Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PRESENTASI KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOLABORASI PADA KEHAMILAN

NY.A 27 TAHUN G1P0A0 HAMIL 39-40 MINGGU DENGAN KETUBAN

PECAH DINI 8 JAM

Diajukan Untuk Mememuhi Salah Satu Tugas Praktik Belajar Lapangan

Kegawatdaruratan di Prodi Sarjana Terapan Kebidanan Alih Jenjang

LIA NURMALA

P20624322024

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA

JURUSAN KEBIDANAN

2023

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas izin-

Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Presentasi Kasus Asuhan

Kebidanan Kolaborasi Pada Kehamilan Ny.A 27 Tahun G1P0A0 Hamil 39-40

Minggu Dengan Ketuban Pecah Dini 8 Jam. Untuk memenuhi persyaratan dalam

menyelesaikan Program Pendidikan Kebidanan di Program Studi Sarjana Terapan

Kebidanan Alih Jenjang.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini tidak akan

terselesaikan tanpa bimbingan, arahan, bantuan dan kerjasama dari semua pihak, baik

dalam bentuk moral maupun material. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Hj. Ani Radiati, S.Pd., M.Kes., selaku Direktur Polteknik Kesehatan

Tasikmalaya.

2. Nunung Mulyani, APP., M.Kes., selaku Ketua Jurusan Kebidanan Tasikmalaya.

3. Dr. Meti Widiya Lestari, S.ST., M.Keb., selaku Ketua Program Studi Profesi

Kebidanan Tasikmalaya.

4. Bayu Irianti, SST, M.Keb., selaku Dosen Pembimbing

5. Feni Fitriani Agustin, S.Tr.Keb, SKM selaku Critical Instruktur Puskesmas

Bungursari

6. Seluruh dosen dan staff Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Tasikmalaya

atas segala bantuan yang telah diberikan.

i
7. Orang tua yang telah memberikan dukungan serta pengorbanan yang tidak pernah

bisa terbalaskan.

8. Rekan-rekan Sarjana Terapan Kebidanan Alih Jenjang Politeknik Kesehatan

Tasikmalaya yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan laporan ini.

9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan laporan ini.

Penulis menyadari dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangan,

baik dalam penulisan maupun tata bahasa. Oleh karena itu, penulis mengharapkan

adanya tanggapan, kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan

selanjutnya. Semoga Alloh SWT senantiasa melimpahkan curhat rahmat-Nya kepada

kita semua. Aamiin.

Tasikmalaya, Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................................1

B. Tujuan....................................................................................................................2

C. Manfaat..................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kehamilan................................................................................................4

B. Konsep Ketuban Pecah Dini.................................................................................12

C. Pemanfaatan Vitamin C Untuk Mencegah Ketuban Pecah Dini..........................24

BAB III TINJAUAN KASUS..................................................................................27

BAB IV PEMBAHASAN.........................................................................................31

BAB V PENUTUP....................................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketuban pecah dini (KPD) atau sering disebut premature rupture of the
membrane (PROM) adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Bila KPD terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut ketuban
pecah dini dalam kehamilan prematur. Insidensi KPD berkisar antara 8-10% dari
semua kehamilan. Pada kehamilan aterm insidensinya bervariasi antara 6-19 %
sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya 2% dari semua kehamilan.
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban (amnion dan
korion) tanpa diikuti persalinan pada kehamilan aterm atau pecahnya ketuban
pada kehamilan preterm, merupakan komplikasi kehamilan dan persalinan yang
memerlukan perhatian khusus. Ketuban pecah dini berhubungan dengan penyulit
kelahiran prematur dan terjadinya infeksi korioamnionitis yang dapat
meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas perinatal.
Pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan perubahan proses biokimia
yang terjadi dalam kolagen matriks ekstraseluler amnion, korion, dan membran
janin. Membran janin dan desidua bereaksi terhadap stimulus seperti infeksi dan
peregangan selaput ketuban dengan memproduksi mediator seperti protaglandin,
sitokinin dan protein hormon yang merangsang aktivitas “matrix degrading
enzym”. Sehingga ibu hamil pada trimester 3 selaput ketuban mudah
pecah, melemahnya kekuatan selaput ketuban pada hubungannya dengan
pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin.
Penyebab kematian ibu dalam bidang obstetri disebabkan karena infeksi,
eklampsia, perdarahan, emboli air ketuban, trauma anestesi, trauma operasi.
Infeksi yang banyak dialami oleh ibu sebagian besar merupakan akibat dari
adanya komplikasi atau penyulit kehamilan, seperti febris, korioamnionitis,
infeksi saluran kemih, dan sebanyak 65% adalah karena ketuban pecah dini

1
(KPD) yang banyak menimbulkan infeksi pada ibu dan bayi (Prawirohardjo,
2011).
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk menurunkan ketuban
pecah dini atau mencegah sehingga tidak terjadi kematian yaitu menurut
penelitian yang dilakukan Lina Damayanti Bainuan (2017) dengan judul
pecegahan ketuban dini di Kediri. Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk
menghindari ketuban pecah dini, diantaranya: periksa kehamilan secara rutin
untuk memastikan kondisi kehamilan, jika dokter sudah mendiagnosa jika mulut
rahim anda lemah, untuk sementara hindari melakukan hubungan seksual dengan
suami, hindari aktivits fisik yang berat atau menimbulkan aktivitas yang
menimbulkan goncangan, jaga kebersihan daerah intim dengan benar, misalnya
mencuci dari depan kebelakang, jaga pola istirahat yang baik selama kehamilan
dan jangan terlalu capek, konsumsi makanan bernutrisi terutama yang
mengandung vitamin C karena membantu meminimalisir risiko pecah dini.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan kolaborasi pada kehamilan dengan kasus
ketuban pecah dini yang berpusat pada perempuan
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian data pada ibu hamil dengan ketuban pecah
dini
b. Mampu memberikan penatalaksanaan berupa asuhan yang sesuai dengan
kebutuhan baik secara mandiri, kolaborasi maupun rujukan

C. Manfaat
1. Manfaat Bagi Penulis
Dengan melakukan asuhan kebidanan kolaborasi ini, diharapkan penulis dapat
mengaplikasikan teori dan manajemen pada asuhan kebidanan serta mampu
melakukan kolaborasi dengan teman sejawat. Selain itu mampu menambah

2
pengetahuan dan keterampilan penulis dalam melaksanakan asuhan kebidanan
khususnya ibu hamil dengan ketuban pecah dini.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Laporan ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi tenaga kesehatan
khususnya dalam melaksanakan asuhan kebidanan kolaborasi pada kehamilan
dengan kasus ketuban pecah dini.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan asuhan kebidanan kolaborasi ini dapat bermanfaat sebagai
penambah bahan kepustakaan yang dapat dijadikan studi banding bagi kasus
selanjutnya.
4. Bagi Klien
Laporan asuhan kebidanan kolaborasi ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan bagi ibu hamil dengan ketuban pecah dini.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kehamilan
1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan terdiri dari proses penyatuan sel mani atau sperma dengan
sel telur di tuba falopii yang disebut dengan fertilisasi kemudian dilanjutkan
oleh proses pembelahan awal mitosis sampai beberapa kali diikuti dengan
proses implantasi atau nidasi yaitu tertanamnya hasil konsepsi ke dalam
endometrium. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi,
kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 9-10 bulan
menurut kalender internasional. Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester,
dimana trimester satu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15
minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga minggu ke-28
hingga ke-40 (Walyani, 2015).

2. Diagnosis Kehamilan
Tabel 2.1 Diagnosis Kehamilan
Kategori Gambaran
Kehamilan normal Ibu sehat, tidak ada riwayat
obstetrik buruk, ukuran uterus
sama/sesuai dengan usia kehamilan,
pemeriksaan fisik dan laboratorium
normal.
Kehamilan dengan masalah khusus Seperti masalah keluarga atau
psikososial, kekerasan dalam rumah
tangga dan kebutuhan finansial.
Kehamilan dengan masalah Seperti hipertensi, anemia berat,
kesehatan yang membutuhkan preeklampsia, pertumbuhan janin
rujukan untuk konsultasi dan atau terhambat, infeksi saluran kemih,

4
kerja sama penanganannya. penyakit kelamin, dan kondisi lain-
lain yang dapat memburuk selama
kehamilan.
Kehamilan dengan kondisi Seperti perdarahan, eklampsia,
kegawatdaruratan yang ketuban pecah dini, atau kondisi-
membutuhkan rujukan segera kondisi kegawatdaruratan lain pada
ibu dan bayi.

