Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN KASUS KELOLA

ASUHAN KEBIDANAN IBU MENYUSUI PADA NY. K 24 TAHUN


DENGAN BENDUNGAN ASI DI BPM SUSIANA
KABUPATEN PADANG PARIAMAN

NAMA : EZY YUNITA

NIM : 2115901212

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROFESI PENDIDIKAN BIDAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS FORT DE KOCK
BUKITTINGGI
2022/2023

i
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN IBU MENYUSUI PADA NY. K 24 TAHUN


DENGAN BENDUNGAN ASI DI BPM SUSIANA
KABUPATEN PADANG PARIAMAN

Disusun Oleh :
Ezy yunita (2115901212)

Telah diseminarkan di depan penguji


Pada tanggal :

Mengetahui,

Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik

(Bd. Susiana, S.Tr. Keb) (Detty Afrianti, S.ST, M.Keb)


Ketua Prodi Kebidanan

Universitas Fort De Kock

(Febriniwati Rifdi, S.ST, M.Biomed)

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah persalinan selesai
sampai 6 minggu atau 42 hari. Selama masa nifas, organ reproduksi secara
perlahan akan mengalami perubahan seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan
organ reproduksi ini disebut involusi (Maritalia, 2014).
Menyusui merupakan suatu cara yang tidak ada duanya dalam
memberikan makanan yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang
sehat. Selain itu, mempunyai pengaruh biologis serta kejiwaan yang unik terhadap
kesehatan ibu dan bayi. Zat-zat anti infeksi yang terkandung dalam ASI
membantu melindungi bayi terhadap penyakit. Akan tetapi, menyusui tidak
selamanya dapat berjalan dengan normal, tidak sedikit ibu-ibu mengeluh seperti
adanya pembengkakan payudara akibat penumpukan ASI, karena pengeluaran
ASI tidak lancar atau pengisapan oleh bayi . Pembengkakan ini akan
mengakibatkan rasa nyeri pada ibu bahkan tidak jarang ibu merasa demam, oleh
karena itu para ibu dianjurkan untuk melakukan perawatan payudara agar tidak
terjadi komplikasi seperti bendungan ASI (Heryani, 2012).
Kejadian bendungan ASI yang disebabkan oleh pengeluaran air susu yang
tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu pada ibu nya. Gangguan ini
dapat menjadi lebih parah apabila ibu jarang menyusukan bayinya, akibatnya bayi
tidak mendapatkan ASI secara eksklusif dan apabila tidak segera di tangani maka
akan menyebabkan bendungan ASI pada Payudara. Bendungan ASI dapat terjadi
karena penyempitan duktus laktoferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak
dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu sehingga
terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan
limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan
suhu badan.
Menurut data World Health Organization (WHO) terbaru pada tahun 2013
di Amerika Serikat persentase perempuan menyusui yang mengalami bendungan
ASI rata-rata sebanyak 8242 (87,05%) dari 12.765 ibu nifas, pada tahun 2014 ibu
yang mengalami bendungan ASI sebanyak 7198 (66,87%) dari 10.764 ibu nifas

3
dan pada tahun 2015 terdapat ibu yang mengalami bendungan ASI sebanyak 6543
(66,34%) dari 9.862 ibu nifas ( WHO, 2015).
Menurut data Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) pada
tahun 2013 disimpulkan bahwa presentase cakupan kasus bendungan ASI pada
ibu nifas tercatat 107.654 ibu nifas, pada tahun 2014 terdapat ibu nifas yang
mengalami bendungan ASI sebanyak 95.698 (66,87%) ibu nifas, serta pada tahun
2015 ibu yang mengalami bendungan ASI sebanyak 76.543 (71,10%) (Depkes RI,
2014).
Menurut Data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2015
menyebutkan bahwa terdapat ibu nifas yang mengalami Bendungan ASI sebanyak
35.985 (15,60 %) ibu nifas, serta pada tahun 2015 ibu nifas yang mengalami
bendungan ASI sebanyak 77.231 (37, 12 %) ibu nifas (SDKI, 2015).
Penelitian yang dilakukan oleh suryani (2016), tentang bendungan ASI di
RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya diporeleh data dari poli laktasi pada bulan
januari2015 – februari 2016 yaitu sebanyak 519 ibu nifas yang mengalami
bendungan ASI dan terbanyak terjadi pada bulan februari 2016 yaitu sebanyak 90
ibu nifas. Sementara penelitian yang dilakukan oleh Anasari (2014) yang
dilakukan di RSUD Margono Soekarjo didapatkan data jumlah ibu nifas pada
tahun 2012-2013 sebanyak 5.148 orang, jumlah tersebut terdiri dari ibu nifas
normal sebanyak 4561 orang dan ibu nifas patologi sebanyak 542 orang. Jumlah
ibu nifas dengan mastitis pada tahun 2012-2013 sebanyak 45 orang
Dampak yang akan ditimbulkan jika bendungan ASI tidak teratasi yaitu
akan terjadi mastitis dan abses payudara. Mastitis merupakan inflamasi atau
infeksi payudara dimana gejalanya yaitu payudara keras, memerah, dan nyeri,
dapat disertai demam >380C (Kemenkes RI, 2013) sedangkan abses payudara
merupakan komplikasi lanjutan setelah terjadinya mastitis dimana terjadi
penimbunan nanah didalam payudara (Rukiyah, Yulianti, 2012). Selain
berdampak pada ibu, bendungan ASI juga berdampak pada bayi dimana
kebutuhan nutrisi bayi akan kurang terpenuhi karena kurangnya asupan yang
didapatkan oleh bayi. s
Upaya yang yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bendungan ASI
yaitu pada saat antenatal, dimana ibu diberikan penyuluhan tentang perawatan

4
payudara pada saat trimester II dan III, perawatan payudara pada ibu hamil sampai
dengan saat menyusui perlu dilakukan. Hal ini dikarenakan payudara adalah
penghasil ASI sebagai sumber nutrisi untuk bayi yang baru lahir dan jika tidak
melakukan perawatan payudara dengan baik dan hanya melakukan perawatan
payudara saat akan melahirkan atau setelah melahirkan sering dijumpai kasus
yang merugikan ibu dan bayi seperti terjadinya bendungan ASI. Selain itu
penyuluhan tentang personal hygiene juga perlu diberikan karena mengingat
terjadinya mastitis disebabkan oleh bakteri stapylococus aerus.
Berdasarkan dari uraian masalah diatas, penulis tertarik untuk menyusun
Laporan asuhan kebidanan Pada Ibu Postpartum Dengan Bendungan ASI Di BPM
Susiana Kabupaten Padang Pariaman.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan bagaimana asuhan
kebidanan yang diberikan dengan menggunakan asuhan kebidanan Pada Ibu
Postpartum Dengan Bendungan ASI Di BPM Susiana Kabupaten Padang
Pariaman?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan kebidanan Pada Ibu Postpartum Dengan
Bendungan ASI Di BPM Susiana Kabupaten Padang Pariaman
2. Tujuan Khusus
1) Untuk dapat melakukan pengkajian data subjektif
2) Untuk dapat melakukan pengkajian data objektif
3) Untuk dapat melakukan identifikasi assesment
4) Untuk dapat melakukan rencana menyeluruh asuhan kebidanan
5) Untuk dapat melakukan Pendokumentasi

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep Tentang Nifas


2.1.1 Pengertian Nifas
Masa nifas berasal dari bahasa latin, yaitu puer artinya bayi dan parous
artinya melahirkan atau masa sesudah melahirkan. Asuhan kebidanan masa nifas
adalah penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada pasien mulai dari saat setelah
lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh dalam keadaan seperti sebelum
hamil atau mendekati keadaan sebelum hamil (Saleha, 2013).
Masa Nifas dimulai setelah 2 jam postpartum dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, biasanya berlangsung selama
6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan baik secara fisiologi maupun
psikologis akan pulih dalam waktu 3 bulan (Nurjanah, dkk, 2013).
Menurut Nurjanah, dkk, 2013 Masa nifas dibagi dalam 3 tahap, yaitu
puerperium dini (immediate puerperium), puerperium intermedial (early
puerperium) dan remote puerperium (later puerperium). Adapun penjelasannya
sebagai berikut:
1. Puerperium dini (immediate puerperium), yaitu pemulihan di mana ibu
telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan (waktu 0-24 jam
Postpartum). Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja
setelah 40 hari.
2. Puerperium intermedial (early puerperium), suatu masa di mana
pemulihan dari organ-organ reproduksi secara menyeluruh selama kurang
lebih 6-8 minggu.
3. Remote puerperium (later puerperium), waktu yang diperlukan untuk pulih
dan sehat kembali dalam keadaan yang sempurna secara bertahap terutama
jika selama masa kehamilan dan persalinan ibu mengalami komplikasi,
waktu untuk sehat bisa berminggu-minggu, bulan bahkan tahun.
2.1.2 Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas
Perubahan Fisiologis pada masa nifas menurut Walyani (2015), yaitu:
1. Sistem Kardiovaskular

6
Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat segera setelah
melahirkan karena terhentinya aliran darah ke plasenta yang mengakibatkan
beban jantung meningkat yang dapat diatasi dengan haemokonsentrasi sampai
volume darah kembali normal, dan pembuluh darah kembali ke ukuran
semula.
2. Sistem Reproduksi
a. Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya
kembali seperti sebelum hamil.
a) Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000gr
b) Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat
dengan berat uterus 750gr
c) Satu minggu postpartum tinggi fundus uteri teraba pertengahan pusat
simpisis dangan berat uterus 500gr
d) Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas simpisis
dengan berat urterus 350gr
e) Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan berat
uterus 50gr
b. Lochea Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri
dan vagina dalam masa nifas. Macam-macam lochea:
Lochea Waktu Warna Ciri-ciri
Rubra 1-3 hari Merah Berisi darah segar dan sisa-
(cruenta) postpartum sisa selaput ketuban, sel-sel
desidua, verniks kaseosa,
lanugo, dan mekonium
Sanguinolenta 3-7 hari Berwarna Berisi darah dan lendir
postpartum merah
kekuningan
Serosa 7-14 hari Merah muda Cairan serum, jaringan
postpartum kemudian desidua, leukosit, dan
kuning eritrosit.
Alba 2 minggu Berwarna Cairan berwarna putih seperti

