Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA KASUS PATOLOGI DAN KOMPLIKASI


PADA NY.A G4P2A1 USIA KEHAMILAN 39 MINGGU DENGAN
KETUBAN PECAH DINI DAN GAWAT JANIN DI RUANG
BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI
TAHUN 2022

Dosen Pembimbing :
Yuli Suryanti, M.Keb

Disusun Oleh :
MONICA DELSANTYA
PO.71242210036

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN


POLTEKKES KEMENKES JAMBI
TAHUN 2022

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehamilan air ketuban merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi
kehidupan janin dalam kandungan. Kekurangan atau pun kelebihan air ketuban sangat
mempengaruhi keadaan janin. Oleh karena itu penting mengetahui keadaan air ketuban
selama kehamilan demi keselamatan janin.
Namun dalam kehamilan kadang kala terjadi pecah ketuban sebelum waktunya atau
yang sering disebut dengan ketuban pecah dini. Ketuban pecah dini merupakan masalah
penting dalam obstetri berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi
sampai sepsis yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan
infeksi ibu.
Menurut World Health Organization (WHO) diperkirakan di seluruh dunia terdapat
sekitar 289.000 wanita meninggal dunia akibat masalah persalinan setiap tahunnya. Dari
jumlah tersebut banyak terjadi di daerah negara berkembang. Di Indonesia sesuai target
nasional menurut MDGs yaitu menurunkan angka kematian ibu (AKI) sebesar ¾ dari
angka kematian ibu pada tahun 1991 (390 per 100.000) selanjutnya ditargetkan pada tahun
2015 menjadi 102 per 100.000 (Bappenas, 2012). Namun dalam kenyataannya pada tahun
2013 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih berkisar 359 per 100.000 (Infodatin,
2013)
Angka Kematian Ibu di Provinsi Jambi AKI menurun dari 390/100.000 kelahiran
hidupmenjadi 359/100.000 kelahiran hidup tahun 2012. Data tersebut berdasarkan data
nasional di Indonesia. Namun penurunan AKI tersebut belum mencapai target Millenium
Development Goals (MDGs) pada tahun 2015 yakni sebesar 102/100.000 kelahiran
hidup.Sementara itu di Jambi AKI menurun, di tahun 2016 AKI mencapai 59 kasus,
sedangkan ditahun triwulan II 2018 AKI mencapai 20 kasus. Dijelaskan bahwa kabupaten
yang banyak menyumbang AKI adalah Kabupaten Merangin (http: Tribun Jambi.com dan
RRI.jambi.co.id diakses pada tanggal 20Mei 2019 pukul 20.30 wib).
Menurut Jurnal Surya Medika Volume 3 No. 2 (2018) hasil variabel yang
berhubungan dengan KPD adalah umur ibu berisiko akan mengalami peningkatan
kejadian KPD 1,9 kali (OR= 1,917), paritas ibu berpengaruh signifikan terhadap kejadian
KPD primpara 1,5 kali lebih tinggi mengalami KPD dibandingkan dengan multipara
(OR=1,5), umur kehamilan prematur meningkatkan kejadian KPD 10,8 kali lebih tinggi
2
dibandingkan kehamilan aterm (OR=10,887) , BB bayi lahir normal menyebabkan KPD
5,7 kali lebih tinggi dibandingkan BBLR (OR=5,758), gemelli/ kembar menjadi penyebab
KPD 6,8 kali lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang tunggal (OR=6,845) dan metode
persalinan pada ibu dengan KPD 1,2 kali lebih tinggi diberlakukan persalinan SC
dibandingkan persalinan normal. Dan variabel yang tidak berhubungan dengan KPD
adalah pekerjaan ibu.
Upaya pemerintah dalam mencegah kejadian ketuban pecah dini adalah pemerintah
membuat program Antenatal Care dimana program ini bermanfaat untuk mendeteksi
masalah atau penyulit pada ibu hamil lebih dini, sehingga dapat mengurangi resiko yang
mungkin akan terjadi serta mencegah hal-hal yang mungkin akan menjadi masalah dalam
kehamilan yang berdampak pada proses persalinan. Program ini juga mengupayakan ibu
dan bayi lahir selamat secara normal serta meminimalisir adanya intervensi yang dapat
menimbulkan trauma. Dimana jadwal untuk pemeriksaan Antenatal Care sendiri minimal
4 kali selama kehamilan.(dikutip dari aladokter.com pada tanggal 20 Mei 2019 pukul
20.07 Wib)
Tingkat ataupun cakupan keberhasilan Antenatal Care itu sendiri pada tahun 2012
mengalami penurunan sebanyak 79,5%. Hal ini mengalami kesenjangan dari target yang
ditetapkan oleh Dinas Kesehatan di Indonesia di tahun 2012 seharusnya 92%. Rendahnya
cakupan ini terkait dengan faktor-faktor seperti tingkat pengetahuan, sikap, status
ekonomi, dukungan dari keluarga dan akses terhadap tempat pelayanan kesehatan.
Hal ini lah yang menyabakan kenapa di Indonesia selalu saja kita temui masalah
ataupun penyulit salah satunya adalah Ketuban pecah dini.
Menurut hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka
kematian ibu di Indonesia sebesar 307 per 1000 kelahiran hidup atau setiap jam terdapat 2
orang ibu bersalin meninggal karena berbagai sebab. Salah satu penyebab langsung
kematian ibu adalah karena infeksi sebesar 20-25% dalam 100.000 kelahiran hidup dan
KPD merupakan penyebab paling sering menimbulkan infeksi pada saat mendekati
persalinan.3 Prevalensi KPD berkisar antara 3-18 % dari seluruh kehamilan. Saat
kehamilan aterm, 8-10 % wanita mengalami KPD dan 30-40 % dari kasus KPD
merupakan kehamilan preterm atau sekitar 1,7% dari seluruh kehamilan. KPD diduga
dapat berulang pada kehamilan berikutnya. Hal ini juga berkaitan dengan meningkatnya
risiko morbiditas pada ibu maupun janin.
Oleh sebab itu, klinisi yang mengawasi pasien harus memiliki pengetahuan yang baik
mengenai anatomi dan struktur membran fetal, serta memahami patogenesis terjadinya
3
ketuban pecah dini, sehingga mampu menegakkan diagnosis ketuban pecah dini secara
tepat dan memberikan terapi secara akurat.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Kebidanan Patologi dengan manajemen 7 langkah Varney
pada Ny. A G4P2A1 usia kehamilan 39 minggu dengan ketuban pecah dini dan gawat
janin di Ruang Bersalin Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi ?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk memberikan gambaran asuhan kebidanan pada kasus patologi pada Ny. A
G4P2A1 Usia Kehamilan 39 minggu dengan ketuban pecah dini dan gawat janin di
Ruang Bersalin Puskemas Putri Ayu Kota Jambi dengan menggunakan pendekatan
manajemen kebidanan dengan 7 langkah Varney.
2. Tujuan Khusus
1) Diketahuinya pengkajian datapada Ny. A G4P2A1 Usia Kehamilan 39 dengan
ketuban pecah dini dan gawat janin minggu di Ruang Puskesmas Putri Ayu Kota
Jambi.
2) Diketahuinya interpretasi data pada Ny. A G4P2A1 Usia Kehamilan 39 dengan
ketuban pecah dini dan gawat janinminggu di Ruang Bersalin Puskesmas Putri Ayu
Kota Jambi
3) Diketahuinya cara mengidentifikasi diagnosa pada Ny. A G4P2A1 Usia Kehamilan
39 minggu dengan ketuban pecah dini dan gawat janindi Ruang Bersalin Puskesmas
Putri Ayu Kota Jambi
4) Diketahuinya tindakan segera pada Ny. A G4P2A1 Usia Kehamilan 39
minggudengan ketuban pecah dini dan gawat janin di Ruang Bersalin Puskesmas
Putri Ayu Kota Jambi.
5) Diketahuinya perencanaan tindakan pada Ny. A G4P2A1 Usia Kehamilan 39
minggu dengan ketuban pecah dini dan gawat janin di Ruang Bersalin Puskesmas
Putri Ayu Kota Jambi
6) Diketahuinya pelaksanaan tindakan pada Ny. A G4P2A1 Usia Kehamilan 39
minggu dengan ketuban pecah dini dan gawat janin di Ruang Bersalin Puskesmas
Putri Ayu Kota Jambi

4
7) Diketahuinya evaluasi pada Ny. A G4P2A1 Usia Kehamilan 39 minggu dengan
ketuban pecah dini dan gawat janin di Ruang Bersalin Puskesmas Putri Ayu Kota
Jambi.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan serta
bahan referensi bacaan bagi mahasiswa Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi.
2. Bagi Penulis
Bagi penulis sendiri untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam
menerapkan ilmu yang di peroleh selama perkuliahan.
3. Bagi Lahan
Hasil laporan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi petugas di Puskesmas Putri Ayu.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori Klinis


1. Konsep Dasar Tentang Persalinan
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari
uterus ibu, yang terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setalah 37 minggu) tanpa
disertai penyulit yang di mulai sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan
perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhirnya dengan lahirnya
plasenta secara lengkap. (Winkjosastro, H. 2008)
Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil
konsepsi yang dimulai dengan kontraksi persalinan sejati yang ditandai dengan
perubahan progresif pada serviks dan diakhiri dengan pelahiran plasenta. (Varney, H.
2008:672)
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir, dengan
bantuan atau tanpa bantuan. (Manuaba, 2010:164)
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari
uterus ibu. Persalinan di anggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan
cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai penyulit. (JNPK, 2013:37)
a. Persalinan Kala I

Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai
pembukaan lengkap. Pada permulaan His, kala pembukaan berlangsung tidak
begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lama nya kala I untuk
primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam.
Berdasarkan kurva Friedman, diperhitungkan pembukaan primigravida 1cm/jam
dan pembukaan multigravida 2cm/jam ( Manuaba, 2010:173)
Tanda dan gejala kala I yaitu penipisan dan pembukaan serviks, kontraksi
uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks ( frekuensi minimal 2 kali
dalam 10 menit), keluar lendir bercampur darah melalui vagina. (JNPK, 2013:37-
38).