Sumber : Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal tahun 2013

Setiap wanita hamil menghadapi risiko komplikasi yang bisa mengancam


jiwanya. Oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat
kali kunjungan selama periode antenatal.
Kunjungan kehamilan minimal 6 kali:
a. Satu kali pada trimester I
b. Dua kali pada trimester II
c. Tiga kali pada trimester III
(Permenkes No 21 Tahun 2021)

3. Asuhan Kebidanan Kehamilan Trimester III


a. Data Subjektif
Dalam proses kehamilan terjadi perubahan sistem dalam tubuh ibu
yang semuanya membutuhkan suatu adapatsi, baik fisik maupun
psikologis. Dalam proses adaptasi tersebut tidak jarang ibu akan
mengalami ketidaknyamanan yang meskipun hal itu adalah fisiologis,
namun tetap perlu diberikan suatu pencengahan dan perawatan. Beberapa
ketidaknyamanan pada ibu hamil trimester III menurut Ainiyah Aimmatul.
2018 yaitu :
1) Sering buang air kecil

5
Tekanan uterus pada kandung kemih. kapasitas kandung kemih
menurun akibat pembesaran uterus dan bagian presentasi janin. air dan
sodium tertahan dibawah selama siang hari, karena statis vena, pada
malam hari terdapat aliran balik vena yang meningkat dengan akibat
peningkatan dalam jumlah output air seni.
2) Sulit tidur (Insomnia)
Terjadi karena gerakan janin, kram otot, sering berkemih, sesak napas,
atau ketidaknyamanan lain.
3) Keputihan
Hiperplasia mukosa vagina, peningkatan produksi lendir dan kelenjar
endocervikal sebagai akibat dari peningkatan kadar estrogen.
4) Sembelit
Karena tekanan dari uterus yang membesar pada usus dan penigkatan
kadar progesteron yang menyebabkan peristaltik usus jadi lambat.
5) Kram pada kaki
Karena pembuluh darah pada abdomen tertekan oleh uterus yang
semakin membesar sehingga aliran darah ketubuh bagian bawah
menjadi terhambat.
6) Nafas sesak
Karena uterus membesar dan menekan pada diafragma.
7) Nyeri punggung atas dan bawah
Bertambahnya lengkung lumbar dan servikotorakal disebabkan oleh
perubahan pusat gravitasi akibat abdomen yang membesar.
8) Rasa tidak nyamanan dan tekanan di perineum
Tekanan akibat pembesaran uterus, terutama saat berdiri atau berjalan;
kehamilan kembar.
9) Kontraksi Braxton Hicks
Intensifikasi kontraksi uterus sebagai persiapan persalinan.

b. Data Objektif

6
Menurut Ainiyah Aimmatul (2018), Data objektif merupakan data
pengkajian melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi dan
informasi kajian teknologi seperti hasil pemeriksaan laboratorium, USG,
dan lainnya.
1) Pemeriksaan umum
a) Keadaan Umum : Baik, atau tidak
b) Kesadaran : Composmentis, apatis, samnolen, delirium
sopor, koma, semi koma
2) Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
a) Tekanan darah : 110/70 -130/90 mmhg
b) Nadi : 80/120x menit
c) Respirasi : 16-24x/menit
d) Suhu : 36,5-37,5 oC
3) Pemeriksaan Antropometri
a) Tinggi Badan
Tubuh yang pendek dapat menjadi indikator gangguan genetik.
Tinggi badan wajib diukur pada saat kunjungan awal. Tinggi
badan ibu hamil ≤ 145 cm tergolong resiko tinggi (Nani,
Puspitasari, 2018).
b) Berat Badan
Menurut Manuaba dalam Nani Puspitasari (2018) berat badan ibu
hamil diperbolehkan naik sekitar 0,75-1 kg/minggu. Pertambahan
berat badan ibu selama hamil yaitu 6,5 kg-15 kg.

Rekomendasi Penambahan Berat Badan Berdasarkan Indeks Masa


Tubuh :

7
Kategori IMT Rekomendasi (Kg)
Rendah < 19,8 12,5-18
Normal 19,8-26 11,5-16
Tinggi 26-29 7-11,5
Obesitas > 29 ≥7
Gemeli 16-20,5

c) Lingkar Lengan Atas (LILA)


Pengukuran lingkar lengan atas adalah suatu cara untuk
mengetahui risiko KEK wanita usia subur. Ambang batas Lingkar
Lengan Atas (LILA) pada WUS dengan risiko KEK adalah 23,5
cm, yang diukur dengan mengunakan pita ukur. Apabila LILA <
23,5 cm artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK dan
sebaliknya apabila LILA lebih dari ≥ 23,5 cm berarti wanita itu
tidak berisiko dan dianjurkan untuk tetap mempertahankan
keadaan tersebut (Luh Komang Tasya Fitriyani, 2019).

4) Pemeriksaan Fisik
a) Mata
Sklera putih atau tidak, konjungtiva pucat atau merah muda,
fungsi penglihatan baik atau tidak.
b) Payudara
Simetris atau tidak, ada benjolan atau tidak, ada nyeri tekan atau
tidak, Puting susu bersih dan menonjol atau tenggelam,
Kolostrum sudah keluar atau belum.
c) Abdomen
Ada bekas SC atau tidak. Gerak Janin aktif atau tidak, Gerakan
menendang atau tendangan janin (10 gerakan dalam 12 jam)

d) Tinggi Fundus Uteri (TFU)

8
Menurut Mc.Donald pemeriksaan TFU dapat dilakukan
dengan menggunakan metlin (pita pengukur), dengan cara
memegang tanda nol pita pada aspek superior simpisis pubis dan
menarik pita secara longitundinal sepanjang aspek tengah uterus
ke ujung atas fundus, sehingga dapat ditentukan TFU.

(Saifuddin dalam Niluhpayu Sari, 2018)


Selain dengan pengukuran Mc. Donald, pengukuran tinggi
fundus uteri juga dapat dilakukan dengan palpasi Leopold. Pada
tabel 2 telah dijabarkan tentang ukuran tinggi fundus uteri sesuai
usia kehamilan menurut Leopold.

(Kriebs dan Gegor dalam Niluhpayu Sari, 2018)


e) Palpasi Abdominal (Pemeriksaan Leopold)
Teknik pelaksanaan palpasi menurut Leopold ada 4 tahap :
Leopold I : Digunakan untuk menentukan tinggi fundus uteri,
bagian janin dalam fundus, dan konsistensi fundus. Pada letak
kepala akan teraba bokong pada fundus, yaitu tidak keras, tidak
melenting dan tidak bulat.
Leopold II : Menentukan batas samping rahim kanan/kiri dan

9
menentukan letak punggung.
Leopold III : Menentukan bagian terbawah janin di atas simfisis
ibu dan bagian terbawah janin sudah masuk pintu atas panggul
(PAP) atau masih bisa digoyangkan.
Leopold IV : Menentukan bagian terbawah janin dan seberapa
jauh janin sudah masuk (pintu atas panggul) PAP. Bila bagian
terendah masuk PAP telah melampaui lingkaran terbesarnya,
maka tangan yang melakukan pemeriksaan divergen, sedangkan
bila lingkaran terbesarnya belum masuk PAP, maka tangan
pemeriksanya konvergen (Nani, Puspitasari. 2018).
f) Detak Jantung Janin (DJJ)
Pada pemeriksaan auskultasi denyut jantung janin (DJJ)
akan terdengar jelas dipihak punggung janin dekat pada kepala.
Pada presentasi biasa (letak kepala), tempat ini di kiri atau kanan
bawah pusat. Detak jantung janin (djj) normal adalah 120-160
denyut/menit (Nani, Puspitasari. 2018).
g) Taksiran Berat Badan Janin (TBBJ)
Penentuan taksiran berat janin berdasarkan TFU adalah
pemeriksaan yang sederhana dan mudah, dapat dilakukan pada
fasilitas kesehatan yang belum tersedia pemerikaan ultasonografi.
Menurut rumus Johnson dalam Ambarwati Dwi Arum 2018, cara
menghitung taksiran berat janin adalah sebagai berikut :

