Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KEPERAWATAN MATERNITAS
KETUBAN PECAH DINI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Maternitas
Dosen Pengampu : Siti Handayani, S.ST., M.Kes

Disusun Oleh :
Kelompok 13
Fika Ayub Krisnawati (P27220021068)
Fitri Rosdiana (P27220021069)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
2022/2023
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................................ 2
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 2
1.4. Manfaat Penulisan ................................................................................................... 2
BAB II KONSEP DASAR ............................................................................................ 3
2.1. Definisi .................................................................................................................... 3
2.2. Etiologi .................................................................................................................... 3
2.3. Klasifikasi ................................................................................................................ 4
2.4. Patofisiologi ............................................................................................................. 4
2.5. Gejala Klinis ........................................................................................................... 5
2.6. Komplikasi .............................................................................................................. 5
2.7. Penatalaksanaan ...................................................................................................... 6
2.8. Pencegahan .............................................................................................................. 7
BAB III KONSEP DASAR KEPERAWATAN ........................................................... 8
3.1 Pengkajian ................................................................................................................ 8
3.2 Diagnosa Keperawatan ............................................................................................. 8
3.3 Intervensi ................................................................................................................. 9
3.4 Implementasi ............................................................................................................ 10
3.5 Evaluasi ................................................................................................................... 11
BAB IV PENUTUP ...................................................................................................... 12
4.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 12
4.2 Saran ........................................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 13

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Surakarta, 09 Agustus 2022

Kelompok 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Selaput ketuban yang membatasi rongga amnion terdiri atas amnion dan
korionyang sangat erat kaitannya. Lapisan ini terdiri atas beberapa sel seperti sel epitel,
sel mesenkim dan sel trofoblast yang terikat erat dalam metrics kolagen. Selaput ketuban
berfungsi menghasilkan air ketuban dan melindungi janin terhadap infeksi.Dalam
keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan.
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan.
Hal ini merupakan masalah penting dalam bidang kesehatan yang berkaitan dengan
penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis, serta
menyebabkan infeksi pada ibu yang menyebabkan meningkatnya morbiditas dan
mortalitas ibu dan bayi. Ketuban pecah dini kemungkinan besar menimbulkan
risikotinggi infeksi dan bahaya kompresi tali pusat, maka dalam penatalaksanaan
perawatannya dianjurkan untuk pemantauan ibu maupun.
Bila KPD terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah dini
dalam kehamilan preterm, dan bila terjadi di usia kehamilan cukup bulan (37-42 minggu)
disebut ketuban pecah dini dalam kehamilan aterm. Insidensi KPD berkisar antara 8-10%
dari semua kehamilan. Pada kehamilan aterm insidensinya bervariasi antara 6-19 %
sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya 2% dari semua kehamilan.
Menurut World Health Organization (WHO) memperkirakan, diseluruh dunia
setiap tahunnya lebih dari 585.000 ibu meninggal saat hamil atau bersalin salah satu
penyebab kematian ibu adalah infeksi yang dapat disebabkan oleh KPD. Ketuban pecah
dini merupakan komplikasi kehamilan 10% kehamilan aterm dan 4% kehamilan preterm.
Angka kejadian KPD di dunia mencapai 12,3% dari total persalinan. Sebagian besar KPD
terjadi di negara berkembang seperti di Asia.

1
1.2 Rumusan Masalah
A. Bagaimana konsep dasar KPD ?
B. Bagaimana konsep keperawatan KPD ?
1.3 Tujuan Penulisan
A. Untuk mengetahui konsep dasar KPD .
B. Untuk mengetahui konsep keperawatan KPD .
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini untuk mengatasi dampak dari masalah ketuban pecah dini
(KPD) yang biasanya menjadi masalah uatama pada ibu hamil , dan juga sebagai
pengetahuan pada ibu hamil tentang konsep dasar dari ketuban pecah dini .

2
BAB II

KONSEP DASAR

A. Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini


2.1 Definisi Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dini (KPD) atau ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW)
didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat
terjadi pada kehamilan aterm maupun pada kehamilan preterm.

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya tanpa disertai
tanda inpartu dan setelah satu jam tetap tidak diikuti dengan proses inpartu
sebagaimana mestinya. Menurut Nugroho (2012) menyatakan KPD adalah pecahnya
ketuban sebelum waktunya melahirkan sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm
(fase laten).

2.2 Etiologi Ketuban Pecah Dini


Penyebab Ketuban pecah dini masih belum diketahui dan tidak dapat
ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang
berhubungan erat dengan Ketuban pecah dini, namun faktor-faktor mana yang lebih
berperan sulit diketahui. Adapun faktor predisposisi pada ketuban pecah dini adalah:
a) Faktor umum
Faktor umum yang mempengaruhi terjadinya ketuban pecah dini yaitu:
1. Infeksi lokal pada saluran kelamin
2. Faktor sosial seperti: perokok, peminum dan keadaan sosial ekonomi rendah.
b) Faktor keturunan
1. Faktor keturunan yang mempengaruhi terjadinya ketuban pecah dini yaitu
kelainan genetik
2. Faktor rendahnya vitamin C dan ion Cu dalam serum karena asupan nutrisi
makanan ibu yang kurang.
c) Faktor obstetrik
Faktor obsetrik yang mempengaruhi terjadinya ketuban pecah dini yaitu:
1. Overdistensi uterus seperti kehamilan kembar dan hidramnion
2. Serviks inkompeten yaitu, ketidakmampuan serviks untuk mempertahankan
suatu kehamilan oleh karena defek fungsi maupun struktur pada serviks
3. Serviks konisasi atau menjadi pendek
3
4. Terdapat sefalopelvik disproporsi yaitu, kepala janin belum masuk pintu atas
panggul dan kelainan Ietak janin, sehingga ketuban bagian terendah langsung
menerima tekanan intrauteri yang dominan.
d) Faktor yang tidak diketahui sebabnya.

2.3 Klasifikasi Ketuban Pecah Dini


Klasifikasi ketuban pecah dini dibagi atas usia kehamilan yaitu:
1) Ketuban pecah dini atau disebut juga Premature Rupture of Membrane atau
Prelabour Rupture of Membrane (PROM), adalah pecahnya selaput ketuban pada
saat usia kehamilan aterm.
2) Ketuban pecah prematur yaitu pecahnya membran korioamniotik sebelum usia
kehamilan yaitu kurang dari 37 minggu atau disebut juga Preterm Premature
Rupture of Membrane atau Preterm Prelabour Rupture of Membrane (PPROM).

2.4 Patofisiologi Ketuban Pecah Dini


Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi
uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu
terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh.
Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraseluler matriks.
Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas
kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah. Faktor risiko untuk
terjadinya ketuban pecah dini adalah berkurangnya asam askorbik sebagai komponen
kolagen serta kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat pertumbuhan
struktur abnormal karena antara lain merokok. Degradasi kolagen dimediasi oleh
matriks metalloproteinase (MMP) yang dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan
inhibitor protease (TIMP-1).
Mendekati waktu persalinan,keseimbangan antara MMP dan TIMP-1 mengarah pada
degradasi proteolitik dari matriks ekstraseluler dan membran janin. Aktivitas
degradasi proteolitik ini meningkat menjelang persalinan. Pada penyakit periodontitis
dimana terdapat peningkatan MMP, cenderung terjadi ketuban pecah dini.
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga,
selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada
hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim dan gerakan janin. Pada
trisemester terakhir terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban.
4
Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis. Ketuban
pecah dini prematur sering terjadi pada polihidramnion, inkompetens serviks dan
solusio plasenta. Selain itu, faktor yang paling sering menyebabkan ketuban pecah
dini adalah faktor ekstemal misalnya infeksi.
Pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan proses biokimia yang terjadi
dalam kolagen matriks ektraseluler amnion, kotion dan apoptosis membran janin.
Membran janin dan desidua bereaksi terhadap stimuli seperti infeksi dan peregangan
selaput ketuban dengan memproduksi mediator seperti prostaglandin, sitokinin, dan
protein hormon yang merangsang aktivitas ""matriks degrading enzyme".

2.5 Gejala Klinis Ketuban Pecah Dini


Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban melalui vagina. Aroma air
ketuban berbau amis, berbeda dengan urin yang berbau pesing seperti bau amoniak,
dengan ciri pucat. Cairan ini tidak akan habis atau kering karena terus diproduksi
sampai kelahiran. Cairan ketuban berwama jemih, kadang-kadang bercampur lendir
darah. Apabila telah terjadi infeksi, maka dapat terjadi demam, keluarnya bercak
vagina yang banyak, nyeri perut, dan denyut jantung janin bertambah cepat. Secara
garis besar tanda dan gejala yang timbul pada ketuban pecah dini yaitu:
a) Tanda maternal
Tanda pada ibu yang timbul antara lain, demam, takikardi, kontraksi uterus,
keluamya cairan ketuban melalui vagina, cairan amnion yang keruh dan berbau
serta Leukositosis.
b) Tanda Fetal
Tanda pada janin setelah dilahirkan antara lain, takikardi.
c) Tanda Cairan amnion
Tanda pada cairan amnion antara lain, volume cairan ketuban berkurang.

2.6 Komplikasi Ketuban Pecah Dini


Komplikasi yang kemungkinan dapat terjadi antara lain, infeksi intrauterin, tali pusat
menumbung, persalinan prematur, dan distosia (oleh partus kering).Adapun pengaruh
ketuban pecah dini terhadap ibu dan Janin adalah:
a) Bagi ibu :
- Infeksi dalam persalinan.
- Partus lama.
5
- Perdarahan pasca persalinan.
- Meningkatkan tindakan operatif obstetrik (khususnya seksio sesaria).
- Morbiditas dan mortalitas maternal.

b) Bagi janin :
1. Persalinan Prematur
Masalah yang dapat terjadi pada persalinan prematur diantaranya adalah
sindrom gawat napas, hipotermia, masaiah asupan makanan neonatus,
prematuritas retinopati, perdarahan intraventrikular, necrotizing enterocolitis,
gangguan otak (risiko untuk cerebral palsy), hiperbilirubinemia. anemia, dan
sepsis.
2. Prolaps funiculii penurunan tali pusat
Hal ini bisa menyebabkan gawat Janin dan kematian janin akibat hipoksia
(sering terjadi pada presentasi bokong atau Ietak lintang).
3. Hipoksia dan asfiksia
Mengakibatkan kompresi tali pusat, prolaps uteri, nilai APGAR rendah,
ensefalopati, cerebral palsy, perdarahan intracranial, gagal ginjal, dan sindrom
gawat napas.

2.7 Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini


Penanganan ketuban pecah dini bisa dilakukan dengan 2 hal yaitu:
a) Konservatif
1. Rawat di Rumah Sakit
2. Berikan Antibiotik (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tak tahan
ampisilin) dan metrodinazol 2 x 500 mg selama 7 hari
3. Jika umur kehamilan < 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih
keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi
4. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa
negatif: beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan
janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu
5. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan
tokolitik (salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24 jam

6
6. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi beri antibiotik dan lakukan
induksi
7. Nilai tanda-tanda infeksi(suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra uterin)
8. Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memacu
kematangan paru janin dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan
spingomielin tiap minggu. Dosis deksametason IM 5 mg setiap 6 jam
sebanyak 4 kali.
b) Aktif
1. Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin. bila gagal seksio sesarea.
Dapat pula diberikan misoprostol 50 gg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4
kali.
2. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan anlibiotika dosis tinggi, dan persalinan
diakhiri:
- Bila skor pelvik <5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika
tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea.
- Bila syok pelvik >5, induksi persalinan, partus pervaginaan.

B. Pencegahan Ketuban Pecah Dini


Pencegahan ketuban pecah dini terbagi 2 yaitu:
a) Pencegahan primer
Untuk mengurangi terjadinya pecah ketuban dini. dianjurkan bagi ibu hamil untuk
mengurangi aktivitas pada akhir trimester kedua dan awal trimester ke 3, serta
tidak melakukan kegiatan yang membahayakan kandungan selama kehamilan. Ibu
hamil juga harus dinasihatkan supaya berhenti merokok dan minum alkohol. Berat
badan ibu sebelum kehamilan juga harus cukup mengikuti Indeks Massa Tubuh
(IMT) supaya tidak berisiko timbul komplikasi.
b) Pencegahan sekunder
Mencegah infeksi intrapartum dengan anlibiotika spektrum luas: gentamicin iv 2
x 80 mg. ampicillin iv 4 x I mg, amoxicillin iv 3x I mg, penicillin iv 3 x 1.2 juta
IIJ. metronidazol drip. Pemberian kortikosteroid pada ibu bisa menimbulkan
konlroversi, karena di satu pihak dapat memperburuk keadaan ibu karena
menurunkan imunitas, di lain pihak dapat menstimulasi pematangan paru janin
(surfaktan).

7
BAB III

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalampengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi statuskesehatan klien (nursalam , 2008)
a. Identitas klien
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan dahulu
d. Data objektif
Pemeriksaan fisik
1) Kepala dan leher
2) Dada
3) Abdomen
4) Genetalia
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Risiko tinggi infeksi maternal yang berhubungan dengan prosedur invasif,
pemeriksaan vagina berulang, dan ruptur membran amniotik.
2. Gangguan kerusakan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan
kompresi mekanisne kepala, penurunan perfusi plasenta,persalinan lama
3. ansietas yang berhubungan dengan situasi kritis, ancaman pada diri
sendiri/ janin
4. Risiko tinggi cidera brhubungan dengan malpresentasi, posisi, pencetus
kelahiran.
3.3 Intervensi
1. Risiko tinggi infeksi maternal yang berhubungan dengan prosedur
invasif, pemeriksaan vagina berulang, dan ruptur membran amniotic
Intervensi :
a. Lakukan pemeriksaan vagina awal, ulangi bila pola kontraksi atau
perilaku ibu menandakan kemajuan .
Rasional : Pengelungan pemeriksaan vagina berperan dalam
insiden infeksi saluran asenden.
8
b. Gunakan teknik aseptik selama pemeriksaan vagina.
Rasional : Mencegah pertumbuhan bakteri dan kontaminasi
pada vagina
c. Anjurkan perawatan perinium setelah eliminasi setiap 4 jam dan
sesuai indikasi.
Rasional : Menurunkan risiko infeksi saluran asenden.
d. Pantau suhu, nadi, pernafasan dan sel darah putih sesuai indikasi.
Rasional : Pada infeksi, cairan amnion menjadi lebih kental dan
kuning pekat serta dapat terdeteksi adanya bau yang kuat.
2. Gangguan kerusakan pertukaran gas pada janin berhubungan
dengan kompresi mekanisne kepala, penurunan perfusi
plasenta,persalinan lama.
Intervensi :
a. Pantau DJJ setiap 15-30 menit
Rasional : takikardi atau bradikardi janin adalah indikasi dari
kemungkinan penurunan yang mungkin perlu intervesi.
b. Pemeriksaan DJJ dengan segera bila terjadi pecah ketuban dan
periksa 5 menit kemudian, observasi perineum ibu mendeteksi
prolaps tali pusat.
Rasional : Mendeteksi distres janin karena kolab alveoli
c. Perhatikan dan catat warna serta jumlah cairan amnion dan waktu
pecahnya ketuban.
Rasional: Pada presentasi verteks, hipoksia yang lama
mengakibatkan cairan amnion berwarna seperti mekonium karena
rangsangan vagal yang merelaksasikan sfingter anus janin.
d. Siapkan untuk melahirkan dengan cara yang paling baik atau
dengan intervensi bedah bila tidak terjadi perbaikan.
Rasional :Dengan penurunan viabilitas mungkin memerlukan
kelahiran seksio caesaria untuk mencegah cedera janin dan
kematian karena hipoksia.
3. Ansietas yang berhubungan dengan situasi kritis, ancaman pada diri
sendiri/ janin

9
Intervensi :
a. Kaji tingkat ansietas klien melalui isyarat verbal dan nonverbal.
Rasional : Mengidentifikasi tingkat intervensi yang perlu. Ansietas
berlebihan meningkatkan presepsi nyeri dan dapat mempunyai
dampak negatif terhadap hasil persalinan.
b. Berikan dukungan profesional intrapratal kontinu. Informasikan
klien bahwa ia tidak akan ditingalkan sendirian.
Rasional : Rasa takut terhadap penolakan dapat makin berat sesuai
kemajuan persalinan.
c. Anjurkan penggunaan teknik pernafasan dan relaksasi. Bernafas
dengan klien /pasangan bila perlu.
Rasional : Membantu dan menurunkan ansietas dan presepsi
terhadap nyeri dalam korteks serebral, meningkatkan rasa control
d. Pantau DJJ dan variabilitasi, pantau TD ibu.
Rasional : Ansietas yang lama dapat mengakibatkan
ketidakseimbangan endokrin, dengan kelebihan pelepasan
epineprin dan norepineprin meningkatkan TD dan Nadi.
4. Risiko tinggi cidera brhubungan dengan malpresentasi, posisi,
pencetus kelahiran.
Intervensi
a. Kaji posisi janin, station, dan presentasi.
Rasional : Malpresentasi seperti wajah, mentum ( dagu) atau
kening dapat memperlama persalinan dan meningkatkan
kemungkinan akan perlunya kelahiran sesaria.
b. Pantau kemajuan persalinan dan kecepatan turunya janin.
Rasional : Persalinan yang tergesa-gesa meningkatan resiko trauma
kepala janin karena tulang tengkorak tidak mempunyai waktu
cukup untuk menyelaraskan dengan dimensi jalan lahir.
c. Kaji jumlah cairan amnion yang dikeluarkan pada waktu ketuban
pecah dan kemudian selama kontraksi.
Rasional : Hidroamnion dihubungan dengan gangguan janin seperti
anesepali, gangguan saluran gas trointestinal, disfungsi ginjal, dan
diabetes maternal.
10
d. Perhatikan warna cairan amnion.
Rasional : Cairan amnion yang mengandung mekonium berwarna
kehijauan, dapat menandakan distres janin karena hipoksia pada
presentasi verteks atau kompresi saluran intestinal janin pada
presentasi bokong.
e. Kolaborasi dengan kelahiran vagina bila janin pada posisi
posterior.
Rasional :Posisi posterior meningkatkan kemungkinan trauma janin
karena cidera leher.

3.4 Implementasi
Merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan mencakup
tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan
keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat. Tindakan
kolaborasi adalah tindakan keperwatan yang didasarkan oleh hasil keputusan
bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain (mitayani 2009 :78).
3.5 Evaluasi
1. Bebas dari infeksi
2. Bebas dari variabel atau deselerasi lanjut dengan DJJ. Menggunakan
posisi yang meningkatkan aliran balik vena/ sirkulasi plasenta.
3. Melaporkan ansietas berkurang/ dapat diatasi Tampak rileks
4. Melakukan sendiri teknik pernafasan dan rileksasi.
5. Bebas dari trauma yang dapat dicegah atau kompliksai lain.

11
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pemeriksaan dalam dengan jari meningkatkan resiko infeksi dan tidak perlu
dilakukan pada wanita dengan pecah ketuban dini, karena ia akan diurussesuai
kebutuhan persalinan sampai persalinan terjadi atau timbul tanda dangejala
korioamninitis. Jika timbul tanda dan gejala korioamnionitis,diindikasikan
untuk segera berkonsultasi dengan dokter yang menanganiwanita guna
menginduksi persalinan dan kelahiran. Pilihan metode persalinan(melalui
vagina atau SC) bergantung pada usia gestasi, presentasi dan
beratkorioamnionitis.

4.2 Saran
Ketuban Pecah Dini dapat menimbulkan kecemasan pada wanita dan
keluarganya. Perawat harus membantu wanita mengeksplorasi rasa takut yang
menyertai perkiraan kelahiran janin premature serta risiko tambahan
korioamnionitis. Rencana penatalaksanaan yang melibatkan kemungkinan
periode tirah baring dan hospitalisasi yang memanjang harus didiskusikan
dengan wanita dan keluarganya. Pemahaman dan kerja sama keluarga
merupakan hal yang penting untuk kelanjutan kehamilan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Nurul A.2021. Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kejadian ketuban


pecah dini pada kehamilan aterm di RSUD Lanto DG.Pasewang Jeneponto.
Ana Ratnawati, A.Per.Pend.,S.Kep.,Ns, M.Kep. 2017. Asuhan Keperawatan
Maternitas. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

13

Anda mungkin juga menyukai