6
Kala 1 persalinan terdiri dari dua fase yaitu fase laten dan fase aktif. Fase laten
dimana dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan
serviks secara bertahap, berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4cm, serta
pada umumnya fase laten berlangsung hampir 7 atau hingga 8 jam.
Kala I fase aktif adalah saat ketika serviks mengalami dilatasi yang lebih cepat. Saat
ini dimulai ketika serviks berdilatasi 3-4cm dan,jika terdapat kontraksi ritmik, kala satu
aktif ini akan selesai jika serviks sudah mengalami dilatasi penuh yaitu 10 cm.
Fase aktif dibagi tiga fase yaitu fase akselerasi (dalam waktu 2 jam pembukaan 3
menjadi 4cm), fase dilatasi maksimal (dalam waktu 2 jam pembukaan berlansung
sangat cepat dari 4cm menjadi 9cm), dan fase decelarasi (pembukaan menjadi lambat
kembali dalam waktu 2 jam pembukaan 10 cm atau menjadi lengkap).
Fase-fase tersebut di jumpai pada primigravida. Pada multigravida pun terjadi
demikian, akan tetapi fase laten, fase aktif dan fase deselerasi terjadi lebih pendek
(Sukarni, 2013:213).
Penatalaksanaan Kala I yaitu agar hasil akhir kehamilan optimal maka perlu dibuat
suatu program yang jelas yang memungkinkan pengawasan terus menerus terhadap
kesejahteraan baik ibu maupun janinnya selama persalinan. Pemeriksaan tanda-tanda
vital, pemeriksaan dalam ( pembukaan, perlunakan serviks, ketuban dan penurunan),
frekuensi dan durasi kontraksi uterus (his), serta DJJ merupakan hal yang perlu
diperhatikan.

B. Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini


1. Pengertian Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan mulai dan ditunggu satu jam sebelum terjadi in partu.(Manuaba.2008)

Ketuban pecah dini adalah ketuban pecah sebelum ada tanda- tanda persalinan,
tanpa memperhatikan usia gestasi dan dapat terjadi kapan saja dari 1-12 jam atau
lebih.(Varney, H. 2007)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan
atau sebelum in partu, pada pembukaan < 4 cm (fase laten) yang dapat terjadi pada
akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan.(Nugroho,T. 2010)
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh

7
sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan
37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam
sebelum waktunya melahirkan.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan setelah ditunggu satu jam belum memulainya tanda persalinan(ilmu
kebidanan,penyakit kandungan, dan KB 2010)
Ketuban merupakan hal yang penting dalam kehamilan karena ketuban
memiliki fungsi seperti:Untuk proteksi janin, Untuk mencegah perlengketan janin
dengan amnion, Agar janin dapat bergerak dengan bebas, Regulasi terhadap panas
dan perubahan suhu, Mungkin untuk menambah suplai cairan janin, dengan cara
ditelan atau diminum yang kemudian dikeluarkan melalui kencing janin dan
Meratakan tekanan intra – uterin dan membersihkan jalan lahir bila ketuban pecah.
2. Klasifikasi Ketuban Pecah Dini
a. KPD Preterm

KPD preterm adalah saat umur kehamilan ibu antara 34 minggu sampai
kurang 37 minggu. Definisi preterm bervariasi pada berbagai kepustakaan,
namun yang paling diterima dan tersering digunakan adalah persalinan kurang
dari 37 minggu. (Varney, 2008)
Ketuban pecah dini adalah keadan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum
waktunya melahirkan.(Sarwono, 2010)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan KPD preterm adalah pecahnya
ketuban yang terbukti dengan vaginal pooling pada usia kehamilan kurang dari
37 minggu.
b. KPD pada Kehamilan Aterm

Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput sebelum terdapat tanda-tanda


persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu terjadi pada
pembukaan< 4 cm yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau
kurang waktu.(Winkjosastro, 2011)
Ketuban pecah dini adalah keadan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum
waktunya melahirkan.(Sarwono, 2010)

8
Dari beberapa devinisi diatas dapat disimpulkan ketuban pecah dini atau
premature rupture of membranes (PROM) adalah keadan pecahnya selaput
ketuban sebelum persalinan pada usia kehamilan >37 minggu.
3. Etiologi Ketuban Pecah Dini (Saifuddin, A.B. 2010)

Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan


membran atau meningkatnya tekanan intrauterin. Berkurangnya kekuatan
membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan
serviks. Selain itu ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversi obstetri.
Secara teoritis pecahnya selaput ketuban disebabkan oleh hilangnya
elastisitas yang terjadi pada daerah tepi robekan selaput ketuban dengan
perubahan yang besar. Hilangnya elastisitas selaput ketuban ini sangat erat
kaitannya dengan jaringan kolagen, yang dapat terjadi karena penipisan oleh
infeksi atau rendahnya kadar kolagen. Kolagen pada selaput terdapat pada amnion
di daerah lapisan kompakta, fibroblas serta pada korion di daerah lapisan retikuler
atau trofoblas, dimana sebagaian bear jaringan kolagen terdapat pada lapisan
penunjang (dari epitel amnion sampai dengan epitel basal korion). Sintesis
maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi
intrleukin-1 dan prostaglandin. Adanya infeksi dan inflamasi menyebabkan
bakteri penyebab infeksi mengeluarkan enzim protease dan mediator inflamasi
interleukin-1 dan prostaglandin. Mediator ini menghasilkan kolagenase jaringan
sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada selaput korion/amnion menyebabkan
selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan. Selain itu mediator terebut
membuat uterus berkontraksi sehingga membran mudah ruptur akibat tarikan saat
uterus berkontraksi.
Sampai saat ini penyebab KPD belum diketahui secara pasti, tetapi
ditemukan beberapa faktor predisposisi yang berperan pada terjadinya ketuban
pecah dini, antara lain:
a) Infeksi
Adanya infeksi pada selaput ketuban (korioamnionitis lokal) sudah
cukup untuk melemahkan selaput ketuban di tempat tersebut. Bila terdapat
bakteri patogen di dalam vagina maka frekuensi amnionitis, endometritis,
infeksi neonatal akan meningkat 10 kali. Ketuban pecah dini sebelum
kehamilan preterm sering diakibatkan oleh adanya infeksi. Beberapa

9
penelitian menunjukkan bahwa bakteri yang terikat pada membran
melepaskan substrat seperti protease yang menyebabkan melemahnya
membran. Penelitian terakhir menyebutkan bahwa matriks metalloproteinase
merupakan enzim spesifik yang terlibat dalam pecahnya ketuban oleh karena
infeksi.
b) Defisiensi vitamin C
Vitamin C diperlukan untuk pembentukan dan pemeliharaan jaringan
kolagen. Selaput ketuban (yang dibentuk oleh jaringan kolagen) akan
mempunyai elastisitas yang berbeda tergantung kadar vitamin C dalam darah
ibu.
c) Faktor selaput ketuban
Pecahnya ketuban dapat terjadi akibat peregangan uterus yang
berlebihan atau terjadi peningkatan tekanan yang mendadak di dalam kavum
amnion, di samping juga ada kelainan selaput ketuban itu sendiri. Hal ini
terjadi seperti pada sindroma Ehlers- Danlos, dimana terjadi gangguan pada
jaringan ikat oleh karena defek pada sintesa dan struktur kolagen dengan
gejala berupa hiperelastisitas pada kulit dan sendi, termasuk pada selaput
ketuban yang komponen utamanya adalah kolagen. Dimana 72% penderita
dengan sindroma Ehlers-Danlos ini akan mengalami persalinan preterm
setelah sebelumnya mengalami ketuban pecah dini preterm.
d) Faktor umur dan paritas
Semakin tinggi paritas ibu akan makin mudah terjadi infeksi cairan
amnion akibat rusaknya struktur serviks akibat persalinan sebelumnya
e) Faktor tingkat sosio-ekonomi
Sosio-ekonomi yang rendah, status gizi yang kurang akan meningkatkan
insiden KPD, lebih-lebih disertai dengan jumlah persalinan yang banyak, serta
jarak kelahiran yang dekat.
f) Faktor-faktor lain
Inkompetensi serviks atau serviks yang terbuka akan menyebabkan
pecahnya selaput ketuban lebih awal karena mendapat tekanan yang langsung
dari kavum uteri. Beberapa prosedur pemeriksaan, seperti amniosintesis dapat
meningkatkan risiko terjadinya ketuban pecah dini. Pada perokok, secara tidak
langsung dapat menyebabkan ketuban pecah dini terutama pada kehamilan
prematur. Kelainan letak dan kesempitan panggul lebih sering disertai dengan
10
KPD, namun mekanismenya belum diketahui dengan pasti. Faktor-faktor lain,
seperti : hidramnion, gamelli, koitus, perdarahan antepartum, bakteriuria, pH
vagina di atas 4,5, stres psikologis, serta flora vagina abnormal akan
mempermudah terjadinya ketuban pecah dini.
4. Diagnosa Ketuban Pecah Dini (Sujiyatini. 2009)

Menegakkan diagnosa Ketuban Pecah Dini secara tepat sangat penting.


karena diagnosa yang positif palsu berarti melakukan intervensi seperti
melahirkan bayi terlalu awal atau melakukan seksio yang sebetulnya tidak ada
indikasinya. Sebaliknya diagnosa yang negative palsu berarti akan
membiarkan ibu dan janin mempunyai resiko infeksi yang akan mengancam
kehidupan janin, ibu atau keduanya. Oleh karena itu, di perlukan diagnosa
yang cepat dan tepat.
5. Tanda Dan Gejala

Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui


vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, Cairan
ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran.
Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah
biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara.
Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
6. Pengaruh Ketuban Pecah Dini
a. Terhadap Janin

Walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala infeksi tetapi janin


mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterin lebih dahulu
terjadi (amnionitis,vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi
akan meninggikan mortalitas dan morbiditas perinatal.
b. Terhadap Ibu

Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal,


apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai
infeksi puerpuralis atau nifas, peritonitis dan septikemia, serta dry-labor.
Ibu akan merasa lelah karena terbaring di tempat tidur, partus akan

11
menjadi lama, maka suhu badan naik, nadi cepat dan nampaklah gejala-
gejala infeksi lainnya.
7. Komplikasi Ketuban Pecah Dini

Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung


pada usia kehamilan. Dapat terjadi Infeksi Maternal ataupun neonatal,
persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas
janin, meningkatnya insiden SC, atau gagalnya persalinan normal.
a. Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini.
Pada ibu terjadi Korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia,
pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum
janin terinfeksi. Pada ketuban Pecah Dini premature, infeksi lebih
sering dari pada aterm. Secara umum insiden infeksi pada KPD
meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.
b. Hipoksia dan asfiksia

Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali


pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara
terjadinya gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit
air ketuban, janin semakin gawat
c. Syndrom deformitas janin
Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan
pertumbuhan janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka
dan anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonal.
8. Patofisiologi Ketuban Pecah Dini (Sujiyatini. 2009)

Mekanisme terjadinya Ketuban Pecah Dini yaitu :


a. Terjadinya pembukaan premature serviks
b. Membrane terkait dengan pembukaan terjadi :Devaskularisasi,
Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan, Jaringan ikat yang
menyanggah membrane ketuban makin berkurang serta melemahnya
daya tahan ketuban di percepat dengan infeksi yang mengeluarkan
enzim proteolitik dan enzim kolagenase. (Manuaba. 2008)

12
9. Penanganan Ketuban Pecah Dini (Saifuddin, A.B. 2010)
a. Konservatif
a) Rawat di rumah sakit dengan tirah baring.
b) Berikan antibiotic (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tidak tahan
ampisilin dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari).
c) Jika umur kehamilan < 32-34 minggu, di rawat selama air ketuban masih
keluar atau sampai air ketuban tidak lagi keluar.
d) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu tidak ada infeksi, tes busa
negative berikan dexametason, observasi tanda-tanda infeksi dan
kesejahteraan janin. Terminasi pada umur kehamilan 37 minggu.
e) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan
tokolitik (salbutamol), dexametason, dan induksi sesudah 24 jam.
f) Jika usia kehamilan 32-37 minggu ada infeksi, beri antibiotic dan lakukan
induksi, nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra
uterine).
g) Pada usia kehamilan 32-37 minggu berikan steroid untuk memacu kematangan
paru janin, dan bila memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin
tiap minggu. Dosis betametason 12 minggu sehari dosis tunggal selama 2 hari,
dexametason I.M 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
b. Aktif
a. Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal seksio sesarea
dapat pula di berikan misoprostol 25-50 mg intravaginal tiap 6 jam maksimal
4 kali.
b. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan persalinan
diakhiri jika :
a) Bila skor pelvic < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika
tidak berhasil akhiri persalinan dengan seksio sesarea.
b) Bila skor pelvic > 5, induksi persalinan.

C. Konsep Dasar Gawat Janin


a) Pengertian Gawat Janin
Gawat janin terjadi bila janin tidak menerima cukup oksigen, sehingga
mengalami hipoksia. Situasi ini dapat terjadi kronik (dalam jangka waktu lama),
atau akut selama persalinan menunjukkan hipoksia (kurang oksigen) pada janin.
13
Tanpa oksigen yang adekuat. Pengendalian frekuensi KETUBAN PECAH < 100
x/ menit) yang bila tidak diperbaiki akan menimbulkan dekompresi respon
fisiologis dan menyebabkan kerusakan permanen SSP dan organ lain serta
kematian.
b) Etiologi
Penyebab gawat janin yaitu terdiri dari berbagai hal baik dari faktor ibu
maupun faktor janin sehingga memicu terjadinya gawat janin. Berikut ini adalah
etiologi gawat janin:
a) Insufisiensi uteroplasenter akut Insufisiensi uteroplasenter akut adalah
kurangnya aliran darah uterus plasenta dalam waktu singkat. Hal tersebut
biasanya akibat aktivitas uterus yang berlebihan, hiperkronik uterus, dapat
dihubungkan dengan pemberian oksitosin; hipotensi ibu, dan kompresi vena
cava pada posisi terlentang, perdarahan ibu, solusio plasenta dan plasenta
previa.
b) Insufisiensi uteroplasenter kronik Insufisiensi uteroplasenter kronik adalah
kurangnya aliran darah uterus plasenta dalam waktu lama berupa penyakit
hipertensi. Pada hipertensi khususnya preeklamsi dan eklamsi terjadi
pasovasme yang merupakan akibat dari kegagalan infasi propoblas kedalam
lapisan otot pembuluh darah sehingga pembuluh darah mengalami kerusakan
dan menyebabkan aliran darah ke plasenta menjadi terhambat dan
meninbulkan hipoksia pada janin yang akan menjadikan gawat janin.
c) Diabetes militus Pada ibu yang menderita DM maka kemungkinan pada bayi
akan mengalami hipoglikemia karena pada ibu yang diabetes mengalami
toleransi glukosa terganggu, dan sering kali disertai hipoksia.
d) Akibat lainnya adalah isoimunisasi Rh, posmaturitas atau dismaturitas,
kompresi (penekanan tali pusat) (Rukiyah dan Yulianti, 2010 :276- 277).
c) Diagnosis
Diagnosis gawat janin saat persalinan didasarkan pada denyut jantung janin
yang abnormal. Diagnosis lebih pasti jika disertai air ketuban hijau dan
kental/sedikit.
a) Adapun denyut jantung janin (DJJ) normal.
1) DJJ normal, dapat melambat sewaktu his, dan segera kembali normal
setelah relaksasi.

14
2) DJJ lambat (kurang dari 100/menit, saat tidak ada his, menunjukkan
adanya gawat janin).
3) DJJ cepat (lebih dari 180/menit yang disertai takikardi ibu, dapat karena
ibu demam, efek obat, hipertensi atau amnionitis. Jika denyut jantung ibu
normal, denyut jantung janin yang cepat sebaiknya dianggap sebagai tanda
gawat janin (Nugroho, 2012 :177-178)
b) Mekonium
Mekoniaum adalah kotoran atau feses yang dihasilkan bayi selama di
dalam rahim. Adanya mekonium pada cairan ketuban lebih sering terlihat saat
janin mencapai maturitas dan dengan sendirinya bukan merupakan tanda-tanda
gawat janin. Sedikit mekonium tanpa di barengi dengan kelainan ada denyut
jantung janin merupakan suatu peringatan untuk pengawasan lebih lanjut.
Mekonium kental merupakan tanda pengeluaran mekonium pada cairan
amniom yang berkurang dan merupakan indikasi terlihat persalinan dan
merupakan indikasi perlunya persalinan yang lebih cepat dan penanganan
mekonium pada saluran nafas atas neonatus untuk mencegah aspirasi
mekonium. Pada persentasi sungsang, mekonium dikeluarkan pada saat
persalinan akibat kompresi abdomen janin pada persalinan. Hal ini bukan
merupakan tanda kegawatan kecuali jika hal ini terjadi pada awal persalinan
(Rukiyah dan Yulianti, 2010).
d) Penatalaksanaan
a. Umum
Secara umum dapat diberikan penanganan seperti : pasien dibaringkan miring
ke kiri, berikan oksigen, dan hentikan infus oksitosin (jika sedang diberikan).
b. Khusus Jika DJJ diketahui tidak normal, dengan atau tanpa kontaminasi
mekonium pada cairan amnion, lakukan hal seperti berikut:
1) Jika sebab dari ibu diketahui (seperti demam, obat-obatan) mulailah
penanganan yang sesuai.
2) Jika sebab dari ibu tidak diketahui dan DJJ tetap abnormal sepanjang paling
sedikit kontraksi lakukan pemeriksaan dalam untuk mencari penyebab
gawat janin: Jika terdapat perdarahan dengan nyeri yang hilang timbul atau
menetap, pikirkan kemungkinan solusio plasenta. Jika terdapat tanda-tanda
infeksi (demam, sekret, vagina berbau tajam) berikan antibiotik untuk

