Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN

PIJAT COMMOND COLD


(Diajukan untuk melengkapi Ujian individu PKNAT Terapi I)

Dosen Pengampuh:
SITI NUR UMARIYAH,S.SiT.,M.KeS

Disusun Oleh
MIRIAM MITA KALEMUDJI
(2004031)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KARYA HUSADA SEMARANG
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan kesehatan
dan kesempatan untuk kami sehingga Laporan Pendahuluan “PIJAT COMMOND
COLD” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Laporan pendahuluan ini disusun guna untuk memenuhi ujian individu Natural
Advanced Therapy IV yang dibimbing oleh Ibu SITI NUR
UMARIYAH,S.Sit.,M.Kes dan penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan pendahuluan ini.
Semoga laporan pendahuluan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
mahasiswa STIKes Karya Husada Semarang pada khususnya. Kritik dan saran yang
membangun sangat kami butuhkan demi kesempurnaan laporan pendahuluan kami
selanjutnya. Besar harapan kami agar laporan pendahuluan ini bisa bermanfaat bagi
para bidan pada khususnya dan tenaga kesehatan pada umumnya.

Kupang,19 Juni 2021

penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A.Latar Belakang.........................................................................................1
B.Rumusan Masalah....................................................................................4
C.Tujuan.......................................................................................................4
D.Manfaat.....................................................................................................4

BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................4

A.Definisi Bayi Balita..................................................................................5


B.Definisi ISPA, BAtuk, Pilek…………………………………………..…5
C.Definisi Terapi Pijat Commond Cold.......................................................6
D.Tahap-tahap Implementasi.......................................................................7
BAB III TINJAUAN KASUS................................................................................9

BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................20

BAB V PENUTUP................................................................................................25

A.Simpulan.................................................................................................25
B.Saran.......................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................27

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Balita merupakan kelompok umur yang sangat rentan terhadap berbagai

macam penyakit infeksi dan membutuhkan zat gizi yang relatif tinggi

dibandingkan dengan kelompok umur lainnya. Masa balita adalah umur yang

paling rawan dimana pada masa ini balita mudah terserang penyakit karena

balita mempunyai daya tahan tubuh yang lebih rendah dan lebih rentang

terhadap berbagai penyakit. Penyakit yang sering diderita oleh balita adalah

penyakit infeksi salah satunya yaitu commond cold. Usia balita dapat

dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu golongan usia bayi (0-2 tahun),

golongan batita (2-3 tahun), dan golongan prasekolah (>3-5 tahun) (Adriani dkk,

2012).

Salah satu penyakit infeksi yang angka kejadiannya cukup sering baik di

dunia maupun di Indonesia adalah common cold. Common cold yang juga

disebut Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) adalah infeksi primer di

nasofaring dan hidung yang sering mengeluarkan cairan, penyakit ini banyak

dijumpai pada bayi dan anak (Ngastiyah, 2011)..

Adapun menurut WHO, kelompok usia balita adalah 0-60 bulan. Sumber

lain mengatakan bahwa usia balita adalah 1-5 tahun. Usia sangat berpengaruh

terhadap kejadian commond cold karena usia balita masih rawan terkena

penyakit infeksi. Balita lebih berisiko terkena penyakit infeksi dibandingkan

dengan orang dewasa karena sistem imum balita tidak sama dengan sistem imum
orang dewasa. Daya tahan tubuh balita sangat berbeda dengan orang dewasa

karena sistem pertahanan tubuhnya belum adekuat, dengan kondisi tubuh balita

yang masih melemah, proses penyebaran penyakitpun menjadi cepat (Danarti,

2010).

Commond cold merupakan bagian dari infeksi saluran pernafasan akut

(ISPA). Penyakit commond cold (batuk dan pilek) adalah penyakit yang kurang

disadari oleh masyarakat. Hal ini dapat di lihat dari sebagian besar orang tua

belum familiar dengan istilah commond cold. Orang tua lebih terbiasa dengan

istilah batuk, pilek dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Padahal

commond cold tidak sama dengan influenza, pharingitis, tonsillitis dan otitis.

Namun kadang tidak mudah membedakan commond cold dengan influenza,

pharingitis, tonsillitis dan otitis (Danarti, 2010).

Menurut World Health Organization (WHO) common cold atau ISPA

merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering terjadi. WHO memperkirakan

insidensi ISPA di negara berkembang dengan angka kematian balita diatas 40

per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada golongan usia bayi dan

balita

Berdasarkan hasil (Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2013) pravelensi

common cold di Indonesia sekitar 25,0% dan 13,8% kasus setelah terdiagnosis

pasti oleh dokter. Sedangkan di Provinsi Jawa Tengah pravelensi common cold

sekitar 28,0% dan di Kota Surakarta dengan 4.0% diantaranya telah terdiagnosis

pasti oleh dokter. Pravelensi ini tertinggi pada golongan bayi dan balita.

Penyakit commond cold (batuk dan pilek) pada balita disebabkan oleh

banyak faktor. Sebagian besar penyebabnya adalah virus selain virus commond

cold (batuk dan pilek) dapat juga disebabkan oleh bakteri. Adapun faktor resiko
secara umum yang dapat menyebabkan terjadinya commond cold meliputi usia,

jenis kelamin, status gizi, lingkungan, pendidikan orang tua, dan status sosial

ekonomi (Danarti, 2010).

Salah satu dampak jangka panjang dari ISPA pada balita yang tidak

ditangani dengan segera adalah gangguan tumbuh kembang atau yang disebut

dengan stunting. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat

dari kekurangan gizi kronis dalam waktu panjang sehingga anak terlalu pendek

untuk usianya (Mushlih Dkk, 2018).

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengendalikan

penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Indonesia, program

pemberantasan penyakit ISPA bertujuan menurunkan angka kesakitan dan

kematian khususnya pada balita.

Target MDGS 2015 berkaitan dengan program ISPA adalah menurunkan

angka kematian ispa balita dari 44 menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup.

Program pemerintah dalam menanggulangi ISPA yaitu Integrated Management

of Childhood Illness (IMCI) atau Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

sebagai model pendekatan tatalaksana kasus terpadu untuk berbagai penyakit

anak diantaranya pneumonia, diare dan malaria, Selain itu pemberian imunisasi

DPT (difteri, pertusis dan tetanus) dapat diberikan untuk mencegah tiga macam

penyakit sekaligus yaitu difteri, pertusis dan tetanus. (Pedoman Pengendalian

Infeksi Saluran Pernafasan Akut.2011).

Terdapat metode yang dapat dilakukan untuk mengobati batuk pilek,

yaitu metode farmakologi dan non farmakologi. Penanganan batuk pilek secara

non farmakologi lebih aman digunakan karena tidak menggunakan efek samping

seperti obat obatan karena terapi non farmakologi menggunakan proses


fisiologis. Salah satunya menggunakan pijat bayi commond cold yang sudah

terbukti secara ilmiah dapat digunakan sebagai terapi pendamping untuk bayi

batuk dan pilek. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

pijat bayi commond cold untuk mengatasi batuk pilek pada bayi.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam Penelitian yang akan dilakukan adalah “ Pengaruh
Pijat Bayi Commond Cold Terhadap Batuk Pilek Bayi”

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pengaruh Pijat Bayi Commond Cold Terhadap Batuk
Pilek Bayi
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk menganalisis kejadian Batuk Pilek Bayi sebelum melakukan Pijat
Bayi Commond Cold
2. Untuk menganalisis kejadian Batuk Pilek Bayi sesudah melakukan Pijat
Bayi Commond Cold
3. Untuk membandingkan kejadian Batuk Pilek Bayi sebelum dan sesudah
melakukan Pijat Bayi Commond Cold

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi Peneliti
Diharapkan dapat menambah pengalaman dalam hal metode penelitian dan
menjadi referensi sehingga dapat menambah wawasan
2. Bagi Institusi
Diharapkan dapat menjadi informasi dan bahan kepustakaan untuk STIKes
Karya Husada khususnya
3. Bagi Instansi
Diharapkandapat menjadi masukan bagi instansi penelitian sehingga bisa
meningkatkan pelayanan kesehatan
4. Bagi Pembaca
Diharapkan penelitian ini bisa dijadikan informasi atau refrensi bagi
pembaca khususnya masyarakat yang memiliki bayi agar mampu
menerapkan dirumah masing-masing
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Bayi dan Balita


Bayi adalah anak yang berusia 0-12 bulan, yang ditandai dengan
pertumbuhan dan perkembangan yang cepat disertai dengan perubahan dalam
kebutuhan zat gizi. Balita adalah individu atau sekelompok individu dari suatu
penduduk yang berada dan rentan usia tertentu. Usia balita dapat dikelompokkan
menjadi tiga golongan yaitu golongan usia bayi (0-2 tahun), golongan batita (2-3
tahun), dan golongan prasekolah (>3-5 tahun).

2.1.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Anak


Banyak pendapat mengenai faktor determinan yang menyebabkan
timbulnya masalah gizi pada bayi, bahwa kekurangan gizi dipengaruhi oleh
asupan makan yang kurang dan adanya penyakit infeksi. Sedangkan penyebab
mendasar adalah makanan, perawatan (pola asuh) dan pelayanan kesehatan yang
didapat oleh bayi tersebut.

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi dan Kesehatan Anak

Status ekonomi juga mempengaruhi pertumbuhan bayi, melalui


konsumsi makan dan kejadian infeksi. Status sosial ekonomi terhadap konsumsi
makan mempengaruhi kemampuan rumah tangga untuk memproduksi dan atau
membeli pangan, menentukan praktek pemberian makanan bayi, kesehatan serta
sanitasi lingkungan. Interaksi dari berbagai faktor sosial ekonomi dapat
menyebabkan jatuhnya seorang anak pada keadaan kekurangan gizi.

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi dan Kesehatan Anak

Pertumbuhan dipengaruhi oleh sebab langsung yaitu asupan makanan dan


keadaan kesehatan. Penyebab tidak langsung meliputi ketahanan makanan
keluarga, pola asuhan anak, sanitasi lingkungan serta pemanfaatan pelayanan
kesehatan. Ditentukan oleh sumber daya dan kontrol daripada sumber daya
keluarga manusia, ekonomi dan organisasi melalui faktor pendidikan. Penyebab
yang paling mendasarnya adalah masalah struktur politik dan ideologi serta
struktur sosial ekonomi yang dilandasi oleh potensi sumber daya.

1. Masalah Kesehatan yang Rentan Dialami Bayi dan Balita

Pada masa perkembangan, anak cukup rentan terhadap berbagai serangan


penyakit, berikut adalah beberapa masalah kesehatan termasuk penyakit yang
sering dialami bayi dan balita.:

a. Kurang Energi Protein (KEP)

Peran protein bagi anak -yang sedang dalam masa pertumbuhan- amat
penting. Jika asupan protein mereka dibawah angka kecukupan gizinya,
maka balita beresiko mengalami kondisi Kurang Energi Protein (KEP).
Para ahli mengelompokan KEP kedalam tiga tipe utama yaitu:

1) Marasmus

Salah satu bentuk kekurangan gizi yang buruk paling


sering ditemui pada balita berusia 0-2tahun yang tidak
mendapatkan cukup Air Susu Ibu (ASI). Penyebabnya antara
Iain karena masukan makanan yang sangat kurang, infeksi,
pembawaan lahir, prematuritas, penyakit pada masa neonatus
serta kesehatan lingkungan. Marasmus biasanya memiliki
berat badan sangat rendah kurang dari 60% berat badan
sesuai dengan usianya, ukuran kepala tidak sebanding dengan
ukuran tubuh, mudah terkena infeksi penyakit, rambut tipis
dan mudah rontok, anak menjadi berwajah lonjong dan
tampak lebih tua (old man face), kulit kering dan berlipat
bersamaan dengan hilangnya lemak subkutan, tingkat
kesadaran menurun, dan bentuk perut cekung sering disertai
diare kronik (terus menerus) atau malah susah buang air
kecil.

2) Kwashiorkor

Kondisi ini banyak ditemukan pada anak usia 1-3 tahun


yang kurang mendapatkan asupan protein. Kwashiorkor
sering kali mengalami pembengkakan (edema) pada di
seluruh tubuh hingga tampak gemuk wajah anak membulat
dan sembab \moon face), bengkak pada bagian punggung
kaki bila bagian punggung kakinya ditekan akan
meninggalkan bekas seperti lubang, otot mengecil dan
menyebabkan lengan atas kurus sehingga ukuran Lingkar
Lengan Atas (LLA)-nya kurang dari 14 cm, serta munculnya
ruam yang berwarna merah muda pada kulit kemudian
berubah menjadi coklat kehitaman dan mengelupas, tidak
bernafsu makan atau kurang, rambutnya menipis berwarna
merah seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa
menimbulkan rasa sakit, sering disertai infeksi, anemia dan
diare, anak menjadi rewel dan apatis perut yang membesar
juga sering ditemukan akibat dari timbunan cairan pada
rongga perut salah salah gejala kemungkinan menderita
“busung lapar”.

3) Kwasiorkor Marasmus

Honger oedema disebabkan cara bersama atau salah satu


dari simtoma marasmus dan kwashiorkor adalah sebuah
fenomena penyakit di Indonesia bisa diakibatkan karena
kekurangan protein kronis pada anak-anak yang sering
disebabkan beberapa hal, antara Iain anak tidak cukup
mendapat makanan bergizi (terutama tidak mengandung
cukup energi dan protein), anak tidak mendapat asupan gizi
yang memadai dan anak mungkin menderita infeksi penyakit.
Kondisi ini sering dikenal dengan istilah busung lapar.

b. Kurang Asupan Vitamin A


Masalah kekurangan vitamin A (KVA) dapat diibaratkan
sebagai fenomena “gunung es” yaitu masalah yang hanya sedikit
tampak di permukaan. Padahal, kekurangan vitamin A subklinis
yang ditandai dengan rendahnya kadar vitamin A di dalam darah
masih merupakan masalah besar yang perlu mendapat perhatian,
kekurangan vitamin A tingkat subklinis ini hanya dapat
diketahui dengan memeriksa kadar vitamin A dalam darah di
laboratorium. Sedangkan masalah vitamin A pada balita secara
klinis bukan lagi masalah kesehatan masyarakat.
Kurang asupan vitamin A dapat berdampak pada
terganggunya perkembangan organ penglihatan anak. Penyakit
mata yang sering muncul akibat kurang vitamin jenis ini disebut
dengan Xeroptalmia. Penyakit ini merupakan menyebab
kebutaan paling sering terjadi pada anak usia 2-3tahun.

c. Obesitas
Kegemukan ini terjadi karena ketidakseimbangan antara
energi yang masuk dan energi yang keluar. Pada gangguan gizi
sebelumnya disebabkan oleh defisiensi atau kekurangan nutrisi
tertentu, obesitas atau berat badan berlebih dapat terjadi ketika
anak mendapatkan asupan kalori melebihi batas kebutuhan
disertai dengan kurangnya aktifitas gerak. Anak yang mengalami
obesitas dapat juga mengalami gangguan pernafasandan
komplikasi ortopedik (tulang). Pengaturan pola makan termasuk
memastikan kecukupan nutrisiyang berimbang adalah upaya
yang direkomendasikan para ahli guna menghindari resiko
obesitas pada anak balita. Selain itu, membiasakan anak aktif
secara fisik melalui beragam aktivitas olah raga atau bermain
juga dapat menurunkan resiko kondisi ini. Resiko balita gemuk
menimbulkan banyak penyakit, antara Iain:

d. ISPA
Batuk pilek merupakan penyakit saluran pada pernapasan
yang sangat sering terjadi pada bayi dan anak. Bayi yang masih
sangat muda akan sangat rentan tertular, penularan akan sering
terjadi akibat seseorang yang pilek sering memegang hidungnya
karena rasa gatal tidak mencuci tangan, akan mengakibatkan
salah satu sumber penularan.
2.2 Common Cold
Common Cold atau Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) merupakan infeksi yang
terjadi pada saluran pernapasan bagian atas yang meliputi mulut, hidung, tenggorokan,
laring (pita suara), dan trakea (batang tenggorokan) .Batuk pilek yang terjadi pada bayi
akan berlangsung lebih berat dibandingkan orang dewasa, karena infeksi yang dialami
akan meluas diantaranya pada daerah sinus paranasal, telinga tengah dan nasofaring
disertai demam yang tinggi, sedangkan pada orang dewasa lebih terbatas dan tidak
mengalami demam tinggi.

2.2.1 Etiologi Common Cold

Human rhinovirus (HRV) adalah kelompok virus yang paling banyak


menyebabkan batuk pilek. Selain virus tersebut, penyakit ini juga dapat disebabkan oleh
corona virus, adenovirus, human parainfluenza virus(HPV), dan respiratory syncytial
virus (RSV). Virus masuk ke tubuh manusia melalui hidung, mulut atau bahkan mata,
sebelum menimbulkan gejala. Virus dapat masuk kedalam tubuh ketika tanpa sengaja
menghirup droplet penderita batuk pilek yang disembukan ke udara melalui bersin atau
batuk. Selain itu virus juga dapat masuk ketika seseorang menyentuh permukaan benda
yang terkontaminasi percikan droplet yang mengandung virus batuk pilek, kemudian
menyentuh hidung, mulut, atau mata sendiri dengan tangan tersebut.

2.2.2 Gejala Common Cold


Meskipun gejala batuk pilek (common cold) sangat mirip dengan flu terdapat
perbedaan antara gejala yang ditimbulkan oleh keduanya, antara lain:

Gejala Common cold Influenza


Demam Tidak ada atau tidak Sering dan tinggi; biasanya
tinggi 3-4 hari.
Nyeri Kepala Tidak ada atau ringan. Hampir selalu ada.
Nyeri Badan dan Pegal Ringan, jika ada. Sering berat
Lesu, Lemah, dan Ringan, jika ada. Kelelahan bisa berat, dapat
Kelelahan berlangsung 2-3 minggu.
Mampet Hampir selalu. Kadang-kadang.
Bersin Sangat sering. Kadang-kadang.
Nyeri Tenggorokan Sering. Kadang-kadang.
Dada Tidak Nyaman Ringan sampai sedang, Sering, bisa berat.
dan Batuk hacking cough
T

2.2.3 Patofisiologi Common Cold


Batuk merupakan suatu refleks vagal dimana sebagai efektor utamanya adalah otot-
otot serat lintang yang mencakup otot pernafasan dan diafragma dan mungkin juga otot
polos saluran pernafasan. Akseptor dari batuk tersebar sangat luas, bukan saja di
sepanjang sistem pernapasan, yakni laring, trakea dan bronkus, akan tetapi juga pada
faring, sinus paranasalis, perikardium, diafragma dan mungkin pula pada alat-alat
viseral lainnya. Makin ke arah bronkiolus respiratorius, akan semakin sedikit jumlah
respiratornya dan makin ke arah proksimal, akan semakin banyak jumlahnya.

2.2.4 Predisposisi Common Cold

a. Penularan melalui udara


Bila seseorang sakit batuk pilek, saat dia batuk, bersin atau berbicara bisa
menularan virus.

b. Kontak langsung

Virus dapat menular ketika orang yang sedang sakit menyentuh

hidung/mulutnya, lalu menyentuh tangan balita, selanjutnya balita

menyentuh hidung /mulutnya dengan tangan tersbut yang sudah


terkontaminasi virus.

c. Menyentuh benda yang terkontaminasi virus


Virus dari orang yang sedang sakit dapat melekat di permukaan benda dalam
waktu 2 jam atau lebih. Balita rentan tertular apabila menyentuh benda yang
terkontaminasi virus lalu menyentuh mulut/hidungnya.
d. Polusi Udara
Selain itu polusi udara juga menyebabkan ISPA, dimana orangtua yang
merokok menyebabkan anaknya rentan terhadap ISPA non pneumonia27.
e. Imunitas / kekebalan tubuh yang buruk
ASI merupakan penunjang imunitas terbaik bagi bayi. Karbohidrat lain yang
terdapat dalam ASI mampu menghambat pertumbuhan kuman patogen
seperti Streptococcus pneumonia dan Haemophilus influenzae. ASI berguna
untuk daya tahan tubuh terhadap infeksi penyakit karena kolostrum yang
merupakan bagian dari ASI mengandung imunoglobin M.

2.2.5 Penanganan Commond Cold


Tidak ada terapi antiviral yang efektif untuk pengobatan common cold. Oleh
karena common cold merupakan penyakit yang self-limiting yaitu sembuh dengan
sendirinya, maka pengobatan hanya ditujukan untuk meredahak gejala. Pengobatan
batuk pilek untuk balita yang harus dilakukan yaitu :

a. Farmakologi

1) Berikan minum lebih banyak untuk mengencerkan lender di


tenggorokan

2) Berikan obat sesuai dengan gejalanya

3) Berika ASI eksklusif sebagai bentuk pengupayaan gizi yang baik

4) Terapi yang direkomendasikan adalah obat yang spesifik untuk gejala


tertentu. Obat semprot hidung yang mengandung dekongestan dapat
digunakan, tapi tidak melebihi 3 hari untuk mencegah efek rebound.
Bersin-bersin dan hidung berair dapat diredakan dengan antihistamin.
Namun tidak semua antihistamin efektif untuk gejala tersebut.

5) Memberikan obat batuk yang bersifat mengencerkan dahak. Hindari


obat batuk yang bersifat menekan batuk karena akan menghambat
lender yang akan keluar.
b. Nonfarmakologi

1) Memberikan pijat common cold


Pijat common cold untuk membantu mengurangi batuk pilek pada
balita bisa dibantu dengan memberikan pijatan pada bayu. Pijatab
pada bayi bisa dikatakan cara yang ampuh karena pemijatan bisa
memberikan efek kehangatan pada bayi dan merangsang titik terntu
dalam mengatasi common cold.

2.3 Terapi Pijat Common Cold


2.3.1 Definisi Pijat Common Cold
Pijat common cold adalah memijat bagian tubuh untuk melemaskan otot sehingga
peredarah darah lancar yang dilakukan pada seluruh permukaan bagian tubuh pada
balita yang mengalami keluhan common cold. Terapi sentuh yang diberikan kepada
anak mampu menurunkan hormone stress sehingga membantu meningkatkan system
kekebalan tubuhnya. Sentuhan pada kulit anak juga dapat merangsang hormon
pertumbuhan serta hormone serotonin yang membuatnya merasa lebih nyaman.

2.3.2 Manfaat Pijat Common Cold


1) Merelaksasikan otot-otot pernafasan
2) Mengurangi hidung tersumbat
3) Mengencerkan dahak

2.3.3 Efektivitas Terapi Pijat Commond Cold


Para pakar telah dapat membuktikan secara ilmiah bahwa terapi
sentuh dan pijat bayi mempunyai banyak manfaat. Terapi pijat dapat menghasilkan
perubahan fisiologis yang menguntungkan dan dapat diukur secara ilmiah, antara lain
melalui pengukuran kadar cortisol ludah, kadar cortisol plasma secara
radioimmunoassay, kadarhormon stres (catecholamine), air seni, dan pemeriksaan EEG
(electro encephalogram, gambaran gelombang otak)..

2.3.4 Mekanisme Pijat Commond Cold


Pijat Common cold memiliki mekanisme yang kurang lebih sama yakni
manipulasi secara menual pada jaringan lunak untuk meningkatkan kesehatan
dan kesejahteraan bayi dan anak. Hal meningkatkan aliran darah, mengurangi
ketegangan otot, mempengaruhi system saraf melalui stimulasi, meningkatkan
penyembuhan system jaringan.

2.3.5 Persiapan Diri, Alat Dan Bahan


a. Tangan bersih dan hangat
b. Hindari agar kuku dan perhiasan tidak mengakibatkan goresan
pada kulit bayi
c. Ruangan untuk memijat diupayakan hangat dan tidak pengap
d. Bayi sudah selesai makan atau tidak sedang lapar
e. Secara khusus menyediakan waktu untuk tidak diganggu
minimum 15 menit guna melakukan seluruh tahap-tahap pemijat
pada posisi yang nyaman dan tenang
f. Baringkan bayi di atas permukaan yang rata, lembut dan bersih
g. Siapkan handuk, popok, baju ganti dan minyak zaitun (oil)
h. Meminta izin pada bayi sebelum melakukan pemijatan
dengancara membelai wajah dan kepala bayi sambil mengajak
bicara.

2.3.6 Langkah-Langkah Pijat Bayi Commond Cold


Pemijatan dengan akupresur dapat dilakukan selama 10-15 menit dan dilakukan
setiap pagi, siang dan malam hari, sesuai dengan tujuan supaya penyembuhan
batuk pilek menjadi lebih cepat.

a. Toward bridge nose and under the cheekbone


b. Cheek rain drop

c. Open book

d. Butterfly

e. Toby top intercostal


f. Chest rain drop

g. Back and forth

h. Sweeping neck to bottom

i. Sweeping neck to feet

j. Back circle
k. Back rain drop

l. Pitching

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN
PADA ANAK “ A “ USIA 7 BULAN
DENGAN COMMON COLD

DI PUSKESMAS TAKARI

Hari/Tanggal   :  19 JUNI 2021


Pukul               :  10.00 WIB

I. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
1. BIODATA
Nama anak :  An. “ A “
Umur :  7 bulan
Jenis kelamin :  laki-laki
Anak ke :  1
Nama orang tua :
Nama ibu            :  Ny.  “ R “                    Nama ayah      :  Tn “ H
Umur                  :  23thn                  Umur               :  28thn
Pendidikan         :  SMU                             Pendidikan      :  D3
Pekerjaan            :  IRT                              Pekerjaan         :  Swasta
Agama                : Kristen                         Agama             : Kristen
Alamat               :  kelurahan takari, RT/RW: 002.005  
2. Keluhan Utama :
Ibu datang ke Puskesmas mengatakan anaknya batuk pilek sejak 2 hari
yang lalu dan nafsu makan anak berkurang.

3. Riwayat Kesehatan :
a. Riwayat Penyakit Anak sekarang :
Anak batuk pilek sejak 3 hari yang lalu dan nafsu makan anak
berkurang sejak anak sakit.
b. Riwayat Penyakit Anak dahulu :
Anak pernah menderita penyakit Diare, panas, nak tidak alergi
terhadap apapun.
c. Riwayat Penyakit keluarga.
Dalam keluarga tidak ada yang sedang menderita batuk pilek.
4. Riwayat Tumbuh Kembang
a. Perkembangan :
1) Cuci tangan dan mengeringkan tangan
2) Memakai baju
3) Menara dari 6 bungkus
4) Bicara sebagian dimengerti
5) Menunjuk 4 gambar
6) Menyebut 1 gambar
7) Bagian badan 6
8) Melempar bola tangan keatas
9) Melompat
5. Riwayat Psikososial
a. Hubungan anak dengan ayah dan ibu baik
b. Hubungan anak dengan keluarga baik
c. Hubungan anak dengan teman sebaya Baik
d. Jumlah anggota keluarga 3 orang
6. Kegiatan sehari-hari :
a. Nutrisi
Sebelum sakit  :  Makan 3 x / hari ( nasi, lauk pauk, sayur ) dengan porsi
cukup, minum air putih +/- 7 – 8 gelas / hari + susu  1 x / hari.
Setelah sakit : makan susah ( 5-8 sendok) , tidak mau minum air putih
b. Istirahat
Sebelum sakit  :  Tidur siang +/- 2 jam, tidur malam +/- 8 – 9 jam.
Selama sakit    :  Tidur siang +/- 1 jam, tidur malam +/- 7 jam sering
terganggu oleh batuk.
c. Eleminasi
Sebelum sakit:  BAB  1 x / hari,  BAB 4 – 5 x / hari.
Selama sakit   :  Tidak ada perubahann
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan Umum :  Baik
Kesadaran : composmentis
Tanda-tanda Vital :  
Suhu :  38°C
Nadi :  120 x / menit
Rr     :  32 x / menit
2. Antropometri
BB       :  14 Kg
TB       :   100 Cm
Lila      :   18 Cm
3. Pemeriksaan :
Kepala             :  Tidak ada haematom, tidak ada benjolan.
Muka               :  Tidak pucat
Mata                :  Simetris, conjungtiva tidak anemis, selera tidak uterus.
Hidung            :  Terdapat secret cair dan jernih.
Leher               :  Tidak ada pembesaran kelenjar Lympe, Hyroid
Telinga            :  Bersih tidak ada seramen.
Dada               :  Tidak ada tarikan intercostae.
Axilla              :  Tidak ada pembesaran kelenjar lympe.
Perut                :  Bising usus normal, tidak ada nyeri tekan, turgor baik.
II. INTERPRETASI DATA DASAR
DX      :  Bayi sakit umur 2 tahun dengan common cold
DS       :  Ibu mengatakan anaknya batuk pilek sejak 2 hari yang lalu
Ibu mengatakan anaknya tidak mau makan dan sulit tidur
DO      :
Keadaan umum        :  Baik
TTV              :  
N      :  120 x / menit
S       :   38 °C
     Rr     :   32 x / menit
Inspeksi           :
Mata                :  Conjungtiva tidak anemis, setara tidak uterus
Hidung            :  Terdapat secret cair dan jernih.
Dada               :  Tidak ada tarikan intercustae.
Perut                :  Tidak ada nyeri tekan.
Masalah              :  Adanya sumbatan jalan napas ( hidung ) dan sulit tidur serta    susah
makan.
Kebutuhan         :  Penanganan sumbatan jalan napas ( hidung ), perbaikan nafsu makan
anak.
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSI
Bronchitis
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
            -
V. INTERVENSI
1. Jelaskan pada ibu cara mengatasi batuk, pilek pada anaknya termasuk mengatasi
sumbatan jalan napas.
2. Jelaskan pada ibu cara mencegah batuk pilek.
3. Jelaskan pada ibu tentang Pijat Commond Cold
4. Jelaskan tata cara pemijatan Pijat Commond Cold
5. Jelskan cara pemenuhan nutrisi pada anak
6. Berikan terapi sesuai dengan kebutuhan sesuai resep dokter:
7. Anjurkan pada ibu untuk kontrol ulang 1 minggu lagi jika ada keluhan atau
sakitnya berlanjut.

VI. IMPLEMENTASI
Tanggal  :  19 juni 2021
Pukul :  10.25 WIB
1. 10.28 WIB
Menjelaskan cara mengatasi batuk, pilek pada anaknya termasuk cara mengatasi
sumbatan jalan napas :
a. Minum air hangat.
b. Bersihkan lubang hidung anak dari secret / lendir agar ank dapat bernapas
dengan baik.
c. Beri jeruk nipis seiris ditambah kecap (madu 1 sendok teh).
d. Beri makanan yang sehat / bergizi hindari anak dari makanan yang dapat
merangsang batuk seperti chiki, gorengan, permen, dll.
e. Beri minyak kayu putih(vicks) didada dan punggung anak sehingga anak
merasa nyaman dan pernapasannya lega.
2. 10.35 WIB
Menjelaskan tentang cara mencegah batuk dan pilek :
a. Jauhkan / lindungi anak dari penderita batuk dpilek.
b. Beri makanan yang bergizi sesuai dengan umur anak.
c. Jaga kebersihan rumah dan lingkungan.
d. Membuka jendela agar ada pergantian udara.
3. 10.40 WIB
Menjelaskan cara menenuhan nutrisi pada anak :
a. Beri makan anak sedikit demi sedikit tapi sering sampai nafsu makan anak
membaik.
b. Beri makanan yang bergizi sesuai dengan usia anak

4. 10.50 WIB
Menjelaskan pada ibu tentang Pijat Commond Cold
Pijat common cold adalah memijat bagian tubuh untuk melemaskan otot
sehingga peredarah darah lancar yang dilakukan pada seluruh permukaan bagian
tubuh pada balita yang mengalami keluhan common cold. Terapi sentuh yang
diberikan kepada anak mampu menurunkan hormone stress sehingga membantu
meningkatkan system kekebalan tubuhnya. Sentuhan pada kulit anak juga dapat
merangsang hormon pertumbuhan serta hormone serotonin yang membuatnya
merasa lebih nyaman
5. 11.00 WIB
Menjelaskan tata cara pemijatan Pijat Commond Cold
a. Mekanisme Pijat Commond Cold
Pijat Common cold memiliki mekanisme yang kurang lebih sama yakni
manipulasi secara menual pada jaringan lunak untuk meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan bayi dan anak. Hal meningkatkan aliran darah,
mengurangi ketegangan otot, mempengaruhi system saraf melalui stimulasi,
meningkatkan penyembuhan system jaringan.

