Anda di halaman 1dari 20

UNIVERSITAS

KARYA HUSADA
SEMARANG

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN NATUTRAL ADVANCE THERAPY


(MASSAGE COMMON COLD) PADA BY. R UMUR 5 BULAN
DENGAN COMMON COLD
DI PMB ENI MUFTIKA PURWATI JEPARA

TUGAS KELOMPOK

Diajukan untuk Memenuhi Tugas kelompok


Mata Kuliah Natural Advance Therapy (NAT)

Dosen Pembimbing:
Siti Nur Umariyah Febriyanti,S.SiT,MH

Disusun Oleh :
1. Dewi Pusporini NIM 2004454
2. Diana Nurhayati NIM 2004455
3. Eni Muftika Purwati NIM 2004458
4. Fifit Faidah NIM 2004460

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


UNIVERSITAS KARYA HUSADA
SEMARANG
i

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok makalah yang berjudul “ Manajemen
Asuhan Kebidanan Natural Advance Therapy (Massage Common Cold) Pada By. R Umur 5
Bulan Dengan Common Cold Di PMB Eni Muftika Purwati Jepara”.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelpmpok
mata kuliah Natural Anvance Therapy (NAT). Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang manajemen asuhan kebidanan tentang managemen terpadu
balita sakit bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Siti Nur Umariyah Febriyanti,S.SiT,MH

, selaku dosen pengampu mata kuliah Natural Advance Therapy (NAT).

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Jepara, 11 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

D. Ruang lingkup

E. Manfaat

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Batuk Pilek ( ISPA )

B. Massage

C. Common ColdMassage Therapy

BAB III PEMBAHASAN

BAB IV PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa bayi adalah masa keemasan sekaligus masa kritis perkembangan


seseorang. Masa bayi diketahui masa kritis karena pada masa ini bayi sangat peka
terhadap lingkungan dan masa keemasan karena masa bayi berlangsung sangat
singkat dan tidak dapat diulang kembali (Departemen Kesehatan, 2009).

Masalah kesehatan terutama masalah gangguan pernafasan pada anak


disebabkan oleh beberapa faktor, faktor tersebut dapat dibedakan menjadi dua yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yakni faktor dari dalam meliputi
umur, jenis kelamin, sistem imunitas, status gizi, pemberian Air Susu Ibu (ASI) yang
kurang memadai, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), dan status imunisasi. Faktor
eksternal yakni faktor dari luar meliputi faktor lingkungan yaitu lingkungan iklim dan
cuaca yang sangat ekstrim, kondisi fisik rumah, suhu dan kelembaban, polusi udara,
pola makan, kualitas perawatan orang tua, sikap atau perilaku anak. Selain itu adanya
faktor sosial ekonomi, faktor pengetahuan serta mutu pelayanan kesehatan (Ramdhani
dkk, 2012). Khusus pada anak, kesehatan harus selalu dijaga dan gangguan atau
penyakit harus segera diatasi karena mereka belum dapat merawat diri sendiri
(Suranto, 2011). Pneumonia merupakan penyebab utama kematian balita di dunia.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 di Indonesia digambarkan bahwa
prevalensi pneumonia berdasarkan diagnosis nakes dan prevalensi pneumonia
berdasarkan diagnosis nakes dan gejala adalah 1,6% dan 4,5%. Berdasarkan
Riskesdas tahun 2021 prevalensi pneumonia berdasarkan diagnosis nakes dan 2
prevalensi pneumonia berdasarkan diagnosis nakes dan gejala adalah 2.0% dan 4,0%
(Kemenkes RI, 2018). World Health Organization (WHO) telah mengakui bahwa
pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan negara-negara berkembang dalam upaya
menurunkan kematian, kesakitan, dan kecacatan pada bayi dan balita (Moelyo dkk,
2013). Salah satu komponen dalam keluhan utama atau pemeriksaan dalam
melakukan pendekatan MTBS adalah melakukan penilaian apakah anak menderita
batuk atau sukar bernapas. Kondisi ini bisa dimulai dari keluhan bukan pneumonia
seperti batuk pilek. Salah satu tanda dan gejala pneumonia pada bayi adalah batuk dan
pilek. Batuk pilek merupakan gangguan saluran pernafasan atas yang paling sering
mengenai bayi dan anak. Virus penyebab flu biasanya menyebar melalui pernapasan
ketika mengalami bersin atau batuk (Alviani, 2015). Bayi sangat mudah tertular,
penularan terjadi karena seseorang yang pilek akan sering memegang hidungnya
karena rasa gatal atau membuang ingusnya. Upaya pengobatan yang dilakukan agar
tidak sampai terjadinya pneumonia dan juga untuk mengatasi keluhan seperti gejala
batuk pilek yaitu melalui pengobatan medis (konvensional) maupun alternatif
(tradisional) seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan (Atmojo, 2012).
Kesadaran masyarakat akan bahayanya obat-obatan kimia yang dikonsumsi secara
terus menerus akan berdampak pada kesehatan yang saat ini terjadi, dengan pemikiran
back to nature menjadi pilihan banyak orang (Kuswari, 2019). Banyak masyarakat
yang tertarik dengan pengobatan komplementer yang dipercaya dapat mengatasi
gangguan kesehatan (Wong, 2012). Akupresur merupakan salah satu terapi
komplementer yang merupakan perkembangan terapi pijat yang berlangsung seiring
dengan perkembangan ilmu akupuntur karena teknik pijat akupresur adalah turunan
dari ilmu akupuntur (Hartono, 2012). Akupuntur diterapkan menggunakan jarum yang
menembus kulit tubuh, sedangkan akupresur menggunakan jari tangan atau benda
tumpul yang tidak menembus kulit sehingga akupresur banyak menjadi pilihan
masyarakat karena mudah dilakukan dan dapat diterapkan secara mandiri (Ali, 2010).
Akupresur merupakan metode pijat yang dapat diterapkan mulai dari bayi, anak-anak
hingga orang dewasa. Pijat pada anak akan memberikan dampak yang luar biasa dan
memiliki efek yang positif terhadap tumbuh kembang serta kesehatannya seperti
halnya memperbaiki kualitas tidur, merasa nyaman, tenang, dan relaks. Selain itu,
pemijatan juga dapat dijadikan sebagai aktivitas untuk mendekatkan hubungan antara
anak dengan orang tuanya (Suranto, 2011). Seorang ibu dalam proses belajar
memerlukan adanya motivasi dan informasi mengenai pijat akupresur untuk batuk
pilek bayi yang nantinya akan berguna untuk ibu dan anggota keluarga. Upaya untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu adalah dengan memberikan
bimbingan tentang akupresur untuk batuk pilek bayi. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2016 tentang upaya pengembangan kesehatan
tradisional melalui asuhan mandiri pemanfaatan taman obat keluarga dan
keterampilan menyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat dalam pemanfaatan
taman obat keluarga dan keterampilan ditujukan agar masyarakat dapat melakukan
perawatan kesehatan secara mandiri untuk mengatasi gangguan kesehatan ringan dan
memelihara kesehatan. Keterampilan yang dimaksud adalah salah satu jenis
perawatan kesehatan tradisional dengan keterampilan yang dilakukan melalui teknik 5
penekanan di permukaan tubuh pada titik-titik akupuntur dengan menggunakan jari
tangan.

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Memberikan asuhan kebidanan secara berkesinambungan pada bayi dengan


commond cold di PMB Eni Muftika Purwati

2. Tujuan Khusus

a. Memberikan asuhan kebidanan massage common cold pada bayi

b. Meningkatkan pengetahuan ibu tentang cara penanganan common cold pada


bayi

c. Meningkatkan keterampilan ibu dalam penangan commond cold pada bayi

D. Ruang Lingkup

Sasaran asuhan kebidanan ini adalah bayi dengan commond cold

E. Manfaat Penelitian

1. Penulis

Hasil laporan ini dapat digunakan sebagai masukan dalam melaksanakan dan
mengimplementasikan teori asuhan kebidanan tentang pijat common cold yang
didapatkan dibangku kuliah.
2. Bidan Pelaksana

Hasil laporan ini dapat dimanfaatkan untuk mengaplikasikan/melakukan


pelayanan pijat commond cold di PMB

3. Ibu Balita

Agar ibu balita dapat mengenali sedini mungkin tanda gejala commond cold dan
cara penanganannya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. BATUK PILEK ( ISPA )


1.Pengertian
Batuk Pilek Batuk pilek adalah infeksi primer nasofaring dan hidung yang
sering mengenai bayi dan anak. Penyakit batuk pilek pada balita cenderung
berlangsung lebih berat karena infeksi mencakup daerah sinus paranasal, telinga
bawah, dan nasofaring disertai demam yang tinggi. Penyakit ini sebenarnya
merupakan self limited diseased yang sembuh sendiri 5- 6 hari jika tidak terjadi invasi
kuman lain. (Ngastiyah, 1997:12). Batuk pilek adalah infeksi virus yang menyerang
saluran nafas atas (hidung sampai tenggorokan) dan menimbulkan gejala ingus meler
atau hidung mampet, batuk sering disertai demam dan sakit kepala.(Arifianto,
2018:93)

2. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya batuk pilek adalah pembengkakan pada submukosa
hidung yang disertai vasodilatasi pembuluh darah. Terdapat infiltrasi leukosit, mula-
mula sel monokleus kemudian juga polimorfonukleus. Sel epitel superfisial banyak
yang lepas dan regenerasi epitel sel baru terjadi setelah lewat stadium akut.
(Ngastiyah, 2015:31). Banyak virus yang dapat menyebabkan batuk pilek, tetapi yang
paling sering adalah rinovirus (terdapat 100 jenis rinovirus berbeda yang dapat 8
menginfeksi manusia, diikuti dengan respiratory sincytial virus (RSV), dan
adenovirus. Virus yang masuk ke tubuh dan menginfiltrasi saluran nafas di hidung
sampai tenggorokan kita akan memicu rangkaian reaksi sitem imun (pertahanan
tubuh) dan bermanifestasi sebagai gejala-gejala yang dialami. (Arifianto,2018 :93).

3.Tahapan batuk pilek


Batuk dan pilek merupakan suatu respon tubuh yang diciptakan untuk
membuang benda asing, termasuk virus, bakteri, debu, lendir, dan partikel kecil lain
yang berusaha mengotori saluran nafas dimulai dari tenggorokan hingga paruparu.
Batuk menjaga saluran nafas tetap bersih agar seseorang tidak mengalami sesak nafas.
Ingus atau lendir yang diproduksi saat seseorang mengalami batuk pilek adalah upaya
tubuh mengeluarkan benda asing, termasuk partikel virus dan bakteri dari saluran
napas atas manusia. (Arifianto,2018:92)

4.Tanda Gejala Batuk Pilek


a. Hidung berair (pengeluaran bersifat cair dan bening)
b. Hidung tersumbat
c. Bersin
d. Panas tidak lebih dari 38 °C. (Einsenberg,1998:635)

5. Gambaran Klinis Batuk Pilek


Batuk pilek mempunyai gejala seperti pilek, batuk sedikit dan kadangkadang
bersin. Keluar sekret yang cair dan jernih dari hidung. Bila terjadi infeksi sekunder
oleh kokus seket menjadi kental dan purulen. Sekret ini sangat menggangu anak.
Sumbatan hidung menyebabkan anak bernafas dari mulut dan mengakibatkannya
gelisah. Pada anak yang lebih besar kadang-kadang didapatkan keluhan nyeri otot
dan pusing. (Ngastiyah, 1997:13)

