Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH MATERNITAS

INTRANATAL PADA INFEKSI KPD

Disusun oleh :

Farico Hendrawan Saputra (P17240203037)

Two Wyska Rahmadhani (P17240203038)

Rendita Satya Asriyanti (P17240203039)

Nindi Pramesti (P17240203042)

Tingkat : 2B

PROGAM STUDI D-III KEPERAWATAN TRENGGALEK

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

TAHUN PELAJARAN 2021/2022

Juli 2021

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan limpahan rahmatnyalah maka kami bisa menyelesaikan sebuah
makalah dengan tepat waktu. Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah
dengan judul “INTRANATAL PADA INFEKSI KETUBAN PECAH DINI
(KPD)”, yang memenurut kami dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita
untuk mempelajarinya.

Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami
buat kurang tepat atau tidak berkenan dihati para pembaca. Dengan ini kami
mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Tuhan
memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Trenggalek, 27 Juli 2021

Penyusun,

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

JUDUL.........................................................................................................................i

KATA PENGANTAR................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1. Latar
Belakang..................................................................................................1
1.2.
Tujuan...............................................................................................................1
1.3.
Manfaat.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................3
2.1. Definisi
KPD....................................................................................................3
2.2. Etiologi
KPD....................................................................................................3
2.3. Patofisiologi
KPD.............................................................................................5
2.4. Gejala / Manifestasi Klinis
KPD......................................................................6
2.5. Penatalaksanaan
KPD.......................................................................................6
2.6. Asuhan Keperawatan
KPD...............................................................................7
BAB III PENUTUP....................................................................................................16
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................16
3.2 Saran...............................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................17

iii
iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan/ sebelum inpartu , pada pembukaan <3 cm pada
primipara dan <5cm pada multipara. Hal ini terjadi pada akhir kehamilan
maupun jauh sebelum waktunya melahirkan(Nugroho, 2013: 113).
KPD biasanya terjadi pada usia kehamilan yang sangat awal yaitu usia
kehamilan sebelum 28 minggu atau pada trimester ketiga (Antara 28 minggu
hingga 34 minggu), hal ini biasanya di sebabkan apabila leher rahim tertutup
atau melebar. Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisi pada KPD
adalah paritas, kelainan selaput ketuban, usia ibu, serviks yang pendek,
indeksi, serviks yang inkompeten, trauma, gemeli, hidromnion, kelainan letak,
alkohol, dan merokok (Nugrahini, et al:2017).
Komplikasi yang bisa di sebabkan KPD pada ibu yaitu infeksi masa
nifas, meningkatkan operatf obstetric (khususnya SC), morbiditas, mortalitas
maternal.Sedangkan pada janin KPD dapat menyebabkan prematuritas
(sindrom distress pernafasan, hipotermia, masalah pemberian makan pada
neonatal, perdarahan intraventikuler, gangguan otak, dan resiko cerebral
palsy, anemia, skor APGAR rendah, ensefelopati,cerebral palsy, perdarahan
intracranial,gagal ginjal, distress pernafasan). Dan oligohidromnion (sindrom
defornits janin, hipolapsia paru, deformitas ekstrimitas dan pertumbuhan janin
terhembat), morbiditas dan mortalitasperinatal(Marni dkk,2016:105-106).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Melakukan pendekatan menajemen asuhan kebidanan dengan KPD
sesuai dengan wewenang bidan.
1.2.2 Tujuan Khusus

1
a. Dilakukan pengumpulan data terhadap ibu bersalin
b. Dilak ukan interpretasi dari data yang di dapatkan dari ibu bersalin
c. Diidentifikasi diagnosis potensial pada ibu bersalin Melakukan antisipasi
penanganan segera pada ibu bersalin
d. Disusun rencanatindakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin
e. Dilaksanakan asuhan kebidanan sesuai rencana tindakan pada ibu
bersalin
f. Dievaluasi asuhan kebidanan yang telah di berikan pada ibu bersalin
g. Dilakukan pendokumentasian semua temuan dan tindakan yang telah di
berikan pada ibu bersalin
h. Didiskusikan kesenjangan antara teori dengan kasus di lahan
i. Diingintegrasikan nilai-nilai keislaman kepada ibu bersalin

1.3 Manfaat penulisan

1.3.1 Instansi

Sebagai sumber informasi dan menambah pengetahuan kepada instansi


terkait dalam meningkatkan kualitas pelayanan.

1.3.2 Institusi

Sebagai bahan pembelajaran dan sumber pengetahuan untuk penulis


selanjutnya dan juga sebaga. sumber informasi bagi rekan-rekan
Mahasiswa D3 Keperawatan Trenggalek dalam penerapan Asuhan
Keperawatan Persalinan dengan KPD.

1.3.3 Penulis

Menambah pengetahuan dan wawasan tentang kasus KPD, dan merupakan


pengalaman yang dapat meningkatkan dan menambah pengetahuan dalam
penerapan manajemen asuhan persalinan dengan KPD.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi KPD


KPD adalah bocornya selaput air ketuban (likuor amnii) secara
spontan dari rongga amnion di mana janin di tampung. Cairan keluar dari
selaput ketuban yang mengalami kerobekan, muncul setelah usia kehamilan
28 minggu dan setidaknya sebelum 1 jam sebelum waktu kehamilan yang
sebenarnya(Gehwagi et al, 2015).
Dalam keadaan normal ketuban pecah dalam proses persalinan.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan.
Bila ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan di bawah 37 minggu disebut
ketuban pecah dini premature. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan
hamil aterm mengalami ketuban pecah dini. (Prawirahardjo, 2014: 677).
Ada macam-macam batasan tentang KPD atau premature rupture of
membrane (PROM) yakni:
a. Ada teori yang menghitung berapa jam sebelum inpartu, misalnya 2 atau 4
atau 6 jam sebelum inpartu.
b. Ada juga yang mengatakan dalam ukuran pembukaan serviks atau leher
c. Rahim pada kala I, misalnya ketuban pecah sebelum pembukaan serviks
d. 3 cm Pada primipara atau 5 cm pada multipara.
e. c. Prinsipnya adalah ketuban pecah sebelum waktunya(Norma Dan Dwi,
f. 2013: 247).
2.2. Etiologi KPD
Belum pasti penyebab terjadinya ketuban pecah dini, namun faktor-
faktor yang lebih sulit di ketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor
predisposisi adalah:
a. Infeksi

3
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban yang berasal
dari vagina atau infeksi cairan ketuban yang menyebabkan terjadinya
ketuban pecah dini.
b. Jumlah paritas

Wanita yang telah melahirkan beberapa kali maka akan lebih beresiko
tinggi mengalami KPD pada kehamilan berikutnya. Kehamilan yang
terlalu sering dapat mempengaruhi embryogenesis, selaput ketuban
lebih tipis sehingga mudah pecah sebelum waktunya dan semakin
banyak paritas semakin mudah terjadi infeksi amnion karena rusaknya
struktur serviks pada persalinan sebelumnya.

Wanita dengan paritas kedua dan ketiga pada usia reproduktif biasanya

relatif memilii keadaan yang lebih aman untuk hamil dan melahirkan
karena pada keadaan tersebut dinding uterus lebih kuat karena belum
banyak mengalami perubahan, dan serviks belum terlalu sering
mengalami pembukaan sehingga dapat menyanggah selaput ketuban
dengan baik. Wanita yang telah melahirkan beberapa kali akan lebih
beresiko pada mengalami KPD, karena jaringan ikat selaput ketuban
mudah rapuh yang diakibatkan oleh vaskularisasi pada uterus
mengalami gangguan yang mengakibatkan akhirnya selaput ketuban
mengalami pecah spontan.
c. Serviks yang inkompeten, kanalis servikalis yang selalu terbuka yang
disebabkan karna kelainan pada serviks uteri (akibat persalinan,
curatage).
d. Tekanan pada intera uterin yang meninggi atau meningkat secara
berlebihan (overdistensi uterus), misalnya trauma, hidramnion,
gemelli.

4
e. Trauma yang di dapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan
dalam maupun amnosintesis menyebabkan terjadinya KPD karena
biasanya disertai infeksi.
f. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian
terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat
menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.
Kelainan letak pada janin dapat meningkatkan kejadian KPD
karena kelainan letak dapat memungkinkan ketegangan otot rahim
meningkat sehingga dapat menyebabkan KPD. Besar kecinya janin
dan posisi janin yang dikandung tidak menyebabkan peregangan
pada selaput ketuban seperti pada keadaan normal, sungsang ataupun
melintang, karena sebenarnya yang dapat mempengaruhi KPD adalah
kuat lemahnya selaput ketuban menahan janin (Budi, Ayu Novita,
2017).
2.3. PATOFISIOLOGI
Pecahnya selaput ketuban disebabkan oleh hilangnya elastisitas pada
daerah tepi robekan selaput ketuban. Selaput ketuban pecah karena pada
daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput
ketuban interior rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban pecah. Terdapat
keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraseluler matriks. Perubahan
struktur, jumlah sel dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen
berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah. Hilangnya elastisitas
selaput ketuban ini sangat erat kaitannya dengan jaringan kolagen, yang bisa
terjadi karena penipisan oleh infeksi atau rendahnya kadar kolagen. Kolagen
pada selaput terdapat pada amnion di daerah lapisan kompakta, fibroblas serta
pada korion di daerah lapisan retikuler atau trofoblas.
Faktor resiko terjadinya Ketuban Pecah dini adalah :
1. Berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen.
2. Kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat
pertumbuhan struktur abnormal karena merokok.

5
Pada kasus ketuban pecah dini preterm atau preterm premature rupture
of membrane (PPROM), sering kali proses patogenesis diawali adanya infeksi
urogenital. Infeksi di lokasi tersebut menyebabkan kolonisasi bakteri yang
dapat melemahkan kantong ketuban. Kolonisasi bakteri akan meningkatkan
produksi enzim protease dan kolagenase yang secara langsung memecah
komponen kantong ketuban. Selain itu, bakteri juga menyebabkan
ketidakseimbangan antara matriks metalloproteinase (MMP), enzim yang
mendegradasi protein matriks ekstraseluler, dengan tissue inhibitor of
metalloproteinase (TIMP) yang merupakan inhibitor dari enzim.

2.4. GEJALA/MANIFESTASI KLINIS KPD


Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui
vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak,
mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan
bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus
di produksi sampai kelahiran(Norma dan Dwi, 2013:248-249).
Adapun tanda dan gejala:
a. Keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.
b. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin
cairan tersebut masih merembes atau menetes dengan ciri pucat dan
bergaris warna darah.
c. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai
kelahiran.
d. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut,denyut jantung janin
bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.

2.5. PENATALAKSANAAN KPD


1. Penatalaksanaan KPD pada kehamilan aterm (>37 minggu)
Lama periode laten dan durasi KPD berhubungan dengan
peningkatan kejadian infeksi dan komplikasi lain dari KPD. Apabila

6
dalam 24 jam setelah selaput ketuban pecah belum ada tanda – tanda
persalinan maka dilakukan induksi persalinan dan apabila gagal
dilakukan bedah cesar. Pemberian antibiotik profiklasis dapat
menurunkan infeksi pada ibu. Waktu pemberian antibiotik hendaknya
diberikan setelah diagnosis KPD ditegakkan dengan pertimbangan
lebih dari 6 jam kemungkinan infeksi telah terjadi. Induksi persalinan
segera diberikan atau ditunggu sampai 6 – 8 jam. Pelaksanaan induksi
persalinan perlu pengawasan yang sangat ketat terhadap keadaan ibu,
janin dan jalannya proses persalinan. Induksi dilakukan dengan
memperhatikan bishop skor jika >5, induksi dilakukan, sebaliknya jika
bishop <5 dilakukan pematangan serviks dan jika tidak berhasil akhiri
persalinan dengan seksiosesaria.

2. Penatalaksanaan KPD pada kehamilan preterm (<37 minggu)


Jika umur kehamilan kurang bulan tidak dijumpai tanda –
tanda infeksi pengelolaannya bersifat konservatif disertai pemberian
antibiotik yang adekuat sebagai profilaksi. Penderita perlu dirawat
dirumah sakit, ditidurkan dalam posisi trendelenbarg, tidak perlu
pemeriksaan dalam utnuk mencegah terjadinya infeksi dan kehamilan
diusahakan bisa mencapai 37 minggu. Obat – obatan uteronelaksen
diberikan juga dengan tujuan menunda proses persalinan. Tujuan dari
pengelolaan konservatif dengan pemberian kortikosteroid agar
tercapainya pematangan paru. Pemberian kortikosteroid antenatal pada
preterm KPD telah di laporkan secara pasti dapat menurunkan
kejadian RDS. NIH telah merekomendasikan penggunaan
kortikosteroid pada preterm KPD pada kehamilan 30 – 32 minggu
yang tidak ada infeksi intraamnion. Sedian terdiri atas betametson 2
dosis masing – masing 12 mg i.m tiap 24 jam atau dexametson 4 dosis
masing – masing 6 mg tiap 12 jam.
2.6. Asuhan Keperawatan Ketuban Pecah Dini (KPD)

7
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber
untuk mengevaluasidan mengidentifikasi status kesehatan pasien.
a. Identitas pasien.
Melakukan pengkajian pada pasien dengan
menanyakan nama, umur, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, agama, suku, alamat, nomer rekam medis (RM),
tanggal masuk rumah sakit, (MRS), dan tanggal pengkajian,
dan kaji identitas penanggung jawab atas pasien.
b. Data kesehatan
Melakukan pengkajian keluhan utama pada pasien,
keluhan yang paling dirasakan pada pasien saat dilakukan
pengkajian.
c. Riwayat obstetrik dan ginekologi
Melakukan pengkajian pada pasien dengan
menanyakan riwayat menstruasi, riwayat pernikahan, riwayat
kehamilan, persalinan, nifas yang lalu, riwayat kehamilannya
saat ini, dan riwayat keuarga berencana.
d. Riwayat penyakit
Mengkaji riwayat penyakit pada pasien dan
keluarganya, apakah pasien dan keluarganya, apakah pasien
dan keluarga memiliki penyakit keturunan seperti hipertensi,
atau dibetes melitus (DM).
e. Pola kebutuhan sehari-hari
Melakukan pengkajian pola kebutuhan sehari-hari pada
pasien seperti pengkajian pada pernafasan, nutrisi (makan dan
minum), eliminasi (BAB dan BAK), gerak badan atau
aktivitas, istirahat tidur, berpakaian, rasa nyaman (pasien
merasakan adanya dorongan meneran, tekanan ke anus,

8
perinium menonjol).Kebersihan diri, rasa aman, pola
komunikasi atau hubungan pasien dengan orang lain, ibadah,
produktivitas, rekreasi, kebutuhan belajar.
f. Pemeriksaan fisik
Mengkaji keadaan umum pasien terlebih dahulu seperti
Glasgow Coma Scale (GCS), tingkat kesadaran, tanda-tanda
vital (TTV). Dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan fisik
head to toe dari :
 Kepala : pemeriksaan pada rambut, telinga,
mata, mulut, dan leher. Apakah ada kelainan
pada bagian tertentu, ada benjolan atau tidak,
ada edema atau tidak.
 Dada: pemeriksaan pada mamae, areola.
 Abdomen: pemeriksaan leopold, tinggi fundus
uteri (TFU), detak jantung janin (DJJ).
 Genetalia dan perineum : pemeriksaan dalam
seperti vaginal toucher (VT), status portio,
warna air ketuban.
 Ekstremitas atas dan bawah : lihat dan raba
apakah ada tanda – tanda edema, varises dll.
 Data penunjang : dilakukan atas indikasi
tertentu yang digunakan untuk memperoleh
keterangan yang lebih jelas seperti pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan USG.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan bagian vital dalam
menentukan asuhan keperawatan yang sesuai untuk membantu klien
mencapai kesehatan yang optimal. Tujuan diagnosis keperawatan
adalah untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga,

9
komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.
Diagnosis yang ditegakkan dalam penelitian ini adalah risiko infeksi.

Diagnosis Keperawatan dengan risiko infeksi

Masalah Keperawatan Resiko Infeksi


Kategori Lingkungan
Sub Kategori Keamanan dan proteksi
Beresiko mengalami peningkatan
Definisi
terserang organisme pathogen.
Ketidak adekuatan pertahanan
Faktor Risiko
tubuh primer.
Kondisi Klinis Ketuban pecah sebelum waktunya
Dari tabel di atas rumusan diagnosis keperawatan adalah risiko
infeksi dengan faktor ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
dibuktikan dengan ketuban pecah sebelum waktunya.

3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah tahap ketiga dari proses
keperawatan dimana perawat menetapkan tujuan dan hasil yang
diharapkan bagi pasien, ditentukan dan merencanakan intervensi
keperawatan.

Intervensi Asuhan Keperawatan pada Ibu Bersalin dengan


Ketuban Pecah Dini dalam mengatasi Risiko Infeksi

Diagnosis Tujuan / Kriteria Intervensi Keperawatan (SIKI)


Keperawatan Hasil (SLKI)
Risiko infeksi a. Kontrol Resiko a. Pencegahan Infeksi
dengan faktor Setelah diberikan Observasi :
ketidak adekuatan asuhan keperawatan 1.Monitor tanda dan gejala infeksi

10
pertahanan tubuh selama 3 x 24 jam lokal dan Sistemik
primer dibuktikan diharapkan risiko Terapeutik :
dengan ketuban infeksi tidak terjadi 1. Cuci tangan sebelum dan
pecah sebelum dengan kriteria hasil sesudah kontak dengan pasien dan
waktunya sebagai berikut: lingkungan pasien.
Edukasi :
1. Kemampuan 1. Jelaskan tanda dan gejala
mencari informasi infeksi
tentang factor risiko
meningkat b. Perawatan persalinan risiko
2. Kemampuan tinggi
mengidentifikasi Observasi :
faktor risiko 1. Identifikasi kondisi umum
meningkat pasien
3. Kemampuan 2. Monitor tanda-tanda vital ibu
Mengenali 3. Monitor tanda-tanda persalinan
perubahan status 4. Monitor denyut jantung janin
kesehatan 5. Identifikasi posisi janin dengan
meningkat USG
4. Kemampuan 6. Indentifikasi perdarahan pasca
Berpartisipasi dalam persalinan
skrining risiko Terapeutik :
meningkat 1.Siapkan peralatan yang sesuai,
risiko meningkat. termasuk monitor janin,
b. Status ultrasound, mesin anestesi,
Intrapartum persediaan resusitasi neonatal,
Setelah diberikan forceps, dan penghangat bayi
asuhan keperawatan ekstra
selama 3 x 24 jam 2. Dukung orang terdekat
diharapkan status mendampingi pasien

11
3. Gunakan tindakan pencegahan
universal
4. Lakukan perineal scrub
intrapartum 5. Fasilitasi rotasi manual kepala
membaik janin dari oksiput posterior ke
dengan kriteria hasil: posisi anterior
6. Fasilitasi tindakan forceps atau
1. Frekuensi ekstraksi vakum, jika perlu
kontraksi uterus 7. Lakukan resusitasi neonatal,
membaik jika perlu
2. Periode kontraksi 8. Fasilitasi ibu pulih dari
uterus membaik anestesi, jika perlu
3. Intensitas 9. Motivasi interaksi orang tua
kontraksi dengan bayi baru lahir segera
uterus membaik setelah persalinan
4. Tekanan darah 10. Dokumentasikan prosedur
dalam rentang Edukasi :
normal (100 – 140 1. Jelaskan prosedur tindakan
mmHg) yang akan
5. Frekuensi nadi dilakukan
dalam rentang 2. Jelaskan karakteristik bayi baru
normal (60 – 100kali lahir yang
per menit) terkait dengan kelahiran berisiko
6. Suhu tubuh dalam tinggi
rentang normal Kolaborasi :
(36,5 ⸰ - 37,5 ◦) 1. Kordinasi dengan tim untuk
standby
2. Kolaborasi pemberian anestesi
maternal, sesuai kebutuhan

12
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan implementasi keperawatan merupakan komponen
dari proses keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
dilakukan dan diselesaikan. Implementasi merupakan fase dimana
perawat melaksanakan serta melakukan intervensi keperawatan yang
sudah direncanakan. Implementasi terdiri dari melakukan serta
mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan dari
keperawatan khusus yang diperlukan untuk melaksanakan suatu
intervensi. Perawat melakukan serta mendelegasikan tindakan
keperawatan untuk intervensi yang disusun dalam tahap perencanaan
kemudian mengakhiri tahap implementasi dengan cara mencatat
tindakan keperawatan serta respon pasien terhadap tindakan yang telah
diberikan.

5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari proses
keperawatan untuk mengukur respon pasien terhadap tindakan
keperwatan dan kemajuan pasien ke arah pencapaian tujuan. Evaluasi
dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil evaluasi terdiri dari
evaluasi formatif yaitu evaluasi yang menghasilkan umpan balik
selama program berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif yaitu
evaluasi yang dilakukan setelah program selesai serta mendapatkan
informasi efektifitas pengambilan keputusan. Evaluasi asuhan
keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subjektif,
objektif, assessment, planning). Komponen SOAP yaitu S (subjektif)
merupakan dimana perawat menemukan keluhan ibu yang masih
dirasakan setelah dilakukan tindakan keperawatan, O (objektif) yaitu
data yang berdasarkan hasil pengukuran serta observasi perawat

13
secara langsung pada ibu , A (assessment) yaitu interpretasi dari data
subjektif dan objektif untuk menentukan tindak lanjut serta penentuan
apakah implementasi yang diberikan akan dilanjutkan atau sudah
terlaksana dengan baik, P (planning) merupakan perencanaan
keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi, serta
ditambah dari rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan
sebelumnya.

Evaluasi asuhan keperawatan pada ibu bersalin dengan ketuban


pecah dini dalam mengatasi risiko infeksi

No. Diagnosis Keperawatan Evaluasi


1. Risiko infeksi dengan S (Subjektif)
faktor risiko ketidak  Data yang dari respon
adekuatan pertahanan pasien secara verbal
tubuh primer dibuktikan a.) Pasien mengatakan tidak
dengan ketuban pecah ada demam
sebelum waktunya O (Objektif)
 Data yang diperoleh dari
respon pasien secara
nonverbal atau melalui
pengamatan perawat
a.) Cairan ketuban tidak
berbau busuk
b.)Kadar sel darah putih
dalam batas normal
A (Asessment)
 Tindak lanjut dan penentuan
apakah implementasi akan
dilanjutkan atau sudah
terlaksana dengan baik.

14
P (Planning)
a.) Pertahankan kondisi pasien
apabila tujuan tercapai.
b.) Lanjutkan intervensi apabila
terdapat tujuan yang belum mampu
dicapai oleh pasien

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

15
KPD adalah bocornya selaput air ketuban (likuor amnii) secara
spontan dari rongga amnion di mana janin di tampung. Faktornya
kemungkinan infeksi, jumlah paritas, serviks yang inkompeten, tekanan
pada intera uterin yang meninggi, trauma, dan kelainan letak. Pecahnya
selaput ketuban disebabkan oleh hilangnya elastisitas pada daerah tepi
robekan selaput ketuban. Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan
ketuban merembes melalui vagina. Penatalaksanaan KPD pada kehamilan
aterm (>37 minggu) dan penatalaksanaan KPD pada kehamilan preterm
(<37 minggu). Asuhan Keperawatan KPD dimulai dari pengkajian,
diagnosis, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

B. Saran

Bagi klien :

 Menganjurkan kepada ibu untuk mengkomsumsi makanan yang


bergizi dan seimbang.
 Menganjurkan ibu untuk banyak istirahat.
 Menganjurkan agar ibu menjaga kebersihan diri termasuk
kebersihan genetalia.
Bagi perawat :

Perawat sebagai tenaga kesehatan diharapkan mampu memeberikan


pelayanan yang sesuai sehingga dapat membantu menurunkan angka
kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB).

DAFTAR PUSTAKA

Wiwi Agustina “Manajemen asuhan kebidanan intranatal pada Ny”M” dengan


persalinan ketuban pecah dini di RSUD Syekh Yusuf Gowa”. http://repositori.uin-

16
alauddin.ac.id/12958/1/Wiwi%20Agustina_70400115016.pdf (Di Akses Tanggal 26
Juli 2021).

Budi Rahayu Dan Ayu Novita Sari “Study Deskriptif Penyebab Kejadian Ketuban
Pecah Dini (Kpd) Pada Ibu Bersalin’’. Vol V, No 2 (2017).
Http://Ejournal.Almaata.Ac.Id/Index.Php/Jnki/Article/View/450/420 (Di Akses
Tanggal 26 Juli 2021)

Dinas Kesehatan Kabupaten Gowa, Profil Kesehatan Kabupaten Gowa, 2014.

Http://Pusdatin.Kemkes.Go.Id/Resource/Download/Profil/Profil Kab Kota

2014/7306. Sulsel Kab Gowa 2014 (Di Akses Tanggal 26 Juli 2021).

Sepduwiana, henny”Faktor Terjadinya KPD Pada Ibu Bersalin Di RSUD Rokan

Hulu.”jurnal maternity and neonatal.”vol.1 no.3 (2011).

http://ejournal.uppa.ac.id/index.php/akb/article/download/1103/804 (Diakses tanggal

27 Juli 2021)

17

Anda mungkin juga menyukai