Anda di halaman 1dari 21

UNIVERSITAS KARYA HUSADA

SEMARANG

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN NATUTRAL ADVANCE THERAPY


(MASSAGE COMMON COLD) PADA BY. R UMUR 5 BULAN
DENGAN COMMON COLD
DI PMB ENI MUFTIKA JEPARA

TUGAS KELOMPOK

Diajukan untuk Memenuhi Tugas kelompok


Mata Kuliah Natural Advance Therapy (NAT)

Dosen Pembimbing:
Siti Nur Umariyah Febriyanti,S.SiT,MH
Disusun Oleh :
1. Dewi Pusporini NIM 2004454
2. Diana Nurhayati NIM 2004455
3. Eni Muftika Purwati NIM 2004458
4. Fifit Faidah NIM 2004460

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


UNIVERSITAS KARYA HUSADA
SEMARANG
2021
KATA PENGANTAR

i
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok makalah yang berjudul “ Manajemen
Asuhan Kebidanan Natural Advance Therapy (Massage Common Cold) Pada By. R Umur 5
Bulan Dengan Common Cold Di PMB Eni Muftika Jepara”.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelpmpok
mata kuliah Natural Anvance Therapy (NAT). Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang manajemen asuhan kebidanan tentang managemen terpadu
balita sakit bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Siti Nur Umariyah Febriyanti,S.SiT,MH

, selaku dosen pengampu mata kuliah Natural Advance Therapy (NAT).

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Jepara, 11 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

D. Ruang lingkup

E. Manfaat

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Batuk Pilek ( ISPA )

B. Massage

C. Common Cold Massage Therapy

BAB III PEMBAHASAN

BAB IV PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa bayi adalah masa keemasan sekaligus masa kritis perkembangan


seseorang. Masa bayi diketahui masa kritis karena pada masa ini bayi sangat peka
terhadap lingkungan dan masa keemasan karena masa bayi berlangsung sangat
singkat dan tidak dapat diulang kembali (Departemen Kesehatan, 2009).

Masalah kesehatan terutama masalah gangguan pernafasan pada anak


disebabkan oleh beberapa faktor, faktor tersebut dapat dibedakan menjadi dua yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yakni faktor dari dalam meliputi
umur, jenis kelamin, sistem imunitas, status gizi, pemberian Air Susu Ibu (ASI)
yang kurang memadai, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), dan status imunisasi.
Faktor eksternal yakni faktor dari luar meliputi faktor lingkungan yaitu lingkungan
iklim dan cuaca yang sangat ekstrim, kondisi fisik rumah, suhu dan kelembaban,
polusi udara, pola makan, kualitas perawatan orang tua, sikap atau perilaku anak.
Selain itu adanya faktor sosial ekonomi, faktor pengetahuan serta mutu pelayanan
kesehatan (Ramdhani dkk, 2012). Khusus pada anak, kesehatan harus selalu dijaga
dan gangguan atau penyakit harus segera diatasi karena mereka belum dapat
merawat diri sendiri (Suranto, 2011).

Pneumonia merupakan penyebab utama kematian balita di dunia. Data Riset


Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 di Indonesia digambarkan bahwa
prevalensi pneumonia berdasarkan diagnosis nakes dan prevalensi pneumonia
berdasarkan diagnosis nakes dan gejala adalah 1,6% dan 4,5%. Berdasarkan
Riskesdas tahun 2021 prevalensi pneumonia berdasarkan diagnosis nakes dan 2
prevalensi pneumonia berdasarkan diagnosis nakes dan gejala adalah 2.0% dan 4,0%
(Kemenkes RI, 2018). World Health Organization (WHO) telah mengakui bahwa
pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan negara-negara berkembang dalam upaya
menurunkan kematian, kesakitan, dan kecacatan pada bayi dan balita (Moelyo dkk,
2013). Salah satu komponen dalam keluhan utama atau pemeriksaan dalam
melakukan pendekatan MTBS adalah melakukan penilaian apakah anak menderita
iv
batuk atau sukar bernapas. Kondisi ini bisa dimulai dari keluhan bukan pneumonia
seperti batuk pilek. Salah satu tanda dan gejala pneumonia pada bayi adalah batuk
dan pilek.

Batuk pilek merupakan gangguan saluran pernafasan atas yang paling sering
mengenai bayi dan anak. Virus penyebab flu biasanya menyebar melalui pernapasan
ketika mengalami bersin atau batuk (Alviani, 2015). Bayi sangat 3 mudah tertular,
penularan terjadi karena seseorang yang pilek akan sering memegang hidungnya
karena rasa gatal atau membuang ingusnya. Upaya pengobatan yang dilakukan agar
tidak sampai terjadinya pneumonia dan juga untuk mengatasi keluhan seperti gejala
batuk pilek yaitu melalui pengobatan medis (konvensional) maupun alternatif
(tradisional) seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan (Atmojo, 2012).

Kesadaran masyarakat akan bahayanya obat-obatan kimia yang dikonsumsi


secara terus menerus akan berdampak pada kesehatan yang saat ini terjadi, dengan
pemikiran back to nature menjadi pilihan banyak orang (Kuswari, 2019). Banyak
masyarakat yang tertarik dengan pengobatan komplementer yang dipercaya dapat
mengatasi gangguan kesehatan (Wong, 2012).

Pijat memiliki beberapa efek positif dalam hal penambahan berat badan, pola
tidur yang lebih baik, peningkatan perkembangan JURNAL SALAM SEHAT
MASYARAKAT (JSSM) VOL 2 NO.1 DESEMBER 2020 E-ISSN : 2715-7229
Prodi IKM FKM Universitas Jambi 77 neuromotorik, ikatan emosional yang lebih
baik, penurunan tingkat infeksi nosokomial salah satunya common cold (Kulkarni et
al, 2010). Terapi pijat telah menunjukkan efek positif untuk mengatasi permasalahan
pada bayi prematur, masalah pencernaan termasuk sembelit dan diare, serta untuk
penyakit saluran pernapasan seperti asma dan common cold (Field, 2019).

Salah satu gerakan common cold massage therapy dengan menepuk-nepuk


dan menggetarkan data serta punggung untuk membawa lendir ke saluran besar
sehingga anak akan otomatis batuk-batuk dan lendir akan keluar. Pada anak
biasanya lendir akan keluar bersama kotoran. Salah satu pijat sebagai therapy adalah
common cold massage therapy sangat efektif untuk bayi atau anak yang menderita
batuk pilek (Sutarmi, 2018).

v
B. Rumusan Masalah

Commond cold atau batuk pilek merupakan salah satu penyakit yang sering
diderita oleh bayi, jika tidak segera ditangani maka akan berdampak ke penyakit
yang lebih serius. Oleh karena itu penanganan yang tepat harus segera dilakukan
diantaranya yaitu menggunakan terapi common cold massage.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Memberikan asuhan kebidanan secara berkesinambungan pada bayi dengan


Commond Cold di PMB Eni Muftika

2. Tujuan Khusus

a. Memberikan asuhan kebidanan massage common cold pada bayi

b. Meningkatkan pengetahuan ibu tentang cara penanganan common cold pada


bayi

c. Meningkatkan keterampilan ibu dalam penangan commond cold pada bayi

D. Ruang Lingkup

Sasaran asuhan kebidanan ini adalah bayi dengan commond cold

E. Manfaat Penelitian

1. Penulis

Hasil laporan ini dapat digunakan sebagai masukan dalam melaksanakan dan
mengimplementasikan teori asuhan kebidanan tentang pijat common cold yang
didapatkan dibangku kuliah.

2. Bidan Pelaksana

Hasil laporan ini dapat dimanfaatkan untuk mengaplikasikan/melakukan


pelayanan pijat commond cold di PMB
vi
3. Ibu Balita

Agar ibu balita dapat mengenali sedini mungkin tanda gejala commond cold
dan cara penanganannya.

vii
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. BATUK PILEK ( COMMON COLD )


1.Pengertian
Batuk Pilek Batuk pilek adalah infeksi primer nasofaring dan hidung yang
sering mengenai bayi dan anak. Penyakit batuk pilek pada balita cenderung
berlangsung lebih berat karena infeksi mencakup daerah sinus paranasal, telinga
bawah, dan nasofaring disertai demam yang tinggi. Penyakit ini sebenarnya
merupakan self limited diseased yang sembuh sendiri 5- 6 hari jika tidak terjadi
invasi kuman lain. (Ngastiyah, 1997:12).
Batuk pilek adalah infeksi virus yang menyerang saluran nafas atas (hidung
sampai tenggookan) dan menimbulkan gejala ingus meler atau hidung mampet,
batuk sering disertai demam dan sakit kepala.(Arifianto, 2018:93)
Bayi yang masih berusia 4-6 minggu memiliki risiko yang tinggi untuk
tertular batuk pilek. Hal ini karena sistem imun tubuh bayi masih belum bekerja
sempurna untuk melindungi mereka dari serangan bakteri dan virus.
Selain itu, anak-anak usia sekolah juga lebih rentan terkena penyakit ini.
Umumnya, anak-anak dapat terserang common cold sebanyak 5-7 kali dalam satu
tahun.
Pada anak-anak usia sekolah, hal ini kemungkinan disebabkan karena
kebiasaan anak yang belum bisa menjaga kebersihan tangannya dengan baik.
Ditambah lagi, sering tukar menukar mainan dengan anak-anak lainnya juga
meningkatkan risiko tertular batuk pilek.

2. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya batuk pilek adalah pembengkakan pada submukosa
hidung yang disertai vasodilatasi pembuluh darah. Terdapat infiltrasi leukosit, mula-
mula sel monokleus kemudian juga polimorfonukleus. Sel epitel superfisial banyak
yang lepas dan regenerasi epitel sel baru terjadi setelah lewat stadium akut.
(Ngastiyah, 2005:31).
Banyak virus yang dapat menyebabkan batuk pilek, tetapi yang paling sering
adalah rinovirus (terdapat 100 jenis rinovirus berbeda yang dapat 8 menginfeksi
viii
manusia, diikuti dengan respiratory sincytial virus (RSV), dan adenovirus. Virus
yang masuk ke tubuh dan menginfiltrasi saluran nafas di hidung sampai tenggorokan
kita akan memicu rangkaian reaksi sitem imun (pertahanan tubuh) dan
bermanifestasi sebagai gejala-gejala yang dialami. (Arifianto,2018 :93).

3. Tahapan batuk pilek


Batuk dan pilek merupakan suatu respon tubuh yang diciptakan untuk
membuang benda asing, termasuk virus, bakteri, debu, lendir, dan partikel kecil lain
yang berusaha mengotori saluran nafas dimulai dari tenggorokan hingga paruparu.
Batuk menjaga saluran nafas tetap bersih agar seseorang tidak mengalami sesak
nafas. Ingus atau lendir yang diproduksi saat seseorang mengalami batuk pilek
adalah upaya tubuh mengeluarkan benda asing, termasuk partikel virus dan bakteri
dari saluran napas atas manusia. (Arifianto,2018:92)

4. Tanda Gejala Batuk Pilek


a. Hidung berair (pengeluaran bersifat cair dan bening)
b. Hidung tersumbat
c. Bersin
d. Panas tidak lebih dari 380C. (Einsenberg,1998:635)

5. Gambaran Klinis Batuk Pilek


Batuk pilek mempunyai gejala seperti pilek, batuk sedikit dan kadangkadang
bersin. Keluar sekret yang cair dan jernih dari hidung. Bila terjadi infeksi
sekunder oleh kokus seket menjadi kental dan purulen. Sekret ini sangat
menggangu anak. Sumbatan hidung menyebabkan anak bernafas dari mulut dan
mengakibatkannya gelisah. Pada anak yang lebih besar kadang-kadang
didapatkan keluhan nyeri otot dan pusing. (Ngastiyah, 1997:13)

6. Pencegahan Batuk Pilek


a. Menjaga pola hidup sehat
b. Hindari asap rokok
c. Menjauhi penggunaan kompor kayu yang mengotori udara karena asap dari
pembakaran kayu dapat mengurangi daya tahan anak sehingga ank mudah
terserang batuk pilek
ix
d. Sebisa mungkin menjauhi anak balita dari orang yang sedang terkena batuk
pilek
e. Membiasakan anak mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang sesuatu
yang telah tersentuh oleh orang yang sedang terinfeksi batuk pilek.
(Einsenberg,1998:637)

7. Klasifikasi Batuk Pilek


a. Batuk pilek ringan : Bila timbul batuk tidak mengganggu tidur, dahak encer,
ingus encer berwarna bening, mata berair, panas tak begitu tinggi atau tidak
lebih dari 380 c. Batuk pilek ini berlangsung selama 5 – 6 hari. (Ngastiyah,
1997:12)
b. Batuk pilek sedang : Dahak kental berwarna kuning kehijauan, ingus kental
berwarna kehijauan, panas tinggi lebih dari 380 c, tenggorokan sakit pada
saat menelan.
c. Batuk pilek berat : Panas tinggi di sertai sesak napas ngorok, stridor, kadang-
kadang disertai penurunan kesadaran (contoh: pneumonia). (Departement
kesehatan RI, 1998) 9. Metode pegobatan batuk pilek

8. Penyebab
Batuk pilek disebabkan oleh lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur
(Koes, 2015). Lebih dari 90% infeksi saluran pernapasan atas disebabkan oleh
virus, yang meliputi rinovirus, influenza virus, parainfluensza virus, adenovirus,
coxsackievirus, RSV, dan corona virus. Sedangkan bakteri tersering penyebab
infeksi saluran pernapasan atas adalah streptococcus β-haemolyticus (Tanto,
Liwang, Hanifati, & Pradipta, 2015). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
pada 261 anak usia dibawah 5 tahun dengan penderita ISPA, didapatkan hasil
penyebab penyakit ISPA didominasi oleh virus influenza
dan Streptococcus (Matu, Kikuvi, Wanzala, Karama, & Symekher, 2014).
a. Faktor – Faktor Risiko Internal  terjadinya ISPA
 Status gizi
Status gizi seseorang dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh
dan kerentanan terhadap infeksi. Jika status gizi kurang maka kuman-
kuman patogen lebih mudah menyerang tubuh sehingga bisa terjadi
ISPA (Suman, 2013).
x
 Status Imunisasi
Imunisasi memberikan kekebalan secara spesifik terhadap patogen-
patogen penyakit seperti influenza yang merupakan salah satu patogen
penyebab ISPA. Penelitian oleh Aprianingsih Husin di Yogyakarta
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara status imunisasi dengan
ISPA dengan nilai p value sebesar 0,016 (Husin, 2014).
 Berat Badan Lahir
Secara teori bayi dengan berat badan lahir rendah lebih rentan untuk
terkena infeksi dibanding bayi dengan bayi berat lahir normal. Dalam
penelitian telah dibuktikan bahwa terdapat hubungan antara berat badan
lahir dengan kejadian ISPA dengan nilai p value sebesar 0,024 (Husin,
2014).
 Pola pemberian ASI
Komposisi ASI sangat tepat dalam masa pertumbuhan bayi untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi yang berubah-ubah sesuai dengan usianya.
ASI juga dapat memberikan kekebalan pada tubuh anak karena
kandungan didalamnya. Pada penelitian yang telah dilakukan di taman
kanak-kanak di Kelurahan Dangin, Denpasar Timur menunjukkan bahwa
dengan ada hubungan yang bermakna antara pola pemberian ASI
terhadap kejadian ISPA (Lebuan & Somia, 2017). 

b. Faktor penyebab eksternalnya 

Antara lain karena Virus/ Bakteri lebih mudah bertahan hidup pada udara
yang lembab, dan saat musim hujan aktivitas kita sering di dalam rumah
sehingga mempermudah penularan penyakit.

9. Pencegahan ISPA antara lain :

Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menjaga perilaku hidup bersih dan
sehat (mandi, cuci tangan, makan makanan bergizi dan seimbang)

B. MASSAGE

1. Massage

xi
Pijat merupakan aplikasi tekanan jaringan lunak tubuh seperti kulit, otot,
tendon dan ligamen. Seni pijat dikenal dengan the healing touch karena
banyaknya manfaat kesehatan yang didapat. Pijat diimplementasikan di kulit, dan
kulit merupakan bagian tubuh yang paling banyak merasakan sentuhan sensual
healing atau sentuhan yang mendatangkan efek bagi pikiran dan tubuh seseorang,
maka pijat atau massage adalah salah satu cara untuk memunculkankan wellness
for body and mind. Untuk itu dari bayi hingga orang dewasa membutuhkan
sentuhan kesembuhan ini.

2. Tujuan massage

Melancarkan peredaran darah terutama peredaran darah vena dan


peredaran getah bening.
a. Menghancurkan penggumpalan sisa-sisa pembakaran didalam sel-sel otot
yang telah mengeras yag disebut miogelosis (asam laktat).
b. Menyempurnakan pertukaran gas-gas dan zat-zat didalam jaringan atau
memperbaiki proses metabolisme.
c. Menyempurnakan pembagian zat-zat makanan ke seluruh tubuh.
d. Menyempurnaan proses pencernaan makanan.
e. Menyempurnaan proses pembuangan sisa-sisa pembakaran ke alat-alat
pengeluaran atau mengurangi kelelahan.
f. Merangsang otot-otot yang dipersiapkan untuk bekerja yang lebih berat,
menambah tonus otot, efisiensi otot, dan elastisitas otot.
g. Merangsang jaringan-jaringan syaraf, mengaktifkan syaraf sadar dan kerja
syaraf otonom.
h. Membantu penyerapan pada peradangan bekas luka.
i. Membantu pembentukan sel-sel baru dalam perkembangan tubuh.
j. Membersihkan dan menghaluskan kulit.
k. Memberikan perasaan nyaman, segar dan kehangatan pada tubuh.
l. Menyembuhkan atau meringankan berbagai gangguan penyakit yang boleh
dipijat.
m. Memperbaiki secara langsung maupun tidak langsung fungsi setiap organ
internal.

3. Faktor pertimbangan dalam massage treatment


a. Kontak
b. Tekanan
c. Kecepatan
xii
d. Irama
e. Kontinuitas
f. Durasi
g. Frekuensi
4. Manfaat massage treatmen

a.Mampu menurunkan suhu/ demam


Salah satu tahap perjalanan alamiah penyakit ISPA adalah tahap dini
penyakit, yaitu tahap yang dimulai dari gejala demam dan batuk . Berkaitan
dengan gejala demam ISPA, penelitian yang dilakukan oleh Purnamasari
(2015) menunjukkan bahwa rerata suhu balita yang mengalami ISPA yaitu
38,8oC.
Salah satu hasil penelitian yang dilakukan oleh Fatatu Malikhah  (2019) bahwa
perubahan suhu pada kelompok yang diberikan pengobatan dari Puskesmas
dan pijat ( kelompok intervensi)  dua kali lebih besar dibandingkan dengan
kelompok yang hanya diberikan pengobatan dari Puskesmas ( kelompok
kontrol). Untuk kelompok intervensi rerata perubahan suhu tubuh sebesar
0,6oC sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 0,3oC.  Menurut peneliti
perubahan suhu tubuh terjadi karena adanya peningkatan daya tahan tubuh
sehingga dapat menekan proses inflamasi dan  membuat suhu balita ISPA
menurun.

b.Menstabilkan pernafasan
Gejala lain yang dapat dilihat oleh orang tua pada balita ISPA selain
perubahan suhu adalah perubahan frekuensi napas. Sebuah  Penelitian 
mengungkapkan bahwa terapi pijat efektif dalam memperbaiki status
pernafasan pada anak balita dengan infeksi saluran pernafasan. Terapi pijat ini
dapat membantu pelonggaran sekresi pernafasan yang ketat, memobilisasi dari
jalan napas perifer ke jalan; nafas tengah dan kemudian dilepas saluran
pernapasan bagian atas. Hal ini dapat meningkatkan fungsi paru (Matina et al.,
2015).

c.Meningkatkan kualitas tidur


Salah satu tanda gejala ISPA adalah batuk. Batuk menyebabkan
terganggunya kualitas tidur pada anak. Selain itu, anak yang kurang tidur akan
xiii
menjadi rewel, gampang marah dan sulit diatur. Pijat bayi akan membuat bayi
tidur lelap, meningkatkan kesiagaan (alertness), dan konsentrasi. Ini karena
pijatan akan mengubah gelombang otak, yaitu dengan menurunkan
gelombang alpha dan meningkatkan gelombang beta serta tetha. Perubahan
gelombang otak ini dapat dibuktikan dengan pemeriksaan EEG (Electro
Encephalogram) (Sutarmi et al., 2014).

d.Menurunkan jumlah bakteri


Hasil penelitian yang dilakukan Malikhah (2019) menunjukkan adanya
penurunan jumlah bakteri streptococcus penderita ISPA yang berobat ke
Puskesmas dan diberikan pijat lebih besar daripada penderita ISPA yang 
hanya beorbat ke Puskesmas saja. 

B. COMMON COLD MASSAGE THERAPY


Pijat common cold merupakan terapi relaksasi untuk menurunkan rasa
gelisah dan depresi pada gangguan saluran nafas. Pijatan dilakukan di area wajah,
dada dan punggung.
Pemijatan dilakukan 6-12 kali hitungan dalam setiap kali gerakan. Pemijatan
dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore) selama 15 menit dalam 3 hari
1. Mekanisme pijat Common cold
Gerakan dada dan punggung akan merelaksasi otot-otot pernafasan dan
memperbaiki sirkulasi darah yang meningkatkan aktifitas Neurotransmitter
serotonin (meningkatkan kapasitas sel reseptor yang mengikat
glucocorticoid/adrenalin) sehingga terjadi penurunan kadar hormone adrenalin
sehingga meningkatkan daya tahan tubuh.
Gerakan menepuk-nepuk dan menggertarkan dada dan punggung untuk
membawa lender ke saluran besar sehingga anak akan otomatis batuk-batuk dan
lender akan keluar sehingga jalan nafas lebih lancer dan efektif, serta dengan
daya tahan tubuh yang meningkat akan menurunkan gejala

2. Manfaat
a. Merelaksasikan otot-otot pernafasan
b. Mengurangi hidung tersumbat
xiv
c. Mengencerkan dahak
3. Persiapan yang diperlukan untuk Massage
a. Alat dan ruangan
 Minyak (zaitun, biji anggur, bunga matahari, VCO)
 Ruangan yang hangat dan tidak pengap
 Musik lembut/murotal
 Tempat duduk
 Handuk
 Popok
 Baju ganti bayi
 Waslap
b. Pemijatan
 Meminta ijin pada orang tua
 Berkomunikasi dengan bayi
 Melepaskan perhiasan
 Tangan terapis bersih dan hangat
 Menggosokkan tangan, mendekatkan ke telinga bayi
 Penggunaan minyak tidak dipakai untuk daerah wajah
 Membaringkan bayi dipermukaan kain yang rata, lembut dan
bersih
 Melepaskan baju bayi
 Meminta ijin pada bayi dengan membelai wajah dan kepala bayi
sambil mengajak bicara
c. Persiapan bayi
 Bayi dalam keadaan tenang(tidak rewel, tidak mengantuk, tidak
lapar dan tidak setelah minum atau makan)

4. Teknik atau langkah – langkah common cold massage therapy


a. toward bridge nose & under the cheekbone
yaitu gerakan dari tulang hidung menuju tulang pipi seperti gerakan senyum
xv
satu
b. gerakan cheek rain drop
yaitu gerakan seperti hujan rintik rintik di tulang pipi menuju kearah bawah
c. gerakan open book
yaitu gerakan seperti membuka buku dibagian dada atau seperti
membentuk love besar
d. gerakan butterfly
yaitu gerakan menyilang didada secara bergantian
e. gerakan toby top intercostal
yaitu gerakan dari intercosta menuju arah puting ( gerakan dari tengah ke
sampaing ). Gerakan ini dimulai dari bagian atas sampai kebawah
f. gerakan chest rain drop
yaitu gerakan rintik hujan di dada dari atas ke bawah
g. Memposisikan bayi telungkup
h. gerakan back and forth
Yaitu gerakan maju mundur dari punggung kiri kekanan
i. gerakan sweeping neck to bottom
yaitu gerakan mengusap dari leher ke pantat dengan posisi pantat dipegang
dengan tangan kanan
j. gerakan sweeping neck to feet
yaitu gerakan mengusap dari leher ke kaki dengan posisi kaki sedikit ditekuk

k. gerakan back circle


yaitu gerakan memutar dengan menggunakan ujung ibu jari dari punggung
atas ke bawah
l. gerakan back rain drop
yaitu gerakan hujan rintik rintik dari punggung atas menuju punggung
bawah
m. gerakan pitching
yaitu gerakan mencubit dari punggung atas menuju punggung bawah

CHEKLIST

BABY MASSAGE FOR COMMON COLD


xvi
NOMOR
NO BUTIR YANG DINILAI

A SIKAP

Menyambut klien dengan ramah dan


1
sopan

2 Memperkenalkan diri kepada klien

3 Merespon reaksi klien

4 Percaya diri

5 Menjaga privasi klien

B Content

Menjelaskan maksud dan tujuan


massage

1 Teknik pijatan ini menimbulkan efek

● Memberi rasa nyaman pada bayi


● Membantu bayi mengeluarkan
lender
2 Melakukan apersepsi

Mempersiapkan alat

3 ● Minyak
● Ruangan yang hangat dan
tenang
● Music
Menginstruksikan pada ibu bayi untuk
4
melepas baju bayinya

Memposisikan bayi terlentang dengan


5
kaki dekat pemijat

Melakukan gerakan toward bridge


6
nose & under the cheekbone

7 Melakukan gerakan cheek rain drop

8 Melakukan gerakan open book

9 Melakukan gerakan butterfly

Melakukan gerakan toby top


10
intercostal

11 Melakukan gerakan chest rain drop

xvii
12 Memposisikan bayi telungkup

13 Melakukan gerakan back and forth

Melakukan gerakan sweeping neck


14
to bottom

Melakukan gerakan sweeping neck


15
to feet

16 Melakukan gerakan back circle

17 Melakukan gerakan back rain drop

18 Melakukan gerakan pitching

Membantu membersihkan,
19 mengenakan baju dan merapikan klien
ke posisi semula

Beritahu ibu bayi bahwa tindakan telah


20
selesai

21 Bereskan alat-alat

22 Evaluasi setelah exercise

C TEKNIK

1 Teruji menjelaskan secara sistematis

Komunikatif, menggunakan bahasa


2
yang mudah dimengerti

3 Penggunaan media

Melakukan pendokumentasian dengan


4
benar

BAB III

PEMBAHASAN

Batuk pilek merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak- anak
terutama pada bayi, dikarenakan daya tahan tubuh bayi yang masih rendah. Dalam

xvii
i
kasus Batuk pilek /Common Cold diperlukan penanganan secara farmakologi dan
non farmakologi.

Penanganan secara farmakologi diperlukan kolaborasi dengan Dokter dalam


pemberian terapi. Sedangkan penanganann non farmakologi diantaranya yaitu
dengan penerapan Natural Advance Therapy pijat Common Cold yang dapat
dilakukan oleh terapis (Bidan) atau Ibu bayi tersebut

Keunggulan dari pijat Common Cold selain aman minim efek samping juga
efektif dan murah. Kendala yang dihadapi dalam melakukan pijat common cold bayi
rewel di dalam proses pemijatan, sehingga Ibu bayi merasa cemas, selain itu Ibu
kurang percaya diri untuk melakukan pemijatan ini secara mandiri.

Oleh karena itu, Ibu perlu diberikan penjelasan dan pendampingan dalam
melaksanakan pijat Common cold ini

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pijat Common Cold merupakan salah satu penanganan non farmakologi yang efektif
xix
dalam menangani bayi dengan Common Cold. Pijat ini efektif meredakan gejala,
melancarkan pernafasan dan mengurangi lendir atau dahak.

B. SARAN
Pemijatan dilakukan secara sistematis dan sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Referensi :
Modul Praktikum Midwifery Complementary Community Based 2018
Darmanto, D. (2009). Respirologi. Jakarta: EGC. hal 43-47, 50

xx
Malikhah, Nurul, et all. (2019). Baby Massage with Common Cold Massage Oil on
Temperatur change, Pulse Rate, Frequency of Breath, Sleep Quality and Number of
Streptococcus Bacteria in Toddler with Acute Respiratory Infection”. IndianJournal of
Public Health Research and Development, 10(1),407-410
Matu, M., Kikuvi, G., Wanzala, P., Karama, M., & Symekher, S. (2014). Aetiology of Acute
Respiratory Infections in Children under Five Years in Nakuru, Kenya.  Journal of
Microbiology & Experimentation, 1(4), 1–8. https://doi.org/10.15406/jmen.2014.01.00021
Matina, H., Beulah, H., & David, A. (2015). Effectiveness of massage therapy on
respiratory status among toddlers with lower respiratory tract infection. Nitte University
Journal of Health Science, 5(2), 49–54. Diambil dari
http://nitte.edu.in/journal/june2015/10.pdf%5Cnhttp://ovidsp.ovid.com/ovidweb.cgi?
T=JS&CSC=Y&NEWS=N&PAGE=fulltext&D=emed17&AN=606476858
Husin, A. (2014). Hubungan Berat Badan Lahir dan Status Imunisasi dengan Kejadian
ISPA pada Balita di Puskesmas Wirobrajan Yogyakarta.  ’Aisyiyah Yogyakarta
Koes, I. (2015). Memahami Berbagai Macam Penyakit. Bandung: Alfabeta. hal 294-295
Lebuan, A. W., & Somia, A. (2017). Faktor Yang Berhubungan Dengan Infeksi Saluran
Pernapasan Akut Pada Siswa Taman Kanak-kanak Di Kelurahan Dangin Puri Kecamatan
Denpasar Timur Tahun 2014. E-Jurnal Medika, 9(1), 92, 135–150. Diambil
dari https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/31485/19206%0A
Purnamasari, L., & Wulandari, D. (2015). Kajian Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan
Infeksi Saluran Pernapasann Akut. Indonesian Journal On Medical Science, 2(2), 36.
Suman, Y. M. H. (2013). Hubungan Status Gizi terhadap Terjadinya Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita di Puskesmas Pajang Surakarta. Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sutarmi, Kusmini, & W, M. N. (2014). Mom Massage, Baby Massage and Spa. Semarang:
IHCA. hal 3, 5-6, 15-37
Tanto, C., Liwang, F., Hanifati, S., & Pradipta, E. (2015). Kapita Selekta Kedokteran.
Jakarta: Penerbit Media Aesculapius. hal 172
Copy LinkPrintEmailFacebookTwitterTelegramWhatsApp

xxi

Anda mungkin juga menyukai