Anda di halaman 1dari 28

“ASKEP PADA KASUS POSTMATUR”

“Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas pada mata


kuliah kepererawatan maternitas II”

DISUSUN OLEH ;

ANDI ANUGRAH NYIWI (12020023)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS KURNIA

JAYA PERSADA PALOPO

2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Askep Pada Kasus POSTMATUR”. Penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas II.

Menyadari banyaknya kesalahan dalam penyusunan makalah ini, saya sangat


mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca untuk melengkapi segala kekurangan dan
kesalahan dari makalah ini yang mana bersifat membangun, wassalam.

Palopo, April 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...................................................................... 1
1.2 Tujuan.................................................................................... 2
1.3 Implikasi Keperawatan........................................................ 2
BAB 2. TINJAUN TEORI........................................................................ 3
2.1 Pengertian.............................................................................. 3
2.2 Epidemiologi.......................................................................... 3
2.3 Etiologi................................................................................... 3
2.4 Tanda Dan Gejala................................................................. 5
2.5 Patofisiologi dan Pathways.................................................. 6
2.6 Komplikasi dan Prognosis................................................... 10
2.7 Pencegahan............................................................................ 10
2.8 Penatalaksanaan................................................................... 11
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN...................................................... 15
3.1 Pengkajian............................................................................. 15
3.2 Diagnosa................................................................................. 21
3.3 Perencanaan.......................................................................... 22
3.4 Pelaksanaan........................................................................... 26
3.5 Evaluasi.................................................................................. 29
BAB 4. PENUTUP...................................................................................... 31
4.1 Kesimpulan............................................................................. 31
4.2 Saran....................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 32

i
1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan merupakan kondisi dimana seorang wanita memiliki janin yang
sedang tumbuh di dalam tubuhnya (yang pada umumnya di dalam rahim).
Kehamilan pada manusia berkisar 40 minggu atau 9 bulan, dihitung dari awal
periode menstruasi terakhir sampai melahirkan. Kehamilan tersebut pasti
diharapkan berjalan dengan lancar dan dalam kondisi sehat. Namun tidak menutup
kemungkinan terjadi kondisi yang tidak diinginkan (patologis) dalam kehamilan.
Salah satu kondisi tersebut adalah kehamilan post matur.
Penyebab pasti kehamilan lewat waktu (post matur) sampai saat ini belum
diketahui. Tetapi diperkirakan karena ketidakpastian tanggal haid terakhir,
terdapat kelainan kongenital anensefalus, terdapat hipoplasia kelenjar adrenal,
primigravida dan riwayat kehamilan lewat bulan, jenis kelamin janin laki-laki juga
merupakan pedisposisi, dan faktor genetik.
Menurut Wong, 2009 insiden kasus kelahiran bayi post matur adalah 3,5%
sampai 15% dari semua kehamilan. Beberapa tampak cukup gestasinya, namun
memperlihatkan sifat bayi yang telah berusia 1 sampai 3 minggu, seperti tidak
adanya lanugo, verniks dan kaseosa sedikit atau tidakada, rambutkepalabanyak,
dan kuku panjang.
Terdapat peningkatan bermakna mortalitas fetal dan neonatal pada bayi
post-term dibandingkan yang lahir aterm. Biasanya mereka peka terhadap distress
fetal sehubungan dengan rendahnya efisiensi plasenta, makrosomia, anomaly
bawaan, dan sindroma aspirasi mekoneum. Resiko tertinggi terjadi selama stress
persalinan dan kelahiran, terutama pada bayi primigravida, atau wanita yang
melahirkan anak pertama. Sesar atau induksi persalinan biasanya
direkomendasikan bila bayi terlambat. Berbagaimasalah keperawatan dapat
muncul pada bayi dengan kelahiran postmatur yaitu mulai dari resiko asfiksia,
gangguan nutrisi, dan gangguan integument
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis ingin membuat makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Kehamilan Post Matur”.
2

1.2 Tujuan
1.2.1 Untuk mengetahui pengertian
1.2.2 Untuk mengetahui epidemologi
1.2.3 Untuk mengetahui etiologi
1.2.4 Untuk mengetahui tanda dan gejala
1.2.5 Untuk mengetahui patofisiologi dan pathways
1.2.6 Untuk mengetahui komplikasi dan prognosis
1.2.7 Untuk mengetahui pencegahan
1.2.8 Untuk mengetahui penatalaksanaan

