Oleh:
PURWARANI FEBRIA DAMAYANTI
200070500111008
Oleh:
Purwarani Febria Damayanti 200070500111008
Telah diperiksa, dievaluasi dan disetujui oleh dosen pembimbing klinik dan perseptor
lahan di Puskesmas Wajak
Pada……………….2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Sempurna yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan Laporan Pendahuluan yang berjudul “Asuhan Kebidanan pada Ny “Rn”
G1P00000 UK 12 Minggu dengan Kehamilan Normal Janin Tunggal Hidup
Intrauterin di Puskesmas Wajak Kabupaten Malang”. Laporan Pendahuluan ini
merupakan tugas dalam rangkaian Pendidikan Profesi Bidan, Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya Malang.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis didukung oleh:
1. Dr. dr. Wisnu Barlianto., MsiMed., Sp.A (K) selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya
2. dr. Yahya Irwanto., Sp.Og (K) selaku Ketua Jurusan Kebidanan
3. dr. Ni Luh Putu Herli Mastuti., Sp.A., M.Biomed selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Profesi Bidan
4. Fatmawati, S.ST.,M.Keb., selaku koordinator Pendidikan Profesi Bidan
5. Yulia Silvani, S.Keb,Bd.,M.Keb. selaku Dosen Pembimbing Klinik Program
Profesi Bidan FKUB yang memberikan bimbingan serta dukungan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan penyelesaian laporan pendahuluan ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
minimal) Perlindungan
Pad
TT1 a kunjungan - -
antenatal pertama
4 minggu setelah
TT2 TT1 3 tahun 80
25
TT5 1 tahun setelah TT4 tahun/seumur 99
hidup
Sumber: Hani, dkk. 2011.
Tes laboratorium meliputi pemeriksaan Hb, golongan darah,
tes HIV, tes hepatitis, protein urin dan reduksi urun
Temu wicara atau konseling termasuk perencanaan
persalinan
Tatalaksana kasus
2.2.4 Penapisan Ibu Hamil menurut Poedji Rochjati
Menurut Buku KIA (2015) penapisan ibu hamil dibagi dalam 3
kelompok yaitu:
Kehamilan Resiko Rendah (KRR) skor 2 hijau
Kehamilan resiko rendah merupakan kehamilan normal tanpa
masalah/faktor resiko. Kemungkinan besar dapat dilakukan persalinan
normal, namun tetap dilakukan pemantauan komplikasi persalinan
pada ibu dan bayi baru lahir.
Kehamilan Resiko Tinggi (KRT) skor 6 – 10 kuning
Kehamilan resiko tinggi merupakan kehamilan dengan faktor
resiko, yang dapat berasal dari dari ibu dan atau janin yang dapat
menyebabkan komplikasi persalinan. Dampak KRT adalah kematian /
kesakitan / kecacatan pada ibu dan atau bayi baru lahir.
Kehamilan Resiko Sangat Tinggi (KRST) skor ≥12 merah
Kehamilan resiko sangat tinggi merupakan kehamilan dengan
faktor resiko ganda 2 atau lebih yang dapat berasal ibu dan atau
janinnya. Kehamilan KRST memiliki bahaya komplikasi persalinan dan
kematian ibu dan bayi yang lebir besar. Berikut adalah gambar kartu
skor Poedji Rochjati:
Gambar 2.4 Kartu Skor Poedji Rochjati
Data Subyektif
Data subyektif adalah informasi yang dicatat mencakup identitas,
keluhan yang diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada pasien/klien
(anamnesa) atau dari keluarga atau tenaga kesehatan (aloanamnesa)
(Nursalam, 2013).
Komponen data subyektif antara lain:
1. Identitas klien
Data identitas klien berfungsi sebagai identifikasi klien dan meliputi 6
aspek, yaitu:
Nama : data dasar dalam identifikasi pasien
Usia : sumber informasi yang bertujuan untuk menentukan
apakah klien termasuk kedalam kelompok resiko dalam kehamilan
atau tidak. Ibu hamil usia ≤ 20 tahun dan ≥ 35 tahun tergolong
resiko tinggi. Ibu hamil kurang dari 20 tahun alat-alat reproduksinya
belum matang, mental dan psikisnya belum siap, sedangkan ibu
hamil berusia lebih dari 35 tahun termasuk ke dalam kehamilan
beresiko tinggi yang dapat menyebabkab kelahiran bayi cacat
bahkan kematian. (Sinclair, 2010).
Agama : sebagai pedoman pendekatan pemberian konseling
atau asuhan kebidanan serta dukungan mental sesuai keyakinan
klien.
Pendidikan : sumber informasi tingkat pengetahuan dan
pemahaman klien karena tingkat pendidikan dapat memengaruhi
sikap perilaku kesehatan seseorang.
Pekerjaan : sumber informasi untuk mengetahui
pengaruh aktfitas kerja terhadap permasalahan kesehatan klien
seperti pekerjaan yang banyak menuntut kemampuan fisik, berdiri
terlalu lama, dan bekerja di malam hari. Pekerjaan dengan resiko
paparan bahan kimia juga memiliki resiko tinggi pada kondisi
kesehatan seseorang (Sinclair, 2010).
Alamat : sumber informasi terkait lingkungan tempat tinggal dan
penyakit endemis disekitar tempat tinggal klien sehingga
memudahkan tenaga kesehatan melakukan deteksi dini
permasalah kesehatan klien (Sulistyawati & Nugraheny, 2011).
2. Keluhan Utama
Informasi berupa keluhan atau masalah kesehatan yang dirasakan
oleh klien secara subyektif yang digunakan untuk membuat keputusan
klinik, mengakkan diagnosa dan mengembangkan rencana asuhan sesuai
kondisi pasien (Sulistyawati & Nugraheny, 2011). Keluhan utama yang
sering dirasakan oleh Ibu menurut Patimah, dkk (2020) yaitu :
Mual Muntah : Angka kejadian Diperkirakan selama kehamilan
sebanyak 70-85% wanita mengalami mual muntah, hal ini terjadi
pada usia kehamilan 4-9 mg puncaknya usia kehamilan 12 mg
dan hanya 20 % terjadi pada usia kehamilan 20 mg. Penyebab
mual muntah antara lain : Faktor hormone kehamilan (HCG),
yang menstimulasi produksi estrogen pada ovarium dan hormon
estrogen diketahui meningkatkan mual muntah - Faktor
pencernaan, hormon estrogen dapat memicu peningkatan asam
lambung sehingga membuat mual muntah - Faktor psikologis,
perasaan bersalah, marah, ketakutan dan cemas dapat
menambah mual dan muntah - Faktor keturunan, ibu yang
mengalami mual muntah maka anak yang dilahirkan memiliki
resiko 3 % mengalami mual muntah sampai mengalami HEG.