TBJ = (TFU (cm) – N) x 155

Keterangan :
N : 12 Bila kepala belum masuk Pintu Atas Panggul (PAP)
N : 11 Bila kepala sudah masuk Pintu Atas Panggul (PAP)

h) Ekstermitas
Pemeriksaan ekstrimitas pada ibu hamil trimester

10
III, meliputi:
(1) Atas : simetris, tidak oedema.
(2) Bawah : simetris, tidak oedema, tidak varises.
Reflek patella normal : tungkai bawah akan sedikit
bergerak ketika tendon diketuk.
b. Analisa Data

c. Diagnosa kebidanan
“G….P….A….UK 39-40 Minggu dengan kehamilan normal.

d. Penatalaksanaan
1) Materi KIE efektif dalam pelayanan Antenatal terpadu pada kehamilan
Trimester III :
a) Jelaskan tentang ketidaknyamanan dan masalah yang mungkin
akan terjadi pada ibu hamil trimester III.
b) Jelaskan pada ibu tentang tanda bahaya kehamilan trimester III
yang mengindikasikan pentingnya menghubungi tenaga kesehatan
dengan segera.
c) Jelaskan pada ibu tentang persiapan persalinan
d) Jelaskan pada ibu tentang tanda-tanda persalinan.
e) Pesankan pada ibu untuk kunjungan ulang sesuai jadwal atau
sewaktu-waktu bila ada keluhan (Nani, Puspitasari. 2018).
2) Penatalaksanaan untuk keluhan atau ketidaknyamanan yang klien
rasakan

4. Tanda-Tanda Komplikasi Ibu dan Janin Masa Kehamilan Lanjut

11
Ketika bidan mengikuti langkah-langkah proses manajemen
kebidanan, bidan harus waspada terhadap tanda-tanda bahaya dalam
kehamilan. Tanda-tanda bahaya ini, jika tidak dilaporkan atau terdeteksi,
dapat mengakibatkan kematian ibu. Pada setiap kunjungan antenatal bidan
harus mengajarkan kepada ibu bagaimana mengenai tanda-tanda bahaya ini
dan menganjurkan untuk datang ke klinik dengan segera jika ia mengalami
tanda-tanda bahaya tersebut (Romauli, 2011).
Tanda-tanda yang perlu diperhatikan dan diantisipasi dalam kehamilan
lanjut, adalah :
a. Perdarahan pervaginam
b. Sakit kepala yang hebat
c. Penglihatan kabur
d. Bengkak di wajah dan tangan
e. Keluar cairan pervaginam
f. Gerak janin tidak terasa dan nyeri perut yang hebat.
(Romauli, 2011)

B. Konsep Ketuban Pecah Dini


1. Pengertian
Ketuban atau cairan amnion adalah cairan yang memenuhi rahim yang
diproduksi oleh sel-sel trofoblas. Cairan ini merupakan sumber makanan janin
dalam kandungan. Sejak berusia 12 minggu, janin mulai minum air ketuban
dan mengeluarkannya melalui air seni. Cairan itu berada dalam kantung, yang
disebut kantung ketuban, yang terdiri dari jaringan tipis kurang dari 1
milimeter (Tahir Suriani, 2021).
Selaput ketuban yang mengelilingi ruang amnion terdiri dari amnion
dan korion, yang merupakan lapisan menempel yang terdiri dari beberapa
jenis sel, termasuk sel epitel, mesenkim dan trofoblas yang menyatu pada
matriks kolagen. Lapisan ini menahan cairan amnion, mensekresi substansi

12
baik ke cairan amnion maupun menuju uterus, dan melindungi janin terhadap
infeksi yang asendens dari sistem reproduksi (Tahir Suriani, 2021).
Dinding kantung ketuban tidak berisi pembuluh darah sehingga tidak
ada perdarahan ketika pecah. Ketika usia kehamilan semakin tua, dinding
ketuban semakin tipis namun masih cukup kuat menahan tekanan yang
semakin besar dari janin, sampai saat waktu persalinan. Bahkan ada dinding
ketuban yang harus dipecahkan oleh dokter atau bidan bila saat persalinan
ketuban belum pecah (Tahir Suriani, 2021).
Ada bermacam-macam batasan, teori dan definisi mengenai ketuban
pecah dini (KPD). Beberapa penulis mendefinisikan KPD yaitu apabila
ketuban pecah spontan tanpa diikuti tanda-tanda persalinan seperti adanya
pembukaan serviks akibat dari kontraksi uterus, pengeluaran lendir bercampur
darah (Medina dan Hill. 2006). Menurut Prawirohardjo (2010) KPD atau
disebut juga ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW) sebagai pecahnya
didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Ada
juga teori yang menghitung durasi waktu pecahnya selaput ketuban sebelum
inpartu, misalnya 1 atau 6 jam sebelum inpartu (Tahir Suriani, 2021).
Ada juga yang menyatakan dalam ukuran pembukaan serviks pada
kala I, misalnya pada primigravida ketuban pecah sebelum pembukaan serviks
3 cm dan kurang dari 5 cm pada multigravida (Mochtar. 1998). Sedangkan
menurut Sastrawinata (2004) KPD adalah pecahnya selaput ketuban yang
dibuktikan dengan adanya kebocoran air ketuban (amniorrhexis) sebelum
onset persalinan yang terjadi setelah umur kehamilan 22 minggu. KPD dapat
terjadi pada umur kehamilan preterm dan aterm.Bila KPD terjadi sebelum usia
kehamilan 37 minggu maka disebut ketuban pecah dini pada kehamilan
prematur (Prawirohardjo. 2010). Menurut Manuaba (2008), KPD atau
premature rupture of the membranes (PROM) adalah pecahnya selaput
ketuban sebelum adanya tanda-tanda persalinan (Tahir Suriani, 2021).

13
2. Etiologi
Walaupun banyak publikasi tentang KPD, namun penyebabnya masih
belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Kemungkinan yang
menjadi faktor predisposisi adalah :
a. Infeksi
Infeksi pada neonatus di negara Indonesia masih merupakan
khususnya masalah yang gawat. Di Jakarta, di Rumah Sakit Dr. Cipto
Mangungkusumo, infeksi merupakan 10-15% dari morbiditas perinatal.
b. Amnionitis atau korioamnionitis.
Korioamnionitis adalah keadaan pada perempuan hamil dimana
korion, amnion dan cairan ketuban terkena infeksi bakteri.
Korioamnionitis merupakan komplikasi paling serius bagi ibu dan janin,
bahkan dapat berlanjut menjadi sepsis.
Membran korioamnionitik terdiri dari jaringan viskoelastik.
Apabila jaringan ini dipacu oleh persalinan atau infeksi maka jaringan
akan menipis dan sangat rentan untuk pecah disebabkan adanya aktivitas
enzim kolagenolitik (Cunningham. 2006). Grup B streptococcus
mikroorganisme sering kali menyebabkan amnionitis. Selain itu
Bacteroides fragilis, lactobacilli dan staphylococcus epidermidis adalah
bakteri-bakteri yang sering ditemukan pada cairan ketuban pada
kehamilan preterm. Bakteri- bakteri tersebut dapat melepaskan mediator
inflamasi yang menyebabkan kontraksi uterus. Hal ini menyebabkan
adanya perubahan dan pembukaan serviks serta pecahnya selaput ketuban
c. Infeksi genitalia
Infeksi diyakini merupakan salah satu penyebab terjadinya KPD
dan persalinan preterm. Vaginosis. bakterial merupakan flora normal
vagina dengan bakteri anaerob dalam konsentrasi tinggi seperti
gardnerella vaginalis akan menimbulkan infeksi. Keadaan ini telah lama
dikaitkan dengan kejadian KPD, persalinan preterm dan infeksi amnion,