1.3 Implikasi Keperawatan


1.3.1 Perawat dapat memiliki pengetahuan yang lebih luas mengenai
Kehamilan Post Matur sehingga nantinya dapat melakukan asuhan
keperawatan secara profesional.
1.3.2 Perawat diharapkan dapat menjadi pedamping yang cermat untuk klien
dalam memberikan asuhan keperawa tanterkait Kehamilan Post Matur.
1.3.3 Perawat dapa tmemberikan edukasi pada klien sehingga klien dapat
memahami tentang Kehamilan Post Matur dan penatalaksanaannya.
3

BAB 2. TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian
Kehamilan postmatur merupakan salah satu bentuk kegawatdaruratan
medis yang terjadi pada ibu hamil dan ibu yang akan bersalin. kehamilan
postmatur adalah kehamilan yang melampaui umur 294 hari (42 minggu)
dengan segala kemungkinan komplikasinya (Manuaba, 1999).

Kehamilan post matur adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih
dari 42 minggu lengkap di hitung dari HPHT (Hari pertama Haid Terakhir).
Biasanya usia kehamilan normal antara 38-42 minggu. Namun, sekitar 3,4-
14% atau rata-rata 10% kehamilan berlangsung sampai 42 minggu atau lebih.
Prevalensi diatas bervariasi tergantung pada kriteria yang di pakai oleh
peneliti (Prawirohardjo, 2008).

2.2 Epidemiologi
Insiden kelahiran postmatur jauh lebih umum daripada prematur. Ada
sekitar 7% bayi dilahirkan postmatur, meskipun faktanya mungkin tidak
semuanya benar-benar postmatur. Kelahiran postmatur sebenarnya diduga
karena kesalahan dalam menghitung awal kehamilan, yaitu hanya sekitar 2-
3% yang betul-betul postmatur.
Angka kejadian kehamilan lewat waktu kira-kira 10%, bervariasi antara
3,5-14%. Data statistik menunjukkan, angka kematian dalam kehamilan lewat
waktu lebih tinggi ketimbang dalam kehamilan cukup bulan, di mana angka
kematian kehamilan lewat waktu mencapai 5-7%.

2.3 Etiologi
Penyebab dari kehamilan post matur ini masih belum diketahui secara jelas.
Menurut ( Sarjowo, 2010) beberapa teori yang diajukan antara lain :
1. Pengaruh progesteron
Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan merupakan
perubahan endokrin yang dapat memacu proses biomolekur pada saat
persalinan dan meningkatkan sensitivitas unterus terhadap oksitosin,
4

sehingga terjadi kehamilan post matur karena masih dipengaruhi


progesteron.

2. Teori oksitosin
Pemakaian okstitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan,
secara fisiologis memiliki peranan penting dalam menimbulkan
persalinan dan pelepasan okstitosin dari neurohipofisis ibu hamil yang
kurang pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu peyebab
kehamilan post matur.
3. Teori Kortisol/ ACTH Janin
Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai “pemberi tanda” untuk
dimulainya persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan kadar
kortisol plasma janin. Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta
sehingga produksi progesteron berkurang dan memperbesar sekresi
estrogen, yang dapat berpengaruh terhadap meningkatnya produksi
prostaglandin. Pada cacat bawaan janin seperti anasefalus, hipoplasia
adrenal janin dan tidak adanya kalenjar hipofisis pada janin akan
menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik sehingga
kehamilan dapat berlangsung lewat bulan
4. Saraf Uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser akan
meningkatkan kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak ada
tekanan pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek
dan bagian bawah masih tinggi kesemuannya diduga sebagai
penyebab terjadinya kehamilan post matur.
5. Herediter
Bebrapa penuulis menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami
kehamilan post matur mempunyai kecenderungan untuk melahirkan
lewat bulan pada kehamilan berikutnya. Mogren menyatakan bahwa
jika ada seorang ibu menngalami kehamilan pot matursaat melahirkan
anak perempuan, makan kemungkinan besar anak perempuan tersebut
akan mengalami kehamilan post matur.
5

Menurut ( Bayu,2009) penyebab post matur belum diketahui, faktor


yang dikemukakan adalah:

1. Hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat menurun walaupun


kehamilan telah cukup bulan sehingga kepekaan uterus terhadap
okstitosin berkurang.
2. Herediter, karena post maturitas sering dijumpai pada suatu
keluarga tertentu
3. Kadar kortisol pada darah bayi yang rendah sehingga disimpulkan
kerentanan akan stress merupakan faktor tidak timbulnya His
4. Kurangnya air ketuban
5. Insufisiensi plasenta

