Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.

“M” UMUR 33
TAHUN DENGAN MIOMA UTERI
DI PMB SRI RAHAYU
LAWANG

Disusun oleh :
MM. Titik Sunaryati, S.Tr Keb
2019080192

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)


HUSADA JOMBANG
TAHUN 2020-2021
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Kebidanan Pada Ny”M” Umur 33 tahun dengan Mioma Uteri Di PMB

Sri Rahayu lawang

Laporan ini disusun oleh :


Nama : MM. Titik Sunaryati, S.Tr Keb
Nim : 2019080192
Telah disahkan dan disetujui pada :

Hari : …………………..

Tanggal : …………………..

Mengetahui,

Preceptor Klinik Preceptor Akademik

(HJ.Wiwik Hariyati,S.ST.M.M.Kes) (Nurul Hidayati S.ST. M.Tr. Keb)

Ketua STIKES Husada Jombang Ketua Program Studi Pendidikan


Profesi Bidan

(Dra. Hj. Soelijah Hadi, M.Kes. MM) (Zeny Fatmawati, SST. M.Ph)

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat
dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Asuhan
Kebidanan pada Ny. “M” Umur 33 tahun dengan mioma uteri dapat diselesaikan
tepat pada waktunya.
Dalam kesempatan ini saya menyampaikan banyak terima kasih atas
bantuan semua pihak sehingga Asuhan Kebidanan ini dapat terselesaikan. Ucapan
terima kasih tak lupa saya sampaikan dengan hormat kepada :
1. Dra. Hj. Soelijah Hadi, M.Kes,.M.M, selaku Ketua STIKES Husada
Jombang.
2. Zeny Fatmawati, SST. M. Ph, selaku kaprodi Pendidikan profesi bidan
STIKES Husada Jombang.
3. Hj.Wiwiek Hariyati,SST.M.MKES, selaku Preceptor Klinik
4. Nurul Hidayati S.ST. M.Tr. Keb, selaku Preceptor Akademik
5. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penyusunan asuhan
kebidanan ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Asuhan Kebidanan ini masih
jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan Asuhan Kebidanan selanjutnya. Semoga
asuhan kebidanan ini bermanfaatbagi pembaca pada umumnya dan bagi
Mahasiswa STIKES Husada pada khususnya.

