Anda di halaman 1dari 102

BABI

PENDAHULUAN

A Latar Belakang

Untuk mencapai tingkat kesehatan yang sebaik mungkin bagi ibu-ibu

yang baru melahirkan (postpartum), bayi dan keluarga khususnya, serta

masyarakat umumnya, asuhan kebidanan masa nifas merupakan salah satu

bidang pelayanan kesehatan yang harus mendapat oerhatian baik oleh petugas

kesehatan seperti dokter kebidanan, bidan dan perawat maupun ibu itu

sendiri. Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai dari beberapa jam

setelah plasenta lahir dan selesai selama kira-kira 6 minggu saat alat-alat

kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Saifudin,2009).

Asuhan kebidanan pada masa nifas adalah penerapan fungsi dan

kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan pada

klien yang mempunyai kebutuhan/masalah dalam bidang kesehatan pada ibu

nifas dengan menggunakan format pengkajian. Asuhan nifas dilakukan

selama 2-6 hari setelah melahirkan dan 2-6 minggu setelah melahirkan

bertujuan untuk memastikan bahwa ibu dalam proses penyembuhan yang

aman, memastikan bahwa bayi sudah bisa menyusu tanpa kesulitan dan

bertambah berat badannya, memastikan bahwa ikatan bayi dan ibu sudah

terbentuk, menyarankan untuk penggunaan alat kontrasepsi, menganjurkan

ibu membawa bayinya untuk kontrol (rumah sakit,rumah bersalin atau

posyandu) (Nurjanah dkk,2013).

1
2

Asuhan nifas perlu dilaksanakan secara menyeluruh, walaupun pada

umumnya ibu yang melahirkan dalam keadaan sehat, tetapi kadang-kadang

juga ditemukan adanya masalah, sebagaimana diuraikan dibawah ini.Selama

beberapa hari melahirkan, ibu mengalami masa nifas atau masa

pemulihan.Banyak hal yang bisa terjadi dalam masa ini.Yang terutama adalah

keluarnya darah nifas atau lokhia, akibat terlepasnya laisan rahim.Pada

mulanya darah berwarna merah (lokhia rubra) dan ada gumpalan-gumpalan

kecil. Dalam beberapa hari kemudian, akan semakin memudar hingga sekitar

hari kesepuluh berwarna putih kekuningan. Semua itu merupakan proses

normal. Bila darah berbau, ada kemungkinan terjadinya infeksi.

Proses kelahiran merupaka peristiwa yang penting dan mulia, namun

sangat menguras tenaga maupun emosi ibu. Kejadiannya penuh ketegangan

dan sangat melelahkan.Bagi sebagian orang bahkan kelelahan ini dapat

berlangsung lebih lama, hingga beberapa bulan pasca persalinan.Bidan perlu

mengingatkan wanita yang baru pertama kalinya menjadi ibu bahwa

kelelahan tersebut merupakan reaksi normal dari tubuh.Apalagi dalam waktu

bersamaan, ibu juga dituntut memberikan perhatian yang besar terhadap bayi

yang baru dilahirkannya. Untuk itu bidan perlu mewaspadai adanya sindrom

baby blues pada ibu yang baru melahirkan. Apabila kondisi ibu telah pulih

atau kelelahan ibu telah teratasi, maka sekitar enam jam pasca persalinan

sebaiknya ibu segera bangun dari tempat tidur dan bergerak agar merasa lebih

kuat dan lebih baik.


3

Dengan mengetahui kondisi-kondisi tersebut diatas, maka bidan dapat

memberikan asuhan masa nifas yang optimal, yang meliputi fisik, dukungan

emosi, Inisiasi menyusui Dini, ASI eksklusif, rawat gabung, perawatan

payudara, cara memerah ASI, nutrisi bagi ibu menyusui, senam nifas dan

lain-lain. Hal ini dapat diberikan baik selam perawatan dirumah sakit, rumah

bersalin maupun saat ibu pulang sebagai bekal untuk melanjutkan asuhan

nifas terhadap diri ibu dan bayinya.

Asuhan nifas sejak dahulu kala sudah dilakukan dengan cara yang

sederhana dan tradisional. Namun dengan bertambah majunya ilmu

kebidanan, sudah seharusnya asuhan masa nifas dilakukan dengan cara-cara

yang lebih maju.Hal ini menuntut bidan sebagai tenaga professional mampu

memberikan pelayanan asuhan kebidanan kepada setiap ibu yang menghadapi

masa nifas secara professional.

Masa nifas merupakan hal pentinguntuk diperhatikan guna

menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) hasil

survei demografi dan kesehatan indonesia (SDKI) tahun2012menunjukkan

bahwa angka kematian ibu sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup,penyebab

terbesar kematian ibu selamatahun 2010 sampai tahun 2013 yaitu

perdarahan.Survei SDKI juga melaporkan bahwa cakupan kunjungan nifas

pada tahun 2013 hanya 86,64% lebih rendah dari cakupan persalinan oleh

tenaga kesehatan(90,88%).Hal ini memberi gambaran bahwa apabila jumlah

cakupan nifas tidak sama dengan cakupan persalinan oleh tenaga


4

kesehatan,masa nifas yang tidak terkontrol oleh tenaga kesehatan sebagai

penolong persalinan.

Jika semakin besar jarak persalianan dan kunjungan nifas maka

semakin besar resiko kematian ibu (Kemenkes RI,2014).Oleh sebab itu

dimasa nifas ini, asuhan masa nifas sangat di perlukan karena merupakan

masa pemulihan bagi ibu maupun bayinya yang membutuhkan pengawasan

yang komprehensif.Asuhan kebidanan secara komprehensif sangat

dibutuhkan dalam menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka

kematian bayi (AKB) diseluruh propinsi di indonesia (Kemenkes RI,2014).

Berdasarkan data dari Dinkes prop.sulteng angka kematian ibu (AKI)

pada tahun 2015 131 per 100.000 kelahiran hidup dan penyebab kematian

terbesar yaituperdarahan 47 orang, tahun 2016 angka kematian ibu (AKI) 98

per 100.000 kelahiran hidup dan penyebab terbesar adalah perdarahan 36

orang,tahun 2017, angka kematian ibu (AKI) 73 per 100.000 kelahiran hidup

dan penyebab terbesar adalah hypertensi pada kehamilan.Dari data tersebut

terjadi penurunan angka kematian ibu pada tahun 2016. Pada tahun 2017

cakupan kunjungan KF3 38.831 (58,60%) dari target 66.261.

(Dinas Kesehatan Prop. Sulteng, 2016). Data Dinas kesehatan kota palu,

Angka kematian ibu (AKI) tahun 2015, 326 per 100.000 kelahiran hidup dan

penyebab kematian terbesar yaitu persalinan 11 orang (50%),tahun 2016

angka kematian ibu (AKI) 158 per 100.000 kelahiran hidup.Dari data tersebut

terjadi peningkatan angka kematian ibu pada tahun 2016. Cakupan kunjungan
5

nifas pada tahun 2016 KF3 94,3% dari sasaran target 7233 (95%). (Dinas

kesehatan kota Palu, 2016)Berdasarkan data program KIA Puskesmas

Sangurara, bahwa kasus kematian pada tahun 2015 kematian ibu postpartum

4 orang,tahun 2016 terdapat kematian ibu postpartum 1 orang dan penyebab

kematian adalah eklampsia postpartum.Adapun capaian kunjungan nifas (kf

3) pada tahun 2016, 974 (100%) dari sasaran target 974 (100%). (Puskesmas

Sangurara,2016).

Dari data tersebut diatas, bahwa pelayanan Asuhan kebidanan pada

ibu nifas normal di Puskesmas Sangurara telah dilaksanakan, namun hanya

berfokus pada pelayanan bayi baru lahir saja dan pelayanan masa nifas hanya

berlangsung 2 kali kunjungan yaitu pada kF1 dan KF2 ( 3 hari dan 14 hari

saja), sementara KF3 dan KF4 tidak dilakukan lagi dengan alasan bahwa ibu

sudah sehat dan dapat berkunjung sendiri ke falitas kesehatan terdekat

(Puskesmas,pustu,polindes dan poskesdes). sehingga pelayanan asuhan pada

ibu nifas belum dilaksanakan sesuai dengan standar asuhan pelayanan pada

ibu nifas yang meliputi 4 kali kunjungan selama masa nifas mulai dari 6 jam

pasca persalinan sampai dengan 42 hari ( 6 minggu) pasca persalianan.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik melakukan pelayanan kesehatan

dengan memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas normal awal mulai 1

jam pasca persalinan sampai dengan 42 hari pasca persalinan atau 6 minggu

pasca persalinan di kelurahan Donggala kodi wilayah Puskesmas

Sangurara,kota palu.
6

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, peneliti merumuskan

masalah yaitu”Bagaimana melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas

normal” diwilayah Puskesmas Sangurara.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum.

Mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas normal

dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan yang di

dokumentasikan dalam bentuk SOAP.

2. Tujuan Khusus

a. Dapat melakukan pengkajian Data subjektif pada ibu nifas normal

b. Dapat melakukan pengkajian data objektif pada ibu nifas normal

c. Dapat melakukan Analisis pada ibu nifas normal

d. Dapat melakukan penatalaksanaan pada ibu nifas normal

D. Manfaat Penelitian

1. Toeritis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam peningkatan

penentuan kebijakan pengembangan ilmu di bidang kesehatan, mengenai

asuhan kebidanan pada ibu nifas, di Kelurahan Donggala kodi wilayah

kerja Puskesmas Sangurara kecamatan Ulujadi Kota Palu.

2. Praktis
7

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan,

terutama pada bidan dalam memberikan pelayanan asuhan kebidanan

pada ibu masa nifsas, sehingga dapat dilakukan deteksi dini,

kemungkinan terjadinya komplikasi pada ibu masa nifas sehinggga dapat

dilakukan rujukan untuk mendapatkan pertolongan dan perawatan yang

adakuat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR NIFAS (PUERPERIUM)

1. Pengertian

Masa nifas dimulai setelah 2 jam postpartum dan berakhir ketika

alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, biasanya

berlangsung selama 6minggu atau 42 hari,namun secara keseluruhan baik

secara fisiologis maupun psikologis akan pulih dalam waktu 3 bulan. Jika

secara fisiologis sudah terjadi perubahan pada bentuk semula (sebelum

hamil), tetapi secara psikologis masih terganggu maka dikatakan masa nifas

tersebut belum berjalan dengan normal atau sempurna. Masa nifas

(postpartum/puerperium) berasal dari bahasa latin yaitu dari kata

“puer”yang artinya bayi dan “parous”yang berarti melahirkan

(Nurjanah,2013).

Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah persalinan

selesai sampai 6 minggu atau 42 hari. Selama masa nifas, organ reproduksi

secara perlahan akan mengalami perubahan seperti keadaan sebelum hamil.

Perubahan organ reproduksi ini disebut involusi (Maritalia,2014).

Adapun beberapa pengertian masa nifas menurut para ahli adalah

sebagai berikut:

a. Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah placenta lahir dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

8
9

hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.

(Bari.S,dkk,2002).

b. Depkes (2002), puerperium adalah waktu mengenai perubahan besar

yang berjangka pada periode transisi dari puncak pengalaman

melahirkan untuk menerima kebahagiaan dan tanggung jawab dalam

keluarga.

c. Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran placenta dan

berakhir ketikaalat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil yang berlangsung selama kira-kira 6 minggu, atau masa nifas

adalah masa yang dimulai dari beberapa jam setelah lahirnya placenta

sampai 6 minngu berikutnya (Saepudin,2002).

d. Varney,H(2007), mengatakan bahwa periode pasca persalinan (post

partum) adalah masa waktu antara kelahiran placenta dan membran

yang menandai berakhirnya periode intra partum sampai waktu menuju

kembalinya sistem reproduksi wanita tersebut ke kondisi tidak hamil.

e. Menurut Anggraini (2010), masa nifas (puerperium) adalah dimulai

setelah placenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali

seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-

kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam

waktu 3 bulan.
10

2. Kebijakan Program Pemerintah Dalam Asuhan Masa Nifas

Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk menurunkan angka

kematian ibu dan bayi di indonesia. Salah satu program yaitu pelayanan

kesehatan masa sesudah melahirkan yang di atur dalam Permenkes RI

Nomor 97 Tahun 2014 ( Kemenkes RI,2014) pada PMK Nomor 97 tahun

2014 dituliskan bahwa pelayanan kesehatan masa sesudah melahirkan

adalah setiap kegiatan dan atau serangkaian kegiatan yang dilakukan

ditujukan pada ibu selama masa nifas dan pelayanan yang mendukung bayi

yang dilahirkan sampai berusia 2 tahun. Pelayanan kesehatan masa sesudah

melahirkan meliputi pelayanan kesehatan bayi baru lahir.

a. Pelayanan kesehatan ibu nifas. Pelayanan pada ibu nifas dilakukan

minimal 4 kali kunjungan selama masa nifas, yaitu;

1. Kunjungan I yaitu satu kali pada periode 6-8 jam pasca persalinan.

2. Kunjungan II yaitu Satu kali pada periode 6 hari sampai dengan 13

hari pasca Persalinan.

3. Kunjungan III yaitu satu kali pada periode 14 hari(2 minggu)

sampai dengan 29 hari pasca persalinan.

4. Kunjungan IV yaitu satu kali pada periode 6 minggu sampai 8

minggu pasca persalinan.

b. Pelayanan kesehatan bayi baru lahir.

Pelayanan kesehatan bayi baru lahir (KemenkesRI,1997)

dilaksanakan minimal 3 kali kunjungan oleh bidan/dokter yaitu:


11

1. Kunjungan I pada 6 jam pertama sampai dengan 48 jam setelah

lahir.

2. Kunjungan II pada hari ke 3 sampai dengan hari ke 7 setelah lahir.

3. Kunjungan III pada hari ke 8 sampai dengan 28 hari setelah lahir.

3. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Pada masa nifas ini terjadi perubahan-perubahan fisik ataupun psikis

berupa organ reproduksi, terjadinya proses laktasi, terbentuknya hubungan

antara orangtua dan bayi dengan memberi dukungan. Atas dasar tersebut

perlu dilakukan suatu pendekatan antara ibu dan keluarga dalam manajemen

kebidanan .Adapun tujuan asuhan masa nifas adalah sebagai berikut:

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayi, baik fisik maupun psikis.

2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah /

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi, baik pada ibu maupun

bayi.

3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan

diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan

perawatan bayi sehat.

4. Memberikan pelayanan KB.

5. Untuk mendapatkan kesehatan emosi

6. Memperlancar pembentukan air susu ibu (ASI).


12

7. Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai

masa nifas selesai dimana memelihara bayi dengan baik, sehingga

bayi dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal.

4. Kebutuhan Dasar Masa Nifas

Periode postpartum adalah waktu pemyembuhan dan perubahan waktu

kembali keadaan tidak hamil. Dalam masa nifas, baik alat-alat genetalia

interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih seperti keadaan

sebelum hamil. Untuk membantu mempercapat proses penyembuhan pada

masa nifas, maka ibu nifas membutuhkan diet yang cukup kalori dan

protein, membutuhkan istirahat yang cukup dsb. Kebutuhan yang di

butuhkan ibu nifas antara lain:

a. Nutrisi dan Cairan.