b. Persiapan Diri, Alat Dan Bahan

i. Tangan bersih dan hangat


j. Hindari agar kuku dan perhiasan tidak mengakibatkan goresan pada kulit
bayi
k. Ruangan untuk memijat diupayakan hangat dan tidak pengap
l. Bayi sudah selesai makan atau tidak sedang lapar
m. Secara khusus menyediakan waktu untuk tidak diganggu minimum 15
menit guna melakukan seluruh tahap-tahap pemijat pada posisi yang
nyaman dan tenang
n. Baringkan bayi di atas permukaan yang rata, lembut dan bersih
o. Siapkan handuk, popok, baju ganti dan minyak zaitun (oil)
p. Meminta izin pada bayi sebelum melakukan pemijatan dengancara
membelai wajah dan kepala bayi sambil mengajak bicara.
c. Langkah-Langkah Pijat Bayi Commond Cold
Pemijatan dengan akupresur dapat dilakukan selama 10-15 menit dan
dilakukan etiap pagi, siang dan malam hari, sesuai dengan tujuan supaya
penyembuhan batuk pilek menjadi lebih cepat.
1) Toward bridge nose and under the cheekbone
2) Cheek rain drop
3) Open book
4) Butterfly
5) Toby top intercostal
6) Chest rain drop
7) Back and forth
8) Sweeping neck to bottom
9) Sweeping neck to feet
10) Back circle
11) Back rain drop
12) Pitching
6. 11.30 WIB
Memberikan terapi sesuai dengan kebutuhan yang telah dikolaborasikan dengan
resep dokter.
Amoxicilin syrup 1 sendok the, CTM, Antutip, Vit.B complex, Vit.C  3 x / hari.
7. 11.35 WIB
Menganjurkan pada anak ibu untuk kontrol ulang 1 minggu lagi bila ada keluhan
lain  atau jika ada komplikasi.
VII. EVALUASI
Tanggal           :  19 juni 2021              Pukul   :  11.35 WIB
Ibu mengatakan mengerti dengan penjelasan yang telah diberikan, dengan ibu dapat
mengulang penjelasan secara benar dan sederhana, Ibu bersedia akan melakukan
nasehat yang diberikan termasuk untuk memberikan obat yang telah diberikan
secara terakhir pad anak , ibu juga bersedia melakukan kontrol ulang 1 minggu lagi
atau bila ada keluhan lain atau adanya komplikasi pada anak.

BAB IV

PEMBAHASAN

A. PEMBAHASAN
Bayi adalah anak yang berusia 0-12 bulan, yang ditandai dengan
pertumbuhan dan perkembangan yang cepat disertai dengan perubahan dalam
kebutuhan zat gizi. Balita adalah individu atau sekelompok individu dari suatu
penduduk yang berada dan rentan usia tertentu. Usia balita dapat dikelompokkan
menjadi tiga golongan yaitu golongan usia bayi (0-2 tahun), golongan batita (2-3
tahun), dan golongan prasekolah (>3-5 tahun). adapun Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pertumbuhan Anak yaitu asupan makan yang kurang dan adanya
penyakit infeksi, makanan, perawatan (pola asuh) dan pelayanan kesehatan yang
didapat oleh bayi. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi dan Kesehatan
Anak yaitu Status sosial ekonomi. Masalah Kesehatan yang Rentan Dialami Bayi
dan Balita yaitu Kurang Energi Protein (KEP), Kurang Asupan Vitamin A, Obesitas,
dan ISPA.
Common Cold atau Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) merupakan infeksi
yang terjadi pada saluran pernapasan bagian atas yang meliputi mulut, hidung,
tenggorokan, laring (pita suara), dan trakea (batang tenggorokan). Penyebab
terjadinya common cold adalah Human rhinovirus (HRV) yaitu kelompok virus
yang paling banyak menyebabkan batuk pilek. Dapat juga disebabkan oleh corona
virus, adenovirus, human parainfluenza virus(HPV), dan respiratory syncytial virus
(RSV). Gejala Common Cold yaitu demam, nyeri kelapal, nyri badan dan pegal,
lesu, slema dan kelelahan, mampet, bersin nyeri tenggorokan dada tidak nyaman dan
batuk Predisposisi Common Cold Penularan melalui udara, Kontak langsung,
Menyentuh benda yang terkontaminasi virus, Polusi Udara, Imunitas / kekebalan
tubuh yang buruk.
4.1 Pembahasan Manajemen Asuhan Kebidanan
Pada bab ini akan di bahas tentang kesenjangan antara teori dan tinjauan
kasus pada pelaksanan manajemen asuhan kebidanan pada Bayi “A” Bayi Sakit
Umur 7 Bulan dengan Commond Cold. Pembahasan ini penulis akan membahas
berdasarkan pendekatan manajemen asuhan kebidanan dengan tujuh langkah
varney, yaitu pengumpulan data dasar, merumuskan diagnosis atau masalah aktual,
merumuskan diagnosis atau masalah potensial, melaksanakan tindakan segera atau
kolaborasi , merencanakan tindakan asuhan kebidanan, melakukan tindakan asuhan
kebidanan, dan mengevaluasi asuhan kebidanan.
4.1.1 Langkah I : Pengkajian Data Dasar dan Analisa Data
Identifikasi data dasar merupakan proses manajemen asuhan
kebidananyang ditujukan untuk pengumpulan informasi baik fisik, psikososial
dan spritual. Informasi yang diperoleh mengenai data-data tersebut dapatkan
dengan mengadakan wawancara langsung dari klien dan keluarganya serta
sebagian identifikasi data dasar merupakan proses manajemen asuhan
kebidanan yang ditujukan untuk pengumpulan informasi baik fisik, psikososial
dan spritual. Tahap pengkajian diawali dengan pengumpulan data melalui
anamnesis yang meliputi identidas bayi dan orang tua, data biologis atau
fisiologis, riwayat prenatal, riwayat post natal, riwayat neonatus, riwayat masa
bayi, pemeriksaan fisik yang berpedoman pada format pengkajian yang
tersedia.
Tahap ini dilakukan identifikasi data dasar (pengkajian) merupakan
proses manajemen asuhan kebidanan yang ditujukan untuk mengumpulkan
informasi baik fisik, psikososial dan spiritual. Pengumpulan data dilakukan
melalui anamnesis yang meliputi biodata bertujuan memperjelas identitas
pasien, riwayat kesehatan, dan riwayat psikososial untuk mendapatkan
informasi tentang keluhan keluhan yang biasa dialami oleh bayi dan
kekhawatiran khusus yang muncul akibat adanya perubahan fisiologis maupun
psikologi. Dalam tahap pengumpulan data dasar, tidak ditemukan hambatan
yang berarti, karena pada saat pengumpulan data pada Bayi “A”, maupun
keluarga ada di tempat dan dapat memberikan informasi secara terbuka
sehingga mudah untuk memperoleh data-data yang diinginkan sesuai dengan
permasalahan yang diangkat. Tahap ini merupakan langkah awal yang akan
menentukan langkah berikutnya sehingga kelengkapan data sesuai dengan
kasus yang dihadapi akan menentukan benar tidaknya proses interpretasi data
pada tahap selanjutnya. Data diperoleh secara terfokus pada masalah klien
sehingga intervensinya juga lebih terfokus sesuai keadaan klien. Langkah
pertama yakni identifikasi data dasar pada Bayi “A” didapatkan dari tahap
anamnesa yakni keluhan utama ibu mengeluh bayinya mengalami batuk dan
pilek.
Pada data obyektif pemertiksaan fisik pada hidung terdapat secret dan
tampak pernafasan melalui mulut dan berat badan bayi umur 7 bulan adalah 8
kg. Menurut WHO, 2018 berap badan bayi umur 7 bulan idealnya adalah 8 kg.
Berupa gejala nasofariing dengan pilek, batuk sedikit dan kadang-
kadang bersin. Dan hidung keluar secret cair dan jernih yang dapat kental dan
purulen bila terjadi infeksi sekunder oleh kokus. Secret itu sangat merangsang
anak kecil. Sumbatan hidung (kongesti) menyebabkan anak bernapas melalui
mulut dan anak menjadi helisah. Pada anak yang lebih besar kadang-kadang
didapat rasa nyeri pada otot, pusing dan anoreksia. Sumbatan hidung disertai
lendir tenggorok yang kering menambah rasa nyeri (FKUI, 1985 : 605).
4.1.2 Langkah II. Identifikasi Diagnosa / Masalah Aktual
Pada langkah ini dilakukan interpretasi yang benar terhadap diagnosis
atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas
data-data yang dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan di
interpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik. Kata
masalah dan diagnosis keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak
dapat diselesaikan seperti diagnosis, tetapi sesungguhnya membutuhkan
penanganan yang dituangkan kedalam sejumlah rencana asuhan terhadap klien.
Masalah sering di identifikasikan oleh bidan sesuai dengan pengarahan,
masalah ini sering menyertai diagnosis.
Dari tinjauan kasus diperoleh data: pada klien Bayi “A” umur 7 bulan
dengan keluhan bayi batuk pilek. Berdasarkan hasil analisa dan interpretasi
data yang diperoleh dari data dasar subyektif dan obyektif, maka diagnosa atau
masalah aktual pada Bayi “A” adalah Bayi Sehat Umur 7 Bulan dengan
commond cold dengan kebutuhan pijat.
Pijat bayi adalah pemijatan yang dilakukan dengan usapan-usapan halus
pada permukaan kulit bayi, dilakukan dengan menggunakan tangan yang
bertujuan untuk menghasilkan efek terhadap syaraf, otot, system pernafasan
serta sirkulsi darah dan limpha. Pijat adalah terapi sentuh tertua yang dikenal
manusia dan yang paling popular.Pijat adalah seni perawatan kesehatan dan
pengobatan yang dipraktekkan sejak berabad-abad silam. Bahkan diperkirakan
ilmu ini telahsejak awal manusia diciptakan ke dunia, mungkin karena pijat
berhubungan sangat erat dengan kehamilan dan proses kelahiran manusia
(Santi, 2012).
Dengan demikian penerapan tinjauan pustaka dan studi kasus pada Bayi
“A” secara garis besar tampak ada persamaan dalam diagnosa aktual yang
ditegakkan sehingga memperlihatkan tidak ada kesenjangan antara teori dan
praktek.
4.1.3 Langkah III. Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial
Pada tinjauan pustaka manajemen kebidanan adalah mengidentifikasi
adanya masalah potensial, melakukan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan, sambil mengamati klien diharapakan dapat pula bersiap-siap bila
diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi berdasarkan diagnosis atau
masalah yang sudah diidentifikasi. Dalam merumuskan diagnosa/masalah
potensial dengan manajemen asuhan kebidanan adalah pengambilan keputusan
untuk mempersiapkan segala sesuatu yang mungkin terjadi dan membahayakan
klien.
Pada kasus Bayi “A” yang dilakukan pengkajian dapat
mengidentifikasikan bahwa terdapat masalah potensial yang akan terjadi pada
kasus ini karena masalah yang bayi alami merupakan hal yang patologis.
Common Cold atau Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) merupakan
infeksi yang terjadi pada saluran pernapasan bagian atas yang meliputi mulut,
hidung, tenggorokan, laring (pita suara), dan trakea (batang tenggorokan)
.Batuk pilek yang terjadi pada bayi akan berlangsung lebih berat dibandingkan
orang dewasa, karena infeksi yang dialami akan meluas diantaranya pada
daerah sinus paranasal, telinga tengah dan nasofaring disertai demam yang
tinggi, sedangkan pada orang dewasa lebih terbatas dan tidak mengalami
demam tinggi.
4.1.4 Langkah IV.Tindakan Emergency / Kolaborasi
Dalam hal ini Bidan tidak melakukan tindakan segera \ sesuai dengan
kondisi klien. Pada langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses
manajemen kebidanan. Jadi, manajemen kebidanan bukan hanya selama
asuhan primer periodik atau kunjungan perinatal saja, melainkan juga selama
wanita tersebut bersama bidan terus-menerus. Data baru dapat saja perlu
dikumpulkan dan dievaluasi. Dengan demikian tindakan yang di lakukan
antara tinjaun pustaka dan manajemen asuhan kebidanan pada studi kasus dan
praktik sesuai.

4.1.5 Langkah V. Intervensi Asuhan Kebidanan


Proses penyusunan suatu rencana tindakan harus berdasarkan identifikasi
masalah saat sekarang serta antisipasi diagnosa dan masalah lain yang mungkin
timbul namun lebih dahulu harus dirumuskan tujuan dan kriteria yang akan
dicapai. Perencanaan adalah proses penyusunan suatu rencana tindakan
berdasarkan identifikasi masalah saat sekarang, serta identifikasi diagnosa dan
masalah lain yang mungkin terjadi. Namun terlebih dahulu harus dirumuskan
tinjaun yang akan dicapai serta kriteria keberhasilan. Pada tahap perencanaan
diagnosa kebidanan disusun menurut tingkat bertanya masalah dan kebutuhan
pasien. Pada manajemen kebidanan suatu rencana tindakan yang komprehensif
termasuk indikasi apa yang timbul berdasarkan kondisi klien serta
hubungannya dengan masalah yang dialami klien, dan juga meliputi antisipasi
dengan bimbingan terhadap klien, serta konseling. Rencana tindakan harus
disetujui klien dan semua tindakan, diambil harus berdasarkan rasional yang
relevan dan diakui kebenarannya. Intervensi yang diberikan pada Bayi “A”
Bayi Sakit Umur 7 Bulan dengan commond cold rencana asuhan kebidanan
berdasarkan diagnosa/masalah aktual dan potensial sebagai berikut:
1) Beritahu ibu hasil pemeriksaan bahwa bayinya dalam keadaan sakit
batuk pilek sehingga bayi ibu bisa dilakukan pemijatan bayi commond
cold.
2) Jelaskan pada ibu tentang pengertian,manfaat,dan prosedur pijat bayi
commond cold.
3) Minta ibu untuk menandatangani lembar informed konsen sebagai
lembar persetujuan.
4) Lakukan pemijatan pada bayi.
5) Beritahu ibu untuk dapat melakukan pijat bayi di rumah pada pagi hari
setelah makan dan malam hari sebelum tidur.
6) Beritahu ibu untuk datang lagi apabila ada keluhan.
7) Lakukan pendokumentasian.

Menurut ardhillah (2012), manfaat pijat bayi adalah merangsang syaraf


motorik, memperbaiki pola tidur, membantu pencernaan dan meningkatkan
ketenangan emosional, selain juga menyehatkan tubuh dan otot-ototnya.Bayi
yang dipijat dengan baik dan teratur dapat tumbuh lebih sehat dan berkembang
lebih baik. Terapi sentuh, terutama pijat menghasilkan perubahan fisiologis
yang menguntungkan dan dapat diukur secara ilmiah.
4.1.6 Langkah VI. Implementasi Asuhan Kebidanan
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Jika
bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk
mengarahkan pelaksanaannya (memastikan langkah tersebut benar-benar
terlaksana). Dalam situasi dimana bidan tidak di perlukan melakukan tindakan
berkolaborasi dengan dokter dan keterlibatannya dalam manajemen asuhan
bagi pasien yang mengalami komplikasi, bidan juga bertanggung jawab
terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.
Manajemen yang efesien akan menyingkat waktu dan meningkatkan mutu
asuhan Sesuai tinjauan manjemen kebidanan bahwa melaksanakan rencana
tindakan harus efisien dan menjalin rasa aman klien, implementasi dapat
dikerjakan keseluruhan oleh bidan ataupun sebagian dilaksanakan ibu serta
bekerjasama dengan tim kesehatan lainnya sesuai dengan tindakan yang telah
direncanakan. Pada kasus Bayi “EL” dengan Kebutuhan Pijat Commond Cold,
semua tindakan telah direncanakan sudah dilaksanakan seluruhnya dengan
baik, tanpa hambatan karena adanya kerja sama dan penerimaan yang baik dari
klien serta dukungan dari keluarga.
Pijat common cold adalah memijat bagian tubuh untuk melemaskan otot
sehingga peredarah darah lancar yang dilakukan pada seluruh permukaan
bagian tubuh pada balita yang mengalami keluhan common cold. Terapi sentuh
yang diberikan kepada anak mampu menurunkan hormone stress sehingga
membantu meningkatkan system kekebalan tubuhnya. Sentuhan pada kulit
anak juga dapat merangsang hormon pertumbuhan serta hormone serotonin
yang membuatnya merasa lebih nyaman.
4.1.7 Langkah VII. Evaluasi Asuhan Kebidanan
Pada tinjauan kebidanan evaluasi merupakan tingkat akhir dari proses
manajemen asuhan kebidanan. Mengevaluasi pencapaian tujuan,
membandingkan data yang dikumpulkan dengan kriteria yang di
identifikasikan, memutuskan apakah tujuan tercapai atau belum tercapai.
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses manajemen kebidanan dimana
pada tahap ini ditemukan kemajuan atas keberhasilan dalam mengatasi
masalah yang dihadapi klien. Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi ke
efektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan
akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa. Rencana
tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksanaannya. Dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar
telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di
dalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika
memang benar efektif dalam pelaksanaannya. Pada tinjauan pustaka evaluasi
tindakan pijat bayi pada pukul 10.11 WIB – 10.52 WIB bayi efektif dalam
meningkatkan kualitas tidur bayi dapat dilihat bayi relaks dan tampak
mengantuk setelah dipijat. Menurut Roesli (2013), efektivitas pijat bayi
antara lain sebagai berikut efek biokimia yang positif dari pijat, antara lain
menurunkan kadar hormon stress, dan meningkatkan kadar serotonin. Efek
fisik/klinis yang meliputi meningkatkan jumlah dan sitotoksisitas dari system
immunitas (sel pembunuh alami), mengubah gelombang otak secara positif,
memperbaiki sirkulasi darah dan pernafasan, merangsang fungsi pencernaan
serta pembuangan, meningkatkan kenaikan berat badan, mengurangi depresi
dan ketegangan, meningkatkan kesiagaan, membuat tidur lelap,
mengurangi rasa sakit, dan mengurangi kembung dan kolik (sakit perut).
BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
Bayi adalah anak yang berusia 0-12 bulan, yang ditandai dengan
pertumbuhan dan perkembangan yang cepat disertai dengan perubahan
dalam kebutuhan zat gizi. Pada masa perkembangan, anak cukup rentan
terhadap berbagai serangan penyakit, beberapa masalah kesehatan termasuk
penyakit yang sering dialami bayi dan balita.
Batuk pilek merupakan penyakit saluran pada pernapasan yang sangat
sering terjadi pada bayi dan anak. Bayi yang masih sangat muda akan sangat
rentan tertular, penularan akan sering terjadi akibat seseorang yang pilek
sering memegang hidungnya karena rasa gatal tidak mencuci tangan, akan
mengakibatkan salah satu sumber penularan.
Pijat Common cold memiliki mekanisme yang kurang lebih sama yakni
manipulasi secara menual pada jaringan lunak untuk meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan bayi dan anak. Hal meningkatkan aliran darah,
mengurangi ketegangan otot, mempengaruhi system saraf melalui stimulasi,
meningkatkan penyembuhan system jaringan.
Evaluasi pada bayi "A" di dapati bahwa efektif dalam meningkatkan
kualitas tidur bayi dapat dilihat bayi relaks dan tampak mengantuk setelah
dipijat.

B. SARAN
Untuk menerapkan ilmu yang telah di peroleh dan menjadi tambahan
sumber kepustakaan dalam memberikan asuhan kepada bayi dengan keluhan
ISPA atau pun batuk pilek serta commond cold agar dapat di tanggani
segera.
DAFTAR PUSTAKA

Fatonah dan Agustina. 2018. Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Penyakit


Nasofaringitis (Commond Cold) Pada Anak Usia 5-14 Tahun Di Wilayah Kerja
Puskesmas Cipageran Cimahi. Jurnal Kesehatan Budi Luhur
Fashner, dkk. 2012. Treatment of the Common Cold in Children and Adults. American
Family Physician.
Lufthiani dan Tersania. 2016. Complementary Therapy in Handling ISPA in a Family
that Has Balita. International Conference on Social and Political Development
(ICOSOP 2016).
Maula dan Rusdiana. 2016. Terapi Herbal dan Alternatif pada Flu Ringan atau ISPA
non-spesifik. Majalah Farmasetika.

Ratnaningsih dan Benggu. 2020. Terapi Komplementer Dalam Mengatasi ISPA Pada
Ibu Yang Memiliki Balita Di Dusun Setan Desa Maguwoharjo, Kelurahan Depok,
Kabupaten Sleman. Jurnal Ilmu Kebidanan dan Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai