Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN “KPD”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Maternitas

Dosen Pembimbing : Wiwi Kustio Priliana.,A.Kep.,S.Pd.,MPH

Disusun Oleh

Kelas 2C

Kelompok 7 :

1. Limit Satria Yuda 3120203672

2. Mustofa Saeul . A 3120203673

3. Nori Widya Ningrum 3120203674

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NOTOKUSUMO

YOGYAKARTA 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Swt. yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya serta kesempatan kepada kita semua, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada
Anak dengan Kasus KPD” tepat pada waktunya.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, untuk itu kami
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini,
sehingga dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Yogyakarta, 12 Mei 2022

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................ i


KATA PENGANTAR .......................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................ 4
B. Tujuan.......................................................................................... 5
BAB II KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Definisi ....................................................................................... 6
B. Etiologi ....................................................................................... 6
C. Tanda dan Gejala ........................................................................ 7
D. Patofisiologi ................................................................................ 8
E. Pathways ..................................................................................... 9
F. Penatalaksanaan: Medik dan Prinsip Perawatan…………………….9
G. Pemeriksaan Penunjang .............................................................. 10
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian .................................................................................. 11
B. Diagnosa Keperawatan ............................................................... 12
C. Rencana Asuhan Keperawatan ................................................... 12
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 18
B. Saran ........................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………. 19

iii
21

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan di definisikan sebagai

penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan

dilanjutkan dengan nidasi. Bila dihitung dari

saat fertilisasi sampai dengan lahirnya bayi,

kehamilan normal akan berlangsung dalam

waktu 40 minggu. Kehamilan terbagi dalam 3

trimester, dimana trimester 1 berlangsung

dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu

(minggu ke- 13 sampai ke-27) dan trimester

ketiga berlangsung 13 minggu (minggu ke-28

sampai minggu ke-40) (Sarwono, 2010).

Salah satu masalah yang sering

mengancam kehamilan yaitu adanya indikasi

ketuban pecah dini. Ketuban pecah dini (KPD)

atau sering disebut dengan premature repture of

the membrane (PROM) didefinisikan sebagai

pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya

melahirkan (Rohmawati, 2018). Ketuban pecah

dini sering menyebabkan dampak yang serius

pada morbiditas dan mortalitas ibu serta

bayinya, terutama dalam kematian perinatal


22

yang cukup tinggi (Legawati, 2018).

Menurut World Health

Organization(WHO) kejadian ketuban pecah

dini (KPD) atau insiden PROM (prelobour

rupture of membrane) berkisar antara 30% dari

semua kelahiran dan 15-20% lainnya

disebabkan oleh persalinan premature yang di

inidikasikan secara medis atau elektif (WHO,

2014). Di Indonesia sebanyak 35% penyebab

kematian ibu pada tahun 2014 disebabkan oleh

lain-lain, salah satunya KPD (Profil Indonesia,

2016).

B. Tujuan

Tujuan Umum

Meningkatkan ketrampilan,

kemampuan mengetahui dan menerapkan

asuhan keperawatan pada klien post

partum indikasi ketuban pecah dini yang di

rawat di rumah sakit


23

BAB II

KONSEP DASAR

A. Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini

1. Pengertian

Ketuban pecah dini atau


spontaneous/early premature of the
membrane (PROM) adalah pecahnya
ketuban sebelum inpartu atau
sebelum terdapat tanda persalinan
yaitu bila pembukaan pada primi
kurang dari 3 cm dan pada multipara
kurang dari 5 cm. Ketuban pecah
dini adalah pecahnya selaput ketuban
secara spontan sebelum pembukaan
5 cm.
KPD adalah pecahnya ketuban
sebelum waktu melahirkan yang
terjadi pada saat akhir kehamilan
maupun jauh sebelumnya (Nugroho,
2010). Ketuban pecah dini adalah
pecahnya ketuban sebelum terdapat
tanda-tanda persalinan mulai dan
ditunggu satu jam belum terjadi
inpartu. Sebagian ketuban pecah dini
terjadi pada kehamilan aterm lebih
dari 37 minggu sedangkan kurang
dari 36 minggu tidak terlalu banyak
24

(Manuaba, 2009).
a. Anatomi Fisiologi

Air ketuban (Liquar Amnio)/Tiris

Di dalam amnio yang diliputi


oleh sebagian selaput janin yang
terdiri dari lapisan selaput ketuban
(amnio) dan selaput pembungkus
(chorion) terdapat air ketuban
(loquor amnii). Volume air ketuban
pada hamil cukup bulan 1000-1500
ml: warna agak keruh, serta
mempunyai bau yang khas, agak
amis. Cairan ini dengan berat jenis
1,007-1,008 terdiri atas 97-98% air.
Sisanya terdiri atas garam anorganik
serta bahan organic dan bila di teliti
benar, terdapat rambut

lanugo (rambut halus berasal dari


bayi). Protein ini ditemukan rata-
rata 2,6% perliter,sebagian besar
sebagai albumin.
Warna air ketuban ini menjadi
kehijau-hijauan karena tercampur
meconium (kotoran pertama yang
dikeluarkan bayi dan mengeluarkan
empedu). Untuk membuat diagnosis
umumnya dipakai sel-sel yang
terdapat di dalam air ketuban dengan
melakukan fungsi kedalam ruang
25

ketuban Rahim melalui dinding


depan perut unutk memperoleh
sampel cairan ketuban
(amniocentesis). Umumnya pada
kehamilan minggu ke-14 hingga 16
dengan ultra sonografi ditentukan
sebelum letak plasenta, untuk
menghindari plasenta ditembus.
Fungsi melalui plasenta dapat
menimbulkan perdarahan dan
pencemaran liquir amni oleh darah,
mengadakan analisis kimiawi dan
sitotrauma pada janin. Plasenta
pencampuran darah antara lain antara
janin dan ibu dengan kemungkinan
sensitive (sensitization), dan
abortus,meskipun ini jarang diterjadi,
maka dari hal itu, amnioncentesis
hendaknya hanyaa dikerjakan bila
ada indikasi yang tepat.
Air ketuban mempunyai fungsi yaitu :

a. Melindungi janin terhadap trauma luar

b. Memungkinkan janin bergerak dengan bebas

c. Melindungi suhu tubuh janin

d. Meratakan tekanan didalam


uterus pada saaat partus,
sehingga serviks membuka.
26

e. Membersihkan jalan lahir jika


ketuban pecah dengan cairan
steril, dan akan mempengaruhi
keadaan di dalam vagina,
sehingga bayi tidak mengalami
infeksi.
f. Untuk menambah suplai cairan
janin, dengan cara
ditlan/diminum yang kemudian
dikeluarkan melalui kencing.
b. Fisiologi selaput ketuban.

Amnion manusia dapat


berkembang dari delaminasi
sitotrofobulus. Ketika amnion
membesar, perlahan-lahan kantong
ini meliputi embrio yang sedang
berkembang, yang akan prolaps
kedalam rongganya. Distensi
kantong amnion akhirnya
mengakibatkan kontong tersebut
menempel dengan bagian didalam
ketuban (interior korion) , dan
amnion dekat akhir trimester
pertama mengakibatkan kantong
tersebut menempel dengan bagian di
dalam ketuban (entrior korion),
amnion dan korion walaupun sedikit
menempel tidak pernah berhubungan
erat dan biasanya dapat dipisahkan
27

dengan mudah, bahkan pada waktu


atterm. amnion normal mempunyai
tebal 0,02 sampai 0,5 mm.
2. Etiologi

Penyebabnya masih belum


diketahui dan tidak dapat ditentukan
secara pasti. Beberapa laporan
menyebutkan faktor-faktor yang
berhubungan erat dengan KPD,
namun faktor-faktor mana yang lebih
berperan sulit diketahui.
Kemungkinan yang menjadi faktor
predesposisi adalah:

a) Infeksi, yang terjadi secara


langsung pada selaput ketuban
maupun asenderen dari vagina
atau infeksi pada cairan ketuban
bisa menyebabkan terjadinya
KPD.
b) Servik yang inkompetensia,
kanalis sevikalis yang selalu
terbuka oleh karena kelainan
pada servik uteri (akibat
persalinan, curetage).
c) Tekanan intra uterin yang
meninggi atau meningkat secara
berlebihan (overdistensi uterus)
misalnya trauma. Trauma yang
didapat misalnya hubungan
seksual, pemeriksaan dalam,
28

maupun amnosintesis
menyebabakan terjadinya KPD
karena biasanya disertai infeksi.
d) Kelainan letak, misalnya
sungsang, sehingga tidak ada
bagian terendah yang menutupi
pintu atas panggul (PAP) yang
dapat menghalangi tekanan
terhadap membran bagian
bawah.

3. Tanda dan Gejala

Tanda yang terjadi adalah


keluarnya cairan ketuban merembes
melalui vagina, aroma air ketuban
berbau, berwarna pucat, cairan ini
tidak akan berhenti atau kering
karena uterus diproduksi sampai
kelahiran mendatang. Tetapi, bila
duduk atau berdiri, kepala janin yang
sudah terletak di bawah biasanya
“mengganjal” atau “menyumbat”
kebocoran untuk sementara.
Sementara itu, demam, bercak vagina
yang banyak, nyeri perut, denyut
jantung janin bertambah capat
merupakan tanda-tanda infeksi yang
terjadi (Sunarti,2017).
29

4. Patofisiologi

Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai


berikut:
a.Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat
kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi Bila
terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban
sangat lemah dan mudah pecah dengan
mengeluarkan air ketuban.

b.Kolagen terdapat pada lapisan kompakta


amnion, fibroblas, jaringan retikuler korion dan
trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan
kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan
inhibisi interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin.
Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan
aktifitas IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan
kolagenase jaringan, sehingga terjadi
depolimerisasi kolagen pada selaput korion /
amnion, menyebabkan selaput ketuban tipis,
lemah dan mudah pecah spontan.
30

5. Penatalaksanaan Medis.

Menurut Manuaba (2013) dalam buku ajar


patologi obstetrik, kasus KPD yang cukup bulan,
kalau segera mengakhiri kehamilan akan menaikkan
insidensi bedah sesar, dan kalau menunggu
persalinan spontan akan menaikkan insidensi
31

chorioamnionitis. Kasus KPD yang kurang bulan


kalau menempuh cara-cara aktif harus dipastikan
bahwa tidak akan terjadi RDS, dan kalau menempuh
cara konservatif dengan maksud untuk memberi
waktu pematangan paru, harus bisa memantau
keadaan janin dan infeksi yang akan memperjelek
prognosis janin. Penatalaksanaan KPD tergantung
pada umur kehamilan. Kalau umur kehamilan tidak
diketahui secara pasti segera dilakukan
pemeriksaann ultrasonografi (USG) untuk
mengetahui umur kehamilan dan letak janin. Resiko
yang lebih sering pada KPD dengan janin kurang
bulan adalah RDS dibandingkan dengan sepsis.
Oleh karena itu pada kehamilan kurang bulan perlu
evaluasi hati-hati untuk menentukan waktu yang
optimal untuk persalinan. Pada umur kehamilan 34
minggu atau lebih biasanya paru- paru sudah
matang, chorioamnionitis yang diikuti dengan sepsi
pada janin merupakan sebab utama meningginya
morbiditas dan mortalitas janin. Pada kehamilan
cukup bulan, infeksi janin langsung berhubungan
dengan lama pecahnya selaput ketuban atau
lamanya perode laten (Manuaba, 2013).

• Penatalaksanaan KPD pada kehamilan aterm (> 37 Minggu).

Beberapa penelitian menyebutkan lama


periode laten dan durasi KPD keduanya
mempunyai hubungan yang bermakna dengan
32

peningkatan kejadian infeksi dan komplikasi lain


dari KPD. Jarak antara pecahnya ketuban dan
permulaan dari persalinan disebut periode latent
= L, P = “lag” period. Makin muda umur
kehamilan makin memanjang L.P-nya. Pada
hakekatnya kulit ketuban yang pecah akan
menginduksi persalinan dengan sendirinya.
Sekitar 70-80 % kehamilan genap bulan akan
melahirkan dalam waktu 24 jam setelah kulit
ketuban pecah.bila dalam 24 jam setelah kulit
ketuban pecah belum ada tanda-tanda persalinan
maka dilakukan induksi persalinan, dan bila
gagal dilakukan bedah caesar (Manuaba, 2013).
Pemberian antibiotik profilaksis dapat
menurunkan infeksi pada ibu. Walaupun
antibiotik tidak berfaeadah terhadap janin dalam
uterus namun pencegahan terhadap
chorioamninitis lebih penting dari pada
pengobatanya sehingga pemberian antibiotik
profilaksis perlu dilakukan. Waktu pemberian
antibiotik hendaknya diberikan segera setelah
diagnosis KPD ditegakan dengan pertimbangan :
tujuan profilaksis, lebih dari 6 jam kemungkinan
infeksi telah terjadi, proses persalinan umumnya
berlangsung lebih dari 6 jam. Beberapa penulis
menyarankan bersikap aktif (induksi persalinan)
segera diberikan atau ditunggu sampai 6-8 jam
dengan alasan penderita akan menjadi inpartu
dengan sendirinya. Dengan mempersingkat
periode laten durasi KPD dapat diperpendek
sehingga resiko infeksi dan trauma obstetrik
33

karena partus tindakan dapat dikurangi


(Manuaba, 2013).
Pelaksanaan induksi persalinan perlu
pengawasan yang sangat ketat terhadap keadaan
janin, ibu dan jalannya proses persalinan
berhubungan dengan komplikasinya.
Pengawasan yang kurang baik dapat
menimbulkan komplikasi yang fatal bagi bayi
dan ibunya (his terlalu kuat) atau proses
persalinan menjadi semakin kepanjangan (his
kurang kuat). Induksi dilakukan dengan
mempehatikan bishop score jika > 5 induksi
dapat

dilakukan, sebaliknya < 5, dilakukan pematangan


servik, jika tidak berhasil akhiri persalinan
dengan seksio sesaria (Manuaba, 2013).
• Penatalaksanaan KPD pada kehamilan preterm (< 37 minggu).

Pada kasus-kasus KPD dengan umur


kehamilan yang kurang bulan tidak dijumpai
tanda-tanda infeksi pengelolaanya bersifat
koservatif disertai pemberian antibiotik yang
adekuat sebagai profilaksi Penderita perlu
dirawat di rumah sakit,ditidurkan dalam posisi
trendelenberg, tidak perlu dilakukan pemeriksaan
dalam untuk mencegah terjadinya infeksi dan
kehamilan diusahakan bisa mencapai 37 minggu,
obat-obatan uteronelaksen atau tocolitic agent
34

diberikan juga tujuan menunda proses persalinan


(Manuaba, 2013).
Tujuan dari pengelolaan konservatif
dengan pemberian kortikosteroid pada penderita
KPD kehamilan kurang bulan adalah agar
tercapainya pematangan paru, jika selama
menunggu atau melakukan pengelolaan
konservatif tersebut muncul tanda-tanda infeksi,
maka segera dilakukan induksi persalinan tanpa
memandang umur kehamilan (Manuaba, 2013).
Induksi persalinan sebagai usaha agar
persalinan mulai berlangsung dengan jalan
merangsang timbulnya his ternyata dapat
menimbulkan komplikasi-komplikasi yang
kadang-kadang tidak ringan. Komplikasi-
komplikasi yang dapat terjadi gawat janin sampai
mati, tetani uteri, ruptura uteri, emboli air
ketuban, dan juga mungkin terjadi intoksikasi.
Kegagalan dari induksi persalinan biasanya
diselesaikan dengan tindakan bedan sesar.
Seperti halnya pada pengelolaan KPD yang
cukup bulan, tidakan bedah sesar hendaknya
dikerjakan bukan semata-mata karena infeksi
intrauterin tetapi seyogyanya ada indikasi
obstetrik yang lain, misalnya kelainan letak,
gawat janin, partus tak maju, dll (Manuaba,
2013).
Selain komplikasi-komplikasi yang dapat
terjadi akibat tindakan aktif. Ternyata
pengelolaan konservatif juga dapat
menyebabakan komplikasi yang berbahaya,
35

maka perlu dilakukan pengawasan yang ketat.


Sehingg

dikatakan pengolahan konservatif adalah


menunggu dengan penuh kewaspadaan terhadap
kemungkinan infeksi intrauterin (Manuaba,
2013).
Sikap konservatif meliputi pemeriksaan
leokosit darah tepi setiap hari, pem,eriksaan
tanda-tanda vital terutama temperatur setiap 4
jam, pengawasan denyut jamtung janin,
pemberian antibiotik mulai saat diagnosis
ditegakkan dan selanjutnya stiap 6 jam.
Pemberian kortikosteroid antenatal pada preterm
KPD telah dilaporkan secara pasti dapat
menurunkan kejadian RDS. The National
Institutes of Health telah merekomendasikan
penggunaan kortikosteroid pada preterm KPD
pada kehamilan 30-32 minggu yang tidak ada
infeksi intramanion. Sedian terdiri atas
betametason 2 dosis masing-masing 12 mg i.m
tiap 24 jam atau dexametason 4 dosis masing-
masing 6 mg tiap 12 jam (Manuaba, 2013).
Penatalaksanaan Keperawatan:

Manajemen terapi pada ketuban pecah dini menurut Manuaba


(2013):

• Konservatif

• Rawat rumah sakit dengan


tirah baring.
36

• Tidak ada tanda-tanda infeksi


dan gawat janin.

• Umur kehamilan kurang 37


minggu.

• Antibiotik profilaksis dengan


amoksisilin 3 x 500 mg selama
5 hari.

• Memberikan
tokolitik bila
ada kontraksi
uterus dan
memberikan
kortikosteroid
untuk
mematangkan
fungsi paru
janin.
• Jangan melakukan periksan dalam vagina
kecuali ada tanda-tanda persalinan.
• Melakukan
terminasi
kehamilan bila
ada tanda-tanda
infeksi atau
gawat janin.
• Bila dalam 3 x
24 jam tidak
ada pelepasan
air dan tidak
ada kontraksi
37

uterus maka
lakukan
mobilisasi
bertahap.
Apabila
pelepasan air
berlangsung
terus, lakukan
terminasi
kehamilan
38

• Aktif

Bila didapatkan infeksi berat maka berikan antibiotik dosis


tinggi.

Bila ditemukan tanda tanda inpartu, infeksi


dan gawat janin maka lakukan terminasi
kehamilan.
• Induksi atau akselerasi persalinan.

• Lakukan seksiosesaria bila induksi


atau akselerasi
persalinan mengalami
kegagalan.
• Lakukan seksio histerektomi bila tanda-
tanda infeksi uterus berat ditemukan. Hal-
hal yang harus diperhatikan saat terjadi
pecah ketuban

Yang harus segera dilakukan:

1) Pakai pembalut tipe keluar banyak atau handuk yang


bersih.

2) Tenangkan diri Jangan bergerak terlalu


banyak pada saat ini. Ambil nafas dan
tenangkan diri.

Yang tidak boleh dilakukan:

1) Tidak boleh berendam dalam


bath tub, karena bayi ada resiko
terinfeksi kuman.
39

2) Jangan bergerak mondar-mandir atau


berlari ke sana kemari, karena air ketuban
akan terus keluar. Berbaringlah dengan
pinggang diganjal supaya lebih tinggi.

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang digunakan untuk mendeteksi
KPD adalah Tes lakmus/nitrazin (jika kertas lakmus merah
berubah menjadi biru menunjukan adanya air ketuban).
Selain dengtan kertas lakmus dapat dilakukan dengan
pemeriksaan Ultrasonografi (USG). Pemeriksaan ini
dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam
kavum uteri.

Menurut Sujiyatini, Mufidah, dan Hidayat (2009) pada kasus


KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun
sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidramnion.
Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup banyak macam
dan caranya, namun pada umumnya KPD sudah bisa
terdiagnosis dengan anamnesa dan pemeriksaan sederhana.

Menurut Caughey, Julian, Robinson, daN Errol (2008) pada


tahun 2008 telah ditentukan satu tes diagnostic yang baik di
Amerika serikat dan luar negeri yang baru saja disetujui di
Amerika Serikat oleh Food and Drug Administration (FDA)
untuk diagnosis adalag PROM-ROM AmniSure tes
(AmniSure International LLC, Cambridge, MA ). Tes ini
mengidentifikasi jumlah jejak PAMG-1, 34-kDa plasenta
glikoprotein yang banyak terdapat dalam cairan ketuban
(2000-25,000 ng/ml), tetapi didalam darah ibu konsentrasinya
lebih sedikit yaitu (5-25 ng/ml). protein dalam konsentrasi
40

yang lebih rendah terdapat di cervicovaginal sekresi dalam


KPD adalah (0,05-0,2 ng/ml), 54-56 ini 1000-10.000 kali
lipat perbedaan konsentrasi antara air ketuban dan sekresi
cervicovaginal membuat PAMG-1 dapat digunakan untuk
mendeteksi adanya KPD. Minimum ambang deteksi
AmniSure immunoassay adalag 5 mg/ml, yang harus cukup
sensitive untuk mendeteksi KPD dengan akurasi sekitar 99%

BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Karakteristik Pasien
Karakteristik yang beresiko terjadi KPD antara lain ibu hamil dengan
paritas, usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, kelainan
selaput ketuban, serviks yang pendek, indeksi, serviks inkompeten,
trauma, gemeli, hidramnion, kelainan letak, alkohol dan merokok,
kelainan selaput ketuban, CPD (cephalopelvic disproportion), faktor
golongan darah, dan defisiensi gizi.
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan mengeluarkan cairan dari jalan lahir yang berwarna
jernih, tidak berbau
3. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Menstruasi
1) Menarche : Umur: 15 Tahun Siklus: Teratur
2) Banyaknya : 50 cc Lamanya : 5 hari
3) HPHT : 28 Oktober 2018 TP: 05 Juli 2019
4) UK : 29-30 minggu
b. Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu Riwayat
Kesehatan
41

Tidak ada (anak pertama)


c. Kehamilan Sekarang
1. Diagnosa : G:1 P:0 A:0 H: 29-30 Minggu
2. Imunisasi : TT 1 : Sudah diberikan. TT 2: Sudah diberikan
3. ANC : 4 kali
4. Siklus: Teratur
5. Keluhan selama hamil : Tidak ada
6. Pengobatan selama hamil : tidak ada
7. Pergerakan Janin : Ada
4. Rencana Perawatan Bayi
(  ) Sendiri ( ) Orang tau ( ) Lain-lain Kesanggupan dan pengetahuan
dalam merawat bayi:
a. Breast Care : Ibu Sudah mengetahui perawatan payudara
b. Perinela care : Ibu Sudah mengetahui perawatan perineum
c. Nutrisi : Ibu Sudah mengetahui nutrisi pada bayi
d. Senam nifas : Ibu belum mengetahui
e. KB : Ibu Sudah mengetahui alat kontrasepsi
f. Menyususi Ibu belum mengetahui cara menyusui yang baik
5. Riwayat Keluarga Berencana
a. Melaksanakan KB ( ) Ya (  ) Tidak
b. Bila Ya jenis kontrasepsi apa yang digunakan : -
c. Sejak kapan menggunakan kontrasepsi : -
d. Masalah yang terjadi : -
6. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit yang pernah dialami ibu : demam, batuk dan pilek
b. Pengobatan yang didapat : Parasetamol tablet
c. Riwayat penyakit :
Keluarga : Tidak ada
1) Penyakit Diabetes Melitus : Tidak ada
2) Penyakit Jantung : Tidak ada
3) Penyakit Hipertensi : Tidak ada
42

4) Penyakit Lainnya : : Tidak ada


7. Riwayat Lingkungan
a. Kebersihan : bersih (selalu menjaga kebersihan)
b. Bahaya : : Tidak ada
c. Lain-lain : : Tidak ada
8. Kebutuhan Dasar
a. Pola Nutrisi
1) Frekuensi makan : 3x sehari
2) Nafsu makan : baik, Porsi yang disajikan dihabiskan
3) Jenis makanan rumah : Nasi, ubi, jagungm, sayuran hijau dan
lauk pauk.
4) Makanan yang tidak disukai/alergi/pantangan : Tidk ada.
b. Pola Eliminasi
1) Buang air kecil (BAK)
a) Frekuensi : Kurang lebih 8 kali dalam sehari
b) Warna : Kuning jernih
c) Keluhan : Tidak ada
2) Buang air besar (BAB)
a. Frekuensi : saat dikaji 1x sehari
b. Warna : Kuning kecoklatan
c. Bau : Khas feses
d. Konsistensi : lembek
c. Pola Kebersihan Diri (Personal Hygiene)
1) Mandi
a) Frekuensi : 2x sehari
b) Sabun : Memakai sabun
2) Oral Hygiene
a) Frekuensi : 2x sehari
b) Waktu : Pagi dan sebelum tidur malam
3) Cuci Rambut:
a) Frekuensi : 2 hari sekali keramas
43

b) Shampoo : Menggunakan shampoo


d. Pola Istirahat dan Tidur
1) Lama tidur : Kurang lebih 5 jam
2) Kebiasaan sebelum tidur : Mendengar musik
3) Keluhan : Tidak ada
e. Pola Aktivitas dan Latihan
1) Kegiatan dalam pekerjaan : Pasien bekerja sebagai guru
2) Waktu bekerja : Mulai jam 07.00 – 13.00 Wita (Pagi-siang)
3) Olahraga : Mulai hamil hanya melakukan olahraga ringan
4) Jenisnya : Jalan pagi dan senam
5) Frekuensi : 2 kali seminggu
6) Kegiatan waktu luang : refresing bersama keluarga dengan
jala-jalan.
7) Keluhan dalam beraktivitas : Tidak ada
f. Pola Kebiasaan Yang Mempengaruhi Kesehatan
1) Merokok : Tidak
2) Minuman Keras : Tidak
3) Ketergantungan Obat : Tidak
9. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Baik, Kesadaran : Compos Mentis, GCS :
E4/V5/M6 = 15 Tekanan darah : 100/70 mmHg Nadi : 88x/ m
Pernapasan : 12x/menit Suhu : 36,7oc BB sebelum hamil : 48 kg,
BB sekarang 51 kg, TB : 158 cm, Lila : 24 cm Pemeriksaan :
1) Kepala :
a) Inspeksi : Bentuk kepala simetris dan tidak ada lesi
b) Palpasi : Tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan
2) Mata
a) Kelopak mata : Simetris
b) Gerakan mata: Normal
c) Konjungtiva : Anemis
d) Sklera mata : Putih
44

e) Pupil : Isokor
f) Akomodasi : Baik
g) Lainnya : Tidak ada
3) Hidung
a) Reaksi alergi : Tidak ada alergi
b) Sinus : Tidak ada sinusitis
c) Lainnya : Tidak ada
4) Mulut dan Tenggorokan
a) Gigi : Tidak adak caries
b) Kesulitan menelan : Tidak
c) ada Lainnya : Tidak ada
5) Dada dan Aksila
a) Mammae : Membesar
b) Areola mammae : Warna hitam
c) Papila mammae : Menonjol
d) Colostrum : Ada
6) Pernapasan :
a) Jalan napas : Normal dan lancar ( Tidak ada sumbatan)
b) Suara napas : Vesikuler (Tidak ada suara napas abnormal)
c) Menggunakan otot-otot bantu pernapasan : Tidak ada
d) Lainnya : Tidak ada
7) Sirkulasi Jantung
a) Kecepatan denyut apikal : 88 kali/menit
b) Irama : Teratur
c) Kelainan bunyi jantung : Tidak ada
d) Sakit dada : Tidak ada
8) Abdomen
a) Inspeksi :
1. Membesar : Perut tampak membesar
2. Linea/Striae : Tampak ada linea dan striae
3. Luka operasi : Tidak ada
45

b) Palpasi
1. Leopold I : TFU 3 jari diatas pusat (22 cm)
2. Leopold II : Punggung kiri
3. Leopold III : Presentase Kepala
4. Leopold IV : Kepala belum msuk PAP
c) Auskultasi : Denyut Jantung janin (DJJ) 150x/menit
d) Kontraksi uterus : Tidak ada
e) Lainnya : Tidak ada
9) Genitouri
a) Keputihan : Tidak ada
b) Pap smear : Tidak ada
c) Lainnya : Tidak ada
10) Ekstremitas (Integumen/Muskuloskeletal)
a) Turgor kulit : Elastis
b) Warna Kulit : Sawo matang
c) Kontraktur pada persendian : Tidak ada
d) Kesulitan dalam pergerakan : Tidak ada
e) Lainnya : Tidak ada
10. Data Penunjang
1) Laboratorium Rutin : HB 9,7 gr/dl Khusus : Tidak ada
2) USG : Janin tunggal hidup, letak kepala, air ketuban kurang
3) Cardiotocography : -

B. Diagnosa keperawatan
1. Risiko infeksi b.d ketuban pecah
2. Ansietas b.d stresor
46

C. Rencana keperawatan
N Diagnos Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
o a
keperaw
atan
1 Risiko Setelah dilakukan asuhan Kontrol infeksi (6540)
infeksi keperawatan selama 3 x 24
b.d jam diharapkan infeksi tidak 1. Bersihkan
ketuban terjadi. Kriteria Hasil : lingkungan pasien
pecah setelah digunakan
dini. Kontrol risiko: proses dan jaga tetap bersih
infeksi (1924) 2. Batasi jumlah
pengunjung
1. Klien mampu 3. Anjurkan pasien
Mengidentifikasi mencuci tangan
faktor risiko infeksi dengan benar
2. Klien mampu 4. Anjurkan
Mengetahui perilaku pengunjung untuk
yang berhubungan mencuci tangan
dengan risiko infeksi 5. Tingkatkan asupan
3. Klien mampu nutrisi yang tepat
Mengidentifikasi 6. Dorong asupan
risiko infeksi dalam cairan yang sesuai
aktifitas sehari-hari 7. Dorong istirahat
yang cukup
Status imunitas (0702) 8. Instruksikan pasien
untuk minum
1. Suhu tubuh antibiotik sesuai
(dipertahankan resep
normal 37 C/normal)
o
9. Ajarkan pasien dan
2. Jumlah leukosit keluarga mengenai
47

(dipertahankan tanda dan gejala


normal/5.000-10.000 infeksi dan kapan
sel per mikroliter harus melaporkan
darah ) kepada perawat
10. Ajarkan pasien dan
anggota keluarga
mengenai bagaimana
menghindari infeksi

Monitor tanda-tanda vital


(6680)
1. Monitor tekanan
darah,nadi,suhu dan
pernafasan
2 Ansietas Setelah dilakukan Pengurangan kecemasan
b.d asuhan keperawatan (5820)
stressor selama 3 x 24 jam
diharapkan pasien tidak 1. Gunakan pendekatan
mengalami kecemasan yang menenangkan.
yang tinggi. 2. Jelaskan semua
prosedur tindakan
Anxiety control (control dan apa yang
kecemasan), Coping dirasakan selama
(Koping). prosedur tindakan.
Kriteria Hasil : 3. Temani pasien untuk
memberikan
1. Klien mampu keamanan dan
mengidentifi kasi mengurangi takut.
dan mengungkapkan 4. Berikan informasi
gejala cemas. factual mengenai
48

2. Mengidentifikasi, diagnosis, tindakan


mengung kapkan prognosis.
dan menunjukkan 5. Anjurkan suami
tehnik untuk untuk menemani ibu.
mengontol cemas. 6. Dengarkan dengan
3. Vital sign dalam penuh perhatian.
batas normal. 7. Identifikasi tingkat
4. Postur tubuh, kecemasan.
ekspresi wajah, 8. Bantu pasien
bahasa tubuh dan mengenal situasi
tingkat aktivitas yang menimbulkan
menunjukkan kecemasan.
berkurangnya 9. Motivasi pasien
kecemasan. untuk
mengungkapkan
Kontrol kecemasan diri perasaan, ketakutan,
(1402) persepsi.
1. Klien mampu 10. Beri informasi pada
Mengurangi ibu dan keluarga
penyebab kecemasan bahwa air ketuban
2. Klien mampu sudah merembes,
Mengidentifikasi tetapi janin berada
pemicu kecemasan dalam kondisi baik
3. Klien mampu 11. Beritahu kepada
Mempertahankan keluarga mengenai
tidur adekuat tindakan yang akan
4. Klien mampu dilakukan
mengendalikan
kecemasan
49

BAB IV

PENUTUP

1. KESIMPULAN

KPD adalah pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan yang


terjadi pada saat akhir kehamilanmaupun jauh sebelumnya. Ketuban pecah
dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan
mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian ketuban
pecah dini terjadi pada kehamilan aterm lebih dari 37 minggu sedangkan
kurang dari 36 minggu tidak terlalu banyak.

2. SARAN

Dengan adanya makalah ini diharapkan kita sebagai seorang


perawat mampu mendiagnosis secara dini mengenai penyakit kpd pada ibu
hamil , sehingga kita mampu memberikan asuhan keperawatan yang
maksimal terhadap anak tersebut. Tentunya dalam pembuatan makalah ini
masih terdapat banyak kesalahan sehingga kritik dan saran dari semua
pihak sangat kami harapkan
50

DAFTAR PUSTAKA

Asrining, S. H.. S. K. N., dkk. 2003. Perawatan Bayi Risiko Tinggi. Jakarta : EGC

Bulecchek. G. 2018. Nursing Intervensions Clasification (NIC). Edisi


Ketujuh.

Elsever. Yogyakarta

Kemenkes RI. 2014, 2015, 2016. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di
Fasilitas

Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta:

Hidayat, A.A.A. 2010. Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan edisi 2.

Jakarta:Salemba

Hakimi, 2010 : Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana


Untuk

Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Ida Ayu, C. M. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta :
EGC

Joseph H. K. 2010. Catatan Kuliah: Ginekologi dan Obstetri (Obsgin). Suha


Medika

: Yogyakarta

Manuaba, I.B.G. 2013. Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif. 2008. Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid I . Jakarta :
Media

Moorhead. S. 2018. Nursing Outcome Clasification (NOC). Edisi Keenam.


Elsever.

yogyakarta
51

NANDA International. 2018. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi.

Jakarta : EGC

Nugroho. 2010. Ilmu Patologi Kebidanan. Jakarta : EGC.

Saifuddin, Abdul Bari. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta : P.T Bina Pustaka.

Saminem. 2010. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Konsep dan Praktik. EGC.


Jakarta

Sarwono, Prawirohardjo. 2010. Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Cetakan ke-2. Tridasa

Printer : Jakarta

Martaadisoebrata D. 2013. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Edisi 3.

Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC


52

Anda mungkin juga menyukai