Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEBIDANAN

BALITA FISIOLOGIS
DI PUSKESMAS MAESAN

Oleh :
Rina Teriana
NIM 15901.02.20034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2021
LEMBAR PENGESAHAN
STASE BALITA

Asuhan Kebidanan Balita Fisiologis


di Puskesmas Maesan

OLEH :
Rina Teriana
NIM 15901.02.20034

Telah disetujui Oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Wahana

_________________________ Ninik Sri Lestari, S.ST


NIDN. NIP. 19710605 199301 2 003
LEMBAR KONSULTASI

Nama : Rina Teriana Ruangan : Ruang KIA

NIM : 15901.02.20034 Kasus : Balita Fisiologis

Paraf
Hari /
No Masukkan
Tanggal Pembimbing Pembimbing
Wahana Akademik
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Definisi Balita
Balita merupakan individu yang berumur 0-5 tahun, dengan tingkat plastisitas otak
yang masih sangat tinggi sehingga akan lebih terbuka untuk proses pembelajaran dan
pengayaan. Sedangkan menurut profil kesehatan (2013), balita merupakan anak yang usianya
berumur antara satu hingga lima tahun. Anak Balita sebagai masa emas atau "golden age"
yaitu insan manusia yang berusia 0-5 tahun (UU No. 20 Tahun 2003), meskipun sebagian
pakar menyebut anak balita adalah anak dalam rentang usia 0-8 tahun (Depkes RI, 2013).
Kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang
bersifat unik, artinya memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi
motorik halus dan motorik kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi,
kecerdasan spiritual), sosio-emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan
komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang sedang
dilalui oleh anak tersebut (Depkes RI, 2013)..
Secara psikologis, rentang usia balita dibagi dalam 3 tahapan yaitu masa sebelum
lahir, masa bayi dan masa awal kanak-kanak. Pada ketiga tahapan tersebut banyak terjadi
perubahan yang mencolok, baik fisik maupun psikologis, karena tekanan budaya dan harapan
untuk menguasai tugas-tugas perkembangan tertentu, yang akan mempengaruhi tumbuh
kembang anak. Pembagian menurut tahapan tersebut sangat tergantung pada faktor sosial,
yaitu tuntutan dan harapan untuk menguasai proses perkembangan yang harus dilampaui
anak dari lingkungannya (Depkes RI, 2013).

2. Pertumbuhan Balita
Secara umum tumbuh kembang setiap anak berbeda-beda, namun prosesnya
senantiasa melalui tiga pola yang sama, yakni :
1) Pertumbuhan dimulai dari tubuh bagian atas menuju tubuh bagian bawah ( sefalokaudal
). Pertumbuhannya dimulai dari kepala hingga ujung kaki, anak akan berusaha
menegakkan tubuhnya, lalu dilanjutkan belajar menggunakan kakinya.
2) Perkembangan dimulai dari batang tubuh ke arah luar.
Contohnya adalah anak akan lebih dulu menguasai penggunaan telapak tangan untuk
menggenggam, sebelum ia mampu meraih benda dengan jemarinya.
3) Setelah dua pola di atas dikuasai, barulah anak belajar mengeksplorasi keterampilan-
keterampilan lain. Seperti melempar, menendang, berlari dan lain-lain.

