Dosen Pembimbing:
Atikah Fhadilah
Oleh :
Monica Delsantya
PO.71242210036
Telah disahkan “Laporan Kasus Asuhan Kebidanan Pada Remaja dan Pra Nikah”
guna memenuhi tugas Stase Remaja dan Pra nikah program studi profesi Bidan
Poltekkes Kemenkes Jambi tahun 2021.
Mengetahui :
Preseptor Akademik
()
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus Mata Kuliah Praktik Asuhan
Kebidanan Komprehensif pada Remaja dan Pra Nikah Nn. T dengan keputihan.
Penulisanan laporan ini dalam rangka menerapkan tugas mata kuliah praktik
klinik kebidanan komprehensif stase remaja dan pra nikah yang merupakan salah satu
mata kuliah atau kurikulum yang harus dilalui dalam proses pendidikan profesi
kebidanan. Penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan
serta pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Hj. Suryani, S.Pd, M.PH selaku Kepala Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Jambi
2. Lia Artika Sari, M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes
Jambi
3. selaku Dosen Pembimbing Institusi
4. sebagai Pembimbing Lahan di PMB Supiyani
5. Kakak-kakak bidan dan perawat serta rekan-rekan yang telah memberi banyak
masukan dalam laporan ini yang telah memberikan masukan dan pengarahan kepada
penulis sehingga laporan ini diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan
dengan demikian penulis sangan mengharapkan petunjuk dan saran serta kritik dari
dosen pembimbing. Akhir kata semoga hasil laporan ini memberikan manfaat yang
berguna bagi yang membutuhkannya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 4
C. Tujuan........................................................................................................ 4
D. Manfaat ..................................................................................................... 5
BAB IV PEMBAHASAN
Analisis Kasus dengan kajian teori jurnal/EBM ........................................... 31
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................ 40
B. Saran ......................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDHULUAN
A. Latar Belakang
suatu kondisi sejahtera jasmani, rohani, dan sosial-ekonomi. Kesehatan bukan hanya
bebas dari penyakit atau kecacatan, perempuan memiliki banyak masalah dengan
area vagina, kebanyakan kasus berupa keputihan. Infeksi vagina bisa terjadi ketika
kuman-kuman seperti bakteri dan virus masuk ke vagina melalui berhubungan seks
(Rahmah, 2017).
membuat keadaan tubuh menjadi lebih lembab dan berkeringat. Keadaan tersebut
terutama pada bagian lipatan organ genetalia pada perempuan, untuk menjaga agar
(Tristanti, 2015).
Kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena
khususnya kebersihan organ seksual untuk menjaga kesehatan reproduksi. Hal ini
bertujuan agar terhindar dari resiko infeksi, penyakit radang panggul dan
kemandulan serta berdampak buruk pada masa yang akan datang (Astuti, 2016).
1
Masalah keputihan tidak bisa diremehkan, karena dapat berakibat sangat fatal
serta kanker leher rahim. 95% keputihan merupakan gejala awal dari kanker leher
rahim yang bisa berujung pada kematian bila tidak segera mendapatkan penanganan
(Ramayanti, 2016).
Jumlah wanita di dunia pada tahun 2013 sebanyak 6,7 milyar jiwa dan yang
237.641.326 jiwa 75%. Penelitian di Sumatera Utara sebanyak 37,4 juta jiwa
(Simanjuntak, 2015).
Kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena
adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang, untuk
Hasil penelitian yang dilakukan pada remaja putri di SMA N 3 Tahuna Barat
oleh Gampu (2018) dengan metode wawancara yang dilakukan pada 10 orang siswi
responden yang mengalami keputihan sebanyak 75% dan 25% responden tidak
responden paling banyak mengalami kejadian sering keputihan yaitu sebesar 51,2%,
jarang keputihan sebesar 36,6% dan tidak keputihan sebesar 12,2%. Hal ini terjadi
2
karena sebagian besar siswi memiliki persepsi kurang baik, sikap kurang setuju, dan
sering keputihan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih jauh
tentang proses manajemen asuhan kebidanan remaja dan pra nikah pada remaja
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
5. Mampu merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada klien remaja dengan
keputihan.
7. Mampu melaksanakan evaluasi atas tindakan yang akan dilakukan pada klien
3
D. Manfaat Penulisan
keputihan, serta dapat menjadi dokumen dan bahan bacaan bagi mahasiswa
pembaca.
