Anda di halaman 1dari 77

621

ASUHAN KEBIDANAN SDIDTK


PADA AN.”M” UMUR 56 BULAN DENGAN TUMBUH
KEMBANG SESUAI TAHAPAN PERKEMBANGAN
DI AKADEMI KEBIDANAN WIYATA MITRA HUSADA
KECAMATAN KERTOSONO KABUPATEN NGANJUK

Fitri Rohimatun
NIM : 1740100718

AKADEMI KEBIDANAN WIYATA MITRA HUSADA

PROGAM STUDI D-III KEBIDANAN

KERTOSONO-NGANJUK

TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN SDIDTK


PADA AN.”M” UMUR 56 BULAN DENGAN TUMBUH KEMBANG SESUAI
TAHAPAN PERKEMBANGAN DI AKADEMI KEBIDANAN WIYATA
MITRA HUSADA KECAMATAN KERTOSONO
KABUPATEN NGANJUK

Oleh:

Mahasiswa Akademi Kebidanan Wiyata Mitra Husada

Fitri Rohimatun
NIM : 1740100718

Telah Disahkan dan Disetujui Pada :

Hari :
Tanggal :

Pembimbing Institusi

Joeliatin, SST., M.PH


NIDN.0714128702

Mengetahui,

Akademi kebidanan Wiyata Mitra Husada

Direktur

Dr. MTh. Sri Suwarti Dra., SST., MM.


NUPN. 9907158405
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan SDIDTK

yang berjudul “Asuhan Kebidanan SDIDTK Pada An. ”M” Umur 56 Bulan

Dengan Tumbuh Kembang Sesuai Tahapan Perkembangan Di Akademi

Kebidanan Wiyata Mitra Husada Kecamatan Kertosono Kabupaten Nganjuk”

Penyusunan Asuhan kebidanan ini tidak akan berjalan dengan baik dan lancar

tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. MTh. Sri Suwarti, Dra., SST, MM., Selaku Direktur Akademi

Kebidanan Wiyata Mitra Husada.

2. Joeliatin, SST., M.PH Selaku Dosen Pembimbing Institusi Akademi

Kebidanan Wiyata Mitra Husada.

3. An. “M”, Selaku Pasien dalam Asuhan Kebidanan SDIDTK.

4. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian dalam Asuhan Kebidanan

SDIDTK.

Penulis mengetahui dalam Asuhan Kebidanan ini masih banyak kekurangan

sehingga penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun

dan perbaikan bagi penyusunan Asuhan Kebidanan SDIDTK berikutnya.

Nganjuk, Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii

KATA PENGANTAR...........................................................................................iii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iv

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................1

1.2 Tujuan ........................................................................................................3

1.3 Manfaat Penulisan.......................................................................................4

1.4 Metode Pengumpulan Data.........................................................................5

1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan.................................................................6

1.6 Sistematika Penulisan.................................................................................6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Tumbuh Kembang...............................................................8

2.2 Konsep Dasar SDIDTK............................................................................31

2.3 Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan SDIDTK.........................48

BAB 3 TINJAUAN KASUS

3.1 Data Subyektif...........................................................................................62

3.2 Data Obyektif............................................................................................65

3.3 Analisis......................................................................................................68

3.4 Penatalaksanaan........................................................................................68
BAB 4 PENUTUP

4.1 Kesimpulan...............................................................................................70

4.2 Saran..........................................................................................................71

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak usia 0-

6 tahun agar tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu

mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terus-menerus pada setiap

kesempatan. Stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh keluarga

masing-masing dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya stimulasi dapat

menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang

menetap ( Depkes RI, 2016 : 45 ).

Anak merupakan individu yang unik, dimana mereka mempunyai

kebutuhan yang berbeda-beda sesuai dengan tahapan usianya. Anak bukan

miniatur dari orang dewasa atau orang dewasa dalam memfasilitasi anak

untuk mencapai tugas pertumbuhan dan perkembangannya (Cahyaningsih,

2016 : 1).

Balita di Indonesia berjumlah 23,7 juta jiwa atau sekitar 10,4% dari

total penduduk Indonesia. Namun hingga saat ini, angka gangguan

perkembangan anak di Indonesia masih cukup tinggi. Profil kesehatan

Indonesia tahun 2016 menunjukkan bahwa 13-18% anak balita mengalami

keterlambatan perkembangan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di

Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita, terdapat 30,9% anak

mengalami keterlambatan perkembangan (Kemenkes RI, 2016 : 12).


Target cakupan pelayanan kesehatan anak balita atau SDIDTK yang

ditetapkan secara nasional adalah 85% namun berdasarkan data Departemen

Kesehatan RI, pencapaian cakupan SDIDTK nasional pada tahun 2016

masih 69,75%, sedangkan untuk wilayah provinsi Jawa Timur pencapaian

cakupan pelayanan SDIDTK tahun 2016 sebesar 77% , Hasil skrining

deteksi dini tumbuh kembang anak di Jawa Timur mencapai 80,91%, namun

angka ini masih di bawah Rencana Strategis SDIDTK tahun 2014 sebesar

85% (Depkes RI, 2016 : 10).

Berdasarkan profil kesehatan Nganjuk tahun 2017 sebesar 90.14%

dari 55.580 anak balita (usia 12-59 bulan) . Pelayanan kesehatan untuk

balita selain di Puskesmas, juga dilakukan pemantauan kesehatan di

Posyandu melalui kegiatan penimbangan rutin setiap bulan. Cakupan

penimbangan diukur berdasarkan jumlah balita yang ada di wilayah. Pada

tahun 2017 cakupan D/S di Kabupaten Nganjuk sebesar 86.6 %. Sedangkan

skrining perkembangan pada balita di Nganjuk tahun 2017 sebesar 99.8 %

(Dinkes, 2017: 40).

Namun sayangnya, lebih dari 50% dari 1200 ibu yang mempunyai

anak dibawah usia tiga tahun tidak memiliki pengetahuan yang cukup

seputar tahapan perkembangan anak dan stimulasi dini dengan baik.

Kemampuan orang tua untuk mendeteksi tumbuh kembang anak

dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan tingkat pendidikan. Namun,

penelitian lain yang menganalisis pengaruh tingkat pendidikan terhadap


perkembangan sosial anak balita menyatakan bahwa pengaruh tingkat

pendidikan tidak signifikan mempengaruhi.

Berdasarkan data dari Profil Kesehatan RI (2014), upaya

pemeliharaan kesehatan anak dapat dilihat dari pelayanan kesehatan anak

balita yang dilakukan oleh tenaga kesehatan, meliputi: (a) pelayanan

pemantauan pertumbuhan, (b) pemberian vitamin A dua kali dalam setahun,

(c) stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang balita, dan (d)

pelayanan anak balita sakit (Profil Kesehatan RI, 2014).

Dengan adanya latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk

membuat laporan Asuhan Kebidanan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini

Tumbuh Kembang Pada Anak “M” Usia 56 Bulan Dengan Tumbuh

Kembang Sesuai Tahapan Perkembangan Usia Di Akademi Kebidanan

Wiyata Mitra Husada Kecamatan Kertosono Kabupaten Nganjuk.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu menerapkan pola pikir secara ilmiah dalam

melaksanakan Asuhan Kebidanan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini

Tumbuh Kembang Pada Anak “M” Usia 56 bulan dengan

menggunakan managemen Asuhan Kebidanan menggunakan SOAP,

sesuai PERMENKES No. 938 Tahun 2007 dalam Praktek

Kebidanan.
1.2.2 Tujuan Khusus

Setelah dilakukan asuhan kebidanan deteksi dini tumbuh kembang

pada bayi dan balita mahasiswa mampu :

1. Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan data subjektif

2. Melakukan pengkajian data dengan mengumpulkan data objektif

3. Memberikan asuhan kebidanan tumbuh kembang kepada bayi

dan balita

1.3 Manfaat

1.3.1 Manfaat Bagi Penulis

Penulis dapat melakukan asuhan kebidanan tentang deteksi dini

tumbuh kembang bayi dan balita, sehingga dapat diterapkan dalam

praktik pelayanan kebidanan kepada masyarakat.

1.3.2 Manfaat Bagi Institusi

Sebagai tambahan referensi materi tentang stimulasi deteksi dini

tumbuh kembang pada bayi dan balita.

1.3.3 Manfaat Bagi Klien

Sebagai tambahan informasi bagi ibu dan keluarga agar lebih

memahami dan mengerti tentang proses tumbuh kembang bagi bayi

dan balita.
1.3.4 Manfaat Bagi Lahan Praktek

Sebagai tambahan dengan adanya kesempatan praktek bagi

mahasiswa, lahan praktek memberikan berbagai pengalaman untuk

penatalaksanaan asuhan kebidanan secara kooperatif.

1.4 Metode Pengumpulan Data

Pada penyusunan asuhan kebidanan ini penulis mengunakan metode sebagai

berikut:

1.4.1 Wawancara

Pengambilan data dengan tanya jawab langsung kepada klien atau

keluarga klien.

1.4.2 Observasi

Pengambilan data dengan cara menilai dan memantau perkembangan

keadaan klien secara langsung.

1.4.3 Pemeriksaan Fisik

Melakukan pemeriksaan fisik pada klien meliputi inspeksi, palpasi,

auskultasi dan perkusi untuk mendapatkan data obyektif.

1.4.4 Status Pustaka

Teori asuhan kebidanan diambil dari buku-buku dan makalah yang

berhubungan dengan asuhan kebidanan deteksi dini tumbuh

kembang pada bayi dan balita.

1.4.5 Pemeriksaan Penunjang

Tidak dikaji
1.4.6 Dokumentasi

Yaitu memperoleh data dengan melihat data yang sudah ada dalam

status klien.

1.5 Waktu dan Tempat

Pelaksanaan asuhan kebidanan SDIDTK pada bayi dan balita pada tanggal

15 Januari 2020 pukul 08:40 WIB di Akademi Kebidanan Wiyata Mitra

Husada Kecamatan Kertosono Kabupaten Nganjuk.

1.6 Sistematika Penulisan

Secara garis besar penulisan laporan asuhan kebidanan disusun

secara sistematis dengan susunan sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan

1.3 Manfaat Penulisan

1.4 Metode Pengumpulan Data

1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

1.6 Sistematika Penulisan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Tumbuh Kembang

2.2 Konsep Dasar SDIDTK

2.3 Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan SDIDTK


BAB 3 TINJAUAN KASUS

3.1 Data Subyektif

3.2 Data Obyektif

3.3 Analisis

3.4 Penatalaksanaan

BAB 4 PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Tumbuh Kembang

2.1.1 Pengertian Tumbuh Kembang

Pertumbuhan adalah perkembangan ukuran dan jumlah sel.

Pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan

menggunakan satuan berat atau panjang, seperti berat dan tinggi badan

(Tando, 2016: 65).

Tumbuh kembang merupakan manifestasi yang kompleks dari

perubahan morfologi, biokimia, dan fisiologi yang terjadi sejak

konsepsi sampai maturitas/dewasa (Soetjiningsih, 2017: 2).

Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,

jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang

bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pon, kilogram), ukuran

panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolis.

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam

struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang

teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan.

(Armini, 2017: 33)

2.1.2 Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Tumbuh Kembang

Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap

tumbuh kembang anak, yaitu :

8
1. Faktor genetik

Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir

proses tumbuh kembang anak. Hal yang termasuk faktor genetik

antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan

patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa.

2. Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan faktor yang menentukan tercapai atau

tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan

memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan

lingkungan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan

ini merupakan lingkungan “bio-fisik-psiko-sosial” yang

mempengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai

akhir hayat.

Faktor lingkungan dibagi menjadi 2, yaitu :

a. Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu

masih dalam kandungan (faktor prenatal), antara lain :

1) Gizi ibu waktu hamil

Gizi ibu yang buruk

Sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu sedang

hamil, lebih sering menghasilkan bayi BBLR (Berat Bayi

Lahir Rendah) atau lahir mati dan jarang menyebabkan

cacat bawaan. Disamping itu, dapat juga menyebabkan


hambatan pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru

lahir, mudah terkena infeksi, abortus dan sebagainya.

2) Mekanis

Trauma dan cairan ketuban yang kurang dapat

menyebabkan kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkan.

3) Toksin/zat kimia

Masa organogenesis adalah masa yang sangat peka

terhadap zat-zat teratogen. Misalnya ibu hamil yang

perokok berat/peminum alkohol kronis sering melahirkan

BBLR, lahir mati, cacat, retardasi mental serta keracunan

logam berat.

4) Endokrin

Hormon-hormon yang mungkin berperan pada

pertumbuhan janin, adalah somatotropin, hormon plesenta,

hormon tiroid, insulin peptida-peptida lain dengan aktivitas

mirip insulin.

5) Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu

menyebabkan kematian janin, kerusakan otak , mikrosefali

atau cacat bawaan lain.

6) Infeksi

Infeksi intrauterin yang sering menyebabkan cacat bawaan

adalah TORCH (toxoplasmosis, rubella, cytomegalovirus,

herpes simplex). Sedangkan infeksi lainnya yang juga


dapat menyebabkan penyakit pada janin adalah varisela,

coxsackie, echovirus, malaria, lues, HIV, polio, campak,

listeriosis, leptospira, mikoplasma, virus influenza, dan

virus hepatitis.

7) Stres

Stres yang dialami ibu pada waktu hamil dapat

mempengaruhi tumbuh kembang janin, antara lain cacat

bawaan, kelainan kejiwaan dan lain-lain.

8) Imunitas

Rhesus atau ABO inkomtabilitis sering menyebabkan

abortus, hidops fetalis, kern ikterus atau lahir mati.

9) Anoksia embrio

Menurunnya oksigenasi janin melalui gangguan pada

plasenta atau tali pusat, menyebabkan berat badan lahir

rendah.

b. Faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak

setelah lahir (faktor postnatal). Bayi baru lahir harus berhasil

melewati masa transisi, dari suatu sistem yang teratur yang

sebagian besar tergantung pada organ-organ ibunya, kesuatu

sistem yang tergantung pada kemampuan genetik dan

mekanisme homeostatik bayi itu sendiri.

(Armini, 2017: 34-37)


Tabel 2.1 perbedaan lingkungan intra dan ekstrauterin

Sebelum lahir Sesudah lahir


1. Penyediaan Cairan Udara
oksigen
2. Suhu luar Pada umumnya tetapBerubah-ubah
3. Stimulasi sensoris Terutama kinestetik
Bermacam-macam
atau vibrasi stimuli
4. Gizi Tergantung pada zat-
Tergantung pada
zat gizi yang terdapat
tersedianya bahan
dalam darah ibu makanan dan
kemampuan saluran
cerna
5. Penyediaan Berasal dari ibu ke Berasal dari paru-
oksigen janin melalui plasenta paru ke pembuluh
darah paru-paru
6. Pengeluaran hasil Dikeluarkan ke sistem Dikeluarkan melalui
metabolisme peredaran darah ibu paru-paru, kulit,
ginjal dan saluran
pencernaan
Masa perinatal adalah masa antara 28 minggu dalam

kandungan sampai 7 hari setelah dilahirkan, merupakan masa

rawan dalam proses tumbuh kembang anak, khususnya tumbuh

kembang otak. Trauma kepala akibat persalinan akan berpengaruh

besar dan dapat meninggalkan cacat yang permanen. Resiko palsi

serebralis lebih besar pada BBLR yang disertai asfiksia berat,

hiperbilirubinemi yang disertai kern ikterus, IRDS (Idiophatic

Respiratory Distress Syndrome), asidosis metabolik dan

meningitis/ensefalitis.

Lingkungan postnatal yang mempengaruhi tumbuh kembang anak

secara umum dapat digolongkan menjadi :

1) Lingkungan biologi

a. Ras/suku bangsa
Pertumbuhan somatik juga dipengaruhi oleh ras/suku

bangsa. Bangsa kulit putih/ras eropa mempunyai

pertumbuhan somatik lebih tinggi daripada bangsa asia.

b. Jenis kelamin

Dikatakan anak laki-laki lebih sering sakit dibandingkan

anak perempuan, tetapi belum diketahui secara pasti

demikian.

c. Umur

Umur yang paling rawan adalah masa balita, oleh karena

pada masa itu anak mudah sakit dan mudah terjadi kurang

gizi. Di samping itu, masa balita merupakan dasar

pembentukan kepribadian anak, sehingga diperlukan

perhatian khusus.

d. Gizi

Makan memegang peran penting dalam tumbuh kembang

anak, dimana kebutuhan anak berbeda dengan orang

dewasa, karena makanan bagi anak dibutuhkan juga untuk

pertumbuhan yang dipengaruhi oleh ketahanan makanan

keluarga. Ketahanan makanan keluarga mancakup pada

ketersediaan makanan dan pembagian makanan yang adil

dalam keluarga, di mana kepentingan budaya bertabrakan

dengan kepentingan biologis anggota-anggota keluarga.

e. Perawatan kesehatan
Perawatan kesehatan yang teratur, tidak saja kalau anak

sakit, tetapi pemeriksaan kesehatan dan menimbang anak

secara rutin setiap bulan akan menunjang pada tumbuh

kembang anak. Pemanfaatan pelayanan kesehatan

dianjurkan untuk dilakukan secara komprehensif yang

mencakup aspek-aspek promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif.

f. Kepekaan terhadap penyakit

Dengan memberikan imunisasi, maka anak diharapkan

terhindar dari penyakit-penyakit yang sering menyebabkan

cacat atau kematian.

g. Penyakit kronis

Anak menderita penyakit menahun akan terganggu tumbuh

kembangnya dan pendidikannya. Anak juga akan

mengalami stres akibat penyakit, misalnya penyakit polio

dan kelumpuhan.

h. Fungsi metabolisme

Kebutuhan akan berbagai nutrient harus didasarkan atas

perhitungan yang tepat, karena adanya perbedaan yang

mendasar dalam proses metabolisme pada berbagai umur.

i. Hormon

Hormon-hormon yang berpengaruh terhadap tumbuh

kembang adalah “growth hormone”, tiroid, hormon seks,


insulin, IGFs (insulin-like Growth Factors) dan hormon

yang dihasilkan kelenjar adrenal.

2) Faktor fisik

a. Cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah

Musim kemarau yang panjang/adanya bencana alam

lainnya, dapat berdampak pada tumbuh kembang anak

antara lain akibat gagalnya panen, sehingga banyak anak

yang kurang gizi.

b. Sanitasi

Sanitasi lingkungan memiliki peran yang cukup dominan

dalam penyediaan lingkungan yang mendukung kesehatan

anak dan tumbuh kembangnya.

c. Keadaan rumah, struktur bangunan, ventilasi cahaya dan

kepadatan hunian.

d. Radiasi

Tumbuh kembang anak dapat terganggu akibat adanya

radiasi yang tinggi.

3) Faktor psikososial

a. Stimulus

Anak yang mendapat stimulus yang terarah dan teratur akan

lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang

kurang atau tidak mendapatkan stimulasi.

b. Motivasi belajar
Motivasi belajar dapat ditumbuhkan dengan lingkungan

yang kondusif untuk belajar, misalnya adanya sekolah yang

tidak terlalu jauh, suasana yang tenang dan sarana yang

lengkap.

c. Ganjaran ataupun hukuman yang wajar

Ganjaran yang diberikan berupa ciuman, pujian, belaian

serta bertepuk tangan dapat menimbulkan motivasi yang

kuat bagi anak untuk mengulangi tingkah laku buruk.

Sedangkan hukuman yang diberikan apabila anak salah

harus diberikan secara objektif serta pengertian dan maksud

dari hukuman tersebut.

d. Kelompok sebaya

Untuk proses sosialisasi dengan lingkungannya, anak

memerlukan teman sebaya, tetapi perhatian orangtua tetap

diperlukan.

e. Stres

Stres pada anak juga berpengaruh terhadap tumbuh

kembangnya misalnya, terlambat berbicara, nafsu makan

menurun, pemalu.

f. Sekolah

Dengan mendapatkan pendidikan yang baik maka

diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup anak tersebut.

g. Cinta dan kasih sayang


Anak memerlukan kasih sayang dan perlakuan yang adil

dari orangtua agar anak tersebut bisa memberikan kasih

sayang kepada teman sebayanya.

h. Kualitas interaksi anak orangtua

Interaksi tidak ditentukan oleh beberapa lama kita bersama

anak, tetapi lebih ditentukan oleh kualitas dari interaksi

tersebut, yaitu pemahaman dan upaya optimal untuk

memenuhi kebutuhan masing-masing yang didasari oleh

kasih sayang.

