Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KASUS

MINGGU KE-1

PRAKTIK KEBIDANAN FISIOLOGI HOLISTIK BAYI,


BALITA, DAN ANAK PRA SEKOLAH

“ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. M DENGAN IKTERUS


FISIOLOGIS”

Disusun Oleh
PINKY CINDI CINDORA
P0 5140420 011

Pembimbing

Afrina Mizawati, SKM, MPH

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES KOTA BENGKULU
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2020/2021
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus

PRAKTIK KEBIDANAN FISIOLOGI HOLISTIK BAYI, BALITA,


DAN ANAK PRA SEKOLAH

“ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. M DENGAN IKTERUS


FISIOLOGIS”

Oleh:

Pinky Cindi Cindora


P0 5140420 011

Menyetujui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Afrina Mizawati, SKM, MPH Yohana Budiarti, S.ST


NIP. 198404302008012004 NIP. 196311031986032010

1
KATA PENGANTAR

Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
komprehensif ini dengan judul “Ikterus Fisiologis”. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua dan untuk kepentingan proses belajar. Bersama ini kami
juga menyampaikan terima kasih kepada dosen saya yang telah membimbing kami
untuk menyelesaikan laporan pendahuluan ini. Melalui kata pengantar ini penulis
lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi laporan
pendahuluan ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami buat kurang tepat. Dalam
penyusunan laporan pendahuluan ini tentu jauh dari sempurna, oleh karena itu segala
kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan laporan
pendahuluan ini dan untuk pelajaran bagi kita semua dalam pembuatan di masa
mendatang. Semoga dengan adanya tugas ini kita dapat belajar bersama demi
kemajuan kita dan kemajuan ilmu pengetahuan.

Bengkulu, Januari 2021

 Penyusun

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Data WHO (2014) mayoritas dari semua kematian neonatal (73%) terjadi
pada minggu pertama kehidupan dan sekitar 36% terjadi 24 jam pertama. Di
Indonesia sendiri penurunan, angka kematian bayi sangat sedikit, yaitu dalam
1000 kelahiran setiap tahunnya didapatkan 15 kematian bayi pada tahun 2011, 15
kematian bayi pada tahun 2012, dan 14 kematian bayi pada tahun 2013
(WHO,2014).
World Health Organization (WHO), bahwa didunia ini setiap perempuan
meninggal karena komplikasi yang terkait dalam kehamilan dan persalinan,
begitu juga dengan angka kematian balita terutama pada masa neonatal masih
cukup tinggi dan menjadi masalah kesehatan baik secara global, regional,
maupun di indonesia. Itulah sebabnya tujuan keempat Sustainable Development
Goals (SDGs) adalah mengurangi jumlah kematian. Ibu dan jumlah kematian
balita. Secara global setiap tahunnya 120 juta bayi lahir di dunia, secara global 4
juta (33 per 1000) bayi lahir mati dan 4 juta (33 per 1000) lainnya meninggal
dalam usia 30 hari (neonatal lanjut) (WHO, 2012).
Angka Kematian Bayi (AKB) di Negara Association of South East Asian
Nation (ASEAN) seperti Singapura 3/1000 kelahiran hidup, Malaysia 5,5/1000
kelahiran hidup, Thailand 17/1000 kelahiran hidup, Vietnam 18/1000 kelahiran
hidup dan Philipina 26/1000 kelahiran hidup. Sedangkan Angka Kematian Bayi
(AKB) di Indonesia adalah angka tertinggi di Negara ASEAN. Kematian bayi
tersebut terutama di Negara berkembang sebesar 99 % dan 40.000 bayi tersebut
adalah bayi di Negara Indonesia.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskerdas, 2015) menunjukkan angka
hiperbilirubin pada bayi diindonesia sebesar 51,47% bayi cukup bulan yang
mengalami perubahan warna kulit, mukosa dan mata menjadi kekuningan

3
(ikterus), dan pada bayi kurang bulan (prematur) kejadiannya lebih sering, yaitu
75%. Di provinsi sulawesi selatan angka kematian bayi mencapai 42,5% dengan
faktor penyebabnya antara lain asfiksia 51%, BBLR 42,9%, gangguan pernafasan
(37%), prematuritas 34%, kelainan kongenital 2,8%, sepsis 12%, kelainan
darah/Ikterik (10%), postmatur (3%), hipotermi (7%). Dalam upaya mewujudkan
visi “Indonesia sehat” maka salah satu tolak ukur adalah menurunnya angka
mortalitas dan morbilitas neonatus dengan proyeksi pada tahun 2015 Angka
Kematian Bayi (AKB) dapat turun menjadi 18 per 1000 kelahiran hidup. Salah
satu penyebab mortalitas pada bayi baru lahir adalah enselopati bilirubin (kern
ikterus). Banyak bayi baru lahir, terutama bayi kecil (bayi dengan berat lahir <
2500 gram atau usia gestasi < 37 minggu) mengalami icterus pada minggu
pertama kehidupannya.
Data epidemiologi menunjukan bahwa lebih 50 % bayi baru lahir menderita
icterus yang dapat dideteksi secara klinis dapal minggu pertama kehidupannya.
Ikterus pada bayi baru lahir dapat merupakan suatu gejala fisiologi atau dapat
merupakan hal yang patologis, misalnya pada inkompatibilitas rhesus dan ABO
sepsis, penyumbatan saluran empedu dan sebagainya (sarwono, 2012).

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengimplementasikan asuhan
kebidanan pada bayi yang mengalami Ikterus Fisiologis menggunakan pola
pikir manajemen kebidanan serta mendokumentasikan hasil asuhannya.

2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa dapat melaksanakan pengkajian pada kasus By. Ny. M
Neonatus cukup bulan, umur 3 hari dengan ikterus fisiologis

4
b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi diagnosa/masalah kebidanan
berdasarkan data subyektif dan data obyektif pada kasus By. Ny. M
Neonatus cukup bulan, umur 3 hari dengan ikterus fisiologis
c. Mahasiswa dapat menentukan masalah potensial yang mungkin terjadi
pada kasus By. Ny. M Neonatus cukup bulan, umur 3 hari dengan
ikterus fisiologis
d. Mahasiswa dapat menentukan kebutuhan segera pada kasus By. Ny. M
Neonatus cukup bulan, umur 3 hari dengan ikterus fisiologis
e. Mahasiswa dapat merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada
kasus By. Ny. M Neonatus cukup bulan, umur 3 hari dengan ikterus
fisiologis
f. Mahasiswa dapat melaksanakan evaluasi untuk menangani kasus By.
Ny. M Neonatus cukup bulan, umur 3 hari dengan ikterus fisiologis.
g. Mahasiswa dapat melakukan pendokumentasian kasus By. Ny. M
Neonatus cukup bulan, umur 3 hari dengan ikterus fisiologis

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup laporan komprehensif ini adalah pelaksanaan pelayananan
kebidanan yang berfokus pada masalah kesehatan bayi, balita yang berkaitan
dengan Ikterus

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman secara
langsung, sekaligus penanganan dalam menerapkan ilmu yang diperoleh
selama pendidikan. Selain itu, menambah wawasan dalam menerapkan
asuhan kebidanan pada kasus Ikterus Fisiologis
2. Manfaat Praktis

5
a. Bagi Mahasiswa
Dapat memperoleh gambaran dalam memberikan asuhan kebidanan
pada bayi, balita dan anak pra sekolah
b. Bagi Bidan di PMB
Laporan komprehensif ini dapat dijadikan dokumentasi di PMB

6
Asuhan Kebidanan Pada By. Ny.M usia 3hr
dengan Ikterus Fisiologi di BPM Y Kota Bengkulu

Kajian Kasus
Hari/Tanggal : Selasa / 29 Desember 2020

Pukul : 17.00 Wib

Tempat : BPM Yohana Budiarti, SST

Identitas Pasien

a. Nama Pasien b. Nama Orang Tua


Nama : By. Ny. M Nama : Ny. M
Usia : 3 Hari Usia : 27 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia SukuBangsa : Melayu
Pendidikan :- Pendidikan : SMA
Pekerjaan :- Pekerjaan : IRT
Alamat : Pd.Serai Rt.05 Alamat : Pds Rt.05

S:

Ny. M mengatakan:

a. Ibu mengatakan haid terakhirnya 29 maret 2020 dan bayi lahir tanggal 26
Desember 2020, JK laki laki dengan persalinan normal.
b. Ibu mengeluh khawatir dengan kondisi bayinya yang kulitnya tampak kuning
c. Bayi terus menerus tidur sehingga ibu sulit untuk menyusui bayinya

7
d. Bayinya hanya meminum ASI saja
e. Ibu tidak memiliki riwayat meminum obata-obatan ataupun jamu
f. Tidak memiliki riwayat kesehatan kronik, dan menular

O:

Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : Baik


b. Kesadaran : Compossmentis
c. JK : Laki – Laki N : 125 x/m
d. BB : 2800 Gram P : 33 x/m
e. PB : 49 cm
f. T : 36,5C

Pemeriksaan fisik

a. Kepala :
1) Muka : Simetris, warna terlihat kuning
2) Mata : Konjungtiva pink / tidak anemis
3) Telinga : Simetris, tidak ada polip
b. Leher : Tidak ada pembengkakan vena juguralis
c. Abdomen : warna kuning
: Tali Pusat Belum Lepas
d. Ekstemitas
Atas : Simetris, tidak ada pembengkakan, kuku tidak anemis
Bawah : Simetris, tidak ada pembengkakan,
Tonus Otot : Kuat / Aktif
e. Genitalia : BAB (+)
BAK (+)

A: By. Ny M lahir cukup bulan, usia 3 hari dengan Ikterus Fisiologi

8
P:

1. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada pasien. Keadaan umum bayi baik,


kesadaran composmentis, tali pusat belum lepas, bayi tidak menyusui secara
adekuat, kulit bayi tampak kuning pada bagian muka dan abdomen.
Evaluasi: Pasien mengetahui hasil pemeriksaanya, tanda-tanda vital baik
2. Mengajarkan ibu cara membangunkan bayi untuk menyusui yaitu dengan
gendong bayi dengan posisi tegak, usap usap sekitar pipi dan bibir bayi,
merangsang/ menyentil kaki bayi
Evaluasi: Ibu Mengerti dengan penjelasan bidan dan mencoba melakukan
anjuran bidan
3. Menganjurkan Ibu untuk hanya memberikan ASI kepada bayinya selama 6
Bulan tanpa MPASI dan menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya minimal
2 jam sekali atau tanpa batas
Evaluasi : ibu mengerti dan mau melakukan anjuran dari bidan
4. Menjelaskan kepada ibu tanda tanda bahaya pada bayi seperti dema, tidak
mau menyusui, nafas lebih cepat, hipotermi, mengantuk terus, tali pusat
berdarah atau berbau
Evaluasi: ibu mengerti dan mampu untuk menjelaskan kembali tanda bahaya
pada bayi
5. Memberitahukan ibu untuk menjemur bayinya dibawah sinar matahari pagi
yaitu pada pukul 07.00-08.00 wib selama 15-30 menit dengan cara membuka
seluruh pakaian bayi kecuali alat vital, dan menutup bagian mata, selanjutnya
merubah posisi bayi agar sinar matahari dapat merata keseluruh tubuh.
Evaluasi: Ibu dan keluarga mengerti dan mau menjemur bayinya dipagi hari
6. Menyepakati kembali dengan ibu dan keluarga untuk kunjungan ulang
Evaluasi: kunjungan ulang dilakukan satu hari setelah hari ini yaitu tanggal 30
Desember 2020

9
7. Melakukan pendokumentasian hasil kunjungan hari ini
Evaluasi: hasil pemeriksaan sudah dicatat dalam bentuk SOAP

10
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
By. Ny. M lahir cukup bulan usia 3 hari, ibu mengeluh kulit muka dan badan
bayi bewarna kekuningan. Ibu merasa cemas dengan keadaan bayinya saat ini
dan ingin mendapatkan penanganan mengenai keadaan bayinya. Kunjungan
dilakukan pada hari Selasa, 29 Desember 2020 pukul 17.00 WIB, kemudian
dilakukan anamnesa, hasil pengkajian menunjukan secara umum, kesadaran
komposmentis, pemeriksaan fisik dalam batas normal, warna kulit wajah dan
badan bayi kekuningan serta tali pusat belum lepas.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yulrina Ardhiyanti
tahun 2019, mengenai icterus fisiologi. Ikterus adalah warna kuning dikulit,
konjungtiva dan mukosa yang terjadi karena meningkatnya kadar bilirubin
dalam darah. Produksi bilirubin sebagian besar berasal dari pemecahan sel
darah merah yang menua (80%), (Maryunani A,2014,hal. 98).
Ikterus adalah keadaan klinis pada bayi yang ditandai oleh pewarnaan
kuning pada kulit, sklera, akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang
berlebihan. Ikterus secara klinis akan mulai tampak pada bayi baru lahir bila
kadar bilirubin darah 5-7mg/dl. Sedangkan hiperbilirubinemia adalah ikterus
dengan konsentrasi bilirubin serum yang menjurus kearah terjadinya kern-
ikterus atau ensefalopati bilirubin bila kadar bilirubin tidak di kendalikan
(Manggiasih&Jaya,2016).
ikterus akibat ASI merupakan unconjugated hiperbilirubinemia yang
mencapai puncaknya terlambat (biasanya menjelang hari ke 6-14). Dapat
dibedakan dari penyakit lain dengan reduksi kadar bilirubin yang cepat bila
disubstitusi dengan susu formula selama 1-2 hari. Hal ini untuk membedakan
pada bayi disusui ASI selama minggu pertama kehidupan. Sebagai bahan yang

11
terkandung dalam ASI (beta glucoronidase) akan memecah bilirubin menjadi
bentuk yang larut dalam lemak, sehingga bilirubin indirek akan meningkat, dan
kemudian akan diresorbsi oleh usus.
Tidak melewati kadar yang membahayakan atau yang mempunyai
potensi menjadi kern ikterus dan tidak menyebabkan suatu morbiditas
pada bayi. Ikterus fisiologi bisa juga disebabkan karena hati dalam bayi
tersebut belum matang, atau disebabkan kadar penguraian sel darah merah
yang cepat. Adanya metabolisme normal bilirubin pada bayi baru lahir
usia minggu pertama. Peningkatan kadar bilirubin pada hari-hari pertama
kehidupan dapat terjadi pada sebagian besar neonatus.
Hal ini disebabkan karena tingginya kadar eritrosit neonatus dan
umur eritrosit yang lebih pendek (80-90 hari) dan fungsi hepar yang belum
matang. Peningkatan bilirubin ini tidak melebihi 10mg/dl pada bayi cukup
bulan dan 12mg/dl pada bayi kurang bulan yang terjadi pada hari 2-3, dan
mencapai puncaknya pada hari ke 5-7, kemudian menurun kembali pada
hari ke-14, Selain itu bisa karena pemberian minum yang belum
mencukupi. Bayi yang puasa panjang atau asupan kalori/cairan yang
belum mencukupi akan menurunkan kemampuan hati untuk memproses
bilirubin (Saleha,2012)
Bayi yang mendapatkan ASI bila dibandingkan dengan bayi yang
mendapat susu formula, mempunyai kadar bilirubin yang lebih tinggi
berkaitan dengan penurunan asupan beberapa hari pertama kehidupan.
Pengobatannya bukan dengan menghentikan pemberian ASI melainkan
dengan meningkatkan frekuensi pemberian. (Marmi dan Rahardjo,2012).
B. Analisis
Dari hasil pengkajian yang diperoleh dapat ditegakkan diagnosa By. Ny. M
lahir cukup bulan, usia 3 hari dengan Ikterus Fisiologi

12
C. Penatalaksaan

1. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada pasien. Keadaan umum bayi baik,


kesadaran composmentis, tali pusat belum lepas, bayi tidak menyusui secara
adekuat, kulit bayi tampak kuning pada bagian muka dan abdomen.
Evaluasi: Pasien mengetahui hasil pemeriksaanya, tanda-tanda vital baik
2. Mengajarkan ibu cara membangunkan bayi untuk menyusui yaitu dengan
gendong bayi dengan posisi tegak, usap usap sekitar pipi dan bibir bayi,
merangsang/ menyentil kaki bayi
Evaluasi: Ibu Mengerti dengan penjelasan bidan dan mencoba melakukan
anjuran bidan
3. Menganjurkan Ibu untuk hanya memberikan ASI kepada bayinya selama 6
Bulan tanpa MPASI dan menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya minimal
2 jam sekali atau tanpa batas
Evaluasi : ibu mengerti dan mau melakukan anjuran dari bidan
4. Menjelaskan kepada ibu tanda tanda bahaya pada bayi seperti dema, tidak
mau menyusui, nafas lebih cepat, hipotermi, mengantuk terus, tali pusat
berdarah atau berbau
Evaluasi: ibu mengerti dan mampu untuk menjelaskan kembali tanda bahaya
pada bayi
5. Memberitahukan ibu untuk menjemur bayinya dibawah sinar matahari pagi
yaitu pada pukul 07.00-08.00 wib selama 15-30 menit dengan cara membuka
seluruh pakaian bayi kecuali alat vital, dan menutup bagian mata, selanjutnya
merubah posisi bayi agar sinar matahari dapat merata keseluruh tubuh.
Evaluasi: Ibu dan keluarga mengerti dan mau menjemur bayinya dipagi hari
6. Menyepakati kembali dengan ibu dan keluarga untuk kunjungan ulang
Evaluasi: kunjungan ulang dilakukan satu hari setelah hari ini yaitu tanggal 30
Desember 2020
7. Melakukan pendokumentasian hasil kunjungan hari ini

13
Evaluasi: hasil pemeriksaan sudah dicatat dalam bentuk SOAP

14
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan Kebidanan pada By. Ny. M lahir cukup bulan, usia 3 hari dengan
Ikterus Fisiologis
1. Analisis:
Ny. M mengatakan senang atas kelahiran anaknya, mulai merasa tenang dengan
hasil pemeriksaan yang dilakukan dan akan melaksanakan anjuran yang telah
disampaikan oleh bidan tentang cara mengatasi bayi yang warna kulitnya kuning atau
disebut icterus fisiologi dan ingin memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
2. Evaluasi Penatalaksaan Yang Diberikan
Tidak ada kesenjangan antra teori dan praktek dalam asuhan kebidanan pada
bayi dengan icterus fisiologi

B. Saran
Bidan dapat memberikan asuhan kebidanan pada bayi dengan keluhan icterus
fisiologi dan bidan dapat melibatkan keluarga dalam asuhan tersebut .

15

Anda mungkin juga menyukai