mengaplikasikan apa yang telah di dapat dalam penanganan kasus pada remaja
dengan keputihan.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Keputihan dikalangan medis dikenal dengan istilah leukore atau fluor albus,
yaitu keluarnya cairan dari vagina (Wijayanti, 2012). Leukore adalah semua
pengeluaran cairan dari alat genetalia yang bukan darah tetapi merupakan
pada genetalia wanita dan disebabkan oleh organisme seperti ragi yaitu candida
pada masa menjelang dan sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara
Keputihan abnormal dapat terjadi pada semua alat genitalia (infeksi bibir
kemaluan, liang senggama, mulut rahim, rahim dan jaringan penyangga, dan
5
Gejala keputihan karena faktor patologis menurut Katharini (2017) antara
lain:
2. Penyebab Keputihan
sehingga penyebab yang pasti perlu ditetapkan. Oleh karena itu untuk
yang keluar dari alat genitalia tersebut. Pemeriksaan terhadap keputihan meliputi
bakteri penyebab), dan pap smear (untuk menentukan adanya sel ganas)
(Manuaba, 2015).
normal adalah infeksi. Organ genitalia pada perempuan yang dapat terkena
infeksi adalah vulva, vagina, leher rahim, dan rongga rahim. Infeksi ini dapat
disebabkan oleh:
a. Bakteri (kuman)
yang paling sering ditemukan yaitu gonore. Pada laki-laki penyakit ini
keputihan.
6
2) Chlamydia trachomatis Keputihan yang ditimbulkan oleh bakteri ini
tidak begitu banyak dan lebih encer bila dibandingkan dengan penyakit
gonore.
putih keruh keabu-abuan, agak lengket dan berbau amis seperti ikan,
b. Jamur Candida
vagina. Bila jamur candida di vagina terdapat dalam jumlah banyak dapat
yang keluar biasanya kental, berwarna putih susu, dan bergumpal seperti
kepala susu atau susu pecah, disertai rasa gatal yang hebat, tidak berbau dan
berbau asam. Daerah vulva (bibir genitalia) dan vagina meradang disertai
dilahirkan melalui saluran vagina pun akan tertular. Penularan terjadi karena
jamur tersebut akan tertelan dan masuk kedalam usus. Dalam rongga mulut,
jamur tersebut dapat menyebabkan sariawan yang serius jika tidak diberi
pengobatan. Pada suatu saat jamur yang tertelan tadi akan menyebar ke
organ lain, termasuk ke alat kelamin dan menimbulkan keputihan pada bayi
perempuan.
c. Parasit
Infeksi akut akibat parasit ini menyebabkan keputihan yang ditandai oleh
7
banyaknya keluar cairan yang encer, berwarna kuning kehijauan, berbuih
menyerupai air sabun, dan baunya tidak enak. Meskipun dibilas dengan air,
cairan ini tetap keluar. Keputihan akibat parasit ini tidak begitu gatal, namun
vagina tampak merah, nyeri bila ditekan, dan pedih bila kencing. Kadang–
keputihan sangat banyak, dapat timbul iritasi di lipat paha dan sekitar bibir
genitalia. Pada infeksi yang telah menjadi kronis, cairan yang keluar
biasanya telah berkurang dan warnanya menjadi abu–abu atau hijau muda
sampai kuning. Parasit lain yang juga menyebabkan keputihan adalah cacing
kremi. Cacing ini biasanya menyerang anak perempuan umur 2–8 tahun.
Infeksi terjadi akibat sering bermain di tanah, atau penjalaran cacing dari
lubang dubur ke alat genital. Keputihan akibat cacing kremi dasertai rasa
luka.
d. Virus
Simplex (VHS) tipe 2 dan Human Papilloma Virus (HPV). Infeksi HPV
pendamping.
Keluhan yang timbul pada infeksi VHS tipe 2 berupa rasa terbakar,
nyeri, atau rasa kesemutan pada tempat masuknya virus tersebut. Pada
tukak yang basah. Kelenjar limfe setempat teraba membesar dan nyeri. Pada
8
perempuan, penyakit ini dapat disertai keluhan nyeri sewaktu kencing,
adalah stres, aktivitas sek, sengatan matahari, beberapa jenis makanan, dan
kelelahan.
9
Penyebab lain keputihan selain infeksi (Katharini, 2017) antara lain :
berlebihan. Pada anak–anak, benda asing dalam vagina berupa biji– bijian
atau kotoran yang berasal dari tanah. Pada perempuan dewasa benda asing
dapat berupa tampon, kondom yang tertinggal didalam akibat lepas saat
organ kandungan (prolaps uteri), atau adanya IUD pada perempuan yang
ber-KB spiral.
Cairan yang keluar mula–mula jernih dan tidak berbau. Tetapi jika
terjadi luka dan infeksi dengan jasad renik normal yang biasanya hidup di
infeksinya.
sering menyebabkan keluarnya cairan encer, jernih, dan tidak berbau. Pada
kanker rahim atau kanker serviks (leher rahim), cairan yang keluar bisa
yang panas, peranakan turun (prolaps uteri), dan dorongan seks tidak
10
mellitus), kehamilan, memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen–
terhadap invasi bakteri, dengan demikian tidak mudah terkena infeksi. Hal–
hal diatas dapat terjadi karena dalam sel epitel vagina yang menebal banyak
memang bersifat asam, yaitu sekitar 3,5–4,5. Keluarnya mucus servix (lendir
leher rahim) sehingga vagina tidak terasa kering juga dipengaruhi oleh
stimulasi estrogen. Hormon estrogen yang dihasilkan oleh indung telur akan
suasana asam sehingga vagina dan uretra mudah terinfeksi dan sering timbul
gatal. Akibat rasa gatal di vagina, maka garukan yang sering dilakukan
dibuangnya kedua ovarium (indung telur) akibat kista atau kanker, atau
11
karena radiasi (penyinaran) indung telur yang terserang kanker. Pada masa
e. Fistel di vagina
dengan kandung kemih atau usus, bisa terjadi akibat cacat bawaan, cedera
feses atau air kemih. Biasanya mudah dikenali karena bau dan warnanya
3. Pencegahan Keputihan
Menurut Oriza (2018), beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mencegah
1) Mencuci bagian vulva (bagian luar vagina) setiap hari dan menjaga agar
dan lembab;
mengandung deodoran dan bahan kimia terlalu berlebihan, karena hal itu
12
5) Setelah buang air besar, bersihkan dengan air dan keringkan dari arah
vagina;
6) Menjaga kuku tetap bersih dan pendek. Kuku dapat terinfeksi Candida
dibawah kuku tersebut dapat menular ke vagina saat mandi atau cebok.
selesai renang karena jamur lebih senang pada lingkungan yang basah
dan lembab;
2) Mengendalikan stres;
serangan infeksi;
yang merugikan;
13
5) Menjaga berat badan tetap ideal dan seimbang. Kegemukan dapat
habis sesuai dengan yang diresepkan agar bakteri tidak kebal dan
celana dalam harus yang pas sehingga pembalut tidak bergeser dari
belakang ke depan.
celana yang berlapis–lapis atau celana yang terlalu tebal karena akan
14
e. Usahakan tidak memakai celana dalam atau celana orang lain.
Gambar 2.1
Mind Maping Keputihan
Sumber:
Manuaba (2015), Katharini (2017), Oriza (2018).
15
Gambar 2.2
Pathway Keputihan
Sumber:
Manuaba (2015), Katharini (2017), Oriza (2018).
yang digunakan oleh bidan dalam proses pemecahan masalah dalam pemberian
16
2. Tahapan dalam manajemen kebidanan menurut Helen Varney
dimulai dengan pengumpulan data dasar yang diakhiri dengan evaluasi. Tahapan
keadaan klien. Yang termasuk data dasar adalah riwayat kesehatan klien,
pemeriksaan fisik, dan catatan riwayat kesehatan yang lalu dan sekarang,
17
d. Evaluasi perlunya tindakan segera/kolaborasi
dalam perawatan bidan. Proses terus menerus ini menghasilkan data baru
tindakan harus disetujui klien, oleh sebab itu harus didiskusikan dengan
relevan dan diakui kebenarannya serta situasi dan kondisi tindakan harus
bidan dan sebagian dilaksanakan oleh ibu sendiri, dan anggota tim
dilakukan pada setiap langkah kebidanan. Pada tahap evaluasi bidan harus
18
3. Pendokumentasian asuhan kebidanan (SOAP)
a. Data subjektif
yang diperoleh dari hasil wawancara langsung pada klien atau keluarga dan
b. Data Objektif
Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik mencakup inspeksi, palpasi,
laboratorium.
c. Assesmen/Diagnosa
ibu.
d. Planning/Perencanaan
(Wahyuningsih, 2018).
1. Pengertian
19
Evidence based midwifery adalah pemberian informasi kebidanan
2020).
penelitian dan pengalaman praktik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia.
Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi (Jayanti,
2020).
based tersebut tentu saja bermanfaat membantu mengurangi angka kematian ibu
hamil dan risiko-risiko yang dialami selama persalinan bagi ibu dan bayi serta
obat baru yang dapat saja segera ditarik dan peredaran hanya dalam waktu
20
d. Evidence based report adalah mgmpakan bentuk penulisan laporan kasus
Sumber EBM dapat diperoleh melalui bukti publikasi jurnal dari internet
maupun berlangganan baik hardcopy seperti majalah, bulletin, atau CD. Situs
internet yang ada dapat diakses, ada yang harus dibayar namun banyak pula
UNITRI Malang.
21
c. The Etiology of Vaginal Discharge Syndrome in Zimbabwe (Chirenje, et all,
2019)
(20,0%) memiliki infeksi ganda dan 10 (11,1%) memiliki tiga infeksi. 158
bulan menunjukkan sikap dan praktik yang lebih baik dalam pencegahan
22
buruk. Kesadaran tentang perlunya informasi tentang praktik kebersihan alat
laboratorium, 81 (47%) menerima 1 atau lebih resep yang tidak sesuai. Dari
120 wanita tanpa BV, TV, atau VVC, 41 (34%) diberi resep antibiotik dan /
untuk gejala vaginitis lebih umum di antara wanita yang diobati secara
23
BAB III
TINJAUAN KASUS
25
2) Ginjal : Nn.Y mengatakan tidak pernah merasa
sakit pinggang dan saat buang air kecil tidak sakit.
3) Asma : Nn.Y mengatakan tidak pernah sesak nafas.
4) TBC : Nn.Y mengatakan tidak pernah batuk
berkepanjangan selama 3 bulan.
5) Hepatitis : Nn.Y mengatakan pada mata, kuku, dan kulit
tidak pernah berwarna kuning.
6) Hipertensi : Nn.Y mengatakan tidah pernah merasakan
sakit kepala hebat, pandangan kabur, dan tekanan darah
> 140/90 mmHg.
b. Riwayat penyakit ginekologi
Nn.Y mengatakan tidak pernah merasakan gejala rasa sakit, benjolan,
luka, serta keluarnya cairan nanah di kemaluan, Nn.Y mengatakan hanya
merasakan nyeri pada perut bawah saat menstruasi.
5. Data kebutuhan dasar
a. Pola nutrisi
Nn.Y mengatakan makan 2 x/hari dan tidak pernah sarapan porsi sedang,
jenis makanan nasi, lauk, dan lebih suka makanan instan, kurang suka
makan sayur serta minum 6-7 gelas/hari jenis air putih dan teh.
b. Pola eliminasi
Nn.Y mengatakan BAB 1 kali/hari konsistensi lembek serta BAK 3-5
kali/hari, warna urine kuning jernih, bau khas urine.
c. Aktifitas
Nn.Y mengatakan sehari-hari sekolah, membantu pekerjaan orang tua,
dan bermain.
d. Istirahat / Tidur
Nn. Y mengatakan jarang tidur siang dan tidur malam 6 - 7 jam per hari.
e. Personal Hygiene
Nn.Y mengatakan mandi 2x sehari, gosok gigi 3x sehari, ganti pakaian
2x sehari dan keramas 3x dalam seminggu, memakai cairan pembersih
vagina.
26
6. Data psikososial
a. Pengetahuan tentang gangguan/penyakit yang diderita
Nn.Y mengatakan belum mengetahui penyebab dari keluar cairan dan
kadang-kadang gatal di daerah vagina.
b. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
Nn.Y hanya mengetahui bahwa harus menjaga kebersihan area
kewanitaannya, tetapi tidak mengetahui tentang alat reproduksi dan
gangguan reproduksi yang mungkin terjadi.
c. Dukungan keluarga
Keluarga dan kerabat selalu mendukung Nn. Y untuk cepat sembuh dan
kembali pulih seperti semula, dimana Nn.Y selalu ditemani oleh keluarga
dan kerabat saat memerlukan bantuan dan memenuhi kebutuhannya.
d. Keadaan psikologi
Nn.Y mengatakan cemas dengan kondisinya, karena takut terjadi
gangguan kesehatan yang serius dan mengganggu proses belajar.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TB : 160 cm
d. BB : 44 kg
e. TTV :
TD : 90/60 mmHg S : 36,7˚C
N : 80 x/menit R : 20 x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
1) Rambut : Bersih, tidak berketombe, dan tidak mudah
rontok.
2) Muka : Bersih, tidak oedema
3) Mata : Conjungtiva pucat, sclera putih
4) Hidung : Bersih, tidak ada secret dan tidak ada benjolan.
5) Telinga : Simetris, bersih, dan tidak ada serumen.
27
6) Mulut / gigi / gusi : Bibir kering, bersih, tidak Stomatitis, tidak
caries, tidak bengkak dan tidak berdarah.
b. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar gondok, tidak ada
pembesaran vena, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
c. Dada dan Axilla
1) Dada : Normal, simetris
2) Mammae
a) Membesar : Normal, tidak teraba benjolan abnormal.
b) Simetris : Simetris kanan dan kiri.
3) Axilla
a) Benjolan : Tidak ada benjolan.
b) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan.
4) Abdomen
a) Benjolan : Tidak ada benjolan atau pembesaran
abnormal
b) Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan.
c) Bekas luka operasi : Tidak ada bekas operasi.
5) Genitalia
a) Vulva Vagina
(1) Varices : Tidak ada varices.
(2) Luka : Tidak ada luka.
(3) Kemerahan : Tidak ada kemerahan.
(4) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan.
(5) Kelenjar Bartholini : Tidak ada pembesaran.
(6) PPV : Terdapat pengeluaran pervaginan
dari darah merah pembalut penuh.
b) Anus : Tidak ada Haemoroid.
6) Ektremitas : atas : tidak oedema
Bawah : tidak oedema, tidak ada varies
28
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 21 September 2021
Pemeriksaan Hasil Normal Satuan
Golongan Darah O+ A, AB, B, O
Hemoglobin 12 L : 14 – 18 g/Dl
P : 12 – 16
C. Analisa Data
1. Diagnosa
Nn. Y umur 15 tahun dengan keputihan.
2. Masalah
Sering gatal di daerah vagina
3. Kebutuhan
KIE tentang keputihan dan menu gizi seimbang
D. Penatalaksanaan
Hari/Tanggal : Kamis, 21 September 2021 jam : 09.10 WIB
1. Memberitahu Nn. Y dan keluarga tentang kondisinya bahwa Nn.Y
mengalami keputihan
Rasionalisasi : Hak –hak pasien untuk memperoleh informasi
untuk kondisi dan keadaan apa yang dia alami (Sarwono, 2018)
Evaluasi : pasien dan keluarga mengerti hasil pemeriksaan, mengerti
tentang penyebab dan cara untuk mengatasi masalah keputihan.
2. Menganjurkan Nn.Y untuk menjaga kebersihan organ genitalia.
Rasionalisasi : menjaga kebersihan daerah vagina merupakan salah satu
cara mencegah terjadinya keputihan
Evaluasi : pasien dan keluarga mengetahui cara mencegah terjadinya
keputihan
3. Menganjurkan Nn. Y menjaga kebersihan saat menstruasi
Rasionalisasi : dengan menjaga kebersihan saat menstruasi seperti
mengganti pembalut minimal 3x sehari dapat mencegah terjadinya
keputihan, cebok dimulai dari depan ke arah belakang, mengindari
pemakaian celana dalam yang ketat dan tidak menggunkaan cairan
pembersih vagina.
29
Evaluasi : pasien dan keuarga memahami tentang cara personal higiene pada
saat menstruasi
4. Menganjurkan konsumsi menu gizi seimbang dengan perbanyak makan
yang mengandung protein tinggi dan mengurangi makanan tinggi gula dan
karbohidrat.
Rasionalisasi : konsumsi menu gizi seimbang dengan perbanyak makan
buah dan sayur merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kadar hemoglobin dalam darah.
Evaluasi : klien telah mengetahui manfaat konsumsi gizi seimbang dan
bersedia untuk mengkonsumsi makanan gizi seimbang yang tinggi protein.
5. Menganjurkan klien untuk mengurangi konsumsi makanan instant
Rasionalisasi : konsumsi mananan instant selain nilai gizi yang kuranng dan
banyak bahan pengawet dapat mengganggu kesehatan tubuh apalagi pada
anak- anak dengan masa pertumbuhan.
Evaluasi : klien sudah mengetahui bahaya makanan instant dan berjanji
akan mengurangi konsumsi makanan instant.
6. Menganjurkan selalu sarapan sebelum melakukan aktifitas.
Rasionalisasi : sarapan sangat penting karena dapat meningkatkan
produktifitas dan konsentrasi untuk melakukan aktifitas sehari- hari.
Evaluasi : Klien mengerti pentingnya sarapan dan akan mulai melakukan
sarapan sebelum melakukan aktifitas.
7. Memberikan terapi farmakologi untuk mengobati keputihan.
Metronidazol x/ 2x1
Vitamin C 50 mg x/ 1x1
Rasionalisasi : sebagai antibiotik untuk pengobatan infeksi.
Evaluasi : klien sudah pahan dan bersedia mengikuti saran yang diberikan.
8. Menganjurkan istirahat cukup.
Rasionalisasi : istirahat yang cukup dapat memulihkan kesehatan dan
konsentrasi sehingga aktifitas selalu terjaga
Evaluasi : klien sudah pahan dan bersedia mengikuti saran yang diberikan.
30
BAB IV
PEMBAHASAN
Pembahasan adalah bagian dari laporan kasus yang membahas tentang kendala
atau hambatan selama melakukan asuhan kebidanan pada klien serta analisis kasus
menyangkut kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus. Setelah dilakukan
asuhan kebidanan pada Nn. “Y” dengan dismenorea di Puskesmas Putri Ayu, maka
penulis akan melakukan pembahasan sesuai dengan tujuan dari penulisan laporan kasus
ini. Pembahasan ini disusun berdasarkan teori dari asuhan nyata dengan pendekatan
manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari tujuh Langkah Varney yaitu:
Dalam tahapan pengkajian, penulis tidak mendapat hambatan. Hal ini karena
respon kooperatif klien dan ibunya yang dapat menerima kehadiran penulis saat
pengumpulan data sampai tindakan yang diberikan. Klien dan Ibunya menunjukkan
31
sikap terbuka dan menerima anjuran serta saran yang diberikan oleh penulis maupun
Pada kasus Nn.Y mengatakan keluar cairan putih bening sebelum dan sesudah
menstruasi dan kadang-kadang gatal di daerah vagina dan saat ini baru selesai
menstruasi hari ke 2.
Keluhan yang dirasakan Nn. Y merupakan keputihan fisiologis, hal ini sesuai
dengan teori menurut Tulus (2014), keputihan merupakan salah satu gangguan klinis
yang sering dikeluhkan oleh semua wanita. Remaja putri yang baru memasuki masa
pubertas dengan segala bentuk fenomena perubahan pada diri mereka, masalah ini
dapat berdampak negatif jika tidak ditangani sejak dini. Keputihan atau flour albus
adalah kondisi vagina saat mengeluarkan cairan atau lendir yang menyerupai nanah.
Keputihan dikalangan medis dikenal dengan istilah leukore atau fluor albus,
yaitu keluarnya cairan dari vagina (Wijayanti, 2012). Leukore adalah semua
pengeluaran cairan dari alat genetalia yang bukan darah tetapi merupakan
manifestasi klinik berbagai infeksi, keganasan atau tumor jinak organ reproduksi.
Pengertian lebih khusus keputihan merupakan infeksi jamur kandida pada genetalia
wanita dan disebabkan oleh organisme seperti ragi yaitu candida albicans (Manuaba,
2015).
pada masa menjelang dan sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari
abnormal dapat terjadi pada semua alat genitalia (infeksi bibir kemaluan, liang
senggama, mulut rahim, rahim dan jaringan penyangga, dan pada infeksi penyakit
32
Dari penjelasan diatas dapat dilihat tidak terdapat perbedaan antara teori dan
kasus ynag penulis temui dilapangan, oleh karena itu tidak terdapat kesenjangan
beberapa data dan dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data
yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikupulkan, diinterpretasi sehingga
dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Masalah dan diagnosis
keduanya digunakan karena beberapa masalah yang tidak dapat diselesaikan, seperti
rencan asuhan terhadap klien. Masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita
Pada kasus Nn. Y telah dilakukan pemgumpulan data subjektif yairu Nn. Y
mengatakan Nn.Y mengatakan keluar cairan putih bening sebelum dan sesudah
menstruasi dan kadang-kadang gatal di daerah vagina dan Nn. Y mengatakan baru
selesai menstruasi 2 hari yang lalu. Data objektif didapatkan dengan keadaan umum
baik, vital sign (Tekanan Darah 90/60 mmHg, Nadi 80 x/menit, Suhu 36,60C,
aktual yang dirumuskan yaitu keputihan fisiologis. Oleh karena itu tidak terdapat
33
C. Antisipasi diagnosa/masalah potensial
Pada tinjauan teori remaja dengan keputihan merupakan gejala dan bukan suatu
seperti gonoro karenanya tidak ada diagnosa potensial yang terjadi karena tidak ada
data yang memerlukan tindakan segera atau kolaborasi dengan tim kesehatan
Pada kasus Nn. Y tidak dilakukan antisipasi karena tidak ada data yang
menunjukkan situasi yang memerlukan tindakan segera atau kolaborasi dengan tim
kesehatan lainnya.
E. Perencanaan
baik kesejahteraan fisik, sosial dan mental yang utuh dalam segala hal yang bekaitan
dengan fungsi, peran dan proes reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Kesehatan
reproduksi pada wanita tidak terlepas pada kesehatan organ intim.Tentu kita perlu
sadari bahwa menjaga kesehatan reproduksi sangat penting.Salah satu hal yang
dapat kita lakukan adalah menjaga kebersihan atau higienitas, terutama pada daerah
sekitar vagina. Keputihan merupakan salah satu gangguan klinis yang sering
34
dikeluhkan oleh semua wanita. Remaja putri yang baru memasuki masa pubertas
dengan segala bentuk fenomena perubahan pada diri mereka, masalah ini dapat
Keputihan atau flour albus adalah kondisi vagina saat mengeluarkan cairan
tidak mengetahui tentang keputihan dan penyebab keputihan. Jika tidak ditangani
dengan baik, keputihan bias berakibat fatal, kemandulan dan kehamilan ektopik
(hamil diluar kandungan) bias menjadi salah satu akibat keputihan. Gejala awal
kanker Rahim biasanya dimulai dengan keputihan (Kusen, 2017). Keputihan tidak
selamanya merupakan penyakit karena ada juga keputihan yang normal. Oleh sebab
itu, keputihan dibagi menjadi dua, yaitu keputihan fisiologis dan patologis.
Keputihan yang fisiologis terjadi pada kaum wanita yang pertama kali haid, yang
biasanya terjadi di akhir siklus haid. Keputihan jenis ini akan sembuh sendiri, dan
tidak berbau dan berwarna putih jernih. Keputihan yang patologis adanya infeksi
bakteri, jamur, virus, kemudian terjadi reaksi akibat penggunaan bahan kimia seperti
memakai cuci vagina atau menggunakan pembalut yang terlalu lama dan keputihan
cenderung berbau busuk, berwarna kehijauan dan kadang-kadang disertai rasa gatal
(Sibagariang, 2016).
Pada kasus yang penulis temui dilapangan terhadap Nn. Y didapat bahwa Nn.
pembersih vagina.
dengan kejadian keputihan pada remaja putri di SMA Darussalam Medan adalah
35
pemakaian cairan pembersih vagina. Frekuensi secara umum adalah banyaknya
sesuatu yang terjadi setiap detiknya. Frekuensi mengganti pantyliner secara teratur
seorang wanita untuk mengganti pantyliner secara teratur 4 – 5 kali sehari atau
setelah buang air kecil atau mandi untuk menghindari tumbuhnya jamur atau bakteri
merusak kulit dan lingkungan. Penggunaan antiseptik yang banyak dijual dipasaran
bakteri baik. Jika pH terganggu maka bakteri jahat akan mudah berkembang lebih
banyak dan vagina akan mudah terkena penyakit yang salah satunya ditandai dengan
Menurut asumsi peneliti bahwa pembersih vagina bukan hal yang tidak lazim
lagi di kalangan wanita, karena menganggap pembersih vagina adalah salah satu
vagina dapat menyebabkan keputihan jika digunakan secara terus menerus. Karena
ini tidak dapat dipastikan bahwa wanita yang tidak memakai cairan pembersih
disebabkan oleh faktor lain seperti pemilihan cairan pembersih yang banyak
penggunaan celana dalam yang ketat, meminjam pakaian orang lain, mambasuh
36
vagina dengan cara yang salah dan lingkungan yang kotor. Hal ini dikarenakan
kebersihan vagina yang bertujuan agar vagina tetap bersih, normal, sehat dan
(2017) dimana ada hubungan vaginal hygiene dengan kejadian keputihan pada
mahasiswi di asrama putri PSIK UNITRI Malang dengan nilai korelasi -0,760.
area kewanitaannya, tetapi tidak mengetahui tentang alat reproduksi dan gangguan
remaja sangat penting untuk menghindari terjadinya keputihan. Hal ini didukung
oleh penelitian Widyasih (2017) yang berjudul Effect of Vaginal Hygiene Module to
bahwa Terdapat perbedaan yang signifikan sikap dan praktik pencegahan keputihan
patologis siswa antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Siswa yang telah
terpapar modul kebersihan vagina selama enam bulan menunjukkan sikap dan
praktik yang lebih baik dalam pencegahan keputihan secara patologis dibandingkan
dengan siswa kelompok kontrol yang tidak menerima modul apa pun. Kesimpulan:
Hal ini diperkuat juga oleh penelitian Shah (2019) dimana gadis yang pernah
mengalami gatal-gatal di area genital 2,12 kali lebih mungkin melakukan praktik
yang buruk tentang kebersihan alat kelamin dibandingkan dengan mereka yang
37
tidak pernah mengalami gatal-gatal. Dapat diartikan hasil penelitian menunjukkan
sehingga penyebab yang pasti perlu ditetapkan. Oleh karena itu untuk mengetahui
adanya suatu penyakit perlu dilakukan berbagai pemeriksaan cairan yang keluar dari
(untuk infeksi jamur), preparat basah (infeksi trikomonas), preparat KOH (infeksi
jamur), kultur atau pembiakan (menentukan jenias bakteri penyebab), dan pap smear
oleh Bacterial vaginosis (BV), Trichomonas vaginalis (TV) infection, and vulvovaginal
candidiasis (VVC), kebanyakan wanita dengan keputihan mengalami pengobatan yang tidak
tepat sehingga kejadian keputihan berulang. Penanganan keputihan yang tepat adalah
antibakteri.
gonorrhoeae.
Dari uraian diatas, penulis berasumsi bahwa penyebab keputihan adalah infeksi
jamur dan bakteri, pengetahuan remaja yang kurang terhadap personal hygiene
38
memperparah terjadinya keputihan pada remaja. Penanganan keputihan secara
antibiotik, anti jamur dan anti bakteri sesuai dengan penyebab keputihan. Cara
pengobatan keputihan ini sama dengan yang diterapkan diluar negeri sesuai dengan
penelitian Shah (2019) di Nepal yang menyatakan bahwa keputiahan dapat diatasi
terapi farmakologi seperti antibiotik, anti jamur dan anti bakteri yang sesuai dengan
penyebab keputihan.
F. Pelaksanaan
tindakan yang menyeluruh. Semua rencana sudah dilaksanakan dengan baik sesuai
rencana dan mendapatkan perawatan yang baik sehingga tidak ada kesenjangan pada
G. Evaluasi
kepada Nn. Y di Puskesmas Putri Ayu tanggal 21 September 2021, Nn. Y dan
ibunya telah mengetahui keadaan yang dialaminya, tanda-tanda vital Nn. Y dalam
batas normal, klien sudah pahan dan bersedia mengikuti saran yang diberikan.
39
40
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
berikut:
didapat dari pengumpulan data yaitu dari data subjektif dan objektif pasien di
mana dari data pasien yaitu pasien bernama Nn. Y 15 tahun dengan keputihan.
Data objektif dilihat dari keadaan umum baik kesadaran composmentis dan TTV
kebidanan Nn. Y 15 tahun dengan keputihan, yang didapat dari data subjektif
dan objektif dari hasil pengkajian. Pada kasus ini Nn. Y tidak mengalami
masalah apapun.
3. Penulis telah mampu mengidentifikasi tidak ada diagnosa atau masalah potensial
yang mungkin akan terjadi pada Nn. Y hal ini ditunjukkan dengan keluhan yang
dialami oleh Nn. Y merupakan keluhan yang normal terjadi pada remaja
keluhan Nn. Y, hal ini dikarenakan keluhan yang dialami oleh Nn. Y merupakan
keluhan yang normal terjadi pada remaja sebelum dan sesudah menstruasi.
tahun dengan keputihan sesuai dengan asuhan yang diberikan yaitu dengan
41
memberikan informasi yang tepat mengenai keluhan yang dialami dan cara
B. Saran
klien sesuai dengan kebutuhannya. KIE tersebut dapat berupa Edukasi dan
Motivasi kepada klien agar peduli terhadap kesehatannya dan melakukan IMD
2. Bagi Instutusi
sesuai dengan tujuan kompetensi yang ingin dicapai sehingga mahasiswa dapat
lebih mudah menggali dan menerapkan ketampilan sesuai dengan teori yang
telah dipelajari.
42
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, H., Wiyono, J., & Candrawati, E. (2018). Hubungan Perilaku Vaginal Hygiene
Dengan Kejadian Keputihan Pada Mahasiswi Di Asrama putri PSIK Unitri
Malang. Nursing News, 1, 358–368.
Astuti Dw. Hubungan Penggunaan Panty Liner Dengan Kejadian Keputihan Di Sma
Muhammadiyah 3 Yogyakarta. 2017;
Arfiputri, D. S., Hidayati, A. N., Handayani, S., & Ervianti, E. (2018). Risk factors of
vulvovaginal candidiasis in dermato-venereology outpatients clinic of soetomo
general hospital, Surabaya, Indonesia. African Journal of Infectious Diseases,
12(Special Issue 1), 90–94. https://doi.org/10.2101/Ajid.12v1S.13
Badan Pusat Statistik dan Macro Internasional. 2015. Survei Kesehatan Reproduksi
Remaja Indonesia 2015. Jakarta.
Chirenje, Z. M., Dhibi, N., Handsfield, H. H., Gonese, E., Tippett Barr, B., Gwanzura,
L., Latif, A. S., Maseko, D. V., Kularatne, R. S., Tshimanga, M., Kilmarx, P. H.,
Machiha, A., Mugurungi, O., & Rietmeijer, C. A. (2018). The Etiology of Vaginal
Discharge Syndrome in Zimbabwe. Sexually Transmitted Diseases, 45(6), 422–
428. https://doi.org/10.1097/olq.0000000000000771
Eva Ellya Sibagariang. Kesehatan Reproduksi Wanita (Edisi Revisi). Jakarta Timur: Cv.
Trans Info Media; 2016.
Katharini, dkk. 2017. Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta; Trans Info Media
Oriza, N., & Yulianty, R. (2018). Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Keputihan
Pada Remaja Putri di SMA Darussalam Medan. Jurnal Bidan Komunitas, 1(3),
142. https://doi.org/10.33085/jbk.v1i3.3954
Persia A, Gustia R, Bahar E. Hubungan Pemakaian Panty Liner Dengan Kejadian Fluor Albus
Pada Siswi Sma Di Kota Padang Berdasarkan Wawancara Terpimpin (Kuisioner). J
Kesehat Andalas. 2015;4(2)
43
Pratiwi Tm, Sabilu Y, Fachlevy Af. Hubungan Pengetahuan, Stres, Penggunaan
Antiseptik Dan Penggunaan Pembalut Dengan Kejadian Fluor Albus Pada
Remaja Siswi Sma Negeri 8 Kendari Tahun 2017. J Ilm Mhs Kesehat Masy.
2017;2(6).
Rahmah NF. 2017. Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Personal Kebersihan Genital
Terhadap Kejadian Keputihan pada Santriwati SMAS/MAdi PPM Rahmatul Asri
Enrekang Tahun 2017. Skripsi. Makassar: Universitas Has
Shah, S. K., Shrestha, S., Maharjan, P. L., Karki, K., Upadhayay, A., Subedi, S., &
Gurung, M. (2019). Knowledge and practice of genital health and hygiene among
adolescent girls of Lalitpur Metropolitan city, Nepal. American Journal of Public
Health Research, 7(4), 151–156. https://doi.org/10.12691/ajphr-7-4-4
Tulus Cwk, Kundre Rm, Bataha Yb. Hubungan Pengetahuan Dan Perilaku Dengan
Terjadinya Keputihan Pada Remaja Putri Kelas Xi Di Sma Kristen 1 Tomohon. J
Keperawatan. 2014;2(2).
44