7
postpartum Putih krim terdiri dari leukosit dan
sel-sel desidua.
Purulenta Terjadi infeksi, keluar cairan
seperti nanah berbau busuk
Locheastatis Lochea tidak lancar keluarnya
Sumber: Saleha, 2013
c. Serviks
Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendur, terkulai dan
berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri berkontraksi,
sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga perbatasan antara korpus
dan serviks uteri berbentuk cincin. Warna serviks merah kehitam-hitaman
karena penuh pembuluh darah. Segera setelah bayi lahir, tangan pemeriksa
masih dapat dimasukkan 2-3 jari dan setelah 1 minggu hanya 1 jari saja
yang dapat masuk. Namun demikian, selesai involusi, ostium eksternum
tidak sama seperti sebelum hamil (Rukiyah, 2011).
d. Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama
sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan
kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak
hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul
kembali sementara labia menjadi lebih menonjol. (Walyani, 2015).
e. Payudara
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara
alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis, yaitu
produksi susu dan sekresi susu (let down). Selama sembilan bulan
kehamilan, jaringan payudara tumbuh menyiapkan fungsinya untuk
menyediakan makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika
hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi untuk menghambat
kelenjar pituitary akan mengeluarkan prolaktin (hormon laktogenik).
Ketika bayi menghisap puting, reflek saraf merangsang lobus posterior
pituitary untuk menyekresi hormon oksitosin. Oksitosin merangsang reflek

8
let down (mengalirkan), sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus
aktiferus payudara ke duktus yang terdapat pada puting. Ketika ASI
dialirkan karena isapan bayi atau dengan dipompa sel-sel acini terangsang
untuk menghasilkan ASI lebih banyak (Saleha, 2013).
3. Perubahan Sistem Pencernaan
Setelah kelahiran plasenta, maka terjadi pula penurunan produksi
progesteron. Sehingga hal ini dapat menyebabkan heartburn dan konstipasi
terutama dalam beberapa hari pertama. Kemungkinan terjadi hal ini karena
kurangnya keseimbangan cairan selama persalinan dan adanya reflek
hambatan defekasi dikarenakan adanya rasa nyeri pada perineum karena
adanya luka episiotomi (Bahiyatun, 2016).
4. Perubahan Sistem Perkemihan
Diuresis dapat terjadi setelah 2-3 hari postpartum. Dieresis terjadi karena
saluran urinaria mengalami dilatasi. Kondisi ini akan kembali normal setelah 4
minggu postpartum. Pada awal postpartum, kandung kemih mengalami
edema, kongesti, dan hipotonik. Hal ini disebabkan oleh adanya overdistensi
pada saat kala dua persalinan dan pengeluaran urine yang tertahan selama
proses persalinan. Sumbatan pada uretra disebabkan oleh adanya trauma saat
persalinan berlangsung dan trauma ini dapat berkurang setelah 24 jam
postpartum (Bahiyatun, 2016).
5. Perubahan Tanda-tanda Vital
Perubahan Tanda-tanda Vital terdiri dari beberapa, (Nurjanah, 2013)
a. Suhu Badan
Satu hari (24 jam) postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5°C-38°C)
sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan (dehidrasi)
dan kelelahan karena adanya bendungan vaskuler dan limfatik. Apabila
keadaan normal suhu badan menjadi biasa. Biasanya pada hari ketiga suhu
badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI, payudara menjadi
bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun
kemungkinan adanya infeksi endometrium, mastitis, tractus genetalis atau
system lain.
b. Nadi

9
Denyut nadi normal pada orang dewasa antara 60-80 kali per menit atau
50-70 kali per menit. Sesudah melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih
cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit, harus waspada
kemungkinan infeksi atau perdarahan postpartum.
c. Tekanan Darah
Tekanan darah meningkat pada persalinan 15 mmHg pada systole dan 10
mmHg pada diastole. Biasanya setelah bersalin tidak berubah (normal),
kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu melahirkan karena
ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan
terjadinya preeklamsi pada masa postpartum.
d. Pernapasan
Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut
nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal, pernapasan juga akan
mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran napas
contohnya penyakit asma. Bila pernapasan pada masa postpartum menjadi
lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.
6. Perubahan Sistem Kardiovaskular
Curah jantung meningkat selama persalinan dan berlangsung sampai kala
tiga ketika volume darah uterus dikeluarkan. Penurunan terjadi pada beberapa
hari pertama postpartum dan akan kembali normal pada akhir minggu ke-3
postpartum (Bahiyatun, 2016).
2.1.3 Perubahan Psikologis Nifas
Periode Postpartum menyebabkan stress emosional terhadap ibu baru,
bahkan lebih menyulitkan bila terjadi perubahan fisik yang hebat. Faktor-faktor
yang mempengaruhi suksenya masa transisi ke masa menjadi orang tua pada masa
postpartum, yaitu: (Bahiyatun, 2016).
1. Respon dan dukungan dari keluarga dan teman
2. Hubungan antara pengalaman melahirkan dan harapan serta aspirasi
3. Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lain
4. Pengaruh budaya
Dalam menjalani adaptasi psikososial menurut Rubin setelah melahirkan, ibu
akan melalui fase-fase sebagai berikut: (Nurjanah, 2013)

10
1. Masa Taking In (Fokus pada Diri Sendiri)
Masa ini terjadi 1-3 hari pasca-persalinan, ibu yang baru melahirkan akan
bersikap pasif dan sangat tergantung pada dirinya (trauma), segala energinya
difokuskan pada kekhawatiran tentang badannya. Dia akan bercerita tentang
persalinannya secara berulang-ulang.
2. Masa Taking On (Fokus pada Bayi)
Masa ini terjadi 3-10 hari pasca-persalinan, ibu menjadi khawatir tentang
kemampuannya merawat bayi dan menerima tanggung jawabnya sebagai ibu
dalam merawat bayi semakin besar. Perasaan yang sangat sensitive sehingga
mudah tersinggung jika komunikasinya kurang hati-hati.
3. Masa Letting Go (Mengambil Alih Tugas sebagai Ibu Tanpa Bantuan
NAKES)
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang
berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu mengambil langsung tanggung
jawab dalam merawat bayinya, dia harus menyesuaikan diri dengan tuntutan
ketergantungan bayinya dan terhadap interaksi social. Ibu sudah mulai
menyesuaikan diri dengan ketergantungan. Keinginan untuk merawat diri dan
bayinya meningkat pada fase ini.
2.1.3 Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
1. Nutrisi Dan Cairan
Pada mereka yang melahirkan secara normal, tidak ada pantangan diet.
Dua jam setelah melahirkan perempuan boleh minum dan makan seperti biasa
bila ingin. Namun perlu diperhatikan jumpal kalori dan protein ibu menyusui
harus lebih besar daripada ibu hamil, kecuali apabila si ibu tidak menyusui
bayinya.
Kebutuhan pada masa menyusui meningkat hingga 25% yaitu untuk
produksi ASI dan memenuhi kebutuhan cairan yang meningkat tiga kali dari
biasanya. Penambahan kalori pada ibu menyusi sebanyak 500 kkal tiap hari.
Makanan yang dikonsumsi ibu berguna untuk melaksanakan aktivitas,
metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses produksi ASI serta sebagai ASI
itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Makanan yang dikonsumsi juga perlu memenuhi syarat,

11
seperti susunanya harus seimbang , porsinya cukup dan teratur, tidak terlalu
asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alcohol, nikotin serta bahan
pengawet dan pewarna. Menu makanan yang seimbang mengandung unsure-
unsur , seperti sumber tenaga, pembangunan, pengatur dan perlindung.
a. Sumber Tenaga (Energi)
Sumber tenaga yang diperlukan untuk membakar tubuh dan pembentukan
jaringan baru. Zat nutrisi yang termasuk sumber energy adalah karbohidrat
dan lemak. Karbohidrat berasal dari padi-padian, kentang, umbi, jagung,
sagu, tepung roti, mie, dan lain-lain. Lemak bias diambil dari hewani dan
nabati.lemak hewani yaitu mentega dan keju. Lemak nabati berasal dari
minyak kelapa sawit, minyak sayur dan margarine.
b. Sumber Pembangun (Protein)
Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan pergantian sel-sel yang rusak
atau mati. Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani dan protein
nabati. Protein hewani antara lain telur, daging, ikan, udang kering, susu
dan keju. Sedangkan protein nabati banyak terkandung dalam tahu, tempe,
kacang-kacangan, dan lain-lain.
c. Sumber pengatur dan pelindung ( mineral, air dan vitamin)
Mineral, air dan vitamin digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan
penyakit dan mengatur kelancaran metabolisme di dalam tubuh. Sumber
zat pengatur bias diperoleh dari semua jenis sayur dan buahbuahan segar.
Beberapa mineral yang penting, antara lain :
a) Zat kapur untuk membentuk tulang. Sumbernya berasal dari susu, keju,
kacang-kacangan dan sayur-sayuran berdaun hijau.
b) Fosfor untuk pembentukan tulang dan gigi. Sumbernya berasal dari
susu, keju dan daging.
c) Zat besi untuk menambah sel darah merah. Sumbernya berasal dari
kuning telur, hati, daging, kerang, kacang-kacangan dan sayuran.
d) Yodium untuk mencegah timbulnya kelemahan mental. Sumbernya
berasal dari ikan, ikan laut dan garam beryodium.

12
e) Kalsium merupakan salah satu bahan mineral ASI dan juga untuk
pertumbuhan gigi anak. Sumbernya berasal dari susu, keju dan lain-
lain.
f) Kebutuhan akan vitamin pada masa menyusui meningkat untuk
memenuhi kebutuhan bayinya.
Untuk kebutuhan cairannya, ibu menyusui harus meminum sedikitnya
3 liter air setiap hari ( anjurkan untuk ibu minum setiap kali menyusui)
Kebutuhan pada masa menyusui meningkat hingga 25% yaitu untuk
produksi ASI dan memenuhi kebutuhan cairan yang meningkat tiga kali
dari biasanya.
Penambahan kalori pada ibu menyusi sebanyak 500 kkal tiap hari.
Makanan yang dikonsumsi ibu berguna untuk melaksanakan aktivitas,
metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses produksi ASI serta sebagai
ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Makanan yang dikonsumsi juga perlu memenuhi
syarat, seperti susunanya harus seimbang , porsinya cukup dan teratur,
tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alcohol, nikotin
serta bahan pengawet dan pewarna.
Menu makanan yang seimbang mengandung unsur-unsur , seperti
sumber tenaga, pembangunan, pengatur dan perlindung. Anjurkan
makanan dengan menu seimbang, bergizi untuk mendapatkan protein,
mineral dan vitamin yang cukup, memperoleh tambahan 500 kalori setiap
hari, berguna untuk produksi ASI dan mengembalikan tenaga setelah
persalinan. Tidak mengonsumsi makanan yang mengandung alcohol.
Minum air mineral 2 liter setiap hari. Tablet zat besi diminum minimal 40
hari pasca persalinan.
2. Ambulasi
Pada masa nifas, perempuan sebaiknya melakukan ambulasi dini. Yang
dimasud dengan ambiulasi dini adalah beberapa jam setelah melahirkan,
segera bangun dari tempat tidur dan segera bergerak , agar lebih kuat dan lebih
baik. Gangguan kemih dan buang air besar juga dapat teratasi.