15
amnionitis. Jika tali pusat terletak di bawah bagian bawah janin atau dalam
vagina, lakukan penanganan prolaps tali pusat.
c. Jika DJJ tetap abnormal atau jika terdapat tanda-tanda lain gawat janin
(mekonium kental pada cairan amnion), rencanakanlah persalinan:
1) Jika serviks telah berdilatasi dan kepala janin tidak lebih dari 1/5 di atas
simfisis pubis atau bagian teratas tulang kepala janin pada stasion 0,
lakukan persalinan dengan ekstraksi vakum.
2) Jika serviks tidak berdilatasi penuh dan kepala janin berada lebih dari 1/5 di
atas simfisis pubis atau bagian teeratas tulang kepala janin berada diatas
stasion 0, lakukan persalinan dengan seksio sesaria (Nugroho, 2012)

D. Pathway
1. Pathway Ketuban Pecah Dini

16
2. Pathway Gawat Janin

E. Landasan Teori Manajemen Asuhan Kebidanan Menurut 7 Langkah Varney


1. Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan
Manajemen asuhan kebidanan adalah suatu metode berfikir dan bertindak secara
sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua
belah pihak baik klien maupun pemberi asuhan.
Manajemen kebidanan pada ibu bersalin merupakan proses pemecahan masalah
yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan, dalam rangkaian tahap-tahap
yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus terhadap klien.
Manajemen kebidanan diadaptasi dari sebuah konsep yang dikembangakan oleh
Helen Varney dalam buku Varney”s Midwivery, edisi ketiga tahun 2007,
menggambarkan proses manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari 7 langkah
yang berturut secara sistematis dan siklik (Suryani, 2008:96)

17
2. Tahapan dalam Manajemen Asuhan Kebidanan

Proses menejemen asuhan kebidanan adalah suatu proses pemecahan masalah


dalam kebidanan menggunakan metode pengorganisasian alur pikir dan tindakan yang
akan di lakukan dimana pemikiran atau tindakan tersebut bersifat logis, bukan saja
oleh pelaksanan kesehatan akan tetapi juga kepada klien sebagai objek dari proses
menejemen asuhan kebidanan tersebut. (Soepardan, S. 2007)
Proses manajemen kebidanan tersebut terdiri dari langkah- langkah sebagai berikut ;
a. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
Langkah pertama merupakan awal yang akan menentukan langkah
berikutnya. Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan
semua data yang di butuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan
langkah pertama untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan kondisi
pasien, semua informasi yang akurat dari semua sumber ( Ambarwati,dkk, 2008
hal 131).
a) Tanggal : Sebagai rekam medik untuk mengetahui kapan klien datang pada
tempat pelayanan kesehatan
b) Data Subjektif Langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang
diperoleh melalui anamnesis. Berhubungan dengan sudut pandang dari
pasien.
1) Biodata
a) Nama ibu dan suami digunakan untuk mengenal, memanggil dan
menghindari terjadinya kekeliruan.
b) Umur perlu diketahui guna mengetahui apakah klien dalam kehamilan
yang beresiko atau tidak. Usia di bawah 16 tahun dan di atas 35 tahun
merupakan umur yang beresiko tinggi untuk hamil. Umur yang baik
untuk kehamilan adalah 20-35 tahun.
c) Agama Dalam hal ini berhubungan dengan perawatan penderita yang
berkaitan dengan ketentuan agama. Antara lain dalam keadaan yang
gawat ketika memberi pertolongan dan perawatan dapat diketahui
dengan siapa harus berhubungan.
d)Suku/ bangsa Untuk mengetahui kondisi sosial budaya ibu yang
mempengaruhi perilaku kesehatan.

18
e) Pendidikan Untuk memberi bimbingan sesuai dengan tingkat
pendidikannya.

f) Pekerjaan Hal ini untuk mengetahui taraf hidup dan sosial ekonomi agar
nasehat kita sesuai. Pekerjaan ibu perlu diketahui untuk mengetahui apakah
ada pengaruh pada kehamilan seperti bekerja di pabrik rokok, percetakan dll.
g) Alamat Untuk mempermudah komunikasi kunjungan rumah.
2) Keluhan Utama
Keluhan utama adalah alasan kenapa klien datang ke tempat bidan. Hal ini di
sebut tanda atau gejala.
3) Riwayat Haid
a) Menarche Usia wanita pertama haid bervariasai, antara 12-16 tahun. Hal ini
dipengaruhi oleh keturunan, keadaan gizi, bangsa, lingkungan, iklim dan
keadaan umum (Manuaba, 2010:160).
b) Pola Mentruasi Siklus menstruasi berlangsung 28 hari, sehingga disebut yang
teratur jika mundur 2 hari setiap bulannya. (Manuaba, 2010 :160). Siklus yang
normal biasanya 21-35 hari 27 sekali. Haid yang tidak teratur merupakan
sebuah penyimpangan bagi perempuan.
c) Lama dan banyaknya menstruasi : lama menstruasi ideal terjadi selama 4-7
hari. (Manuaba, 2007:160).
d) Keluhan Rasa nyeri saat haid (disminorea) sehingga dapat mengganggu
pekerjaan sehari hari. Dismenorea dapat disebabkan oleh kelainan anatomis
uterus yaitu terlalu ante/retrofleksi, terdapat mioma uteri, kanalis servikalis
yang sempit, polip endometrium atau serviks
e) HPHT Penting di ingat karena keterlambatan menstruasi bagi usia subur berarti
terdapat kemungkinan untuk hamil. (Manuaba, 2010: 209).
f) Taksiran Persalinanditentukan dengan perhitungan internasional menurut
hukum Neagele. Perhitungan dilakukan dengan menambahkan 9 bulan dan 7
hari pada hari pertama haid terakhir(HPHT) atau dengan mengurangi bulan
dengan 3, kemudian menambahkan 7 hari dan 1 tahun (Medfort, 2012:11).
4) Riwayat Kesehatan
Dari data riwayat ini dapat kita gunakan sebagai penanda (warning) akan adanya
penyulit masa hamil. (Romauli, 2011: 166 - 167).
19
5) Riwayat kesehatan Keluarga
Menurut Manurung (2012:136)Dengan mengidentifikasi adanya penyakit
kesehatan keluarga yang bersifat genetic dapat mengetahui adanya penyakit yang
mempengaruhi kehamilan secara langsung ataupun tak langsung.
6) Riwayat obstetri yang lalu
Riwayat obstetri yang penting mencakup hal-hal berikut: kehamilan (graviditas),
kelahiran diatas usia viabilitas (sekitar kehamilan 22 minggu), persalinan dan
kelahiran preterm, abortus spontan, dan abortus elektif, serta jumlah anak yang
hidup (paritas). Masalah obstetri yang lalu yang perlu dperhatikan ialah:
perdarahan pervaginam, hipertensi akibat kehamilan, anemia, diabetes kehamilan,
infeksi (bakteri atau penyakit menular seksual), dan imunodefisiensi (Kusmiyati,
2011:302).
7) Riwayat Kehamilan sekarang. Pertanyaan tentang kehamilan saat ini (Manuaba,
2010:159), yaitu:
a) Tanggal menstruasi terakhir : menentukan perkiraan persalinan menurut
Naegle
b) Pertama kali merasakan gerakan janin : kehamilan sudah melampaui 16
minggu/quickening 29
c) Ada atau tidaknya: sakit kepala, nyeri epigastrium, mata kabur (gejala
impending eklampsia)
d) Ada atau tidaknya perdarahan pada hamil muda (kemungkinan abortus), pada
hamil tua (kemungkinan perdarahan antepartum)
e) Ada atau tidaknya nyeri pinggang: mungkin kepala janin mulai masuk PAP
f) Nyeri/kontraksi pada perut: kontraksi Braxton Hicks menandakan janin
intrauteri
g) Interval kontraksi perut: gejala inpartu/gejala persalinan palsu sebaiknya
dipastikan dengan pemeriksaan dalam
h) Kehamilannya saat ini termasuk: primigravida atau multigravida. (Varney,
2007:536-543).
8) Riwayat Pernikahan
9) Riwayat KB Metode kontrasepsi yang biasa digunakan wanita dan kapan metode
kontrasepsi ini dihentikan (Medforth, 2012:19).
10) Pola Kebiasaan Sehari-Hari terdiri dari
a. Pola Nutrisi
20
b. Pola istirahat Istirahat cukup minimal 8 jam pada malam hari dan 2 jam di
siang hari (Bobak, 2005:180).
c. Eliminasi Pada wanita hamil mungkin terjadi obstipasi karena kurang gerak
badan, peristaltik menurun karena pengaruh hormon dan tekanan pada rektum
oleh kepala (Indrayani, 2011:180).
d. Aktivitas fisik meningkatkan rasa sejahtera ibu hamil.Anjuran supaya pasien
mempelajari 34 latihan kegel untuk memperkuat otot-otot di sekitar organ
reproduksi dan meningkatkan tonus otot.
e. Personal Hygiene Perawatan gigi selama masa hamil merupakan hal yang
sangat penting. (Bobak, 2005: 177).
f. Pola seksual Sering dijumpai bahwa hubungan seksual dapat menimbulkan
abortus, persalinan prematur. Hubungan seksual setelah umur kehamilan 30
minggu berbahaya karena terdapat kemungkinan persalinan premature. Cairan
prostat mengandung banyak mengandung prostaglandin sehingga dapat
merangsang timbulnya his yang akan terus berlanjut menuju persalinan
prematur. Namun hubungan seksual saat hamil bukanlah merupakan halangan,
asalkan dilakukan dengan hati-hati (Manuaba,2010:192).
11) Data psikososial dan Budaya
(a)Mengkaji respon seluruh keluarga terhadap kehamilan juga merupakan hal
yang penting (Fraser, 2011:250).
(b)Pada trimester III , ditandai dengan klimaks, kegembiraan emosi karena
kelahiran bayinya, sekitar bulan ke-8 mungkin terdapat periode tidak
semangat atau depresi, kepala bayi membesar dan ketidaknyamanan
bertambah, reaksi calon ibu terhadap persalinan itu tergantung adanya
persiapan akan persepsinya terhadap kehamilan (Varney, 2007:503 – 504).
(c)Tradisi yang mempengaruhi kehamilan. Bangsa indonesia mempunyai
beraneka ragam suku bangsa yrang tentunya dari tiap suku bangsa tersebut
mempunyai tradisi yang dikhususkan bagi wanita saat hamil. Tugas bidan
adalah mengingatkan bahwa tradisi-tradisi semacam itu diperbolehkan saja
selagi tidak merugikan kesehatan klien saat hamil.
(d)Kebiasaan yang merugikan kehamilan
Dari bermacam-macam kebiasaan yang dimiliki manusia, tentunya ada yang
mempunyai dampak positif dan negatif. Apabila klien mempunyai kebiasaan
buruk, misalnya merokok atau kebiasaan lain yang sangat merugikan,
21
tentunya bidan harus tegas mengingatkan bahwa kebiasaan klien tersebut
sangat berbahaya bagi kehamilannya. 36
1. Data Objektif
Data-data yang perlu untuk dikaji adalah sebagai berikut :
1) Pemeriksaan Umum :
a) Keadaan umum kesadaran penderita sangat penting dinilai, dengan
melakukan anamnesis. Kesadaran dinilai baik jika dapat menjawab
semua pertanyaan (penderita sadar akan menunjukkan tidak ada kelainan
psikologis) (Bobak, 2005: 161).
b) Kesadaran Mengetahui bagaimana kesadaran umum pasien apakah
composmentis, apatis, dan koma
c) Tinggi badan Ibu hamil dengan tinggi badan kurang dari 145 cm,
tergolong resiko tinggi (Romauli, 2011:173).
d) Berat badan
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital Romauli (2011:172), yaitu:
a) Tekanan darah
Tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari 140/90 mmHg. Bila
tekanan darah meningkat, yaitu sistolik 30 mmHg atau lebih, atau
diastolik 15 mmHg atau lebih, kelainan ini dapat berlanjut menjadi pre
eklampsia dan eklampsi kalau tidak ditangani dengan tepat.
b) Denyut nadi Pada keadaan santai denyut nadi ibu sekitar 60-80 x/menit.
Jika denyut nadi ibu 100x/menit atau lebih, mungkin ibu mengalami
salah satu atau lebih keluhan seperti tegang, ketakutan atau cemas akibat
masalah tertentu, perdarahan berat, anemia sakit/demam, gangguan
tyroid, gangguan jantung.
c) Pernafasan Pada dasarnya pernafasan yang normal 16-24 x/menit apabila
pernafasan 38
d) Suhu Suhu tubuh yang norma 36,5-37,5 ̊C. suhu tubuh lebih dari 37 ̊C
perlu diwaspadai adanya infeksi.
3) Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
1. Muka Edema muka menunjukkan adanya penyakit jantung, penyakit
ginjal, preeklamsi berat, kekurangan gizi, bentuk anemia. Kloasma

22
gravidarum serta hiperpigmentasi kulit, dahi, dan pipi diakibatkan
peningkatan melanocyte stimulating hormone dari hipofisis anterior.
2. Mata Edema kelopak mata kemungkinan menderita hipoalbunemia,
tanda preeklamsi berat dan anemia. Konjungtiva pucat atau cukup
merah sebagai gambaran tentang anemianya (Kadar Hb) secara kasar
(Manuaba, 2010 :162-215).
3. Mulut & gigi Periksa adanya karies, tonsillitis atau faringitis. Hal
tersebut merupakan sumber infeksi.
4. Leher Ibu hamil dengan pembesaran kelenjar tiroid berhubungan
dengan gangguan fungsi kelenjar tersebut (Prawirohardjo, 2009: 289).
5. Payudara Hiperpigmentasi areola payudara akibat pengaruh
malanocyte stimulating hormone dari hipofisis anterior. Puting susu
menonjol, kelenjar Montgomery tampak.
6. Perut Ada tidaknya bekas luka operasi atau operasi lainnya yang dapat
menjadi lokus minoris resistensi. makin membesar sesuai usia
kehamilan, hiperpigmentasi kulit seperti linea alba dan striae
gravidarum akibat pengaruh malanocyte stimulating hormone.
Terdapat bekas luka insisi atau tidak.
7. Genetalia Pengeluaran fluor karena infeksi dengan diagnosis banding
trikhomonas vaginalis atau kandida albikans serta infeksi vaginosis
bakterialis. Adanya kondiloma akuminata terjadi karena infeksi virus,
jika ukurannya besar sebaiknya persalinan melalui SC.
8. Ekstremitas Adanya varises sering terjadi karena kehamilan berulang
dan bersifat herediter. Edema tungkai sebagai tanda 40 kemungkinan
terjadinya preeklamsi, bendungan akibat kepala sudah masuk PAP
dan tekanan pada vena cava inferior.
b) Palpasi
1. Leher Bendungan vena diakibatkan akibat penyakit jantung.
Perhatikan keadaan keadaan lain seperti kelenjar tiroid dan
pembengkakan kelenjar limfa.
2. Payudara teraba atau tidak benjolan abnormal, setelah bulan pertama
suatu cairan berwarna kekuningan (kolostrum) diproduksi oleh
kelenjar-kelenjar asinus yang mulai bersekresi. Meskipun dapat
dikeluarkan air susu belum dapat diproduksi karena prolaktin ditekan
23
oleh PIH (Saifuddin, 2009:179). Pada kehamilan trimester akhir,
lobules dan alveolus telah terbentuk dan dipenuhi hasil sekresinya
(Manuaba, 2010:163).
3. Perut
(a)Leopold I untuk menentukan tinggi pundus uteri dan menentukan
bagian apa yang terletak di fundus uteri apakah kepala atau bokong
pada letak membujur atau teraba kosong jika letaknya melintang
(Manuaba, 2010:169).
(b) Leopold II (palpasi lateral) tangan pemeriksa diturunkan ke
samping. Untuk menentukan bagian mana janin yang berada di
bagian samping. Jika agak keras artinya punggung janin. Dapat
juga kepala atau bokong jika letaknya melintang.
(c) Leopold III (Maneuver pelvis) pemeriksaan menghadap kaki
pasien. Untuk menentukan bagian janin yang ada dibawah
(presentasi)
(d) Leopold IV (Manuver Pawlik) maneuver ini tidak selalu perlu .
pada kepala yang sudah masuk PAP sulit dilakukan. Untuk
menentukan apakah bagian terendah janin tersebut 43 bagian
terendah janin tersebut, kepala dan bokong dan seberapa jauh
masuknya kedalam rongga pelvis (Manuaba, 2010:169).
4. Ekstremitas Adanya oedema pada ekstremitas atas atau bawah dapat
dicurigai adanya hipertensi hingga Preeklampsi, diabetes Mellitus,
jantung, kekurangan albumin darah. Edema ini akan cekung ke dalam
jika di tekan (Fraser, 2011: 355).
c) Auskultasi (Bobak, 2005:170)
DJJ +/- Janin sehat jumlah detak jantungnya sekitar 120-140
x/menit.
1. Di atas 160 x/menit menunjukkan takikardia, permulaan asfiksia
2. Tidak teratur tetapi jumlah sama, menunjukkan gangguan
keseimbangan asam basa atau kurang O2
3. Kurang dari 100 x/menit menunjukkan asfiksia berat.
d) Perkusi (Manuaba, 2010:161) Tungkai : Reflek patella (+) Reflek patella
(-) : Berkaitan dengan kekurangan vitamin B1, penyakit saraf, intokskasi
magnesium sulfat
24
2)Pemeriksaan penunjang
(a) Glukosa dalam urin, untuk memastikan adanya DM. kemungkinan
glukosuria yang terjadi setelah makan, 44 disebabkan intoleransi
insulin, tetapi keadaan ini cepat menjadi normal
(b) Protein urin, peningkatan protein urin terdapat pada penderita
preeklamsi, penyakit jantung, nefritis, dan sistitis. Hasil >3 g/24 jam
dianggap sebagai indikasi pre-eklamsia ringan sampai sedang, dan 5 g /
24 jam dianggap sebagai preeklamsia berat (Fraser, 2011:355).
(c) Pemeriksaan darah, pada pemeriksaan darah rutin dapat
menggambarkan keadaan gizi.
(d) Pemeriksaan USG Kegunaannya :
1. Diagnosis dan konfirmasi awal kehamilan
2. Penentuan umur gestasi dan penafsiran ukuran fetal
3. Mengetahui posisi plasenta
4. Mengetahui adanya IUFD
b. Langkah II : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ke dua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah
berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar
tersebut kemudian di interpretasikan sehingga dapat dirumuskan masalah dan diagnosa
yang spesifik. Baik rumusan diagnosis maupun rumusan masalah keduanya harus
ditangani, meskipun masalah tidak bisa dikatakan sebagai diagnosis tetapi harus
mendapatkan penanganan, (Suryani, 2008. Hal 99)
Pada langkah ini terdiri dari Diagnosa subjektif dan Diagnosa objektif.
c. Langkah III : Mengidentifikasi Masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati
klien,bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-
benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman.
Masalah potensial yang mungkin terjadi pada kasus ketuban pecah dini adalah
infeksi, hipoksia dan asfiksia, serta syndrome deformitas janin.

25
d. Langkah IV : Tindakan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai
dengan kondisi klien.
Tindakan segera pada persalinan dengan ketuban pecah dini adalah kolaborasi
dengan dokter SpOg
e. Langkah V : Rencana Asuhan Kebidanan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah
sebelumnya langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnose atau
masalah yang telah diidentifikasi atau antisipasi. Dilakukan suatu perencanaan supaya
apa yang akan kita kerjakan terarah,dilakukan pola fikir dengan langkah sebagai berikut
tentukan tujuan tindakan yang dilakukan yang berisi tentang sasaran/target dan hasil
yang akan dicapai,selanjutnya ditentukan rencana tindakan sesuai dengan
masalah/diagnosa dan tujuan yang akan dicapai. (Suryani, 2008, Hal 99)
Rencana asuhan pada pada kasus ketuban pecah dini yaitu beri antibotika,
observasi ditunggu dalam 24 jam bila belum ada tanda persalinan dilakukan terminasi.
Bila datang sudah lebih dari 24 jam tidak ada tanda persalinan dilakukan terminasi.
Lakukan rujukan jika diperlukan.
f. Langkah VI : Pelaksanaan Asuhan Kebidanan
Pada langkah ini rencana asuhan yang menyeluruh seperti yang telah diuraikan
pada langkah V dilaksanakan secara efesien dan aman. Perencanaan ini biasa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan sebagian oleh klien,atau
anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri ia tetap memikul
tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (memastikan agar langkah-
langkah tersebut benar-benar terlaksana).
g. Langkah VII: Evaluasi Asuhan Kebidanan
Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar terpenuhi
sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah di identifikasi didalam masalah dan
diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksanaannya.

26
BAB III
TINJAUAN KASUS
Manajemen Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Pada Ny. A G4P2A1 Usia Kehamilan 39
minggu dengan Ketuban Pecah Dini disertai Gawat Janin Di Ruang Bersalin
di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi
Tahun 2021

Tanggal Masuk : 07-07-2022


Tanggal Pengkajian : 07-07-2022
Jam Pengkajian : 09.20 WIB
I.PENGKAJIAN/PENGUMPULAN DATA
A.Anamnesa (data sujectif)
1.Biodata/Identitas
Nama Istri : Ny. A Nama Suami : Tn. Y
Umur : 34 tahun Umur : 35 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Melayu
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : swasta
Alamat : Beringin
2. Alasan ibu masuk
Ibu masuk dengan dengan keluhan terdapat pengeluaran pervaginam
3. Keluhan utama
Ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah dan dari vagina keluar air sejak tanggal 07-07-
2022 pukul 11.00 wib secara merembes. Mules = Tidak ada
4.Riwayat Menstruasi
a. Menarche : 14 tahun
b. Siklus : 28-30 hari
c. Lamanya : 5-7 hari
d. Banyaknya : 2-3x ganti pembalut per hari
e. Teratur/ tidak teratur : teratur
f. Konsistensi : encer
g. Disminore : tidak ada

27
5. Riwayat Pernikahan
Ibu menikah 1x secara sah dengan Tn Y pada tahun 2011, saat Ny. A berusia 23 tahun
dan Tn. Y berusia 24 tahun.
6.Riwayat kehamilan sekarang
a. Usia Kehamilan : 39 minggu
b. Hamil muda
Keluhan : mual dan muntah
c. Hamil tua

Keluhan : ibu sering BAK


d. Pemeriksaan ANC : Di Puskesmas Tebing Tinggi Sebanyak 6 kali

Trimester 1 : 2x
Trimester 2 : 2x
Trimester : 3x
e. Pergerakan anak pertama kali : 16 minggu
7.Riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu:
Ana Umur Tmpt Umur Jenis Peno Penyu Anak Keadaan
ke (thn) partus hamil prslin long lit anak
JK BB PB
sekarang
(gr) (cm)
1 AB
2 11th PKM Aterm Spontan Bidan T.a L 2400 47 Hidup
3 8th PKM Aterm Spontan Bidan T.a L 3200 49 Hidup
4 H A M I L I N I

7.Riwayat KB : tidak ada


8.Riwayat Kesehatan yang lalu dan sekarang:
a. Tidak ada riwayat penyakit jantung, diabetes mellitus, asma dan hipertensi.
b. Tidak ada riwayat penyakit menular
c. Tidak ada riwayat alergi makanan atau obat-obatan.

28
9. Riwayat penyakit keluarga
Didalam keluarga tidak ada menderita penyakit jantung, hipertensi, DM, asma dan
penyakit keturunan lainnya
10.Riwayat operasi : tidak ada
11.Riwayat social, psikososial, dan spiritual
a. Yang bertanggung jawab memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam keluarga adalah
suami.
b. Hubungan ibu dengan suami, keluarga, maupun tetangga baik.
c. Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah suami.
d. Ibu rajin beribadah dan berdoa untuk kelancaran persalinannya.
12.Riwayat pemenuhan kebutuhan dasar
a. Kebutuhan nutrisi Kebiasaan :
a) Pola makan : nasi, sayur, lauk
b) Frekuensi : 3 kali sehari
c) Kebutuhan minum : 6 – 8 gelas per hari Selama inpartu : Ibu makan, tetapi
hanya sedikit dan lebih banyak minum
b. Kebutuhan eliminasi Kebiasaan:
a) BAK : 5-6 kali sehari, warna kuning muda.
b) BAB : 1 kali sehari, konsistensi padat, warna kuning
c. Personal hygiene Kebiasaan:
a) Mandi : 2 kali sehari (pagi dan sore)
b) Sikat gigi : 2 kali sehari
c) Keramas : 3 kali seminggu dengan menggunakan shampo
d) Ganti pakaian : 2 kali sehari

B.Data Objektif
Pemeriksaan umum :
1. Keadaan umum : sedang
2. Kesadaran : composmentis
3. TD : 120/70 mmHg
4. Suhu : 36o C
5. Nadi : 83 X/menit
6. Respirasi : 20 X/menit

29
7. BB Sebelum hamil : 53 kg
8. Berat badan sekarang : 59 kg
9. Tinggi badan :157 cm
Pemeriksaan fisik (Head To Toe)
1. Kepala
Inspeksi : kepala bersih, tidak ada ketombe, rambut hitam
Palpasi : tidak ada massa, tidak mudah rontok dan tidak ada nyeri Tekan
2. Wajah
Inspeksi : tidak pucat, tidak ada oedema pada wajah
Palpasi : tidak teraba adanya oedema
3. Mata
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, konjungtiva merah muda, sclera putih (tidak
ikterus)
4. Hidung
Inspeksi : lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada pengeluaran secret
Palpasi : tidak ada oedema, tidak ada nyeri tekan tidak nampak adanya polip
5. Mulut dan gigi
Inspeksi : bersih, bibir merah muda dan tidak pecah-pecah, tidak ada caries, tidak
ada karang gigi, tidak ada gigi yang tanggal, tidak ada stomatitis dan gusi tidak
berdarah.
6. Telinga
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen dan peradangan
Palpasi : tidak ada benjolan dan nyeri tekan
7. Leher
Inspeksi : tidak ada kelainan
Palpasi : tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar limfe, dan vena
jugularis
8. Payudara
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, hiperpigmentasi areola mammae, puting susu
menonjol
Palpasi : tidak teraba adanya massa dan nyeri tekan, kolostrum ada saat areola di
tekan