14
terutama bila pada pemeriksaan pH vagina 7,1 - 7,3. Normalnya nilai pH
vagina adalah antara 3,8 -4,5. Abnormalitas pH vagina dapat
mengindikasikan adanya infeksi.
d. Serviks yang tidak lagi mengalami kontraksi (serviks inkompetensial
Keadaan didasarkan pada adanya ini ketidakmampuan serviks uteri
untuk mempertahankan kehamilan. Kelainan ini dapat berhubungan
dengan kelainan uterus yang lain seperti septum uterus dan bikornis.
Sebagian besar kasus merupakan akibat dari trauma bedah pada serviks,
dilatasi berlebihan serviks pada terminasi kehamilan atau laserasi
obstetric.
Pada wanita dalam presentasi kecil dengan kehamilan yang jauh
dari aterm, servik yang inkompeten dapat menipis dan berdilatasi bukan
sebagai akibat dari peningkatan aktifitas uterus melainkan akibat dari
kelemahan instrinsik uterus sehingga menyebabkan ketuban pecah.
Keadaan ini ditandai oleh dilatasi servik tanpa rasa nyeri dalam trimester
kedua atau awal trimester ketiga kehamilan yang disertai prolapsus
membran amnion lewat servik dan penonjolan membran tersebut kedalam
vagina, peristiwa ini diikuti oleh pecahnya ketuban dan selanjutnya
ekspulsi janin imatur sehingga kemungkinan janin akan meninggal. Tanpa
tindakan yang efektif rangkaian peristiwa yang sama cenderung berulang
dengan sendirinya dalam setiap kehamilan. Meskipun penyebabnya masih
meragukan namun trauma sebelumnya pada servik, khususnya pada
tindakan dilatasi, kauterisasi, kuretasi .
e. Trauma
Misalnya hubungan seksual saat hamil dengan frekuensi lebih dari
3 kali seminggu, pemeriksaan dalam dan amniosintesis.Pemeriksaan
dalam merupakan manipulasi dari jari tangan pemeriksa yang dimasukkan
ke dalam vagina. Hal ini dapat memicu terjadinya KPD karena terdapat
risiko masuknya infeksi ke dalam vagina yang dapat merusak selaput

15
ketuban sehingga membran selaput ketuban mudah rapuh dan akhirnya
pecah spontan.
Amniosintesis merupakan pengambilan air ketuban melalui
tusukan perabdominal langsung menembus uterus ke rongga amnion,
kemudian mengisap cairan amnion tersebut untuk pemeriksaan guna
menegakkan diagnosis prenatal adanya kelainan janin. Akibat
amniosintesis, selaput ketuban mengalami shock sehingga selaputnya
pecah secara spontan.
f. Tekanan intra uterin yang meningkat berlebihan (overdistensi
polihidramnion dan gamelli uterus), secara misalnya polihodramnion dan
gemeli.
Polihidramnion atau hidramnion dapat terjadi akibat kelainan
kongenital, diabetes mellitus, janin besar (makrosomia), kehamilan
kembar, kelainan pada plasenta dan tali pusat. Komplikasi yang sering
terjadi pada polihidramnion adalah malpresentasi janin, KPD, prolaps tali
pusat, persalinan pretem dan gangguan pernafasan pada ibu
(Prawirohardjo. 2010). Kehamilan ganda adalah kehamilan dua janin atau
lebih. Kehamilan kembar dapat memberikan risiko yang lebih tinggi baik
bagi janin maupun ibu. Oleh karena itu, dalam menghadapi kehamilan
kembar harus dilakukan pengawasan hamil yang intensif. Faktor yang
dapat meningkatkan kemungkinan hamil kembar adalah faktor ras,
keturunan, umur, dan paritas. Faktor risiko KPD pada kembar dua 50%
dan kembar tiga 90% (Manuaba. 2008). Hamil ganda dapat
memungkinkan ketegangan rahim meningkat, sehingga sewaktu-waktu
selaput ketuban dapat pecah secara tiba-tiba.
g. Kelainan letak (sungsang dan lintang).
Pada keadaan ini, tidak ada bagian terendah janin yang menutupi
pintu atas panggul (PAP) sehinggal tidak ada yang dapat menghalangi
tekanan terhadap membran bagian bawah (Saifudin. 2002). Persalinan
pada letak sungsang merupakan kontroversi karena komplikasinya tidak

16
dapat diduga sebelumnya, terutama pada persalinan kepala bayi. Sebab
terjadinya letak sungsang adalah terdapat plasenta previa, keadaan janin
yang menyebabkan letak sungsang (makrosemia, hidrosefalus,
anensefalus), keadaan air ketuban (oligohidramnion, hidramnion), keadaan
kehamilan (kehamilan ganda, kehamilan lebih dari dua), keadaan uterus
(uterus arkuatus), keadaan dinding abdomen, keadaan tali pusat (pendek,
terdapat lilitan tali pusat pada leher).
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin
terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan <32 minggu, jumlah air
ketuban relative lebih banyak sehingga memungkinkan janin bergerak
dengan leluasa, dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam
letak sungsang/letak lintang. Pada kehamilan trimester akhir janin tumbuh
dengan cepat dan jumlah air ketuban relative berkurang. Karena bokong
dengan kedua tungkai yang terlipat lebih besar daripada kepala maka
bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas difundus uteri,
sedangkan kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil disegmen bawah
uterus. Letak sungsang dapat memungkinkan ketegangan rahim
meningkat, sehingga membuat selaput ketuban pecah sebelum waktunya.
h. Usia kurang dari 20 tahun dan di atas 35 tahun.
Umur adalah lama hidup seseorang yang dihitung berdasarkan
ulang tahun terakhir. Umur merupakan salah satu sifat karakteristik
tentang orang dalam studi epidemiologi menjadi variabel yang cukup
penting karena sejumlah penyakit atau penyulit yang ditemukan dengan
berbagai variasi frekuensi yang disebabkan oleh umur.
(Tahir Suriani, 2021)

17
3. Tanda dan Gejala
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui
vagina, aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak,
berwarna pucat, cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena uterus
diproduksi sampai kelahiran mendatang. Tetapi, bila duduk atau berdiri,
kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya “mengganjal” atau
“menyumbat” kebocoran untuk sementara. Sementara itu, demam, bercak
vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah capat
merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi (Sunarti, 2017).

4. Patofisiologi
Pecahnya selaput ketuban disebabkan oleh hilangnya elastisitas pada
daerah tepi robekan selaput ketuban. Hilangnya elastisitas selaput ketuban ini
sangat erat kaitannya dengan jaringan kolagen, yang dapat terjadi karena
penipisan oleh infeksi atau rendahnya kadar kolagen. Kolagen pada selaput
terdapat pada amnion di daerah lapisan kompakta, fibroblas serta pada korion
di daerah lapisan retikuler atau trofoblas (Mamede dkk, 2012).
Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertantu terjadi perubahan
biokimia yang menyebabkan selaput ketuban mengalami kelemahan.
Perubahan struktur, jumlah sel dan katabolisme kolagen menyebabkan
aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah. Pada
daerah di sekitar pecahnya selaput ketuban diidentifikasi sebagai suatu zona
“restriced zone of exteme altered morphologi (ZAM)” (Rangaswamy, 2012).

5. Faktor yang mempengaruhi Ketuban Pecah Dini


Menurut (Morgan, 2009), Kejadian Pecah Dini (KPD) dapat
disebabkan oleh beberapa faktor meliputi :
a. Usia
Karakteristik pada ibu berdasarkan usia sangat berpengaruh
terhadap kesiapan ibu selama kehamilan maupun mengahdapi persalinan.