Kebutuhan nutrisi postpartum merupakan kelanjutan dari nutrisi

pada masa kehamilan, yang diperlukan untuk kesehatan bayi baru lahir.

Resiko komplikasi pada ibu saat hamil, bersalin dan nifas dapat di

cegah dengan pemenuhan nutrisi yang adekuat pada masa kehamilan

(Nichols,2000). Pada saat nifas, ibu di anjurkan untuk mengomsumsi

tambahan kalori sebesar 500 kalori/hari, menu makanan gizi seimbang

yaitu cukup protein, mineral dan vitamin. Ibu nifas di anjurkan untuk

minum air mineral 3 liter/hari, mengomsumsi suplemen zat besi

minimal selama tiga bulan postpartum. Segera setelah melahirkan, ibu

mengomsumsi suplemen vitamin A sebanyak 1kapsul 200.000 UI dan


13

melanjutkan mengomsumsi vitamin A pada 24 jam kemudian

sebanyak 1 kapsul 200.000 UI (Kemenkes RI,2013 ). Hal ini sesuai

dengan rekomendasi dari The International Vitamin A Consulative

Group, bahwa seluruh ibu nifas seharusnya menerima vitamin A

400.000 UI, atau dua kapsul dengan dosis 200.000 U, dengan

pemberian kapsul pertama segara setelah melahirkan dan kapsul kedua

diberikan satu hari setelah pemberian kapsul pertama dan tidak lebih

dari enam minggu (Ross,2002).

Asupan nutrisi ibu nifas mempengaruhi kandungan nutrisi pada

ASI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan nutrisi ibu

menyusui lebih tinggi dibandingkan dengan kebutuhan nutrisi tidak

menyusui. Nutrisi yang penting untuk disekresi ke dalam ASI antara

lain asam docosahexaenoic (DHA ),vitamin B2, vitamin A, dan vitamin

D (Chen,2012).

b. Ambulasi Dini

Ibu nifas normal di anjurkan untuk melakukan gerakan meski di

tempat tidur dengan miring ke kiri atau ke kanan pada posisi tidur dan

lebih banyak berjalan. Ambulasi awal dengan melakukan gerakan

ringan yang diobservasi oleh petugas kesehatan kemudian

meningkatkan intensitas gerakannya secara berangsur-angsur. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa untuk mempercepat proses pemulihan

tubuh ibu dan mengurangi terjadinya tromboemboli, ibu nifas di


14

anjurkan untuk melakukan ambulasi dini (Lowdermilk,2005). Pada ibu

nifas dengan komplikasi seperti anemia, penyakit jantung, demam dan

keadaan lain yang masih membutuhkan istirahat tidak di anjurkan untuk

melakukan ambulasi dini.

c. Eliminasi

1) Buang Air Kecil ( BAK)

Segera setelah persalinan, ibu nifas di anjurkan untuk buang

air kecil karena kandung kemih yang penuh dapat menganggu

kontraksi uterus dan menimbulkan komplikasi yang lain misalnya;

infeksi. Pasien dengan pasca jahitan perineum cenderung takut

untuk buang air kecil karena merasanyeri pada luka perineumnya.

Bidan harus dapat menidentifikasi dengan baik penyebab yang

terjadi apabila dalam waktu >4jam ibu nifas belum buang air kecil.

Beri motivasi ibu untuk buang air kecil meski merasa sedikit nyeri

pada daerah luka perineumnya (Klein,2008).

Buang air kecil disebut normal, bila dapat buang air kecil

spontan setiap 3-4 jam, karena enema persalinan, diet cairan, obat-

obatan analgesik selama persalinan dan perineum yang sakit.

Memberikan asupan cairan yang cuku,diet yang tinggi serat serta

ambulasi secara teratur dapat membantu untuk mencapai regulasi

BAK.Ibu diusahakan dapat buang air kecil sendiri, bila tidak

dilakukan dengan tindakan; merangsang dengan mengalirkan air


15

kran didekat ibu, mengompres air hangat diatas simpisis. Bila tidak

berhasil maka lakukan kateterisasi.

2) Buang air besar (BAB)

Biasanya 2-3 hari postpartum masih sulit buang air besar.

Jika klien pada hari ketiga belum juga buang air besar maka

diberikan laksan supositoria dan minum air hangat. Agar dapat

buang air besar secara teratur dapat dilakukan dengan diet teratur,

pemberian cairan yang banyak, makanan cukup serat, olahraga.

3) Personal hygiene (Kebersihan Diri )

Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi

dan meningkatkan perasaan nyaman pada ibu serta penyembuhan

luka perineum. Ibu nifas di anjurkan untuk menjaga kebersihan

dirinya dengan membiasakan mencuci tangan dengan sabun pada

air yang mengalir sebelum dan sesudah membersihan bagian

genetalianya, mengganti pembalut minimal 2 kali/hari atau saat

pembalut mulai tampak kotor dan basah,serta menggunakan

pakaian dalam yang bersih (Saifudin,2009).

4) Istirahat

Kebahagiaan setelah melahirkan membuat ibu sulit tidur.

Seorang ibu baru akan cemas apakah ia akan mampu merawat

anaknya atau tidak. Hal ini mengakibatkan sulit tidur,juga akan

terjadi gangguan pola tidut karena beban kerja bertambah, ibu


16

harus bangun malam untuk meneteki atau mengganti popok yang

sebelumnya tidak pernah dilakukan. Ibu nifas Pada umumnya ibu

nifas mengalami kelelahan setelah proses persalinan. Bidan dapat

menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup atau tidur pada saat

bayi sedang tidur. Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup,

istirahat tidur yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam

hari dan 1 jam pada siang hari untuk mencegah kelelahan yang

berlebihan. Motivasi keluarga untuk dapat membantu meringankan

pekerjaan rutin ibu di rumah agar ibu dapat beristirahat dengan

baik. Ibu di anjurkan dapat beristirahat pada siang hari sekitar 2

jam dan malam hari sekitar 7-8 jam (Pilliteri,2003).

Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan rumah tangga

secara perlahan-lahan serta untuk tidur siang atau istirahat selama

bayi tidur.Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa

hal antara lain mengurangi jumlah ASI yang di produksi,

memperlambat proses involusi uteri dan memperbanyak

perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk

merawat bayi dan dirinay sendiri. Tujuan istirahat untuk pemulihan

kondisi ibu dan untuk pembentukan atau produksi ASI.


17

5) Seksual

Hubungan seksual sebaiknya dilakukan setelah masa nifas

berakhir yaitu setelah 6 minggu postpartum, mengingat bahwa pada

masa 6 minggu postpartum masih terjadi proses pemulihan pada

organ reproduksi wanita khususnya pemulihan pada daerah serviks

yang baru menutup sempurna pada 6 minggu postpartum

(Lowdermilk,2005). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu nifas

posthecting perineum karena episiotomi cenderung menunda

aktivitas seksualnya di bandingkan ibu nifas posthecting ruptur

spontan, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan ambang nyeri

pada perineum (Klein,1994).

6) Keluarga Berencana (KB).

Keluarga Berencana ( KB ) adalah suatu upaya yang

dilakukan manusia untuk mengatur secara sengaja kehamilasan

dalam keluarga secara tidak melawan hukum dan norma agama

serta moral Pancasila untuk kesehjateraan Keluarga

(Maritalia,2014)

Menurut WHO (Expert Commite,1970).Keluarga

Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan

suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak

diinginkan/direncanakan,mendapat kelahiran yang diinginkan,


18

mengatur interval di antara kehamilan dalam hubungan umur suami

istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (Maritalia,2014).

Tujuan KB adalah membentukkeluarga bahagia dan

sejahtera sesuai dengan keadaan sosial ekonomi suatu keluarga

dengan cara pengaturan anak, agar dapat memenuhi kebutuhan

hidupnya. Pendewasaan usia perkawinan, peningkatan ketahanan

dan kesejahteraan keluarga. Kontrasepsi berasal dari kata kontra

berarti “mencegah”atau “melawan”dan konsepsi yang berarti

pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang

mengakibatkan kehamilan, maksud dari kontrasepsi adalah

menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat

pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma tersebut.

Pemilihan kontrasepsi harus sudah dipertimbangkan pada masa

nifas.

7) Senam Nifas

Senam nifas adalah senam yang dilakukan pada saat

seorang ibu memjalani masa nifas atau masa setelah melahirkan

(Idamaryanti,2009). Senam nifas adalah latihan gerak yang

dilakukan secepat mungkin setelah melahirkan,supaya otot-otot

yang mengalami peregangan selama kehamilan dan persalinan

dapat kembali kepada kondisi normal seperti semula

(Ervinasy,2008). Senam nifas dapat dimulai 6 jam setelah


19

melahirkan dan dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara

bertahap, sistematis dan kontiniu (Nurjanah,2013 ). Adapun tujuan

senam nifas yaitu:

a) Memperlancar terjadinya proses involusi uteri

b) Mempercepat pemulihan kondisi tubuh ibu setelah

melahirkan padakondisi semula.

c) Mencegah komplikasi yang mungkin terjadi selama

menjalani masa nifas

d) Memelihara dan memperkuat kekuatan otot perut, otot dasar

panggul, serta otot pergerakan.

e) Memperbaiki sirkulasi darah,sikap tubuh setelah hamil dan

melahirkan, tonus otot pelvis, regangan otot tungkai bawah.

f) Menghindari pembengkakan pada pergelangan kaki dan

mencegah timbulnya varices.

5. Peran Dan Tanggung Jawab Bidan Pada Masa Nifas

Bidan merupakan tenaga kesehatan yang memiliki peran penting

dalam menjaga kesehatan ibu dan anak.Pada Permenkes Nomor 1464 Tahun

2010 (KemenkesRI.2010)bidan diberikan wewenang dalam melakukan

pelayanan ibu nifas normal dan pelayanan ibu menyusui. Pada standar

profesi bidan (Depkes RI,2007) disebutkan bahwa bidan memililki peran

yang spesifik yaitu sebagai pelaksana, pengelola, pendidik dan peneliti.

Peran bidan sebagai pelaksana mempunyai tiga kategori tugas yaitu tugas
20

mandiri, tugas kolaborasi dan tugas ketergantungan. Peran dan tanggung

jawab bidan selama masa nifas dapat kita bagi dalam tiga kategori tugas

yaitu sebagai berikut:

a) Tugas mandiri

1. Memberikan asuhan kebidanan pada masa nifas dan keluarga

yang mencakup mengidentifikasi kebutuhan ibu selama masa

nifas, menentukan diagnosa/masalah yang di alami ibu nifas,

menyusun rencana asuhan pada ibunifas, melaksanakan rencana

asuhan ibu nifas,melakukan evaluasi terhadap asuhan nifas dan

membuat rencana tindakan lanjutan asuhan nifas berikutnya.

2. Melakukan pemeriksaan fisik secara komprehensif.

3. Memberikanmotivasi dan keyakinan pada ibu nifas akan

kemampuannya dalam berperan sebagai seorang ibu.

4. Melakukan konseling atau memberikan pendidikan kesehatan

pada ibu nifas.

5. Melakukan deteksi dini adanya tanda-tanda bahaya, kelainan

atau komplikasi pada masa nifas.

b) Tugas kolaborasi.

1. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan resiko

tinggi yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan tenaga

kesehata lainnya.

2. Mendampingi atau menjadi mitra bagi ibu selama masa nifas.


21

3. Melakukan kolaborasi dengan keluarga dalam hal pengambilan

keputusan selama masa nifas.

c) Tugas ketergantungan.

1. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu masa nifas dengan

penyulit tertentu melalui konsultasi dan rujukan ,baik pada

tenaga kesehatan yang kompeten dan berwenang maupun

pada fasilitas kesehatan yang lebih memadai.

2. Memberikan pertolongan pertama pada kasus

kegawatdaruratan pada kasus yang memerlukan rujukan.

3. Merujuk ibu nifas untuk keperluan intervensi lebih lanjut

pada institusi kesehatan yang berwenang. Bidan memiliki

peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post

partum.

6. Tahapan Masa Nifas:

Puerperium Dini (Immediate puerperium) waktu 0-24 jam postpartum.

Dalam agama islam di anggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

Puerperium intermedial (Early puerperium) suatu masa dimana pemulihan

dari organ-organ reproduksi secara menyeluruh selama kurang lebih 6-8

minggu.Remote puerperium (Later puerperium) waktu yang diperlukan

untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan yang sempurna secara

bertahap terutamam jika selama masa kehamilan dan persalinan ibu


22

mengalami komplikasi,waktu untuk sehat bias berminggu-minggu, bulan

bahkan tahun.

7. PerubahanAnatomi Dan Fisiologis Pada Masa Nifas

a. Perubahan sistem reproduksi

Perubahan sistem reproduksi masa nifas meliputi perubahan

pada vagina, perineum, serviks, uterus dan endometrium (

Varney,2004 )

a) Vagina dan perineum.

Vagina tetap terbuka lebar segera setelah ibu melahirkan

bayinya. Pada beberapa ibu nifas ada kecenderungan vagina

akan mengalami bengkak dan memar serta ada nampak celah

pada introitus vagina. Tonus otot vagina akan kembali pada

keadaan semula dengan tidak ada pembengkakan dan celah

vagina tidak lebar pada satu hingga dua hari pertama post

partum. Pada minggu ketiga postpartum,rugae vagina mulai

pulih menyebabkan ukuran vagina menjadi lebih kecil, dinding

vagina menjadi lebih lunak, lebih besar dari biasanya dan

longgar sehingga ruang vagina akan sedikit lebih besar dari

keadaan sebelum melahirkan (Varney,2004 ).

Pada saat proses persalinan pervaginam, perineum

tertekan oleh bagian terendah janin sehingga perineum menjadi

kendur karena teregang. Namun tonus otot perineum akan


23

pulih meskipun masih kendur daripada keadaan sebelum hamil

pada hari kelima postpartum (Sulistyawati,2009 ). Pada proses

persalinan pervaginam cenderung terjadi trauma pada perineum

yang disebabkan robekan spontan atau episiotomi. Trauma

tersebut dapat menimbulkan masalah bagi ibu seperti

perdarahan, infeksi penjahitan, dispareunia, inkontinensia urine,

dan sebagainya. Masalah–masalah tersebut apabila tidak

ditangani dengan baik akan berdampak pada terganggunya

interaksi ibu dengan bayi dan mengganggu proses menyusui

(Zare O,2014)

b) Serviks Uteri

Perubahan yang terjadi pada serviks segera setelah proses

persalinan yaitu menjadi sangat lunak, kendur dan terbuka

seperti corong. Hal ini karena corpusuteri berkontraksi,

sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah

terbentuk seperti cincin di antara perbatasan korpus dan

serviks. Setelah bayi lahir, rongga rahim dapat dilalui oleh satu

tangan. Akan tetapi pada 2jam setelah persalinan rongga rahim

hanya dapat dilalui oleh 2-3 jari dan pada 6 minggu postpartum,

serviks sudah tertutup (Lowdermilk,2005 ).


24

c) Uterus

Perubahan pada uterus dikenal dengan involusi uteri yaitu

suatu proses pengerutan pada uterus sebagai tanda kembalinya

uterus kekadaan sebelum hamil. Involusi uteri terjadi melalui

rangkaian proses yang terjadi secara bersamaan yaitu

proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot

uterus karena enzim proteolitik akan memendekkan jaringan

otot yang mengendur sampai 10 kali panjangnya dari semula

dan lebarnya lima kali darikeadaan semula selama kehamilan

(Autorilisis ). Berhentinya produksi oestrogen karena pelepasan

placenta menyebabkan terjadinya atropi pada jaringan uterus

sehingga lapisan desidua akan terlepas dan terpisah dengan

lapisan basal yang akan beregenerasi menjadi lapisan

endometrium yang baru. Adanya peningkatan hormon

oksitosin memberi dampak pada peningkatan kontraksi uterus

sehingga membantu mengurangi suplai darah ke uterus, hal

ini akan mengurangi bekas luka tempat placenta berimplantasi

(Bennet,1996). Uterus akan kembali normal dengan bobot berat

lebih 50-60 gram pada minggu ke enam.


25

Tabel: 2.1 perubahan-perubahan yang normal didalam uterus selama


masa nifas.
Bobot Diameter Palpasi
uterus uterus serviks
Pada akhir persalinan 900 gram 12,5 cm embut/lunak
Pada akhir minggu ke-1 450 gram 7,5 cm 2 cm
Pada akhir minggu ke-2 200 gram 5,0 cm 1 cm
Sesudah akhir minggu ke- 60 gram 2,5 cm Menyempit
6
(Maryunani,2011)

d) Lokhea

Pengeluaran lokhea ini biasanya berakhir dalam waktu 3

sampai 6 minggu. Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama

masa nifas. Lokhea berasal dari pengelupasan desidua. Lokhea

mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat

microorganisme berkembang lebih cepat daripada kondisi asam

yang ada pada wanita normal. Lokhea mempunyai bau amis,

meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda

pada setiap wanita. Volume total lokhea bervariasi pada setiap

wanita, tetapi diperkirakan berjumlah 500ml (240-270 ml).

Selama respon terhadap isapan bayi menyebabkan uterus

berkontraksi sehingga semakin banyak lokhea yang terobservasi.

Lokhea berwarna merah yang presisten selama 10 hari,

keluarnya bekuan darah, atau bau lokhea yang tajam merupakan

tanda-tanda patologis, yang menunjukkan tertahannya produk

konsepsi atau adanya infeksi juga dapat mempredisposisi


26

terjadinya perdarahan pasca partum sekunder, yang

didefinisikan sebagai perdarahan berlebih dari saluran genetalia

yang terjadi selama 24 jam, tetapi masih dalam minggu keenam,

setelah melahirkan.Penemuan-penemuan ini menunjukkan

perlunya rujuk ke dokter dan penanganan segera. Adapun

macam-macam lokhea adalah sebagai berikut:

1. Lochea Rubra (cruenta) : Berwarna merah tua berisi

darah dari robekan /luka plasenta dan sisa-sisa selaput

ketuban, sel-sel desidua dan korion, verniks kaseosa,

lanugo, sisa darah dan mekonium, selama 3 hari

postpartum.

2. Lochea sanguinolenta : Berwarna kecoklatan berisi

cairan darah dan lendir, hari ke 4 postpartum

3. Lochea serosa : Berwarna kuning, berisi cairan lebih

sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari

leukosit dan robekan laserasi plasenta, pada hari ke 7-14

postpartum.

4. Lochea alba : Cairan putih berisi leukosit, berisi selaput

lendir serviks dan serabut jaringan yang mati setelah 2

minggu sampai 6 minggu postpartum.

5. Lochea purulenta :Terjadi infeksi, keluar cairan seperti

nanah berbau busuk.


27

6. Lochea static Lochea tidak lancar keluarnya atau tertahan.

d) Endemetrium

Proliferasi sisa-sisa kelenjar endometrium dan stoma

jaringan ikatantar kelenjar akan membentuk endometrium. Pada

2 atau 3 hari postpartum, lapisan desidua akan berdiferinsiasi

menjadi dua lapisan dengan lapisan basal akan tetap utuh

menjadi lapisan endometrium baru, sedangkan lapisan

superfisial desidua akan nekrotik. Endometrium akan pulih pada

minggu ketiga postpartum (Cunningham,2005).

e) Payudara

Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan

pengeluaran air susu ibu (ASI), yang merupakan makanan

pokok terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah. Bagi setiap ibu

yang melahirkan akan tersedia makananbagi bayinya dan bagi

si anak akan merasa puas dalam pelukan ibunya, merasa aman,

tentram, hangat akan kasih sayang ibunya. Hal ini merupakan

faktor yang penting bagi perkembangan anak selanjutnya.

Produksi ASI masih sangat diengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu

yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri

dan berbagai ketegangan aremosional akan menurunkan volume

ASI bahkan tidak terjadi produksi ASI. Ibu yang sedang

menyusui dan lainnya, karena hal ini juga dapat mempengaruhi


28

produksi ASI. Untuk memproduksi ASI yang baik harus dalam

keadaan tenang.

f) Perubahan Sistem Pencernaan.

Setelah proses persalinan ibu nifas normal akan

mengalami rasa lapar dan haus karena pengaruh banyaknya

energi tubuh yang terkuras pada saat melahirkan.Apabila ibu

nifas tidak merasa lapar maka beri motivasi untuk

segeramakan dan minum pada jam pertama pospartum.

Jika setelah 2-3 jam postpartum, ibu tidak ingin makan

maka amatilah apakah ada perdarahan atau tanda-tanda bahaya

lainnya, apakah ibu tampak sedih, marah atau depresi, serta

apakah ibu memiliki keyakinan pada makanan tertentu sebagai

pantangan untuk dikomsumsi saat masa nifas (Klein,2008).

Pengaruh hormon progesteron yang mengalami penurunan

pada masa nifas menyebabkan timbulnya gangguan saat buang

air besar, keinginan ini akan tertunda hingga 2-3 hari setelah

persalinan.

Kebiasaan mengosongkan usus secara regular perlu dilatih

kembali untuk merangsang pengosongan usus. Sistem

pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu yang

berangsur-angsur untuk kembali normal. Pola makan ibu

nifas tidak akan seperti niasa dalam beberapa hari dan


29

perineum ibu akan terasa sakit untuk defekasi. Faktor-faktor

tersebut mendukung konstipasi pada ibu nifas dalam minggu

pertama, akan tetapi proses konstipasi juga dapat dipengaruhi

oleh kurang nya pengetahuan ibu dan kekhwatiran lukanya

akan terbuka bila buang air besar. Diet postpartum harus

mendapatkan nutrisi seimbang dan cukup makanan bergizi

untuk mensuplai tambahan kalori dan nutrisi yang dibutuhkan

selama masa laktasi. Jika nutrisi ini terpenuhi maka ibu akan

cepat lebih pulih, kuantitas dan kualitas ASI akan lebih baik

dan juga lebih dapat mencegah infeksi.

g) Perubahan Sistem Traktus Urinearius

Dinding kandung kemih memperlihatkan oedema dan

hyperemia, kadang-kadang oedema trigonum, menimbulkan

abstraksi dari uretra sehingga terjadi retensio urine. Kandung

kemih dalam puerperium kurang sensitif dan kapasitasnya

bertambah, sehingga kandung kemih penuh atau sesudah

berkemih masih tertinggal urine residual (+15cc). Sisa urine dan

trauma pada kandung kemih waktu persalinan memudahkan

terjadinya infeksi. Kejadian trauma pada persalinan bisa

disebabkan oleh efek analgetika, khususnya efek anastesi

memberikan efek samping yang merugikan. Ditambah dengan

nyeri pelvis yang disebabkan oleh tenaga persalinan danlaserasi


30

vagina atau membuat episiotomi atau perubahan refleks.n

Perubahan ini, bersamaan dengan diuresis postpartum, mungkin

akibat penambahan pengisian dengan cepat kandung kemih.

Dilatasi ureter dan pyolum normal dalam waktu 2 minggu.

Urine biasanya berlebihan (Poliurie) antara hari kedua dan

kelima, hal ini disebabkan karena kelebihan cairan sebagai

akibat retensi air dalam kehamilan dan sekarang dikeluarkan.

h) Perubahan Sistem Perkemihan

Pada masa hamil, perubahan hormonal yaitu kadar steroid

tinggi yang berperan meningkatkan fungsi ginjal. Begitu

sebaliknya, pada pasca persalinan kadarsteroid menurun

sehingga menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Fungsi ginjal

kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita

melahirkan. Urine dalam jumlah yang besar akan dihasilkan

dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Efek ini akan

hilang pada 24 jam pertama postpartum, apabila tidak hilang

maka dicurigai terjadi infeksi saluran kemih. Duresis akan

terjadi pada hari pertama hingga hari kelima postpartum

(Varney,2005). Beri motivasi pada ibu berkemih dalam 2-3 jam

pertama setelah melahirkan. Apabila setelah 4 jam pertama ibu

nifas tidak buang air kecil, maka periksa kandung kemihnya.

Jika kandung kemih nya tidak penuh, motivasi ibu untuk banyak
31

minum air. Apabila kandung kemih penuh, tetapi ibu tidak dapat

berkemih maka dapat memasukkan kateter untuk membantu

pengeluaran urine (Klein,2008).

i) Perubahan Sistem Muskuloskeletal.

Perubahan yang terjadi pada sistem muskuloskeletal yaitu

perubahan pada ligamen, diafragma panggul, fasia dan dinding

abdomen. Ligamentum latum dan ligamentum rotundum

memerlukan waktu yang cukup lama untuk kembali pulih

karena pada saat kehamilan, kedua ligamentum ini mengalami

peregangan dan pengenduran yang cukup lama sehingga kondisi

ligamen tersebut pada saat nifas lebih kendur di banding kondisi

saat tidak hamil. Hal ini akan berangsur-angsur pulih pada 6-8

minggu postpartum (Cunningham,2005).

j) Perubahan Sistem Endokrin

Perubahan pada sistem endokrin secara fisiologis adalah

terjadinya penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron

dalam jumlah yang cukup besar, mengakibatkan terjadinya

peningkatan pada kadar hormon prolaktin dalam darah yang

berperan pada produksi air susu ibu (ASI). Neurohipofise

posterior akan mengeluarkan hormon oksitosin yang berperan

dalam proses pengeluaran ASI dan involusi uteri

(Cuninnham,2005).
32

k) Perubahan Tanda Vital

1. Nadi

Segera setelah proses persalinan denyut nadi mengalami

sedikit peningkatan yang tidak melebihi 100 kali/menit dan

kemudian mengalami penurunan menjadi 50-70 kali /menit

sampai menjadi normal 60-70 kali/menit. Denyut nadi

normal pada orang dewasa antara 60-80 kali/menit. Sesudah

melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat.Denyut

nadi yang lebih dari100 kali/menit, harus waspada

kecenderungan infeksi atau perdarahan postpartum lambat.

2. Pernapasan

Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan

suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal,

pernapsan juga akan mengikutinya. Kecuali apabila ada

gangguan khusus pada saluran pernapasan contohnya pada

penyakit asma. Bila pernapasan pada masa postpartum

menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.

3. Suhu badan

Pada 24 jam postpartum, suhu badan mengalami sedikit

peningkatan sekitar 0,5 C, tetapi masih dalam interval 37

C-38 C yang di sebabkan oleh kelelahandan kehilangan

cairan tubuh. Kemudian pada beberapa jam dalam 24 jam


33

pertama postpartum, suhu tubuh akan kembali dalam batas

normal.

4. Tekanan darah

Tekanan sistolik ibu nifas akan mengalami penurunan 15-

20 mmHg yang biasa disebut hipotensi ortostatik yaitu

suatu keadaan hipotensi yang terjadi saat ada perubahan

posisi ibu dari posisi tidur ke posisi duduk (Nurjanah,2013).

Tekanan darah meningkat pada persalinan 15 mmHg sistole

dan 10 mmHg diastole. Biasanya setelah persalinan tidak

berubah normal, kemungkinan tekanan darah akan rendah

setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan

darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya

pre eklampsia pada masa postpartum.

5. Perubahan Sistem Cardiovaskuler

Pada persalinan terjadi proses kehilangan darah hingga 200-

500 ml yang menyebabkan adanya perubahan pada kerja

jantung. Pada 2-4 jam pertama postpartum, akan terjadi

dieresis secara cepat karena pengaruh rendahnya oestrogen

yang mengakibatkan volume plasma mengalami penurunan,

pada dua minggi postpartum kerja jantung dan volume

plasma akan kembali normal (Dosen kebidanan,2018)


34

6. Perubahan Hematologi

Peningkatan volume darah selama kehamilan dan volume

cairanibu selama persalinan mempengaruhi kadar

hemoglobin, hematokritdan kadar erittrosit pada awal

postpartum. Penurunan volume darah dan peningkatan sel

darah pada kehamilan berhubungan dengan peningkatan

hemoglobin dan hematokrit pada hari ke-3 sampai ke-7

postpartum dan pada 4-5 minggu postpartum, kadar tersebut

akan kembali normal. Jumlah sel darah putih dapat

mencapai 15.000 selama proses persalinan dan akan tetap

meningkat dalam beberapa hari postpartum hingga 25.000-

30.000 tanpa menjadi abnormal meski persalinan lama.

Akan tetapi potensial infeksi perlu diwaspadai dengan

adanya peningkatan sel darah putih (Nurjanah,2013 ).

8. Proses Laktasi dan Menyusui

a) Fisiologi Laktasi

Selama kehamilan, hormon prolaktin dari plasenta meningkat

tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar

estrogen yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca persalinan,kadar

estrogen dan progesterone menurun dratis sehingga prolaktin lebih

dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan

menyusukan lebih dini terjadi perangsangan putting susu, terbentuklah


35

prolaktin oleh hipofisis sehingga sekresi ASI lebih lancar. Dua reflek

pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi yaitu prolaktin dan

reflex aliran timbul karena akibat perangsangan putting susu karena

isapan oleh bayi.

b) Kandungan Dan Komponen ASI

Kandungan ASI nyaris tidak tertandingi. ASI mengandung zat gizi

yang secara khusus diperlukan untuk menunjang proses tumbuh kembang

otak dan memperkuat daya tahan alami tubuhnya.ASI mudah dicerna

karena selain mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi

yang terdapat dalam ASI tersebut.ASI mengandung zat-zat gizi dalam

kolostrum,ASI dan PASI (pengganti air susu ibu) memiliki komposisi

yang berbeda. Kandungan protein dalam kolostrumjauh lebih tinggi

daripada ASI.Hal ini menguntungkan bayi yang baru lahir karena dengan

mendapatkan sedikit colostrums ia sudah mendapat cukup protein yang

dapat memenuhi kebutuhan bayi pada minggu pertama. Kandungan ASI

berdasarkan gizi, yang utama terdiri dari karbohidrat, oligosakarida,

protein, lemak, vitamin dan mineral.

c) Manajemen Laktasi

Manajemen laktasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk

membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha

ini dilakukan dalam tiga tahap, yakni pada masa kehamilan (antenatal),

sewaktu ibu dalam persalunan sampai keluar rumah sakit (perinatal), dan
36

masa menyusui selanjutnya sampai anak berusia 2 tahun (post natal).

