Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH PEMANTAUAN KESEJAHTERAAN

JANIN

Oleh :

Nama : Ledy Fernisyah Agustia

Nim : 19250009

Mata Kuliah : Evidence Based Dalam Praktik Kebidanan

Dosen Pengampu : Hj Siti Aisyah , S.Psi , S.ST , M.Kes

Merisa Riski , S.ST , M.Keb


S1 KEBIDANAN SEMESTER IV UNIVERSITAS
KADER BANGSA PALEMBANG

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT , Tuhan Yang Maha
Esa , karena atas berkat dan rahmatNya lah maka saya dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu.

Berikut penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “


Pemantauan Kesejahteraan Janin” .

Terima Kasih penulis ucapkan kepada Ibu Hj Siti Aisyah , S.Psi , S.ST ,
M.kes dan Ibu Merisa Riski , S.ST , M.Keb yang telah mengarahkan penulis
dalam Menyusun makalah ini. Terima Kasih juga Penulis ucapkan kepada teman
– teman yang sudah memotivasi dalam penyusunan makalah ini.

Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh terima


kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.

2
DAFTAR ISI

JUDUL................................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................................3
1.1 LATAR BELAKANG.....................................................................................................................3
1.2   TUJUAN.........................................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
2.1 Keadaan Kesejahteraan Janin........................................................................................................6
2.2 Tujuan utama pemantauan Kesehatan janin................................................................................6
a.Trimester I......................................................................................................................................7
b. Trimester II......................................................................................................................................9
c. Trimester III.................................................................................................................................15
2.3     Skala Masa Perkembangan Janin............................................................................................21
2.  4      Persalinan................................................................................................................................23
BAB III.....................................................................................................................................................24
PENUTUP................................................................................................................................................24
3.1  KESIMPULAN.............................................................................................................................24
3.2 SARAN...........................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................26

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Kehamilan dan persalinan adalah proses yang normal, tapi tidak menutup
kemungkinan terjadi kelainan yang akan menimbulkan berbagai masalah. Dengan
tekhnologi seperti tes laboratorium, pengkajian genetika, pemeriksaan
ultrasonografi, dan lain sebagainya, sangat dianjurkan untuk deteksi dini dan
pemantauan kesejahteraan janin, sehingga dapat menjalani kehamilan dan
persalinan yang paling aman dan memuaskan dalam situasi yang dialaminya.

Penggunaan teknologi serta sikap menghargai masalah yang dialami wanita dan
keluarganya juga turut menambah kualitas praktik kebidanan. Dimana bidan
menjaga keseimbangan antara menawarkan informasi yang bermanfaat untuk
penatalalksanaan kehamilan dan tidak hanya mengandalkan tekhnologi
kedokteran secara berlebihan.

Kehamilan dibagi menjadi tiga bagian atau trimester. Trimester pertama sejak
minggu ke-1 hingga minggu ke 12 gestasi, trimester kedua dimulai sejak minggu
ke-12 hingga minggu ke-28 dan trimester ketiga sejak minggu ke-28 hingga
minggu ke 40 gestasi. Sehingga diharapkan orang-orang di sekitarnya terutama
bidan dan keluaga turut serta menjaga dan memantau kesejahteraan baik ibu
maupun janinnya dari trimester pertama hingga trimester ketiga.

Sebelum seorang wanita memastikan dirinya hamil, dilakukan beberapa tes


terlebih dahulu. Untuk sebagian besar wanita tes kehamilan dapat menggunakan
specimen urin dan kunjungan antenatal ke klinik merupakan pengkajian awal
kehamilan yang tepat. Tes urin sensitive terhadap kadar  hCG dibawah 50 m/u.
Apabila wanita memiliki riwayat kebidanan normal dan pemeriksaan klinisnya

4
dilakukan bersamaan dengan tanggal menstruasi maka pengkajian tambahan
dengan menggunakan tekhnologi seprti ultrasonografi, tidak perlu dilakukan
untuk memastikan apa yang telah ditetapkan bidan atau wanita tersebut. Periode
kehamilan awal ini merupakan saat yang tepat untuk memulai diskusi mengenai
pilihan tes penapisan (misal penapisan penanda kehamilan kembar dengan
menggunakan serum maternal) yang tepat pada berbagai waktu selama kehamilan
berlangsung. Setelah wanita mengetahui dirinya tengah mengandung, ia pasti
akan  berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga kesejahteraan janinnya.

Keadaan kesejahteraan janin, dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor


keturunan dan kondisi kesehatan orang tuanya. Dengan demikian,  sebaiknya
orang tua perlu menyiapkan keadaan fisik maupun psikologis jauh sebelum
kehamilan di mulai. Dewasa ini pemantauan kesejahteraan janin sudah cukup
maju, sehingga memungkinkan pelngkajian kesejahteraan janin di lakukan dengan
lebih teliti, selama kehamilan maupun persalinan.

1.2   TUJUAN
1. 2. 1    Tujuan Umum  

Mahasiswa mampu memahami masalah pemantauan kesejahteraan janin serta


persiapan persalinan dan kelahiran.

1. 2. 2    Tujuan Khusus

 1    Mahasiswa mampu memahami tentang keadaan kesejahteraan janin.

 2    Mahasiswa mampu mengetahui tujuan dari pemantauan kesejahteraan janin.

5
 3    Mahasiswa mampu memahami tentang pengkajian kesejahteraan janin di tiap
trimester kehamilan.

6
7
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Keadaan Kesejahteraan Janin


Keadaan kesejahteraan janin dipengaruhi oleh berbagai factor ,
diantaranya factor keturunan dan kondisi Kesehatan orang tuanya. Dengan
demikian untuk mengupayakan mendapat keturunan yang sehat , sebaiknya orang
tua dapat menyiapkan diri secara fisik maupun psikologi jauh sebelum kehamilan
dimulai. Kepada mereka perlu dijelaskan mengenai pentingnya Kesehatan fisik
seperti gizi yang cukup , menghindari pemakaian obat-obatan , merokok , alcohol
dan lain-lain begitupula pentingnya kesiapan psikologi.

Terlebih lagi wanita yang mempunyai kecenderungan terjadinya masalah


perinatal , seperti wanita dengan diabetes mellitus , yang mana sering diikuti
terjadinya kelainan bawaan, atau hipertensi yang sering diikuti insuffiesiensi
plasenta dan IUGR (Intra Uterine Growth Retardation) atau terhambatnya
pertumbuhan janin dalam Rahim , sangat diperlukan dukungan berupa perawatan
dan konseling dalam upaya menekan resiko seminimal mungkin.

2.2 Tujuan utama pemantauan Kesehatan janin


Untuk mengenal sedini mungkin kapan waktu yang tepat untuk terminasi
kehamilan sehingga bayi dapat bertahan hidup lebih baik dibandingkan bila tetap
berada dalam kandungan.

Dewasa ini perkembangan teknologi sudah sedemikan maju sehingga


memungkinkan pengkajian kesejahteraan janin dilakukan lebih teliti, baik selama
kehamilan maupun persalinan. Teknik Teknik tersebut ada yang merupakan
teknologi canggih , sehingga biasanya baru dapat ditemui di kota besar atau
Rumah Sakit rujukan , seperti :

 Ultrasonografi ( USG)
 Kardio Tokografi ( KTG)
 Amnioskopi
 Amniosintesis ,dll.

8
Sedangkan beberapa Teknik lainnya adalah merupakan Teknik sederhana
yang sudah lama dilaksanakan . Teknik-teknik ini dapat dilakukan dimana
saja dan tidak membutuhkan alat atau sarana yang rumit seperti
pengamatan pertumbuhan uterus, auskultasi denyut jantung janin(DJJ) dan
pengamatan pergerakan janin.
Pada dasarnya tidak ada satupun jenis pemeriksaan yang lebih
unggul dari yang lain , akan tetapi apabila beberapa hasil pemeriksaan
digabungkan, maka ketetapan penilaian kesejahteraan janin diharapkan
mendekati keadaan yang sebenarnya.
Pengkajian kesejahteraan terhadap janin harus cermat dan teliti ,
termasuk tentang Riwayat kesejahteraan ibu , ayah dan keluarganya, juga
Riwayat kehamilan yang lalu.
Pengkajian Kesehatan janin yang dapat dilakukan pada masing-
masing trimester kehamilan adalah sebagai berikut :

a.Trimester I
Pada pemeriksaan yang pertama, keadaan umum akan diperiksa secara
keseluruhan, meliputi payudara, jantung dan paru-paru. Pemeriksaan dalam dapat
pula dilakukan untuk mengetahui keadaan serviks/mulut rahim dan rongga
panggul untuk melihat apakah cukup memadai untuk persalinan normal. Metode
pengkajiannya diarahkan untuk menentukan formasi kehamilan dan usia
kehamilan itu sendiri. Informasi meliputi riwayat kesehatan dan pengkajian fisik
ibu di samping pengkajian khusus terhadap janin. Pemeriksaan yang biasa
dilakukan adalah :

1.Tes darah

 dilakukan untuk menentukan jenis golongan darah, gula darah, kadar


hemoglobin darah normal, kekebalan terhadap penyakit rubella, memilki kelainan
genetic spesifik serta factor rhesus. Factor rhesus merupakan suatu jenis zat yang
terdapat dalam sel darah merah. Sebanyak 85% manusia memilki substansi ini
dalam sel darah merahnya dan golongan ini disebut rhesus  positif. Sebagian kecil
yang tidak memilki substansi tersebut disebut golongan rhesus negative. Keadaan
rhesus negative ini sangat penting diperhatikan, terlebih lagi pada pada ibu hamil
dan bayi justru rhesus positif. 

9
2.Pengukuran Kadar Serum B-hCG ( Beta Human Chorionic Gonadotropin)

Penggunan serum B-hCG  kuantitatif, dianjurkan untuk kehamilan yang


diragukan apakah keadaan janinnya normal. Kadar awal serum B-hCG  dijadikan
dasar untuk melakukan pengkajian embrio lebih lanjut. Serum ini di
deteksi  dalalm 8-11 hari setelah konsepsi. Dan akan meningkat menjadi 2x lipat
setiap 2 hari selama seminggu dengan puncaknya pada usia sekitar 10 minggu
kehamilan. Kadar serum B-hCG yang menurun drastics menunjukkan keguguran
pada kehamilan awal atau kehamilan berusia lebih dari 12 minggu.

3.Auskultasi

Untuk mendengar denyut jantung janin pada kehamilan. Trimester 1, dapat


digunakan alat ultrasound Stetoscope atau doppler. DJJ dapat mulai terdengar
dengan alat ini antara usia kehamilan 10-12 minggu. Normal frekuensni DJJ
adalah 120-160 denyut per menit (dpm) dan harus dibedakan dengan denyut nadi
ibu. Agar denyut jantung bayi dapat didengar, tekan sedikit alat tersebut di atas
simphisis pubis. Kemudian putar perlahan sejauh 360 derajat sampai denyut
terdengar. Jika tidak terdengar apa-apa, gerakan alat tersebut 1 cm ke atas
mendekati umbilicus. Jika masih belum terdengar juga, gerakan 1 cm ke sisi garis
pertengahan dan dorong ke bawah mendekati simfisis. Jika DJJ masih belum
terdengar lakukan hal yang sama pada sisi yang berlawanan. Pastikan alat tersebut
diputar keposisi yang baru, mengikuti katup jantung bayi.

4.USG. 

            USG dapat dilakukan setidaknya pada minggu ke 9 kehamilan, walaupun


hal ini bervariasi pada setiap orang. Didalam ruang USG, calon ibu akan diminta
untuk berbaring telentang disamping mesin USG dan membuka pakaian agar
perut kelihatan. Selanjutnya pemeriksa akan mengoleskan cairan minyak atau gel
di atas perut yang berfungsi sebagai penghantar gelombang suara. Kemudian ia
akan mengerak-gerakkan transduser yang berbentuk seperti mikrofon di
sekeliling perut calon ibu. Gelombang suara akan bergerak dari dan ke arah rahim
sambil melewati suatu tampilan yang jelas tapi kabur. Proses ini biasanya akan

10
berlangsung selama 30 menit. USG tidak berbahaya bagi wanita hamil. USG
berbeda dengan sinar rontgen karena USG tidak menggunakan radiasi apa pun.
Meskipun demikian, USG hanya dilakukan bila diperlukan saja dan bukan hanya
untuk melihat bayi.  

