Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

ASUHAN KEGAWATDARURATAN
PADA KALA I DAN KALA II

DI SUSUN OLEH :

FERA WATY YOSI POSMA TIODOR GULTOM

STIKES AL INSYIRAH ANGKATAN XII


PROGRAM STUDI KEBIDANAN D-IV
TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat mengerjakan tugas
mata kuliah kegawatdaruratan, yang diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah
tersebut.
          Dalam penyusunan Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah
ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak guna perbaikan dimasa mendatang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi
penulis agar dapat menambah wawasan dan umumnya bagi para pembaca.
Aamiin..
                                                           

Karimun, 18 Oktober 2020

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………. 1
DAFTAR ISI................................................................................................. 2
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................ 3
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 3

2
1.2 Masalah.................................................................................................... 4
1.3 Tujuan...................................................................................................... 4
1.5 Manfaat.................................................................................................... 4

BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................... 5
2.1 Defenisi kegawatdaruratan....................................................................... 6
2.2 Jenis kegawatdaruratan kala 1 dan kala 2................................................ 6
2.2.1 Asuhan Preeklamsia.................................................................... 6
2.2.2 Asuhan Eklamsia......................................................................... 8
2.2.3 Asuhan Plasenta Previa............................................................... 13
2.2.4 Asuhan Solusio Plasenta.............................................................. 15

BAB III PENUTUP...................................................................................... 17


3.1 Kesimpulan.............................................................................................. 17
3.2 Saran…………………………………………………………………….. 18

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang
Semua wanita hamil beresiko komplikasi obstetri. Komplikasi yang
mengancam jiwa kebanyakan terjadi selama persalinan, dan ini semua tidak dapat
diprediksi. Prenatal screening tidak mengidentifikasi semua wanita yang akan
mengembangkan komplikasi (Rooks, Winikoff, dan Bruce 1990).
Perempuan tidak diidentifikasi sebagai "berisiko tinggi" dapat dan
melakukan mengembangkan komplikasi obstetrik. Kebanyakan komplikasi
obstetrik terjadi pada wanita tanpa faktor risiko.
Penyebab kematian yang paling cepat pada neonatus adalah asfiksia dan
perdarahan. Asfiksia perinatal merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas
yang penting. Akibat jangka panjang, asfiksia perinatal dapat diperbaiki secara
bermakna jika gangguan ini diketahui sebelum kelahiran (misal pada keadaan
gawat janin) sehingga dapat diusahakan memperbaiki sirkulasi/ oksigenasi janin
intrauterine atau segera melahirkan janin untuk mempersingkat masa hipoksemia
janin yang terjadi.
Pada saat ini angka kematian ibu dan angka kematian perinatal di
Indonesia masih sangat tinggi. Menurut survei demografi dan kesehatan indonesia
(SDKI) tahun 2011 Angka Kematian Ibu (AKI) masih cukup tinggi, yaitu 228 per
100.000 kelahiran hidup, dan Angka Kematian Balita di Indonesia tahun 2007
sebesar 44/10.000 Kelahiran Hidup. Jika dibandingkan dengan negara-negara lain,
maka angka kematian ibu di Indonesia adalah 15 kali angka kematian ibu di
Malaysia, 10 kali lebih tinggi dari pada thailan atau 5 kali lebih tinggi dari pada
Filipina.
Dari berbagai faktor yang berperan pada kematian ibu dan bayi,
kemampuan kinerja petugas kesehatan berdampak langsung pada peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan maternal dan neonatal terutama kemampuan dalam
mengatasi masalah yang bersifat kegawatdaruratan. Semua penyulit kehamilan
atau komplikasi yang terjadi dapat dihindari apabila kehamilan dan persalinan

4
direncanakan, diasuh dan dikelola secara benar. Untuk dapat memberikan asuhan
kehamilan dan persalinan yang cepat tepat dan benar diperlukan tenaga kesehatan
yang terampil dan profesional dalam menanganan kondisi kegawatdaruratan.

1.2     Masalah
Masalah yang dibahas dalam penulisan makalah ini adalah bagaimana
tentang :
1. apa pengertian kegawatdaruratan ?
2. Bagaimana cara penilaian awal kasus kegawatdaruratan pre eklamsi?
3. Bagaimana cara penilaian awal kasus kegawatdaruratan Eklamsi?
4. Bagaimana cara pentalaksanaan asuhan kegawatdaruratan pada kasus
plasenta previa ?
5. Bagaimana cara pentalaksanaan asuhan kegawatdaruratan pada kasus
solusio plasenta ?

1.3     Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dlam penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian kegawatdaruratan

2. Untuk mengetahui dan memahami cara penilaian awal kasus


kegawatdaruratan pre eklamsi

3. Untuk mengetahui dan memahami cara penilaian awal kasus


kegawatdaruratan Eklamsi

4. Untuk mengetahui dan memahami cara pentalaksanaan asuhan


kegawatdaruratan pada kasus plasenta previa

5. Untuk mengetahui dan memahami cara pentalaksanaan asuhan


kegawatdaruratan pada kasus solusio plasenta

1.5    Manfaat
Manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian kegawatdaruratan

5
2. Untuk mengetahui dan memahami cara penilaian awal kasus
kegawatdaruratan obstetri

3. Untuk mengetahui dan memahami cara pentalaksanaan asuhan


kegawatdaruratan pada kasus plasenta previa

4. Untuk mengetahui dan memahami cara pentalaksanaan asuhan


kegawatdaruratan pada kasus solusio plasenta

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1     Definisi Kegawatdaruratan
            Kegawatdaruratan adalah mencakup diagnosis dan tindakan terhadap
semua pasien yang memerlukan perawatan yang tidak direncenakan dan
mendadak atau terhadap pasien dengan penyakit atau cidera akut untuk menekan
angka kesakitan dan kematian pasien.
            Obstetri adalah cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan
persalinan, hal-hal yang mendahuluinya dan gejala-gejala sisanya . membahas
tentang fenomena dan penatalaksanaan kehamilian, persalinan, peurperium baik
dalam keadaan normal maupun abnormal.

2.2 Jenis Kegawatdaruratan Kehamilan Lanjut dan Persalinan kala I


2.2.1    Pre-eklamsia
a.   Pengertian Pre-Eklamsia
Pre-eklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan
disertai dengan proteinuria (Prawirohardjo, 2008).
Pre-eklamsia dan eklamsia, merupakan kesatuan penyakit, yakni yang
langsung disebabkan oleh kehamilan, walaupun belum jelas bagaimana hal itu
terjadi. Pre eklamasi diikuti dengan timbulnya hipertensi disertai protein urin dan
oedema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan (Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Fak. UI
Jakarta, 1998).
Diagnosis pre-eklamsia ditegakkan berdasarkan adanya dua dari tiga
gejala, yaitu penambahan berat badan yang berlebihan, oedema, hipertensi dan
proteinuria. Penambahan berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 Kg
seminggu berapa kali. Oedema terlihat sebagai peningkatan berat badan,
pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka. Tekanan darah > 140/90 mmHg atau
tekanan sistolik meningkat >30 mmHg atau tekanan diastolik >15 mmHg yang

7
diukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit. (Kapita Selekta Kedokteran,
Mansjoer Arif, Media Aesculapius, Jakarta, 2000)
b.      Penyebab pre-eklamsia
Penyebab pre-eklamsi belum diketahui secara pasti, banyak teori yang
coba dikemukakan para ahli untuk menerangkan penyebab, namun belum ada
jawaban yang memuaskan. Teori yang sekarang dipakai adalah teori Iskhemik
plasenta. Namun teori ini juga belum mampu menerangkan semua hal yang
berhubungan dengan penyakit ini. (Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiharjo, Fak. UI Jakarta, 1998)
c.       Klasifikasi dan diagnosis Pre-Eklamsia
Pada umumnya diagnosis diferensial antara pre-eklamsia dengan
hipertensi manahun atau penyakit ginjal tidak jarang menimbulkan kesukaran.
Pada hipertensi menahun adanya tekanan darah yang meninggi sebelum hamil
pada keadaan muda atau bulan postpartum akan sangat berguna untuk membuat
diagnosis. Untuk diagnosis penyakit ginjal saat timbulnya proteinuria banyak
menolong. Proteinuria pada pre-eklamsia jarang timbul sebelum TM ke 3,
sedangkan pada penyakit ginjal timbul lebih dulu.
Pre-eklamsia digolongkan menjadi 2 golongan :
1) Pre-eklamsia ringan :
a) Kenaikan tekanan darah diastolik 15 mmHg atau >90 mmHg dengan 2 kali
pengukuran berjarak 1jam atau tekanan diastolik sampai 110mmHg.
b) Kenaikan tekanan darah sistolik 30 mmHg atau > atau mencapai 140
mmHg.
c) Protein urin positif
d) edema umum, kaki, jari tangan dan muka. Kenaikan BB > 1Kg/mgg.
2) Pre-eklampsia berat
a) Tekanan diastolik >110 mmhg,
b) Protein urin positif 3, oliguria (urine, 5gr/L).
c) Hiperlefleksia,
d) gangguan penglihatan,
e) nyeri epigastrik,

8
f) terdapat edema dan sianosis, nyeri kepala, gangguan kesadaran

d.      Gangguan klinis pre-eklamsia


a) Sakit kepala terutama daerah frontal
b) Rasa nyeri daerah epigastrium
c) Gangguan penglihatan
d) Terdapat mual samapi muntah
e) Gangguan pernafasan sampai sianosis
f) Gangguan kesadaran

f.        Pencegahan pre-eklamsia
Belum ada kesepakatan dalam strategi pencegahan pre-eklamsia. Beberapa
penelitian menunjukkan pendekatan nutrisi (diet rendah garam, diit tinggi protein,
suplemen kalsium, magnesium dan lain-lain). Atau medikamentosa (teofilin,
antihipertensi, diuretic, aspirin, dll) dapat mengurangi timbulnya pre-eklamsia

g.       Asuhan yang diberikan pada kasus pre-eklamsia


a) Jika diastolik lebih dari 110 mmHg, beri obat anti hipertensi sampai
tekanan diastolik di antara 90-100mmHg.
b) Lakukan informed consent
c) Pasang infus dengan jarum besar (16G atau lebih besar).
d) Ukur keseimbangan cairan jangan sampai terjadi overload cairan.
e) Kateterisasi urin untuk memantau pengeluaran urin dan proteinuria.
f) Jika jumlah urin kurang dari 30 ml/jam, hentikan magnesium sulfat dan
berikan cairan IV NaCl 0,9% atau Ringer laktat 1 L/ 8 jam dan pantau
kemungkinan oedema paru.
g) Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi muntah dapat
mengakibatkan kematian ibu dan janin.
h) Observasi tanda-tanda vital, refleks, dan denyut jantung tiap jam.
i) Segera Rujuk

9
2.2.2 Eklampsi
a. pengertian eklampsi
Istilah eklampsi berasal dari bahas yunani berarti halilintar, karena gejala
eklampsi timbul dengan tiba-tiba tanpa didahului oleh tanda–tanda lain. Eklampsi
umumnya timbul pada pada wanita hamil atau dalam nifas dengan tanda–tanda
pre-eklampsi, timbul serangan kejang yang diikuti oleh koma.
Eklampsi adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau nifas
yang ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, kejang timbul bukan akibat
kelainan neurologic (PBPOGI, 1991). Eklampsi adalah kelainan akut pada wanita
hamil, dalam masa persalinan atau nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang
atau demam (dr. Handaya, dkk).
b.Epidimiologi
Frekuensi eklampsi bervariasi. Frekuensi rendah pada umumnya merupakan
petunjuk tentangadanya pengawasan antenatal yang baik dan penanganan
preeklampsi yang sempurna. Di negara yang sedang berkembang, frekuensi
dilaporkan berkisar antara 0,3 -0,7%. Sedangkan di negara maju angka nya lebih
kecil, yaitu 0,05–0,1%.
c.Pengkajian awal
Pada umumnya kejang di dahului oleh makin memburuknya preeklampsi
dan terjadinya gejala–gejala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan,
mual yang hebat, nyeri di epigastrium dan hiper-refleksi. Bila keadaan ini tidak
segera diobati akan timbul kejang. Terutama pada persalinan, bahaya ini besar.
Konvulsi eklampsi dibagi dalam 4 tingkat.
a)Tingkat Awal .
Keadaaan ini berlangsung kira–kira 30 detik, mata penderita terbuka tanpa
melihat, kelopak mata bergetar. Demikian pula tangannya dan kepala berputar ke
kiri atau kekanan.

10
b)Tingkat kejang tonik.
Berlangsung 15-30 detik atau kurang dari 30 detik, dalam tingkat ini semua
otot menjadi kaku, wajahnya keliatan kaku ( distorsi ), bola mata menonjol,
tangan menggenggam, kaki membengkok ke dalam, pernapasan berhenti,muka
menjadi sianotik, lidah dapat tergigit.
c)Tingkat Kejang Klonik.
Berlangsung antara 1-2 menit, semua otot berkontraksi dan berulang-ulang
dalam tempo yang cepat, terbukanya rahang secara tiba-tiba dan tertutup kembali
dengan kuat disertai pula dengan terbuka dan tertutupnya kelopak mata.
Kemudian disusul dengan kontraksi intermitten pada otot-oto muka dan otot
seluruh tubuh. Begitu kuat kontraksi otot-otot tubuh ini, sehingga seringkali
penderita terlempar dari tempat tidur. Seringpula lidah tergigit, dan mulut keluar
liur yang berbusa kadan disertai bercak-bercak darah, wajah tampak membengkak
karena kongesti dan sianosis, pada konjungtiva mata dijumpai bintik-bintik
pendarahan, klien menjadi tidak sadar.
d)Tingkat Koma.
Lama kesadaran tidak selalu sama, secar perlahan-lahan penderita mulai sadar
lagi, akan tetapi dapat terjadi pula bahwa sebelum itu timbul serangan baru dan
berulang sehingga ia tetap dalam koma. Selama serangan tekanan darah meninggi,
nadi cepat dan suhu meningkat sampai 40 derajat celcius, mungkin karena
gangguan serebral. Penderita mengalami inkontinensia disertai dengan oliguria
atauanuria dan kadang-kadang terjadi aspirasi bahkan muntah. Penderita yang
sadar kembali dari koma, umumnya mengalami disorientasi dan sedikit gelisah.

g. Penatalaksanaan pada kasus Eklamsia


1). Magnesium sulfat (MgSO4)
Pemberian mangnesium sulfat ada dasar nya sama seperti pemberian
mangnesium sulfat pada pre eklampsi berat.pengobatan suportif terutama
ditujukan untuk gangguan fungsi organ – organ penting,misalnya tindakan
tindakan untuk memperbaiki asidosis,mempertahankan pentilasi paru

11
paru,mengatur tekanan darah, mencegah dekompensasi kordis.
2). Perawatan pada waktu kejang
Pada penderita yang mengalami kejang tujuan pertama pertolongan ialah
mencegah penderita mengalami penderita akibat kejang –kejang tersebut.dirawat
dikamar isolasi cukup terang agar bila terjadi sinosis segera dapat diatasi segera
dapat diketahui. Hendaknya dijaga agar kepala dan ekstermitas penderita yang
kejang tidak terlalu kuat menghentak hentak benda kuat disekitarnya selanjutnya
masukkan sudap lidah kedalam mulut si penderita dan jangan mencoba melepas
sudap lidah yang sedang tergigit karena dapat mematah kan gigi.
3). Pengobatan obstetrik
Sikap terhadap kehamilan ialah semua kehamilan dengan eklampsia harus
diakhiri,tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin.persalinan diakhiri
bila sudah mencapai stabilitas (pemulihan)hemodinamika dan metabolism ibu.
Pada perawatan pasca persalinan, bila persalinan terjadi pervaginam, monitoring
tanda-tanda vital dilakukan sebagaimana lazimnya.
h. Asuhan Ibu Dengan Eklampsi
1. Penatalaksanaan asuhan pada ibu dengan eklampsi adalah:
 Segera istirahat baring selama ½-1 jam.
Nilai kembali tekanan darah, nadi, pernafasan, reflek patella, bunyi
jantung bayi, dan dieresis
2. Berikan infus terapi anti kejang ( misalnya MgSO4 ) dengan catatan reflek
patella harus (+), pernafasan lebih dari 16 kali per menit serta diuresis baik
(harus sesuai instruksi dokter),Ambil contoh darah untuk pemeriksaan
laboratorium, seperti : Hb, Ht, leukosit, LED, ureum, kreatinin, gula darah,
elektolit dan urin lengkap.
3. Lakukan informed consent Rujukan
4. Segera Rujuk
Dengan membawa obat antihipertensi parenteral atau oral sesuai instruksi
dokter bila diperlukan.tetap pantau dan nilai keadaan kehamilan pasien
dan monitoring DJJ dan membawa alat-alat pertolongan persalinan
 Postpartum

12
 2.2.3. Plasenta Previa
a. Definisi
Plasenta Previa adalah Plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen
bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
lahir
b. Etiologi
Mengapa Plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu dapat
diterangkan, bahwasanya vaskularisasi yang berkurang atau perubahan atrofi pada
dosidua akibat persalinan yang lampau dan dapat menyebabkan plasenta previa
tidak selalu benar, karena tidak nyata dengan jelas bahwa plasenta previa didapati
untuk sebagian besar pada penderita dengan paritas fungsi, memang dapat
dimengerti bahwa apabila aliran darah ke plasenta tidak cukup atau diperlukan
lebih banyak seperti pada kehamilan kembar. Plasenta yang letaknya normal
sekalipun akan meluaskan permukaannya, sehingga mendekati atau menutupi
sama sekali pembukaan jalan lahir.
c. Lakukan Anamnesa(Gambaran klinis plasenta previa)
1. apakah ada Perdarahan tanpa nyeri
2. apakah ada Perdarahan berulang
3. Warna perdarahan merah segar
4. Apakah ibu anemia atau tidak
5.  His biasanya tidak ada
6. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi
7. Denyut jantung janin ada
8. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina
9. Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul
10. Presentasi mungkin abnormal.
11. Jika iya lakukan informed consent rujukan

13
2.2.4.    Solusio Plasenta
a.       Definisi
Solusio plasenta adalah lepasnya sebagian atau seluruh jaringan plasenta
yang berimplantasi normal pada kehamilan di atas 22 minggu dan sebelum anak
lahir .
b.      Etiologi
Penyebab utama dari solusio plasenta masih belum diketahui pasti.
Meskipun demikian ada beberapa factor yang diduga mempengaruhi nya, antara
lain :
1)      Penyakit hipertensi menahun
2)      Pre-eklampsia
3)      Tali pusat yang pendek
4)      Trauma
5)      Tekanan oleh rahim yang membesar pada vena cava inferior uterus yang
sangat mengecil ( hidramnion pada waktu ketuban pecah, kehamilan ganda pada
waktu anak pertama lahir
Di samping hal-hal di atas, ada juga pengaruh dari :
1)      Umur lanjut
2)      Multiparitas
3)      ketuban pecah sebelum waktunya
4)      defisiensi asam folat
5)      merokok, alcohol, kokain
6)      mioma uteri
c. Cara melakukan detekteksi terhadap kemungkinan solusio plasenta

1. Anamnesis : ibu mengeluh terjadi perdarahan disertai sakit yang tiba-tiba


di perut untuk menentukan tempat terlepasnya plasenta.Perdarahan
pervaginan dengan berupa darah segar dan bekuan-bekuan
darah.Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan kemudian
berhenti (tidak bergerak lagi). Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat,
pandangan berkunang-kunang, ibu kelihatan anamis tidak sesuai dengan

14
banyak darah yang dikeluarkan.Kadang-kadang ibu dapat menceritakan
trauma

2. Periksa pandang (inspeksi) : pasien tampak gelisah, pasien terlihat pucat,


sianosis dan keringatan dingin, terlihat darah keluar pervaginam

 Pada saat palpasi, didapatkan hasil fundus teraba naik karena terbentuknya
retroplasenta hematoma, uterus tidak sesuai dengan kehamolan; uterus
teraba tegang dan keras seperti papan disebut uterus in bois (wooden
uterus baik waktu his maupun diluar his); nyeri tekan terutama ditempat
plasenta; bagian-bagian janin sudah dikenal,karena perut (uterus) tegang.

 Auskultasi sulit, karena uterus tegang.Bila denyut jantung janin terdengar


biasanya diatas 140X/menit,kemudian turun dibawah 100X/menit dan
akhirnya hilang bila plasenta terlepas lebih dari sepertiganya.

 Pada pemeriksaan dalam dan teraba serviks biasanya lebih terbuka atau
masih tetytutup. Kalau serviks sudah terbuka, maka ketuban dapat teraba
meninjol dan tegang, baik sewaktu his maupun di luar his;kalau ketuban
sudah pecah dan plasenta sudah terlepas seluruhnya, plasenta akan turun
kebawah da pemeriksaan disebut prolapsus plasenta.

 Hasil pemeriksaan umum : tekanan darah semula mungkin tinggi karena


pasien sebelumnya menderita penyakit vaskuler, tetapi lambat laun turun
dan pasien jatuh syok, nadi cepat dan kecil filiformis

 Pemeriksaan laboratorium : urin : protein (-) dan reduksi (-); albumin (+)
pada pemeriksaan sedimen terdapat silider dan lakosit; darah;
haemoglobin (Hb) anemi,pemeriksa golongan darah,kalau bisa cross
match tets

 Pemeriksaan plasenta sesudah bayi dan plasenta lahir, maka kita harus
memeriksa plasentanya. Biasanya plasenta tampak tipis dan cekung

15
dibagian plasenta yang terlepas (krater) dan terdapat koagulan atau darah
dibelakang plasenta yang disebut hematoma retroplasenta

 Pemeriksaan penunjang: ultrasonografi (USG), akan dijumpai perdarahan


antara plasenta dan dinding abdomen

d. Penanganan

1. Terapi Medik

Penanganan solusio plasenta didasarkan kepada berat atau ringannya


gejala klinis, yaitu:

a. Solusio plasenta ringan


i. Pada kondisi solusio plasenta ringan, jika keadaan janin
masih baik dapat dilakukan penanganan secara konversif
kemudian menganjurkan ibu untuk malakukan posisi semi
fowler atau setengah duduk, mengobservasi tanda-tanda
vital tiap 15 menit, memantau bunyi jantung janin. lakukan
pemasangan infus RL 20 tetes/menit (segera lakukan informed
consent Rujukan keRumah Sakit)

ii. Inspeksi tempat perdarahan, menganjurkan ibu untuk


melakukan pemeriksaan cardiotopografi (CTG) untuk
memonitor keadaan janin; jika perdarahan berhenti dan
keadaan janin baik pada kehamilan prematur,
menganjurkan ibu untuk dirawat inap; bila ada perbaikan
(perdarahan berhenti,kontraksi uterus tidak ada dan janin
hidup) menganjurkan ibu melakukan pemeriksaan USG dan
KTG lalu tunggu persalinan spontan; bila ada perburukan
(perdarahan berlangsung terus-menerus dan uterus
berkontraksi ini dapat mengancam ibu dan janin). Maka
kehamilan harus segera diakhiri. Bila janin hidup, lakukan

16
seksio sesaria, bila janin mati lakukan amniotomi disusul
infus oksitosin untuk mempercepat persalinan. 

BAB III
PENUTUP

3.1        Kesimpulan

Kegawatdaruratan dapat didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang kala

berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga dan membutuhkan

tindakan segera guna menyelamtkan jiwa/ nyawa (Campbell S, Lee C, 2000).

Plasenta previa adalah keadaaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat

abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau

seluruh pembukaan jalan lahir (Ostium Uteri Internal) (Rustam mochtar, 1998).

Manajemen pada plasenta previa yaitu.

a.             Seksio sesarea segera

b.            Perawatan konservatif di rumah sakit

c.             Persalinan pervaginam

d.            Seksio sesarea terjadwal

Solusio plasenta adalah lepasnya sebagian atau seluruh jaringan plasenta yang

berimplantasi normal pada kehamilan di atas 22 minggu dan sebelum anak lahir .

Eklampsi adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam masa persalinan

atau nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang atau demam.

Pre-eklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan

disertai dengan proteinuria

17
3.2 Saran
1. Bagi Klien dan Keluarga

Diharapkan agar klien dapat meningkatkan pengetahuan tentang


kegawatdaruratan kala 1 dan kala 2 sehingga klien dapat mengantisipasi dan
tetap waspada akan komplikasi tersebut.

2. Bagi Mahasiswa

Diharapkan dapat mengetahui pengertian tentang kegawatdaruratan kala 1


dan kala 2 dapat membedakan tanda dan gejala kasus-kasus tersebut, serta
mampu melakukan penanganan yang tepat dan memberikan pelayanan
sesuai dengan standar asuhan kebidanan yang menyeluruh dan sesuai
kebutuhan klien.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan institusi dapat meningkatkan kualitas pengajaran, pelatihan


dan bimbingan untuk mahasiswa dalam melakukan praktek belajar
lapangan, khususnya dalam asuhan kebidanan kehamilan serta
meningkatkan ketersediaan dan kelengkapan perpustakaan untuk dapat
menunjang dalam penyelesaian laporan studi kasus.

18
DAFTAR PUSTAKA

Nwobodo EL. Obstetric emergencies as seen in a tertiary health institution


in North-Western Nigeria: maternal and fetal outcome. Nigerian
MedicalPractitioner. 2006;49(3):54–55.
Waspodo, dkk.. 2005. Pelatihan Pelayanan Kegawatdaruratan Obstetri
neonatal Esensial Dasar. Jakarta : Depkes RI.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I . EGC : Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Panduan Praktis Maternal dan
Neonatal.2002. YBSP : Jakarta.
Aliyah Anna, dkk. 1997, Resusitasi Neonatal, Perkumpulan perinatologi
Indonesia (Perinasia): Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. YBPSP: Jakarta.
Allen Carol Vestal, 1998, Memahami Proses Keperawatan,  EGC :
Jakarta.
Aminullah Asril,1994, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina pustaka Sarwono
Prawirohardjo: Jakarta

19
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY ”D” G1P0A0 UK 38 MINGGU
INPARTU KALA 1 FASE AKTIF DENGAN PRE EKLAMPSIA

Tanggal            : 22-06-2018                                                                 
Jam       : 20.00 WIB                                                     

Data Subyektif
- Biodata
            Nama               : Ny “D”                       Nama suami      : Tn “A”
            Umur               : 22 th                           Umur                : 27 th
            Agama             : Islam                          Agama              : Islam
            Pendidikan       : SMA                          Pendidikan        : SMA
            Suku      : Jawa                          Suku : Jawa
            Pekerjaan         : IRT Pekerjaan          : Wiraswasta
            Alamat             : Binjai                      Alamat              : Binjai
- Keluhan Utama
Ibu mengatakan hamil anak yang pertama, usia kehamilan 9 bulan, merasa
kenceng-kenceng dan nyeri pada perutnya mulai pukul 16.00 WIB , pukul
19.00 mengeluarkan lendir bercaampur darah, merasa sakit semua pada
tangan dan kaki karena bengkak.
- Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan mempunyai riwayat penyakit menahun yaitu darah tinggi.
Ibu tidak pernah menderita penyakit menular seperti HIV/AIDS, penyakit
kuning, TBC, penyakit keturunan seperti sesak nafas, kencing manis, dan
juga tidak mempunyai riwayat kembar baik dari pihak ayah maupun ibu.
- Riwayat kesehatan yang sekarang
Ibu mengatakan sedang menderita penyakit menahun (darah tinggi) dan
tidak sedang menderita penyakit menular maupun menurun.

20
Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran                 : Composmentis
- HPHT    : 12-09-2017
- TTP : 19-06-2018
- TTV
TD       : 150/110 mmHg     RR     : 20 x/menit       
Nadi    : 88 x/menit             S        : 37 0C             
2. Pemeriksaan Fisik Khusus
Ekstremitas  bawah          : Oedem                       
Leopold   I       : TFU antara Px dan pusat
                II     :  Teraba keras seperti papan disebelah kiri (PUKI)
                III    :  Bagian terendah adalah kepala (bulat, keras, melenting)
                IV    :  Bagian terendah sudah masuk PAP : divergen 2/5
His           : 4x, 10’, 40”
- Auskultasi : DJJ : 134 x/mnt : teratur
- Perkusi : reflek patela +/+
3. Pemeriksaan Dalam
Tanggal : 22-06-2018              Jam : 20.30 WIB
a. Pembukaan                                  : 2 cm
b. Ketuban                                       : (+)
c. Bagian terdahulu                          : kepala
d. Bagian terendah                           : UUK
e. Penurunan bagian terendah          : H I
4. Pemeriksaan penunjang
Protein urin : (++)
Hb : 11 gr %

21
Analisa
Ny ”D” G1P0A0 , UK 38 minggu, persentase kepala, PU-KI, janin hidup,
inpartu kala I fase aktif dengan PE.
Pelaksanaan
- Memberitahukan tentang keadaan ibu kepada ibu dan keluarga
TTV ibu , suhu : 37 0C, Nadi : 80 x/menit, RR  : 20 x/menit, TD  : 150/110
mmHg
- Memberikan dukungan emosi yang dapat mengurangi kecemasan ibu
- Pemberian MgSO4  4 gr 40 % (10 cc) di ecerkan dengan aquabides 10 cc :
dimasukkan lewat IV langsung (bolus) dengan lama penyuntikan > 5
menit,
- MgSO4 6 gr 40 % ( 15 cc) dimasukkan ke dalam cairan RL 500 CC 
dengan tetesan 20 tpm habis selama 6 jam.
- Ibu dan keluarga setuju untuk dirujuk

22
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY ”E” G1P0A0 UK 39 MINGGU
INPARTU KALA 1 FASE AKTIF DENGAN EKLAMPSIA

Tanggal            : 28-07-2018                                                                 
Jam       : 05.00 WIB                                                     
Data Subyektif
- Biodata
            Nama               : Ny “E”                       Nama suami      : Tn “R”
            Umur               : 27 th                            Umur               : 30 th
            Agama             : Islam                          Agama              : Islam
            Pendidikan       : SMA                          Pendidikan        : S-1
            Suku      : Batak                          Suku : Jawa
            Pekerjaan         : IRT Pekerjaan          : PNS
            Alamat             : Lau Cih                   Alamat              : Lau Cih
- Keluhan Utama
Suami mengatakan ibu sudah kejang berulang sebanyak 2 kali,
Ibu dalam keadaan lemas , mengeluarkan lendir bercampur darah, merasa
sakit semua pada tangan dan kaki karena bengkak.
- Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Ibu mengatakan mempunyai riwayat penyakit keturunan dari ayah yaitu
darah tinggi, dan ibu mengalami hipertensi gestasional. Ibu tidak pernah
menderita penyakit menular seperti HIV/AIDS, penyakit kuning, TBC,
penyakit keturunan lain seperti sesak nafas, kencing manis, dan juga tidak
mempunyai riwayat kembar baik dari pihak ayah maupun ibu.
- Riwayat Kesehatan Yang Sekarang
Ibu mengatakan sedang menderita penyakit keturunan (darah tinggi) dan
tidak sedang menderita penyakit menular maupun menurun lainnya.

23
Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran                 : Composmentis
- HPHT    : 08-10-2017
- TTP : 15-07-2018
- TTV
TD       : 180/120 mmHg     RR     : 20 x/menit       
Nadi    : 88 x/menit             S        : 37 0C             
2. Pemeriksaan Fisik Khusus
Ekstremitas atas dan bawah          : Oedem                       
Leopold   I       : TFU antara Px dan pusat
                II     :  Teraba keras seperti papan disebelah kiri (PUKI)
                III    :  Bagian terendah adalah kepala (bulat, keras, melenting)
                IV    :  Bagian terendah sudah masuk PAP : divergen 3/5
His           : 3x, 10’, 40”
- Auskultasi : DJJ : 130 x/mnt : teratur
3. Pemeriksaan Dalam
Tanggal : 28-07-2018              Jam : 05.30 WIB
1. Pembukaan                                  : 3 cm
2. Ketuban                                       : (+)
3. Bagian terdahulu                          : kepala
4. Bagian terendah                           : UUK
5. Penurunan bagian terendah          : H I
4. Pemeriksaan Penunjang
Protein urin : (+++)
Hb : 12 gr %

24
Analisa
Ny ”E” G1P0A0 , UK 39 minggu, persentasi kepala, PU-KI, janin hidup,
inpartu kala I fase aktif dengan eklampsia.
Pelaksanaan
- Memberitahukan tentang keadaan ibu kepada ibu dan keluarga
TTV ibu , suhu : 37 0C, Nadi : 80 x/menit, RR  : 20 x/menit, TD  : 180/120
mmHg
- Memberikan dukungan emosi yang dapat mengurangi kecemasan ibu
- Pemberian MgSO4  4 gr 40 % (10 cc) di ecerkan dengan aquabides 10 cc :
dimasukkan lewat IV langsung (bolus) dengan lama penyuntikan > 5
menit,
- MgSO4 6 gr 40 % ( 15 cc) dimasukkan ke dalam cairan RL 500 CC 
dengan tetesan 20 tpm habis selama 6 jam , diberikan sampai 2 jam post
partum atau kejang berahir
- Pasang oksigen dengan kanul nasal atau sungkup
- Ibu dan keluarga setuju untuk dirujuk
- Jika kejang berulang setelah 15 menit pemberian dosis awal, berikan
MgSO4 2 gr 40% (5cc) diencerkan dengan cairan aquabides 5 cc
disuntikkan I.V lewat selang infus selama 5 menit, dengan tetesan cairan
infus (RL) diklem.
- Jika pemberian MgSO4 terjadi henti napas, hentikan pemberian
MgSO4 dan suntikkan larutan Calcium Gluconas 1 gr (10cc) secara IV
lewat selang infus pelan-pelan sampai pernapasan mulai lagi

25
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY ”Y” G3P2A0 UK 38 MINGGU
INPARTU DENGAN PLASENTA PREVIA

Tanggal            : 02-08-2018                                                                 
Jam       : 14.30 WIB                                                     
Data Subyektif
- Biodata
            Nama               : Ny “Y”                    Nama suami      : Tn “Z”
            Umur               : 32 th                         Umur                : 35 th
            Agama             : Islam                        Agama             : Islam
            Pendidikan       : D-3                          Pendidikan       : S-1
            Suku      : Minang                     Suku : Jawa
            Pekerjaan         : Apoteker Pekerjaan         : PNS
            Alamat             : Medan Tembung        Alamat              : Medan Tembung

Keluhan :
- Ibu mengatakan ini kehamilan ke-3 dan 2 anak lahir hidup
- Ibu mengatakan HPHT 23-11-2017
- Ibu mengatakan ada merasakan gerakan janin
- Ibu mengeluh keluar darah berwarna merah segar melalui alat kelamin
sejak pukul 13.00 WIB
- Ibu mengatakan saat darah keluar tidak terasa nyeri
- Ibu mengatakan tidak ada komplikasi yang terjadi pada kehamilan pertama
dan kedua.
- Ibu mengatakan cemas dengan kehamilannya

Data Obyektif
- KU : Lemah

26
- Kesadaran : Composmentis
- TTV : TD : 90/70 mmHg, N :92 x/m, RR : 24 x/m, T : 36,50C
- Inspeksi terlihat pengeluaran darah pervaginam
- Leopold
Leopold I : TFU 2 jari dibawah px ,pada fundus teraba bagian lunak
dan tidak melenting
Leopold II : Pada bagian kiri perut teraba bagian keras dan
memanjang yakni punggung janin dan bagian kanan teraba
ekstremitas janin
Leopold III : Pada terbawah janin teraba ada 1 bantalan yang
mengganjal pada bagian SBR
Leopold IV : Bagian terbawah janin tidak masuk PAP
- DJJ : 144x/m
- Perkusi : (+)
- Pemeriksaan Penunjang
Tanggal : 02-08-2018 Pukul : 11.45 WIB
USG : Plasenta menutupi seluruh jalan lahir
Analisa
Ny. “Y” 32 tahun, G3P2A0, UK 38 minggu, PU-KI, persentase kepala,
janin hidup, bagian terbawah janin tidak masuk PAP. Ibu dengan plasenta previa
Pelaksanaan
- Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang keadaan ibu saat ini dan
hasil pemeriksaan yaitu kehamilan ibu mengalami komplikasi, dimana
plasenta berada pada bagian bawah rahim, sehingga bayi tidak dapat
masuk ke pintu atas panggul dan tidak dapat lahir secara pervaginam
karena jalan lahir tertutupi oleh plasenta dan ibu harus dirujuk
- Lakukan observasi TTV, perdarahan, dan DJJ
- Anjurkan ibu melakukan tirah baring total dengan menghadap ke kiri
- Lakukan pemasangan infus RL 20 x/m
- Lakukan pemasangan oksigen 2 L
- Lakukan persetujuan tindakan

27
- Siapkan keperluan rujukan dan segera rujuk

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY ”P” G4P3A0 UK 38 MINGGU


INPARTU DENGAN SOLUSIO PLASENTA

Tanggal            : 05-05-2018                                                                 
Jam       : 10.00 WIB                                                     
Data Subyektif
- Biodata
            Nama               : Ny “P”                     Nama suami      : Tn “Y”
            Umur               : 42 th                         Umur                : 45 th
            Agama             : Islam                         Agama             : Islam
            Pendidikan       : SMA                         Pendidikan       : SMA
            Suku      : Jawa                     Suku : Batak
            Pekerjaan         : IRT Pekerjaan         : Wiraswasta
            Alamat             : Medan Amplas        Alamat              : Medan Amplas

Keluhan :
- Ibu merasa kesakitan dan lemas
- Perut terasa tegang terus menerus dan nyeri saat ditekan
- Keluar darah merah kehitam-hitaman dari vagina sejak pukul 09.40 WIB
- Pergerakan janin berkurang
- Ibu memiliki riwayat penyakit hipertensi
Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran           : Composmentis
- HPHT    : 22-08-2017
- TTP : 29-05-2018
- TTV

28
TD       : 140/90 mmHg     RR     : 25 x/menit       
Nadi    : 85 x/menit             S       : 36,5 0C             

2. Pemeriksaan Fisik
Abdomen
 Konsistensi            : tegang dan keras
 Bekas operasi        : tidak ada
 Palpasi                  : nyeri tekan
His
 Frekuensi               : 2X/10 menit
 Lamanya                : 20 detik
 Kekuatan               : lemah
Auskultasi
DJJ                         : (+)
 Punctum max         :  2 jari dibawah pusat sebelah kiri
 Frekuensi               :  140  x/i
 Kekuatan               :  lemah
 Irama                     :  tidak teratur
Vulva/vagina
 Pengeluaran            : darah
 Warna                    : merah kehitam-hitaman
3. Pemeriksaan Penunjang
     HB                   : <11 gr%
Protein urin      : (-)
USG                 : Plasenta sedikit lepas dari endometrium
Analisa
Ny ”P” usia 42 tahun G4P3A0 UK 38 minggu, DJJ tidak teratur dan lemah.
Ibu inpartu dengan solusio plasenta
Pelaksanaan

29
- Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga mengukur TTV ibu dan
DJJ
- Anjurkan ibu melakukan tirah baring total dengan menghadap ke kiri
- Memberikan infus NS/RL untuk restorasi cairan dengan memberikan 500
ml dalam 15 menit pertama dan 2 L dalam 2 jam pertama
- Lakukan pemasangan oksigen 2 L
- Lakukan persetujuan tindakan
- Siapkan keperluan rujukan dan segera rujuk
- Melakukan rujukan untuk tindakan persalinan.

30

Anda mungkin juga menyukai