Manajemen laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI

diproduksi sampai proses bayi mengisap dan menelan ASI. Laktasi

merupakan bagian integral dari siklus reproduksi mamalia termasuk

manusia. Ruang lingkup manjemen laktasi adalah periode postnatal,

antara lain ASI eksklusif, tehnik menyusui, memeras ASI,memberikan

ASI peras,menyimpan ASI peras, pemenuhan gizi selama periode

menyusui. Semua tahapan pada manajemen laktasi penting dan berperan

untuk keberhasilan ASI eksklusif berjalan dengan sukses dengan

motivasi dari bidan, konseling dan perawatan payudara.

d) Manfaat Pemberian ASI

1) Manfaat bagi ibu

Saat menyusui, tanpa disadari ibu melepaskan hormone

prolaktin,yaitu hormone yang menghasilkan kedamaian sehingga

membuat ibu lebih santai. Selain prolaktin juga menghasilkan

hormone oksitosin,hormone yang mengakibatkan kasih sayang dan

hubungan emosional antara ibu dan bayinya. Disamping kepuasan

emosional, menyusui memberi keuntungan kesehatan bagi ibu.

Hormon oksitosin berfungsi mengembalikan uterus keukuran normal

dengan lebih cepat dan mencegah perdarahan pasca melahirkan. Para

ahli menyatakan bahwa menyusui dapat mengurangi resiko

timbulnya kanker ovarium dan kanker payudara di masa yang akan


37

datang. Menyusui secara eksklusif dapat menunda kembalinya

menstruasi ibu sehingga merupakan kontrasepsi alami.

2) Manfaat bagi bayi

Pemberian ASI merupakan metode pemberian makan bayi terbaik,

terutama pada bayi umur kurang dari 6 bulan, selain juga bermanfaat

bagi ibu.ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang

dibutuhkan untuk memenuhi seluruh gizi byi pada 6 bulan pertama

kehidupannya. Pada umur 6-12 bulan, ASI merupakan makanan

utama bagi bayi, karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan

bayi. Guna memenuhi kebutuhan bayi, perlu ditambah dengan

makanan pendamping ASI (MP-ASI), setelah umur satu tahun

,meskipun ASI hanya dapat memenuhi 30% dari kebutuhan bayi,

tetapi pemberian ASI tetap dianjurkan karena masih memberikan

manfaat. ASI disesuaikan secara unik bagi bayi manusia, seperti

halnya susu sapi adalah yang terbaik untuk sapi. Komposisi ASI

ideal untuk bayi. Dokter sepakat bahwa ASI mengurangi resiko

infeksi lambung, usus, sembelit dan alergi.

9. Adaptasi dan Psikologi Masa Nifas

a) Adaptasi pikologi ibu dalam masa nifas.

Perubahan psikologis mempunyai peranan yang sangat penting

pada masa nifas. Ibu nifas menjadi sangat sensitif, sehingga diperlukan

pengertian dari keluarga terdekat. Peran bidan sangat penting dalam hal
38

memberi pengarahan pada keluarga tentang kondisi ibu serta pendekatan

psikologis yang dilakukan bidan pada ibu nifas agar tidak terjadi

perubahan psikologis yang patologis. Setelah proses kelahiran tanggung

jawab keluarga bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir,

dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya merupakan dukungan

yang positif bagi ibu. Dalam menjalani adaptasi psikososial menurut

rubin setelah melahirkan, ibu akan melalui fase-fase berikut:

1) Masa Taking in ( Fokus pada Diri Sendiri )

Masa ini terjadi 1-3 hari pasca persalinan,ibu yang baru akan

melahirkan bersikap pasif dan sangat tergantung pada dirinya

(trauma), segala energinya difokuskan pada kekhawatiran tentang

badannya. Ibu akan bercerita tentang persalinannya secara berulang-

ulang, kelelahan yang membuat ibu perlucukup istirahat untuk

mencegah gejala kurang tidur, seperti mudah tersinggung. Hal ini

membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya. Oleh

karena itu kondisi ini perlu dipahami dengan menjaga komunikasi

yang baik. Pada fase ini perlu diperhatikan pemberian ekstra

makanan untuk proses pemulihannya, disampig napsu makan ibu

yang sedang meningkat.

2) Masa Taking on ( Fokus pada bayi )

Masa ini terjadi 3-10 hari pasca persalinan, ibu menjadi khawatir

akan kemampuannya merawat bayi semakin besar. Ibu berupaya


39

untuk menguasai ketrampilan perawatan bayinya. Selain itu,

perasaan yang sangat sensitif sehingga mudah tersinggung jika

komunikasinya kurang hati-hati. Oleh karena itu, ibu memerlukan

dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk

menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya

sehingga tumbuh rasa percaya diri.

3) Masa Letting Go (Mengambil alih tugas sebagai ibu tanpa bantuan

petugas kesehatan). Masa ini biasanya terjadi bila ibu sudah pulang

dari RS dan melibatkan keluarga. Fase ini merupakan fase menerima

tanggung jawabnya akan peran barunya yang berlangsung 10 hari

setelah melahirkan.Ibu mengambil langsung tanggung jawab dalam

merawat bayinya, ibu harus menyesuaikan diri dengan tuntutan

ketergantungan bayinya dan terhadap interaksi sosial.Ibu sudah

mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan. Keinginan untuk

merawat diridan bayinya meningkat pada fase ini. Perubahan

psikologis mempunyai peranan yang sangat penting. Pada masa

ini,ibu nifas menjadi sangat sensitif. Peran bidan sangat penting

dalam hal memberi pengarahan pada keluarga tentang kondisi ibu

serta pendekatan psikologis yang dilakukan bidan pada ibu nifas

agartidak terjadi perubahan psikologis yang patologis. Setelah proses

persalinan, tanggung jawab keluarga bertambah dengan hadirnya

bayi yang baru lahir, dorongan serta perhatian anggota keluarga


40

lainnya merupakan dukungan positif bagi ibu. Dalam memberikan

pelayanan pada masa nifas,bidan menggunakan asuhan yang berupa

memantau keadaan fisik, psikologis, spiritual, kesejahteraan sosial

ibu dan keluarga, memberikan pendidikan dan penyuluhan secara

terus menerus. Dengan pemantauan dan asuhan yang dilakukan pada

ibu dan bayi. Fase-fase adaptasi ibu nifas yaitu, Taking In, Taking

On dan Letting Go yang merupakan perubahan perasaan sebagai

respon alami terhadap rasa lelah yang dirasakan dan akan kembali

secara perlahan setelah ibu dapat menyesuaikan diri dengan peran

barunya dan tumbuh kembali pada keadaan normal.

b) Postpartum Blues.

Postpartum blues merupakan perwujudan fenomena psikologis

yang dialami oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan bayinya atau

ketidakmampuan seorang ibu untuk menghadapi suatu keadaan baru

dimana kehadiran anggota baru dalam pola asuhan bayi dan keluarga.

Contohnya bayi dan juga keluarga. Kira-kira 80% dari semua

pengalaman ibu postpartum selama waktu setelah prsalinan, biasanya

terjadi 3-5 hari postpartum, ketika mereka menangis tanpa tahu

alasannya. Keadaan tersebut berlangsung bisa setiap jam atau kadang-

kadang setiap hari. Semua itu dapat diatasi dengan cinta, suport, hiburan

dan jalan-jalan. Perubahan yang terjadi dalam tubuh wanita selama

kehamilan dan perubahan cara hidupnya sesudah mempunyai bayi,


41

perubahan hormonal, adanya perasaan kehilangan secara fisik sesudah

melahirkan yang menjurus pada suatu persalinan sedih.

Postpartum blues yaitu keadaan dimana ibu merasa sedih berkaitan

dengan bayinya di sebut Baby blues. Penyebabnya antara lain; Perubahan

perasaan saat hamil, perubahn fisik dan emosional. Perubahan yang ibu

alami akan kembali secara perlahan setelah beradaptasi dengan peran

barunya. Gejala baby Blues antara lain : menangis, perubahan perasaan,

cemas, kesepian, khawatir dengan bayinya, penurunan libido, kurang

percaya diri.

a. Beberapa faktor penyebab postpartum Blues:

1. Pengalaman dalam persalinan, kecewa dalam persalinan, dan

menjadi faktor predisposisi dimana ibu merasakan gangguan.

2. Pembebasan setelah proses persalinan.

3. Ketidakmampuan dalam menerima bayi baru lahir dan

menjadi orangtua.

4. Perilaku bayi.

5. Kesulitan dalam pertahanandiri ibu setelah persalinan,

misalnya aktifitas merawat bayi baru lahir.

6. Konflik dengan perawat,bidan dan kegiatan rutin di RS.

b. Hal-hal yang disarankan pada ibu adalah sebagai berikut:

1. Minta bantuan suami atau keluarga jika ingin istirahat.


42

2. Beritahu suami tentang apa yang dirasakan oleh ibu.Buang

rasa cemas dan kwatir akan kemampuan merawat bayi.

3. Meluangkan waktu dan mencari hiburan untuk diri sendiri.

c. Hal-hal yang dapat dilakukan seorang Bidan:

1. Menciptakan ikatan antara bayi dan ibu sedini mungkin.

2. Memberikan penjelasan pada ibu, suami dan keluarga bahwa

hal ini merupakan suatu hal yang umum dan akan hilang

sendiri dalam dua minggu setelah melahirkan.

3. Simpati, memberikan bantuan dalam merawat bayi dan

dorongan pada ibu agar tumbuh rasa percaya diri.

4. Memberikan bantuan dalam merawat bayi.

5. Menganjurkan agar istirahat yang cukup dan makan makanan

yang bergizi.

d. Postpartum Psikosis

Gangguan kejiwaan yang diakibatkan oleh gangguan

organik, pada umumnya dimiliki oleh ibu yang memiliki riwayat

penyakit Hipertensi, eklamsia dan penyakit kejiwaan lainnya yang

merupakan keturunan. Psikosis adalah suatu kondisi gangguan

jiwa yang ditandai dengan adanya ketidakmampuan membedakan

antara kenyataan dan khayalan. Psikosis postpartum adalah suatu

kondisi gangguan jiwa yang telah terjadi sebelum ibu melahirkan

bayinya. Tanda dan gejalanya yaitu memiliki keyakinan yang


43

salah dan tidak sesuai dengan kenyataan, budaya dan norma yang

berlaku, meskipun keyakinan tersebut telah dikoreksi dan

diberikan bukti-bukti. Ibu dengan psikosis postpartum memiliki

keyakinan bahwa anaknya dapat mencelakakan dirinya dan

merasa bahwa anak tersebut bukanlah anaknya sendiri melainkan

anak dari titisan dari orangtua yang sudah meniggal sehingga ibu

postpartum merasa yakin bahwa anak tersebut harus dibunuh

(Sylvia,2011).

Ibu psikosis postpartum akan mengalami kepercayaan

bahwa bayinya adalah iblis atau Tuhan. Ibu tersebut juga akan

mengalami halusinasi pendengaran, ia merasa mendengar ada

bisikan yang memerintahkan dirinya untuk membunuh bayinya.

Psikosis postpartum apabila tidak tertangani dengan baik dapat

menimbulkan bahaya baik pada bayinya maupun pada ibu itu

sendiri.

e. Kesedihan dan sukacita

Kesedihan postpartum merupakan suatu gejala depresi

ringan yang dialami oleh ibu setelah melahirkan. Gejala ini biasa

terjadi pada minggu pertama postpartum atau kapan saja pada

tahun pertama postpartum dan akan hilang dalam beberapa hari.

Keadaan ini sering dialami oleh ibu yang melahirkan anak kedua

atau anak ketiga. Faktor yang mempengaruhi timbulnya


44

kesedihan ini antara lain adanya perubahan hormon secara

mendadak pasca perdalinan, kelelahan masa kehamilan dan

persalinan, mersa tidak yakin untuk menjadi seorang ibu, merasa

tidak memiliki kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan

rumah,rendahnya rasa percaya diri, kerepotan dengan

tanggung jawab baru sebagai seorang ibu dan merasa tidak dapat

menikmati kebahagiaan/kegembiraan (Westheimer,2002).

Respon psikologis yang terjadi karena kehilangan disebut

dengan dukacita atau berduka. Proses berduka beragam,

dipengaruhi oleh persepsi terhadap apa yang hilang, respon

individu terhadap apa yang hilang dan tingkatan urgensi tentang

apa yang hilang. Berduka merupakan proses yang normal, hal ini

harus diantisipasi agar tidak berlanjut pada tahap yang abnormal

seperti depresi (Varney,2004). Ibu postpartum cederung

mengalami kehilangan sehingga berpotensi untuk berduka seperti

kehilangan waktu berkumpul dengan teman atau keluarga atau

kehilangan waktu berduaan dengan suami karena terlalu repot

mengurus rumah dan bayi yang baru lahir. Proses berduka dapat

terjadi dalam tiga tahap (Varney,2004 ).sebagai berikut:

 Tahap pertama

Adalah tahap syok yaitu respon awal individu menghadapi

kehilangan yang terbagi dalam dua perubahan perilaku yaitu


45

secara fisik maupun psikologis. Perubahan secara fisik yaitu

adanya perubahan berat badan yang cenderung berangsur-

angsur turun, menghela napas panjang, penampakan fisik

terlihat kurus dan tampak tua, rambut rontok, kulit kering,

napas pendek, rasa penuh ditenggorokan, tungkai terasa

lemah, terasa nyeri didada, merasa gemetar dan keadaan

umum lemah. Perubahan secara psikologis yaitu melakukan

respon penyangkalan, tidak percaya, rasa putus asa, marah,

merasa bersalah, merasa sendiri dan kesepian, mencoba

untuk mengasingkan diri, kurang melakukan inisiatif,

merasa berkhianat atau merasa dikhianati, merasa

terabaikan atau mencoba mengabaikan, membenci, tidak

dapat tidur dengan tenang, merasa memiliki musuh,

dimusuhi atau memusuhi, konsentrasi kurang dan frutasi.

 Tahap kedua

Adalah tahap penderitaan proses upaya untuk menyesuaikan

diri atas kenyataan yang terjadi dan berusaha untuk

mencoba menerima kenyataan tersebut. Pada tahap ini akan

timbul banyak pertanyaan dan penyesalan dalam pikiran

individu atas peristiwa kehilangan yang terjadi dan

menangis merupakan respon pelepasan emosi atau

penyesalannya. Suasana emosi akan naik turun dan


46

ketikaindividu berupaya untuk menerima kehilangan, maka

proses berduka akan berangsur-angsur hilang berubah

dengan kekhawatiran akan masa depan.

 Tahap ketiga

Adalah tahap resolusi atau tahap keputusan/kebulatan tekad

yaitu individu telah mampu menerima kehilangan dan

menyesuaikan diri atas perubahan yang terjadi. Individu

telah mampu melakukan peran dan tanggung jawabnya

kembali secara mampu menjalin hubungan yang baik dan

lebih bermakna.

10. Respon Orang Tua Terhadap Bayi Baru Lahir

Bounding attacment merupakan suatu hubungan yang berawal dari

saling mengikat di antara orang tua dan anak, ketika pertama kali bertemu.

Bounding adalah masa sensitif pada menit pertama dan beberapa jam setalah

kelahiran karena kontak ibu dan ayah ini akan menentukan tumbuh

kembang anak menjadi optimal atau suatu langkah untuk mengungkap

perasaan afeksi (Kasih sayang) oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir.

Attacment adalah proses penggabungan berdasarkan cinta dan penerimaan

yang tulus dari orangtua terhadap anaknya dan memberikan dukungan

asuhan dalam perawatannya. Jadi Bounding attacment adalah sebuah

peningkatan kasih sayang dengan keterikatan bathin antara orangtua dan

bayi. Hal ini merupakan proses dimana sebagai hasil dari suatu interaksi
47

terus menerus antara bayi dan orangtua yang bersifat saling mnecintai

memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan

(Nurjanah,2013). Cara untuk melakukan bounding ada bermacam-macam

antara lain:

a) Respon Ibu

1) Pemberian ASI Eksklusif

Dengan dilakukannya pemberian ASI secara ekslusif segera

setelah lahir, secara langsung bayi akan mengalami kontak

kulit dengan ibunya yang menjadi ibu merasa bangga dan di

perlukan, rasa yang di butuhkan oleh semua manusia. Fase

setelah bayi lahir terjadi intiminasi dan kontak yang lama

antara ibu, ayah dan bayi. Pada masa ini terjadi kontak psikis

yang tidak memerlukan hal-hal yang romantis,masing-masing

saling memperhatikan bayinya dengan menciptakan hubungan

yang baru. Pada saat ini bidan memberikan dorongan kepada

pasangan untuk memeriksa bayinya, memberikan komentar

positif tentang bayinya dengan meletakkan bayi

dipangkuannya.

2) Rawat gabung

Rawat gabung merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan

agar antara ibu dan bayi terjalin proses lekat (early infant

mother bounding) akibat sentuhan badan antara ibu dan


48

bayinya. Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan

psikologis bayi selanjutnya, karena kehangatan tubuh ibu

merupakan stimulasi mental yamg mutlak dibutuhkan oleh

bayi. Bayi yang merasa aman dan terlindung, merupakan

dasar terbentuknya rasa percaya diri di kemudian hari. Dengan

memberikan ASI eksklusif, ibu merasakan kepuasan dapat

memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya dan tidak dapat

digantikan oleh orang lain. Keadaan ini juga memperlancar

produksi ASI,karena refleks let-down bersifat psikosomatis.

Ibu akan merasa bangga karena dapat menyusui dan merawat

bayinya sendiri dan bila ayah bayi berkunjung akan terasa

adanya suatu kesatuan keluarga.

3) Kontak mata (Eye to eye Contact )

Beberapa ibu berkata begitu bayinya bisa memandang mereka,

mereka merasa lebih dekat dengan bayinya. Orangtua dan bayi

akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling

memandang. Seringkali dalam posisi bertatapan, Bayi baru

lahir dapat diletakkan lebih dekat untuk dapat melihat pada

orangtuanya.

4) Suara (Voice )

Mendengar dan merespon suara antara orangtua dan bayinya

sangat penting. Orangtua menunggu tangisan pertama bayi


49

mereka dengan tegang.Suara tersebut membuat mereka yakin

bahwa bayinya dalam keadaan sehat. Tangis tersebut membuat

mereka melakukan tindakan menghibur. Sewaktui orangtua

berbicara dengan nada suara tinggi, bayi akan menjadi tenang

dan berpaling ke arah mereka.

5) Aroma (Odor )

Setiap anak memiliki aroma yang unik dan bayi belajar dengan

cepat untuk mengenali aroma susu ibunya.

6) Gaya bahasa ( Entertainment)

Bayi mengembangkan irama akibat kebiasaan. Bayi baru lahir

bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang

dewasa. Mereka menggoyangkan tangan , mengangkat kepala,

menendang-nendang kaki. Entertainment terjadi pada saat anak

mulai bicara.

7) Bioritme

Salah satu tugas bayi baru lahir adalah membentuk ritme

personal (Bioritmwe ). Orangtua dapat membantu proses ini

dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan

memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang

responsif.
50

8) Sentuhan (Touch)

Walker (1992 ), sentuhan adalah kasih sayang yang mnegikat

kekhususan dan sesuatu yang abadi dari keterkaitan. Nilai-nilai

untuk memulai sentuhan: kesehatan, emosi orangtua. Sistem

bantuan sosial, mencakup pasangan, teman dan keluarga.

Tingkat kemampuan berkomunikasi dan memberikan

peralihan. Kedekatan orangtua dan bayi serta orangtua dan

bayi sehat.

9) Inisiasi Dini

Setelah bayi lahir, dengan segera bayi ditempatkan di atas

perut ibu, ia akan merangkak dan mencari puting susu ibunya.

Dengan demikian,bayi dapat melakukan refleks sucking

dengan segera. Dukungan dari keluarga, teman, terutama

pasangan merupakan faktor yang juga pentig untuk

diperhatikan,karena dengan adanya dukungan dari orang-orang

terdekat akan memberikan suatu semangat dorongan positif

yang kuat bagi ibu untuk memberikan kasih sayang yang

penuh kepada bayinya. Dengan metode rooming in kedekatan

antara orangtua dan anak dapat terjalin secara langsung dan

mnejadikan cepatnya ikatan bathin terwujud antara keduanya.


51

10) Respon ayah dan keluarga

Hubungan ayah dan bayi adalah ungkapan yang digunakan

untuk penyerapan, kesenangan dan ketertarikan ayah terhadap

bayinya. Kemampuan ayah dalam beradaptasi dengan

kelahiran bayi di pengaruhi oleh keterlibatan ayah dalam

kehamilan, partisipasi saat persalinan, struktur keluarga,

identifikasi jenis kelamin, tingkat kemampuan dalam

penampilan dan latar belakang kultural. Ciri-ciri yang sama

dengan dirinya, menegaskan bahwa bayi itu adalah bayinya.

Pengaruh peran ayah antara lain:

11) Bertambah tanggung jawabnya dari masa sebelum ibu hamil

dibanding dengan masa postpartum. Penyesuaian diri antara

orangtua dengan bayi, modulasi, modifikasi tingkah laku yang

berhubungan dengan sosial, orangtua dan bayi sebagai respon.

c) Adaptasi sibling rival

Kehadiran anggota keluarga baru ( bayi ) dalam keluarga

dapat menimbulkan suatu krisis situasional yang sebaiknya perlu

dipersiapkan pada anak usia (1-3 tahun) terutama pada anak pertama

dimana ia mempunyai pengalaman dengan posisi yang

menyenangkan menjadi nomor satu.


52

1. Pengertian

Sibling Rival menunjuk pada kecemburuan dan kemarahan yang

lazim terjadi pada anak sehubungan dengan kehadiran anggota

keluarga baru dalam keluarga adalah saudara kandung. Sibling

rival adalah persaingan antara saudara kandung dalam

memperebutkan perhatian dan kasih sayang orang tua. Sibling

rival menjadi fenomena tersendiri, karena sejatinay kita adalah

mahluk sosial yang menuntut manusia hidup berkelompok dan

bermasyarakat. Meskipun ruang lingkupnya kecil, keluarga

adalah kumpulan orang, persaingan antara saudara kandungn

otomatis tidak bisa dihindarkan, baik positif maupun negatif.

Persaingan adalah sesuatu yang alamiah, bagi anak-anak ini

semacam permainan, sedangkan bermain adalah proses

pembelajaran anak tentang kehidupan.

2. Faktor pemicu

Faktor pemicu internal di antaranya sifat egois yang biasanya

ada pada setiap anak seiring pertambahan umur, kadar egois

anak akan berubah. Perbedaan umur, lebih dekat atau jauh.

Kemudian faktor pemicu dari eksternal diantaranya kurang di

istimewakan orangtua. Tidak membanding-bandingkan anak,

sesekali dekap dan mencium anak, menerapkan prinsip yang


53

baik kepada anak, hukuman yang akan diterima kalau melanggar

aturan dan mencari keistimewaan anak.

3. Cara mengatasi sibling rival

a. Orangtua jangan campur tangan langsung, campur tangan

langsung di perlukan saat terdapat tanda-tanda akan

terjadinya kekerasan fisik.

b. Pisahkan keduanya hingga masing-masing tenang, lalu suruh

mereka kembali dengan sedikitnya satu ide tentang cara

menyelesaikan masalah sehingga tidak akan terulang lagi.

c. Tidak penting yang memulai siapa yang memulai masalah,

karena tidak mungkin menemukan mana yang

bersalah,karena tidak satupun dari mereka yang 100% benar

atau salah.

d. Jika anak–anak selalu memperebutkan benda yang sama,

misalnya mereka rebutan TV, ajaklah mereka dan ajari

membuat jadwal daftar TV.

e. Bantu anak-anak mengembangkan ketrampilan dan

menyelesaikan masalah sendiri tanpa kekerasan.

f. Ajari mereka bagaimana cara berkompromi, menghormati

orang lain dan memutuskan sesuatu secara adil.

g. Jangan berteriak pada anak


54

h. Ajaklah setiap anak untuk mengungkap perasaan mereka

tentang saudaranya, misalnya rasa marah dan kecewa. Hal ini

akan membantu mereka untuk mengenali emosi negatif dan

mengatasinya di kemudian hari.

i. Belajarlah mengatur kemarahan agar anak-anak bisa belajar

untuk tidak mudah marah sehingga tidak ada pertengkaran.

Tidak perlu beragumen bahwa orangtua sudah bersikap adil,

karena sebesar apapun usaha orangtua, anak-anak tetap

menemukan ketidakadilan dari perlakuan orangtua.

11. Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas

Komplikasi pada masanifas biasanya jarang ditemukan selama

pasien mendapat asuhan yang berkualitas, mulai dari masa kehamilan

sampai dengan persalinannya. Jika pasien sering bertatap muka dengan

bidan melalui pemeriksaan antenatal care, maka bidan mempunyai lebih

banyak kesempatan untuk melakukan penapisan terhadap berbagai

kemungkinan komplikasi yang mungkin muncul pada masa inpartu dan

nifas. Komplikasi masa nifas adalah keadaan abnormal pada masa nifas

yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat genetalia pada

waktu persalinan (Nurjanah,2013).

a) Perdarahan pasca persalianan

b) Perdarahan pasca persalinan atau perdarahan postpartum adalah

perdarahan yang terjadi setelah bayi lahir dengan jumlah perdarahan


55

>500ml tau jumlah perdarahan yang keluar melebihi normal

berpotensi mempengaruhi perubahan tanda-tanda Vital

(Sistolik<90mmHg,nadi>100kali/menit), pasien lemah, kesadaran

menurun, berkeringat dingin, menggigil, hiperkapnia dan

kadar hb <8 gr%. Perdarahan postpartum di bagi menjadi dua yaitu

perdarahan primer yang terjadi 24 jam pertama postpartum dan

perdarahan sekunder yang terjadi setelah 24 jam post partum (

Saifuddin,2009 )

1) Infeksi pada luka perineum dan abdominal.

a. Kompres luka dengan kasa lembab dan minta pasien

mengganti kompres sendiri setiap 24 jam.

b. Menjaga kebersihan ibu, minta ibu untuk selalu

mengenakan baju dan pembalut yang bersih.

c. Buka luka dan lakukan drainase jika terdapat pus atau

cairan.

d. Mengangkat kulit yang nekrotik dan lakukan penjahitan

subkutis.

e. Pemberian antiboitika tidak diperlukan apabila abses

tanpa selulitis.

f. Memberi ampisilin 500mg peroral selama 6 jam dan

metronidazol 500mg per oral 3 kali/hari selama 5 hari

apabila infeksi relatif superfisial.


56

2) Selulitis

a) Jika terdapat pus atau cairan, buka luka dan lakukan drainase

dan angkat kulit yang nekrotik dan lakukan debridemen.

b) Apabila infeksi cuma superfisial dan tidak meliputi jaringan

dalam,pantau timbulnya abses dan berikan antibiotika;

Ampisilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 5 hari,

metronidazol 500mg per oral 3 kali sehari selama 5 hari.

c) Apabila infeksi cukup dalam, meliputi otot,dan menimbulkan

nekrotik (fasititis nekrotikan), siapkan laparatomi dan

berikan kombinasi antibiotika sampai jaringan nekrotik di

angkat dan 48 jam bebas demam; Penisilin G 2 juta unit IV

setiap 6 jam,gentamisin 5 mg/kg berat badan IV tiap 24 jam,

metronidazol 500mg IV tiap 8 jam.

d) Apabila infeksi parah pada fasiitis nekrotikan, rawat pasien

di rumah sakit untuk tatalaksana dan ganti kasa penutup luka

2 kali sehari.

3) Tetanus

a) Rujuk ibu ke rumah sakit, selama mempersiapkan rujukan:

Miringkan ibu ke samping agar tidak terjadi aspirasi, jaga jalan

napas tetap terbuka, atasi kejang dengan diazepam 10 mg IV

selama 2 menit. Jauhkan ibu dari kebisingan dan cahaya.

Pasang jalur intravena untuk memberi cairan dan jangan


57

berikan lewat mulut. Beri antibotika benzil penisilin 2 juta unit

IV setiap 4 jam selama 48 jam. Lalu,lanjutkan dengan

ampisilin 500mg 3 kali sehari selama 10 hari. Beri antitoksin

tetanus 3000 unit IM.

b) Di fasilitas kesehatan yang lebih lengkap,cari tahu dan

singkirkan penyebab infeksi ( jaringan yang terinfeksi

).Ventilasi mekanik mungkin diperlukan .

4) Keadaan Abnormal pada Payudara

a) Pada masa nifas dapat terjadi keadaan yang abnormal pada

payudara karena beberapa sebab (Roesli,2009) dan

(Suradi,2004) sebagai berikut:

b) Puting susu lecet atau luka..

c) Payudara bengkak.

d) puting susu datar dan tertanam.

e) Mastitis atau radang payudara

f) Abses payudara

5) Eklampsia dan Preeklampsia

Eklampsia merupakan keadaan serangan kejang tiba-tiba pada

wanita hamil bersalin, atau nifas yang telah menunjukkan gejala

eklampsia sebelumnya. Eklampsia di bedakan menjadi 3 berdasarkan

timbulnya serangan yaitu eklampsia gravidarum (antepartum),

eklampsia Partuirentum (intrapartum), dan eklampsia puerperali


58

(postpartum). Eklampsia postpartum adalah kondisi serangan kejang

tiba-tiba pada ibu postpartum. 50 % persen serangan ini terjadi pada

hari kedua postpartum dan dapat timbul setelah 6 minggu

postpartum. Pre eklampsia berat adalah kondisi dengan tekanan

darah >160mmHg, proteinuria>2+, dan edema pada daerah

ekstremitas (Prawirohardjo,2012) dan (Cunningham,2005).

6) Nyeri perineum

Setiap ibu yang menjalani proses persalinan dengan mendapatkan

luka perineum akan merasakan nyeri. Nyeri yang dirasakan pada

setiasp ibu dengan luka perineum menimbulkan dampak yang tidak

menyenangkan seperti kesakitan dan rasa takut untuk bergerak

sehingga banyak ibu dengan luka perineum jarang mau bergerak

pasca persalinan sehingga dapat mengakibatkan banyak masalah di

antaranya subinvolusi uterus, pengeluaran lokhea yang tidak lancar

dan perdarahan postpartum. Timbulnya nyeri berkaitan erat dengan

reseptor dan adanya. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah

nosiceptor. Reseptor nyeri dapat memberi respon akibat adanya

rangsangan. Rangsangan tersebut dapat berupa kimiawi, termal, atau

mekanis. Stimulasioleh zat kimiawi misalnya histamin dan

prostaglandin, atau stimulasi yang dilepas apabila terdapat kerusakan

pada jaringan.
59

12) Tindak lanjut Asuhan Nifas di Rumah

a) Jadwal kunjungan Rumah

Kunjungan rumah postpartum dilakukan sebagai suatu tindakan

untuk pemeriksaan postpartum lanjutan. Apapun sumbernya, kunjungan

rumah direncanakan untuk bekerjasama dengan keluarga dan di

jadwalkan berdasarkan kebutuhan. Pada program yang terdahulu,

kunjungan bisa dilakukan sejak 24 jam setelah pulang. Jarang sekali

suatu kunjungan rumah ditunda sampai hari ketiga setelah pulang

kerumah. Kunjungan berikutnya direncanakan sepanjang minggu

pertama jika diperlukan.

Semakin meningkatnya angka kematian ibu di indonesia pada

saat nifa (sekitar 60%) mencetuskan pembuatan program dan

kebijakan teknis yang lebih baru mengenai jadwal kunjungan masa

nifas. Paling sedikit empat kali dilakukan knjungan masa nifas untuk

menilai status ibu dan bayi baru lahir, juga untuk mencegah,

mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi. Jadwal

kunjungan tersebut adalah sebagai berikut.

Tabel 2.1 Jadwal kunjungan pada masa nifas

Kunjungan Waktu Tujuan


1 6-8 jam setelah 1. Mencegah perdarahan masa nifas
persalinan karena atonia uteri
2. Mendeteksi dan merawat
penyebab lain perdarahan,rujuk
bila perdarahan berlanjut
3. Memberikan konseling pada ibu
atau salah satu anggota keluarga
60

bagaimana mencegah perdarahan


masa nifas akrena atonia uteri
4. Pemberian ASI awal
5. Memberikan bimbingan kepada
ibu bagaimana tehnik melakukan
hubungan antara ibu dan bayi
baru lahir
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan
cara menjaga tetap hangat
2 6 hari setelah 1. Memastikan involusi uterus
persalinan berjalan normal;uterus
berkontraksi,fundus dibawah
umbilikus, tidak ada perdarahan
abnormal dan lokhea tidak berbau
2. Menilai adanya tanda-tanda
demam,infeksi dan perdarahan
abnormal
3. Memastikan ibu mendapatkan
cukup asupan nutrisi,cairan dan
istirahat
4. Memastikan ibu mneyusui
dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda
penyulit.
5. Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi,
talipusat,menjaga bayi tetap
hangat, dan perawatan bayi
sehari-hari
3 2 minggu Sama seperti di atas ( 6 hari
setelah setelah persalinan)
persalinan
4 6 minggu 1. Menanyakan pada ibu tentang
setelah penyulit-penyulit yang dialami
persalinan atau bayinya
2. Memberikan konseling KB secara
dini
3. Menganjurkan stsu mengajak ibu
membawa bayinya ke posyandu
atau puskesmas untuk
penimbangan dan imunisasi

Sumber: Saleha,S (2007).


61

b) Asuhan lanjutan masa nifas di rumah

Asuhan nifas selama 2-6 hari dan 2-6 minggu setelah melahirkan .

Asuhan masa nifas dilakukan selama 2-6 hari setelah melahirkan dan

2-6 minggu setelah melahirkan bertujuan untuk:

1) Memastikan bahwa ibu sedang dalam proses penyembuhan

yang aman

2) Memastikan bahwa bayi sudah bisa menyusui tanpa kesulitan

dan bertambah berat badannya.

3) Memastikan bahwa ikatan bayi antara ibu dan bayi sudah

terbentuk

4) Menyarankan untuk menggunakan alat kontrasepsi

5) Menganjurkan ibu membawa bayinya untuk kontrol ke

puskesmas atau ke posyandu

c) Asuhan nifas berikutnya, berdasarkan rumusan kunjungan 2 dan 3

yaitu 6 hari dan 2 minggu setelah persalinan. Program dan kebijakan

teknis yang disampaikan pada buku acuan nasional Pelayanan

Kesehatan Maternal dan Neonatal 2006, menganjurkan bahwa pada

kunjungan 2 dan 3 yaitu 6 hari setelah persalinan dan 2 minggu

setelah persalinan petugas kesehatan melakukan hal-hal berikut ini:

1) Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus

berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada

perdarahan abnormal, tidak ada bau.


62

2) Menilai adanya tanda-tanda demam,i nfeksi, atau perdarahan

normal.

3) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan

istirahat.

4) Memastikan ibu mneyusui dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit.

5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,

tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi

sehari-hari.

d) Asuhan nifas pada kunjungan terakhir setelah persalinan. Tujuan dari

kunjungan terakhir ini pada dasarnya untuk :

1) Menanyakan pada ibu mengenai penyulit-penyulit yang ibu

alami atau bayi alami

2) Memberikan konseling untuk KB secara dini serta memberikan

metode yang menjadi pilihannya.

3) Penyuluhan masa nifas

e) nutrisi ibu menyusui harus:

1) Mengomsumsi tambahan kalori, 500 kalori tiap hari

2) Makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein,

mineral, dan vitamin.

3) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari


63

4) Tablet zat besi harus di minum untuk menambah zat gizi

setidaknya selama 40 hari pasca persalinan.

5) Minum kapsul vitamin A (200.000 ui) untuk memberi asupan

vitamin A juga kepada bayinya, yaitu dengan melalui ASI nya.

B. KONSEP ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU MASA NIFAS

Asuhan kebidanan merupakan penerapan fungsi yang menjadi

tanggung jawab bidan dalam memberikan pelayanan kepada klien yang

mempunyai kebutuhan /masalah dalam bidang kesehatan ibu pada saat

hamil, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana

(Maritalia,2014).

Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan

keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang

dan ruang lingup praktiknya berdasarkan manajemen kebidanan. Mulai dari

pengkajian, perumusan diagnosa dan masalah kebidanan, perencanaan,

implementasi, evaluasi dan pencatatan asuhan kebidanan yang

didokumentasikan dalam bentuk SOAP (Kepmenkes RI,2008).

SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan

tertulis. Menggunakan asuhan kebidanan pendokumentasian metode SOAP

secara komprehensif yang meliputi:


64

1) Konsep SOAP

Metode pendokumentasian yang menggunakan metode 4 langkah

yang dinamakan SOAP ini,disarikan dari proses pemikiran pelaksanaan

kebidanan.dipakai untuk mendokumenkan asuhan pada pasien dalam

rekaman medis pasien sebagai catatan kemajuan.

S: Subyektif : Apa yang dikatakan klien tersebut

O: Obyektif : Apa yang dilihat dan dirasakan bidan

sewaktu melakukan pemeriksaan dan hasil

laboratorium

A: Analisa : Kesimpulan apayang dibuat dari data

subyektif dan obyektif tersebut

P: Penatalaksanaan : Apa yang dilakukan berdasarkan hasil analisa

pengevaluasian tersebut diatas


65

Contoh pendokumentasian asuhan kebidanan

Nama Rumah sakit:

Nomor:

Tanggal masuk: Pukul:

Tanggal pengkajian: Pukul:

Data Subyektif

Nama ibu: Suami:

Umur:

Suku/Bangsa:

Agama:

Pendidikan:

Pekerjaan:

Alamat:

1. Keluhan Utama:

2. Riwayat menstruasi

Umur menarche:…….,lama haid…….,jumlah darah haid……… Haid

terakhir……,perkiraan partus……

Dismnorroe……,Spoting……..,menorargia……..,

3. Riwayat perkawinan:……..Kawin….kali,kawin 1 umur….. dengan

suami ke….

4. Riwayat kehamilan,persalinan dan nifas yang lalu

G:………P……….A……….
66

no Tgl/tahun Tempat Jenis Penolong penyulit Anak Keadaan

partus partus partus partus ket/BB anak

UK

5. Riwayat hamil ini:

Hamil muda:Mual…..muntah…….perdarahan……..TT..

Hamil tua: Pusing…..sakit kepala….. perdarahan…….TT…..

6. Riwayat penyakit yang lalu/operasi:

Pernah di rawat………kapan…………diagnose………..

Pernah dioperasi………kapan………..diagnosa………..

7. Riwayat penyakit keluarga (ayah,ibu,adik,paman,bibi) yang pernah

menderita sakit:

Kanker….penyakit hati….hipertensi….DM…Penyakit ginjal…

penyakit jiwa… kelainan bawaan… .hamil kembar…

.TBC…epilepsi…alergi….

8. Riwayat ginekologi

Infertilisasi…infeksi virus…PMS…Cervikcitis kronis…

endometrioritis... Myoma…polipserviks…kanker rahim… operasi

rahim… perkosaan……..

Riwayat keluarga Berencana


67

Metode KB yang dipakai……..Lamanya……

Komplikasi dari KB…..perdarahan…..PID/ radang panggul….

9. Pola makan / minum /eliminasi /istirahat /psikososial

Pola makan…..kali/hari

Pola minum……cc/hari. Alcohol….obat/jamu….kopi….

Pola eliminasi:BAK….cc/hari. Warna….. BAK terakhir jam……

BAB….kali/hari. Karakterisrik…..BAB terakhir jam….

Pola istirahat:Tidur…..jam/hari. Tidur terakhir jam…..

Psikososial:Penerimaan klien terhadap kehamilan ini………

Social support dari suami….orangtua…..mertua….keluarga lain….

b. Data Obyektif

1. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan umum

Keadaan umum……..kesadaran……BB……TB…..

Tekanan darah…mmHg.Nadi…x/menit. Suhu…C.

Pernapasan….x/menit

2. Pemeriksaan fisik

Mata: pandang kabur….Adanya pemandangan

dua….scelara….konjungtiva….

Dada dan axial: Mamae simetris/asimetris….Areola

hyperpigmentasi….puting susu menonjol… Tumor….


68

kolostrum…..Ekstremitas: Tungkai simetris/asimetris……

Edema….Reflek…..

Sistem cardio: Dyspneu… orthopneu… Thacypneu… Wheezing…

Batuk…Sputum…Batuk darah…Nyeri dada…Keringat malam….

3. Pemeriksaan khusus dan Nifas

a. Obstetric

Abdomen

Inspeksi: Membesar dengan arah

memanjang….Melebar…Pelebaran vena…linea

Alba…Linea nigrah…Striae albicans….Luk bekas

operasi…Lain-lain…..

Palpasi: TFU….Let punggung: puka/puki….

Presentasi: Kep/bo/L

Nyeri tekan…obsborn test…..Cekungan pada perut…..

Taksiran berat janin…….gram

Auskultasi: DJJ…./menit. Teratur/tidak teratur…….

Bagian terendah…….

Gynekologi

Anogenital

Inspeksi: Pengeluaran pervulva: darah….lendir…air

ketuban….
69

Inspekulo: Vagina…..Portio…Vagina toucher……Kesan

panggul…..

b. Nifas

TFU…….kontraksi uterus…..lochea…….luka jalan

lahir……..

4. Pemeriksaan Penunjang

Darah HB:…..Ht….urine protein……

Diagnosa kebidanan dan Masalah

………………………………..

Penatalaksanaan

Tanggal…… Pukul……1………dan seterusnya.

Palu,……2018

Bidan

………………

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama: No.RM: Pav;

Umur: Tanggal: Kelas:

Tanggal/ jam Catatan perkembangan Nama & Paraf


70

2. Asuhan Kebidanan masa nifas

a) Asuhan kebidanan nifas normal 6 jam Postpartum.

Menurut Rukiyah (2014:165), asuhan kebidanan pada ibu nifas

normal (6 jam) sebagai berikut:

Data Subyektif (S)

Ibu merasakan mules-mules dan lemas,masih keluar darah sedikit.

2) Data obyektif (O)

Keadaan umum:Baik,kesadaran:stabil

Tanda-tanda vital:Tekanan darah,nadi,pernapasan dan suhu tubuh.

TFU 2 jari dibawah pusat

kontraksi uterus baik.

Pengeluaran lokhea rubra

3) Analisa (A)

P...A....6 jam Pos tpartum normal

4) Penatalaksanaan (P)

Memberitahu ibu bahwa ibu dalam keadaan postpartum 6 jam dalam

keadaan baik.

Memberitahu ibu bahwa mules yang dirasakan adalah normal karena otot-

otot uterus berkontraksi untuk menghentikan perdarahan.

Menganjurkan ibu untuk melakukan ambulasi dini yang


71

dilakukan secara bertahap.

Menganjurkan ibu BAK di toilet.

Mengajarkan ibu cara perawatan payudara.

Mengajarkan ibu cara merawat luka perineum.

Berikan pendidikan kesehatan tentang nutrisi yang baik untuk ibu nifas.

Berikan konseling menyusu dini dan ASI eksklusif

Beritahu tanda bahaya pada masa nifas

Memberikan obat dan vitamin serta memberitahu cara minum dan

kegunaannya,yaitu Vitamin A 1 tablet,di minum 200.000IU/6 jam dan 1 hari

setelah persalinan,pemberian analgetika,antibiotik dan tablet tambah darah.

Petunjuk sebelum pulang; kapan dan bagaimana menghubungi bidan jika

ada tanda-tanda bahaya

( Saminem,2010 ).

Asuhan kebidanan pada ibu nifas 6 hari postpartum

Menurut Rukiyah (2014:168), asuhan kebidanan pada ibu nifas

(6 hari) sebagai berikut:

1) Data subyektif (S)

Keluarnya cairan lokhea dari kemaluan

Adanya pengeluaran kolostrum atau ASI

Ibu telah menyusui dengan baik dan tidak ada keluhan

2) Data Obyektif (O)


72

Keadaan umum,kesadaran dan tanda-tanda vital (Tekanan

darah,nadi,pernapasan,suhu badan)

Konjungtiva tidak anemis

Pengeluaran ASI

TFU; sesuai usia masa nifas

Kontraksi uterus baik

Pengeluaran lochea sanguinolent(lochea berwarna kuning bercampur lendir)

Luka perineum

3) Analisa (A)

P.....A.....6 hari pos tpartum normal

4) Penatalaksanaan (P)

a) Memastikan involusi uterus berjalan normal, Kontraksi uterus baik,

Fundus uteri di bawah umbilikus, Tidak ada perdarahan abnormal dan tidak

berbau.

b) Menilai adanya tanda-tanda infeksi, demam,atau perdarahan

abnormal

c) Memastikan ibu mendapatkan asupan makanan, cairan dan

istirahat cukup

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan

tanda-tanda infeksi
73

e) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi,cara

merawat talipusat,dan menjaga bayi tetap sehat dengan cara menjaga

kehangatan bayi.

c) Asuhan kebidanan masa nifas 2 minggu postpartum

Menurut Rukiyah (2014:170), asuhan kebidanan pada nifas

(2 minggu) sebagai berikut:

Data subyektif (S)

Keluaran cairan secret atau lochea dari kemaluan

2) Data obyektif (O)

a) Keadaan umum; Baik. kesadaran; Composmentis

b) Tanda-tanda vital normal; Tekanan darah, nadi, pernapasan suhu

badan

c) Konjungtiva tidak anemis

d) Pengeluaran ASI

e) TFU; Sesuai usia masa nifas

f) Pengeluaran lokhea serosa (lochea berwarna kuning tidak berdarah

lagi)

g) Luka pada perineum telah kering

3) Analisa (A)

P......A......2 minggu postpartum

4) Penatalaksanaan (P)
74

1) Memastikan involusio uterus berjalan normal;kontraksi uterus

baik, fundusuteri tidak teraba, dan tidak ada perdarahan maupun bau yang

abnormal.

2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan

abnormal

3) Ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat

4) Ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda

penyulit

5) Memberikan konseling pada ibu,mengenai asuhan pada bayi;

Perawatan tali pusat dan menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi

sehari-hari

d) Asuhan kebidanan masa nifas 6 minggu postpartum

Menurut Rukiyah (2014:171), asuhan kebidanan pada nifas

(6 minggu) sebagai berikut:

Data subyektif (S)

Sudah tidak ada pengeluaran lendir dari vagina

2) Data Obyektif (O)

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, status emosi stabil.

Tanda-tanda vital; Tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu badan.

Konjungtiva tidak anemis

Pengeluaran ASI

Tinggi fundus uteri ( TFU ) sesuai usia masa nifas


75

Luka jahitan kering

3) Analisa (A)

P.....A.....6 minggu postpartum

4) Penatalaksanaan (P)

Menanyakan pada ibu tentang penyulit ibu dan bayi yang di alami

Konseling KB secara dini dengan metode Kontrasepsi sesuai kebutuhan ibu


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode penelitian yang dipakai adalah Studi Komparatif dengan

pendekatan kohort retrospektifdesignyaitu rancangan studi

yangmempelajarihubunganantarapaparan dan penyakit (outcome)dengancara

membandingkan kelompokterpapar(faktorpenelitian) dan

kelompoktakterpapar berdasarkan status penyakit(outcome) danmengikuti

hingga waktu tertentu.(Nursalam, 2013). Dalam desain ini ada dua kelompok

yang diamati yaitu kelompok yang terkena paparan/exposed (penderita DM

Tipe 2 yang menggunakan kayu manis) dan kelompok yang tidak terkena

paparan/unexposedyang berfungsi sebagai kelompok kontrol, dimana peneliti

tidak melakukan intervensi dalam pembagain kelompok. (H.Risanto

Siswosudarmo,2015).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1) Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kota Kelurahan Panasakan,

Kecamatan Baolan, Kab.Tolitoli.

2) Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan pada bulan Juni 2016

76
77

C. Populasi dan Sampel

1) Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah Penderita DM Tipe 2 diwilayah kerja

Puskesmas Kota Kelurahan Panasakan, Kecamatan Baolan, Kab.Tolitoli.

2) Sampel

Sampel dalam penelitianini adalah, Penderita DM Tipe 2yang

menggunakan kayu manis untuk menurunkan gula darah

3) Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling,

yaitu merekrut semua subyek yang memenuhi kriteria inklusidalam waktu

tertentu sampai jumlah subyek yang diperlukanterpenuhi (Sastroasmoro,

2010). Sampel yang diambil dalampenelitian ini didasarkan pada kriteria

inklusi dan ekslusi, kriteria adalah tersebut sebagai berikut :

1. Kriteria inklusi

1) Merupakan pasien baru DM tipe 2 di PKM Kota

2) Penderita DM Tipe 2 yang menggunakan Kayu Manis

2. Kriteria eksklusi

1) Pasien bukanpenderita DM tipe 2


78

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan 2 (dua) variabel, yaitu :

1) Variabel Independen (variable bebas)

Efektivitas Kayu Manis untuk menurunkan glukosa darah

2) Variabel Dependen (variableterikat) dalam penelitian ini adalah

penurunan kadar glukosa.

E. Definisi Operasional

Definisi Operasional

Definisi
No Variabel Alat Ukur Skala Hasil Ukur
Operasional
1. Efektivitas Efek maksimalLembar
Kayu Manis kayu manis untuk wawancara/
menurunkan observasi
parameter
glukosa darah.
klinis
3. Penurunan Nilai kadar Glukometer Ordinal ≥ 140 mg/dl =
R
kadar glukosa glukosa darah merk Nesco Sangat tinggi.
darah setelah pemberian MultiChek 70-140 mg/dl
serbuk kayu manis GCUHb = Normal
(diproduksi ≤ 70 mg/dl =
oleh Karnel Rendah
Int’l Corp
,Taiwan)
79

F. Instrument Penelitian

Instrument penelitian yang diguakan dalam penelitian ini adalah adalah

Glukometer merk NescoR MultiChek GCUHb serta kuisioner/wawancara.

G. Teknik Pengambilan Data

Proses pengambilan data dilakukan dengan dua tahap yaitu tahap persiapan

dan tahap pelaksanaan

a) Tahap Persiapan

1) Persiapan administrasi, yaitu peneliti mengurus suratizin untuk

melakukan penelitian kepada pihak institusi pendidikan untuk

ditujukan kepada institusi tempat dilakukannya penelitian.

2) Melakukan pengambilan data pasien DM Tipe 2 di

Puskesmas,untuk dijadikan responden sesuai dengan kriteria

inklusi.

b) Tahap Pelaksanaan

Jika responden yang sesuai dengan kriteri inklusi menyetujui, peneliti

memberikan kuisioner dan memeriksa kadar gula darahnya.

H. Pengolahan Data

1. Pengolahan Data

Proses pengolahan data meliputi :


80

a. Editing dilakukan untuk melihat kelengkapan data, datayang belum

lengkap segera dilengkapi pada pertemuan berikutnya,

b. Coding yaitu tindakan memberikan kode pada lembar observasi

masing – masing responden,

c. Entry data yaitu kegiatanmemasukkan data ke dalam program

komputer untuk dilakukan analisismenggunakan software statistik,

d. Cleaning yaitu kegiatan yangdilakukan untuk mengecek kembali

apakah masih terdapat kesalahan dataatau tidak. Setelah semua data

dipastikan benar, maka dilanjutkan dengananalisis data

menggunakan computer

2. Analisa Data

a. Analisis Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk mengambarkan karaktersitik

responden ( umur, jenis kelamin, pekerjaan, kadar glukosa darah

sebelum dan sesudah pemberian serbuk kayu manis) setelah melalui

proses tabulasi data kemudian diskoring. Hasil tabulasi digambarkan

dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

b. Analisis Bivariat

Analisis data secara inferensial untuk mencari efektivitas variabel

independent terhadapdependent. Setelah data diolah dan ditabulasi

kemudian dilakukan analisa data dengan menggunakan Uji statistik.

Uji statistik yang digunakan adalah uji t yang disesuaikan dengan


81

tujuan yang hendak dianalisis untuk mengetahui adakah efektivitas

penggunaan kayu manis pada penderita DM Tipe 2 yang

menggunakan kayu manis untuk menurunkan gula darahpada

responden dengan menggunakan komputerisasi.Untuk menguji

hipotesis penelitian (tes signifikansi) dengan cara : Nilai signifikansi

(ρ) value dibandingkan dengan (α). Bila (ρ) value< (α), maka H0

ditolak yang berarti ada perbedaan nilai glukosa darah. Bila (ρ) value>

(α), maka H1 diterima yang berarti tidak ada perbedaan nilai glukosa

darah antara sebelum dan sesudah pemberian kayu manis pada

responden yang menderita DM tipe 2.

I. Penyajian Data

Penyajian data dalam penelitian ini akan disajikan dalam bentuk narasi yang

dilengkapi dengan tabel

J. Jadwal Kegiatan

Terlampir
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada Bab ini peneliti menguraikan hasil penelitian yang kemudian akan

dibahas secara satu persatu berdasarkan teori-teori dari penelitian-penelitan

sebelumnya.

1. Analisis Univariat

Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk menggambarkan karateristik

masing-masing responden yang ada yaitu : Umur, Jenis kelamin,

Pekerjaan, Pendidikan, serta kadar glukosa darah sebelum dan sesudah

pemberian serbuk kayu manis.

a) Karateristik Responden Berdasarkan Umur

Tabel 4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Umur Jumlah Presentase (%)


34 – 44 4 40%
53 – 59 4 40 %
62 – 70 2 20%

Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat disimpulkan bahwa responden

dengan rentan umur 34 - 44 tahun yang berjumlah 4 orang (40%)

lsama dengan responden dengan umur 53-59 tahun yang berjumlah

4 orang (40%), dan responden yang berumur 62-70 tahun hanya 2

orang (20%).

82
83

b) Karateristik Responden Berdasarkan Jenis kelamin

Tabel 4.2
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Presentase (%)


Laki-laki 4 40%
Perempuan 6 60%

Tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa responden terbanyak pada

penelitian ini adalah Perempuan dengan presentase 60%, sisanya

adalah Laki-laki dengan presentase 40% atau hanya sebanyak 4

orang.

c) Karateristik Responden berdasarkan pekerjaan

Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah Presentase (%)


PNS 2 20%
Swasta 1 10%
Tani 1 10%
URT 6 60%

Tabel 4.3 diatas menjelaskan bahwa pekerjaan responden yang

paling banyak adalah Ibu Rumah tangga dengan presentase 60%

atau 6 orang, sedangakan responden dengan pekerjaan sebagai PNS

berjumlah 2 orang (20%) , Swasta dan Tani masing-masing 1 orang

(10%).
84

d) Karatersitik Reponden berdasarkan Pendidikan

Tabel 4.4
Distribusi Reponden berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Jumlah Presentase (%)


SD 4 40%
SMP 2 20%
SMA/SMK 1 10%
Diploma 1 10%
Sarjana 2 20%

Tabel 4.4 diatas menjelaskan bahwa tingkat pendidikan responden

yang paling banyak adalah SD dengan presentase 40% atau 4

orang, sedangakan yang paling sedikit adalah SMA dan Diploma

yaitu masing-masing hanya 1 orang (10%), sedangkan untuk

tingkat pendidikan SMP 2 orang (20%) dan Sarjana berjumlah 2

orang atau 20%.

e) Karatersitik Reponden berdasarkan sebelum dan sesudah


penggunaan kayu manis untuk menurunkan glukosa darah (n=10)
Tabel 4.5
Distribusi Reponden berdasarkan sebelum dan sesudah
penggunaan kayu manis untuk menurunkan glukosa darah (n=10)
Mean Std. Deviation N
Kontak_awal_Pra 318.3000 112.50486 10
Kontak_akhir_post 196.3000 82.94583 10
85

Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa rata-rata kadar glukosa

darah sebelum penggunaan kayu manis adalah 318.3000 dan ketika

sesudah penggunaa kayu manis adalah 196.3000.

2. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat dilakukan untuk membuktikan hipotesis penelitian

yang telah dirumuskan. Hipotesis yang akan dibuktikan adalah Terdapat

penurunan kadar glukosa darah dalam penggunaan kayu manis pada

penderita DM Tipe 2.

Sebelum dilakukan analisis bivariat dilakukan, terlebih dahulu

dilakukan uji normalitas data. Uji normalitas data menggunakan uji

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test, bila rasio nilai One-Sample

Kolmogorov-Smirnov Test dibandingkan dengan standar error

menghasilkan angka < 2, maka data berdistribui normal

Tabel 4.6
Uji normalitas sebelum dan sesudah penggunaan kayu manis untuk
menurunkan kadar glukosa darah(n=10)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


kontak_awal_ kontak_akhir_
pra post
N 10 10
Normal Parametersa,,b Mean 318.3000 196.3000
Std. Deviation 112.50486 82.94583
Most Extreme Absolute .258 .249
86

Differences Positive .231 .249


Negative -.258 -.176
Kolmogorov-Smirnov Z .816 .789
Asymp. Sig. (2-tailed) .519 .563
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Berdasarkan tabel diatas dimana semua variabel telah di uji normalitas

dengan menggunakanuji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

didapatkan nilai singnifikan nilai Asymp.Sig.(2-tailed) sebelum

penggunaan adalah sebesar 0.519 dan sesudah penggunaan kayu manis

adalah sebesar 0.563 lebih besar dari angka < 2, sehingga dapat

disimpulkan bahwa data yang diuji berdistribusi normal

Tabel 4.7

Deskripsi statistik Pengaruh Penggunaan Kayu Manis


Untuk Menurunkan kadar glukosa darah penderita
DM Tipe 2
Descriptive Statistic
Std.
N Range Minimum Maximum Mean
Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic
kontak_awal_pra 10 313.00 171.00 484.00 318.3000 35.57716 112.50486
kontak_akhir_post 10 261.00 92.00 353.00 196.3000 26.22978 82.94583
Valid N (listwise) 10

Tabel di atas menunjukkan nilai Range,minimum dan

maksimum,Mean, standart deviasi dari masing-masing

kelompok data (pre dan post). Tampak bahwa Mean atau rata-rata
87

nilai kontak akhir postpenelitian196.3000di mana lebih rendah dari

pada nilai kontak awal pra peneltian yaitu 318.3000. Besarnya

perbedaan ini apakah bermakna secara statistik

Tabel 4.8
Tabel Uji Statistic Paried Samplet-test

Paired Samples Statistics


Std. Std. Error
Mean N
Deviation Mean
Pair 1 Kontak_awal_ 318.3000 10 112.50486 35.57716
pre_penelitian
Kontak_akhir_ 196.3000 10 82.94583 26.22978
post_penelitian

Paired Samples Correlations


N Correlation Sig.
Pair 1 Kontak_awal_pre_penelitian & 10 .057 .876
Kontak_akhir_post_penelitian

Correlation (r) adalah hubungan antar anggota pasangan.

Sigadalah taraf signifikan. Jika r di kuadratkan makan

menunjukkan penggunaan kayu manis terhadap penurunan kadar

glukosa darah pada penderita DM Tipe 2, adalah 0,0572 = 0,32

(32%). Dimana 32% terjadi penurunan dikarenakan penggunaan

kayu manis sisanya 68% disebabkan oleh faktor lain.


88

Paired Samples Test


Paired Differences
95% Confidence Sig.
Std. Std. Error Interval of the t df (2-
Mean
Deviation Mean Difference tailed)
Lower Upper
Pair 1 Kontak 122.00000 135.93462 42.98630 24.75823 219.24177 2.838 9 .019
_awal_pre
_penelitian
Kontak
_akhir_post
_penelitian

Berdasarkan metode perhitungan yang dilakukan di dengan uji

statistic uji Paried Samplet-test, nilai-nilai yang di dapat adalah:

nilai mean atau selisih rata-rata penurunan glukosa darah sebelum

dan sesudah penggunaan adalah 318.3 - 196.3 = 122.0, Std.Deviasi

(simpang baku) dari selisih antara kontak awal pra penelitian dan

kontak akhir post penelitian adalah 135.93462, nilai Confidence

Interval menunjukkan adanya perbedaan pada taraf kepercayaan 95% dan


89

berdasarkan nilai Sig.(2-teiled) 0.19 serta nilai t > 2 (2.838) maka dapat

di simpulkan bahwa ada perbedaan penggunaan kayu manis terhadap

penurunan kadar glukosa darah pada penderita DM Tipe 2.

B. Pembahasan

1. Interpretasi dan diskusi hasil penelitian

Pada bagian ini membahas interpretasi dan diskusi hasil penelitian sesuai

dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan meliputi pembahasan

tentang karateristik responden, efektifitas penggunaan kayu manis untuk

menurukan glukosa darah pada penderita DM Tipe 2.

a) Karateritik Responden

1) Berdasarkan umur/usia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor umur ada hubungannya

dengan prevalensi peningkatan responden menderita DM Tipe

2.Menurut Riyadi dan Sukarmin (2008) penyebab resistensi insulin

pada DM sebenarnya tidak begitu jelas, tetapi faktor yang banyak

berperan antara lain salah satunya adalah usia/umur.

Dimanamanusia mengalami penurunan fisiologis yang menurun


90

dengan cepat setelah usia 30 - 40 tahun. Penurunan ini akan

beresiko pada penurunan fungsi endokrin pankreas untuk

memproduksi insulin (Riyadi dan Sukarmin, 2008). Resistensi

insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun (Smeltzer

& Bare,2001).

2) Berdasarkan Jenis kelamin.

Berdasarkan hasil penelitian hasil pemeriksaan glukosa darah pada

10 responden didapatkan bahwa sebelum pemeriksaan dan

menggunakan kayu manis rerata angka glukosa pada responden

perempuan adalah 218 mg/dl – 400 mg/dl sedangkan untuk laki-

laki adalah 171 mg/dl – 397 mg/dl. Hal ini juga dikuatkan oleh data

berdasarkan data analisis dan situasi Diabetes Kemenkes R.I tahun

2014 di dapatkan bahwa laki-laki dengan obesitas memiliki resiko

terserang diabetes sekitar 9,6 % dan perempuan adalah 20%, hal ini

juga di perkuat dengan data bahwa jumlah proporsi penderita DM

untuk laki-laki adalah 5,60% sedangkan pada perempuan adalah

7,70%, sehingga dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin juga

memiliki hubungan yang erat dengan prevalensi diabetes.

3) Berdasarkan Pendidikan.

Untuk variabel pendidikan berdasarkan hasil penelitian juga

berpengaruh pada tingginya angka penderita diabetes hal ini

dibuktikan dengan dari 10 responden yang diteliti mereka yang


91

berpendidikan rendah memiliki angka glukosa yang tinggi yaitu

berkisar 243 mg/dl – 484 mg/dl dengan pendidikan SD, hal ini

berbanding lurus dengan data dari analisis dan situasi Diabetes

Kemenkes R.I tahun 2014 di dapatkan mereka yang pendidikannya

rendah yaitu sekitar 10,40% dibandingkan dengan mereka yang

berpendidikan tinggi hanya sekitar 5,90% saja.(InfoDatin, Pusat

Data dan Informasi Kemenetrian Kesehatan R.I, 2014). hal ini

kemungkinan di pengaruhi oleh kurangnya pengetahuan dan

paparan informasi mengenai diabetes, sehingga ada resoponden

yang baru mengetahui bahwa ia menderita diabetes setelah

dilakukan pemeriksaan glukosa darah oleh peneliti.

4) Berdasarkan Pekerjaan.

Untuk pekerjaan hal ini berkaitan dengan gaya hidup dalam hal ini

pola makan. Pola makan yang tidak teratur dan cenderung

terlambat akan berperan pada ketidakstabilan kerja sel β pankreas.

Malnutrisi dapat merusak pankreas sedangkan obesitas Obesitas

mengakibatkan sel-sel β pankreas mengalami hipertropi yang akan

berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin. Hipertropi

pankreas disebabkan karena peningkatan beban metabolisme

glukosa pada seseorang yang mengalami obesitas untuk

mencukupi energi sel yang terlalu banyak (Riyadi dan Sukarmin,

2008).Tingkat Stres, stres akan meningkatkan kerja metabolisme


92

dan kebutuhan akan sumber energi yang berakibat pada kenaikan

kerja pankreas. Beban yang tinggi menyebabkan pankreas mudah

rusak sehingga berdampak pada penurunan insulin (Riyadi dan

Sukarmin, 2008).

b) Efektifitas penggunaan kayu manis untuk menurukan glukosa darah

pada penderita DM Tipe 2.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan penurunan

kadar glukosa darah pada responden sebelum dan sesudah

menggunakan kayu manis. Sehigga dapat disimpulkan ada terdapat

penurunan kadar glukosa darah dalam penggunaan kayu manis pada

penderita DM Tipe 2 pada responden. Meskipun berdasarkan hasil uji

t menyebutkan bahwa hipotesis terbukti, namun penelitian ini masih

mempunyai kelemahan pada alat ukur. Alat ukur yang digunakan

dirasakan peneliti masih kurang bisa mengukur seberapa jauh

efektivitas penggunaan kayu manis untuk menurunkan kadar glukosa

darah pada penderita DM Tipe 2, seperti yang dikemukan oleh

PERKENI bahwa penatalakasanaan khusus DM Tipe 2 harus

berlandaskan pada Pilar penatalaksanaan DM menurut PERKENI

(2011) yang meluputi :

1) Edukasi

Diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gayahidup dan

perilaku telah terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan


93

penyandangdiabetesmemerlukanpartisipasi aktif pasien,

keluargadanmasyarakat.Timkesehatan dalam hal ini perawat

sebagai motivator dan sebagai tindakan advokasi dengan

mendampingipasien dalam menuju perubahan perilaku

sehat.Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku,

dibutuhkan edukasi yang komprehensif dan upaya peningkatan

motivasi.Pengetahuan tentang pemantauan glukosa darah

mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia serta caramengatasinya

harus diberikan kepada pasien. Pemantauan kadarglukosa darah

dapat dilakukan secara mandiri, setelah mendapat pelatihan

khusus.

2) Terapi Nutrisi Medis

Keberhasilan terapi nutrisi medis sangat bergantung pada

keterlibatan secara menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi,

petugas kesehatan yang lain serta klien dan keluarganya).

Prinsip pengaturan makan pada klien DM adalah makanan yang

seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-

masing individu.Klien DM memerlukan penekanan akan

pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis,

dan jumlah makanan, terutama bagi yang menggunakan obat

penurun glukosa darah atau insulin.

3) Latihan Jasmani
94

Salah satu pilar pengelolaan DM tipe 2 adalah kegiatan jasmani

dan latihan secara teratur (3 – 4 kali seminggu selama kurang lebih

30 menit). Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga

dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas

dari insulin, sehingga dapat memperbaiki kendali glukosa

darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani

yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging,

dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan

umur dan status kesegaran jasmani.

4) Terapi farmakologi

Intervensi farmakologi diberikan bersama dengan pengaturan

makan dan latihan jasmani (gaya hidup sehat). Intervensi

farmakologi berupa pemberian obat hipoglikemik oral (OHO) dan

atau suntikan insulin (PERKENI, 2011).OHO merupakan obat

penurun kadar glukosa darah yang sering digunakan pada DM tipe

2. Beberapa obat yang biasanya digunakan antara lain:

a) Sulfonil urea

Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan

dengan obat golongan lain, yaitu biguanid (metrofin),

inhibitor glukosidase alfa atau insulin. Obat golongan ini

mempunyai efek utama meningkatkan produksi insulin

oleh sel-sel beta pankreas dan menjadi pilihan utama pada


95

pasien DM tipe 2 dengan berat badan berlebihan. Klien

yang berusia lanjut perlu menghindari pemberian obat

golongan sulfonil urea yang memiliki waktu kerja panjang

untuk meminimalkan resiko hipoglikemia. Obat-obat dari

kelompok ini yang beredar saat inidipasaran adalah

glibenklamida (5 mg/tablet), glibenklamida micronized (5

mg/tablet), glikasida (80mg/tablet), glikuidon (30 mg/tablet),

glipisida (5mg/tablet), glimepirida (1mg, 2 mg, 3 mg/tablet),

(Sustrani et al., 2006).

b) Biguanid/metformin

Obat golongan ini mempunyai efek utama mengurangi produksi

glukosa hati dan memperbaiki ambilan glukosa dari jaringan

(glukosa perifer). Biguanid dikontra indikasikan bagi klien

diabetes dengan gangguan fungsi hati dan ginjal dan klien

yang kecenderungan hipoksia jaringan. Efek sampingnya

adalah mual, dan untuk mengurangi keluhan tersebut

digunakannya bersamaan atau sesudah makan. Obat

generiknya adalah metformin-HCl (500 mg dan 850

mg/tablet), dengan merek Bestab, Eraphage, Benofomin,

Diabex, Formell, Glukophage, Glucotika, Gludepatic,

Glumin, Methpica, Neodipar, Tudiab, dan Zumamet

(Sustrani et al., 2006);


96

c) Inhibitor glukosidase alfa

Obat golongan ini mempunyai efek utama menghambat

penyerapan gula di saluran pencernaan, sehingga dapat

menurunkan kadar gula sesudah makan, terutama bermanfaat

untuk klien dengan kadar gula darah puasa yang masih

normal. Efek sampingnya adalah gangguan fungsi hati dan

ginjal, terutama pada klien yang pernah mengalami

gangguan tersebut. Oleh karena itu, untuk pemakaian jangka

lama obat ini, diperlukan pemantauan fungsi hati dan ginjal.

Obat generik yang beredar adalah Acarbose (50 mg dan100

mg/tablet) dengan merek Glucobay (Sustrani et al., 2006);

d) Meglitinida

Obat ini termasuk kelompok baru yang bekerja pada

pankreas seperti kelompok sulfonil urea, tetapi dengan

cara kerja yang berbeda. Obat generik yang beredar adalah

Repaglinid (0,5 mg, 1 mg dan 2 mg/tablet dengan merek

Novonorm) (Sustrani et al., 2006);

e) Obat kelompok lain

Kelompok lain yang belum beredar di Indonesia adalah

thiazolidrediones (troglitazone) yang bekerja pada otot,

lemak, dan liver untuk menghambat pelepasan gula dari


97

jaringan penyimpanan sumber gula darah tersebut (Sustrani et

al., 2006).

Jadi jika hanya mengandalkan penggunaan kayu manis sebagai terapi

untuk menurunkan kadar glukosa darah pada penderita DM Tipe 2,

maka hal yang diharapkan akan sangat susah untuk dicapai, sehingga

sangat diharapkan adanya sinkronisasi antara ke 4 pilar tersebut.

C. Keterbatasan Penelitian

Seperti telah diungkap di depan bahwa walaupun penelitian ini bisa

membuktikan bahwa ada perbedaan dan penurunan kadar glukosa darah pada

responden sebelum dan sesudah penggunaan kayu manis, namun peneliti

tidak menampik ada banyak keterbatasan pada penelitian ini diantaranya

adalah :

1) Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah Studi Komparatif dengan pendekatan kohort

retrospektifdesign. Kekurangan dari desain ini dengan pendekatan

kohortberdasarkan teori adalah,memerlukan waktu yang cukup lama,

memerlukan biaya yang mahal dan rumit, >Kurang efektif bila kasus

jarang terjadi, memerlukan sarana dan pengelolaan yang rumit,

kemungkinan adanya subjek penelitian yang droup out dan akan

mengganggu analisis hasil, karena faktor resiko yang ada pada subjek akan

diamati sampai terjadinya efek maka hal ini berarti kurang atau tidak etis.

2) Waktu Penelitian
98

Waktu penelitian yang sangat singkat hanya 2 minggu, kurang maksimal

untuk mendapatkan hasil yang benar-benar optimal dan valid hal ini

dikarenakan ada responden yang drop out, juga waktu untuk melakukan

pemeriksaan pada responden yang terkadang dan sering harus dirubah di

sesuaikan dengan waktu dan kesempatan responden maupun peneliti

sendiri.

3) Alat Ukur (Kusioner) penelitian

Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini, sedikit membingungkan

peneliti maupun responden untuk mengisinya dikarenakan item-itemnya

kurang bisa dipahami oleh peneliti sehingga tidak maksimal untuk

mengekploitasi lebih rinci tentang responden terkait dengan tujuan yang

ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana

efektivitas penggunaan kayu manis terhadap penurunan kadar glukosa

darah Penderita DM tipe 2.

4) Responden

Beberapa responden ada yang drop out sehigga menyulitkan penelitian.

D. Implikasi Penelitian

1) Pelayanan Keperawatan
99

Hasil penelitian ini telah membuktikan bahwa penggunaan kayu manis

untuk menurunkan kadar glukosa darah pada penderita DM Tipe 2 efektif ,

walaupun untuk menurunkannya seharusnya juga di barengi dengan

tindakan lain dan membutuhkan tindakan keperawatan secara

komprehensif dan holistik.

Dengan demikian hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi

perawat untuk bisa menjadikan kayu manis sebagai salah satu terapi

altenatif yang secara tradisional sudah dikenal dikalangan masyarakat,

walaupun harus sesuai dengan dosis yang di tetapkan Penelitian ini juga

sedikit banyak dapat memberikan kontribusi terhadap cara pandang

perawat bahwa seorang perawat harus mampu dan bisa memodifikasi dan

menjadi inovator kaitannya dengan terapi herbal yang secara nyata terkait

dengan keperawatan transkultural,dan terapi komplementer sehingga hal

ini tidak hanya menjadi perhatian profesi lain seperti dokter maupun

apoteker.

2) Institusi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini memberikan peluang bagi pengembangan metode dan

ilmu keperawatan serta mengembangkan intervensi keperawatan sesuai

evidance basic practice. Sehingga Institusi pendidikan dapat mengajarkan

kepada peserta didiknya untuk bisa kreatif dan inovatif dalam

mengembangkan ilmu keperawatan, sebab ilmu keperawatan itu selalu


100

dinamis bergerak sesuai kondisi dan perekembangan zaman dan ilmu

pengetahuan.

3) Penelitian Keperawatan

Penelitian ini bersifat perbandingan, sehingga diharapkan dapat direplika

atau dikembangkan lebih jauh untuk memperkaya ilmu pengetahuan

keperawatan terutama intervensi keperawatan mandiri yang berbasis terapi

komplementer, maupun keperawatan trankultural.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Responden rata-rata termasuk kategori usia dewasa, sampai dengan

lansia lebih dari separuh responden adalah perempuan. Rata-rata

mereka sudah menderita DM Tipe 2 antara 1 tahun hingga 4 tahun

lebih.

2. Karateristik responden meliputi umur, pekerjaan, jenis kelamin,

pekerjaan dan pendidikan

3. Kadar glukosa rata-rata responden termasuk kategori mulai dari sedang

sampai sangat tinggi, saat kontak pertama.

4. terdapat penurunan kadar glukosa darah dalam penggunaan kayu manis

pada penderita DM Tipe 2 pada responden.

5. Perlunya penelitian lanjutan dengan desain Quasi mau True Eksperimen

B. Saran

a) Bagi Pelayanan Keperawatan

Terapi Herbal dalam hal ini adalah kayu manis untuk menurunkan kadar

glukosa darah ada penderita DM Tipe 2 dapat dijadikan salah satu

alternatif terapi yang murah namun tetap harus dilakukan dengan benar

dan sesuai arahan dokter.

101
102

b) Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi salah satu bahan yang dapat

dijadikan pengembangan dari intervensi keperawatan terkait

pengembangan keperawatan komplementer dan keperawatan

transkultural.

c) Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini bisa menjadi salah satu sumber inspirasi rekan-rekan perawat

yang ingin lebih mengembangakan penlitian ini yang mungkin mengarah

kepada penelitian eksperimen sehingga hasil yang diharapkan dapat lebih

mengembangkan ilmu keperawatan yang lebih dinamis dan tidak

terkunkung oleh paradigma lama, namun harus tetap berdasarkan

evidance based.

Anda mungkin juga menyukai