Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

EVIDANCE BASED MIDWIFERY PRACTICE TENTANG PERSALINAN


KALA 1
Disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Evidance Based Midwifery Practice
Dosen Pengajar : Isrowiyaun Daiyah, S.ST.,M.Keb

Disusun oleh:
Kelompok 2
1. Eva Fitri Yuni NIM. P07124223078R
2. Lismalianur NIM. P07124223091R
3. Masriah NIM. P07124223092R
4. Noor Janah NIM. P07124223095R
5. Siti Rosmalayati Cora B NIM. P07124223112R
6. Yeni Setyowati NIM. P07124223117R

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL TENAGA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANJARMASIN
RPL PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN
TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas penyusunan makalah yang berjudul “Evidance Based Midwifery Practice tentang
Persalinan Kala 1”.
Atas segala bimbingan dan bantuan yang diberikan dari berbagai pihak tersebut
maka penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Parellangi, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku Direktur Poltekes Kemenkes Banjarmasin.
2. Hj. Zakiah, S.ST.,M.Keb selaku Kaprodi Sarjana Terapan Kebidanan Poltekes
Kemenkes Banjarmasin.
3. Hapisah, S.ST.,M.PH selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekes Kemenkes
Banjarmasin.
4. Isrowiyaun Daiyah, S.ST.,M.Keb selaku dosen pengampu mata kuliah Evidance
Based Midwifery Practice
Penulis menyadari adanya ketidaksempurnaan dari makalah ini, karenanya
penulis mengharapkan kritik maupun saran yang sifatnya membangun untuk
menyempurnakan laporan kasus akhir stase ini. Semoga hasil-hasil yang dituangkan
lewat laporan kasus akhir stase ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu kesehatan
umumnya dan khususnya dalam kebidanan.

Amuntai, 29 September 2023

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................3
C. Tujuan...........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................4
A. Konsep Fertilitas.........................................................................................4
1. Pengertian Fertilitas.............................................................................14
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fertilitas.....................................15
B. Konsep Infertilitas......................................................................................8
1. Definisi Infertilitas..............................................................................16
2. Klasifikasi Infertilitas..........................................................................16
3. Etiologi Infertilitas..............................................................................17
4. Faktor Risiko Infertilitas.....................................................................19
5. Penatalaksanaan Infertilitas.................................................................23
BAB III TINJAUAN KASUS.........................................................................25
BAB IV PENUTUP..........................................................................................32
A. Kesimpulan.................................................................................................32
B. Saran...........................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
11

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam beberapa tahun terakhir atau tepatnya beberapa bulan terakhir kita sering
mendengar tentang evidence based. Evidance base artinya berdasarkan bukti tidak lagi
berdasarkan pengalaman atau kebiasaan semata semua harus berdasarkan bukti dan bukti
ini pun tidak sekedar bukti tetapi bukti ilmiah terkini yang bisa dipertanggungjawabkan.
Hal ini terjadi karena ilmu kedokteran dan kebidanan berkembang sangat pesat.
Temuan dan hipotesis yang diajukan pada waktu yang lalu secara cepat digantikan dengan
temuan yang baru yang segera menggugurkan teori sebelumnya. Sementara hipotesis yang
diujikan sebelumnya bisa saja segera ditinggalkan karena muncul pengujian-pengujian
hipotesis baru yang lebih sempurna. Melalui paradigma baru ini maka pendekatan medit
barulah dianggap akuntabel apabila didasarkan pada temuan terkini yang secara medis
ilmiah dan metodologi yang dapat diterima. Evidence base atau yang dikenal dengan EBM
adalah penggunaan mutakhir terbaik yang ada secara bersungguh-sungguh eksplisit dan
bijaksana untuk pengambilan keputusan. Evidance Based Midwifery Practice ini sangat
penting peranannya pada dunia kebidanan karena dengan adanya eviden base matriks
praktis maka dapat mencegah tindakan-tindakan yang tidak diperlukan atau tidak
bermanfaat bahkan merugikan bagi pasien terutama pada proses persalinan yang
diharapkan berjalan dengan lancar dan aman sehingga dapat menurunkan angka kematian
ibu dan angka kematian bayi
Persalinan adalah proses dimana bayi, Plasenta, dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu
bersalin. Persalinan yang normal terjadi pada usia kehamilan cukup bulan/setelah usia kehamilan 37
minggu atau lebih tanpa penyulit. Pada akhir kehamilan ibu dan janin mempersiapkan diri untuk
menghadapi proses persalinan. Janin bertumbuh dan berkembang dalam proses persiapan
menghadapi kehidupan di luar Rahim. Ibu menjalani berbagai perubahan fisiologis selama masa
hamil sebagai persiapan menghadapi proses persalinan dan untuk berperan sebagai ibu.Persalinan
dan kelahiran adalah akhir kehamilan dan titik dimulainya kehidupan di luar Rahim bagi bayi baru
lahir.Persalinan dimulai sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks yang
membuka dan menipis dan berakhir dengan lahirnya bayi beserta plasenta secara lengkap
Pengalaman persalinan bisa dialami oleh ibu pertama kali (primi), maupun kedua atau lebih (multi).
(Fauziah, 2015)
Primigravida yaitu wanita yang hamil untuk pertama kali, sedangkan multigravida adalah
seorang ibu yang hamil untuk kedua atau lebih.Tanda-tanda kehamilan primigravida seperti perut
tegang, labla mayora tampak bersatu, hypen seperti pada beberapa tempat, vagina sempit dengan
rugae yang utuh jari, perineum utuh dan baik. Pada serviks terdapat pembukaan yang di dahului
dengan pendataran dan setelah itu baru pembukaan (pembukaan rata-rata 1 cm dalam 2 jm) Lama
kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida lama kala I multigravida 8
jam (Moctar, 1998)
12

Menurut penelitian (Saryono, 2012)Perbedaan tingkat nyeri persalinan normal pada Ibu
primigravida dan Multigravida, pada Ibu primigravida yang mengalami nyeri berat melahirkan saat
kala 1 sebanyak61,5% dan 20 responden ibu Multigravida mengalami nyeri berat melahirkan kala 1
sebanyak 38,5%.Nyeri melahirkan di sebabkan oleh faktor dilatasi serviks yaitu kekuatan primer
membuat serviks menipis/effacement, berdilatasi dan janin turun.
Nyeri persalinan merupakan suatu kondisi yang fisiologis. Keadaan tersebut merupakan
perasaan yang tidak menyenangkan yang terjadi selama proses persalinan. Nyeri persalinan mulai
timbul pada persalinan kala I fase laten dan fase aktif. Makin lama nyeri yang dirasakan akan
bertambah kuat, puncak nyeri terjadi pada fase aktif, dimana pembukaan lengkap sampai 10 cm.
Intensitas nyeri selama persalinan akan mempengaruhi kondisi psikologis ibu, proses persalinan dan
kesejahteraan janin (Perry dan potter dalam Yana, et al, 2015:1). Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa pada masyarakat primitif, persalinannya lebih lama dan nyeri, sedangkan masyarakat yang
telah maju 7- 14% bersalin tanpa rasa nyeri dan sebagian besar (90%) persalinan disertai rasa nyeri.
Tingginya persepsi nyeri yang dirasakan oleh ibu bersalin sehingga kebanyakan dari mereka tidak
memfokuskan ke kelahiran bayinya, justru mereka lebih memfokuskan pada nyeri persalinan yang
dirasakannya (Handayani et al, 2016: 120).
Nyeri persalinan dapat menimbulkan stress yang menyebabkan pelepasan hormon yang
berlebihan seperti hormon steroid dan katekolamin. Hormon ini dapat menyebabkan terjadinya
ketegangan otot polos dan vasokonstriksi pembuluh darah, sehingga dapat mengakibatkan
penurunan kontraksi uterus, pengurangan aliran darah dan oksigen ke uterus, serta timbulnya
iskemia uterus yang membuat impuls nyeri bertambah banyak. Pada tahap awal persalinan dapat
menjadi waktu yang sulit bagi sebagian besar ibu, khususnya ibu yang melahirkan anak
pertamanya. Rasa khawatir, takut dan cemas akan memainkan perasaan ibu dalam kemampuan dan
keyakinan ibu untuk menghadapi persalinan.
Berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan nyeri pada persalinan, baik secara
farmakologi maupun nonfarmakologi. Manajemen nyeri secara farmakologi lebih efektif daripada
metode nonfarmakologi, namun lebih mahal dan berpotensi mempunyai efek yang kurang baik
seperti adanya efek samping dari obat. Sedangkan metode nonfarmakologi lebih murah, sederhana,
efektif, tanpa efek yang merugikan, dan dapat meningkatkan kepuasan selama persalinan karena ibu
dapat mengontrol perasaannya dan kekuatannya.
Metode nonfarmakologi sangat bervariasi yang dapat diterapkan untuk membantu
mengurangi rasa nyeri, salah satunya adalah masase atau pijatan. Masase adalah melakukan
tekanan tangan pada jaringan lunak yang biasa pada otot, tendon, atau ligamentum tanpa
menyebabkan gerakan atau perubahan posisi sendi untuk meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi,
dan/atau memperbaiki sirkulasi
Menurut Danuatmaja (2008), ibu yang dipijat selama 20 menit setiap jam selama

persalinan akan lebih bebas dari rasa sakit. Hal ini disebabkan karena pijatan merangsang tubuh

untuk melepaskan senyawa endorphin yang merupakan pereda rasa sakit dan dapat menciptakan

perasaan nyaman. Pijatan secara lembut membantu ibu merasa lebih segar, rileks, dan nyaman

dalam persalinan. Disamping mempersiapkan ibu dan kelahiran pada bayi di beberapa negara

seperti India dan Jepang, pijat merupakan bagian terpenting dari keterampilan bidan
13

Menurut Potter & Perry (2010), ada banyak teknik pemijatan yang dilakukan dalam

persalinan, salah satunya adalah counter pressure. Counter pressure merupakan teknik dengan

memberikan penekanan pada sumber atau daerah nyeri punggung atau sacrum. Penekanan

tersebut dapat menggunakan kepalan tangan. Metode ini membantu mengatasi kram pada otot,

menurunkan nyeri, kecemasan, mempercepat proses persalinan, menghilangkan tegangan otot

pada paha diikuti ekspansi tulang pelvis karena relaksasi pada otot-otot sekitar pelvic dan

memudahkan bayi turun melewati jalan lahir, efektif dalam membantu mengurangi rasa nyeri

pinggang persalinan dan relatif aman karena hampir tidak ada efek samping yang ditimbulkan.

Selain itu pemberian kombinasi aromaterapi lavender juga terbukti menurunkan

intensitas nyeri persalinan. Aromaterapi lavender bekerja dengan mempengaruhi tidak hanya

fisik tetapi juga tingkat emosi. Aromaterapi lavender sendiri memiliki kandungan linalool dan

linalyl acetat yang berefek sebagai analgetik yang dapat mengubah seseorang menjadi tenang

(Jaelani,2009). Minyak aromaterapi masuk ke rongga hidung melalui pengirupan langsung akan

bekerja lebih cepat, karena molekul-molekul minyak esensial mudah menguap, oleh hipotalamus

aroma tersebut diolah dan dikonversikan oleh tubuh menjadi suatu aksi dengan pelepasan

subtansi neurokimia berupa zat endorphin dan serotonin, sehingga berpengaruh langsung pada

organ penciuman dan dipersepsikan oleh otak untuk memberikan reaksi yang membuat

perubahan fisiologis pada tubuh, pikiran, jiwa dan menghasikan efek menenangkan pada tubuh

(Balkam, 2014). Saat aromaterapi dihisap, zat aktif yang terdapat di dalamnya akan merangsang

hipotalamus (kelenjar hipofise) untuk mengeluarkan hormon endorpin. Endorpin diketahui

sebagai zat yang menimbulkan rasa tenang, relaks dan bahagia. Di samping itu, zat aktif berupa

linaool dan linalyl acetate yang terdapat dalam lavender berefek sebagai analgetik

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud Evidance Based Midwifery Practice?
2. Apakah yang dimaksud Persalinan?
3. Bagaimana nyeri persalinan Kala 1
4. Bagaimana Penatalaksanan Nyeri Kala 1 dengan pendekatan EBMP?