18
Usia untukreprosuksi optimal bagi seorang ibu adalah antara umur 20-35
tahun. Di bawah atau di atas usia tersebut akan meningkatkan risiko
kehamilan dan persalinan. Usia seseorang sedemikian besarnya akan
mempengaruhi sistem reproduksi, karena organ-organ reproduksinya
sudah mulai berkuarng kemampuannya dan keelastisannya dalam
menerima kehamilan (Sudarto, 2016).
b. Sosial Ekonomi
Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan
kuantitas kesehatan di suatu keluarga. Pendapatan biasanya berupa uang
yang mempengaruhi seseorang dalam mempengaruhi kehidupannya.
Pendapatan yang meningkat merupakan kondisi yang menunjang bagi
terlaksananya status kesehatan seseorang. Rendahnya pendapatan
merupakan rintangan yang menyebabkan seseorang tidak mampu
memenuhi fasilitas kesehatan sesuai kebutuhan (BPS, 2005).
c. Paritas
Paritas merupakan banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari
anak pertama sampai dengan anak terakhir. Adapun pembagian paritas
yaitu primipara, multipara, dan grande multipara. Primipara adalah
seorang wanita yang baru pertama kali melahirkan dimana janin mencapai
usia kehamilan 28 minggu atau lebih. Multipara adalah seorang wanita
yang telah mengalalmi kehamilan dengan usia kehamilan 28 minggu dan
telah melahirkan buah kehamilan 2 kali atau lebih. Sedangkan grande
multipara merupakan seorang wanita yang telah mengalami hamil dengan
usia kehamilan minimal 28 minggu dan telah melahirkan buah
kehamilannya lebih dari 5 kali (Wikjosastro, 2007).
Wanita yang telah melahirkan beberapa kali dan pernah
mengalami KPD pada kehamilan sebelumnya serta jarak
kelahiran yang terlampau dekat diyakini lebih berisiko akan mengalami
KPD pada kehamilan berikutnya (Helen, 2008).

19
Kehamilan yang terlalu sering, multipara atau grademultipara
mempengaruhi proses embriogenesis, selaput ketuban lebih tipis sehingga
mudah pecah sebelum waktunya. Pernyataan teori dari menyatakan
semakin banyak paritas, semakin mudah terjadinya infeksi amnion karena
rusaknya struktur serviks pada persalinan sebelumnya. KPD lebih sering
terjadi pada multipara, karena penurunan fungsi reproduksi, berkurangnya
jaringan ikat, vaskularisasi dan servik yang sudah membuka satu cm
akibat persalinan yang lalu (Nugroho, 2010).
d. Anemia
Anemia pada kehamilan merupakan adalah anemia karena
kekurangan zat besi. Jika persendian zat besi minimal, maka setiap
kehamilan akan mengurangi persendian zat besi tubuh dan akhirnya
menimbulkan anemia. Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah
ibu hamil mengalami hemodelusi atau pengencangan dengan penigkatan
volume 30% sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34
minggu. Pada ibu hamil yang mengalami anemia biasanya ditemukan ciri-
ciri lemas, pucat, cepat lelah, mata berkunang-kunang. Pemeriksaan darah
dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yang pada trimester pertama
dan trimester ke tiga.
Dampak anemia pada janin antara lain abortus, terjadi kematian
intrauterin, prematuritas, berat badan lahir rendah, cacat bawaan dan
mudah infeksi. Pada ibu, saat kehamilan dapat mengakibatkan abortus,
persalinan prematuritas, ancaman dekompensasikordis dan ketuban pecah
dini (Manuaba,2009).
e. Perilaku Merokok
Kebiasaan merokok atau lingkungan dengan rokok yang intensitas
tinggi dapat berpengaruh pada kondisi ibu hamil. Rokok menggandung
lebih dari 2.500 zat kimia yang teridentifikasi termasuk karbonmonoksida,
amonia, aseton, sianida hidrogen, dan lain-lain. Merokok pada masa
kehamilan dapat menyebabkan gangguan-gangguan seperti kehamilan

20
ektopik, ketuban pecah dini, dan resiko lahir mati yang lebih tinggi
(Sinclair, 2003)
f. Riwayat KPD
Pengalaman yang pernah dialami oleh ibu bersalin dengan
kejadian ketuban pecah dini dapat berpengaruh besar terhadap ibu jika
menghadapi kondisi kehamilan. Riwayat KPD sebelumnya beresiko 2-4
kali mengalami ketuban pecah dini kembali. Patogenesis terjadinya KPD
secara singkat ialah akibat penurunan kandungan kolagen dalam membran
sehingga memicu terjadinya ketuban pecah dini dan ketuban pecah
preterm. Wanita yang pernah mengalami KPD pada kehamilan menjelang
persalinan maka pada kehamilan berikutnya akan lebih beresiko dari pada
wanita yang tidak pernah mengalami KPD sebelumnya karena
komposisi membran yang semakin menurun pada kehamilan berikutnya.
g. Serviks yang Inkompetensik
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan
pada otot- otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan
lemah, sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak
mampu menahan desakan janin yang semakin besar. Inkompetensia
serviks adalah serviks dengan suatu kelainan anatomi yang nyata,
disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan
suatu kelainan kongenital pada serviks yang memungkinkan terjadinya
dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan
trimester kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan
dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil konsepsi.
h. Tekanan Intra Uterin
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara
berlebihan dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini, misalnya :
1) Trauma
Berupa hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis.

21
2) Gemelli : Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau
lebih. Pada kehamilan gemelli terjadinya distensi uterus yang
berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara
berlehihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang
lebih besar dan kantung (selaput ketuban) relative kecil sedangkan
dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan
selaput ketuban tipis dan mudah pecah (Novihandari, 2016).

6. Komplikasi
Adapun pengaruh KPD terhadap ibu dan janin menurut (Sunarti, 2017)
yaitu:
a. Prognosis Ibu
Komplikasi yang dapat disebabkan KPD pada ibu yaitu infeksi
intrapartal/ dalam persalinan, infeksi puerperalis/ masa nifas, dry labour/
partus lama, perdarahan post partum, meningkatnya tindakan operatif
obstetric (khususnya SC), morbiditas dan mortalitas maternal.
b. Prognosis Janin
Komplikasi yang dapat disebabkan KPD pada janin itu yaitu
prematuritas (sindrom distes pernapasan, hipotermia, masalah pemberian
makanan neonatal), retinopati premturit, perdarahan intraventrikular,
enterecolitis necroticing, ganggguan otak dan risiko cerebral palsy,
hiperbilirubinemia, anemia, sepsis, prolaps funiculli/ penurunan tali pusat,
hipoksia dan asfiksia sekunder pusat, prolaps uteri, persalinan lama, skor
APGAR rendah, ensefalopati, cerebral palsy, perdarahan intrakranial,
gagal ginjal, distres pernapasan), dan oligohidromnion (sindrom
deformitas janin, hipoplasia paru, deformitas ekstremitas dan pertumbuhan
janin terhambat), morbiditas dan mortalitas perinatal (Marmi dkk, 2016).

7. Penatalaksanaan

22
Pastikan diagnosis terlebih dahulu kemudian tentukan umur
kehamilan, evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi janin serta
dalam keadaan inpartu terdapat gawat janin. Penanganan ketuban pecah dini
dilakukan secara konservatif dan aktif, pada penanganan konservatif yaitu
rawat di rumah sakit (Prawirohardjo, 2009).
Masalah berat pada ketuban pecah dini adalah kehamilan dibawah 26
minggu karena mempertahankannya memerlukan waktu lama. Apabila sudah
mencapai berat 2000 gram dapat dipertimbangkan untuk diinduksi. Apabila
terjadi kegagalan dalam induksi makan akan disetai infeksi yang diikuti
histerektomi. Pemberian kortikosteroid dengan pertimbangan akan menambah
reseptor pematangan paru, menambah pematangan paru janin. Pemberian
batametason 12 mg dengan interval 24 jam, 12 mg tambahan, maksimum
dosis 24 mg, dan masa kerjanya 2-3 hari, pemberian betakortison dapat
diulang apabila setelah satu minggu janin belum lahir. Pemberian tokolitik
untuk mengurangi kontraksi uterus dapat diberikan apabila sudah dapat
dipastikan tidak terjadi infeksi korioamninitis. Meghindari sepsis dengan
pemberian antibiotik profilaksis (Manuaba, 2008).
Penatalaksanaan ketuban pecah dini pada ibu hamil aterm atau preterm
dengan atau tanpa komplikasi harus dirujuk ke rumah sakit. Apabila janin
hidup serta terdapat prolaps tali pusat, pasien dirujuk dengan posisi panggul
lebih tinggi dari badannya, bila mungkin dengan posisi sujud. Dorong kepala
janin keatas degan 2 jari agar tali pusat tidak tertekan kepala janin. Tali pusat
di vulva dibungkus kain hangat yang dilapisi plastik. Apabila terdapat demam
atau dikhawatirkan terjadinya infeksi saat rujukan atau ketuban pecah lebih
dari 6 jam, makan berikan antibiotik penisilin prokain 1,2 juta UI
intramuskular dan ampisislin 1 g peroral.
Pada kehamilan kurang 32 minggu dilakukan tindakan konservatif,
yaitu tirah baring, diberikan sedatif berupa fenobarbital 3 x 30 mg. Berikan
antibiotic selama 5 hari dan glukokortikosteroid, seperti deksametason 3 x 5
mg selama 2 hari. Berikan pula tokolisis, apanila terjadi infeksi maka akhiri

23
kehamilan. Pada kehamilan 33-35 miggu, lakukan terapi konservatif selama
24 jam kemudian induksi persalinan. Pada kehamilan lebih dari 36 minggu
dan ada his maka pimpin meneran dan apabila tidak ada his maka lakukan
induksi persalinan. Apabila ketuban pecah kurang dari 6 jam dan pembukaan
kurang dari 5 cm atau ketuban pecah lebih dari 5 jam pembukaan kurang dari
5 cm (Sukarni, 2013).
Sedangkan untuk penanganan aktif yaitu untuk kehamilan > 37
minggu induksi dengan oksitosin, apabila gagal lakukan seksio sesarea. Dapat
diberikan misoprostol 25μg – 50μg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali
(Khafidoh, 2014).

C. Pemanfaatan Vitamin C Untuk Mencegah Ketuban Pecah Dini


1. Hubungan Vitamin C dengan Ketuban Pecah Dini
Menurut Niknejad H, Peirovi H, Jorjan M, Ahmadiani A, Ghanavi J,
Seifalian AM., 2008 dan Osaikhuwuomwan JA tahun 2010, diketahui bahwa
ketuban pecah dini memiliki kandungan kolagen yang kurang. Isi kolagen
disekresikan oleh sel-sel mesenchymal di lapisan fibroblast. Kolagen
interstisial (tipe I dan III) mendominasi dan membentuk bundle parallel yang
menjaga integritas mekanik amnion. Kolagen tipe V dan VI membentuk
koneksi filamen antara kolagen interstisial dan dasar selaput epitel.Kerusakan
kolagen sebagai komponen utama dari matriks ekstraseluler membran ketuban
(amnion dan korion), dianggap sebagai faktor utama terjadinya ketuban pecah
dini (PROM) (Lina Damayanti, 2017).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian suplemen vitamin
C pada masa kehamilan secara efektif dapat mengurangi kejadian ketuban
pecah dini atau PROM. Vitamin C terlibat dalam pemeliharaan kolagen dan
antioksidan. Vitamin C yang adekuat dapat langsung bertindak untuk
meningkatkan tiga helix mRNA kolagen posttransciption. Sebaliknya,
kekurangan vitamin C akan meningkatkan 72-kDa tipe IV kolagenase dan
metalloproteinase. Sedangkan sebagai antioksidan, vitamin C bertindak

24
sebagai agen pereduksi dengan memberikan atom hidrogen dengan electron
tunggal untuk menstabilkan electron tidak berpasangan tunggal di cincin luar
spesies oksigen reaktif (Lina Damayanti, 2017).
2. Pemanfaatan Vitamin C
Vitamin C bisa didapatkan dari buah dan sayuran. Namun pada
kehamilan konsentrasi plasma vitamin C menurun secara progresif. Penurunan
ini sebagian besar mungkin mencerminkan efek hemodilusi. Padahal vitamin
C memainkan peranan penting dalam metabolisme kolagen dan meningkatkan
pemeliharaan ketahanan membran korioamnion (Lina Damayanti, 2017).
Hasil penelitian Garba IH dan Amodu BO, yang mengukur konsentrat
total serum vitamin C (L-ascorbic acid) pada 90 ibu hamil masing – masing
30 orang tiap trimester kehamilan (usia 18-35 tahun). Konsentrat total serum
vitamin C terendah ditemukan pada kehamilan trimester ketiga, yang
menunjukkan bahwa stres oksidatif tertinggi selama ini pada kehamilan
trimester ketiga. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan
suplemen vitamin C di seluruh periode kehamilan penting karena rata – rata
serum konsentrasi vitamin C dalam tiga trimester secara signifikan lebih
rendah dari normal, nilai control. Hal ini juga menguatkan bukti klinis
terhadap manfaat Vitamin C sebagai antioksidan untuk melindungi terhadap
oksigen reaktif spesies yang berlebihan selama masa kehamilan (Hassan GI,
Onu AB., 2006)
Hajifoghaha et al (2008) menunjukkan pemberian suplemen vitamin C
100 mg pada wanita hamil setelah usia kehamilan 20 minggu, secara
signifikan dapat menurunkan kejadian PROM dan PPROM. Ghomian et al
(2013), pemberian suplemen vitamin C 100 mg setiap hari dari usia kehamilan
14 minggu dapat mencegah PPROM dan PROM (Lina Damayanti, 2017).

3. Pentingnya Vitamin C

25
Suplemen vitamin C adalah sangat penting pada wanita hamil,
kekurangan vitamin C telah terbukti mempengaruhi stuktur plasenta dan
memfasilitasi infeksi korioamnion yang dapat menghasilkan peningkatan
risiko ketuban pecah dini (PROM atau PPROM) dan kelahiran premature.
Selain itu suplemen vitamin C dapat juga membantu mencegah
pengembangan komplikasi yang semua terkait dengan tingginya level stress
oksidatif seperti kehamilan dengan hipertensi (gestationalhypertension),
pertumbuhan janin terhambat (Intrauterine Growth Retardation) dan
gestational diabetes (Lina Damayanti, 2017).
Oleh karena itu setiap wanita hamil dapat direkomendasikan untuk
diberikan suplemen vitamin C 100 mg selama masa kehamilannya untuk
mencegah ketuban pecah dini (PROM/PPROM). Pemberian dosis besar
suplemen Vitamin C tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan reaksi yang
merugikan seperti yang terkait dengan stres oksidatif (Lina Damayanti, 2017).
Manfaat vitamin C bagi kehamilan antara lain: mempertahankan
keutuhan membran yang menyelimuti janin dan ketuban; mencegah ketuban
pecah dini, membantu pembentukan Hb darah, mencegah infeksi dan
memperkuat daya tahan tubuh. Secara khusus vitamin C membantu
terbentuknya jaringan kolagen sebagai jaringan ikat untuk memperkuat
membrane ketuban, menghindari infeksi yang menyebabkan KPD (Munafiah,
2019).
Pemberian vitamin C pada kehamilan memiliki manfaat untuk
menurunkan kejadian Ketuban Pecah Dini. Sehingga perlu adanya upaya
tindakan pencegahan terjadinya KPD salah satunya dengan pemberian vitamin
C pada masa kehamilan dan memperbaiki nilai asupan gizi selama kehamilan
(Munafiah, 2019).

26
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOLABORASI PADA KEHAMILAN


NY.A 27 TAHUN G1P0A0 HAMIL 39-40 MINGGU
DENGAN KETUBAN PECAH DINI 8 JAM

Hari/Tanggal Pengkajian : Selasa, 2 Mei 2023


Waktu Pengkajian : 23.00 WIB
Tempat Pengkajian : PONED Puskesmas Bungursari
Pengkaji : Lia Nurmala

IDENTITAS
Nama : Ny. A Nama : Tn.B
Umur : 27 tahun Umur :22 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Buruh
Golongan Darah :A Golongan darah :-
Alamat : Pasirangin dusun RT 02 RW 09

DATA SUBJEKTIF
Ibu mengeluh keluar air-air sejak jam 18.00 WIB dan mules sejak jam 18.30 WIB. Ini
merupakan kehamilan pertama dan belum pernah keguguran. HPHT tanggal 26 Juli
2022. Tidak memiliki riwayat penyakit berat seperti hipertensi, diabetes, penyakit
ginjal, penyakit asma. Tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan dan obat-
obatan. Status imunisasi TT2. Suami dan keluarga sangat mendukung terhadap
kehamilan ini. Sebelum hamil tidak pernah menggunakan KB. Makan beraneka
ragam berupa karbohidrat, protein, lemak dan sayuran.. Minum air putih ±8 gelas per

27
hari. BAB rutin setiap hari, dan BAK lancar. Tidur 7 jam pada malam hari dan suka
tidur siang ±1 jam.

DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional stabil.
2. Pemeriksaan Antropometri
Tinggi badan 152 cm, Berat badan sebelum hamil 47 kg, Berat badan saat ini 61
kg, Lila 26 cm, IMT 26,5.
3. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 80 x/menit, Respirasi 20 x/menit, Suhu
36,5oC.
4. Pemeriksaan fisik :
Kepala tidak ada rambut rontok. Mata simetris, sklera putih, konjungtiva merah
muda. Hidung tidak ada sumbatan. Telinga simetris dan bersih. Mulut Tidak ada
stomatitis. Leher Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan kelenjar limfe.
Payudara puting susu menonjol, sudah ada pengeluaran kolostrum di kedua
payudara.
Abdomen tidak ada luka bekas operasi.
Leopold I :TFU 3 jari dibawah prosesus xifoideus Teraba lunak, bundar,
dan tidak melenting
Leopold II :Teraba bagian keras memanjang seperti ada tahanan diperut
sebelah kanan ibu. Teraba bagian-bagian kecil janin di perut
sebelah kiri ibu.
Leopold III : Teraba keras, bulat dan melenting sudah masuk PAP
Leopold IV : Konvergen 4/5 jari
TFU Mc Donald : 32 cm
TBBJ : 3255 gram
DJJ : 140 x/menit regular.
His : 2 x 10’ 20”

28
Ekstremitas atas tidak ada oedema. Ekstremitas bawah tidak ada oedema, tidak
ada varises.
VT v/v tidak ada kelainan portio tebal, belum ada pembukaan, presentasi kepala
Hodge I, sisa cairan jernih.
5. Pemeriksaan Penunjang
Kertas Lakmus berubah menjadi biru
Pemeriksaan penunjang pada bulan Desember 2022 :
HIV : Non Reaktif
Sifilis : Non Reaktif
HBSAg : Non Reaktif
Haemoglobin : 11,4 gr/dl

ANALISA DATA
Ny.A 27 tahun G1P0A0 hamil 39-40 minggu dengan ketuban pecah dini 8 jam

PENATALAKSANAAN
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan bahwa tanda-tanda vital dalam batas
normal, janin sehat, namun ketuban sudah pecah dan belum ada pembukaan ; Ibu
dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Melakukan observasi keadaan umum, djj dan his. Evaluasi : Jam 00.00 keadaan
umum baik, DJJ 154 x/menit dan his 2 x 10’ 20”.
3. Melakukan kolaborasi dengan dokter jaga Puskesmas mengenai kondisi ibu
sekarang ; Advis dokter :
a. Lakukan pemasangan infus RL 20 tpm
b. Berikan Amoxicillin tab 500 mg per oral 3x1
c. Rujuk ke Rumah Sakit
4. Melakukan informed consent mengenai pemasangan infus dan rujukan ke rumah
sakit ; Suami menyetujui untuk dirujuk.
5. Melakukan pemasangan infus ; Infus RL 500 ml 20 tpm telah terpasang di tangan
kanan ibu jam 00.15 WIB.

29
6. Memberikan terapi Amoxicillin tab 500 mg per oral ; terapi Amoxicillin tab 500
mg sudah diberikan per oral jam 00.30 WIB.
7. Melakukan konsultasi dengan PONEK RS Permata Bunda ; Tidak bisa menerima
rujukan karena ruangan kelas III penuh
8. Melakukan konsultasi dengan PONEK RSUD dr.Soekardjo ; Advis PONEK
RSUD dr Soekardjo menerima rujukan dan segera rujuk ke PONEK.
9. Menghubungi Si Cetar untuk menjemput pasien di PONED ; Operan pasien ke
petugas si Cetar jam 02.00 WIB.
10. Merujuk pasien ke RSUD dr.Soekardjo jam 02.08 WIB melalui si Cetar; Pasien
sudah dirujuk ke RSUD dr.Soekardjo.

30
BAB IV

PEMBAHASAN

Pengkaji akan membahas tentang Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ny.A


27 tahun G1P0A0 Hamil 39-40 Minggu dengan Ketuban Pecah Dini 8 jam yang
dikaji tanggal 2 Mei 2023 di PONED Puskesmas Bungursari. Pengkaji juga akan
membahas kesesuaian serta kesenjangan antara asuhan yang diberikan kepada klien
dengan teori yang ada. Adapun pembahasannya sebagai berikut :
Pada data subjektif, Ibu mengeluh keluar air-air sejak jam 18.00 WIB dan
mules sejak jam 18.30 WIB. KPD yaitu apabila ketuban pecah spontan tanpa diikuti
tanda-tanda persalinan seperti adanya pembukaan serviks akibat dari kontraksi uterus,
pengeluaran lendir bercampur darah (Medina dan Hill. 2006).Menurut Manuaba
(2008), KPD atau premature rupture of the membranes (PROM) adalah pecahnya
selaput ketuban sebelum adanya tanda-tanda persalinan (Tahir Suriani, 2021).
Berdasarkan data subjektif pasien dibandingkan dengan teori yang ada maka hal ini
sesuai.
Pada pemeriksaan antropometri, BB pasien 61 kg, TB 152 cm, Lila 26 cm,
IMT 26,5 cm. Berdasarkan teori, ambang batas Lingkar Lengan Atas (LILA) pada
WUS dengan risiko KEK adalah 23,5 cm. Apabila LILA < 23,5 cm artinya wanita
tersebut mempunyai risiko KEK dan sebaliknya apabila LILA lebih dari ≥ 23,5 cm
berarti wanita itu tidak berisiko dan dianjurkan untuk tetap mempertahankan keadaan
tersebut (Luh Komang Tasya Fitriyani, 2019). Sehingga pasien ini tidak mengalami
KEK. Pasien ini memiliki IMT 26,5. Menurut Manuaba dalam Nani Puspitasari
(2018) IMT 26,5 termasuk ke dalam golongan tinggi, tidak tergolong ke obesitas.
Pada pemeriksaan abdomen, pengukuran TFU dilakukan secara Leopold dan
Mc Donald. Secara leopold, didapatkan TFU 3 jari di bawah prosesus xifoideus.
Menurut Mc Donald, TFU 32 cm. TBBJ 3255 gram. Berdasarkan teori, TFU pada
usia 39-40 minggu yaitu 2-3 jari dibawah prosesus xifoideus. Beradarkan Mc Donald,

31
TFU 32 cm sehingga TBBJ nya 3255 gram. Dalam hal ini tidak ada kesenjangan
antara teori dengan kasus yang ada.
Pemeriksaan His 2x 10' 20". Pemeriksaan VT v/v tidak ada kelainan portio
tebal, belum ada pembukaan, presentasi kepala Hodge I, sisa cairan jernih.
Pemeriksaan penunjang kertas lakmus berubah menjadi warna biru.
Berdasarkan hasil pemeriksaan his dan pemeriksaan dalam maka pasien belum masuk
ke dalam fase inpartu. Tanda-tanda inpartu meliputi pembukaan dan penipisan
serviks, kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks, keluarnya lendir
bercampur darah. Pada pemeriksaan tes nitrazin menggunakan kertas lakmus. Jika
saat dicelupkan atau disentuhkan pada air ketuban, maka kertas lakmus berubah
warna dari merah menjadi biru. Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan maka
pasien mengalami ketuban pecah dini. Dalam hal ini tidak memiliki kesenjangan
antara teori dengan asuhan yang telah dilakukan.
Pada analisa data, berdasarkan hasil pengkajian data subjektif dan objektif
didapatkan analisa : Ny.A 27 tahun G1P0A0 hamil 39-40 minggu dengan ketuban
pecah dini 8 jam. Hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dengan kasus yang ada.
Pada penatalaksanaan, terdapat proses kolaborasi antara bidan dengan dokter
penanggung jawab PONED. Advis dokter :
a. Lakukan pemasangan infus RL 20 tpm
b. Berikan Amoxicillin tab 500 mg per oral 3x1
c. Rujuk ke Rumah Sakit
Berdasarkan teori, konsultasi dalam melaksanakan manajemen kebidanan dapat
mengonsultasikan klien kepada dokter atau tim medis lainnya sesuai dengan
kebutuhan klien. Kolaborasi dalam keadaan gawat, bidan dapat bekerja sama dengan
dokter dalam melakukan tindakan terhadap klien dimana klien memerlukan
penanganan yang bukan merupakan wewenang seorang bidan. Rujukan jika tidak
mampu mengatasi masalah yang timbul pada klien, bidan dapat merujuk klien ke
instansi yang lebih mampu. Dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dengan
asuhan yang ada (Kartikasari dkk. 2021).

