Anda di halaman 1dari 56

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS

PADA NY.”W” P1001 Ab000 6 JAM POST PARTUM DI PONKESDES


KALIMAS - BESUKI

Oleh:

Zaidatus Soliha
20158114049
Pembimbing Lahan:

Citra Dewi Apri Permai Suci, A. Md. Keb.

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PRODI D3 KEBIDANAN UNIVERSITAS IBRAHIMY
SUKOREJO-SITUBONDO
2018

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat, Hidayat serta InayahNya sehingga dapat menyelesaikan
laporan asuhan kebidanan pada ibu bersalin ini yang merupakan laporan
pertanggung jawaban dari hasil praktik PKK III B.
Penulisan laporan ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, baik materi, moral maupun spiritual. Oleh karena itu dalam kesempatan ini
Penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. K.H.R. Achmad Azaim Ibrahimy Dhofir, S.Sy. selaku Pengasuh Pondok
Pesantren Salafiyah Safi’iyah Sukorejo Situbondo.
2. Dr. Wawan Juandi, M. Ag. Selaku Kepala Bidang Pendidikan Tinggi Pondok
Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo.
3. Bapak Dr. H. Agus Molyono, S.Pd., M.Kes selaku Direktur Akademi
Kebidanan Ibrahimy Sukorejo Situbondo.
4. Ibu Khotimah, S. Pdi. selaku dosen wali TK III angkatan delapan Akademi
Kebidanan Ibrahimy Sukorejo.
5. Ibu Dewi Andariya Ningsih, S. ST., M. Keb. Selaku Pembimbing Akademik
yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan, dan arahan selama
penyusunan laporan ini.
6. Ibu Citra Dewi Apri Permai Suci, A.Md. Keb. selaku pembimbing lahan yang
telah banyak memberikan bimbingan, masukan, dan arahan selama
penyusunan laporan ini.
7. Kedua Orang Tua dan adek-adekku yang selalu memberikan do’a dan
semangat dalam melakukan penyusunan laporan ini.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam melakukan penyusunan laporan ini.
Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberi
kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan laporan ini.
Situbondo,

Penulis

2
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Zaidatus Soliha


NIM : 2015.8.114.049
Judul : Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny.”W” P1001 Ab000 6 Jam Post
Partum di PONKESDES Kalimas Besuki
Tanggal :

Mahasiswi

Zaidatus Soliha

Mengetahui,
Pembimbing Praktik, Pembimbing Akademik,

Citra Dewi Apri Permai Suci, A.Md. Keb. Dewi Andariya Ningsih, S. ST., M. Keb.

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. ii

LEMBAR KONSULTASI................................................................................ iii

DAFTAR ISI......................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.......................................................................... 1

1.2. Tujuan....................................................................................... 2

1.2.1 Tujuan Umum.................................................................... 2

1.2.2 Tujuan Khusus................................................................... 2

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 KONSEP DASAR NIFAS

2.1.1 Pengertian......................................................................3

2.1.2 Perubahan Fisiologis Pada Ibu Nifas.............................. 3

2.1.3 Perubahan Sistem Tubuh Lainnya.................................. 5

2.1.4 Perubahan Psikologis Pada Ibu Nifas............................. 6

2.1.5 Program Kebijakan Tekhnis............................................7

2.1.6 Tanda-Tanda Bahaya Masa Nifas................................... 8

2.1.7 Kebutuhan Dasar Ibu Nifas.............................................9

2.2 MANAGEMEN KEBIDANAN MENURUT VARNEY

2.2.1 Pengkajian....................................................................... 11

4
2.2.2 Interpretasi Data.............................................................. 15

2.2.3 Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Potensial.................15

2.2.4 Identifikasi Kebutuhan Segera........................................ 16

2.2.5 Intervensi......................................................................... 16

2.2.6 Implementasi................................................................... 16

2.2.7 Evaluasi........................................................................... 17

BAB III ASUHAN KEBIDANAN

I. Pengkajian Data.......................................................................... 18

II. Interpretasi data...........................................................................24

III. Identifikasi Diagnosa dan Masalah.............................................25

IV. Identifikasi Kebutuhan Segera....................................................27

V. Intervensi.....................................................................................27

VI. Implementasi...............................................................................26

VII. Evaluasi.......................................................................................28

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan................................................................................. 30

4.2 Saran........................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN - LAMPIRAN

1. Buku KIA

5
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Kanker serviks adalah pertumbuhan sel-sel mulut rahim / serviks


yang abnormal dimana sel-sel ini mengalami perubahan ke arah displasia
atau mengarah pada keganasan. Kanker ini biasanya menyerang wanita yang
pernah atau sedang berada dalam status sexually active. Biasanya kanker ini
menyerang wanita yang telah berumur, terutama paling banyak pada wanita
yang berusia 35 - 55 tahun. Akan tetapi, tidak mustahil wanita yang
mudapun dapat menderita penyakit ini, asalkan memiliki faktor risikonya.

Perkembangan neoplasma ganas di serviks tidak menghalangi untuk


terjadinya kehamilan. Terdapat kemungkinan 1 di antara 3000 kehamilan
bagi seorang wanita penderita kanker serviks. Namun, adanya kanker
serviks memberi pengaruh yang tidak baik dalam kehamilan, persalinan, dan
nifas. Kanker serviks dapat memicu terjadinya abortus akibat pendarahan
dan hambatan dalam pertumbuhan janin karena pertumbuhan neoplasma
tersebut. Apabila penyakit ini tidak diobati lebih lanjut, pada kira-kira dua
pertiga usia kehamilan penderita menjelang cukup bulan, dapat terjadi
kematian janin. (Wiknjosastro, Hanifa. 2005)

Pengaruh kanker serviks pada waktu persalinan, antara lain


kekakuan serviks karena jaringan kanker yang terbentuk, akan menghambat
proses persalinan (khususnya Kala I). Bila tumor yang terbentuk lunak dan
hanya terbatas pada sebagian serviks, pembukaan pada waktu persalinan
dapat menjadi lengkap dan bayi bisa lahir spontan. Dalam masa nifas, sering
terjadi infeksi.

Adapun penyebab pasti terjadinya perubahan sel-sel normal mulut


rahim menjadi se-sel yang ganas tidak diketahui secara pasti. Namun, ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan tersebut, antara lain :

6
hubungan seksual pada usia dini (< 17 tahun), hubungan seksual multi
partner, infeksi HPV (Human Papilloma Virus), dan genetik (namun,
persentasenya sangat kecil). Ada juga beberapa faktor yang mempengaruhi
insiden kanker serviks yaitu : usia, melahirkan lebih dari 3x, personal
hygiene, status sosial ekonomi, terpajan virus terutama virus HIV, dan
kebiasaan merokok.

Beberapa gejala yang bisa timbul pada penderita kanker serviks,


antara lain : keputihan atau keluarnya cairan encer dan berbau busuk dari
vagina, pendarahan, hematuria, anemia, kelemahan pada ekstremitas bawah,
timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah. Pada stadium
lanjut, badan menjadi lebih kurus, edema kaki, timbul iritasi kandung
kencing dan rektum, bahkan bisa menyebabkan terbentuknya
vesikovaginal atau rektovaginal, hingga timbul gejala-gejala akibat
metastasis jauh.

Setiap tahunnya, terdapat kurang lebih 500 ribu kasus baru kanker
leher rahim, sebanyak 80 persen terjadi pada wanita yang hidup di negara
berkembang. Sedikitnya 231.000 wanita di seluruh dunia meninggal akibat
kanker leher rahim. Dari jumlah itu, 50% kematian terjadi di negara-negara
berkembang. Kematian pada kasus kanker serviks terjadi karena sebagian
besar penderita yang berobat sudah berada dalam stadium lanjut.
(Syaifullaoh Nur. 2012) Padahal, dengan ditemukannya kanker ini pada
stadium dini, kemungkinan penyakit ini dapat disembuhkan sampai hampir
100%. Kini, cara terbaik yang bisa dilakukan untuk mencegah kanker ini
adalah melalui skrining yang dinamakan Pap Smear. Pap smear adalah suatu
pemeriksaan sitologi untuk mengetahui adanya keganasan (kanker) dengan
mikroskop. Pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat dan tidak
menimbulkan rasa sakit. Dengan adanya upaya deteksi dini ini, diharapkan
angka kejadian kanker serviks dapat ditekan pada tahun - tahun berikutnya.

1.2. DEFINISI KANKER SERVIKS

7
Kanker adalah istilah umum yang mencakup setiap pertumbuhan
maligna dalam setiap bagian tubuh, pertumbuhan ini tidak bertujuan,
bersifat parasit, dan berkembang dengan mengorbankan manusia sebagai
hospesnya (Hinchliff, 1999).

Kanker serviks adalah pertumbuhan sel-sel abnormal pada daerah


batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks
kanalis serviksalis yang disebut squamo-columnar junction (SCJ)
(Wiknjosastro, Hanifa. 2005).

Kanker serviks merupakan sel-sel kanker yang menyerang bagian


squamosa columnar junction (SCJ) serviks (Price, Sylvia. 2002). Kanker
serviks merupakan karsinoma ginekologi yang terbanyak diderita (Kapita
Selekta Kedokteran Jilid I).

1.3. EPIDEMIOLOGI KANKER SERVIKS

Kanker leher rahim (serviks) atau karsinoma serviks uterus


merupakan kanker pembunuh wanita nomor dua di dunia setelah kanker
payudara. Setiap tahunnya, terdapat kurang lebih 500 ribu kasus baru kanker
leher rahim (cervical cancer), sebanyak 80 persen terjadi pada wanita yang
hidup di negara berkembang. Sedikitnya 231.000 wanita di seluruh dunia
meninggal akibat kanker leher rahim. Dari jumlah itu, 50% kematian terjadi
di negara-negara berkembang. Hal itu terjadi karena pasien datang dalam
stadium lanjut.

Di dunia, lebih dari 700 wanita meninggal setiap hari karena kanker
serviks. Di Indonesia, kanker serviks menempati urutan pertama kanker
pada wanita.Setiap hari di Indonesia ada 40 orang wanita terdiagnosa dan 20
wanita meninggal karena kanker serviks. Kanker serviks merupakan
penyakit yang telah diketahui penyebabnya dan telah diketahui perjalanan
penyakitnya. Ditambah juga sudah ada metode deteksi dini kanker serviks
dan adanya pencegahan dengan vaksinasi, seharusnya angka kejadian dan
kematian akibat kanker serviks dapat diturun. Banyaknya kasus kanker

8
serviks di Indonesia disebabkan pengetahuan tentang kanker serviks yang
kurang sehingga kesadaran masyarakat untuk deteksi dini pun masih rendah.

1.4. ETIOLOGI

Penyebab langsung kanker serviks belum diketahui. Faktor


ekstrinsik yang diduga berhubungan dengan insiden karsinoma serviks,
antara lain infeksi Human Papilloma Virus (HPV) dan spermatozoa.
Karsinoma serviks timbul di sambungan skuamokolumner serviks. Faktor
resiko yang berhubungan dengan karsinoma serviks ialah perilaku seksual
berupa mitra seks multipel, multi paritas, nutrisi, rokok, dan lain-lain.
Karsinoma serviks dapat tumbuh eksofitik maupun endofitik.

Menurut Wiknjosastro Hanifa ada beberapa faktor yang dapat


meningkatkan resiko terjadinya kanker serviks, antara lain adalah :

a. Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia muda

Faktor ini merupakan faktor risiko utama. Semakin muda


seorang perempuan melakukan hubungan seks, semakin besar risikonya
untuk terkena kanker serviks. Berdasarkan penelitian para ahli,
perempuan yang melakukan hubungan seks pada usia kurang dari 17
tahun mempunyai resiko 3 kali lebih besar daripada yang menikah pada
usia lebih dari 20 tahun.

b. Berganti-ganti pasangan seksual

Perilaku seksual berupa gonta - ganti pasangan seks akan


meningkatkan penularan penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan,
salah satunya adalah infeksi Human Papilloma Virus (HPV) telah
terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker serviks, penis dan vulva.
Resiko terkena kanker serviks menjadi 10 kali lipat pada wanita yang
mempunyai partner seksual 6 orang atau lebih. Di samping itu, virus
herpes simpleks tipe 2 dapat menjadi faktor pendamping.

9
c. Faktor genetik

Terjadinya mutasi sel pada sel epitel skuamosa serviks yang


menyebabkan terjadinya kanker serviks pada wanita dapat diturunkan
melalui kombinasi genetik dari orang tua ke anaknya.

d. Kebiasaan merokok

Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker


serviks dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Penelitian
menunjukkan, lendir serviks pada wanita perokok mengandung nikotin
yang dapat menurunkan daya tahan serviks di samping merupakan
ko-karsinogen infeksi virus. Selain itu, rokok mengandung zat benza @
piren yang dapat memicu terbentuknya radikal bebas dalam tubuh yang
dapat menjadi mediator terbentuknya displasia sel epitel pada serviks.

e. Defisiensi zat gizi (vitamin A dan C)

Ada beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa defisiensi


vitamin C dapat meningkatkan risiko terjadinya displasia ringan dan
sedang, serta mungkin juga meningkatkan risiko terjadinya kanker
serviks pada wanita yang makanannya rendah beta karoten dan retinol
(vitamin A).

f. Multiparitas

Trauma mekanis yang terjadi pada waktu paritas dapat


mempengaruhi timbulnya infeksi, perubahan struktur sel, dan iritasi
menahun

g. Gangguan sistem kekebalan

Bisa disebabkan oleh nikotin yang dikandung dalam rokok, dan


penyakit yang sifatnya immunosupresan, contohnya : HIV / AIDS

h. Status sosial ekonomi lemah

10
Umumnya, golongan wanita dengan latar belakang ekonomi
lemah tidak mempunyai biaya untuk melakukan pemeriksaan sitologi
Pap Smear secara rutin, sehingga upaya deteksi dini tidak dapat
dilakukan.

1.5. PATOFISIOLOGI

Karsinoma serviks timbul di batas antara epitel yang melapisi


ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis serviks yang disebut sebagai
squamo-columnar junction (SCJ). Histologi antara epitel gepeng berlapis
(squamous complex) dari portio dengan epitel kuboid/silindris pendek
selapis bersilia dari endoserviks kanalis serviks. Pada wanita SCJ ini berada
di luar ostius uteri eksternum, sedangkan pada wanita umur > 35 tahun, SCJ
berada di dalam kanalis serviks. Tumor dapat tumbuh :

a. Eksofilik mulai dari SCJ ke arah lumen vagina sebagai masa yang
mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.

b. Endofilik mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stomaserviks dan


cenderung untuk mengadakan infiltrasi menjadi ulkus.

c. Ulseratif mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan


serviks dengan melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi ulkus
yang luas.

Serviks normal secara alami mengalami proses metaplasi/erosio


akibat saling desak-mendesak kedua jenis epitel yang melapisi. Dengan
masuknya mutagen, porsio yang erosif (metaplasia skuamosa) yang semula
fisiologik dapat berubah menjadi patologik melalui tingkatan NIS I, II, III
dan KIS untuk akhirnya menjadi karsinoma invasif. Sekali menjadi
mikroinvasif atau invasif, proses keganasan akan berjalan terus.

Periode laten dari NIS – I s/d KIS 0 tergantung dari daya tahan tubuh
penderita. Umumnya fase pra invasif berkisar antara 3 – 20 tahun (rata-rata
5 – 10 tahun). Perubahan epitel displastik serviks secara kontinyu yang

11
masih memungkinkan terjadinya regresi spontan dengan pengobatan / tanpa
diobati itu dikenal dengan Unitarian Concept dari Richard. Hispatologik
sebagian besar 95-97% berupa epidermoid atau squamos cell carsinoma
sisanya adenokarsinoma, clearcell carcinoma/mesonephroid carcinoma dan
yang paling jarang adalah sarcoma.

1.6. TANDA DAN GEJALA

Pada fase prakanker (tahap displasia), sering tidak ada gejala atau
tanda-tanda yang khas. Namun, kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai
berikut :

a. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar

dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan

nekrosis jaringan

b. Perdarahan setelah senggama (post coital bleeding) yang kemudian

berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal

c. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan

dan berbau busuk.

d. Bisa terjadi hematuria karena infiltrasi kanker pada traktus urinarius

e. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.

f. Kelemahan pada ekstremitas bawah

g. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada

radang panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah,

kemungkinan terjadi infiltrasi kanker pada serabut saraf lumbosakral.

12
h. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi,

edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar

bagian bawah (rektum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau

rektovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.

1.7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan Sitologi Pap Smear

Salah satu pemeriksaan sitologi yang bisa dilakukan adalah pap

smear. Pap smear merupakan salah satu cara deteksi dini kanker leher

rahim. Test ini mendeteksi adanya perubahan-perubahan sel leher

rahim yang abnormal, yaitu suatu pemeriksaan dengan mengambil

cairan pada laher rahim dengan spatula kemudian dilakukan

pemeriksaan dengan mikroskop.

Saat ini telah ada teknik thin prep (liquid base cytology) adalah

metoda pap smear yang dimodifikasi yaitu sel usapan serviks

dikumpulkan dalam cairan dengan tujuan untuk menghilangkan

kotoran, darah, lendir serta memperbanyak sel serviks yang

dikumpulkan sehingga akan meningkatkan sensitivitas. Pengambilan

sampel dilakukan dengan mengunakan semacam sikat (brush)

kemudian sikat dimasukkan ke dalam cairan dan disentrifuge, sel yang

terkumpul diperiksa dengan mikroskop.

Pap smear hanyalah sebatas skrining, bukan diagnosis adanya

kanker serviks. Jika ditemukan hasil pap smear yang abnormal, maka

13
dilakukan pemeriksaan standar berupa kolposkopi. Penanganan kanker

serviks dilakukan sesuai stadium penyakit dan gambaran

histopatologimnya. Sensitifitas pap smear yang dilakukan setiap tahun

mencapai 90%.

b. Kolposkopi

Pemeriksaan dengan pembesaran (seperti mikroskop) yang

digunakan untuk mengamati secara langsung permukaan serviks dan

bagian serviks yang abnormal. Dengan kolposkopi akan tampak jelas

lesi-lesi pada permukaaan serviks, kemudian dilakukan biopsi pada

lesi-lesi tersebut.

c. IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)

IVA merupakan tes alternatif skrining untuk kanker serviks.

Tes sangat mudah dan praktis dilaksanakan, sehingga tenaga kesehatan

non dokter ginekologi, bidan praktek dan lain-lain. Prosedur

pemeriksaannya sangat sederhana, permukaan serviks/leher rahim

diolesi dengan asam asetat, akan tampak bercak-bercak putih pada

permukaan serviks yang tidak normal.

14
d. Serviksografi

Servikografi terdiri dari kamera 35 mm dengan lensa 100 mm

dan lensa ekstensi 50 mm. Fotografi diambil oleh tenaga kesehatan

dan slide (servikogram) dibaca oleh yang mahir dengan kolposkop.

Disebut negatif atau curiga jika tampak kelainan abnormal, tidak

memuaskan jika SSK tidak tampak seluruhnya dan disebut defek

secara teknik jika servikogram tidak dapat dibaca (faktor kamera atau

flash).

Kerusakan (defect) secara teknik pada servikogram kurang dari

3%. Servikografi dapat dikembangkan sebagai skrining kolposkopi.

Kombinasi servikografi dan kolposkopi dengan sitologi mempunyai

sensitivitas masing-masing 83% dan 98% sedang spesifisitas

masing-masing 73% dan 99%. Perbedaan ini tidak bermakna. Dengan

demikian servikografi dapat di-gunakan sebagai metoda yang baik

untuk skrining massal, lebih-lebih di daerah di mana tidak ada seorang

spesialis sitologi, maka kombinasi servikogram dan kolposkopi sangat

membantu dalam deteksi kanker serviks.

e. Gineskopi

Gineskopi menggunakan teleskop monokuler, ringan dengan

pembesaran 2,5 x dapat digunakan untuk meningkatkan skrining

dengan sitologi. Biopsi atau pemeriksaan kolposkopi dapat segera

disarankan bila tampak daerah berwarna putih dengan pulasan asam

15
asetat. Sensitivitas dan spesifisitas masing-masing 84% dan 87% dan

negatif palsu sebanyak 12,6% dan positif palsu 16%. Samsuddin dkk

pada tahun 1994 membandingkan pemeriksaan gineskopi dengan

pemeriksaan sitologi pada sejumlah 920 pasien dengan hasil sebagai

berikut: Sensitivitas 95,8%; spesifisitas 99,7%; predictive positive

value 88,5%; negative value 99,9%; positif palsu 11,5%; negatif palsu

4,7% dan akurasi 96,5%. Hasil tersebut memberi peluang

digunakannya gineskopi oleh tenaga paramedis / bidan untuk

mendeteksi lesi prakanker bila fasilitas pemeriksaan sitologi tidak ada.

f. Pemeriksaan Penanda Tumor (PT)

Penanda tumor adalah suatu suatu substansi yang dapat diukur

secara kuantitatif dalam kondisi prakanker maupun kanker. Salah satu

PT yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya perkembangan

kanker serviks adalah CEA (Carcino Embryonic Antigen) dan HCG

(Human Chorionic Gonadotropin). Kadar CEA abnormal adalah > 5

µL/ml, sedangkan kadar HCG abnormal adalah > 5ηg/ml. HCG dalam

keadaan normal disekresikan oleh jaringan plasenta dan mencapai

kadar tertinggi pada usia kehamilan 60 hari. Kedua PT ini dapat

dideteksi melalui pemeriksaan darah dan urine.

g. Pemeriksaan darah lengkap

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi tingkat

komplikasi pendarahan yang terjadi pada penderita kanker serviks

16
dengan mengukur kadar hemoglobin, hematokrit, trombosit dan

kecepatan pembekuan darah yang berlangsung dalam sel-sel tubuh.

1.8. KRITERIA DIAGNOSIS

1.9. PENATALAKSANAAN

1.10. KOMPLIKASI

1.11. PENCEGAHAN

1.12. PROGNOSA

17
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. KONSEP DASAR NIFAS

2.1.1. Pengertian

Masa nifas adalah waktu yang dimulai setelah kelahiran


plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil (Prawirohardjo, 2012).

Masa nifas (puerperium) adalah masa sesudahnya persalinan


terhitung dari saat selesai persalinan sampai pulihnya kembali
alat-alat kandungan (Depkes, 2016).

Masa nifas adalah masa setelah partus selesai dan berakhir


setelah kira-kira 6 minggu (Masjoer, 2015).

2.1.2. Perubahan Fisiologis Pada Ibu Nifas

1. Involusi Uterus

Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras


karena kontraksi dan relaksasi otot-otot. Fundus uteri 3 jari
dibawah pusat, selama 2 hari berikutnya besarnya tidak seberapa
berkurang, tetapi sesudah 2 hari uterus mengecil dengan cepat
sehingga pada hari ke-10 tidak teraba lagi dari luar. Involusi
terjadi karena masing-masing sel menjadi lebih kecil,
cytoplasmanya yang berlebihan dibuang. Involusi disebabkan
oleh proses autoksis, zat protein dinding rahim dipecah,
diabsorbsi, dan dibuang dengan air kencing.

18
2. Involusi tempat plasenta

Setelah persalinan tempat plasenta merupakan tempat


dengan permukaan besar, tidak rata, dan kira-kira sebesar
telapak tangan. Pada permulaan nifas plasenta mengandung
pembuluh darah besar yang yang tersumbat oleh trombosit.
Biasanya luka yang demikian sembuh dengan menjadi parut.
Tetapi luka bekas plasentanya tidak meninggalkan parut. Hal ini
disebabkan karena luka di lepaskan dari dasarnya dengan
pertumbuhan endometrium baru ditambah permukaan luka.

3. Perubahan pembuluh darah

Dalam kehamilan, uterus banyak pembuluh-pembuluh


darah yang besar tetapi karena setelah persalinan tidak
diperlukan lagi peredaran darah yang banyak maka arteri harus
mengecil lagi dalam masa nifas.

4. Perubahan pada servik dan vagina

Beberapa hari setelah persalian, ostium eksternum dapat


dilalui oleh 2 jari, pinggir-pinggirnya tidak rata tetapi retak-retak
karena robekan dalam persalinan. Pada servik terbentuk sel-sel
otot baru hipersalifasi ini dan karena terakhir retraksi dari
serviks, robekan serviks manjadi sembuh. Walaupun begitu
setelah involusi selesai ostium eksternum tidak serupa dengan
keadaannya sebelum hamil. Pada umumnya ostium eksternum
lebih besar dan ada retak-retak dan robekan-robekan pada
pinggirnya, terutama pada pinggir sampingnya. Vagina yang
sangat regang waktu persalinan lambat laun mencapai
ukuran-ukurannya yang normal pada minggu ke-3 pada masa
nifas rugae mulai tampak kembali.

19
5. Dinding perut dan peritoneum

Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang


begitu lama, tetapi pulih kembali dalam 6 minggu.

6. Laktasi

Masing-masing buah dada terdiri dari 15-24 lobus yang


terletak terpisah satu sama lain oleh jaringan lemas. Tiap lobus
terdiri dari lobuli yang terdiri pula dari acini. Acini ini
menghasilkan air susu. Tiap lobus mempunyai saluran halus
untuk mengalirkan air susu, saluran ini disebut duktus laktiferus
yang memusat menuju puting susu, dimana masing-masing
bermuara. Keadaan buah dada pada 2 hari pertama nifas sama
dengan keadaan dalam kehamilan. Pada waktu itu buah dada
belum mengandung susu melainkan colostrum yang di
keluarkan dengan memijat areola mamae.

7. Lochea

Lochea adalah cairan yang berasal dari cavum uteri dan


vagina dalam masa nifas.

a. Lochea rubra

Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel


desidua, vernik kaseosa, lanugo, dan mekonium selama 2 hari
pasca persalinan.

b. Lochea sanguinolenta

Berisi darah berwarna merah kuning dan lendir, hari ke 3-7


persalinan.

c. Lochea serosa

20
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi pada hari ke
7-14 pasca persalinan.

d. Lochea alba

Cairan putih selama 2 minggu.

2.1.3. Perubahan Sistem Tubuh Lainnya

1. Suhu badan

Suhu badan pasca persalinan dapat naik lebih dari 0,5  C


dari keadaan normal tetapi tidak lebih dari 39C sesudah 12 jam
pertama setelah melahirkan. Umumnya suhu badan kembali
normal, bila lebih dari 38C kemungkinan terjadi infeksi.

2. Nadi

Nadi umumnya 60-80 x/menit dan segera setelah partus


dapat terjadi takikardi.Bila terdapat takikardi dan badan tidak
panas mungkin ada perdarahan berlebihan atau penyakit jantung.
Pada nifas umumnya denyut nadi lebih labil di banding suhu
badan.

3. Sistem perkemihan dan buang air besar

Miksi harus secepatnya dapat dilakukan sendiri. Bila


kandung kemih penuh dapat dilakukan kateterisasi untuk
mengistirahatkan kandung kencing sehingga kelancaran kedua
sistem tersebut berlangsung dengan baik, BAB harus dilakukan
setelah 2 hari PP.

21
4. Sistem musculoskeletal

a. Terjadi penuruna tonus otot secara bertahap.

b. Kelainan bayi sering menimbulkan trauma musculo


pubococygeal dan sfingter mayor pubis.

c. Pada 24 jam PP terjadi nyeri, lemah pada kaki karena


ketegangan otot dan penggunan tenaga.

5. Sistem karsiovaskuler

a. Secara bertahap akan kembali normal karena cardiac output


setelah 2-9 hari akan kembali seperti sebelum hamil.

b. Setelah 1 minggu PP volume darah akan kembali stabil.

2.1.4. Perubahan Psikologis Pada Ibu Nifas

1. Peran sebagai ibu

a. Teori Reva Rubin

Penekanan teori Rubin pada pencapain peran ibu.


Seorang ibu atau wanita membutuhkan proses belajar melalui
serangkaian aktivitas berupa latihan-latihan. Pencapain peran
ibu di mulai selama hamil sampai 6 bulan setelah persalinan.

b. Teori Ramonat T Marcer

Penekanan pada stress ante partum dan pencapaian


peran ibu. Menjadi seorang ibu berarti memperoleh identitas
baru yang membutuhkan pemikiran dan pengenalan yang
lengkap tentang diri sendiri. Ada beberapa tahap dalam
pelaksanaan peran ibu:

22
1. Antisipatori

Yaitu masa sebelum menjadi ibu, penyesuaian social dan


psikologi terhadap peran barunya dengan mempelajari
apa yang dibutuhkan untuk menjadi seorang ibu.

2. Formal

Yaitu dimulai dengan peran sesungguhnya seorang ibu.

3. Informal

Yaitu ibu mampu menemukan jalan yang baik untuk


melaksanakan peran seorang ibu.

4. Personal

Yaitu wanita yang telah mahir dalam melaksanakan


perannya.

c. Teori Jean Ball

Penekanan pada agar ibu mampu melaksanakan tugas


sebagai ibu baik fisik dan psikologis. Faktor-faktor yang
mempengaruhi keseimbangan teori ini terbentuk 3 element:

1. Pelayanan maternitas.

2. Pandangan masyarakat terhadap keluarga.

3. Support terhadap kepribadian wanita.

2. Bounding dan Attachment

1. Menurut Nelson

a. Bounding : Dimulainya interaksi emosi sensorik, fisik


antara orang

23
tua dan bayi segera setelah lahir.

b. Attachment : Ikatan efektif yang terjadi diantara individu

(pencurahan perhatian, hubungan emosi,


dan fisik yang akrab).

2. Benner dan Brown (1989)

a. Bounding : Terjadinya hubungan orang tua dan bayi


sejak awal kehidupan.

b. Attachment : Pencurahan kasih sayang diantara


individu.

2.1.5. Program Kebijakan Teknis

Paling sedikit 4x kunjungan masa nifas dilakukan untuk


menilai status ibu dan bayi dan untuk mencegah, mendeteksi, dan
menangani masalah-masalah.

KUNJUNGAN WAKTU TUJUAN

6-8 1. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

jam setelah 2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan,


persalinan rujuk bila perdarahan berlanjut.

3. Memberikan konseling pada ibu / salah satu anggota


keluarga, bagaimana mencegah perdarahan masa nifas
1 karena atonia uteri.

4. Pemberian ASI awal.

5. Melakukan hubungan antara ibu dan BBL

6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah


hipotermi.

24
6 1. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada
hari setelah perdarahan abnormal, dan tidak ada bau.
persalinan
2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi,
perdarahan abnormal, dan tidak ada bau.

3. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan


2
istirahat.

4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak


memperlihatkan tanda-tanda penyulit.

5. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada


bayi, perawatan tali pusat, menjaga bayi tetap hangat,
dan merawat bayi sehari-hari.

2 1. Sama seperti kunjungan ke-2


3 minggu setelah 2. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang
persalinan ibu dan bayi alami.

6 1. Memberikan konseling untuk program KB secara dini.


4 minggu setelah
persalinan

2.1.6. Tanda-Tanda Bahaya Masa Nifas

1. Perdarahan pervaginam banyak dan menggumpal

A. Kurang dari 24 jam PP, penyebabnya:

a. Sisa uri.

b. Kontraksi lemah / inertia uteri.

B. Perdarahan karena luka jalan lahir.

Lebih dari 24 jam PP, penyebabnya adalah sisa uri.

C. Lochea berbau

25
Kemungkinan penyebabnya adalah : koprostatis (lochea yang
tertimbun pada vagina).

D. Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan terasa


nyeri

a. Bendungan payudara

b. Suhu tidak lebih dari 38C.

c. Terjadi dalam minggu-minggu pertama PP.

E. Mastitis

a. Suhu lebih dari 385°C.

b. Terjadi pada minggu ke-2 PP

c. Bengkak, keras, kemerahan, nyeri tekan.

F. Kaki terasa sakit, merah, dan bengkak

Kemungkinan penyebabnya adalah tromboplebitis femuralis.

G. Demam

Kemungkinan penyebabnya adalah :

a. Febris puerperalis.

b. Mastitis.

c. Flegmasia Alba Dollens.

H. Rasa sakit waktu BAK, kemungkinan penyebabnya adalah


sistitis

a. Waktu BAK terasa sakit.

b. Pada daerah atas symphisis ada nyeri tekan.

26
I. Rasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri
bayinya.

J. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.

K. Nyeri kepala yang terus-menerus.

2.1.7. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas

 Istirahat

a. Menganjurkan ibu untuk beristirahat cukup untuk mencegah


kelelahan yang berlebihan.

b. Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan rumah tangga biasa


perlahan-lahan.

c. Menyarankan ibu untuk tidur siang.

Kurang istirahat dapat mempengaruhi ibu dalam beberapa


hal :

a. Mengurangi jumlah ASI yang di produksi.

b. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak


perdarahan.

c. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat


bayi dan dirinya sendiri.

2. Personal hygiene.

a. Menganjurkan ibu menjaga kebersihan seluruh tubuh.

b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin


dengan sabun dan air.

c. Menyarankan ibu untuk ganti pembalut minimal 2 x/hari.

27
d. Menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan
air sebelum dan sesudah membersihkan daerah genetalia.

e. Nasehati ibu untuk dari setiap kali BAB atau BAK.

f. Jika ibu mempunyai luka episiotomi / laserasi sarankan ibu


untuk menghindari menyentuh daerah luka.

3. Nutrisi.

a. Konsumsi 500 kalori / hari.

b. Makan dengan gizi seimbang untuk dapat protein, vitamin,


dan mineral yang cukup.

c. Minum air putih  3 liter/hari.

d. Minum pil penambah darah selama 40 hari pasca


persalinan.

4. Perawatan payudara.

a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering.

b. Memakai BH yang menopang.

c. Bila puting susu lecet, oleskan ASI yang keluar pada sekitar
puting susu setiap kali selesai menyusui.

d. Bila lecet berat istirahat 24 jam, ASI dikeluarkan dan di


minumkan dengan memakai sendok.

e. Bila payudara bengkak akibat bendungan ASI, kompres


payudara dengan basah dan hangat  5-10 menit.

5. Hubungan seksual.

Secara fisik aman untuk berhubungan suami istri begitu


darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jari ke

28
dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan
tidak merasakan ketidaknyamanan, maka aman untuk
melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.

6. Keluarga berencana.

Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2


tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus
menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin
merencanakan kehamilannya. Namun petugas kesehatan dapat
membantu merencanakan dengan mengajarkan kepada mereka
tentang cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkann
biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur (ovulasi)
sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama meneteki. Oleh
karena itu, metode amenorhea laktasi dapat dipakai sebelum
haid pertama kembali untuk mencegah terjadinya kehamilan
baru.

2.2. MANAJEMEN KEBIDANAN MENURUT VARNEY 1997

I. PENGKAJIAN

Tanggal : Jam :

Tempat :

Oleh :

A. Data Subyektif

1. Identitas Pasien

Meliputi nama, umur, suku/bangsa, agama, pendidikan,


pekerjaan dan alamat. Biodata bertujuan untuk mengetahui
status sosial ekonomi klien, sehingga memudahkan dalam
memberikan asuhan kebidanan.

29
2. Keluhan Utama

Ditanyakan untuk mengetahui alasan klien datang ke


puskesmas

3. Status Perkawinan

Meliputi berapa umur kawin, lama kawin, untuk


mengetahui persepsi terhadap masa nifas ini.

4. Riwayat Haid

Dikaji untuk mengetahui kapan menarche, keluhan saat


haid, flour albus ada / tidak, HPTP yang dapat digunakan
untuk mengetahui keadaan faal alat kandungan

5. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Dikaji untuk mengetahui persalinanya dengan spontan atau SC.

6. Riwayat Kesehatan Yang Lalu

Mencari faktor pencetus terjadinya kehamilan terhadap


kehamilan sekarang.

7. Riwayat kesehatan keluarga

Ditanyakan untuk mengetahui ada tidaknya keturunan


kembar mengetahui ada tidaknya keturunan kembar dan
mengetahui penyakit menurun dan menular dalam
keluarganya.

8. Riwayat Kehamilan Sekarang

Dinyatakan untuk mengetahui kehamilan sekarang di


keluhan-keluhan tanda-tanda kelainan yang mungkin terjadi
ditanyakan ibu pada kehamilan sekarang ini sudah diperiksa
dimana sudah berapa kali.

30
9. Riwayat Persalinan

Ditanyakan untuk mengetahui apakah ada komplikasi dalam


persalinannya

10. Riwayat Post Partum

Ditanyakan untuk mengetahui apakah ada komplikasi dalam


masa nifasnya

11. Riwayat KB

Ditanyakan untuk mengetahui KB apa yang sudah digunakan


oleh klien dan berapa lama

12. Riwayat Psikososial, budaya dan spiritual

Dengan mengetahui data psikososial dapat mengetahui


apakah masa nifas ini ibu dapat menjaga dengan baik dan
dapat juga mengetahui hubungan yang erat dengan orang
tuanya ataupun hubungan yang harmonis dengan suaminya.

Hal-hal yang perlu ditanyakan apakah ibu pada masa


nifas ini minum jamu, apakah pantangan makanan,
adat-istiadat yang mengikat selama nifas, apakah diadakan
selamatan, susunan keluarga yang tinggal di rumah nanti
melahirkan dimana, ditolong dokter/ bidan, kebiasaan
menunjang dan kebiasaan yang menghambat, kebisaan pijat di
dukun.

13. Pola Kehidupan Sehari-hari

a. Pola nutrisi

Hal yang perlu ditanyakan bagaimana nafsu


makannya berapa makannya dalam sehari jumlah
minumnya dan tanyakan pada makanan selama hamil,

31
karena makanan dan minuman merupakan salah satu faktor
penting di dalam pertumbuhan dan perkembangan janin
serta mempertahankan kondisi klien dan karena itu
makanan dan minuman yang bermutu cukup mengandung
gizi sangat diperlukan.

b. Pola Eliminasi

Yang ditanyakan apakah ibu selama hamil dan


sebelum hamil buang air kecil/ buang air besar ada keluhan
atau tidak, lancar atau tidak, berapa kali frekuensi dalam 1
hari.

c. Istirahat

Untuk mengetahui adanya gangguan istirahat, bila ada


gangguan istirahat dapat mempengaruhi masa nifas atau
tidak.

d. Personal Hygiene

Yang ditanyakan bagaimana menjaga kebersihan


tubuhnya seperti berapa kali mandi dalam 1 hari, ganti baju
dalam sehari gosok gigi dalam sehari, keramas dalam 1
minggu.

e. Pola Aktivitas

Untuk mengetahui apakah aktifitas yang dilakukan


ibu dapat mempengaruhi kehamilan atau tidak.

B. Data Obyektif

1. Pemeriksaan Fisik Umum

Untuk mengetahui bagaimana keadaan umum, postur


tubuh dan kesadaran klien apakah dalam keadaan normal /

32
tidak serta menilai tanda-tanda vital apakah dalam batas
normal / tidak.

Tekanan darah : normal / tidak (110/70-120/80 mmHg)

Nadi : normal / tidak (72 x/mnt – 80 x/mnt)

Pernafasan : normal / tidak (18 x/mnt – 20 x/mnt)

Suhu : normal/tidak (36,5 oC – 37oC)

TB : dilahirkan pada ibu yang pendek, tinggi (145


cm)

BB : dilakukan setiap datang periksa

2. Pemeriksaan Fisik Khusus

a. Inspeksi

Diperhatikan bagaimana sikap tubuh klien,


pemeriksaan dilakukan secara berurutan dari rambut sampai
ujung kaki

b. Inspeksi

Kepala : Keadaan kulit kepala, warna rambut, bersih/tidak,


rontok/tidak

Muka : Cloasma gravidarum ada/tidak, pucat/tidak, oedem/tidak

Mata : Bentuk, konjungtiva pucat/tidak, sclera kuning/tidak

Hidung : Bentuk, ada polip/tidak, infeksi/kelainan

Telinga : Bentuk, ada kelainan/tidak

Mulut : Bentuk bibir, gigi, mulut, lidah

Leher : Pembesaran kelenjar tyroid ada/tidak, Vena jugularis

Dada : Bentuk, normal (pembesaran, Hiperpigmentasi Areola,

33
puting susu) pengeluaran cairan

Payudara : Terdapat hiperpigmentasi areola mamae/tidak, lecet/tidak

Abdomen : Bersih tidak ada luka bekas operasi strie (-), linea (-),
membesar / ukurannya sesuai dengan masa
pengembalian uterus

Genetalia : Kebersihan, tanda kehamilannya, kelainan caries (tumor,


candiloma akuminata tidak/ada)

Anus : Feses ada/tidak, hemoroid tidak/ada

Ektermitas : Tangan dan kaki, bentuk, varises ada / tidak, edema


tidak/ada.

c. Palpasi

Kepala : Tidak teraba nyeri tekan, tidak teraba benjolan

Leher : Pembesaran kelenjar tyroid ada / tidak, vena jugularis

Dada : Tidak teraba benjolan , tidak teraba nyeri tekan

Payudara : Ada tumor/tidak, keluar/belum

Abdomen : TFU 2 jari bawat pusat, kontraksi (+)

Genetalia : Terdapat nyeri tekan pada daerah perineum

d. Auskultasi

Kepala : Tidak teraba nyeri tekan, tidak teraba benjolan

Leher : Pembesaran kelenjar tyroid ada / tidak, vena jugularis

Dada : Tidak terdengar suara wheezing, ronchi dan stridor

Abdomen : Bising Usus : ... x/menit

34
e. Perkusi

Reflek patella : ...

3. Pemeriksaan penunjang

Tidak ada

4. Terapi

A. Tablet Fe 1x sehari 90 tablet

B. Vitamin A 1x sehari 200.000 IU selama 2 hari

C. Obat Antibiotik

D. Obat Analgesik

II. INTERPRETASI DATA

DX : P……. Post Partum dengan ………….

DS : Ibu mengatakan melahirkan tgl... jam... anak ke... jenis


kelamin..., berat

badan... gr, panjang... cm, hidup, ibu mengatakan tidak ada


keluhan setelah

melahirkan

DO : Masukkan data-data yang menunjang

Seperti : TFU 2 jari bawah pusat kontraksi (+) (baik).

Masalah : Tidak ada

Kebutuhan :

35
1. Observasi TFU, kontraksi uterus dan kandung kemih

2. Observasi perdarahan

3. Mobilisasi dini

4. Istirahat yang cukup

5. Perawatan luka perineum

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL

a. Pendarahan

b. Infeksi akibat persalinan

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA

 Konsultasi : tidak ada

 Kolaborasi : tidak ada

 Rujukan : tidak ada

V. INTERVENSI

Tanggal : Jam :

DX : Ny.’…’ P………. post partum dengan ……..

Tujuan : Masa nifas berjalan / langsung dengan lancar masa nifas


berlangsung

dengan normal kriteria hasil :

 Tidak terjadi pendarahan post partum

 Penurunan TFU sesuai dengan tahapan involusi

36
 Kontraksi uterus baik

 Payudara dalam keadaan bersih dan lancar

 Lochea berubah sesuai dengan tahapan

Rencana yang akan dilakukan...

VI. IMPLEMENTASI

Implementasi mengacu pada intervensi. Beberapa pripsip dalam


pelaksanaan tindakan meliputi :

1. Tindakan kebidanan apa yang dapat dikerjakan sendiri, dibantu


atau dilimpahkan kepada staf lainnya kepada klien atau kepada
keluarga serta dirujuk pada tenaga lain dari tim kesehatan

2. penguasaan pengetahuan dan ketrampilan nidan tentang tindakan


yang dilakukan

3. mengamati hasil dari tindakan yang diberikan petugas kesehatan

4. mencatat dan mengadakan konsultasi jika perlu dilakukan rujukan.

VII.EVALUASI

Evaluasi tindakan merupakan langkah terakhir dalam menejemen


kebidanan, setelah dilakukan evaluasi bidan merencanakan pada klien
yang telah dilakukan tindakan kebidanan, perlu atau tidak melakukan
follow up terhadap klien harus direncanakan bentuk dan waktunya
follow up, sehingga klien dapat melakukan asuhan kebidanan yang
komprehensif yang berkesinambungan. Evaluasi dilakukan berdasarkan
SOAP, yaitu :

Subyektif : Data didapatkan dari pernyataan pasien secara langsung

Obyektif : Data yang dihasilkan dari pemeriksaan dan observasi

37
Assessment : Pernyataan gangguan yang terjadi atas data subyek dan
obyek

Planning : Perencanaan yang ditentukan sesuai dengan masalah yang


terjadi.

38
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS

PADA NY “W” PI00I Ab000 6 JAM POST PARTUM

DI PONKESDES KALIMAS BESUKI

I. PENGKAJIAN DATA

Tanggal : 27 Februari 2018 Jam : 06.30 WIB

Tempat : PONKESDES Citra Dewi A, A.Md. Keb.

Oleh : Zaidatus Soliha

A. Data Subjektif

1. Identitas Pasien

Nama : Ny. “W” Nama Suami : Tn. “T”

Umur : 25 tahun Umur : 35 tahun

Suku/Bangsa: Jawa/Indonesia Suku/Bangsa: Jawa/ Indonesia

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : PT Pendidikan : PT

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Pegawai BUMN

Alamat : Krajan 2/3 Kalimas Alamat : Krajan 2/3 Kalimas

2. Keluhan Utama

39
Ibu mengatakan telah melahirkan anak pertamanya dan saat ini
masih terasa nyeri pada bagian kemaluannya.

3. Riwayat Pernikahan

Nikah Ke :I

Umur Nikah : 21 Tahun

Lama Nikah : 1 Tahun

4. Riwayat Menstruasi

Menarche : 12 tahun

Siklus : 28 hari

Lamanya : 7 hari

Banyaknya : Hari 1-3 (3 softex/hari) dan hari 4-7 (2 softex/hari)

Warna : Hari ke 1-3 (merah segar), hari ke 4-5 (merah


kekuningan), hari ke 6-7 (kekuningan)

HPHT : 25 Mei 2017

Bau : Anyir

Dismenorhea : Kadang kadang sebelum menstruasi

5. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Kehamilan Persalinan Nifas Anak


Anak
Ke Tempa
Ke UK Penyulit Cara Penolong Penyulit Lama ASI BB/PB Sex H M
t

39 PONK
Tidak 3000 gr
1 I min Spontan Bidan ESDE Tdk ada 6 jam Ya L √
ada / 49 cm
ggu S

6. Riwayat Kesehatan Yang Lalu

40
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit apapun yang
membahayakan terhadap dirinya dan bayinya.
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak pernah menderita
penyakit apapun yang membahayakan terhadap dirinya dan bayinya.
8. Riwayat Kehamilan Sekarang

Ibu mengatakan ini adalah anak yang pertama, sudah tidak haid
selama 9 bulan, sudah 4x memeriksakan kehamilannya di
PONKESDES.

HPHT : 25 Mei 2017

UK : 39 Minggu

TP : 02 Maret 2018

 Pada TM I : Tidak kontrol

 Pada TM II : Kontrol : 1 kali

Keluhan : Keputihan

Terapi : Tablet Fe, B. Complek, Kalk

 Pada TM III : Kontrol : 3 kali

Keluhan : Mual

Terapi : Fe, senam hamil, istirahat cukup,

makanan bergizi.

9. Riwayat Persalinan

Usia Kehamilan : 39 Minggu

Tempat : PONKESDES KALIMAS

41
persalinan

Komplikasi : Tidak ada

Placenta : Spontan, Lengkap

Tali pusat : 25 cm

Perineum : Robekan derajat 2

Perdarahan : Kala I : 5 cc

Kala II : 25 cc

Kala III : 50 cc

Kala IV : 50 cc

Lama : Kala I : 15 Jam


persalianan
Kala II : 2,5 Jam

Kala III : 1 Jam

Kala IV : 15 menit

Keadaan BBL : Normal

Bayi lahir jam : 01.30 WIB

PB : 49 cm

BB : 3000 Kg

LILA : 11 cm

LIDA : 35 cm

LIKA : 34 cm

Nilai Apgar : 8-9

10. Riwayat Post Partum

Keadaan Umum : Baik

Keadaan Emotional : Stabil

42
Keluhan : Badan lemas, perut terasa mules dan luka
jahitan terasa nyeri

Pendapat ibu tentang bayinya : Ibu merasa lega dan senang atas kelahiran
bayinya yang pertama

Pengalaman ibu waktu : Ibu merasa cemas dan merasa tegang


melaharikan menantikan saat keluarnya bayi

Keluhan lain : Tidak ada

11. Riwayat KB

Sebelum hamil ibu tidak pernah ikut KB dan rencananya akan


menggunakan KB pil

12. Riwayat Psikososial, budaya dan spiritual

Psikososial : Hubungan ibu dengan suami dan keluarga baik,


mereka sangat senang atas kelahiran anak pertama ini,
karena sudah direncanakan

Budaya : Ibu tidak suka minum jamu dan tidak pernah merokok
serta minum - minuman yang mengandung alkohol

Spiritual : Ibu menganut agama islam dan melakukan shalat 5


waktu selama di rumah dan melakukan puasa, zakat

13. Pola Kebiasaan Sehari-Hari

NO KEBIASAAN SAAT HAMIL SAAT NIFAS

1 Nutrisi  Makan 3x/hari (nasi,  Makan 1x porsi sedang


sayur, lauk-pauk, dan (nasi, sayur, lauk-pauk)
buah)
 Minum 2 botol aqua
 Minum 9-10 gelas tanggung tanggung dan susu 1 frisian
(Air putih) dan susu 2 gelas. flag

43
2 Eliminasi  BAB : belum pernah
 BAB Ix 2 hari, konsistensi
lembek, bau khas, warna hitam
kecoklatan.

 BAK 5-6 x/hari, konsistensi


cair, bau khas, warna kuning
jernih.  BAK : 2x

3 Istirahat  Siang : ± 2 jam (11.00-13.00  Siang : belum pernah


WIB).

 Malam : ± 6 jam (22.00-04.00


WIB).  Malam : belum pernah

4 Personal Mandi 2x sehari, keramas 3x Ganti baju 2 kali


hygiene seminggu, ganti baju tiap kali
mandi atau ketika kotor, kebiasaan
mengganti pakaian dalam setiap
habis mandi.

5 Aktifitas Ibu mengatakan mengerjakan Mobilisasi dengan miring ke


pekerjaaan rumah tangga sendiri kanan dan ke kiri
seperti menyapu, memasak dan
mencuci

B. Data Objektif

1. Pemeriksaan Fisik Umum

Keadaan Umum : Cukup

Kesadaran : Compos Mentis

Postur Tubuh : Lordosis

TTV : TD : 100/70 mmHg N : 82 x/m

S : 36,8 ºC RR : 20 x/m

BB sebelum hamil : 55 Kg

44
BB selama hamil : 65 Kg

BB sekarang : 57 Kg

TB : 146 cm

LILA : 25 cm

Kontraksi Uterus : Normal

TP : 02 Maret 2018

2. Pemeriksaan Fisik Khusus


a. Inspeksi
Kepala : Rambut dan kulit kepala bersih, tidak
rontok, tidak ada benjolan, tidak ada lesi.
Muka : Tidak terlihat pucat, tidak ada kloasma
gravidarum, tidak odem.
Mata : Simetris, tidak ada pembengkakan
palpebra, konjungtiva tidak anemis, seclera
putih.
Hidung : Terdapat septumnasi di tengah, tidak ada
polip, tidak ada secret, tidak ada
pernafasan cuping hidung.
Telinga : Simetris, tidak ada lesi, tidak ada serumen,
tidak keluar cairan berbau.
Mulut : Bibir lembab, tidak sumbing, tidak ada
stmatitis, gigi bersih, tidak ada karies, gusi
merah muda, tidak berdarah, lidah bersih,
tidak ada pembesaran pada tonsil.
Leher : Tidak terlihat adanya pembesaran kelenjar
thyroid, limfe, dan tidak terlihat
bendungan vena jugularis.
Dada : Tidak terlihat adanya retraksi dinding dada
(inter costae) ketika bernafas.
Payudara : Simetris, terlihat hiper pigmentasi areola
mamae, putting susu menonjol normal.
Abdomen : Tidak ada bekas luka operasi, terlihat linea
nigra, pembesaran perut sesuai masa nifas
6 jam post partum.

45
Genetalia : Terdapat pengeluaran darah dari introitus
vagina sebanyak ±10 cc, terdapat jahitan
perineum lateral (derajat 2) ±2 cm, lochea
rubra.
Anus : Berlubang, tidak hemroid
Ekstermitas atas : Simetris, tidak odem, tidak ada gangguan
pergerakan, tidak lesi
bawah : Simetris, tidak odem, tidak ada gangguan
pergerakan, tidak lesi dan tidak varises.
b. Palpasi
Kepala : Tidak teraba nyeri tekan dan tidak teraba
benjolan.
Leher : Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar
thyroid, limfe, dan tidak teraba adanya
bendungan vena jugularis.
Dada : Tidak teraba danya nyeri tekan dan tidak
teraba benjolan.
Payudara : Tidak teraba nyeri tekan, tidak teraba
benjolan abnormal pada kedua mamae dan
kolostrum sudah keluar, warna kuning dan
kental.
Abdomen : TFU 3 jari bawah pusat, kontraksi uterus
baik dan teraba keras, kandung kemih
kosong.
Genetalia : Terdapat nyeri tekan paada perineum.
c. Auskultasi
Dada : Tidak terdengar suara ronchi, whezing,
dan stridor.
Abdomen : Bising usus 20 x/menit.
d. Perkusi
Reflek Patella : Ka/Ki +/+

46
3. Terapi

E. Tablet Fe 1x sehari 90 tablet

F. Vitamin A 1x sehari 200.000 IU selama 2 hari

G. Obat Antibiotik

H. Obat Analgesik

II. INTERPRETASI DATA

DX : Ny ”W” P1001 Ab000 6 Jam Post Partum

DS : Ibu mengatakan telah melahirkan anak pertamanya dan


mengeluh perut terasa mules dan nyeri pada daerah
kemaluannya.

DO : Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Postur tubuh : Lordosis

TTV : TD : 100/70 mmHg

N : 82 x/menit

S : 36,8 ºC

RR : 20 x/menit

BB sebelum hamil : 55 Kg

BB selama hamil : 65 Kg

BB sekarang : 57 Kg

TB : 146 cm

LILA : 25 cm

Perdarahan : ± 10 cc

47
TFU : 3 jari bawah pusat

UC : Baik (teraba keras dan globuler)

Luka perineum : Derajat II (lateral) ±2 Cm

Kolustrum : Ka/Ki +/+

Kandung kemih : Kosong

Lochea : Rubra

Masalah : Tidak ada

Kebutuhan :  Observasi TFU, kontraksi uterus dan kandung kemih

 Observasi perdarahan

 Mobilisasi dini

 Istirahat yang cukup

 Perawatan luka perineum

 Personal hygien terutama vulva hygien

 Makan makanan bergizi dan seimbang (telur minimal 7


sehari)

 Senam nifas

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL

Tidak ada

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA

Konsultasi : tidak ada

Kolaborasi : tidak ada

Rujukan : tidak ada

48
V. INTERVENSI

Tanggal : 27 Februari 2018 Jam : 07.00 WIB

Dx : Ny ”W” P1001 Ab000 6 jam post partum

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 60 menit


diharapkan masa nifas berjalan baik.

Kriteria Hasil :  TTV dalam batas normal (TD: 90-140/60-90 mmHg,


S: 37,5-39,5 ºC, N: 60-100 x/m, RR : 18-24 x/m)

 Kontraksi uterus baik

 TFU 3 jari dibawah pusat

 Lochea rubra

Intervensi

1. Lakukan observasi keadaan umum, kesadaran, TTV, TFU, perdarahan,


kontraksi uterus, lochea, dan kondisi perineum.

R/ Deteksi dini adanya suatu kelainan dengan melakukan pemeriksaan


fundus uteri dan pengeluaran pervaginam dapat diketahuai involusio uteri

2. Anjurkan ibu untuk mobilisasi dini secara bertahap

R/ Berdiri di awal ambulasi dan relaksasi mengurangi rasa nyeri

3. Anjurkan pada ibu untuk makan-makanan yang bergizi seimbang dan


minum air ± 8 gelas sehari

R/ Makan makanan yang bergizi dapat meningkatkan daya tahan tubuh


serta memperlancas ASI dan mempercepat proses penyembuhan

4. Jelaskan pada ibu tentang penyebab rasa nyeri

49
R/ Penjelasan yang baik di harapkan ibu tahu dan mengerti tentang
penyebab nyeri

5. Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan jalan lahir dan luka

R/ Menjaga kebersihan terutama daerah vulva dan perineum serta


mencegah infeksi

6. Jelaskan pada ibu manfaat ASI Ekslusif dan cara menyusui yang benar
serta perawatan payudara

R/ Pemberian ASI secara Ekslusif dapat meningkatkan daya tahan tubuh


bayi sehingga tidak mudah terserang penyakit dan bayi dapat asupan
nutrisi yang adekuat dengan menyusui cara yang benar dapat menghindari
puting payudara lecet.

7. Jelaskan cara perawatan BBL pada ibu

R/ Perawatan BBL yang baik dapat mencegah terjadinya infeksi pada tali
pusat, hipotermi dan bayi bertambah sehat.

8. Anjurkan ibu melakukan kunjungan ulang

R/ deteksi dini adanya komplikasi

VI. IMPLEMENTASI

JAM /
NO KEGIATAN PARAF
TANGGAL

1 07.00 WIB Melakukan observasi dengan hasil normal, yaitu:

27 Keadaan umum : Baik

Februari Kesadaran : Compos mentis

2018 TTV : TD : 110/70 mmHg

50
N : 80 x/menit

S : 36,5 oC

RR : 20 x/menit

TFU : 3 jari dibawah pusat

Perdarahan : ± 5 cc

Kontraksi uterus : Baik (teraba keras dan


globuler).

Uterus : Globuler,

Lochea : Rubra

Perineum : Laserasi perineum derajat II,


jahitan belum kering keluar
darah dari vagina.

2 07.25 WIB

27 Menganjurkan pasien untuk mobilisasi dini miring


Februari kanan dan kiri, setelah itu duduk apabila tidak pusing.

2018

3 07.30 WIB Menganjurkan pada ibu untuk makan makanan bergizi


seimbang seperti: Lauk pauk, nasi, sayur, buah, serta
27 makan telur minimal 7 butir sehari, untuk mempercepat
Februari pemulihan perenium. minum ± 8 gelas / hari

2018

4 07.35 WIB Menjelaskan pada ibu bahwa penyebab rasa nyeri adalah
adanya perlukaan di jalan lahir tetapi ibu tidak perlu
27 kawatir bila luka di rawat dan di jaga kebersihannya
Februari akan jadi lebih cepat sembuh.

2018

5 07.45 WIB  Menganjurkan kepada ibu supaya jangan takut


BAB/BAK yang penting dijaga kebersihan terutama

51
27 jalan lahir.

Februari  Menganjurkan vulva hygiene dan perawatan luka


perineum setiap habis BAB/BAK cebok pakai sabun,
2018
kemudian dan bersihkan luka jahitan perineum di
kompres dengan betadin dan mengganti softex tiap
kali penuh.

6 08.10 WIB  Menjelaskan pada ibu ASI itu sangat penting dan
ASI yang pertama kali keluar jangan di buang karena
27
banyak mengandung zat antibody yang di perlukan
Februari bagi bayi ibu, usahakan bayi minum ASI sampai usia
6 bulan tanpa makanan tumbuhan (ASI Ekslusif).
2018
 Menjelaskan kepada ibu cara menyusui yang benar
yaitu:

- Memastikan posisi ibu ada dalam posisi yang


nyaman,

- Kepala dan badan bayi berada dalam garis lurus,

- Wajah bayi menghadap payudara, hidung


berhadapan dengan putting,

- Ibu harus memeluk badan bayi dekat dengan


badannya,

- Jika bayi baru lahir, ibu harus menyangga


seluruh badan bayi,

- Sebagian besar areola (bagian hitam sekitar


putting) masuk kedalam mulut bayi,

- Mulut terbuka lebar,

- Bibir bawah melengkung keluar,

- Dagu menyentuh payudara ibu.

 Menganjurkan kepada ibu merawat payudara 1 hari


2x sebelum mandi, dengan cara membersihkan
payudara dan putting susu dengan baby oil dan di
bersihkan dengan kapas air matang lalu air bersih.

52
7 08.25 WIB

27 Menjelaskan pada ibu cara merawat BBL seperti


membersihkan tali pusat, mengganti popok jika kotor,
Februari memandikan bayi 2x sehari.
2018

8 08.30 WIB Menganjurkan ibu melakukan kunjungan ulang 3 hari


lagi untuk memantau kondisi ibu atau sewaktu-waktu
27 ada keluhan.
Februari

2018

VII. EVALUASI

Tanggal : 27 Februari 2018 Jam : 09.00 WIB

S : Ibu mengatakan senang telah melahirkan anak pertamanya, jenis


kelamin laki-laki, lahir jam 01.30 WIBpada tanggal 27 Februari 2018,
dan telah mengerti tentang kondisi dirinya saat ini dan ibu mengatakan
sudah menjalankan nasehat yang diberikan oleh petugas kesehatan.

O : Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

TTV : TD : 100/70 mmHg

N : 80 x/menit

S : 37 oC

RR : 20 x/menit

UC : Baik

TFU : 3 jari bawah pusat

Perdarahan : ± 10 cc

Lochea : Rubra

53
ASI (colostrum) : +/+

A : Ny “W” P1001 Ab000 6 jam post partum

P :  Observasi TTV, TFU, CU, perdarahan, lochea

 Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan terutama jalan lahir

 Anjurkan pada ibu cara perawatan luka perineum

 Anjurkan mobilisasi dini pada ibu

 Anjurkan ibu menyusui bayinya sesering mungkin dan memberikan


ASI ekslusif

 Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup

 Senam nifas

 Follow up 3 hari lagi

54
BAB IV
PENUTUP

4.1. KESIMPULAN

Masa nifas adalah masa sesudahnya persalinan terhitung dari saat


selesai persalinan sampai pulihnya kembali alat kandungan ke keadaan
sebelum hamil, lamanya masa nifas kurang dari 6 minggu atau 40 hari. Pada
bab ini memberikan tentang gambaran asuhan masa nifas, dan juga
dijelaskan bagaimana cara memberikan asuhan pada ibu waktu masa nifas.

Untuk itu perlu dijelaskan tentang tujuan asuhan masa nifas :


1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis
2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan, tentang kesehatan perawatan diri,
nutrisi, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayi dan perawatan bayi
sehat
4. Memberikan pelayanan KB
4.2. Saran
1. Bagi Pasien
Untuk mencapai keberhasilan dalam asuhan masa nifas diperlukan
kerja sama yang baik untuk memecahkan masalah-masalah yang timbul
dari pasien.
2. Bagi Petugas
Untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dengan
meningkatkan peran penolong atau bidan dalam tugasnya sebagai
pelaksana pelayanan pada asuhan masa nifas.
3. Bagi Pendidikan
Dapat dijadikan sebagai bahan bacaan di lingkungan pendidikan

55
DAFTAR PUSTAKA

Mochtar, R. 2012. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC


Manuaba, I Gde. 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, S. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, S. 2012. Buku Panduan Pelayanan Maternal Neonatal. Jakarta:
EGC
Sulaeman, S. 1998. Obstetri Fisiologi. Bandung: UNPADJ
Masjoer Arif dkk. 2015. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta : Media
Aesculaplus
pusdiknakes. 2016. Konsep Asuhan Kebidanan. Jakarta : JHPIEGO

56

Anda mungkin juga menyukai