5. pengambilan sampel vili karionik (CHORIONIC VILLI SAMPLING [CVS])

CVS adalah metode untuk mengevaluasi kesejahteraan janin. CVS adalah


pengambilan dan analisis vili korioniks untuk dilakukan analisis kromosom.
Pengambilan ini dilakukan diawal minggu ke-5 kehamilan ; biasanya dilakukan
diantara minggu ke-8 dan ke-10. Dengan menggunakan teknik ini, lokasi sel
korion dapat ditentukan melalui ultrasonografi. Kateter tipis dimasukkan ke dalam
vagina atau jarum biopsi dimasukkan ke abdomen atau vagina, kemudian
sejumlah sel korionik diambil untuk dianalisis. Sel yang diambil kemudian
menjalani  kariotipe atau diambil untuk  analisis DNA guna mengetahui apakah
janin memiliki  masalah genetik. Karena sel vili korionik membelah dengan
sangat cepat, maka hasil analisis juga dapat segera diketahui, kadang-kadang
keesokan harinya.

b. Trimester II
Tes yang biasa dilakukan pada trimester ini adalah :

1.Tes Alfa fetoprotein

Alfa-fetoprotein (AFP) protein yang awalnya disintesisasi oleh kantung


kuning telur dan kemudian secara primer oleh hati janin. Kadar AFP janin
meningkat sampai sekitar minggu ke-20 dan kemudian menurun hingga
menjelang usia cukup bulan. Kadar AFP normal pada serum maternal terus
meningkat hingga sekitar minggu ke-32. perubahan kadar AFP, baik pada cairan
amnion maupun serum maternal, memiliki banyak kemungkinan etiologi . Kadar
MSAFP(AFP pada ibu) normal bergantung banyak faktor,seperti usia kehamilan,

11
usia ibu, ras, berat badan, dan diabetes. Tes-tes ini mampu mengidentifikasi 80-
90% janin dengan anensefali, spina bifida, dan omfalokel,

Plasenta juga berperan meningkatkan kadar MSAFP. Apabila ukuran plasenta


besar atau mengalami malposisi, maka akan lebih banyak AFP yang menembus
masuk kedalam sirkulasi ibu. Kelainan plasenta juga dapat mengakibatkan  jumlah
AFP janin yang abnormal keluar dari peredaran darah janin dan masuk kedalam
serum maternal. Seringkali saat kadar MSAFP meningkat, struktur janin ternyata
normal, begitu juga cairan amnion AFP. Plasenta yang abnormal atau lokasi
implantasi kemungkinan merupakan penjelasan yang tepat untuk peningkatan
risiko hasil akhir kehamilan yang buruk dan peningkatan MSAFP ketika tidak ada
etilogi yang jelas. Meski penapisan MSAFP ditujukan untuk mengidentifikasikan
kelainan struktur janin, ternyata ada hubungan antara kadar MSAFP  yang sangat
rendah dengan anak-anak yang mengalami Sindrom Down. MSAFP sendiri
mampu mengidentifikasi 25% kasus Sindrom Down yang terjadi pada wanita
berusia kurang dari 35 tahun.

2.Pengukuran Tinggi Fundus Uteri

Dengan menggunakan meteran, cara ini akurat bila kehamilan memasuki


usia 20 minggu, yaitu tinggi fundus uterus setinggi pusat. Hukum Mc Donald
merupakan metode yang dahulu digunakan untuk mengukur  tinggi fundus : jarak
fundus-simfisis dalam centimeter sama dengan minggu gestasi Cara
mengukurnya, garis nol pada pita meteran, diletakkan pada tepi atas simpisis
pubis. Kemudian di rentang keatas melalui perut hingga mencapai fundus uteri.
Tinggi fundus uteri dinyatakan dengan centimeter.  Pada waktu fundus uteri
setinggi pusat,  hasil pengukuran berkisar 20 cm. Dan terjadi kenaikan tinggi
fundus uteri  sebanyak kurang lebih 1 cm. Dengan demikkian apabila didapatkan
hasil pengukuran setinggi 33 cm maka usia kehamilannya diperkirakan sekitar 33
minggu. Cara pengukuran fundus ini juga dapat dilakukan untuk pekiraan berat
janin dengan rumus dari Jhonsonn Tausak : (tinggi fundus uterus dalam cm – 12)
x 155 = taksiran berat janin.

12
3.Penatalaksanaan Penapisan Abnormal

Sebagai suatu aturan,nilai AFP yang abnormal harus diuji lagi setelah
tanggal di konfirmasi. Dengan demikian, penting untuk sedapat mungkin
menawarkan tes ulang ini menjelang usia kehamilan lima belas minggu.
Penapisan tripel yang abnormal secara umum tidak perlu diulangi, tetapi dapat
dihitung kembali berdasarkan pengkajian usia kehamilan yang baru. Apabila
penapisan tripel menunjukan hasil abnormal, penyebab yang paling umum adalah
penghitungan usia kehamilan yang keliru. Oleh karena itu, pemeriksaan
ultrasonografi diindikasikan untuk mengonfirmasi penghitungan usia kehamilan
sekaligus menyingkirkan kemungkinan kelainan struktur. Tindak lanjut terhadap
temuan abnormal harus dilakukan pada waktu terencana untuk memberi waktu
bagi keluarga membuat keputusan tentang konseling genetika dan kemungkinan
dilakukan pengujian lain yang sifatnya lebih invasif.

Tes-tes genetika, evaluasi biokimia dan ultrasonografi, digunakan untuk


menegakkan diagnosis setalah dilakukan penapisan abnormal. Para wanita yang
mengalami risiko tinggi kelainan pembuluh saraf terbuka dapat dianjurkan
menjalani amniosentesis untuk mengambil cairan amnion  guna mengetahui AFP,
tes asetilkolinesterase, selain pemeriksaan ultrasonografi yang komprehensif. Pada
pusat perawatan tersier, pemeriksaan ultrasonografi yang komprehensif
merupakan metode  yang disukai untuk mengevaluasi kelainan pembuluh
saraf  atau kelainan dinding ventral.

4.Pengkajian janin secara invasif selama kehamilan

Pada trimester awal kehamilan, pengambilan virus korionik (chorionic


virus sampling, CVS) digunakan untuk mengidentifikasi penyakit yang
mempengaruhi janin. Uji ini menawarkan keuntungan untuk diagnosis dini,
memberi kesempatan untuk mengakhiri kehamilan yang terganggu selama
trimester pertama. Dijelaskan bahwa CVS juga memfasilitasi ikatan prenatal
dengan cara memberi  kepastian kesejahteraan janin sejak awal.

13
Wanita yang menjalani CVS harus diberi tahu bahwa uji MSAFP untuk defek
tuba saraf terbuka masih disarankan. Namun penting dicatat, karena
CVS  memungkinkan terjadinya pertukaran darah maternal-janin, ada
kemungkinan CVS dapat menyebabkan peningkatan MSAFP semu.

5.Kardosintesis

Kardosentesis yang juga dikenal sebagai pengambilan sampel darah


umbilikus perkutan (percutanus umbilical cord blood sampling,
PUBS) merupakan metode terkini pengambilan sampel darah secara langsung.
Proses ini menggunakan ultrasonografi visualisasi pada jann dan plasenta
sehingga penusukan jarum pada plasenta dapat dilakukan untuk pengambilan
sampel darah janin. Metode ini juga dapat digunakan untuk melakukan transfusi
atau memberi obat pada janin.

Risiko prosedur ini antara lain aborsi spontan,ruptur membran, persalinan dini,
infeksi, perdarahan, trauma janin, dan isoimunisasi.

6.Palpasi

Yaitu menentukan tinggi fundus uteri dengan merabanya secara


abdominal. Kemudian di tentukan perkiraan usia kehamilannya dengan
menggunakan patokan yang telah di uraikan. Pada pengukuran tinggi fundus uteri,
kadang ditemukan ketidaksesuaian antara tinggi fundus uteri dengan usia
kehamilan, dapat lebih besar atau lebih kecil. Beberapa penyebab tinggi fundus
uteri lebih besar dari usia kehamilan : Kehamilan ganda, Polihydramnion,
Makrosomia janin dan  Mola hydatidosa. Bila tinggi uterus lebih kecil dari usia
kehamilan dapat di sebabkan oleh : Gangguan pertumbuhan janin,  Kelainan
bawaan dan Oligohydromnion.

Leopold I :

 Kedua telapak tangan pemeriksa diletakkan pada puncak fundus uteri.


 Tentukan tinggi fundus uteri untuk menentukan usia kehamilan.

14
 Menentukan bagian janin yang berada pada bagian fundus ( bokong atau
kepala atau kosong ).
 Jika kepala janin yang nerada di fundus, maka palpasi akan teraba
bagian bulat, keras dan dapat digerakkan (balotemen). Jika bokong yang
terletak di fundus,maka akan teraba suatu bentuk yang tidak spesifik,
lebih besar dan lebih lunak dari kepala, tidak dapat digerakkan, serta
fundus terasa penuh. Pada letak lintang palpasi didaerah fundus akan
terasa kosong.

Leopold II :

 Kedua telapak tangan pemeriksa bergeser turun kebawah sampai


disamping kiri dan kanan umbilikus.
 Tentukan bagian punggung janin untuk menentukan lokasi auskultasi
denyut jantung janin nantinya.
 Tentukan bagian-bagian kecil janin.
 Bagian bokong janin akan teraba sebagai suatu benda yang keras pada
beberapa bagian lunak dengan bentuk teratur,sedangkan bila teraba
adanya bagian – bagian kecil yang tidak teratur mempunyai banyak
tonjolan serta dapat bergerak dan menendang, maka bagian tersebut
adalah kaki, lengan atau lutut. Bila punggung janin tidak teraba di kedua
sisi mungkin punggung janin berada pada sisi yang sama dengan
punggung ibu (posisi posterior) atau janin dapat pula berada pada posisi
dengan punggung teraba disalah satu sisi.

Leopold III :

 Pemeriksaan ini dilakukan dengan hati-hati oleh karena dapat


menyebabkan perasaan tak nyaman bagi pasien.
 Bagian terendah janin dicekap diantara ibu jari dan telunjuk tangan
kanan.
 Ditentukan apa yang menjadi bagian terendah janin dan ditentukan
apakah sudah mengalami engagemen atau belum.

15
 Bila bagian janin dapat digerakkan kearah cranial ibu, maka bagian
terbawah dari janin belum melewati pintu atas panggul. Bila kepala
yang berada dibagian terbawah, maka dicoba untuk menggerakkan
kepala. Bila kepala tidak dapat digerakkan lagi, maka kepala sudah
“engaged” bila tidak dapat diraba adanya kepala atau bokong, maka
letak janin adalah melintang.

Leopold IV :

 Pemeriksa merubah posisinya sehingga menghadap ke arah kaki pasien.


 Kedua telapak tangan ditempatkan disisi kiri dan kanan bagian terendah
janin.
 Digunakan untuk menentukan sampai berapa jauh derajat desensus
janin. 
 Pada dasarnya sama dengan pemeriksaan Leopold III, menilai bagian
janin terbawah yang berada didalam panggul dan menilai seberapa jauh
bagian tersebut masuk melalui pintu atas panggul.

7.Auskultasi.

