Anda di halaman 1dari 30

JOURNAL READING

PRAKTIK KEBIDANAN FISIOLOGI HOLISTIK NEONATUS,


BAYI, BALITA, DAN ANAK PRA SEKOLAH
Pengaruh Fungsi Manajemen Pelaksana Kegiatan SDITK Terhadap
Cakupan SDITK Balita & Anak Prasekolah

Disusun Oleh
PINKY CINDI CINDORA
P0 5140420 011

Pembimbing

Afrina Mizawati,SKM, MPH

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES KOTA BENGKULU
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2020/2021
HALAMAN PENGESAHAN

JOURNAL READING

PRAKTIK KEBIDANAN FISIOLOGI HOLISTIK NEONATUS,


BAYI, BALITA, DAN ANAK PRA SEKOLAH
Pengaruh Fungsi Manajemen Pelaksana Kegiatan SDITK Terhadap
Cakupan SDITK Balita & Anak Prasekolah

Oleh:

PINKY CINDI CINDORA


P0 5140420 011

Menyetujui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Afrina Mizawati,SKM, MPH Yohana Budiarti, SST


NIP. 198404302008012004 NIP. 196311031986032010

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
Jurnal Reading ini. Semoga Jurnal Reading ini dapat bermanfaat bagi kita semua
dan untuk kepentingan proses belajar. Bersama ini kami juga menyampaikan
terima kasih kepada dosen saya yang telah membimbing kami untuk
menyelesaikan laporan pendahuluan ini. Melalui kata pengantar ini penulis lebih
dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi laporan
pendahuluan ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami buat kurang tepat.
Dalam penyusunan laporan pendahuluan ini tentu jauh dari sempurna, oleh karena
itu segala kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan dan
penyempurnaan laporan pendahuluan ini dan untuk pelajaran bagi kita semua
dalam pembuatan di masa mendatang. Semoga dengan adanya tugas ini kita dapat
belajar bersama demi kemajuan kita dan kemajuan ilmu pengetahuan.

Bengkulu, Januari 2021

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Judul Jurnal....................................................................................1
B. Abstrak...........................................................................................1
C. Pendahuluan/Latar Belakang/Tujuan.............................................1
D. Metodologi.....................................................................................2
E. Hasil dan Pembahasan...................................................................3
F. Kesimpulan dan Saran...................................................................4

BAB II TELAAH JURNAL...........................................................................5


A. Judul Jurnal....................................................................................5
B. Abstrak...........................................................................................5
C. Pendahuluan/Latar Belakang/Tujuan.............................................5
D. Metodologi.....................................................................................5
E. Hasil dan Pembahasan...................................................................5
F. Kesimpulan dan Saran...................................................................5

BAB III TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................7

BAB IV PENUTUP.........................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................13
LAMPIRAN....................................................................................................14

iv
v
BAB I
ISI JURNAL

Pengaruh Fungsi Manajemen Pelaksana Kegiatan SDITK


Terhadap Cakupan SDITK Balita & Anak Prasekolah

Sutio Rahardjo, Sri Wayanti, Novita Eka Kusuma Wardani Politeknik Kesehatan
Kemenkes Surabaya

E-mail : sutiorahardjo@gmail.com
A. Judul Jurnal
Pengaruh Fungsi Manajemen Pelaksana Kegiatan SDITK Terhadap Cakupan SDITK
Balita & Anak Prasekolah
B. Abstrak
Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun
manusia seutuhnya diselenggarakan antara lain melalui upaya kesehatan anak
yang dilakukan sedini mungkin untuk meningkatkan kualitas hidup anak agar
mencapai tumbuh kembang yang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh fungsi manajemen pelaksana kegiatan SDIDTK
terhadap cakupan SDIDTK balita dan anak prasekolah. Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian analitik kuantitatif dengan pendekatan cross
sectional. Variabel bebas dalam penelitian ini terdiri dari fungsi manajemen
yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan.
Sedangkan variabel terikatnya adalah cakupan SDIDTK balita dan anak
prasekolah.
Hasil pengumpulan data penelitian dari 118 responden sebagian besar
pelaksana kegiatan SDIDTK mempunyai perencanaan yang baik pada
parameter menyusun rencana kegiatan (68,65 %), pengorganisasian yang baik
pada parameter penyusunan kelompok kerja (83,05 %), penggerakan yang
baik pada parameter pengarahan (76,28 %), dan pengawasan yang baik pada
parameter evaluasi (69,49 %). Hasil penelitian ini adalah fungsi manajemen
yang baik dapat meningkatkan cakupan SDIDTK balita dan anak prasekolah.
Saran untuk penelitian selanjutnya, diperlukan sosialisasi tentang kesehatan

1
kesehatan untuk memaksimalkan tumbuh kembang anak balita dan
prasekolah.

C. Pendahuluan/Latar Belakang/Tujuan
Masa lima tahun pertama kehidupan merupakan masa yang sangat peka
terhadap lingkungan dan masa ini berlangsung sangat pendek serta tidak
dapat diulang lagi, sehingga masa ini disebut dengan“masa keemasan”
(golden period), “jendela kesempatan” (window of opportunity) dan “masa
kritis” (Soetjiningsih, 2015). Sehingga pada usia ini diperlukan asupan gizi,
stimulasi tumbuh kembang, dan pelayanan kesehatan yang memadai.
Di tingkat propinsi, sesuai dengan Keputusan Gubernur Jawa Timur No.
71 th 2004 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan
Kabupaten atau Kota di Propinsi Jawa Timur, bahwa cakupan SDIDTK balita
dan prasekolah menjadi indikator kinerja SPM jenis pelayanan kesehatan
anak balita dan prasekolah dengan target cakupan sebesar 95% pada tahun
2020. Upaya lain yang dilakukan adalah pelatihan SDIDTK bagi tenaga
kesehatan baik dikabupaten atau kota maupun di Puskesmas (Dinkes Propinsi
Jatim, 2014).
Di Kabupaten Bangkalan Cakupan SDIDTK balita dan anak prasekolah
pada tahun 2016 mengalami peningkatan dari 80,10 % (tahun 2015)
meningkat menjadi 90,22 %. Namun pencapaian cakupan tersebut masih
dibawah target SPM Provinsi Jawa Timur tahun 2020 sebesar 95 %. Di
Puskesmas Socah cakupan SDIDTK tahun 2016 mencapai 95 %, namun
pencapaian tersebut dalam tiap kunjungan belum optimal karena dalam tiap
kunjungan masih tidak sesuai dengan jumlah balita dan anak prasekolah, akan
tetapi pada kunjungan berikutnya sesuai dengan jumlah balita dan anak
prasekolah. Sehingga fungsi manajemen pelaksana kegiatan SDIDTK
Puskesmas meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan
pengawasan terhadap cakupan SDIDTK balita dan anak prasekolah belum
optimal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh fungsi
manajemen pelaksana kegiatan SDIDTK terhadap cakupan SDIDTK balita
dan anak prasekolah.

2
D. Metodologi
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan
dengan metode pendekatan cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh pelaksana kegiatan SDIDTK di Puskesmas Socah Kabupaten
Bangkalan yang berjumlah 171 orang.
Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah pelaksana kegiatan
SDIDTK yang terdiri dari bidan, perawat, guru TK/PAUD, dan kader
kesehatan sebanyak 118 responden. Dalam penelitian ini unit wilayah adalah
seluruh Posyandu dan TK/PAUD diwilayah Puskesmas Socah Kabupaten
Bangkalan dengan sistem pengambilan sampel secara proporsional pada
setiap Posyandu.
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh yang
signifikan antara fungsi manajemen pelaksana kegiatan SDIDTK dan
cakupan SDIDTK balita dan anak prasekolah di Puskesmas dengan
menggunakan uji statistic Regresi Logistik.

E. Hasil dan Pembahasan


Berdasarkan Tabel 1 menunjukkankan hasil uji statistik dengan Regresi
Logistik nilai probabilitas lebih kecil dari nilai signifikan (0,004 < 0,05) yang
artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian terdapat pengaruh
perencanaan pelaksana SDIDTK terhadap cakupan SDIDTK. Sementara
Tabel 2. menunjukkan bahwa pelaksana kegiatan SDIDTK yang memiliki
perencanaan yang baik akan meningkatkan pencapaian cakupan SDIDTK.

Tabel 1. Uji Statistik Regresi Logistik Variabel Fungsi Manajemen Pelaksana Kegiatan SDIDTK
Variable Wald Df Sig.
Perencanaan 10.839 2 0.004
Pengorganisasian 1.598 2 0.450
Penggerakan 4.577 2 0.101
Pengawasan 7.693 2 0.021

3
Tabel 2. Rekapitulasi Data Parameter Perencanaan Dengan Parameter Cakupan SDIDTK di Puskesmas
Socah Kab. Bangkalan BulanBaik
Parameter Januari – April 2017Cukup Kurang Total
Perencanaan f % f % f % f %
Penentuan tujuan & 60 50,84 50 42,37 8 6,77 118 100
sasaran.
Menghitung 75 63,56 30 25,42 13 11,02 118 100
kebutuhan tenaga,
alat, tempat dan
anggaran.
Menyusun rencana 81 68,65 22 18,44 15 12,71 118 100
kegiatan.
Parameter Cakupan Tingg Rendah Total
SDIDTK f % f % f %
Sasaran bayi 100 84,75 18 15,25 118 100
Sasaran balita 106 89,83 12 10,17 118 100
Sasaran APRAS 115 97,46 3 2,54 118 100

Tabel 3: Rekapitulasi data parameter pengorganisasian dengan parameter cakupan SDIDTK


di Puskesmas Socah Kab. Bangkalan Januari – April 2017

Parameter Baik Cukup Kurang Total


Pengorganisasian f % f % f % f %
Penyusunan kelompok 98 83,05 18 15,25 2 1,70 118 100
Kerja
Pembagian tugas 90 76,27 20 16,95 8 6,78 118 100
Pendelegasian 82 69,49 23 19,49 13 11,02 118 100
wewenang
Parameter Cakupan Tinggi Rendah Total
SDIDTK f % f % f %
Sasaran bayi 100 84,75 18 15,25 118 100
Sasaran balita 106 89,83 12 10,17 118 100
Sasaran APRAS 115 97,46 3 2,54 118 100

Tabel 3 menunjukkan bahwa pelaksana kegiatan SDIDTK yang


memiliki pengorganisasian yang baik akan meningkatkan pencapaian
cakupan SDIDTK di wilayah kerja Puskesmas Socah Kab. Bangkalan. pada
Tabel 1 menunjukkan hasil uji statistik dengan Regresi Logistik nilai
probabilitas lebih besar dari nilai signifikan (0,45 < 0,05) yang artinya Ho
diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian tidak terdapat pengaruh
pengorganisasian pelaksana SDIDTK terhadap cakupan SDIDTK.
Selanjutnya Tabel 4 menunjukkan bahwa pelaksana kegiatan
SDIDTK yang memiliki penggerakan yang baik akan meningkatkan
pencapaian cakupan SDIDTK di wilayah kerja Puskesmas Socah Kab.
Bangkalan. Pengaruh fungsi pengerakan terhadap cakupan SDIDTK.
menunjukkan hasil uji statistik dengan Regresi Logistik nilai probabilitas
lebih besar dari nilai signifikan ( 0,101 < 0,05 ) yang artinya Ho diterima dan

4
Ha ditolak. Dengan demikian tidak terdapat pengaruh penggerakan
pelaksana SDIDTK terhadap cakupan SDIDTK.
Tabel 5 menunjukkan bahwa pelaksana kegiatan SDIDTK yang
memiliki pengawasan yang baik akan meningkatkan pencapaian cakupan
SDIDTK di wilayah kerja. Hasil uji statistik dengan Regresi Logistik nilai
probabilitas lebih kecil dari nilai signifikan (0,021 < 0,05) yang artinya Ho
ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian terdapat pengaruh pengawasan
pelaksana SDIDTK terhadap cakupan SDIDT.

1. Pengaruh Fungsi Perencanaan terhadap Cakupan SDIDTK


Berdasarkan hasil diatas (Tabel 2) menunjukkan bahwa dari 92
pelaksana kegiatan SDIDTK dengan perencanaan yang baik ternyata
masih ada yang mempunyai cakupan SDIDTK yang rendah (10,87%),
dan dari 18 pelaksana kegiatan SDIDTK dengan perencanaan yang
cukup mempunyai cakupan SDIDTK tinggi (55,56%) dan cakupan
SDIDTK rendah (44,44%). Berdasarkan hasil uji statistik dengan
Regresi Logistik menunjukkan bahwa nilai probabilitas lebih kecil dari
nilai signifikan (0,004 < 0,05) yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima.
Dengan demikian terdapat pengaruh perencanaan pelaksana SDIDTK
terhadap cakupan SDIDTK.
Fungsi perencanaan merupakan landasan dasar dari fungsi
manajemen secara keseluruhan, tanpa ada fungsi perencanaan tidak
mungkin fungsi manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan
baik. Perencanaan manajerial akan memberikan pola pandang secara
menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang
akan melakukan dan kapan akan dilakukan. Perencanaan merupakan
tuntunan terhadap proses pencapaian tujuan secara efisien dan efektif.
Hal ini sesuai dengan kosep Muninjaya (2004) bahwa dengan
perencanaan yang tersusun lengkap seorang manajer dan staf akan
mengetahui dengan jelas arah sebuah program atau proyek.

5
4. Rekapitulasi data parameter penggerakan dengan parameter cakupan SDIDTK di Puskesmas
Socah Kab. Bangkalan Januari - April 2017

Parameter Baik Cukup Kurang Total


Penggerakan f % f % f % f %
Pemberian 90 76,28 18 15,25 10 8,47 118 100
pengarahan
Pemberian motivasi 85 72,03 30 25,42 3 2,55 118 100
Keterlibatan pelaksana 78 66,10 35 29,66 5 4,24 118 100
kegiatan
SDIDTK Puskesmas
Parameter Tingg Rendah Total
Cakupan SDIDTK f % f % f %
Sasaran bayi 100 84,75 18 15,25 118 100
Sasaran balita 106 89,83 12 10,17 118 100
Sasaran APRAS 115 97,46 3 2,54 118 100

Tabel 5. Rekapitulasi data parameter pengawasan dengan parameter cakupan SDIDTK di


Puskesmas Socah Kab. Bangkalan bulan Januari - April 2017

Parameter Baik Cukup Kurang Total


Pengawasan f % f % f % f %
Supervisi 60 50,85 45 38,14 13 11,01 118 100
Monitoring 78 66,11 36 30,51 4 3,38 118 100
Evaluasi 82 69,49 25 21,19 11 9,32 118 100
Parameter Tinggi Rendah Total
Cakupan SDIDTK f % f % f %
Sasaran bayi 100 84,75 18 15,25 118 100
Sasaran balita 106 89,83 12 10,17 118 100
Sasaran APRAS 115 97,46 3 2,54 118 100

Dengan demikian dalam proses manajemen diperlukan


perencanaan strategic dan perencanaan operasional, sehingga dalam
kegiatan pelaksanaan SDIDTK cakupan dapat dicapai dengan baik.
Berdasarkan table 2 menunjukkan bahwa pelaksana kegiatan SDIDTK
yang memiliki perencanaan yang baik akan meningkatkan pencapaian
cakupan SDIDTK di wilayah kerja Puskesmas Socah Kab. Bangkalan.
Kondisi ini diperkuat konsep Steiner & John B. Miner yang dikutip
Wijono (1997) bahwa perencanaan strategic merupakan proses pemilihan
tujuan-tujuan organisasi, penentuan stategi, kebijaksanaan dan program-
program strategic yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

2. Pengaruh Fungsi Pengorganisasian terhadap Cakupan SDIDTK


Hasil tabel 3 diatas menunjukkan bahwa dari 59 pelaksana kegiatan
SDIDTK dengan pengorganisasian yang baik ternyata masih ada yang
mempunyai cakupan SDIDTK yang rendah (23,73%), dan dari 51

6
pelaksana kegiatan SDIDTK dengan pengorganisasian yang cukup
mempunyai cakupan SDIDTK tinggi (90,20%) dan cakupan SDIDTK
rendah (9,80%). Berdasarkan hasil uji statistik dengan Regresi Logistik
menunjukkan bahwa nilai probabilitas lebih besar dari nilai signifikan
(0,45 < 0,05) yang artinya Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian
tidak terdapat pengaruh pengorganisasian pelaksana SDIDTK terhadap
cakupan SDIDTK.
Dalam kegiatan SDIDTK para pelaksana kegiatan harus kompak,
karena fungsi pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan
(singkornisasi) dan mengatur macam kegiatan, menetapkan tugas-tugas
pokok dan wewenang, serta pendelegasian wewenang oleh pimpinan
kepada staf dalam rangka pencapaian cakupan SDIDTK. Walaupun hasil
uji statistic dalam penelitian menunjukkan tidak adanya pengaruh, namun
hal ini karena fungsi pengorganisasian masih dapat dipengaruhi hal-hal
lain atau fungsi manajemen yang lain sehingga dalam kegiatan
pelaksanaan SDIDTK perlu pengembangan organisasi, karena organisasi
sebagai sistem sosial.
Hal ini sesuai dengan konsep yang dikemukakan oleh Munanjaya
(2014) bahwa penegembangan organisasi dapat dilakukan melalui
kegiatan untuk mengefektifkan gaya kepemimpinan manajer, hubungan
yang harmonis antara pimpinan dengan stafnya, meningkatkan kepuasan
kerja staf & semangat kelompok, kejelasan penyusunan tujuan, dan
perbaikan sistem pencatatan & pelaporan.

3. Pengaruh Fungsi Penggerakan terhadap Cakupan SDIDTK


Berdasarkan tabel 3 diatas menunjukkan bahwa dari 67 pelaksana
kegiatan SDIDTK dengan penggerakan yang baik ternyata masih ada yang
mempunyai cakupan SDIDTK yang rendah (23,43 %), dan dari 36
pelaksana kegiatan SDIDTK dengan penggerakan yang cukup mempunyai
cakupan SDIDTK tinggi (83,33 %) dan cakupan SDIDTK rendah (16,67
%). Berdasarkan hasil uji statistik dengan Regresi Logistik menunjukkan
bahwa nilai probabilitas lebih besar dari nilai signifikan (0,101 < 0,05)

7
yang artinya Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian tidak terdapat
pengaruh penggerakan pelaksana SDIDTK terhadap cakupan
SDIDTK.
Indikator keberhasilan pembinaan tumbuh kembang balita dan
anak tidak hanya meningkatnya status kesehatan dan gizinya, tetapi juga
mental, emosional, sosial, dan kemandirian anak berkembang secara
optimal. Hal ini dalam proses manajemen diperlukan sistem penggerakan
yang baik pada pelaksanaan kegiatan SDIDTK. Diantaranya adalah
terkoordinasinya penyelenggaraan kemitraan antara pelaksana kegiatan
dengan keluarga balita dan anak prasekolah (APRAS). Menurut Terry
(2010) penggerakan adalah membuat semua anggota kelompok mau
bekerjasama dan bekerja secara ikhlas serta bergairah untuk mencapai
tujuan sesuai dengan perencanaan dan usaha- usaha pengorganisasian.
Hasil uji statistik dalam penelitian ini tidak ada pengaruh antara fungsi
penggerakan terhadap cakupan SDIDTK.
Kegiatan SDIDTK merupakan salah satu program Puskesmas yang
rutin dilaksanakan oleh para pelaksana kegiatan, sehingga antar pelaksana
diperlukan system komunikasi yang baik agar tujuan kegiatan sesuai
dengan perencanaan. Kondisi ini sesuai dengan pendapat Siagian (2012)
bahwa penggerakan berhubungan erat dengan manusia yang ada dibalik
organisasi yaitu tumbuh kembangnya kemauan mereka secara ikhlas,
sadar dan sukarela bersedia melaksanakan pekerjaan yang menjadi
tanggungjawabnya. Oleh karena itu aspek yang harus diperhatikan adalah
manusia sehingga hal ini bertumpu kepada hubungan antar manusia
(Human Relationship).

4. Pengaruh Fungsi Pengawasan terhadap Cakupan SDIDTK


Berdasarkan Tabel 5 diatas menunjukkan bahwa dari 58 pelaksana
kegiatan SDIDTK dengan pengawasan yang baik ternyata masih ada yang
mempunyai cakupan SDIDTK yang rendah (24,14 %), dan dari 45
pelaksana kegiatan SDIDTK dengan pengawasan yang cukup mempunyai
cakupan SDIDTK tinggi (88,89 %) dan cakupan SDIDTK rendah (11,11

8
%). Berdasarkan hasil uji statistik dengan Regresi Logistik menunjukkan
bahwa nilai probabilitas lebih kecil dari nilai signifikan (0,021 < 0,05)
yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian terdapat
pengaruh pengawasan pelaksana SDIDTK terhadap cakupan SDIDTK.
Penyelenggaraan kegiatan SDIDTK pada balita dan Apras akan
membuahkan hasil yang diharapkan apabila fungsi pengawasan diterapkan
dengan baik. Karena fungsi pengawasan merupakan fungsi terakhir dalam
proses manajemen. Fungsi ini mempunyai kaitan erat dengan ketiga fungsi
manajemen lainnya, terutama dengan fungsi perencanaan. Melalui fungsi
pengawasan standart keberhasilan program yang dituangkan dalam bentuk
target, prosedur kerja, dan lain sebagainya harus selalu dibandingkan
dengan hasil yang mampu dikerjakan oleh staf (Muninjaya, 2004).
Untuk menciptakan kondisi upaya tumbuh kembang balita dan
Apras yang memadai dapat terselenggara dengan baik apabila ada jaminan
terpenuhi hak-hak anak, meletakkan kepentingan anak diatas kepentingan
lainnya, dan lingkungan yang peduli anak (Child Friendly Envirorment).
Kondisi tersebut dibutuhkan dukungan dan keterlibatan aktif semua pihak
terkait, utamanya orangtua, pengasuh, kader & masyarakat, pendidik,
tenaga kesehatan, petugas sosial, dan penyelenggara pelayanan bagi anak
lainnya (Kemekes, 2014).

F. Kesimpulan dan Saran


Mayoritas pelaksana kegiatan SDITK di Puskesmas Socah Kab.
Bangkalan mempunyai perencanaan yang baik pada parameter penyusunan
rencana kegiatan. Mayoritas pelaksana kegiatan SDIDTK di Puskesas Socah
Kab. Bangkalan mempunyai pengorganisasian yang baik pada parameter
penyususnan kelompok kerja. Mayoritas pelaksana kegiatan SDIDTK di
Puskesmas Socah Kab. Bangkalan mempunyai penggerakan yang baik pada
parameter pemberian pengarahan. Mayoritas pelaksana kegiatan SDIDTK di
Puskesmas Socah Kab. Bangkalan mempunyai pengawasan yang baik pada
parameter evaluasi.

9
Mayoritas pelaksana kegiatan SDIDTK di Puskesmas Kab.
Bangkalan mempunyai cakupan SDIDTK yang tinggi pada parameter sasaran
anak prasekolah. Terdapat pengaruh yang signifikan antara fungsi
perencanaan terhadap cakupan SDIDTK balita dan anak prasekolah di
Puskesmas Socah Kab. Bangkalan. Tidak ada pengaruh antara fungsi
pengorganisasian terhadap cakupan SDIDTK balita dan anak prasekolah di
Puskesmas Socah Kab. Bangkalan. Tidak ada pengaruh antara fungsi
penggerakan terhadap cakupan SDIDTK balita dan anak prasekolah di
Puskesmas Socah Kab. Bangkalan. Terdapat pengaruh yang signifikan fungsi
pengawasan terhadap cakupan SDIDTK balita dan anak prasekolah di
Puskesmas Socah Kab. Bangkalan.

10
BAB II
TELAAH JURNAL

A. Judul Jurnal
Judul jurnal sudah sesuai dengan syarat penulisan judul jurnal yang
baik yaitu relevan dengan tema yang dikaji. Judul jurnal sudah
menggambarkan isi dari penulisan. Judul sudah ditulis secara ringkas,
padat dan jelas.
B. Abstrak
Isi abstrak dari jurnal ini sudah mencakup latar belakang, tujuan,
metode penelitian, hasil dan kesimpulan. Kemudian kaidah penulisan juga
sudah sesuai. Abstrak sudah mewakili inti penelitian. Bahasanya mudah
dImengerti dan dipahami, sehingga pembaca tidak salah tafsir.
C. Pendahuluan
Pada pendahuluan jurnal ini belum dijelaskan mengenai SDIDTK
di dunia ataupun negara lain. Pendahulaun sudah baik karena sudah
membahas mengenai dampak yang ditimbulkan akibat penyimpangan
dalam tumbang anal dan sudah menggunakan referensi yang terpercaya
yaitu dari jurnal.
D. Metodologi
Metodologi yang digunakan sudah sesuai tujuan penelitian.
E. Hasil dan Pembahasan/Diskusi
Hasil dari jurnal ini sudah membahas sesuai dengan tujuan
penelitian. Hasil dijabarkan dengan lengkap dan akurat, dengan bahasa
yang lugas tidak ambigu. Pembahasan juga sudah menggunakan referensi
dari banyak jurnal pendukung, sehingga menggunakan teori dari berbagai
sumber. Bahasanya juga jelas dan mudah dipahami oleh pembaca.
F. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan sudah mampu menjawab secara ringkas dari tujuan
penellitian. Namun, belum dituliskan saran pada jurnal ini.

11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tumbuh Kembang Anak


1. Pengertian Tumbuh Kembang Anak
Tumbuh kembang merupakan manifestasi yang kompleks dari
perubahan morfologi, biokimia, dan fisiologi yang terjadi sejak konsepsi
sampai maturitas/dewasa.
a. Pertumbuhan (growth) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif,
yaitu bertambahnya jumalah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ,
maupun individu. Anak tidak hanya bertambah besar secara fisik,
melainkan juga ukuran dan struktur organ-organ tubuh dan otak.
b. Perkembangan (development) adalah bertambahnya yang bersifat
kuantitatif dan kualitatif. Perkembangan adalah bertambahnya
kemampuan (skill) struktur dan hasil dari proses
pematangan/maturitas. Perkembangan menyangkut berkembang
sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya.
Termasuk juga perkembangan kognitif, bahasa, motorik, emosi dan
perkembangan prilaku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.
Perkembangan merupakan progresif, terarah, dan
terpadu/kohelen..Progresif mengandung arti bahwa perubahan yang
terjadi mempunyai arah tertentu dan cenderung maju ke depan,
tidak mundur kebelakang. Terarah dan terpadu menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang pasti antara perubahan yang terjadi
saat ini, sebelumnya dan berikutnya.

2. Ciri-Ciri Tumbuh Kembang Anak


Menurut Hurlock EB dalam Soetjiningsih (2016), tumbuh
kembang anak mempunyai cirri-ciri tertentu, yaitu:
a. Perkembangan melibatkan perubahan (Development involves change)
b. Perkembangan awal lebih kritis dari pada perkembangan
lanjutannya (Early development more critical than critical than later
development)

12
c. Perkembangan adalah hasil dari maturasi dan proses belajar
(Development is the product of maturation and the leaning)
d. Pola perkembangan dapat diramalkan (the developmental patenrt is
predicable)
e. Pola perkembangan mempenyai karakteristik yang dapat
diramalkan(the developmental pattern has predicable characteristic).
f. Terdapat perbedaan individu dalam suatu perkembangan (there
individual defferences the development)
g. Terdapat periode/tahapan dalam pola perkembangan (there are
periods in the development pattern)
h. Terdapat harapan sosial untuk setiap periode perkembangan (there
are social expectation for every developmental period).
i. Setiap area perkembangan mempunyai potensi resiko (every area of
developmens has potensial hazards).

3. Tahap Tumbuh Kembang Anak


a. Masa perinatal mulai dari konsepsi sampai lahir. Pada masa ini
terjadi tumbuh kembang yang sangat pesat. Sel telur yang telah
dibuahi mengalami deferenisasi yang berlangsung cepat hinggga
terbentuk organ- organ tubuh yang berfungsi sesuai dengan tugasnya,
hanya perlu waktu 9 bulan didalam kandungan. Masa kombrio
berlangsung sejak konsepsi sampai umur 8 minggu (ada yang
mengatakan sampai 12 minggu). Pada saat ini terbentuk organ-organ
yang sangat peka terhadap lingkungan. Pada msa fetus ini, terjadi
percepatan pertumbuhan, pembentukan jasad manusia yang
sempurna, dan organ-organ tubuh yang telah terbentuk mulai
berfungsi. Sedangkan pada masa fetus lanjut, pertumbuhan
berlangsung pesat dan berkembang fungsi organ-organ tubuh.
b. Pada masa neonatal, terjadi adaptasi lingkungan dari kehidupan
intrauteri ke kehidupan ektrauteri dan terjadi perubhan siklus darah.
Organ-organ tubuh berfungsi sesuai tugasnya di dalam kehidupan
ektrauteri. Pada masa 7 hari pertama (neonatal dini), bayi harus

13
mendapatkan perhatian khusus, karena angka kematia pada masa bayi
ini tinggi.
c. Pada masa bayi dan masa anak dini, pertumbuhan anak pesat
walaupun kecepatan telah mengalami deselerasi dan proses maturasi
yang berlangsung, terutama sistem saraf.
d. Pada masa anak prasekolah, kecepatan pertumbuhan lambat
dan berlangsung stabil (plateau) pada masa ini terdapat kecepatan
perkembangan motorik dan fungsi ekskresi. Aktifitas fisik bertambah
serta keterampilan dan proses fikir meningkat.
e. Pada masa praremaja, anak perempuan 2 tahun lebih cepat
memasuki masa remaja bila dibandingkan dengan anak laki-laki.
Masa ini merupakan transisi dari masa anak ke dewasa, pada masa ini
terjadi pacu tumbuh berat badan, tinggi badan dan juga
pertumbuhan yang pesat pada alat-alat kelamin dan timbul tanda-
tanda seks sekunder
Tabel 2.1 Tumbuh Kembang utama pada masa anak dan remaja

Tahap/Umur Tumbuh Kembang Utama


Masa prenatal - Pembentukan struktur tubuh asar dan organ-organ

(dari konsepsi - Pertumbuhan fisik tercepat dalam rentang


sampai lahir) kehidupan anak
Masa bayi dan - Bayi baru lahir masih tergantung pada orang lain

masa anak (dependent), tetapi mempunyai kompetensi


dini (lahir
sampai umur (competent)

3 tahun) - Semua pancaindera berfungsi pada waktu lahir

- Pertumbuhan fisik dan perkembangan motorik


berlangsung cepat

- Mempunyai kemampuan belajar dan mengingat, bahkan


pada minggu-minggu pertama kehidupan

- Kelekatan terhadap orangtua atau benda lainnya sampai


akhir tahun pertama

14
Masa - Keluarga masih merupakan fokus dalam

prasekolah (3- hidupnya, walaupun anak lain menjadi lebih penting

6 hahun) - Ketermpilan motorik kasar dan halus serta kekuatan


meningkat

- Kemandirian, kemampuan mengontrol diri dan merawat


diri meningkat.

- Bermain, kreativitas, dan imajinasi menjadi lebih


berkembang.
Menurut Kementrian Kesehatan RI (2012) tahap
perkembangan anak menurut umur sebagai berikut:

a. umur 0-3 bulan


1) mengangkat kepala setinggi 45⁰
2) menggerakkan kepala dari kiri/kanan ke tengah
3) melihat dan menatap wajah anda
4) mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh e. suka
tertawa keras
5) bereaksi terkejut terhadap suara keras
6) bereaksi tersenyum ketika adiajak bicara atau tersenyum
7) mengenal ibu dengan pengelihatan, penciuman,pendengaran,
kontak.
b. umur 3-6 bulan
1) berbalik dari telungkup ke terlentang
2) mempertahankan posisi kepala tatap tegak dan stabil
3) menggenggam pensil
4) meraih benda yang ada dalam jangkauannya
5) memegang tangannya sendiri
6) berusaha memperluas pandangan
7) mengarahkan matanya pada benda-benda kecil
8) mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau memekik
9) tersenyum ketika melihat mainan/gambar yang menarik saat
bermain sendiri

15
c. umur 6-9 bulan
a. duduk (sikap tripoid-sendiri)
b. belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian berat
badan
c. merangakak meraih mainan atau mendekati seseorang
d. memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lainnya
e. memungut 2 benda, masing-masing tangan memegang 1 benda
pada saat bersamaan
f. memungut benda sebesar kacang dengan cara meraup g.
bersuara tanpa arti, mamama, dadada, tatata
g. mencari mainan atau benda yang dijatuhkan i. bermain tapuk
tangan atau ciluk ba
h. bergembira dengan melempar benda k. makan kue sendiri
d. umur 9-12 bulan
1) mengangkat benda keposisi berdiri
2) belajar berdiri selama 30 detik atau berpegangan dengan kursi
dapat berajalan dengan dituntun
3) mengulurkan lengan atau badan untuk meraih mainan yang
diingikan
4) menggenggam erat pensil
5) memasukkan benda ke mulut
6) mengulang menirukan bunyi ynag didengar
7) menyebut 2-3 suku kata yang sama tanpa arti
8) mengekplorasikan sekitar, ingin tahu, ingin menyentuh apa
saja
9) bereaksi terhadap suara yang perlahan atau bisikan
10) mengenal anggota keluarga, takut pada orang lain yang belum
dikenal
e. umur 12-18 bulan
1) berdiri sendiri tanpa berpegangan

16
2) membungkuk memungut permainan kemudian berdiri kembali c.
berjalan mundur 5 langkah
3) menumpuk 2 kubus dan memasukkan kubus di kotak
4) memanggil papa dan mama
5) menunjukkan apa yang diinginkan tanpa menangis/merengek,
anak bisa mengeluarkan suara yang menyenangkan atau menarik
tangan ibu
6) memperlihatkan rasa cemburu/bersaing
f. umur 18-24 bulan
1) berdiri sendiri tanpa berpegangan 30 detik
2) berjalan tanpa terhuyung-huyung
3) bertepuk tangan, melambai-lambai
4) menumpuk 4 buah kubus
5) memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk f.
menggelindingkan bola kearah sasaran
6) menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti
7) membantu atau menirukan pekerjaan rumah tangga
8) memegang cangkir sendiri, belajar makan-minum sendiri
g. umur 24-36 bulan
1) jalan naik tangga sendiri
2) dapat bermain dan menendang bola kecil c. coret-coret pensil
pada kertas
3) baca dengan baik menggunakan 2 kata
4) dapat menunjuk 1 atau lebih bagian tubuhnya ketika diminta
5) melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama 2
benda atau lebih membantu memungut mainan sendiri atau
mengangkat piring jika diminta
6) melepaskan pakaian sendiri
h. umur 36-48 bulan
1) berdiri 1 kaki 2 detik
2) melompat kedua kaki diangkat
3) menggayuh sepeda roda tiga

17
4) menggambar garis lurus
5) mengenal 2-4 warna
6) menyebut nama umur dan tempat
7) mengerti arti kata di atas, dibawah, di depan
8) mendengarkan cerita
9) mencuci dan mengeringkan tangan sendiri
10) bermain bersama teman, mengikuti aturan permainan
11) mengenakan sepatu sendiri
12) mengenakan celana panjang, kemeja, baju
i. umur 48-60 bulan
1) berdiri satu kaki 6 detik
2) melompat-lompat satu kaki
3) menari
4) menggambar tanda silang
5) menggambar lingkaran
6) menggambar orang dengan 3 bagian tubuh
7) mengancing baju atau pakaian boneka
8) menyebut nama lengkap tanpa dibantu
9) senang bertanya tentang sesuatu
10) menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar
11) bicaranya mudah dimengerti
12) bicara membandingkan atau membedakan sesuatu dari ukuran
dan bentuknya
13) menyebut angka dan menghitung jari n. menyebut nama-nam
hari
14) berpakaian sendiri tanpa bantuan
15) bereaksi tenang dan tanpa rewel ketika ditinggal ibu
j. umur 60-72 bulan
1) berjalan lurus
2) berdiri dengan 1 kaki selama 11 detik
3) menggambar dengan 6 bagian, menggambar orang lengkap
4) menangkap bola kecil dengan kedua tangan

18
5) menggambar segi empat
6) mengerti arti lawan kata
7) mengerti pembicaraan yang menggunakan 7 kata atau lebih
8) menjawab pertanyaan tentang benda terbuat dari apa dan
kegunaannya
9) mengenal angka, bisa menghitung angka 5-10
10) mengenal warna-warni
11) mengungkapkan simpati
12) mengikuti aturan permainan
13) berpakaian sendiri tanpa dibantu

4. Kebutuhan Dasar Anak


Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, secara umum
digolongkan menjadi 3 kebutuhan dasar (Titi 1993) dalam Soetjiningsih
(2016):
a. kebutuhan fisik-biomedis (ASUH)
kebutuhan fisik-biomedis meliputi pangan/gizi (kebutuhan
terpenting), perawatan kesehatan dasar ( antara lain imunisasi,
pemberian ASI, penimbangan bayi/anak yang teratur, pengobatan
kalau sakit), papan/pemukiman yang layak, kebersihan perorangan,
sanitasi lingkungan, sandang, kebugaran jasmani, rekreasi dan lain-
lain.
b. Kebutuhan emosi/kasih sayang (ASIH)
Pada tahun pertama kehidupan , hubungan penuh kasih
sayang, erat, mesra, dan selaras antara ibu/pengasuh dan anak
merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh kembang yang
optimal, baik fisik, mental, maupun spikososial. Peran dan kehadiran
ibu/pengasuh sedini dan selanggeng mungkin akan menjalin rasa
aman bagi bayi.hubungan ini diwujudkan dengan kontak fisik
(kulit/tatap mata) dan psikis sedini mungkin, misal dengan menyusui
bayi secepat mungkin segera setelah lahir (inisiasi dini), peran ayah
dalam memberikan kasih sayang dan menjaga keharmonisan

19
keluarga juga merupakan media yang bagus untuk tumbuh
kembang anak. Kekurangan kesih sayang ibu pada tahun-tahun
pertama kehidupan mempunyai dampak yang negative pada
tumbuh kembang anak secara fisik, mental sosial, emosi, yang
disebut syndrome depriviasi maternal.Kasih sayang dari orangtuanya
(ayah-ibu) akan menciptakan ikatan yang erat dan kepercayaan dasar
(basic trust)
c. Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH)
Stimulasi mental merupakan cikal bakal untuk proses belajar
(pendidikan dan pelatihan) pada anak. Stimulasi mental (ASAH) ini
merangsang mental spikososial; kecerdasan, keterampilan,
kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian, moral-etika,
prokduktivitas, dan sebagainya.

5. Perkembangan motorik halus


Kemajuan perkembangan motorik halus, khususnya ekstermitas atas,
berlangsung ke arah proksimodistal, dimulai dari bahu menuju ke
arah distal sampai jari. Kemampuan motorik halus dipengaruhi oleh
matangnya fungsi motorik, dan koordinasi neuromuskular yang baik,
fungsi visual yang akurat, dan kemampuan intelek nonverbal.
Keterampilan motorik halus merupakan koodinasi halus pada
otot-otot kecil yang memainkan suatu peran utama, suatu keterampilan
menulis huruf “a” merupakan serangkaian beratus-ratus koordinasi
saraf otot. Pergerakan termpil adalah proses yang sangat kompleks.
Variasi perkembangan lotorik halus mencerminkan kemauan dan
kesempatan individu untuk belajar. Anak yang jarang menggunakan
krayon, akan mengalami keterlambatan pada perkembangan memegang
pensil.
1) Bayi baru lahir, grasp palmar reflex terjadi untuk mengepal ketika
suatu obyek menyentuh telapak tangan. Perkembangan motorik
halus pertama yang dengan medah dapat dikenali dan merupakan

20
perkembangan sangat penting adalah kemampuan mengepalkan
tangan.
2) Bayi umur 2 bulan, kepalan bayi mulai berkurang, jari-jari bisa
terbuka secara spontan. Bila pada umur 4 bulan (red flag) tangan
masih mengepal, ini merupakan indikasi bayi mengalami disfungsi
neuromotorik.
3) Bayi umur 3 bulan, bayi dapat menggapai permainan yang
digerakkan, dan dapat menggapai kearah objek yang tiba-tiba
dijauhkan dari pandangannya. Umur 3-4 bulan, jika sebuah objek
ditempatkan di tangan, objek tersebut akan dpegang dengan tiga jari
daerah ulnar dan selanjutnya jari tangan yang lain akan ikut
menggenggam.dengan hialngnya grasp palmar reflex, bayi dapat
meluruskan jari mempertahankan tangan dengan posisi terbuka pasa
umur 4 bulan, sehinggamemudahkan perkembnagan otik senjutnya.
Bayi 3-4 bulan sudah dapat menempatkan tangannya kebagian
tengah tubuhnya. Memainkan jari-jemari, serta memasukkan tangan
kemulutnya.
4) Bayi umur 5 bulan, bayi bisa menggenggam sebuah
objek dan membawanya ke arah garis tengah tuuhnya.sebuah objek
didkatkan ditelapak tangan, jari-jari fleksi bersama-sama dan
menggenggam objek. Pada umur 3-6 bulan, bayi mampu eraih
benda-benda yang berada dalam jangkauannya dan mampu
memegang pensil.
5) Bayi umur 6 bulan, bayi mampu memindahkan objek melewati
garis tengah tubuhnya dan mampu memindahkan objek dari tangan
satu ke tangan yang lainnya, tanpa disertai gerakan stimultan
pada tangan yang lain. Bayi juga mampu memasukkan balok balok
kedalam gelas tapi tidak bisa mengambil kembali. Bayi umur 6-7
bulan, mampu menjepit dengan baik menggunakan jari telunjuk dan
ibu jari.
6) Bayi umur 8 bulan, bayi mampu mengambil kubus yang diberikan
kepadanya, selanjutnya memindahkan benda yang dipegangnya ke

21
tangan yang lainnya. Pada umur 6-9 bulan, bayi mampu
memungut 2 benda, masing-masing tangan memegang satu benda
pada saat yang bersamaan.
7) Bayi umur 10-12 bulan, bayi mampu mengambil kubus dari dalam
gelas. Bayi juga mampu menggenggam erat pensil dan mengulurkan
lengan/mencondongkan badan untuk meraih mainan yang
diinginkan. Pada umur 10 bulan, bayi mampu menjepit benda-benda
kecil, seperti manik-manik atau makanan kecil.
8) Bayi umur 14 bulan, anak mampu menempatkan satu kubus di atas
kubus yang lain. Tingginya tumpukan kubus meningkat sesuai
dengan tingkatan kontrol manipulatif, tatapi bukan suatu
peningkatan pada perkembangan keterampilan.
9) Bayi umur 15 bulan, anak bisa mencoret-coret. Anak mampu
menumpuk 2 kubus, dan selanjutnya menumpuk 3 kubus pada umur
21 bulan.
10) Bayi umur 18 bulan, anak mampu memasukkan 10 kubus kedalam
gelas. Anak pertama kali melempar bola.
11) Bayi umur 24 bulan, anak dapat memegang pensil dan menirukan
sebuah coretan. Anak mampu menyusun 4 deretan kubus secara
horizontal. Anak juga mampu memungut 4 kubus dan memungut
benda-benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk (menjimpit).
Anak mencoba melipat kertas dan mampu melipat kertas menjadi
sebuah lipatan pada umur 2,5 tahun.
12) Bayi umur 30 bulan, anak bisa menggambar coretan
horizontal dan vertikal yang spesifik
13) Umur 3 tahun, anak mampu menumpuk 8 buah kubus, anak bisa
membuat jembatan dengan tiga kubus, anak mampu menggambar
sebuah lingkaran dan mulai menggambar gambar manusia.
14) Umur 4 tahun, anak mampu membuat gambar sebuah persegi
empat, anak mampu membuat gerbang dengan 5 kubus.
15) Umur 5 tahun, anak mampu membuat gambar sebuah segitiga dan
mampu membuat tangga dengan 6 kubus.

22
Umur 7 tahun, anak mampu menggambar belah ketupat
ventrikal. Pada umur 9 tahun, anak dapat menggambar silinder, dan pada
umur 12 tahun anak dapat menggambar kubus tiga dimensi.

23
BAB IV
PENUTUP

Secara keseluruhan jurnal ini sudah bagus, topik bahasan yang menarik
dan bahasa yang mudah dipahami. Hasil penelitian dibahas secara detail dan
mendalam. Referensi yang digunakan pun banyak, sehingga sudah bisa menjadi
jurnal sebagai sumber informasi yang akurat.

24
DAFTAR PUSTAKA

Gustian, Agus. 2011, Aspek Perkembangan Motorik Anak Usia Dini. Yogyakarta:
Liberty

Hidayat, A. A. (2009). Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.


Jakarta: Salemba Medika

Kementerian Kesehatan R.I.2016.Stimulasi,Deteksi Dan Intervensi Dini Tumbuh


Kembang Anak Di Pelayanan Kesehatan Dasar .Jakarta. EGC

Marimbi, hanum.2010.Tumbuh Kembang Status Gizi dan Imunisasi Dasar Pada


Balita.Yogyakarta : Nuha Medika

Marmi dan Kukuh.2012. Asuhan Neonatus,bayi,balita dan anak prasekolah.


Jogjakarta: Pustaka pelajar

Rivanica, R. (2019). Faktor–Faktor Yang Berhubungan Dengan Tumbuh


Kembang Anak Prasekolah. Jurnal'Aisyiyah Medika, 3(2).

Santrock, J. W. (2011). Masa Perkembangan Anak Edisi 11.Jakarta: Salemba


Humanika

Soetjiningsih. (2013). Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta: EGC

Susanto, A. (2012). Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada


Media Group

Tompunu,Nova Anance. 2015. Tumbuh Kembang Optimal Bayi. Jakarta


Selatan. Imprint Agromedia Pustaka

25

Anda mungkin juga menyukai