Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KETUBAN PECAH DINI (KPD)


Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Kenaikan Pangkat
Dari Golongan III B ke III C

Disusun Oleh :
Nama : RAHMADIANA FITRI
NIP : 198605102010012018

RSUD DR. R. SOEDJONO SELONG LOMBOK TIMUR


TAHUN 2021

1
ii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah..........................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................4
C. Tujuan......................................................................................................5
D. Manfaat Makalah.....................................................................................5
BAB IIPEMBAHASAN..........................................................................................6
A. Definisi………………………....................................………………… 6
B. Penyebab. ……………………..............................................................6
C. Tanda dan Gejala…………………………….......................................... 8
D. Patofisiologi…………………………………………...............................8
E. Pengaruh KPD…………………………….............................................. 9
F. Komplikasi KPD……………………...................................................... 9
G. Penatalaksanaa…………………….......................................................... 9
BAB III PENUTUP................................................................................................12
A. Kesimpulan................................................................................................12
B. Saran...........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

2
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur terucap untuk Allah Swt., Tuhan Yang Maha Sempurna. Hanya
karena kemurahan-Nya, Penyusun dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi
persyaratan untuk Kenaikan Pangkat dari golongan IIIB ke IIIC
Makalah ini berjudul “Ketuban Pecah Dini (KPD)” dapat selesai dengan baik
tentunya tidak luput dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan ini pula,
kami akan menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
makalah ini secara langsung ataupun tidak langsung.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat, dan atas segala kesalahan yang dalam
pembuatan makalah ini,penyusun memohon maaf.

Selong, Oktober 2021

Penyusun

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Selaput ketuban yang membatasi rongga amnion terdiri atas amnion dan korion yang
sangat erat kaitannya. Lapisan ini terdiri atas beberapa sel seperti sel epitel, sel mesenkim
dan sel trofoblast yang terikat erat dalam metrics kolagen. Selaput ketuban berfungsi
menghasilkan air ketuban dan melindungi janin terhadap infeksi.
Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan. Ketuban
pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Bila ketuban pecah
dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu, disebut ketuban pecah dini pada kehamilan
premature. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban
pecah dini. Kejadian KPD berkisar 5-10% dari semua kelahiran, dan KPD preterm terjadi
1% dari semua kehamilan. 70% kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup bulan. KPD
merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak 30%.
Pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan perubahan proses biokimia yang terjadi
dalam kolagenmatriks eksta seluler amnion, korion, dan apoptosis membrane janin.
Membrane janin dan desidua bereaksi terhadap stimuli, seprti infeksi dan peregangan
selaput ketuban dengan memproduksi mediator seperti prostaglandin, sitokinin dan protein
hormone. 

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam
makalah ini yaitu :
1. Apa Definisi KPD ?
2. Apa Penyebab KPD ?
3. Bagaimana Tanda dan Gejala KPD?
4. Apa Patofisiologi KPD?
5. Baaimana Pengaruh KPD?
6. Apa Komplikasi KPD?
7. Bagaiamana Penatalaksanaan KPD?

4
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Pembaca dapat memahami tentang Ketuban Pecah Dini dalam kehamilan.
2. Tujuan Khusus
Untuk memahami Apa Definisi,Penyebab, Tanda dan Gejala, Patofisiologi,
Pengaruh, Komplikasi dan Penatalaksanaan KPD.

D. Manfaat
1. Bagi institusi
Makalah Ketuban Pecah Dini ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam
menunjang pendidikan kebidanan
2. Bagi instansi
Makalah tentang Ketuban Pecah Dini (KPD) dapat dijadikan sebagai bahan referensi
dan pedomanan dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi proses
persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu
(Cunningham, Mc. Donald, gant, 2002).
Ketuban Pecah Dini adalah rupturnya membrane ketuban sebelum persalinan
berlangsung (Manuaba, 2002)
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum
waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu.
KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya
melahirkan.

6
B. PENYEBAB
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran
atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya
kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan
serviks. Selain itu ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversi obstetri. Penyebab
lainnya adalah sebagai berikut :
1. Inkompetensi serviks (leher rahim)
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot leher atau
leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka
ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin
besar.  Adalah serviks dengan suatu kelainan anatomi yang nyata, disebabkanlaserasi
sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu kelainan congenital pada
serviks yang memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihantanpa perasaan nyeri dan
mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti
dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil konsepsi (Manuaba,
2002).
2. Peninggian tekanan inta uterin
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihandapat
menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya :
a. Trauma : Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis
b. Gemelli (Kehamilan kembar) adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada
kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan
adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya
berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban ) relative kecil
sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan
selaput ketuban tipis dan mudah pecah.  (Saifudin. 2002)

7
c. Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan dengan
makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over distensi dan
menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah sehingga menekan selaput
ketuban, manyebabkan selaput ketuban menjadi teregang,tipis, dan kekuatan
membrane menjadi berkurang, menimbulkan selaput ketuban mudah pecah.
(Winkjosastro, 2006)
d. Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000mL. Uterus
dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak. Hidramnion kronis
adalah peningaktan jumlah cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur.
Hidramnion akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami
distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja
3. Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.
4. Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP (sepalo pelvic
disproporsi).
5. Korioamnionitis Adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh
penyebaranorganism vagina ke atas. Dua factor predisposisi terpenting adalah
pecahnyaselaput ketuban > 24 jam dan persalinan lama.
6. Penyakit Infeksi Adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme
yangmeyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi menyebabkanterjadinya
proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga
memudahkan ketuban pecah.
7. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik) 
8. Riwayat KPD sebelumya
9. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
10. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu

8
C. TANDA DAN GEJALA
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. 
Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut
masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini
tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila
Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya
“mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara.
Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah
cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.

DIAGNOSIS
 Pastikan selaput ketuban pecah.
 Tanyakan waktu terjadi pecah ketuban.
 Cairan ketuban yang khas jika keluar cairan ketuban sedikit-sedikit, tampung cairan
yang keluar dan nilai 1 jam kemudian.
 Jika tidak ada dapat dicoba dengan menggerakan sedikit bagian terbawah janin atau
meminta pasien batuk atau mengedan.
 Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus (nitrazintes), jika
lakmus merah berubah menjadi biru menunjukan adanya cairan ketuban (alkalis). pH
normal dari vagina adalah 4-4,7 sedangkan pH cairan ketuban adalah 7,1-7,3. Tes
tersebut dapat memiliki hasil positif yang salah apabila terdapat keterlibatan
trikomonas, darah, semen, lendir leher rahim, dan air seni. 
 Tes Pakis, dengan meneteskan cairan ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering.
Pemeriksaan mikroskopik menunjukan kristal cairan amniom dan gambaran daun
pakis.
 Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan USG.
 Tentukan ada tidaknya infeksi.
 Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 38OC serta cairan ketuban keruh
dan berbau.

9
 Leukosit darah lebih dari 15.000/mm3.
 Janin yang mengalami takikardi, mungkin mengalami infeksi intrauterin.
Pemeriksaan Diagnostik
a. Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat mengindentifikasikan kehamilan ganda, anormaly janin atau
melokalisasi kantong cairan amnion pada amniosintesis.
b. Amniosintesis
Cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi kematangan paru janin.
c. Pemantauan janin
Membantu dalam mengevaluasi janin
d. Protein C-reaktif
Peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan peringatan korioamnionitis

D. PATOFISIOLOGI
Banyak teori, mulai dari defect kromosom, kelainan kolagen, sampai infeksi.
Pada sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan infeksi (sampai 65%).
 High virulensi : Bacteroides
 Low virulensi : Lactobacillus
Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblast, jaringa retikuler
korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh system
aktifitas dan inhibisi interleukin -1 (iL-1) dan prostaglandin. Jika ada infeksi dan
inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas iL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase
jaringan, sehingga terjadi depolimerasi kolagen pada selaput korion/ amnion,
menyebabkan ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.

E. FAKTOR RISIKO
1. Terhadap Janin
Walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin sudah
terkena infeksi, karena infeksi intrauterin lebih dahulu terjadi (amnionitis,vaskulitis)

10
sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan meninggikan morrtalitas danmorbiditas
perinatal.
2. Terhadap Ibu
Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila terlalu
sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi puerpuralis atau nifas,
peritonitis dan septikemia, serta dry-labor. Ibu akan merasa lelah karena terbaring di
tempat tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu badan naik, nadi cepat dan
nampaklah gejala-gejala infeksi lainnya

F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia
kehamilan. Dapat terjadi Infeksi Maternal ataupun neonatal, persalinan prematur,
hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden SC, atau
persalinan gagalnya normal. 
1. Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten
tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah
ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam.
Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
2. Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada ibu terjadi
Korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis.
Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban Pecah Dini
premature, infeksi lebih sering dari pada aterm. Secara umum insiden infeksi
sekunder pada KPD meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.
3. Hipoksia dan asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga
terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan
derajat oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.

11
4. Syndrom deformitas janin
Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin
terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta
hipoplasi pulmonal.

G. PENATALAKSANAAN
1. Konservatif 
o Rawat di rumah sakit
o Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan solusioplasenta
o Jika ada tanda-tanda infeksi (demam dan cairan vagina berbau),
berikanantibiotika sama halnya jika terjadi amnionitosis
o Jika tidak ada infeksi dan kehamilan < 37 minggu:
o Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin
- Ampisilin 4x 500mg selama 7 hari ditambah eritromisin 250mg per
oral 3x perhari selama 7 hari.
o Jika usia kehamilan 32 - 37 mg, belum inpartu, tidak ada infeksi,
beridexametason, dosisnya IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 x, observasi
tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin.
o Jika usia kehamilan sudah 32 - 37 mg dan sudah inpartu, tidak ada infeksi
maka berikan tokolitik ,dexametason, dan induksi setelah 24 jam.
2. Aktif 
o Kehamilan lebih dari 37 mg, induksi dengan oksitosin
o Bila gagal Seksio Caesaria dapat pula diberikan misoprostol 25 mikrogram – 50
mikrogram intravaginal tiap 6 jam max 4 x.
o Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan
diakhiri. 
Indikasi melakukan induksi pada ketuban pecah dini adalah sebagai berikut :

12
1) Pertiimbangan waktu dan berat janin dalam rahim. Pertimbangan
waktuapakah 6, 12, atau 24 jam. Berat janin sebaiknya lebih dari 2000 gram.
2) Terdapat tanda infeksi intra uteri. Suhu meningkat lebih dari 38°c, dengan
pengukuran per rektal. Terdapat tanda infeksi melalui hasil
pemeriksaanlaboratorium dan pemeriksaan kultur air ketuban

Penatalaksanaan lanjutan
1. Kaji suhu dan denyut nadi setiap 2 jam. Kenaikan suhu sering kali didahului kondisi
ibu yang menggigil.
2. Lakukan pemantauan DJJ. Pemeriksaan DJJ setiap jam sebelum persalinan adalah
tindakan yang adekuat sepanjang DJJ dalam batas normal. Pemantauan DJJ ketat
dengan alat pemantau janin elektronik secara kontinu dilakukan selama induksi
oksitosin untuk melihat tanda gawat janin akibat kompresi tali pusat atau induksi.
Takikardia dapat mengindikasikan infeksiuteri.
3. Hindari pemeriksaan dalam yang tidak perlu.
4. Ketika melakukan pemeriksaan dalam yang benar-benar diperlukan, perhatikan juga
hal-hal berikut:
a. Apakah dinding vagina teraba lebih hangat dari biasa
b. Bau rabas atau cairan di sarung tanagn anda
c. Warna rabas atau cairan di sarung tangan
5. Beri perhatian lebih seksama terhadap hidrasi agar dapat diperoleh gambaranjelas dari
setiap infeksi yang timbul. Seringkali terjadi peningkatan suhu tubuhakibat dehidrasi.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemeriksaan dalam dengan jari meningkatkan resiko infeksi dan tidak perlu
dilakukan pada wanita dengan pecah ketuban dini, karena ia akan ditatalaksana sesuai
kebutuhan persalinan sampai persalinan terjadi atau timbul tanda dan gejala
korioamninitis. Jika timbul tanda dan gejala korioamnionitis, diindikasikan untuk segera
berkonsultasi dengan dokter yang menangani wanita guna menginduksi persalinan dan
kelahiran. Pilihan metode persalinan (melalui vagina atau SC) bergantung pada usia
gestasi, presentasi dan berat korioamnionitis.

B. Saran
Ketuban Pecah Dini dapat menimbulkan kecemasan pada wanita dan
keluarganya. Bidan harus membantu wanita mengeksplorasi rasa takut yang menyertai
perkiraan kelahiran janin premature serta risiko tambahan korioamnionitis. Rencana
penatalaksanaan yang melibatkan kemungkinan periode tirah baring dan hospitalisasi
yang memanjang harus didiskusikan dengan wanita dan keluarganya. Pemahaman dan
kerja sama keluarga merupakan hal yang penting untuk kelanjutan kehamilan.
 

14
DAFTAR PUSTAKA

Chandranita Manuaba, Ida Ayu, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri . Jakarta. EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2008. . Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta:YBP-SP

Varney, Hellen,dkk. 2008. Buku Ajar Asuha Kebidanan, Volume 2. . Jakarta: EGC

15

Anda mungkin juga menyukai