4) Faktor keluarga dan adat istiadat

a. Pekerjaan atau pendapat keluarga

Pendapat keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh

kembang anak, karena dapat menyediakan semua

kebutuhan anak mereka.

b. Pendidikan ayah dan ibu

Pendidikan orangtua merupakan faktor yang penting karena

dengan pendidikan yang tinggi memudahkan orangtua

untuk mendapatkan informasi.

c. Jumlah saudara

Jumlah anak banyak pada keluarga yang keadaan sosial

yang ekonomimnya cukup, akan mengakibatkan

berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima.

d. Jenis kelamin dalam keluarga


Pada masyarakat tradisional wanita mempunyai status yang

lebih rendah dibandingkan laki-laki.

e. Stabilitas rumah tangga

Stabilitas dan keharmonisan rumah tangga memengaruhi

tuimbuh kembang anak.

f. Kepribadian ayah atau ibu

Kepribadian ayah dan ibu yang terbuka berpengaruh pada

tumbuh kembang anak, misalnya orangtua yang terbuka

dalam memberikan informasi.

g. Adat istiadat, norma-norma, tabu-tabu

Adat istiadat yang berlaku ditiap daerah akan berpengaruh

pada tumbuh kembang anak. Misalnya anak wanita tidak

diperbolehkan sekolah.

h. Agama

Dengan memahami agamanya akan menuntut umatnya

berbuat kebaikan dan kebijakan.

i. Urbanisasi

Salah satu dampak dari urbanisasi adalah kemiskinan dari

segala permasalahannya.

j. Politik

Kehidupan politik dalam masyarakat yang memengaruhi

prioritas kepentingan anak, anggaran.

(Armini, 2017: 34-44)


2.1.3 Kebutuhan Dasar Anak

Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, secara umum

digolongkan menjadi tiga kebutuhan dasar :

1. Kebutuhan fisik biomedis (asuh)

Meliputi :

a. Pangan atau gizi merupakan kebutuhan terpenting

b. Perawatan kesehatan dasar, antara lain imunisasi,

pemberian ASI, penimbangan bayi atau alat yang

teratur, pengobatan kalau sakit.

c. Papan atau pemukiman yang layak.

d. Hygiene perorangan, sanitasi lingkungan.

e. Sandang.

f. Kesegaran jasmani, rekreasi.

2. Kebutuhan emosi atau kasih sayang

Kasih sayang dari orangtuanya akan menciptakan ikatan

yang erat dan kepercayaan dasar. Hubungan yang erat dan

selaras antara ibu atau pengganti ibu dengan anak

merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh

kembang yang selaras, baik fisik, maupun psiko-sosial.

3. Kebutuhan akan stimulasi mental

Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses

belajar (pendidikan dan pelatihan) pada anak. Stimulasi

mental (asah) ini mengembangkan perkembangan mental


psikososial, kecerdasan, keterampilan, kemandirian,

kreativitas, agama, kepribadian, moral, etika, produktivitas

dan lain-lain.

(Armini, 2017: 44-45)

2.1.4 Ciri-Ciri Tumbuh Kembang Anak

Tumbuh kembang anak yang sudah dimulai sejak konsepsi

sampai dewasa itu mempunyai ciri-ciri tersendiri, yaitu :

1. Tumbuh kembang adalah proses yang kontinu sejak dari

konsepsi sampai maturitas atau deawasa, yang dipengaruhi

oleh faktor bawaan dan lingkungan

2. Dalam periode tertentu terdapat adanya masa percepatan

atau masa perlambatan, serta lanjut tumbuh kembang yang

berlainan diantara organ-organ. Terdapat 3 periode

pertumbuhan cepat, yaitu, pada masa janin, masa bayi 0-1

tahun, dan masa pubertas. Sedangkan masa pertumbuhan

organ-organ tumbuh mengikuti 4 pola, yaitu pola umum,

limfoid, neurol, dan reproduksi.

3. Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak,

tetapi kecepatannya berbeda antara anak satu dengan yang

lain.

4. Perkembangan erat hubungannya dengan maturasi sistem

susunan saraf.

5. Aktivitas seluruh tubuh diganti respon individu yang khas.


6. Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal.

7. Refleks primitif seperti refleks memegang dan berjalan

akan menghilangkan sebelum gerakan volunteer tercapai.

Seberapa jauh keunikan seseorang anak tersebut apakah masih

dalam batas normal atau tidak, ada dua kriteria yang digunakan

antara lain :

a. Normal dalam arti medis adalah apabila pertumbuhan dan

perkembangan, baik fisik maupun intelek dan kepribadian

berlangsung harmonis yang meningkat dan dapat

diramalkan kecepatannya serta hasil akhirnya, sesuai

dengan kemampuan genetik atau bawaannya.

b. Normal dalam arti statistika adalah apabila anak tersebut

berada dalam batas 2 sd dibawah atau diatas mean kurva

sebaran normal menurut gauss, dimana seseorang anak

dibandingkan dengan anak sebayanya.

(Armini, 2017: 45-46)

2.1.5 Anamnesis Tumbuh Kembang Anak

Hal –hal penting yang harus diperhatikan dalam anamnesis

pada anak adalah sebagai berikut :

1. Anamnesis faktor prenatal dan perinatal

Merupakan faktor yang penting untuk mengetahui

perkembangan anak. Anamnesis harus menyangkut faktor

resiko untuk terjadinya gangguan fisik dan mental anak,


termasuk faktor untuk buta, tuli dan lain-lain. Anamnesis

juga menyangkut penyakit keturunan dan apakah ada

perkawinan antara keluarga.

2. Kelahiran prematur harus dibedakan antara bayi prematur

(SMK : sesuai masa kehamilan) dengan bayi dismatur

(KMK: Kecil masa kehamilan), dimana telah terjadi

retardasi pertumbuhan intra uterin.

Pada bayi prematur, karena dia lebih cepat dari bayi

kelahiran, maka harus diperhitungkan periode

pertumbuhan intrauterin yang tidak sempat dilalui tersebut.

Misalnya bayi baru lahir umur 3 bulan (umur kehamilan 6

bulan), kalau bayi ini dilakukan pemeriksaan 6 bulan

setelah lahir, maka dia tidak bisa dibandingkan dengan

bayi usia 6 bulan, tetapi harus dengan bayi 3 bulan (setelah

koreksi tiga bulan masa pertumbuhan intrauterin yang

tidak sempat dilaluinya tersebut). Sedangkan pada

postmatur, masih belum jelas apakah diperhitungkan

keterlambatan lahirnya. Karena pada postmatur sering

disertai dengan insufesiansi plasenta, sehingga dirasakan

tidak perlu diperhitungkan berapa lama dia postmatur.

3. Anamnesis harus menyangkut faktor lingkungan yang

mempengaruhi perkembangan anak. Misalnya untuk

menilai perkembangan motorik anak harus ditanyakan


apakah ibunya melahirkan kesempatan pada anak untuk

belajar.

4. Penyakit-penyakit yang mempengaruhi tumbuh kembang

dan malnutrisi contohnya ;marasmus dan kwashiorkor.

5. Anamnesis kecepatan pertumbuhan anak

Merupakan informasi sangat penting yang harus

ditanyakan pada ibu pada saat pertama kali datang. Tidak

selalu perkembangan anak mulus seperti pada teori,

adakalanya perkembangan anak normal sampai umur

tertentu, kemudian mengalami keterlambatan. Ada juga

yang mulainya terlambat atau karena sakit, perkembangan

terhenti yang kemudian normal kembali. Dapat juga

perkembangan yang mulai pesat, misalnya pada

perkembangan berbicara.

6. Pola perkembangan anak dalam keluarga anamnesis

tentang perkembangan anggota keluarga lainnya, karena

adakalanya perkembangan motorik dalam keluarga

tersebut dapat lebih cepat atau lambat, demikian pula

dengan perekembangan bicara atau kemampuan

mengontrol buang air bersar atau kecil.

(Armini, 2017: 46-48)

2.1.6 Perkembangan Anak Balita

Perkembangan yang dipakai untuk menilai perkembangan anak


balita yaitu :

1. Personal social (kepribadian atau tingkah laku sosial).

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri,

bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.

2. Fine motor adaptive (gerakan motorik halus)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk

mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan

bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot kecil,

tetapi memerlukan kondisi yang cermat. Misalnya

kemampuan untuk menggambar, memegang suatu benda

dan lain sebagainya.

3. Language (bahasa)

Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara,

mengikuti perintah dan berbicara spontan.

4. Gross motor (perkembangan motorik kasar)

Aspek yang berhubungan dengan gerakan dan sikap tubuh.

Ada juga yang membagi perkembangan balita ini menjadi

aspek perkembangan seperti pada buku petunjuk program

BKB (Bina Keluarga dan Balita), yaitu perkembangan :

a. Tingkah laku sosial

b. Penolong diri sendiri

c. Intelektual

d. Gerakan motorik halus


e. Komunikasi pasif

f. Komunikasi aktif

g. Gerakan motorik kasar

(Armini, 2017: 57-58)

2.1.7 Penilaian Pertumbuhan Fisik Anak

Penilaian tumbuh kembang anak dilakukan untuk

menentukan apakah tumbuh kembang anak berjalan normal

atau tidak, baik dilihat dari segi medis maupun statistik. Proses

tumbuh kembang merupakan proses yang berkesinambungan

mulai dari konsepsi sampai dewasa, mengikuti pola tertentu

yang khas untuk setiap anak.

1. Parameter Penilaian Pertumbuhan Fisik

a. Ukuran Antropometrik

Untuk menilai pertumbuhan fisik anak, sering

digunakan ukuran-ukuran antropometrik yang

dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :

1) Tergantung umur

a) Berat badan terhadap umur

Berat badan merupakan ukuran antropometrik

yang terpenting, dipakai pada setiap

kesempatan memeriksa kesehatan anak pada

semua kelompok umur. Berat badan dipakai

sebagai indikator yang terbaik pada saat ini


untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh

kembang anak, sensitif terhadap perubahan

sedikit saja, pengukuran objektif dan dapat

diulangi, dapat digunakan timbangan apa saja

yang relatif murah, mudah, dan tidak

memerlukan banyak waktu.

Indikator berat badan dimanfaatkan dalam

klinik :

1. Bahan informasi untuk menilai keadaan

gizi, baik yang akut maupun kronis,

tumbuh kembang dan kesehatan.

2. Memonitor keadaan kesehatan, misalnya

pada pengobatan penyakit.

3. Dasar perhitungan dosis obat dan makan

yang perlu diberikan.

b) Tinggi atau panjang badan terhadap umur

Tinggi badan merupakan ukuran

antropometrik kedua yang penting.

Keistimewaannya adalah bahwa ukuran tinggi

badan pada masa pertumbuhan meningkat terus

sampai tinggi maksimal dicapai. Dimana tinggi

badan meningkat pesat pada masa bayi,


kemudian melambat dan menjadi pesat kembali

dan akhirnya berhenti pada umur 12-20 tahun.

Keuntungan tinggi badan adalah

pengukuran objektif dan dapat diulang, alat

dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa.

Merupakan indikator yang baik untuk

gangguan pertumbuhan fisik yang sudah lewat

(stunting), sebagai perbandingan terhadap

perubahan relatif, seperti terhadap nilai BB dan

LILA.

Kerugiannya adalah perubahan tinggi

badan relatif pelan, sukar mengukur tinggi

badan yang tepat, bahkan kadang diperlukan

lebih dari seorang tenaga. Disamping itu

dibutuhkan dua macam teknik pengukuran,

pada anak umur kurang dari 2 tahun dengan

posisi tidur terlentang dan pada umur lebih dari

2 tahun dengan posisi berdiri.

Peningkatan nilai rata-rata tinggi badan

orang dewasa suatu bangsa merupakan

indikator kesejahteraan dan kemakmuran

(perbaikan gizi, perawatan kesehatan, dan


keadaan sosial ekonomi), jika potensi genetik

belum tercapai secara optimal.

c) Lingkar kepala terhadap umur

Lingkar kepala mencerminkan volume

intracranial. Dipakai untuk menaksir

pertumbuhan otak. Apabila otak tidak tumbuh

normal, maka kepala akan kecil, sehingga pada

lingkar kepala yang lebih kecil dari normal

(mikrosefalia), maka menunjukkan adanya

retardasi mental. Sebaliknya, kalau ada

penyumbatan pada aliran cairan serebrospinal

pada hidrosefalus akan meningkatkan volume

kepala, sehingga kepala lebih besar dari

normal. Lalu yang dijadikan acuan untuk

lingkar kepala adalah kurva lingkar kepala dari

Nelhaus.

Lingkar kepala yang kecil pada umumnya

disebabkan karena :

1. Variasi normal

2. Bayi kecil

3. Keturunan

4. Retardasi mental

5. Craniosynostosis
Sedangkan lingkar kepala yang besar pada

umumnya oleh :

1. Variasi normal

2. Bayi besar

3. Hidranensefali

4. Tumor serebri

5. Keturunan

6. Efusi supdural

7. Hidrosefalus

8. Penyakit canavan

9. Megalensefali

d) Lingkar lengan atas terhadap umur

Lingkar lengan atas mencerminkan

tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang

tidak terpengaruh banyak oleh keadaan cairan

tubuh dibandingkan dengan berat badan.

Lingkar lengan atas dapat dipakai untuk

menilai keadaan gizi atau tumbuh kembang

pada kelompok umur prasekolah.

2) Tidak tergantung umur

a) Berat badan terhadap tinggi badan

b) LILA terhadap tinggi badan

(Armini, 2017: 61-66)


2. Baku patokan (referinsi standar)

a. Pola tumbuh kembang

Pola tumbuh kembang anak menunjukkan

variasi normal yang luas, sehingga perlu cara dan

istilah statistik untuk menilainya. Terdapat 3 cara

untuk menunjukkan suatu variasi normal, yang pada

umumnya disusun dalam bentuk tabel atau dalam

bentuk tabel atau dalam bentuk kartu pertumbuhan

yaitu : menggunakan mean.

Mean adalah nilai rata-rata ukuran anak yang

dianggap normal, dengan cara ini seorang anak dapat

ditentukan posisinya yaitu :

1) Menggunakan persentil

Besarnya persentil menunjukkan posisi suatu

hasil pengukuran kedalam urutan yang khas, yaitu

dari yang terkecil sampai yang terbesar, dari 1000

hasil pengukuran (100%). Persentil ke-10 berarti

bahwa anak tersebut berada pada posisi anak ke-10

dari bawah, dimana 9 anak lebih kecil darinya dan

90 anak lebih besar darinya.

Sedangkan persentil ke-50 adalah bahwa

anak tersebut berada pada urutan ke-50, sehingga

jumlah yang sama berada dibawah dan diatasnya.


2) Menggunakan persentase

Besarnya variasi normal berada di presentase

tertentu, terhadap suatu nilai patokan yang

dianggap 100%.

(Armini, 2017: 61-70)

2.1.8 Penilaian Perkembangan Anak

1. Tahap-tahap penilaian perkembangan anak

a. Anamnesis

b. Skrining gangguan perkembangan anak

c. Evaluasi lingkungan anak

d. Evaluasi penglihatan dan pendengaran anak

e. Evaluasi bicara dan bahasa anak

f. Pemeriksaan fisik

g. Pemeriksaan neurologi

h. Evaluasi penyakit metabolisme intregasi dari hasil

penemuan

(Armini, 2017: 77-79)

2.2 Konsep Dasar SDIDTK

2.2.1 Definisi Stimulasi

Stimulasi merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan

anak. Stimulasi harus dilakukan sedini mungkin, bahkan sejak masih

di dalam kandungan. Sebaiknya dilakukan stimulasi terhadap semua


aspek perkembangan, dengan melibatkan semua anggota keluarga

(Soetjiningsih, 2017: 211).

Deteksi dini tumbuh kembang adalah langkah antisipasi yang

dilakukan untuk menemukan kasus penyimpangan tumbuh kembang

sejak dini dan mengetahui serta mengenali faktor resiko

penyimpangan tersebu (Armini, 2017: 96).

2.2.2 Macam-macam Stimulasi

Anak membutuhkan bermacam-macam stimulasi. Stimulasi

yang diberikan pada anak harus proporsional. Baik dalam kualitas

maupun kuantitas, dan sesuai dengan tingkat maturitas saraf anak.

Stimulasi sebaiknya dilakukan terhadap aspek perkembangan anak,

tidak hanya dalam bidang intelektual melainkan juga emosional dan

moral-spiritual.

Macam-macam stimulasi adalah sebagai berikut :

1. Sensorik taktil, auditori, visual, bau, rasa

2. Motorik (locomotion): motorik kasar, halus dan vestibular

3. Kognitif inteligensia, kreativitas

4. Menolong diri sendiri

5. Emosi, sosial, kerja sama dan kepemimpinan

6. Moral-spiritual (sopan santun/etika, moral/budi pekerti dan

agama)

7. Multi modal (semua aspek perkembangan)

(Soetjiningsih, 2017:207-208)
2.2.3 Prinsip-prinsip Stimulasi

Prinsip-prinsip dalam melakukan stimulasi adalah untuk

memperkaya lingkungan adalah :

1. Memberikan lingkungan emosional yang positif, seperti cinta,

kasih sayang dan kehangatan (ASIH), bahkan sejak bayi masih

didalam kandungan.

2. Memberikan makanan yang bergizi dan perawatan kesehatan

adalah salah satu kebutuhan dasar anak terhadap ASUH.

3. Memberikan stimulasi pada semua aspek perkembangan, tetapi

jangan sekaligus pada saat bersamaan, karena akan

membingungkan anak.

4. Memberikan suasana yang kondusif, yaitu menciptakan

lingkungan yang wajar, santai dan menyenangkan, dalam

suasana bermain.

5. Memberikan stimulasi bertahap dan berkesinambungan.

6. Memberikan kebebasan pada anak untuk aktif melakukan

interaksi soaial.

7. Memacu keterampilan dan minat anak dalam perkembangan

mental, fisik, estetika dan emosional.

8. Berikan stimulasi setiap hari, kapan saja, yaitu setiap kali

bertemu/berinteraksi dengan anak.

9. Koreksi kalau anak belum mampu melakukan, bukan mencela,

mengecam, memarahi atau menghukum.


10. Dalam memberikan stimulasi, kenali temperamen masing-

masing anak, karena temperamen anak ada yang mudah dan ada

yang sulit.

11. Memberi kesempatan kepada anak untuk aktif memilih berbagai

macam kegiatannya sendiri, bervariasi sesuai minat dan

kemampuannya. Karena setiap anak adalah unik, mereka tahu

kelemahan dan kekuatan yang ada pada dirinya.

12. Memberikan kesempatan kepada anak untuk menilai hasil

kerjanya dan melakukan modifikasi terhadapnya.

13. Bila diperlukan alat bantu stimulasi harus tidak berbahaya,

sederhana dan mudah dimodifikasi.

14. Harus diperhatikan rentan intensitas stimulasi, yaitu rangsangan

sensorik dan kognitif yang dapat ditoleransi oleh anak.

15. Harus peka terhadap reaksi anak yang tidak ingin melanjutkan

stimulasi, karena anak sudah jenuh atau lelah. Tanda-tanda

kejenuhan dan kelelahan antara lain :

a. Matanya melihat ke arah lain

b. Memalingkan muka

c. Menutup matanya

d. Mata mulai tampak sayu

e. Anak tampak lesu tidak bergairah

f. Menangis

(Soetjiningsih, 2017: 208-210)


2.2.4 Kebutuhan Dasar Balita

1. Tahap 1-2 tahun

a. Latih anak naik turun tangga

b. Bermain dengan anak, menunjukkan cara menangkap bola

besar dan melemparkannya kembali pada anak

c. Latih anak menyebut nama bagian tubuh dengan menunjuk

bagian tubuh anak, menyebutkan namanya, dan minta ia

menyebutkannya kembali

d. Beri kesempatan kepada anak untuk melepaskan pakaiannya

sendiri

e. Latih keseimbangan tubuh anak dengan cara berdiri pada satu

kaki secara bergantian

f. Latih anak menggambar bulatan, garis, segitiga dan gambar

wajah

g. Latih agar anak mau menceritakan apa yang dilihatnya

2. Tahap 2-3 tahun

a. Latih anak melompat dengan satu kaki

b. Latih anak menyusun dan menumpuk balok

c. Latih anak mengenal bentuk dan warna . Latih anak dalam

hal kebersihan diri, seperti mencuci tangan dan kaki serta

mengeringkannya sendiri

3. Tahap 3-4 tahun


a. Beri kesempatan agar anak dapat melakukan hal yang kira-

kira mampu dia kerjakan, misalnya melompat dengan satu

kaki.

b. Latih anak cara memotong, menggunting gambar-gambar,

mulai dengan gambar besar dan latih anak mengancingkan

baju.

c. Latih anak dalam sopan santun, misalnya berterima kasih,

menerima tangan dan lain sebagainya.

4. Tahap anak prasekolah

a. Beri kesempatan agar anak dapat melakukan hal yang kira-

kira mampu ia kerjakan, misalnya melompati tali, main

engklek dan lain sebagainya.

b. Melatih anak melengkapi gambar, misalnya menggambar

baju pada gambar orang atau menggambar pohon.

c. Jawab pertanyaan anak dengan benar, jangan membohongi

anak atau menunda jawaban.

d. Ajak anak dalam aktivitas keluarga, seperti berbelanja ke

pasar, memasak dan membetulkan mainan.

(Armini, 2017: 94-95)

2.2.5 Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan

Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk

mengetahui atau menemukan status gizi kurang atau buruk dan

mikro atau makrosefali. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan


dilakukan semua tingkat pelayanan. Adapun pelaksana dan alat

yang digunakan adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2 Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan

Tingkat Pelayanan Pelaksana Alat Yang Digunakan


Keluarga dan masyarakat 1. Orang tua 1. KMS
2. Kader 2. Timbangan dacin
kesehatan
3. Petugas
PAUD, BKB,
TPA dan
Guru TK
Puskesmas 1. Dokter 1. Tabel BB/TB
2. Bidan 2. Grafik LK
3. Perawat 3. Timbangan
4. Ahli gizi 4. Alat ukur tinggi
5. Petugas badan
lainnya 5. Pita pengukur
lingkar kepala
1. Pengukuran Berat Badan terhadap Tinggi Badan (BB/TB)

Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk mengetahui

status gizi pada anak, yaitu normal, kurus, kurus sekali atau

gemuk. Jadwal pengukuran BB/TB disesuai dengan jadwal

deteksi dini tumbuh kembang balita. Pengukuran dan penilaian

BB/TB dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih.

2. Pengukuran Lingkar Kepala Anak (LKA)

Tujuuan pengukuran lingkar kepala anak adalah untuk

mengetahui lingkar kepala anak dalam batas normal atau di

luar batas normal. Jadwal disesuaikan dengan umur anak.

Umur 0-11 bulan, pengukuran dilakukan setiap tiga bulan.

Pada anak yang lebih besar, umur 12-72 bulan, pengukuran

dilakukan setiap enam bulan.


a. Interpretasi

1) Apabila ukuran lingkaran kepala anak berada di dalam

“jalur hijau”, lingkaran kepala anak normal.

2) Apabila ukuran lingkaran kepala anak berada di luar

“jalur hijau”, lingkaran kepala anak tidak normal.

3) Lingkaran kepala anak tidak normal ada 2 yaitu,

makrosefal apabila berada di atas “jalur hijau” dan

mikrosefal apabila berada di bawah “jalur hijau”.

b. Intervensi

Apabila ditemukan dengan lingkaran kepala pada anak

mikrosefal atau makrosefal segera dirujuk ke rumah sakit.

(Kemenkes RI, 2015: 182-186)

2.2.6 Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan Anak

Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk

mengetahui gangguan perkembangan anak (keterlambatan),

gangguan daya lihat, gangguan daya dengar. Adapun pelaksana dan

alat yang digunakan adalah sebagai berikut.

Tabel 2.3 Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan Anak

Tingkat Pelayanan Pelaksana Alat yang digunakan


1. Orang tua Buku KIA
2. Kader kesehatan,
Keluarga dan BKB, TPA
masyarakat 1. Petugas pusat PAUD 1. KPSP
terlatih 2. TDL
2. Guru TK terlatih 3. TDD
Puskesmas 1. Dokter 1. KPSP
2. Bidan 2. TDL
3. Perawat 3. TDD
Keterangan :
Buku KIA : Buku Kesehatan Ibu dan Anak

KPSP : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan

TDL : Tes Daya Lihat

TDD : Tes Daya Dengar

BKB : Bina Keluarga Balita

TPA : Tempat Penitipan Anak

Pusat PAUD : Pusat Pendidikan Anak Usia Dini

TK : Taman Kanak-kanak

1. KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan)

a. Tujuan skrining/pemeriksaan perkembangan alat

menggunakan KPSP adalah untuk mengetahui perkembangan

anak normal atau ada penyimpangan.

b. Jadwal skrining/pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur

3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, dan 72

bulan. Jika anak belum mencapai umur skrining tersebut,

minta ibu datang kembali pada umur skrining terdekat untuk

pemeriksaan rutin. Misalnya bayi umur 7 bulan maka yang

digunakan adalah KPSP 6 bulan. Apabila anak sudah

berumur 9 bulan, yang diberikan adalah KPSP 9 bulan.

c. Skrining pemeriksaan dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru

TK, dan petugas PAUD terlatih.

d. Alat yang digunakan sebagai berikut :

1) Pensil, kertas, bola sebesar bola tenis, kerincingan


2) Kubus bersusun sebanyak 8 buah

e. Cara menggunakan KPSP

1) Pada waktu pemeriksaan/skrining, anak harus dibawa.

2) Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal bulan

dan tahun anak lahir. Apabila umur anak lebih 16 hari

dibulatkan menjadi 1 bulan.

3) Contoh: bayi umur 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4

bulan. Apabila umur bayi 3 bulan 15 hari, dibulatkan

menjadi 3 bulan.

4) Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai

dengan umur anak.

5) KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu pertama,

pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak.

Contoh: ”Dapatkah bayi makan kue sendiri?” Kedua,

perintah kepada ibu/pengasuh anak atas petugas untuk

melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh:

”Pada posisi bayi Anda telentang, tariklah bayi pada

pergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke posisi

duduk.”

6) Jelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau takut

menjawab. Karena itu, pastikan ibu/pengasuh anak

mengerti apa yang ditanyakan kepadanya.


7) Tanyakan pertanyaan tersebut secara berturutan, satu per

satu. Setiap pertanyaan hanya ada 1 jawaban, ”Ya” atau

”Tidak”. Catat jawaban tersebut pada formulir.

8) Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh

anak menjawab pertanyaan terdahulu.

9) Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.

f. Interpretasi hasil KPSP

1) Hitunglah berapa jumlah jawaban Ya. Jawaban ”Ya”,

apabila ibu/pengasuh anak menjawab: anak bisa atau

pernah atau sering atau kadang-kadang melakukannya.

2) Jawaban ”Tidak”, bila ibu/pengasuh anak menjawab:

anak belum pernah melakukan atau tidak pernah atau

ibu/pengasuh anak tidak tahu.

3) Jumlah jawaban ”Ya” = 9 atau 10, perkembangan anak

sesuai dengan tahap perkembangannya (S). Jumlah

jawaban ”Ya” = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan

(M). Jumlah jawaban ”Ya” = 6 atau kurang,

kemungkinan ada penyimpangan (P). Untuk jawaban

”Tidak”, perlu diperinci jumlah jawaban ”Tidak”

4) menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus,

bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian).

g. Intervensi
Apabila perkembangan anak sesuai umur (S), lakukan

tindakan berikut:

1) Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya

dengan baik.

2) Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap

perkembangan anak.

3) Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering

mungkin, sesuai dengan umur dan kesiapan anak.

4) Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan

kesehatan di posyandu secara teratur sebulan 1 kali dan

setiap ada kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB). Jika

anak sudah memasuki usia prasekolah (36–72 bulan),

anak dapat diikutkan pada kegiatan di Pusat Pendidikan

Anak Usia Dini (PAUD), Kelompok Bermain dan Taman

Kanak-kanak.

5) Lakukan pemeriksaan/skrining rutin menggunakan KPSP

setiap 3 bulan pada anak berumur kurang dari 24 bulan

dan setiap 6 bulan pada anak umur 24 sampai 72 bulan.

(Kemenkes RI, 2015: 187-190)

2. Tes Daya Dengar (TDD)

a. Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan

pendengaran sejak dini, agar dapat segera ditindaklanjuti


untuk meningkatkan kemampuan daya dengar dan bicara

anak.

b. Jadwal TDD adalah setiap 3 bulan pada bayi umur kurang

dari 12 bulan dan setiap 6 bulan pada anak umur 12 bulan ke

atas. Tes ini dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, guru TK,

tenaga PADU dan petugas terlatih lainnya.

c. Alat/sarana yang diperlukan adalah instrumen TDD menurut

umur anak:

1) Gambar binatang (ayam, anjing, kucing)

2) Manusia mainan (boneka, kubus, sendok, cangkir, bola).

d. Cara melakukan TDD

1) Tanyakan tanggal, bulan, dan tahun anak lahir, kemudian

hitung umur anak dalam bulan. Pilih daftar pertanyaan

TDD yang sesuai dengan umur anak.

a. Pada anak umur kurang dari 24 bulan. Semua

pertanyaan harus dijawab oleh orang tua/pengasuh

anak.

1. Tidak usah ragu-ragu atau takut menjawab, karena

tidak untuk mencari siapa yang salah. Bacakan

pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu

persatu, berurutan.

2. Tunggu jawaban dari orangtua/pengasuh anak.


3. Jawaban ”Ya” jika menurut orang tua/pengasuh,

anak dapat melakukannya dalam satu bulan

terakhir.

4. Jawaban ”Tidak” jika menurut orang

tua/pengasuh anak tidak pernah, tidak tahu atau

tak dapat melakukannya dalam satu bulan

terakhir.

b. Pada anak umur 24 bulan atau lebih

1. Pertanyaan-pertanyaan berupa perintah melalui

orangtua/pengasuh untuk dikerjakan oleh anak.

2. Amati kemampuan anak dalam melakukan

perintah orangtua/pengasuh.

3. Jawaban ”Ya” jika anak dapat melakukan perintah

orangtua/pengasuh.

4. Jawaban ”Tidak” jika anak tidak dapat atau tidak

mau melakukan perintah orangtua/pengasuh.

e. Interpretasi

1) Apabila ada satu atau lebih jawaban ”Tidak”,

kemungkinan anak mengalami gangguan pendengaran.

2) Catat dalam Buku KIA atau kartu kohort bayi/balita atau

status/catatan medik anak, jenis kelainan.

f. Intervensi

1) Tindak lanjut sesuai dengan buku pedoman yang ada.


2) Rujuk ke rumah sakit apabila tidak dapat ditanggulangi

(Kemenkes RI, 2015: 190-191)

3. TDL (Tes Daya Lihat)

a. Tujuan tes daya lihat adalah untuk mendeteksi secara dini

kelainan daya lihat agar segera dapat dilakukan tindakan

lanjutan sehingga kesempatan untuk memperoleh ketajaman

daya lihat menjadi lebih besar.

b. Jadwal tes daya lihat dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia

prasekolah umur 36 sampai 72 bulan. Tes ini dilaksanakan

oleh tenaga kesehatan, guru TK, tenaga PAUD, dan petugas

terlatih lainnya.

c. Alat/sarana yang diperlukan adalah

1) ruangan yang bersih, tenang dengan penyinaran yang

baik: dua buah kursi, 1 untuk anak, 1 untuk pemeriksa.

2) Poster ”E” untuk digantung dan kartu ”E” untuk dipegang

anak, alat penunjuk.

d. Cara melakukan tes daya lihat

1) Pilih suatu ruangan yang bersih dan tenang, dengan

penyinaran yang baik.

2) Gantungkan poster ”E” setinggi mata anak pada posisi

duduk.

3) Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari poster ”E”,

menghadap ke poster ”E”.


4) Letakkan sebuah kursi lainnya di samping poster ”E”

untuk pemeriksa.

5) Pemeriksa memberikan kartu ”E” kepada anak.. Latih

anak dalam mengarahkan kartu ”E” menghadap atas,

bawah, kiri, dan kanan, sesuai yang ditunjuk pada poster

”E” oleh pemeriksa.

6) Beri pujian setiap kali anak mau melakukannya. Lakukan

hal ini sampai anak dapat mengarahkan kartu ”E” dengan

benar.

7) Selanjutnya, anak diminta menutup sebelah matanya

dengan buku/kertas.

8) Dengan alat penunjuk, tunjuk huruf ”E ” pada poster, satu

per satu, mulai baris pertama sampai baris keempat atau

baris ”E” terkecil yang masih dapat dilihat.

9) Puji anak setiap kali dapat mencocokkan posisi kartu ”E”

yang dipegangnya dengan huruf ”E” pada poster.

10) Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata satunya dengan

cara yang sama.

11) Tulis baris ”E” terkecil yang masih dapat dilihat, pada

kertas yang telah disediakan.

e. Interpretasi

1) Anak prasekolah umumnya tidak mengalami kesulitan

melihat sampai baris ketiga pada poster ”E”. Apabila


kedua mata anak tidak dapat melihat baris ketiga poster

”E”, artinya tidak dapat mencocokkan arah kartu ”E”

yang dipegangnya dengan arah ”E” pada baris ketiga

yang ditunjuk oleh pemeriksa, kemungkinan anak

mengalami gangguan daya lihat.

f. Intervensi

1) Apabila kemungkinan anak mengalami gangguan daya

lihat, minta anak datang lagi untuk pemeriksaan ulang.

2) Bila pada pemeriksaan berikutnya, anak tidak dapat

melihat sampai baris yang sarna, atau tidak dapat melihat

baris yang sama dengan kedua matanya, rujuk ke rumah

sakit dengan menuliskan mata yang mengalami gangguan

(kanan, kiri atau keduanya).

(Kemenkes RI, 2015: 192-193)

2.2.7 Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional Anak

Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah

kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya masalah

mental emosional, autisme dan gangguan pemusatan perhatian dan

hiperaktivitas pada anak, agar dapat segera dilakukan tindakan

intervensi. Apabila penyimpangan mental emosional terlambat

diketahui, intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan

berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Deteksi ini dilakukan oleh

tenaga kesehatan. Ada beberapa jenis alat yang digunakan untuk


mendeteksi secara dini adanya penyimpangan mental emosional

pada anak, yaitu sebagai berikut.

1. Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME) bagi anak umur

36 bulan sampai 72 bulan.

2. Ceklis Autis Anak Prasekolah (Checklist for Autism in

Toddlers/CHAT) bagi anak umur 18 bulan sampai 36 bulan.

3. Formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan

Hiperaktivitas (GPPH) menggunakan Abbreviated Conners

Rating Scale bagi anak umur 36 bulan ke atas.

(Kemenkes RI, 2015: 193-194)

2.3 Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan SDIDTK

2.3.1 Pengkajian

A. Data Subyektif

1. Biodata

Anak

Nama Anak : Untuk mengenal, memanggil, dan

menghindari terjadinya kekeliruan.

Usia : Untuk mengetahui penilaian tumbuh

kembang anak yang akan dilakukan pada

umur tersebut.
Jenis Kelamin : Untuk mencocokkan identitas sesuai

nama bayi, serta menghindari kekeliruan


bila terjadi kesamaan nama dengan bayi

lain.
Anak ke : Untuk mengetahui paritas dari orang tua.
Orang Tua

Nama : Untuk mengenal/memanggil klien, serta

sebagai penanggung jawab terhadap anak.


Umur : Untuk mengetahui umur dari ibu serta

suami.
Suku :
Untuk mengetahui dari suku mana ibu

dan suami berasal dan menentukan cara

pendekatan serta pemberian asuhan

kepada anak.
Agama :
Untuk mengetahui kepercayaan klien

terhadap agama yang dianutnya dan

mengenali hal-hal yang berkaitan dengan

masalah asuhan kebidanan


Pendidikan :
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan

Pekerjaan : sebagai dasar dalam memberikan asuhan.

Jenis pekerjaan dapat menunjukkan

tingkat keadaan ekonomi keluarga juga

Penghasilan : dapat mempengaruhi kesehatan.

Alamat : Mengetahui taraf hidup ekonomi dan

berkaitan dengan status gizi pada anak.


Untuk mengetahui tempat tinggal klien

dan menilai apakah lingkungan cukup

aman bagi kesehatannya serta

mempermudah untuk melakukan

kunjungan ulang.

2. Keluhan utama

Ditanyakan untuk mengetahui bagaimana kondisi anak.

3. Riwayat penyakit sekarang

Untuk mengetahui apakah anak mengalami gangguan atau

tidak.

4. Respon keluarga

Untuk mengetahui apakah keluarga mendukung serta

memberikan semangat kepada anak.

5. Riwayat kesehatan yang lalu

Untuk mengetahui apakah anak pernah menderita penyakit

menurun atau menular yang dapat mempengaruhi

perkembangannya sekarang.

a. Riwayat Prenatal dan Perinatal

1) Prenatal

Ditanyakan pada ibu ini kehamilan ke berapa,

keluhan ibu pada saat hamil ini, periksa ke mana dan

sudah berapa kali periksa, mendapat obat apa saja

setelah periksa.
2) Perinatal

Ditanyakan pada ibu mengeluarkan darah yang

bagaimana, seberapa banyak, apakah ada infeksi

atau tidak, apakah terjadi perdarahan atau tidak.

b. Komplikasi

Ditanyakan apakah terdapat komplikasi pada ibu dan

janin.

c. Keadaan bayi baru lahir

Ditanyakan untuk mengetahui keadaan bayi saat

dilahirkan.

d. Riwayat pemberian nutrisi

Apakah anak diberi ASI atau tidak, jika ya berapa bulan

serta diberi MP-ASI mulai usia berapa bulan.

6. Status kesehatan terakhir

a. Riwayat alergi

Untuk mengetahui apakah anak mempunyai alergi

terhadap obat ataupun makanan.

b. Imunisasi dasar

Untuk mengetahui imunisasi apa saja yang telah didapat

oleh anak.

c. Uji skrining

Untuk mengetahui tahap perkembangan anak sesuai

dengan usianya.
d. Riwayat kesehatan

Untuk mengetahui apakah anak saat ini sedang menderita

suatu penyakit.

7. Pola kebutuhan sehari-hari

Untuk mengetahui bagaimana pola nutrisi, eliminasi, istirahat

dan personal hygiene.

a. Pola Nutrisi

Ini penting untuk diketahui supaya mendapatkan

gambaran bagaimana pasien mencukupi asupan gizinya.

b. Pola Eliminasi

Ini penting untuk diketahui untuk mengetahui apakah

pengeluaran sesuai atau tidak dengan nilai normalnya.

c. Pola Istirahat

Ditanyakan seberapa lama ibu istirahat siang dan malam

baik sebelum hamil maupun saat hamil.

d. Personal Hygiene

Data ini perlu dikaji karena bagaimanapun, kebersihan

akan mempengaruhi kesehatan klien.

B. Data Objektif

Data ini dimulai dari pemeriksaan fisik serta pemeriksaan

diagnostik, yang meliputi :

Data ini dimulai dari pemeriksaan fisik serta pemeriksaan

diagnostik, yang meliputi :


1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan umum : Baik / Cukup / Kurang

Kesadaran : Composmentis, yaitu kesadaran

normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua

pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.

Somnolen, yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor

yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat

pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh

tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.

Sopor, yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada

respon terhadap nyeri.

Apatis, yaitu yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk

berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.

Koma, yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon

terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea

maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon

pupil terhadap cahaya).

b. Tanda-tanda vital

1) Nadi : Normal (100 - 160 x/menit)

2) Pernafasan : Normal (40 - 60 x/menit)

3) Suhu : Normal (36,5 – 37,5 oC)

c. Antropometri

TB : Normal (91,5-99,1 cm)


BB : Normal (12,5-15,7 kg)

LK : Normal (46,5-53,3 cm)

LILA : Normal (16,5 cm)

LIDA : Normal (33-35 cm)

2. Pemeriksaan SDIDTK

a. Pemeriksaan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan

(KPSP)

1. Dapatkah anak meletakan 8 buah kubus Gerak Tidak


Ya
satu persatu diatas yang lain tanpa Halus
menjatuhkan kubus tersebut
2. Apakah anak dapat bermain petak umpet Sosialisasi Ya Tidak
&
Kemandiria
n
3. Dapatkah anak mengenakan celana Sosialisasi Ya Tidak
panjang &
Kemandiria
n
4. Dapatkan anak menyebutkan nama Bicara dan Ya Tidak
lengkapnya tanpa dibantu Bahasa
5. Isi titik-titik dibawah ini dengan jawaban Bicara dan Ya Tidak
anak. Jangan membantu kecuali Bahasa
mengulangi pertanyaan.
“Apa yang kamu lakukan jika kamu
kedinginan ?”
“Apa yang kamu lakukan jika kamu
lapar ?”
Apa yang kamu lakukan jika kamu
lelah ?”
Jawab YA bila anak menjawab ke tiga
pertanyaan tadi dengan benar, bukan
dengan gerakan maupun isyarat.
Jika kedinginan, jawaban yang benar
adalah “menggigil”, “pakai mantel” atau
“masuk dalam rumah”
Jika lapar, jawaban yang benar adalah
“makan”
Jika lelah, jawaban yang benar adalah
“mengantuk”, “tidur”, “berbaring/tiduran”,
“istirahat/diam sejenak”
6. Apakah anak dapat mengancingkan Sosialisasi Ya Tidak
bajunya atau pakaian boneka &
Kemandiria
n
7. Suruh anak berdiri tanpa berpegangan jika Gerak Ya Tidak
perlu tunjukan caranya dan beri anak Kasar
kesempatan untuk melakukanya 3 kali.
Dapatkah ia mempertahankan
keseimbangan dalam waktu 6 detik atau
lebih ?

8. Jangan mengoreksi / membantu anak. Gerak Ya Tidak


Jangan menyebutkan kata “lebih panjang”. Halus
Perlihatkan gambar ke dua garis ini pada
anak.
Tanyakan : “mana garis yang lebih
panjang?”
Minta anak menunjukan garis yang kebih
panjang.
Setelah anak menunjukan, putar lembar ini
lagi dan ulangi pertanyaan tsb. Setelah
anak menunjuk, putar lembar ini lagi dan
ulangi pertanyaan tadi.
Apakah anak dapat menunjukan garis
yang lebih panjang sebnayak 3 kali dengan
benar?

9.
ǀǀ
Jangan membantu anak dan jangan Sosialisasi Ya Tidak
memberitahu nama gambar ini, &
Suruh anak menggambar contoh ini Kemandiria
dkertas kosong yang tersedia. Berikan 3 n
kali kesempatan.
Apakah anak dapat menggambar seperti
contoh ini ?

10.
+
Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan Bicara dan
memberi isyarat dengan telunjuk atau Bahasa
mata pada saat memberikan perintah
berikut ini:
“ letakan kertas ini dilantai”
“letakan kertas ini dikursi”
“letakan kertas ini didepan kamu”
“letakan kertas ini dibelakang kamu”
Jawab YA hanya jika anaka mengerti arti
“di atas, didepan, dibawah, dibelakang”

b. KMME (Kuesioner Masalah Mental Emosional)

Untuk mengetahui hasil dari 12 pertanyaan yang diajukan

kepada ibu.

1. Menanyakan kepada orang tua/pengasuh Ya Tidak


apakah anak seringkali terlihat marah tanpa
sebab yang jelas (sering menangis, mudah
tersinggung atau bereaksi berlebihan)
2. Menanyakan kepada orangtua/pengasuh Ya Tidak
apakah anak tampak menghindar dari teman
atau anggota keluarga (menyendiri atau
merasa sedih)
3. Menanyakan kepada orangtua/pengasuh Ya Tidak
apakah anak seringkali berperilaku merusak
dan menentang terhadap lingkungan di
sekitar (mencuri dan menyiksa binatang)
4. Menanyakan kepada orangtua/pengasuh Ya Tidak
apakah anak memperlihatkan adanya rasa
takut ataupun cemas yang berlebih
5. Menanyakan kepada orangtua/pengasuh Ya Tidak
apakah anak mengalami keterbatasan dalam
berkonsentrasi atau mudah teralihkan
perhatiannya
6. Menanyakan kepada orangtua/pengasuh Ya Tidak
apakah anak menunjukkan kebingungan
sehingga mengalami kesulitan untuk
berkomunikasi dan membuat keputusan
7. Menanyakan kepada orangtua/pengasuh Ya Tidak
apakah anak mengalami perubahan pola tidur
8. Menanyakan kepada orangtua/pengasuh Ya Tidak
apakah anak mengalami perubahan pola
makan
9. Menanyakan kepada orangtua/pengasuh Ya Tidak
apakah anak seringkali mengeluh sakit kepala
atau sakit perut
10. Menanyakan kepada orangtua/pengasuh Ya Tidak
apakah anak seringkali mengeluh putus asa
atau berkeinginan untuk mengakhiri hidupnya
11. Menanyakan kepada orangtua/pengasuh Ya Tidak
apakah anak menunjukkan adanya
kemunduran perilaku atau kemampuan yang
sudah dimiliki (seperti mengompol kembali,
menghisap jempol atau tidak mau berpisah
dengan orangtua atau pengasuhnya)
12. Menanyakan pada orangtua/pengasuh apakah Ya Tidak
anak melakukan perbuatan yang berulang-
ulang tanpa alasan yang jelas
13. Menentukan hasil KMME untuk mengetahui Ya Tidak
apakah ada masalah mental emosional pada
anak.
Catatan :
1. Catat jumlah jawaban “Ya” pada formulir
yang sudah tersedia
2. Bila jawaban “Ya” hanya 1
a. Lakukan konseling pada
orangtua/pengasuh menggunakan
buku pedoman pola asuh yang
mendukung perkembangan anak
b. Lakukan evaluasi setelah 3 bulan, bila
tidak ada perubahan rujuk kerumah
sakit yang memiliki fasilitas
kesehatan jiwa atau tumbuh kembang
anak
3. Bila jawaban “Ya” ditemukan 2 atau
lebih, rujuk ke rumah sakit yang memiliki
fasilitas kesehatan jiwa atau tumbuh
kembang dengan disertai informasi
mengenai jumlah dan masalah mental
emosional yang ditemukan

c. GPPH (Gangguan Pemusatan Perhatian dan

Hiperaktivitas)
Untuk mengetahui hasil dari 10 pertanyaan dan untuk

menilai skor akhir.

1. Menanyakan pada orangtua/pengasuh apakah Ya Tidak


anak tidak kenal lelah atau aktivitas yang
berlebih
2. Menanyakan pada oranngtua/pengasuh Ya Tidak
apakah anak mudah menjadi gembira
3. Menanyakan kepada orangtua apakah anak Ya Tidak
suka mengganggu anak-anak lain
4. Menanyakan kepada orangtua apakah anak Ya Tidak
sering gagal menyelesaikan kegiatan yang
telah dimulai dan rentang perhatiannya
pendek
5. Menanyakan kepada orangtua apakah anak Ya Tidak
suka menggerakkan badannya atau kepalanya
terus-menerus
6. Menanyakan kepada orangtua apakah anak Ya Tidak
kurang perhatian atau perhatiannya teralihkan
7. Menanyakan kepada orangtua apakah anak Ya Tidak
setiap permintaannya harus segera dipenuhi
8. Menanyakan pada orangtua apakah anak Ya Tidak
sering dan mudah menangis
9. Menanyakan pada orangtua apakah suasana Ya Tidak
hati anak mudah berubah dengan cepat dan
drastis
10. Menanyakan pada orangtua apakah anak Ya Tidak
mudah terjadi ledakan kekesalan
11. Menentukan hasil GPPH untuk mengetahui Ya Tidak
apakah ada gangguan pemusatan perhatian
dan hiperaktivitas pada anak
Catatan :
a. Bila nilai total kurang dari 13 tetapi
petugas ragu-ragu, jadwalkan kunjungan
ulang 1 bulan lagi dan evaluasi
b. Bila masih ada kemungkinan ada
gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktivitas (GPPH) maka lakukan
rujukan ke rumah sakit yang memiliki
fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang

d. TDD (Tes Daya Dengar)


Untuk mengetahui hasil dari instrumen kuesioner TDD.

1. Anjurkan anak untuk menyebutkan nama Ya Tidak


benda-benda yang sudah disiapkan
2. Menyimpulkan apakah anak dapat Ya Tidak
menyebutkan satu nama atau lebih benda
yang telah ditunjuk oleh pemeriksa
3. Anjurkan anak untuk duduk dengan jarak 3 Ya Tidak
meter dari pemeriksa
4. Anjurkan anak untuk menirukan Ya Tidak
menyebutkan angka yang telah diucapkan
oleh pemeriksa
Misal : satu, dua, dst
5. Anjurkan anak untuk menirukan angka yang Ya Tidak
telah diucapkan oleh pemeriksa dengan
menggunakan jari tangan anak
6. Anjurkan anak untuk menirukan 4 angka Ya Tidak
berlainan yang telah diucapkan oleh
pemeriksa, gunakan teknik menutup mulut
dengan kertas ketika memerintah anak untuk
menirukan 4 angka yang berlainan
Catatan :
Jika anak tidak dapat menirukan sesuai
perintah maka ulangi perintah dengan suara
yang lebih keras
7. Menentukan hasil tes daya dengar untuk Ya Tidak
mengetahui apakah ada gangguan pada
pendengaran anak
Catatan :
Bila satu jawaban “tidak” kemungkinan anak
mengalami gangguan pendengaran dan
lakukan rujukan

e. TDL (Tes Daya Lihat)

Untuk mengetahui hasil dari pemeriksaan tes daya lihat

dengan menggunakan kartu “E” dan anak menirukan

dengan poster “E”.

1. Memastikan Snellen Chart/Poster “E” sudah Ya Tidak


setinggi mata anak pada posisi duduk
2. Mengatur jarak antara kursi anak dengan Ya Tidak
Snellen Chart/Poster “E” sejauh 3 meter
3. Memberikan pegangan “E” pada anak Ya Tidak

4. Melatih anak untuk mengarahkan pegangan Ya Tidak


“E” menghadap ke atas, bawah, kiri dan
kanan sesuai dengan perintah
5. Meminta anak untuk menutup matanya Ya Tidak
menggunakan tangan secara bergantian, serta
mengulanginya
6. Tunjuk huruf “E” pada Snellen Chart/Poster Ya Tidak
“E” yang tertempel dari yang terbesar sampai
yang terkecil
7. Menentukan kesimpulan huruf “E” terakhir Ya Tidak
dan terjauh yang dapat dilihat anak
Catatan :
1. Anak pra sekolah umumnya tidak
mengalami kesulitan melihat sampai baris
ke-3 pada Snellen Chart/poster “E”
2. Bila anak tidak dapat melihat baris ke-3
pada Snellen Chart/poster “E” atau tidak
dapat mencocokkan arah dengan pegangan
“E” sesuai perintah pada baris ke-3 yang
ditunjuk artinya anak kemungkinan
mengalami gangguan daya lihat
8. Menentukan hasil tes daya lihat untuk Ya Tidak
mengetahui apakah ada gangguan pada mata
kanan dan mata kiri anak
1. Bila kemungkinan mengalami gangguan
daya lihat, minta anak datang lagi untuk
pemeriksaan ulang
2. Bila pada pemeriksaan ulang hasil tetap,
rujuk ke rumah sakit dengan menuliskan
mata yang mengalami gangguan
(kanan/kiri atau keduanya)

2.3.2 Analisis

Yaitu diagnosa atau masalah yang di tegakkan berdasarkan data

subyektif dan obyektif yang di kumpulkan atau disimpulkan. Analisis

merupakan proses yang dinamik sesuai dengan perkembangan pasien


dan menjamin sesuai dengan perubahan baru cepat diketahui dan

dapat di ambil tindakan yang tepat.

2.3.3 Penatalaksanaan

Yaitu penatalaksanaan adalah realita dari rencana asuhan kebidanan

yang telah di susun untuk merncapai tujuan yang ditentukan.

(Muslihatun, 2016 : 165-17)


BAB 3

TINJAUAN KASUS

PENGKAJIAN DATA

TANGGAL PENGKAJIAN: 15 Januari 2020

JAM : 08.40 WIB

NO. REGISTER :-

TEMPAT PENGKAJIAN : Kampus Akademi Kebidanan Wiyata Mitra

Husada Kertosono-Nganjuk

3.1 DATA SUBYEKTIF

1. Biodata

BAYI

Nama : An.”M”

Tanggal lahir : 06 Mei 2015

Umur : 56 bulan

JK : Laki-laki

IBU AYAH

Nama : Ny.”S” Nama : Tn. “M”

Umur : 29 Tahun Umur : 32 Tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

Pendidikan : SMA Pendidikan : S1

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

62
Penghasilan : - Bulan Penghasilan :Rp.±2.000.000/Bulan

Alamat : Ds. “N” Alamat : Ds.”N”

No.Telp/Hp : 085728210061 No.Telp/Hp :-

2. Keluhan

Ibu mengatakan anak mengeluh badan terasa panas dan flu selama 2 hari

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Tidak ada riwayat penyakit

4. Respon Keluarga

Keluarga mendukung anaknya untuk dilakukan pemeriksaan dan respon

keluarga memberi semangat kepada anak

5. Riwayat Kesehatan Yang Lalu

a. Riwayat Prenatal dan Perinatal

Masa kehamilan : 39 Minggu

Lahir tanggal : 06 Mei 2015 Jam 02.15 WIB

Jenis Persalinan : Spontan

Penolong : Bidan di BPM

Lama Persalinan : 2 jam

b. Komplikasi

1) Ibu : Hipertensi/hipotensi (tidak), partus lama (tidak),

penggunaan obat (tidak), tanda-tanda infeksi (tidak), KPD

(tidak), perdarahan (tidak)

2) Janin : Prematur/postmatur (tidak), malposisi/malpresentasi


(tidak), gawat janin (tidak), ketuban campur mekonium

(tidak), prolaps tali pusat (tidak)

c. Keadaan bayi baru lahir

BB lahir : 3.400 gram

PB lahir : 50 cm

d. Riwayat Pemberian Nutrisi

ASI eksklusif : Ya, 6 bulan

Lama Pemberian ASI : 2 tahun

PASI sejak umur : 6 bulan, jenis makanan bubur halus

Keluhan : Tidak ada keluhan

6. Status Kesehatan Terakhir

a. Riwayat alergi

Jenis makanan : Tidak alergi terhadap makanan

Debu : Tidak alergi terhadap debu

Obat : Tidak alergi obat

b. Imunisasi Dasar

Jenis Pemberian Ke-/Tanggal Pemberian


Ket.
Imunisasi I II III IV
HB √ √ √ Lengkap
BCG √ Lengkap
POLIO √ √ √ √ Lengkap
DPT √ √ √ Lengkap
CAMPAK √ Lengkap

Imunisasi Tambahan :

Vaksin Tanggal Pemberian Vaksin Tanggal Pemberian


DPT,H6,H16 8-12-2016 PIN 10-03-2016
CAMPAK 24-05-2018 MR 11-09-2017
ORI DIFI 1 02-03-2018
ORI DIFI II 09-07-2017
ORI DIFI III 08-12-2018

7. Pola Kebutuhan Sehari-hari

a. Pola Nutrisi

Makan Minum
Frekuensi 3 Kali/hari Frekuensi 4-8 kali/hari
Porsi 1 piring Porsi 1 gelas
Jenis Nasi, lauk, sayur Jenis Air putih, susu
Keluhan Tidak ada Keluhan Tidak ada
b. Pola Eliminasi

BAB BAK
Frekuensi 1 kali/hari Frekuensi 4-6 kali/hari
Konsistensi Lembek Konsistensi Cair
Warna Kuning Warna Kuning jernih
Bau Khas feses Bau Khas urine
Jumlah Tidak dikaji Jumlah Tidak dikaji
Keluhan Tidak ada Keluhan Tidak ada
c. Personal Hygine

Mandi : 2 kali/ hari

Gosok gigi : 2-3 kali/hari

Ganti pakaian : 2 kali/hari

Cuci rambut : 3 kali/minggu

d. Istirahat

Tidur siang : ± 1 jam/hari (12.00-13.00 WIB) keluhan tidak ada

Tidur malam : ±10 jam/hari (21.00-06.00 WIB) keluhan tidak ada

3.2 DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : Baik


Kesadaran : Composmentis

b. Tanda-tanda vital

Nadi : Tidak dikaji

Pernafasan : Tidak dikaji

Suhu : Tidak dikaji

c. Antropometri : TB : 105 cm

BB : 15,5 kg

LK : 50 cm

LILA : Tidak dikaji

LIDA : Tidak dikaji

2. Pemeriksaan Fisik

Tidak dikaji

3. Pemeriksaan SDIDTK

a. KPSP

Motorik kasar : Normal (sesuai tahap perkembangan)

Motorik halus : Normal (sesuai tahap perkembangan)

Bicara dan Bahasa : Normal (sesuai tahap perkembangan)

Sosial dan Kemandirian : Normal (sesuai tahap perkembangan)

Kesimpulan : Anak tidak mengalami ganguan atau

kelainan dan berkembang sesuai tahap

perkembangan

b. KMME : Tidak ada gangguan (tidak ditemukan

kemungkinan KMME pada anak, tidak ada


satupun jawaban “ya”)

kesimpulan : Setelah dilakukan pemeriksaan pada anak

lebih lanjut, anak tidak mengalami gangguan

atau masalah pada mental emosialnya

c. GPPH : Tidak ada gangguan (tidak ditemukan anak

kemungkinan GPPH, normal)

Nilai GPPH = 0

Kesimpulan : Setelah dilakukan pemeriksaan pada anak

tidak ditemukan gangguan pada pemusatan

perhatian dan hiperaktifitas dan

berkembangan sesuai tahapan anak pada

umumnya

d. TDD : Tidak mengalami gangguan daya

dengar (tidak ada satupun jawaban “tidak”)

Telinga Kanan : Pendengaran normal

Telinga Kiri : Pendengaran normal

Kesimpulan : Setelah dilakukan pemeriksaan pada anak

tidak ditemukan gangguan pada

pendengaran, telinga kanan dan kiri

berfungsi semua secara normal

e. TDL : Tidak mengalami gangguan daya lihat

Mata Kanan : Penglihatan Normal

Mata Kiri : Penglihatan Normal


Kesimpulan : Setelah dilakukan pemeriksaan pada anak

tidak ditemukan gangguan penglihatan pada

mata kanan maupun kiri, semua mata kanan

ataupun kiri normal

f. Status Gizi : Baik

Kesimpulan : Setelah dilakukan pemeriksaan pada anak,

anak tidak mengalami kekurangan asupan

gizi dan berkembang sesuai tahapan

perkembanganya (normal)

3.3 ANALISIS

Diagnosa Kebidanan : An.”M” umur 56 bulan dengan tumbuh

kembang sesuai tahapan perkembangan

3.4 PENATALAKSANAAN

Tanggal : 15 Januari 2020

Jam : 08.40 WIB

1. Melakukan pendekatan dengan komunikasi terapeutik pada klien dan

keluarga

a. Berbicara denan kontak mata

b. Senyum dan ramah

c. Santai dan bersikap bersahabat


d. Menggunakan kata yan mudah dipahami dan dimengerti oleh klien

atau keluarga

2. Menjelaskan kepada ibu bahwa keadaan balita normal dengan status gizi

baik dengan hasil pemeriksaan dalam batas normal, Ibu merasa senang

faham dan mengerti dari penjelasan yang diberikan

3. Mengajarkan pada ibu cara memberi stimulasi dini pada anaknya sesuai

dengan usia. Ibu faham, mengerti dan dapat menerima dari stimulasi yang

telah diajarkan.

4. Menganjurkan ibu untuk memantau pertumbuhan(berat badan dan tinggi

badan) serta memberikan motivasi kepada ibu untuk memberikan stimulasi

pada anak di rumah, seperti mengajari macam-macam warna, berhitung,

dan bernyanyi, ibu mengerti dan bersedia melakukan stimulasi di rumah.

5. Menganjurkan ibu untuk memberikan makanan gizi seimbang dengan

membuat menu makanan berganti-ganti dan dibentuk sesuai kreasi. Ibu

faham, mengerti dan menerima dari anjuran yang telah diberikan.

6. Memberi pujian pada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan baik. Ibu

merasa senang dari pujian yang telah diberikan.

7. Menganjurkan ibu untuk membawa anaknya kebidan untuk mendeteksi

anaknya 6 bulan lagi atau sewaktu-waktu jika ada gejala penyimpangan.

Ibu faham, mengerti dan menerima dari anjuran yang telah diberikan.

8. Menganjurkan ibu membawa anaknya ke bidan atau ke tenaga kesehatan

terdekat apabila anak sedang sakit. Ibu faham, mengerti dan menerima dari

anjuran yang telah diberikan.


BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pada tanggal 15 Januari 2020 Pukul 08.40 WIB telah dilakukan

pengkajian Data Subyektif dan Data Obyektif pada An.”M” Umur 56 Bulan.

Didapatkan hasil sebagai berikut An. “M” umur 56 bulan jenis kelamin Laki-

Laki. Berdasarkan pemeriksaan didapatkan yaitu sebagai berikut, Keadaan

umum baik, kesadaran composmentis, BB : 15,5 kg, TB : 105 cm, LK : 50

cm, sclera berwarna putih, konjungtiva berwarna merah muda, TDL normal,

TDD normal, pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan umur. Setelah

didapatkan Data Subyektif dan Data Obyektif dapat ditarik diagnosa yaitu

An.”M” umur 56 bulan dengan tumbuh kembang sesuai tahapan

perkembangan.

Dengan demikian asuhan yang dapat diberikan pada An.”M” umur 56

bulan dengan pertumbuhan dan perkembangan sesuai yaitu melakukan

pendekatan dengan komunikasi terapeutik pada klien dan keluarga,

menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu, mengajarkan pada ibu cara memberi

stimulasi dini pada anaknya sesuai umur, memotivasi ibu untuk memberikan

stimulasi dirumah, menganjurkan ibu memberikan makanan gizi seimbang

dengan membuat menu makanan berganti-ganti dan dibentuk sesuai kreasi,

memberi pujian pada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan baik,

menganjurkan ibu untuk membawa anaknya ke bidan untuk mendeteksi

70
anaknya 6 bulan lagi atau sewaktu-waktu jika ada gejala penyimpangan,

menganjurkan ibu membawa anaknya ke bidan atau ke tenaga kesehatan

terdekat apabila anak sedang sakit.

4.2 Saran

4.2.1 Bagi Penulis

Diharapkan mahasiswa dapat memahami tujuan, komponen,

informasi-informasi tentang asuhan kebidanan tumbuh kembang balita

serta menerapkan asuhan kebidanan pada balita.

4.2.2 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat menambah bacaan serta bahan kepustakaan bagi

yang membutuhkan serta sebagai bahan acuan perbandingan dalam

penanganan asuhan kebidanan tumbuh kembang pada anak dengan

pertumbuhan dan perkembangan normal sesuai dengan usia.

4.2.3 Bagi Klien

Diharapkan agar orangtua dan keluarga dapat mengetahui dan

memahami tentang keadaan yang dialami oleh balitanya dan orangtua

diharapkan bisa lebih kooperatif dengan tenaga kesehatan dalam

melakukan asuhan kebidanan tumbuh kembang balita.

4.2.4 Bagi Lahan Praktik

Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan menjadi fasilitator

dalam melaksanakan Asuhan Kebidanan SDIDTK dengan

menggunakan manajemen asuhan kebidanan sesuai standar.

Anda mungkin juga menyukai