6. Pencegahan Batuk Pilek


a. Menjaga pola hidup sehat
b. Hindari asap rokok
c. Menjauhi penggunaan kompor kayu yang mengotori udara karena asap dari
pembakaran kayu dapat mengurangi daya tahan anak sehingga ank mudah
terserang batuk pilek
d. Sebisa mungkin menjauhi anak balita dari orang yang sedang terkena batuk
pilek
e. Membiasakan anak mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang sesuatu
yang telah tersentuh oleh orang yang sedang terinfeksi batuk pilek.
(Einsenberg,1998:637)

7. Klasifikasi Batuk Pilek


a. Batuk pilek ringan : Bila timbul batuk tidak mengganggu tidur, dahak encer,
ingus encer berwarna bening, mata berair, panas tak begitu tinggi atau tidak
lebih dari 380 c. Batuk pilek ini berlangsung selama 5 – 6 hari. (Ngastiyah,
1997:12)
b. Batuk pilek sedang : Dahak kental berwarna kuning kehijauan, ingus kental
berwarna kehijauan, panas tinggi lebih dari 380 c, tenggorokan sakit pada saat
menelan.
c. Batuk pilek berat : Panas tinggi di sertai sesak napas ngorok, stridor, kadang-
kadang disertai penurunan kesadaran (contoh: pneumonia). (Departement
kesehatan RI, 1998) 9. Metode pegobatan batuk pilek

8. Penyebab

Batuk pilek disebabkan oleh lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur
(Koes, 2015). Lebih dari 90% infeksi saluran pernapasan atas disebabkan oleh
virus, yang meliputi rinovirus, influenza virus, parainfluensza virus, adenovirus,
coxsackievirus, RSV, dan corona virus. Sedangkan bakteri tersering penyebab
infeksi saluran pernapasan atas adalah streptococcus β-haemolyticus (Tanto,
Liwang, Hanifati, & Pradipta, 2015). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
pada 261 anak usia dibawah 5 tahun dengan penderita ISPA, didapatkan hasil
penyebab penyakit ISPA didominasi oleh virus influenza dan Streptococcus (Matu,
Kikuvi, Wanzala, Karama, & Symekher, 2014).

a. Faktor – Faktor Risiko Internal  terjadinya ISPA


 Status gizi
Status gizi seseorang dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan
kerentanan terhadap infeksi. Jika status gizi kurang maka kuman-kuman
patogen lebih mudah menyerang tubuh sehingga bisa terjadi ISPA
(Suman, 2013).

 Status Imunisasi
Imunisasi memberikan kekebalan secara spesifik terhadap patogen-
patogen penyakit seperti influenza yang merupakan salah satu patogen
penyebab ISPA. Penelitian oleh Aprianingsih Husin di Yogyakarta
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara status imunisasi dengan
ISPA dengan nilai p value sebesar 0,016 (Husin, 2014).
 Berat Badan Lahir
Secara teori bayi dengan berat badan lahir rendah lebih rentan untuk
terkena infeksi dibanding bayi dengan bayi berat lahir normal. Dalam
penelitian telah dibuktikan bahwa terdapat hubungan antara berat badan
lahir dengan kejadian ISPA dengan nilai p value sebesar 0,024 (Husin,
2014).
 Pola pemberian ASI
Komposisi ASI sangat tepat dalam masa pertumbuhan bayi untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi yang berubah-ubah sesuai dengan usianya.
ASI juga dapat memberikan kekebalan pada tubuh anak karena kandungan
didalamnya. Pada penelitian yang telah dilakukan di taman kanak-kanak
di Kelurahan Dangin, Denpasar Timur menunjukkan bahwa dengan ada
hubungan yang bermakna antara pola pemberian ASI terhadap kejadian
ISPA (Lebuan & Somia, 2017). 

b. Faktor penyebab eksternalnya 

Antara lain karena Virus/ Bakteri lebih mudah bertahan hidup pada udara yang
lembab, dan saat musim hujan aktivitas kita sering di dalam rumah sehingga
mempermudah penularan penyakit.

9. Pencegahan ISPA antara lain :

Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menjaga perilaku hidup bersih dan
sehat (mandi, cuci tangan, makan makanan bergizi dan seimbang)
B. MASSAGE

1. Massage treatment

Pijat merupakan aplikasi tekanan jaringan lunak tubuh seperti kulit, otot,
tendon dan ligamen. Seni pijat dikenal dengan the healing touch karena banyaknya
manfaat kesehatan yang didapat. Pijat diimplementasikan di kulit, dan kulit
merupakan bagian tubuh yang paling banyak merasakan sentuhan sensual healing
atau sentuhan yang mendatangkan efek bagi pikiran dan tubuh seseorang, maka
pijat atau massage adalah salah satu cara untuk memunculkankan wellness for
body and mind. Untuk itu dari bayi hingga orang dewasa membutuhkan sentuhan
kesembuhan ini.

2. Tujuan massage treatment

a. Melancarkan peredaran darah terutama peredaran darah vena dan peredaran


getah bening.

b. Menghancurkan penggumpalan sisa-sisa pembakaran didalam sel-sel otot


yang telah mengeras yag disebut miogelosis (asam laktat).

b. Menyempurnakan pertukaran gas-gas dan zat-zat didalam jaringan atau


memperbaiki proses metabolisme.

c. Menyempurnakan pembagian zat-zat makanan ke seluruh tubuh.

d. Menyempurnaan proses pencernaan makanan.

e. Menyempurnaan proses pembuangan sisa-sisa pembakaran ke alat-alat


pengeluaran atau mengurangi kelelahan.

f. Merangsang otot-otot yang dipersiapkan untuk bekerja yang lebih berat,


menambah tonus otot, efisiensi otot, dan elastisitas otot.

g. Merangsang jaringan-jaringan syaraf, mengaktifkan syaraf sadar dan kerja


syaraf otonom.
h. Membantu penyerapan pada peradangan bekas luka.

i. Membantu pembentukan sel-sel baru dalam perkembangan tubuh.

j. Membersihkan dan menghaluskan kulit.

k. Memberikan perasaan nyaman, segar dan kehangatan pada tubuh.

l. Menyembuhkan atau meringankan berbagai gangguan penyakit yang boleh


dipijat.

m. Memperbaiki secara langsung maupun tidak langsung fungsi setiap organ


internal.

3. Faktor pertimbangan dalam massage treatment

a. Kontak

b. Tekanan

c. Kecepatan

d. Irama

e. Kontinuitas

f. Durasi

g. Frekuensi

4. Manfaat massage treatmen

a.Mampu menurunkan suhu/ demam


Salah satu tahap perjalanan alamiah penyakit ISPA adalah tahap dini
penyakit, yaitu tahap yang dimulai dari gejala demam dan batuk . Berkaitan
dengan gejala demam ISPA, penelitian yang dilakukan oleh Purnamasari (2015)
menunjukkan bahwa rerata suhu balita yang mengalami ISPA yaitu 38,8oC.
Salah satu hasil penelitian yang dilakukan oleh Fatatu Malikhah  (2019) bahwa
perubahan suhu pada kelompok yang diberikan pengobatan dari Puskesmas dan
pijat ( kelompok intervensi)  dua kali lebih besar dibandingkan dengan
kelompok yang hanya diberikan pengobatan dari Puskesmas ( kelompok
kontrol). Untuk kelompok intervensi rerata perubahan suhu tubuh sebesar 0,6oC
sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 0,3oC.  Menurut peneliti perubahan
suhu tubuh terjadi karena adanya peningkatan daya tahan tubuh sehingga dapat
menekan proses inflamasi dan  membuat suhu balita ISPA menurun.

b.Menstabilkan pernafasan
Gejala lain yang dapat dilihat oleh orang tua pada balita ISPA selain
perubahan suhu adalah perubahan frekuensi napas. Sebuah  Penelitian 
mengungkapkan bahwa terapi pijat efektif dalam memperbaiki status pernafasan
pada anak balita dengan infeksi saluran pernafasan. Terapi pijat ini dapat
membantu pelonggaran sekresi pernafasan yang ketat, memobilisasi dari jalan
napas perifer ke jalan; nafas tengah dan kemudian dilepas saluran pernapasan
bagian atas. Hal ini dapat meningkatkan fungsi paru (Matina et al., 2015).

c.Meningkatkan kualitas tidur


Salah satu tanda gejala ISPA adalah batuk. Batuk menyebabkan
terganggunya kualitas tidur pada anak. Selain itu, anak yang kurang tidur akan
menjadi rewel, gampang marah dan sulit diatur. Pijat bayi akan membuat bayi
tidur lelap, meningkatkan kesiagaan (alertness), dan konsentrasi. Ini karena
pijatan akan mengubah gelombang otak, yaitu dengan menurunkan
gelombang alpha dan meningkatkan gelombang beta serta tetha. Perubahan
gelombang otak ini dapat dibuktikan dengan pemeriksaan EEG (Electro
Encephalogram) (Sutarmi et al., 2014).

d.Menurunkan jumlah bakteri


Hasil penelitian yang dilakukan Malikhah (2019) menunjukkan adanya
penurunan jumlah bakteri streptococcus penderita ISPA yang berobat ke
Puskesmas dan diberikan pijat lebih besar daripada penderita ISPA yang  hanya
beorbat ke Puskesmas saja. 
C. COMMON COLD MASSAGE THERAPY

1. Konsep
Batuk pilek sangat rentan terjadi pada anak-anak. Biasanya gejala mulai timbul
dalam waktu 1 - 3 hari setelah terinfeksi. Lendir dapat mengganggu oksigenisasi
dan menjadi tempat berkembang biak kuman, sehingga masa infeksi pun lebih
panjang. Karenanya untuk mendukung proses penyembuhan, dapat dilakukan
chest terapi atau terapi dada.
2. Teknik
a. Sinus line
b. Ears, neck, and chin
c. Cheek rain drop
d. Big love
e. Butterfly
f. Toby top – inter costa
g. Chest rain drop
h. Back and forth
i. Sweeping neck to bottom
j. Sweeping neck to feet
k. Back circle
l. Circle over the scapula
m. Back – toby top n) Back rain drop
n. Pitching
o. Relaxation

CHEKLIST
BABY MASSAGE FOR
COMMON COLD

Hari/Tanggal : …………………………………………
Waktu : …………………………………………
Penguji : …………………………………………

NOMOR
NO BUTIR YANG DINILAI

A SIKAP
Menyambut klien dengan ramah dan
1
sopan
2 Memperkenalkan diri kepada klien
3 Merespon reaksi klien
4 Percaya diri
5 Menjaga privasi klien
Total score sikap: jumlah score/5 x 10%
B Content
Menjelaskan maksud dan tujuan
massage
Teknik pijatan ini menimbulkan efek
1
 Memberi rasa nyaman pada bayi
 Membantu bayi mengeluarkan
lendir
2 Melakukan apersepsi
Mempersiapkan alat
 Minyak
3  Ruangan yang hangat dan
tenang
 Music
Menginstruksikan pada ibu bayi untuk
4
melepas baju bayinya
Memposisikan bayi terlentang dengan
5
kaki dekat pemijat
Melakukan gerakan toward bridge
6
nose & under the cheekbone
7 Melakukan gerakan cheek rain drop
8 Melakukan gerakan open book
9 Melakukan gerakan butterfly

NOMOR
NO BUTIR YANG DINILAI
Melakukan gerakan toby top
10 intercosta
11 Melakukan gerakan chest rain drop
12 Memposisikan bayi telungkup
13 Melakukan gerakan back and forth
Melakukan gerakan sweeping neck
14 to bottom
Melakukan gerakan sweeping neck
15 to feet
16 Melakukan gerakan back circle
17 Melakukan gerakan back rain drop
18 Melakukan gerakan pitching
Membantu membersihkan,
19 mengenakan baju dan merapikan klien ke
posisi semula
Beritahu ibu bayi bahwa tindakan telah
20
selesai
21 Bereskan alat-alat
22 Evaluasi setelah exercise
Total score content: jumlah score/22 x 80
%
C TEKNIK
1 Teruji menjelaskan secara sistematis
Komunikatif, menggunakan bahasa
2
yang mudah dimengerti
3 Penggunaan media
Melakukan pendokumentasian dengan
4
benar
Total score teknik: jumlah score/4 x 10%

Nilai Akhir = (A+B+C) x 100

BAB III
PEMBAHASAN

BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN

SARAN

DAFTAR PUSTAKA
Referensi :
Modul Praktikum Midwifery Complementary Community Based 2018
Darmanto, D. (2009). Respirologi. Jakarta: EGC. hal 43-47, 50
Malikhah, Nurul, et all. (2019). Baby Massage with Common Cold Massage Oil on
Temperatur change, Pulse Rate, Frequency of Breath, Sleep Quality and Number of
Streptococcus Bacteria in Toddler with Acute Respiratory Infection”. IndianJournal of Public
Health Research and Development, 10(1),407-410
Matu, M., Kikuvi, G., Wanzala, P., Karama, M., & Symekher, S. (2014). Aetiology of Acute
Respiratory Infections in Children under Five Years in Nakuru, Kenya. Journal of
Microbiology & Experimentation, 1(4), 1–8. https://doi.org/10.15406/jmen.2014.01.00021
Matina, H., Beulah, H., & David, A. (2015). Effectiveness of massage therapy on respiratory
status among toddlers with lower respiratory tract infection. Nitte University Journal of
Health Science, 5(2), 49–54. Diambil dari http://nitte.edu.in/journal/june2015/10.pdf
%5Cnhttp://ovidsp.ovid.com/ovidweb.cgi?
T=JS&CSC=Y&NEWS=N&PAGE=fulltext&D=emed17&AN=606476858
Husin, A. (2014). Hubungan Berat Badan Lahir dan Status Imunisasi dengan Kejadian ISPA
pada Balita di Puskesmas Wirobrajan Yogyakarta.  ’Aisyiyah Yogyakarta
Koes, I. (2015). Memahami Berbagai Macam Penyakit. Bandung: Alfabeta. hal 294-295
Lebuan, A. W., & Somia, A. (2017). Faktor Yang Berhubungan Dengan Infeksi Saluran
Pernapasan Akut Pada Siswa Taman Kanak-kanak Di Kelurahan Dangin Puri Kecamatan
Denpasar Timur Tahun 2014. E-Jurnal Medika, 9(1), 92, 135–150. Diambil
dari https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/31485/19206%0A
Purnamasari, L., & Wulandari, D. (2015). Kajian Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan
Infeksi Saluran Pernapasann Akut. Indonesian Journal On Medical Science, 2(2), 36.
Suman, Y. M. H. (2013). Hubungan Status Gizi terhadap Terjadinya Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita di Puskesmas Pajang Surakarta. Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sutarmi, Kusmini, & W, M. N. (2014). Mom Massage, Baby Massage and Spa. Semarang:
IHCA. hal 3, 5-6, 15-37
Tanto, C., Liwang, F., Hanifati, S., & Pradipta, E. (2015). Kapita Selekta Kedokteran.
Jakarta: Penerbit Media Aesculapius. hal 172
Copy LinkPrintEmailFacebookTwitterTelegramWhatsApp

Anda mungkin juga menyukai