Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KASUS MANUAL PLASENTA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan

Oleh

ANGGRAENI INDAH KUSUMANINGRUM

1910104320

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

2019
PENDAHULUAN

Penyebab kematian ibu di Indonesia antara lain disebabkan oleh


perdarahan, infeksi, abortus, partus lama serta penyebab kematian tidak langsung
seperti penyakit kanker, jantung, tuberculosis atau penyakit lain yang diderita ibu.
Perdarahan menjadi penyebab kedua tertinggi setelah penyebab kematian tidak
langsung yakni sebesar 30,3% pada tahun 2013 (Kementrian Kesehatan, 2014).
WHO menyebutkan salah satu penyebab perdarahan setelah melahirkan ialah
perlengketan plasenta (retensio placenta) (World Health Organization, 2009)

Perlengketan plasenta (retensio placenta) adalah terlambatnya kelahiran


plasenta melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir, tanpa perdarahan yang
berlebihan. Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya
perdarahan dan infeksi (Manuaba I, Manuaba, I and Manuaba, I, 2010). Jika
placenta belum lepas sama sekali, tidak terjadi perdarahan. Namun, jika lepas
sebagian, terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya.
Peristiwa ini dapat terjadi karena plasenta belum lepas dari dinding uterus akibat
kontraksi uterus yang kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesive).

Selain itu, plasenta melekat erat pada dinding uterus disebabkan oleh vili
korialis menembus desidua sampai miometrium, sampai di bawah peritoneum
(plasenta akreta – perkreta). Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan
tetapi belum keluar, disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkannya
atau karena salah dalam penanganan kala III, sehingga plasenta tertangkap dalam
rongga rahim dan terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang
menghalangi keluarnya plasenta (inkarseratio placenta) (Wiknjosastro, 2010).
BAB I

KASUS

I. Pengkajian Data
Tanggal pengkajian : 26-10-2012 Jam : 07.30 WIB
A. Data Subyekatif
1. Biodata
Nama pasien : Ny : Y Nama Suami : Tn “A
Umur : 30 th Umur : 32 th
Pendidikan : SMP Pendidkan : SMA
Agama : Islam Agama : Islam
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasata
Alamat : Dumpul Pakis

2. Keluhan utama
Ibu mengatakan selelsai melahirkan dam ari-ari belum lepas selama 30 menit
3. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak punya penyakit menular (Dm, Hipertensi), menahun
(TBC, jantung), menular (TBC), dan tidak punya riwayat kembar
4. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menurun, menahun ataupun
menular
5. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular, menahun
ataupun menahun dan tidak ada riwayat kembar
6. Riwayat haid
- Menarche : 13 tahun
- Siklus haid : 7 hari
- Lama haid : 28 hari (teratur)
- Banyaknya : 2-3 softex / hari
- Disminorhea : hari 1-2 haid
- HPHT : 20 Februari 2006
- TP : 27 November 2006

7. Riwayat perkawinan
Nikah :1x
Lama nikah : 9 tahun
Umur I nikah : 21 tahun
8. Riwayat obstretik (kehamilan, persalinan, nifas yang lalu)
Hamil Keluhan Persalinan Anak
ke Nifas KB
Hamil UK Penyulit Jenis Tmp Penolong BBL Penyulit Sex Umur H/M
1 I 38-39- ♀ PKM Bidan 3150 Retplas N ♀ 7 th H Depo
Hamil
Ini

9. Riwayat KB
Ibu mengatakan mengikuti KB suntik 3 bulanan selama 7 tahun
10. Riwayat kehamilan sekarang
- Usia kehamilan 39-40 minggu
- ANC 8x periksa ke PKM
- Mual-mual umur kehamilan 8-10 minggu
- Imunisasi TT 2x
- Ibu mendapatkan obat berwarna merah (Fe) diminum 1x1 tablet sebelum
tidur malam, Kalk, dan vitamin C.