Selama kehamilan trimester II pengkajian DJJ terus dilakukan dengan


menggunakan stetoscope monocular atau stetoscope leanec. Teknik
pemeriksaannya sebagai berikut.

a)Tentukan letak atau posisi janin dengan menggunakan tekknik palpasi menurut
leopold II dan III.

b)Tempelkan stetoscope pada lokasi dimana diperkirakan terletak punggung atau


dada janin.

c)Bedakan DJJ dengan denyut nadi ibu dengan cara meraba nadi di pergelangan
tangan ibu.

16
d)Hitung selama 5 detik, berhenti 5 detik,  dan pada primigravidda pergerakan
janin dapat dirasakan pertama kali oleh ibu pada usia kehamilan 18-20 minggu,
sedangkan pada multigravida dapat dirasakan pada 16 minggu.

e)Pada prima gravida, bising usus kadang-kadang dirasakan sebagai gerakan


janin.

Sementara dopller dapat digunakan untuk menentukal lokasi DJJ setiap saat
selama masa hamil, keterampilan lain yang pelu diketahui ialah mengetahui cara
menggunanakan fetoskop. DJJ dapat didengarkan melalui fetoskop oleh
kebanyakan individu antara minggu ke 17 dan ke 20 gestasi. DJJ dapat didengar
dengan jelas jika panjang fetoskop tidak lebih dari 10 inchi. Fetoskop memilki
piringan logam yang harus ditempatkan pada jari tengah yang memeriksa (logam
yang menyentuh tulang membantu penghantaran suara). Beberapa praktisi
menggunakan  fetoskop tanpa menempatkan piringan logam dijari tengah. Hal ini
mungkin efektif bila uterus mulai menipis tetapi bila kehamilan berada
dipertengahan trimester, DJJ tidak akan terdengar kecuali piringan logam
digunakan sesuai petunjuk. Saat mendengarkan DJJ untuk pertama kali
menggunakan fetoskop, pastikan ruangan cukup sepi dan tenang, dan akan sangat
membantu bila kandung kemih ibu hamil dikosongkan. Mendengarkan DJJ untuk
pertama kali melalui fetoskop dapat membantu menentukan taksiran partus bila
DJJ terdengar antara minggu ke 18 dan ke 20 gestasi.  

Denyut jantung janin dibawah 100 dpm (denyut per menit) sangat jarang terjadi.
Kondisi ini biasanya mengindikasi blok jantung konginetal dan situasi ini perlu
mendapat konsultasi medis. Denyut jantung di atas 180 dpm secara terus menerus
dapat terjadi pada janin yang mengalami hidrops, suatu kondisi serius yang perlu
mendapat konsultasi medis. Denyut janutng janin yang tidak regular hamper
selalu tidak berbahaya, tetapi perlu dikonsultasikan. Ekokardiogram pada janin
biasanya dilakukan pada kunjungan saat ini.

DJJ mudah ditemukan setelah minggu ke 26 gestasi. Dengarkan denyut ini di


tengah kuadran bawah pada kedua sisi abdomen. Jika DJJ tidak terdengar di

17
tempat ini, dengarkan dengan meletakkan fetoskop di atas umbilicus, atau
dengarkan denyut ini dipertengahan kuadran abdomen bagian atas. Apabila DJJ
ditemukan disalah satu kuadran abdomen bagian atas, maka bayi muingkin berada
di presentasi bokong.

Beberapa klinisi menentukan posisi janin sebelum mendengarkan DJJ karena DJJ
akan lebih mudah didengar di daerah punggung janin. Cara ini bagus, tetapi tidak
akan berhasil jika bayi in utero sering mengambil posisi posterior sehingga
punggung janin sulit ditemukan. Klinisi akan salah total jika mengidentifikasi
janin melalui palpasi abdomen dan menggerakan kepala janin ke depan dan ke
belakang untuk mencoba menentukan lokasi punggung dapat menyebabkan
jantung janin berdenyut semakin cepat sampai lebih dari 160 dpm. Apabila hal ini
terjadi, bayi akan dianggap takikardia sehingga klinisi akan memprogramkan
pemeriksaan kesejahteraan janin, yang sebenarnya tidak perlu.

8.USG

Digunakan selama kehamilan trimester II untuk : mengkaji usia


kehamilan,  mendiagnosa kehamilan ganda, mengkaji pertumbuhan janin,
mengidentifikasi abnormal janin, membantu prosedur amniosintesis dan fetoskopi
dan mengkaji lokasi plasenta.

c. Trimester III
Tujuan utamanya adalah untuk mencegah kematian janin. Selama
kehamilan trimester III (28-40 minggu) pengawasan pertumbuhan janin, DJJ, dan
pergerakan janin terus dilakukan. Diharapkan tinggi fundus uterus bertambah
sekitar 1 cm setiap minggu hingga minggu ke-36. Pada primagravida, kepala janin
akan turun  kepintu atas panggul pada minggu ke-38. dan umumnya tinggi fundus
uteri akan turun sekitar 2-4 cm. Pada keadaan ini, ibu dapat mengeluh
bertambahnya tekanan dalam panggul namun akan merasa lebih lega bernafas
karena tekanan pada diafragma berkurang.

1.Pengamatan pergerakan janin

18
Ibu di minta mengamati pergerakan janinnya setiap hari pada
usia  kehamilan 28 minggu  caranya setiap hari, ibu diminta berbaring miring dan
meraba perutnya untuk merasakan ggerkan janin. Dan hitung berapa kali gerakan
tersebut terjadi. Pada umumnya 10 gerakan terjadi dalam jangka waktu 20 menit
hingga 2 jam, jika melebihi jangka waktu 3 jam, maka harus di catat dan
dilakukan pengawasan pada DJJ.

a)Penghitungan Gerakan Janin Menurut Varney

Metode penghitungan gerakan menghitung sampai 10 :

1.Jadwalkan satu waktu penghitungan perhari

2.Jadwalkan sesi pada waktu yang sama setiap hari, mis, pada pukul 9 pagi, atau
pilih waktu ketika IBU memiliki waktu luang untuk melakukan penghitungan dan
pada saat janin biasanya aktif.

3.Catat berapa lama biasanya dibutuhkan untuk merasakan 10 kali gerakan.

4.Setidaknya harus terdapat 10 kali gerakan teridentifikasi  dalam 10 jam.

5.Apabila gerakan kurang dari  10 kali dalam 10 jam, jka dibutuhkan waktu lebih
lama untuk mencapai 10 kali gerakan atau jika tidak terasa gerakan dalam 10 jam,
ibu harus segera menghubungi bidan.

2.USG

Pemeriksaan sonografi untuk mengevaluasi pertumbuhan janin harus


dilakukan bila terdapat ketidaksesuaian sebesar 4 cm antara tinggi fundus dan usia
gestasi, terutama pada minggu ke 36 gestasi. Beberapa klinisi merasa pemeriksaan
sonogram diperlukan bila terdapat ketidaksesuaian sebesar 3 cm. kadang-kadang
ketidaksesuaian sebesar 2 cm perlu ditindaklanjuti, misalnya pada kasus dimana
pengukuran tinggi fundus sebelumnya 2 cm lebih besar dibanding usia gestasi,
tetapi sekarang menjadi 1 cm lebih rendah, atau pada kasus pertumbuhan lebih

19
lambat diserta peningkatan berat badan maternal yang buruk atau penurunan berat
badan.

3.Tes Nonstress (NST)

NST mengevaluasi frekuensi jantung janin tanpa “membuat bayi stress”


akibat kontraksi uterus. (kontraksi menurunkan perfusi plasenta dan menimbulkan
tanda distress pada bayi). Sementara wanita hamil bersandar dikursi atau
berbaring ditempat tidur dalam posisi semifowler, dua kabel yang
menghubungkan transduser dan alat ultrasonografi ke pemantau janin diletakkan
diatas abdomen. Kertas pencatat (tracing) akan mencatat frekuensi jantung janin
dan kontraksi yang terjadi karena kontraksi tidak diperlukan dalam tes ini,
munculnya kontraksi merupakan informasi tambahan tentang kesejahteraan janin.

Tes ini secara tak langsung mengkaji fungsi pernafasan plasenta dengan
mengamati respon detak jantung janin, terhadap pergerakan janin. Janin yang
sehat akan merespon  pergerakan janin dengan akselerasi peningkatan dari detak
jantungnya. Tes ini paling sering digunakan pada trimester ketiga. Tes ini di
indikasikan  bagi para wanita yang kehamilannya bermasalah karena insufisiensi
utero plasenta atau mengalami peningkatan resiko  insifiensi utero plasenta (UPI).

Hasil tes ini dinyatakan dengan masalah istilah reaktif  atau negatif  yang


menunjukan fungsi pernafasan plasenta yang sehat, yang ditandai dengan adanya
2x akselerasi teerdapat peningkatan minimal 15kali/menit dan bertahan minimal
selama 15 detik. Apabila kriteria reactif itu tidak dapat ditemukan, maka hasilnya
dinyatakan non reaktif atau positif, yang dapat menunjukan  adanya gangguan
fungsi pernafasan plasenta.

4.Tes Stres Kontraksi 

Prosedur  memicu kontraksi pada tes stres kontraksi (CST)

1. Stimulasi payudara

2. Stimulaasi satu puting, melalui permukaan pakaian

20
3.Stimulasi 2 menit

4. istirahat 5 menit

5.Jangan menstimulasi saat kontraksi sedang berlangsung, jika tidak berhasil,


dalam waktu 45 menit, lakukan OCT

Tes toleransi oksitosin (OCT)

o Melalui infus intra vena, d5/0, 2NS pertahankan tetesan vena terbuka
o Larutan oksitosin : 10 unit pitocin dalam 500cc D5/0,2, NS per pompa
infus
o Teteskan oksitosin  dari 1mlU/menit
o Tingkatkan 1mlU/ menit setiap 15 menit
o Lanjutkan hingga pola kontraksi adekuat atau pola DJJ abnormal terjadi.

CST merupakan terapi pilihan jika diduga terjadi insufisiensi uteroplasenta,


seperti pada pre eklampsia atau penyakit maternal kronis.  

5. Indeksi Cairan Amnion

Asal cairan amnion pada awal kehamilan belum diketahui. Seiring


kemajuan kehamilan, air kemih dan air yang ditelan janin turut membentuk cairan
amnion. Jumlah cairan amnion berkisar dari sekitar 30 mL pada minggu ke 10
gestasi sampai kurang lebih 900 mLpada minggu ke 32 hingga ke 35 gestasi.
Meskipun banyak variasi dari satu wanita ke wanita lain, volume maksimum
dicapai pada sekitar minggu ke 34 dan mulai menurun pada sekitar minggku ke
36.

Cairan amnion melindungi janin jika terjadi trauma pada abdomen maternal.
Cairan ini juga mempertahankan suhu lingkungan intrauterine konsisten dan
normal serta mencegah konstriksi tali pusat. Jumlah cairan amnion di rongga
uterus mencerminkan kesejaheraan janin. Apabila jumlah cairan diabaikan, tali
pusat dapat mengalami obstruksi mekanis yang terjadi akibat gerakan bayi atau
kontraksi uterus.

21
Jumlah cairan uterus ditentukan menggunakan ultrasonografiunutk mengukur
“kantong” cairan amnion vertical terbesar di keempat kuadran uterus. Keempat
hasil pengukuran (dalam cm) kemudian dijumlahkan dan hasil totalnya disebut
AFI.

6. Profil Biofisik (BPP)

Tes ini menggunakan ultrasonografi untuk mengkaji tonus otot, gerakan, dan
pernapasan bayi. Jumlah cairan amnion juga dievaluasi dengan menggunakan
suatu kriteria setidaknya satu kantong cairan berukuran 2 cm dikedua bidang
tegak lurus. Temuan positif pada setiap kategori diberi nilai 2. Temuan negative
diberi nilai 0. Keempat pengukuran (digabungkan dengan hasil NST, 2 poin yang
dihasilkan dari NST menunjukkan akselerasi yang diharapakan ialah 10/10.

