Disusun oleh :
Tingkat : 2B
Juli 2021
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan limpahan rahmatnyalah maka kami bisa menyelesaikan sebuah
makalah dengan tepat waktu. Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah
dengan judul “INTRANATAL PADA INFEKSI KETUBAN PECAH DINI
(KPD)”, yang memenurut kami dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita
untuk mempelajarinya.
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami
buat kurang tepat atau tidak berkenan dihati para pembaca. Dengan ini kami
mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Tuhan
memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Penyusun,
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
JUDUL.........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1. Latar
Belakang..................................................................................................1
1.2.
Tujuan...............................................................................................................1
1.3.
Manfaat.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................3
2.1. Definisi
KPD....................................................................................................3
2.2. Etiologi
KPD....................................................................................................3
2.3. Patofisiologi
KPD.............................................................................................5
2.4. Gejala / Manifestasi Klinis
KPD......................................................................6
2.5. Penatalaksanaan
KPD.......................................................................................6
2.6. Asuhan Keperawatan
KPD...............................................................................7
BAB III PENUTUP....................................................................................................16
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................16
3.2 Saran...............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................17
iii
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Melakukan pendekatan menajemen asuhan kebidanan dengan KPD
sesuai dengan wewenang bidan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1
a. Dilakukan pengumpulan data terhadap ibu bersalin
b. Dilak ukan interpretasi dari data yang di dapatkan dari ibu bersalin
c. Diidentifikasi diagnosis potensial pada ibu bersalin Melakukan antisipasi
penanganan segera pada ibu bersalin
d. Disusun rencanatindakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin
e. Dilaksanakan asuhan kebidanan sesuai rencana tindakan pada ibu
bersalin
f. Dievaluasi asuhan kebidanan yang telah di berikan pada ibu bersalin
g. Dilakukan pendokumentasian semua temuan dan tindakan yang telah di
berikan pada ibu bersalin
h. Didiskusikan kesenjangan antara teori dengan kasus di lahan
i. Diingintegrasikan nilai-nilai keislaman kepada ibu bersalin
1.3.1 Instansi
1.3.2 Institusi
1.3.3 Penulis
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban yang berasal
dari vagina atau infeksi cairan ketuban yang menyebabkan terjadinya
ketuban pecah dini.
b. Jumlah paritas
Wanita yang telah melahirkan beberapa kali maka akan lebih beresiko
tinggi mengalami KPD pada kehamilan berikutnya. Kehamilan yang
terlalu sering dapat mempengaruhi embryogenesis, selaput ketuban
lebih tipis sehingga mudah pecah sebelum waktunya dan semakin
banyak paritas semakin mudah terjadi infeksi amnion karena rusaknya
struktur serviks pada persalinan sebelumnya.
Wanita dengan paritas kedua dan ketiga pada usia reproduktif biasanya
relatif memilii keadaan yang lebih aman untuk hamil dan melahirkan
karena pada keadaan tersebut dinding uterus lebih kuat karena belum
banyak mengalami perubahan, dan serviks belum terlalu sering
mengalami pembukaan sehingga dapat menyanggah selaput ketuban
dengan baik. Wanita yang telah melahirkan beberapa kali akan lebih
beresiko pada mengalami KPD, karena jaringan ikat selaput ketuban
mudah rapuh yang diakibatkan oleh vaskularisasi pada uterus
mengalami gangguan yang mengakibatkan akhirnya selaput ketuban
mengalami pecah spontan.
c. Serviks yang inkompeten, kanalis servikalis yang selalu terbuka yang
disebabkan karna kelainan pada serviks uteri (akibat persalinan,
curatage).
d. Tekanan pada intera uterin yang meninggi atau meningkat secara
berlebihan (overdistensi uterus), misalnya trauma, hidramnion,
gemelli.
4
e. Trauma yang di dapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan
dalam maupun amnosintesis menyebabkan terjadinya KPD karena
biasanya disertai infeksi.
f. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian
terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat
menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.
Kelainan letak pada janin dapat meningkatkan kejadian KPD
karena kelainan letak dapat memungkinkan ketegangan otot rahim
meningkat sehingga dapat menyebabkan KPD. Besar kecinya janin
dan posisi janin yang dikandung tidak menyebabkan peregangan
pada selaput ketuban seperti pada keadaan normal, sungsang ataupun
melintang, karena sebenarnya yang dapat mempengaruhi KPD adalah
kuat lemahnya selaput ketuban menahan janin (Budi, Ayu Novita,
2017).
2.3. PATOFISIOLOGI
Pecahnya selaput ketuban disebabkan oleh hilangnya elastisitas pada
daerah tepi robekan selaput ketuban. Selaput ketuban pecah karena pada
daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput
ketuban interior rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban pecah. Terdapat
keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraseluler matriks. Perubahan
struktur, jumlah sel dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen
berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah. Hilangnya elastisitas
selaput ketuban ini sangat erat kaitannya dengan jaringan kolagen, yang bisa
terjadi karena penipisan oleh infeksi atau rendahnya kadar kolagen. Kolagen
pada selaput terdapat pada amnion di daerah lapisan kompakta, fibroblas serta
pada korion di daerah lapisan retikuler atau trofoblas.
Faktor resiko terjadinya Ketuban Pecah dini adalah :
1. Berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen.
2. Kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat
pertumbuhan struktur abnormal karena merokok.
5
Pada kasus ketuban pecah dini preterm atau preterm premature rupture
of membrane (PPROM), sering kali proses patogenesis diawali adanya infeksi
urogenital. Infeksi di lokasi tersebut menyebabkan kolonisasi bakteri yang
dapat melemahkan kantong ketuban. Kolonisasi bakteri akan meningkatkan
produksi enzim protease dan kolagenase yang secara langsung memecah
komponen kantong ketuban. Selain itu, bakteri juga menyebabkan
ketidakseimbangan antara matriks metalloproteinase (MMP), enzim yang
mendegradasi protein matriks ekstraseluler, dengan tissue inhibitor of
metalloproteinase (TIMP) yang merupakan inhibitor dari enzim.
6
dalam 24 jam setelah selaput ketuban pecah belum ada tanda – tanda
persalinan maka dilakukan induksi persalinan dan apabila gagal
dilakukan bedah cesar. Pemberian antibiotik profiklasis dapat
menurunkan infeksi pada ibu. Waktu pemberian antibiotik hendaknya
diberikan setelah diagnosis KPD ditegakkan dengan pertimbangan
lebih dari 6 jam kemungkinan infeksi telah terjadi. Induksi persalinan
segera diberikan atau ditunggu sampai 6 – 8 jam. Pelaksanaan induksi
persalinan perlu pengawasan yang sangat ketat terhadap keadaan ibu,
janin dan jalannya proses persalinan. Induksi dilakukan dengan
memperhatikan bishop skor jika >5, induksi dilakukan, sebaliknya jika
bishop <5 dilakukan pematangan serviks dan jika tidak berhasil akhiri
persalinan dengan seksiosesaria.
7
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber
untuk mengevaluasidan mengidentifikasi status kesehatan pasien.
a. Identitas pasien.
Melakukan pengkajian pada pasien dengan
menanyakan nama, umur, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, agama, suku, alamat, nomer rekam medis (RM),
tanggal masuk rumah sakit, (MRS), dan tanggal pengkajian,
dan kaji identitas penanggung jawab atas pasien.
b. Data kesehatan
Melakukan pengkajian keluhan utama pada pasien,
keluhan yang paling dirasakan pada pasien saat dilakukan
pengkajian.
c. Riwayat obstetrik dan ginekologi
Melakukan pengkajian pada pasien dengan
menanyakan riwayat menstruasi, riwayat pernikahan, riwayat
kehamilan, persalinan, nifas yang lalu, riwayat kehamilannya
saat ini, dan riwayat keuarga berencana.
d. Riwayat penyakit
Mengkaji riwayat penyakit pada pasien dan
keluarganya, apakah pasien dan keluarganya, apakah pasien
dan keluarga memiliki penyakit keturunan seperti hipertensi,
atau dibetes melitus (DM).
e. Pola kebutuhan sehari-hari
Melakukan pengkajian pola kebutuhan sehari-hari pada
pasien seperti pengkajian pada pernafasan, nutrisi (makan dan
minum), eliminasi (BAB dan BAK), gerak badan atau
aktivitas, istirahat tidur, berpakaian, rasa nyaman (pasien
merasakan adanya dorongan meneran, tekanan ke anus,
8
perinium menonjol).Kebersihan diri, rasa aman, pola
komunikasi atau hubungan pasien dengan orang lain, ibadah,
produktivitas, rekreasi, kebutuhan belajar.
f. Pemeriksaan fisik
Mengkaji keadaan umum pasien terlebih dahulu seperti
Glasgow Coma Scale (GCS), tingkat kesadaran, tanda-tanda
vital (TTV). Dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan fisik
head to toe dari :
Kepala : pemeriksaan pada rambut, telinga,
mata, mulut, dan leher. Apakah ada kelainan
pada bagian tertentu, ada benjolan atau tidak,
ada edema atau tidak.
Dada: pemeriksaan pada mamae, areola.
Abdomen: pemeriksaan leopold, tinggi fundus
uteri (TFU), detak jantung janin (DJJ).
Genetalia dan perineum : pemeriksaan dalam
seperti vaginal toucher (VT), status portio,
warna air ketuban.
Ekstremitas atas dan bawah : lihat dan raba
apakah ada tanda – tanda edema, varises dll.
Data penunjang : dilakukan atas indikasi
tertentu yang digunakan untuk memperoleh
keterangan yang lebih jelas seperti pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan USG.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan bagian vital dalam
menentukan asuhan keperawatan yang sesuai untuk membantu klien
mencapai kesehatan yang optimal. Tujuan diagnosis keperawatan
adalah untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga,
9
komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.
Diagnosis yang ditegakkan dalam penelitian ini adalah risiko infeksi.
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah tahap ketiga dari proses
keperawatan dimana perawat menetapkan tujuan dan hasil yang
diharapkan bagi pasien, ditentukan dan merencanakan intervensi
keperawatan.
10
pertahanan tubuh selama 3 x 24 jam lokal dan Sistemik
primer dibuktikan diharapkan risiko Terapeutik :
dengan ketuban infeksi tidak terjadi 1. Cuci tangan sebelum dan
pecah sebelum dengan kriteria hasil sesudah kontak dengan pasien dan
waktunya sebagai berikut: lingkungan pasien.
Edukasi :
1. Kemampuan 1. Jelaskan tanda dan gejala
mencari informasi infeksi
tentang factor risiko
meningkat b. Perawatan persalinan risiko
2. Kemampuan tinggi
mengidentifikasi Observasi :
faktor risiko 1. Identifikasi kondisi umum
meningkat pasien
3. Kemampuan 2. Monitor tanda-tanda vital ibu
Mengenali 3. Monitor tanda-tanda persalinan
perubahan status 4. Monitor denyut jantung janin
kesehatan 5. Identifikasi posisi janin dengan
meningkat USG
4. Kemampuan 6. Indentifikasi perdarahan pasca
Berpartisipasi dalam persalinan
skrining risiko Terapeutik :
meningkat 1.Siapkan peralatan yang sesuai,
risiko meningkat. termasuk monitor janin,
b. Status ultrasound, mesin anestesi,
Intrapartum persediaan resusitasi neonatal,
Setelah diberikan forceps, dan penghangat bayi
asuhan keperawatan ekstra
selama 3 x 24 jam 2. Dukung orang terdekat
diharapkan status mendampingi pasien
11
3. Gunakan tindakan pencegahan
universal
4. Lakukan perineal scrub
intrapartum 5. Fasilitasi rotasi manual kepala
membaik janin dari oksiput posterior ke
dengan kriteria hasil: posisi anterior
6. Fasilitasi tindakan forceps atau
1. Frekuensi ekstraksi vakum, jika perlu
kontraksi uterus 7. Lakukan resusitasi neonatal,
membaik jika perlu
2. Periode kontraksi 8. Fasilitasi ibu pulih dari
uterus membaik anestesi, jika perlu
3. Intensitas 9. Motivasi interaksi orang tua
kontraksi dengan bayi baru lahir segera
uterus membaik setelah persalinan
4. Tekanan darah 10. Dokumentasikan prosedur
dalam rentang Edukasi :
normal (100 – 140 1. Jelaskan prosedur tindakan
mmHg) yang akan
5. Frekuensi nadi dilakukan
dalam rentang 2. Jelaskan karakteristik bayi baru
normal (60 – 100kali lahir yang
per menit) terkait dengan kelahiran berisiko
6. Suhu tubuh dalam tinggi
rentang normal Kolaborasi :
(36,5 ⸰ - 37,5 ◦) 1. Kordinasi dengan tim untuk
standby
2. Kolaborasi pemberian anestesi
maternal, sesuai kebutuhan
12
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan implementasi keperawatan merupakan komponen
dari proses keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
dilakukan dan diselesaikan. Implementasi merupakan fase dimana
perawat melaksanakan serta melakukan intervensi keperawatan yang
sudah direncanakan. Implementasi terdiri dari melakukan serta
mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan dari
keperawatan khusus yang diperlukan untuk melaksanakan suatu
intervensi. Perawat melakukan serta mendelegasikan tindakan
keperawatan untuk intervensi yang disusun dalam tahap perencanaan
kemudian mengakhiri tahap implementasi dengan cara mencatat
tindakan keperawatan serta respon pasien terhadap tindakan yang telah
diberikan.
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari proses
keperawatan untuk mengukur respon pasien terhadap tindakan
keperwatan dan kemajuan pasien ke arah pencapaian tujuan. Evaluasi
dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil evaluasi terdiri dari
evaluasi formatif yaitu evaluasi yang menghasilkan umpan balik
selama program berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif yaitu
evaluasi yang dilakukan setelah program selesai serta mendapatkan
informasi efektifitas pengambilan keputusan. Evaluasi asuhan
keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subjektif,
objektif, assessment, planning). Komponen SOAP yaitu S (subjektif)
merupakan dimana perawat menemukan keluhan ibu yang masih
dirasakan setelah dilakukan tindakan keperawatan, O (objektif) yaitu
data yang berdasarkan hasil pengukuran serta observasi perawat
13
secara langsung pada ibu , A (assessment) yaitu interpretasi dari data
subjektif dan objektif untuk menentukan tindak lanjut serta penentuan
apakah implementasi yang diberikan akan dilanjutkan atau sudah
terlaksana dengan baik, P (planning) merupakan perencanaan
keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi, serta
ditambah dari rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan
sebelumnya.
14
P (Planning)
a.) Pertahankan kondisi pasien
apabila tujuan tercapai.
b.) Lanjutkan intervensi apabila
terdapat tujuan yang belum mampu
dicapai oleh pasien
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
15
KPD adalah bocornya selaput air ketuban (likuor amnii) secara
spontan dari rongga amnion di mana janin di tampung. Faktornya
kemungkinan infeksi, jumlah paritas, serviks yang inkompeten, tekanan
pada intera uterin yang meninggi, trauma, dan kelainan letak. Pecahnya
selaput ketuban disebabkan oleh hilangnya elastisitas pada daerah tepi
robekan selaput ketuban. Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan
ketuban merembes melalui vagina. Penatalaksanaan KPD pada kehamilan
aterm (>37 minggu) dan penatalaksanaan KPD pada kehamilan preterm
(<37 minggu). Asuhan Keperawatan KPD dimulai dari pengkajian,
diagnosis, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
B. Saran
Bagi klien :
DAFTAR PUSTAKA
16
alauddin.ac.id/12958/1/Wiwi%20Agustina_70400115016.pdf (Di Akses Tanggal 26
Juli 2021).
Budi Rahayu Dan Ayu Novita Sari “Study Deskriptif Penyebab Kejadian Ketuban
Pecah Dini (Kpd) Pada Ibu Bersalin’’. Vol V, No 2 (2017).
Http://Ejournal.Almaata.Ac.Id/Index.Php/Jnki/Article/View/450/420 (Di Akses
Tanggal 26 Juli 2021)
2014/7306. Sulsel Kab Gowa 2014 (Di Akses Tanggal 26 Juli 2021).
27 Juli 2021)
17