Malang, 02 Januari 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia saat ini masih banyak dijumpai wanita dengan gangguan
kesehatan reproduksi, hal tersebut menunjukkan bahwasanya pelayanan
kesehatan masyarakat indonesia masih sangat rendah dan seharusnya
menjadi prioritas utama dalam bidang kesehatan. Salah satu penyebab
gangguan reproduksi pada wanita adalah mioma uteri. Mioma uteri
merupakan tumor yang paling umum pada traktus genitalis, mioma terdiri
dari serabut-serabut otot polos yang diselingi dengan untaian jaringan ikat,
dan dikelilingi duktus muller, tetapi paling sering terjadi pada miometrium.
Ukuran mioma dapat bervariasi dari sebesar kacang polong sampai sebesar
bola kaki. Ukuran rerata mioma uteri dapat mencapai 15 cm, akan tetapi
cukup banyak yang melaporkan kasus mioma uteri mencapai berat 45 kg.
Jumlah kejadian mioma uteri di Dunia diprediksi mencapai 60-75% terjadi
pada wanita berusia di atas 20-35 tahun. Jumlah kejadian mioma uteri di
indonesia menempati urutan kedua setelah kanker serviks, sedangkan angka
kejadiannya diprediksi mencapai 20−30% terjadi pada wanita berusia di atas
35 tahun .
Kejadian mioma uteri di Indonesia sebesar 2,39%−11,70%, terdapat
prevalensi mioma uteri sebesar 10,3% dan 11,9% dari semua penderita
ginekologi yang dirawat serta diketahui insidensinya selalu meningkat tiap
tahunnya.Mioma uteri atau sering disebut fibroid merupakan tumor jinak
yang berasal dari otot polos rahim. Sel tumor terbentuk karena mutasi
genetik, kemudian berkembang akibat induksi hormon estrogen dan
progesteron.1,2 Mengingat sifat pertumbuhannya dipengaruhi hormonal,
tumor ini jarang mengenai usia prapubertas serta progresivitasnya akan
menurun pada masa menopause.1,2 Leiomioma uteri merupakan jenis tumor
jinak yang dapat menyerang segala usia.Sebagian kasus asimptomatis
sehingga sering didapati secara tidak sengaja saat ke dokter karena keluhan
lain. Gejala paling sering adalah perdarahan vagina. Tumor ini sering
menjadi penyebab subfertilitas wanita dan pada kehamilan dapat
menyebabkan abortus dan prematuritas.
Sejumlah faktor dihubungkan dengan kejadian mioma uteri yang
dikenal dengan nama lain leiomioma uteri, yakni: hormonal, proses
inflamasi, dan growth factor. Hormonal Mutasi genetik menyebabkan
produksi reseptor estrogen di bagian dalam miometrium bertambah
signifikan. Sebagai kompensasi, kadar estrogen menjadi meningkat akibat
aktivitas aromatase yang tinggi. Enzim ini membantu proses aromatisasi
androgen menjadi estrogen. Estrogen akan meningkatkan proliferasi sel
dengan cara menghambat jalur apoptosis, serta merangsang produksi sitokin
dan platelet derived growth factor (PDGF) dan epidermal growth factor
(EGF).Estrogen juga akan merangsang terbentuknya reseptor progesteron
terutama di bagian luar miometrium. Progesteron mendasari terbentuknya
tumor melalui perangsangan insulin like growth factor (IGF-1),
transforming growth factor (TGF), dan EGF.2 Maruo, dkk. meneliti peranan
progesteron yang merangsang proto-onkogen, Bcl-2 (beta cell lymphoma-
2), suatu inhibitor apoptosis dan menemukan bukti bahwa gen ini lebih
banyak diproduksi saat fase sekretori siklus menstruasi. Siklus hormonal
inilah yang melatarbelakangi berkurangnya volume tumor pada saat
menopause.
Teori lain yang kurang berkembang menjabarkan pengaruh hormon
lain seperti paratiroid, prolaktin, dan human chorionic gonadotropin (HCG)
dalam pertumbuhan mioma. Proses Inflamasi Masa menstruasi merupakan
proses inflamasi ringan yang ditandai dengan hipoksia dan kerusakan
pembuluh darah yang dikompensasi tubuh berupa pelepasan zat
vasokonstriksi. Proses peradangan yang berulang kali setiap siklus haid
akan memicu percepatan terbentuknya matriks ekstraseluler yang
merangsang proliferasi sel. Obesitas yang merupakan faktor risiko mioma
ternyata juga merupakan proses inflamasi kronis; pada penelitian in vitro,
pada obesitas terjadi peningkatan TNF-α. Selain TNF-α, sejumlah sitokin
lain juga memiliki peranan dalam terjadinya tumor antara lain IL1, IL-6, dan
eritropoietin.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Menerapkan dan mengembangkan pola pikir secara ilmiah ke
dalam proses asuhan kebidanan nyata serta mendapat pengalaman
dalam memberikan asuhan kebidanan dengan pendekatan secara
management Hellen Varney.
1.2.2 Tujuan Khusus

Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan mahasiswa dapat :

a. Melakukan pengkajian data klien dengan tanda dan gejala


mioma uteri.

b. Mengidentifikasi diagnosa, masalah dan kebutuhan pada klien


mioma uteri.

c. Mengantisipasi masalah potensial pada klien dengan mioma


uteri.

d. Mengidentifikasi kebutuhan segera pada klien dengan mioma


uteri.

e. Membuat rencana tindakan yang akan dilakukan pada klien


dengan mioma uteri

f. Melaksanakan tindakan yang akan dilakukan pada klien dengan


mioma uteri.

g. Mengevaluasi pelaksanaan kebidanan pada klien dengan mioma


uteri.
1.3. Manfaat

1.3.1. Bagi mahasiswa

Mendapatkan pengalaman serta dapat menerapkan apa yang telah


didapatkan dalam perkuliahan dengan kasus nyata dalam
melaksanakan asuhan kebidanan.