Sembelit/Susah buang air besar : Prevalensi konstipasi sekitar
35% sampai 39% terjadi pada ibu hamil trimester 1. Pengaruh
progesteron dan hormon pencernaan (motilin). Progesteron
berperan dalam proses relaksasi pada kerja otot halus.
Peningkatan hormon ini, mengakibatkan gerakan organ
pencernaan menjadi lambat. Akibatnya, proses pengosongan
lambung jadi lebih lama dan waktu transit makanan di lambung
meningkat. Selain itu, penurunan hormon motilin
mempengaruhi gerakan peristaltik usus juga melambat
sehingga daya dorong dan kontraksi usus terhadap sisa-sisa
makanan melemah. Alhasil, sisa makanan menumpuk lebih
lama di usus dan sulit dikeluarkan. Penurunan aktifitas ibu hamil
dapat mempengaruhi proses metabolisme di dalam tubuh
sehingga mempengaruhi gerakan peristaltik usus yang
menyebabkan terjadinya sembelit/ susah buang air besar.
Heartburn/ Rasa Panas Pada Bagian Dada : Sebesar 30%-80%
wanita hamil mengeluhkan keluhan ini. Rasa panas pada bagian
dada dikeluhkan oleh 2-3 dari 10 wanita atau 22% wanita hamil
di awal kehamilannya. Peningkatan progesterone
menyebabakan penurunan kerja lambung dan esophagus
bawah akibatnya makanan yang masuk cenderung lambat
dicerna sehingga makanan menumpuk hal ini menyebabakan
rasa penuh atau kenyang dan kembung.
Keputihan sering muncul pada kehamilan. Angka kejadian pada
trimester satu 18,5%. Keputihan yang keluar dari vagina
dikatakan normal karena meningkatnya hormon estrogen, stress
dan kelelahan.
Pusing. Angka kejadian Pusing dilaporkan oleh lebih dari
setengah dari wanita hamil, yang lebih sering terjadi di dua
pertama trimester kehamilan. Pusing terjadi sebanyak 50%
wanita hamil dan lebih sering terjadi pada trimester 1 dan 2
kehamilan (52,44%). Hal ini merupakan gejala yang normal
selama kehamilan. Penyebab pusing antara lain : Peningkatan
hormone progesterone menyebabkan pembuluh darah melebar
sehingga darah cenderung berkumpul di kaki, sehingga
menyebabkan tekanan darah ibu lebih rendah dari biasanya,
yang dapat mengurangi aliran darah ke otak dan menyebabkan
pusing sementara – Anemia, Hal ini terjadi karena peningkatan
volume plasma darah yang akan mempengaruhi kadar
haemoglobin darah, sehingga jika peningkatan volume dan sel
darah merah tidak diimbangi dengan kadar hemoglobin yang
cukup, akan mengakibatkan terjadinya anemia. - Hipertensi
(tekanan darah tinggi).
Mudah Lelah. Angka Kejadian Kelelahan selama kehamilan
adalah yang paling umum selama trimester pertama. Penyebab
Selama awal kehamilan, perubahan hormonal mungkin
penyebab kelelahan. Tubuh ibu memproduksi lebih banyak
darah untuk membawa nutrisi ke bayi Ibu tumbuh. Kadar gula
darah ibu dan tekanan darah juga lebih rendah. Hormon,
terutama peningkatan kadar progesteron, yang bertanggung
jawab untuk membuat ibu mengantuk. Selain perubahan fisik
yang terjadi dalam tubuh , perubahan emosi dapat berkontribusi
untuk penurunan energi.
Sering kencing. Angka Kejadian Sering buang air kecil
dikeluhkan oleh ibu hamil sebanyak 59% pada trimester
pertama. Penyebab sering kencing pada trimester I selama
kehamilan terjadi perubahan pada sistem perkemihan mulai usia
kehamilan 7 minggu, keinginan sering buang air kecil pada awal
kehamilan ini dikarenakan rahim yang membesar dan menekan
kandung kencing.
3. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Menstruasi
Hal-hal yang dikaji dalam riwayat menstruasi adalah:
Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)
Informasi hari pertama haid terakhir digunakan untuk
menentukan usia kehamilan dan tafsiran persalinan
(Rismalinda, 2015). Taksiran persalinan dapat dihitung dengan
tanggal HPHT ditambah 7, bulan dikurangi 3, dan tahun
ditambah 1.
b. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu
Sumber informasi untuk mengetahui adakah penyulit pada
kehamilan, persalinan atau nifas yang lalu. Riwayat obstetri yang jelek
dapat memengaruhi kehamilan sekarang dan proses persalinan yang
akan datang misalnya prosedur medis atau bedah sebelumnya.
Multigravida berisiko mengalami solusio plasenta dan abruptio
plasenta. Berat badan lahir bayi sebelumnya dapat membantu
memperkirakan kesesuain panggul dan janin sehingga dapat
melakukan deteksi dini panggul sempit (Khairoh, 2014). Kejadian
abortus diduga mempunyai efek terhadap kehamilan berikutnya, baik
pada timbulnya penyulit dalam kehamilan maupun pada hasil
kehamilan itu sendiri. Wanita dengan riwayat abortus mempunyai
resiko yang lebih tinggi untuk terjadinya persalinan premature, abortus
berulang pada awal kehamilan, dan berat badan lahir rendah (Amalia
dan Sayono, 2015).
c. Riwayat KB
Kontrasepsi hormonal sebagian besar mengandung hormon
estrogen dan progesteron. Hormon dalam kontrasepsi ini telah diatur
sedemikian rupa sehingga mendekati kadar hormon dalam tubuh
akseptor namun bila digunakan dalam jangka waktu yang lama akan
timbul efek samping. Kedua hormon tersebut mempermudah retensi
ion natrium dan sekresi air disertai kenaikan aktivitas renin plasma dan
pembentukan angiontensin sehingga dapat memicu terjadinya
peningkatan tekanan darah. Ibu yang mempunyai riwayat hipertensi
beresiko lebih besar mengalami hipertensi dalam kehamilan serta
meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal neonatal lebih tinggi
(Cunningham, 2006).
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan klien
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh penyakit yang diderita pasien pada saat ini yang ada
hubungannya dengan kehamilannya (Ambarwati, 2008). Riwayat
kesehatan yang perlu dikaji adalah pernah/sedang menderita penyakit
seperti asma, jantung, darah tinggi, diabetus mellitus, atau penyakit
menular seperti TBC, hepatitis, atau penyakit lain yang dapat
berpengaruh terhadap kehamilan klien dan kondisi janin. Jika ibu
hamil HBsAg dan HBeAg positif maka harus ada perencanaan dengan
dokter untuk pemberian HBIG dan vaksin Hepatitis B untuk mencegah
penularan inveksi VHB vertical (Soemoharjo, 2008). Ibu yang
mempunyai riwayat hipertensi beresiko lebih besar mengalami
hipertensi dalam kehamilan serta meningkatkan morbiditas dan
mortalitas maternal neonatal lebih tinggi (Cunningham, 2006). Ibu
hamil dengan riwayat hipertensi kronik yang telah ada sebelum hamil
hingga usia kehamilan 20 minggu, dapat semakin memburuk setelah
usia gestasi 24 minggu dan apabila disertai protein urin, diagnosisnya
adalah superimposed preeclampsia. Preeklampsia pada hipertensi
kronik biasanya muncul pada usia kehamilan lebih dini daripada
preeclampsia murni, serta cenderung cukup parah dan pada banyak
kasus disertai dengan hambatan pertumbuhan janin sehingga
perlunya mendeteksi riwayat kesehatan klien secara dini yang memiliki
resiko buruk bagi kehamilannya (Manuaba, 2007).
b. Riwayat kesehatan keluarga
Data ini dikaji untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit
genetik yang dapat diturunkan sehingga dapat memperburuk kondisi
ibu dan janin (Yulaikhah, 2008). Data riwayat penyakit yang dapat
membahayakan kehamilan muda yang dikaji meliputi penyakit
menurun seperti hipertensi, diabetus mellitus, sedangkan penyakit
menular antara lain meliputi TBC, hepatitis, HIV atau penyakit menular
seksual (Prawirohardjo, 2014).
5. Riwayat psikososial dan sosial budaya
Data psikosoisal dikaji untuk mengetahui latar belakang klien dan
pengaruh penyakit yang diderita terhadap hidupnya dan keluarganya
(Yulaikhah, 2008). Pada kasus kehamilan riwayat psikososial yang dikaji
antara lain respon pasien dan keluarga terhadap kondisi kehamilan saat
ini. Kondisi psikologis ibu dapat memengaruhi kesejahteraan janin dan
penerimaan klien dan keluarga pada kehamilannya dapat membantu
kelancaran pemberian asuhan kebidanan. Sosial budaya dapat
memengaruhi kehamilan klien misalnya tradisi minum jamu tradisional
untuk memperlancar kehamilan dan persalinan. Pada kehamilan trimester
1 umumnya Ibu akan merasakan suasana hati yang sensitive, penuh
gejolak dan emosi, mudah tersinggung, marah dan cemburu, oleh karena
itu, dukungan sosial terutama dari suami dan keluarga sangat
berpengaruh pada kondisi psikis Ibu (Melati dan Raudatussalamah,
2012).
6. Pola Kebiasaan
a. Pola nutrisi dan cairan
Pengkajian pola nutrisi dan cairan bertujuan untuk mengetahui
pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi untuk proses persalinan.
Data asupan makan yang dikaji adalah kualitas dan kuantitas
makanan, normalnya 3x/hari dengan jenis umumnya (nasi, sayur, lauk
pauk, buah). Data masuknya cairan atau minum normalnya adalah
sekitar 8 gelas/hari (teh, susu, air putih). Saat kehamilan trimester awal
sering terjadi rasa begah dan mual muntah yang dapat menurunkan
asupan makanan, sehingga untuk mengurangi keinginan muntah maka
ibu dianjurkan makan dengan porsi sedikit namun sering dengan
makanan berkonsistensi kering / tidak berkuah, menghindari makanan
pedas dan berbau menyengat (Priyanti, 2014).
b. Pola Istirahat
Kebiasaan istirahat ibu dikaji untuk mengetahui hambatan yang
mungkin muncul yang dapat mengganggu kehamilan karena faktor
pola istirahat. Data yang dikaji terkait pola istirahat adalah dalam sehari
berapa jam ibu tidur dan bagaimana kualitas tidurnya. Data pola
istirahat adalah tidur siang normalnya 1–2 jam/hari, tidur malam
normalnya 6-8 jam/hari dengan kualitas tidur nyenyak dan tidak
terganggu (Yulaikhah, 2008). Pada kehamilan trimester 1, Ibu sering
mengalami rasa mual dan lebih sering merasa lelah, oleh sebab itu,
istirahat yang cukup sangat diperlukan untuk mengurangi
ketidaknyamanan tersebut. Pola istirahat setiap minimal 15 menit
dalam 2 jam dapat diterapkan oleh Ibu (Melati dan Raudatussalamah,
2012).
c. Pola Aktifitas
Pengkajian pola aktifitas bertujuan untuk mengetahui aktifitas
ibu selama masa kehamilan trimester 1 yang berhubungan dengan
faktor kelelahan ibu dan ketidaknyamanan yang ibu rasakan. Data
yang dikaji adalah apakah aktifitas ibu bekerja dengan beban kerja
tinggi / kegiatan fisik yang memberatkan ibu yang dapat memengaruhi
terjadinya penyulit atau komplikasi pada kehamilan (Yulaikhah, 2008).
Pekerjaan ibu dapat meningkatkan risiko terjadinya abortus karena ibu
yang berkerja terlalu berat dapat menurunkan kondisi fisik ibu yang
dapat menyebabkan pengurangan aliran darah ke plasenta. Hal ini
dapat berimbas pada pembatasan jumlah nutrisi dan oksigen yang
mengalir ke janin sehingga menyebabkan kejadian abortus. Para ahli
juga menyebutkan bahwa hal ini berkaitan dengan stress dan beratnya
pekerjaan ibu selama kehamilan dapat mempengaruhi janin yang
sedang dikandungnya (Irayani, 2015).
d. Pola eliminasi
Data BAK normalnya adalah 6–8x/hari, jernih, bau khas,
sedangkan data BAB normalnya adalah kurang lebih 1x/hari,
konsistensi lembek, warna kuning. Pada Ibu hamil trimester 1
gangguan rasa nyaman yang sering muncul adalah konstipasi, ini
adalah masalah nutrisi yang umum terjadi akibat tekanan pada
peristaltic usus karena uterus yang membesar, pengaruh hormone
relaksin plasenta, dan kemungkinan akibat meningkatnya
progesterone. Konstipasi menimbulkan rasa begah dan hilang nafsu
makan (Megasari dkk, 2015). Selain konstipasi, sering buang air kecil
juga dikeluhkan oleh ibu hamil sebanyak 59% pada trimester pertama.
Penyebab sering kencing pada trimester I selama kehamilan karena
terjadi perubahan pada sistem perkemihan mulai usia kehamilan 7
minggu, keinginan sering buang air kecil pada awal kehamilan ini
dikarenakan rahim yang membesar dan menekan kandung kencing
(Patimah dkk, 2020).
b. Pola Hubungan Seksual
Pola hubungan seksual ibu dengan suami selama kehamilan
dan mengetahui apakah ada keluhan terkait hubungan seksual yang
dapat berhubungan dengan masalah kesehatan ibu. Hubungan seksual
tidak dilarang selama hamil, kecuali pada keadaan-keadaan tertentu
seperti :
Terdapat tanda infeksi (nyeri/panas)
Terjadi perdarahan pervaginam saat koitus
Pernah mengalami abortus
Pengeluaran air ketuban mendadak
Sebaiknya koitus dihindari pada kehamilan muda sebelum 16
minggu dan pada hamil tua, karena akan merangsang kontraksi yang
akan meningkatkan resiko abortus pada trimester awal dan kelahiran
premature pada trimester akhir sebelum mencapai usia aterm
(Yulaikhah, 2008). Ibu pada trimester 1 juga sering mengalami
ketidaknyamanan seperti mudah lelah, pusing, dan mual muntah
sehingga keinginan untuk berhubungan seksial pada masa awal
kehamilan menurun (Nurymasari dkk, 2017).
c. Pola Kebiasaan Buruk
Pengkajian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah
terdapat kebiasaan buruk klien yang dapat memengaruhi
kesejahteraan janinnya, seperti pijat oyok, merokok, mengkonsumsi
alkohol, jamu dan narkoba. Kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan
merokok dapat meningkatkan resiko abortus, placenta previa, fetal
alcohol síndrome yang terdiri dari gangguan pertumbuhan janin,
kelainan jantung, otak serta tulang. Bahaya terjadinya cacat akibat
konsumsi zat-zat berbahaya yang ada dalam kandungan rokok, alkohol
dan obat-obatan terlarang sangat besar pada usia kehamilan 4-8
minggu karena periode ini janin mengalami diferensiasi organ dan
perkembangan fungsi tubuh (Prawirohardjo, 2014).
Data Obyektif
a. Kartu Skor Poedji Rochyati
Kartu Skor Poedji Rochyati (KSPR) bertujuan sebagai
penapisan ibu hamil apakah termasuk ibu hamil dengan resiko
rendah/tinggi/sangat tinggi terjadinya komplikasi sehingga dapat
dilakukan rujukan segera dan terencana. KSPR masih relevan
digunakan untuk deteksi dini faktor risiko ibu hamil. Pencegahan faktor
empat terlambat penting untuk menurunkan angka kematian maternal
(Widarta dkk, 2015).
b. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Pengkajian keadaan umum meliputi lemah,
cukup, baik (Cunningham et al., 2012). Keluhan minor berupa
“emesis gravidarum” dapat meningkat menjadi “hiperemesis
gravidarum” pada kehamilan trimester 1, pada kondisi ini sudah
terdapat gejala klinis yang memerlukan perawatan, seperti muntah
berlebihan yang menyebabkan dehidrasi, dan keadaan umum lemah
serta gejala klinis lainnya (Manuaba, 2007).
Kesadaran : Pengkajian kesadaran klien bertujuan untuk
mengevaluasi kondisi fisik secara umum (Cunningham et al., 2012).
Data kesadaran adalah composmentis, apatis, delirium,somnolen,
koma. Kesadaran klien sangat penting dinilai, dengan melakukan
anamnesis kesadaran dinilai baik jika klien dapat menjawab semua
pertanyaan. Klien sadar menunjukkan tidak ada kelainan fisik berat
dan psikologis (Manuaba, 2007). Ibu hamil trimester 1 dengan
keluhan ringan kebanyakan menunjukkan tuingkat kesadaran
composmentis, namun Ibu dengan keluhan hiperemesis gravidarum
akan menunjukkan tingkat kesadaran yang semakin menurun sesuai
dengan tingka keparahan derajat mual dan muntah. Ibu dengan
hiperemesis gravidarum tingkat III dapat menunjukkan tingkat
kesadaran dari somnolen hingga coma (Manuaba, 2007).
Tekanan darah : Pemantauan tekanan darah selama kehamilan
trimester 1 bertujuan untuk deteksi dini adanya hipertensi kronik
yang timbul sebelum kehamilan 20 minggu dan menetap hingga 12
minggu pasca persalinan dan atau hipertensi gestasional yaitu
hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan
dapat menghilang 3 bulan pasca persalinan. Tekanan darah normal
yaitu 90-140 mmHg pada tekanan sistol dan 60-90 mmHg pada
tekanan diastole (Suryani dan Wulandari, 2018).
Suhu : Pengukuran suhu bertujuan untuk menentukan suhu tubuh
klien sebagai pemantauan tanda-tanda vital dan infeksi. Data ini
normalnya adalah 36,5 – 37,50C, 380C dianggap tidak normal dan
ada tanda infeksi. Infeksi pada trimester 1 pada kehamilan sangat
membahayakan kondisi ibu dan janin dan meningkatkan
kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik, abortus spontan,
kematian janin dalam rahim, infeksi perinatal, intra uterine growth
restriction, dan kelainan konginetal. Suhu tubuh yang meningkat
dapat meningkatkan kebutuhan oksigen jaringan dan disertai
peningkatan frekuensi jantung. Pada Ibu hamil umumnya mengalami
peningkatan suhu tubuh hingga 0,50C disebabkan oleh peningkatan
hormon progesteron yang disertai peningkatan metabolisme tubuh
(Khairoh, 2014).
Nadi : Pengukuran nadi bertujuan untuk menilai fungsi sistem
kardiovaskular secara umum. Nadi normal adalah 60 – 90 kali/menit.
Pada masa kehamilan terjadi peningkatan frekuensi jantung sejak
UK 4 minggu sekitar 15-20 denyut permenit, kondisi ini memuncak
pada UK 28 minggu disebabkan peningkatan curah jantung akibat
peningkatan total volume darah (Khairoh, 2014).
Pernafasan : Pengukuran frekuensi pernapasan bertujuan untuk
menilai fungsi sistem respirasi secara umum dan mengkaji secara
dini adanya penyakit pernafasan yang dapat menjadi penyulit saat
kehamilan dan persalinan (Khairoh, 2014). Frekuensi pernapasan
normal adalah 16 – 24 kali/menit. Umumnya, wanita yang tidak
memiliki kelainan pernafasan sebelum kehamilan, tidak ada masalah
dan perubahan signifikan pada freuensi pernafasan di trimester 1
kehamilan, karena ukuran uterus relatif masih kecil dan belum
mendesak diafraghma (Prawirohardjo, 2014).
Berat badan : Pemantauan berat badan ibu hamil bertujuan sebagai
deteksi dini kekurangan gizi atau adanya penyakit tertentu pada ibu
hamil. Kenaikan berat badan normal selama kehamilan 9 – 13,5 kg
atau pertambahan berat badan tiap minggunya adalah 0,4-0,5 kg
(Khairoh, 2014). Penurunan berat badan yang drastis biasanya
terjadi pada ibu anemia, hiperemesis gravidarum atau menderita
TBC. Pada trimester pertama, tidak jarang terjadi penurunan berat
badan yang disebabkan rasa mual di awal kehamilan.
Tinggi badan : Pengukuran tinggi badan bertujuan untuk deteksi dini
kehamilan dengan faktor resiko (Kemenkes RI, 2015). Tinggi badan
ibu hamil normalnya adalah > 145 cm, bila tinggi badan ibu hamil
<145 cm atau dengan kelainan bentuk panggul dan tulang belakang
maka ibu berisiko tinggi komplikasi dalam persalinan (Khairoh,
2014). Tinggi badan merupakan pemeriksaan 10T pada pelayanan
ANC (Kemenkes, 2018).
Lingkar lengan (LILA) : Pengukuran LILA merupakan parameter
antropometri selsin body mass index (BMI) untuk menentukan status
gizi pada ibu hamil (Khairoh, 2014). Data normal LILA adalah >23,5
cm, bila ibu hamil memiliki LILA <23,5 cm maka disebut sebagai
kekurangan energi kronik. Status gizi psada Ibu hamil trimester 1
akan berpengaruh terhadap pertumbuhan embrio pada masa
perkembangan dan pembentukan organ-organ tubuh
(organogenesis). Ibu yang kekurangan gizi juga beresiko memiliki
penyakit antara lain: Anemia, perdarahan, berat badan Ibu tidak
bertambah secara normal karena penyakit infeksi (Agustian, 2010).
c. Pemeriksaan fisik
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kondisi kesehatan
klien untuk memperoleh data yang sistematis dan menentukan
masalah dan tindakan yang tepat untuk klien (Khairoh, 2014).
Informasi dari hasil pemeriksaan fisik dan anamnesis diolah untuk
membuat keputusan klinik, menegakkan diagnosis dan
mengembangkan rencana asuhan atau perawatan yang paling sesuai
dengan kondisi klien.
Bagian Kepala
Pemeriksaan bagian kepala bertujuan untuk mengetahui bentuk,
fungsi dan kelainan pada kepala (Khairoh, 2014). Data yang dikaji
adalah sebagai berikut:
Rambut : Pada kehamilan muda (Trimester 1) jumlah
rambut telogen masih dalam batas normal. Namun malnutrisi
dapat berpengaruh pada pertumbuhan rambut terutama
malnutrisi protein dan kalori. Pada keadaan ini rambut menjadi
kering dan kusam. Hilangnya pigmen membuat rambut tampak
berwarna coklat kusam. Kekurangan vitamin B12, asam folat,
asam amino, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan zat besi
juga dapat menyebabkan kerontokan rambut (Sari dan Wibowo,
2016).
Wajah : wajah yang pucat merupakan salah satu
tanda anemia, terdapat kloasma gravidarum yang merupakan
tanda kehamilan dan umumnya 50-70% wanita hamil
mengalami kondisi ini (Prawirohardjo, 2014).
Mata : periksa perubahan warna konjungtiva mata.
Konjungtiva yang pucat menandakan ibu mengalami anemia
sehingga harus dilakukan penanganan lebih lanjut. persentase
ibu dengan anemia lebih besar pada kelompok abortus
dibandingkan pada kelompok tidak abortus. Seorang wanita
hamil mengidap anemia, pengaruhnya dapat terjadi pada awal
kehamilan yaitu terhadap pembuahan (janin, plasenta, darah).
Hasil pembuahan membutuhkan butir-butir darah merah dalam
pertumbuhan embrio (Irayani, 2015). Pada pemeriksaan mata
juga amati warna sklera, apabila sklera berwarna kuning curigai
ibu memiliki riwayat hepatitis. Ibu hamil yang terinfeksi hepatitis
B dapat menularkan virus ke bayi mereka selama kehamilan
atau persalinan, sehingga penapisan perlu dilakukan untuk
mengetahui prevalensi ibu hamil yang mengidap hepatitis B
agar dapat dilakukan penatalaksanaan yang sesuai sedini
mungkin (Mustikda dan Hasanah, 2018).
Mulut/gigi : ibu hamil mengalami perubahan hormone
esterogen dan progesterone yang berdampak mempengaruhi
kesehatan mulut dan gigi. Peningkatan resiko pembengkakan
gusi maupun perdarahan. Hal ini terjadi karena pelunakan
jaringan di daerah gusi akibat peningkatan hormone, terkadang
timbul benjolan bengkak kemerahan pada gusi dan
menyebabkan gusi mudah berdarah. Gambaran gangguan gigi
dan lidah pada trimester 1 akibat sering muntah atau
hipersalivasi seperti lidah kotor, gigi caries, dan gusi epulis perlu
di kaji untuk menentukan pemberian KIE serta penatalaksanaan
tindakan selanjutnya (Manuaba, 2007).
Leher
Pemeriksaan bertujuan untuk menentukan struktur integritas
leher, bentuk dan organ yang berkaitan dengan leher (Khairoh, 2014).
Data yang dikaji antara lain adakah pembesaran kelenjar tiroid,
bendungan vena jugularis dan pembesaran kelenjar limfe.
Pembesaran pada vena jugularis curigai ibu memiliki masalah jantung.
Payudara
Pengkajian payudara bertujuan untuk mengetahui bentuk,
postur, kesimetrisan, edema, masa abnormal dan tanda-tanda infeksi
(Khairoh, 2014). Pemeriksaan payudara dilakukan secara inspeksi dan
palpasi, pemeriksaan inspeksi bertujuan untuk mengkaji kesimetrisan
kedua payudara, kebersihan kedua payudara, kondisi puting susu, dan
hiperpigmentasi pada kedua aerola mamae. Pemeriksaan palpasi
payudara untuk mengkaji adakah pengeluaran kolostrum, adakah
massa abnormal atau pembesaran kelenjar limfe, adakah cairan/rabas
yang keluar dari puting.
Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudara
menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua, payudara akan bertambah
ukurannya dan vena di bawah kulit akan lebih terlihat. Puting payudara
kan lebih besar, kehitaman, dan tegak. Setelah bulan pertama
kolostrum dapat keluar.Kolostrum berasal dari kelenjar asinus yang
mulai bersekresi. Meskipun dapat dikeluarkan, air susu belum dapat
diproduksi karena hormon prolaktin ditekan oleh prolactin inhibiting
hormone. Ukuran payudara sebelum kehamilan tidak mempunyai
hubungan dengan banyaknya air susu yang dikeluarkan
(Prawirohardjo, 2014).
Abdomen
Pemeriksaan abdomen bertujuan untuk mengkaji bentuk dan
tanda-tanda abnormalitas pada abdomen (Sartika, 2010). Data yang
dikajai antara lain:
Inspeksi : Pemeriksaan inspeksi abdomen pada trimester 1
yaitu melihat adakah bekas luka operasi caesar untuk
menentukan perencanaan persalina klien, adakah linea alba
dan striae gravidarum (Sartika, 2010).
Palpasi : Pada kehamilan trimester 1 belum dapat
dilakukan pemeriksaan Leopold karena usia dan ukuran janin
yang masih terlalu kecil. Pemeriksaan Leopold dapat dilakukan
pada UK 28 minggu. Namun pemeriksaan Leopold sebelum
usia 36 minggu dianggap tidak efektif karena letak, posisi dan
presentasi janin masih berubah-ubah (Prawirohardjo, 2014)..
Auskultasi : pemeriksaan auskultasi bertujuan untuk
mengetahui denyut jantung janin (DJJ) sebagai tanda pasti
kehamilan. Dengan pemeriksaan DJJ juga dapat mengetahui
adanya janin kembar. Denyut jantung janin normal adalah 120–
160x/menit, jika DJJ 120 atau 160 maka hal ini merupakan
tanda fetal distress. DJJ dapat terdengar dengan fetoskop pada
UK 20 minggu dan menggunakan dopler pada UK 10 minggu
(Prawirohardjo, 2014).
Ekstremitas
Pengkajian ekstremitas bertujuan untuk mengetahui fungsi,
bentuk, kesimetrisan dan kelainan pada organ ekstremitas (Sartika,
2010). Data yang dikaji yang berhubungan dengan kehamilan antara
lain kesimetrisan ekstremitas, oedema pada ekstremitas atas dan
bawah (+/+) yang berhubungan dengan preekalmsi, adakah varises
atau peradangan, kuku jari dan akral apakah pucat yang dapat menjadi
tanda anemia pada Ibu, refleks patella (+/-), jika reaksi negatif
kemungkinan ibu hamil mengalami kekurangan vitamin B1. Jika
dihubungkan dengan kehamilan, kekurangan vitamin B1 sebelum
konsepsi 0-2 minggu akan menyebabkan gangguan pada tahap
blastositogenesis. Ibu yang kekurangan vitamin B1 juga akan
meningkatkan rasa ketidaknyamanan pada trimester 1 yaitu keletihan,
lemah badan, gangguan tidur, hilangnya refleks dan kontrol saraf juga
sembelit (Gernard et al, 2016).
Genitalia
Genitalia eksterna
Pengkajian genetalia eksterna bertujuan untuk mengetahui
kondisi atau kelainan pada genetalia eksterna, misalkan oedema pada
vagina, tanda-tanda IMS, varises vulva, dan pembengkakan pada
kelenjar skene atau bartolini (Khairoh, 2014). Pada wanita hamil terjadi
perubahan anatomi, perubahan reaksi imunologis, perubahan flora
serviko-vaginal, yang semuanya akan perpengaruh pada perjalanan
dan manifestasi klinis IMS apabila Ibu menderita IMS. Ketika Ibu hamil
menderita IMS, maka akan memungkinkan penularan ascendant dan
agen penyebab IMS masuk ke sirkulasi janin menembus barier
plasenta, dan pada kehamilan trimester 1 sangat membahayakan
kondisi ibu dan janin dan meningkatkan kemungkinan terjadinya
kehamilan ektopik, abortus spontan, kematian janin dalam rahim,
infeksi perinatal, intra uterine growth restriction, dan kelainan
konginetal. Deteksi dini penyakit IMS pada Ibu hamil diperlukan untuk
menentukan langkah perawatan yang akan diambil, kolaborasi dengan
tenaga medis lain diperlukan dalam kasus ini (Agustini dan Arsani,
2013).
Genitalia interna
Pemeriksaan genetalia interna dilakukan dengan pemeriksaan
dalam untuk mengetahui fungsi dan abnormalitas pada genetalia
interna. Pada kasus kehamilan, pemeriksaan genetalia interna hanya
dilakukan atas dasar indikasi, misalnya perdarahan pada kehamilan
muda (Khairoh, 2014).
d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada ibu hamil
trimester 1 adalah pemeriksaan hemoglobin, golongan darah bila
belum mengetahui golongan darah ibu hamil, pemeriksaan HIV (PITC),
pemeriksaan hepatitis. Bila ada indikasi infeksi menular seksual lainnya
makan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang sesuai indikasi
(Khairoh, 2014). Pemeriksaan lain yang dilakukan di trimester 1 adalah
pemeriksaan ultrasonografi (USG). Menurut kesepakatan Perkumpulan
Ultrasonografi Indonesia (PUSKI) dianjurkan pemeriksaan USG 4x
dalam kehamilan dengan rincian 1x pada trimester 1, 1x pada trimester
2, dan 2x pada trimester 3. Pemeriksaan ini untuk melihat kondisi janin,
implantasi plasenta, keadaan ketuban, usia kehamilan, dan detak
jantung janin pada trimester 1 (Manuaba, 2007).
Pemeriksaan Panggul
Pada Ibu hamil perlu dilakukan pemeriksaan untuk menilai
keadaan dan bentuk panggul apakah terdapat kelainan atau keadaan
yang dapat menimbulkan penyulit persalinan, apakah terdapat degaan
kesempitan panggul atau kelainan panggul.
Pemeriksaan panggul luar dilakukan:
a. Pada pemeriksaan pertama ibu hamil G1.
b. Pada Ibu yang pernah melahirkan namun ada kelainan pada
persalinan yang lalu (SC) primigravida.
Ukuran yang dapat memberi petunjuk pada bidan adanya
kemungkinan panggul sempit antara lain : Distansia spinarum (24-26
cm), Distansia cristarum (28-30 cm), conjugata externa (+- 18 cm),
Ukuran lingkar panggul (80-95 cm) (Khairoh, 2014).
B. Interpretasi Data Dasar
Interpretasi data dasar merupakan identifikasi untuk merumuskan
diagnosa, masalah dan kebutuhan berdasarkan interpretasi data subyektif dan
data obyektif yang telah diperoleh (Purwandari, 2008). Diagnosa kebidanan
dibuat sesuai standar nomenklatur kebidanan yakni:
Dx: Gx Px x x x x UK (1-13 minggu) dengan kehamilan fisiologis Janin tunggal,
hidup, intrauterine.
Ds: diagnosa yang diperoleh dari keterangan dan keluhan yang disampaikan
ibu secara langsung. Penentuan usia kehamilan dari data subjektif pada
trimester 1 dapat ditetapkan dengan menghitung HPHT.
Do: diagnosa yang diperoleh dari hasil pemeriksaan secara keseluruhan oleh
tenaga kesehatan yang mengarah ke diagnosa. Penentuan usia kehamilan,
janin tunggal, hidup, dan intrauterine saat trimester 1 pada pemeriksaan
objektif didapatkan melalui pemeriksaan USG.
Masalah : masalah yang menyertai diagnosa dan keadaan pasien yang
memengaruhi kenyamanan dan kesehatan psikologis klien. Masalah yang
umum terjadi pada kehamilan trimester 1 yaitu rasa letih, mual dan muntah,
sembelit dan begah.
Kebutuhan : kebutuhan yang diberikan sesuai masalah yang ada dan tidak
harus segera dilakukan.
C. Identifikasi diagnosa dan masalah potensial
Diagnosa atau masalah potensial diidentifikasi berdasarkan rangkaian
masalah dan diagnosis yang sudah ditentukan pada langkah interpretasi data
dasar (Purwandari, 2008). Diagnosa dan masalah potensial merupakan langkah
antisipasi dan pencegahan masalah kebidanan yang mungkin akan terjadi.
Seperti contoh ketika seorang Ibu dengan kehamilan trimester 1 mengalami
hiperemesis gravidarum, maka masalah potensial yang mungkin akan muncul
yaitu dehidrasi (Manuaba, 2007).
D. Identifikasi Kebutuhan Segera
Identifikasi kebutuhan segera dilakukan untuk mengidentifikasi perlunya
tindakan segera, baik tindakan konsultasi, kolaborasi dengan dokter atau
rujukan berdasarkan kondisi klien. Tindakan dapat berupa terapi yang
dibutuhkan segera atau menunggukolaborasi dengan tim kesehatan lainnya
untuk mengatasi masalah klien selama kehamilan (Purwandari, 2008). Seperti
contoh ketika seorang Ibu dengan kehamilan trimester 1 mengalami hiperemesis
gravidarum, maka masalah potensial yang mungkin akan muncul yaitu dehidrasi.
Kebutuhan segera berupa pemberian antiemesis dan rehidrasi cairan dan
perbaikan asupan gizi dimana dalam pelaksanaan pemberian kebutuhan bidan
berkolaborasi dengan dokter dan ahli gizi (Manuaba, 2007)..
E. Perencanaan Asuhan atau Intervensi
Perencanaan asuhan bertujuan untuk menentukan rencana asuhan yang
menyeluruh yang ditentukan berdasarkan pengkajian data pada langkah
sebelumnya (Purwandari, 2008). Perencanaan asuhan juga meliputi
perencanaan asuhan pada masalah atau diagnosa potensial yang sudah
ditentukan sebelumnya. Pada kasus kehamilan fisiologis, rencana asuhan yang
dirumuskan adalah sebagai berikut:
Dx: Gx Px x x x x UK (1-13 minggu) dengan kehamilan fisiologis, janin
tunggal/kembar, hidup/mati, intrauterine/ekstrauterin
Tujuan:
1. Selama dilakukan pelayanan antenatal care (ANC) pada ibu hamil,
diharapkan ibu mengerti akan kondisinya dan janinnya ditandai dengan ibu
menggangguk dan mengatakan “baik bu bidan, saya mengerti”.
2. Setelah 30 menit dilakukan pelayanan antenatal care (ANC) pada ibu hamil,
diharapkan kondisi ibu dan janin tetap dalam batas normal yakni:
Keadaan umum ibu dan janin baik
Penambahan berat badan ibu ±0,5 kg per minggu
Lingkar lengan ibu >23,5 cm
Tanda-tanda vital ibu dalam batas normal
TD : ± 120/80 mmHg, stabil
N : 60 – 100 kali/menit
S : 36,5 – 37,50C
RR : 16 – 24 kali/menit
Tinggi fundus uteri sesuai masa kehamilan
DJJ (+) 120-160 kali/menit
Intervensi:
Intervensi yang dilakukan kepada klien yaitu semua pemeriksaan pada ANC
K1, yang meliputi:
1. Lakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan ibu!
R/ penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan bertujuan
untuk memantau kecukupan energi ibu hamil berdasarkan perhitungan
IMT. Penambahan berat badan normal adalah ±0,5 kg per minggu.
2. Lakukan pengukuran lingkar lengan atas ibu!
R/ pengukuran lingkar lengan atas bertujuan untuk deteksi dini
kekurangan energi kronik (KEK). LILA normal adalah >23,5 cm.
3. Lakukan pengukuran tanda-tanda vital!
R/ pemantauan tekanan darah ibu hamil bertujuan untuk deteksi dini
preeclampsia, pemeriksaan suhu badan bertujuan untuk deteksi dini
infeksi sehingga dapat menentukan tindakan segera.
4. Ukur tinggi fundus uteri (TFU)!
R/ pengukuran tinggi fundus uteri bertujuan untuk menentukan usia
kehamilan dan taksiran berat badan janin, selain itu pengukuran TFU
bertujuan untuk deteksi dini pembesaran uterus tidak sesuai masa
kehamilan, misalnya karena polihidramnion.
5. Pantau kondisi janin dengan menghitung DJJ!
R/ pemantauan DJJ bertujuan untuk deteksi dini faktor-faktor resiko
kematian prenatal.
6. Lakukan tes laboratorium pada ibu hamil bila diperlukan!
R/ tes laboratorium yang dilakukan adalah haemoglobin (Hb), golongan
darah, PITC, hepatitis, reduksi urin dan protein urin. Pemeriksaan tes
laboratorium bertujuan untuk deteksi dini penyakit pada ibu hamil.
7. Lakukan tata laksanan kasus sesuai keluhan ibu!
R/ bila ditemukan masalah atau penyakit pada ibu, maka perlu
dilakukan perawatan khusus sesuai indikasi.
8. Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan!
R/ Dengan menjelaskan hasil pemeriksaan diharapkan klien dapat
mengerti tentang kondisinya saat ini dan dapat mempersiapkan diri
untuk keadaan yang akan dihadapi.
9. Anjurkan ibu tetap mengkonsumsi tablet besi secara teratur hingga
menjelang persalinan!
R/ ibu hamil memerlukan zat besi lebih tinggi karena pengeluaran
darah ketika persalinan. Tablet besi bertujuan untuk meningkatkan
jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan
plasenta.
10. Anjurkan ibu agar makan dan minum cukup bergizi!
R/ makan makanan yang cukup dan bergizi bertujuan untuk mencegah
bayi makrosomia dan BBLR, selain itu pada ibu hamil terjadi
peningkatan metabolisme sehingga membutuhkan asupan energi yang
cukup.
11. Ajarkan ibu hamil trimester 1 tentang cara menangani keluhan mual
muntah, mudah lelah, pusing, sembelit, heartburn.
R/ pemahaman ibu hamil terhadap cara mengatasi keluhan bertujuan
agar ibu dapat tetap melakukan kegiatannya sehari-hari dan tidak
merasa terganggu dengan kehamilannya!
12. Berikan konseling tanda bahaya pada kehamilan trimester 1!
R/ pemahaman ibu terkait kondisi bahaya yang terjadi pada dirinya
bertujuan agar ibu segera memeriksakan dirinya dan mendapatkan
penanganan sehingga tidak terjadi keterlambatan.
13. Anjurkan ibu untuk melakukan USG pada trimester 1!
R/ USG pada trimester 1 dapat untuk mengonfirmasi kehamilan,
deteksi dini kelainan janin, serta menentukan usia kehamilan.
14. Beri tahu ibu untuk memeriksakan diri kembali 1 bulan lagi atau segera
jika ada keluhan!
R/ kunjungan antenatal care (ANC) pada trimester 1 dilakukan minimal
1 kali atau >1 kali jika ada keluhan.
F. Implementasi
Merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan yang telah dibuat
sebelumnya secara menyeluruh dengan efisien dan aman (Purwandari, 2008).
G. Evaluasi
Langkah ini dilakukan sebagai evaluasi keefektifan rencana asuhan yang
telah diberikan. Evaluasi ini meliputi evaluasi tindakan yang dilakukan segera
dan evaluasi asuhan kebidanan yang meliputi catatan perkembangan. Ada
kemungkinan sebagian rencana asuhan yang diberikan berjalan tidak efektif
sehingga memerlukan kegiatan yang berkesinambungan atau pengulangan
kembali setiap asuhan yang tidak efektif. Catatan perkembangan asuhan
kebidanan dapat diterapkan dalam bentuk SOAP. SOAP adalah catatan yang
bersifat sederhana, jelas, logis, dan tertulis (Purwandari, 2008).
S : Data Subyektif. Data ini diperoleh melalui anamnesa.
O : Data Obyektif. Hasil pemeriksaan klien dan pemeriksaan pendukung
lainnya.
A : Assessment. Interpretasi berdasarkan data yang terkumpul dibuat
kesimpulan.
P : Penatalaksanaan. Merupakan tindakan dari diagnosa yang telah dibuat.
DAFTAR PUSTAKA
Abrori dan Mahwar Qurbaniah. 2017. Buku Ajar Infeksi Menular Seksual. Pontianak :
Universitas Muhammadiyah Pontianak.
Agustian, Efrinita Nur. 2010. Hubungan Antara Asupan Protein dengan Kekurangan
Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil di Kecamatan Jebres. Skripsi. Universitas
Sebelas Maret. Surakarta.
Agustini, Ni Nyoman Mestri dan Ni Luh Kadeh Alit Arsani. 2013. Infeksi Menular
Seksual dan Kehamilan. Seminar Nasional FMIPA UNDIKSA.
Amalia, Lu’lul Maghni dan Sayono. 2015. Faktor Risiko Kejadian Abortus (Studi di
Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang). Jurnal Kesehatan Masyarakat.
10(1).
Andriani, Dewi. 2016. Optimalisasi Perilaku Pemenuhan Nutrisi Pada Ibu Hamil
Trimester Satu Melalui Penyuluhan. Adi Husada Noursing Jurnal. 2(2).
Bartini, Istri. 2012. Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil Normal. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Cunningham, et. al, 2006.Obstetri Williams, Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Cunningham F Garry et al. 2012. Obstetri Williams Edisi 23. Jakarta: EGC.
Gernand AD, Schulze KJ, Stewart CP, Jr KPW, Christian P. 2016. Micronutrient
deficiencies in pregnancy worldwide. Health effects and prevention.
Hani, Ummi dkk. 2011. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta:
Salemba Medika.
Heffner, L. (2008). At A Glance: Sistem Reproduksi. Edisi 2. Jakarta: Erlangga.