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
KU : lemah
Kesadaran : Composmentis
Tensi : 90/60 mmHg
Nadi : 100 x/menit
Suhu : 35,8 oC
RR : 28 x/menit
TB : 155 cm
BB : 57 kg
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Rambut : Bersih, tidak mudah rontok, warna hitam
Mata : Skera tidak ikterus, conjungtiva pucat

Muka : Pucat berkeringat

Hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung

Telinga: Tidak ada secret, simetris, tidak ada gangguan

pendengaran

Mulut : Tidak ada stomatitis, lidah bersih, tidak ada caries gigi

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroiddan bendungan vena

Jugularis

Dada : Simetris, putting susu menonjol, pengeluran

colostrum (-), retraksi dinding dada (-)

Perut : Tidak ada luka bekas operasi, perut tampak membesar,

linea nigra

Genetalia : Perdarahan pervaginam, tali pusat jelujur sebagian

Ekstremitas : oedema - - Varises - -

- - - -

b. Palpasi
Perut : kontraksi uterus lembek, TFU setinggi pusat
Ekstremitas : teraba dingin

3. Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan

II. Identifkasi Diagnosa dan Masalah


Dx : Ny “Y” P2A0 kala III dengan retensio plasenta

Ds : Ibu mengeluh bahwa plasentanya belum lepas selama 30 menit

setelah bayi lahir

Do : KU : lemah
Kesadaran : Composmentis

Tensi : 90/60 mmHg

Nadi : 100 x/menit

Suhu : 35,8 oC

RR : 28 x/menit

TB : 155 cm

BB : 57 kg

Genetalia : Perdarahan pervaginam, tali pusat

terjulur sebagian

` Perut : Kontraksi uterus lembek, TFU setinggi pusat

III. Analisa Diagnosa dan Masalah Potensial


- Perdarahan

- Syok

- Infeksi

- Gangguan rasa nyaman

IV. Identifikasi Kebutuhan Segera


- Perbaikan KU dengan pemasangan infuse dan observasi TTV

- Plasenta manual

V. Intervensi
Dx : Ny “Y” P2 A0 kala III dengan retensio plasenta

Tujuan : Perdarahan terhenti dan tidak terjadi komplikasi


Kriteria hasil :

- Plasenta lahir lengkap

- KU dan TTV kembali normal

VI. Implementasi
Tangal 26-11-2006 Jam : 11.10 WIB

Dx : Ny “Y” P2A0 kala III dengan retensio plasenta

1. Melakukan pendetan pada ibu dan keluarga untuk meningkatkan kerjasama


ibu dalam pemberian tindakan medis

2. Lakukan perawatan dengan tehnik aseptic untuk mencegah terjadinya


infeksi dan penularan penyakit

3. Lakukan observasi TTV

Tensi : 90/60 mmHg

Nadi : 100 x/menit

Suhu : 35,8 oC

RR : 28 x/menit

4. Pasang infuse RL 1 fles grojok untuk mengganti cairan tubuh yang hilang
karena perdarahan

5. Cek fundus uteri untuk menentukan kehamilan kembar

6. Melakukan penegangan tali pusat terkendali untuk mengetahui plasenta


sudah lepas atau belum

7. Lakukan pelepasan plasenta secara manual sesuaid engan standart

a. Berikan sedatita dan analgetika (missal petidin dan diazepam IV)

b. Berikan antibiotika dosis tinggi

c. Pasang sarung tangan DTT

d. Jepit tali pusat dnegan kokher dan tegangkan


e. Masukkan tangan secara obstretik dengan menelusuri bagian bawah tali
pusat

f. Tangan sebelah menelusuri tali pusat dan yang satu lagi menahan
fundus uteri, sekaligus infersio uteri

g. Dengan bagian lateral jari-jari tangan dicari insersi pinggir plasenta

h. Buka tangan dostetrik menjadi seperti memberi salam, jari-jari


dirapatkan

i. Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah

j. Gerakkan tangan kanan ke kiri dan ke kanan sambil bergeser ke cranial


sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan

k. Jika plasenta tidak dilepaskan dari permukaan uterus kemungkinan


plasenta akreta, dan siapkan laparatomi untuk histerektomi
supravaginam

l. Regang plasenta dan keluarkan tangan bersama dengan plasenta

m. Pindahkan tangan keluar ke suprasimpisis untuk menahan uterus saat


plasenta dikelurarkan

n. Eksplorasi untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih


melekat pada dinding uterus

- Beri oksitosin Io Iu dalam 500 ml cairan IV 60 tetes / menitdan


massase uterus untuk merangsang kontraksi

o. Jika masih perdarahan beri ergometrin 0,2 mg IM atau prostaglandin

p. Periksa apakah plasenta lengkap atau tidak. Jika tidak lengkap lakukan
eksplorasi di dalam cavum uteri