1.3.2. Bagi lahan praktek

Sebagai perbandingan dalam memberikan asuhan kebidanan pada


klien dengan mioma uteri.

1.3.3. Bagi institusi

Sebagai bahan pembelajaran dan penelitian yang lebih lengkap


untuk ke depannya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Mioma Uteri

2.1.1. Pengertian

Mioma merupakan suatu pertumbuhan massa atau daging di


dalam rahim atau di luar rahim yang tidak bersifat ganas. Mioma
berasal dari sel otot polos yang terdapat di rahim dan pada
beberapa kasus juga berasal dari otot polos pembuluh darah rahim.
Jumlah dan ukuran mioma bervariasi, terkadang ditemukan satu
atau lebih dari satu.

Pada umumnya, mioma terletak di dinding rahim dan


bentuknya menonjol ke rongga endometrium atau permukaan
rahim. Sebagian besar mioma tidak bergejala ditemukan pada
wanita usia 35 tahun, sedangkan sebagian kecil lainnya ditemukan
secara tidak sengaja sewaktu pemeriksaan rutin pada wanita usia
reproduksi atau usia subur.

Sebaiknya lakukan pemeriksaan kondisi kesehatan secara


rutin, supaya mioma tidak berubah menjadi semakin ganas.
Pasalnya, mioma dapat menyebabkan keguguran dan menjadi salah
satu alasan tindakan pengangkatan rahim (histerektomi).

Mioma dapat berkembang menjadi ganas, dan kondisi


tersebut dikenal sebagai leiomiosarkoma. Walau begitu,
kemungkinan mioma menjadi ganas cukup kecil. Mioma dapat
menyebabkan komplikasi berupa torsi atau terpuntir, yang dapat
menyebabkan gangguan sirkulasi akut, sehingga mengakibatkan
kematian jaringan, ( Hermyne, MMT, 2019 ).
2.1.2. Penyebab Mioma Uteri

Penyebab pasti terjadinya mioma masih belum diketahui


hingga saat ini. Meski begitu, pertumbuhan mioma sangat erat
kaitannya dengan produksi hormon estrogen. Mioma menunjukkan
pertumbuhan maksimal selama masa reproduksi, yaitu saat
pengeluaran estrogen tinggi, sehingga cenderung membesar saat
wanita sedang hamil dan mengecil saat wanita memasuki masa
menopause. Beberapa penelitian lain juga menjelaskan bahwa
masing-masing mioma dapat timbul dari satu sel ganas yang berada
di antara otot-otot polos di dalam rahim seorang wanita.

( Hermyne, MMT, 2019 )

2.1.3. Faktor Risiko Mioma Uteri

Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko seseorang

terserang mioma, antara lain:

 Sudah berusia lebih dari 40 tahun.

 Riwayat keluarga mengidap mioma.

 Menstruasi pertama sebelum usia 10 tahun.

 Belum pernah hamil sebelumnya (wanita yang sudah pernah


memiliki anak cenderung lebih jarang mengalami mioma).

 Berat badan berlebih atau obesitas.

 Diet tinggi konsumsi daging merah, tetapi rendah sayuran hijau.

 Kebiasaan konsumsi minuman beralkohol.

 Kebiasaan merokok.

 Penggunaan alat kontrasepsi hormonal yang tinggi estrogen. 


 Keturunan Afrika-Amerika mempunyai kemungkinan 2,9 kali
lebih tinggi .....dibandingkan ras Kaukasia.
( Rafael FV, 2015 )

2.1.4. Gejala Mioma Uteri

Umumnya, mioma tidak menimbulkan gejala yang disadari


pengidapnya. Beberapa gejala umum yang dapat dirasakan, antara
lain:

 Menstruasi dalam jumlah banyak.