3. Perkembangan Balita
Perkembangan balita umumnya dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya :
1. Keterampilan Gerak Kasar
Pada balita tidak lagi harus berkonsentrasi pada mekanisme berdiri, berlari,
melompat, atau berjalan. Gerakannya sekarang cukup lentur, apakah berjalan ke depan,
ke belakang, atau naik dan turun tangga. Selagi berjalan dia berdiri tegak, bahu ditarik ke
belakang dan perutnya di tahan oleh otot perut yang kuat. Dia menggunakan gerakan
berjinjit, dengan melangkah pada jarak, lebar, dan kecepatan yang sama. Dia juga dapat
mengendarai sepeda roda tiga dengan mudah.
Akan tetapi, tidak semuanya datang dengan mudah. Anak masih perlu membuat
usaha secara sadar untuk berdiri dengan ujung jari kaki atau dengan satu kaki. Anak yang
berusia tiga tahun masih selektif seperti ketika dia berusia dua tahun,tetapi dia lebih
tertarik pada permainan yang terstruktur pada usia ini
Anak prasekolah kelihatan terus-menerus bergerak sepanjang waktu. Ini karena
dia menggunakan tubuhnya untuk menyampaikan pikiran dan emosi yang tidak dapat dia
gambarkan melalui bahasa. Karena kendali diri, penilaian, dan koordinasi anak masih
berkembang, pengawasan oleh orang dewasa tetap penting untuk mencegah kecelakaan
dan cidera.
2. Keterampilan Gerak Halus
Pada anak balita, anak sedang mengembangkan kendali otot dan konsentrasi yang
dia butuhkan untuk menguasai banyak gerakan jari dan tangan yang akurat.
Aktifitas yang membutuhkan waktu, dan dapat membantu memperbaiki
keterampilan tangan anak adalah :
a. Membangun balok-balok.
b. Puzzle jigsaw sederhana ( empat atau lima potong besar ).
c. Kotak-kotak kayu.
d. Manik-manik kayu besar.
e. Mewarnai dengan krayon atau kapur.
f. Membuat istana dari pasir.
g. Menuangkan ke dalam wadah dari berbagai ukuran.
h. Memakai dan melepas pakaian boneka dengan ritsleting besar, kancing dan tali.
3. Perkembangan Bahasa
Anak balita seharusnya telah mempunyai kosakata yang aktif kira-kira tiga ratus
sampai seribu kata. Dia akan dapat berbicara dalam kalimat lima sampai enam kata, dan
meniru sebagian besar bunyi perkataan orang dewasa. Kadang-kadang dia tampak
mengoceh terus menerus suatu fenomena yang kadang-kadang mengganggu, tetapi sangat
penting untuk proses belajar kata-kata baru dan mendapatkan pengalaman dalam
menggunakan bahasa dan berpikir dengan kata tersebut.
4. Perkembangan Kognitif
Anak balita akan menghabiskan kebanyakan waktunya dengan bertanya tentang
segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya. Pertanyaan “ mengapa “ yang lebih abstrak
umumnya lebih menyulitkan, sebagian karena pertanyan ini muncul beratus kali sehari
dan juga karena beberapa di antaranya tidak ada jawabannya atau tidak di ketahui.
Ketika anak balita di hadapkan dengan tantangan belajar yang khusus, anda akan
mendapatkan bahwa penalarannya masih satu sisi. Dia belum dapat melihat masalah dari
dua sudut, tidak juga dapat memecahkan masalah yang mengaharuskan dia melihat lebih
dari satu faktor pada waktu yang sama.
5. Perkembangan Sosial
Pada anak balita, anak tidak terlalu egois dibanding ketika dia masih berusia
berusia 0-1 tahun. Dia juga tidak terlalu bergantung pada anda, suatu tanda bahwa
penginderaan identitasnya lebih kuat dan lebih aman. Sekarang dia benar-benar bermain
dengan anak lain, berinteraksi alih-alih hanya bermain berdampingan sendiri-sendiri.
Dalam proses ini, dia akan mengenali bahwa tidak setiap orang berpikir tepat sama
seperti dia, dan bahwa masing-masing teman bermainnya mempunya banyak kualitas
yang unik, beberapa menarik dan beberapa lagi tidak.
Anak-anak pada usia ini seringkali mengalami proses identifikasi yang sangat
ekstrem. Anak perempuan akan memaksa untuk mengenakan rok, cat kuku, dan rias
muka ke sekolah atau tempat bermain. Anak laki-laki akan bersikap gagah, sangat asertif,
dan membawa pistol mainan ke mana saja mereka pergi. Perilaku ini memperkuat rasa
kelaki-lakiannya atau kewanitaannya.
6. Perkembangan Emosional
Kehidupan fantasi anak balita akan membantu mengeksplorasi dan mendapatkan
berbagai emosi, dari cinta dan ketergantungan sampai marah, protes, dan ketakutan. Dia
tidak saja mencoba berbagai identitas sendiri, tetapi juga seringkali memberikan kualitas
hidup dan emosi terhadap benda-benda tidak bernyawa, sperti pohon, jam, truk atau
bulan.