13
Mobilisasi sangat bervariasi, tergantung pada komplikasi persalinan, nifas,
atau sembuhnya luka (jika ada luka). Jika tidak ada kelainan , lakukan
mobilisasi sedini mungkin, yaitu dua jam setelah persalian normal. Ini berguna
untuk memepercepat sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan vagina (lochea).
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8
jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring kekanan dan kekiri
untuk mencegah terjadinya thrombosis dan tromboemboli. Pada hari ke 2
diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan, dan hari ke 4 atau 5 sudah
diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas mempunyai variasi, bergantung pada
komplikasi persalinan,nifas dan sembuhnya luka.
3. Eliminasi
a. Miksi
Pengeluaran air seni (urin) akan meningkat 24-48 jam pertama sampai hari
ke-5 setelah melahirkan. Hal ini terjadi karena volume darah meningkat
pada saat hamil tidak diperlukan lagi setelah persalinan. Anjuran :
a) Ibu perlu belajar berkemih secara spontan setelah melahirkan
b) Tidak menahan BAK ketika ada rasa sakit pada jahitan, karena akan
menyebabkan terjadinya bendungan air seni. Akibatnya skan timbul
gangguan pada kontraksi rahim sehingga pengeluaran lochea tidak
lancar.
c) Miksi harus secepatnya dilakukan sendiri.
d) Bila kandung kemih penuh dan tidak dapat dimiksi sendiri, dilakukan
kateterisasi.
e) Bila perlu dipasang dauer catheter atau indwelling catheter untuk
mengistirahatkan otot-otot kandung kencing.
f) Dengan melakukan mobilisasi secepatnya, tak jarang kesulitan miksi
dapat diatasi.
b. Defekasi
Sulit BAB (konstipasi) dapat terjadi karena ketakutan akan rasa sakit,
takut jahitan terbuka atau karena adanya haemoroid. Buang air besar harus
dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit buang air besar dan

14
terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan obat laksans per oral
atau per rectal. Jika masih belum bias dilakukan klisma. Anjuran :
a) Mobilisasi dini
b) Konsumsi makanan yang tinggi serat dan cukup minum Sebaiknya
pada hari kedua ibu sudah bias BAB, jika pada hari ketiga belum BAB,
ibu bisa menggunakan pencahar berbentuk suppositoria ( pil yang
dibuat dari bahan yang mudah mencair dan mengandung obat-obatan
untuk dimasukkan kedalam liang anus). Ini penting untuk menghindari
gangguan pada kontraksi uterus yang dapat menghambat pengeluaran
lochea.
c) Defekasi harus ada dalam 3 hari pasca persalinan.
d) Bila terjadi obstipasi dan timbul koprosstase hingga akibala tertimbun
di rectum, mungkin terjadi febris.
e) Lakukan klisma atau berikan laksan per oral.
f) Dengan melakukan mobilisasi sedini mungkin, tidak jarang kesulitan
defekasi dapat diatasi.
4. Menjaga Kebersihan Diri
Menjaga kebersihan diri secara keseluruhan untuk menghindari infeksi, baik
pada luka jahitan maupun kulit.
a. Kebersihan alat Genitalia
Setelah melahirkan biasanya perineum menjadi agak bengkak/memar dan
mungkin ada luka jahitan bekas robekan atau episiotomi. Anjuran :
a) Menjaga kebersihan alat genetalia dengan mencucinya menggunakan
air dan sabun, kemudian daerah vulva sampai anus harus kering
sebelum memakai pembalut wanita, setiap kali setelah bunag air besar
atau kecil, pembalut diganti minimal 3 kali sehari.
b) Cuci tangan dengan sabun dan iar mengalir sebelum dan sesudah
membersikan daerah genetalia.
c) Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan cara
membersihkan daeran disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan
kebelakang, baru kemudian membersikan daerah sekitar anus.
Bersihkan vulva setiap kali buang air kecil atau besar.

15
d) Sarankan ibu untuk menganti pembalut atau kain pembalut setidaknya
dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan
baik dan telah dikeringkan dibawah matagari atau disetrika.
e) Sarankan ibu mencuci tangan dengan sabun dan iar mengalir sebelum
dan sesudah membersikan daerah kelaminnya.
f) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu
untuk menghindari menyentuh luka, cebok dengan air dingin atau cuci
menggunakan sabun.
b. Pakaian
Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat
karena produksi keringat menjadi banyak. Produksi keringat yang tinggi
berguna untuk menghilangkan ekstra volume saat hamil. Sebaiknya,
pakaian agak longgar di daerah dada agar payudara tidak tertekan dan
kering. Demikian juga degan pakain dalam, agar tidak terjadi iritasi (lecet)
pada daerah sekitarnya akibat lochea. Pakaian yang digunakan harus
longgar, dalam keadaan kering dan juga terbuat dari bahan yang mudah
menyerap keringat karena produksi keringat menjadi banyak ( disamping
urun). Produksi keringat yang tinggi berguna untuk menghilangkan ektra
volime saat hamil.
c. Kebersihan Rambut
Setelah bayi lahir, ibu biasanya mengalami kerontokan rambut akibat dari
gangguan perubahan hormone sehingga rambut menjadi lebih tipis
dibandingkan keadaan normal. Meskipun demikian, kebanyakan akan
pulih kembali setelah beberapa bulan. Perawatan rambut perlu
diperhatiakan oleh ibu yaitu mencuci rambut dengan conditioner yang
cukup, lalu menggunakan sisir yang lembut dan hindari penggunaan
pengering rambut.
d. Kebersihan Tubuh
Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat hamil akan
dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringat untuk menghilangkan
pembengkakan pada wajah, kaki, betis, dan tangan ibu. Oleh karena itu,
dalam minggu-minggu pertama setelah melahirkan, ibu akan merasa

16
jumlah keringat yang dari biasanya. Usahakan mandi lebih sering dan
menjaga kulit tetap dalam keadaan kering.
e. Menjaga Kebersihan Vagina
Vulva harus selalu dibersikan dari depan kebelakang. Tidak perlu khwatir
jahitan akan terlepas. Justru vulva yang tidak dibersikhan akan
meningkatkan terjadinya infeksi. Apabila ada pembengkakan dapat di
kompres dengan es dan untuk mengurangi rasa tidak nyaman dapat dengan
duduk berendam di air hangat setelah 24 jam pasca persalinan.
Bila tidak ada infeksi tidak diperlukan penggunaan antiseptic, cukup
dengan air besih saja. Walau caranya sederhanan dan mudah, banyak ibu
yang ragu-ragu membersihkan daerah vaginanya di masa nifas. Beberapa
alasan yang sering dikeluhkan adalah takut sakit atau khwatir jahitan di
antara anus dan vagina akan robek, padahal ini jelas tidak benar.
Langkah-langkah untuk menjaga kebersihan vagina yang benar adalah :
a) Siram mulut vagina hingga bersih dengan air setiap kali habis BAK
dan BAB. Air yang digunakan tak perlu matang asal bersih. Basuh dari
depan kebelakang sehingga tidak ada sisa-sisa kotoran yang menempel
disekitar vagina baik dari air seni maupun feses yang mengandung
kuman dan bias menyebabkan infeksi pada luka jahit.
b) Vagina boleh di cuci menggunakan sabun atau cairan antiseptic karena
dapat berfungsi sebagai penghilang kuman. Yang penting jangan takut
memegang daerah tersebut dengan seksama.
c) Bila ibu benar-benar takut menyentu lukah jahitan, upaya menjaga
kebersihan vagina dapat dilakukan dengan cara duduk berendam dalam
cairan antiseptic selama 10 menit. Lakukan setelah BAK atau BAB.
d) Yang kadang terlupakan, setelah vagina dibersihkan, pembalutnya
tidak diganti. Bila seperti ini caranya maka akan percuma saja.
Bukankan pembalut tersebut sudah dinodai darah dan kotoran? Berarti
bila pembalut tidak diganti, maka vagina akan tetap lembab dan kotor.
e) Setelah dibasuh, keringkan perineum dengan anduk lembut, lalu
gunakan pembalut baru. Ingat pembalut harus diganti setiap habis

17
BAK atau BAB atau maksimal 3 jam setelah atau bila sudah ditarasaka
tidak nyaman.
f) Setelah semua langkah tadi dilakukan, perineum dapat diolesi salep
antibiotic yang diresepkan oleh dokter.
g) Istirahat Wanita pasca persalinan harus cukup istirahat. Delapan jam
pasca persalinan, ibu harus tidur terlentang untuk mencegah
perdarahan. Sesudah 8 jam, ibu boleh miring kekiri atau kekanan untuk
mencegah trombisis. Ibu dan bayi ditempatkan pada satu kamar. Pada
hari kedua, bila perlu dilakukan latihan senam. Pada hari ketiga
umumnya sudah dapat duduk, hari keempat berjalan dan hari kelima
sudah dapat dipulangkan. Makanan yang diberikan harus bermutu
tinggi dan cukup kalori, cukup protein dan banyak buah. Anjurkan
untuk mencegah kelelahan yang berlebihan, usahakan untuk rileks dan
istirahat yang cukup, terutama saat bayi sedang tidur. Memintah
bantuan suami atau keluarga ketika ibu merasa lelah. Putarkan dan
dengarkan lagu-lagu klasik disaat ibbu dan bayi sedang istirahat untuk
menghilangkan rasa tegang dan lelah.
f. Seksual
Setelah persalinan pada masa ini ibu menhadapi peran baru sebagai orang
tua sehingga sering melupakan perannya sebagai pasagan. Namun segera
setelah ibu merasa percaya diri dengan peran barunya dia akan
menemukan waktu dan melihat sekelilingnya serta menyadari bahwa dia
telah kehilangan aspek lain dalam kehidupannya yang juga penting. Oleh
karena itu perlu memahami perubahan yang terjadi pada istri sehingga
tidak punya perasaan diabaikan. Anjuran :
a) Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya
kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu ibu merasakan aman untuk
melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
b) Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami
istri sampai waktu tertentu setelah 40 hari atau 6 minggu pasca
persalinan. Keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan.