7. Kardiotografi (KTG)

            Pemantauan ini dilakukan dengan alat KTG. Dasar kerja KTG  adalah


gelombang ultrasound untuk mendeteksi frekuensi denyut jantung janin dan
tokodynamometer untuk mendeteksi kontraksi uterus. Kemudian keduanya
direkam pada kertas yang sama, sehingga terlihat gambaran keadaan denyut
jantung janin dan kontraksi uterus dalam saaat yang sama.

Pemeriksaan ini dilakukan pada usia kehamilan 34 minggu atau lebih, dengan
lama pemeriksaan 20-30 menit.

Tujuan perekaman ialah unntuk mendapatkan beberapa tanda :

1. Frekkuensi dasar DJJ (normal 120-160x/menit)

2.Variabilitas atau  perubahan frekuensi  DJJ (nilai normalnya ialah 5-15x/menit)


bila terdapat perubahan yang jauh lebih rendah, merupakan gejala hipoksis

3.Pola deserelasi adalah gambaran penurunan DJJ.

Beberapa tes tersebut diatas adalah tes yang sering dilakukan namun ada juga tes
lain untuk memantau kesejahteraan janin, yaitu :

22
1.Pengukuran LILA 

Status gizi ibu hamil bisa diketahui dengan cara mengukur LILA (Lingkar Lengan
Atas). Pengukuran LILA bertujuan untuk mengetahui resiko KEK(Kurang Energi
Kalori)  pada ibu hamil. Ibu hamil yang mempunyai resiko KEK diperkirakan
akan melahirkan bayi berat badan lahir rendah (BBLR). Adanya asumsi bahwa
pada trimester I dan II terjadi penimbunan cadangan lemak antara lain lemak
bahwa kulit sedang pada trimester III terjadi pemakaian cadangan lemak yang
maksimal maka dengan demikian ada perubahan ukuran lingkar lengan atas sesuai
dengan perubahan lemak bawah kulit dan ada hubungannya dengan berat badan
lahir.  LILA di ukur pada titik pertengahan antara siku dan bahu atas dengan
posisi lengan dibiarkan tergantung bebas tidak meregang di samping tubuh
dengan pengukuran pada titik terdekat 1 mm. Ambang batas LILA dengan resiko
KEK adalah 23,5 cm. Apabila ukuran LILA kurang dari 23,5 cm atau di bagian
merah pita LILA, artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK dan
diperkirakan akan melahirkan berat bayi lebih rendah (BBLR). BBLR mempunyai
resiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan dan gangguan
perkembangan anak.

2. Amnioskopi

Yaitu pemeriksaan yang menggunakan alat teropong yang di sebut


amnioskopi. Untuk melihat keadaan air ketuban depan. Air ketuban yang normal
akan tampak jernih atau keputihan. Apabila terdapat pewarnaan mekonium dalam
air ketuban, kemungkinan janin mengalami hipoksia. Namun ketepatannya hanya
30-40% saja, sehingga perlu dipertimbangkan keadaan patologis lainnya.

3.Amniosintesa

Amniosintesa adalah penghisapan cairan dari rahim melalui tusukan/fungsi


abdomen dengan tujuan menganalisa cairan tersebut. Tes ini boleh dilakukan
kapan saja selama kehamilan. Bila dilakukan pada pertengahan awal kehamilan
(14-20 minggu) biasanya untuk melihat kelainan perkembangan janin.
Amniosintesis yang dibuat pada kematangan paru-paru janin, mengetahui

23
golongan darah, menilai adanya penyakit rhesus atau mendeteksi adanya
amniositis.

4. Assay Serum Maternal 

Serum maternal dapat digunakan untuk menentukan kadar berbagai hormone


untuk mengevaluasi kesehatan janin. Substansi yang dapat dikaji meliputi
diamine oksidase, oksitosinase, progestron, alkalin fosfatase, dan laktogen
plasenta manusia. Substansi ini meningkat pada darah maternal jika janin tumbuh
dengan baik. Namun substansi ini jarang dikaji karena informasi tentang janin
secara langsung lebih banyak berasal dari pemeriksaan tunggal seprti alfa-
fetoprotein atau pemeriksaan tripel (serum maternal untuk alfa-fetoptrotein,
estriol, hCG).

5. EFM (Electronic Fetal Monitoring)

EFM merupakan metode untuk memeriksa kondisi bayi dalam rahim


dengan mencatat setiap perubahan yang tidak biasa dalam denyut jantung nya.
Menggunakan dua elektrode yang dipasang pada fundus (untuk menilai aktifitas
uterus) dan pada lokasi punctum maximum denyut jantung janin pada perut ibu.
Dapat menilai aktifitas jantung janin pada saat his / kontraksi maupun pada saat
di luar his / kontraksi. Menilai juga hubungan antara denyut jantung dan tekanan
intrauterin.

Tujuan EFM :

• Denyut jantung janin mengalami penyesuaian konstan karena


menanggapi lingkungan dan rangsangan lainnya.
• Monitor janin mencatat detak jantung bayi yang belum lahir dan grafik pada
selembar kertas.
• Pemantauan janin elektronik biasanya disarankan untuk kehamilan
berisiko tinggi, saat bayi berada dalam bahaya kesusahan.
• Alasan khusus untuk EFM meliputi: bayi dalam posisi sungsang, persalinan

24
premature.

Indikasi Pemeriksaan EFM :

• Oligohidramnion Hipertensi
• FHR abnormal
• Malpresentasi dalam persalinan
• DM, Kehamilan ganda
• Persalinan bekas SC
• Trauma abdomen
• Ketuban pecah lama
• Air ketuban kehijauan
• Kehamilan resiko tinggi
• Induksi persalinan.
• Persalinan prematur

2.3     Skala Masa Perkembangan Janin


1.         0-4 minggu setelah konsepsi

 Pertumbuhan cepat
 Formasi plata embrionic
 Pembentukan sistem syaraf pusat primitif
 Pembentukan jantung dan mulai berdenyut
 Pembentukan pucuk (tonjolan) ekstreminitas

2.         4-8 minggu

 Pembelahan sel sangat cepat


 Pembentukan kepala dan roman muka
 Semua organ utama terbentuk dalam bentuk primitiv
 Genetelia eksterna telah ada tapi organ sex belum dapt dibedakan.

25
 Pergerakan awal
 Nampak dalam ultrasonografi dari 6 minggu
 Seks mulai tampak bergerak secara bebas (tidak dirasakan ibu)
 Terdapat beberapa refleks primitiv

3.     12-16 minggu

 Perkembangan skeletal cepat nampak pada sinar-X


 Nampak mekonium pada usus
 Tampak lanugo
 Fusi septum nasal dan palatum

4. 16-10 minggu
 Quickening (gerakan fetal pertama) ibu merasakn fetal pertama
 Jantung fetal terdengar pada auskultasi
 Nampak verniks kaseosa
 Kuku jari dapat terlihat
 Sel kulit mulai diperbaharui

5. 20-24 minggu
 Sebagian besar organ mulai berfungsi
 Periode tidur dan aktifitas
 Berespon terhadap suara
 Kulit berwarna merah dan berkerut

6.         24-28 minggu
 Mulai menyimpan minyak dan zat besi
 Testis menurun dalam skrotum (bagi laki-laki)
 Lanugo hilang dari wajah
 Kulit menjadi lebih pucat dan berkurang kerutannya

7.   32-36 minggu

26
 Lemak meningkat membuat tuubuh lebih bulat
 Lanugo menghilang dari tubuh
 Rambut kepala memanjang

2.  4      Persalinan
Ada dua monitoring yang bisa dilakukan untuk memantau kesejahteraan
janin selama masa persalinan yaitu :

Monitoring Eksternal :

Pada tahap persalinan awal, pada pinggang akan dililitkan 2 tali pinggang yang
tebal. Satu tali pinggang untuk tempat meletakkan peralatan USG yang akan
mendeteksi bunyi jantung janin dan ikat pinggang yang lainnya untuk tempat
peralatan sensor tekanan untuk mendeteksi kekuatan serta lama kontraksi. Kedua
ikat pinggang ini disambungkan oleh kabel ke mesin yang akan merekam dan
mencetak data bunyi jantung janin serta kontraksi ibu hamil. Ikat pinggang ini
mungkin dapat menimbulkan perasaan yang kurang nyaman namun tekhnologi
baru (telemetri) saat ini telah mampu mendeteksinya dengan memakai remote
control, sehingga ibu hamil dapat berjalan-jalan dan tidak perlu berbaring terus
menerus.

Monitoring Internal :

Monitoring semacam ini juga disebut foetal scalp monitoring dan hasilnya lebih


akurat dibanding dengan monitoring eksternal. Monitoring ini dapat dilakukan
selama persalinan berlangsung terutama pada ibu hamil beresiko tinggi. Bila
ketuban belum pecah, maka ketuban ibu hamil akan dibuat pecah dan sebuah
kawat berisi elektroda kecil akan dimasukkan melalui vagina dan mulut rahim
untuk diletakkan pada kepala bayi. Kawat ini akan dihubungkan ke monitor dan
ditempelkan pada paha ibu hamil. Elektroda akan menangkap bunyi jantung janin
yang kemudian kan dicetak oleh computer. Setelah persalinan selesai, mungkin

27
akan terdapat semacam memar atau guratan kecil pada kepala bayi di bekas
tempat elektroda tersebut diletakkan. Bekas luka ini akan membaik dengan
sendirinya

28
BAB III

PENUTUP

3.1  KESIMPULAN
Keadaan kesejahteraan janin dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya faktor
keturunan dan kondisi kesehatan orang tuanya. Dengan demikian untnk
mengupayakan mendapat keturunan yang sehat, sebaiknya orang tua dapat
menyiapakan diri secara fisik maupun secara psiklogis jauh sebelum kehamilan di
mulai.

Penggunaan tekhnologi serta sikap menghargai masalah yang dialami wanita dan
keluarganya juga turut menambah kualitas praktik kebidanan. Dimana bidan
menjaga keseimbangan antara menawarkan informasi yang bermnfaat untuk
penatalaksanaan kehamilan dan tidak hanya mengandalkan teknologi kedokteran
secara berlebihan.

Pemantauan kesejahteraan janin sebaiknya dilakukan pada tiap trimester untuk


mengetahui sejauh mana perkembangan janin dan adakah kelainan pada janin,
sehingga dapat ditanggulangi sedini mungkin. 

Di trimester pertama biasanya dilakukan pemeriksaan darah, serum B-hCG,


auskultasi (untuk mendengarkan DJJ), USG dan Pengambilan sampel Vili
Korionik. Di trimester kedua pemeriksaan yang dilakukan adalah tes Alfa-
fetoprotein, pengukuran tinggi fundus uteri, penatalaksanaan penapisan abnormal,
pengkajian janin secara invasif selama kehamilan, kardosintesis, palpasi,
aukultasi, dan USG. Sedangkan pada trimseter ketiga dapat dilakukan
penghitungan gerakan janin, tes non stress, tes stress kontraksi, indeksi cairan
amnion, profil biofisik dan kardiotografi. Selama persalinan juga bisa dilakukan
pemantauan kesejahteraan janin dengan suatu alat yang dinamakan fetal scalp
monitoring.

29
3.2 SARAN
Dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dalam pembuatannya
baik dari minimnya informasi dan buku  maupun keterbatasan waktu untuk
pembuatan makalah ini untuk ittu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dalam pembuatan makalah selanjutnya sehingga dapat membuat
makalah yang lebih baik.

Dan kami berharap semoga makalah kesejahteraan janin ini dapat dipahami secara
jelas dan bermanfaat bagi kita sebagai calon bidan untuk pemberian asuhan pada
ibu hamil.

30
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F. Gary dkk. 2005. Obstetri Williams. Jakarta: EGC

Rayburn, William F dkk. 2001. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika
Suyono, Y. Joko. 1995. Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Hipokrates
Varney, Helen. 2003. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC

31

Anda mungkin juga menyukai