 Perut terasa penuh dan membesar.

 Gangguan berkemih akibat ukuran mioma yang menekan

saluran kemih.

 Keluarnya mioma melalui leher rahim yang umumnya disertai

nyeri hebat, sehingga menyebabkan luka dan terjadinya infeksi

sekunder.

 Konstipasi akibat mioma menekan bagian bawah usus besar.

 Nyeri panggul berkepanjangan dan tak kunjung sembuh, yang

dapat dirasakan saat menstruasi, setelah berhubungan seksual,

atau saat terjadi penekanan pada panggul.

 Penimbunan cairan di rongga perut.

( Hermyne, MMT, 2019 )

2.1.5 Diagnosis Mioma Uteri

Dokter akan mendiagnosis mioma diawali dengan


melakukan wawancara medis lengkap terkait gejala dan riwayat
kesehatan pengidap dan keluarga. Pada tahap lanjutan, dokter akan
melakukan pemeriksaan fisik yang menyeluruh, terutama pada
bagian rahim, dengan cara bimanual untuk menemukan suatu
tumor pada rahim. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan
penunjang yang sesuai, bisa berupa ultrasonografi dan magnetic
resonance imaging (MRI) untuk memastikan lokasi dan ukuran
tumor tersebut.

( Hermyne, MMT, 2019 )

2.1.6 Pengobatan Mioma Uteri

Dokter akan melakukan beberapa pilihan pengobatan yang bisa


dilakukan untuk menangani mioma, yaitu: 

 Pemberian anti-nyeri berupa parasetamol.

 Pemeriksaan fisik dan USG, yang harus diulangi setiap 6-8


minggu untuk mengawasi pertumbuhan mioma, baik ukuran
maupun jumlah. Jika pertumbuhan stabil, pengidap diobservasi
setiap 3-4 bulan.

 Pengobatan dengan terapi hormonal, dengan menggunakan


preparat progestin atau gonadotropin-releasing hormone
(GnRH).

 Prosedur miomektomi, yaitu prosedur pembedahan untuk


mengangkat mioma. Prosedur ini dipertimbangkan apabila
seorang wanita masih berusia muda dan masih ingin memiliki
anak lagi. Kemungkinan mioma untuk tumbuh lagi setelah
miomektomi berkisar 20-25 persen. Setelah operasi, pengidap
disarankan menunda kehamilan selama 4-6 bulan, karena rahim
masih dalam keadaan rapuh.

 Prosedur histerektomi, yaitu prosedur operasi pengangkatan


rahim. Prosedur ini wajib dipertimbangkan terlebih dahulu
karena wanita sudah tidak bisa hamil setelahnya. Namun, bagi
mereka yang kerap merasakan gejala seperti nyeri yang tidak
kunjung sembuh, dan mengalami pertumbuhan mioma yang
berulang meski telah menjalani operasi, sangat disarankan untuk
melakukannya.(Alistair RW, 2019 )

2.1.7 Pencegahan Mioma Uteri


Beberapa langkah yang bisa ditempuh untuk mencegah mioma, antara lain:
- Melakukan olahraga dan aktivitas fisik secara rutin dan teratur.
- Menggunakan alat kontrasepsi hormonal di bawah pengawasan dokter.
- Menghindari kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol.
- Menjaga berat badan tetap ideal.
- Menjalani pola makan sehat yang tinggi serat dari sayur dan buah, serta
menghindari pola makan yang tinggi lemak dan tinggi gula.
(Alistair RW, 2019
2.2 Pathway Mioma Uteri
2.3 Asuhan Kebidanan
Management kebidanan adalah metode kerja profesi dengan
menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah sehingga merupakan
alur kerja dari pengorganisasian. Pemikiran dan langkah-langkah dalam
urutan yang logis dan menguntungkan balk bagi pasien maupun bidan.
(Varney, 1996). Untuk melaksanakan asuhan kebidanan yang mempunyai
tujuh langkah yaitu :
2.3.1 Langkah Pertama : Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal proses asuhan
kebidanan meliputi pengumpulan data, baik subyektif maupun
obyektif. Pengkajian pada klien dengan Mioma Uteri
A. Data Subyektif
Adalah data yang didapat dari wawancara langsung dengan
klien, keluarga dan tenaga medis lain.
1. Biodata
Identifikasi klien dan suami meliputi : nama, umur,
agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, perkawinan dan
alamat lengkap. Dari biodata yang dikaji diharapkan dapat
memberikan gambaran tentang faktor resiko keadaan sosial
ekonomi, dan pendidikan klien.
2. Keluhan Utama
Ditanyakan untuk mengetahui alasan klien datang
kebidanan. Apa yang dirasakan klien saat ini, kapan mulainya
timbulnya spotting/dercak darah, bagaimana warna, bau dan
dimana bercak darah di spotting tersebut timbul, apakah nyeri
atau tidak.
3. Riwayat Kesehatan saat ini.
Adalah keadaan atau kondisi klien saat melakukan
pemeriksaan ke tenaga kesehatan.
4. Riwayat Kebidanan yang Terdiri dari :
a. Riwayat Haid
Yang perlu ditanyakan adalah umur berapa waktu
menarche, kapan HPHT nya, bagaimana siklus haidnya
teratur atau tidak, berapa banyak darah yang keluar,
bagaimana konsistensinya, berapa hari lamanya,
dismenorhoe atau tidak, adakah gangguan atau keluhan
sebelum, selama dan sesudah haid, adakah keputihan,
bagaimana warna, bau, kapan, gatal atau tidak.
b. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Apakah klien pernah hamil, apakah pernah melahirkan,
dimana, ditolong siapa, apakah ada komplikasi pada
kehamilan maupun persalinan, apakah klien pernah
abortus, pernah kuret atau tidak, kalau pernah berapa kali.
5. Riwayat KB
Apakah klien pernah menggunakan alat kontrasepsi bila
pernah alat kontrasepsi apa dan berapa lama. Apa alasan
klien memilih alat kontrasepsi tersebut. Klien ganti alat
kontrasepsi atau tidak, kalau ganti apa alasannya.
6. Latar belakang budaya
Yang perlu ditanyakan apakah klien ada larangan dalam
penggunaan alat kontrasepsi bila, ada alat kontrasepsi apa.
7. Pola pemenuhan kebutuhan
a. Pola Nutrisi
Data yang ditanyakan adalah pola makan, komposisi,
variasi, habis porsi, jumlah minum, frekuensi.
b. Pola Istirahat
Data yang ditanyakan adalah istirahat slang berapa jam
adakah gangguan atau keluhan, istirahat malam berapa
jam baik sebelum dan selama pemasangan AKDR.
c. Pola Eliminasi
Data yang diperlukan adalah frekuensi BAB, warnanya,
