Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

DENGAN RUPTUR PERINEUM DERAJAT SATU

DI SUSUN OLEH :

ATIK WIHAYATI
NIM.06242006

POLITEKNIK KESEHATAN
DEPARTEMEN KESEHATAN TANJUNG KARANG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN METRO
TAHUN 2007
RUPTUR PERINEUM DERAJAT I

Persalinan seringkali mengakibatkan perlukaan jalan lahir. Luka-luka biasanya


ringan, tetapi kadang-kadang terjadi juga luka yang luas dan berbahaya. Setelah
persalinan harus selalu dilakukan pemeriksaan vulva dan perineum. Pemeriksaan
vagina dan serviks dengan spekulum perlu dilakukan setelah pembedahan
pervaginam. Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan
tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan ini dapat dihindarkan atau
dikurangi dengan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin
dengan cepat. Sebaliknya kepala janin yang akan lahir jangan di tahan terlampau kuat
dan lama, karena akan menyebabkan asfiksia dan perdarahan dalam tengkorak janin,
dan melemahkan otot-otot dan fasia pada dasar panggul karena direnggangkan terlalu
lama.

Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas
apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil dari pada biasa
sehinga kepala janin terpaksa lahir lebih kebelakang dari pada biasa, kepala janin
melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar dari pada
sirkumferensia suboksipito bregmatika, atau anak dilahirkan dengan pembedahan
vagina. (Sarwono Prawirohardjo)

Faktor-faktor yang menyebabkan ruptur perineum (Harry Oxorn).


Faktor maternal, mencangkup :
1) Partus presipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong (sebab paling
sering)
2) Pasien tidak mampu berhenti mengejan.
3) Partus diselesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan fundus yang berlebihan.
4) Edema dan kerapuhan pada perineum.
5) Varikositas Vulva yang melemahkan jaringan-jaringan perineum.
6) Arcus pubis sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit pula sehingga
menekan kepala bayi ke arah posterior.
7) Perluasan episitomi.

Faktor janin mencangkup :


1) Bayi yang besar
2) Posisi kepala yang abnormal, ex : presentasi muka
3) Kelahiran bokong
4) Ekstraksi forceps yang sukar
5) Dystocia bahu
6) Anomali kongenital, seperti hidrocephalus

Robekan derajat pertama menurut harry oxorn dan sarwono prawiroharjo :


Robekan derajat pertama meliputi mukosa vagina, fourchette dan kulit perineum
tepat dibawahnya. Perbaikan robekan ini kecil dan diperbaiki sesederhana mungkin,
tujuannya adalah merapatkan kembali jaringan yang terpotong dan menghasilkan
hemostass. Pada rata-rata kasus, beberapa jahitan terputus lewat mukosa vagina,
fourchette dan kulit perineum sudah memadai. Jika pendarahannya banyak, dapat
digunakan jahitan angka 8. jahitan terputus yang di simpul secara longgar, paling baik
bagi kulit karena jahitan ini kurang menimbulkan tegangan dan lebih mnyenangkan
bagi pasiennya.

Definsi Nifas
Masa nifas dimulai setelah placenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas kurang lebih selama 6
minggu. (Sarwono, 2001).
Dimulai setelah partus selesai dan berakhirnya kira-kira 6 minggu. Akan tetapi,
seluruh alat genetalia baru pulih kembali sebelum ada kehamilan dalam waktu 3
bulan (Sarwono, 1992)

Merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan
normal, masa berlangsung selama 6 minggu /42 hari. (Manuaba, 2000)

Dimulai beberapa jam sesudah lahir plasenta dan mencangkup 6 minggu berikutnya
(JHPIEG, 2001)

Dapat disimpulkan bahwa masa nifas adalah masa pemulihan alat-alat kandungan
setelah melahirkan yang berlangsung kira-kira 6 minggu dan kembali seperti keadaan
sebelum ada kehamilan, memerlukan waktu selama 3 bulan.

Menurut Mochtar (1998) Periode nifas dibagi 3 :


a. Early Puerperium (masa nifas dini)
Masa dimana telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan sendini mungkin.
b. Immediate Puerperium
Kepulihan alat-alat genetalia yag lamanya sampai dengan 6-8 minggu
c. Later Puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulihnya dan sehat sempurna terutama bila selama
kehamilan atau bersalin mengalami komplikasi, waktu untuk sehat sempurna bisa
berminggu-minggu, bulan bahkan tahunan.

Perubahan yang terjadi selama masa nifas (Prawiroharjo, 1992)


1. Sistem Vaskuler
Pada persalinan pervaginam kehilangan + 300-500 cc, bila melalui operasi SC
kehilangan darah dapat 2 kali lipat. Perubahan yang terjadi dari blood volume
(volume darah) dan hemokonsentrasi. Dan baru stabil setelah 4-6 minggu, setelah
melahirkan shunt akan hilang dengan tiba-tiba volume darah ibu relatif akan
bertambah.
2. Sistem reproduksi
a. Involusi rahim
Setelah plasenta lahir uterus akan mengeras karena kontraksi dan retraksi pada
otot-ototnya. Setelah lahir, berat uterus 1000 gram, seminggu kemudian 500
gram, 2 minggu kemudian 375 gram dan pada akhir purperium 50 gram
(normal 40-60 gram). Involusi terjadi karena masing-mading sel menjadi lebih
kecil, karena cytoplasma yamg berlebihan di buang. Involusi disebabkan
karena cytoplasma berlebihan dibuang. Involusi disebabkan karena autolisis,
dimana zat protein, dinding rahim pecah. Diabsorbsi dan kemudian di buang
dengan urin. Aktivitas otot-otot adalah terjadinya kontraksi dan retraksi otot-
otot setelah anak lahir, yang diperlukan untuk menutup pembuluh darah yang
pecah karena adanya pelepasan plasenta, serta mengeluarkan isi uterus yang
tidak diperlukan. Hal ini menyebabkan terganggunya pembuluh darah dalam
uterus sehingga jaringan otot-otot kekurangan zat yang diperlukan dan
jaringan otot-otot tersebut menjadi lebih kecil.

b. Involusi tempat plasenta


Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan permukaan
kasar, tidak rata kira-kira sebesar telapak tangan, luka ini dengan cepat
mengecil, pada akhir minggu kedua hanya 3-4 cm, dan pada akhir nifas 1-2
cm. Penyembuhan luka bekas plasenta lekas sekali tidak meninggalkan parut.

c. Perubahan servik dan vagina


Beberapa hari post partum, ostium uteri externum dapat dilalui 2 jari,
pinggirnya tidak rata, retak-retak karena persalinan. Pada akhir minggu
pertama hanya dapat dilalui satu jari saja dan lingkaran retraksi berhubungan
dengan bagian atas kanalis servikalis, pada servik terbentuk sel-sel otot baru
karena hiperlisis, retraksi dirobekan servik sembuh. Pada minggu ke 3 post
partum rugae mulai nampak kembali.

d. Lochea
Yaitu cairan yang dikeluarkan uterus melalui vagina dalam masa nifas. Sifat
lochea alkalis, jumlahnya lebih banyak dari pengeluaran darah dan lendir
sewaktu menstruasi. Cairan ini berasal dari melekatnya plasenta. Bekas
melekatnya plasenta menimbulkan pecahan-pecahan pembuluh darah dan
dalam penyembuhan mengeluarkan getah, selain itu juga terdapat sisa selaput
chorium yang tertinggal pada decidua ligquoromni saat persalinan vernik
caseosa, rambut lanugo dan kemudian mekonium.
a) Lochea rubra/cruenta
Pada hari 1-2 berwarna merah berisi lapisan decidua sisa-sisa chorium,
liquor amni, rambut lanugo, vernik caseosa, dan kemungkinan pula
mekonium.
b) Lochea sanguinolenta
Pada hari ke 3-7 berwarna coklat sedikit darah, banyak serum, selaput
lendir, leucucytendum kuman penyakit dan serabut jaringan yang telah
mati.
c) Lochea serosa
Pada hari 7-10 berwarna agak kuning, cair, dan tidak ada lagi darah
d) lochea alba
Setelah 2 minggu berwarna kekuningan berisi selaput lendir
leucocytendon kuman penyakit dan jaringan yang telah mati.

3. Buah dada/lactasi
Hormon progesteron dan estrogen menghambat pengeluaran prolaktin. Dengan
lahirnya plasenta kadar estrogen dan progesteron menurun sehingga penekanan
prolaktin meningkat dalam darah dan merangsang produksi ASI.
4. Sistem perkencingan
Dinding kantung kencing memperlihatkan oedema dan hiperenia. Kadang-kadang
oedema tergonium pada hiperenia kandung kencing selama nifas kurang sensitif
dan kapasita kandung kemih juga bertambah, sehingga volume penuh atau
sesudah BAK masih tertinggal urine residual. Sisa urin ini dan trauma pada
kandung kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi. Dilatasi ureter
dan pyelum normal kembali dalam waktu 2 minggu.
5. Tanda-tanda vital
a. Suhu tubuh
Suhu tubuh post partum meningkat 37,5 C-38 C, karena kerja keras waktu
persalinan kemudian suhu akan normal.
b. Nadi
Pols sehabis melahirkan : 100x/menit karena kelelahan, perdarahan, nyeri, dan
infeksi.
c. Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan karena adanya perdarahan
d. Pernafasan
Bila suhu dan denyut nadi tidak normal, pernafasan akan mengikutinya.

6. Sistem gastrointestinal
Biasanya ibu mengalami obstipasi swetelah melahirkan. Hal ini karena alat
pencernaan mendapat tekanan waktu melahirkan, dehidrasi, hemoroi,. Supaya
BAB kembali lancar dapat diberi makanan yang mengandung serat dan
pemberian cairan yang cukup.

7. Otot-otot abdominal
Setelah persalinan, dinding perut longgar karena diranggang begitu lama, tetapi
biasanya pulih kembali dalam 6 minggu pada waktu yang ethemis, terjadi
diastusis dari otot-otot rectus abdominalis untuk mengencangkan kembali otot-
otot perut, dapat dilakukan senam nifas.

8. Perubahan psikis dan sosial


Kebanyakan wanita dalam minggu pertama setelah melahirkan menunjukkan
gejala-gejala depresi dari tingkat ringan sampai berat.
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS
DENGAN ADANYA RUPTUR PERINEUM DERAJAT SATU
PADA NY.M

I. PENGUMPULAN DATA DASAR


Anamnesa
1. Biodata
Nama isteri : Ny. Martinah Nama suami : Tn. Sartono aji
Umur : 22 tahun Umur : 25 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pekerjaan : Tani Pekerjaan : Tani
Alamat : Jl. Mawar indah no.3 Alamat : Jl. Mawar indah no.3
Srirejo, Metro Timur Srirejo Metro timur

2. Keluhan utama
Ibu 2 jam post partum, tanggal 6 oktober 2007
Mengeluh bahwa vaginanya terasa pedih dan nyeri serta sakit saat
digerakkan..

3. Pola istirahat dan nutrisi


a. Sebelum bersalin
a) Istirahat
Ibu beristirahat/tidur 7-8 jam sehari
b) Nutrisi
Ibu makan 3x sehari dengan nasi, lauk, dan sayuran
Ibu minum 6-8 gelas sehari
b. Sesudah bersalin
a) Istirahat
Ibu beristirahat/tidur 5-7 jam sehari
b) Nutrisi
Ibu makan 3x sehari dengan nasi, lauk, dan sayuran
Ibu minum 6-8 gelas sehari

4. Data psikologis
a. Ibu merasa cemas dengan keadaannya saat ini
b. Ibu merasa dirinya seperti orang sakit

5. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
TD : 120/80 mmHg
Pols : 80x/menit
RR : 20x/menit
Temp : 37,5oC
2) Pemeriksaan khusus
a. Rambut
bersih, tidak mudah rontok, warna hitam, dan tidak ada ketombe
b. Mata
Bentuk simetris, tidak ada oedema, konjungtiva pucat, sklera tidak
ikterik
c. Hidung
Bentuk simetris, bersih, tidak ada polip, penciuman baik
d. Gigi dan mulut
Bentuk simetris, bersih, tidak ada caries
e. Telinga
Bentuk simetris, berdih, fungsi pendengaran baik
f. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis
g. Dada
Jantung : Normal, tidak terdengar mur-mur
Paru-paru : Tidak terdengar ronchi dan wheezing
Payu dara : Pembesaran normal, simetris kanan kiri, ASI sudah
keluar, puting susu menonjol, tidak ada benjolan
h. Abdomen
Tidak ada luka bekas operasi, tidak ada pembesaran yang abnormal,
nyeri sekitar pinggang
i. Genetalia
Tidak ada oedema dan varises, pada anus tidak terdapat haemoroid,
terdapat luka jahitan yang masih basah, pengeluaran lochea rubra,
berbau amis
j. Ekstrimitas atas dan bawah
Fungsi ekstrimitas baik, tidak ada oedama pada kaki dan tangan, tidak
ada varises, reflek patela positif
k. rektum
Tidak ada haemoroid

Pemeriksaan antropometri
BB : 63 kg sebelum bersalin dan 53 kg sesudah bersalin
TB : 155 cm
II. INTERPRESTASI DATA DASAR
1. Diagnosa
Ibu 2 jam post partum dengan adanya ruptur perineum derajat Satu
Dasar : a. Terdapat luka perineum dengan derajat 1 yang masih basah
b. Bila disentuh perineum terasa nyeri

2. Masalah
cemas, gangguan aktivitas, adanya luka hecting yang masih basah
Dasar : a. Perineum ibu neri
b. Ibu mengatakan takut untuk bergerak
c. Ibu mengatakan sangat khawatir dengan kondisinya saat ini

3. Kebutuhan
Penyuluhan tentang vulva hygiene, ajarkan untuk mobilisasi dini, penyuluhan
tentang luka hecting adar ibu tidak merasa cemas
Dasar : a. terdapat luka di perineum ibu
b. ibu takut untuk bergerak
c. ibu kurang mengerti tentang perawatan vulva pada post partum

III.IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


Potensial terjadi infeksi pada luka di perineum
Dasar : perineum terdapat luka hecting dan nyeri

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA/KOLABORASI


Kolaborasi dengan doktrt/tenaga kesehatan lainnya bila terjadi infeksi

V. RENCANA MANAGEMENT
1. Beri tahu ibu dan keluarga tentang keadaan ibu saat ini
a. Jelaskan pada ibu tentang perineumnya
b. Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan psikologis
c. Jelaskan pada ibu agar ibu tidak takut untuk bergerak
2. Jelaskan pada ibu tentang pengeluaran lochea
a. Jelaskan pada ibu tentang pengeluaran lochea yang normal
b. Jelaskan bahwa lochea yang normal adalah amis.
3. Beri penjelasan pada ibu tentang vulva hygiene
a. Jelaskan pada ibu bahwa ibu harus mengganti softek minimal 3x sehari
b. Jelaskan pada ibu bagaimana cara mencuci perineum yang baik
c. Beri tahu ibu untuk menjaga daerah sekitar vagina
4. Anjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi
a. Memberi tahu pada ibu tentang makanan yang mengandung protein
b. Menjelaskan pada ibu da menganjurkan untuk makan-makanan yang
mengandung banyak protein dan gizi
c. Jelaskan pada ibu tentang pentingnya makanan yang mengandung protein.

VI. IMPLEMENTASI LANGSUNG


1. Memberikan penjelasan pada ibu dan keluarganya tentang keadaan ibu saat
ini yaitu terdapat luka pada perineum derajat satu yang masih basah dan
terdapat luka hecting, menjelaskan kepada keluarga agar memberikan
dukungan psikologis kepada ibu agar rasa cemas ibu dapat berkurang.
Jelaskan pada ibu bahwa ibu boleh mobilisasi sedini mungkin dan tidak
perlu takut untuk bergerak karena luka hecting pada perineumnya.
2. menjelaskan pada ibu tentang tanda-tanda masa nifas yaitu tentang
pengeluaran lochea pada dua hari pertama warnanya kemerahan, setelah
empat hari warnanya kekuningan dan setelah sepuluh hari warnanya putih.
Menjelaskan pada ibu bahwa bau lochea yang normal adalah amis.
3. menjelasakn pada ibu tentang vulva hygiene, anjurkan pada ibu untuk
mengganti pembalut sesering mungkin minimal 3x sehari, menjelaskan pada
ibu bagaimana cara mencuci vagina yang baik yaitu dengan air hangat,
beritahu ibu untuk menjaga daerah vagina agar tidak lembab supaya tidak
terjadi infeksi.
4. Menganjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung protein, seperti : ikan, telur, daging dan menganjurkan pada
ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti : susu, kacang-
kacangan, sayur-sayuran hijau seperti daun katu. Serta menjelaskan pada
ibu bahwa protein sangat penting untuk penyembuhan luka hecting.
5. Menjelaskan pada ibu tentang perawatan perineum yaitu cara mencuci
perineum dengan air hangat, menjaga daerah sekitar perineum agar tetap
kering supaya tidak terjadi infeksi.

VII. EVALUASI
1. Ibu dan keluarganya mengerti tentang keadaan ibu saat ini.
2. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan oleh bidan dan ibu dapat
mengulangi penjelasan tersebut.
3. Ibu berjanji akan melakukan semua anjuran yang diberikan oleh bidan.
4. Ibu tampak tidak cemas lagi dengan kondisinya.
5. ibu dapat menyebutkan kembali langkah-langkah perawatan vulva dan
perineum yang benar.

Catatan Perkembangan Hari Ke-2 Tanggal 7 Oktober 2007


S : a. Ibu mengatakan masih merasa nyeri dibagian perineum.
b. Ibu mengatakan lukanya belum sembuh
c. Ibu mengatakan panas badannya sudah agak turun
d. Ibu mengatakan pengeluaran lochea masih berwarna merah.

O : a. Pada pemeriksaan inspeksi terlihat ada luka hecting yang masih


basah.
b. Keadaan ibu baik.
c. Tidak terdapat infeksi
d. TFU 1 jari dibawah pusat
e. Lochea rubra, perdarahan normal dan kontraksi baik.
f. ASI sudah keluar
g. Eliminasi : a. Ibu BAK 2x sehari setelah melahirkan
b. Ibu BAB 1x setelah melahirkan
h. Tanda-tanda Vital :
TD : 110/70 mmHg RR : 20x/ mnt
Pols: 80x / mnt Temp : 370 C
Catatan perkembangan hari ke 4 tanggal 10 Oktober 2007
S : a. Ibu mengatakan lukanya masih nyeri
b. Ibu mengatakan suhu tubuhnya sudah normal
c. Ibu mengatakan sudah melakukan anjuran dari bidan
d. Ibu mengatakan kondisinya cukup baik

O : a. Luka sudah mulai kering


b. Keadaan umum ibu baik
c. Lochea berwarna kecoklatan
d. Kontraksi uterus baik, TFU : 2 jari di bawah pusat
e. Tanda-tanda vital :
D : 120/80 mmHg RR : 20x/ mnt
Pols : 80x /mnt Tmpt : 36,90C

A : Ibu post partum GI P0A0 hari ke 4 dengan adanya ruptur perineum


derajat satu.
Dasar : a. Ibu mengatakan lukanya masih nyer
b. keadaan umum baik
Masalah : Ibu cerdas karena masih merasa nyeri
Kebutuhan : Berikan penjelasan kepada ibu bahwa rasa nyeri
itu normal karena lukanya kering.
P : a. Jelaskan kondisi ibu saat ini bahwa lukanya belum kering, ibu
perlu menjaga kebersihan disekitar vulva dan perineum
b. Anjurkan pada ibu untuk tetapmenjaga vulva hygiene
c. Anjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi
dan banyak mengandung protein.

Catatan perkembangan hari ke 10 tanggal 16 Oktober 2007


S : a. Ibu mengatan sudah tidak merasa nyeri
b. Ibu mengatakan lochea berwarna kuning
c. Ibu mengatakan kondisinya sudah baik
d. Ibu mengatakan ASI-nya sudah lancar

O : a. Luka sudah kering


b. Lochea serosa, TFU sudah tidak teraba
c. Keadaan umum baik
d. Tanda Vital :
TP : 120/80 mmHg RR : 20x/menit
Pols : 80x/ menit Temp : 36,90C

A. : Ibu post partum G1P0A0 hari ke 10 dengan ruptur perineum derajat I


Dasar :
a. Ibu mengatakan sudah tidak merasa nyeri
b. Pengeluaran hecting serosa
c. Luka hecting sudah kering
d. Keadaan umum ibu baik
P : a. Jelaskan kondisi ibu saat ini bahwa luka hectingnya sudah kering
b. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi sayur-sayuran agar ASI-nya
tetap lancar, seperti daun katu, daun bayam, dll.
c. Ajarkan pada ibu bagaimana cara merawat bayi baru lahir, cara
perawatan tali pusat dengan kasa steril, jaga suhu tubuh bayi agar
tetap hangat, berikan ASI pada bayi kapan pun bayi
menginginkannya, jika tali pusat belum puput anjurkan pada ibu
untuk memandikan bayinya dengan cara di lap.
d. Berikan konseling KB pada ibu, jelaskan pada ibu tentang
macam-macam KB agar ibu dapat memilih KB yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Oxorn, harry, 1990, ilmu kebidanan : Patologi dan fisiologi persalinan (Human Labor
and Birth), Yayasan Essentia Medical.

Prawirohardjo, Sarwono, 2005. ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo, Jakarta Pusat.

Asuhan persalinan normal, 2007. Jaringan Nasional Pelatihan Klinik.

Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba, SpOG, Ilmu kebidanan, Penyakit kandungan, dan
keluarga berencana untuk pendidikan bidan, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai