Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Asma atau obstruksi jalan napas secara umum terjadi ketika bronkhi
mengalami inflamasi atau peradangan akibat suatu rangsangan atau alergen.
asma dapat terjadi pada siapa saja sembarang golongan usia. Penyakit ini
menyebabkan penyempitan pada saluran pernapasan sehingga menimbulkan
kesulitan dalam bernapas, batuk, dan suara nafas yang mengi,penyempitan
ini bersifat berulang namun menyebabkan peradangan; penyempitan ini
bersifat berulang namun reversible, dan diantar episode penyempitan
bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih normal (Nurarif,
2015). Asma adalah suatu keadaan ventilasi yang lebih normal (Nurarif,
2015).
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronchial yang
mempunyai ciri bronkospasme gangguan pada saluran bronchial yang
mempunyai ciri bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran
napas) terutama pada percabangan trakeobronchial yang dapat
diakibatkan oleh berbagai stimulus seperti biokemikal, endokrin, infeksi,
otonomik, dan psikologi (Somantri, 2012).
Asma Bronchial merupakan kelainan saluran napas kronik yang
merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di dunia. Penyakit ini
merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di dunia. Penyakit ini
dapat terjadi pada berbagai usia, naik laki-laki maupun perempuan. Dalam
dapat terjadi pada berbagai usia, naik laki-laki maupun perempuan. Dalam
decade terakhir ini prevalensi Asthma Bronchial cenderung meningkat,
sehingga masalah penanggulangan asthma menjadi masalah yang menarik.
sehingga masalah penanggulangan asthma menjadi masalah yang menarik.
(Fazidah Aguslina Di Akses Tanggal 19/09/2012).

1
Hasil penelitian International Study on Asthma and Allergies in
Childhood (ISAAC) pada tahun 2005 menunjukkan bahwa di Indonesia
(ISAAC) pada tahun 2005 menunjukkan bahwa di Indonesia prevalensi
penyakit asma meningkat dari 44 ,2,2 % menjadi 55 ,4,4 %. Diperkirakan
prevalensi asma di Indonesia 5% dari seluruh penduduk Indonesia, artinya
saat ini ada 12,5 juta pasien asma di Indonesia. Indonesia, artinya saat ini ada
12,5 juta pasien asma di Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah tersebut, maka penulis mengambil masalah,
Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Tn. T dengan Asma Bronkhial di
Ruang Kalpataru RS. Bhakti Asih Brebes

C. TUJUAN
Adapun tujuan penulisan karya tulis ini meliputi tujuan utama dan tujuan
khusus .
1. Tujuan Umum
Diperoleh pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien Asma Bronkhial pendekatan dengan proses
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melaksanakan dan memperdalam dalam
penatalaksaanaan asuhan keperawatan Asma Bronkhial pada pasien di
ruang perawatan.
b. Penulis mampu menganalis dan merasionalkan implementasi
keperawatan sesuai dengan perkembangan ilmu keperawatan melalui
jurnal internasional.

2
D. MANFAAT
1. Manfaat Teoritis
Menambah khasanah pengetahuan bidang keperawatan
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan asuhan
keperawatan
b. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan karya tulis ilmiah ini menjadi bahan masukan dalam
proses pembelajaran dalam asuhan keperawatan pada klien dengan
Asma Bronkhial.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Asma bronkhial adalah penyakit obstuksi jalan nafas yang dapat pulih
dan intermiten yang ditandai oleh penyempitan jalan napas, sehingga
mengakibatkan dispnea, batuk, dan mengi. Eksaserbasi akut terjadi dari
beberapa menit sampai jam, serta bergantian dengan periode bebas gejala
(mubarak 2015: 98).
Asma adalah serangan dispnea paroksima berulang disertai mengi
akibat kontraksi spas media bronki, keadaan ini biasanya disebabkan
manifestasi alergi atas sekunder akibat kondisi kronis atau berulang (Porlands
2012:114).
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami
penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu yang
menyebabkan peradangan. Penyempitan ini bersifat sementara (Amin
2013:40).

B. ETIOLOGI
Sebagian pemicu timbulnya serangan dapat berupa infeksi (Infeksi Virus
RSV) iklim (perubahan mendadak suhu, tekanan udara). Inhalan (debu,
kapuk, tungau, sisa-sisa serangan mati, bulu binatang, serbuk sari, bau asap,
uap cat). Makanan (putih telur, susu sapi, kacang tanah, coklat, biji-bijian,
tomat). Obat (aspirin), kegiatan fisik (olahraga berat, kecapaian, tertawa
terbahak-bahak) dan emosi (Nanda. NIC-NOC 2016:66)

4
C. MANIFESTASI KLINIS
Gejala-gejala yang lazim muncul pada asma bronkial adalah batuk dispnea
dan mengi. Selain gejala di atas ada beberaa gejala yang menyertai
diantaranya sebagai berikut (Mubarak 2016:198):
1. Takipnea dan Orthopnea
2. Gelisah
3. Diaforesis
4. Nyeri adomen karena terlibat otot abdomen dalam pernafasan.
5. Kelelahan (Fatigue)
6. Tidak toleran terhadap aktivitas seperti makan berjalan bahkan berbicara.
7. Serangan biasanya bermula dengan batuk dan rasa sesak dalam dada
disertai pernafasan lambat.
8. Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang dibanding inspirasi.
9. Gerak-gerak retensi karbon dioksida, seperti berkeringat, takinardi dan
pelebaran tekanan nadi.
10. Serangan dapat berlangsung dari 30 menit sampai beberapa jam dan
dapat hilang secara spontan.

D. PATOFISIOLOGI
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma
adalah spalme otot polos edama dan inflamasi memakan jalan nafas dan
eksudasi muncul intra minimal, sel-sel radang dan deris selular. Obstruksi,
menyebabkan pertambahan resistensi jalan udara yang merendahkan volume
ekspiresi paksa dan kecepatan aliran penutupan prematur jalan udara ,
hiperinflasi paru. Bertambahnya kerja pernafasn, perubahan sifat elastik dan
frekuensi pernafasan. Walaupun jalan nafas bersifat difusi, obstruksi
menyebabkan perbedaan suatu bagian dngan bagian lain ini berakibat perfusi
bagian paru tidak cukup mendapat ventilasi dan menyebabkan kelainan gas-
gas terutama penurunan CO2 akibat hiperventilasi.
Pada respon alergi disaluran nafas antibod COE berikatan dengan alergi
degrenakulasi sel mati, akibat degrenakulasi tersebut histomin dilepaskan.
Histomin menyebabkan konstruksi otot polos bronkiolus. Apabila respon

5
histamin juga merangsang pembentukan mulkus dan meningkatkan
permiabilitas kapiler maka juga akan terjadi kongesti dan pembanguan ruang
intensium paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memerlukan respon yang
sensitif berlebihan terhadap sesuatu alergi atau sel-sel mestinya terlalu mudah
mengalami degravitasi dimanapun letak hipersensitivitas respon peradangan
tersebut. Hasil akhirnya adalah bronkapasme, pembentukan mukus edema
dan obstruksi aliran udara (Amin 2013:47).

6
E. PATHWAYS
Faktor Instrinsik Faktor Ekstrinsik

Infeksi kuman
Alergen + faktor genetik

Infeksi saluran pernafasan

Pengaktifan respon imun ( sel mast )

Pengaktifan mediator kimiawi histamin, serotinin, kinin

bronchospasme edema mukosa sekresi


inflamasi

Penyempitan jalan nafas

Pola nafas tidak efektif

Serangan paroksimal

Dispnue, wheezing, batuk, sputum

Anoreksia Ketidakefektifan ancaman


kehidupan bersihan jalan nafas

Kurang Pengetahuan
susah tidur
Gangguan nutrisi
kurang dari kebtuhan
tubuh kecemasan
Pola istirahat
tidur

7
F. KLASIFIKASI
Klasifikasi asma menurut Pratomo (2008:42).
1. Asma Ekstrinsik
Asma ekstrinsik adalah bentuk asma paling umum yang disebabkan
karena reaksi alergi penderita terhadap alergi dan tidak membawa
pengaruh apa-apa terhadap orang yang sehat.
2. Asma Intrinsik
Asma intrinsik adalah asma yang tidak responsif terhadap pemicu yang
berasal dari alergi. Asma ini disebabkan oleh stresinfeksi dan kondisi
lingkungan yang buruk seperti kelembaban, suhu, polusi udara, dan
aktivitas olahraga yang berlebihan.

Asma dibedakaan menjadi dua jenis menurut (Amin 2013:40)


1. Asma bronkhial.
Penderita asma bronkial hipersensitif dan hiperaktif terhadap rangsangan
dari luar seperti debu rumah,bulu binatang, aap kendaraan dll. Penyebab
alergi gejala-gejala munculnya sangat mendadak sehingga gangguan asma
bisa datang tiba-tiba. Gangguan ama bronkial juga bisa muncul lantaran
adanya radang bawah menyempit akibat berkerutnya otot polos saluran
pernafasan pembengkakan selaput lendir dan pembentukan timbunan
lendir yang berlebihan.
2. Asma kardial
Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung. Gejala asma kardial
bisa terjadi pada malam hari disertai sesak nafas yang hebat. Kejadian ini
disebut Noctural Proximal Dyspola.biasanya terjadi pada saat penderita
sedang tidur.
Derajat asma menurut (Amin 2013:40)
1. Intermiten : Gejala kurang dari 1 kali / minggu dan serangan
singkat.
2. Persisten ringan : Gejala lebih dari satu kali /minggu tapi kurang dari
1x sehari
3. Persisten Sedang : Gejala terjadi setiap hari.

8
4. Persisten berat : Gejala terjadi setiap hari dan seranga terjadi
sering.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Sputum
Pada pemeriksaan sputum ditemukan:
a) Kristal-kristal Charcot leyden yang merupakan degranulasi duri kristal
eosinofil.
b) Terdapatnya spiral cursehman, yakni spiral yang merupakan silinder
sel-sel cabang-cabang bronkus.
c) Terdapatnya creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
d) Terdapatnya neutrofil eosinofil.
2. Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi
sedangkan leukosit dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat
komplikasi asma.
a) Gas analisa darah
Terdaat aliran darah yang veriabel, akan tetapi bila terdapat PaCO2
maupun penurunan PH menunjukan prognosis yang buruk.
b) Kadang-kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang meninggi
c) Pada pemriksaan faktor alergi terdapat I9E yang meninggi pada waktu
serangan dan menurun pada waktu penderita bebas dari seragan.
3. Foto Rontgen
Pada umumnya pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada
serangan asma gambaran ini menunjukan hiperinflasi paru berupa
radiolusen yang bertambah dan pelebaran rongga interkostal serta
diafragma yang menurun, (Amin 2013:49).

H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan asma bronkial menurut (Amin 2013:49)
1. Edukasi penderita
2. Menilai dan memonitor besarnya penyakit secara obyektif dengan
mengukur fungsi paru.
3. Mengurangi pengobatan jangka panjang untuk pencegahan.
4. Merencanakan pengobatan untuk serangan akut.

9
5. Menghindari dan mengendalikan pencetus asma bronkial

Adapun penatalaksanaan menurut pendapat lain terbagi menjadi 2, yaitu :


1. Pengobatan non farmalogi
a) Penyuluhan
b) Menghindari faktor pencetus
c) Pemberian cairan.
d) Fisiotherapy.
e) Beri O2 bila perlu
1. Pengobatan farmakologik
a) Agonis beta. contohnya : Alupent, metrapel
b) Metil xantin. contohnya : aminopilin
c) Kortikosteroid. contohnya : beclometason dipropinate
d) Kromolin merupakan obat pencegah asma
e) ketotifen

I. KOMPLIKASI
Komplikasi menurut (manjoer 2007:477) yang mungkin timbul adalah :
1. Pneumo thoraks
2. Pneumomediastinum
3. Emfisema subkutis
4. Ateleltaksis
5. Aspergilosis
6. Gagal nafas
7. Bronchitis

10
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Hari/tanggal/jam : Kamis, 07-02-2019 (08.00)
Oleh : Asih Sri Mulyasih
Metode : Anamnesa, Observasi
Sumber informasi : Pasien dan Keluarga
Tempat pengkajian : Ruang Kalpataru RS Bhakti Asih
Brebes

B. BIODATA
a. Biodata Klien
Nama : Tn. T
Jenis kelamin : Laki- Laki
Tanggal lahir : 02 September 1992
Umur : 26 Tahun
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMA
Alamat : Kupu 7/3 Wanasari Brebes
Tanggal masuk : 06-02-2019
No. RM : 285989
b. Biodata penanggung jawab
Nama : Ny. N
Umur : 25 th
Alamat : Kupu 7/3 Wanasari Brebes
Hubungan dengan klien : Istri

11
C. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan sesak nafas
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien datang ke IGD RS Bhakti Asih brebes dengan keluhan sesak nafas.
terdengar suara tambahan wheezing dan badan terasa lemas.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan 4 tahun yang lalu pernah mengalami penyakit yang
sama seperti ini dan klien baru mengetahui kalau klien menderita asma
bronkhial.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit
seperti yang di alaminya sekarang ini.
e. Genogram

Keterangan :

: Perempuan : Garis Keturunan

: Laki – Laki : Klien

: Tinggal Serumah

12
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Cukup
b. Kesadaran : Composmentis
Tanda – Tanda Vital
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 98 x/m
RR : 28 x/m
Suhu : 36,6 o C
c. Berat Badan dan Tinggi Badan
BB sebelum sakit : 65 kg
BB setelah sakit : 65 kg
Tinggi badan : 168 cm
2. Pengkajian
a. Kepala
- Kepala
Bentuk mesocephal, tidak ada luka, kulit kepala bersih, rambut
hitam bersih.
- Mata
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik dan tidak
menggunakan alat bantu penglihatan.
- Hidung
Bersih, simetris, tidak ada polip, terpasang O2 nasal canul
- Mulut
Mukosa lembab, gigi bersih, tidak ada karies gigi.
b. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
c. Thorak dan Paru
Inspeksi : Gerakan dada simetris kanan dan kiri
Palpasi : Fremitus kanan sama dengan kiri

13
Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : Terdapat suara tambahan wheezing
d. Abdomen
inspeksi : Bentuk datar, tidak tampak adanya luka atau lesi
palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan atau massa
perkusi : Timpani
auskultasi : Peristaltik usus 18x/m
e. Genetalia
Tidak terpasang kateter
f. Ekstremitas
Tangan kanan terpasang infus RL + Aminophylline 1 amp 16 tpm,
tidak ada luka, tidak ada fraktur.
g. Kulit
Warna kulit sawo matang, turgor kulit baik

E. PENGKAJIAN POLA FUNGSIONAL


a. Pola istirahat tidur
Sebelum sakit : Lama tidur siang 1 – 2 jam dan tidur malam 6 – 8 jam.
Selama sakit : Klien mengatakan mengalami gangguan pola istirahat
dan tidur karena sesak nafas, klien tidur 4 – 5 jam dan kadang – kadang
sering terbangun
b. Pola persepsi – pemeliharaan kesehatan
klien mengatakan kesehatan itu penting karena kalau klien sakit aktifitas
akan terganggu, klien selalu berobat apabila sakit ke tempat pelayanan
terdekat.
c. Pola nutrisi dan metabolik
sebelum sakit dan selama sakit tidak ada gangguan dalam nutrisi dan
metabolik, klien makan 3x sehari dan minum 7-8 gelas perhari.

14
d. Pola eliminasi
sebelum dan selama sakit tidak ada gangguan dalam pola eliminasi, klien
BAB 1x sehari,dan BAK ± 4-5 sehari dengan warna kuning.
e. Pola aktivitas – latihan
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan/minum 
Mandi 
Toileting 
Berpakaian 
Mobilisasi tempat tidur 
Berpindah 
Ambulasi/ ROM 

Keterangan :
0 = Mandiri
1 = Dibantu alat
2 = Dibantu orang lain
3 = Dibantu orang lain dan alat
4 = Tergantung total
f. Pola kognitif – perseptual
keadaan umum terlihat sakit, pendengaran dan penglihatan pasien tidak
mengalami gangguan.
g. Pola konsep diri
Klien mengatakan tidak tahu tentang penyakit yang dideritanya.
h. Pola peran hubungan
Klien adalah anak kedua dari tiga bersaudara dan klien dalam hubungan
dengan tetangga dan orang lain baik.
i. Pola seksual
klien berjenis kelamin laki – laki dan klien mengetahui tentang seksualitas
j. Pola nilai dan keyakinan

15
klien beragama islam sebelum sakit klien selalu menjalankan ibadahnya
tetapi selama sakit klien tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang
muslim dan berdoa untuk kesembuhan penyakitnya.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laborat
Tanggal pemeriksaan : 06-02-2019
Jam : 17.00 WIB

Nama pemeriksaan Hasil Angka normal Satuan


Hematologi
Hemoglobin 15.8 12,0-18,0 g/dl
Eritrosit 5.42 4,0-5,5 Jt/ol
Leukosit 7.910 4.000-11.000 /ul
Trombosit 200.000 150.000-450,000 /ul
Hematokrit 46.5 40-52 %
MCV 85.8 79-99 FL
MCH 29.2 26,5-33,5 Pg
MCHC 34.0 31,5-35,0 g/dl
Hitung jenis leukosit
Eosinofil 0.4 1-4 %
Basofil 0.3 0-1 %
Segmen 71.1 50-70 %
Limfosit 13.7 20-40 %
Monosit 14.5 2-6 %

X-Ray Thorax
Tanggal : 06-02-2019
Foto thorax PA, erect, kondisi dan inspirasi cukup, hasil :
Corakan bronkovaskuler meningkat, tampak infiltrat peribronkial
Cor, CTR < 0,52
Kedua diafragma licin tidak mendatar

16
Kedua sinus CF lancip

Kesan :
BRONKHITIS
COR DBN

G. THERAPI
 Tanggal 06-02-2019 ( IGD )
infus : RL + Aminophylline 1amp 20 tpm
injeksi : Methylprednisolon 62,5 mg/ 12 jam
inhaler : Combivent 1 resp / 8 jam
Oral : Ambroxol 30 mg / 12 jam
Paracetamol 500 mg / 8 jam
Oksigen 4 lpm

 Tanggal 07-02-2019 ( dr. Umar Sp.P )


infus : RL + Aminophylline 1 amp 16 tpm
injeksi : Ceftriaxone 1gr / 12jam
Methylprednisolone 62,5 mg / 12jam
oral : Ambroxol 30 mg / 8 jam
Paracetamol 500 / 8 jam (K/P)

 Tanggal 08-02-2019 ( dr. Umar Sp.P )


infus : RL + Aminophylline 1 amp 16 tpm
injeksi : Ceftriaxone 1gr / 12jam
Methylprednosolone 62,5 mg / 12jam
oral : Ambroxol 30 mg / 8 jam
Paracetamol 500 / 8 jam (K/P)

17
 Tanggal 09-02-2019 ( dr. Umar Sp.p )
Therapi pulang :
Salbutamol 2 mg / 12 jam
Ambroxol 30 mg / 8 jam
Methylprednisolone 4 mg / 8 jam
Berotek 2 semprot (K/P)

H. ANALISA DATA
No Tanggal Data Etiologi Problem

18
1 07-02-2019 DS : Alergen/stressor Pola nafas
- Klien tidak efektif
mengatakan Alergen/stressor
sesak nafas
DO :
- Nadi = 99 x/m Meningkatkan
RR = 28x/m imunitas tubuh
- Terdengar
Akumulasi secret
suara
tambahan Tertutupnya jalan
wheezing nafas
2 07-02-2019 DS : Penyempitan Gangguan
- klien jalan nafas pola tidur
mengatakan
tidur hanya 4 – Pola nafas tidak
5 efektif
jam dan sering
terbangun Stress
DO :
- klien terlihat Peningkatan
sulit tidur hormon adrenalin
- klien terlihat
cemas Tidak mengantuk

3 07-02-2019 DS : RR meningkat Intoleransi


Klien aktivitas
mengatakan Suplai O2
badannya berkurang
terasa lemas
DO : Metabolisme
- ADL klien tubuh menurun
tampak di bantu
oleh keluarga Lemah letih
- Klien terlihat
lemas
- Jika klien
banyak bergerak
RR meningkat
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif b.d Bronkospasme

19
2. Gangguan pola tidur b.d Ansietas
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen

J. INTERVENSI

20
N Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
o Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Ketidakektktifian Pola
NOC : NIC :
Nafas  Respiratory status : Airway Management
Definisi : Inspirasi dan atau Ventilation 1. Posisikan pasien untuk
ekspirasi yang  Respiratory status :
tidak memaksimalkan
memberi ventilasi Aiway patency ventilasi
Batasan Karakteritik :  Vital sign status 2. Keluarkan sekret
- Perubahan kedalaman Setelah dilakukan tindakan dengan batuk atau
pernafasan keperawatan selama 3 x 24 saction
- Penurunan ventilasi
jam klien menunjukan 3. Atur intake untuk
semenit keefektifan pola nafas, cairan mengoptimalkan
- Penurunan tekanandengan keseimbangan
inspirasi/ekspirasi Kriteria hasil : Oxygen Therapy
- Penurunan kapasitas  Mendomenstrasikan 1. Pertahankan jalan
vital batuk efektif dan suara nafas yang paten
- Peningkatan diameter nafas bersih, tidak ada 2. Monitor aliran oksigen
anterior-posterior sianosis dan dyspneu 3. Pertahankan posisi
- Pernafasan cuping (mampu mengeluarkan pasien
hidung sputum, bernafas 4. Monitor adanya
- Menggunakan otot dengan mudah) kecemasan pasien
pernafasan tambahan  Menunjukan jalan nafas terhadap oksigenasi
- Bradipneu yang paten (klien tidak 5. Observasi adanya
- Takipneu merasa tercekik, irama tanda-tanda
- Dispneu nafas, frekuensi hipoventilasi
- Ortopneu pernafasan dalam Vital sign Monitor
Faktor yang berhubungan rentang normal, tidak 1. Monitor TD, nadi,
: ada suara nafas suhu dan RR
- Ansietas abnormal) 2. Catat adanya fluktuasi
- Posisi tubuh  Tanda-tanda vital TD
- Dyspneu dalam rentang normal 3. Monitor TD, nadi, RR
- Deformitas dinding sebelum dan setelah
dada aktivitas
- Hiperventilasi, 4. Monitor suara paru
hipoventilasi sindrom 5. Monitor pola nafas
- Penurunan tekanan abnormal
inspirasi/ekspirasi 6. Monitor frekuensi dan
- Kelelahan otot irama pernafasan
pernafasan
2 Gangguan pola tidur NOC : NIC :
Definisi : Gangguan  Anxiety reduction Sleep Enhancement
kualitas dan kuantitas waktu  Comfort level 1. Jelaskan pentingnya
tidur akibat faktor eksternal  Pain level tidur yang adekuat
Batasan Karakteristik :  Rest : Extent and 2. Fasilitas untuk
- Perubahan pola tidur Pattern mempertahankan
normal  Sleep : Extent and aktivitas sebelum tidur
- Ketidakpuasan tidur Pattern (membaca)
- Menyatakan sering Setelah dilakukan tindakan 3. Ciptakan lingkungan

21
terjaga keperawatan selama 3x24 yang nyaman
- Menyatakan tidak jam diharapkan masalah pola 4. Kolaborasi pemberian
merasa cukup istirahat tidur teratasi dengan obat tidur
Faktor yang berhubungan : Kriteria Hasil : 5. Diskusikan dengan
- Kelembaban  Jumlah tidur dalam pasien dab keluarga
lingkungan sekitar batas normal 6-8 tentang teknik tidur
- Suhu lingkungan jam/hari pasien
sekitar  Pola tidur, kualitas 6. Monitor waktu makan
- Kurang kontrol tidur dalam batas normal dan minum dengan
- Kurang privasi,  Perasaan segar sesudah waktu tidur
pencahayaan tidur atau istirahat 7. Monitor/catat
- Perubahan pejanan  Mampu kebutuhan tidur pasien
terhadap cahaya gelap mengidentifikasi hal- setiap hari dan jam.
hal yang meningkatkan
tidur
3 Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
Definisi : ketidakcukupan  Self care : ADL Activity therapy
energi secara fisiologis atau  Toleransi aktivitas 1. Bantu klien untuk
psikologis pada seseorang  Konservasi energi mengidentifikasi
untuk bertahan atau Setelah dilakukan tindakan aktivitas yang mampu
menyelesaikan aktivitas keperawatan selama 3x24 dilakukan
sehari-hari yang harus atau jam klien bertoleransi 2. Bantu untuk memilih
ingin dilakukan terhadap aktivitas dengan aktivitas konsisten
Batasan karakteristik : Kriteria Hasil : yang sesuai dengan
- Respon TD abnormal  Berpartisipasi dalam kemampuan fisik,
terhadap aktivitas aktivitas fisik tanpa psikologi dan sosial
- Respon frekuensi disertai peningkatan 3. Bantu untuk
jantung abnormal TD, nadi dan RR mengidentifikasi
terhadap aktivitas  Mampu melakukan aktivitas yang disukai
- Ketidaknyamanan aktivitas sehari-hari 4. Bantu pasien/keluarga
setelah beraktivitas secara mandiri untuk mengidentifikasi
- Menyatakan merasa  Keseimbangan aktivitas kekurangan dalam
letih dan istirahat beraktivitas
- Menyatakan merasa  Status respirasi : 5. Bantu pasien untuk
lemah pertukaran gas dan mengembangkan
Faktor yang ventilasi motivasi diri dan
berhubungan : penguatan
- Tirah baring atau Energy Management
imobilisasi 1. Observasi adanya
- Kelemahan umum pembatasan klien
- Ketidakseimbangan dalam melakukan
antara suplai dan aktivitas
kebutuhan oksigen 2. Kaji adanya faktor
- Immobilisasi yang menyebabkan
kelelahan
3. Monitor nutrisi dan
sumber energi adekuat
4. Monitor pasien akan
adanya kelelahan fisik

22
dan emosi secara
berlebih
5. Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat

K. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan hari 1 ( 07-02-2019 )

23
No.
Tanggal Jam Implementasi Respon Paraf
DX
07-02-2019 08.00 1 1. Mengkaji KU klien DS :
- Klien mengatakan sesak
nafas Asih
DO :
- Klien tampak terlihat sesak
- Terdengar suara tambahan
wheezing

08.10 1 2. Memberikan oksigen DS :


nasal canul sesuai - Klien mengatakan sesak
kebutuhan nafas Asih
- Klien mengatakan lebih
nyaman menggunakan O2
DO :
- Klien menggunakan O2
nasal canul 3 lpm
- Klien tampak lebih rileks

09.00 1 3. Memberikan posisi DS :


semi fowler - Klien mengatakan lebih
nyaman dengan posisi Asih
setengah duduk
DO :
- Klien tampak lebih rileks
dengan posisi setengah
duduk

11.00 1,2,3 4. Memonitor TTV DS :


- Klien mengatakan mau
diperiksa Asih

24
DO :
- TD : 110/70 mmHg
- N : 98 x/m
- RR : 28 x/m
- S : 36,6 o C
11.20 3 5. Mengkaji gangguan DS :
pola tidur - Klien mengatakan tidak
bisa tidur karena sesak Asih
nafas
DO :
- klien terlihat cemas
- klien terlihat sesak nafas
- klien terlihat gelisah
- RR : 28 x/m

12.00 1,2,3 6. Mengkolaborasi


DS : Klien mengatakan mau
dalam pemberian obat
disuntik dan mau minum obat
sesuai advis dokter : Asih
DO : Klien kooperatif
Injeksi :
Ceftriaxone 1 gr (IV)
MP 62,5 mg (IV)
PO :
Paracetamol 500 mg
Ambroxol 30 mg

13.10 2 7. Menganjurkan klien


DS :
banyak istirahat
- klien mengatakan tidur
Asih
malam hanya 4-5 jam dan
sering terbangun
- klien mengatakan tidak
bisa tidur karena sesak

25
nafas
DO :
- klien tampak gelisah
- klien tampak cemas
13.20 3 8. Mengkaji aktivitas
klien DS :
Klien mengatakan hanya mampu Asih
mengambil makanan dan
minuman yang dekat dengan
tempat tidur saja
DO :
14.00 9. Operan dines pagi ke Klien tampak terlihat lemas
siang

14.30 1 1. Mengkaji KU klien DS : klien mengatakan masih


sesak nafas
DO : Ragil
- Klien tampak terlihat
masih sesak
- Klien menggunakan O2
nasal canul 3 lpm
- RR : 28 x/m
15.00 1 2. Memberikan posisi DS : Klien mengatakan merasa
yang nyaman nyaman dengan posisi setengah
duduk Ragil
DO : Klien tampak rileks

16.00 1 3. Mengajarkan tekhnik DS : Klien mengatakan mau


relaksasi dan distraksi mengikuti apa yang diajarkan Ragil
oleh perawat
DO : Klien kooperatif mau
mengikuti apa yang diajarkan

26
oleh perawat

16.30 3 4. Membantu aktivitas DS : klien meminta tolong untuk


klien mengambilkan makanannya
DO : Klien tampak sedang Ragil
memakan makanannya

17.00 1,2,3 5. Mengukur TTV DS : klien mengatakan mau di


periksa
DO : Ragil
- TD : 120/70 mmHg
- N : 92 x/m
- RR : 28 x/m
- S : 36,2 o C
20.00 1,2,3 6. Mengkolaborasi DS : klien mengatakan mau
dalam pemberian meminum obatnya
terapi sesuai advis DO : klien tampak meminum Ragil
dokter obat oral ambroxol 30mg dan
paracetamol 500mg
20.30 2 7. Menciptakan DS : Klien mengatakan ruangan
lingkungan yang ramai
nyaman dengan DO : tampak masih banyak Ragil
membatasi pengunjung
pengunjung Menganjurkan keluarga untuk
membatasi pengunjung
21.00 8. Operan dines siang ke
malam
22.00 2 1. Mengkaji gangguan DS : Klien mengatakan sulit
pola tidur tidur karena sesak nafas Tiar
DO : klien tampak cemas
22.10 2 2. Memastikan DS : klien mengatakan ruangan
lingkungan yang masih ramai Tiar
aman dan tenang DO : penunggu pasien terlalu

27
banyak
22.30 2 3. Memberikan posisi DS : Klien mengatakan merasa
yang nyaman semi nyaman dengan posisi setengah Tiar
fowler duduk
DO : klien tampak rileks
23.00 1 4. Menganjurkan klien DS : klien mengatakan mau
untuk melakukan mengikuti saran yang diberikan
relaksasi dan distraksi oleh perawat Tiar
DO : Klien tampak kooperatif

24.00 123 5. Mengkolaborasi DS : klien mengatakan mau di


pemberian terapi suntik
sesuai advis dokter DO : klien kooperatif Tiar
- Ceftriaxone 1 gr
- MP 62,5 mg
05.00 123 6. Mengukur TTV DS : klien mengatakan mau
diperiksa
DO : Tiar
- TD : 12/80 mmHg
- N : 88 x/m
- RR : 27 x/m
- S : 36,7 o C
05.30 2 7. Memastikan tempat DS : Klien mengatakan mau
tidur yang nyaman dirapikan tempat tidurnya Tiar
dan bersih DO : klien tampak nyaman

06.00 1,2,3 8. Mengkolaborasi DS : Klien mengatakan mau


pemberian obat sesuai meminum obat Tiar
advis dokter DO : klien kooperatif
- Ambroxol 30 mg
- Paracetamol 500
mg
07.00 9. Operan dinas malam

28
ke pagi

Implementasi keperawatan hari 2 ( 08-02-2019 )

No.
Tanggal Jam Implementasi Respon Paraf
DX
.08-02- 07.30 1 1. Mengkaji KU klien DS : klien mengatakan sesak
2019 nafas sudah mulai berkurang Asih
DO :
- Klien tampak lebih rileks
- RR : 26 x/m
- Masih terdengar suara
tambahan wheezing

07.35 1 2. Memberikan posisi DS : klien mengatakan lebih


yang nyaman nyaman dengan posisi setengah
duduk Asih
DO : klien tampak rileks
08.00 3 3. Menganjurkan klien DS : klien mengatakan mau
untuk memperhatikan makan, minum dan ngemil
nutrisi dan sumber DO : klien kooperatif Asih
energi
11.00 1,2,3 4. Memonitor TTV DS : klien mengatakan mau
diperiksa
DO : Asih
- TD : 110/70 mmHg
- N : 88 x/m
- RR : 26 x/m
- S :36,7 o C
12.00 1,2,3 5. Mengkolaborasi DS : klien mengatakan mau di
dalam pemberian suntik dan meminum obat
terapi sesuai advis DO : Klien kooperatif Asih
dokter

29
- Ceftriaxone 1 gr
- MP 62,5 mg
- Ambroxol 30 mg
13.00 2 6. Memastikan DS : klien mengatakan ruangan
lingkungan yang masih ramai Asih
nyaman dan tenang DO : klien tampak terganggu

14.00 7. Operan dinas pagi ke


siang
14.30 1 1. Memberikan posisi DS : klien mengatakan nyaman
senyaman mungkin dengan posisi setengah duduk Ragil
DO : klien tampak rileks

14.35 1 2. Memberikan O2 DS : klien mengatakan sudah


sesuai kebutuhan tidak sesak nafas dan tidak mau Ragil
pakai oksigen
DO : Klien tampak lebih rileks

15.00 1 3. Menganjurkan klien DS : Klien mengatakan mau


untuk melakukan melakukan apa yang sudah Ragil
relaksasi dan distraksi pernah perawat ajarkan
DO : Klien tampak kooperatif

17.00 1,2,3 4. Memonitor TTV DS : klien mau di periksa


DO : Ragil
- TD : 120/70 mmHg
- N : 88 x/m
- RR : 24 x/m
- S : 36,5 o C
20.00 1 5. Mengkolaborasi DS : klien mengatakan mau
dalam pemberian meminum obat
terapi sesuai advis DO : klien kooperatif Ragil
dokter

30
- Ambroxol 30 mg
21.00 6. Operan dinas siang ke
malam
21.30 1 1. Mengkaji KU klien DS : Klien mengatakan sudah
tidak sesak nafas lagi Tiar
DO :
- Klien tampak rileks
- RR : 23 x/m
21.35 2 2. Menganjurkan klien DS : klien mengatakan
untuk banyak istirahat istirahatnya sudah tidak
terganggu Tiar
DO : klien sedang beristirahat

24.00 1,2,3 3. Mengkolaborasi DS : klien mengatakan mau di


dalam pemberian suntik
terapi sesuai advis DO : Klien kooperatif
dokter Tiar
- Ceftriaxone 1 gr
- MP 62,5 mg
05.00 1,2,3 4. Memonitor TTV DS : klien mengatakan mau
diperiksa
DO :
- TD : 120/80 mmHg Tiar
- N : 86 x/m
- RR : 22 x/m
- S : 36,5 o C
05.30 2 5. Mengkaji pola DS : klien mengatakan sudah
istirahat klien bisa tidur nyenyak dan sedikit
terbangan pada malam hari saat
perawat akan memberikan terapi Tiar
injeksi saja, tidur malam 6-7 jam
DO : wajah klien terlihat segar,
tidak ada kelopak hitam di area

31
matanya

06.00 1 6. Mengkolaborasi DS : klien mengatakan mau


dalam pemberian meminum obat
terapi sesuai advis DO : klien kooperatif
dokter
- Ambroxol 30 mg Tiar
06.30 3 7. Mengkaji pola DS : klien mengatakan sudah
aktivitas klien tidak lemas lagi
DO : klien terlihat segar
07.00 8. Operan dinas dari
malam ke pagi Tiar

Implementasi keperawatan hari 3 ( 09-02-2019 )

09-02-2019 08.00 1 1. Mengkaji KU klien DS : Klien mengatakan sudah


tidak sesak nafas lagi, klien Asih
sudah menginginkan pulang ke
rumah
DO : klien tampak rileks
09.00 2. Mendampingi visit DS : Klien mengatakan sudah
dokter boleh pulang

32
DO : Obat pulang Asih
Salbutamol 2 mg / 12 jam
Ambroxol 30 mg / 8 jam
Methylprednisolone 4
mg / 8 jam
Berotek 2 semprot (K/P)
11.00 3. Memberitahu tentang DS :
kontrol ulang - Klien mengatakan mau
penyakitnya kontrol sesuai jadwal Asih
yang ditentukan
- Klien mengatakan mau
minum obat secara
teratur
- Klien mengatakan sudah
paham semua yang
dijelaskan perawat
DO :
- Klien tampak kooperatif
- Klien terlihat paham apa
yang dijelaskan perawat
11.30 4. Mengantar pasien
pulang

L. EVALUASI
Evaluasi 1 ( 08-02-2019)

No.
Tanggal Jam Evaluasi Paraf
DX
08-02-2019 08.00 1 S : Klien mengatakan sesak nafas
O:
TD : 120/80 mmHg Asih
RR : 27x/m
N : 88x/m
S : 36,7oC

33
Klien terlihat masih sesak nafas
Klien terlihat masih menggunakan O2
Klien terlihat nyaman dengan posisi setengah
duduk ( semi fowler )
A : Masalah belum teratasi
P : Pertahankan intervensi
1. Kaji ku klien
2. Pantau ttv
3. Beri posisi semi fowler
4. Beri O2 sesuai kebutuhan
5. Kolaborasi dengan dokter
08-02-2019 08.00 2 S : Klien mengatakan tidak bisa tidur
Klien mengtakan tidur malam hanya 4 – 5 jam
karena sesak nafasnya. Asih
0 : Klien terlihat gelisah
Klien terlihat cemas
A : Masalah belum teratasi
P : Pertahankan intervensi
1. Kaji masalah gangguan tidur
2. Pastikan tempat tidur yang nyaman, bersih
3. Pastikan lingkungan yang aman dan tenang
4. Ajarkan relaksaksi distraksi
08-02-2019 08.00 3 S : Klien mengatakan badannya masih terasa lemas
O : Klien terlihat letih, ADL klien dibantu oleh
keluarga Asih
A : Masalah belum teratasi
P : Pertahankan intervensi
1. Bantu ADL klien.
2. Monitor nutrisi dan sumber energi
3. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktivitas
4. Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
Evaluasi hari 2 ( 09-02-2019 )

No.
Tanggal Jam Evaluasi Paraf
DX
09-02-2019 08.00 1 S : Klien mengatakan sudah tidak sesak nafas
O: Asih
TD : 120/80 mmHg
RR : 22x/m
N : 86x/m

34
S : 36◦C
Klien terlihat sudah tidak menggunakan O2
A : Masalah belum teratasi
P : Pertahankan Intervensi
08.00 2 S:
- Klien mengatakan tidak ada gangguan dalam
tidur siang dan malam hari. Asih
- Klien mengatakan tidur malam 6 – 8 jam
O : Klien terlihat rileks
A : Masalah belum teratasi
P : Pertahankan intervensi
08.00 3 S : Klien mengatakan sudah tidak lemas lagi
O : Klien tampak terlihat lebih segar
A : Masalah belum teratasi Asih
P : Pertahankan intervensi

Evaluasi hari 3 ( 09-02-2019 )

No.
Tanggal Jam Evaluasi Paraf
DX
09-02-2019 11.30 1 S : Klien mengatakan sudah tidak sesak nafas
O:
TD : 120/80 mmHg Asih
RR : 20x/m
N : 84x/m
S : 36,2◦C
Klien terlihat sudah tidak menggunakan O2

35
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
11.30 2 S : - Klien mengatakan tidak ada gangguan dalam tidur
siang dan malam hari.
- Klien mengatakan tidur malam 6 – 8 jam Asih
O : klien terlihat rileks
Tidak ada lingkaran hitam di area matanya
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
11.30 3 S : Klien mengatakan sudah tidak lemas lagi
O : klien tampak terlihat lebih segar
Tidak ada peningkatan TTV saat beraktivitas Asih
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
09-02-2019 11.00 Persiapan klien pulang
Therapi pulang :
Salbutamol 2 mg / 12 jam Asih
Ambroxol 30 mg / 8 jam
Methylprednisolone 4 mg / 8 jam
Berotek 2 semprot (K/P)

M. DISCHARGE PLANNING
Pasien pulang pada tanggal 9 Februari 2019.
Sebelum pasien pulang, perawat menerangkan tentang surat kontrol, terapi
obat oral yang di minum saat di rumah.
1. Pasien kontrol pada tanggal 13 Februari 2019 Jam 15.00
2. Terapi obat oral yang dibawa untuk diminum di rumah antara lain:
a) Salbutamol 2 mg / 12 jam
b) Ambroxol 30 mg / 8 jam
c) Methylprednisolone 4 mg / 8 jam
d) Berotek 2 semprot (K/P)

36
3. Pasien kontrol ke poliklinik penyakit paru ( dr. Umarudin, Sp.P ) pada
hari Rabu jam 15.00 WIB
4. Menganjurkan kepada pasien untuk menjaga pola makan
5. Menganjurkan kepada pasien untuk istirahat yang cukup
6. Menganjurkan pasien untuk membatasi aktivitas yang berat
7. Menganjurkan pasien untuk tidak merokok, dan menghindari asap rokok.

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari hasil proses keperawatan yang dilaksanakan terhadap klien dengan
asma bronkhial di ruang rawat inap bangsal Kalpataru, maka penulis dapat
mengambil kesimpulan:
1. Pada klien asma bronkhial ditemukan tanda dan gejala sesak nafas.

37
2. Dari hasil pengkajian dapat dirumuskan masalah keperawatan pada klien
dengan asma bronkhial adalah pola nafas tidak efektif, Gangguan pola
tidur, kurang pengetahuan tentang proses penyakit.
3. Intervensi
Dalam merumuskan perencanaan diperlukan literatur yang lengkap serta
membantu tenaga keperawatan dan tim kesehatan lainnya yang ada di
Rumah Sakit serta kerjasama yang baik dari klien dan keluarga
4. Implementasi
Pada pelaksanaan tidak semua perencanaan dapat dilaksanakan sesuai
dengan rencana karena adanya kendala atau hambatan sehingga pada
implementasi ini sangat diperlukan kerjasama yang baik antara tim
kesehatan yang ada
5. Evaluasi
Asuhan keperawatan yang dilakukan hanya sebagian yang tercapai sesuai
dengan tujuan karena dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien
dengan asma bronkhial memerlukan waktu yang cukup lama dalam
menyelesaikan masalah sesuai kriteria.

B. SARAN
Berdasarkan hasil penerapan asuhan keperawatan yang dilakukan
maka penulis dapat memberi saran antara lain:
1. Dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan asma
bronkhial hendaklah benar-benar memperhatikan keluhan yang dirasakan
oleh klien guna mendapatkan diagnosa yang tepat dan hasil yang baik

38
2. Dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan asma bronkhial
agar memenuhi kebutuhan dari klien maka diperlukan adanya kerjasama
yang baik antara tim kesehatan dengan klien dan keluarga klien.

DAFTAR PUSTAKA

Manjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1Edisi 3. Jakarta:


Media Aesculuplus.

Mubarak, W dkk. 2015. Standar Asuhan Keperawatan dan Prosedur Tetap


Dalam Praktik Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika.

39
Nanda Nic-Noc. 2015

Neuratif, Amin Huda. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan Nanda.Yogyakarta: Mediacation.

Newman, Porland. 2012. Kamus Saku Kedokteran. Jakarta: EGC

40

Anda mungkin juga menyukai