Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEBIDANAN

PADA NY G2P0A1H0 INPARTU DENGAN PERSALINAN FISIOLOGI


DI RSIA ZAINAB

DISUSUN OLEH :
MAHASISWA S1 KEBIDANAN
ANGKATAN 2020 SEMESTER 5

PRODI KEBIDANAN SARJANA DAN PEDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ABDURRAB
TAHUN 2023
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan kasus Seminar Cased Based Discussion (CBD) dengan judul


“Asuhan Kebidanan Pada Ny Elni Noviani G2P0A1H0 Inpartu dengan Persalinan
Fisiologi di RSIA Zainab” telah dikonsultasikan, diperbaiki dan mendapatkan
pengesahan oleh Pembimbing Lahan Dan Dosen Penanggung Jawab

Pekanbaru, 02 Februari 2023

Koordinator Praktek Klinik Clinical


Instruktur

( Ns. Dian Puspitasari,S.Kep ) ( Imelda


Fitri,SST,M.Keb )

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB l PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1. Latar Belakang....................................................................................1
1.2. Tujuan Penulisan.................................................................................1
1.3. Manfaat Penulisan...............................................................................2
BAB ll PEMBAHASAN.....................................................................................3
2.1 Pengertian.............................................................................................3
2.2 Etiologi..................................................................................................6
2.3 Manifestasi Klinik................................................................................10
2.4 Patofisiologi
2.5 Pathwa
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
2.7 Komplikasi
2.8 Penatalaksanaan
2.9 Fokus Pengkajian
2.10Konsep Dasar Keperawatan
BAB lII TINJAUAN KASUS............................................................................26
BAB IV PEMBAHSAN
BAB V KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia
dimana angka kematian ibu bersalin yang cukup tinggi. Keadaan ini disertai dengan
komplikasi yang mungkin saja timbul selama persalinan, sehingga memerlukan
pengetahuan dan keterampilan yang baik dalam bidang kesehatan, meningkatkan kualitas
sumber daya manusia dan menurunkan angka kematian, kesakitan ibu dan perinatal.
Persalinan sampai saat ini masih merupakan masalah dalam pelayanan kesehatan. Hal ini
diakibatkan pelaksanaan dan pemantauan yang kurang maksimal dapat menyebabkan ibu
mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut pada komplikasi (Atika
Purwandari, 2014)
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari
uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup
bulan (setelah 37 - 42 minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin, disusul
dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir, serta
berlangsung dengan bantuan atau tanpa bantuan (Ardriaansz, 2017)
Persalinan terdiri dari empat kala yaitu, kala I dimulai sejak pembukaan serviks
hingga pembukaan lengkap (10 cm), kala II dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir,
kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak
lebih dari 30 menit dan kala IV dari lahirnya plasenta sampai dua jam pertama
postpartum (Sutanto & Fitriana, 2018).
Kala II persalinan dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai dengan
pengeluaran bayi. Setelah serviks membuka lengkap janin akan segera keluar. Pada kala
pengeluaran, his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama, kira – kira 2 -3 menit lamanya
60-90 detik. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadi tekanan pada
otot – otot dasar panggul yang menimbulkan rasa mengedan. Terjadi tekanan pada
rectum, ibu merasa ingin buang air besar, dan tanda anus terbuka (Ilmiah, 2015).
Setiap persalinan beresiko mengalami komplikasi persalinan yang berdampak
pada terjadinya kematian ibu. Salah satu gangguan saat persalinan adalah terjadinya
nyeri melahirkan, nyeri selama proses persalinan merupakan kondisi yang fisiologis.
Namun, jika dibiarkan nyeri dapat mempengaruhi kondisi ibu berupa mempengaruhi
kontraksi uterus melalui sekresi kadar katekolamia yang menaikkan aktivitas sistem saraf
simpatis, perubahan tekanan darah, denyut jantung, pernapasan dan akibatnya
memengaruhi lama persalinan, kecemasan dan kelelahan atau kekuatan ibu akan habis
saat persalinan (Rahmawati et al., 2013).
Asuhan Persalinan Normal adalah penatalaksanaan ibu bersalin secara bersih
aman dengan penanganan proaktif dalam persiapan dan pencegahan infeksi. Persalinan

1
yang bersih dan aman serta pencegahan infeksi secara proaktif selama dan pasca
persalinan terbukti mampu mengurangi angka kesakitan dan kematian ibu bersalin dan
bayi baru lahir. Asuhan Persalinan Normal (APN) sebagai paradigma baru pada
pertolongan persalinan sangat memberi manfaat kepada ibu karena didasari oleh
langkah-langkah standar kerja (Musphyanti Chalida, 2017)

B. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Diberikan Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin di RSIA Zainab dengan
menggunakan metode SOAP
b. Tujuan Khusus
1. Diidentifikasikan data subjektif dan objektif pada ibu bersalin di RSIA Zainab
2. Dilakukan Assessment/Diagnosa pada ibu bersalin di RSIA Zainab
3. Dilakukan tindakan pada Ibu Bersalin di RSIA Zainab

C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Untuk perkembangan ilmu dan penerapan pelayanan kebidanan pada ibu bersalin.
2. Manfaat Aplikatif
a) Bagi Tenaga Kesehatan
Bagi profesi kebidanan dapat terus menerapkan dan meningkatkan peran, fungsi
dan tanggung jawab dalam bentuk asuhan kebidanan pada ibu bersalin.
b) Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan acuan penelitian berikutnya bagi institusi pendidikan dalam
pengetahuan peran dan sikap bidan dalam pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu
bersalin.
c) Bagi Masyarakat
Masyarakat mendapatkan pelayanan dalam asuhan kebidanan pada ibu bersalin
sesuai dengan standar pelayanan kebidanan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke
dalam jalan lahir dan kemudian berakhir dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari
tubuh ibu melalui jalan lahir atau bukaan jalan lahir, dengan bantuan atau dengan kekuatan
ibu sendiri (Annisa dkk, 2017). Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin,
plasenta, dan cairan ketuban) dari uterus ke dunia luar melalui jalan lahir atau jalan lain
dengan bantuan atau dengan kekuatan ibu sendiri (Indrayani & Maudy, 2016).
Persalinan adalah proses dimana bayi, Plasenta, dan selaput ketuban keluar dari
uterus ibu bersalin. Persalinan yang normal terjadi pada usia kehamilan cukup bulan/setelah
usia kehamilan 37 minggu atau lebih tanpa penyulit. Pada akhir kehamilan ibu dan janin
mempersiapkan diri untuk menghadapi proses persalinan. Janin bertumbuh dan berkembang
dalam proses persiapan menghadapi kehidupan di luar Rahim. Ibu menjalani berbagai
perubahan fisiologis selama masa hamil sebagai persiapan menghadapi proses persalinan
dan untuk berperan sebagai ibu.Persalinan dan kelahiran adalah akhir kehamilan dan titik
dimulainya kehidupan di luar Rahim bagi bayi baru lahir.Persalinan dimulai sejak uterus
berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks yang membuka dan menipis dan
berakhir dengan lahirnya bayi beserta plasenta secara lengkap Pengalaman persalinan bisa
dialami oleh ibu pertama kali (primi), maupun kedua atau lebih (multi). (Fauziah, 2015)
Menurut World Health Organization (WHO) Persalinan normal adalah persalinan
dengan presentasi janin belakang kepala yang berlansung secara spontan dengan lama
persalinan dalam batas normal, beresiko rendah sejak awal persalinan hingga partus dengan
massa gestasi 37-42 minggu. Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (JNPK-KR,
2017). Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa persalinan adalah proses
pengeluaran hasil konsepsi dari dalam uterus dengan usia kehamilan cukup bulan (37-42
minggu) melalui jalan lahir dengan kekuatan ibu sendiri atau dengan bantuan dan tanpa
adanya komplikasi dari ibu maupun janin.

B. Etiologi
a. Keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah melewati
batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai (Sumarah,2008).
Otot hormon mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Apabila batas
tersebut telah terlewati makan akan terjadi kontraksi, sehingga persalinan dapat dimulai
(Ujiningtyas, 2009).
b. Penurunan progesterone

3
Villi koriales mengalami perubahan – perubahan dan produksi progesterone mengalami
penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitive terhadap oksitosin.Akibatnya otot rahim
mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesterone (Sumarah,2008).
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur 28 minggu, dimana terjadi penimbunan
jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu. Produksi progesterone
mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin.Akibat otot
rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesterone tertentu
(Manuaba, 2007).
c. Oksitosin internal
Perubahan keseimbangan yang terjadi pada estrogen dan progesteron. Apabila terjadi
penurunan progesteron maka reaksi oksitosin dapat meningkat sehingga persalinan dapat
terjadi (Sumarah,2008).
d. Prostaglandin
Akan terjadi peningkatan prostaglandin pada umur kehamilan 15 minggu, sehingga akan
memicu terjadinya kontraksi dan persalinan (Sumarah,2008). Prostaglandin yang
dikeluarkan oleh deciduas konsentrasinya meningkat sejak usia kehamilan 15 minggu.
Prostaglandin dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan, pemberian prostaglandin
saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim (Ujiningtyas, 2009).
e. Hipotalamus-hipofisis dan glandula suprarenalis
Terjadinya keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus (Sumarah,2008).

C. Manifestasi Klinis
Menurut Ari Kurniarum tahun 2016 sebab mulainya persalinan belum
diketahui dengan jelas, ada banyak faktor yang memegang peranan dan bekerja
sama sehingga terjadi persalinan. Beberapa teori yang ditemukan adalah sebagai
berikut :
1. Penurunan Kadar Progesteron
Progersteron menimbulkan relaxasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen
meninggalkan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara
kadar progesteron dan estrogen dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar
progesteron menurun sehingga timbulnya his.
2. Teori Oksitoksin
Oksitoksin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis porst posterior. Perubahan
keseimbangan estrogen dan progestern dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga
sering terjadi kontraksi baxton hicks. Diakhir kehamilan kadar
progesteron dan estrogen menurun sehingga oksitoksin bertambah dan
meningkatkan aktivitas otot-otot rahim yang memicu terjadinya kontraksi
sehingga terdapat tanda-tanda persalinan.
3. Keregangan Otot-Otot
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
Setelah melewati batas tertentu terjadinya kontraksi sehingga persalinan dapat
4
dimulai. Bila dindingnya teregang oleh isi yang bertambah maka akan timbul
kontraksi untuk mengeluarkan isinya.
4. Teori Plasenta Menjadi Tua
Semakin tuanya plasentaakan menyebabkan penurunan kadar progesteron
dan estrogen yang berakibat pada kontraksi pembuluh darah sehingga
menyebabkan uterus berkontraksi.
5. Teori Prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur 15 minggu yang
dikeluarkan oleh desidua. Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua diduga
menjadi salah satu sebab permulaan persalinan. Pemberian prostaglandin saat
hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsevsi dapat
keluar. Prostaglandin dapat dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan. Hal ini
didukung dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun
daerah perifer pada ibu hamil. Sebelum melahirkan atau selama persalinan.

Tanda-tanda permulaan persalinan sebelum terjadi persalinan yang sebenarnya, beberapa


minggu sebelumnya, wanita memasuki “bulan-nya” atau “minggu-nya” atau hari-nya.
Yang disebut kala pendahuluan. Kala pendahuluan memberikan tanda-tanda sebagai
berikut (Mochtar, 2011):
1. Lightening atau settling atau dropping, yaitu kepala turun memasuki pintu atas
panggul, terutama pada primigravida. Pada multipara, hal tersebut tidak begitu jelas.
2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3. Sering buang air kecil atau sulit berkemih (polakisuria) karena kandung kemih
tertekan oleh bagian bawah janin.
4. Perasaan nyeri di perut dan dipinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah uterus,
kadang-kadang disebut ”false labor pains”.
5. Serviks menjadi lembek; mulai mendatar, dan sekresinya bertambah, mungkin
bercampur darah (bloody show).

D. Patofisiologi
Proses terjadinya persalinan karena adanya kontraksi uterus yang dapat
menyebabkan nyeri. Ini dipengaruhi oleh adanya keregangan otot rahim, penurunan
progesteron, peningkatan oxytoksin, peningkatan prostaglandin, dan tekanan kepala bayi.
Dengan adanya kontraksi maka terjadi pemendekan SAR dan penipisan SBR. Penipisan
SBR menyebabkan pembukaan servik. Penurunan kepala bayi yang terdiri dari beberapa
tahap antara lain enggament, descent. fleksi, fleksi maksimal, rotasi internal, ekstensi,
ekspulsi kepala janin, rotasi eksterna. Semakin menurunnya kepala bayi menimbulkan rasa
mengejan sehingga terjadi ekspulsi. Ekspulsi dapat menyebabkan terjadinya robekan jalan
lahir akibatnya akan terasa nyeri. Setelah bayi lahir kontraksi rahim akan berhenti 5-10
menit, kemudian akan berkontraksi lagi. Kontraksi akan mengurangi area plasenta, rahim
bertambah kecil, dinding menebal yang menyebabkan plasenta terlepas secara bertahap. Dari
5
berbagai implantasi plasenta antara lain mengeluarkan lochea, lochea dan robekan jalan lahir
sebagai tempat invasi bakterisecara asending yang dapat menyebabkan terjadi risiko tinggi
infeksi. Dengan pelepasan plasenta maka produksi estrogen dan progesteron akan
mengalami penurunan, sehingga hormon prolaktin aktif dan produksi laktasi dimulai.
(Taber,1994)

E. Pathway

F. Pemeriksaan diagnostic
1. Pemeriksaan laboraturium
Cairan yang keluar dari vagina diperiksa dengan Tes Lakmus (tes nitrazin), jika kertas
lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya air ketebuan atau bisa
melakukan pemeriksaan Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada
gelas objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun
pakis (Hidayat, 2009:16)
2. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG untuk memeriksa oligohidramnion sangat membantu apabila belum
jelas tentang adanya tanda-tanda ketuban sudah pecah (Mustika, 2013:250)

G. Komplikasi
o Komplikasi persalinan distosia Normal

o Cephalopelvic disproportion
o Prolaps tali pusat
o Komplikasi persalinan janin terlilit tali pusar
o Emboli air ketuban
o Komplikasi persalinan asfiksia perinatal
o Gawat janin (fetal distress)
o Rahim robek (ruptur uteri)
o Sindrom aspirasi mekonium
o Perdarahan postpartum
o Komplikasi persalinan bayi sungsang (breech birth)
o Retensio plasenta
o Plasenta akreta
o Komplikasi persalinan atonia uteri

6
o Infeksi postpartum(Girsang, 2017).

H. Penatalaksanan
Menurut Kementerian Kesehatan RI, (2015), Penatalaksanaan pada asuhan persalinan
spontan antara lain:
1. Asuhan Persalinan Kala I
a) Mendiagnosis inpartu
b) Tanda-tanda yang harus diperhatikan dalam membuat diagnosis inpartu yaitu,
penipisan dan pembukaan servik, kontraksi uterus yang mengakibatkan pembukaan
serviks (minimal 2 kali dalam 10 menit), keluar lendir bercampur darah (blood show)
melalui vagina.
c) Pemantauan his yang adekuat
Pemantauan his yang adekuat dilakukan dengan cara menggunakan jarum detik.
Secara hati-hati, letakkan tangan penolong di atas uterus dan palpasi, hitung jumlah
kontraksi yang terjadi dalam kurun waktu 10 menit dan tentukan durasi atau lama
setiap kontraksi yang terjadi. Pada fase aktif, minimal terjadi dua kontraksi dalam 10
menit dan lama kontraksi adalah 40 detik atau lebih. Di antara dua kontraksi akan
terjadi relaksasi dinding uterus.
d) Memberikan asuhan sayang ibu selama proses persalinan
Persalinan saat yang menegangkan dan dapat menggugah emosi ibu dan keluarganya
atau bahkan dapat menjadi saat yang menakutkan bagi ibu. Upaya untuk mengatasi
gangguan emosional dan pengalaman yang menegangkan tersebut sebaiknya
dilakukan melalui asuhan sayang ibu selama persalinan dan proses kelahiran bayinya.
e) Penapisan untuk mendeteksi kemungkinan komplikasi gawat darurat kala I persalinan
Pada saat memberikan asuhan bagi ibu bersalin, penolong harus selalu waspada
terhadap kemungkinan timbulnya masalah atau penyulit. Ingat bahwa menunda
pemberian asuhan kegawatdaruratan akan meningkatkan risiko kematian dan kesakitan
ibu dan bayi baru lahir. Selama anamnesis dan pemeriksaan fisik tetap waspada
terhadap indikasi kegawatdaruratan. Langkah dan tindakan yang akan dipilih
sebaiknya dapat memberikan manfaat dan memastikan bahwa proses persalinan akan
berlangsung aman dan lancar sehingga akan berdampak baik terhadap keselamatan ibu
dan bayi yang akan dilahirkan.
f) Persiapan perlengkapan, bahan dan obat yang diperlukan harus tersedia daftar
perlengkapan, bahan dan obat yang diperlukan untuk asuhan persalinan dan kelahiran
bayi serta adanya serah terima antar petugas pada saat pertukaran waktu jaga. Setiap
petugas harus memastikan kelengkapan dan kondisinya dalam keadaan aman dan siap
pakai.

2. Asuhan persalinan kala II


a) Mendiagnosis kala II

7
Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks lengkap dan berakhir dengan
lahirnya bayi.
b) Mengenal tanda gejala kala II dan tanda pasti kala II memperhatikan adanya dorongan
untuk meneran, adanya tekanan pada anus, perineum menonjol dan vulva–vagina dan
sfingter ani membuka serta meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah
c) Amniotomi
Apabila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap, maka perlu
dilakukan tindakan amniotomi. Perhatikan warna air ketuban yang keluar saat
dilakukan amniotomi. Jika terjadi pewarnaan mekonium pada air menunjukkan adanya
hipoksia dalam rahim atau selama proses persalinan.
d) Episiotomi
Indikasi untuk melakukan episiotomi untuk mempercepat kelahiran bayi apabila
didapatkan adanya gawat janin dan bayi akan segera dilahirkan dengan tindakan,
penyulit kelahiran per vagina, jaringan parut pada perineum atau vagina yang
memperlambat kemajuan persalinan.

3. Asuhan persalinan kala III


a) Tujuan manajemen aktif kala III (MAK III)
Tujuan MAK III adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif
sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan, dan mengurangi
kehilangan darah selama kala III persalinan jika dibandingkan dengan penatalaksanaan
fisiologis.
b) Mengetahui fisiologi kala III
Pada kala III persalinan, otot uterus berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga
uterus. Tempat implantasi plasenta mengalami pengerutan akibat pengosongan kavum
uteri dan kontraksi lanjutan, sehingga plasenta dilepaskan dari pelekatannya dan
pengumpulan darah pada ruang uteroplasenter akan mendorong plasenta ke luar dari
jalan lahir. Terdapat tanda-tanda lepasnya plasenta, yaitu perubahan bentuk dan tinggi
fundus uterus, tali pusat memanjang dan semburan darah mendadak.
c) Keuntungan manajemen aktif kala III
Beberapa keuntungan manajemen aktif kala III yaitu, persalinan kala III menjadi
singkat, mengurangi jumlah kehilangan darah dan mengurangi kejadian retensio
plasenta.
d) Langkah Manajemen Aktif Kala III
 Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit setelah bayi lahir.
 Melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT)
 Masase fundus uteri
e) Deteksi atonia uteri

8
Deteksi atonia uteri di mana 15 menit masase fundus uteri tidak berkontraksi.
Penatalaksanaannya yaitu bidan melakukan kompresi bimanual interna dan kompresi
bimanual eksterna.

4. Asuhan persalinan kala IV


a) Pemantauan kala IV
Pemantauan Kala IV setiap 15 menit pada jam pertama, dan setiap 30 menit pada jam
ke dua. Keadaan yang dipantau meliputi keadaan umum ibu, tekanan darah,
pernapasan, suhu dan nadi, tinggi fundus uteri, kontraksi, kandung kemih, dan jumlah
darah.
b) Memeriksa dan menilai perdarahan
Periksa dan temukan penyebab perdarahan meskipun sampai saat ini belum ada
metode yang akurat untuk memperkirakan jumlah darah yang keluar. Estimasi
perdarahan yaitu, apabila perdarahan menyebabkan terjadinya perubahan tanda vital
(hipotensi), maka jumlah darah yang keluar telah mencapai 1.000– 1.200 ml. Apabila
terjadi syok hipovolemik, maka jumlah perdarahan telah mencapai 2.000–2.500 ml.
c) Penjahitan perineum
Jika ditemukan robekan perineum atau adanya luka episiotomi lakukan penjahitan
laserasi perineum dan vagina yang bertujuan menyatukan kembali jaringan tubuh dan
mencegah kehilangan darah yang tidak perlu. Kewenangan bidan pada laserasi grade 1
dan 2, berikut derajat laserasi perineum dan vagina.

I. Focus Pengkajian
Fokus Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan. Pengkajian
merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya. Kemampuan
mengindentifikasi masalah keperawatan yang terjadi pada tahap ini akan menentukan
diagnosis keperawatan. Diagnosis yang diangkat akan menentukan desain perencanaan
yang ditetapkan.
1. Biodata
Data lengkap dari pasien meliputi : nama lengkap, umur, jenis kelamin,
kawin/belum kawin, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan,
hubungan dengan pasien dan alamat.

2. Keluhan Utama
Keluhan hipertensi biasanya bermula dari nyeri kepala yang disebabkan oleh
peningkatan tekanan aliran darah ke otak.

3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang

9
Keadaan yang didapatkan apda saat pengkajian misalnya pusing, jantung
kadang berdebar-debar, cepat lelah, palpitasi, kelainan pembuluh retina, vertigo
dan muka merah dan epistaksis spontan.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan :
 Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya. Banyak faktor yang mempengaruhi seperti genetik,
lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatis, dan faktor-faktor
yang meningkatkan resiko seperti : obesitas, alkohol, merokok, serta
polisetemia.
 Hipertensi sekunder atau hipertensi renal, penyebabnya seperti :
penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vascular, dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit hipertensi lebih banyak menyerang wanita daripada pria dan penyakit
ini sangat dipengaruhi oleh faktor keturunan yaitu jika orang tua memiliki
riwayat hipertensi maka anaknya memiliki resiko tinggi menderita penyakit
seperti orang tuanya.

4. Riwayat Psikososial
Gejala : Riwayat kepribadian, ansietas depresi, euphoria, marah kronik, faktor
stress multiple
Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan
yang meledak, gerak tangan empati, muka tegang, gerak fisik, pernafasan
menghela nafas, penurunan pola bicara.

5. Riwayat Spiritual
Pada riwayat spiritual bila dihubungkan dengan kasus hipertensi belum dapat
diuraikan lebih jauh, tergantung dari dan kepercayaan masing-masing individu
6. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum : pasien nampak lemah
 Tanda-tanda vital : suhu tubu kadang meningkat, pernafasan dangkal dan
nadi juga cepat, tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg dan diastolik di
atas 90 mmHg
 Review of sistem
a. Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi, atherosklerosis, penyakit jantung
kongesti/katup dan penyakit serebrovaskuler.
Tanda : kenaikan tekanan darah
Nadi : denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, perbendaan denyut.

10
Frekuensi / irama : takikardia, berbagai distrimia.
Bunyi jantung : tidak terdengar bunyi jantung I pada dasar bunyi jantung
II dan bunyi jantung III.
Ekstremitas : perubahan warna kulit, suhu dingin, pengisian kapiler
mungkin lambat atau tertunda.

b. Neurosensori
Gejala : keluhan pening/ pusing, berdenyut, sakit kepala sub occipital
Episode bebas atau kelemahan pada satu sisi tubuh. Gangguan
penglihatan dan episode statis staksis.
Tanda : status menttal : perubahan keterjagaan, orientasi.
Pola / isi bicara, afek, proses fikir atau memori. Respon motorik :
penurunan kekuatan, genggaman tangan.

c. Nyeri / ketidaknyamanan
Gejala : angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung) nyeri
tungkai yang hilang timbul / klaudasi. Sakit kepala occipital berat, nyeri
abdomen/massa.

d. Pernafasan
Berhubungan dengan efek cardiopulmonal tahap lanjut dari hipertensi
menetap/berat.
Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja
tachypnea,ortopnea,dispena, nocturnal paroxymal, batuk dengan/ tanpa
pembentukan sputum, riwayat merokok.
Tanda : distress respirasi/ penggunaan otot aksessori pernafasan, bunyi
nafas tambahan, sianosis.

7. Aktivitas Sehari-hari
a. Aktivitas
Gejala : kelemahan, letih nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : frekuensi jantung meningkat,perubahan irama jantung

b. Eliminasi
Gejala : gejala ginjal saat ini atau yang lalu

c. Makanan dan Cairan

11
Gejala : makanan yang disukai mencakup makanan yang tinggi garam, lemak,
kolesterol serta makanan dengan kandungan tinggi kalori.
Tanda : berat badan normal atau obesitas
Adanya edema, kongesti vena, distensi vena jugularis, glikosuria.

8. Pemeriksaan Diagnostik
1. BUN / Kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal
2. Kalsium Serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan
hipertensi
3. Urinalisa : darah, protein, glukosa sangat mengisyaratkan disfungsi ginjal dan
atau adanya diabetets
4. EKG : dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi.

9. Penatalaksanaan
a. Pengobatan non farmakologis dapat berupa penurunan berat badan dan
diet rendah garam.
b. Pengobatan farmakologis untuk regresi hipertrofi ventrikel kiri pada
hipertensi berdasarkan penelitan yang didapatkan ACE inhibitor,
betablocker, antagonis kalsium dan diuretik mengurangi massa ventrikel
kiri dan ternyata ACE inhibitor menunjukkan pengobatan yang paling
efektif.

J. Konsep Dasar Keperawatan


Falsafah dan paradigma keperawatan
Falsafah keperawatan adalah keyakinan dasar tentang pengetahuan keperawatan
yang mengandung pokok pemahaman biologis manusia dan perilakunya dalam
keadaan sehat dan sakit terutama berfokus kepada respons mereka terhadap situasi.
Falsafah keperawatan bertujuan mengarahkan kegiatan keperawatan yang dilakukan.
Keperawatann menganut pandangan holistik terhadap manusia yaitu kebutuhan
manusia bio-psiko-sosial-spiritual. Kegiatan keperawatan dilakukan dengan
pendekatan humanistik dalam arti menghargai dan menghormati martabat manusia¸
memberi perhatian kepada klien serta menjunjung tinggi keadilan bagi sesama
manusia.
Keperawatan sebagai ilmu juga memiliki paradigma sendiri dan sampai saat ini
paradigma keperawatan masih berdasarkan 4 komponen yang diantarannya manusia¸
keperawatan¸ kesehatan dalam rentang sehat sakit dan lingkungan. Sebagai disiplin
ilmu¸ keperawatan akan selalu berkembang ilmu dan teknologi kesehatan sebagai
paradigma keperawatan akan terus berkembang.
Komponen Paradigma Keperawatan

12
Konsep Manusia
a) Sistem Terbuka, manusia dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
lingkungan baik fisik psikologis sosial maupun spiritual sehingga proses
perubahan pada manusia akan selalu terjadi khususnya dalam pemenuhan
kebutuhan dasar.
b) Sistem Adaptif, manusia akan merespons terhadap perubahan yang ada
dilingkungan yang akan selalu menunjukkan perilaku adaptif dan
maladaptif.
c) Sistem Personal, Interpersonal, dan Sosial, manusia memiliki persepsi, pola
kepribadian dan tumbuh kembang yang berbeda.
Konsep Keperawatan
Konsep ini adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan yang bersifat profesional
dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia yang dapat ditunjukkan kepada individu,
keluarga atau masyarakat dalam rentang sehat dan saki. Dengan demikian konsep ini
memandang bahwa bentuk pelayanan keperawatan yang diberikan pada klien dalam
bentuk pemberian asuhan keperawatan adalah dalam keadaan tidak mampu, tidak mau
dan tidak tahu dalam proses pemenuhan kebutuhan dasar.

Konsep Sehat Sakit


Komponen ini memandang bahwa keperawatan itu bahwa dalam bentuk
pelayanan yang diberikan pada manusia dala rentang sehat sakit. Konsep Sehat
(Travis and Ryan1998)
1. sehat merupakan pilihan, suatu pilihan dalam menentukan kesehatan
2. sehat merupakan gaya hidup, disain gaya hidup menuju pencapaian potensial
tertinggi untuk sehat
3. sehat merupakan proses perkembangan tingkat kesadaran yang tidak pernah
putus kesehatan dan kebahagiaan dapat terjadi di setiap momen
4. sehat efiesien dalam mengolah energi, energi yang diperoleh dari lingkungan,
di transfer melalui manusia dan disalurkan untuk mempengaruhi lingkungan
sekitar.
5. Sehat adalah penerimaan terhadap diri.

Konsep Lingkungan

13
Paradigma keperawatan dalam konsep lingkungan ini adalah memandang bahwa
lingkungan fisik, psikologis, spiritual, sosial dan budaya dapat mempengaruhi
kebutuhan dasar manusia selama pemberian asuhan keperawatan dengan
meminimalkan dampak atau pengaruh yang ditimbulkannya sehingga tujuan asuhan
keperawatan dapat tercapai.

Profesi Keperawatan
A. Landasan Undang-Undang Keperawatan
Hak Asasi Manusia di bidang kesehatan ini diakui dan dilindungi oleh negara
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ( UUD RI
Tahun 1945). Pasal 28 ayat (1) UUD RI Tahun 1945, merupakan landasan hukum hak
konstitusional bagi setiap orang untuk memperoleh layanan kesehatan, sedangkan
Pasal 34 Ayat (3) UUD RI Tahun 1945, merupakan landasan hukum kewajiban
konstitusional negara untuk menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan.
Amanat konstitusi tersebut ditindaklanjutii dengan Undang-Undang Normor 23
Tahun 1992 tentang Kesehatan ( UU Kesehatan 1992) sebagaimana telah diganti
dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Undang-Undang
Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, dan Undang-Undang Nomor 44
Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Untuk mencapai tujuan negara dan melaksanakan
amanat undang-undang tersebut, pemerintah melaksanakan pembangunan kesehatan
dengan bantuan sumber daya kesehatan. Sumber daya kesehatan sebagai salah satu
faktor pendukung penyediaan pelayanan berkualitas terdiri dari sarana kesehatan,
tenaga kesehatan, dan pembiayaan kesehatan termasuk perawat.

B. Definisi Keperawatan
Keperawatan adalah bantuan bagi umat manusia yang bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan yang optimal. Keperawatan merupakan suatu bentuk
layanan kesehatan yang profesional yang merupakan bagian dari integral dari layanan
kesehatan berbasis ilmu dan kiat keperawatan, yang berbentuk layanan bio-spiko-
sosio-spiritual (komprehensif) yang ditujukan bagi individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup keseluruhan proses kehidupan
manusia.

C. Jenis Perawat
Jenis perawat menurut (RI, 2014) terdiri atas :
A. Perawat Vokasi, yaitu perawat dengan pendidikan diploma tiga keperawatan
B. Perawatan Profesi, terdiri atas ners atau ners spesialis

D. Tugas dan Wewenang Keperawatan

14
Dalam menjalankan praktik keperawatan, Perawat bertugas sebagai :
1. Pemberi asuhan keperawatan
2. Penyuluh dan konselor bagi klien
3. Pengelola pelayanan keperawatan
4. Peneliti keperawatan
5. Pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang dan atau pelaksanaan tugas
dalam keadaan keterbatasan tertentu.
Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi asuhan keperawatan di bidang Upaya
Keseahatan Perorangan, Perawat berwenang :
1) Melakukan pengkajian keperawatan secara holistik
2) Menetapkan diagnosis keperawatan
3) Merencakan tindakan keperawatan
4) Melaksanakan tindakan keperawatan
5) Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan
6) Melakukan rujukan
7) Memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai dengan kompetensi.
Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi asuhan keperawatan di bidang upaya
kesehatan masyarakat, perawat berwenang :
1) Melakukan pengkajian keperawatan kesehatan masyarakat di tingkat keluarga
dan kelompok masyarakat
2) Menetapkan permasalahan keperawatan
3) Kesehatan masyarakat
4) Membantu penemuan kasus penyakit
5) Merencanakan tindakan keperawatan kesehatan masyarakat
6) Melakukan rujukan kasus
7) Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan kesehatan masyarakat
8) Melakukan pemberdayaan masyarakat
9) Melakukan advokasi dalam perawatan kesehatan masyarakat
10) Melakukan kemitraan dalam perawatan kesehatan komplementer dan alternatif.
Dalam menjalankan tugas sebagai penyuluh dan konselor bagi klien, Perawat
berwenang :
1) Melakukan pengkajian keperawatan secara holistik di tingkat individu dan
keluarga serta di tingkat kelompok masyarakat
2) Melakukan pemberdayaan masyarakat
3) Melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan masyarakat
4) Menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat
5) Melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling

15
Dalam menjalankan tugasnya sebagai pengelola pelayanan keperawatan, Perawat
berwenang :
1) Melakukan pengkajian dan menetapkan permasalahan
2) merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pelayanan keperawatan
3) mengelola kasus
Dalam menjalankan tugasnya sebagai peneliti keperawatan, Perawat berwenang :
1) melakukan penelitian sesuai dengan standar dan etika
2) menggunakan sumber daya pada fasilitas
3) menggunakan pasien sebagai subjek penelitian sesuai dengan etika profesi dan
ketentuan peraturan perundang-undangan

Landasan Keilmuan Profesi Keperawatan


a. Pengertian Ilmu
Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang padat dan proses mengetahui
melalui penyelidikan yang sistematis dan terkendali (metode ilmiah). Pendapat lain
mengatakan bahwa ilmu adalah proses perbaikan diri secara berkesinambungan yang
meliputi perkembangan teori dan empiris. Tujuan utamanya adalah agar individu
mengerti keadaan yang sebenarnya, bukan untuk diterapkan. Ilmu praktis adalah ilmu
yang memcakup aspek normatif dan positif. Ilmu praktis normatif menentukan
bagaimana seseorang harus berbuat (mis. etika, ilmu hukum, ilmu ekonomi dan
sebagainya), sedangkan ilmu praktis positif menentukan bagaimana seseorang
berbuat sesuatu (mis. Ilmu kedokteran, ilmu keperawatan, ilmu pertanian, ilmu
teknik dan sebagainya).

b. Konsep Sistem
Dalam pengertian yang paling umum, sebuah sistem adalah sekumpulan alat yang
memiliki hubungan di antara mereka. Sistem secara sederhana dapat didefinisikan
sebagai suatu kesatuan dari berbagai elemen atau bagian-bagian yang mempunyai
hubungan fungsional dan berinteraksi untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Dengan demikian, keperawatan dapat diartikan sebagai suatu keseluruhan karya
insani yang terbentuk dari bagian-bagian yang mempunyai hubungan fungsional
dalam upaya mencapai tujuan akhir.
Sistem merupakan suatu kerangka kerja yang berhubungan dengan keseluruhan
aspek sosial manusia, struktur, masalah-masalah organisasi serta perubahan
hubungan internal dan lingkungan sekitarnya. Sistem tersebut terdiri atas tujuan,
proses dan isi. Tujuan adalah sesuatu yang harus dilaksanakan sehingga tujuan dapat
memberikan arah pada sistem. Proses berfungsi dalam memenuhi tujuan yaang
hendak dicapai, dan isi terdiri atas bagian yang membentuk suatu sistem.

16
Komponen Sistem Dalam Keperawatan
i. Masukan
Masukan dalam proses keperawatan adalah data atau informasi yang berasal
dari pengkajian klien (misalnya bagaimana klien berhubungan dengan
lingkungan dan fungsi fisiologis klien)

ii. Hasil
Hasil merupakan produk akhir dari sistem dan dalam hal proses keperawatan
adalah dimana status kesehatan klien mengalami kemajuan atau tetap stabil
sebagai hasil asuhan keperawatan

iii. Umpan Balik


Umpan balik berperan untuk memberikan informasi sebuah sistem tentang
bagaimana sistem berfungsi. Sebagai contoh, dalam proses keperawatan hasil
menggambarkan respons klien terhadap intervensi keperawatan.

iv. Isi
Isi adalah produk dan informasi yang berasal dari sistem. Selain itu,
penggunaan proses keperawatan sebagai sampel, isi merupakan informasi
tentang pelayanan keperawatan untuk klien dengan masalah kesehatan tertentu.

Teori Dan Model Konseptual Keperawatan


a. Model Konsep Keperawatan Menurut Florence Nigtingale
Teori ini meletakkan dasar-dasar teori keperawatan yang melalui filosofi
keperawatan yaitu dengan mengidentifikasi peran perawat dalam menemukan
kebutuhan dasar manusia pada klien serta pentingnya pengaruh lingkungan di
dalam perawatan orang sakit yang dikenal teori lingkungannya.

b. Model Konsep Teori Keperawatan Menurut Marta E. Rogers


Teorinya dikenal dengan nama konsep manusia sebagai unit. Dalam memahami
konsep model dan teori ini, berasumsi bahwa manusia merupakan satu kesatuan
yang utuh, yang memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda.

c. Model Konsep Teori Keperawatan Menurut Myra Lev


Memandang klien sebagai makhluk hidup terintegrasi yang saling berinteraksi dan
beradaptasi terhadap lingkungannya. Intervensi keperawatan adalah suatu

17
aktivitas konservasi dan konservasi energi adalah bagian yang menjadi
pertimbangan.

d. Model Konsep Teori Keperawatan Menurut Virginia Henderson


Virginia Henderson memperkenalkan definisi keperawatan, ia menyatakan bahwa
definisi keperawatan harus menyertakan prinsip kesetimbangan fisiologis, ditinjau
dari sisi fungsional. Menurutnya tugas unit perawat adalah membantu individu,
baik dalam keadaan sakit maupun sehat, melalui upayanya melaksanakan berbagai
aktivitas guna mendukung kesehatan dan penyembuhan individu atau proses
meninggal dengan damai, yang dapat dilakukan secara mandiri oleh individu saat
ia memiliki kekuatan, kemampuan, atau pengetahuan untuk itu.

e. Model Konseptual Perawatan Diri Dari F. Dorothe E Orem


Pandangan Teori Orem bahwa tatanan pelayanan keperawatan ditujukan kepada
kebutuhan individu dalam melakukan tindakan keperawatan mandiri serta
mengatur dalam kebutuhannya. Sistem keperawatan berorientasi pada individu,
individu klien dianggap sebagai penerimaan asuhan keperawatan yang utama.

f. Model Konsep Teori Human Caring Menurut Jean Watson


Jean Watson dalam memahami konsep keperawatan terkenal dengan teori
pengetahuan manusia dan merawat manusia. Tolak ukur pandangan watson ini
didasari pada unsur teori kemanusiaan. Pandangan teori Jean Watson ini memahai
bahwa manusia yang saling berhubungan diantaranya : kebutuhand dasar
biofisikal, kebutuhan psikofisikal, kebutuhan psikososial, dan kebutuhan intra dan
interpersonal.

g. Model Konsep Interaksi Sistem Menurut Imogene King


King memahami model konsep keperawatan dengan menggunakan pendekatan
sistem terbuka dalam hubungan interaksi yang konstan dengan lingkungan
sehingga dalam mencapai hubungan interaksi konsep kerjanya yang meliputi
adanya sistem personal, sistem interpersonal dan sistem sosial yang saling
berhubungan satu dengan yang lain.

h. Model Teori Adaptasi Dari Sister Calista Roy


Roy mengatakan bahwa masalah keperawatan melibatkan mekanisme koping
yang tidak efektif yang menyebabkan respons yang tidak efektif, merusak
integritas individu tersebut. Teori ini menekankan promosi kesehatan dan
pentingnya membantu klien dalam menipulasi lingkungan mereka, kedua gagasan
tersebut memiliki arti yang penting dalam kesehatan. Roy berpendapat bahwa ada

18
4 elemen penting dalam model adaptasi keperawatan, yakni Keperawatan, tenaga
kesehatan, lingkungan, dan sehat.

19
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Tempat : RSIA ZAINAB Hari/Tanggal : Senin, 30 januari 2023
Ruangan : KB Pukul : 10.10 WIB
No. MR : 230100789 Dikaji oleh : Bidan

DATA SUBYEKTIF
1. IDENTITAS
ISTRI
Nama klien : Ny. Elni Noviani
Umur : 24 Tahun
Kebangsaan/suku : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jl. Ahmad Ikhlas Perum Hunian Emas, Air Dingin, Bukit
Raya, Kota Pekanbaru, Riau
Telp/HP : 082259862224

SUAMI
Nama : Tn. Abdul Khoir
Umur : 28 Tahun
Kebangsaan/suku : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Ahmad Ikhlas Perum Hunian Emas, Air Dingin, Bukit
Raya, Kota Pekanbaru, Riau
Telp/HP : 082259862224

2. Keluhan Utama : Nyeri pinggang menjalar ke ari - ari, keluar air dari jalan lahir,
keluar lendir bercampur darah, nyeri pinggang menjalar sampai
ke perut

3. Riwayat Perkawinan
Status perkawinan : Sah secara agama dan negara
Pernikahan ke :1

4. Riwayat Haid

20
Menarche : 13 Tahun
Siklus haid : 28 hari
Warna darah : Merah terang
Bau haid : Khas
Dismenorea : Tidak ada
Bentuk darah haid : Normal

5. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas, KB Yang Lalu

Ank Kehamil Persalinan Bayi Nifas KB


ke/u n
mur U Pen Je Peno Te Pen PB/ J Kea Loc Lak Kea Je Lam
si yulit ni long mpa yulit BB K daan hea tasi daan ni anya
a s t s

M E N I N G G A L - - - - - -

6. Riwayat Kehamilan Sekarang


HPHT : 30/ 04 /2022
Usia kehamilan : 39 - 40 minggu
Tanda bahaya/penyulit : Tidak ada
Gerakan janin : Aktif
TP : 07/01/2023
Keluhan umum : Keluar air – air dari jalan lahir + keluar lendir darah + nyeri pinggang
menjalar ke ari – ari
Kekhawatiran khusus : Pusing dan nyeri di bagian pinggang

7. Pemeriksaan Selama Kehamilan


Trimeter 1 : 2 kali Tempat : RSIA Zainab
Trimester II : 2 kali Tempat : RSIA Zainab
Trimester III : 3 kali Tempat : RSIA Zainab

8. Imunisasi TT : -

9. Diet/Makan
Frekuensi : 3 kali sehari
Jenis makanan : Nasi, sayur mayor, lauk - pauk
Pantangan terhadap jenis makanan tertentu : Tidak ada

21
Perubahan pola makan : Ngidam

10. Pola Eliminasi


BAK BAB
Frekuensi : 3 kali sehari Frekuensi : 1 kali sehari
Warna : Kuning jernih Warna : Kuning kecoklatan
Keluhan : Tidak ada Konsistensi : Padat

11. Pola Istirahat/ Tidur


Tidur malam : 8 jam
Tidur siang : 2 jam
Gangguan tidur : Tidak ada

12. Personal Hygiene


Mandi : 2 kali sehari
Ganti pakaian : 2 kali sehari
Gosok gigi : 3 kali sehari
Ganti pakaian dalam : 3 kali sehari

13. Riwayat Kesehatan Keluarga


Keturunan kembar : Tidak ada
Penyakit keturunan : Hipertensi ( - ), asma ( + ), disbetes mellitus ( - ),
jantung ( - )

14. Riwayat kesehatan yang lalu


Penyakit keturunan : Hipertensi ( - ), asma ( +, ) disbetes mellitus ( - ),
jantung ( - )

DATA OBJEKTIF
Pemeriksaan Fisik ( Umum Dan Kebidanan )
Pemeriksaan dilakukan pada pukul 10. 10 WIB
1) Kesadaran : Composmentis
Sikap Tubuh : Lemah
Keadaan Emosional : Stabil BB Sebelum hamil : 43 kg
Tinggi Badan : 144 cm BB Sekarang : 52 kg
LILA : Tidak dilakukan Kenaikan BB : 9 kg
2) Tanda-Tanda Vital
Keadaan umum : Sedang
Tekanan darah : 101/71 mmHg Pernafasan :20 x/menit

22
Suhu : 36,5 ºC Denyut nadi :80 x/menit
3) Kepala
Kebersihan : Tidak dilakukan
Warna Rambut : Tidak dilakukan
Rontok : Tidak dilakukan
4) Muka
Oedema : Tidak dilakukan
Colosma gravidarum : Tidak dilakukan
Pucat : Tidak dilakukan
5) Mata
Kelopak mata : Tidak dilakukan
Konjungtiva : Tidak dilakukan
Sclera : Tidak dilakukan
6) Hidung
Polip : Tidak dilakukan
Kebersihan : Tidak dilakukan
7) Mulut dan gigi
Caries : Tidak dilakukan
Epulsi : Tidak dilakukan
Stomatitia : Tidak dilakukan
Kebersihan : Tidak dilakukan
8) Leher
Kel. Tyroid : Tidak dilakukan
Kel. Limpa : Tidak dilakukan
9) Dada
Jantung : Tidak dilakukan
Paru : Asma
10) Mamae
Pembesaran : Tidak dilakukan Pengeluaran : Tidak dilakukan
Putting susu : Tidak dilakukan Kebersihan : Tidak dilakukan
Benjolan/tumor : Tidak dilakukan Areola : Tidak dilakukan
11) Abdomen
a) Inspeksi
Pembesaran : Sesuai dengan usia kehamilan
Striae : Ada
Linea : Terdapat linea nigra
Bekas luka operasi : Tidak ada
b) Palpasi
Leopold I : TFU 3 Jari dibawah PX
Leopold II : Bagian janin kanan - kiri perut ibu, PUKA: teraba
memanjang, memapan, keras ( punggung )
23
Leopold III : Bagian terbawah perut ibu teraba keras, bulat, melenting
( kepala )
Leopold IV : Seberapa jauh kepala masuk PAP, Konvergen
DJJ : 145 x/menit
TBJ : 3.474 gram
HIS : 1 – 2 kali dalam 10 menit selama 20 detik dengan interval 5 –
10 menit
c) Auskultasi
Frekuensi : 137 x/menit
Punctum maksimum : Punggung Kanan
Irama : Teratur
12) Anogenetalia / Inspeksi
Vulva dan Vagina
Warna : Tidak dilakukan
Varises : Tidak dilakukan
Oedema : Tidak ada oedema
Pengeluaran : Keluar air-air dari jalan lahir dan lendir darah
13) Perineum, Luka Parut : Tidak dilakukan
14) Anus Hemoroid : Tidak dilakukan
15) Periksa Dalam/VT
Massa : Tidak ada
Jalan lahir : Normal
Arah Jalan : Posterior
Konsistensi Porsio : Tebal
Effacement/Penipisan : 40 – 50 %
Pembukaan : σ 2 cm
Ketuban : (+)
Bagian yang menumbung: Tidak ada
Presentasi : Kepala
Petunjuk/UUK/B/Lainnya
Pemeriksaan dilakukan pada pukul 13. 00 WIB
16) Periksa Dalam/VT
Massa : Tidak ada
Jalan lahir : Normal
Arah Jalan : Posterior
Konsistensi Porsio : Lunak
Effacement/Penipisan : 40 – 50 %
Pembukaan : σ 4 cm
Ketuban : (+)
Bagian yang menumbung: Tidak ada
24
Presentasi : Kepala
DJJ : 145 x/menit
Petunjuk/UUK/B/Lainnya
Pemeriksaan dilakukan pada pukul 15. 00 WIB
17) Periksa Dalam/VT
Massa : Tidak ada
Jalan lahir : Normal
Arah Jalan : Posterior
Konsistensi Porsio : Lunak
Effacement/Penipisan : 40 – 50 %
Pembukaan : σ 10 cm ( lengkap )
Ketuban : (+)
Bagian yang menumbung: Tidak ada
Presentasi : Kepala
Petunjuk/UUK/B/Lainnya

ASSASMENT

G1 P 0 A1 H 0 dengan Usia Kehamilan 39 – 40 minggu, Kala I Fase Laten, dan KPD 10 jam

 Ibu : Inpartu kala 1 fase laten dengan KPD 10 jam


 Janin : Intrauterin, janin hidup tunggal, KU ibu dan bayi sedang
 Kebutuhan : Adv : Plebotomi, pasang infus RL, obat induksi ( misoprostol )

PLANNING

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan, KU sedang, TD : 130/70 mmHg, N : 82 x/menit, Rr :


20x/menit, S : 36,5o c, DJJ : 140x/menit, VT : pembukaan lengkap, presentasi kepala,
penurunan kepala di bidang H3. Ibu mendengarkan dan mengerti tentang kadaanya
2. Mengajarkan ibu untuk meneran bila ada kontraksi da nada dorongan untuk meneran. Ibu
mengerti atas penjelasan bidan
3. Memasang handuk diperut ibu dan alas bokong
4. Menyiapkan diri untuk menolong persalinan
5. Memberitahu ibu cara meneran yang baik dan benar serta posisiyang baik sesuai keinginan
ibu. Ibu mengerti dan bersedia atas penjelasan yang diberikan bidan
6. Membantu ibu melakukan asuhan persalinan normal. Ibu bersedia dibantu oleh bidan
7. Memimpin meneran saat ada kontraksi dan memberikan pujian saat ibu meneran dengan
baik. Ibu bersedia atas penjelasan yang diberikan bidan

25
8. Menganjurkan ibu istirahat dan makan minum diantara kontraksi dan melakukan
pemantauan DJJ. Ibu mengerti atas penjelasan bidan
9. Bayi lahir spontan
 Dilakukan penilaian sepintas seperti pernafasan tidak megap – megap, menangis kuat dan
lepas, gerak aktif, warna kulit tidak pucat
 Bayi melakukan IMD pada ibu
 Mengidentifikasi jenis kelamin bayi
 Mengukur BB : 3. 036 gram, PB : 47 cm, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar perut,
LILA
 Memberikan suntikan Vitamin K dan pemberian tetes mata sebanyak 2 tetes
10. Plasenta dan selaput ketuban lahir spontan
11. Dilakukan heacting dengan sirkum sisi lintang 6/7 sebanyak 20 jahitan dan diberikan obat
jenis : antibiotic ( clindamycin, vitamin C, gentamicin ) dengan dosis 18 dan anti nyeri
( asam mefenamat ) dengan dosis 18
12. Melakukan observasi kala 4 pada ibu dan bayi
 Memeriksa TD : 120/70 mmHg, Rr : 20 x/menit, N : 80 x/menit, S : 36 ℃ , mengukur
kembali TFU
 Memantau kontraksi uterus baik
 Memantau ada atau tidaknya perdarahan pervaginam atau dari alat genetalia lainnya
 Memastikan plasenta dan selaput ketuban lahir lengkap
 Memantau kandung kemih tetap kosong
 Merawat luka perineum dan mencegah terjadinya hematoma
 Resume keadaan bayi dan ibu

26
BAB IV
PEMBAHASAN
Lama kehamilan Ny. E dari konsepsi sampai dengan persalinan adalah 39-40 minggu
yang merupakan lama kehamilan yang normal atau cukup bulan (aterm). Hal ini sesuai dengan
pendapat Saifuddin (2006) masa kehamilan di mulai dari konsepsi sampai lahirnya janin,
lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu) di hitung dari hari pertama haid terakhir dan
menurut manuaba (2007) hamil aterm di mulai usia 37-40 minggu dengan BB >2500 gram.
Menurut teori Wahyuningsih, 2010 manyatakan tentang Bila pertumbuhan janin normal
maka tinggi fundus uteri pada kehamilan 28 minggu sekurangnya 25 cm, pada 32 minggu 27 cm,
pada 36 minggu 30 cm.
Berdasakan pada teori diatas maka kasus Ny. E TFU pada usia kehamilannya 33 minggu
yaitu 3 jari di bawah PX yang menyatakan bahwa TFU Ny. E sesuai dengan usia kehamilannya
yang berarti pertumbuhan janin Ny. E normal.
Pada teori Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari
uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan
(setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus
berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir
dengan lahirnya plasenta secara lengkap. (JNPKKR, 2008)
Pada kasus Ny. E usia kehamilan saat persalinannya adalah 39-40 minggu sehingga
sesuai dengan teori yang ada.
Tanda-tanda persalinan Menurut Sofian (2012), tanda dan gejala persalinan antara lain:
a) Rasa sakit karenahisdatang lebih kuat, sering dan teratur
b) Keluarnyalendir bercampur darah (blood show) karena robekan-robekan kecil pada
serviks.
c) Terkadangketuban pecah dengan sendirinya.
d) Pada pemeriksaan dalam didapatiserviksmendatar dan pembukaan telah ada.

Kala I
Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara nol sampai pembukaan lengkap.
Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturien masih
dapat berjalanjalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan
multigravida 8 jam. Berdasarkan kurva Friedman, diperhitungkan pembukaan pada
primigravida 1cm/jam dan pembukaan multigravida 2cm/jam. Dengan penghitungan tersebut
maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan (Manuaba, 2010). Proses ini terbagi
dalam dalam dua fase menurut Varney (2008).

27
1. Fase laten adalah periode waktu dari awal persalinan hingga titik ketika pembukaan
mulai berjalan secara progresif, yang umumnya dimulai sejak kontraksi mulai muncul
hingga pembukaan tiga sampai empat sentimeter atau permulaan fase aktif.
2. Fase aktif adalah periode waktu dari awal kemajuan aktif pembukaan hingga pembukaan
menjadi komplit dan mencakup fase transisi. Pembukaan umumnya dimulai dari tiga
sampai empat sentimeter (atau pada akhir fase laten) hingga 10 sentimeter (atau akhir
kala satu persalinan. Fase ini terbagi menjadi tiga fase lagi:
a. Fase akselerasi dimana dalam waktu 2 jam pembukaan 3cm menjadi 4cm
b. Fase dilatasi maksimal yakni dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat
cepat dari pembukaan 4cm sampai 9cm
c. Fase deselerasi diman pembukaan menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam
pembukan 9cm menjadi 10cm/lengkap (Sarwono, 2006).

Hal-hal yang perlu dilakukan dalam kala I (Manuaba,2010).


a) Memperhatikan kesabaran parturien.
b) Melakukan pemeriksaan tekanan darah, nadi temperatur perna-fasan berkala sekitar 2
sampai 3 jam.
c) Pemeriksaan denyut jantung janin setiap ½ jam sampai 1 jam.
d) Memperhatikan keadaan kandung kemih agar selalu kosong.
e) Memperhatikan keadaan patologis (meningkatnya lingkaran Bandle, ketuban pecah
sebelum waktu atau disertai bagian janin yang menumbung, perubahan denyut
jantung janin, pengeluaran mekoneum pada letak kepala, keadaan his yang bersifat
patologis, perubahan posisi atau penurunan bagian terendah janin).
f) Parturien tidak diperkenankan mengejan.

Kala II
Persalinan kala dua dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan
berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua disebut juga kala pengeluaran bayi (JNPK-KR Depkes
RI, 2008).Proses ini biasanya berlangsung selama 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi
(Yeyeh, 2009 ).
Menurut JNPK-KR Depkes RI (2008), tanda dan gejala kala dua persalinan adalah:
1. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
2. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan/atau vaginanya.
3. Perineum menonjol.
4. Vulva vagina dan sfingter ani membuka.
5. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
6. Tanda pasti kala dua ditentukan melalui periksa dalam yang hasilnya adalah pembukaan
serviks telah lengkap atau terlihatnya bagian kepala bayi melalui introinvus vagina.

28
Kala III
Kala III persalinan dimulai saat proses pelahiran bayi selesai dan berakhir dengan
lahirnya plasenta. Proses ini dikenal sebagai kala persalinan plasenta. Kala III persalinan
berlangsung antara rata-rata 5 dan 10 menit. Akan tetapi, kisaran normal kala III sampai 30
menit. Risiko perdarahan meningkat apabila kala III lebih lama dari 30 menit, terutama 30- 40
menit.
Tanda – tanda Lepasnya Plasenta :

 Perubahan bentuk dan tinggi fundus


 Tali pusat memanjang
 Semburan darah mendadak dan singkat.

Manajemen Aktif Kala III


Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih
efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan
darah kala III persalinan jika dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis. Terdiri dari 3
langkah utama : pemberian oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir, 10 unit IM pada 1
/3 bagian atas paha bagian luar (aspektus lateralis), melakukan peregangan tali pusat, dan
massase fundus uteri.

Kala IV
Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum (Saifuddin,
2008).Menurut Manuaba (2010), Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena
perdarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama.
Observasi yang harus dilakukan adalah:
1. Kesadaran penderita, mencerminkan kebahagiaan karena tugasnya untuk melahirkan bayi
telah selesai.
2. Pemeriksaan yang dilakukan: tekanan darah, nadi, pernafa-san, dan suhu; kontraksi rahim
yang keras; perdarahan yang mungkin terjadi dari plasenta rest, luka episiotomi,
perlukaan pada serviks; kandung kemih dikosongkan, karena dapat mengganggu
kontraksi rahim.
3. Bayi yang telah dibersihkan diletakan di samping ibunya agar dapat memulai pemberian
ASI.
4. Observasi dilakukan selama 2 jam dengan interval pemerik-saan setiap 2 jam.
5. Bila keadaan baik, parturien dipindahkan ke ruangan inap bersama sama dengan bayinya.

Pada kasus ini, Ny. E mengalami tanda inpartu dan pada tahap persalinan Ny. E mengalami
fase laten selama 3 jam dan memasuki fase aktif yaitu pembukaan 8 cm, 2 jam kemudian
29
pembukaan sudah lengkap dan memasuki kala II persalinan. Dan untuk kala II, III, dan IV pada
kasus Ny. E telah sesuai dengan teori yang ada.

Bayi Baru Lahir


Pemeriksaan antropometri di dapatkan BB 3036 gram, PB 47 cm. Hasil pengukuran PB
yang didapat sesuai dengan teori Maryunani (2009) bahwa bayi baru lahir normal adalah bayi
yang lahir pada kehamilan 37-42 minggu dan berat badan lahir 2500-4000 gram dan PB bayi
baru lahir normal adalah 47-53 cm.
Pada bayi Ny. E , diberi suntikan Vitamin K 1 mg sebanyak 0,5 ml IM di paha kiri pada 1
jam pertama setelah lahir, hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Depkes RI (2008)
mengenai penanganan bayi baru lahir yaitu dengan memberikan vitamin K1 injeksi 1 mg IM di
paha kiri untuk mencegah perdarahan intrakranial dan perdarahan akibat defesiensi vitamin K
pada bayi baru lahir.
Menurut Depkes RI (2008) pencegahan infeksi dan obat antibiotika mata harus di berikan
dalam waktu 1 jam setelah kelahiran karena tidak efektif jika di berikan lebih dari 1 jam.
Menurut teori Saifuddin (2006), Hal ini sesuai karena bayi Ny. E diberikan obat tetes mata
cloramphenicol 1% dalam waktu satu jam pertama setelah kelahiran.

30
BAB V
KESIMPULAN
1. Tanggal 30 Januari 2023, pukul 15.23 WIB Ny. E melahirkan secara spontan.
2. Bayi Ny. E lahir pervaginam menangis kuat, kulit kemerahan, tonus otot baik, gerakan
aktif . Bayi dilakukan IMD. Bayi baru lahir dilakukan pemeriksaan fisik dan hasilnya
normal, bayi diberikan tetes mata dan suntik vitamin K 1 mg secara IM.
3. Adapun asuhan yang diberikan sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan ibu pada masa
persalinan, nifas maupun pada bayi baru lahir.
4. Seluruh asuhan kebidanan yang telah diberikan didokumentasikan dengan baik yaitu
dengan menggunakan metode SOAP.

DAFTAR PUSTAKA

- Ahmed, S., & Fullerton, J. (2019). Challenges of reducing maternal and neonatal
mortality in Indonesia: Ways forward. International Journal of Gynecology & Obstetrics,
144, 1–3. https://doi.org/10.1002/ijgo.12728
- Baharuddin, M., Amelia, D., Suhowatsky, S., Kusuma, A., Suhargono, M. H., & Eng, B.
(2019, Februari 1). Maternal death reviews: A retrospective case series of 90 hospital-
based maternal deaths in 11 hospitals in Indonesia. International Journal of Gynecology
and Obstetrics, Vol. 144, hal. 59–64. https://doi.org/10.1002/ijgo.12736

31
- Diana, S. E. M. Z. R. (2019). Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Persalinan, Dan Bayi Baru
Lahir. In S. Dewi (Ed.), CV Oase Group. Surakarta: CV Oase Group.
- Fitrayeni, Suryati, & Faranti, R. M. (2015). Penyebab Rendahnya Kelengkapan
Kunjungan Antenatal Care Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Pegambiran. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Andalas, 10(1), 101–107.
- Girsang, V. (2017). Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Terhadap Intensitas Nyeri
Persalinan Pada Ibu Primigravida Kala I Fase Aktif. Poltekkes Kemenkes RI Medan.
- Irawati, I., Muliani, M., & Arsyad, G. (2019). Pengaruh Pemberian Kompres Hangat
terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Ibu Inpartu Kala Satu Fase Aktif. Jurnal Bidan
Cerdas (JBC), 2(3), 157. https://doi.org/10.33860/jbc.v2i3.218
- Juharni, S., Widarsa, T., & Wirawan, D. (2016). Risk Factors of Maternal Mortality Due
to Complications in Prengnancy, Delivery and Postpartum in Bima Regency. Universitas
Udayana Yayasan Kerti Praja Denpasar, Bali.
- Kusumawardani, Y. M. (2019). Klasifikasi Persalinan Normal Atau Caesar
Menggunakan Algoritma C4.5. Universitas Sunan Ampel Surabaya.
- Rinata, E. G. A. A. (2018). Karakteristik ibu (usia, paritas, pendidikan) dan dukungan
keluarga dengan kecemasan ibu hamil trimester III. Medisains: Jurnal Ilmiah Ilmu
Kesehatan, 16(1).
- Rosyati, H. (2017). Modul Persalinan. In Persalinan. Jakarta.
- Saragih, R. (2017). Pengaruh Dukungan Suami Dan Tingkat Kecemasan Ibu
Primigravida Terhadap Lama Kala I Persalinan Spontan Di Klinik Bersalin Swasta
Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai. Jurnal Ilmiah Kohesi, 1(1), 299–
313.
- Sembiring, R. (2020). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Tentang Manfaat
Mengkonsumsi Zat Besi Di Desa Garingging Tahun 2019. Chmk Health Journal,
4(April).
- Sk, M. I. K., Paswan, B., Anand, A., & Mondal, N. A. (2019). Praying until death:
Revisiting three delays model to contextualize the socio-cultural factors associated with
maternal deaths in a region with high prevalence of eclampsia in India. BMC Pregnancy
and Childbirth, 19(1), 1–12.https://doi.org/10.1186/s12884-019-2458-5
- Mufti, N. N., Pranata, O. H., & Wahid M, M. R. (2020). Studi Literatur: Tangram
Sebagai Media Pembelajaran Geometri. Jurnal Kajian Pendidikan Dasar (JKPD),5(2).
- Muthoharoh, N. A., Imam, P., & Rr.Vita, N. (2016). Faktor – faktor yang berhubungan
dengan kematian maternal di kabupaten batang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(1), 1–
18.
- Noor, J. (2017). Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah (1
ed.). Jakarta: Kencana.
- Yego, F., D‟Este, C., Byles, J., Williams, J. S., & Nyongesa, P. (2014). Risk factors for
maternal mortality in a Tertiary Hospital in Kenya: A case control study. BMC
Pregnancy and Childbirth, 14(1). https://doi.org/10.1186/1471-2393-14-38

32
- Yunawati, Z. N. Y. I. (2017). Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaataan
Pelayanan Antenatal Care Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Mawasangka
Tengah Kabupaten Buton Tengah. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat
(JIMKESMAS), 2(7), 1–10.
- Yarney, L. (2019). Does knowledge on socio-cultural factors associated with maternal
mortality affect maternal health decisions? A cross-sectional study of the Greater Accra
region of Ghana. BMC Pregnancy and Childbirth, 19(1), 1–
12.https://doi.org/10.1186/s12884-019-2197-7
- WHO, UNICEF, UNFPA, W. B. G. and the U., & Division, N. P. (2015). Trends in
Maternal Mortality: 1990 to 2015. Switzerland: Geneva.
- Manyeh, A. K., Nathan, R., & Nelson, G. (2018). Maternal mortality in ifakara health and
demographic surveillance system: Spatial patterns, trends and risk factors, 2006 - 2010.
PLoS ONE, 13(10), 2006–2010.https://doi.org/10.1371/journal.pone.0205370
- Manzilati, A. (2017). Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma, Metode, dan Aplikasi
(I; Tim UB Press, Ed.). Malang: UB Press.
- Maswime, S., & Buchmann, E. (2016). Causes and avoidable factors in maternal death
due to cesarean-related hemorrhage in South Africa. International Journal of Gynecology
and Obstetrics, 134(3), 320323.https://doi.org/10.1016/j.ijgo.2016.03.013
- Mgawadere, F., Unkels, R., & van den Broek, N. (2016). Assigning cause of maternal
death: a comparison of findings by a facility-based review team, an expert panel using the
new ICD-MM cause classification and a computer-based program (InterVA-4). BJOG:
An International Journal of Obstetrics and Gynaecology, 123(10), 1647–1653.
https://doi.org/10.1111/1471-0528.13969
- Tlou, B. (2018). Underlying determinants of maternal mortality in a rural South African
population with high HIV prevalence (2000–2014): A population-based cohort analysis.
PLoS ONE, 13(9), 110.https://doi.org/10.1371/journal.pone.0203830
- United Nations. (2020). The Sustainable Development Goals Report.
https://doi.org/10.18356/2282dd98-en
- Vahiddastjerdy, M., Changizi, N., Habibollahi, A., Janani, L., Farahani, Z., & Babaee, F.
(2016). Maternal mortality ratio and causes of death in IRI between 2009 and 2012.
Journal of Family and Reproductive Health, 10(3), 154–162.
- Van den Akker, T., van Rhenen, J., Mwagomba, B., Lommerse, K., Vinkhumbo, S., &
van Roosmalen, J. (2011). Reduction of severe acute maternal morbidity and maternal
mortality in Thyolo district, Malawi: The impact of obstetric audit.PLoS ONE, 6(6), 1–9.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0020776
- A, N., & Kusumawati. D. (2017). The Effectiveness of The Action to Accelerate The
Reduction of Maternal Mortality Rate in Indonesia. Anggaran E-Journal, 2(1).
- Aisyan, S. D. S., Djannah, S. N., & Wardani, Y. (2016). Hubungan Antara Status Sosial
Ekonomi Keluarga dengan Kematian Maternal di Wilayah Kerja Puskesmas Baamang
Unit II Sampit Kalimantan Tengah. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2(1).

33
- Anis, W., Kuntoro, K., & Melaniani, S. (2017). Overview of relation between coverage of
health services and maternal mortality in East Java Province in 2015. Majalah Obstetri
& Ginekologi, 24(2), 53. https://doi.org/10.20473/mog.v24i2.4558
- Arasy, E. N., & Satar, M. (2016). Riset Data Materiil Pertahanan Pesawat T-50 Di Pusat
Kodifikasi Badan Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan. INDEPT,6(2), 20–21.
- Blagoeva Atanasova, V., Arevalo-Serrano, J., Antolin Alvarado, E., & García-Tizón
Larroca, S. (2018). Maternal mortality in Spain and its association with country of origin:
Cross-sectional study during the period 1999-2015 11 Medical and Health Sciences 1117
Public Health and Health Services. BMC Public Health, 18(1), 1–10.
https://doi.org/10.1186/s12889-018-6091-4

34

Anda mungkin juga menyukai