18
c) Kerjasama dengan pasangan dalam merawat dan memberikan kasih
saying kepada bayinya sangat dianjurkan.
d) Kebutuhan yang satu ini memang agak sensitive, tidak heran kalau
anda dan suami jadi serba salah.
2.1.4 Asuhan Nifas
Asuhan ibu masa nifas adalah asuhan yang diberikan kepada ibu segera
setelah kelahiran sampai 6 minggu setelah kelahiran. Tujuan dari masa nifas
adalah untuk memberikan asuhan yang adekuat dan terstandar pada ibu segera
setelah melahirkan dengan memperhatikan riwayat selama kehanilan, dalam
persalinan dan keadaan segera setelah melahirkan. Adapun hasil yang diharapkan
adalah terlaksanakanya asuhan segera atau rutin pada ibu post partum termasuk
melakukan pengkajian, membuat diagnose, mengidentifikasi masalah dan
kebutuhan ibu, mengidentifikasi diagnose dan masalah potensial, tindakan segera
serta merencanakan asuhan.
Jadwal Kunjungan tersebut adalah sebagai berikut: (Saleha, 2013).
Kunjungan Waktu Tujuan
1 6-8 jam 1. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia
setelah uteri
persalinan 2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan, rujuk bila perdarahan berlanjut
3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu
anggota keluarga bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri
4. Pemberian ASI awal
5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru
lahir
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermi
2 6 hari 1. Memastikan involusi uterus berjalan normal:
setelah uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus,
persalinan tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak ada bau
2. Menilai adanya tanda -tanda demam, infeksi,

19
atau perdarahan abnormal
3. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan,
ciaran, dan istirahat
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik, dan
tidak memperlihatkan tanda - tanda penyulit
5. Memberikan konseling pada ibu mengenai
asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap
hangat dan perawatan bayi sehari –hari
3 2 minggu Sama seperti diatas (6 hari setelah persalinan)
setelah
persalinan
4 6 minggu 1. Menanyakan pada ibu tentang penyulit - penyulit
setelah -penyulit yang ia alami atau bayinya
persalinan 2. Membrikan konseling KB secara dini
3. Menganjurkan/mengajak ibu membawa bayinya
ke posyandu atau puskesmas untuk penimbangan
dan imunisasi

2.2 Konsep Bendungan ASI


2.2.1 Pengertian bendungan ASI
Bendungan ASI adalah terkumpulnya ASI didalam payudara
akibat penyempitan duktus laktiferus atau kelenjar yang tidak
dikosongkan dengan sempurna pada saat menyusui bayi atau karena
kelainan pada puting susu (Rukiyah,Yulianti, 2012). Bendungan ASI
adalah bendungan yang terjadi pada kelenjar payudara oleh karena
ekspansi dan tekanan dari produksi dan penampungan ASI. Bendungan
ASI terjadi pada hari ke 3-5 setelah persalinan (Kemenkes RI, 2013)
2.2.2 Etiologi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu:
1. Pengosongan mammae yang tidak sempurna (dalam masa laktasi,
terjadi peningkatan produksi ASI pada ibu yang produksi ASI-nya
berlebihan. Apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu

20
payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI didalam
payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat
menimbulkan bendungan ASI).
2. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif (pada masa laktasi, bila ibu tidak
menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif
menghisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI).
3. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar (teknik yang salah
dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan
menimbulkan rasa nyeri pada saay bayi menyusu. Akibatnya, ibu
tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI).
4. Puting susu terbenam (puting susu terbenam akan menyulitkan bayi
dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan
areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendung an
ASI).
5. Puting susu terlalu panajang (puting susu yang panjang menimbulkan
kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap
areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI.
Akibatnya, ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI)
(Rukiyah, Yulianti, 2012)
2.2.3 Patofisiologi
Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan
progesteron turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus
yang menghalangi keluarnya pituitary lactogenic hormone (prolaktin)
waktu hamil, dan sangat dipengaruhi oleh estrogen, tidak dikeluarkan
lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini
menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae terisi dengan air susu,
tetapi untuk mengeluarkannya dibutuhkan refleks yang menyebabkan
kontraksi sel-sel mioepitelial yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil
kelenjar-kelenjar tersebut. Refleks ini timbul jika bayi menyusu.
Pada permulaan nifas apabila bayi belum menyusu dengan baik,
atau kemudian apabila kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan
sempurna, maka akan terjadi pembendungan air susu. Kadang-kadang

21
pengeluaran susu juga terhalang sebab duktus laktiferi menyempit karena
pembesaran vena serta pebuluh limfe (Rukiyah, Yulianti, 2012).
2.2.4 Manifestasi klinik
Payudara bengkak, keras, nyeri bila ditekan, warnanya
kemerahan, suhu tubuh sampai 38oC (Rukiyah, Yulianti 2012)
2.2.5 Prognosis
Bendungan ASI merupakaan permulaan dari infeksi mammae
yaitu mastitis. Bakteri yang menyebabkan infeksi mammae adalah
stapylococus aerus yang masuk melalui puting susu. Infeksi
menimbulkan demam, nyeri lokal pada mammae, terjadi pemadatan
mammae, dan terjadi perubahan kulit mammae (Rukiyah, Yulianti, 2012:
22).
2.2.6 Diagnosis
Untuk menegakkan diagnose maka dilakukan pemeriksaan
payudara dan pemeriksaan harus dikerjakan dengan sangat hati-hati,
tidak boleh kasar dan keras. Pemeriksaan payudara dilakukan dengan :
(Rukiyah, Yulianti, 2012).
1. Inspeksi
Pemeriksaan inspeksi dilakukan pada ibu untuk melihat
tanda-tanda infeksi pada payudara, pertama perhatikan ke
simetrisan payudara dengan posisi ibu duduk, tangan ibu
disamping dan sesudah itu dengan kedua tangan keatas, selagi
pasien duduk. Kita akan melihat dilatasi pembuluh-pembuluh
balik dibawah kulit akibat pembesaran tumor jinak atau ganas
dibawah kulit. Perlu diperhatikan apakah Edema kulit harus
diperhatikan pada tumor yang terletak tidak jauh dibawah kulit.
Kita akan melihat jelas edema kulit seperti gambaran kulit jeruk
(peaud’ orange) pada kanker payudara.
2. Palpasi
Pada saat akan dilakukan palpasi ibu harus tidur, tangan
yang dekat dengan payudara yang akan diraba diangkat kebawah
kepala dan payudara ibu diperiksa secara sistematis bagian medial

22
lebih dahulu dengan jari-jari yang harus kebagian lateral. Palpasi
ini harus meliputi seluruh payudara, bila dilakukan secara sirkuler
dan parasternal kearah garis aksilla belakang, dan dari
subklavikuler kearah paling distal. Setelah palpasi payudara
selesai, dimulai dengan palpasi aksilla dan supraklavikular. Untuk
pemeriksaan aksilla ibu harus duduk, tangan aksilla yang akan
diperiksa dipegang oleh pemeriksa, dan dokter pemeriksa
mengadakan palpasi aksilla dengan tangan yang kontralateral dari
tangan sipenderita. Misalnya aksilla kiri ibu yang akan diperiksa,
tangan kiri dokter mengadakan palpasi (Rukiyah, Yulianti, 2012).
2.2.7 Pencegahan
Mencegah terjadinya payudara bengkak seperti: jangan
dibersihkan dengan sabun; gunakan teknik menyusu yang benar; puting
susu dan areola mammae harus selalu kering setelah selesai menyusui:
jangan pakai bra yang tidak dapat menyerap keringat; susukan bayi
segera setelah lahir; susukan bayi tanpa dijadwal; keluarkan sedikit ASI
sebelum menyusu agar payudara lebih lembek; keluarkan ASI dengan
tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan ASI; laksanakan
perawatan payudara setelah melahirkan (Rukiyah, Yulianti, 2012).
2.2.8 Penatalaksanaan
1. Sanggah payudara ibu dengan bebat atau bra yang pas.
2. Kompres payudara dengan menggunakan kain basah/hangat selama 5
menit.
3. Urut payudara dari arah pangkal menuju putting.
4. Keluarkan ASI dari bagian depan payudara sehingga putting menjadi
lunak.
5. Susukan bayi 2-3 jam sekali sesuai keinginan bayi (on demand
feeding) dan pastikan bahwa perlekatan bayi dan payudara ibu sudah
benar.
6. pada masa-masa awal atau bila bayi yang menyusui tidak mampu
mengosongkan payudara, mungkin diperlukan pompa atau
pengeluaran ASI secara manual dari payudara.

23
7. Letakkan kain dingin/kompres dingin dengan es pada payudara
setelah menyusui atau setelah payudara dipompa.
8. Bila perlu, berikan parasetamol 3 X 500 mg per oral untuk
mengurangi nyeri. i) Lakukan evaluasi setelah 3 hari (Kemenkes RI,
2013)

24
BAB III
TINJAUAN KASUS
Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny. K P1A0H1
Dengan Bendungan ASI Di BPM Susiana
Kabupaten Padang Pariaman
I Pengkajian Data Subjektif
No. Register : 12345
Tanggal dan Waktu : 04-09-2022
A. Identitas / Biodata

Nama : Ny. K Tn. A

Umur : 24 tahun 25 tahun

Suku/ kebangsaan : Minang/Indonesia Minang/Indonesia

Agama : Islam Islam

Pendidikan : SMA SMA

Pekerjaan : IRT Wiraswasta

Alamat Rumah : Kampuang dalam

B. Anamnesa
Tanggal : 04-09-2022
Pukul : 10.00 WIB
1. Alasan Kunjungan : Ibu mengeluh payudaranya terasa bengkak,
merah, nyeri dan terasa keras. Ibu mengatakan ASI nya belum keluar,
ibu mengatakan suhu badannya terasa panas, ibu mengatakan bayinya
malas menyusu dan ibu merasa cemas dengan keadaannya.
2. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas
Ini merupakan persalinan pertama ibu dan tidak pernah keguguran.
Ibu melahirkan tanggal 01-09-2022 pukul 13.20 wib, dengan jenis

25
kelamin laki-laki, berat badan lahir 3100 gram, dan ditolong oleh
bidan di Rumah Bersalin
3. Riwayat kesehatan/ penyakit yang lalu dan sekarang
Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit jantung, hipertensi, asma
dan diabetes mellitus, ibu mengatakan tidak riwayat penyakit menular,
ibu mengatakan tidak ada riwayat alergi terhadap makanan dan obat-
obatan.
4. Riwayat reproduksi
Ibu menarche pada umur 14 tahun, siklus haid 28-30 hari, lamanya
haid 5-7 hari dan ibu tidak merasakan nyeri ketika haid.
5. Riwayat keluarga berencana
Ibu tidak pernah menjadi akseptor KB
6. Pola Kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
Selama hamil: Ibu mengatakan makan 2-3 kali sehari, porsi
sedang dengan nasi, sayur, ikan dan kadang-kadang buah, serta
minum 7-8 gelas sehari dengan air putih, susu dan teh.
Selama nifas: Ibu mengatakan sudah makan 1 kali, menu dari
rumah sakit, porsi sedang dengan nasi, sayur, ikan, buah dan
minum 1 gelas air putih dan 1 gelas teh.
b. Personal hygiene
Selama hamil: Ibu mandi 2x sehari, gosok gigi tiap kali selesai
mandi, keramas 2x seminggu dan ganti baju 2x sehari.
Selama nifas: Ibu mandi 2x sehari, gosok gigi tiap kali selesai
mandi, ganti baju 2x sehari dan ganti pembalut tiap 2x sehari.
c. Eliminasi
Selama hamil:
- BAB: ibu BAB 1-2x sehari, warna kuning kecoklatan, lunak
dan tidak ada keluhan.
- BAK: ibu BAK 6-7x sehari, warna urine kuning jernih, bau
khas amoniak dan tidak ada nyeri saat BAK.
Selama nifas:

26
- BAB: ibu BAB 1x sehari, warna kuning kecoklatan, lunak dan
tidak ada keluhan.
- BAK: ibu BAK 4-5x sehari, warna kuning jernih, bau khas
amoniak dan tidak ada rasa nyeri saat BAK.
d. Istirahat
Selama hamil: Ibu mengatakan tidur siang 2-4 jam dan tidur
malam 8 jam.
Selama nifas: Ibu mengatakan tidur siang 1-2 jam dan tidur malam
5-6 jam.
e. Keadaan psikologis
Ibu mengatakan merasa bahagia dan sangat senang dengan
kelahiran anak pertamanya dalam keadaan sehat.
f. Spiritual
Selama hamil: Ibu mengatakan sering melewatkan salat 5 waktu,
ibu sesekali membaca AlQur’an
Selama nifas: Ibu mengetahui bahwa selama 40 hari masa nifas
tidak diperbolehkan untuk melaksanakan ibadah dan setelah 40
hari ibu harus mandi wajib sebelum melaksanakan ibadah.
7. Riwayat psikososial, ekonomi, dan spiritual
a. Suami maupun keluarga merasa senang dengan kelahiran anak
pertamanya
b. Pengambil keputusan dalam keluarga adalah suami
c. Ibu mengerjakan urusan rumah tangga dibantu oleh keluarga
d. Ibu dan keluarga beragama islam
e. Hubungan keluarga dan tetangga baik
f. Suami sebagai pencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya
II Pengkajian Data Objektif
Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum : baik
b) Kesadaran : composmentis
c) Pemeriksaan tanda-tanda vital

27
Tekanan darah : 120/ 70 mmHg
Nadi : 80x/ menit
Suhu badan : 38°C
Pernapasan : 22x/ menit
Pemeriksaan head to toe
a) Mata : Konjungtiva merah muda, tidak ada icterus
b) Mulut/gigi : Mulut tampak bersih,mukosa tampak lembab,
tidak ada karies pada gigi
c) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe, dan
vena jugularis
d) Payudara : Payudara ibu tampak merah, puting susu
menonjol, hiperpigmentasi pada areola mammae, tampak bengkak,
keras dan terasa nyeri ketika dilakukan palpasi.
e) Abdomen : Tidak ada bekas operasi, tampak striae livide, linea
nigra, TFU tidak teraba, tidak ada nyeri tekan pada perut bagian
bawah
f) Genetalia : Tampak pengeluaran lochea serosa, tidak tampak
luka jahitan, dan tidak ada varices
g) Ekstremitas : Tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan, dan tidak
ada varises
III Assesment
A. Diagnosa Kebidanan : Ny “K” post partum hari ke 3 dengan bendungan
ASI
B. Masalah : Ibu cemas dengan keadaannya
C. Kebutuhan :
1. Beritahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
2. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara on demand di kedua
payudaranya secara bergantian.
3. Berikan penjelasan kepada ibu cara mengatasi keluhan yang
dirasakan
4. Ajarkan kepada ibu cara melakukan perawatan payudara
5. Ajarkan ibu teknik dan posisi menyusui yang baik dan benar

28
6. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi sayuran hijau dan makanan
yang bergizi
7. Berikan terapi obat paracetamol 500 mg 3x1 per oral

IV Perencanaan Asuhan
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa ibu
mengalami bendungan ASI.
2. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara on demand di kedua
payudaranya secara bergantian agar nutrisi bayi dapat tercukupi dan tidak
terjadi penampungan ASI yang berlebihan.
3. Memberikan penjelasan kepada ibu cara mengatasi keluhan yang
dirasakan seperti:
a. Menyanggah payudara dengan bebat atau bra yang pas
b. Kompres payudara dengan menggunakan kain basah/hangat selama 5
menit
c. Urut payudara dari arah pangkal menuju putting
d. Keluarkan ASI dari bagian depan payudara sehingga putting menjadi
lunak
4. Mengajarkan kepada ibu cara melakukan perawatan payudara
a. Tempatkan kedua tangan diantara kedua payudara kemudian urut
keatas lalu kesamping kemudian urut kebawah hingga tangan
menyanggah payudara kemudian sentakkan kebawah payudara secara
perlahan.
b. Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari-jari tangan saling
dirapatkan, kemudian sisi keliling tangan kanan mengurut payudara
dari pangkal kearah putting, demikian pula payudara kanan
c. Telapak tangan menopang payudara pada cara ke-2 kemudian jari
tangan kanan dikepalkan lalu buku-buku jari tangan kanan mengurut
dari pangkal kearah putting
5. Mengajarkan ibu teknik dan posisi menyusui yang baik dan benar, yaitu:
a. Usahakan pada saat menyusui ibu dalam keadaan tenang
b. Memasukkan semua areolla mammae kedalam mulut bayi

29
c. Ibu dapat menyusui dengan cara duduk atau berbaring sesuai
kenyamanan dengan santai dan dapat menggunakan sandaran(bantal)
pada punggung
d. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas, jari yang lain menopang
dibawah payudara.
e. Berikan asi pada bayi secara teratur dengan selang waktu 2-3 jam atau
dengan cara on demand. Setelah salah satu payudara mulai terasa
kosong, sebaiknya ganti pada payudara yang satunya.
f. Setelah selesai menyusui oleskan asi kepayudara, biarkan kering
sebelum kembali memakai bra, langkah ini berguna untuk mencegah
lecet pada putting.
g. Sendawakan bayi tiap kali habis menyusui untuk mengeluarkan udara
dari lambung bayi agar bayi tidak kembung dan muntah.
6. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi sayuran hijau dan makanan yang
bergizi dengan mengkonsumsi sayuran hijau dan makanan yang bergizi
akan dapat memperbanyak dan memperlancar ASI misalnya daun katub,
bayam dan lain lain.
7. Memberikan terapi obat paracetamol 500 mg 3x1 per oral . Paracetamol
adalah salah satu obat yang masuk ke dalam golongan analgesik (pereda
nyeri) dan antipiretik (penurun demam).

V Evaluasi
1. ibu telah mengetahui tentang kondisinya sekarang
2. ibu bersedia melakukannya
3. ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan
4. ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan
5. ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan
6. ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan
7. obat telah diberikan

30
DATA PERKEMBANGAN

Kunjungan 2

Tanggal : 10-09-2022 Pukul : 14.00 WIB

Subjektif (S)

1. Ibu mengatakan payudaranya masih terasa bengkak dan nyeri

2. Ibu mengatakan suhu badannya yang panas sudah berkurang

3. Ibu mengatakan bayinya masih malas menyusu

4. Ibu mengatakan masih cemas dengan keadaannya

Objektif (O)

1. Keadaan umum ibu baik

2. Kesadaran composmentis

3. Tanda- tanda vital

Tekanan darah : 110/ 80 mmHg

Nadi : 80x/menit

Suhu : 37,7°C

Pernapasan : 22x/ menit

4. Payudara :

Payudara masih tampak merah, bengkak, dan masih nyeri saat palpasi,
pengeluaran ASI masih sedikit

5. Abdomen :

TFU tidak teraba, tidak ada nyeri tekan pada perut bagian bawah.

6. Genetalia

31
Tampak pengeluaran lokia rubra

Assesment (A)

Ny “K” post partum hari ke-10 dengan bendungan ASI

Planning (P)

1. Menyampaikan kepada ibu tentang kondisinya sekarang bahwa ibu masih


mengalami bendungan ASI

Hasil: ibu mengerti dengan apa yang telah disampaikan

2. Mengobservasi tanda-tanda vital

Hasil: tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80x/menit, suhu 37,7°C,


pernapasan 22x/menit.

3. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara on demand

Hasil: ibu bersedia melakukannya

4. Menganjurkan ibu untuk tetap melakukan perawatan payudara

Hasil: ibu bersedia melakukannya

5. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi sayuran hijau dan makanan yang


bergizi

Hasil: ibu bersedia melakukannya

6. Menganjurkan ibu untuk tetap meminum obat yang telah diberikan

Hasil: ibu bersedia melakukannya

32
Kunjungan 3

Tanggal : 17-09-2022 Pukul : 14.00 WIB

Subjektif (S)

1. Ibu mengatakan bengkak dan nyeri pada payudaranya sudah berkurang

2. Ibu mengatakan suhu badannya sudah tidak panas lagi

3. Ibu mengatakan bayinya sudah mulai menyusu

4. Ibu mengatakan ASI nya sudah keluar tetapi belum lancar

Objektif (O)

1. Keadaan umum ibu baik

2. Kesadaran composmentis

3. Tanda- tanda vital

Tekanan darah : 110/80 mmHg

Nadi : 82x/menit

Suhu : 36, 80C

Pernapasan : 23x/menit

4. Payudara

Payudara tidak tampak merah lagi, pembengkakan sudah berkurang, dan


masih sedikt nyeri bila dipalpasi, pengeluaran ASI belum terlalu banyak.

5. Abdomen

TFU tidak teraba, tidak ada nyeri tekan pada perut bagian bawah.

6. Genetalia

Tampak pengeluaran lockea alba

33
Assesment (A)

Ny “K” post partum minggu ke 3 dengan riwayat bendungan ASI

Planning (P)

1. Memberitahu ibu bahwa kondisinya sudah mulai membaik

Hasil: ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan

2. Menganjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya secara on demand

Hasil: ibu bersedia melakukannya

3. Menganjurkan ibu untuk tetap melakukan perawatan payudara

Hasil: ibu bersedia melakukannya

4. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi sayuran hijau dan makanan yang


bergizi

Hasil: ibu bersedia melakukannya

5. Menganjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi obat yang telah diberikan

Hasil: ibu bersedia melakukannya

34
BAB IV

PEMBAHASAN

Pengkajian data dasar pada kasus bendungan ASI dilakukan pada saat
pengamatan pertama kali diruangan postnatal care. Pengkajian meliputi anamnesis
langsung oleh pasien. Pengkajian ini berupa identitas pasien, keluhan pasien,
riwayat kehamilan, persalinan dan nifas ibu, riwayat kesehatan, riwayat
reproduksi, riwayat keluarga berencana, dan riwayat pemenuhan kebutuhan
sehari-hari. Pengkajian data objektif diperoleh melalui pemeriksaan umum,
pemeriksaan tanda-anda vital dan pemriksaan fisik. Pengkajian pada kasus ini
dilanjutkan pada pendokumentasian asuhan kebidanan.

Tahap ini dilakukan identifikasi data dasar (pengkajian) yang merupakan


langkah pertama yang dilakukan untuk mengumpulkan semua informasi yang
akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi Ny “K”
baik keluarga, bidan maupun dokter yang ada diruangan dapat memberikan
informasi secara terbuka sehingga memudahkan untuk memperoleh data yang
diingikan sesuai dengan permasalahan yang diangkat. Data yang diambil dari
studi kasus Ny “K” dengan bendungan ASI selama klien di puskesmas dan pada
saat di rumah klien meliputi:

Ibu mengeluh payudaranya terasa bengkak, merah, nyeri dan terasa keras
sejak, ibu mengsatakan suhu badannya terasa panas dan ibu mengatakan bayinya
malas menyusu. Ini merupakan persalinan pertama ibu dan tidak pernah
keguguran. Ibu melahirkan tanggal 01-09-2022 pukul 13.20 wib, dengan jenis
kelamin laki- laki, berat badan lahir 3100 gram, dan ditolong oleh bidan. Ibu tidak
ada riwayat penyakit menular ataupun menurun.

Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum ibu baik, kesadaran


composmentis, tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 80x/menit, suhu 38°C,
penapasan 22x/menit.

Bendungan ASI adalah terkumpulnya ASI didalam payudara akibat


penyempitan duktus laktiferus atau kelenjar yang tidak dikosongkan dengan

35
sempurna pada saat menyusui bayi atau karena kelainan pada puting susu
(Rukiyah,Yulianti, 2012). Bendungan ASI terjadi pada hari ke 3-5 setelah
persalinan (Kemenkes RI, 2013).

Tanda dan gejala yang muncul pada ibu dengan bendungan ASI adalah
payudara bengkak, keras, nyeri bila ditekan, warnanya kemerahan, suhu tubuh
sampai 38°C (Rukiyah, Yulianti 2012).

Berdasarkan uraian diatas terdapat persamaan antara teori dengan gejala


yang timbul pada kasus bendungan ASI. Hal ini membuktikan bahwa tidak
ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus.

Rencana asuhan disusun berdasarkan diagnosa/masalah aktual dan


pencegahan maslah/diagnosa potensial. Membuat rencana tindakan asuhan
kebidanan hendaknya menentukan tujuan tindakan yang akan dilakukan dan
terdapat sasaran target serta hasil yang akan dicapai dalam penerapan asuhan
kebidanan sesuai dengan kasus (Nurhayati, dkk, 2013).

Adapun sasaran/target dalam rencana asuhan pada kasus ini berfokus


untuk mencegah terjadinya komplikasi pada ibu dengan penanganan yang cepat
dan tepat serta payudara ibu kembali normal. Bila diagnosis bendungan ASI
ditegakkan rencana asuhan yang akan diberikan adalah memberitahu ibu hasil
pemeriksaan, diskusikan penyebab dan penatalaksanaannya, rekomendasikan
untuk segera diintervensi.

Pada tempat pengambilan kasus yaitu, ibu nifas diberikan penjelasan


mengenai pentingnya perawatan payudara, teknik menyusui yang baik dan benar ,
dan menyusui bayinya tanpa dijadwal atau secara on demand untuk mencegah
terjadinya bendungan ASI.

Rencana tindakan yang telah disusun yaitu menyampaikan kepada ibu


tentang kondisinya sekarang bahwa ibu mengalami bendungan ASI,
mengobservasi tandatanda vital, menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya
secara on demand dikedua payudaranya secara bergantian, memberikan
penjelasan kepada ibu cara mengatasi keluhan yang dirasakan seperti;

36
menyanggah payudara dengan bebat atau bra yang pas, kompres payudara dengan
menggunakan kain basah/hangat selama 5 menit, urut payudara dari arah pangkal
menuju putting, keluarkan ASI dari bagian depan payudara sehingga putting
menjadi lunak, mengajarkan kepada ibu cara melakukan perawatan payudara,
mengajarkan ibu teknik dan posisi menyusui yang baik dan benar, menganjurkan
ibu untuk mengkonsumsi sayuran hijau dan makanan yang bergizi, memberikan
terapi obat paracetamol 500 mg 3x1 per oral.

Perawatan payudara merupakan upaya untuk merangsang sekresi hormon


oksitosin untuk menghasilkan ASI sedini mungkin dan memegang peranan
penting dalam menghadapi masalah menyusui. Teknik pemijatan dan rangsangan
pada putting susu yang dilakukan pada perawatan payudara merupakan latihan
semacam efek hisapan bayi sebagai pemicu pengeluaran ASI (Sari, 2014).

Hasil penelitian yang dilakukan Kusumaningrum dan Aris didapatkan


bahwa dari seluruh ibu nifas dilakukan perlakuan stimulasi oksitosin didapatkan
sebagian besar tidak mengalami bendungan ASI yaitu sebesar 9 responden (56,
3%) dan ibu yang mendapat perlakuan kombinasi stimulasi oksitosin dan
endorphin massage hampir seluruhnya 14 responden (87, 5%) tidak mengalami
bendungan ASI. Stimulasi oksitosin dan endorphin message merupakan suatu
pemijatan untuk merangsang produksi hormon oksitosin serta dimana pemijatan
ini dilakukan pada bagian tulang belakang. Hal ini merupakan salah satu cara
untuk mengurangi kejadian bendungan ASI (Kusumaningrum dan Aris, 2016).

Pembengkakan payudara terjadi karena ASI tidak disusu dengan adekuat


dan posisi bayi pada payudara saat menyusu salah. Sehingga hal ini akan
menyebabkan putting susu lecet dan ASI tidak keluar optimal sehingga terjadi
pembendungan air susu pada payudara yang selanjutnya dapat menyebabkan
pembengkakan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Astuti dan kurniawati yaitu sebanyak
33 responden, responden yang melakukan cara menyusui kurang benar
diantaranya 9 responden (81,8%) telah mengalami payudara bengkak dan 2
responden (18,2%) tidak mengalami payudara bengkak sedangkan responden

37
yang melakukan cara menyusui dengan benar 20 responden (90,9%) tidak
mengalami payudara bengkak dan 2 responden (9,1%) yang mengalami payudara
bengkak. Penelitian ini menunjukkan bahwa ibu yang melakukan cara menyusui
yang kurang benar lebih banyak yang mengalami payudara bengkak (Astuti dan
Kurniawati, 2011).

Penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu dengan bendungan ASI menurut


kemenkes RI, sanggah payudara ibu dengan bebat atau bra yang pas, kompres
payudara dengan menggunakan kain basah/hangat selama 5 menit, urut payudara
dari arah pangkal menuju putting, keluarkan ASI dari bagian depan payudara
sehingga putting menjadi lunak, susukan bayi 2-3 jam sekali sesuai keinginan bayi
(on demand feeding) dan pastikan bahwa perlekatan bayi dan payudara ibu sudah
benar, pada masa-masa awal atau bila bayi yang menyusui tidak mampu
mengosongkan payudara, mungkin diperlukan pompa atau pengeluaran ASI
secara manual dari payudara, letakkan kain dingin/kompres dingin dengan es pada
payudara setelah menyusui atau setelah payudara dipompa, bila perlu berikan
parasetamol 3x1 500 mg per oral untuk mengurangi nyeri, lakukan evaluasi
setelah 3 hari (Kemenkes RI, 2013).

Durasi pemberian ASI mempunyai peranan terhadap terjadinya bendungan


ASI karena durasi menyusui berkaitan dengan refleks prolaktin yang merupakan
hormon laktogenik yang penting untuk memulai dan mempertahankan sekresi
ASI. Stimulasi isapan bayi akan mengirim pesan ke hipotalamus yang
merangsang hipofisis anterior untuk melepas prolaktin, suatu hormon yang
meningkatkan produksi ASI oleh sel-sel alveoler kelenjar mamaria. Jumlah
prolaktin yang disekresikan dan jumlah ASI yang diproduksi berkaitan dengan
besarnya stimulasi isapan yaitu frekuenasi, intensitas dan lama bayi menghisap
(Ardyan, 2014).

Bendungan ASI pada ibu nifas dapat terjadi jika air susu yang diproduksi
oleh payudara tidak segera diberikan pada bayi atau tidak segera dikosongkan.
Untuk mencegah terjadinya bendungan ASI pada ibu nifas yaitu dengan menyusui
bayi secara teratur tanpa jadwal (on demand), tidak membatasi waktu pemberian
ASI dan perawatan payudara secara teratur (Ardyan, 2014).

38
Seorang bidan harus mempunyai pengetahuan yang baik agar dapat
melaksanakan pencegahan atau penanganan segera pada ibu post partum sesuai
kebijakan dan prosedur tetap serta menyempurnakan kebijakan dalam upaya
meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan khususnya pada ibu dengan
bendungan ASI.

Uraian tersebut tampak adanya persamaan antara teori dengan rencana


tindakan yang dilakukan pada kasus Ny “K”.

Keberhasilan asuhan ini juga ditandai dengan pemahaman ibu mengenai


cara dan teknik menyusui yang baik dan benar, cara melakukan perawatan
payudara serta menyusui bayinya secara on demand. Kondisi kesehatan ibu yang
sudah membaik dimana bendungan ASI tidak menjadi mastitis . Semua data
hingga penatalaksanaan didokumentasikan oleh puskesmas dan peneliti.

Dengan demikian dapat terlihat bahwa proses Manajemen Asuhan


Kebidanan yang diterapkan pada Ny “K” Post Partum Hari Ketiga dengan
bendungan ASI cukup berhasil dan efektif.

39
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan asuhan kebidanan sesuai dengan SOAP.

a Pada pengkajian didapatkan data subyektif Ny. K usia 24 tahun P1A0H1 3


hari. Ibu mengeluh payudaranya terasa bengkak, merah, nyeri dan terasa keras
sejak, ibu mengatakan suhu badannya terasa panas dan ibu mengatakan
bayinya malas menyusu.Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum ibu
baik, kesadaran composmentis, tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 80x/menit,
suhu 38°C, penapasan 22x/menit.

b Berdasarkan hasil pengkajian dari data subyektif dan data obyektif yang sudah
dilakukan, diagnosa yang dapat ditegakkan adalah P1A0H1 3 hari postpartum
dengan bendungan ASI.

c Intervensi yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan dan masalah yang


dialami ibu nifas.

d Pendokumentasian telah dilakukan

5.2 Saran

Sebagai upaya untuk menjaga dan meningkatkan kualitas pelayanan


kebidanan penulis menyimpulkan suatu saran sebagai berikut :
A. Institusi Pendidikan
Diharapkan institusi pendidikan mengembangkan materi yang telah
diberikan baik dalam perkuliahan maupun praktik lapangan dan juga
menambah referensi-referensi agar bisa dijadikan evaluasi dalam
memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan bendungan ASI
sesuai dengan standart pelayanan minimal.
B. Tempat Puskesmas
Tempat pelayanan disarankan untuk mempertahankan serta
meningkatkan mutu pelayanan asuhan kebidanan yang dilakukan pada ibu

40
nifas dengan bendungan ASI sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal
Kebidanan.
C. Klien dan keluarga
Setelah mendapatkan pelayanan kebidanan pada ibu nifas dengan
bendungan ASI keluarga serta klien diharapkan bertambah wawasannya
sehingga dapat mendeteksi dini jika ada penyulit dan dapat diminimalkan
resiko-resikonya.
D. Bagi Mahasiswa Kebidanan
Mahasiswa mampu menerapkan ilmu yang didapatkan selama
perkuliahan sehingga dapat melakukan asuhan kebidanan pada ibu ibu
nifas dengan bendungan ASI.

41
Daftar Pustaka

Astutik Reni Yuli. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Jakarta: Trans
Info Media. 2015.
Astuti, Kurniawati. Analisa Hubungan Pengaruh Cara Menyusui Dengan Kejadian
Payudara Bengkak Pada Ibu Post Partum. Vol.3 No. 4 (desember 2016).
Diakses tanggal 13 oktober 2017.
Anasari Tri. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Mastitis di RSUD Prof.
dr. Margono Soekarjo Purwokerto. 2014.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014
Heryani Reni. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dan Menyusui. Jakarta: Trans Info
Media. 2012.
Hamdani Muhammad. Pendidikan Agama Islam “Islam Dalam Kebidanan”.
Jakarta: CV. Trans Info Media. 2012.
Jannah Nurul. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET.
2012.
Kemenkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar
dan Rujukan. Edisi pertama. 2013.
Mangkuji, dkk. Asuhan Kebidananan 7 Langkah Soap. Jakarta: EGC. 2012
Maritalia Dewi. Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. 2014.
Maryunani, Anik. Asuhan pada Ibu dalam Masa Nifas (postpartum). Jakarta: TIM.
2009.
Mulyani Nina Siti. ASI dan Panduan Ibu Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika.
2013.
Nurhayati, dkk. Konsep Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika. 2013
Prawirohardjo Sarwono. Ilmu Kebidanan. Edisi keempat. Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo . 2010.
Roito H, dkk. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas & Deteksi Dini Komplikasi. Jakarta:
2013.
Rukiyah, Yulianti. Asuhan Kebidanan Patologi. Jakarta: Trans Info Media. 2012.
Rukiyah, dkk. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta: Trans Info Media. 2012.

42
Sari Mustika Surya. Hubungan Pengetahuan Ibu Post Partum Tentang Breast Care
Dengan Kejadian Bendungan ASI Pada Ibu Post Partum. Vol.6 No 1 (2014)
SDKI (Survei Demografi Kesehatan Indonesia). Jakarta. 2015.
Suryani Irma. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas dengan Bendungan Asi di Ruang
VII (Nifas) RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya. DIII Kebidanan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Ciamis. 2016.
WHO (Word Health Organization). Word Health Statistics. 2015.
Yanti Penti Dora. Hubungan Pengetahuan, Sikap Ibu Dengan Bendungan Asi Di
Puskesmas Sidomulyo Pekanbaru. Akademi Kebidanan Helvetia Pekanbaru.
2017.
Yanti, Sundawati. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Bandung: PT Refika Aditama.
2014.

43
LAMPIRAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

EDUKASI KESEHATAN PADA IBU NIFAS

Pokok Bahasan : Edukasi kesehatan pada ibu nifas

Jam/waktu : September 2022

Sasaran : ibu nifas

Tempat : BPM Susiana

A. TUJUAN

1. Tujuan Instruksional Umum

Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan klien mampu mengetahui seputar

materi pendidikan kesehatan pada ibu nifas dan dapat menambah pengetahuan

mereka serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah diberikan penyuluhan secara daring klien mampu :

1. Menjelaskan kebutuhan nifas

B. METODE

Metode yang digunakan adalah konseling

C. MEDIA

Media yang digunakan adalah leaflet dan foto

44
D. KEGIATAN PENYULUHAN

No. Waktu Kegiatan Pemateri Kegiatan Peserta

1. 1 Menit Pembukaan :

 Membuka kegiatan dengan  Menjawab

mengucapkan salam. salam

 Memperkenalkan diri  Mendengarkan

 Kontrak waktu  Memperhatikan

 Menjelaskan tujuan dari penyuluhan  Memperhatikan

 Menyebutkan materi yang akan  Memperhatikan

diberikan

2. 10 menit Isi :

 Menjelaskan kebutuhan nifas  Memperhatikan

3. 2 Menit Evaluasi :

 Memberikan kesempatan kepada  Memberi

peserta untuk bertanya pertanyaan

 Meminta peserta untuk menjelaskan  Memberi

kembali materi yang telah penjelasan

disampaikan dengan singkat tentang materi

menggunakan bahasa peserta sendiri yang telah

 Memberikan pertanyaan kepada disampaikan.

peserta tentang materi yang telah  Menjawab

disampaikan pertanyaan

45
4. 2 Menit Penutup :

 Mengucapkan terima kasih  Mendengarkan

 Mengucapkan salam penutup  Menjawab

salam

KEBUTUHAN NIFAS

1. Kebutuhan Nutrisi Ibu nifas


Selama minggu ke-2 pertama setelah kelahiran, pedoman nutrisi berfokus
pada penyembuhan fisik dan stabilitas setelah kelahiran dan persiapan laktasi.
Ibu menyusui memiliki nutrisi tambahan. Asupan kalori harian sedikitnya
1800 kcal, pada umumnya laktasi memerlukan 500 kcal di atas asupan ibu
sebelum hamil. Selama minggu pertama pasca partum ibu dapat dianjurkan
untuk minum 3000 ml per 24 jam. ibu menyusui harus menghindari minum-
minuman yang mengandung kafein, alcohol dan makanan yang mengandung
gula pengganti (Walsh L, 2008).

Berdasarkan penelitian Veny (2012) diperoleh kebutuhan gizi ibu nifas.


Jumlah energi yang dibutuhkan 2500 kalori meliputi protein sebanyak 64
gram, Vitamin A 6000 UI, Vitamin D 400 IU, Vitamin E 16 IU, Vitamin K
100 mg, Tiamin 1,6 mg, Riboflafin 1,7,Niasin 18 gram, Vitamin B6 2,5 mg,
Folasin 0,5 mg, Biotin 0,3 mg, Vitamin B12 4,0 mg dan Asam pantotenat 4-7
mg. Makanan gizi seimbang bagi ibu memiliki reaksi positif. Nutrisi pada ibu
menyusui dibutuhkan pada tiap komponen zat gizi yang terkandung yaitu
sebagai berikut:

a. Energi
Energi dibutuhkan sebesar 700 kkal/hari (6 bulan pertama
menyusui). Enam bulan kedua dibutuhkan sekitar rata-rata 500 kkal/hari
dan pada tahun ke dua dianjurkan tambahan sebanyak 400 kkal/hari.
Karbohidrat kompleks adalah salah satu sumber vitamin B dan mineral
terbaik untuk pertumbuhan bayi. Selama menyusui harus mengkonsumsi

46
makanan yang banyak mengandung karbohidrat kompleks. Sumber
makanan yang mengandung kalori lebih dari dua kali kalori protein (9
kalori) atau karbohidrat (4 kalori). Pilih makanan yang mengandung kalori
tinggi. Resiko kelebihan kalori jika terjadi kegemukan maka
meningkatkan kematian. Komplikasi pada kelahiran yaitu operasi (Marmi,
2013).
b. Protein
Ibu menyusui membutuhkan tiga porsi protein per hari selama
menyusui. Tambahan protein dibutuhkan sebesar 16 g/hari untuk enam
bulan pertama. Enam bulan kedua dibutuhkan protein sekitar 12 g/hari dan
untuk tahun kedua dibutuhkan sebesar 11 g/hari. Manfaat dari protein
adalah mengatur pertumbuhan dan perbaikan jaringan, perkembangan
otak, produksi ASI, dan membentuk tubuh bayi. Resiko berlebihan protein
berkaitan dengan jenis kanker dan ketidak seimbangan yang dapat
menyebabkan kekurangan nutrisi lain (Marmi, 2013).
c. Zat besi
Zat besi sangat dibutuhkan oleh ibu nifas. Zat besi terdapat sebanyak
0,3 mg/hari dikeluarkan dalam bentuk ASI. Oleh karena itu perlu
ditambahkan dengan basal loss setiap hari. Rata- rata kebutuhan zat besi
untuk enam bulan pertama menyusui adalah 1,1 g/hari. Sehingga
memerlukan tambahan zat besi sebesar 5 mg /hari (Marmi, 2013).
d. Kalsium
Kalsium diperlukan tambahan dalam jumlah yang cukup besar
sekitar 400 mg. Kalsium dibutuhkan dalam produksi ASI. Tubuh juga
menjaga konsentrasi dari kalsium dalam ASI relative tetap baik . Kondisi
dialami ibu yaitu intake kalsium cukup atau kurang (Marmi, 2013).
e. Vitamin A
Kebutuhan sayur dan buah akan meningkat untuk menjamin adanya
vitamin A dan vitamin yang esensial lain dalam air susu. Vitamin A
dibutuhkan dalam tubuh adalah tiga porsi sehari. Manfaat vitamin A yaitu
pertumbuhan dan perkembangan sel, perkembangan dan kesehatan mata,
kesehatan kulit dan sel membran, pertumbuhan tulang, kesehatan

47
reproduksi, metabolisme lemak dan ketahanan terhadap infeksi. Resiko
berlebihan vitamin A yaitu berwarna kekuningan karena kelebihan
karoten, cacat lahir, kerapuhan tulang, rasa nyeri, perdarahan pada hidung,
pembesaran hati dan empedu, kulit kering, gatal, rambut rontok, mual,
pandangan berkunang, sakit kepala. Gejala-gejala diatas disebabkan oleh
kandungan vitamin A sebanyak 50.000 IU (Marmi, 2013).
Suplemen Vitamin A pada ibu nifas memiliki efek positif.
Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas merupakan startegi yang
efektif memperbaiki Vitamin A pada bayi melalui ASI. Cakupan Vitamin
A di kecamatan Ciampea tahun 2012 yaitu 85.8% serta sudah mengcakup
lebih dari target. Suplemen vitamin A dosis tinggi (warna merah) 200.000
IU untuk mencegah infeksi dan mempercepat pemulihan masa nifas (Mei,
2013).
f. Vitamin D
Penting untuk kesehatan gigi dan pertumbuhan tulang. Manfaat
kalsium dan fosor terjadi disaluran usus, penggunaannya di tulang, darah
dan jaringan lainya. Risiko berlebihan vitamin D yaitu kehilangan selera,
muntah, diare, sakit kepala, mengantuk, masalah BAK, dan kelebihan
kalsium dalam darah (Marmi, 2013).
g. Vitamin C
Bayi tidak dapat memperoleh vitamin C selain dari ASI, maka ibu
menyusuin perlu makan dua porsi makanan segar yang mengandung
vitamin C perhari. Vitamin C memiliki manfaat yaitu mendukung
pembangunan tulang, system vascular, otot, tulang rawan, dan jaringan
lain. Vitamin C memiliki manfaat pada kehamilan adalah Metabolisme,
pembentukan Hb dan sel darah merah meningkat selama kehamilan.
Risiko jika mengkonsumsi berlebihan maka akan menyebabkan beberapa
keluhan yaitu diare, batu ginjal dan ketergantungan janin (Marmi, 2013).
h. Vitamin B-6
Metabolisme lemak dan protein, menfasilitasi pertumbuhan sel,
mendukung syaraf dan sistem kekebalan. Vitamin B-6 sangat dibutuhkan
bagi produksi sel darah merah dan putih. Asam folat memiliki manfaat

48
yaitu metabolisme protein, konversi triptofan menjadi niasin, serta
metabolisme lemak dan karbohidrat. Risiko jika terjadi berlebihan dalam
mengkonsumsi B6 maka dapat menyebabkan gangguan disfungsi sistem
syaraf yang parah pada dosis yang berlebihan. Resiko berlebihan vitamin
B6 belum diketahui secara pasti untuk 10-50 kali dari RDA. Kandungan
B6 dapat dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu terbaik, baik dan
kurang baik. Kandungan terbaik yaitu ragi, kedelai dan beras merah.
Kandungan dengan kategori baik adalah jeroan, daging kambing, tomat,
pisang, dan salmon. Kandungan dengan kategori kurang baik yaitu ikan,
kol, jagung, oat, wortel, kentang dan unggas (Marmi, 2013).
i. Asam folat
Mensintesis DNA dan membantu dalam pembelahan sel (Marmi,
2013).
j. Vitamin B12
Mendukung system syaraf dan produksi sel darah merah. Resiko
kelebihan pada vitamin B12 belum diketahui secara pasti. Kandungan
vitamin B12 dibagi menjadi tiga kategori berdasarkan kandungan makanan
yang dimiliki oleh tiap komponen yaitu terbaik, baik dan agak baik.
kandunga terbaik atau paling banyak terdapat pada jeroan. Kategori
kandungan vitamin B12 yang baik adalah daging berotot, dan ikan.
Kategori kandungan vitamin baik yaitu susu, telur dan keju (Marmi,
2013).
k. Zinc
Mendukung system kekebalan tubuh yang sehat dan penting dalam
penyembuhan luka (Marmi, 2013).
l. Garam
Garam dalam jumlah yang cukup diperlukan pembentukan air susu.
Garam yang di gunakan harus mengandung yodium, karena yodium sangat
dibutuhkan oleh bayi (Marmi, 2013).
m. Lemak
Lemak merupakan komponen yang penting dalam air susu, sebagai
kalori yang berasal dari lemak. Lemak bermanfaat untuk pertumbuhan

49
bayi. Kebutuhan lemak berhubungan dengan berat badan, apabila berat
badan ibu menyusui turun, maka tingkat asupan lemak sampai empat kali
sehari (Marmi, 2013).
n. Cairan
Ibu menyusui sangat membutuhkan cairan agar dapat menghasilkan
ASI dengan cepat, hampir 90% air susu ibu terdiri dari air. Minum delapan
gelas air perhari, atau lebih jika udara panas, banyak berkeringat dan
demam. Terlalu banyak minum lebih dari dua belas gelas perhari juga
tidak baik karena dapat menurunkan pembentukan ASI. Waktu minum
yang paling baik adalah pada saat bayi sedang menyusu atau sebelumnya,
sehingga cairan dapat diminum bayi dapat diganti (Marmi, 2013).

Tabel Jenis dan sumber makanan

Jenis Sumber makanan Fungsi


Besi Hati, daging, dan kuning Unsur hemoglobin dan
telur, sayur berdaun hijau beberapa enzim oksidatif.
tua, tiram ,udang , dan Terdapat dalam semua
salem sel tubuh tetapi disimpan
dalam hati, limpa dan
sum-sum tulang.

Mangan Tepung gandum, kacang- Mengaktifkan beberapa


kacangan, daging ikan, enzim dalam tubuh.
ayam, sayuran berdaun
hijau.
Tembaga Hati, tiram, daging, ikan, Penting untuk sintesis
kacang ,dan tepung hemoglobin dan
gandum. berperan untuk
pembentukan tulang.
Zeng Tiram, makanan laut, hati, Sebagai antioksidan dan
ragi, daging, telur, ikan. berperan dalam fungsi
membrane sel.
Iodium Garam beriodium Unsur tiroksin
50
Selenium Ikan laut, kerang-kerangan Memperbaiki
pertumbuhan, mencegah
penyakit tertentu dan
antioksidan

Fluor Air minum yang cukup Terutama terdapat pada


kandungan tulang dan gigi
Sumber : Yuniastuti A. 2008

2. Kebutuhan Istirahat ibu nifas


Kebutuhan istirahat bagi ibu nifas perlu dipenuhi terutama beberapa jam
setelah melahirkan bayinya. Hal ini dapat membantu mencegah ibu
mengalami komplikasi psikologis seperti baby blues dan komplikasi lainnya.
Masa nifas erat kaitannya dengan gangguan pola tidur, tidak hanya pada ibu,
tetapi juga pada pasangannya atau keluarga yang membantu merawat bayinya
(Sutanto, 2018).
Anjurkan ibu untuk :
a. Istirahat yang cukup untuk mengurangi kelelahan.
b. Tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur.
c. Kembali ke kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan.
Mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan waktu untuk
istirahat pada siang kira-kira 2 jam dan malam 7-8 jam. Kurang istirahat
pada ibu nifas dapat berakibat:
a) Mengurangi jumlah ASI.
b) Memperlambat involusi, yang akhirnya bisa menyebabkan perdarahan.
c) Depresi. (Suherni, Hesty Widyasih, Anita Rahmawati, 2009).

3. Personal hygiene masa nifas


a. Perawatan perinium
Infeksi merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas
pada ibu nifas. Oleh karena itu kebersihan diri terutama pada daerah
perineum perlu diperhatikan dengan serius. Kebersihan merupakan salah

51
satu tanda hygiene yang baik. Karena kita hidup di daerah tropis, ibu nifas
juga perlu mandi 2 kali sehari agar bersih dan segar.
Menurut Maritalia (2017) beberapa alasan perlu memperhatikan
kebersihan pada daerah privat ibu (vagina) pada masa nifas adalah:
 Adalanya discharge vagina selama masa nifas
 Secara anatomis, letak vagina berdekatan dengan saluran kemih,
demikian juga saluran pencernaan (rectum), sehingga memungkinkan
terjadinya infeksi lebih besar.
 Adanya luka pada perineum sebagai dampak dari proses persalinan,
yang memungkinan terjadinya infeksi.
 Vagina merupakan organ terbuka, dan mudah dimasuki kuman
penyakit sehingga menjadi port de entryterhadap kuman-kuman
pathogen.
Menurut Sutanto (2018) kebersihan pada daerah vagina dapat
diperlihara dengan cara sebagai berikut:
 Setiap kali BAK/BAB basuhlah mulut vagina dengan air bersih dari
arah depan ke belakang agar kotoran yang menempel disekitar vagina
baik urine maupun lokia atau faeces yang mengandung kuman
penyakit dapat dibersihkan.
 Bila keadaan vagina terlalu kotor, cucilah dengan sabun atau cairan
antiseptic yang berfungsi untuk menghilangkan mikroorganisme yang
terlanjur berkembang biak di daerah tersebut.
 Pada ibu nifas yang dilakukan episiotomy, dapat duduk berendam
dengan cairan antiseptic, atau herbal lain yang terbukti bermanfaat dan
tidak merusak jahitan luka episiotomy ibu. Berendam dengan herbal
dapat dilakukan selama 10 menit setelah, dapat membantu sirkulasi
darah dan mengurangi nyeri.
 Mengganti pembalut sesering mungkin, setiap kali BAK/BAB agar
tidak lembab yang memungkinkan bertumbuhnya mikroorganisme.
Minimal pembalut diganti 3-4 jam sekali, meskipun tidak BAk/BAB.
 Keringkan vagina dengan lembut dengan tisu atau handuk bersih
setiap kali selesai membasuh, agar tetap kering, kemudian ganti

52
dengan pembalut yang baru.
 Bila ibu membutuhkan salep antibiotic, dapat dioleskan sebelum
memakai pembalut yang baru
 Jangan duduk terlalu lama agar menghindari tekanan yang lama di
daerah perineum. Sarankan ibu duduk di atas bantal untuk mendukung
otot-otot di sekitar perineum dan berbaring miring saat tidur.
 Rasa gatal menunjukan luka perineum hampir pulih. Ibu dapat
mengurangi rasa gatal dengan berendam air hangat atau kompres
hangat tetapi jangan terlalu panas, sehingga tidak merusak benang
jahit luka episiotomy yang digunakan.
 Sarankan untuk melakukan latihan kegel untuk merangsang peredaran
darah di perineum agar cepat pulih.
b. Perawatan payudara
Menjaga payudara tetap bersih dan kering dengan menggunakan BH
yang menyokong payudara. Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum
atau ASI yang keluar pada sekitar puting susu setiap selesai menyusui.
Menyusui tetap dilakukan dimulai dari puting susu yang tidak lecet agar
ketika bayi dengan daya hisap paling kuat dimulai dari puting susu yang
tidak lecet. Apabila puting lecet sudah pada tahap berat dapat
diistirahatkan selama 24 jam, ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan
menggunakan sendok. Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat diberikan
paracetamol 1 tablet 500 mg setiap 4-6 jam sehari (Wahyuningsih, 2018).

53
54
DAFTAR PUSTAKA

Maritalia D. 2017. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Gosyen


Publishing.

Marmi. 2013. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Sutanto AV. 2018. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui, Teori dalam Praktik
Kebidanan Profesional. Yogyakarta: Pustakan Baru Press.

Walsh, V.L. 2008. Buku Ajar Kehamilan Dan Persalinan. Jakarta: Pustaka Pelajar

55

Anda mungkin juga menyukai