Anda di halaman 1dari 80

PENGARUH HYPNOBREASTFEEDING PADA IBU HAMIL TRIMESTER

III TERHADAP KECUKUPAN ASI PADA BAYI DI WILAYAH


PUSKESMAS KARANGNUNGGAL KABUPATEN
TASIKMALAYA TAHUN 2020

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Program Pendidikan


Kebidanan di Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan

Disusun oleh :

KRISTINA LUTFIAH
NIM : P2.06.24.5.17.019

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
JURUSAN KEBIDANAN
TASIKMALAYA
2020

i
KATA PENGANTAR

Penulis Ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat

dan karunia-Nya penulis mendapat kesehatan dan kekuatan fisik serta pikiran

sehingga dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “Pengaruh

pikiran sehingga dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul

“Pengaruh Hypnobreastfeeding pada Ibu Hamil Trimester III Terhadap

Kecukupan ASI pada Bayi” tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan

proposal skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat untuk mengerjakan skripsi

pada program Sarjana Terapan di Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan

Kementrian Kesehatan Tasikmalaya.

Penulis menyadari dalam penyusunan proposal skripsi ini tidak akan selesai tanpa

bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini kami ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Hj. Ani Radiati, S.Pd, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kementrian Kesehatan Tasikmalaya

2. Nunung Mulyani APP, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik

Kesehatan Kementrian Kesehatan Tasikmalaya

3. Dr. Meti Widya Lestari, SST, M.Keb, selaku Ketua Program Studi Sarjana

Terapan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan

Tasikmalaya

i
4. Dr. Hj. Atit T, AM.Keb, S.Kep,Ns, M.Pd, selaku pembimbing 1 yang telah

memberikan bimbingan, arahan dalam penyusunan proposal skripsi ini.

5. Nita Nurvita, SST, M.Keb selaku pembimbing 2 yang telah memberikan

bimbingan, arahan dalam penyusunan proposal skripsi ini.

6. Keluarga yang telah memberikan doa dan semangat untuk membuat proposal

skripsi ini.

7. Rekan-rekan seperjuangan yang telah memberikan dukunganya.

8. Semua pihak yang membantu penulis dalam penyusunan proposal skripsi ini

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga kebaikanya di balas oleh Allah SWT. Penulis juga berharap

semoga prosal skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumny bagi

yang berkepentingan.

Tasikmalaya, November 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................

INTISARI..................................................................................................................

ABSTRACT..............................................................................................................

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

DAFTAR TABEL...................................................................................................v

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................vii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1..........................................................................................Latar Belakang

................................................................................................................1

1.2.....................................................................................Rumusan Masalah

................................................................................................................6

1.3......................................................................................Tujuan Penelitian

................................................................................................................7

1.4....................................................................................Kegunaa Penelitian

................................................................................................................7

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

iii
2.1 Kajian Pustaka........................................................................................9

2.2 Kerangka Teori.....................................................................................43

2.3 Kerangka Konsep.................................................................................47

2.4 Hipotesis...............................................................................................48

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian.................................................................................49

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian..............................................................50

3.3 Subjek Penelitian..................................................................................50

3.4 Variabel Penelitian...............................................................................52

3.5 Definisi Operasional.............................................................................52

3.6 Rancangan Analisis Data......................................................................53

3.7 Alat Ukur/Instrument dan Uji Validitas Realibilitas ...........................55

3.8 Jalanya Penelitian.................................................................................56

3.9 Implikasi/Aspek Etik Penelitian...........................................................56

iv
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 GambaranMetodePenelitianmenurutNotoatmodjo......................................4

3.2 DefinisiOperasional..........................................................................................5

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

KerangkaTeori.......................................................................................................1

Kerangka Konsep...................................................................................................2

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. PERSIAPAN MELAKUKAN HYPNOBREASTFEEDING

Lampiran 2. LANGKAH-LANGKAH HYPNOTHERAPY

Lampiran 3. PANDUAN RELAKSASI

Lampiran 4. Lembar Observasi

vii
BAB I

PENDHULUAN

1.1 Latar Belakang

Periode 1000 Hari Pertama Kehidupan sering disebut Window of

opportunities atau sering juga disebut periode emas (golden period) didasarkan

pada kenyataan bahwa pada masa janin sampai anak usia dua tahun terjadi proses

tumbuh kembang yang sangat cepat dan tidak terjadi pada kelompok usia lain.

Gagal tumbuh pada periode 1000 hari pertama kehidupan, selain akan

mengakibatkan gangguan pertumbuhan fisik, juga akan menyebabkan gangguan

metabolik.(1)

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman

pendamping (termasuk air jeruk, madu, air gula), yang dimulai sejak bayi baru

lahir sampai dengan usia 6 bulan.(2) ASI merupakan makanan yang bergizi

sehingga tidak memerlukan tambahan komposisi. Disamping itu ASI mudah

dicerna oleh bayi dan langsung diserap. Kelancaran produksi ASI

dipengaruhi oleh banyak faktor seperti, frekuensi pemberian ASI, berat bayi saat

lahir, usia kehamilan bayi lahir, usia ibu dan paritas, stres dan penyakit akut, IMD,

perawatan payudara, penggunaan alat kontrasepsi, dan status gizi.(3)

Sering ditemukan ibu yang mengalami kesulitan diawal menyusui seperti

kelelahan, ASI sedikit, puting susu lecet, gangguan tidur malam hari, dan stress

yang berhubungan dengan peran baru, hal itu dapat menjadi sumber stress ibu. Ibu

yang cemas dan stress dapat mengganggu laktasi hingga mempengaruhi produksi
(4)
ASI karena menghambat pengeluaran ASI . Semuanya itu bisa membuat ibu

1
2

tidak berhasil menyusui. Jika ibu mengalami gangguan emosi, maka kndisi itu

mengganggu proses let down reflek yang berakibat ASI tidak keluar, sehingga

bayi tidak mendapat ASI dalam jumlah yang cukup. Dan bayi pun akan terus

menangis. Tangisan bayi membuat ibu gelisah dan mengganggu proses let down
(5)
reflek . Ketersediaan ASI yang lancar pada ibu menyusui akan membantu

kesuksesan pemberian ASI Eksklusif selam 6 bulan, sehingga membantu bayi

tumbuh dan berkembang dengan baik sesusai rekomendasi WHO(3).

Berdasarkan data Word Health Organization (WHO) pada tahun 2016

tentang cakupan ASI eksklusif di dunia hanya sebesar 36%. Capaian tersebut

masih dibawah target cakupan ASI eksklusif yang ditetapkan oleh WHO yaitu

sebesar 50%. Menurut data Riskesdas yang diambil dari tahun 2014 - 2018

cakupan ASI eksklusif di Indonesia pada tahun 2014 sebesar 37,3%, 2015 sebesar

55,7%, tahun 2016 sebesar 54%, tahun 2017 sebesar 61,33%, dan pada tahun

2018 mengalami penurunan yang signifikan yaitu sebesar 37,3%. Jika

dibandingkan dengan target yang ditetapkan oleh Kemenkes RI yaitu 80% maka,

capaian ASI eksklusif di tingkat Indonesia masih belum memenuhi target.

Capaian ASI eksklusif di wilayah Provinsi Jawa Barat tahun 2017 sebesar 53%

sedangkan pada tahun 2018 mengalami penurunan yang signifikan yaitu sebesar

37,29%. Capaian ASI Provinsi Jawa Barat masih dibawah target yang ditentukan

Kemenkes RI yaitu sebesar 80%. Sedangkan, berdasarkan data dari Dinas

Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya tahun 2018 sebesar 98,19% sedangkan pada

tahun 2019 mengalami penurunan yaitu 79,79% dikarenakan kekurangan

pengetahuan mengenai produksi ASI pada hari-hari pertama pasca persalinan dan
3

pengetahuan pentingnya ASI Eksklusif untuk bayi. Adanya penurunan cakupan

tersebut mengindikasikan adanya masalah dalam pemberian ASI serta faktor yang

mempengaruhinya.

Pentingnya proses menyusui perlu dipersiapkan sejak hamil. Beberapa

kebutuhan ibu hamil perlu dipenuhi sesuai dengan tahap perkembanganya.

Kebutuhan fisik ibu hamil yang menunjang proses menyusui diantaranya

pemenuhan nutrisi ibu hamil dan melakukan perawatan payudara. Selain itu, perlu

kebutuhan psikologis ibu seperti menghindari stress juga perlu dilakukan pada

saat hamil. Peran dan dukungan keluarga terutama suami dan peran tenaga

kesehatan khusunya bidan sangat membantu pemenuhan kebutuhan psikologis ibu

(Roland, 2010).

Selain menyebakan gagal tumbuh pada periode 1000 hari pertama

kehidupan, bayi yang tidak cukup ASI bisa mengalami diare dan pneumonia.

Angka kejadian diare di Jawa Barat pada tahun 2018 adalah (60,28%) kasus

ditangani dan angka kejadian pneumonia di Jawa Barat meningkat pada tahun

2018. Tahun 2017 cakupan penemuan sebesar 57.6% , tahun 2018 menjadi

59.79%. Jumlah balita penderita pneumonia yang ditemukan dan ditangani tahun

2018 di Kabupaten Tasikmalaya sebanyak 21,64%.

Menurut studi pendahuluan di Desa Cikupa Kecamatan Karangnunggal

Kabupaten Tasikmalaya, 4 dari 5 ibu menyusui yang telah mengisi kuesioner di

Google Form tidak melakukan ASI Eksklusif karena faktor yang menjadi masalah

pada saat proses menyusui bagi ibu adalah karena produksi ASI sedikit pada hari-
4

hari pertama setelah melahirkan, menurut mereka produksi ASI sedikit karena

tidak nafsu makan dan minum merea takut BAB dan BAK karena jahitan belum

kering dan beberapa ibu juga menyebutkan merasa gelisah karena akan

menghadapi persalinan. Hal tersebut menyebabkan bayinya tidak cukup ASI

bahkan gagal ASI Eksklusif. Hari pertama dikarenakan ASI sedikit, ibu

memberikan susu formula agar bayi tidak menangis. Tetapi setelah ASI lancar,

susu formula tidak diberikan lagi.

Melihat fenomena tersebut, bidan mempunyai peran penting dalam

menunjang pemberian ASI. Bidan dapat membantu ibu agar sukses menyusui dan

sukses ASI Eksklusif. Bidan bisa membantu meyakinkan ibu bahwa ASI ibu

cukup dan membantu mengurangi rasa tidak percaya diri serta stress laktasi pada

ibu menyusui. Beberapa upaya yang dapat dilakukan ibu sendiri untuk

mengurangi stress laktasi adalah dengan melakukan olahraga teratur seperti yoga

dan senam, memperbaiki pola tidur ibu dan memenuhi asupan makanan yang baik

bagi ibu menyusui. Salah satu cara yang dapat membantu ibu meningkatkan

produksi ASI dan mengurangi stress laktasi ibu adalah dengan melakukan

Hypnobreastfeeding.

Hypnobreastfeeding adalah upaya alami menanamkan niat ke pikiran bawah

sadar kita, untuk menghasilkan ASI yang cukup untuk kepentingan bayi.

Relaksasi hypnobreastfeeding mampu menghadirkan rasa santai, nyaman dan

tenang selama menyusui dengan demikian maka seluruh sistem didalam tubuh

akan berjalan jauh lebih sempurna sehingga proses menyusui pun menjadi proses

yang penuh arti dan menyenangkan baik bagi ibu maupun bagi bayi(6)
5

Berdasarkan hasil kajian pustaka baik secara manual atau hasil

penulusuran (browsing) di internet. Penelitian dilakukan oleh Yopi Suryatim

Pratiwi pada tahun 2018 dengan judul : “Pengaruh Hypnobreastfeeding Terhadap

Produksi ASI” dengan hasil studi ini merupakan suatu tinjauan literatur yang

mencoba menggali pengaruh hypnobreastfeeding terhadap produksi ASI. Review

tujuh penelitian menunjukkan hypnobreastfeeding mampu meningkatkan produksi

ASI. Hal ini disebabkan hypnobreastfeeding membuat ibu lebih relaks, tenang

fisik, pikiran, dan nyaman selama masa menyusui sehingga dapat memberikan

positif feedback mechanism berupa respon peningkatan pelepasan oksitosin dan

prolaktin oleh pituitari. Hormon prolaktin berperan dalam merangsang zat gizi

untuk sintesis air susu dalam sel-sel sekretorius alveoli. Oksitosin menyebabkan

kontraksi mioepitel di sekeliling alveolus dan mengeluarkan air susu.

Penelitian serupa telah dilakukan oleh Restu Aji Dyah Lestari (7)dan Ns.

Happy Dwi Aprilina, S,.Kep.M.Kep pada tahun 2019 dengan judul : “Penerapan

Hypnobreastfeeding pada ibu primipara dengan ASI belum lancar di Puskesmas 1

Cilongok” dengan hasil studi kasus menujukan adanya peningkatan skor yaitu

dengan skor sebelum dilakukan tindakan hypnobreastfeeding pada indikator bayi

Ny. M dn Ny. N 3, setelah dilakukan tindakan skor menjadi 6 dan skor pada

indikator ibu sebelum dilakukan tindakan pada Ny. M 3 sedangkan pada Ny. N 4,

setelah dilakukan tindakan skor Ny. M dan Ny. N menjadi 8. Pebedaan dengan

penelitian yang dilakukan sekarang adalah peneliti menggunakan teknik sampling

yang berbeda yaitu dengan total sampling dengan kriteria inklusi dan eksklusi

yang berbeda selain, itu variabel yang akan digunakan pada penelitian ini juga
6

berbeda. Variabel dependen pada penelitian ini adalah kecukupan ASI pada bayi.

Metode yang akan digunakan pada penelitian ini juga berbeda, pada penelitian ini

akan digunakan rancangan metode penelitian quasi experiment design.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Yetti Anggraini(8) tahun

2019 menyatakan bahwa dengan hypnobreastfeeding ibu dibantu untuk lebih

relaks dan tenang. Ketenangan adalah salah satu faktor keberhasilan menyusui

terutama bagi proses ASI eksklusif. Setelah melakukan studi pendahuluan

mengenai angka kesakitan akibat bayi tidak cukup ASI di Kabupaten Tasikmalaya

dan atas dasar hal yang sudah disebutkan diatas, maka peneliti ingin mengetahui

pengaruh Hypnobreastfeeding pada ibu hamil trimester III terhadap kecukupan

ASI pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Karangnunggal Kabupaten

Tasikmalaya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang ada dapat

dirumuskan sebagai berikut: “Adakah pengaruh Hypnobreasfeeding pada ibu

hamil trimester III terhadap kecukupan ASI pada bayi?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh Hypnobreastfeeding pada ibu hamil trimester III

terhadap kecukupan ASI pada bayi di wilayah kerja Puskesmas

Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya.


7

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mendapatkan gambaran mengenai kecukupan ASI pada bayi.

2. Menganalisis pengaruh Hypnobreastfeeding pada ibu hamil

trimester III terhadap kecukupan ASI pada bayi.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan atau bahan

informasi dalam usaha pengembangan Ilmu Kebidanan terutama Asuhan

Kebidanan pada Ibu hamil yang bersifat terbukti secara ilmiah (evidence-

based).

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah keterampilan dan

kemampuan pemberlajaran klinik kebidanan khususnya mengenai

Hypnobreastfeeding.

a. Bagi Lahan Praktek Kebidanan

Penelitian ini bermanfaat bagi bidan mengenai

Hypnobreastfeeding dalam memberikan asuhan pada ibu hamil

untuk mempersiapkan menyusui.

b. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawansan serta

pengalaman khusunya dalam penguasaan praktik klinik di

masyarakat tentang keberhasilan menyusui.


8

c. Bagi Klien

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi ibu nifas sebagai upaya

untuk meningkatkan produksi ASI melalui teknik

hypnobreastfeeding untuk memperlancar produksi ASI.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

A. Kehamilan

Kehamilan adalah merupakan suatu proses merantai yang

berkesinabungan dan terdiri dari ovulasi pelepasan sel telur, migrasi

spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi

(implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil

konsepsi sampai aterm. (9)

Kehamilan merupakan proses alamiah (normal) dan bukan proses

patologis, tetapi kondisi normal dapat menjadi patologi. Menyadari hal

tersebut dalam melakukan asuhan tidak perlu melakukan intervensi-

intervensi yang tidak perlu kecuali ada indikasi.(2)

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.

Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)

dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan

pertama dimulai dari hasil konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dimuali

dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh

sampai 9 bulan.(10)

Periode antepartumadalah periode kehamilan yang dihitung sejak

Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) hingga persalinan sejati, yang

menandai awal periode antepartum. Sebaliknya, periode prenatal adalah

9
10

kurun waktu terhitung sejak HPHT hingga kelahiran bayi yang menandai

awal periode pascanatal.(11)

Periode antepartum dibagi menjadi tiga trimester, yang masing-

masing terdiri dari 13 minggu atau tiga bulan menurut hitungan kalender.

Pembagian waktu ini diambil dari ketentuan yang mempertimbangkan

bahwa lama kehamilan diperkirakan kurang lebih 280 hari, 40 minggu 10

bulan (berdasarkan perputaran bulan atau lunar), atau 9 bulan sejak HPHT.

Pada kenyataanya, kehamilan tidak berlangsung selama itu. Pembuahan

berlangsung ketika terjadi ovulasi, kurang lebih 14 hari setelah haid terakhir

(dengan perkiraan siklus 28 hari). Hal ini membuat kehamilan berlangsung

selama kurang lebih 266 hari atau 38 minggu. Dengan penambahan 14 hari,

maka lama kehamilan menjadi 280 hari, bila dihitung hari haid terakhir.

Pada praktiknya, trimester pertama secara umum dipertimbangkan

berlangsung pada minggu pertama hingga ke-12 (12 mingggu), trimester

dua pada minggu ke 13 hingga ke-27 (15 minggu), dan trimester ke tiga

pada minggu ke-28 hingga ke-40 ( 13 minggu). (11)

B. Perubahan dan Adaptasi Psikologis dalam Masa Kehamilan

Trimester III

Trimester ketiga sering disebut sebagai periode penantian. Pada

periode ini wanita menanti kehadiran bayinya sebagai bagian dari dirinya,

dia menjadi tidak sabar untuk segera melihat bayinya. Ada perasaan tidak

menyenangkan ketika bayinya tidak lahir tepat pada waktunya, fakta yang
11

menempatkan wanita tersebut gelisah dan hanya bisa melihat dan

menunggu tanda-tanda dan gejalanya.(12)

Trimester ketiga adalah waktu untuk mempersiapkan kelahiran dan

kedudukan sebagai orang tua, seperti terpusatnya perhatian pada kehadiran

bayi. Saat ini orang-orang disekelilingnya akan membuat rencana pada

bayinya. Wanita akan berusaha melindungi bayinya, dengan menghindari

kerumunan atau seseorang yang dianggap membahayakan.(12)

Sejumlah ketakutan terlihat selama trimester tiga. Wanita mungkin

khawatir terhadap hidupnya dan bayiny, tidak akan tahu kapan akan

melahirkan. Mimpinya mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya. Ibu

mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada

waktu melahirkan. Rasa tidak nyaman timbul kembali karena perubahan

body image yaitu merasa dirinya aneh dan jelek. Ibu memerlukan

dukungan dari suami, keluarga dan bidan.(12)

Beberapa perubahan psikologi ibu hamil trimester III menurut

Widyastuti (2009) adalah sebagai berikut :

1. Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh dan

tidak menarik.

2. Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu.

3. Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat

melahirkan, khawatir akan keselamatannya.

4. Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal,

bermimpi yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya.


12

5. Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya.

6. Merasa kehilangan perhatian.

7. Perasaan mudah terluka (sensitif).

8. Libido menurun.

C. Kebutuhan Fisik dan Psikologis Ibu Hamil Trimester III

Menghadapi Persalinan dan Menyusui

Salah satu persiapan persalinan adalah meningkatkan kesehatan

optimal dan segera dapat memberikan laktasi. Untuk mempersiapkan

laktasi, perlu dilakukan persiapan perawatan payudara untuk persiapan

laktasi. Persiapan mental dan fisik yang cukup membuat proses menyusui

menjadi mudah dan menyenangkan. Payudara adalah sumber ASI yang

merupakan makananutama bagi bayi, yang perlu diperhatikan dalam

persiapan laktasi menurut Stoppard dan Miriam (2002) adalah :

1. Bra harus sesuai dengan pembesaran payudara yang sifatnya

menyokong payudara dari bawah, bukan menekan dri depan.

2. Sebaliknya ibu hamil masuk dalam kelas “bimbingan persiapan

menyusui”.

3. Penyuluhan (audio-visual) tentang :

a. Keunggulan ASI dan kerugian susu botol

b. Manfaat rawat gabung

c. Perawatan bayi

d. Gizi ibu hamil dan menyusui


13

e. Keluarga berencana, dll

4. Dukungan psikologis pada ibu untuk menghadapi persalinan dan

keyakinan dalam keberhasilan menyusui

5. Pelayanan pemeriksaan payudara dan senam hamil

6. Persiapan psikologis untuk ibu menyusui berupa sikap ibu

dipengaruhi oleh faktor-faktor :

a. Adat istiadat/kebiasaan/kebiasaan menyusui didaerah masing-

masing.

b. Pengalaman menyusui sebelum/pengalaman menyusui dalam

keluarga/tidak.

c. Pengetahuan tentang manfaat ASI, kehamilan yang diinginkan

atau tidak

d. Dukungan dari tenaga kesehatan, teman atau kerabat dekat.

Langkah-langkah yang harus diambil dalam mempersiapkan ibu

secara kejiwaan untuk menyusui menurut Monawdya (2013) adalah :

1. Mendorong setiap ibu untuk percaya dan yakin bahwa ia dapat

sukses dalam menyusui bayinya, menjelaskan pada ibu bahwa

persalinan dan menyusui adalah proses alamiah yang hampir

semua ibu berhasil menjalaninnya. Bila aa masalah, petugas

kesehatan akan menolong dengan senang hati.

2. Keyakinan ibu akan keuntungan ASI dan kerugian susu

botol/formula
14

3. Memecahkan masalah yang timbul pada ibu yang mempunyai

pengalaman menyusui sebelumnya, pengalaman kerabat atau

keluarga lain.

4. Mengikutsertakan suami atau anggota keluarga lain yang berperan

dalam keluarga, ibu harus dapat beristirahat cukup untuk

kesehatannya dan bayiny, sehingga perlu adanya pembagian tugas

dalam keluarga.

5. Setiap saat ibu diberi kesempatan untuk bertanya dan tenaga

kesehatan harus dapat memperlihatkan perhatian dan kemauannya

dalam membantu ibu sehingga keraguan atau ketakutan untuk

bertanya tantang masalah yang dihadapinya.

6. Perawatan payudara sebelum melahirkan (Prenatal Breast Care)

bertujuan memelihara hygiene payudara, melenturkan atau

menguatkan puting susu, dan mengeluarkan puting susu yang datar

atau masuk ke dalam (retracte nipple).(13)

Selain mengonsumsi makanan bergizi dan menjalani pola hidup

sehat, ada 2 hal penting lain yang perlu dilakukan ibu agar sukses

menyusui menurut Monawdya (2013), yaitu:

1. Tumbuhkan Niat

Niat adalah kunci sukses untuk memberikan ASI eksklusif

bagi sang buah hati. Niat ini harusnya sudah tertanam kuat jauh hari

sebelumnya, yakni sejak si kecil masih berada dalam kandungan

ibu. Ibu harus bertekad akan memberikan makanan yang terbaik


15

bagi bayinya. Dengan niat bulat, ibu akan berpikir optimis. Dari situ

terbentuk energi positif yang akan memengaruhi kesiapan semua

organ-organ menyusui sehingga ASI pun mengalir lancar. Jika ibu

yakin bisa menyusui, ASI yang keluar pasti banyak.

2. Hilangkan Stres

Buang jauh-jauh semua pikiran negatif tentang ASI dan

menyusui. Yakinlah, setiap ibu pasti bisa menyusui dan bayi tidk

akan pernah kekurangan ASI. Di sisi lain, ibu juga tak boleh terlalu

bersemangat untuk memberikan ASI, karena sikap berlebihan ini

(euforia) akan mengganggu sistem metabolisme produksi susu

sehingga ASI yang keluar justru jadi seikit. Bila ada masalah, ibu

dianjurkan berkonsultasi ke klinik laktasi.(13)

D. Anatomi Fisiologi Payudara

Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak dibawah

kulit, diatas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu

untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara,

yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram, dan saat

menyusui 800 gram (Yanti dan Sundawati, 2011)

Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu:

1. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.

2. Areola, yaitu bagian yang kehitamam di tengahh.


16

3. Papila atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak

payudara.(14)

Struktur payudara normal menurut Widuri (2013) adalah sebagai

berikut:

1. Areola

Letaknya mengelilingi puting susu dan berwarna kegelapan

yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada

kulitnya. Perubahan warna ini tergantung dari corak kulit dan

adanya kehamilan. Pada wanita yang corak kulitnya kuning

langsar akan berwarna jingga kemerahan, bila kulitnya kehitaman

maka warnanya akan lebih gelap. Selama kehamilan warnanya

akan lebih gelap dan warna ini akan menetap untuk selajutnya,

jadi tidak kembali lagi seperti warna aslinya semula.

Pada daerah ini akan didapatkan kelenjar keringat, kelenjar

lemak, dari monthumery yang membentuk tuberkel dan akan

membesar selama kehamilan. Kelenjar lemak ini akan

menghasilkan suatu bahan yang dapat melicinkan kalang payudara

selama menyusui. Dibawah ini kalang payudara terdapat ductus

lactiferus merupakan merupakam tempat penampungan air susu.

Luasnya kalang payudara bisa sampai 1/3 sampai ½ dari payudara.

2. Papilla Mammae (Puting Susu)

Terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya

variasi bentuk dan ukuran payudara maka letaknya pun akan


17

bervariasi pula. Pada tempat ini terdapat lubang-lubang kecil yang

merupakan muara duktus laktiferus, ujung-ujung serat saraf,

pembuluh darah, pembuluh getah bening, serat-serat otot polos

yang tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi maka

duktus laktiferus akan memadat dan akan menyebabkan puting

susu ereksi, sedangkan serat-serat otot yang longitudinal akan

menarik kembali puting susu tersebut.

Payudara terdiri dari 15-25 lobus. Masin-masing lobus

terdiri dari 20-40 lobus, selanjutnya masing-masing lobus terdiri

dari 10-100 alveoli dan masing-masing dihubungkan dengan

saluran air susu (sustem duktus) sehingga merupakan suatu pohon.

Bila diikuti pohon tersebut dari akarnya pada puting susu, akan

didapatkan saluran air susu yang disebut duktus laktiferus.

Didaerah kalang payudara duktus laktiferus ini melebar

membentuk sinus laktiferus tempat penampungan air susu.

Selanjutnya duktus laktiferus terus bercabang menjadi duktus dan

duktulus. Tiap-tiap duktulus yang pada perjalanan selanjutnya akan

disusun oleh sekelompok alveoli. Didalam alveoli terdiri dari

duktulus yang terbuka, sel-sel kelenjar yang menghasilkan air susu

dan miophitelium yang berfungsi memeras air susu keluar dari

alveoli.
18

3. Alveoli

Mengandung sel-sel yang menyekresi air susu. Setiap

alveolus dilapisi oleh sel-sel yang menyekresi air susu, disebut

acini, yang mengekstraksi faktor-faktor dari darah yang penting

untuk pembentukan air susu. Disekelilingi setiap alveolus terdapat

sel-sel mioepitel yang kadang-kadang disebut sel keranjang

(basket cell) atau sel laba-laba (spider cell). Apabila sel-sel ini

dirangsang oleh oksitosin akan berkontraksi sehingga mengalirkan

air susu kedalam duktus laktiferus.

4. Tubullus Lactifer

Saluran kecil yang berhubungan dengan alveoli.

5. Ductus Lactifer

Saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus

lactifer.

6. Ampula

Bagian dari ductus lactifer yang melebar, yang merupakan

tempat penyimpanan air susu dan terletak dibawah areola.

7. Vaskularisasi

Suplai darah (vaskularisasi) ke payudara berasal dari

Arteria Mammaria Interna, Arteria Mammaria Eksterna, dan

Arteria-arteria Intercostalis Superior. Drainase vena melalui

pembuluh-pembuluh yang sesuai, dan akan masuk kedalam vena

mammaria interna dan vena axillaris.


19

8. Drainase Limfatik

Drainase limfatik terutama kedalam kelenjar axillaris, dan

sebagian akan dialirkan kedalam fissura portae hepar dan kelenjar

mediastinum. Pembuluh limfatik dari masing-masing payudara

berhubungan satu sama lain.

9. Persarafan

Fungsi payudara terutama dikendalikan oleh hormon, tetapi

kulitnya dipersarafi oleh cabang-cabang nervus htoracalis. Juga

terdapat sejumlah saraf simpatis, terutama disekitas areola dan

papila mamae.(15)

E. Proses Terbentukya ASI

Menurut Saleha (2009), pengeluaran ASI merupakan interaksu

yang sangat kompleks antara rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-

macam hormon. Pengaturan hormon terhadap pengeluaran ASI dapat

dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu:

1. Produksi air susu ibu (prolaktin)

2. Pengeluaran air susu ibu (oksitosin)

3. Pemeliharaan air susu ibu

Produksi air susu ibu/prolaktin. Dalam fisiologi laktasi, prolaktin

merupakan suatu hormon yang disekresi oleh glandula pituitari.

Hormon ini memiliki peranan penting untuk memproduksi ASI, kadar

hormon ini dihambat oleh hormon plasenta. Dengan lepas atau

keluarnya plasenta pada akhir proses persalinan, maka kadar estrogen


20

dan progeteron beransur-angsur menurun sampai tingkat dapat

dilepaskan dan diaktifkannya prolaktin. Peningkatan kadar prolaktin

akan menghambat ovulasi, dan dengan demikian juga mempunyai

fungsi kontrasepsi. Namun, ibu perlu memberikan air susu 2 sampai 3

kali setiap jam agar pengaruhnya benar-benar efektif. Kadar prolaktin

paling tinggi adalah pada malam hari. Hal ini cukup efektif digunakan

sebagai metode kontrasepsi yang lebihreliabel untuk diterapkan

apabila ingin menghindari kehamilan.(16)

Menurut Saleha (2009), pada seorang ibu yang hamil dikenal dua

refleks yang masing-masing berperan dalam pembentukan dan

pengeluaran air susu, yaitu: refleks prolaktin dan refleks let down.

1. Refleks Prolaktin

Seperti telah dijelaskan bahwa menjelang akhir kehamilan

hormon prolaktin memegang peran penting dalam proses

pembuatan kolostrumnya masih terbatas, karena aktivitas prolaktin

dihambat oleh estrogen dan progesteron yang kadarnya memang

tinggu. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang fungsinya

untuk membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu yang menyusui

akan normal kembali tiga bulan setelah melahirkan sampai

penyapihan anak. Setelah anak selesai disapih, maka tidak akan aa

peningkatan prolaktin. Walaupun ada isapan bayi, namun

pengeluaran air susu tetap berlangsung. Pada ibu yang menyusui,

prolaktin akan meningkar dalam keadaan-keadaan seperti:


21

a. Stress atau pengaruh psikis

b. Anastesi

c. Operasi

d. Rangsangan puting susu

e. Obat-obatan trangulizer hipotalamus seperti klorampromazim

dan fenotiazid

2. Refleks Let Down

Bersamaan dengan pembetukan prolaktin oleh hipofisis,

rangsangan yang berasal dari isapan bayi ada yang dilanjutkan

neurohipofisis yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Oksitosin

yang sampai pada alveoli akan mempengaruhi sel mioepitelium.

Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat keluar

dari alveoli dan masuk ke sistem duktus yang untuk selanjutnya

mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi.

Menurut Saleha (2009), faktor-faktor yang meningkatkan

refleks let down adalah:

a. Melihat bayi

b. Mendengarkan suara bayi

c. Mencium bayi

d. Memikirkan untuk menyusui bayi.

Proses produksi, sekresi, dan pengeluaran ASI dinamakan

laktasi. Ketika bayi menghisap payudara, hormon yang bernam

oksitosin membuat ASI mengalir dalam alveoli, memalui


22

saluran susu (ducts/milk canals) menuju reservoir susu yang

berlokasi di belakang areola, lalu kedalam mulut bayi (Saleha,

2009). Hormon yang berhubungan dengan laktasi atau

menyusui disebut laktogen. Laktogen berfungsi untuk

merangsang kelenjar susu memproduksi air susu pada ibu

sesudah melahirkan. Menurut Saleha (2009) proses

pembentukan laktogen melalui tahapan-tahapan berikut ini:

1. Laktogenenesis I

Pada fase terakhir kehamilan, payudara wanita memasuki

fakse laktogenesis I. Saat ini payudara memproduksi

kolostrum, yaitu berupa cairan kental kekuningan. Pada saat

itu, tingkat progesteron yang tinggi mencegah produksi ASI

yang sebenarnya. Namun, hal ini bukan merupakan masalah

medis. Apabila iu hamil mengeluarkan (bocor) kolostrum

sebelum bayi lahir, hal ini bukan merupakan indikasi sedikit

atau banyaknya produksi ASI sebenarnya nanti.

2. Laktogenesis II

Saat melahirkan, keluarnya plasenta menyebabkan turunnya

tinggkat hormon progesteron, estrogen, dan HPL secara tiba-

tiba, namun hormon prolaktin tetap tinggi. Hal ini

menyebabkan produksi ASI besar-besaran yang dikenal

dengan fase laktogenesis II. Apabila payudara dirangsang,

jumlah prolaktin dalam darah akan meningkat dan mencapai


23

puncaknya dalam periode 45 menit, kemudian kembali ke level

sebelum rangsangan tiga jam kemudian.

Keluarnya hormon prolaktin menstimulasi sel didalam

alveoli untuk memproduksi ASI, dan hormon ini juga keluar

dalam ASI itu sendiri. Penelitian mengindikasikan bahwa

jumlah prolaktin dalam susu lebih tinggi apabila produksi ASI

lebih banyak, yaitu sekitar pukul 02.00 dini hari hingga 06.00

pagi, sedangkan jumlah prolaktin rendah saat payudara terasa

penuh.

3. Laktogenesis III

Sistem hormon endokrin mengatur produksi ASI selama

kehamilan dan beberapa hari pertama setelah melahirkan.

Ketika produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol otokrin

dimulai. Fase ini dinamakan laktogenesis III. Pada tahap ini,

apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara akan memproduksi

ASI dengan banyak pula. Dengan demikian, produksi ASI

sangat dipengaruhi oleh seberapa sering dan seberapa baik bayi

menghisap, juga seberapa sering payudara dikosongkan.(16)

F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI dan Bayi Tidak

Cukup ASI

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI dan bayi tidak

mendapat cukup ASI menurut Depkes (2007)adalah:


24

1. Faktor Menyusui

a. Awal yang tertunda

Bila bayi tidak dimulai menyusu pada hari pertama, ASI

ibu mungkin lebih lama keluarnya, dan bayi lebih lama untuk

memulai pertambahan berat badan.

b. Menyusui Tidak Sering

Menyusui kurang dari 8 kali sehari dalam 4 minggu

pertama, atau kurang dari 5-6 sehari untuk bayi yang lebih tua,

adalah sebab umum mengapa bayi tidak mendapat cukup ASI.

Kadang ibu tidak merespon bayinya menangis, atau melewatkan

waktu menyusui, karena terlalu sibuk bekerja. Beberapa bayi

sangat tenang dan tidak menunjukan bahwa ia lapar. Dalam

kondisi seperti ini, ibu sebaiknya tidak menunggu bayi meminta,

tapi sebaiknya membangunkan bayi setiap 3-4 jam.

c. Tidak Menyusui di Malam Hari

Bila ibu berhenti menyusui di malam hari sebelum bayinya

siap, pasokan ASI mungkin menurun.

d. Menyusui dalam Waktu Singkat

Menyusui terlalu singkat atau terburu-buru, sehingga bayi

tidak mendapat cukup susu akhir yang kaya zat lemak. Kadang

ibu melepaskan bayi dari payudaranya setelah hanya satu atau dua

menit.
25

e. Pelekatan Tidak Baik

Bayi menyusui secara tidak efektif, bisa menyebabkan bayi

tidak cukup ASI.

f. Botol dan Empeng

Bayi yang diberi botol atau empeng mungkin lebih sedikit

menyusu kepayudara, sehingga pasokan ASI menurun.

g. Makanan Pendamping

Bayi yang mendapatkan makanan pendamping seperti, susu

formula, makanan padat, atau minuman termasuk air putih

sebelum usia 6 bulan akan lebih seikit menyusu payudara, karena

itu produksi ASI menurun.(17)

2. Faktor Ibu

Faktor yang mempengaruhi ibu dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Faktor Psikologis

1) Kurang Percaya Diri

Ibu yang sangat muda, atau yang kurang mendapat

dukungan dari keluarga, teman sering kurang percaya diri.

2) Khawatir atau Stress

Bila ibu khawatir atau stress atau sedang sakit, refleks

oksitosinnya mungkin untuk sementara tidak bekerja dengan

baik.

3) Tidak Senang Menyusui


26

Dalam situasi ini, ibu kesulitan merespon bayinya. Ibu tidak

memluk bayinya cukup dekat untuk melekat dengan baik,

mungkin tidak sering menyusu atau waktunya sebentar.

b. Kondisi Fisik

1) Pil Kontrasepsi

Pil kontrasepsi yang mengandung estrogen mengurangi

produksi ASI. Pil yang hanya mengandung progesteron dan

deponya tidak akan mengurangi pasokan ASI.

2) Kehamilan

Ibu hamil lagi mendapat pasokan ASI yang menurun

3) Malnutrisi Berat

Ibu dengan malnutrisi berat menghasilkan lebih sedikit

ASI. Akan tetapi, ibu yang kekurangan gizi tingkat ringan atau

sedang tetap menghasilkan ASI walaupun kecukupan untuk gizinya

kurang, asal bayi cukup sering menghisap.

4) Alkohol dan Rokok

Alkohol dan rokok dapat mengurangi jumlah ASI yang

diperoleh bayi.

5) Potongan plasenta yang tertinggal

Ini jarang terjadi. Sebagian kecil plasenta tertinggal

didalam rahim, dan memicu hormon yang menghambat produksi

ASI. Ibu mengalami perdarahan pascasalin yang lebih dari biasanya,

rahimnya tidak mengecil, dan ASI tidak keluar.


27

6) Perkembangan payudara tidak bagus

Kadangkala payudara ibu tidak berkembang dan bertambah

ukurannya selama kehamilan, dan payudara tidak menghasilkan

cukup ASI. Namun, hal ini sangat jarang terjadi.

3. Faktor Bayi

a. Penyakit

Bayi yang sakit dan tak mampu menyusui dengan kuat

tidak bisa mendapat ASI yang cukup. Jika keadaan ini berlanjut,

pasokan ASI ibu akan menurun.

b. Cacat Bawaan

Bayi yang mengalami kelainan bawaan, seperti kelainan

jantung, mungkin gagal menambah berat badan. Hal ini disebabkan

bayi hanya mampu mengambil seikit ASI, dan sebagian karr=ena

efek lain dari kondisinya tersebut.(17)

G. Upaya Memperbanyak ASI

Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan kehidupan terbaik yang sangat

dibutuhkan oleh bayi. ASI mengandung berbagai zat yang penting untuk

tumbuh kembang bayi dan sesuai dengan kebutuhannya.

Meski demikian, tidak semua ibu mau menyusui bayinya karena

berbagai alasan. Misalnya takut gemuk, sibuk, payudara kendor, dan

sebagainya. Dilain pihak, ada juga ibu yang ingin menyusui bayinya tetapi

mengalami kendala. Biasanya ASI tidak mau keluar atau produksinya

kurang lancar.(14)
28

Banyak hal yang dapat mempengaruhi produksi ASI. Produksi dan

pengeluaran ASI dippengaruhi oleh dua hormon, yaitu prolaktin dan

oksitosin. Prolaktin mempengaruhi jumlah produksi ASI, sedangkan

oksitosin mempengaruhi proses pengeluaran ASI. Prolaktin berkaitan

dengan nutrisi ibu, semakin asupan nutrisinya baik maka produksi yang

dihasilkan juga banyak.(14)

Namun demikian, untuk mengeluarkan ASI diperlukan hormon

oksitosin yang kerjanya dipengaruhi oleh proses hisapan bayi. Semakin

sering puting susu dihisap oleh bayi maka semakin banyak pula

pengeluaran ASI. Hotmon pksitosin sering disebut sebagai hormon kasih

sayang. Sebab, kadarnya sangat dipengaruhi oleh suasana hati, rasa

bahagia, rasa dicintai, rasa aman, ketenangan, dan rileks. Hal-hal yang

mempengaruhi produksi ASI menurut Yanti dan Sundawati (2011) adalah:

1. Makanan

Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat berpengaruh

terhadap produksi ASI. Apabila makanan yang ibu makan cukup akan

gizi dan pola makan yang teratur, maka produksi ASI akan berjalan

dengan lancar.

2. Ketenangan Jiwa dan Pikiran

Untuk memproduksi ASI yang baik, maka kondisi kejiwaan dan

pikiran harus tenang. Keadaan psikologis ibu yang tertekan, sedih, dan

tegang akan menurunkan volume ASI.

3. Penggunaan Alat Kontrasepsi


29

Penggunaan alat kontrasepsi pada ibu menyusui, perlu diperhatikan

agar tidak mengurangi produksi ASI. Contoh alat kontrasepsi yang bisa

digunakan adalah kondom, IUD, pil khusus menyusui, dan suntik

hormonal 3 bulanan.

4. Perawatan Payudara

Perawatan payudara bermanfaat merangsang payudara

mempengaruhi hipofise untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan

oksitosin.

5. Anatomi Payudara

Jumlah lobus dalam payudara juga mempengaruhi produksi ASI.

Selain itu, perlu diperhatikan juga bentuk anatomis papila atau puting

susu ibu.

6. Faktor Fisiologi

ASI terbentuk oleh karena pengaruh hormon prolaktin yang

menentukan produksi dan mempertahankan sekresi air susu.

7. Pola Istirahat

Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI.

Apabila kondisi ibu terlalu capek, kurang istirahat maka ASI juga

berkurang.

8. Faktor Isapan Bayi

Semakin sering bayi menyusu pada payudara ibu, maka produksi

dan pengeluaran ASI akan semakin banyak. Akan tetapi, frekuensi

penyusuan pada bayi prematur dan cukup bulan berbeda. Studi


30

mengatakan bahwa pada produksi ASI bayi prematur akan optimal

dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari selama bulan pertama

setelah melahirkan. Pemompaan dilakukan karena bayi prematur belum

dapat menyusu. Sedangkan pada bayi cukup bulan frekuensi menyusu

3-10 kali per hari selama 2 mminggu pertama setelah melahirkan

berhubungan dengan produksi ASI yang cukup. Sehingga

direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali per hari pada periode

awal setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan

kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar payudara.

9. Berat Lahir Bayi

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) mempunyai kemampuan

menghisap ASI yang lebih rendah dibandingkan bayi yang berat lahir

normal. Kemampuan menghisap ASI yang lebih rendah ini meliputi

frekuensi dan lama penyusun yang lebih rendah daripada bayi yang

lahir cukup bulan. Lemahnya kemampuan menghisap pada bayi

prematur dapat disebabkan berat badan yang rendah dan belum

sempurnanya fungsi organ.

10. Umur Kehamilan Saat Melahirkan

Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi produksi ASI. Hal

ini disebabkan bayi yang lahir prematur sangat lemah dan tidak mampu

menghisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah daripada

bayi yang lahir cukup bulan. Lemahnya kemampuan menghisap pada


31

bayi prematur dapat disebabkan berat badan yang rendah dan belum

sempurnanya fungsi organ.

11. Konsumsi Alkohol dan Rokok

Merokok dapat mengurangi volue ASI karena akan mengganggu

hormon prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok

menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan menghambat

pelepasan oksitosin. Konsumsi alkohol juga dapat menghambat

pengeluaran hormon oksitosin.(14)

H. Manajemen Laktasi

Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui, mulai dari ASI

diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Sementara itu,

yang dimaksud dengan manajemen laktasi ialah suatu upaya yang dilakukan

oleh iu, ayah, dan keluarga, untuk menunjang keberhasilan menyusui.

Ruang lingkup pelaksanaan manajemen laktasi dimulai pada masa

kehamilan, setelah persalinan, dan masa menyusui bayi.(5)

Berikut penjelasan ruang lingkup pelaksanaan manajemen laktasi menurut

Prasetyo (2012) :

1. Masa Kehamilan

a. Mencari informasi tentang keunggulan ASI, manfaat menyusui

bagi ibu dan bayi, serta dampak negatif pemberian susu

formula.

b. Ibu memeriksakan kesehatan tubuh, kehamilan, dan kondisi

puting payudara.
32

c. Ibu melakukan perawatan payudara sejak kehamilan berumur 6

bulan hingga siap menyusui. Tindakan ini dimaksudkan agar ibu

mampu memproduksi dan memberikan ASI yang mencukupi

kebutuhan bayi.

d. Ibu senantiasa mencari informasi tentang gizi dan makanan

tambahan sejak kehamilan trimester kedua. Makanan tambahan

yang dibutuhkan saat hamil sebanyak 1 1/3 kali dari makanan

yang dikonsumsi sebelum hamil.

e. Ibu menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga,

termasuk mendapatkan dukungan suami yang dapat

memberikan rasa nyaman kepada ibu.

2. Masa Persalinan

a. Bayi harus mendapat cukup ASI, yang dilanjutkan dengan cara

menyusui yang baik dan benar, baik posisi maupun cara

melekatkan bayi pada payudara ibu.

b. Membantu terjadinya kontak langsung antara bayi dan ibu

selama 24 jam pertama.

3. Masa Nifas

a. Setelah bayi mendapat ASI pada minggu pertama kelahiran, ibu

harus menyusui bayi secara eksklusif selama 6 bulan pertama

setelah bayi lahir.


33

b. Ibu mencari informasi tentang gizi makanan ketika masa

menyusui agar bayi tumbuh sehat. Ibu memerlukan makanan 1

½ kali lebih banyak dari biasanya.

c. Ibu harus cukup istirahat untuk menjaga kesehatan. perlu

ketenangan pikiran, serta menghindari kelelahan yang terlebih

agar produksi ASI tidak terhambat.

d. Ibu mengikuti petunjuk petugas kesehatan bila ada

permasalahan yang terkait proses menyusui.(18)

Untuk memaksimalkan manfaat menyusui, bayi sebaiknya disusui

selama 6 bulan pertama. Beberapa langkah yang dapat menuntun ibu agar

sukses menyusui secara eksklusif selama 6 bulan pertama menurut IDAI

(2013), antara lain:

1. Biarkan bayi menyusu sesegera mungkin setelah bayi lahir terutama

dalam 1 jam pertama (inisiasi dini), karena bayi baru lahir sangat aktif

dan tanggap dalam 1 jam pertama dan setelah itu akan mengantuk dan

tertidur. Bayi mempunyai refleks menghisap (sucking refleks) sangat

kuat pada saat itu. Jika ibu melahirkan dengan operasi caisar juga

dapat melakukan hal ini (bila kondisi ibu saar, atau bila ibu telah

bebas dari efek anestesi umum). Proses menyusui dimulai segera

setelah lahir dengan membiarkan bayi diletakan didada ibu sehingga

terjadi kontak kulit dengan kulit. Bayi akan mulai merangkak untuk

mencari puting ibu dan menghisapnya. Kontak kulit dengan kulit ini
34

akan merangsang aliran ASI, membantu ikatan bating (bounding)ibu

dan bayi serta perkembangan bayi.

2. Yakinkan bahwa hanya ASI makanan pertama dan satu-satunya bagi

bayi anda. Tidak ada makanan atau cairan lain (seperti gula, air, susu

formula) yang diberikan, karena akan menghambat keberhasilan

proses menyusui. Makanan atau cairan lain akan mengganggu

produksi dan suplai ASI, menciptakan bingung puting, serta

meningkatkan risiko infeksi.

3. Susui bayi sesuai kebutuhannya sampai puas. Bila bayi puas, maka ia

akan melepaskan puting dengan sendirinya.

Agar proses menyusui dapat berjalan lancar, maka seorang ibu

harus mempunyai keterampilan menyusui agar ASI dapat mengalir

dari payudara ibu ke bayi secara efektif. Keterampilan menyusui yang

baik meliputi posisi menyusui dan perlekatan bayi pada payudara

yang tepat.(19)

Posisi menyusui harus senyaman mungkin, dapat dngan posisi

berbaring atau duduk. Posisi yang kurang tepat akan menghasilkan

perlekatan yang tidak baik. Pisoso dasar menyusui terdiri dari posisi

badan ibu, posisi badan bayi, serta posisi mulut bayi dan payudara ibu

(perlekatan/attachment). Posisi badan ibu saat menyusui dapat poosisi

duduk, posisi tidur terlentang, atau posisi tidur miring.

Saat menyusui, bayi harus disanggah sehingga kepala lurus

menghadap payudara dengan hidung menghadap ke puting dan badan


35

bayi menempel dengan badan ibu (sanggahan bukan hanya pada bahu

dan leher). Sentuh bibir bawah bayi dengan puting, tunggu sampai

mulut bayi terbuka lebar dan secepatnya dekatkan bayi ke payudara

dengan cara menekan punggung dan bahu bayi (bukan kepala bayi).

Arahkan puting susu ke atas, lalu masukan ke mulut bayi dengan cara

menyusuri langit-langitnya. Masukan payudara ibu sebanyak mungkin

ke mulut bayi sehingga hanya sedikit bagian areola bawah yang

terlihat dibanding areola bagian atas. Bibir bayi akan memutar keluar,

dagu bayi menempel pada payudara dan puting susu terlipat di bawah

bibir atas bayi.

I. Hypnobreastfeeding

1. Pengertian Hypnobreastfeeding

Hypnobreastfeeding terdiri dari dua kata yaitu hypno =

hipnosis yang artinya adalah suatu kondisi nirsadar yang terjadi

secara alami , dimana seseorang menjadi mampu menghayati pikiran

dan sugesti tertentu untuk mencapai perubahan psikologis, fisik

maupun spiritual yang diinginkan, untuk diketahui, pikiran bawah

sadar (subconsius mind)berperan 82% terhadap fungsi diri.

Sedangkan breastfeeding artinya menyusui. Jadi, proses menyusui

dapat berlangsung nyaman karena ibu merekam pikiran bawah sadar

bahwa menyusui adalah proses alamiah dan nyaman. Dasar

hypnobreastfeeding adalah relaksasi yang dicapai bila jiwa raga

berada dalam kondisi tenang. Adapun timbulnya suasana relaksasi


36

dapat didukung oleh ruangan/suasana tenang, menggunakan musik

untuk relaksasi, ditambah aromaterapi, panduan relaksasi otot, napas

dan pikiran.(20)

2. Keuntungan dan Manfaat Hypnobreastfeeding

Keuntungan dan manfaat yang dapat diperoleh dari

penggunaan hipnosis dalam hypnobreastfeeding adalah sebagai

sarana relaksasi, biayanya relatif rendah karena tanpa penggunaan

obat-obatan, metode yang digunakan relatif sederhana sehingga

mudah dipahami dan dipraktekkan oleh orang banyak, termasuk

subjek, dapat dilakukan sendiri oleh subjek (ibu menyusui) dan cukup

dibantu oleh satu terapis (bidan), dapat menyehatkan unsur tindakan,

prilaku, hasrat, semangat, motivasi, inisiatif, kebiasaan buruk, dan

lain-lain, serta mempersiapkan ibu agar berhasil pada masa menyusui

dan mempersiapkan bayi menjadi generasi yang sehat, cerdas dan

kreatif.(6)

3. Syarat Melakukan Hypnobreastfeeding

Terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan dalam

melakukan hypnobreastfeding adalah mempersiapkan secara

menyeluruh tubuh, pikiran dan jiwa agar proses pemberian ASI

sukses. Meniatkan yang tulus dari batin untuk memberi ASI eksklusif

pada bayi yang kita sayangi dan yakin bahwa semua ibu, bekerja atau

dirumah, memiliki kemampuan untuk menyusui/memberi ASI pada

bayinya. Kegiatan dimulai dngan memberi sugesti positif. Contoh


37

kalimat sugesti atau afirmasi, misalnya “ASI saya cukup untuk bayi

saya sesuai dengan kebutuhanya” atau “Saya selalu merasa tenang

dan rileks saat mulai memerah”. Kalimat sugesti juga dapat diberikan

oleh suami. Tujuan afirmasi positif tersebut adalah untuk menjadikan

aktivitas menyusui sebagai kegiatan yang mudah, sederhana dan

menyenangkan. Kita harus menyiapkan suasana yang benar-benar

nyaman. Hypnobreastfeeding juga bisa dilakukan oleh ibu-ibu hamil

untuk mempersiapkan ASI eksklusif buat sang buah hati.(21)

4. Tahapan Relaksasi

Teknik hypnobreasfeeding sama dengan teknik

hypnobreastfeeding karena juga melibatkan pikiran bawah sadar

dengan cara mengistirahatkan alam sadar melalui teknik relaksasi.

Tekik relaksasi dalam hypnobreastfeeding terdiri atas tiga tahap

yaitu:

a. Ibu melakukan relaksasi otot mulai dari puncak kepala sampai

telapak kaki, termasuk wajah, bahu kiri dan kanan, kedua lengan,

daerah dada, perut, pinggul, sampai kedua kaki. Caranya bisa

dengan membayangkan otot-otot menjadi relaksasi.

b. Relaksasi nafas. Zaman sekarang orang-orang rentan mengalami

stress. Stress karena dituntut untuk melakukan segala sesuatu

serba cepat dan terburu-buru. Apalagi, perempuan yang memiliki

peran ganda sebagai seorang ibu sekaligus wanita karier. Untuk

mencapai kondisi relaks adalah dengan cara tarik napas panjang


38

melalui hidung dan hembuskan keluar pelan-pelan melalui hidung

dan hembuskan keluar pelan-pelan melalui hidung atau mulut

(fokuskan pernafasan di perut). Lakukan selama beberapa kali

sampai ketehangan mengendur dan berangsur hilang.

c. Relaksasi pikiran. Seringkali pikiran seorang berkelana jauh dari

raganya. Untuk itu, belajarlah memuaskan pikiran agar berada

ditempat yang sama dengan raga. Salah satu cara dengan berdiam

diri atau meditasi dengan mengosongkan pikiran dan

memejamkan mata dengan napas yang lambat, mendalam dan

teratur selama beberapa saat.setelsh otot-otot rileks, nafas teratur,

serta pikiran tenang, baru dilakukan sesi hypnobreastfeeding.(21)

Ibu-ibu menyusui juga bisa melakukan hypnobreasfeeding

dirumah, caranya mudah, masuklah ke dalam ruangan yang tenang,

nyalakan musik khusus untuk relaksasi, sediakan aromaterapi, dan ikuti

panduan relaksasi otot, napas, dan pikiran yang telah dipelajari

sebelumnya, baru melakukan afirmasi yang positif. Pikiran bawah sadar

secara otomatis akan membimbing untuk melakukan atau memikirkan

hal-hal tertentu, misalnya yakin bahwa kita bisa menyusui dan ASI

akan mengalir deras. Cara lain yang sederhana adalah dngan

mendengarkan suara bayi serta perhatian alur napasnya. Juka hal

tersebut dilakukan secara teratur, akan menimbulkan bonding dan

selanjutnya memicu tubuh untuk menghasilkan hormon endorfin


39

(hormon pembawa rasa senang dan tenang) sehingga tubuh merasa

rileks.(21)

5. Pikiran, Tubuh dan ASI

Produksi ASI tergantung pada dua faktor yaitu faktor fisiologi dan

psikologis. Kondisi stres dan kesibukan sehari-sehari dapat

mempengaruhi produksi ASI. Jadi pikiran bisa mempengaruhi sistem

didalam tubuh. Hypnobreastfeeding merupakan cara yang bagus untuk

mendorong pola pikir dalam menyusui yang tepat. Beberapa studi

penelitian menunjukan bahwa bayi yang diberi ASI terlindungi dari

sebagian besar penyakit anak-anak dan memiliki perkembangan otak

lebih baik. Selain itu wanita yang menyusui memiliki resiko lebih

rendah dari kanker payudara, kanker ovarium dan bahkan patah tulang

panggul (akibat osteoporosis) di kemudian hari. Jadi menyusui

merupakan simbiosis mutualisme antara bayi dan ibu dimana bisa

saling menguntungkan. Penelitian Kusmiyati dan Heni (2014) di

Yogyakarta menemukan bahwa hypnobreastfeeding menurunkan

tingkat kecemasan pada ibu menyusui yaitu dengan skor pre

eksperimen 8,44 menjadi 1,41 pada saat post eksperimen. Dalam

penelitian tersebut juga ditemukain bahwa pengeluaran ASI terjadi pada

13,07 jam pada pasien yang dilakukan hypnobreastfeeding, sedangkan

yang non hypnobreastfeeding pengeluaran ASI terjadi 18,43 jam.(21)

6. Menyusui dan Relaksasi


40

Relaksasi yang dalam dan teratur menbuat sistem endokrin, aliran

darah, persyarafan dan sistem lain di dalam tubuh anda akan berfungsi

lebih baik. Sikap positif sangatlah penting untuk seperti merasa tenang

dan rilcks selama menyusui. Pada saat ibu rileks dikala menyusui maka

hormon endorphine yang diproduksi ibu pun akan mengalir ke bayi

melalui ASI, dan ini membuat bayi akan merasakan kenyamanan,

ketenangan yang ibu rasakan. Relaksasi hypnobreastfeeding mampu

menghadirkan rasa santai, nyaman dan tenang selama menyusui dengan

demikian maka seluruh sistem di dalam tubuh akan berjalan jauh lebih

sempurna sehingga proses menyusui pun menjadi proses yang penuh

arti dan menyenangkan baik bagi ibu dan bayi.(20)

Bahkan hypnobreastfeeding mampu membantu ibu yang

mengalami kesulitan kesulitan saat menyusui juga dapat membuat ibu

mampu untuk relaksasi. Dengan demikian produksi ASI cukup untuk

kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan. Kemudian bayi tetap menyusui

hingga beruur dua tahun karena otak bayi mengalami perkembangan

paling pesar di usia tersebut.

J. Tanda Bayi Cukup ASI

Menurut Yanti dan Sundawati (2011), bayi usia 0-6 bulan, dapat

dinilai mendapat kecukupan ASI bila mencapai keadaan sebagai berikut:


41

a. Bayi yang minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal

mendapatkan ASI 8 kali pada 2-3 minggu pertama.

b. Kotoran berwarna hijau dengan frekuensi minimal 1 kali paa hari

pertama dan bertambah sering setelah sering menyusu, warna menjadi

kuning lalu lebih muda pada hari kelima setelah lahir.

c. Bayi akan buang air kecil (BAK) paling tidak 6-8 kali sehari.

d. Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi menelan ASI.

e. Warna kulit bayi kemerahan, tidak kuning, dan terasa kenyal.

f. Pertumbuhan Berat Badan (BB) bayi sesuai dengan grafik

pertumbuhan.

g. Perkembangan motorik bayi sesuai dnegan usianya.

h. Bayi kelihatan puas, sewaktu-waktu saat lapar bangun dan tidur dengan

cukup.

i. Bayi menyusu dengan kuat.

Menurut IDAI (2013), cara menilai kecukupan ASI pada bayi

adalah sebagai berikut:

a. ASI akan cukup bila posisi dan perlekatan benar

b. Bila buang air kecil lebih dari 6 kali sehari dengan warna urine yang

tidak pekat dan bau tidak menyengat. Hari pertama bayi akan BAK

1 kali di hari pertama. 2 kali dihari kedua dan seterusnya. Begitu

ASI ibu semakin banyak maka bayi diharapkan kecing sekitar lebih

dari 6-8 popok kain.


42

c. Berat badan naik lebih dari 500 gram dalam sebulan dan telah

melebihi berat lahir pada usia 2 minggu.

d. Berat badan bayi tidak turun lebih dari 10% dibanding berat lahir

e. Berat badan bayi kembali seperti berat lahir pada usia 10 sampai 14

hari setelah lahir.

f. Bayi akan relaks dan puas setelah menyusu dan melepas sendiri dari

payudara ibu.

Susui bayi sesering mungkin sesuai dengan kebutuhan bayi,

sedikitnya lebih dari 8 kali dalam 24 jam. Awalnya bayi menyusu

sangat sering, namun pada usia 2 minggu frekuensi menyusu akan

berkurang. Bayi sebaiknya disusui sesering dan selama bayi

menginginkannya bahkan pada malam hari. Menyusui pada malam

hari membantu mempertahankan suplai ASI karena hormon

prolaktin dikeluarkan terutama pada malam hari. Bayi yang puas

menyusu akan melepaskan payudara ibu dengan sendirinya, ibu

tidak perlu menyetopnya.(19)

Lamanya menyusu berbeda-beda tiap periode menyusu.

Rata-rata bayi menyusu selama 5-15 menit, walaupun terkadang

lebih. Bayi dapat mengukur sendiri kebutuhannya. Bila proses

menyusu berlangsung sangat lama (lebih dari 30 menit) atau sangat

cepat (kurang dari 5 menit) mungkin ada masalah. Pada hari-hari

pertama atau pada bayi berat lahir rendah (kurang dari 2500 gram),

proses menyusu terkadang sangat lama dan hal ini merupakan hal
43

yang wajar. Sebaiknya bayi menyusu pada satu payudara sampai

selesai baru kemudian bila bayi masih menginginkan dapat

diberikan pada payudara yang satu lagi sehingga kedua payudara

mendapat stimulasi yang sama untuk menghasilkan ASI.Tanda

perlekatan bayi dan ibu yang menurut IDAI (2013) adalah:

a. Dagu menyentuh payudara

b. Mulut terbuka lebar

c. Bibir bawah terputar keluar

d. Lebih banyak areola bagian atas yang terlihat dibanding bagian

bawah

e. Tidak menimbulkan rasa sakit pada puting susu

Jika bayi tidak melekat dengan baik maka akan

menimbulkan luka dan nyeri pada puting susu dan payudara

akan membengkak karena ASI tidak dapat dikeluarkan secara

efektif. Bayi merasa tidak puas dan ingin menyusu sering dan

lama. Bayi akan mendapat ASI sangat sedikit dan berat badan

bayi tidak naik dan lambat laun ASI akan mengering.(19)

2.2 Kerangka Teori

Hamil trimester III merupakan waktu persiapan ibu untuk

menghadapi kelahiran dan kedudukan sebagai orang tua juga persiapan

menyusui atau laktasi. Persiapan menyusui dilakukan agar produksi ASI

cukup untuk memenuihi kebutuhan bayi. Banyak hal yang dapat dilakukan

oleh ibu sebagai bentuk persiapan menyusui. Namun, ada beberapa faktor
44

yang dapat mempengaruhi produksi ASI bahkan jika ibu sudah

mempersiapkan proses laktasi.

Persiapan menyusui atau persiapan laktasi dipengaruhi oleh

beberapa faktor diantaranya adalah faktor bayi, faktor menyusui, dan

faktor ibu yang dibagi dua menjadi faktor fisik ibu dan faktor psikologis

ibu.

Faktor bayi yang dapat mempengaruhi produksi ASI diantaranya

adalah keadaan bayi yang memilik cacat bawaan, penyakit yang diderita

oleh bayi dan berat badan bayi saat lahir. Beberapa keadaan tersebut dapat

mempengaruhi produksi ASI pada ibu. Keadan bayi yang memiliki cacat

bawaan dan penyakit juga memiliki berat lahir yang kurang akan

berpengaruh terhadap proses bayi menyusu pada ibu, sehingga

menyebabkan bayi kurang ASI.

Keadaan menyusui bayi adalah fakrot yang dapat mempengaruhi

ASI dan kecukupan ASI pada bayi. Beberapa hal yang dapat

mempengaruhinya ditinjau dari faktor menyusui adalah awal menyusui

yang tertunda, menyusui tidak sering, ibu tidak menyusui dimalam hari,

perlekatan yang tidak baik antara ibu dan bayi, serta penggunaan

botol/empeng dan makanan pendamping.

Faktor yang terpenting dari laktasi adalah faktor ibu. Ibu yang

sudah mempersiapkan fisik dan psikisnya akan menghasilkan ASI yang

baik dan cukup. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi produksi ASI

dari segi faktor fisik ibu adalah menggunakan pil kontrasepsi, ibu
45

mengalami malnutrisi berat, ibu mengkonsumsi alkohol dan rokok, ibu

sedang hamil, dan keadaan payudara ibu. Faktor psikologis yang berperan

mempengaruhi produksi ASI adalah ibu mengalami khawatir dan stress,

kurang percaya diri, dan ibu tidak senang menyusui.

Dari beberapa faktor yang sudah disebutkan diatas, faktor

psikologis ibu yang dapat mempengaruhi produksi ASI ternyata dapat

dikontrol dan diminimalisir efeknya dengan menggunakan metod relaksasi

hypnobreastfeeding melalui video audio visual. Sehingga hasil yang

diharapkan adalah ibu memproduksi ASI dengan baik dan bayi cukup ASI.

Faktor Menyusui

a. Awal yang tertunda


b. Menyusui tidak
Faktor Psikologis Faktor Fisik sering
c. Tidak menyusui Faktor Bayi
a. Kurang Percaya Berikut
a. Piladalah skema kerangka teori
Kontrasepsi menurut
dimalam Depkes (2007) :
hari
Diri b. Malnutrisi a. Penyakit
d. Menyusui dalam
b. Khawatir dan c. Alkohol danIbu Hamil Trimester b. Cacat bawaan
waktuIIIsingkat
Stress Rokok c. Berat badan
e. Perlekatan tidak baik
c. Tidak Senang d. Kehamilan lahir bayi
f. Botol/Empeng
Menyusui e. Keadaan g. Makanan
Faktor Ibu Payudara
Ibu Hamil Trimester III Ibu Hamil Trimester III
pendamping
46

Bayi cukup ASI

Hypnobreasfeeding

Bayi kurang ASI

Gambar 2.1 Kerangka Teori Menurut Depkes, 2007

2.3 Kerangka Konsep


47

Kerangka Konsep merupakan gambaran hubungan konsep yang satu

dengan yang lainya, dari masalah yang diteliti dengan apa yang diuraikan

pada tinjauan pustaka (Notoarmodjo, 2005). Adapun kerangka konsep dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut(22):

Variabel Independen Variabel Dependen

Hypnobreastfeeding

Kecukupan ASI pada


bayi
Pendidikan Kesehatan
Teknik Menyusui yang
baik dan benar

Variabel Intervening

Faktor Menyusui

Faktor Psikologi Ibu

Faktor Fisik Ibu

Faktor Bayi

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Keterangan
48

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

2.4 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Terdapat pengaruh

Hypnobreastfeeding pada Ibu Hamil Trimester III Terhadap Kecukupan ASI pada

Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Karangnunggal Tahun 2020”.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment design.

Quasi experiment adalah penelitian yang menguji coba suatu intervensi

pada sekelompok subjek dengan atau tanpa kelompok pembanding namun

tidak dilakukan randomisasi untuk memasukan subjek kedalam perlakuan

atau kontrol. Beberapa desai yang digunakan pada quasi experiment

hampir sama dengan penelitian true experiment, namun bedanya peneliti

tidak melakukan randomisasi. Pada beberapa kondisi, randomisasi sangat

sulit bahkan tidak dapat dilakukan, sehingga quasi experiment menjadi

pilihan yang tepat. Pendekatan desain penelitian dengan Postest Only

Control Group Design. Rancangan ini memungkinkan peneliti mengukur

pengaruh perlakuan pada kelompok eksperimen dengan membangdingkan

kelompok tersebut dengan kelompok kontrol.(23) Pada penelitian ini,

kelompok perlakuan diberikan intervensi berupa penerapan

hypnobreastfeeding melalui video kepada ibu hamil trimester III dan

kelompok kontrol diberi pendidikan kesehatan mengenai teknik menyusui

yang benar.

49
50

Tabel 3.1 Gambaran Metode Penelitian menurut Notoatmodjo, 2005

Perlakuan Postest

R (Kelompok Ekperimen)
X 02
R (Kelompok Kontrol) 02

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini direncanakan mulai penyususnan prosposal sampai

penyusunan laporan skripsi mulai bulan September 2020 sampai dengan

februari 2021, dan praktik hypnobreastfeeding akan dilakukan selama 6

minggu sebanyak 6x praktik, 3x dilakukan dengan pengawasan terapis dan

3x secara mandiri. Tempat penelitian di Puskesmas Karangnunggal

Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya. Tempat penelitian

dipilih karena terjadi penurunan capaian target ASI Eksklusif pada tahun

2019.

3.3. Subjek Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu hamil sebanyak 40 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini ibu hamil trimester III di Wilayah

Kerja Puskesmas Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya yang

berjumlah 40.
51

3.3.3 Cara pengambilan sampel

Pada penelitian ini teknik yang digunakan adalah dengan

menggunakan teknik Total Sampling dengan kriteria inklusi dan

eksklusi. Pengambilan sampel dengan kriteria inklusi dan eksklusi

didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti

sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui

sebelumnya.(22)

Adapun kriteria inklusi sampel dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Ibu hamil trimester III yang diakhiri dengan proses persalinan

normal dan melakukan IMD

2. Tidak memiliki riwayat ataupun mengidap penyakit penyerta

3. Bayi tidak memiliki kelainan, cacat bawaan saluran pencernaan,

dan masalah pada saat persalinan

4. Bersedia mengikuti penelitian dan bersedia diobservasi sebagai

responden untuk survei akhir

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bayi diberi susu formula selama pengambilan data

2. Bayi mengalami sakit yang harus dirawat dan dipisahkan dari

ibunya.

Dari populasi sejumlah 40 orang, seluruhnya termasuk kedalam

kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan sehingga jumlah


52

sampel menggunakan teknik total sampling, lalu didapat jumlah

sampel yaitu 20 orang untuk kelompok intervensi dan 20 orang untuk

kelompok kontrol. Selama menentukan kelompok, 20 orang pertama

yang sesuai dengan kriteria penulis akan menjadi kelompok intervensi,

dan sisanya akan menjadi kelompok kontrol.

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Variabel Independent (bebas)

Variabel Independen (bebas) adalah variabel yang nilainya

menentukan variabel lain.(24)Variabel independent dalam

penelitian ini adalah hypnobreasfeeding.

3.4.2 Variabel Dependen(Tergantung)

Variabel dependen adalah variabel yang nilainya ditentukan

oleh variabel lain.(24) Variabel dependen dalam penelitian ini

adalah produksi ASI.

3.5 Definisi Operasional


Tabel 3.2

Definiai Operasional

No Variabel Definisi Alat Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur
1. Variabel Indpenden Teknik yang dilakukan
Hypnobreastfeeding kepada ibu untuk
persiapan menyusui,
meggunakan relaksasi
dilakukan sebanyak 6 kali
selama trimester III
kehamilan, yaitu 3 kali
dengan pengawasan kader
53

yang dilakukan pada


minggu ke 1,3,5 dan 3 kali
dilakukan oleh diri sendiri
(self hypnosis) yang
dilakukan di minggu ke 2,
4, 6 selama 15-30 menit
dengan cara menanamkan
niat dan kalimat-kalimat
positif ke dalam pikiran
bawah sadar agar
menghasilkan ASI yang
cukup untuk bayi.
2. Variabel dependen Terpenuhinya kebutuhan Lembar 1. Cukup. Ordinal
Kecukupan ASI pada ASI bagi bayi dinilai dari Observas Jika memenuhi
Bayi indikator sebagai berikut: i 22 item dengan
1) BAK 6-8 kali jawaban ”YA”
sehari, dinilai dari indikator
setiap hari selama 2 yang dinilai
minggu. yaitu BAK,
2) BAB 2-5 kali BAB dan
sehari yang dinilai frekuensi
setiap hari selama 2 menyusui bayi
minggu. selama 2
3) Penurunanan BB minggu.
bayi tidak lebih Ditambah bayi
dari 10% yang tidak
dinilai setelah bayi mengalami
berusia 2 minggu penurunan BB
4) Bayi menyusu lebih dari 10%
minimal 2-3 jam dari BB lahir
sekali atau 8 kali yang dinilai
dalam sehari dan pada saat bayi
dinilai setiap satu berusia 2
kali sehari selama 2 minggu.
minggu. 2. Kurang.
Jika tidak
memenuhi 22
item dengan
jawaban “YA”
dari indikator
yang dinilai
yaitu BAK,
BAB, dan
frekuensi
menyusui bayi
selama 2
54

minggu.
Ditambah bayi
mengalami
penurunan BB
lebih dari 10%
dari BB lahir
yang dinilai
pada saat bayi
berusia 2
minggu.

3.6 Rancangan Analisis Data

a. Analisa Univariat

Analisis data yang dilakukan untuk melihat sebaran dan

karakteristik ibu antara lain: umur, paritas. Data yang berbentuk

numerik yaitu, umur ibu disajikan dalam bentuk ditribusi tendensi

sentral, mean, median, data yang berbentuk kategori disajikan dengan

menghitung distribusi frekuensi dan presentase dengan menggunakan

rumus (Budiarto,2002) :

P = F x 100%

Keterangan :

P = Presentase

F = Jumlah responden sesuai kategori

N = Jumlah seluruh sampel

b. Analisis Bivariat
55

Setelah responden mendapatkan perlakuan, kemudian penulis akan

melakukan observasi yang dicatat secara langsung kepada responden

untuk melihat kecukupan ASI pada bayi. Untuk menentukan data

berdistribusi normal atau tidak dapat digunakan teknik yaitu, Mann

Whitney. Mann Whitney merupakan uji komparasi dengan dua sampel

bebas yang digunakan untuk membandingkan dua sampel bebas yang

berasal dari populasi yang berbeda.(25)

3.7. Alat ukur/intrument dan uji validitas reabilitas

Alat pengumpul data dalam penelitian ini menggunakan format

isian dan lembar observasi untuk mendapatkan data primer, dimana data

diperoleh secara langsung dengan melakukan observasi langsung kepada

tiap responden. Instrumen tersebut terdiri dari :

a. Format isian atau lembar observasi yang berisi tentang data

karakteristik responden meliputi : umur, pekerjaan, paritas, alamat,

nama suami, serta nomor telepon yang bisa dihubungi.

b. Instrumen penelitian objektif berupa lembar ceklist tentang kecukupan

ASI pada bayi. Berisi pertanyaan dan pernyataan berkaitan dengan

kecukupan ASI pada bayi yang dilihat dan diobservasi dari faktor bayi.

Dari indikator tersebut, dikatakan cukup jika memenuhi 22 item

dengan jawaban “YA” dari indikator yang dinilai yaitu BAK, BAB,

dan frekuensi menyusui bayi selama 2 minggu. Ditambah bayi tidak

mengalami penurunan BB lebih dari BB lahir yang dinilai pada saat

bayi berusia 2 minggu. Dikatakan kurang jika tidak memenuhi 22 item


56

dengan jawaban “YA” dari indikator yang dinilai yaitu BAK, BAB

dan frekuensi menyusui bayi selama 2 minggu. Ditambah bayi

mengalami penurunan BB lebih dari 10% dari BB lahir yang dinilai

pada saat bayi berusia 2 minggu.

3.8 Jalanya Penelitian

Prosedur pengumpulan data penelitian ini secara garis besar adalah

sebagai berikut:

Tahap Persiapan

Tahap persiapan dilakukan sejak Oktober 2020, peneliti mulai

mencari dan membaca literature tentang penelitian. Kedua, sebelum

melakukan penelitian , peneliti meminta surat penelitian dari Jurusan

Kebidanan Poltekkes Tasikamalaya untuk melakukan studi pendahuluan.

Selanjutnya peneliti ke Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya untuk

meminta data yang diperlukan oleh peneliti. Peneliti membuat media

untuk proses penelitian yaitu berupa video. Media tersebut digunakan

dalam rangka untuk mencegah penularan covid 19 yang mengharuskan

jaga jarak dan tidak membuat suatu perkumpulan.

3.9 Implikasi/Aspek Etik Penelitian

Setelah mendapat persetujuan, peneliti mulai melakukan penelitian

dengan memperhatikan masalah etika penelitian. Etika penelitian menurut

Hidayat (2010), meliputi :

a. Informed Consent (Lembar Persetujuan Menjadi Responden)


57

Lembar persetujuan diberikan pada subyek penelitian, peneliti

menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan serta

manfaat penelitian yang dilakukan. Setelah diberikan penjelasan,

lembar persetujuan diberikan kepada subjek penelitian. Jika subyek

peneltian bersedia diteliti maka mereka harus menandatangani lembar

persetujuan, namun jika subyek penelitian menolak untuk diteliti maka

peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya dan

penelitian terhadap subyek tersebut tidak dapat dilakukan.

b. Anonimity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan subyek penelitian, peneliti tidak

mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data, cukup dengan

inisial dan memberi nomor atau kode pada masing-masing lembar

tersebut.

c. Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan semua informasi yang diperoleh dari subyek

penelitian dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu saja

yang akan disajikan atau dilaporkan pada hasil penelitian.(25)


DAFTAR PUSTAKA

1. RI K. Survei Dasar Kesehatan Indonesia. In Jakarta; 2012.


2. Sulistyawaty. Buku ajar asuhan kebidanan pada ibu nifas. Yogyakarta:
Andi Offset; 2009.
3. Dode S, Ferrial EW, Nani Hasanuddin Makassar S. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kelancaran Pengeluaran Asi Pada Ibu Post Partum
Di Ruang Nifas Rumah Sakit Tk.Ii Pelamonia Makassar. 2013;2(5):135–
44.
4. Ambarwati E. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika; 2010.
5. Prasetyo S. Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogyakarta: Diva Press; 2009.
6. Aprilia T dkk. Pembangunan Berbasis Masyarakat: Acuan bagi pratisi,
akademis, dan pemerhati pengembangan masyarakat. Bandung: Alfabeta;
2014.
7. Lestari RAD. KARYA TULIS ILMIAH Program Studi D III Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan. 2019;
8. Anggraini Y. Hypnobreastfeeding. J Kesehat Metro Sai Wawai , Vol V No
1 Ed Juni 2012. 2012;V(1).
9. Manuaba. Ilmu kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC;
2010.
10. Saifudin. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Bina
Pustaka; 2008.
11. Varney H. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4 Volume 2. Jakarta: EGC;
2007.
12. Kusmiyati Y. Perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu Hamil). Yogyakarta:
Fitramaya; 2008.
13. Monawdya Wanda. Kebutuhan Ibu Hamil Sesuai dengan Tahap
Perkembangannya. 2013;
14. Damai Y, Sundawati D. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Belajar Menjadi
Bidan Profesional. Bandung: PT. Refika Aditama.; 2011.
15. Widuri. Cara Mengolah ASI Ekslusif Bagi Ibu Bekerja. Yogyakarta:
Gosyen. Publising.; 2013.
16. Saleha. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika;
2009. 71–76 p.
17. RI, Depkes. Keputusan Mentri Kesehatan RI No: 900/MENKES/VII/2007.
20

2007.
18. Prasetyo Sunar Dwi. ASI Eksklusif, Pengenalan Praktek dan kemanfaatan –
kemanfaatannya. Jakarta: DIVA Press; 2012.
19. IDAI. Air Susu Ibu dan Tumbuh Kembang Anak. In 2013.
20. Kuswandi L AY. Basic Hypnosis & Hypnobirthing. Dalam Basic
Hypnosis. & hypnobirting work book. Bali Pro V Clinic; 2009.
21. Armini NW. Hypnobreastfeeding awali suksesnya ASI Eksklusif, Denfasar.
J Skala Husada. 2016;13(1).
22. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. (Edisi Rev. Jakarta: PT.
Rineka Cipta; 2005.
23. Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu.
Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian.
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika; 2003.
24. Nursalam. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.
Ed. 4. Jakarta: Salemba Medika; 2016.
25. Alimul HA. Metode Penelitian Kesehatan Paradigma. Kuantitatif. Jakarta:
Health Books; 2010.
21
LAMPIRAN-LAMPIRAN

PERSIAPAN MELAKUKAN HYPNOBREASTFEEDING

Alat yang digunakan :

a. Ruangan, dengan pencahayaan yang redup dan jauh dari keramaian.


b. Kursi/matras/kasur, untuk memposisikan diri pada saat dilakukan relaksasi
c. Musik khusu untuk relaksasi (jika ada)
d. Aromaterapi (jika ada)
e. Pendulum (hanya untuk terapis)

Persiapan yang harus dilakukan :

a. Menjalin hubungan baik antara klien dan terapis


b. Klien mengisi formulir yang sudah diberikan oleh terapis
c. Klien melakukan tes sugestibilitas dengan terapis menggunakan pendulum
d. Posisi klien pada saat akan melakukan relaksasi adalah sebagai berikut:
Berbaring dengan nyaman dan rileks, kedua telapak tangan terbuka dan
memjamkan mata. Jika klien memilih posisi duduk, maka posisinya adalah
sebagai berikut:
e. Berlatih pernafasan perut bersama dengan terapis
f. Jika sudah lakukan langkah-langkah hypnosis
g. Selanjutnya klien bisa melakukan relaksasi sendiri dirumah dengan
persiapan yang sudah dilakukan. Penggunaan ruangan dan suasana yang
tepat akan berpengaruh terhadap proses relaksasi.
LANGKAH-LANGKAH HYPNOTHERAPY

1. PREPARASI
Preparasi merupakan tahap terpenting dalam sesi hypnotherapi. Ini disebut
juga tahap pretalk atau preparasi yang merupakan tahapan awal saat
pertama kali klien bertemu hypnotherapis. Dimulai dari pengumpulan data
awal, apersepsi tentang hypnotherapi dan prosesnya, anamnesa klien
tentang masalah yang dihadapi.
2. RELAKSASI (INDUCTION)
Induksi adalah bagian dari sesi hypnotherapi yang menghantarkan klien
masuk kedalam kondisi trance hipnosis. Trance hipnosis adalah suatu
kondisi kesadaran dimana bagian kritis pikiran sadar tidak aktif, sehingga
klien sangat reseptif terhadap sugesti yang diberikan oleh hypnotis.
Melalui induksi, terapis berperan sebagai pemandu klien untuk memasuki
kondisi trans, yang dimulai dengan memusatkan perhatian klien pada
objek tertentu yang mana tujuanya adalah mengisolasi klien dari
banyaknya rangsangan atau stimulus-stimulus dari lingkungan sekitarnya.
3. ISOLASI
Yaitu cara melindungi klien atau dalam bahasa hipnosis disebut sujet dari
pengaruh luar yang dapat mengganggu proses hipnosis, seperti adanya
suara bising disekitar, tempat yang kurang nyaman, adanya cahaya yang
terlalu terang atau gangguan lain.
4. TEST
Melakukan tes kepada klien guna menilai sejauh mana klien memasuki
alam bawah sadar.
5. DEEPENING
Merupakan kelanjutnya dari induksi. Tujuan dari deepening adalah untuk
membuat klien semakin meningkatkan kemampuan untuk meneriman
sugesti.
6. IMPLANTASI
Dalam sesi ini hypnoterapis mulai memberikan terapi sesuai dengan
permasalahan yang dihadapi klien. Pada sesi ini terapis menanamkan
sugesti pasca hipnosis sesuai dengan kesepakatan dalam kontak dengan
klien. Berupa kalimat-kalimat positif dan terapeutik.
7. TERMINASI
Tahap mengakhiri sesi hipnosis.
PANDUAN RELAKSASI

Pada saat melakukan relaksasi pertama-tama gunakan ruangan yang


nyaman, remang, musik yang tenang dan yang anda suka bisa ditambah
dengan aroma terapi. Penggunaan sarana tersebut bertujuan untuk
memberikan rasa nyaman pada masing-masing indera sehingga proses
relaksasi cepat bisa dihayati.

Sebagian besar dari tubuh kita terdiri dari otot dan ini adalah alasan utama
mengapa kita melakukan relaksasi pada otot terlebih dahulu.

(Relaksasi Otot)

Persiapkan posisi berbaring atau duduk dengan nyaman, posisi lengan disamping
kanan dan kiri, posisi telapak tangan terbuka menghadap keatas. Pejamkan kedua
kelopak mata dengan lembut...

Sebelum mengendurkan otot kita akan meregangkan dahulu agar terasa perbedaan
pada saat otot dalam kondisi tegang dan otot dalam kondisi relaks..

Tegangkan otot ditelapak kaki (jari-jari kaki diarahkan ke langit-langit),


ketegangan ini merambat ke betis...paha...pinggul...perut...dada...bahu... sedikit
ditarik ke atas telinga...kedua telapak tangan dikepal...wajah ditegangkan...lidah
menempel dilangit-langit mulut...Rasakan ketegangan beberapa saat kemudian
lepaskan sambil menghembuskan nafas... Dan bersamaan dengan hembusan nafas
anda , lepaskan segala ketegangan... kecemasan... kesedihan... dan amarah... serta
semua emosi negatif yang ada dalam diri anda. Dan kemudian perlahan-lahan
lepaskan ketegangan yang anda rasakan tadi mulai dari otot-otot wajah...leher...
bahu rilekskan... kedua tangan... dada... perut...paha...betis sampai ke jari jemari
kaki... Rilekskan seluruh bagian tubuh anda. (Langkah ini bisa dilakukan 3-4 kali
sampai klien benar-benar merasakan relaksnya otot diseluruh tubuh)

Kini saatnya kembali anda merasakan rileksnya otot-otot didaerah wajah. Wajah
yang relaks selalu berseri-seri dan tersenyum. Rasakan rileksnya otot-oto didaerah
leher..bahu kiri dan kanan... lengan atas.. lengan bawah.. kedua telapak...dan
seluruh jari jemari ... tangan terasa semakin lama semakin rileks..

Selama proses latihan relaksasi, apabila ada pikiran-pikiran yang datang


sementara biarakn saja. Tetap arahkan kedua indera pendengaran anda ke suara
musik dan suara panduan yang terus menghantarkan anda memasuki alam
rileksasi yang semakin dalam.. Bagus sekali.

Kini rasakan rileksnya otot-otot didaerah dada depan sampai belakang... seiring
dengan tarikan dan hembusan nafas anda rasakan semakin lama semakin rileks...
bagus sekali. Kemudian sekarang rasakan rileksnya otot-otot didaerah perut terasa
semakin rileks... Rasakan rileksnya otot-otot dibagian panggul... Rasakan seluruh
otot semakin mengendur semakin rileks...

Dam tiba saatnya rasakan rileksnya otot-otot didaerah paha kiri... dan paha
kanan...lutut kiri..dan lutut kanan...telapak kaki...dan seluruh jari jemari...kaki
terasa semakin rileks.. dan telapak kaki yang rileks perlahan-lahan terjatuh ke sisi
kiri dan kanan...Bagus sekali.

Rasakan betapa nikmatnya dan dan betapa nyamannya seluruh oto mulai dari
puncak kepala...sampai jari jemari kaki... terasa semakin rileks seluruh sel..
seluruh pembuluh darah...seluruh saraf...seluruh organ...bekerja dengan seimbang
dan semakin sehat... Bagus sekali...

(Relaksasi Nafas)

Dan kini tiba saatnya untuk melakukan relaksasi nafas...Nafas yang rileks adalah
nafas perut... Silahkan menghirup nafas yang panjang ... dari hidung ... tahan
sejenak kemudian hembuskan lewat mulut... sembari lepaskan semua ketegangan.

Tarik nafas yang panjang dari hidung ... tahan sejenak kemudian hembuskan lewat
mulut... sembari lepasan semua kecemasan... kesedihan... ketakutan...
kemarahan... dan seluruh kebencian... serta perasaan dendam... Bagus sekali.
Silahkan tarik nafas panjang dari hidung...tahan sejenak kemudian
hembuskanlewat mulut.. dengan perlahan-lahan teruslah bernafas dengan
pernafasan perut... dan hayati bahwa nafas adalah nafas kehidupan...Nafas adalah
sarana yang penting dalam, bayangkan saja tanpa nafas manusia hanya bertahan
beberapa menit. Perhatikan nafas dan keluar dan masuk lewat hidung, nafas yang
relaks lambat dan teratur. Dalam keadaan baring saat kita bernafas secar aotomatis
udara akan terdorong ke rongga perut. Tarik nafas panjang sambil hitung ± 10 kali
hitungan, kemudian hembuskan perlahan-lahan. Setiap tarikan nafas niatkan
semakin santai dan terus semakin santai dan selalu niatkan dari dalam hati bahwa
setiap kali anda menghirup nafas dan menghembuskannya, masuki alam relaksasi
10 kali lipat dari sebelumnya... Bagus sekali

Dan teruslah pusatkan perhatian anda pada nafas yang keluar masuk yang terus
menghantarkandiri anda untuk masuk kedalam keadaan rileks yang paling
dalam... jauh lebih dalam dari sebelumnya ... jauh lebih rileks dari sebelumnya...
Bagus sekali.

Pada saat ketiga unsur jiwa (perasaan, kemauan dan pikiran ) dan ketiga unsur
raga dalam keadaan rileks, rasakan betapa nyamannya. Terukan dengan
memusatkan perhatian pada nafas keluar dan masuk yang terus menghantarkan
kedalam ketenangan pikiran yang jauh lebih dalam jauh lebih dalam.

Setelah itu, lakukan tes dengan cara: mengangkat tangan klien atau
menjentrikan jari. Jika klien sudah rileks dan memasuki alam bawah sadar
maka tangan klien saat diangkat akan terasa berat, dan jika kita
menjentrikan jari klien tidak merspon apapun.

Dalam keadaan yang rileks (setelah melakukan konsolidasi pada klien),


saatnya untuk menanamkan niat atau sugesti positif kedalam pikiran bawah
sadar klien sesuai dengan kasus yang dihadapi klien.

Sugesti yang diberikan kepada klien dalam metode Hypnobreastfeeding,


diantaranya adalah:
1. Saya percaya dan yakin bahwa saya bisa menyusui bayi saya
2. ASI saya akan mengalir cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi saya
3. Kebahagiaan dan ketenangan akan menyertai saya saat menyusui
bayi saya
4. ASI saya keluar dengan lancar
5. ASI yang mengalir dari tubuh saya adalah anugerah dari Tuhan yang
sempurna untuk bayi saya
6. Bayi saya akan tumbuh sehat berkat ASI yang akan saya berikan

Berikan kalimat sugesti positif yang berulang-ulang dan setelah dirasa cukup
lakukan terminasi.

Dan kini tiba saat untuk mengakhiri latihan relaksasi ini. Persiakan diri anda dan
pada hitungan kelima latihan selesai dan semua sugesti yang anda terima menjadi
kenyataan dalam kehidupan anda. Bagus sekali...

Saya akan menghitung dari angka satu sampai lima, pada hitungan kelima anda
bangun dalam keadaan sehat, tenang dan bugar.

Satu... sadari nafas alami anda


Dua... sadari saat ini anda berada diruangan bersama saya
Tiga... suara-suara disekitar selain suara musik dan suara saya semakin terdengar
Empat... persiapkan untuk membuka kedua kelopak mata
Lima... buka mata anda, dan anda terbangun dalam kedaan sehat, tenang, dan
bugar.

Sebagai hasil dari relaksasi ini setiap klien berbeda-beda. Sehingga apa yang
dirasakan setelah melakukan relaksasi relaksasi terima saja apa adanya.
Lembar Observasi

Tanda Evaluasi Hari ke- KET

No Kecukupan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
ASI
Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T
1. Frekuensi

Buang Air

Kecil

(BAK) lebih

dari 6 kali

sehari
2. Frekuensi

Buang Air

Besar

(BAB) lebih

dari 4 kali
sehari
3. Frekuensi

menyusu

minimal 8

kali sehari
4. Berat badan YA TIDAK

bayi tidak

turun ≥ 10%

dari berat

badan lahir
Tanda Kecukupan ASI pada Bayi

Keterangan :

Y = YA

T = TIDAK

Anda mungkin juga menyukai