32
Pemasangan infus RL untuk stabilisasi serta pemberian antibiotik untuk
mencegah infeksi pada klien. Dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan antara teori
dengan asuhan yang ada.
Pada penatalaksanaan, Bidan melakukan informed consent mengenai
pemasangan infus dan rujukan ke rumah sakit ; Suami menyetujui untuk dirujuk.
Berdasarkan teori, informed consent merupakan persetujuan tindakan medis.
Pelaksanaan ini sebuah keharusan dalam setiap penyelenggaraan praktek kedokteran
khususnya dalam hal pemberian tindakan medis tertentu pada pasien. Pada pasal 58c
UU Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan menyatakan bahwa tenaga
kesehatan dalam menjalankan praktik, memperoleh persetujuan dari penerima
pelayanan kesehatan atau keluarganya atas tindakan yang diberikan (Matippana,
Ampera. 2019). Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dengan asuhan yang
dilakukan.
Pada penatalaksanaan, bidan melakukan proses rujukan ke Rumah Sakit yaitu
ke RSUD dr.Soekardjo dan dibantu oleh si Cetar untuk mempermudah proses rujukan
tersebut. Berdasarkan Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal tahun 2013, Kehamilan dengan kondisi kegawatdaruratan yang
membutuhkan rujukan segera yaitu Seperti perdarahan, eklampsia, ketuban pecah
dini, atau kondisi-kondisi kegawatdaruratan lain pada ibu dan bayi. Sehingga
penatalaksanaan rujukan merupakan pelaksanaan yang tepat dan dalam hal ini tidak
memiliki kesenjangan.
Berdasarkan jurnal, supaya kejadian ketuban pecah dini bisa teratasi maka
terdapat salah satu cara untuk mencegahnya yaitu dengan mengonsumsi vitamin C
100 mg per hari yang dimulai pada usia kehamilan 20 minggu. Berdasarkan
penelitian Lina Damayanti tahun 2017, menunjukkan bahwa pemberian suplemen
vitamin C pada masa kehamilan secara efektif dapat mengurangi kejadian ketuban
pecah dini atau PROM. Vitamin C terlibat dalam pemeliharaan kolagen dan
antioksidan.

33
BAB V
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Dari hasil pengelolaan data yang penulis dapatkan di lapangan pada
asuhan kebidanan kehamilan pada Ny. A usia 27 Tahun G1P0A0 Gravida 39-40
Minggu Dengan Ketuban Pecah Dini 8 jam di Puskesmas Bungursari. Dari tahap
pengkajian, menentukan diagnosa,melakukan penatalaksanaan sekaligus evaluasi
tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana asuhan serta
mendokumentasikannya dalam bentuk catatan SOAP, maka penulis dapat
menarik kesimpulan bahwa asuhan yang diberikan pada pada Ny. A usia 27
Tahun G1P0A0 Gravida 39-40 Minggu Dengan Ketuban Pecah Dini 8 jam sudah
sesuai dengan standar asuhan dan hasil yang dicapai sudah sesuai dengan yang
diharapkan.
Selain itu dalam upaya pencegahan kejadian ketuban pecah dini terdapat
salah satu cara untuk mencegahnya yaitu dengan mengonsumsi vitamin C 100 mg
per hari yang dimulai pada usia kehamilan 20 minggu. Berdasarkan penelitian
Lina Damayanti tahun 2017, menunjukkan bahwa pemberian suplemen vitamin C
pada masa kehamilan secara efektif dapat mengurangi kejadian ketuban pecah
dini atau PROM. Vitamin C terlibat dalam pemeliharaan kolagen dan antioksidan.

B. Saran
1. Institusi pelayanan
Diharapkan kepada institusi pelayanan untuk dapat meningkatkan efektifitas
pelayanan pada kasus yang di temukan.
2. Institusi pendidikan
Diharapkan kepada institusi pendidikan untuk menambah sumber buku
pustaka yang terbaru agar membantu mahasiswa dalam meningkatkna
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan ilmu dan tekhnologi terkini.

34
3. Bagi penulis
Untuk keberhasilan dalam asuhan kebidanan selanjutnya penulis hendaknya
mampu melaksanakan kerjasama yang baik dengan petugas dan pasien, serta
meningkatkan komunikasi terapeutik dengan pasien dan mampu
melaksanakan asuhan yang terpadu dengan pasien.

35
DAFTAR PUSTAKA

Aimmatul Ainiyah. 2018. Asuhan Kebidanan Komprehensif. Jombang. Cendekia


Medika

Kartikasari dkk. 2021. Bahan Ajar Asuhan Kehamilan. Sukabumi : CV Jejak

Kemenkes. 2021. Peraturan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21


Tahun 2021 tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa
Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan
Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual

Khafidoh. 2014. Hubungan Ketuban Pecah Dini dengan Keadaan Gawat Janin
dalam Persalinan di Rumah Sakit Umum Prof Dr.Margono Soekardjo.
Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Lina Damayanti Bainuan. 2017. Pencegahan Ketuban Pecah Dini (Premature


Rupture of Membran) Dengan Suplemen Vitamin C Pada Kehamilan. Dalam
Jurnal Seminar Nasional dan Workshop Publikasi Ilmiah ISSN. 2579-7719

Luh Komang Tasya Fitriyani. 2019. Hubungan Lingkar Lengan Atas dan
Pertambahan Berat Badan Selama Hamil dengan Berat Badan Lahir Bayi di
Puskesmas I Denpasar Timur. Dalam jurnal Poltekkes Denpasar

Marmi, dkk. 2016. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Matippana, Ampera. 2019. Pentingnya Memahami Informed Consent dan Rahasia


Medis Dalam Praktek kedokteran. Ponorogo : Uwais Inspirasi Indonesia

Morgan, Geri. 2009. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC

36
Munafiah, Durrotun dkk. 2019. Manfaat Vitamin C Terhadap Kejadian Ketuban
Pecah Dini (KPD) Pada Ibu Bersalin. Dalam Jurnal Kesehatan Prima Volume
13 No 2 p-ISSN: 1978-1334 e-ISSN: 2460-8661

Nani, Puspitasari. 2018. Asuhan Kebidanan Continuity Care Pada Ny. N Masa Hamil
Sampai dengan Keluarga Berencana di Klinik Pangestu Siti Saudah SST
Polorejo, Babadan, Ponorogo. Ponorogo : Universitas Muhammadiyah
Ponorogo.

Niluhpayu Sari. 2018. Asuhan Kebidanan Pada Ibu “Sm” Umur 21 Tahun
Primigravida Dari Umur Kehamilan 38 Minggu 5 Hari Sampai 42 Hari Masa
Nifas. Poltekkes Denpasar

Romauli. 2011. Buku Ajar Kebidanan Konsep Dasar Asuhan Kehamilan.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Saifuddin. 2013. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo

Sukarni, I K& Wahyu, P. 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. NuhaMedika.


Yogyakarta.

Tahir, Suriani. 2021. Faktor Determinan Ketuban Pecah Dini. Bandung : CV


MEDIA SAINS INDONESIA

Walyani. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta : Pustaka Baru

37
LAMPIRAN
DOKUMENTASI KEGIATAN

38

Anda mungkin juga menyukai