2.4 Tanda dan Gejala


Tanda post matur dapat di bagi dalam 3 stadium (Sarwono Prawirohardjo) :
1. Stadium I
Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa
kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas.
2. Stadium II
Gejala di atas disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada kulit
3. Stadium III
Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat

Tanda bayi Postmatur (Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998)

1. Biasanya lebih berat dari bayi matur ( > 4000 gram)


2. Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur
3. Rambut lanugo hilang atau sangat kurang
4. Verniks kaseosa di bidan kurang
5. Kuku-kuku panjang
6. Rambut kepala agak tebal
7. Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel
6

2.5 Patofisiologi dan Pathways


Faktor hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun
walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus
terhadap oksitosin berkurang ( Mochtar, Rustam, 1999). Diduga adanya
kadar kortisol yang rendah pada darah janin membuat kadar esterogenn
meningkat. Hal tersebut dapat menurunkan oksitosin sehingga kepekaan
uterus terhadap oksitosin berkurang. Akibatnya produksi protaglandin
tidak maksimal sehingga penipisan serviks tidak terjadi dan terjadi
kehamilan post matur.
Fungsi plasenta mencapai puncaknya ada kehamilan 38 minggu
dan kemudian mulai menurun terutam setelah 42 minggu. Hal ini dapat
dibuktikan dengan penurunan estriol dan plasental laktogen. Rendahnya
fungsi plasenta beraitan dengan peningkatan kejadian gawat janin dengan
dengan resiko 3 kali. Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta
tidak sanggup memberikan nutrisi dan pertukaran CO/CO2 akibat tidak
timbul his sehingga pemasakan nutrisi dan O2 menuun menuju janin di
samping adanya spasme arteri spiralis menyebabkan janin resiko asfiksia
sampai kematian dalam rahim. Makin menurun sirkulasi darah meuju
sirkulasi plasenta dapat mengakibatkan pertumbuhan janin makin lambat
dan penuruanan berat disebut dismatur sebagian janin bertambah besar
sehingga memerlukan tindakan operasi persalinan, terjadi perubahan
metabolisme janin, jumlah air ketuban berkurang dan makin kental
menyebabkan perubahan abnormal jantung janin ( Wiknjosastro, H. 2009,
Manuaba, G.B.I, & Mochtar R, 2009).
7

A.BAYI POST TERM

Hormonal Saraf uterus Herediter

Kortisol plasma Regangan dinding


uterus oleh isi
konsepsi tidak ada

Esterogen Progesteron

Tekanan isi konsepsi


pada pleksus saraf
Oksitosin Frankenhausertidak
ada

Kepekaan uterus-
oksitoin menurun Stimulasi (pacemaker)
bagi kontraksi otot polos
uterus tidak timbul.
Produksi
prostaglandin tidak
maksimal
Kontraksi uterus
tidak terjadi
Penipisan Serviks Tidak
Terjadi

Kehamilan
postmatur
8

O2 ke jaringan
Kehamilan janin berkurang
postmatur
MK: Gangguan
perfusi jaringan

Fungsi plasenta Insufisiensi Kompresi tali


baik plasenta pusat
GawatJa
Janin terus tumbuh nin,
Spasme arteri Reflek vagus janindistr
spiralis plasenta es
LGA (Large for
Gestasional Age Terbukanya
Sirkulasi sfingter ani
uretroplasenta
DistosiaBahu menurun
Mekonium keluar
dan bercampur
NutrisiBerkura Suplai oksigen amnion
MK: dan nutrisi
GangguanNutrisikurang ng
menurun
darikebutuhantubuh
Amnion kental

Penggunaan Metabolisme Absorpsi


Bayi
cadangan lemak anaerob cairan amnion
Aspirasi mekonium asfik
sia
Lemaksubkutan Terbentuk Oligohidramnion Gangguan pernafasan
menurun badan keton
pada janin
9

Kulitmenge Asidosis Frek. Gerak Hipoksia


lupas janin menurun intrauteri
Gas darah
abnormal

Kulit kering dan


Suhu tubuh
pecah-pecah
tidak stabil

MK: Gangguan
MK: Gangguan MK: Kerusakan
termoregulasi: hipotermi
pertukaran gas
integritas kulit
10

2.6 Komplikasi dan Prognosis


2.6.1. Komplikasi
Umumnya mengenai janin (Achida, 2004)
1. kelainan kongenital
2. sindroma aspirasi mekonium (meconeum aspiration syndrome)
3. gawat janin dalam persalinan
4. bayi besar (makrosomia) atau pertumbuhan janin terhambat (PJT)
5. kelainan jangka panjang pada bayi

Komplikasi pada janin yang terjadi saat kehamilan post matur


(Prawirohardjo, 2008)

1. Gawat janin
2. Gerakan janin berkurang
3. Kematian janin
4. Asfiksia neonaturum dan dan kelainan letak

2.6.2. Prognosis
Pada kehamilan 43 minggu jumlah kematian janin atau bayi 3 kali
lebih besar pada kehamilan 40 minggu karena post maturitas akan
menambah bahaya pada janin. Pengaruh post maturis pada janin
bervariasi: berat badan janin dapat bertambah besar, tetap dan ada yang
berkurang, sesudah kehamilan 42 minggu. Ada pula yang bisa terjadi
kematian janin dalam kandungan.

2.7 Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan yang
teratur, minimal 4 kali selama kehamilan, 1 kali pada trimester pertama (sebelum
12 minggu), 1 kali pada trimester ke dua (antara 13 minggu sampai 28 minggu)
dan 2 kali trimester ketiga (di atas 28 minggu). Bila keadaan memungkinkan,
pemeriksaan kehamilan dilakukan 1 bulan sekali sampai usia
11

7 bulan, 2 minggu sekali pada kehamilan 7-8 bulan dan seminggu sekali pada
bulan terakhir. Hal ini akan menjamin ibu dan dokter mengetahui dengan benar
usia kehamilan, dan mencegah terjadinya kehamilan serotinus yang berbahaya.
Perhitungan dengan satuan minggu seperti yang digunakan para dokter kandungan
merupakan perhitungan yang lebih tepat. Untuk itu perlu diketahui dengan tepat
tanggal hari pertama haid terakhir seorang (calon) ibu itu. Perhitungannya, jumlah
hari sejak hari pertama haid terakhir hingga saat itu dibagi 7 (jumlah hari dalam
seminggu). Misalnya, hari pertama haid terakhir Bu X jatuh pada 2 Januari 1998.
Saat ini tanggal 4 Maret 1998. Jumlah hari sejak hari pertama haid terakhir adalah
61. Setelah angka itu dibagi 7 diperoleh angka 8,7. Jadi, usia kehamilannya saat
ini 9 minggu.

2.8 Penatalaksanaan
Menurut Arif Mansjoer (2000) penatalaksanaan kehamilan lewat waktu bila
keadaan janin baik dapat dilakukan dengan cara:
1. Tunda pengakhiran kehamilan selama 1 minggu dengan menilai gerakan
janin dan tes tanpa tekanan 3 hari kemudian, Bila hasil positif, segera
lakukan seksio sesarea. 
2. Induksi Persalinan. Induksi persalinan merupakan suatu usaha supaya
persalinan mulai berlangsung dengan jalan merangsang timbulnya his.
Ada dua cara yang biasanya dilakukan untuk memulai proses induksi,
yaitu mekanik dan kimia. Kedua cara ini pada dasarnya dilakukan untuk
mengeluarkan zat prostaglandin yang fungsinya sebagai zat penyebab otot
rahim berkontraksi.

a. Secara mekanik, biasanya dilakukan dengan sejumlah cara, seperti


menggunakan metode stripping, vibrator, kateter, serta memecahkan
ketuban.
b. Secara kimia, ibu akan diberikan obat-obatan khusus. Ada yang
diberikan dengan cara diminum, dimasukan ke dalam vagina,
diinfuskan, atau pun disemprotkan pada hidung. Biasanya, tak lama
12

setelah salah satu cara kimia itu dilakukan, ibu hamil akan merasakan
datangnya kontraksi

Penatalaksanaan pada bayi post matur antara lain:

1.Bila bayi mengalami ketidakefektifan termoregulasi tindakan yang diberikan


antara lain :

a. Hangatkan inkubator atau penghangat radian sebelumnya, pastikan


bahwa handuk dan atau selimut yang tipis yang telah dihangatkan telah
tersedia. Pertahankan suhu ruang bersalin pada suhu 22 C, dengan
kelembaban relatif 60%-65%.
b. Bersihkan bayi baru lahir, dari darah dan verniks yang belebihan,
khususnya yang ada di kepala, dengan handuk yang telah dihangatkan
sebelumnya
c. Letakkan bayi baru lahir di bawahpenghangat radian
d. Bungkus bayi dengan selimut yang telah dihangatkan dan pindahkan
bayi ke ibu.
e. Rangkul bayi sehingga menempel pada dada ibu dan dibedong dengan
selimut yang hangat

2.Resiko cidera

a. Evaluasi dengan alat elektronik respon denyut jantung janin terhadap


kontraksi uterus selama asuhan intrapartum
b. Kaji kadar glukosa darah dengan menggunakan strip kimia sebelum
pemberian ASI dan sebelum 2 jam setelah kelahiran
c. Kaji tanda-tanda hipoglikemi
d. Ajarkan orang tua untuk memperkirakan perubahan pada kemampuan
infan
e. Diskusikan dengan orang tua perlunya pemantauan konstan terhadap infan

Menurut Mochtar (1998), setelah usia kehamilan lebih dari 40 – 42


minggu adalah monitoring janin sebaik – baiknya. Apabila tidak ada tanda –
13

tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan dapat ditunggu dengan


pengawasan ketat. Apabila ada insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks
belum matang, pembukaan belum lengkap, persalinan lama, ada tanda-tanda
gawat janin, kematian janin dalam kandungan, pre-eklamsi, hipertensi
menahun dan pada primi tua makan dapat dilakukan operasi seksio sesarea.
Keadaan yang mendukung bahwa janin masih dalam keadaan baik,
memungkinkan untuk menunda 1 minggu dengan menilai gerakan janin.

Persalinan anjuran atau induksi persalinan dapat dilakukan dengan metode


antara lain:

1.Persalinan anjuran dengan infus pituitrin (sintosinon)

Persalinan anjuran dengan infus oksitosin, pituitrin, sintosinon 5 unit


dalam 500 cc glukosa 5%, banyal digunakan. Teknik induksi dengan infus
glukosa lebih sederhanan dan mulai dengan 8 tetes dengan maksimal 40
tetes/menit. Kenaikan tetesan 4 hingga 8 tetes setiap 5 menit sampai kontraksi
optimal. bila dengan 30 tetes kontraksi maksimal telah tercapai, maka tetesan
tersebut dipertahankan sampai terjadi persalinan. Apabila terjadi kegagalan,
ulangi persalinan anjuran dengan selang waktu  sampai 48 jam.

2.Memecahkan ketuban

Memecahkan ketuban merupakan salah satu metode untuk mempercepat


persalinan. setelah ketuban pecah, ditunggu sekitar 4 sampai 6 jam dengan
harapan kontraksi otot rahim akan berlangsung. Apabila belaum berlangsung
kontraksi otot rahim dapa diikuti induksi persalinan dengan infus glukosa
yang mengandung 5 unit oksitosin.

3.Persalinan anjuran yang menggunakan protaglandin

Prostaglandin berfungsi untuk merangsang kontraksi otot rahim.


pemakaian prostaglandin sebagai induksi persalinan dapat dalam bendtuk
infus intravena dan perwaginam (prostaglandin vagina suppositoria).
14

Menurut Achadiat (2004), penatalaksanaan post matur tanpa patologi lain,


yaitu:

1.Pasien dirawat

2.Pemeriksaan laboratorium Non Stres Test (NST) dan USG

3.NST reaktif periksa keadaan serviks

4.Servik matang (BS) lebih dari 9 dapat langsung diinduksi

5. Jika serviks belum matang, perlu dimatangkan dulu

6.Bila terdapat patologi lain (misalnya preeklamsi berat, bekas SC, dsb), maka
dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan dengan SC

7. Jika induksi gagal atau terrjadi gawat janin, dilakukan SC.


Asuhan keperawatan pada ibu post partum adalah sebagai berikut:

1. Pengkajian
a. Pengkajian fisiologis
Pengkajian fisiologis lebih difokuskan pada proses involusi organ

reproduksi, perubahan biofisik sistem tubuh dan deteksi adanya hambatan

pada proses laktasi. Area pengkajian fisiologis post partum antara lain:

1) Suhu
Suhu merupakan penanda awal adanya infeksi, suhu yang cenderung

tinggi juga dapat menandakan ibu mengalami dehidrasi. Suhu dikaji

tiap satu jam selama 8 jam setelah persalinan, kemudian dikaji tiap dua

jam sampai dengan 24 jam setelah persalinan.

2) Nadi, pernapasan dan tekanan darah


Frekuensi nadi yang lebih dari normal (diatas 100 kali/menit) sebagai

tanda adanya infeksi, hemoragi, nyeri, atau kecemasan. Tekanan darah

yang cenderung rendah dapat merupakan tanda syok atau emboli.

Nadi, pernapasan dan tekanan darah dikaji tiap 15 menit sampai

dengan empat jam setelah persalinan, kemudian dikaji tiap 30 menit

sampai dengan 24 jam setelah persalinan.

3) Fundus, lokhea dan kandung kemih


Fundus dapat sedikit meninggi pasca persalinan, tetapi dihari

berikutnya fundus akan mulai turun sekitar satu cm sehingga pada hari

ke 10 fundus sudah tidak teraba. Hari-hari awal setelah persalinan,

fundus akan teraba keras dengan bentuk bundar mulus, bila ditemukan

fundus teraba lembek atau kendur menunjukkan terjadinya atonia

atau subinvolusi. Ketika dilakukan palpasi, kandung kemih harus

kosong agar pengukuran fundus lebih akurat. Kandung kemih yang


terisi akan menggeser uterus dan meningkatkan tinggi fundus. Lokhea

dapat dijadikan sebagai acuan kemajuan proses penyembuhan

endometrium.

Lokhea memiliki warna yang berbeda setiap harinya, lokhea rubra

(berwarna merah gelap, keluar dari hari kesatu sampai hari ketiga

setelah persalinan, jumlahnya sedang), lokhea serosa (berwarna merah

muda, muncul dihari ke empat sampai hari ke 10 setelah persalinan,

jumlahnya lebih sedikit dari lokhea rubra), lokhea alba (berwarna putih

kekuningan, muncul dari hari ke 10 sampai minggu ketiga setelah

persalinan, jumlahnya sangat sedikit). Munculnya perdarahan merah

segar setelah selesainya lokhea rubra atau setelah selesainya lokhea

serosa menandakan terjadinya infeksi atau hemoragi yang lambat.

Fundus, lokhea dan kandung kemih dikaji tiap 15 menit sampai dengan

empat jam setelah persalinan, kemudian dikaji tiap 30 menit sampai

dengan 24 jam setelah persalinan.

4) Perineum
Pengkajian pada daerah perineum dimaksudkan untuk

mengidentifikasi ada tidaknya hematoma, memar (ekimosis), edema,

kemerahan (eritema), dan nyeri tekan. Bila ada jahitan luka, kaji

keutuhan, perdarahan dan tanda-tanda infeksi (kemerahan, nyeri

tekan dan bengkak). Perineum dikaji tiap satu jam sampai dengan 24

jam setelah persalinan.

5) Payudara dan tungkai


Pengkajian payudara meliputi bentuk, ukuran, warna, dan kesimetrisan

serta palpasi konsistensi dan deteksi apakah ada nyeri tekan guna

persiapan menyusui. Hari pertama dan kedua pasca melahirkan akan


ditemukan sekresi kolostrum yang banyak. Pengkajian pada tungkai

dimaksudkan untuk menetahui ada tidaknya tromboflebitis. Payudara

dan tungkai dikaji tiap satu jam sampai dengan 8 jam setelah

persalinan, kemudian dikaji tiap empat jam sampai dengan 24 jam

setelah

persalinan.

6) Eliminasi
Pengkajian eliminasi meliputi pengkajian bising usus, inspeksi dan

palpasi adanya distensi abdomen. Ibu post partum dianjurkan untuk

berkemih sesegera mungkin untuk menghindari distensi kandung

kemih. Eliminasi dikaji setiap 9 jam, kaji juga defekasi setiap harinya.

b. Pengkajian psikososial
Pengkajian psikososial ini difokuskan pada interaksi dan adaptasi ibu, bayi

baru lahir dan keluarga. Perawat melihat status emosianal dan respon ibu

terhadap pengalaman kelahiran, interaksi dengan bayi baru lahir,

menyusui bayi baru lahir, penyesuaian terhadap peran baru, hubungan

baru dalam keluarga, dan peningkatan pemahaman dalam perawatan diri

(Reeder,

Martin dan Koniak-Griffin, 2011),.


2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul menurut Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (2016), yaitu:

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik.


b. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai ASI,

hambatan pada neonatus, anomali payudara ibu, ketidakadekuatan

refleks oksitosin, ketidakadekuatan refleks menghisap bayi, payudara

bengkak, riwayat operasi payudara, kelahiran kembar, tidak rawat gabung,


kurang terpapar informasi tentang pentingnya menyusui dan/atau metode

menyusui, kurang dukungan keluarga, faktor budaya.

c. Defisit pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang laktasi berhubungan

dengan keterbatasan kognitif, gangguan fungsi kognitif, kekeliruan

mengikuti anjuran, kurang terpapar informasi, kurang minat dalam

belajar, kurang mampu mengingat, ketidaktahuan menemukan sumber

informasi.

d. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif, peningkatan

paparan organisme patogen lingkungan, malnutrisi, ketidakadekuatan

pertahanan tubuh primer, ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder.

3. Perencanaan dan intervensi keperawatan


Intervensi keperawatan yang diberikan berkaitan dengan diagnosa

keperawatan yang muncul berdasarkan Nursing Interventions Classification

(2013), sebagai berikut:

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama.........rasa nyeri

teratasi

Kriteria hasil : Mengidentifikasi dan mengunakan intervensi untuk

mengatasi ketidaknyamanan dengan tepat, mengungkapkan

berkurangnya ketidaknyamanan.

Intervensi:

1) Lakukan pengkajian nyeri yang komperhensif meliputi lokasi,


karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intesitas atau beratnya nyeri

dan faktor pencetus

2) Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat menurunkan atau

memperberat nyeri
3) Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon

pasien terhadap ketidaknyamanan

4) Kurangi atau eliminasi faktor-faktor yang dapat mencetuskan atau

meningkatkan nyeri

5) Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri


6) Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu penurunan
nyeri
b. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai ASI,

hambatan pada neonatus, anomali payudara ibu, ketidakadekuatan

refleks oksitosin, ketidakadekuatan refleks menghisap bayi, payudara

bengkak, riwayat operasi payudara, kelahiran kembar, tidak rawat gabung,

kurang terpapar informasi tentang pentingnya menyusui dan/atau metode

menyusui, kurang dukungan keluarga, faktor budaya

Tujuan : Setelah dilakukan demostrasi tentang teknik menyusui

selama ...... diharapkan tingkat pengetahuan ibu bertambah.

Kriteria hasil: Mengungkapkan pemahaman tentang proses menyusui,

menunjukan kepuasan regimen menyusui satu sama lain, dengan bayi

dipuaskan setelah menyusui, ASI keluar dengan lancar.

Intervensi :

1) Dorong ibu untuk menyusui, dengan tepat


2) Sediakan pendidikan menyusui yang cukup dan dukungan
3) Instruksikan orangtua mengenal tanda bayi merasa lapar
4) Instruksikan orangtua mengenai pentingnya memberikan makan

sebagai aktivitas yang memelihara, yang menyediakan kesempatan

untuk terjadinya kontak mata dan kedekatan secara fisik

5) Dukung kedekatan secara fisik yang sering dan terus menerus antara

bayi dan orangtua


c. Defisit pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang laktasi berhubungan

dengan keterbatasan kognitif, gangguan fungsi kognitif, kekeliruan

mengikuti anjuran, kurang terpapar informasi, kurang minat dalam

belajar, kurang mampu mengingat, ketidaktahuan menemukan sumber

informasi.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan


selama......kebutuhan belajar terpenuhi
Kriteria hasil: Ibu menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,

prognosis dan program pengobatan. Ibu dapat mendemonstrasikan tehnik

efektif dari menyusui. Ibu dapat melaksanakan prosedur yang dijelaskan

dengan benar. Ibu dapat menjelaskan kembali apa yang telah dijelaskan

oleh perawat/tim kesehatan.

Intervensi :
1) Berikan informasi mengenai manfaat menyusui baik fisiologis maupun

psikologis

2) Tentukan keinginan dan motivasi ibu untuk menyusui dan juga

persepsi mengenai menyusui

3) Berikan materi pendidikan sesuai kebutuhan


4) Bantu menjamin adanya kelekatan bayi ke dada dengan cara yang

tepat (misalnya memonitor posisi tubuh bayi dengan cara yang tepat,

bayi memegang dada ibu serta adanya kompresi dan terdengar suara

menelan)

5) Informasikan mengenai perbedaan antara hisapan yang memberikan

nutrisi dan yang tidak memberikan nutrisi

6) Instruksikan pada ibu untuk membiarkan bayi menyelesaikan proses

menyusui yang pertama sebelum proses menyusui yang kedua


7) Instruksikan pada ibu mengenai bagaimana memutuskan hisapan

pada saat ibu menyusui bayi, jika diperlukan

8) Instruksikan ibu untuk melakukan perawatan puting susu


9) Diskusikan teknik untuk menghindari atau meminimalkan

pembesaran dan rasa tidak nyaman pada payudara (misalnya sering

memberikan air susu, pijat payudara, kompres hangat dan

mengeluarkan air susu)

10) Diskusikan kebutuhan untuk istirahat yang cukup, hidrasi dan diet

yang seimbang

11) Diskusikan strategi yang bertujuan untuk mengoptimalkan suplai air

susu

d. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif, peningkatan

paparan organisme patogen lingkungan, malnutrisi, ketidakadekuatan

pertahanan tubuh primer, ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .......

diharapkan infeksi tidak terjadi.

Kriteria hasil: Mendemonstrasikan tehnik-tehnik untuk menurunkan

risiko/ meningkatkan penyembuhan, menunjukan luka yang bebas dari

drainase purulen dan bebas dari infeksi, tidak febris, dan mempunyai

aliran lokhea dan karakter normal.

Intervensi :

1) Bersihkan lingkkungan dengan baik setelah digunakan untuk setiap

pasien

2) Ganti perawatan per pasien sesuai protokol institusi


3) Batasi jumlah pengunjung
4) Ajarkan pasien teknik mencuci tangan dengan tepat
5) Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan

meninggalkan ruangan pasien

6) Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan yang sesuai


7) Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan pasien
8) Lakukan tindakan-tindakan pencegahan yang bersifat universal
9) Pakai sarung tangan sebagaimana dianjurkan oleh kebijakan

pencehagan universal

10) Pakai pakaian ganti atau jubah saat menangani bahan-bahan yang

infeksius

11) Pakai sarung tangan steril dengan tepat


12) Pastikan teknik perawatan luka yang tepat
13) Tingkatkan intake nutrisi yang tepat
14) Dorong untuk beristirahat
15) Berikan terapi antibiotik yang sesuai
16) Anjurkan pasien untuk meminum antibiotik seperti yang diresepkan
17) Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi

4. Evaluasi

Menurut Bobak (2004), evaluasi kemajuan dan hasil akhir dari perawatan

yang telah dilakukan harus terus dilakukan sepanjang tahap keempat

persalinan. Perawat mengkaji pemulihan fisiologis kehamilan dan persalinan,

demikian pula perkembangan hubungan antara orang tua dengan anak dalam

keluarga yang baru. Penilaian secara klinis pada faktor-faktor tertentu perlu

dilakukan untuk mengetahui sejauh mana ketercapaian hasil akhir dari

perawatan yang telah dilakukan, faktor-faktor tersebut antara lain:

a. Tetap bebas dari infeksi.


b. Tetap merasa nyaman dan bebas dari cedera.
c. Memiliki pengetahuan yang adekuat tentang perawatan

payudara, baik pada ibu menyusui maupun ibu tidak

menyusui.
d. Menunjukkan kepercayaan diri bahwa ia (keluarga) dapat

memberikan perawatan yang sangat diperlukan bayi baru

lahir.

e. Melindungi kesehatan kehamilan berikutnya dan kesehatan


anak-anak.
Apabila dalam proses pengkajian ditemukan hasil akhir kurang atau tidak

sesuai dengan yang diharapkan maka, perlu dilakukan pengkajian,

perencanaan dan perawatan lebih lanjut untuk memberi perawatan yang

tepat kepada ibu post partum dan keluarganya.


BAB III

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kehamilan postmatur merupakan salah satu bentuk kegawatdaruratan
medis yang terjadi pada ibu hamil dan ibu yang akan bersalin. kehamilan
postmatur adalah kehamilan yang melampaui umur 294 hari (42 minggu)
dengan segala kemungkinan komplikasinya (Manuaba, 1999).
Salah satu penyebab dari kehamilan post matur ini adalah herediter. Jika
ibu melahirkan seorang anak perempuan dengan post matur maka
kemungkinan besar anak perempuan tersebut suatu saat nanti mengalami
kehamilan post matur. Selain penyebab herediter ada juga penyebab lain yaitu
pengaruh dari progesteron, pokstitosin, kortisol, saraf uterus dan juga salah
menghitung haid HPHT (HariPertama Haid Terakhir) menyebabkan
kehamilan lewat bulan (post matur).

5.2 Saran
Masyarakat terutama ibu hamil harus melakukan pemeriksaan
kehamilannya secara teratur, minimal 4 kali selama kehamilan. Ibu hamil
dalam menghitung awal kehilannya harus dengan tepat karena kesalahan
dalam meghitung awala kehimilan juga penyebab dari kehamilan post matur
Sebagai petugas kesehatan harus meningkatkan pelayanan kesehatan
dengan baik karena dapat mencegah kejadian post matur pada ibu bersalin.
DAFTAR PUSTAKA

Wong, L. Donna. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik . Vol. 1. Edisi 6.


Jakarta : EGC

Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Penerbit Buku Kedokteran.


Jakarta: :EGC

Prawiroharjo, Sarwono.2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Achdiat, C. M. (2004). Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.

Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku DIAGNOSIS KEPERAWATAN dengan


Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC Edisi 7. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai