PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dan infeksi yaitu sebanyak (207 kasus) (Profil Kesehatan Indonesia, 2019).
kelahiran hidup jumlah AKI mengalami kenaikan pada tahun 2019 yaitu 59
bawah usia 6 bulan yang di susui secara ekslusif. United Children’s Fund
(UNICEF), hanya 42% bayi di Indonesia yang di berikan ASI ekslusif hingga
6 bulan (Awaliyah et al., 2019:1). Pada tahun 2019 pemberian ASI ekslusif di
Indonesia sebesar 67,74% (Kemenkes RI, 2019). Angka ASI ekslusif Provinsi
Jambi tahun 2019 hanya sebesar 56,01% (Dinkes Provinsi Jambi, 2019).
Laporan Kabid Kesga dan Gizi mengenai ASI ekslusif di Kota Jambi Tahun
2019, hanya 69,67% bayi yang mendapatkan ASI ekslusif ¿6 bulan dan hanya
56,64% bayi diberikan ASI ekslusif ≥ 6 bulan (Dinkes Kota Jambi, 2019).
ibu dan keluarganya, bahkan dapat pula menjadi saat yang menyakitkan dan
normal dan persalinan Sectio Caesarea (SC). Persalinan normal adalah proses
pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina
kedunia luar. Persalinan adalah proses yang dimulai dengan kontraksi uterus
yang menyebabkan dilatasi progresif dari serviks, kelahiran bayi dan plasenta
dilahirkan melalui insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat
rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Sarwono, 2012).
Menurut World Health Organitation (WHO), 2014 SC terus meningkat
tinggi, serta telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama dan
bedah sesar sebesar 9,8 % dengan roporsi tertinggi di DKI Jakarta (19,9%) dan
Masa nifas adalah masa dimulai 1 jam pertama sesudah lahirnya plasenta
keadaan sebelum hamil (Sarwono, 2012). Ambulasi dini atau mobilisasi dini
Mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis
pasien post SC adalah pada 6 jam pertama setelah operasi, pasien harus tirah
baring dan hanya bisa menggerakan lengan, tangan, menggerakan ujung jari
keluar melalui rangsangan ke puting susu melalui isapan mulut bayi atau
melalui pijatan pada tulang belakang ibu bayi, dengan dilakukan pijatan pada
tulang belakang ibu akan merasa tenang, rileks, meningkatkan ambang rasa
keluar dan ASI cepat keluar, pijat ini dinamakan pijat oksitosin
postpartum.
lebih dalam tentang “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny. R P1A0 Hari
studi kasus ini adalah Bagaimana Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny. R
P1A0 Hari Pertama Dengan Post SC Di RSUD Raden Mattaher Tahun 2021.
C. Tujuan
Nifas Pada Ny. R P1A0 Hari Pertama Dengan Post SC Di RSUD Raden
2. Tujuan Khusus
1. Bagi Penulis
Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny. R P1A0 Hari Pertama Dengan Post SC Di
TINJAUAN PUSTAKA
A. Masa nifas
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 Hari) setelah itu. Pelayanan pasca
persalinan harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu
dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan
pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu
(Prawirohardjo, 2016)
Post partum merupakan masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam
setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu.
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi
dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta
dengan 24 jam. Pada masa ini merupakan fase kritis, sering terjadi insiden
perdarahan postpartum karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan perlu
b. Periode early postpartum (>24 jam-1 minggu) pada fase ini bidan
lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan
c. Periode late postpartum (>1 minggu-6 minggu) pada periode ini bidan tetap
KB.
d. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
terutama bila selama hamil atau bersalin memiliki penyulit atau komplikasi.
2. Perubahan anatomi fisiologi masa nifas
a. Sistem reproduksi
1) Involusi uteri
panggul dan tidak dapat lagi diraba dari luar. Pada 6 minggu post
2) Pengeluaran lochea
robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara spontan atau pun
b. Sistem pencernaan
Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama 2-3 hari setelah
melahirkan.
c. Sistem perkemihan
muskuloskeletal
seorang wanita dapat bertambah. Pengalaman yang unik dialami oleh ibu
setelah persalinan. Masa nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk
adaptasi. Tanggung jawab ibu mulai bertambah, fase-fase yang akan dialami
a. Fase Taking In
hari pertama sampai hari ke dua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada
Ketidaknyamanan yang dialami antara lain rasa mules, nyeri pada luka
jahitan, kurang tidur, kelelahan. Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa
bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif sehingga mudah tersinggung. Hal yang
menyusui yang benar, cara perawatan luka jahitan, senam nifas, pendidikan
c. Fase Letting Go
barunya, fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai
peningkatan akan perawatan diri dan bayinya. Ibu merasa percaya diri akan
Menurut Yusri Asih, dkk (2016) tujuan asuhan masa nifas yaitu :
2) Mengatasi anemia
selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat mengalami
kepentingan tentang perawatan kesehatan diri, nutirsi, KB, cara dan manfaat
menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehat pada ibu dan
5) ASI ekslusif
6) Menjaga bayi tetap sehat dengan mencegah hipotermi
B. Sectio Caesarea
1. Pengertian
Sectio Caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi
pada dinding abdomen dan uterus (Oxorn & William, 2010). Menurut Amru Sofian
(2012) Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut (Amin & Hardhi, 2013).
Sectio Caesarea didefinisikan sebagai lahirnya janin melalui insisi pada dinding
bahwa Sectio Caesarea adalah suatu tindakan pembedahan yang tujuannya untuk
mengeluarkan janin dengan cara melakukan sayatan pada dinding abdomen dan
dinding uterus.
2. Klasifikasi
Menurut Amin & Hardi (2013) etiologi Sectio Caesarea ada dua
sebagainya).
4. Komplikasi
berikut:
a. Infeksi puerperal
beberapa hari dalam masa nifas; atau bersifat berat, seperti peritonitis,
2) Perdarahan
C. Patofisiologi Serotinus
memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 akibat tidak timbul his sehingga
asfiksia sampai kematian dalam rahim. Makin menurun sirkulasi darah menuju
D. Patofisiologi Oligohydramnion
dengan adanya sindroma potter dan fenotip pottern, dimana, Sindroma Potter dan
Fenotip Potter adalah suatu keadaan kompleks yang berhubungan dengan gagal
sedikit).
Fenotip Potter digambarkan sebagai suatu keadaan khas pada bayi baru
lahir, dimana cairan ketubannya sangat sedikit atau tidak ada. Oligohidramnion
dari dinding rahim menyebabkan gambaran wajah yang khas (wajah Potter).
Selain itu, karena ruang di dalam rahim sempit, maka anggota gerak tubuh
menjadi abnormal atau mengalami kontraktur dan terpaku pada posisi abnormal.
sebagaimana mestinya. Pada sindroma Potter, kelainan yang utama adalah gagal
bilateral) maupun karena penyakit lain pada ginjal yang menyebabkan ginjal
gagal berfungsi.
E. Pijat Oksitosin
1. Pengertian
produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit (Armini NW, Marhaeni GA, Sriasih
GK, 2020).
reflek oksitosin atau refleks let down. Pijat oksitosin ini dilakukan dengan
cara memijat pada daerah pungung sepanjang kedua sisi tulang belakang,
ibu akan merasa rileks dan kelelahan setelah melahirkan akan segera
hilang. Jika ibu rileks dan tidak kelelahan dapat membantu pengeluaran
hormon oksitosin.
mengeluarkan air .
Pijat oksitosin efektif dilakukan pada hari pertama dan kedua post
partum, karena pada kedua hari tersebut ASI belum terproduksi cukup
banyak. Pijat oksitosin bisa dilakukan kapanpun ibu mau dengan durasi ±
ASI. Sehingga untuk mendapatkan jumlah ASI yang optimal dan baik,
sebaiknya pijat oksitosin dilakukan setiap hari dengan durasi ±15 menit
1) Refleks Prolaktin
ke lobus anterior.
stres pada ibu setelah melahirkan, mengurangi nyeri pada tulang belakang
dengan dilakukan pemijatan ini, ibu akan merasa rileks dan kelelahan
setelah melahirkan akan hilang, jika ibu rileks dan tidak kelelahan setelah
(Depkes RI, 2018). Pijat oksitosin ini bisa dilakukan segera setelah ibu
1 - 2 kali sehari. Pijatan ini tidak harus dilakukan langsung oleh petugas
dilakukan oleh suami atau anggota keluarga. Pemberian pijat oksitosin bisa
kapan saja diberikan bahkan saat ASI ibu sudah lancar karena selain
yang dilipat ke depan dan meletakan tangan yang dilipat di meja yang
secara bergantian.
BAB III
TINJAUAN KASUS
D Masalah :
ASI belum keluar semenjak setelah melahirkan
Kebutuhan : Pijat oksitosin
PERENCANAAN
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal/ S O A P
Jam
17-11- Ibu Mammae : P1A0 Post Op 1. Jelaskan hasil pemeriksaan
2021 mengatakan lembek SC 2 Hari
ttv,tfu,kontraksi uterus, dan
17.00 ASI nya Putting susu :
tidak lancar menonjol pengeluaran lokhea
Pengeluaran :
2. Jelaskan kepada ibu tentang
belum ada
colostrum keluhan yang dirasakan
3. Anjurkan ibu untuk istirahat
yang cukup
4. Anjurkan ibu mobilisasi
dini secara bertahap
5. Lakukan pijat oksitosin
6. Anjurkan ibu untuk
menyusui bayinya sesering
mungkin
7. Beri ibu konseling tentang
gizi
8. Beri ibu konseling personal
hygiene
Pijat oksitosin efektif dilakukan pada hari pertama dan kedua post partum, karena
pada kedua hari tersebut ASI belum terproduksi cukup banyak. Pijat oksitosin bisa dilakukan
kapanpun ibu mau dengan durasi ± 15 menit, lebih disarankan dilakukan sebelum menyusui
atau memerah ASI. Sehingga untuk mendapatkan jumlah ASI yang optimal dan baik,
sebaiknya pijat oksitosin dilakukan setiap hari dengan durasi ±15 menit.
Pijat oksitosin dan edukasi pijat oksitosin yang di lakukan pada Ny. M P1A0 pada 1
Hari setelah melahirkan yaitu pukul 12.30 berjalan dengan baik. Suami dan keluarga Ny. M
juga ikut dalam pemberian edukasi pijat oksitosin agar dapat dilakukan dirumah dengan
bantuan suami dan keluarga Ny. M. Setelah 1 Hari 4 jam setelah melahirkan yaitu pukul
16.30 WIB dilakukan observasi untuk catatan perkembangan yaitu dengan hasil tampak
sedikit kolostrum di payudara ibu dan ibu semakin bersemangat untuk menyusui bayinya.
Lalu dilakukan lagi observasi pulu 08.30 yaitu 2 hari setelah melahirkan. Tampak ASI yang
keluarr sangat lancar dan banyak, yang artinya pemberian pijat oksitosin 2x sehari dan
pemberian edukasi pijat oksitosin yang dilakukan berhasil.
Dari hasil penelitian Juwariah dkk Pengaruh pijat oksitosin terhadap peningkatan
produksi ASI ibu postpartum menunjukkan bahwa dari 13 responden pada kelompok
perlakuan rata - rata pengeluaran ASI setelah dilakukan pemijatan meningkat sebanyak 24,0
ml. Menurut asumsi penulis penerapan pijat oksitosin berpengaruh terhadap produksi ASI
pada ibu nifas selain meningkatkan poduksi ASI pijat oksitosin dapat meningkatkan rasa
nyaman pada ibu.
Sedangkan dari hasil penelitian kartini dkk Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap
Peningkatan Produksi Asi Pada Ibu Post Partum 2020 didapatkan nilai P= 0.000, ada
pengaruh signifikan pijat oksitosin dengan peningkatan BB bayi P= 0.000 Hasil penelitian
menunjukkan adanya pengaruh pijat oksitosin terhadap peningkatan produksi ASI. Hal ini
menunjukkan kesesuaian dengan teori, dengan melakukan pemijatan pada sepanjang tulang
belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima-keenam akan merangsang hormon
prolaktin dan oksitosin, sehingga ASI pun otomatis dapat lebih lancar.
Hasil analisis selanjutnya dengan Jenis Penelitian kualitatif dengan metode deskriptif.
Pengambilan data dengan wawancara mendalam di dapatkan hasil antara lain gambaran
pengetahuan tentang pijat oksitosin masih sangat kurang, berfokus pada tujuannya untuk
pengeluaran ASI, gambaran sikap ibu tentang penerapan pijat oksitosin didapatkan gambaran
pengetahuan subyek masih sangat kurang. Definisi pijat oksitosin menurut subyek adalah
Pijat relaksasi yang dilakukan di belakang tengkuk sampai bawah untuk pengeluaran ASI
(Kurnia, 2020).
Dari hasil penelitian Yusari Asih 2017 berdasarkan analisis pengaruh pijat oksitosin
terhadap produksi ASI diketahui bahwa dari 16 responden yang melakukan pijat oksitosin
terdapat 15 orang mengalami produksi ASI yang cukup, sedangkan dari 16 responden yang
tidak melakukan pijat oksitosin terdapat 9 orang mengalami produksi ASI yang cukup. Hasil
Uji statistik menggunakan chi-square (x2) diperoleh p-value= 0,037 (p-value≤0,05) yang
berarti ada pengaruh signifikan antara pijat oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu post
partum di BPM Lia Maria Sukarame Bandar Lampung Tahun 2017.
Pijat oksitosin juga mudah dilakukan dengan gerakan yang tidak terlalu banyak
sehingga dapat diingat oleh keluarga untuk dilakukan dan tak membutuhkan waktu yang
lama. Dukungan dari suami dan keluarga juga berperan penting dalam menyusui. Salah satu
wujud dukungan tersebut dapat dilihat dari suami dan keluarga menyetujui untuk melakukan
pijat oksitosin sehingga ibu dapat termotivasi untuk menyusui bayinya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
produksi ASI. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang
B. Saran