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui penerapan EBMP pada penatalaksanaan nyeri persalinan kala 1
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian EBMP
b. Untuk mengetahui persalinan kala 1
14

c. Untuk mengetahui penatalaksanaan nyeri kala 1 sesuai EBMP yaitu dengan


pemberian counter pressure massage dan aromaterapi lavender

1.4 Manfaat
1. Bagi klien
Diharapkan dapat digunakan oleh ibu bersalin sebagai intervensi untuk mengurangi nyeri
persalinan yang di alami.
2. Bagi Mahasiswa
Memberikan gambaran dan pengetahuan tentang pengaruh pemberian teknik counter pressure
massage dan aromaterapi lavender terhadap tingkat nyeri persalinan.
3. Bagi Lahan
dan menambah pengalaman serta pengetahuan bagi peneliti khususnya untuk meningkatkan
kemampuan mengenai manajemen nyeri persalinan menggunakan teknik counter pressure
massage dan aromaterapi lavender.

BAB II
15

TINJAUAN TEORI

A. EVIDANCE BASED MIDWIERY PRACTICE (EBMP)


1. PENGERTIAN EBMP
Evidance based midwifery practice merupakan suatu strategi kebidanan untuk
mendapatkan knowledge atau pengetahuan terbaru berdasarkan evidence atau bukti yang
jelas dan relevan untuk membuat keputusan klinis yang efektif dan meningkatkan skill
dalam praktik klinis guna meningkatkan kualitas kesehatan pasien.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yang dimaksud dengan
fertilitas adalah kemampuan untuk menghasilkan keturunan, sedangkan menurut
Sembiring (dalam Hendry, 2019) fertilitas adalah taraf kelahiran yang
sesungguhnya berdasarkan jumlah kelahiran yang telah terjadi (lahir hidup).
Tujuan utama di implementasikannya evidance based practice di dalam praktek
kebidanan adalah untuk meningkatkan kualitas perawata kebidanann dan memberikan
hasil yang terbaik dari asuhan kebidanan yang diberikan. Pendekatan yang dilakukan
berdasarkan pada evidance based bertujuan untuk menemukan bukti-bukti terbaik sebagai
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan klinis yang muncul dan kemudian mengaplikasikan
bukti tersebut ke dalam praktek kebidanan guna meningkatkan kualitas perawatan pasien.

B. PERSALINAN KALA 1
1. PENGERTIAN PERSALINAN
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin plasenta, selaput
ketuban) dari uterus ke dunia luar melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan
bantuan atau dengan kekuatan sendiri (Sumarah, 2009)
Menurut Depkes RI (2008) persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan
selaput ketuban keluar dari uterus ibu persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi
pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.
Persalinan adalah proses membuka dan menutupnya serviks dan janin turun ke
dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar
melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin
(Saifudin, 2010).
2. TAHAPAN PERSALINAN

Menurut Wiknojosastro (2008) tahap-tahap pada persalinan antara lain:


Kala I
Kala I adalah pembukaan serviks yang berlangsung antara pembukaan nol
sampai pembukaan lengkap (10 cm). Pada primigravida kala I berlangsung kira –
kira 13 jam, sedangkan pada multigravida kira – kira 7 jam. Gejala pada kala I ini
dimulai bila timbulnya his dan mengeluarkan lender darah. Lendir darah tersebut
berasal dari lender kanalis servikalis karena serviks mulai membuka atau
16

mendatar. Sedangkan darahnya berasal dari pembuluh– pembuluh kapiler yang


berada disekitar kanalis serviks itu pecah karena pergeseran ketika serviks
membuka. Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase
yaitu :
1) Fase laten: berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi
sangat lamban sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.

a) Fase aktif: dibagi dalam 3 fase lagi, yaitu Fase


akselerasi yaitu dalam waktu 2 jam pemukaan 3 cm
menjadi 4 cm.
b) Fase dilatasi maksimal yaitu dalam waku 2 jam
pembukaan berlangsung sampai cepat, dari 4 cm
menjadi 9 cm.
c) Fase deselerasi yaitu pembukaan menjadi lambat
kembali, dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm
menjadi lengkap (10 cm). Fase– fase tersebut dijumpai
pada primigravida, pada multigravida pun terjadi
demikian, akan tetapi fase laten, fase aktif, dan fase
deselerasi terjadi lebuh pendek.

Menurut Depkes RI 2008, kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi


uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks
membuka lengkap (10 cm). Kala I persalinan terdiri dari dua fase laten dan fase
aktif.
1) Fase laten pada kala I persalinan :
a) Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap.
b) Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm
c) Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau
hingga 8 jam.
2) Fase aktif pada kala I persalinan :
a) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat
secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai
jika terjadi tiga kali atau lebih dlam waktu 10 menit, dan
berlangsung selama 40 detik atau lebih)
b) Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan
lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata
– rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida) atau
lebih dari 1 cm hingga 2cm (multipara)
c) Terjadi penurunan bagian terbawah janin
17

C. NYERI PERSALINAN KALA 1

Rasa nyeri pada persalinan kala I disebabkan oleh munculnya kontraksi otot-otot
uterus, hipoksia dari otot-otot yang mengalami kontraksi, peregangan serviks pada waktu
membuka, iskemia korpus uteri, dan peregangan segmen bawah rahim. Serat saraf aferen
viseral yang membawa impuls sensorik dari rahim memasuki medulla spinalis pada
segmen torakal kesepuluh, kesebelas dan keduabelas serta segmen lumbal yang pertama
(T10 sampai L1).

Nyeri dari perineum menjalar melewati saraf aferen somatik, terutama pada saraf
pudendus dan mencapai medula spinalis melalui segmen sakral kedua, ketiga dan keempat
(S2 sampai S4). Serabut saraf sensorik yang dari rahim dan perineum inin membuat
hubungan sinapsis pada kornu medula spinalis dengan sel yang memberi akson yang
merupakan saluran spinotalamik. Selama bagian akhir dari kala I dan di sepanjang kala II,
impuls nyeri bukan saja muncul dari rahim tetapi juga perineum saat bagian janun
melewati pelvis. Biasanya wanita merasakan nyeri pada saat kontraksi saja dan bebas dari
nyeri selama relaksasi.
Pusat nyeri pada saat persalinan yaitu seperti gambar berikut:

Gambar 2.1 Pusat nyeri persalinan

Gambar 2.2 Pusat nyeri persalinan kala 1 awal

Gambar 2.3 Pusat nyeri persalinan kala 1 lanjut


D. MASSAGE COUNTER PRESSURE
Massage counter pressure adalah pijatan yang dilakukan dengan memberikan tekanan
18

yang terus-menerus selama kontraksi pada tulang sakrum pasien dengan pangkal atau
kepalan salah satu telapak tangan (Simkin dan Ancheta, 2008). Tekanan dalam massage
counter pressure dapat diberikan dalam gerakan lurus atau lingkaran kecil. Teknik ini
efektif menghilangkan sakit punggung akibat persalinan. Namun perlu disadari bahwa ada
ibu yang tidak biasa dipijat, bahkan disentuh saat mengalami kontraksi, hal ini disebabkan
karena kontraksi sedemikian kuatnya sehingga ibu tidak sanggup lagi menerima
rangsangan apapun pada tubuh. Bidan harus memahami hal ini dan menghormati
keinginan ibu.
Counter pressur adalah pijatan tekanan kuat dengan cara meletakkan tumit tangan atau
bagian datar dari tangan, atau juga menggunakan bola tenis pada daerah lumbal dimana ia
mengalami sakit punggung.Tehnik massage conter pressure adalah tehnik massage untuk
nyeri pinggang dengan metode nonfarmakologi (tradisional), yaitu dengn menekan
persyarafan pada daerah nyeri pinggang, menggunakan kepalan tangan ke pinggang
selama 20 menit dengan posisi duduk. Dilakukan ketika respon mengalami kontraksi
utrus.
Tehnik counter pressure dilakuan dengan memberi penekanan pada sumber daerah nyeri
pinggang yang dirasakan sehingga dapat melepaskan ketegangan otot, mengurangi nyeri
pinggang, memperlancar peredaran darah dan akan menimbulkan relaksasi. Tehnik
conterprsur akan membantu mengatasi kram otot yang dirasakan oleh penderita,
menurnkan rasa nyeri, kecemasan mempercepat proses keteganan otot paha diikuti
ekspansi tulang pelvis karena relaksasi pada otot-otot sekitar pelvis, efektif dalam
membentu mengurangi rasa nyei pinggang dan relatif aman karena ampir tidak ada efek
samping yang ditimbulkan. (Yuliatun, 2008). Dengan pemberian massage counter
pressure dapat menutup gerbang pesan nyeri yang akan dihantarkan menuju medula
spinalis dan otak. Selain itu dengan tekanan yang kuat pada tehnik tersebut maka akan
mengaktifkan senyawa endhorophin yang berada di sinaps sel-sel saraf tulang belakang
dan otak. Sehingga tranmisi pesan nyeri dapat dihambat dan menyebabkan penurnan
sensasi nyeri
Langkah-langkah melakukan massage counter pressure sebagai berikut:
a. Memberitahukan langkah yang akan dilakukan dan fungsinya
b. Menganjurkan mencari posisi yang nyaman seperti posisi menunduk ataupun
duduk
c. Mencuci tangan
d. Menekan daerah sakrum secara mantap dengan pangkal atau kepalan salah satu
telapak tangan, lepaskan dan tekan lagi, begitu seterusnya selama 20 menit
e. Mengevaluasi teknik massage counter pressure tersebut
Prinsip ata tujuan tehnik massage conterpreesure yaitu memberikan block pada daerah
nyeri sehingga nyeri dapat dikurangi dan pelaksanaan massage yang benar apat
mengurangi nyeri serta mengurangi ketegangan otot dan individu dapat mempersepsikan
massage sebagai stimuus untuk rileks kemudian muncul respon relaksasi sehingga dapat
mengurangi tigkat nyeri pinggang
E. AROMATERAPI LAVENDER
19

Aromaterapi adalah suatu pengobatan alternatif dengan menggunakan minyak

essensial konsentrasi tinggi yang berasal dari ekstrak tumbuhan aromatic. Aromaterapi

dapat mempengaruhi keadaan fisik dan psikis melalui perubahan pada respon fisiologi,

perilaku, dan dapat mengurangi gangguan rasa nyaman pada suatu individu seperti

cemas, depresi, nyeri, dan sebagainya .Aroma berperan penting dalam mempengaruhi

perasaan pasien, namun sebenarnya kandungan zat kimia dalam jenis minyaklah yang

berperan menenangkan pasien secara farmakologis. Lavender adalah terjemahan dari

“lavera” yang merupakan bahasa latin, yang memiliki arti menyegarkan. Lavender

adalah bunga yang memiliki 25-30 spesies, salah satunya Lavendula

Angustifolia. Lavender memiliki kandungan utama berupa Linalool dan Linalyl

Asetat. Linalool memiliki efek menenangkan dan membuat mengantuk, dan

Linalyl Asetat memiliki efek kecanduan.

Sifat farmakologis dari lavender mempunyai efek terapeutik yang mampu

mempengaruhi sistem saraf simpatis, parasimpatis dan sistem limbik yang dapat

menyebabkan efek relaksasi. Efek farmakologi untuk relaksasi yang dapat ditimbulkan

oleh lavender diantaranya adalah sifat analgesik, menurunkan kontraktilitas otot

lutik, efek menenangkan, efek sedatif, hipotensif, menurunkan frekuensi jantung,

antidepresan, antiansietas, antiinsomnia dan dapat meningkatkan konsentrasi.

a. Metode Pemberian Aromaterapi

Synder & Lindquist (2006) dalam Rawiti, et al. (2014), menjelaskan cara

pemberian aromaterapi, sebagai berikut:

1. Pemberian melalui inhalasi

Pemberian aromaterapi melalui diffuser yang berisi 30 ml air dan 15 tetes

aromaterapi lavender diletakkan sejauh 20 cm dengan cara dihirup akan

menyebabkan molekul yang terdapat pada minyak esensial tersebut terbawa oleh

aliran turbulen ke langit-langit hidung. Terdapat bulu-bulu halus yang

merupakan juluran dari sel reseptor pada langit-langit hidung. Bulu- bulu ini nanti

akan mentransmisikan impuls melalui bulbus olfaktorius dan traktus olfaktorius

ke sistem limbik saat bulu-bulu ini terkena molekul minyak tersebut. Proses

diatas akan menstimulasi memori dan emosional yang melewati hipotalamus

bekerja dan akan menyebabkan pesan tersebut dialirkan ke bagian otak dan tubuh
20

lainnya. Pesan tersebut akan menyebabkan terjadinya pelepasan-pelepasan zat

neurokimia yang bersifat euforik, relaksan, atau sedatif.

2. Pemberian topikal

Pemberian topikal dengan cara mengoleskan minyak esensial. Proses

penyerapan senyawa ini bermula ketika senyawa ini masuk

melewati epidermis kulit dan masuk ke dalam saluran limfe dan


darah, kelenjar keringat, serta saraf. Pada terapis aroma profesional, pemberian

topikal minyak esensial dilakukan dengan cara pemijatan. Terapi dengan pijat

menggunakan gerakan rutin yang teratur dengan menggunakan satu atau dua tetes

minyak esensial yang dilarutkan ke dalam krim atau gel.


21

BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN PERSALINAN
PADA NY A UMUR 24 TAHUN G1P0A0 HAMIL 39 MINGGU INPARTU KALA
1 FASE AKTIF

Hari / Tanggal Pengkajian : Jumat/29 Ketermapilan ke :


September 2023
Jam Pengkajian : 11.00 WITA
Tempat/Ruangan : Puskesmas/Ruang
VK

A. SUBJECTIVE DATA
1. Identitas
Istri (pasien) Suku/ Bangsa : Banjar /
Indonesia
Nama : Ny. A
Pendidikan : SMA
Umur : 24 tahun
Pekerjaan : Peternak
Agama : Islam
Alamat :Jl.Jingah
Suku/ Bangsa : Banjar/
rampit Rt.02/Rw.01 Kec Maju
Indonesia
Jaya
Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

Alamat : Jl.Jingah
rampit Rt.02/Rw.01 Kec
Maju Jaya

Suami (penanggung jawab)

Nama : Tn. M

Umur : 30 tahun

Agama : Islam

21
22

2. Keluhan Utama
Jika ada Nyeri dapat menggunakan PQRST untuk mengkaji keluhan utama.

P : Ibu menyatakan nyeri perut disebabkan karena adanya kontraksi uterus

Q : Ibu menyatakan nyeri seperti diremas dan ditusuk dan ibu masih bisa berjalan saat
fase relaksasi/tidak ada kontraksi

R : Ibu menyatakan nyeri di bagian perut dan menjalar sampai ke punggung

S : Ibu menyatakan jika rasa nyerinya dinilai dari skala 1-10,maka nyerinya di skala 5

T : Ibu menyatakan nyeri dirasakan mulai pukul 21.00 WITA tanggal 28 -9-2023.
Frekuensi nyeri semakin sering pada pukul 11.00 WITA tanggal 29-9-2023 dengan
frekuansi 4 kali dalam 10 menit lamanya 35 detik.

3. Riwayat Perkawinan
Ibu menyatakan menikah 1 kali, pertama kali menikah umur 22 tahun, dengan suami
sekarang sudah 2 tahun.

4. Riwayat Haid
a. Menarche umur : 12 tahun
b. Siklus : 28 hari
c. Teratur/ tidak : Teratur
d. Lamanya : 7 hari
e. Banyaknya : 4 x ganti pembalut/hari
f. Dismenorhoe : Ya
g. HPHT : 30 – 12 – 2023
h. Taksiran partus : 6 – 10 – 2023
i. Usia kehamilan : 39 minggu
5. Riwayat Obstetri
G1P0A0

Kehamilan Persalinan Bayi


N Penyulit
Thn Ket
o Tempat/ Keadaan Nifas
UK Penyulit UK Cara Penyulit BB PB Seks
Penolong Lahir

22
23

1. Hamil
ini

6. Riwayat Keluarga Berencana


a. Jenis : Ibu menyatakan belum pernah menggunakan alat
kontrasepsi apapun
b. Lama :-
c. Masalah :-
Kaji penggunaan kontrasepsi terakhir dan masalah yang dirasakan selama penggunaan
kontrasepsi.

7. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan ibu : Ibu mengatakan tidak pernah/sedang menderita
penyakit menular (HIV, Hepatitis, PMS), menurun (DM, Hipertensi, Asma),
menahun (Jantung, Ginjal, Paru-paru).
b. Riwayat kesehatan keluarga: Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak
pernah/sedang menderita penyakit menular (PMS, Hepatitis, HIV) menurun
(DM, Hipertensi, Asma) menahun (Jantung, Ginjal, Paru-paru).

c. Riwayat kelainan Gynekology : Ibu menyatakan tidak pernah / sedang


menderita penyakit yang berkaitan dengan kelainan gynekology
8. Keadaan Kehamilan Sekarang
a. Selama hamil ibu periksa di : Poskesdes, Puskesmas dan RS
b. Mulai periksa sejak usia kehamilan : 6 minggu
c. Frekuensi periksa kehamilan
Trimester I : 3 kali

Trimester II : 3 kali

Trimester III : 5 kali

d. TT I : saat sebelum menikah tanggal 1 Agustus 2021


TT II : sebelum hamil tanggal 1 September 2021

23
24

TT II : saat hamil umur kehamilan 4 bulan, tanggal 24 Maret 2023

e. Keluhan/ masalah yang dirasakan ibu :


Umur
No. Keluhan / Masalah Tindakan Oleh Ket
Kehamilan

1. Mual dan Muntah 6 minggu Konseling asupan nutrisi porsi Bidan


kecil tapi sering, pemberian
Vitamin B6

2. Pusing 12 minggu Pemberian terapi parasetamol Bidan

3. Sakit gigi 20 minggu Konseling kebutuhan kalsium Bidan


ibu hamil, terapi kalsium 2x1

4. Nyeri pinggang dan 32 minggu Konseling penyebab nyeri Bidan


punggung punggung karena pengaruh
hormon relaxin yang membuat
ligamen dan sendi menjadi
longgar menyesuaikan bentuk
perut ibu, anjuran untuk terapi
kompres hangat dan massage di
area nyeri.

5. Sering kencing 36 minggu Konseling ketidaknyaman Bidan


fisiologis kehamilan di
trimester 3 , anjuran sering
ganti celana dalam dan
memakai celana dalam yang
berbahan katun/menyerap
keringat.

9. Data Kebutuhan Sehari-hari


a. Nutrisi
Terakhir makan dan minum : 3 jam yang lalu

Banyaknya : 1 piring

b. Eliminasi
BAB
24
25

Terakhir BAB : 6 jam yang lalu

Konsistensi : lembek

Warna : coklat kehitaman

BAK

Terakhir BAK : ½ jam yang lalu

Banyaknya : 200 cc

Warna : kuning jernih

c. Personal hygiene
Terakhir mandi dan gosok gigi : pagi sekitar pukul 06.00 WITA

d. Aktifitas
Ibu menyatakan sering berjalan untuk mempercepat penurunan kepala dan untuk
mengalihkan rasa nyeri kontraksi

e. Tidur dan istirahat


Ibu menyatakan malam tadi hanya tidur sekitar 3 jam karena adanya nyeri
kontraksi

f. Data seksual
Ibu menyatkaan terakir melakukan hubungan seksual sekitar 1 bulan yang lalu,
karena umur kehamilan yang semakin tua membuat ibu kesulitan dan
ketidaknyamanan saat melakukan hubungan seksual

10. Data Psikososial dan Spiritual


a. Ibadah yang diinginkan ibu saat ini : Ibu menyatakan ingin melakukan
dzikir dan sholawat, serta berdoa kepada Allah SWT semoga dipermudah proses
persalinanya
b. Perasaan ibu saat ini dalam proses persalinan yang akan dilaluinya: ibu merasa
cemas karena ini merupakan proses persalinan yang pertama kali.
c. Pengetahuan ibu tentang proses persalinan : ibu menyatakan belum begitu
tahu tentang proses persalinan karena ini merupakan proses persalinanya yang
pertama, ibu hanya mengerti informasi tentang proses persalinan dari bidan.
d. Pendamping persalinan yang diharapkan ibu : suami dan keluarga
e. Pengambil keputusan dalam keluarga : suami

25
26

B. OBJECTIVE DATA
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum :baik
b. Kesadaran : composmentis
c. Berat badan
Sebelum hamil : 48 kg

Sekarang : 63 kg

d. Tinggi badan :155 cm


e. LILA : 27 cm
f. Tanda vital : TD 120/80 mmHg, nadi 84 x/menit, suhu 36,8 oC,
respirasi 20 x/menit.
2. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
Kepala : simetris, sebaran rambut merata, tidak ada benjolan, tidak
ada nyeri kepala

Muka : simetris, tidak ada edema, tidak ada cloasma gravidarum

Mata : simetris, ketajaman visual mata normal, kojungtiva normal

Telinga : bentuk normal dan simetris, bersih, tidak ada gangguan


pendengaran

Hidung : Simetris , tidak ada deformitas, tidak ada perdarahan

Mulut : mukosa bibir lembab, warna mukosa merah, tidak ada


caries dentis , tidak ada stomatitis.

Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis , posisi trakea


simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid , tidak ada nyeri telan.

Dada/ mamae : Simetris, puting susu menonjol, tidak ada


jaringan parut, hiperpigmentasi areola

Abdomen : Pigmentasi : Linea nigra : (ya), Linea alba (ya), Strie


gravidarum(ya), tidak ada bekas luka operasi

Tungkai : tidak tampak varises dan edema

26
27

Genitalia : tidak ada varises, tidak ada oedema

o Kebersihan genetalia
Keluaran vagina: tidak ada keputihan

Warna :-

Konsistensi : -

Jumlah :-

Bau : -

o Hemorrhoid: Tidak
Derajat: -

Berapa lama : -

Nyeri : -

b. Palpasi
Leher : tidak teraba pembengkakan kelenjar tiroid dan vena
jugularis

Dada/ mamae : Tidak teraba massa, kolostrum belum keluar, tidak ada
nyeri tekan

Abdomen

Leopold I : TFU 30 cm, pada fundus teraba bulat lunak dan tidak
melenting (bokong)

Leopold II : Bagian kanan teraba memanjang, keras dan ada tahanan


yaitu punggung (pu-ka), bagian kiri teraba bagian kecil- kecil janin yaitu
ekstremitas.

Leopold III : Bagian terendah janin teraba bulat , keras yaitu kepala
(preskep)

Leopold IV : Kedua tangan tidak bertemu (divergen) dan kepala tidak


dapat lagi digoyangkan, masuk PAP 2/5

TBJ : (30-11) x 155 = 2945 gram

27
28

His : Teratur, Frekuensi 4 kali dalam 10 menit,


selama 35 detik.

Tungkai : tidak ada edema

c. Auskultasi
DJJ (+ ), terdengar bersih,teratur dan kuat, frekuensi 130 x/menit

d. Perkusi
Refleks patella : Kiri/ kanan, ( + )/ ( + )

Cek ginjal : Kiri/ kanan, ( - )/ ( - )

e. Pemeriksaan panggul luar


Distantia spinarum : 25 cm

Distantia cristarum :28. cm

Conjugata eksterna :19 cm

Lingkar panggul :89 cm

f. Periksa dalam
Keadaan vagina : tidak ada edema

Arah serviks : Anterior

Pendataran serviks : 50 %

Pembukaan serviks : 5 cm

Selaput ketuban : (+) / utuh

Presentasi : Kepala

Posisi titik penunjuk : UUK pada jam 01.00

Penurunan presentasi : Kepala di Hodge III

Keadaan panggul dalam

Promontorium : Tidak teraba

Spina ischiadika : Tidak menonjol

28
29

Lengkung sacrum : Cukup

Dinding samping panggul : Luas

Arkus pubis dan os pubis :  90 

3. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium

Swab antigen : (-) negatif

HB : 11,5 gr%

Albumin : (-) negatif

Reduksi : (-) negatif

C. ASSESSMENT
1. Diagnosa Kebidanan : G1P0A0 hamil 39 minggu janin tunggal hidup intra uteri
preskep Inpartu Kala I fase aktif dilatasi maksimal dengan
fisiologis.
2. Masalah : Ibu merasa nyeri dan cemas menghadapi proses
persalinan
3. Kebutuhan : Edukasi tentang cara relaksasi,menganjurkan ibu untuk
berjalan-jalan supaya bisa mengalihkan rasa cemas dan nyeri kontraksi serta berikan
motivasi supaya ibu semangat menjalani proses persalinannya.

D. PENATALAKSANAAN
1. P = Memberitahu ibu tentang Evaluasi pemeriksaan bahwa ibu memasuki Inpartu Kala I fase
aktif dengan Evaluasi TD 120/80 mmHg, N 84x/menit, T 36,5C, DJJ 130x/menit ,kontraksi
4x/10’35”, pembukaan 5 cm dan kepala sudah turun di hodge III, berdasarkan Evaluasi
pemeriksaan kondisi ibu dan janin dalam keadaan normal.
E= Ibu mengetahui Evaluasi pemeriksaan dan ibu merasa lega karena kondisi diri dan janinnya
dalam keadaan baik.
29
30

R=Dengan memberikan informasi berarti hak pasien terpenuhi.


Sumber = PMK No.69 Tahun 2014 Pasal 24 ayat 2 tentang Hak-hak Pasien)
2. P= Melaporkan Evaluasi pemeriksaan pasien kepada dokter jaga di VK bersalin.
E= Dokter jaga sudah menerima pelaporan Evaluasi pemeriksaan pasien

R= Melakukan proses kolaborasi tindakan dengan dokter.

Sumber = PMK No.28 Tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.

3. P=Melakukan observasi dan pemantauan kemajuan persalinan dengan menggunakan


partograf, yaitu : DDJ setiap ½ jam, Kontraksi uterus tiap ½ jam, nadi setiap ½ jam,
pembukaan servik tiap 4 jam, penurunan bagian terbawah janin tiap 4 jam, tekanan darah dan
suhu tubuh tiap 4 jam, produksi urin, aseton dan protein tiap 2-4 jam.
R=Dengan menggunakan partograf sebagai alat pemantauan persalinan, maka akan membantu
mendeteksi adanya ketidaknormalan pada proses persalinan serta membantu untuk membuat
keputusan klinik.

Sumber= APN, 2016. Buku Acuan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK- KR

4. P= Menjelaskan pada ibu rasa mules yang dirasakan disebabkan karena adanya kontraksi,
sedangkan rasa nyeri disebabkan karena adanya kepala janin yang semakin turun, hingga
menekan syaraf bagian belakang, untuk itu ibu dianjurkan untuk jalan-jalan supaya
mempercepat penurunan kepala dan mengalihkan rasa nyeri yang dirasakan, serta melakukan
teknik massage counter pressure dengan langkah sebagai berikut:
 Memberitahukan langkah yang akan dilakukan dan fungsinya
 Menganjurkan mencari posisi yang nyaman seperti posisi menunduk ataupun
duduk
 Mencuci tangan
 Menekan daerah sakrum secara mantap dengan pangkal atau kepalan salah satu
telapak tangan, lepaskan dan tekan lagi, begitu seterusnya selama 20 menit
 Mengevaluasi teknik massage counter pressure tersebut
Selain memberikan terapi counter pressure, bidan juga mengkombinasikan dengan
pemberian aromaterapi lavender melalui diffuser yang berisi 30 ml air dan 15 tetes
aromaterapi lavender diletakkan sejauh 20 cm dengan cara dihirup oleh pasien tersebut.
E= Ibu telah mendapatkan terapi massage counter pressure dan aromaterapi lavender

R= pemberian massage counter pressure dapat menutup gerbang pesan nyeri yang akan

dihantarkan menuju medula spinalis dan otak. Selain itu dengan tekanan yang kuat pada

30
31

tehnik tersebut maka akan mengaktifkan senyawa endhorophin yang berada di sinaps sel-

sel saraf tulang belakang dan otak. Sehingga tranmisi pesan nyeri dapat dihambat dan

menyebabkan penurnan sensasi nyeri. Lavender memiliki kandungan utama berupa

Linalool dan Linalyl Asetat. Linalool memiliki efek menenangkan dan membuat

mengantuk, dan Linalyl Asetat memiliki efek kecanduan. Sifat farmakologis dari

lavender mempunyai efek terapeutik yang mampu mempengaruhi sistem saraf simpatis,

parasimpatis dan sistem limbik yang dapat menyebabkan efek relaksasi. Efek farmakologi

untuk relaksasi yang dapat ditimbulkan oleh lavender diantaranya adalah sifat

analgesik, menurunkan kontraktilitas otot lutik, efek menenangkan, efek sedatif,

hipotensif, menurunkan frekuensi jantung, antidepresan, antiansietas, antiinsomnia dan

dapat meningkatkan konsentrasi.

Sumber= Octavia, Jurnal Ilmiah Kesehatan-2019

5. P= Menganjurkan ibu untuk makan dan minum saat tidak ada kontraksi
E=Ibu bersedia untuk makan dan minum saat tidak ada kontraksi

R= dengan adanya asupan nutrisi dan cairan, maka akan menambah energi ibu saat menjalani
proses persalinan, sehingga ibu nantinya kuat untuk mengejan.

Sumber= R Resmana - 2019 - core.ac.uk

6. P= Menghadirkan suami dan keluarga untuk memberikan dukungan psikologi pada ibu seperti
memberikan kata-kata semangat pada ibu, bahwa ibu bisa melalui masa persalinan ini, dengan
sentuhan lembut atau kompres hangat daerah nyeri.
E= Suami bersedia mendampingi dan memberikan dukungan psikologi”

R= Kehadiran suami, sentuhan tangannya , do'a dan kata - kata penuh motivasi yang
diucapkannya akan membuat istri merasa lebih kuat dan tabah menghadapi rasa sakit dan
berjuang untuk melahirkan bayinya

Sumber= E Puspitasari - Jurnal Kesehatan, 2020 - journals.ums.ac.id

31
32

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Evidence base atau yang dikenal dengan EBM adalah penggunaan mutakhir
terbaik yang ada secara bersungguh-sungguh eksplisit dan bijaksana untuk
pengambilan keputusan. Evidance Based Midwifery Practice ini sangat penting
peranannya pada dunia kebidanan karena dengan adanya eviden base matriks praktis
32
33

maka dapat mencegah tindakan-tindakan yang tidak diperlukan atau tidak bermanfaat
bahkan merugikan bagi pasien terutama pada proses persalinan yang diharapkan
berjalan dengan lancar dan aman sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu dan
angka kematian bayi.
Persalinan adalah proses dimana bayi, Plasenta, dan selaput ketuban keluar dari uterus
ibu bersalin. Persalinan yang normal terjadi pada usia kehamilan cukup bulan/setelah usia
kehamilan 37 minggu atau lebih tanpa penyulit Nyeri persalinan merupakan suatu kondisi yang
fisiologis. Keadaan tersebut merupakan perasaan yang tidak menyenangkan yang terjadi
selama proses persalinan. Nyeri persalinan mulai timbul pada persalinan kala I fase laten dan
fase aktif. Makin lama nyeri yang dirasakan akan dapat menimbulkan stress yang
menyebabkan pelepasan hormon yang berlebihan seperti hormon steroid dan katekolamin.
Hormon ini dapat menyebabkan terjadinya ketegangan otot polos dan vasokonstriksi pembuluh
darah, sehingga dapat mengakibatkan penurunan kontraksi uterus, pengurangan aliran darah
dan oksigen ke uterus, serta timbulnya iskemia uterus yang membuat impuls nyeri bertambah
banyak
Berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan nyeri pada persalinan, baik secara
farmakologi maupun nonfarmakologi. Metode nonfarmakologi sangat bervariasi yang dapat
diterapkan untuk membantu mengurangi rasa nyeri, salah satunya adalah masase atau pijatan
Counter pressure merupakan teknik dengan memberikan penekanan pada sumber atau daerah
nyeri punggung atau sacrum. Penekanan tersebut dapat menggunakan kepalan tangan. Metode
ini membantu mengatasi kram pada otot, menurunkan nyeri, kecemasan, mempercepat proses
persalinan, menghilangkan tegangan otot pada paha diikuti ekspansi tulang pelvis karena
relaksasi pada otot-otot sekitar pelvic dan memudahkan bayi turun melewati jalan lahir, efektif
dalam membantu mengurangi rasa nyeri pinggang persalinan dan relatif aman karena hampir
tidak ada efek samping yang ditimbulkan.
Selain itu pemberian kombinasi aromaterapi lavender juga terbukti menurunkan
intensitas nyeri persalinan. Aromaterapi lavender bekerja dengan mempengaruhi tidak hanya
fisik tetapi juga tingkat emosi. Aromaterapi lavender sendiri memiliki kandungan linalool dan
linalyl acetat yang berefek sebagai analgetik yang dapat mengubah seseorang menjadi tenang.

A. SARAN
1. Bagi klien
Diharapkan Pasien bisa memahami terkait penerapan EBMP tentang penatalaksanaan
nyeri persalinan kala 1 dengan metode massage counter pressure dan aromaterapi
lavender.

33
34

2. Bagi Mahasiswa
Diharapkan lebih mempelajari dan memperdalam kajian teori terkait EBMP tentang
penatalaksanaan nyeri persalinan kala 1 dengan menggunakan terapi massage counter
pressure dan pemberian aromaterapi lavender untuk bekal ilmu saat melakukan praktek
nanti.
3. Bagi Lahan
Diharapkan untuk mengaplikasikan EBMP terutama dalam penatalaksaan nyeri
persalinan kala 1 dengan menggunakan terapi massage counter pressure dan pemberian
aromaterapi lavender.

DAFTAR PUSTAKA

34

Anda mungkin juga menyukai