4. Perkembangan Fisik Balita


Setiap anak tentu memiliki perkembangan dan pertumbuhan yang berbeda antara
anak satu dengan anak yang lainnya. Faktor yang mempengaruhi perkembangan anak adalah:
a. Faktor Internal
Adalah faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik balita seperti: ras, etnik, keluarga,
umur, jenis kelamin, kelainan genetik, kelainan kromosom.
b. Faktor Eksternal
Adalah faktor berasal dari luar diri anak antara lain: prenatal, ini berhubungan dengan
gizi, toksin atau zat kimia. Bisa pula faktor pascanatal yang berhubungan dengan gizi,
kelainan, ekonomi, sosial, psikologis, pengasuhan , stimulasi dan obat-obatan.
Pertumbuhan pada bayi dan balita merupakan gejala kuantitatif. Pada konteks ini
berlangsung perubahan ukuran dan jumlah sel, serta jaringan intraseluler pada tubuh
anak. Dengan kata lain, berlangsung proses multiplikasiorgan tubuh anak, disertai
penambahan ukuran-ukuran tubuhnya. Hal ini ditandai oleh :
1) Meningkatnya berat badan dan tinggi badan.
2) Muncul dan bertambahnya gigi dan geraham.
3) Bertambahnya ukuran lingkar kepala.
4) Menguatnya tulang dan membesarnya otot-otot.
5) Bertambahnya organ-organ tubuh lainnya, seperti rambut, kuku, dan sebagainya.
Berat badan balita dipengaruhi jenis kelamin, asupan gizi dan umur. Gen atau
keturunan juga bisa mempengaruhi berat badan balita, contoh keturuanan bertubuh
besar.
Pada balita yang normal umumnya perubahan yang paling dramatis akan terjadi
pada proporsi tubuh balita. Pada waktu yang sama tingginya akan meningkat ,
terutama pada tungkainya dan sampai batas tertentu. Batang tubuhnya akan tumbuh
dengan cepat. Tubuh anak akan terus kehilangan lemaknya dan mulai berotot selama
waktu ini, memberikan penampilan yang matang dan lebih kuat. Kenaikan tinggi
badan jauh lebih cepat daripada kenaikan berat badan. Pada usia anak 3 tahun,
gerakannya sekarang cukup lentur, apakah berjalan ke depan, ke belakang atau naik
dan turun tangga. Selagi berjalan dia berdiri tegak, bahu di tarik ke belakang dan
perutnya ditahan oleh otot-otot perut yang kuat. Anak mampu berdiri dengan 1 kaki,
mampu menendang bola kedepan, melempar bola dengan tangan. Wajah anak juga
akan matang pada tahun-tahun ini. Panjang dari tengkoraknya akan meningkat sedikit,
rahang bagian bawah akan menjadi menonjol. Pada waktu bersamaan, rahang atas
akan melebar untuk member ruang gigi permanennya. Wajahnya akan tampak lebih
besar.
Anda akan melihat bahwa balita sekarang dapat mengerakkan masing- masing
jarinya secara mandiri atau bersama-sama. Dapat mengambar segi empat, lingkaran,
dan menulis dengan bebas. Anak prasekolah sekarang sudah mempunyai koordinasi
dan keseimbangan seorang dewasa. Selagi anak berjalan dan berlari dengan langkah-
langkah panjang, mengayun, penuh percaya diri, naik turun tangga tanpa memegang
pegangan tangga, berdiri berjinjit, berputar dalam lingkaran dan mengayun.

5. Perkembangan Psikososial Balita


Terdapat 8 jenis tahap-tahap perkembangan psikososial Erickson.
a. Psikososial Tahap 1
Trust VS Mistrust (Kepercayaan VS Kecurigaan)
Tahap ini berlangsung pada masa oral, pada umur 0-1 tahun atau 1,5 tahun
(infancy). Bayi pada usia 0-1 tahun sepenuhnya bergantung pada orang lain,
perkembangan rasa percaya yang dibentuk oleh bayi tersebut berdasarkan kesungguhan
& kualitas penjaga (yang merawat) bayi tersebut. Apabila bayi telah berhasil membangun
rasa percaya terhadap si penjaga, dia akan merasa nyaman & terlindungi di dalam
kehidupannya. Akan tetapi, jika penjagaannya tidak stabil & emosi terganggu dapat
menyebabkan bayi tersebut merasa tidak nyaman dan tidak percaya pada lingkungan
sekitar. Kegagalan mengembangkan rasa percaya menyebabkan bayi akan merasa takut
dan yakin bahwa lingkungan tidak akan memberikan kenyamanan bagi bayi tersebut,
sehingga bayi tersebut akan selalu curiga pada orang lain.
b. Psikososial Tahap 2
Otonomi VS Perasaan Malu Dan Ragu-Ragu.
Tahap ini merupakan tahap anus-otot (anal/mascular stages), masa ini disebut masa
balita yang berlangsung mulai usia 1-3 tahun (early childhood). Pada masa ini anak
cenderung aktif dalam segala hal, sehingga orang tua dianjurkan untuk tidak terlalu
membatasi ruang gerak serta kemandirian anak. Namun tidak pula terlalu memberikan
kebebasan melakukan apapun yang dia mau. Pembatasan ruang gerak pada anak dapat
menyebabkan anak akan mudah menyerah dan tidak dapat melakukan segala sesuatu
tanpa bantuan orang lain. Begitu pun sebaliknya, jika anak terlalu diberi kebebasan
mereka akan cenderung bertindak sesuai yang dia inginkan tanpa memperhatikan baik
buruk tindakan tersebut. Sehingga orang tua dalam mendidik anak pada usia ini harus
seimbang antara pemberian kebebasan dan pembatasan ruang gerak anak. Karena dengan
cara itulah anak akan bisa mengembangkan sikap kontrol diri dan harga diri.
c. Psikososial Tahap 3
Inisiatif VS Kesalahan
Tahap ini dialami pada anak saat usia 4-5 tahun (preschool age). Anak-anak pada
usia ini mulai berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya sehingga menimbulkan rasa
ingin tahu terhadap segala hal yang dilihatnya. Mereka mencoba mengambil banyak
inisiatif dari rasa ingin tahu yang mereka alami. Akan tetapi bila anak-anak pada masa ini
mendapatkan pola asuh yang salah, mereka cenderung merasa bersalah dan akhirnya
hanya berdiam diri. Sikap berdiam diri yang mereka lakukan bertujuan untuk
menghindari suatu kesalahan-kesalahan dalam sikap maupun perbuatan.
d. Psikososial Tahap 4
Kerajinan VS Inferioritas
Tahap ini merupakan tahp laten usia 6-12 tahun (school age) ditingkat ini anak
mulai keluar dari lingkungan keluarga ke lingkungan sekolah sehingga semua aspek
memiliki peran misal orang tua harus selalu mendorong, guru harus memberi perhatian,
teman harus menerima kehadirannya. Pada usia ini anak dituntut untuk dapat merasakan
bagaimana rasanya berhasil melalui tuntutan tersebut. Anak dapat mengembangkan sikap
rajin, jika anak tidak dapat meraih sukses karena mereka merasa tidak mampu
(infieoritas), anak dapat mengembangkan sikap rendah diri. Sebab itu, peranan orang tua
maupun guru sangat penting untuk memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan anak
pada usia ini usaha yang sangat baik pada tahap ini adalah dengan mengembangkan
kedua karakteristik yang ada. Dengan begitu ada nilai positif yang dapat dipetik dan
dikembangkan dalam diri setiap pribadi yakni kompetensi.
e. Psikososial Tahap 5
Identitas VS Kekacauan Identitas
Tahap ini merupakan tahap adolense (remaja), dimulai pada saat masa puber dan
berakhir pada usia 12-18 tahun/anak. Di dalam tahap ini lingkup lingkungan semakin
luas, tidak hanya di lingkungan keluarga atau sekolah, namun juga di masyarakat.
Pencarian jati diri mulai berlangsung dalam tahap ini. Apabila seorang remaja dalam
mencari jati dirinya bergaul dengan lingkungan yang baik maka akan tercipta identitas
yang baik pula. Namun sebaliknya, jika remaja bergaul dalam lingkungan yang kurang
baik maka akan timbul kekacauan identitas pada diri remaja tersebut.
f. Psikososial Tahap 6
Keintiman VS Isolasi
Tahap ini terjadi pada masa dewasa awal (young adult), usia sekitar 18/20-30
tahun. Dalam tahap ini keintiman dan isolasi harus seimbang untuk memunculkan nilai
positif yaitu cinta. Cinta yang dimaksud tidak hanya dengan kekasih melainkan cinta
secara luas dan universal (misal pada keluarga, teman, saudara, binatang, dll).
g. Psikososial Tahap 7
Generatifitas VS Stagnasi
Masa dewasa (dewasa tengah) ditempati oleh orang-orang yang berusia yang
berusia sekitar 20 tahunan sampai 55 tahun (middle adult). Dalam tahap ini juga terdapat
salah satu tugas yang harus dicapai yaitu dapat mengabdikan diri guna mencapai
keseimbangan antara sifat melahirkan sesuatu (generatifitas) dengan tidak melakukan
apa-apa (stagnasi). Harapan yang ingin dicapai dalam masa ini adalah terjadinya
keseimbangan antara generatifitas dan stagnasi guna mendapatkan nilai positif yaitu
kepedulian. Ritualisasi dalam tahap ini meliputi generational dan otoritisme. Generational
merupakan interaksi yang terjalin baik antara orang-orang dewasa dengan para
penerusnya. Sedangkan otoritisme merupakan interaksi yang terjalin kurang baik antara
orang dewasa dengan para penerusnya karena adanya aturan-aturan atau batasan-batasan
yang diterapkan dengan paksaan.
h. Psikososial Tahap 8
Integritas VS Keputusasaan
Tahap ini merupakan tahap usia senja (usia lanjut). Ini merupakan tahap yang sulit
dilewati karena orang pada masa ini cenderung melakukan introspeksi diri. Mereka akan
memikirkan kembali hal-hal yang telah terjadi pada masa sebelumnya, baik itu
keberhasilan maupun kegagalan. Jika dalam masa sebelumnya orang tersebut memiliki
integritas yang tinggi dalam segala hal dan banyak mencapai keberhasilan maka akan
menimbulkan kepuasan di masa senja nya. Namun sebaliknya, jika orang tersebut banyak
mengalami kegagalan maka akan timbul keputusasaan.

6. Perawatan Kesehatan Balita


a. Perawatan Sehari-hari Anak
1) Kebersihan Anak
a) Memandikan dengan sabun 2 kali sehari.
b) Cuci rambut dengan sampo 3 kali seminggu.
c) Cuci tangan dengan sabun sebelum makan, setelah buang air besar, buang air
kecil, dan setelah makan.
d) Jaga kebersihan telinga anak.
e) Gunting kuku tangan dan kaki anak jika panjang.
f) Ajari anak buang air besar dan kecil di kamar mandi.
g) Jaga kebersihan pakaian, mainan,dan tempat tidur.
h) Jaga kebersihan perlengkapan makan dan minum.
2) Perawatan Gigi
a) Gogok gigi anak dengan pasta gigi dan sikat gigi khusus untuk anak sesudah
sarapan dan sebelum tidur.
b) Tanyakan kepada petugas kesehatan cara menggosok gigi.
c) Ajari anak menggosok gigi sendiri.
d) Jangan biasakan anak makan manis dan lengket.
e) Periksakan setiap 6 bulan sekali ke puskesmas atau dokter gigi.
3) Kebersihan Lingkungan
a) Jauhkan anak-anak dari asap rokok, asap dapur, asap sampah, dan polusi
kendaraan bermotor.
b) Buang air besar dan kecil di kamar mandi.
c) Bersihkan rumah dan lingkungan anak bermain dari debu dan sampah.
d) Balita sebaiknya tidur di dalam kelambu.
e) Untuk daerah endemis malaria, balita harus tidur di dalam kelambu antinyamuk
(mengandung insektisida).
f) Jauhkan anak dari bahaya seperti :
1) Benda yang disangka makanan dan minuman, seperti obat-obatan, racun tikus,
racun serangga, minyak tanah, sabun atau detergen.
2) Benda panas, seperti kompor, setrika, termos air panas.
3) Benda berbahaya, seperti pisau, colokan listrik, kabel.
4) Jangan biarkan anak bermain di dekat sumur, kolam, sungai, jalan raya.
b. Perawatan Anak Sakit
1. Obat yang harusa disediakan di rumah, seperti :
a) Oralit untuk diare.
b) Obat merah (povidone iodine) untuk luka.
c) Paracetamol untuk demam.
2. Batuk
a) Berikan air minum lebih banyak.
b) Beri kecap atau madu dicampur dengan air jeruk nipir.
c) Jauhkan anak dari asap rokok, asap dapur, dan asap pembakaran sampah.
d) Bawa ke fasilitas kesehatan jika :
1) Batuk tidak sembuh dalam 2 hari.
2) Anak sesak napas.
3) Demam.
3. Diare
a) Berikan segera cairan oralit setiap anak buang air besar.
b) Jika tidak ada oralit, berikat air minum, kuah sayur, atau air tajin.
c) Jika anak masih menyusu, terus berikan ASI dan MP-ASI.
d) Jangan beri obat apapun kecuali dari petugas kesehatan
e) Segera bawa ke fasilitas pelayanan kesehatan, jika :
1) Timbul demam.
2) Ada darah di dalam tinja.
3) Diare semakin parah.
4) Muntah terus menerus.
5) Anak terlihat sangat haus.
6) Anak tidak mau makan dan minum.
4. Demam
a) Beri minum lebih sering dan lebih banyak
b) Jika masih menyusu, berikan ASI lebih sering.
c) Jangan diselimuti atau diberi baju tebal.
d) Kompres dengan air biasa atau air hangat.
e) Jangan kompres dengan air dingin karena anak bias menggigil.
f) Jika demam tinggi, beri obat penurun panas (parasetamol) sesuai dosis.
g) Untuk derah endemis malaria, balita harus tidur di dalam kelambu anti nyamuk
(mengandung insektisida)
h) Segera bawa ke fasilitas pelayanan kesehatan, jika :
1) Demam disertai kejang.
2) Demam tidak turun selama 2 bari.
3) Demam disertai bitnik-bintik merah, perdarahan di hidung, dana tau buang air
besar berwarna hitam.
5. Luka dan Sakit Kulit
a) Luka
Beri obat merah atau povidone iodine.
b) Koreng
1) Tutup dengan kain bersih.
2) Jangan dibubuhkan ramuan apapun.
3) Jaga kebersihan kulit
4) Mandi secara teratur.
5) Ganti pakaian jika basah atau kotor.
6) Cuci tangan dan kaki dengan sabun setiap habis bermain.
7) Bawa ke fasilitas pelayanan kesehatan, jika :
i. Kulit kemerahan.
ii. Terasa gatal.
iii. Luka bernanah atau berbau.

6. Pemberian Makan pada Balita


a. Beri makan anak makanan orang dewasa yang berisi nasi, lauk pauk, dan sayuran.
b. Beri makan anak 3 kali sehari, masing-masing ½ porsi (piring) orang dewasa.
c. Berikan makanan selingan 2 kali sehari.
d. Jangan berikan makanan manis atau minuman manis sebelum waktu makan, karena bisa
mengurangi nafsu makan.

7. Komunikasi pada Balita


a. Pada umur 1 bulan, bayi bisa :
1) Menatap ke ibu
2) Mengeluarkan suara ketika diajak berbicara ibu sebagai tanda respon
3) Tersenyum
4) Lengan dan kaki bergerak aktif
b. Pada umur 3 bulan bayi bisa :
1) Mengangkat kepala tegak ketika tengkurap
2) Tertawa ketika ada yang mengajak bercanda
3) Menggerakkan kepala ke kiri dan ke kanan
4) Mengamati tangannya
c. Pada umur 6 bulan bayi bisa :
1) Meniru bunyi yang ditunjukkan ibu
2) Meraih benda yang ada di dekatnya
3) Tengkurap sendiri
4) Menoleh ke arah sumber suara
d. Pada umur 9 bulan bayi bisa :
1) Duduk sendiri
2) Mengucapkan ma... ma.. ma... ma... da... da.. da... da...
3) Senang bermain sendiri dan bertepuk tangan
4) Mulai mengerti ketika disuruh/disarankan
e. Pada umur 12 bulan bayi bisa :
1) Bermain CI LUK BA
2) Menjimpit benda kecil
3) Meniru kata sederhana papa, dada
4) Berdiri dan jalan berpegangan
f. Pada umur 2 tahun anak bisa :
1) Dapat menunjukkan dan menyebut nama bagian tubuh
2) Meniru perkataan yang diucapkan ibu atau orang terdekatnya
3) Menirukan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu dan mengelap
4) Mencoret-coret di kertas
g. Pada umur 3 tahun anak bisa :
1) Berbicara dengan kata-kata yang dapat dimengerti
2) Menyebut warna dan angka
3) Sering mengulang kalimat yang dia mengerti
4) Mulai banyak mengajukan banyak pertanyaan tentang apa yang menarik
perhatiannya.
5) Bicara tanpa peduli dan tanpa peduli seseorang yang diajak bicara mengerti atau
tidak.
6) Mulai memiliki empati, misalnya memeluk dan mencium orang yang terdekat dengan
anak.
h. Pada umur 4 tahun anak bisa :
1) Menceritakan cerita dengan penuh antusias dan dilebih-lebihkan
2) Mulai mengetahui lagu-lagu sederhana, dan cenderung untuk ingin bisa
menyayikannya.
3) Menyebutkan satu atau lebih warna
4) Memahami analogi seperti “ bila api panas”
i. Pada umur 5 tahun anak bisa :
1) Dapat menghitung sampai 10
2) Mulai mengenal dan mampu menyebut nama teman-temannya satu per satu
3) Mulai bisa menjawab beberapa pertanyaan sederhana seperti “siapa namamu? Siapa
nama ibumu?”
4) Mengerti lawan kata seperti panas-dingin, tinggi-rendah
5) Menceritakan pengalaman kepada orang-orang yang baru dikenal dan dianggap dekat
kecuali orang tua.
6) Mulai mengetahui nama-nama hari dan bermain CI LUK BA
7) Menjimpit benda kecil
8) Meniru kata sederhana papa, dada

8. Peran Keluarga dan Bidan dalam Tumbuh Kembang Balita


a. Peran orang tua saat anak berusia 2 tahun
1) Orang tua mulai mengajari anak naik ke tangga dan berlari
2) Orang tua mengawasi anak saat mencoret-coret pensil pada kertas
3) Orang tua mengajari anak untuk menunjuk satu atau lebih bagian tubuhnya
4) Orang tua mengajari anak untuk menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti, seperti
bola, piring, dan sebagainya.
5) Orang tua mengajari anak untuk memegang cangkir sendiri
6) Orang tua mengajari anak untuk makan-minum sendiri
b. Peran orang tua saat anak berusia 2-3 tahun
1) Orang tua mengajari anak untuk berpakaian sendiri
2) Orang tua mengajak anak untuk melihat buku bergambar
3) Orang tua membacakan cerita kepada anak
4) Orang tua mengajari anak makan di piringnya sendiri
5) Orang tua mengajari anak untuk mencuci tangan
6) Orang tua mengajari anak buang air besar dan kecil di tempatnya
c. Peran orang tua saat anak berusia 3 tahun
1) Orang tua mengajari anak untuk mengayuh sepeda roda tiga
2) Orang tua mengajari anak berdiri di atas satu kaki tanpa berpegangan
3) Orang tua mengajari anak bicara dengan baik menggunakan dua kata
4) Orang tua mengajari anak mengenal 2-4 warna
5) Orang tua mengajari anak menyebut nama, umur dan tempat
6) Orang tua mengajari anak menggambar lurus
7) Orang tua mengawasi anak saat bermain dengan teman
8) Orang tua mengajari anak melepas pakaiannya sendiri
9) Orang tua mengajari anak menggunakan sepatu
d. Peran orang tua saat anak berusia 3-5 tahun
1) Orang tua meminta anak menceritakan apa yang ia lakukan
2) Orang tua mendengarkan anak ketika berbicara
3) Jika anak gagap, orang tua mengajari bicara dengan pelan-pelan
4) Orang tua mengawasi anak yang mencoba hal baru
e. Peran orang tua saat anak berusia 5 tahun
1) Orang tua mengawasi anak saat melompak-lompat dengan satu kaki, menari, dan
berjalan lurus
2) Orang tua melihat dan mengawasi anak saat menggambar tiga bagian tubuh orang
(kepla, badan, tangan/kaki)
3) Orang tua megawasi anak menggambar tanda silang dan lingkaran
4) Orang tua mengawasi anak menangkap bola kecil dengan kedua tangan
5) Orang tua mendengarkan anak menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar
6) Orang tua mendengar anak menyebut angka, menghitungjari
7) Orang tua mendengar anak saat bicaranya mudah dimengerti
8) Orang tua mengawasi anak saat berpakaian sendiri tanpa dibantu
9) Orang tua mengawasi anak mengancing baju atau pakaian boneka
10) Orang tua mengawasi anak menggosok gigi tanpa bantuan
f. Peran bidan
1) Melakukan pelayanan stimulasi deteksi dini dan intervensi dini tumbuh kembang
anak
2) Melakukan anjuran pemberian rangsangan perkembangan dan nasihat pemberian
makan pada orang tua
3) Melakukan pemantauan penyakit dan masalah perkembangan pada anak
4) Melakukan pemantauan perkembangan, test daya lihat, dan test daya dengar, serta
mental emosional pada anak
5) Melakukan skrining dini penyimpangan tumbuh kembang anak
6) Melakukan pemantauan saat penimbangan anak setiap bulan di posyandu dan apabila
berat badan anak tidak naik dua kali berturut-turut atau BGM bidan harus segera
melakukan tindakan pemenuhan gizi pada anak.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2013. Konsep Asuhan Kebidanan. Jakarta : Tridasi Printer.
. 2016. Pedoman Manajemen Kebidanan. Jakarta.
. 2016. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta.
Dewi, Vivian Nanny Lia. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba
Medika.
Dinas Kesehatan Kota Mojokerto. 2016. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI.
Markum, A.H. 2012. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FKUI.
Muslihatun, Wafi Nur. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta : Fitah Maya.
Purwoastuti dan Walyani. 2015. Konsep Kebidanan. Klaten : Pustaka Baru Press.
Steven, Robert. 2005. Buku Perawatan Untuk Bayi Dan Balita. Jakarta : Arcan.
Sunaryo, Nano. 2015. Panduan Merawat Bayi dan Balita agar Tumbuh Sehat dan Cerdas.
Yogyakarta : Diva Press.
ASUHAN KEBIDANAN
BALITA FISIOLOGIS
Pada An. “R” Usia 3 Tahun dengan Balita Fisiologis

Tempat : Puskesmas Maesan


Tanggal / Waktu : Sabtu, 13 Maret 2021
Pengkaji : Rina Teriana
Jam : 09.45 WIB

Identitas
Nama Bayi : An. “R”
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat / Tanggal Lahir : Bondowoso, 21 Maret 2017
Umur : 3 Tahun
Anak Ke : 2
Nama Ayah : Tn. A
Nama Ibu : Ny. B
Agama : Islam
Suku Bangsa : Madura Indonesia
Alamat : Desa Sumber Pakem RT 12 Maesan

A. Data Subjektif
1. Keluhan Utama
Ibu mengatakan anak perempuannya telah berumur 3 tahun, datang ingin memeriksakan
pertumbuhan dan perkembangannya. Ibu mengatakan bahwa anaknya tidak sakit dan
tidak memiliki keluhan apapun.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV :
N = 100 x/menit RR = 36 x/ menit
S = 36,80C
d. BB : 12,2 kg
e. PB : 93 cm
f. LIKA : 47 cm
g. LILA : 15 cm
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
Muka : warna kulit merah
Mata : sklera putih, konjungtiva merah muda
Hidung : bersih, tidak ada sekret
Mulut : bersih, tidak ada caries gigi
Telinga : simetris, serumen -/-
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan kelenjar thypoid
Dada : simetris, ronkhi (-) dan wheezing (-)
Abdomen : simetris, tidak ada nyeri tekan
Genetalia : bersih, tidak ada kelainan
Anus : lubang anus (+), tidak ada kelainan
Ekstremitas atas : simetris, lengkap
Ekstrimitas bawah : simetris, lengkap
3. Pemeriksaan Perkembangan Anak (Umur 3 Tahun)
a. Anak bisa berlari jarak pendek tanpa terjatuh
b. Anak bisa mengikuti 2-3 perintah
c. Anak bisa naik sepeda roda tiga
d. Anak bisa naik turun tangga menggunakan kaki bergantian
e. Anak bisa berjalan dalam garis lurus dan berjinjit
f. Anak bisa mencoret-coret di kertas
g. Anak dapat menyebutkan nama dan umurnya
h. Anak bisa berbicara dengan kata-kata yang dapat dimengerti
i. Anak bisa menyebut warna dan angka
j. Anak bisa menjawab singkat untuk pertanyaan sederhana
k. Anak bisa membantu melakukan pekerjaan rumah, seperti menaruh sesuatu
C. Assesment / Analisa Data
An. “R” Usia 3 Tahun dengan Balita Fisiologis

D. Penatalaksanaan
Tanggal 13 Maret 2021 pukul 10.30 WIB
1. Menjelaskan pada ibu tentang keadaan anak baik yaitu berat badan dan tinggi badan
normal karena sesuai dengan usianya dan angka kecukupan gizi yaitu berat badan 10,8
-16,2 kg dan tinggi badan 82-95 cm.
E : Ibu mengerti penjelasan petugas kesehatan.
2. Menjelaskan pada ibu tentang asupan nutrisi anaknya dengan memberi anak makan
makanan yang bergizi yaitu makan tiga kali sehari dengan menu nasi, sayur dan lauk,
serta tambahan susu, buah dan air yang cukup agar anak tidak dehidrasi.
E : Ibu mengerti dan bersedia mengikuti saran petugas kesehatan.
3. Menjelaskan pada ibu tentang pertumbuhan dan perkembangan anaknya serta
memberikan stimulasi lanjutan yaitu BB meningkat sesuai dengan usia dan angka
kecukupan gizi serta perkembangan anak sesuai dengan umur. lewat kartu KIA.
E : Ibu mengerti dan bisa memahami penjelasan petugas tentang isi buku KIA
4. Menganjurkan pada ibu untuk menjaga personal hygiene anaknya yaitu mandi 2x sehari
dan gosok gigi 2-3 kali sehari, keramas 3x seminggu
E : Ibu mengerti dan selama ini sudah melakukannya.
5. Menjelaskan pada ibu tentang mainan anak yang bisa mengembangkan kognitif yaitu
dengan memberikan mainan balok, puzzle untuk merangsang saraf motorik anak dengan
didampingi orang tua atau pengasuh anak
E : Ibu paham dan bersedia memberikan stimulasi yang disarankan bidan kepada
anaknya.
6. Menganjurkan pada ibu untuk kunjungan ulang 6 bulan lagi atau jika anak ada keluhan
segera di bawa ke petugas kesehatan
E : Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang.
7. Menganjurkan ibu untuk tetap memantau pertumbuhan anaknya dengan membawa
anaknya ke posyandu tiap bulan
E : Ibu bersedia membawa anaknya ke posyandu setiap bulan.

Anda mungkin juga menyukai