konsistensinya, frekuensi BAK, warna, adakah keluhan.
d. Pola Aktivitas
Data yang ditanyakan adalah kegiatan yang dilakukan
sehari-hari oleh pasien.
e. Pola Seksualitas
Data yang perlu ditanyakan adalah frekuensi hubungan
seksual. Selama ada mioma uteri apakah ada keluahan
dalam beruhungan seksual.
f. Pola Kebersihan Diri
Data yang perlu ditanyakan adalah mandi berapa kali,
ganti baju berapa kali sehari, ganti celana dalam berapa
kali sehari, gosok gigi berapa kali sehari.
g. Keadaan Psikososial
Perubahan psikososial yang terjadi pada klien, hubungan
dengan suami dan keluarga.
B. Data Obyektif
Adalah data yang didapat melalui hasil pemeriksaan
petugas pada klien (Inspeksi, palpasi, perkusi) dan
pemeriksaan penunjang.
1. Keadaan Umum
Langkah awal pemeriksaan adalah dengan
pemeriksaan pandang secara berurutan dari kepala sampai
kaki, keadaan umum ditujukan pada keadaan klien,
kesadaran, bentuk tubuh, cara berjalan.
2. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 100/70-130/90 mmHg
Nadi : 76-92 x/mnt
Suhu : 36,5-37,5°C
Respirasi : 18-24 x/mnt
3. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi Pemeriksaan dengan cara pandang
Kepala : Kulit kepala bersih atau tidak, warna
rambut, adakah kelainan.
Muka : Adakah hyperpigmentasi, pucat atau
teraba.
Mata : Conjungtiva anemis atau tidak, sklera
ikterus atau tidak.
Hidung : Keadaan hidung bersih atau kotor, ada
atau tidak pernafasan cuping hidung.
Mulut : Apakah ada stomatitis, apakah ada gigi
perlu, apakah ada caries gigi.
Telinga : Simetris atau tidak, keadaan telinga bersih
atau kotor, adakah serumen.
Leher : Adakah pembesaran kelenjar thyroid,
adakah pembendungan vena jugularis.
Dada : Simetris atau tidak, ada retraksi
intercosta atau tidak.
Payudara : Apakah putting susu bersih, adakah
hyperpigmentasi pada areola mamarne.
Perut : Adakah jaringan parut bekas operasi.
Genetalia.
Vulva : Adakah perdarahan, bersih atau kotor,
adakah varises atau tidak, adakah
keputihan atau flour albus.
Anus : Adakah haemoroid atau tidak.
Ekstremitas
Atas : Oedem atau tidak.
Bawah : Oedem kaki atau tidak, varises atau
tidak.
b. Palpasi
Leher : Adakah pembesaran kelenjar thyroid.
Payudara : Ada benjolan atau tidak, nyeri tekan atau
tidak.
Perut : Ada benjolan atau tidak, nyeri tekan atau
tidak.
Tungkai : Ada oedem atau tidak.
c. Perkusi : Metode pemeriksaan dengan cara ketukan.
Perut : Ada meieorismus atau tidak.
4. Pemeriksaan Penunjang
Data yang diperlukan untuk menunjang diagnosa
berupa pemeriksaan laboratorium (Hb), USG dan rontgen.
5. Pemeriksaan Gynekologi.
a. Inspekulo, Metode pemeriksaan dengan menggunakan
alat bantu spekulum. Terlihat benang AKDR ± 1 cm
dari porsio, tidak ada erosi porsio, terdapat perdarahan
pada saluran vagina.
b. Bimanual
Untuk mengetahui apakah terjadi kehamilan, posisi
AKDR tetap dalam rahim atau tidak, ada atau tidak
nyeri goyang serviks.
C. Analisa
Analisis dan interpretasi data yang terkumpul kemudian
dibuat kesimpulan
D. Penatalaksanaan
Pelaksanaan ditetapkan untuk mencapai tujuan. Pada
pelaksanaan yang dilakukan bidan bisa dilaksanakan secara
mandiri, kolaborasi dengan tim medis lain. Selama kegiatan
ini bidan melihat kemajuan kesehatan serta diupayakan dalam
waktu yang singkat dan efektif hemat dan berkualitas.
BAB III

TINJAUAN KASUS

Tanggal : 02 Januari 2020 Jam : 09.00 WIB


Biodata

Nama : Ny “M” Nama : Tn “I”

Umur : 33 tahun Umur : 36 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku : Jawa Suku : Jawa

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan Swasta

Penghasilan: - Penghasilan : Rp 5.000.000/bln

Pendidikan : SMA Pendidikan : S1

Status Perkawinan : Menikah Status Perkawinan : Menikah

Kawin ke :l Kawin ke :1

Lama kawin : 8 tahun Lama kawin : 8 tahun

Umur Kawin : 25 tahun Umur Kawin : 28 tahun

Alamat : Sumber waras 01/01 kalirejo

lawang

3.1 SUBYEKTIF
1. Keluhan utama
Ibu mengatakan terasa ada benjolan di perutnya dan apabila ditekan
terasa berbenjol- benjol dan sakit.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan pada perutnya terasa ada benjolan dan sakit bila
ditekan, ibu tidak mempunyai Riwayat penyakit yang menular.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular, HIV
AIDS, ibu tidak pernah menderita penyakit menahun dan ibu tidak
mempunyai Riwayat penyakit menurun seperti: jantung, hipertensi,
dan asma.
4. Riwayat perkawinan
Perkawinan Ke : 1 ( satu )
Lama Kawin : 8 tahun
Usia saat kawin : 25 tahun
5. Riwayat Menstruasi
Menarche : 14 tahun
Siklus Haid : 28 hari
Lama Haid : 7 Hari
Flour Albus : putih kental, tidak berbau ( sebelum dan sesudah
haid )
Disminorhea : kadang- kadang ( hari pertama dan kedua haid )
Haid terakhir : 09 Desember 2020
6. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Ana UK Persalinan Usia Nifas K

k anak B

Ke
Jenis Penolo Se BB/PB Laktasi Penyak
ng x it
1 9bl Sponta Bidan P 3200/5 14th menete - -
n n 0 n ki

7. Riwayat Kontrasepsi
Ibu mengatakan setelah kelahiran anak pertama ibu tidak pernah
menggunakan alat kontrasepsi buatan, sepert: pil, suntik, IUD,
kondom dan MOW

8. Keadaan Psikososial
Ibu mengatakan bahwa ia resah dengan penyakit yang di deritanya
dan hubungannya pasien dengan keluarga dan tetangga baik.
9. Pola kebiasaan sehari- hari dalam batas normal
3.2 Data Obyektif
1) Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

TB : 155

BB : 57 Kg

2) TTV

Tensi : 120/80 mmHg

Nadi : 80x/mnt

Suhu : 36,5° C

RR : 20 x/mnt

3) Pemeriksaan fisik

a. Inspeksi

Muka : tidak pucat, tidak oedem, simetris

Mata : conjungtiva merah muda, sklera warna putih

b. Palpasi

Abdomen : teraba benjolan setinngi pusat, ada nyeri tekan

3.3 Data Penunjang


Tanggal : 25 Desember 2020
Hasil USG : Mioma Uteri diameter 105 x 65 cm
3.4 Analisa Data
Diagnosa : Ny”M” Umur 33 tahun dengan Mioma Uteri
3.5 Penatalaksanaan
1. Lakukan pendekatan terapeutik pada pasien
2. Jelaskan keadaan Ibu sekarang
Menjelaskan keadaan ibu sekarang agar dapat mengetahui keadaannya
yang sebenarnya, ibu telah mendapatkan penjelasan tentang keadaan
yang sebenarnya dari petugas kesehatan.
3. Beritahu ibu tentang penatalaksanaan pada mioma uteri
Memberitahukan ibu tentang penatalaksanaan pada mioma uteri, ibu
mengerti dengan Tindakan yang akan kita berikan kepada ibu.
4. Lakukan pemeriksaan gynekologi
Melakukan pemeriksaan gynekologi untuk deteksi keadaan penyakit
ibu, Pasien mengerti tentang apa yang telah dijelaskan oleh petugas
kesehatan.
5. Lakukan kolaborasi dengan dr.SpOG
Melakukan kolaborasi dengan dr. SpOG untuk Tindakan selanjutnya,
Pasien akan mendapatkan Tindakan selanjutnya.
BAB IV

PEMBAHASAN

Mioma merupakan suatu pertumbuhan massa atau daging di dalam rahim


atau di luar rahim yang tidak bersifat ganas. Mioma berasal dari sel otot polos
yang terdapat di rahim dan pada beberapa kasus juga berasal dari otot polos
pembuluh darah rahim. Jumlah dan ukuran mioma bervariasi, terkadang
ditemukan satu atau lebih dari satu.

Dari studi kasus Ny.”M” didapatkan pasien merasakan ada benjolan di perut
dan terasa nyeri, pasien sudah memriksakan dirinya ke Bidan dan dokter SpOG.
Dalam penulisan tugas ini penulis tidak mengalami hambatan selama pengkajian
karena pasiendan keluarga bersikap kooperatif.

Analisis data di dapatkan Diagnosa dalam kasus ini adalah asuhan


kebidanan pada Ny “M” dengan Mioma Uteri. Identifikasi diagnosa merupakan
langkah antisipasi terjadinya diagnosa atau masalah lain pada pasien dengan
mioma uteri. Pada tinjauan kasus diagnosa dan masalah potensial yang lain tidak
ditemukan.

Implementasi/penatalaksananaan pemerupakan pelaksanaan rencana asuhan


menyeluruh pada kasus rencana asuhan yang diberikan dapat dilaksanakan secara
menyeluruh. Pada kasus rencana asuhan yang ditentukan dapat dilaksanakan
secara menyeluruh.
BAB V

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Ny “M” Umur 33 tahun


dengan mioma uteri didapatkan kesimpulan dan saran sebagai berikut :

Dalam pengkajian kasus asuhan kebidanan pada Ny “M” Umur 33


tahun dengan mioma uteri. Diperoleh data subyektif dan obyektif melalui
anamnesa, pemeriksaan fisik dalam keadaan tidak normal dan ditemukan
adanya massa pada abdomen. Dalam penulisan tugas ini penulis tidak
mengalami hambatan selama pengkajian karena klien dan keluarga bersikap
kooperatif.

Diagnosa dalam kasus ini adalah asuhan kebidanan pada Ny “M”


Umur 33 tahun dengan mioma uteri dan saat iniditemukan adanya masalah
nyeri pada perut.

Penatalaksanaan pada kasus ini merupakan pelaksanaan rencana


asuhan menyeluruh pada kasus rencana asuhan yang diberikan dapat
dilaksanakan secara menyeluruh.

4.2. Saran

4.2.1. Bagi mahasiswa

Sebagai pelaksana dalam memberikan asuhan kebidanan,


hendaknya mahasiswa terus menambah pengetahuan dan
mengembangkan ketrampilan sehingga dapat memberikan asuhan
kebidanan secara optimal, berorientasi sehingga dapat memberikan
asuhan kebidanan secara optimal, berorientasi pada kepuasan klien
dan sesuai dengan prosedur.
4.2.2. Bagi lahan praktek

Dalam mencapai peningkatan kesehatan diperlukan tempat


pelayanan yang memadai atas sarana dan prasarana dan mudah
dijangkau oleh masyarakat dengan mengedepankan
profesionalisme.

4.2.3. Bagi institusi

Sebagai bahan kepustakaan dalam pembuatan asuhan kebidanan.


DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, IMG, Prof. Dr. DSOG. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan

Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta.

Rafael FV, Geraldine EE. 2015. Pathophysiology of uterine myomas and its
clinical implications. Springer. New York.

Persatuan obstetri dan ginekologi. 2006. Standar pelayanan medik obstetri dan
ginekologi.

Andrea C, Jacopo DG, Piergiorgio S, Nina M, Stefano RG, Petro L, et al. 2013.
Uterine fibroids: Pathogenesis and interactions with endometrium and
endomyometrial junction. Obstet Gynecol Int.

Alistair RW. 2019.Uterine fibroids-what’s new. Pubmed Central.

Hermine MMT. 2019. Karakteristik penderita mioma uteri di RSUP Prof. Dr.
R.D. Kandou Manado. Jurnal Medik dan Rehabilitasi.

Maria SD, Edward MB.2017 Uterine fibroids: Diagnosis and treatment. Am Fam
Physician.

Anda mungkin juga menyukai