30
9. Abdomen
Inspeksi : nampak pembesaran perut sesuai dengan usia kehamilan, nampak striae
alba dan linea nigra, tidak ada bekas luka operasi dan otot perut kendor
Palpasi :
a. Leopold I : 3 jari dibawah processus xiphoideus, (tinggi fundus uteri 33 cm),
teraba bokong
b. Leopold II : punggung kanan (puka)
c. Leopold III : Kepala
d. Leopold IV : bergerak dalam panggul (4/5)
e. Lingkar perut : 92 cm Tafsiran berat janin : 3.036 gram
f. Denyut jantung janin : Denyut jantung janin (DJJ) terdengar jelas, kuat pada
kuadran kanan bawah dengan frekuensi 164 x/menit
g. His : tidak ada
10. Genetalia
Inspeksi : tidak ada kelainan, tidak ada varises, nampak pelepasan lendir
bercampur dengan air ketuban Palpasi : tidak ada benjolan tidak oedema dan tidak
ada nyeri tekan
11. Anus
Inspeksi : tidak ada hemoroid Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
12. Ekstremitas Inspeksi : pergerakan aktif, tidak ada varises
Palpasi : tidak ada oedema

C.Pemeriksaan khusus
1. Anogenital
Kebersihan : bersih
Oedema : tidak ada
Varises : tidak ada
Pengeluaran cairan : sedikit
Molase : Tidak ada
Penurunan : Hodge 1
2. Pemeriksaan inspekullo: tanggal 07-07-2021,
Hasil pemeriksaan yaitu terdapat pengeluaran cairan berwarna hijau yang keluar dar
kanalis servikalis.

31
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan USG oleh dr. Hanif, SpoG diruang bersalin Puskesmas Putri Ayu
a) G4P2A1, gravida tunggal, hidup
b) Letak : Kepala
c) FHR : 168x/i
d) TBJ : 3.100gr
e) UK : 38-39 minggu
f) Oligohidramnion
b. Pemeriksaan Laboratorium:
a) HB : 10.2gr
b) Leukosit : 13.4x10³/µL
c) Eritrosit : 3.21x10³µL
d) Protein : Negatif
e) Reduksi : Negatif
f) HbsAg : Negatif

II.INTERPRETASI DATA
1.Diagnose
Ibu G4P2A1 hamil 39 minggu inpartu kala 1 fase laten dengan ketuban pecah dini dan
gawat janin
Data Subjektif :
a. Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama,
b. HPHT 18-07-2020
DataObjektif
a. ketuban pecah.
b.Janin hidup,tunggal, intrauterine, DJJ 110 x/menit,.
III.MASALAH POTENSIAL
a. Pada ibu, yaitu infeksi intrapartal/ dalam persalinan, infeksi puerperalis/ masa nifas,
dry labour/ partus lama, perdarahan post partum, meningkatnya tindakan operatif
obstetric (khususnya SC), morbiditas dan mortalitas maternal,
b. Pada janin, yaitu prematuritas (sindrom distres pernafasan, hipotermia, masalah
pemberian makan neonatal, retinopati premturit, perdarahan intraventrikular,
enterecolitis necroticing, gangguan otak dan risiko cerebral palsy, hiperbilirubinemia,

32
anemia, sepsis, penurunan tali pusat, hipoksia dan asfiksia sekunder pusat, persalinan
lama, skor APGARrendah, ensefalopati, cerebral palsy, perdarahan intrakranial, gagal
ginjal, distres pernapasan), dan oligohidromnion (sindrom deformitas janin,
hipoplasia paru, deformitas ekstremitas dan pertumbuhan janin terhambat), morbiditas
dan mortalitas perinatal

IV.KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Kolaborasi dengan dokter SpOg
V.RENCANA
1. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
Rasional : agar ibu dan keluarga memahami tentang keadaannya dan memberi
dukungan yang dapat mengurangi kecemasan dan siap menghadapi persalinan.
2. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam (kecuali nadi setiap 30 menit)
Rasional : observasi tanda-tanda vital untuk memantau keadaan ibu seperti memantau
terjadinya demam yang merupakan tanda-tanda terjadinya infeksi pada ibu sehingga
dapat mempermudah melakukan tindakan.
3. Observasi denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit
Rasional : saat ada kontraksi, denyut jantung janin (DJJ) bisa berubah sesaat hingga
apabila ada perubahan dapat 70 diketahui dengan cepat dan dapat bertindak secara
cepat dan tepat.
4. Berkolaborasi dengan dokter obgyn untuk penatalaksanaan pemberian infus RL 28
tetes per menit, dan antibiotik cefotaxime 1 gram/ IV sesuai intruksi dokter
Rasional : pemberian infus membantu untuk mengganti cairan ibu yang hilang selama
proses persalinan, serta pemberian antibiotik dapat mencegah terjadinya infeksi
5. Menganjurkan kepada ibu untuk senang tiasa berdoa untuk kelancaran persalinannya
dan untuk kesehatan ibu dan bayinya nanti
Rasional : agar ibu berserah diri dan bertawakkal kepada sang pencipta
6. Persiapan SC

33
VI. TINDAKAN PELAKSANAAN
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwakehamilan ibu
berumur 39 minggu, ketuban sudah tidak ada
2. Mengobservasi tanda-tanda vital setiap 4 jam (kecuali nadi setiap 30 menit),
3. Mengobervasi denyut jantung janin (DJJ) dan his tiap 1 jam pada kala I fase laten dan
tiap 30 menit pada kala I fase aktif, kecuali jika ada indikasi, maka dilakukan tiap 30
menit.Melaporkan setiap perkembangan kepada dokter

No Jam TD Nadi Suhu DJJ His

1. 23.20 wib 120/70 MmHg 84 36,6 168 Tidak ada

2. 23.50 wib 87 170

3. 24.20 wib 88 165

4. 24.50 wib 87 163

5. 01.20 wib 86 172

6. 01.50 wib 85 175

7. 02.20 wib 87 164

8. 02.50 wib 88 178

9. 03.20 wib 89 175

10. 03.50 wib 85 176

11. 04.20 wib 87 165

12. 04.50 wib 86 160

13. 05.20 wib 85 168

14. 05.50 wib 84 175

15. 06.20 wib 83 170

16. 06.50 wib 84 165

17. 07.20 wib 110/70 MmHg 82 36,8 164 Tidak ada

34
4. Melakukan kolaborasi dengan dokterobgyn untuk penatalaksanaan pemberian infus
RL 28 tetes per menit, dan antibiotik cefotaxime 1 gram/ IV sesuai instuksi dokter.
5. Menganjurkan kepada ibu untuk senang tiasa berdoa untuk kelancaran persalinannya
dan untuk kesehatan ibu dan bayinya dan untuk kesehatan ibu dan bayinya nanti.
6. Mempersiapkan pasien untuk operasi

VII.EVALUASI
1. Ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan
2. Observasi tanda-tanda vital telah dilakukan.
3. Observasi DJJ telah dilakukan.
4. Dokter mengetahui setiap pekembangan ibu dan janin
5. Ibu bersedia mendengarkan anjuran untuk selalu berdoa agar persalinannya lancar
6. pukul10.00 pasien telah dipindahkan ke ruang operasi

35
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny. A dengan tahap-tahap manajemen
asuhan kebidanan terdiri dari pengkajian, interpretasi data, diagnosa/ masalah potensial,
tindakan segera, intervensi, implementasi, dan evaluasi, maka pembahasannya adalah :
1. Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah I dilakukan pengumpulan data dasar untuk mengevaluasi keadaan
pasien secara lengkap untuk membuat kesimpulan tentang apakah kehamilan normal atau
tidak. Rencana yang rasional untuk memantau persalinan dapat ditegakkan berdasarkan
keadaan ibu dan janin. Jika tidak didapatkan kelainan pada ibu dan janin maka harus
diyakini bahwa kehamilan ibu adalah masuk dalam kategori kehamilan normal.
Berdasarkan penerapan pada asuhan kebidanan Ny”A” didapatkan bahwa ibu
masuk tanggal 16 Maret 2021, pukul 23.20 wib dengan keluhan adanya pengeluaran air
ketuban dari jalan lahir sejak tanggal 16 Maret 2021, pukul 11.00 wib, tidak ada rasa
mules dan tidak ada kontraksi, ibu mengatakan ini kehamilan ke empat dan mengalami
keguguran satu kali, hari pertama haid terakhir tanggal 18 Juli 2019, pergerakan janin
kuat dirasakan pada perut kanan bawah, ibu mengatakan usia kehamilannya sekarang 9
bulan, ibu melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak 6 kali di puskesmas, ibu
sebelumnya tidak menjadi akseptor KB, ibu tidak mempunyai riwayat penyakit seperti
jantung, asma, diabetes melitus, hipertensi dan penyakit serius lainnya.
Hal ini sesuai dengan teori yang dijelaskan bahwa persalinan dengan ketuban
pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum ada tanda-tanda persalinan
(Sukarni dan Margareth, 2013 :251).
Data objektif yang didapatkan bahwa keadaan umum ibu baikkesadaran CM, TD
120/70 mmHg, nadi 80x/I, pernafasan 20x/i, BB sebelum hamil 53 Kg, BB saat hamil 59
Kg, TB 157cm, Inspeksi secara head to toe dalam batas normal, reflek patella ki-ka
(+).Selanjutnya dilakukan pemeriksaan inspekulo terdapat pengeluaran air ketuban
berwarna hijau, pemeriksaan USG cairan amnion oligohidramnion.
KPD merupakan pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan serviks
pada primipara kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm (Mochtar,
2010 :255-256). Sedangkan, Gawat janin terjadi bila janin tidak menerima cukup
oksigen, sehingga mengalami hipoksia (Rukiyah dan Yulianti, 2010 :276). Pada langkah
pertama, penulis tidak mendapatkan kesenjangan antara teori dan kasus yang terjadi
dilapangan.
36
2. Interpretasi
Dalam menegakkan suatu diagnosa kebidanan, didukung dan ditunjang oleh
beberapa data, dan dilakukan identifikasi yang benar tehadap diagnosis atau masalah dan
kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas datadata 159 yang telah
dikumpulkan.
Data dasar yang telah dikumpulkan, diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Masalah dan diagnosis keduanya
digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan, seperti diagnosis, tetapi
sungguh membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam sebuah rencana asuhan
terhadap klien.
Pada kasus Ny”A”, telah dilakukan pengumpulan data subjektif, data objektif,
maupun data penunjang, sehingga berdasarkan data yang didapatkan, maka penulis
menyimpulkan bahwa diagnosa atau masalah aktual yang dirumuskan yaitu KPD disertai
gawat janin. Oleh karena itu tidak terdapat kesenjangan antara teori dan data yang
diperoleh.
3. Masalah/ diagnosa potensial
Pada perumusan diagnosa/ masalah potensial akan dibahas tentang kemungkinan
terjadi hal yang lebih fatal apabila apa yang menjadi masalah aktual tidak segera
ditangani.
Pada tinjauan pustaka, masalah potensial yang dapat terjadi yaitu infeksi
intrapartal/ dalam persalinan, infeksi puerperalis/ masa nifas, dry labour/ partus lama,
perdarahan post partum, meningkatnya tindakan operatif obstetric (khususnya SC),
morbiditas dan mortalitas maternal. Sedangkan pada janin yaitu prematuritas (respiratory
distress sindrome, hipotermia, gangguan makan neonatus, retinopathy of prematurity,
perdarahan intraventrikular, necrotizing enterocolitis, gangguan otak (dan 160 resiko
cerebral palsy), hiperbilirubinemia, anemia, sepsis). Prolaps funiculli/penurunan tali
pusat. Hipoksia dan asfiksia sekunder (kekurangan oksigen pada bayi), yang dapat
mengakibatkan kompresi tali pusat, prolaps uteri, dry labour/partu lama, skor APGAR
rendah, ensefalopati, cerebral palsy, perdarahan intrakranial, gagal ginjal, distres
pernapasan. Sindrom deformitas janin (terjadi akibat oligohidramnion diantaranya terjadi
hipoplasia paru, deformitas ekstremitas dan pertumbuhan janin terhambat). Morbiditas
dan mortalitas perinatal (Fadlun dan Feryanto, 2013 :115-116).

37
Pada kasus inipenanganan ibu bersalin atas indikasi KPD dengan tindakan
pemasangan infus, pemberian obat uterotonika dan pemberian obat antibiotik dan
perencanaan operesi telah sesuai dengan teori.
4. Tindakan Segera
Beberapa data yang memberikan indikasi adanya tindakan segera yang harus
dilakukan guna untuk menyelamatkan klien. Tindakan tersebut berupa kolaborasi dengan
tenaga kesehatan yang lebih professional (dokter obgyn).
Pada tinjauan pustaka, tindakan segera/ kolaborasi pada KPD disertai gawat janin
adalah mengkolaborasikan dengan dokter untuk pemasangan infus, pemberian
uterotonika, pemberian antibiotik dan pemberian oksigenasi.
Pada studi Ny “A” tindakan segera yang dilakukan adalah kolaborasi dengan
dokter dalam menangani persalinan dengan KPD disertai gawat janin yaitu pemasangan
infus RL 28 tetes per menit, pemberian antibiotic cefotaxime 1 gr/ IV, pemberian
oksigen 6-8 L/menit dan memantau keadaan ibu dan janin sampai persalinan berlangsung
normal dikarenakan his yang di dapat pada saat observasi lemah dan dikhawatirkan
membayakan kondisi janin dan ibunya maka dilakukan persiapan untuk operasi sc.
Dalam kasus ini tidak ada perbedaan yang ditemukan antara teori dan tindakan yang
diberikan pada Ny “A” yang tetap mengacu pada tindakan yang rasional sesuai
kebutuhan klien.Tindakan segera yang dilakukan adalah Kolaborasi dengan dokter
SpOg.
5. Perencanaan
Rencana asuhan kebidanan dibuat berdasarkan diagnosis kebidanan dan masalah
potensial yang akan terjadi. Setiap rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak,
yaitu oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan
bagian dari pelaksanaan rencana tersebut.
Dalam penanganan persalinan KPD disertai gawat janin yang perlu diperhatikan
adalah keadaan ibu yang meliputi nadi tiap 30 menit tekanan darah dan suhu tiap 4 jam,
memantau keadaan jani yang meliputi denyut jantung janin dan kontraksi uterus tiap 30
menit, pemberian antibiotik diperlukan karena ketuban sudh pecah oleh karena itu
diperlukan untuk mencegah terjadinya infeksi
6. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan, penulis tidak menemukan
hambatan, karena adanya kerjasama dan penerimaan yang baik dari klien dan keluarga
serta dukungan, bimbingan dan asuhan dari pembimbing dilahan praktek.
38
7. Evaluasi
Ibu dan keluarga mengerti dengan penjelasan yang diberikan, serta bersedia
dirujuk ke rumah sakit.
Pada langkah ini sesuai dengan teori dan tidak terjadi kesenjengan

39
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat di ambil pada laporan ini yaitu Ny. A G4P2A1 usia
kehamilan 39 minggu, Keadaan umum sedang, kesadaran CM, TD 120/70 mmHg, nadi
80x/I, pernafasan 20x/i, BB sebelum hamil 53 Kg, BB saat hamil 59 Kg, TB 157cm,
Inspeksi secara head to toe dalam batas normal, reflek patella ki-ka (+).
Dari interpretasi data didapat diagnose ibu G4P2A1 hamil 39
minggu dengan ketuban pecah dini. Data subjektif yaitu ibu mengatakan ini kehamilan
yang ke empat, HPHT 18-07-2020. Data Objektif yaitu,ketuban pecah, janin hidup,
tunggal, intrauterine, terdengar jelas DJJ 134 x/menit, Masalah potensial yang mungkin
terjadi pada kasus ini adalah infeksi dan gawat janin. Pada kasus ini tindakan segera yang
dilakukan adalah Kolaborasi dengan dokter SpOg.Pada tahap pelaksanaan semua rencana
tindakan yang telah disusun sudah terlaksana dengan baik. Tetapi ada beberapa
kesenjangan antara teori dan praktik. Kemudian evaluasi akhir dari kasus ini adalah ibu
dan keluarga mengerti dengan penjelasan yang diberikan, serta bersedia dirujuk ke
rumah sakit.
B. Saran
Berdasarkan pembinaan dan penerapan manajemen asuhan kebidanan yang telah
dilaksanakan, maka penulis memberikan saran kepada :
1. Bagi Institusi pendidikan Poltekes Kemenkes Jambi Jurusan Kebidanan
Diharapkan untuk menambah sumber referensi buku di perpustakaan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambijurusan kebidanan sehingga memudahkan
mahasiswa dalam membuat tugas, makalah, dan lain sebagainya.
2. Bagi Puskemas Putri Ayu
Dapat digunakan sebagai acuan dan masukan dalam upaya meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan khususnya untuk asuhan kebidanan pada kasus
kegawatdaruratan maternal dan neonatal

40
DAFTAR PUSTAKA

Gede, Ida Bagus. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Manuaba DSOD. EGD

JNPK-KR, 2013. Asuhan Persalinan Normal dan IMD, Jaringan Nasional Pelatihan
Klinik.Jakarta:106

Ketuban Pecah Dini. 2011. Diambil dari situs http://www.scribd.com/doc/6174 2900/Lapsus-


KPD-singaraja.html. diakses pada tanggal 29 april 2019.
Ketuban Pecah Dini. 2011. Diambil dari situs http://www.scribd.com/doc/
59744828/ketuban-pecah-dini-2.html. diakses pada tanggal 29 april 2019
Ketuban Pecah Dini. 2011. Diambil dari situs http://www.scribd.com/doc/
65772733/KPD.html. diakses pada tanggal 29 april 2019
Ketuban Pecah Dini. 2011. Diambil dari situs http://www.scribd.com/doc/
65476803/tinjauan-pustaka-KPD.html. diakses pada tanggal 29 april 2019

Manuaba,2010 Ilmu Kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk


pendidikan bidan. Jakarta : EGC

Saifudin A.B. 2006. Ketuban Pecah Dini, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal :
218-220.

Varney Helen 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4.Jakarta:EGC

41

Anda mungkin juga menyukai