) Pola aktivitas

7) Pola kognitif dan persepsi


8) Pola konsep diri

9) Pola hubungan dan peran

10) Pola seksual dan reproduksi

11) Pola penanganan masalah stress

12) Pola keyakinan dan nilai-nilai

d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum dan kesadaran umum
2) Tanda tanda vital berupa tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu
3) Pemeriksaan head to toe
e. Pemeriksaan penunjang
1) Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu
stelah kehamilan.
2) Pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup

3) Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion.

2. Diagnosa Keperawatan

(SDKI DPP PPNI. 2017 Edisi 1)

1) Nyeri akut b.d agen pendera fisiologis d.d frekuensi nadi meningkat.

2) Ansietas b.d kebutuhan tidak terpenuhi d.d tampak gelisah.

3) Risiko syok d.d kekurangan volume cairan.

4) Risiko ketidakseimbangan cairan d.d perdarahan.

5) Resiko infeksi b.d tidak adekuatnya pertahanan sekunder.


3. Analisa data

No Data Etiolgi Masalah Keperawatan


1. DS : Perdarahan dalam desidia Nyeri akut b.d agen
basalis
→ Pasien menagatakan pendera fisiologis d.d

sakit dibagian perut Nekrosis jaringan sekitar frekuensi nadi

DO : meningkat
Hasil konsepsi
→ TD : 100/70 mmHg lepas(abbortus)

→ Suhu : 36,50C
Vili koliaris merembas
→ Nadi : 90 x/menit lebih dalam(8-9mg)

→ RR : 20 x/menit
Lepas sebagian
→ Skala nyeri : 5 ↓
Plasenta tertinggal dalam
rahim

Tindakan kuret

Uterus berkontraksi

Nyeri abdomen

Frekuensi nadi
meningkat

Nyeri Akut
2. DS : Perdarahan dalam desidia Ansietas b.d
basalis
→ Pasien mengeluh kebutuhan tidak

pusing Nekrosis jaringan sekitar terpenuhi d.d tampak

DO : gelisah
Hasil konsepsi
→ TD : 100/70 mmHg lepas(abbortus)

→ Suhu : 36,50C Vili koliaris merembas
→ Nadi : 90 x/menit lebih dalam(8-9mg)

→ RR : 20 x/menit Lepas sebagian
→ Pasien tampak pucat ↓
Plasenta tertinggal dalam
→ Pasien tampak rahim
gelisah ↓
Tindakan kuret

Uterus berkontraksi

Nyeri abdomen

Frekuensi nadi
meningkat

Gelisah

Ansietas
3. DS : Perdarahan dalam desidia Risiko syok d.d
basalis
→ Pasien mengatakan kekurangan volume

merasa pusing Nekrosis jaringan sekitar cairan

DO :
Hasil konsepsi
→ Pasien tampak lesu lepas(abbortus)

→ TD : 100/70 mmHg
Vili koliaris merembas
→ Suhu : 36,50C lebih dalam(8-9mg)

→ Nadi : 90 x/menit
Lepas sebagian
→ RR : 20 x/menit ↓
Perdarahan pervagina
→ Pasien tampak pucat

Lemas

↓ intake cairan

Risiko Syok
4. DS : Perdarahan dalam desidia Risiko
basalis
→ Pasien mengatakan ketidakseimabangan

merasa pusing Nekrosis jaringan sekitar cairan d.d perdarahan

DO :
Hasil konsepsi
→ Pasien tampak lesu lepas(abbortus)

→ TD : 100/70 mmHg
Vili koliaris merembas
→ Suhu : 36,50C lebih dalam(8-9mg)

→ Nadi : 90 x/menit
Lepas sebagian
→ RR : 20 x/menit ↓
Perdarahan pervagina
→ Pasien tampak pucat

Lemas

↓ intake cairan

Risiko
Ketidakseimbangan
Cairan
5. DS : Perdarahan dalam desidia Resiko infeksi b.d
basalis
→ Pasien mengatakan tidak adekuatnya

dirinya lemas Nekrosis jaringan sekitar pertahanan sekunder

DO : Hasil konsepsi
→ Pasien tampak lesu lepas(abbortus)

→ TD : 90/80 mmHg Vili koliaris merembas
→ Suhu : 36,50C lebih dalam(8-9mg)

→ Nadi : 90 x/menit Lepas sebagian
→ RR : 20 x/menit ↓
Plasenta tertinggal dalam
→ HB 9,5 g/dl (>11 rahim
g/dl) ↓
Tindakan kuret
↓ Hb


Risiko Infeksi
4. Intervensi

Diagnosis
No Tujuan SLKI SIKI Rasional
Keperawatan

1. Nyeri akut b.d Setelah Kriteria Hasil : Manajemen Nyeri → Berguna dalam
agen pendera dilakukan Tingkat Nyeri Tindakan/Observasi pengawasan
intervensi 1. Keluhan nyari (4 → Identifikasi lokasi, karakteristik durasi, frekuensi, keefektifan obat,
fisiologis d.d
selama 4 x 24 cukup menurun) kualitas, intensitas nyeri perubahan pada
frekuensi nadi jam maka 2. Gelisah (3 sedang) → Identifikasi skala nyeri karakteristik
meningkat nyeri akan 3. Pola napas (4 cukup → Identifikasi respons nyeri non verbal nyeri
menurun membaik ) → Identifikasi faktor yang memperberat dan → Dapat
4. Tekanan darah (3 memperingan nyeri menurunkan
sedang) → Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang stimulus internal
nyeri
→ Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
→ Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
→ Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
sudah diberikan
→ Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
→ Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi
rasa nyeri (akupresur, terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat dingin, terapi bermain
→ Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
(mis. suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
→ Fasilitasi istirahat dan tidur
→ timbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
→ Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
→ Jelaskan strategi meredakan nyeri
→ Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
→ Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
→ Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
→ Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

PEMBERIAN ANALGESIK
Tindakan/Observasi
→ Identifikasi karakteristik nyeri (mis. Pencetus,
pereda, kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi, durasi)
→ Identifikasi riwayat alergi obat
→ Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis.
Narkotika, non-narkotika, atau NSAID)
dengan tingkat keparahan nyeri
→ Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
→ Monitor efektifitas analgesik
Terapeutik
→ Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk
mencapai analgesia optimal, jika perlu
→ Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus
opioid untuk mempertahankan kadar dalam serum
→ Tetapkan target efektifitas analgesic untuk
mengoptimalkan respon pasien
→ Dokumentasikan respon terhadap efek analgesic dan
efek yang tidak diinginkan
Edukasi
→ Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
Kolaborasi
→ Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik,
sesuai indikasi
2. Ansietas b.d Setelah Kriteria hasil : Reduksi Ansietas → Untuk
dilakukan Tindakan/Observasi menurunkan
kebutuhan 1. Perilaku gelisah (1
tindakan → Identifikasi saat tingkat ansietas berubah kecemasan pasien
tidak terpenuhi menurun) → Identifikasi kemampuan mengambil keputusan → Untuk
keperawatan
d.d tampak 2. Perilaku tegang(1 → Monitor tanda-tanda ansietas mnegetahui
4x 24 jam
menurun) Teraupetik tanda-tanda
gelisah kecemasan
3. Keluhan pusing (1 → Ciptakan suasana teraupetik untuk menumbuhkan
klien akan ansietas
menurun) kepercayaan
menurun → Untuk memahami
4. Konsentrasi (3 → Temani pasien untuk kurangi kecemasan
sedang) → Pahami situasi yang membuat ansietas kondisi pasien
5. Pola tidur (3 sedang) → Dengarkan dengan penuh peehatian
→ Gunakan pendekatan yangtenang dan meyakinkan
→ Tempatkan barang pribadi yang memberikan
kenyamanan
→ Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu
kecemasan
→ Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa
yang akan datang
Edukasi
→ Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin
dialami
→ Informasikan secara faktual mengenai diagnosa,
pengobatan dan prognosis
→ Anjurkan keluarga tetap bersama pasien
→ Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif
→ Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
→ Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
→ Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang
tepat
→ Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
→ Kolaborasi pemberian obat antiansietas
Terapi Relaksasi
Tindakan/Observasi
→ Identifikasi penurunan tingkiat energi,
ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala
lain yang mengganggu kemampuan kognitif
→ Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif
digunakan
→ Identifikasi kesediaan, kemapuan dan teknik
sebelumnya
→ Periksan ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan
darah, dan suhu sebelum dan sesudah latihan
→ Monitor respon terhadap terapi relaksasi
Teraupetik
→ Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan
dengan pencahayaan dan suhu ruang nyaman
→ Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan
prosedur teknik relaksasi
→ Gunakan pakaian longgar
→ Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat
dan berirama
→ Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan
analgesik atau tindakan lain
Edukasi
→ Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi
yang tersedia
→ Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang pilih
→ Anjurkan mengambil posisi nyaman
→ Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
→ Anjurkan sering mengulang atau melatih teknik yang
dipilih
→ Demonstrasi dan latih teknik relaksasi

3. Risiko syok Setelah Kriteria hasil : PEMANTAUAN CAIRAN → Untuk mngetahui


d.d kekurangan dilakukan 1. Kekuatan nadi (4
Tindakan/Observasi keadaan pasien
intervensi → Monitor frekuensi dan kekuatan nadi saat ini
volume cairan cukup meningkat)
selama 4 x 24 → Monitor frekuensi napas → Untuk
2. Saturasi oksigen (4 → Monitor tekanan darah mengatahui
jam maka
cukup meningkat) → Monitor berat badan adakah tanda
tingkat syok
3. Pucat (5 menurun)
akan → Monitor waktu pengisian kapiler hipovolemia
4. Tekanan nadi (5
meningkat → Monitor elastisitas atau turgor kulit → Mempermudah
membaik)
→ Monitor kadar albumin dan protein total pemantauan
5. Frekuensi napas (5
→ Monitor hasil pemeriksaan serum kondisi pasien
membaik)
→ Monitor intake dan output cairan
→ Identifikasi tanda-tanda hipovolemia
→ Identifikasi tanda-tanda hipervolemia
→ Identifikasi faktor ketidakseimbangan cairan
Teraupetik
→ Atur waktu pemantauan sesuai dengan kondisi
pasien
→ Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
→ Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
→ Informasikan hasil pemantauan apabila diperlukan

Pencegahan Syok
Tindakan/ Observasi
→ Monitor status kardiopulmonal
→ Monitor status oksigenasi
→ Monitor status cairan
→ Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
→ Periksa riwayat alergi
Teraupetik
→ Berikan oksigenasi untuk mempertahankan saturasi
oksigen >94%
→ Persiapan intubasi dan ventilasi mekanis
→ Pasang jalur IV
→ Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine
Edukasi
→ Jelaskan penyebab/faktor risiko syok
→ Jelaskan tanda dan gelaja awal syok
→ Anjurkan melapor jika menemukan tanda dan gejala
awal syok
→ Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
→ Anjurkan menghindari alergen
Kolaborasi
→ Kolaborasi pemberian IV
→ Kolaborasi pemberian transfusi darah
→ Kolaborasi pemberian antiinflamasi
4. Risiko ketidak- Setelah Kriteria Hasil : Manajemen Cairan → Untuk
dilakukan Tindakan/Observasi mengetahui status
seimbangan 1. Asupan cairan (5
intervensi → Monitor status hidrasi hidrasi
cairan d.d meningkat) → Monitor status hemodinamik
selama 4 x 24 → Untuk
2. Kelembapan → Monitor berat badan
perdarahan jam maka mengetahui
membran mukosa (5 Terapeutik kebutuhan cairan
keseimbanga → Catat inteke-output dan hitungan balans cairan 24
meningkat) → Untuk
n cairan akan jam
3. Dehidrasi (5 → Berikan asupan cairan sesuaik kebutuhan mengetahui
meningkat
menurun) → Berikan cairan intravena hilangnya cairan
4. Tekanan darah (4 Kolaborasi karena aktivitas
cukup membaik) → Kolaborasi pemberian diuretik jika perlu
atau muntal, diare
5. Turgor kulit (5 → Untuk menjaga
membaik) Pemantauan cairan
agar turgor kulit
Observasi
tetap elastis
→ Memonitor kehilangan cairan
→ Mengidentifikasi factor resiko ketidakseimbangan
cairan (penyakit kelenjar)
Terapeutik
→ Mengatur interval waktu pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
→ Mendokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
→ Menejaskan prosedur dan tujuan pematauan
→ Me informasikan hasil pemantauan
5. Resiko infeksi Setelah Kriteria Hasil : PENCEGAHAN INFEKSI → Untuk
b.d tidak dilakukan Observasi mengetahui
1. Demam (5 menurun) → Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat alergi adanya riwayat
intervensi
adekuatnya 2. Kemerahan (4 cukup
selama 4 x 24 → Identifikasi kontraindikasi pemberian imunisasi alergi
pertahanan menurun ) → Identifikasi status imunisasi setiap kunjungan ke → Untuk
jam maka
3. Nyeri (5 menurun)
sekunder tingkat pelayanan kesehatan pencegahan
4. Bengkak (5 menurun)
infeksi akan Terapeutik infeksi
5. Kultur darah (4 cukup
menurun → Berikan suntikan pada pada bayi dibagian paha
membaik)
anterolateral
→ Dokumentasikan informasi vaksinasi
→ Jadwalkan imunisasi pada interval waktu yang tepat
Edukasi
→ Jelaskan tujuan, manfaat, resiko yang terjadi, jadwal
dan efek samping
→ Informasikan imunisasi yang diwajibkan pemerintah
→ Informasikan imunisasi yang melindungiterhadap
penyakit namun saat ini tidak diwajibkan pemerintah
→ Informasikan vaksinasi untuk kejadian khusus
→ Informasikan penundaan pemberian imunisasi tidak
berarti mengulang jadwal imunisasi kembali
→ Informasikan penyedia layanan pekan imunisasi
nasional yang menyediakan vaksin gratis
BAB IV
TINJAUAN KASUS

4.1 Pengkajian Data

Tanggal : 25 Maret 2022

Jam : 09.00 WIB

Tempat : RS Panti Nirmala Malang

No Reg : 02-24-66

A. Data Subjektif
1. Biodata

Nama Ibu : Ny V

Umur : 28 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

Nama Suami : Tn B

Umur : 30 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pedagang

2. Keluhan Utama

Ibu mengatakan bahwa ini adalah kehamilan yang pertama dengan usia kehamilan 3
bulan dan mengeluarkan darah sejak tadi pagi.
3. Riwayat Kesehatan Ibu Yang Lalu

Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular, seperti TBC, sakit kuning
atau hepatitis, tidak mempunyai penyakit menurun seperti hipertensi, kencing manis,
dan menahun seperti jantung dan asma serta tidak ada keturunan kembar.
4. Riwayat Kesehatan Ibu Sekarang

Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular, seperti TBC, sakit kuning
atau hepatitis, tidak mempunyai penyakit menurun seperti hipertensi, kencing manis,
dan menahun seperti jantung dan asma serta tidak ada keturunan kembar.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ibu mengatakan keluarga tidak pernah menderita penyakit menular, seperti TBC,
sakit kuning atau hepatitis, tidak mempunyai penyakit menurun seperti hipertensi,
kencing manis, dan menahun seperti jantung dan asma. Keluarga ibu dan suami
tidak memiliki keturunan kembar.

6. Riwayat Menstruasi

Menarche :11 tahun

Siklus haid : 28 hari

Lama haid : 7 hari

HPHT : 24-12-2021
TP : 25-09-2028
7. Riwayat Menikah
Nikah : 1 (satu)
Lama menikah : 3 tahun
Usia saat nikah : 25 tahun
8. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Anak Yang Lalu
Pasien mengatakan ini adalah kehamilan yang pertama.
9. Riwayat Kehamilan Sekarang

Ibu mengatakan ini kehamilan kedua. Pada awal kehamilan ibu merasa mual
muntah dan diberikan vitamin B6 oleh bidan. Pada umur kehamilan 13
minggu ibu mengatakan mengeluarkan darah dan di diagnosa dokter bahwa
ibu mengalami abortus imminenes dan disarankan untuk rawat inap.

10. Riwayat KB
Ibu mengatakan sejak menikah tidak menggunakan alat KB karena ingin cepat
punya anak.
11. Pola Kebiasaan Sehari-hari

Tabel 3.2 Pola Kebiasaan sehari-hari

POLA SEBELUM HAMIL SAAT HAMIL


- Ibu makan dengan porsi - Ibu makan dengan porsi lebih
Nutrisi cukup dan lauk sedikit namun sering.
seimbang. - Ibu minum 7-8 gelas/hari.
- Ibu minum 6-7
gelas/hari.
- Ibu tidur malam 7-8 - Ibu tidur siang 1-2 jam/hari. Ibu
Istirahat
- jam/hari. - Tidur malam 7-8 jam/hari.
- Ibu BAB 1x/hari dan - Ibu BAB 1x/hari dan BAK 5 -
Eliminasi
BAK 4-5x/hari. 6x/hari.
- Ibu melakukan pekerjaan - Ibu mengurangi aktivitas dirumah.
Aktivitas
rumah seperti biasa.

- Ibu mandi 2x/hari, - Ibu mandi 2x/hari, gosok gigi


Kebersihan
gosok gigi 2x/hari, 2x/hari, keramas 2x/minggu, dan
keramas 3x/minggu dan ganti CD setiap kali mandi.
ganti CD setiap kali
mandi.
- Ibu melakukan - Ibu melakukan hubungan
Seksual
hubungan 3x/minggu. 1x/minggu.

- -

12. Data Psikososial

Psikososial : Ibu mengatakan merasa cemas dengan kondisi kehamilannya.

Budaya : Ibu menganut adat jawa seperti tingkepan, dll.


Spiritual : Ibu mengatakan beragama islam.
B. Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

- Keadaan Umum : Cukup

- Kesadaran : Composmentis

- TB : 155 cm

- BB : 55 kg

- TTV : TD: 110/70 mmHg

- N : 80 x/menit

- S : 36 °C
- RR : 22 x / menit

2. Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi

Tabel 3.3 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik
Kepala Bentuk kepala bulat, rambut hitam, bersih.
Bentuk muka bulat, wajah terlihat pucat, tidak sembab,
Muka
tidak ada cloasma gravidarum.
Kedua mata simetris, warna konjungtiva merah muda,
Mata
warna sklera putih, reflek pupil normal.
Kedua lubang hidung simetris, warna mukosa hidung
Hidung
normal, bersih, tidak ada polip, tidak ada pernafasan
cuping hidung.
Kedua daun telinga simetris, daun telinga lengkap,
Telinga
bersih, tidak ada benjolan abnormal.
Kedua mukosa bibir simetris, warna mukosa bibir merah
Mulut muda, bibir lembab, gigi bersih, tidak berlubang, tidak
caries, tidak ada sariawan, tidak ada tonsillitis.
Leher Tidak ada pembesaran pada vena jungularis.
Dada Dada cembung, tidak ada retraksi dinding dada.
Kedua payudara simetris, warna areola mamae
Payudara
hiperpigmentasi, kelenjar monsgomeri baik, puting
menonjol.
Belum tampak pembesaran pada perut, tidak ada luka
Abdomen
bekas operasi.
Axilla Pertumbuhan rambut merata, bersih.
Kedua bagian ekstrimitas simetris, tidak oedema, tidak
Ekstrimitas
varises, tidak polidaktil, adaptil, sindaktil, warna kuku
merah muda.
Kedua labia mayora dan minora simtris, lengkap, tidak
oedema, tidak varises, tidak ada condilomatalata dan
Genetalia condilo acuminata, tampak lendir dan darah di vagina,
tidak tampak cairan ketuban (+) , lubang anus (+).

b. Palpasi

- Kepala : Tidak ada nyeri tekan dan benjolan abnormal

- Mata : Tidak ada nyeri tekan pada palpebra.


- Hidung : Tidak ada nyeri tekan dan tanda sinusitis.

- Leher : Tidak teraba pembesaran pada kelenjar limfe, venajunggularis

dan kelenjar tiroid.


- Payudara : Tidak tegang, tidak ada benjolan abnormal colostrum -/-.
- Extremitas : Tidak ada oedema, turgor kulit (-).
- Abdomen : Belum teraba ballotement.

- Axilla : Tidak teraba benjolan pada kelenjar getah bening.

- Ekstrimitas : Tugor kulit (+)


c. Auskultasi

- Dada : Detak jantung normal,irama pernafasan reguler,rh/wh -/-


- Abdomen : Bising usus : (+)

d. Perkusi

- Reflek Patela :+/+

3. Pemeriksaan Dalam

Dilakukan pemeriksaan dalam.


4.2 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut b.d agen pendera fisiologis d.d frekuensi nadi meningkat.

2. Ansietas b.d kebutuhan tidak terpenuhi d.d tampak gelisah.

3. Risiko syok d.d kekurangan volume cairan.

4. Risiko ketidakseimbangan cairan d.d perdarahan.

5. Resiko infeksi b.d tidak adekuatnya pertahanan sekunder.

- Dx :Ny “V” GI P0001 Ab000 UK 13-14 minggu dengan Abortus Imminens.

- Ds :Ibu mengatakan bahwa ini adalah kehamilan pertama dengan usia


kehamilan 3 bulan dan mengeluarkan darah sejak tadi siang.

- Do :Keadaan Umum : Cukup


- Kesadaran : Composmentis
- TD : 110/70 mmHg

- N : 80 x / menit

- S : 36 °C
- RR : 22 x / menit

- Inspeksi : Tampak adanya pengeluaran darah di vagina.

- Palpasi : Belum teraba ballotement.


4.3 Intervensi

- Dx: Ny “V” GI P0001 Ab000 UK 13-14 minggu dengan Abortus Imminens.

- Tujuan: Mengantisipasi agar tidak terjadi komplikasi.

Mengantisipasi agar tidak terjadi abortus incomplete.

Mengantisipasi agar tidak terjadi perdarahan terus-menerus.

- Kriteria Hasil : Keadaan umum baik.

TTV dalam batas normal

Keadaan ibu dan janin baik.

Tidak terjadi komplikasi.


Tidak terjadi abortus incomplete.
Tidak terjadi perdarahan.
- Intervensi :

1. Lakukan pendekatan pada terapeutik pada ibu dan keluarga.

R
/ Agar tercipta hubungan saling percaya dan lebih kooperatif dalam tindakan yang
akan dilakukan.
2. Beritahu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga.

R
/ Ibu dapat mengerti dan lebih menerima keadaannya.

3. Anjurkan ibu untuk mengisi lembar inform concent dalam pemberian advis dokter.

R
/ Untuk persetujuan tindakan medis yang akan dilakukan pada ibu.

4. Lakukan observasi tanda-tanda vital.

R
/ Sebagai parameter keadaan ibu.

5. Lakukan observasi perdarahan.

R
/ Sebagai parameter keadaan ibu.

6. Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian advis pemasangan infus RD5,
injeksi Viccilin 1 gram dan pemberian Kaltrofen terjadwal.
R
/ Menjalankan fungsi dependent.
7. Anjurkan ibu untuk istirahat total.

R
/ Menjaga kondisi ibu.
4.4 Implementasi

Tanggal : 26 Februari 2015 Jam : 10.00 WIB

1. Melakukan pendekatan pada klien secara terapeutik agar ada kerja sama yang baik
pada ibu dan keluarga.
2. Menjelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan pada ibu dan keluarga.

3. Memberikan inform concent pada ibu untuk ditandatangani sebagai bukti persetujuan
terhadap tindakan medis yang akan dilakukan.
4. Melakukan observasi tanda-tanda vital dan keadaan umum ibu untuk mengetahui
adanya tanda-tanda infeksi yang diketahui dengan adanya peningkatan suhu tubuh.

5. Melakukan observasi perdarahan unruk mengetahui adanya perdarahan terus-menerus


dan berlebihan.
6. Melakukan kerja sama dengan dokter SpOg untuk pemberian advis pemasangan infus
RD5, injeksi Viccilin 1 gr, dan pemberian kaltrofen terjadwal.
7. Menganjurkan ibu untuk istirahat total.
4.5 Evaluasi

Tanggal : 25 Maret 2022 Jam : 12.00 WIB

S : Ibu mengatakan ini kehamilan yang kedua dengan usia kehamilan 3 bulan dan
masih merasa lemas dan nyeri pada perut.

O : Keadaan Umum : Cukup


Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 120/80 mmHg

N : 80 x/menit

S : 36,3 °C
RR : 20 x/menit

A : Ny “V” GI P0001 Ab000 UK 13-14 minggu dengan Abortus Imminens Hari Ke-2

P : Melakukan pemasangan infus dan observasi TTV.

Melakukan observasi perdarahan.


Memberikan inform concent untuk persetujuan advis dokter.
Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG.
Menganjurkan pasien untuk istirahat total.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Abortus ialah pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau
kurang dari 28 minggu atau berat janin 1000 gram (Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba,
SpOG, 2004).
Abortus terjadi melalui dari terlepasnya sebagian/seluruh jaringan plasenta yang
menyebabkan perdarahan sehingga janin kekurangan nutrisi dan O 2, pengeluran tersebut
dapat terjadi spontan atau seluruhnya.
Abortus iminens (keguguran mengancam), abortus ini baru mengancam dan masih ada
harapan untuk mempertahankannya. (FK. UNPAD, 1984 :8)
Abortus iminens adalah abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya
abortus selanjutnya. (Sarwono, 2008 : 467)
Kesimpulan dari asuhan kebidanan pada Ny.”V” GII P1001 Ab000 Uk 13-14 minggu
dengan Abortus Imminens yaitu pada tahap pengkajian yang terdiri dari data subyektif
diperoleh data secara lengkap. Data yang didapatkan dalam pengkajian digunakan
sebagai dasar dalam menemukan indentifikasi diagnosa.

5.2 Saran

Mengharapkan mahasiswa meningkatkan dan memperdalam ilmu pengetahuan


khususunya tentang ilmu kebidanan dan mampu memberikan asuhan kebidanan pada
setiap ibu hamil , ibu bersalin , ibu nifas bayi dan anak dalam praktek kebidanan klinik.
DAFTAR PUSTAKA

Chuningham. 1995. Obstetri William. EGC, Jakarta

Manuaba, IGB. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri. EGC, Jakarta

Manuaba, IGB. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana.

EGC, Jakarta

Mansjoer, arif ,dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3.Jilid1.Media Aesculapius FKUI,
Jakarta
Mochtar R.. 1998. Sinopsis Obstetri Fisiologi.Cetakan ke-II. EGC, Jakarta
Prawirohario.Sarwono, 2001.Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka, Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Acuan pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta Prawirohario.Sarwono, 2007.Ilmu
Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka, Jakarta Sastrawirsata Sulaeman, 1984. Obstetri Patologi.
FKUP Bandung, Bandung
Syaifudin, Abdul Bakri. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.YBP-SP, Jakarta
Winknjosastro, Hanifa. 1999. Ilmu Kebidanan.YBP-SP,Jakarta
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
DAFTAR PUSTAKA

Chuningham. 1995. Obstetri William. EGC, Jakarta

Manuaba, IGB. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri. EGC, Jakarta

Manuaba, IGB. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana.

EGC, Jakarta

Mansjoer, arif ,dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3.Jilid1.Media Aesculapius
FKUI, Jakarta
Mochtar R.. 1998. Sinopsis Obstetri Fisiologi.Cetakan ke-II. EGC, Jakarta
Prawirohario.Sarwono, 2001.Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka, Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Acuan pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta

53
Prawirohario.Sarwono, 2007.Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka, Jakarta
Sastrawirsata Sulaeman, 1984. Obstetri Patologi. FKUP Bandung, Bandung
Syaifudin, Abdul Bakri. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal.YBP-SP, Jakarta
Winknjosastro, Hanifa. 1999. Ilmu Kebida

54
Reflek Patela : +/+

4.5.1.1 Pemeriksaan Dalam

Tidak dilakukan pemeriksaan dalam.

4.6 Analisa Diagnosa dan Masalah

Dx : Ny “V” GII P1001 Ab000 UK 13-14 minggu dengan Abortus Imminens.

Ds : Ibu mengatakan bahwa ini adalah kehamilan keduanya dengan usia kehamilan 3
bulan dan mengeluarkan darah sejak tadi siang.
Do : Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 110/70 mmHg

N : 80 x / menit
S : 36 °C
RR : 22 x / menit

Inspeksi : Tampak adanya pengeluaran darah di vagina.


Palpasi : Belum teraba ballotement.

4.7 Identifikasi Masalah Potensial

1. Abortus insipiens

2. Abortus imminens

4.8 Identifikasi Kebutuhan Segera

Kolaborasi dengan dokter SpOG.

KIE tentang masalah ibu dan penanganannya.

55
4.9 Intervensi

Dx : Ny “V” GII P1001 Ab000 UK 13-14 minggu dengan Abortus Imminens.

Tujuan : Mengantisipasi agar tidak terjadi komplikasi.

Mengantisipasi agar tidak terjadi abortus incomplete.


Mengantisipasi agar tidak terjadi perdarahan terus-menerus.

56
Kriteria Hasil : Keadaan umum baik.

TTV dalam batas normal.


Keadaan ibu dan janin baik.
Tidak terjadi komplikasi.
Tidak terjadi abortus incomplete.
Tidak terjadi perdarahan.
Intervensi :

8. Lakukan pendekatan pada terapeutik pada ibu dan keluarga.


R
/ Agar tercipta hubungan saling percaya dan lebih kooperatif dalam tindakan yang
akan dilakukan.
9. Beritahu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga.
R
/ Ibu dapat mengerti dan lebih menerima keadaannya.

10.Anjurkan ibu untuk mengisi lembar inform concent dalam pemberian advis dokter.
R
/ Untuk persetujuan tindakan medis yang akan dilakukan pada ibu.

11.Lakukan observasi tanda-tanda vital.


R
/ Sebagai parameter keadaan ibu.

12.Lakukan observasi perdarahan.


R
/ Sebagai parameter keadaan ibu.

13.Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian advis pemasangan infus RD5,
injeksi Viccilin 1 gram dan pemberian Kaltrofen terjadwal.
R
/ Menjalankan fungsi dependent.

14.Anjurkan ibu untuk istirahat total.


R
/ Menjaga kondisi ibu.

4.10 Implementasi

Tanggal : 26 Februari 2015 Jam : 18.30 WIB

8. Melakukan pendekatan pada klien secara terapeutik agar ada kerja sama yang baik
pada ibu dan keluarga.
9. Menjelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan pada ibu dan keluarga.
57
10.Memberikan inform concent pada ibu untuk ditandatangani sebagai bukti persetujuan
terhadap tindakan medis yang akan dilakukan.
11.Melakukan observasi tanda-tanda vital dan keadaan umum ibu untuk mengetahui
adanya tanda-tanda infeksi yang diketahui dengan adanya peningkatan suhu tubuh.

58
12.Melakukan observasi perdarahan unruk mengetahui adanya perdarahan terus-
menerus dan berlebihan.
13.Melakukan kerja sama dengan dokter SpOg untuk pemberian advis pemasangan
infus RD5, injeksi Viccilin 1 gr, dan pemberian kaltrofen terjadwal.
14.Menganjurkan ibu untuk istirahat total.

4.11 Evaluasi

Tanggal : 27 Februari 2015 Jam : 12.00 WIB

S : Ibu mengatakan ini kehamilan yang kedua dengan usia kehamilan 3 bulan dan masih
merasa lemas dan nyeri pada perut.
O : Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 120/80 mmHg

N : 80 x/menit
S : 36,3 °C
RR : 20 x/menit

A : Ny “V” GII P1001 Ab000 UK 13-14 minggu dengan Abortus Imminens Hari Ke-2

P : Melakukan pemasangan infus dan observasi TTV.


Melakukan observasi perdarahan.
Memberikan inform concent untuk persetujuan advis dokter.
Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG.
Menganjurkan pasien untuk istirahat total.

59
BAB IV
PEMBAHASAN

60
Pembahasan merupakan bagian studi kasus yang membahas kesenjangan yang
ditemukan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus. Untuk memudahkan dalam
penyusunan bab pembahasan maka penyusun mengelompokkan sesuai dengan 7 langkah
manajemen kebidanan.
Dalam studi kasus ini tidak didapatkan kesenjangan yang ditemukan oleh penyusun
selama melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny.”V” G II P1001 Ab000 Uk 13-14 minggu
dengan Abortus Imminens.

61
BAB V
PENUTUP

5.3 Kesimpulan

Abortus ialah pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram
atau kurang dari 28 minggu atau berat janin 1000 gram (Prof. Dr. Ida Bagus Gde
Manuaba, SpOG, 2004).
Abortus terjadi melalui dari terlepasnya sebagian / seluruh jaringan plasenta yang
menyebabkan perdarahan sehingga janin kekurangan nutrisi dan O 2, pengeluran tersebut
dapat terjadi spontan atau seluruhnya.
Abortus iminens (keguguran mengancam), abortus ini baru mengancam dan masih
ada harapan untuk mempertahankannya. (FK. UNPAD, 1984 :8)
Abortus iminens adalah abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman
terjadinya abortus selanjutnya. (Sarwono, 2008 : 467)
Kesimpulan dari asuhan kebidanan pada Ny.”V” G II P1001 Ab000 Uk 13-14 minggu
dengan Abortus Imminens yaitu pada tahap pengkajian yang terdiri dari data subyektif
diperoleh data secara lengkap. Data yang didapatkan dalam pengkajian digunakan sebagai
dasar dalam menemukan indentifikasi diagnosa.

5.4 Saran

Mengharapkan mahasiswa meningkatkan dan memperdalam ilmu pengetahuan


khususunya tentang ilmu kebidanan dan mampu memberikan asuhan kebidanan pada
setiap ibu hamil , ibu bersalin , ibu nifas bayi dan anak dalam praktek kebidanan klinik.

62
DAFTAR PUSTAKA

Chuningham. 1995. Obstetri William. EGC, Jakarta

Manuaba, IGB. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri. EGC, Jakarta

Manuaba, IGB. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana.

EGC, Jakarta

Mansjoer, arif ,dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3.Jilid1.Media Aesculapius
FKUI, Jakarta
Mochtar R.. 1998. Sinopsis Obstetri Fisiologi.Cetakan ke-II. EGC, Jakarta
Prawirohario.Sarwono, 2001.Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka, Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Acuan pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Prawirohario.Sarwono, 2007.Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka, Jakarta
Sastrawirsata Sulaeman, 1984. Obstetri Patologi. FKUP Bandung, Bandung
Syaifudin, Abdul Bakri. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal.YBP-SP, Jakarta
Winknjosastro, Hanifa. 1999. Ilmu Kebidanan. YBP-SP, Jakarta

63

Anda mungkin juga menyukai