q. Periksa dan perbaiki robekan serviks, vagina dan episiotomi

8. Mengajari ibu untuk massase uterus searah dengan jarum jam sampai terasa
keras sehingga tidak terjadi perdarahan

9. Kolaborasi dengan dr. Sp OG dalam pemberian terapi

- Amoxillin : 3X1

- Asam mefenamat : 3x1


- Fe :1x1

VII. Evaluasi
Tanggal : 26-11-2006 Jam : 12.00WIB

Dx : Ny “Y” P2A0 post partum dengan retensio plasenta

S : Ibu merasa lega dan bersyukur karena plasentanya sudah

dikeluarkan dan anknya dapat lahir dengan selamat

O ` : KU : lemah

Kesadaran : Composmentis

Tensi : 90/60 mmHg

Nadi : 100 x/menit

Suhu : 35,8 oC

RR : 28 x/menit

TB : 155 cm

BB : 57 kg

Genetalia : Perdarahan 150 cc

Perut : Kontraksi (+)

A : Ny “Y” P2 A0 post partum dengan retensio plasenta

P : - Observasi TTV dan KU

- Anjurkan untuk massase uterus

- Pemberian nutrisi (makan dan minum) untuk kondisi tubuh

- Pemberian tx : - Amoxilin 3x1

- Asam Mefenamat 3x1

- Fe 1x1
BAB II

PROTAP MANUAL PLASENTA PUSKESMAS

A. PERSETUJUAN TINDAKAN KLINIK


B. PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN
I. PASIEN
1. Cairan dan slang infus sudah terpasang. Perut bawah dan lipat paha sudah
dibersihkan dengan air dan sabun.
2. Uji fungsi dan kelengkapan peralatan resusitasi.
3. Siapkan kain diatas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah.
4. Medikamentosa :
a. Analgetika (Pethidin 1 – 2 mg/kg BB, Ketamin Hcl 0,5 mg/kg BB,
Trimadol 1-2 mg/kg BB),
b. Sedative (Diazepam 10 mg),
c. Atropine Sulfas 0,25 – 0,50 mg/ml,
d. Uterotonika (Oksitosin, Ergometrin, Prostaglandin),
e. Cairan NaCl 0,9% dan RL,
f. Set infus
5. Larutan antiseptic (Povidon Iodin 10%)
6. Oksigen dengan regulator
II. PENOLONG (Operator dan Asisten)
1. Baju kamar tindakan, pelapis plastik, masker dan kacamata pelindung : 3
set
2. Sarung tangan DTT/steril : sebaiknya sarung tangan panjang.
3. Alas kaki (sepatu/”boot” karet) : 3 pasang
4. Instrument :
a. Kocher : 2, semprit 5 ml dan jarum suntik No.23 G
b. Mangkok logam (wadah plasenta) : 1
c. Kateter karet dan penampung air kemih : 1
d. Benang kromik 2/0 : 1 rol
e. Set partus : 1 set
C. PENCEGAHAN INFEKSI SEBELUM TINDAKAN
D. TINDAKAN PENETRASI KE KAVUM UTERI
1. Instruksikan asisten untuk memberikan sedative dan analgetikmelalui karet
infus
2. Lakukan katerisasi kandung kemih (lihat prosedur katerisasi kandung
kemih).
 Perhatikan kateter masuk ke dalam kandung kemih dengan benar
 Cabut kateter setelah kandung kemih dikosongkan
3. Jepit tali pusat dengan kocher kemudian tegangkan tali pusat sejajar lantai.
4. Secara obstetric masukkan satu tangan (punggung tangan ke bawah) ke
dalam vagina dengan menelusuri tali pusat bagian bawah.
5. Setelah tangan mencapai pembukaan serviks, minta asisten untuk
memegang kocher, kemudian tangan lain penolong menahan fundus uteri.
6. Sambil menahan menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam ke kavum
uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta
7. Buka tangan obstetric menjadi seperti memberi salam (ibu jari merapat ke
pangkal jari telunjuk).
E. MELEPAS PLASENTA DARI DINDING UTERUS
1. Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah.
 Bila berada di belakang, tali pusat tetap di sebelah atas. Bila dibagian
depan, pindahkan tangan ke bagian depan tali pusat dengan
punggung tangan menghadap ke atas.
 Bila plasenta di bagian belakang, lepaskan plasenta dari tempat
implantasinya dengan jalan menyelipkan ujung jari di antara plasenta
dan dinding uterus, dengan punggung tangan menghadap ke dalam
uterus.
 Bila plasenta di bagian depan, lakukan hal yang sama (punggung
tangan pada dinding kavum uteri) tetapi tali pusat berada di bawah
telapak tangan kanan.
2. Kemudian gerakkan tangan kanan ke kiri dan kanan sambil bergeser ke
kranial sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan.
Catatan : sambil melakukan tindakan, perhatikan keadaan ibu (pasien),
lakukan penanganan yang sesuai bila terjadi penyulit.
F. Mengeluarkan Plasenta
1. Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi
ulangan untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat
pada dinding uterus.
2. Pindahkan tangan luar ke supra simfisis untuk menahan uterus pada saat
plasenta dikeluarkan
3. Instruksikan asisten yang memegang kocher untuk menarik tali pusat
sambil tangan dalam menarik plasenta ke luar (hindari percikan darah).
4. Letakkan plasenta ke dalam tempat yang telah disediakan
5. Lakukan sedikit pendorongan uterus (dengan tangan luar) ke dorsokranial
setelah plasenta lahir.
*Perhatikan kontraksi uterus dan jumlah perdarahan yang keluar.
G. DEKONTAMINASI PASCATINDAKAN
H. CUCI TANGAN PASCATINDAKAN
I. PERAWATAN PASCATINDAKAN
1. Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan dan instruksi
apabila masih diperlukan
2. Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan di dalam kolom yang
tersedia.
3. Buat instruksi pengobatan lanutan dan hal – hal penting untuk dipantau
4. Beritahukan pada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai
tetapi pasien masih memerlukan perawatan
5. Jelaskan pada petugas tentang perawatan apa yang masih diperlukan, lama
perawatan dana pa yang perlu dilaporkan.
BAB III

RINGKASAN ISI JURNAL

Jurnal 1 : Retensio plasenta dapat menjadi penyebab yang berhubungan dengan


perdarahan dan infeksi selama komplikasi retensio plasenta. Banyak faktor seperti
umur, paritas, riwayat komplikasi bersalin, jarak kehamilan, dan beberapa faktor
lain yang dapat menimbulkan retensio plasenta. Penelitian dilakukan di Rumah
Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih dan data diambil pada bulan November 2016.
Populasi penelitian adalah seluruh wanita melahirkan denagn retensio plasenta
dengan kelompok control wanita yang melahirkan tanpa retensio plasenta selama
tahun 2010 – 2016. Sampel penelitian ini adalah 84 yang trebagi menajdi dua
kelompok intervensi dan kelompok control. Data sekunder yang diambil berasal
dari rekam medis. Data tersebut berupa identitas pasien, umur, pendidikan,
paritas, jarak kehamilan, riwayat anemia, dan riwayat komplikasi. Data analisis
yang digunakan ada univariate dan bivariate (chi-square). Hasil penelitian
diketahui jumlah responden pada kelompok kasus memiliki usia tidak berisiko
sebanyak 81%, memiliki pendidikan tinggi 66,7%, tidak memiliki resiko paritas
92,9%, jarak kehamilan tidak beresiko 57,1%, ibu mengalami anemia 59,5% dan
tidak ada riwayat komplikasi kelahiran 61,9%. Hal menunjukkan ada hubungan
antara retensio plasenta dengan pendidikan (p value 0,003) dan riwayat anemia (p
value 0,049). Kesimpulannya terdapat hubungan antara pendidikan dan anemia
pada kejadian retensio plasenta. (Permatasari, Handayani and Rachmawati, 2017).

Jurnal 2 : Kurangnya konsensus kapan harus mendiagnosis dan kelola retensi


plasenta jika tidak ada perdarahan pada tahap 3 persalinan, sudah sering
mengalami pengeluaran plasenta (Manual removal of Placenta) secara manual
sesuai kebijaksanaan dari accoucher. Penelitian ini bertujuan untuk menilai
praktik pengeluaran plasenta secara manual di tersierinstitusi di Nigeria dengan
tujuan untuk mengevaluasi faktor risiko untuk prosedur dan kemungkinan
kemajuan pedoman untuk meningkatkan standarisasi diagnosis retensio plasenta.
Desain: Studi kasus terkontrol. Pengaturan:Pusat bersalin tersier di Nigeria barat
daya. Peserta: Data dari catatan rumah sakit 92 ibu hamil yang memiliki MROP
dari Januari hingga Desember 2009 dibandingkan dengan 91 segera berikutnya
ibu hamil tanpa MROP cocok dengan usia dan paritas.Variabel seperti obstetri dan
ginekologi masa lalu riwayat, usia kehamilan pada saat melahirkan, durasi tahap
3, perkiraan kehilangan darah,kuantum darah yang ditransfusikan dan lama rawat
inapdiekstraksi dan dianalisa secara statistik menggunakan paket SPSS. Hasil:
Ada 4613 pengiriman dimana 92 ibu melahirkan memiliki MROP,kejadian 1,99%.
Durasi rata-rata tahap 3 dalam kelompok studi adalah 35,6 ± 18,8 menit
dibandingkanhingga 21,6 ± 6,28 menit di kontrol. Dokter adalah dalam 96,8%
kasus sementara bidan mengambil persalinan dalam 84,4% pada kelompok
kontrol. Sebelumnya jaringan parut rahim hamil seperti dilatasi dan kuretase dan
operasi caesar cenderung untuk MROP dibandingkan dengan kelompok kontrol (P
<0,032) dan (P <0,024) masing-masing tetapi tidak ada perbedaan yang
signifikanantara kedua kelompok sehubungan dengan sebelumnyamiomektomi.
Kesimpulan: Ada kebutuhan untukmenetapkan pedoman standar dalam
manajemen tahap 3 persalinan dengan kriteria pasti untuk diagnosis dari retensi
plasenta untuk mengurangi kemungkinan risiko MROP yang tidak perlu (Akinola
et al., 2013).
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada penelitian sebelumnya ditemukan bahwa faktor penyebab kejadian


retensio plasenta adalah umur, paritas, riwayat komplikasi bersalin, jarak
kehamilan, dan beberapa faktor lain yang dapat menimbulkan retensio plasenta.
Namun pada kasus yang dialami oleh pada Ny. Y retensio plasenta terjadi akibat
riwayat persalinan sebelumnya yang mengalami retensio plasenta pula.
Disebutkan pada hasil penelitian bahwa anemia menjadi penyebab retensio
plasenta namun tidak terbukti pada kasus Ny.Y yang mengalami retensio plasenta.
Disebutkan pula bahwa faktor pendidikan mempengaruhi kejadian retensio
plasenta, hal ini bisa jadi terjadi pada Ny.Y yang status pendidikannya sampai
SMP saja. Sehingga kemampuan ibu dalam waspada dengan kemungkinan buruk
yang terjadi terulang dapat diantisipasi sebelumnya.

Sejalan dengan penelitian oleh Akinola dan Tim dijelaskan bahwa


tindakan manual plasenta pada retensio plasenta cenderung terulang kembali pada
ibu dengan riwayat retensio plasenta sebelumnya Pada penatalaksanaan kasus
Ny.Y saat tenaga kesehatan melakukan manual plasenta sudah sesuai dengan
protap yang sudah ada di Puskesmas. Pada kasus diatas tidak ditemukan
kesenjangan baik prosedur tetap di Puskesamas maupun pada jurnal yang telah
didapat.
DAFTAR PUSTAKA

Akinola, O. I. et al. (2013) ‘Manual removal of the placenta : Evaluation of some


risk factors and management outcome in a tertiary maternity unit . A case
controlled study *’, 2013(March), pp. 279–284.

Kementrian Kesehatan (2014) ‘Infodatin: Situasi Kesehatan Ibu’. Jakarta:


Kementrian Kesehatan.

Manuaba I, A., Manuaba, I, B. and Manuaba, I, B. (2010) Ilmu Kebidanan,


Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC.

Permatasari, F. A., Handayani, S. and Rachmawati, E. (2017) ‘Faktor Faktor yang


Berhubungan dengan Kejadian Perlengketan Plasenta ( Retensio Placenta ) di
Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih’, 2, pp. 102–108.

Wiknjosastro, H. (2010) Kebidanan Edisi Ketiga Cetakan Keenam. Jakarta:


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

World Health Organization (2009) ‘WHO Guidelines for the Management of


Pospartum Haemorrhage and Retained Placenta.’ Geneva: World Health
Organization.

Anda mungkin juga menyukai