Anda di halaman 1dari 60

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS 6 JAM POST PARTUM TERHADAAP

NY.E

RABU, 12 JUNI 2013

BAB I

  BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

     Masa nifas (puerperium) dimulai setelah  plasenta lahir dan berakhir ketika

alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung

mulai dari 6 jam postpartum, 6 hari dan 6 minggu atau berlangsung selama  42 hari,

namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan.

     Pada masa 6 jam  postpartum ibu sudah mulai dianjurkan untuk melakukan

hal meliputi ambulasi berupa miring ke kiri dan ke kanan, eliminasi yaitu miksi dan,

melakukan kebersihan diri seperti menjaga kebersihan daerah organ vital, pakaian,

rambut serta melakukan istirahat secukupnya. Hal-hal tersebut merupakan bagian dari

kebutuhan dasar ibu pada masa postpartum yang sangat penting dilakukan untuk

mencegah terjadinya gangguan atau komplikasi pada masa nifas .

   Manfaat penatalaksanaan 6 jam postpartum adalah mencegah terjadinya

perdarahan postpartum karena atona uterri, retensio plasenta dan robekan jalan lahir,

memantau kontraksi uterus, mendeteksi tanda-tanda bahaya pada masa nifas. Untuk

itu, setiap ibu hamil harus mengetahui tentang penatalaksanaan postpartum. Dampak


tidak dilakukan penatalaksanaan 6 jam postpartum adalah meningkatkan perdarahan

yang terjadi setelah masa persalinan sehingga meningkatkan angka kematian ibu.

     Pada masa 6 jam  postpartum  merupakan  masa-masa yang sangat penting

karena pada masa ini merupakan pemantauan perubahan-perubahan yang terjadi pada

masa nifas untuk mengantisipasi komplikasi pada masa nifas. Komplikasi yang sering

terjadi pada masa nifas 6 jam postpartum meliputi perdarahan postpartum meliputi

atonia uteri, robekan jalan lahir, retensio plasenta. Selain itu, komplikasi pada masa

nifas antara lain infeksi nifas, trombosis, tromboembolisme, sepsis

puerperalis, vulvitis, vaginitis, servisitis, dan endometritis, sakit kepala, nyeri

epigastrik, penglihatan kabur, demam dan rasa sakit waktu berkemih.

(file:///F:/Semua_Tentang_Kebidanan%20%20Penatalaksanaan%206%20Jam

%20Postpartum.htm).

     Di sini penulis dapat membantu dan mengarahkan ibu dalam mengatasi

masalah yang sedang dihadapi, sehingga masa nifas dapat dilalui dengan baik, bayi

dan ibu dalam keadaan sehat serta kembali saat sebelum melahirkan.

     Masa nifas atau puerpurium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta

sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan pascapersalinan harus

terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi

upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit yang

mungkin terjadi , serta penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan

kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu.

   Periode pascapersalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi dan keluarganya

secara fisiologis, emosional dan sosial.

     Perdarahan pascapersalinan merupakan penyebab utama dari 150.000

kematian ibu setiap tahun di dunia dan hampir 4 dari 5 kematian karena perdarahan

pascapersalinan terjadi dalam waktu 4 jam setelah persalinan dalam waktu satu jam

setelah persalinan, penolong persalinan harus memastikan bahwa uterus berkontraksi


dengan baik dan tidak terjadi perdarahan dalam jumlah besar. Bila   perdarahan berat,

tranfusi darah adalah satu-satunya jalan untuk menyelamatkan ibu.

     Ini adalah salah satu penyebab terpenting terjadinya kematian ibu di dunia

melibatkan 150.000 kematian dalam satu tahun, terutama terjadi di negara

berkembang. Sebagian besar kematian ibu (88%) terjadi dalam waktu 4 jam

persalinan, menandakan bahwa ini adalah kejadian yang berkaitan erat dengan

persalinan kala III.(Sarwono,2011: 357-358)

     World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa hampir 50%

kematian ibu disebabkan karena komplikasi pada masa nifas. Di Amerika angka

kematian ibu yang disebabkan pada masa 6 jam postpartum mengalami peningkatan

yaitu 10% menjadi 13%.

     Di Indonesia angka kematian maternal pada tahun 2010 yaitu 220 per

100.000 kelahiran hidup, dimana 46% kematian maternal disebabkan oleh komplikasi

yang sering terjadi pada masa nifas.

(file:///E:/Semua_Tentang_Kebidanan%20%20Penatalaksanaan%206%20Jam

%20Postpartum.htm).

Faktor medis yang menjadi penyebab kematian ibu pada tahun 2012 di

provinsi lampung dari 171.975 ibu bersalin adalah eklamsi 33,15 %, perdarahan

22,47 %, infeksi 2,25 %, penyebab lain 42,13 % dari 171.975 ibu bersalin. Faktor

penyebab kematian perinatal  pada tahun 2012 di provinsi lampung dari 164.062 bayi

adalah adalah BBLR sebanyak 315 bayi, Asfiksia 301 bayi, Gangguan pencernaan

sebanyak 7 bayi, infeksi sebanyak 44 bayi, kelainan kongenital sebanyak 34 bayi,

lain-lain sebanyak 158 bayi, tetanus neonaturum 4 bayi (profil Dinkes Provinsi

lampung).

     Angka kematian ibu di Bandar Lampung tahun 2012 adalah eklamsi 36,67

%, perdarahan 16,67 %, infeksi 3,33 %, penyebab lain 43,33 % dari 18.900 ibu

bersalin. Faktor penyebab kematian perinatal  pada tahun 2012 di provinsi lampung
dari 18.000 bayi adalah BBLR sebanyak 69 bayi, Asfiksia 64 bayi, Gangguan

pencernaan sebanyak 4 bayi, infeksi sebanyak 8 bayi, kelainan kongenital sebanyak1

bayi, lain-lain sebanyak 40 bayi (profil Dinkes Provinsi lampung) .

     Pada bulan Januari- April 2013 terdapat 145 ibu yang melahirkan di BPS

Desi Andriani Teluk Betung Selatan , Bandar Lampung dan 98 ibu melahirkan di

BPS  Nurhasanah di Gudang Lelang.

Berdasarkan latar belakang dan fenomena tersebut di atas, peneliti sangat

tertarik untuk meneliti tentang “Asuhan Kebidanan pada ibu Nifas Terhadap Ny.E

Umur 21 Tahun P2A0 6 jam post partum normal Di BPS Desi Andriani Amd.Keb.

                                                                                                            

B.  Rumusan Masalah

“Bagaimanakah Asuhan kebidanan ibu nifas 6 jam normal pada Ny E Di BPS Desi

Andriani Amd.keb.”

C.  Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Dapat melaksanakan dan meningkatkan kemampuan dalam memberikan asuhan

kebidanan pada ibu nifas 6 jam normal.

2. Tujuan Khusus

a.       Mampu  melakukan pengkajian asuhan kebidanan pada kasus ibu nifas 6 jam

normal khususya pada Ny.E umur 21 tahun P2A0 di BPS Desi Andriani Amd.Keb

b.      Mampu menginterprestasikan data yang ada sehingga mampu  menyusun diagnosa

kebidanan , masalah dan kebutuhan pada ibu nifas normal khususya pada Ny.E umur

21 tahun P2A0 di BPS Desi Andriani Amd.Keb

c.       Mampu menerapkan diagnosa potensial pada ibu nifas normal khususya pada Ny.E

umur 21 tahun P2A0 di BPS Desi Andriani Amd.Keb


d.      Mampu melaksanakan identifikasi kebutuhan yang memerlukan  penanganan segera

pada asuhan kebidanan ibu nifas normal khususya pada Ny.E umur 21 tahun P 2A0 di

BPS Desi Andriani Amd.Keb

e.       Mampu merencanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas normal khususya pada

Ny.E umur 21 tahun P2A0 di BPS Desi Andriani Amd.Keb

f.       Mampu melaksanakan tindakan kebidanan sesuai dengan kebutuhan dan masalah 

khususya pada Ny.E umur 21 tahun P2A0 di BPS Desi Andriani Amd.Keb

g.      Mampu  melaksanakan evaluasi terhadap penanganan kasus ibu nifas normal

khususya pada Ny.E umur 21 tahun P2A0 di BPS Desi Andriani Amd.Keb

h.      Mampu mendokumentasikan secara SOAP ( subyektif, obyektif, analisa,planing )

sebagai catatan perkembangan khususya pada Ny.E umur 21 tahun P2A0 di BPS Desi

Andriani Amd.Keb

D.  Ruang Lingkup

1.    Sasaran

    Objek pada penelitian ini adalah ibu nifas 6 jam post partum yaitu Ny.E umur 21

tahun.

2.    Tempat

     Penilitian dilakukan di BPS Desi Andriani Jl. Slamet Riyadi, Pecoh Raya.

3.    Waktu

     Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 08 Mei 2013.

E.  Manfaat Penulisan

1.    Bagi Instansi Pendidikan

Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa studi Akademi Kebidanan Adila Bandar

Lampung dalam penatalaksanaan 6 jam postpartum .


2.    Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan mengaplikasikan pendididkan

penulis khususnya tentang penatalaksanaan 6 jam postpartum pada ibu  nifas.

3.    Bagi Lahan Praktek

Diharapkan hasil penelitian dapat dijadikan sebagian bahan masukan bagi tempat

praktek terutama bagi bidan serta tenaga kesehatan yang berada di masyarakat untuk

melakukan tindakan promotif seperti penyuluhan dan memberikan pendidikan

kesehatan atau KIE.

4.     Bagi Masyarakat

Dapat di jadikan masukan pada masyarakat agar lebih mengerti tentang perawatan ibu

selama masa nifas.

F.   Metodelogi dan Teknik Memperoleh Data

1.    Metode Penulisan

Menggunakan studi kasus Melaksanakan studi kasus Dengan menggunakan

pendekatan asuhan yang meliputi pengkajian data,  merumuskan diagnosa/ masalah

aktual maupun potensial, melaksanakan tindakan segera atau kolaborasi,

perencanaan, pelaksanaan,tindakan, evaluasi terhadap asuhan kebidanan pada klien

2.    Tehnik Memperoleh Data

a.    Data Primer

1)          Wawancara

Salah satu metode yang digunakan penulis untuk mendapatkan data adalah dengan

wawancara, dimana penulis mendapat keterangan atau informasi secara lisan dari

seseorang sasaran penelitian (responden), dan bercakap cakap dengan berhadapan

muka dengan orang tersebut. Jadi data diperoleh langsung dari responden melalui

salah satu pertemuan atau percakapan penulis melakukan tanya jawab dengan klien,
suami, dan keluarga yang dapat membantu memberikan informasi yang dibutuhkan

(Notoatmojo, 2005; h.102).

2)      Pengkajian fisik

        Penulis melakukan pemeriksaan fisik secara sistematis pada pasien mulai dari

kepala hingga kaki dengan tehnik inspeksi , palpasi, auskultasi, dan perkusi.

b.    Data Skunder

1)        Study pustaka

       Penulis mencari dan mengumpulkan serta mempelajari referensi yang relevan

berdasarkan kasus yang dibahas yakni Asuhan Nifas dari beberapa buku dan

informasi internet. 

2)        Studi Telaah Dokumentasi

       Studi dilakukan dengan mempelajari status kesehatan klien yang bersumber dari

catatan bidan, maupun sumber lain yang menunjang seperti hasil pemeriksaan

diagnostik, atau melihat data dari rekam medis.

3)        Diskusi

       Penulis melakukan diskusi dengan tenaga kesehatan yaitu bidan yang menangani

langsung klien tersebut serta diskusi dengan dosen pembimbing karya tulis ilmiah

(Soepardan,2009,h:97).

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.      Tinjauan Teori Medis

1.    Pengertian Masa Nifas

Masa nifas merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya maka sangat

diperlukan asuhan pada masa nifas. Pada masa ini terjadi perubahan- perubahan
fisiologi yaitu : perubahan fisik, involusi uterus, dan pengeluaran lochea,

laktasi/pengeluaran air susu ibu, perubahan sistem tubuh lainnya dan perubahan

psikologi. Masa nifas adalah masa dimulai bebebrapa jam sesudah lahirnya plasenta

sampai 6 minggu setelah melahirkan.

Masa nifas nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-

alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6

minggu. (Damayanti, dkk. 2011;h.1)Masa nifas (puerperium) dimulai setelah

kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan seperti keadaan sebelum

hamil.

Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan

selesai sampai alat-alat kandungan kembali ke keadaan seperti pra hamil, lama nifas

yaitu 6-8 minggu.(Rustam, 1998). Masa nifas ( puerperium) dimulai setelah kelahiran

placenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu .

      Masa nifas mulai setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira-kcira 6

minggu,akan tetapi seluruh alat genetalia baru pulih kembali seperti sebelum ada

kehamilan dalam waktu 3 bulan .

Masa nifas atau puerpurium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta

sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Masa nifas (postpartum/puerperium)

berasal dari bahasa latin yaitu dari kata “Puer” yang artinya bayi dan “Parous” yang

berarti melahirkan. Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-

alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, biasanya berlangsung selama

6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3

bulan(http://midwivesari.blogspot.com/).

Masa nifas (puerpurium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika

alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Wanita yang melalui

periode puerpurium  disebut puerpura. Puerpurium (Nifas) berlangsung selama 6


minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat

kandungan pada keadaan normal.

Batasan waktu nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada batas

waktunya, bahkan bisa jadi dalam waktu yang relatif pendek darah sudah keluar,

sedangkan batasan maksimumnya adalah 40 hari.

(Ambarwati, dkk. 2009:h.1)

2.    Tujuan Asuhan Masa Nifas

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa

kritis baik ibu maupun bayi. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi

setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.

(Ambarwati, dkk. 2009:h.2)

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik

b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya.

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya

dan perawatan bayi sehat.

d. Memberikan pelayanan  keluarga berencana

(Saleha,2009; h.4-5)

3.      Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas

Peranan dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas adalah:

a. Medeteksi komplikasi dan perlunya rujukan

b. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara

mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik,

serta mempraktekkan kebersihan yang aman


c. Memfasilitasi hubungan dan ikatan batin antara ibu dan bayi

d. Memulai dan mendorong pemberian ASI (Ambarwati, dkk. 2009:h.3)

4.    Tahapan Masa Nifas

Masa nifas dibagi dalam 3 tahapan,yaitu:

a. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah

diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan.

b. Puerperium intermedial yaitu suatu masa dimana kepulihan dari organ-

organ reproduksi selama kurang lebih enam minggu

c. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan

sehat sempurna terutama ibu bila selama hamil atau waktu persalinan

mengalami komplikasi. (Damayanti, dkk. 2011;h.2)

Respon Orang Tua Terhadap Bayi baru Lahir

a. Bonding Attachment

Bonding adalah ikatan antara ibu dan bayi dalam masa awal neonatus,

sedangkan attachment adalah sentuhan. Bonding attachment adalah istilah dalam

kebidanan atau psikologi kebidanan yang artinya ikatan antara ibu dan bayi dalam

bentuk kasih sayang dan belaian.

(Suherni, dkk. 2008:h. 64)

Pengertian dari bonding attachment/keterikatan awal/ikatan batin adalah suatu

proses dimana sebagai hasil dari suatu reaksi terus menerus antara  bayi dan orang tua

yang bersifat saling mencintai, memberikan keduanya pemenuhan emosional dan

saling membutuhkan. Proses ikatan batin antara dengan bayinya diawali dengan kasih

sayang terhadap bayi yang dikandung, dan dapat  dimulai sejak kehamilan. Ikatan
batin antara bayi dan orang tuanya berkaitan  erat dengan pertumbuhan psikologi

sehat dan tumbuh kembang bayi.(Rukiyah, dkk. 2011:38)

Tahap-tahap bonding attachment adalah sebagai berikut

1.      terkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata,      menyentuh,

berbicara, dan mengeksplorasi segera setelah mengenal     bayinya.

2.      Keterikatan (bounding)

3.      Attachment, perasaan kasih sayang yang mengikat individu dengan     individu yang

lain.

Elemen-elemen bounding attachment meliputi hal-hal sebagai berkut.

1.      Sentuhan

Sentuhan atau indra peraba dipakai secara ekstensif oleh orang tua dan pengasuh lain

sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir dengan cara mengeksplorasi

tubuh bayi dengan ujung jarinya.

2.      Kontak mata

Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional mempertahankan kontak mata, orang

tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untk saling memandang.

Beberapa ibu mengatakan, dengan melakukan kontak mata mereka merasa lebih

dekat dengan bayinya.

3.      Suara

Saling mendengarkan dan merespon suara antara orag tua dan bayinya juga penting.

Orang tua menunggu tangisan pertama  bayinya dengan tegang. Bayi akan menjadi

tenang dan berpaling ke arah orang tua mereka saat orang tua mereka berbicara

dengan suara bernada tinggi.

4.      Aroma

Perilaku lain yang terjalin antara orang tua dan bayi ialah respon terhadap aroma/ bau

masing-masing. Ibu mengetahui setiap anak memiliki aroma yang unik. Bayi belajar

dengan cepat untuk membedakan aroma susu ibunya.


5.      Entrainment

Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang dewasa.

Mereka menggoyang tangan, mengangkat kepala, menendag-nendang kaki, seperti

sedang berdansa mengikuti nada suara orang tuanya. Entrainment terjadi saat anak

mulai berbicara.

6.      Bioritme

Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat ritme alamiah ibunya. Untuk itu, salah

satu tugas bayi baru lahir ialah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua dapat

membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan

memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang responsif. Hal ini

dapat meningkatkan interaksi sosial dan kesempatan bayi untuk belajar.

7.      Kontak dini

Saat ini, banyak bukti-bukti alamiah yang menunjukan bahwa kontak dini setelah

lahir merupkan hal yang penting dalam hubungan antara orang tua-anak. Menurut

Klaus, Kennel (1982), ada beberapa keuntungan fisiologis yang dapat diperoleh dari

kontak dini, yaitu sebagai berikut.

a.       Kadar oksitosin dan prolaktin meningkat

b.      Refleks menghisap dilakukan secara dini

c.       Pembentukan kekebalan aktif dimulai

d.      Mempercepat proses ikatan antara orang tua dan anak.

(Dewi, dkk. 2011:h.46-47)

Respon ayah dan keluarga

Jika ibu sudah mengandung bayi selama sembilan bulan, ayah benar-benar

merasakan kebersamaan dengan bayi saat bayi lahir. Perkenalan ayah dengan bayi

dimulai saat mereka saling bertatapan. Seperti halnya ikatan ibu dengan bayi,

kedekatan ayah dengan bayi penting bagi tumbuh kembang bayi. Hasil penelitian
Robert A. Veneziano dalam The Importance of Father Love menyebutkan kedekatan

ayah dan bayi sangat membantu mengembangkan kemampuan sosial, kecerdasan

emosi, dan perkembangan kognitif bayi.(Dewi, dkk. 2011:49)

Sibling Rivalry

Sibling dapat diartikan sebagi persaingan antara saudara kandung. Persaingan

antara saudara kandung merupakan respon yang normal seorang anak karena merasa

ada ancaman gangguan yang mengganggu kestabilan hubungan keluarganya dengan

adanya saudara baru. Anak-anak akan terus menerus bersaing untuk mendapatkan

perhatian dari orang tuanya dan persaingan itu akan diperlihatkan oleh anak dengan

berbagai cara. Pada anak biasanya yang paling menonjol adalah rasa marah,

kemarahan ini dapat ditujukan kepada orang yang dianggap saingannya atau yang

didambakan kasih sayangnya.

Idealnya saudara kandung yang usianya lebih tua harus dipersiapkan untuk

menerima kelahiran saudaranya, ini ditujukan untuk meyakinkan bahwa walau ada

saudara baru namun dia tetap mendapat kasih sayang yang sama. Pernyataan

mengenai bayi dan rumah sakit serta kelahiran sedapat mungkin dijawab berdasarkan

fakta dan secara menyenangkan.

Jika anak yang lebih tua telah merasa aman dalam keluarga maka ia akan

merasa bebas untuk memberikan perhatian pada saudara barunya, sehingga

persaingan atau rival tidak terjadi. (Ambarwati, dkk. 2009:h.71-72)

6.  Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit 4 kali melakukan

kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :

a. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi


b. Melakukan pencegahan-pencegahan terhadap kemungkinan-

kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya

c. Mendeteksi adanya kompliasi atau masalah yang terjadi pada masa

nifas.

d. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan menganggu

kesehatan ibu nifas maupun bayinya

Asuhan yang diberikan sewaktu melakukan kunjunan masa nifas:

Tabel 2.1  Program dan kebijakan tekhik masa nifas

Kunjungan Waktu Asuhan       

I 6-8 jam Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena

post atonia uteri.

partum Mendeteksi dan perawatan penyebab lain

perdarahan serta melakukan rujukan bila

perdarahan berlanjut.

Memberikan konseling pada ibu dan keluarga

tentang cara mencegah perdarahan yang

disebabkan atonia uteri.

Pemberian ASI awal.

Mengajarkan cara mempererat hubungan antara

ibu dan bayi baru lahir.

Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan

hipotermi.

Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan,

maka bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2

jam pertama setelah kelahiran atau sampai

keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan


baik.

II 6 hari Memastikan involusi uterus berjalan dengan

post normal, uterus berkontraksi dengan baik, tinggi

partum fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada

perdarahan abnormal.

Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan

perdahan.

Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup

Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi

dan cukup cairan

Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar

serta tidak ada tanda- tanda kesulitan menyusui

Memberikan konseling tentang perawatan bayi

baru lahir.

III 2 Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan

minggu asuhan yang diberikan pada kunjungan 6 haru

post post partum

partum

 IV 6 Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu

minggu selama masa nifas

post Memberikan konseling KB secara dini.

partum

(Damayanti, dkk. 2011:h. 3-4)

7.      Proses Laktasi Dan Menyusui


Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi

sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Masa laktasi mempunyai tujuan

meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan meneruskan pemberian ASI sampai anak

umur 2 tahun secara baik dan benar serta anak mendapatkan kekebalan tubuh secara

alami. (Ambarwati, dkk. 2009:h.6) Laktasi adalah produksi dan pengeluaran ASI,

dimana calon ibu harus sudah siap baik secara fisik dan psikologis.

Anatomi payudara

a.        Struktur makroskopis

1)      Kauda aksilaris

Adalah jaringan payudara yang meluas ke arah aksila

2)      Areola

Adalah daerah lingkaran yang terdiri atas kulit yang longgar dan mengalami

pigmentasi .

3)      Papila mamae (puting susu)

Pada tempat ini terdapat lubang –lubang kecil yang merupakan muara dari duktus

laktiferus, ujung- ujung serat saraf, pembuluh darah, pembuluh getah bening, serat-

serat otot polos yang tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi duktus

laktiferus akan memadat dan menyebabkan puting susu ereksi, sedangkan serat- serat
otot yang longitudinal akan menarik kembali puting susu tersebut. Bentuk puting ada

empat macam, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang, dan terbenam.

b.       Struktur mikroskopis

1)       Alveoli

Alveolus merupakan unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus

adalah sel acini, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos, dan pembuluh darah.

2)      Duktus laktirerus

Adalah saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus laktiferus.

3)      Ampula

Adalah bagian dari duktus laktifeus yang melebar, merupakan tempat menyimpan air

susu. Ampula terletak di bawah areola.

(Dewi, dkk.011: h.7-9)

Fisiologo Laktasi

Dalam pembentukan air susu ada dua refleks yang membantu dalam  pembentukan

dan pengeluaran air susu yaitu reflek prolaktin dan refleks let down.

a. Reflek prolaktin: setelah persalinan kadar estrogen dan

progersteron menurun, ditambah lagi dengan adanya isapan bayi

yang merangsang puting susu dan kalang payudara, akan

merangsang ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai

reseptor mekanik. Rangsangan ini akan dilanjutkan ke hipotalamus

yang akan menekan pengeluaran faktor- faktor penghambat  sekresi

prolaktin dan sebaliknya. Faktor faktor yang memacu sekresi


prolaktin akan merangsang adenohipofise sehingga keluar prolaktin.

Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk

membuat air susu.

b. Releks Let Down: dengan dibentuknya hormone prolaktin

rangsangan yang berasal dari isapan bayi akan dilanjutkan ke

neurohipofise yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran

darah, hormon ini akan menuju uterus yang dapat menimbulkan

kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi pada organ tersebut.

Oksitosin yang sampai pada alveoli akan mempengaruhi sel

miopitelium. Kontraksi sel akan memeras air susu yang telah terbuat

keluar dari alvoli dan masuk ke sistem duktus yang untuk

selanjutnya akan mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut

bayi.( Rukiyah, dkk. 2011:13-14)

Faktor- faktor yang meningkatkan refleks let down adalah sebagai berikut.

1)      Melihat bayi

2)      Mendengarkan suara bayi

3)      Mencium bayi

4)      Memikirkan untuk menyusui bayi

Faktor-faktor yang menghambat refleks let down adalah stres, seperti keadaan

bingung/ pikiran kacau, takut, dan cemas.

Mekanisme menyusui
a. Reflek mencari ( rooting reflek)

Payudara ibu yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut merupakan

rangsangan yang menimbulkan reflek mencari pada bayi. Keadaan ini menyebabkan

kepala bayi berputar menuju puting susu yang menempel tadi diikuti dengan

membuka mulut dan kemudian puting susu ditarik masuk ke dalam mulut.

b. Reflek menghisap (sucking reflek)

Puting susu yang sudah masuk ke dalam mulut dengan bantuan lidah ditarik lebih

jauh dan rahang menekan kalang payudara di belakang puting susu yang pada saat itu

sudah terletak pada langit- langit keras. Tekanan bibir dan gerakan rahang  yang

terjadi secara berirama membuat gusi akan menjepit kalang payudara dan sinus

laktiferus sehingga air susu akan mengalir ke puting susu, selanjutnya bagian

belakang lidah menekan puting susu pada langit-langit  yang mengakibatkan air susu

keluar dari puting susu.

c. Refleks menelan (swallowing reflek)

Pada saat air susu keluar ari puting susu, akan disusul dengan gerakan menghisap

yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi sehingga pengeluaran air susu akan bertambah

dan diteruskan dengan mekanisme menelan masuk ke lambung.

(Dewi, dkk. 2011: h. 13-14)

8.      Manfaat pemberian ASI

     Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi baru lahir segera sampai berumur

sedikitnya 2 tahun akan memberikan banyak manfaat, baik untuk bayi, ibu maupun

masyarakat pada umumnya.

a. Manfaat bagi bayi

Kandungan gizi paling sempurna untuk pertumbuhan bayi dan perkembanan

kecerdasannya, pertumbuhan sel otak secara optimal ,mudah dicerna, penyerapan

lebih sempurna, mengandung zat anti diare, protein ASI adalah spesifik spesies
sehingga jarang menyebabkan alergi untuk manusia,  membantu pertumbuhan gigi,

mengandung zat antibodi mencegah infeksi, merangsang pertumbuhan sistem

kekebalan tubuh, dan mempererat ikatan batin ibu dan bayi.

b. Bagi ibu

Manfaat untuk ibu yakni : mudah, murah, praktis, mempercepat involusi uterus,

mengurangi perdarahan, mencegah kehamilan, meningkatkan rasa kasih sayang,

mengurangi penyakit kanker.

(Rukiyah, dkk. 2011:17-18)

c. Bagi keluarga\

1.      Mudah dalam proses pemberiannya

2.      Mengurangi biaya rumah tangga

3.      Bayi yang mendapat ASI jarang sakit, sehingga dapat menghemat biaya untuk

berobat. (Saleha,2009:h.33)

  

9.      Cara Menyusui yang Benar

Langkah-langkah menyusui yang benar

a.       Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu

dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga

kelembapan puting susu.

b.      Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara.

c.       Ibu duduk atau berbaring santai.  Bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang

rendah  agar kaki ibu tidak bergantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran

kursi.

d.       Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu dan

bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu.

e.       Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, dan satunya di depan.
f.       Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya

membelokkan kepala bayi)

g.      Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

h.      Ibu menatap bayi dengan kasih sayang

i.        Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di bawah .

Jangan menekan putting susu dan areolanya saja.

j.        Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (Rooting  reflek) dengan cara:

menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh sisi mulut bayi.

k.       Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat didekatkan ke payudara ibu dengan

puting serta areola dimasukkan ke mulut bayi.

l.        Usahakan sebagian besar areola dapat masuk ke dalam mulut bayi, sehingga puting

susu berada di bawah langit- langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari

tempat penampungan ASI yang terletak di bawah areola.

m.    Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi.

Cara pengamatan teknik menyusui yang benar

 Bayi tampak tenang

 Badan bayi menempel  pada perut

 Mulut bayi terbuka lebar

 Dagu bayi menempel  pada payudara ibu

 Sebagia areola masuk ke dalam mulut bayi, areola bagian bawah lebih

banyak yang masuk.

 Bayi dapat menghisap kuat dengan irama perlahan

 Putting susu ibu tidak terasa nyeri

 Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus

 Kepala agak menengadah

(Damayanti, dkk.2011:h. 35)


Masalah menyusui pada masa nifas dini

a.         Putting susu nyeri

       Umumnya ibu akan merasa nyeri pada waktu awal menyusui. Perasaan sakit ini

akan berkurang setelah ASI keluar. Bila posisi mulut bayi dan putting susu ibu benar,

perasaan nyeri akan segera hilang.

Cara menangani :

1)        Pastikan posisi menyusui sudah benar

2)        Mulailah menyusu pada putting susu tidak sakit, guna membantu mengurangi

sakit pada puting susu yang sakit

3)        Segera setelah minum, keluarkan sedikit ASI, oleskan di puting susu dan

biarkan payudara terbuka untuk beberapa waktu sampai putting susu kering

b.         Putting susu lecet

Putting susu terasa nyeri bila tidak ditangani dengan benar akan menjadi lecet.

Umumnya menyusui akan menyakitkan dan kadang-kadang mengeluarkan darah.

Putting susu lecet dapat disebabkan oleh posisi menyusui yang salah, tapi dapat pula

disebabkan oleh thrush (candidates) atau dermatitis.

Cara menangani :

1)        Cari penyebab putting lecet (posisi menyusui salah, cavdidiasis atau

dermatitis)

2)        Obati penyebab putting lecet terutama perhatikan posisi menyusui

3)        Kerjakan semua cara-cara menangani susu nyeri diatas tadi

4)        Ibu dapat terus memberikan ASInya pada keadaan luka tidak begitu sakit

5)        Olesi putting susu dengan ASI akhir (hindmilk), jangan sekali-sekali

memberikan obat lain, seperti krim, salep, dan lain-lain


6)        Putting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu kurang

lebih 1x24 jam, dan biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2x24 jam

7)        Selama putting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan

tangan, dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri

8)        Cuci payudara sekali saja seharian dan tidak dibenarkan untuk menggunakan

dengan sabun

9)        Bila sangat menyakitkan, berhenti menyusui pada payudara yang sakit untuk

sementara untuk member kesempatan lukanya menyembuh

10)    Keluarkan ASI dari payudara yang sakit dengan tangan (jangan dengan pompa

ASI) untuk tetap mempertahankan kelancaran bentuk ASI

11)    Berikan ASI perah dengan sendok atau gelas. Jangan menggunakan dot

12)    Setelah terasa membaik, mulai menyusui kembali mula-mula dengan waktu

yang singkat

13)    Bila lecet tidak sembuh dalam 1 minggu rujuk ke puskesmas

c.         Payudara bengkak

Pada hari-hari pertama (sekitar 2-4 jam), payudara sering terasa penuh dan nyeri

disebabka bertambahnya aliran darah ke payudara bersamaan denganASI mulai di

produksi dalam jumlah banyak.

Penyebab bengkak :

1)        Posisi bayi dan putting susu ibu salah

2)        Produksi ASI berlebihan

3)        Terlambat menyusui

4)        Pengeluaran ASI yang jarang

5)        Waktu menyusui yang terbatas

Penyebab payudara penuh dengan payudara bengkak adalah :


1)        Payudara penuh : rasa berat pada payudara, panas, dan keras.bila diperiksa

ASI keluar, dan tidak ada demam

2)        Payudara bengkak : payudara oedema, sakit, putting susu kencang, kulit

mengkilat walupun tidak merah, dan bila diperiksa/diisap ASI tidak keluar. Badan

biasa demam setelah 24 jam

Untuk mencegah maka diperlukan : menyusui dini, perlekatan yang baik, menyusui

“on demand”. Bayi harus sering lebih disusui. Apabila terlalu tegang, atau bayi tidak

dapat menyusui sebaiknya ASI dikeluarkan dahulu, agar ketegangan menurun.

Cara mengatasinya :

a)      Susui bayinya semau dia sesering mungkin tanpa jadwal dan tanpa batas waktu

b)      Bila bayi sukar menghisap, keluarkan ASI dengan bantuan tangan atau pompa

ASI yang efektif

c)      Sebelum menyusui untuk merangsang reflex oksitosin dapat dilakukan :

kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit, massage payudara, massage leher dan

punggung

d)     Setelah menyusui, kompres air dingin untuk mengurangi oedema

  

d.        Mastitis atau abses payudara

Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi merah, suhu tubuh

meningkat. Didalam terasa ada masa padat (lump), dan diluarnya kulit menjadi

merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3 minggu setelah persalinan

diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut. Keadaan ini disebabkan

kurang nya ASI diisap/dikeluarkan atau penghisapan yang tak efektif. Dapat juga

karena kebiasaan menekan payudara dengan jari atau karena tekanan baju/BH.

Tindakan yang dapat dilakukan :


1)   Kompres hangat/panas dan pemijatan

2)   Rangsangan oksitosin, dimulai pada payudara yang tidak sakit yaitu stimulasi

putting susu, pijat leher dan punggung, dll.

3)   Pemberian antibiotic : flucloxacilin atau erythromycin selama 7-10 hari

4)   Bila perlu bisa diberikan istirahat total dan obat untuk penghilang nyeri

5)   Kalau terjadi abses sebaiknya tidak disusukan karena mungkin perlu tindakan

bedah.(Maryunani, 2009;h. 73-76)

10.  Cara merawat payudara

Bidan dapat mengajarkan kepada ibu bagaimana cara merawat payudara dan

perawatan tersebut dapat dilakukan oleh ibunya sendiri, ibu dapat melakukan 

perawatan  payudara  selama  menyusui dengan cara sebagai berikut.

a.       Ibu dapat mengatur ulang posisi menyusui jika mengalami kesulitan

b.      Ibu mengeringkan payudara setelah menyusui, untuk mencegah lecet dan retak

oleskan sedikit ASI ke puting, keringkan dulu sebelum menggunakan pakaian. Lecet

dan dan retak  pada puting susu tidak berbahaya.

c.       Jika ibu mengalami mastitis/ tersumbatnya saluran ASI anjurkan ibu untuk

tetap memberikan ASI

d.      Tanda dan gejala bahaya dalam menyusui yaitu diantaranya adalah bintik / garis

merah panas pada payudara, teraba gumpalan/ bengkak pada payudara, demam.

(Rukiyah, dkk. 2011:h. 29)

Rawat Gabung

Rawat gabung adalah suatu sistem perawatan, yaitu ibu dan bayi ditempatkan

dalam satu ruang secara terus-menerus selam 24 jam dalam perawatan sehingga ibu

dapat melayani sendiri untuk bayinya, serta ibu dapat meneteki bayinya kapan saja

bila ibu menghendaki.


Tujuan rawat gabung

a.    Memberikan kesempatan pada ibu untuk mendapatkan pengalaman tentang

merawat bayinya sendiri secara dini, mendukung pemberian ASI sedini muungkin

dan sesering mungkin.

b.    Secara psikologis, dengan rawat gabung, hubungan antara bayi dan ibu akan

lebih dekat.

Manfaat rawat gabung

a.    Aspek fisik

Bila ibu dan bayi saling berdekatan (bersama), ibu dapat melakukan

perawatan sendiri dan menyusui bayinya setiap saat sejak dini. Dengan demikian,

bayi akan mendapatkan sesuatu yang bermanfaat secara baik, misalnya kolostrum

yang keluar akan segera dapat dterima oleh bayi sehingga kemungkinan kekebalan

yang diterima oleh bayi lebih cepat.

b.    Aspek Fisiologis

            Dengan kebersamaan ibu dan bayi, ibu dapat memberikan ASI kepada

bayinya lebih sering. Hal ini ternyata bermanfaat bagi ibu, yaitu akan membantu

proses pengecilan rahim (involusi) dan isapan bayinya akan merangsang keluarnya

ASI, dan kemungkinan juga dapat mencegah terjadinya kehamilan.

c.    Aspek Psikologis

            Dengan rooming in, proses lekat kasih sayang antar ibu dan bayi akan segera

terjalin dan bayi merasa aman serta terlindung. Ibu akan merasa senang  dan bangga

karena dipercaya merawat bayinya sendiri.

d.    Aspek Eduatif

            Dengan rooming in, ibu telah terdidik sehingga pada saat pulang ke rumah ibu

sudah tidak merasa canggung dalam merawat bayinya.

e.    Aspek ekonomi
Suatu penghematan bila ibu dalam perawatan menggunakan metode rooming

in karena ibu tidak membayar untuk susu formula.

f.     Aspek Medis

            Sistem rooming in menurunkan angka kesakitan dan kematian bagi ibu dan

bayi.

Jenis Rawat Gabung

a.    Rawat gabung penuh

            Bayi berada di samping ibu selama 24 jam terus-menerus.

b.    Rawat gabung parsial

Ibu dan bayi berada dalam satu ruangan hanya pada saat-saat tertentu saja.

Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan rawat gabung

a.         Petugas kesehatan

1)        Keberhasilan rooming in tergantung petugas kesehatan, baik bidan, perawat,

maupun petugas kesehatan lainnya.

2)        Apakah petugas tersebut telah mendapatkan dasar pendidikan yang memadai

tentang rawat gabung dan penggunaan ASI?

3)        Apakah mereka mempunyai sikap yang positif terhadap program tersebut?

4)        Apakah tugasnya mempunyai banyak waktu untuk memotivasi ibu untuk

melaksakan rawat gabung?

b.         Kebijakan tempat persalinan

Sebagai contoh, kebijakan yang diterapkan di tempat bersalin seperti pada jam

kunjung bayi diambil untuk diletakkan kembali pada ruang bayi. Hal ini akan

menghambat keberhasilan rooming in.

c.         Faktor persalinan

1)        Keadaan umum ibu


2)        Apakah kontraindikasi dalam menyusui

d.        Faktor ibu

1)        Ibu sedang mengalami keadaan sakit berat

2)        Sebaiknya tidak dilaksanakan rawat gabung supaya kesehatannya tidak

terganggu

e.         Faktor bayi

Rooming in pada bayi dengan persalinan patologi dan BBLR akan mendapatkan

banyak keuntungan antara lain:

1)        Menurunkan morbiditas

2)        Peningkatan psikologi ibu dan bayi

3)        Peningkatan daya imunitas bayi dan peningkatan pemberian makanan (ASI)

bermutu tinggi/higienis.

f.          Faktor sosial ekonomi

Pada ibu dengan tingkat sosial ekonomis menengah ke atas dan ibu pekerja perlu

mendapakan partsipasi khusus.

Indikasi rawat gabung

a.    Ibu

1)        nilai APGAR baik

2)        Aktif dalam menetek

3)        BB>1700 gram

4)        Tidak ada kelainan congenital

b.    Bayi

1)        Sehat

2)        Pada tindakan SC dan forcep

Kontraindikasi rawat gabung


a.         Ibu

1)        Bayi dengan kejang

2)        Bayi dengan memerlukan observasi khusus

3)        BBLR

4)        Bayi dengan cacat   bawaan

5)        Kelainan metabolik

b.        Bayi

1)        Fungsi kardiorespatrik yang tidak baik

2)        Eklamsia

3)        Penyakit infeksi

4)        Ca mamae

5)        Gangguan psikosis

Pelaksanaan rawat gabung

a.         Di poliklinik kebidanan

1)        Memberikan penyuluhan tentang ASI dan rawat gabung

2)        Penyuluhan tentang perawatan payudara, makanan ibu hamil, ibu nifas,

perawatan bayi, dan lain-lain.

3)        Mendemonstrasikan hal yang berhubungan dengan rawat gabung

4)        Mengadakan ceramah dan motivasi KB

5)        Membantu ibu bermasalah dalam hal KIA sesuai dengan kemampuan

6)        Membuat laporan bulanan mengenai jumlah pengunjung dan lain-lain

b.        Di kamar bersalin

Kritera bayi yang dapat dilaksakan rooming in adalah sebagai berikut

1)        Dalam 30 menit setelah bayi lahir, segera diteteki untuk merangsang

pengeluaran ASI
2)        Meberikan penyuluhan mengenai ASI dan rawat gabung , terutama bagi yang

belum mendapat penyuluhan di poliklinik

3)        Mengisi status P3 ASI secara lengkap dan benar

4)        Persiapan agar ibu dan bayi dapat pindah ke ruangan bersama-sama.

Di ruangan perawatan

1)        Bayi diletakkan dalam box bayi di samping tempat tidur ibu (pada saat jam

besuk bayi dipindahkan ke ruang bayi)

2)        Petugas kesehatan harus dapat mengenal keadaan bayi dan tahu bagaimana

keadaan abnormal pada bayi

3)        Bayi boleh menetek pada setiap saat

4)        Bayi tidak boleh diberi susu tambahan

5)        Keadaan bayi sehari-hari dicatat dalam status

6)        Bila bayi sakit, dipindahkan pada ruang perawatan bayi.

7)        Waktu akan pulang, ibu diberikan penyuluhan tentang ASI dan rawat gabung,

perawatn payudara, makanan ibu menyusui, dan diharapkan dalam 2 minggu untuk

melakukan kontrol

8)        Status P3 ASI dikembalikan ke ruang folow up setelah diisi lengkap.

c.         Di ruang follow up

1)        Berat badan ditimbang

2)        Anamnesa tentang sejauh mana mengenal makanan bayi

3)        Mengecek keadaan ASI

4)        Penyuluhan tentang makanan bayi, cara menyusui bayi, perawatan payudara,

perawatan bayi dan makanan ibu menyusui

5)        Pemeriksaan bayi oleh dokter

6)        Memberikan imunisasi menurut instruksi dokter

(Jannah,2011:h.25-31)
11.         Perubahan-Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas

a.      Involusi uterus

Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke

kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah

plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus. (Ambarwati, dkk. 2009:h.73)

     Proses involusi uterus adalah sebagai berikut

1)   Iskemia miometrium

     Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari uterus setelah

pengeluaran plasenta membuat uterus relatif abenia dan menyebabkan serat otot

atrofi.

2)   Autolisis

     Autolisis merupakam proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot

uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah mengendur

hingga panjangnya 10 kali dari semula dan lebar 5 kali dari semula selama kehamilan

atau dapat juga dikatakan sebagai perusakan secara langsung  jaringan hipertrofi yang

berlebihan. Hal ini disebabkan oleh penurunan hormon estrogen dan progesteron.

3)   Efek oksitosin

     Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga akan

menekan pembulh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus.

Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta

mengurangi perdarahan. (Dewi, dkk.2013; h.71)

Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil dan (involusi) sehingga akhirnya

kembali seperti sebelum hamil.


Tabel 2.2 Involusi Uterus

Diameter
Berat bekas Keadaan Serviks
Involusi TFU Uterus melekat
(gr) Plasenta
Bayi Lahir Setinggi Pusat 1000
Uri Lahir 2 Jari di bawah 750 12,5 Lembek
Pusat
Satu minggu Pertengahan 500 7,5 Beberapa hari setelah post partu
pusat- simpisis di lalui 2 jari akhir minggu pert
Dua minggu Tak teraba di 350 3-4 di masuki 1 jari
atas simpisis
Enam minggu Bertabah Kecil 50-60 1-2
Delapan minggu Sebesar normal 30
  

(Dewi, dkk.2013; h.71)

b.      Lokhea

Dengan adanya involusi uterus, maka lapisan rahim luar dari desidua yang

mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar

bersama dengan sisa cairan. Campuran darah dan desidua tersebut dinamakan lokea,

yang biasanya berwarna merah muda atau putih pucat.

 Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi

basal/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang cepat dari pada kondisi

asam yang ada pada vagina normal. Lokea mengalami perubahan karena proses

involusi.

     Pengeluaran lokea dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya.

a)      Lokhea rubra/merah

Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa post partum. Cairan yang

keluar berwarna merah karena terisi darah segar,  jaringan sisa-sisa plasenta, dinding

rahim, lemak bayi lanugo (rambut bayi ), dan mekonium.


b)      Lokhea sanguelenta

Lokhea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir, serta berlangsung dari hari ke-4

sampai hari ke-7 post partum.

c)      Lokhea serosa

Lokhea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit, dan

robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai ke-14.

d)     Lokhea alba

Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks, dan

serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu

post partum. (Sulistiyawati, 2009; h.76)

  

c.       Perubahan pada serviks

     Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Bentuk servik akan  menganga

seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh  korpus uteri yang dapat mengadakan

kontraksi sedangkan servik tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan

antara korpus dan servik uteri terbentuk semacam cincin. Warna servik merah

kehitam- hitaman karena penuh pembuluh darah.

d.      Perubahan Pada Vulva, Vagina dan Perinium

      Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang  sangat besar

selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8 minggu

postpartum. Penurunan hormon estrogen pada masa postpartum berperan dalam

penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Rugae akan terlihat kembali pada

sekitar minggu ke 4. (Ambarwati, dkk. 2009:h. 80)

      Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang

oleh tekanan kepala bayi bergerak maju. Pada postnatal hari ke-5, perineum sudah
mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada

keadaan sebelum melahirkan.

      Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat perineum

mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara spontan ataupun

dilakukan episiotomi dengan indikasi tertentu. Meskipun demikian, latihan otot

perineum dapat mengembalikan tonus tersebut dan dapat mengencangkan vagina

hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat dilakukan pada akhir puerpurium dengan latihan

harian.(Rukiyah, dkk.2011:62)

e.       Tanda- tanda vital

a)      Suhu badan

24 jam postpartum suhu badan ajan naik sekitar (37,5-38C)sebagai akibat kerja keras

waktu  melahirkan, dan kelelahan.

b)      Nadi

Denyut nadi normal orang dewasa adalah 60-80 x/menit. Sehabis melahirkan

biasanya denyut nadi akan lebih cepat.

c)      Tekanan darah

Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah melahirkan

karena ada pendarahan. Tekanan darah tinggi pada postpatrtum dapat menandakan

terjadinya preeklamsi postpartum.

d)     Pernapasan

Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila

suhu dan nadi tidak normal, pernapasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada

gangguan khusus pada saluran napas. (Dewi, dkk. 2013;h.59-60 )

f.       Sistem Endokrin
a)      Hormon plasenta (HCG) menurun dengan cepat setelah persalinan dan menetap

sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 postpartum dan sebagai omset pemenuhan

mamae pada hari ke-3 postpartum.

b)      Hormon pituitari akan meningkat dengan cepat.

c)      Kadar estrogen terjadi penurunan yang bermakna setelah persalinan sehingga

aktivitas prolaktin juga sedang meningkat dapat mempengaruhi kelenjar mamae

dalam menghasilkan ASI.

g.      Perubahan Sistem Muskulokeletal

     Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah persalinan. Pembuluh-pembuluh darah

yang berada diantara tanaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan

menghentikan perdarahan setelah plasenta lahir.

(Jannah,2011;h.74-75)

h.      Sistem hematologi

     Pada hari pertama postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun,

tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan

faktor pembekuan darah. Leukositas yang meningkat dimana jumlah sel darah putih

dapat mencapai 15.000 selama persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa  hari

pertama dari masa postpartum.

i.        Sistem pencernaan

     Pasca melahirkan, kadar progesteron juga mulai menurun. Namun demikian faal

usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk pulih kembali normal.


     Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan, antara

lain:

1)      Nafsu makan

Paska melahirkan biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan untuk

mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3-4 hari sebelum

faal usus kembali normal.

2)      Motilitas

Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu

yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesi dan anastesi bisa memperlambat

pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.

3)      Pengosongan usus

Pasca melahirkan ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan tonus otot

usus menurun selama proses persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan,

dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan lahir. Sistem pencernaan pada masa nifas

membutuhkan waktu untuk kembali normal. (Damayanti, dkk. 2011;h.59- 60)

j.        Sistem perkemihan

Diuresis postpartum normal terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan sebagai respon

terhadap penurunan estrogen. Kemungkinan  terdapat spasme sfingter dan edema

leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang

pubis selama persalinan.

Pasca melahirkan kadar steroid menurun sehingga menyebabkan penururnan fungsi

ginjal. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita

melahirkan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam

sesudah melahirkan. (Rukiyah, dkk. 2011:65)

k.      Kardiovaskuler
Pada persalinan pervaginam  kehilangan darah sekitar 300-400 cc. Perubahan terdiri

dari volume darah dan haemokonsentrasi. Pada persalinan pervaginam

haemokonsentrasi akan naik.

12.         Kebutuhan Dasar Ibu Nifas

a.       Mobilisasi

Ibu yang baru melahirkan mungkin enggan banyak bergerak karena merasa letih dan

sakit. Namun ibu harus dibantu turun dari tempat tidur dalam 24 jam pertama setelah

kelahiran pervaginam. Ambulasi dini sangat penting dalam mencegah trombosis

vena. Tujuan dari ambulasi dini adalah untuk membantu  menguatkan otot-otot perut

dan dengan demikian menghasilkan bentuk tubuh yang baik, mengencangkan otot

dasar panggul sehingga mencegah atau memperbaiki sirkulasi darah ke seluruh tubuh.

     Banyaknya keuntungan dari ambulasi dini dikonfirmasikan oleh sejumlah

penelitian yang terkontrol baik. Para wanita menyatakan bahwa mereka merasa lebih

baik dan lebih kuat setelah ambulasi awal. Komplikasi kandung kencing dan

konstipasi kurang sering terjadi. Yang penting, ambulasi dini juga menurunkan

banyak frekuensi trombosis dan emboli paru pada masa nifas.

Dianjurkan untuk melakukan mobilisasi dini setelah 2 jam postpartum. Perawatan

mobilisasi dini mempunyai keuntungan :

1)   Melancarkan pengeluaran lochea, mengurangi infeksi puerperium

2)   Mempercepat involusi alat kandungan

3)   Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan

4)   Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan

pengeluaran sisa metabolisme.

     Ambulasi dini adalah kebikjaksanan untuk secepat mungkin  membimbing

penderita keluar dari tempatnya tidurnya dan membimbingnya secepat mungkin


untuk berjalan. Pada persalinan normal sebaiknya ambulasi dilakukan setelah 2 jam

ibu boleh miring-miring ke kanan atau kekiri untuk mencegah terjadinya trombosit.

Keuntumgan lain dari ambulasi dini adalah sebagai berikut

1)      Ibu merasa lebih sehat dan kuat

2)      Faal usus dan kandung kemih lebih baik

3)      Kesempatan yang baik untuk mengajar ibu merawat/memelihara anaknya.

4)      Tidak menyebabkan pendarahan yang abnormal

5)      Tidak mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau luka perut.

6)      Tidak mmperbesar kemungkinan prolaps atau retroflexio.

(Dewi, dkk. 2013;h.72-73)

 Ambulasi dini tidak dibenarkan pada ibu post partum dengan penyulit, misalnya

anemia, penyakit jantung, penyakit paru-paru, demam dan sebagainya.

Penambahan kegiatan dengan ambulasi dini harus berangsur-angsur, jadi bukan

maksudnya ibu segera setelah bangun dibenarkan mencuci, memasak dan sebagainya.

(Saleha,2009; h.72)

b.      Nutrisi

Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan

metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan

meningkat 25%, karena berguna untuk proses kesembuhan karena sehabis melahirkan

dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi. Semua itu

akan meningkat 3 kali lipat dari kebutuhan biasa.

Makanan yang dikonsumsi berguna untuk melakukan aktivitas, metabolisme,

cadangan dalam tubuh, proses memproduksi ASI serta sebagai ASI itu sendiri  yang
akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan. (Ambarwati, dkk.

2009:h.97)

Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang, terutama kebutuhan

protein dan karbohidrat. (Dewi, dkk.2013; h.71)

Nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengruhi

susunan air susu.

     Ibu menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut.

1)   Mengkonsusi tambahan 500 kalori tiap hari.

2)   Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.

3)   Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya selama 40 hari

pasca peralinan.

4)   Minum kapsul viamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A kepada

bayinya melalui ASI.

c.       Eliminasi

Miksi

     Ibu diminta untuk BAK 6 jam post partum. Jika dalam 8 jam post partum belum

dapat berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100 cc, maka dilakukan

kateterisasi. Berikut sebab-sebab terjadinya kesulitan berkemih (retensio urine) pada

ibu postpartum.

1)      Berkurangnya tekanan intraabdominal

2)      Otot-otot perut masih lemah

3)      Edema uretra

4)      Dinding kandung kemih kurang sensitif

(Saleha,2009;h.73)                                   

     Ibu mampu BAK sendiri bila tidak, mka dilakukan tindakan berikut.

1)      Dirangsang dengan mengalirkan air


2)      Mengompres air hangat di atas simpisis

3)      Saat sith bath (berendam air hangat) klien disuruh BAK

     Bila tidak berhasil dengan cara di atas, maka dilakukan kateterisasi. Hal ini dapat

membuat klien tidak nyaman dan resiko infeksi saluran kemih tinggi. Oleh karena itu,

kateterisasi tidak dilakukan sebelum lewat 6 jam postpartum.

(Dewi, dkk. 2013; h.71)

d.      Defekasi

     Harus dilakukan 3 hari postpartum. Bila ada obstipsi dan timbul koprostase hingga

skibala (feses yang mengeras) tertimbun di rektum, mungkin akan terjadi febris. Bila

terjadi hal demikian dapat dilakukan klisma atau diberi laksan per os (melalui mulut).

Berikut adalah cara agar dapat BAB dengan teratur.

1)      Diet teratur

2)      Pemberian cairan yang banyak

3)      Ambulasi yang baik

(Dewi, dkk. 2013; h.71)

Jika klien pada hari ke 3 belum juga buang besar maka diberikan laksan supositoria

dan minum air hangat. Agar dapat buang air besar secara teratur dapat dilakukan

dengan diit teratur, pemberian cairan yang banyak, makanan cukup serat, olah raga.

(Ambarwati, dkk. 2009:h.106)

e.       Kebersihan diri

     Mengajaran ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.

Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah vulva terlebih dahulu dari

depan ke belakang anus. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air

sebelum dan sesudah membesihkan daerah kelaminnya.

f.       Istirahat
      Istirahat pada ibu selam nifas beristirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang

berlebihan. Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga biasa

perlaha-lahan serta untuk tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur.

      Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal: mengurangi jumlah

ASI yang diproduksi, memperlamabat proses involusi uterus dan memperbanyak

perdarahan, menyebabkan depresi, dan ketidak mampuan untuk merawat bayinya dan

dirinya sendiri.

(Rukiyah, dkk.2011; h.77-78) 

      Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan. Akan terasa lebih lelah bila

partus berlangsung agak lama. Seorang ibu baru akan cemas apakah ia mampu

merawat anaknya atau tidak setelah melahirkan. Hal ini mengakibatkan susah tidur,

alasan lainnya adalah terjadi gangguan pola tidur karena beban kerja bertambah, ibu

harus bangun malam untuk meneteki, atau mengganti popok yang sebelumnya tidak

pernah dilakukan (Dewi, dkk. 2011; h. 76).

Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat yang dibutuhkan ibu nifas sekitar

8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari (Damayanti, dkk. 2011; h.84).

g.      Seksual

      Apabila perdarahan telah berhenti dan episiotomi sudah sembuh maka coitus bisa

dilakukan pada 3-4 minggu postpartum. Hasrat seksual pada bulan pertama akan

berkurang baik kecepatannya maupun lamanya, juga orgasme akan menurun.

(Ambarwati, dkk. 2009:h.108)

Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti

dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri.

h.      Keluarga berencana

     Sebelum menggunakan metoge KB, hal- hal berikut sebaiknya dijelaskan dahulu

kepada ibu : bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan dan efektivitasnya,
kekurangannya, efek samping, bagaimana menggunakan metode itu, kapan metode

itu dapat mulai digunakan untuk wanita pasca salin yang menyusui.

i.        Senam hamil

     Senam nifas  diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul

kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya

menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung, jelaskan bahwa latihan

tertentu beberapa menit setiap hari sampai membantu. (Rukiyah, dkk.2011; h.79-81)

      Senam yang pertama paling baik paling aman untuk memperkuat dasar panggul

adalah senam kegel. Segera lakukan senam kegel pada hari pertama postpartum bila

memang memungkinkan. Meskipun kadang-kadang sulit untuk secara mudah

mengaktifkan otot-otot dasar panggul ini selama hari pertama atau kedua, anjurkan

agar ibu tersebut tetap mencobanya. Senam kegel akan membantu penyembuhan

postpartum dengan jalan membuat kontraksi dan pelepasan secara bergantian pada

otot-otot dasar panggul. Senam kegel mempunyai beberapa manfaat antara lain

membuat jahitan lebih merapat, mempercepat penyembuhan, meredakan hemoroid,

meningkatakan pengendalian atas urin. Caranya dengan berdiri dengan tungakai

dirapatkan. Kencangkan otot-otot pantat dan pinggul tahan sampai 5 hitungan.

Kendurkan dan ulangi lagi latiahan sebanyak 5 kali.

(Ambarwati, dkk. 2009:h. 109)

13.         Tanda-tanda bahaya masa nifas

     Jika ibu melihat hal-hal berikut ini atau memperhatikan bahwa ada seseuatu yang

tidak beres atau melihat salah satu dari hal-hal berikut ini, maka ibu tersebut akan

perlu menemui seseorang bidan dengan segera:


a.       Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba (melebihi biasa

atau jika perdarahan tersebut membasahi lebih dari 2 pembalut saniter dalam waktu

setengah jam)

b.      Pengeluaran cairan vagina dengan bau busuk yang keras.

c.       Rasa nyeri di perut bagian bawah atau punggung

d.      Sakit kepala yang terus-menerus, nyeri epigastrik, atau masalah penglihatan

e.       Pembengkakan pada wajah dan tangan

f.       Demam, muntah, rasa sakit sewaktu buang air seni, atau merasa tidak enak

badan

g.      Payudara yang memerah, panas dan atau sakit

h.      Kehilangan selera makan untuk waktu yang berkepanjangan

i.        Rasa sakit, warna merah, kelembutan dan atau pembengkakan pada kaki

j.        Merasa sangat sedih dan tidak mampu mengurus diri sendiri atau bayi

k.      Merasa sangat letih atau bernafas terengah-engah

(Rukiyah, dkk. 2011; h. 154)

Keadaan abnormal pada rahim

a.       Sub involusi uteri: proses involusi rahim tidak berjalan sebagaimana mestinya,

sehingga proses pengecilan rahim terhambat. Penyebab terjadinya sub involusi uteri

adalah terjadinya infeksi pada endometrium, terdapat sisa plasenta dan selaputnya,

terdapat bekuan darah, atau mioma uteri.

b.      Perdarahan masa nifas skunder : adalah perdarahan yang tedrjadi pada 24 jam

pertama. Penyebabnya adalah terjadinya infeksi pada endometrium, dan terdapat sisa

plasenta dan selaputnya.

c.       Flekmansia alab dolens: merupakan salah satu bentuk infeksi puerpuralis yang

mengenai pembuluh darah vena femoralis. Gejala kliniknya adalah, terjadi


pembengkakakn pada tungkai, berwarna putih, terasa sangat  nyeri, tampak

bendungan pembuluh darah, temperatur badan dapat meningkat.

Keadaan abnormal pada payudara

Beberapa keadaan abnormal yang mungkin terjadi adalah:

a.       Bendungan ASI: disebabkan oleh penyumbatan pada saluran ASI. Keluhan

mamae bengkak, keras dan terasa panas sampai suhu badan meningkat.

b.      Mastitis dan abses mamae: infeksi ini menimbulkan demam, nyeri lokal pada

mamae, pemadatan mamae dan terjadi perubahan warna kulit mamae.  (Rukiyah, dkk.

2011; h.156-157) 

14.         Deteksi Dini Komplikasi Pada Ibu Masa Nifas

Definisi perdarahan pervaginam 500 ml atau lebih, sesudah anak lahir atau setelah

kala 3. Kalau terjadi perdarahan, maka tinggi rahim akan bertabah naik, tekanan

darah menurun, dan denyut  nadi ibu menjadi cepat.

a.       Klasifikasi klinis

Perdarahan pasca persalinan primer yakni, perdarahan yang terjadi dalam 24 jam

pertama, penyebab : atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, dan robekam jalan

lahir.

Perdarahan pasca persalinan skunder, yakni perdarahan yang terjadi setelah 24 jam

pertama, penyebab : robekan jalan lahir dan sisa plasenta atau membran.

b.      Etiologi dan faktor predisposisi

1)      Atonia uteri(75%), atau uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah

dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta lahir).

2)      Robekan (laserasi, luka) jalan lahir atau robekan yang terjadi pada jalan lahir

bisa disebabkan oleh robekam spontan atau memang sengaja dilakukan episiotomi,

robekan jalan lahir dapat terjadi di tempat robekan serviks, perlukaan vagina, robekan

perinium.
3)      Retensio plasenta dan sisa plasenta (plasenta tertahan di dalam rahim baik

sebagian ataupun seluruhnya).

4)      Inversio uterus (uterus keluar dari rahim)

5)      Gangguan pembekuan darah (koagulasi)

Infeksi masa nifas

     Infeksi nifas merupakan masuknya bakteri pada traktus genetalia, terjadi  sesudah

melahirkan, kenaikan suhu hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24

jam pertama.

Macam-macam infeksi nifas,

a.       Infeksi perinium, vulva, vagina, dan serviks

b.      Endometrits

Peritonitis

     Pada peritonitis umum terjadi peningkatan suhu tubuh, nadi  cepat dan kecil, perut

kembung dan nyeri, dan ada musculaire. Muka yang semula kemerah-merahan

menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin.

Selulitis pelvik

     Selulitis pelvik ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi dalam nifas. Bila

suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai dengan rasa nyeri di kiri atau

kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, hal ini patut dicurigai terhadap

kemungkinan selulitis pelvik.

Salfingitis
     Gejala salfingitis tidak dapat dipisahkan dari pelvio peritonitis.penyebaran melalui

permukaan endometrium. Kadang-kadang jaringan infeksi menjalar  ke tubafalopi

dan ovarium disini terjadi salfingitis dan abfritis yang sukar dipisahkan  dari polvio

peritonitis.

Tromboflebitis

     Perluasan infeksi nifas yang mengikuti aliran darah di sepanjang vena dan cabang-

cabangnya.

(Rukiyah, dkk. 2011; h.116-121)

15.         Proses Adaptasi psikologisalam  Ibu Dalam Masa Nifas

     Adaptasi psikologis ibu adalah suatu penyusuaian diri yang sangat besar terhadap

jiwa dan kondisi tubuhnya setelah mengalami suatu stimulasi dan kegembiraan yang

luar biasa.

Fase –fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas antara lain:

a.    Taking ini

Fase ini berlangsung dari hari pertama sampai hari ke dua setelah melahirkan. Ibu

terfokus pada dirinya sendiri, sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya.

Ketidaknyamanan yang dialami diantara lain rasa mules, nyeri pada luka jahitan,

kurang tidur, dan kelelahan.

b.    Hari kedua Taking Hold

Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa khawatir akan

ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam perawatan bayinya. Perasaan ibu

lebih sensitif sehingga mudah tersinggung.

c.    Minggu pertama Letting Go  

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase ini

berlangsung 10 hari setelah melahirkan.(Damayanti, dkk. 2011; h 72)


B.       Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan

I.       Pengkajian

      Pengkajian merupakan langkah mengumpulkan semua data yang akurat dan

lengkap dari  semua  sumber yang berkaitan dengan kondisi klien secara

keseluruhan. Bidan dapat melakukan pengkajian dengan efektif, maka harus

menggunakan format pengkajian yang terstandar agar pertanyaan yang diajukan lebih

terarah dan relevan.

1)   Data subjektif

Data subjektif diperoleh dengan cara melakukan anamnesa. Anamnesa adalah

pengkajian dalam  rangka mendapatkan data pasien dengan cara mengajukan

pertanyaan-pertanyaan, baik secara langsung pada pasien ibu nifas maupun

kepada keluarga pasien. Bagian penting dari anamnesa adalah data subjektif pasien

ibu nifas yang meliputi: biodata/identitas pasien dan suami pasien; alasan masuk dan

keluhan; riwayat haid/menstruasi; riwayat perkawinan;

riwayat obstetri(riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu);

riwayatpersalinan sekarang; riwayat dan perencanan keluarga berencana;

riwayatkesehatan (kesehatan sekarang, kesehatan yang lalu,kesehatan keluarga); pola

kebiasaan (pola makan dan minum, pola eliminasi, pola aktifitas

dan istirahat,personal hygiene); data pengetahuan, psikososial, spiritual, budaya.

a)      Nama

Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru

dalam memberikan penanganan. (Ambarwati, dkk. 2009:h.131)

b)      Umur

Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun,

alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap. Sedangkan
umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas.

(Ambarwati, dkk. 2009:h.131)

c)      Agama

 Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan

pasien dalam berdoa.

  (Ambarwati, dkk. 2009:h.132)

d)     Pendidikan

 Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat

intelektualnya,sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan

pendidikannya. (Ambarwati, dkk. 2009:h.132)

e)      Suku/bangsa

 Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari. (Ambarwati, dkk.

2009:h.132)

f)       Pekerjaan

 Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena ini

juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut. (Ambarwati, dkk. 2009:h.132)

g)      Alamat

Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan. (Ambarwati,dkk.

2009:h.131)

1.      Keluhan utama

Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa nifas,

misalnya pasien merasa mules, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada

perinium. (Ambarwati, dkk. 2009:h.133)

2.      Riwayat kesehatan

a.       Riwayat kesehatan yang lalu


Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit

akut, kronis seperti jantung, DM, hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi pada

masa nifas ini.(Ambarwati, dkk. 2009:h.133)

b.      Riwayat kesehatan sekarang

Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya yang penyakit yang

diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas dan bayinya.

(Ambarwati, dkk. 2009:h.133)

c.       Riwayat kesehatan keluarga

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit

keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit

keluarga yang menyertainya. (Ambarwati, dkk. 2009:h.133)

3.      Riwayat perkawinan

Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah syah atau tidak, karena

bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya sehingga

akan mempengaruhi proses nifas. (Ambarwati, dkk. 2009:h.133)

4.      Riwayat obstetric

a.       Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu. Berapa kali ibu hamil,

apakah pernah abortus, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas

yang lalu.

b.      Riwayat persalinan sekarang

Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi meliputi PB,

BB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses

persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat

ini. (Ambarwati, dkk. 2009:h.133)

5.      Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa,

berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB

setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa. (Ambarwati, dkk. 2009:h.133)

6.      Kehidupan social budaya

Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat istiadat yang akan

menguntungkan atau merugikan pasien khususnya pada masa nifas misalnya pada

kebiasaan pantangan makan. (Ambarwati, dkk. 2009:h.133).

7.      Data psikososial

Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita mengalami

banyak mengalami perubahan emosi/psikologis selama masa nifas sementara ia harus

menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Cukup sering ibu menunjukkan depresi

ringan beberapa hari setelah kelahiran. Depresi tersebut sering disebut sebagai

postpartum blues sebagian besar merupakan perwujudan fenomena psikologis yang

dialami oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan bayinya. (Ambarwati, dkk.

2009:h.135)

8.      Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

a.       Nutrisi

Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis

makanan, makanan pantangan.

b.      Eliminasi

Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air   besar meliputi

frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasan buang air kecil meliputi

frekuensi dan warna.

c.       Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur, kebiasaan

sebelum tidur. Istirahat sangat penting bagi ibu nifas karena istirahat cukup dapat

mempercepat penyembuhan.

d.      Personal hygiene

Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh terutama pada

daerah genetalia, karena pada masa nifas masih mengeluarkan lokhea.

e.       Aktivitas

     Menggambarkan pola aktifitas pasien sehari-hari. Pada pola ini perlu dikaji

pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya. Mobilisasi sedini mungkin dapat

mempercepat proses pengembalian alat-alat reproduksi. Apakah ibu melakukan

ambulasi, seberapa sering, apakah kesulitan, dengan bantuan atau sendiri, apakah ibu

pusing ketika melakukan ambulasi. (Ambarwati, dkk. 2009:h.136-137)

2)   Data objektif

      Data ini di kumpulkan guna melengkapi data untuk menegakkan diagnosis. Bidan

melakukan pengkajian data objektif melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi,

perkusi dan pemeriksaan penunjang yang di lakukan secara berurutan.

(Sulityawati,2010)

      Menurut asri hidayat (2009) teknik pengumplan data ada tiga, yaitu: observasi,

wawancara, dan pemeriksaan. Observasi adalah data yang didapat melalui panca

indera : pengihatan (perilaku, tanda fisik, kecacatan, dan ekspresi wajah),

pendengaran (batuk, bunyi nafas), penciuman dan perabaan. Wawancara adalah

pembicaraan terarah yang umumnya dilakukan pada pertemuan tatap muka, dalam

wawancara yang terpenting adalah data yag ditanyakan diarahkan kedata yang

relevan. Pemeriksaan dilakukan dengan memakai instrument / alat pengukur.

Tujuannya untuk memastikan batas normal dimensi angka, irama dan kuantitas.
Secara garis besar data dikelompokan menjadi data subjektif dan data objektif.

( Mufdillah, 2009  h. 75-76)

a.        Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan yang dilakukan kepada pasien sebagai berikut:

1)   Keadaan umum

     Data ini dapat dengan mengamati keadaan pasien secara keseluruhan,hasil

pengamatan yang di laporkan kriterianya baik atau lemah.(Sulistyawati, 2010 h.226)

2)   Kesadaran

Untuk mendapatkan gambaran tentang ke sadaran pasien,kita dapat melakukan

pengkajian derajat kesadaran pasien dari keadaan compos mentis sampai dengan

koma. (Sulistyawati, 2010 h.226)

b.        Tanda-tanda vital

1)   Tekanan darah

Pada beberapa kasus di temukan keadaan hipertensi post partum, tetapi keadaan ini

akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada penyakit-penyakit lain yang

menyertainya dalam 2 bulan pengobatan. (Ambarwati, dkk. 2009 h.139)

2)   Nadi 

Berkisar antara 60- 80x/menit denyut nadi di atas 100x/menit pada masa nifas adalah

mengindikasikan adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa di akibatkan oleh

proses persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang berlebih. (Ambarwati, dkk.

2009 h.138)

3)   Suhu

Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam pertama pada masa nifas pada

umumnya di sebabkan oleh dehidrasi,yang di sebabkan oleh keluarnya cairan pada


waktu melahirkan,selain itu bisa juga di sebabkan karena istirahat dan tidur yang di

perpanjang selama awal persalinan. (Ambarwati, dkk. 2009 h.138)

4)   Pernafasan

Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal,yaitu sekitar 20-30 x/menit.

(Ambarwati, dkk. 2009 h.139)

c.         Pemeriksaan fisik

1)   Kepala                      

Organ tubuh yang perlu di kaji karena pada kepala terdapat organ-organ yang sangat

penting. Pengkajian di awali dengan inspeksi lalu palpasi. (Tambunan,2011 h.66) 

2)   Muka

Pada daerah muka di lihat kesimetrisan muka,apakah kulitnya normal,pucat. Ketidak

simetrisan muka menunjukkan adanya gangguan pada saraf ke tujuh (Nervus

Fasialis). (Tambunan,2011 h.66)

3)   Mata 

untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata,teknik yang di gunakan inspeksi dan

palpasi. (Tambunan, 2011 h.67)

4)   Telinga

Untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga/membrane

timpani, dan pendengaran. teknik yang di gunakan adalah inspeksi dan palpasi.

(Tambunan,2011 h.73)

5)   Hidung         

di kaji untuk mengetahui keadaan bentuk dan fungsi hidung,bagian dalam, lalu sinus-

sinus. (Tambunan,2011 h.79)

6)   Mulut

untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut (Tambunan,2011 h.81)

7)    Leher
Untuk mengetahui bentuk leher, serta organ- organ lain yang berkaitan. Teknik yang

di gunakan adalah inspeksi dan palpasi. (Tambunan,2011 h.83)

8)   Dada

Mengkaji kesehatan pernafasan (Tambunan,2011 h.86)

9)   Payudara

Umunya ASI keluar 2-3 hari setelah melahirkan. Namun dipayudara sudah terbentuk

kolostrum yang baik sekali untuk bayi, karena mengandung zat kaya gizi dan

antibiotik pembunuh kuman (Saleha,2009)

10)     Perut

Segera setelah persalinan, tinggi fundus uteri 2 cm dibawah pusat, 12 jam kemudian

kembali 1 cm diatas pusat menurun kira-kira 1 cm setiap hari. Pada hari kedua setelah

persalinan tinggi fundus uteri 1 cm dibawah pusat. Pada hari ke 3-4 tinggi fundus

uteri 2 cm dibawah pusat. Pada hari ke 5-7 tinggi fundus uteri setengah pusat

simpisis. Pada hari ke 10 tinggi fundus uteri tidak teraba

11)     Punggung  

Mengkaji  nyeri tekan, nyeri ketuk.

12)     Genetalia   

Mengkaji  kebersihan, pengeluaran, massa, bau.

( Ambarwati, dkk. 2009 )

II. Identifikasi Diagnosa, Masalah, dan Kebutuhan

          Pada langkah ke-dua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah

berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data

dasar tersebut kemudian diinterpretaskan sehingga dapat dirumuskan masalah dan

diagnose yang spesifik. Baik rumusan diagnosis maupun rumusan masalah keduanya

harus ditangani, meskipun masalah tidak bisa dikatakan sebagai diagnosis tetapi harus

mendapatkan penanganan (Suryani, 2008 h. 99)


a.    Diagnosa Kebidanan

Diagnosis dapat di tegakkan berkaitan dengan para,abortus,anak hidup,umur ibu,dan

keadaan nifas. (Ambarwati, dkk. 2009 h.141)

b.    Masalah

Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien. (Ambarwati, dkk. 2009

h.142)

c.     Mengidentifikasi kebutuhan

Yang memerlukan penanganan segera beberapa data demi menunjukan situasi

emergensi dimana kita perlu bertindak demi keselamatan klien. (Mufdillah, 2009  h.

75-76)

III. Antisipasi Masalah Potensial

          Pada langkah ke tiga ini mengidentifikasi masalah potensial berdasarkan

diagnose atau masalah yang sudah di identifikasi. Langkah ini membutuhkan

antisipasi bila memungkinkan di lakukan pencegahan. (Soepardan,2008 h.99)

IV. Tindakan Segera

          Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan.

Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau

untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang

lain sesuai kondisi pasien.

(Ambarwati, dkk. 2009: h.143)

V. Merencanakan asuhan

            Langkah-langkah ini di tentukan oleh sebelumnya yang merupakan lanjutan

dari masalah atau diagnose yang telah di identifikasi atau antisipasi. Rencana asuhan

yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau
dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman

antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang terjadi berikutnya. (Ambarwati, dkk.

2009; h.143)

VI.  Melaksanakan perencanaan

      Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pada klien dan

keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman.

(Ambarwati, dkk. 2009: h.145)

VII. Evaluasi

      Evaluasi dan asuhan kebidanan di perlukan untuk mengetahui keberhasilan yang

di berikan. Evaluasi keefektifan asuhan yang di berikan apakah tindakan yang di

berikan sudah sesuai dengan perencanaan. Rencana tersebut dapat di anggap efektif

jika benar efektif dalam pelaksanaannya. Evaluasi dapat di lakukan saat ibu

melakukan kunjungan ulang. Saat itu bidan dapat melakukan penilaian keberhasilan

asuhan.

Langkah ini dilakukan untuk menilai keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan.

Rencana asuhan dapat dianggap efektif jika memang benar efektif pelaksanaanya

(Varney.2006 ;h.28)

J.        Landasan Hukum  Kewenangan Bidan

     Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor

1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan,

kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:

1        Kewenangan normal:

a.       Pelayanan kesehatan ibu

b.      Pelayanan kesehatan anak


c.       Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana

2        Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah

3        Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki

dokter Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh bidan.

Kewenangan ini meliputi:

a.       Pelayanan kesehatan ibu

1)      Ruang lingkup:

a)      Pelayanan konseling pada masa pra hamil

b)      Pelayanan antenatal pada kehamilan normal

c)      Pelayanan persalinan normal

d)     Pelayanan ibu nifas normal

e)      Pelayanan ibu menyusui

f)       Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan

2)      Kewenangan:

a)              Episiotomi

b)             Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II

c)              Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan

d)            Pemberian tablet Fe pada ibu hamil

e)              Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas

f)               Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi air susu ibu

(ASI) eksklusif

g)             Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum

h)             Penyuluhan dan konseling

i)                 Bimbingan pada kelompok ibu hamil

j)                 Pemberian surat keterangan kematian

k)             Pemberian surat keterangan cuti bersalin

b.      Pelayanan kesehatan anak


1)          Ruang lingkup:

a)      Pelayanan bayi baru lahir

b)      Pelayanan bayi

c)      Pelayanan anak balita

d)     Pelayanan anak pra sekolah

2)          Kewenangan:

Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi,

inisiasi menyusu dini (IMD), injeksi vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada

masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat

a)      Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk

b)      Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan

c)      Pemberian imunisasi rutin sesuai program Pemerintah

d)     Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah

e)      Pemberian konseling dan penyuluhan

f)       Pemberian surat keterangan kelahiran

g)      Pemberian surat keterangan kematian.

3)          Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana, dengan

kewenangan:

a)      Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan

keluarga berencana

b)      Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom

Selain kewenangan normal sebagaimana tersebut di atas, khusus bagi bidan yang

menjalankan program Pemerintah mendapat kewenangan tambahan untuk melakukan

pelayanan kesehatan yang meliputi:

1.    Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan

memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit


2.    Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis tertentu

(dilakukan di bawah supervisi dokter)

3.    Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan

4.    Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak,

anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan

5.    Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak

sekolah

6.    Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas

7.    Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan terhadap

Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom, dan penyakit lainnya

8.    Pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya

(NAPZA) melalui informasi dan edukasi

9.    Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program Pemerintah

Khusus untuk pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, asuhan antenatal terintegrasi,

penanganan bayi dan anak balita sakit, dan pelaksanaan deteksi dini, merujuk, dan

memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) dan penyakit

lainnya, serta pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif

lainnya (NAPZA), hanya dapat dilakukan oleh bidan yang telah mendapat pelatihan

untuk pelayanan tersebut

     Selain itu, khusus di daerah (kecamatan atau kelurahan/desa) yang belum ada

dokter, bidan juga diberikan kewenangan sementara untuk memberikan pelayanan

kesehatan di luar kewenangan normal, dengan syarat telah ditetapkan oleh Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kewenangan bidan untuk memberikan pelayanan

kesehatan di luar kewenangan normal tersebut berakhir dan tidak berlaku lagi jika di

daerah tersebut sudah terdapat tenaga dokter.

(http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/archives/171).
nandnnbcyhegf

Diposkan oleh nyoman dewi asih akbid adila di 21.46 Tidak ada komentar: 

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan

ke Pinterest

Posting LamaBeranda

Langganan: Entri (Atom)

ARSIP BLOG

 ▼  2013 (5)

o ▼  Juni (5)

 BAB I

 BAB III

 matriks

 BAB IV

 BAB V

MENGENAI SAYA

nyoman dewi asih akbid adila 

aq akan memperlakukan orang seperti orang itu memperlakukan aku

Lihat profil lengkapku

Template Picture Window. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai