Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN REMAJA Nn. T DENGAN KEPUTIHAN


DI PMB SUPIYANI

Dosen Pembimbing:
Atikah Fhadilah

Oleh :
Monica Delsantya
PO.71242210036

PRODI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN


POLTEKKES KEMENKES JAMBI
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disahkan “Laporan Kasus Asuhan Kebidanan Pada Remaja dan Pra Nikah”
guna memenuhi tugas Stase Remaja dan Pra nikah program studi profesi Bidan
Poltekkes Kemenkes Jambi tahun 2021.

Jambi, Januari 2022

Mengetahui :

Preseptor Akademik

()

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus Mata Kuliah Praktik Asuhan
Kebidanan Komprehensif pada Remaja dan Pra Nikah Nn. T dengan keputihan.
Penulisanan laporan ini dalam rangka menerapkan tugas mata kuliah praktik
klinik kebidanan komprehensif stase remaja dan pra nikah yang merupakan salah satu
mata kuliah atau kurikulum yang harus dilalui dalam proses pendidikan profesi
kebidanan. Penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan
serta pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Hj. Suryani, S.Pd, M.PH selaku Kepala Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Jambi
2. Lia Artika Sari, M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes
Jambi
3. selaku Dosen Pembimbing Institusi
4. sebagai Pembimbing Lahan di PMB Supiyani
5. Kakak-kakak bidan dan perawat serta rekan-rekan yang telah memberi banyak
masukan dalam laporan ini yang telah memberikan masukan dan pengarahan kepada
penulis sehingga laporan ini diselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan
dengan demikian penulis sangan mengharapkan petunjuk dan saran serta kritik dari
dosen pembimbing. Akhir kata semoga hasil laporan ini memberikan manfaat yang
berguna bagi yang membutuhkannya.

Jambi, Januari 2022

Penulis        

i
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan .................................................................................................. i


Kata Pengantar........................................................................................................... ii
Daftar Isi..................................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 4
C. Tujuan........................................................................................................ 4
D. Manfaat ..................................................................................................... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


A.Konsep dasar Keputihan............................................................................. 5
B. Manajemen Kebidanan ............................................................................. 14
B. Evidence Based Midwivery....................................................................... 17

BAB III. TINJAUAN KASUS


A. Tinjauan Kasus ........................................................................................ 25

BAB IV PEMBAHASAN
Analisis Kasus dengan kajian teori jurnal/EBM ........................................... 31

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................ 40
B. Saran ......................................................................................................... 41

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) mendefenisikan kesehatan merupakan

suatu kondisi sejahtera jasmani, rohani, dan sosial-ekonomi. Kesehatan bukan hanya

bebas dari penyakit atau kecacatan, perempuan memiliki banyak masalah dengan

area vagina, kebanyakan kasus berupa keputihan. Infeksi vagina bisa terjadi ketika

kuman-kuman seperti bakteri dan virus masuk ke vagina melalui berhubungan seks

(Rahmah, 2017).

Pada masa remaja, remaja putri harus memperhatikan kesehatan dirinya

terutama kesehatan reproduksi. Indonesia merupakan daerah tropis sehingga

membuat keadaan tubuh menjadi lebih lembab dan berkeringat. Keadaan tersebut

mengakibatkan bakteri mudah berkembang dan menyebabkan bau tidak sedap

terutama pada bagian lipatan organ genetalia pada perempuan, untuk menjaga agar

tubuh tetap dalam keadaan bersih harus memperhatikan kebersihan perorangan

(Tristanti, 2015).

Kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena

kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan perilaku seseorang. Kebersihan

perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan

seseorang, untuk menjaga kesejahteraan fisik dan psikis (Tristanti, 2015).

Remaja putri diharapkan mengerti tentang pentingnya merawat tubuh

khususnya kebersihan organ seksual untuk menjaga kesehatan reproduksi. Hal ini

bertujuan agar terhindar dari resiko infeksi, penyakit radang panggul dan

kemandulan serta berdampak buruk pada masa yang akan datang (Astuti, 2016).

1
Masalah keputihan tidak bisa diremehkan, karena dapat berakibat sangat fatal

bila terlambat ditangani, misalnya dapat menimbulkan kemandulan, radang panggul,

serta kanker leher rahim. 95% keputihan merupakan gejala awal dari kanker leher

rahim yang bisa berujung pada kematian bila tidak segera mendapatkan penanganan

(Ramayanti, 2016).

Jumlah wanita di dunia pada tahun 2013 sebanyak 6,7 milyar jiwa dan yang

pernah mengalami keputihan sekitar 75%. Indonesia jumlah wanita sekitar

237.641.326 jiwa 75%. Penelitian di Sumatera Utara sebanyak 37,4 juta jiwa

menunjukkan 75% remaja mengalami keputihan, di kota Medan pada 2013

sebanyak 855.281 jiwa dan sebanyak 45% pernah mengalami keputihan

(Simanjuntak, 2015).

Kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena

kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan perilaku seseorang, untuk menjaga

agar tubuh tetap dalam keadaan bersih harus memperhatikan kebersihan

perseorangan atau personal hygiene. Kebersihan perorangan atau personal hygiene

adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang, untuk

menjaga kesejahteraan fisik dan psikis (Tristanti, 2016).

Hasil penelitian yang dilakukan pada remaja putri di SMA N 3 Tahuna Barat

oleh Gampu (2018) dengan metode wawancara yang dilakukan pada 10 orang siswi

diperoleh data 6 orang siswi mengalami keputihan. Pada penelitian dari

Prasetyowati (2009) di SMU Muhammadiyah Metro menunjukkan hasil dimana

responden yang mengalami keputihan sebanyak 75% dan 25% responden tidak

keputihan. Penelitian Wijiyanti (2016) di SMA PGRI 1 Kudus menunjukkan bahwa

responden paling banyak mengalami kejadian sering keputihan yaitu sebesar 51,2%,

jarang keputihan sebesar 36,6% dan tidak keputihan sebesar 12,2%. Hal ini terjadi

2
karena sebagian besar siswi memiliki persepsi kurang baik, sikap kurang setuju, dan

perilaku kurang baik tentang vaginal hygiene sehingga menyebabkan kejadian

sering keputihan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih jauh

tentang proses manajemen asuhan kebidanan remaja dan pra nikah pada remaja

dengan keputihan di PMB Supiyani tahun 2022

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan masalah yaitu asuhan

kebidanan pada remaja dengan keputihan di PMB Supiyani Tahun 2022.

C. Tujuan

1. Mampu melakukan pengkajian data dengan pendekatan manajemen kebidanan.

2. Mampu melakukan Interpretasi data dengan pendekatan manajemen kebidanan.

3. Mampu melakukan identifikasi masalah dengan diagnosa potensial pada klien

remaja dengan keputihan.

4. Mampu melakukan tindakan segera kepada klien remaja dengan keputihan.

5. Mampu merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada klien remaja dengan

keputihan.

6. Mampu melaksanakan rencana tindakan yang sudah ditentukan pada klien

remaja dengan keputihan.

7. Mampu melaksanakan evaluasi atas tindakan yang akan dilakukan pada klien

remaja dengan keputihan.

3
D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Poltekkes Kemenkes Jambi

Hasil penulisan diharapkan dapat menambah wawasan dan iptek khususnya

mahasiswa kebidanan dalam menerapakan asuhan pada remaja dengan

keputihan, serta dapat menjadi dokumen dan bahan bacaan bagi mahasiswa

kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi sehingga menjadikan sumber ilmu bagi

pembaca.

2. Bagi Puskesmas Putri Ayu

Dapat menjadi referensi untuk meningkatkan pengetahuan serta dapat

mengaplikasikan apa yang telah di dapat dalam penanganan kasus pada remaja

dengan keputihan.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Keputihan

1. Pengertian

Keputihan dikalangan medis dikenal dengan istilah leukore atau fluor albus,

yaitu keluarnya cairan dari vagina (Wijayanti, 2012). Leukore adalah semua

pengeluaran cairan dari alat genetalia yang bukan darah tetapi merupakan

manifestasi klinik berbagai infeksi, keganasan atau tumor jinak organ

reproduksi. Pengertian lebih khusus keputihan merupakan infeksi jamur kandida

pada genetalia wanita dan disebabkan oleh organisme seperti ragi yaitu candida

albicans (Manuaba, 2015).

Keputihan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu keputihan normal

(fisiologis) dan keputihan abnormal (patologis). Keputihan normal dapat terjadi

pada masa menjelang dan sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara

hari ke 10-16 saat menstruasi, juga terjadi melalui rangsangan seksual.

Keputihan abnormal dapat terjadi pada semua alat genitalia (infeksi bibir

kemaluan, liang senggama, mulut rahim, rahim dan jaringan penyangga, dan

pada infeksi penyakit hubungan seksual) (Manuaba, 2015).

Keputihan bukan merupakan penyakit melainkan suatu gejala. Gejala

keputihan tersebut dapat disebabkan oleh faktor fisiologis maupun faktor

patologis. Gejala keputihan karena faktor fisiologis antara lain :

a) Cairan dari vagina berwarna kuning;

b) Tidak berwarna, tidak berbau, tidak gatal;

c) Jumlah cairan bisa sedikit, bisa cukup banyak

5
Gejala keputihan karena faktor patologis menurut Katharini (2017) antara

lain:

a) Cairan dari vagina keruh dan kental;

b) Warna kekuningan, keabu-abuan, atau kehijauan;

c) Berbau busuk, amis, dan terasa gatal;

d) Jumlah cairan banyak

2. Penyebab Keputihan

Keputihan bukan merupakan penyakit tetapi hanya suatu gejala penyakit,

sehingga penyebab yang pasti perlu ditetapkan. Oleh karena itu untuk

mengetahui adanya suatu penyakit perlu dilakukan berbagai pemeriksaan cairan

yang keluar dari alat genitalia tersebut. Pemeriksaan terhadap keputihan meliputi

pewarnaan gram (untuk infeksi jamur), preparat basah (infeksi trikomonas),

preparat KOH (infeksi jamur), kultur atau pembiakan (menentukan jenias

bakteri penyebab), dan pap smear (untuk menentukan adanya sel ganas)

(Manuaba, 2015).

Menurut Wijayanti (2012), penyebab paling sering dari keputihan tidak

normal adalah infeksi. Organ genitalia pada perempuan yang dapat terkena

infeksi adalah vulva, vagina, leher rahim, dan rongga rahim. Infeksi ini dapat

disebabkan oleh:

a. Bakteri (kuman)

1) Gonococcus Bakteri ini menyebabkan penyakit akibat hubungan seksual,

yang paling sering ditemukan yaitu gonore. Pada laki-laki penyakit ini

menyebabkan kencing nanah, sedangkan pada perempuan menyebabkan

keputihan.

6
2) Chlamydia trachomatis Keputihan yang ditimbulkan oleh bakteri ini

tidak begitu banyak dan lebih encer bila dibandingkan dengan penyakit

gonore.

3) Gardnerella vaginalis Keputihan yang timbul oleh bakteri ini berwarna

putih keruh keabu-abuan, agak lengket dan berbau amis seperti ikan,

disertai rasa gatal dan panas pada vagina.

b. Jamur Candida

Candida merupakan penghuni normal rongga mulut, usus besar, dan

vagina. Bila jamur candida di vagina terdapat dalam jumlah banyak dapat

menyebabkan keputihan yang dinamakan kandidosis vaginalis. Gejala yang

timbul sangat bervariasi, tergantung dari berat ringannya infeksi. Cairan

yang keluar biasanya kental, berwarna putih susu, dan bergumpal seperti

kepala susu atau susu pecah, disertai rasa gatal yang hebat, tidak berbau dan

berbau asam. Daerah vulva (bibir genitalia) dan vagina meradang disertai

maserasi, fisura, dan kadangkadang disertai papulopustular.

Keputihan akibat Candida terjadi sewaktu hamil maka bayi yang

dilahirkan melalui saluran vagina pun akan tertular. Penularan terjadi karena

jamur tersebut akan tertelan dan masuk kedalam usus. Dalam rongga mulut,

jamur tersebut dapat menyebabkan sariawan yang serius jika tidak diberi

pengobatan. Pada suatu saat jamur yang tertelan tadi akan menyebar ke

organ lain, termasuk ke alat kelamin dan menimbulkan keputihan pada bayi

perempuan.

c. Parasit

Parasit ini menimbulkan penyakit yang dinamakan trikomoniasis.

Infeksi akut akibat parasit ini menyebabkan keputihan yang ditandai oleh

7
banyaknya keluar cairan yang encer, berwarna kuning kehijauan, berbuih

menyerupai air sabun, dan baunya tidak enak. Meskipun dibilas dengan air,

cairan ini tetap keluar. Keputihan akibat parasit ini tidak begitu gatal, namun

vagina tampak merah, nyeri bila ditekan, dan pedih bila kencing. Kadang–

kadang terlihat bintik–bintik perdarahan seperti buah strawberry. Bila

keputihan sangat banyak, dapat timbul iritasi di lipat paha dan sekitar bibir

genitalia. Pada infeksi yang telah menjadi kronis, cairan yang keluar

biasanya telah berkurang dan warnanya menjadi abu–abu atau hijau muda

sampai kuning. Parasit lain yang juga menyebabkan keputihan adalah cacing

kremi. Cacing ini biasanya menyerang anak perempuan umur 2–8 tahun.

Infeksi terjadi akibat sering bermain di tanah, atau penjalaran cacing dari

lubang dubur ke alat genital. Keputihan akibat cacing kremi dasertai rasa

gatal, sehingga anak sering menggaruk genitalianya sampai menimbulkan

luka.

d. Virus

Keputihan akibat infeksi virus sering disebabkan oleh Virus Herpes

Simplex (VHS) tipe 2 dan Human Papilloma Virus (HPV). Infeksi HPV

telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker serviks, penis, dan

vulva. Sedangkan virus herpes simpleks tipe 2 dapat menjadi faktor

pendamping.

Keluhan yang timbul pada infeksi VHS tipe 2 berupa rasa terbakar,

nyeri, atau rasa kesemutan pada tempat masuknya virus tersebut. Pada

pemeriksaan tampak gelembung–gelembung kecil berisi vesikel (cairan),

berkelompok, dengan dasar kemerahan yang cepat pecah dan membentuk

tukak yang basah. Kelenjar limfe setempat teraba membesar dan nyeri. Pada

8
perempuan, penyakit ini dapat disertai keluhan nyeri sewaktu kencing,

keputihan, dan radang di mulut rahim. Pencetus berulangnya penyakit ini

adalah stres, aktivitas sek, sengatan matahari, beberapa jenis makanan, dan

kelelahan.

9
Penyebab lain keputihan selain infeksi (Katharini, 2017) antara lain :

a. Benda asing dalam vagina

Benda asing di vagina akan merangsang produksi cairan yang

berlebihan. Pada anak–anak, benda asing dalam vagina berupa biji– bijian

atau kotoran yang berasal dari tanah. Pada perempuan dewasa benda asing

dapat berupa tampon, kondom yang tertinggal didalam akibat lepas saat

melakukan senggama, cincin pesarium yang dipasang pada penderita hernia

organ kandungan (prolaps uteri), atau adanya IUD pada perempuan yang

ber-KB spiral.

Cairan yang keluar mula–mula jernih dan tidak berbau. Tetapi jika

terjadi luka dan infeksi dengan jasad renik normal yang biasanya hidup di

vagina, keputihan menjadi keruh dan berbau, tergantung penyebab

infeksinya.

b. Penyakit organ kandungan

Keputihan juga dapat timbul jika ada penyakit di organ kandungan,

misalnya peradangan, tumor ataupun kanker. Tumor, misalnya papiloma,

sering menyebabkan keluarnya cairan encer, jernih, dan tidak berbau. Pada

kanker rahim atau kanker serviks (leher rahim), cairan yang keluar bisa

banyak disertai bau busuk dan kadang disertai darah.

c. Penyakit menahun atau kelelahan kronis

Kelelahan, anemia (kurang darah), sakit yang telah berlangsung lama,

perasaan cemas, kurang gizi, usia lanjut,terlalu lama berdiri di lingkungan

yang panas, peranakan turun (prolaps uteri), dan dorongan seks tidak

terpuaskan dapat juga menimbulkan keputihan. Keputiohan juga

berhubungan dengan keadaan lain seperti penyakit kencing manis (diabetes

10
mellitus), kehamilan, memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen–

progesteron seperti pil KB atau memakai obat steroid jangka panjang.

d. Gangguan keseimbangan hormon

Hormon estrogen diperlukan untuk menjaga keasaman vagina,

kehidupan Lactobacilli doderleins, dan proliferasi (ketebalan) sel epitel

skuamosa vagina sehingga membran mukosa vagina membentuk barier

terhadap invasi bakteri, dengan demikian tidak mudah terkena infeksi. Hal–

hal diatas dapat terjadi karena dalam sel epitel vagina yang menebal banyak

mengandung glikogen. Lactobacilli doderlein yang dalam keadaan normal

hidup di vagina, akan memanfaatkan glikogen tadi selama pertumbuhannya

dan hasil metabolismenya akan menghasilkan asam laktat. Timbulnya

suasana asam laktat akan menyuburkan pertumbuhan Lactobacilli dan

Corynebacteria acidogenic, tetapi mencegah pertumbuhan bakteri lainnya.

Proses diatas akan mempertahankan pH vagina yang dalam keadaan normal

memang bersifat asam, yaitu sekitar 3,5–4,5. Keluarnya mucus servix (lendir

leher rahim) sehingga vagina tidak terasa kering juga dipengaruhi oleh

stimulasi estrogen. Hormon estrogen yang dihasilkan oleh indung telur akan

berkurang pada perempuan menjelang dan sesudah menopouse (tidak haid).

Akibatnya dinding vagina menjadi kering, produksi glikogen menurun dan

Lactobacilli menghilang. Keadaan tersebut menyebabkan menghilangnya

suasana asam sehingga vagina dan uretra mudah terinfeksi dan sering timbul

gatal. Akibat rasa gatal di vagina, maka garukan yang sering dilakukan

menyebabkan terjadinya luka–luka yang mudah terinfeksi dan menyebabkan

keputihan. Kekurangan atau hilangnya estrogen juga dapat diakibatkan

dibuangnya kedua ovarium (indung telur) akibat kista atau kanker, atau

11
karena radiasi (penyinaran) indung telur yang terserang kanker. Pada masa

pubertas, remaja putri masih mengalami ketidakseimbangan hormonal.

Akibatnya mereka juga sering mengeluh keputihan selama beberapa tahun

sebelum dan sesudah menarche (haid pertama).

e. Fistel di vagina

Terbentuknya fistel (saluran patologis) yang menghubungkan vagina

dengan kandung kemih atau usus, bisa terjadi akibat cacat bawaan, cedera

persalinan, kanker, atau akibat penyinaran pada pengobatan kanker serviks.

Kelainan ini akan menyebabkan timbulnya cairan di vagina yang bercampur

feses atau air kemih. Biasanya mudah dikenali karena bau dan warnanya

3. Pencegahan Keputihan

Menurut Oriza (2018), beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mencegah

keputihan patologis antara lain :

a. Menjaga kebersihan, diantaranya:

1) Mencuci bagian vulva (bagian luar vagina) setiap hari dan menjaga agar

tetap kering untuk mencegah tumbuhnya bakteri dan jamur;

2) Saat menstruasi biasakan mengganti pembalut apabila sudah terasa basah

dan lembab;

3) Menggunakan sabun non parfum saat mandi untuk mencegah timbulnya

iritasi pada vagina;

4) Menghindari penggunaan cairan pembersih kewanitaan yang

mengandung deodoran dan bahan kimia terlalu berlebihan, karena hal itu

dapat mengganggu pH cairan kewanitaan dan dapat merangsang

munculnya jamur atau bakteri;

12
5) Setelah buang air besar, bersihkan dengan air dan keringkan dari arah

depan ke belakang untuk mencegah penyebaran bakteri dari anus ke

vagina;

6) Menjaga kuku tetap bersih dan pendek. Kuku dapat terinfeksi Candida

akibat garukan pada kulit yang terinfeksi. Candida yang tertimbun

dibawah kuku tersebut dapat menular ke vagina saat mandi atau cebok.

b. Memperhatikan pakaian, diantaranya:

1) Apabila celana dalam yang dipakai sudah terasa lembab sebaiknya

segera diganti dengan yang kering dan bersih;

2) Menghindari pemakaian pakaian dalam atau celana panjang yang terlalu

ketat karena dapat meningkatkan kelembaban organ kewanitaan;

3) Tidak duduk dengan pakaian basah (misalnya: selesai olahraga dan

selesai renang karena jamur lebih senang pada lingkungan yang basah

dan lembab;

4) Menggunakan pakaian dalam dari bahan katun karena katun menyerap

kelembaban dan menjaga agar sirkulasi udara tetap terjaga.

c. Mengatur gaya hidup, diantaranya:

1) Menghindari seks bebas atau berganti–ganti pasangan tanpa

menggunakan alat pelindung seperti kondom;

2) Mengendalikan stres;

3) Rajin berolahraga agar stamina tubuh meningkat untuk melawan

serangan infeksi;

4) Mengkonsumsi diet yang tinggi protein. Mengurangi makanan tinggi

gula dan karbohidrat karena dapat mengakibatkan pertumbuhan bakteri

yang merugikan;

13
5) Menjaga berat badan tetap ideal dan seimbang. Kegemukan dapat

membuat kedua paha tertutup rapat sehingga mengganggu sirkulasi

udara dan meningkatkan kelembaban sekitar vagina;

6) Apabila mengalami keputihan dan mendapatkan pengobatan antibiotik

oral (yang diminum) sebaiknya mengkonsumsi antibiotik tersebut sampai

habis sesuai dengan yang diresepkan agar bakteri tidak kebal dan

keputihan tidak datang lagi;

7) Apabila mengalami keputihan yang tidak normal segera datang ke

fasilitas pelayanan kesehatan agar segera mendapatkan penanganan dan

tidak memperparah keputihan. Menurut beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam mencegah keputihan antara lain :

a. Menjaga kebersihan organ genitalia. Salah satunya dengan

mengganti pakaian dalam dua kali sehari.

b. Dalam keadaan haid atau memakai pembalut wanita, mengunakan

celana dalam harus yang pas sehingga pembalut tidak bergeser dari

belakang ke depan.

c. Cara cebok / membilas yang benar adalah dari depan kebelakang.

Jika terbalik, ada kemungkinan masuknya bakteri atau jasad renik

dari dubur ke alat genitalia dan saluran kencing.

d. Menghindari penggunaan celana dalam yang ketat atau dari bahan

yang tidak menyerap keringat seperti nilon, serta tidak memakai

celana yang berlapis–lapis atau celana yang terlalu tebal karena akan

menyebabkan kondisi lembab disekitar genitalia. Keadaan yang

lembab akan menyuburkan pertumbuhan jamur. Usahakan memakai

celana dalam dari bahan katun atau kaos.

14
e. Usahakan tidak memakai celana dalam atau celana orang lain.

Karena hal ini memungkinkan terjadinya penularan infeksi jamur

Candida, Trichomonas, atau virus yang cukup besar.

Gambar 2.1
Mind Maping Keputihan

Sumber:
Manuaba (2015), Katharini (2017), Oriza (2018).

15
Gambar 2.2
Pathway Keputihan

Sumber:
Manuaba (2015), Katharini (2017), Oriza (2018).

B. Tinjauan Umum Tentang Manajemen Asuhan Kebidanan

1. Pengertian manajemen kebidanan

Manajemen kebidanan adalah satu metode pendekatan pemecahan masalah

yang digunakan oleh bidan dalam proses pemecahan masalah dalam pemberian

pelayanan asuhan kebidanan, atau merupakan proses pemecahan masalah yang

digunakan oleh bidan serta merupakan metode yang terorganisir melalui

tindakan logika dalam memberi pelayanan.

16
2. Tahapan dalam manajemen kebidanan menurut Helen Varney

Proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah asuhan kebidanan yang

dimulai dengan pengumpulan data dasar yang diakhiri dengan evaluasi. Tahapan

dalam proses manajemen asuhan kebidanan ada 7 langkah yaitu :

a. Pengkajian dalam pengumpulan data dasar yang lengkap untuk menilai

keadaan klien. Yang termasuk data dasar adalah riwayat kesehatan klien,

pemeriksaan fisik, dan catatan riwayat kesehatan yang lalu dan sekarang,

pemeriksaan laboratorium. Semua data tersebut di atas harus memberikan

informasi yang saling berhubungan dari semua sumber dan menggambarkan

kondisi ibu yang sebenarnya.

b. Identifikasi diagnose/masalah actual.

Menginterprestasikan data secara spesifik mengenai diagnose dan masalah.

Kata diagnose dan masalah selalu digunakan namun keduanya mempunyai

pengertian yang berbeda. Masalah lebih sering berhubungan dengan apa

yang dialami oleh seseorang, menguraikan suatu kenyataan yang ia rasakan

sebagai suatu masalah. Sedangkan diagnose lebih sering diidentifikasi oleh

bidan yang berfokus pada apa yang dialami oleh klien.

c. Antisipasi diagnosa/masalah potensial

Dari kumpulan masalah dan diagnosa, identifakasi faktor-faktor potensial

yang memerlukan antisipasi segera tindakan pencegahan jika

memungkinkan atau waspada sambil menunggu dan mempersiapkan

pelayanan untuk segala sesuatu yang mungkin terjadi.

17
d. Evaluasi perlunya tindakan segera/kolaborasi

Proses manajemen kebidanan dilakukan secara terus menerus selama klien

dalam perawatan bidan. Proses terus menerus ini menghasilkan data baru

segera dinilai. Data yang muncul dapat menggambarkan suatu keadaan

darurat dimana bidan harus segera bertindak untuk menyelamatkan klien.

e. Rencana asuhan kebidanan

Rencana tindakan konfrehensif bukan hanya meliputi kondisi klien serta

hubungannya dengan masalah yang dialami klien akan tetapi meliputi

antisipasi dengan bimbingan terhadap klien, serta konseling, bila perlu

mengenai ekonomi, agama, budaya, atau masalah psikologis. Rencana

tindakan harus disetujui klien, oleh sebab itu harus didiskusikan dengan

klien. Semua tindakan yang diambil harus berdasarkan rasional yang

relevan dan diakui kebenarannya serta situasi dan kondisi tindakan harus

dianalisa secara teoritis.

f. Pelaksanaan asuhan kebidanan (Implementasi)

Pelaksanaan rencana asuhan kebidanan (Implementasi) dilaksanakan oleh

bidan dan sebagian dilaksanakan oleh ibu sendiri, dan anggota tim

kesehatan lainnya berdasarkan rencana yang ditetapkan.

g. Evaluasi asuhan kebidanan

Langkah akhir kebidanan adalah evaluasi, namun sebenarnya evaluasi ini

dilakukan pada setiap langkah kebidanan. Pada tahap evaluasi bidan harus

mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan kebidanan yang diberikan

kepada klien. (Varney, 2007).

18
3. Pendokumentasian asuhan kebidanan (SOAP)

a. Data subjektif

Data atau fakta yang merupakan informasi termasuk biodata mencakup

nama, umur, pekerjaan,status perkawinan, pendidikan serta keluhankeluhan

yang diperoleh dari hasil wawancara langsung pada klien atau keluarga dan

tenaga kesehatan lainnya.

b. Data Objektif

Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik mencakup inspeksi, palpasi,

auskultasi, perkusi, serta pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan

laboratorium.

c. Assesmen/Diagnosa

Merupakan keputusan yang ditegakkan dari hasil perumusan masalah yang

mencakup kondisi tersebut. Penegakan diagnose kebidanan dijadikan

sebagai dasar tindakan dalam upaya menanggulangi ancaman keselamatan

ibu.

d. Planning/Perencanaan

Rencana kegiatan mencakup langkah-langkah yang akan dilakukan oleh

bidan dalam melakukan intervensi untuk mencegah masalah pasien/klien.

(Wahyuningsih, 2018).

C. Teori Evidence Based Midwifery (EBM)

1. Pengertian

Evidence based artinya berdasarkan bukti. Artinya tidak lagi berdasarkan

pengalaman atau kebiasaaan semata.

19
Evidence based midwifery adalah pemberian informasi kebidanan

berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggung jawabkan (Jayanti,

2020).

Praktik kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil

penelitian dan pengalaman praktik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia.

Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi (Jayanti,

2020).

2. Manfaaat Evidence based Midwifery dalam Praktik Kebidanan

Dengan pelaksanaan praktik asuhan kebidanan yang berdasarkan evidence

based tersebut tentu saja bermanfaat membantu mengurangi angka kematian ibu

hamil dan risiko-risiko yang dialami selama persalinan bagi ibu dan bayi serta

bermanfaat juga untuk memperbaiki keadaan kesehatan masyarakat.

3. Kategori Evidence Based Menurut World Health Organization (2017)

Menurut WHO, Evidence based terbagi sebagai berikut:

a. Evidenve-based Medicine adalah pemberian informasi obat-obatan

berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan. Temuan

obat baru yang dapat saja segera ditarik dan peredaran hanya dalam waktu

beberapa bulan setelah obat tersebut dipasarkan, karena di populasi terbukti

memberikan efek samping yang berat pada sebagian penggunanya.

b. Evidence-based Policy adalah satu sistem peningkatan mutu pelayanan

kesehatan dan kedokteran (Clinical Governance): suatu tantangan profesi

kesehatan dan kedokteran di masa mendatang.

c. Evidence based Midwifery adalah pemberian informasi kebidanan

berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan.

20
d. Evidence based report adalah mgmpakan bentuk penulisan laporan kasus

yang baru berkembang, memperlihatkan bagaimana hasil penelitian dapat

diterapkan pada semua tahapan penatalaksanaan pasien.

4. Sumber Evidence Based

Sumber EBM dapat diperoleh melalui bukti publikasi jurnal dari internet

maupun berlangganan baik hardcopy seperti majalah, bulletin, atau CD. Situs

internet yang ada dapat diakses, ada yang harus dibayar namun banyak pula

yang public domain

5. Evidece Based Midwifery pada kasus

a. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Keputihan Pada Remaja Putri

Di Sma Darussalam Medan (Oriza, 2018)

Kesimpulan penelitian ini didapat bahwa faktor yang berhubungan

dengan kejadian keputihan pada remaja putri di SMA Darussalam Medan

adalah pengetahuan, sikap, pemakaian pantyliner, frekuensi penggantian

pantyliner, dan pemakaian cairan pembersih vagina, serta variabel

pemakaian pantyliner yang memengaruhi remaja terhadap kejadian

keputihan di SMA Darussalam Medan Tahun 2017.

b. Hubungan Perilaku Vaginal Hygiene Dengan Kejadian Keputihan Pada

Mahasiswi Di Asrama Putri Psik Unitri Malang (Astuti, 2018)

Hasil analisis spearman rank didapatkan hasil ada hubungan vaginal

hygiene dengan kejadian keputihan pada mahasiswi di asrama putri PSIK

UNITRI Malang.

21
c. The Etiology of Vaginal Discharge Syndrome in Zimbabwe (Chirenje, et all,

2019)

200 wanita, 146 (73%) memiliki etiologi terdeteksi, termasuk vaginosis

bakterial (24,7%); N. gonorrhoeae (24,0%); infeksi jamur (20,7%); T.

vaginalis (19,0%); C. trachomatis (14,0%) dan M. genitalium (7,0%). Di

antara wanita dengan IMS (N = 90), 62 (68,9%) memiliki satu infeksi, 18

(20,0%) memiliki infeksi ganda dan 10 (11,1%) memiliki tiga infeksi. 158

perempuan yang menyetujui tes HIV, 64 (40,5%) terinfeksi HIV. Regimen

manajemen sindrom mencakup 115 (57,5%) wanita dalam sampel yang

menderita gonore, klamidia, M. genitalium, atau vaginosis bakterial,

sementara 85 (42,5%) wanita dirawat tanpa diagnosis tersebut.

d. Effect of Vaginal Hygiene Module to Attitudes and Behavior of Pathological

Vaginal Discharge Prevention Among Female Adolescents in

Slemanregency, Yogyakarta, Indonesia (Widyasih, 2017)

Terdapat perbedaan yang signifikan sikap dan praktik pencegahan

keputihan patologis siswa antara kelompok intervensi dan kelompok

kontrol. Siswa yang telah terpapar modul kebersihan vagina selama enam

bulan menunjukkan sikap dan praktik yang lebih baik dalam pencegahan

keputihan secara patologis dibandingkan dengan siswa kelompok kontrol

yang tidak menerima modul apa pun. 

e. Knowledge and Practice of Genital Health and Hygiene among Adolescent

Girls of Lalitpur Metropolitan City, Nepal (Shah, et all, 2019)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan remaja yang kurang

memadai menyebabkan praktik kebersihan alat kelamin yang

22
buruk. Kesadaran tentang perlunya informasi tentang praktik kebersihan alat

kelamin yang baik sangat penting.

f. Diagnosis and Treatment of Vaginal Discharge Syndromes in Community

Practice Settings (Hillier, 2020)

170 wanita yang memiliki penyebab vaginitis yang didiagnosis di

laboratorium, 81 (47%) menerima 1 atau lebih resep yang tidak sesuai. Dari

120 wanita tanpa BV, TV, atau VVC, 41 (34%) diberi resep antibiotik dan /

atau antijamur. Di antara wanita tanpa infeksi vaginitis, kunjungan kembali

untuk gejala vaginitis lebih umum di antara wanita yang diobati secara

empiris dibandingkan dengan mereka yang tidak menerima pengobatan.

23
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN REMAJA


PADA NN. Y UMUR 15 TAHUN

Hari/Tanggal Pengkajian : Kamis, 21 September 2020 Jam : 09.00 WIB


I. PENGKAJIAN DATA
A. Data Subjektif
1. Identitas Pasien Identitas Wali Pasien
Nama : Nn.Y Nama : Ny.A
Umur : 15 tahun Umur : 44 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku Bangsa : Melayu Suku Bangsa : Melayu
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar Pekerjaan : IRT
Alamat : RT. 4 Broni
2. Keluhan Utama
Nn.Y mengatakan keluar cairan putih bening sebelum dan sesudah
menstruasi dan kadang-kadang gatal di daerah vagina, saat ini baru selesai
menstruasi 2 hari yang lalu.
3. Data Kebidanan
a. Riwayat Menstruasi
1) Menarche : 12 tahun
2) Siklus : ± 28 hari teratur
3) Lama : 6-7 hari
4) Banyaknya : ganti pembalut 2x/hari
5) Bau : bau anyir
6) Keluhan : nyeri perut kadang-kadang pada hari 1-2
4. Data Kesehatan
a. Riwayat penyakit sistemik yang pernah/sedang diderita
1) Jantung : Nn.Y mengatakan tidak merasa berdebar-debar
saat melakukan aktifitas ringan dan tidak berkeringat
dingin ditelapak tangan.

25
2) Ginjal : Nn.Y mengatakan tidak pernah merasa
sakit pinggang dan saat buang air kecil tidak sakit.
3) Asma : Nn.Y mengatakan tidak pernah sesak nafas.
4) TBC : Nn.Y mengatakan tidak pernah batuk
berkepanjangan selama 3 bulan.
5) Hepatitis : Nn.Y mengatakan pada mata, kuku, dan kulit
tidak pernah berwarna kuning.
6) Hipertensi : Nn.Y mengatakan tidah pernah merasakan
sakit kepala hebat, pandangan kabur, dan tekanan darah
> 140/90 mmHg.
b. Riwayat penyakit ginekologi
Nn.Y mengatakan tidak pernah merasakan gejala rasa sakit, benjolan,
luka, serta keluarnya cairan nanah di kemaluan, Nn.Y mengatakan hanya
merasakan nyeri pada perut bawah saat menstruasi.
5. Data kebutuhan dasar
a. Pola nutrisi
Nn.Y mengatakan makan 2 x/hari dan tidak pernah sarapan porsi sedang,
jenis makanan nasi, lauk, dan lebih suka makanan instan, kurang suka
makan sayur serta minum 6-7 gelas/hari jenis air putih dan teh.
b. Pola eliminasi
Nn.Y mengatakan BAB 1 kali/hari konsistensi lembek serta BAK 3-5
kali/hari, warna urine kuning jernih, bau khas urine.
c. Aktifitas
Nn.Y mengatakan sehari-hari sekolah, membantu pekerjaan orang tua,
dan bermain.
d. Istirahat / Tidur
Nn. Y mengatakan jarang tidur siang dan tidur malam 6 - 7 jam per hari.
e. Personal Hygiene
Nn.Y mengatakan mandi 2x sehari, gosok gigi 3x sehari, ganti pakaian
2x sehari dan keramas 3x dalam seminggu, memakai cairan pembersih
vagina.

26
6. Data psikososial
a. Pengetahuan tentang gangguan/penyakit yang diderita
Nn.Y mengatakan belum mengetahui penyebab dari keluar cairan dan
kadang-kadang gatal di daerah vagina.
b. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
Nn.Y hanya mengetahui bahwa harus menjaga kebersihan area
kewanitaannya, tetapi tidak mengetahui tentang alat reproduksi dan
gangguan reproduksi yang mungkin terjadi.
c. Dukungan keluarga
Keluarga dan kerabat selalu mendukung Nn. Y untuk cepat sembuh dan
kembali pulih seperti semula, dimana Nn.Y selalu ditemani oleh keluarga
dan kerabat saat memerlukan bantuan dan memenuhi kebutuhannya.
d. Keadaan psikologi
Nn.Y mengatakan cemas dengan kondisinya, karena takut terjadi
gangguan kesehatan yang serius dan mengganggu proses belajar.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TB : 160 cm
d. BB : 44 kg
e. TTV :
TD : 90/60 mmHg S : 36,7˚C
N : 80 x/menit R : 20 x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
1) Rambut : Bersih, tidak berketombe, dan tidak mudah
rontok.
2) Muka : Bersih, tidak oedema
3) Mata : Conjungtiva pucat, sclera putih
4) Hidung : Bersih, tidak ada secret dan tidak ada benjolan.
5) Telinga : Simetris, bersih, dan tidak ada serumen.

27
6) Mulut / gigi / gusi : Bibir kering, bersih, tidak Stomatitis, tidak
caries, tidak bengkak dan tidak berdarah.
b. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar gondok, tidak ada
pembesaran vena, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
c. Dada dan Axilla
1) Dada : Normal, simetris
2) Mammae
a) Membesar : Normal, tidak teraba benjolan abnormal.
b) Simetris : Simetris kanan dan kiri.
3) Axilla
a) Benjolan : Tidak ada benjolan.
b) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan.
4) Abdomen
a) Benjolan : Tidak ada benjolan atau pembesaran
abnormal
b) Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan.
c) Bekas luka operasi : Tidak ada bekas operasi.
5) Genitalia
a) Vulva Vagina
(1) Varices : Tidak ada varices.
(2) Luka : Tidak ada luka.
(3) Kemerahan : Tidak ada kemerahan.
(4) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan.
(5) Kelenjar Bartholini : Tidak ada pembesaran.
(6) PPV : Terdapat pengeluaran pervaginan
dari darah merah pembalut penuh.
b) Anus : Tidak ada Haemoroid.
6) Ektremitas : atas : tidak oedema
Bawah : tidak oedema, tidak ada varies

28
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 21 September 2021
Pemeriksaan Hasil Normal Satuan
Golongan Darah O+ A, AB, B, O
Hemoglobin 12 L : 14 – 18 g/Dl
P : 12 – 16
C. Analisa Data
1. Diagnosa
Nn. Y umur 15 tahun dengan keputihan.
2. Masalah
Sering gatal di daerah vagina
3. Kebutuhan
KIE tentang keputihan dan menu gizi seimbang

D. Penatalaksanaan
Hari/Tanggal : Kamis, 21 September 2021 jam : 09.10 WIB
1. Memberitahu Nn. Y dan keluarga tentang kondisinya bahwa Nn.Y
mengalami keputihan
Rasionalisasi : Hak –hak pasien untuk memperoleh informasi
untuk kondisi dan keadaan apa yang dia alami (Sarwono, 2018)
Evaluasi : pasien dan keluarga mengerti hasil pemeriksaan, mengerti
tentang penyebab dan cara untuk mengatasi masalah keputihan.
2. Menganjurkan Nn.Y untuk menjaga kebersihan organ genitalia.
Rasionalisasi : menjaga kebersihan daerah vagina merupakan salah satu
cara mencegah terjadinya keputihan
Evaluasi : pasien dan keluarga mengetahui cara mencegah terjadinya
keputihan
3. Menganjurkan Nn. Y menjaga kebersihan saat menstruasi
Rasionalisasi : dengan menjaga kebersihan saat menstruasi seperti
mengganti pembalut minimal 3x sehari dapat mencegah terjadinya
keputihan, cebok dimulai dari depan ke arah belakang, mengindari
pemakaian celana dalam yang ketat dan tidak menggunkaan cairan
pembersih vagina.

29
Evaluasi : pasien dan keuarga memahami tentang cara personal higiene pada
saat menstruasi
4. Menganjurkan konsumsi menu gizi seimbang dengan perbanyak makan
yang mengandung protein tinggi dan mengurangi makanan tinggi gula dan
karbohidrat.
Rasionalisasi : konsumsi menu gizi seimbang dengan perbanyak makan
buah dan sayur merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kadar hemoglobin dalam darah.
Evaluasi : klien telah mengetahui manfaat konsumsi gizi seimbang dan
bersedia untuk mengkonsumsi makanan gizi seimbang yang tinggi protein.
5. Menganjurkan klien untuk mengurangi konsumsi makanan instant
Rasionalisasi : konsumsi mananan instant selain nilai gizi yang kuranng dan
banyak bahan pengawet dapat mengganggu kesehatan tubuh apalagi pada
anak- anak dengan masa pertumbuhan.
Evaluasi : klien sudah mengetahui bahaya makanan instant dan berjanji
akan mengurangi konsumsi makanan instant.
6. Menganjurkan selalu sarapan sebelum melakukan aktifitas.
Rasionalisasi : sarapan sangat penting karena dapat meningkatkan
produktifitas dan konsentrasi untuk melakukan aktifitas sehari- hari.
Evaluasi : Klien mengerti pentingnya sarapan dan akan mulai melakukan
sarapan sebelum melakukan aktifitas.
7. Memberikan terapi farmakologi untuk mengobati keputihan.
Metronidazol x/ 2x1
Vitamin C 50 mg x/ 1x1
Rasionalisasi : sebagai antibiotik untuk pengobatan infeksi.
Evaluasi : klien sudah pahan dan bersedia mengikuti saran yang diberikan.
8. Menganjurkan istirahat cukup.
Rasionalisasi : istirahat yang cukup dapat memulihkan kesehatan dan
konsentrasi sehingga aktifitas selalu terjaga
Evaluasi : klien sudah pahan dan bersedia mengikuti saran yang diberikan.

30
BAB IV
PEMBAHASAN

Pembahasan adalah bagian dari laporan kasus yang membahas tentang kendala

atau hambatan selama melakukan asuhan kebidanan pada klien serta analisis kasus

dengan kajian teori jurnal/Evidence Based Midwifery (EBM). Kendala tersebut

menyangkut kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus. Setelah dilakukan

asuhan kebidanan pada Nn. “Y” dengan dismenorea di Puskesmas Putri Ayu, maka

penulis akan melakukan pembahasan sesuai dengan tujuan dari penulisan laporan kasus

ini. Pembahasan ini disusun berdasarkan teori dari asuhan nyata dengan pendekatan

manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari tujuh Langkah Varney yaitu:

pengumpulan data dasar, merumuskan diagnosis atau masalah aktual, merumuskan

diagnosis atau masalah potensial, melaksanakan tindakan segera atau kolaborasi,

merencanakan tindakan asuhan kebidanan, melakukan tindakan asuhan kebidanan, dan

mengevaluasi asuhan kebidanan.

A. Identifikasi Data Dasar

Identifikasi data dasar merupakan proses manajemen asuhan kebidanan yaang

ditujukan untuk pengumpulan informasi baik fisik, psikososial dan spritual.

Informasi yang diperoleh mengenai data-data tersebut penulis dapatkan dengan

ananmesa langsung dengan klien dan keluarganya serta sebagian bersumber,

melakukan pemeriksaan fisik berupa inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi

(Nurhayati dkk, 2013).

Dalam tahapan pengkajian, penulis tidak mendapat hambatan. Hal ini karena

respon kooperatif klien dan ibunya yang dapat menerima kehadiran penulis saat

pengumpulan data sampai tindakan yang diberikan. Klien dan Ibunya menunjukkan

31
sikap terbuka dan menerima anjuran serta saran yang diberikan oleh penulis maupun

tenaga medis lainnya dalam memberikan asuhan kebidanan.

Pada kasus Nn.Y mengatakan keluar cairan putih bening sebelum dan sesudah

menstruasi dan kadang-kadang gatal di daerah vagina dan saat ini baru selesai

menstruasi hari ke 2.

Keluhan yang dirasakan Nn. Y merupakan keputihan fisiologis, hal ini sesuai

dengan teori menurut Tulus (2014), keputihan merupakan salah satu gangguan klinis

yang sering dikeluhkan oleh semua wanita. Remaja putri yang baru memasuki masa

pubertas dengan segala bentuk fenomena perubahan pada diri mereka, masalah ini

dapat berdampak negatif jika tidak ditangani sejak dini. Keputihan atau flour albus

adalah kondisi vagina saat mengeluarkan cairan atau lendir yang menyerupai nanah.

Keputihan dikalangan medis dikenal dengan istilah leukore atau fluor albus,

yaitu keluarnya cairan dari vagina (Wijayanti, 2012). Leukore adalah semua

pengeluaran cairan dari alat genetalia yang bukan darah tetapi merupakan

manifestasi klinik berbagai infeksi, keganasan atau tumor jinak organ reproduksi.

Pengertian lebih khusus keputihan merupakan infeksi jamur kandida pada genetalia

wanita dan disebabkan oleh organisme seperti ragi yaitu candida albicans (Manuaba,

2015).

Keputihan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu keputihan normal

(fisiologis) dan keputihan abnormal (patologis). Keputihan normal dapat terjadi

pada masa menjelang dan sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari

ke 10-16 saat menstruasi, juga terjadi melalui rangsangan seksual. Keputihan

abnormal dapat terjadi pada semua alat genitalia (infeksi bibir kemaluan, liang

senggama, mulut rahim, rahim dan jaringan penyangga, dan pada infeksi penyakit

hubungan seksual) (Manuaba, 2015).

32
Dari penjelasan diatas dapat dilihat tidak terdapat perbedaan antara teori dan

kasus ynag penulis temui dilapangan, oleh karena itu tidak terdapat kesenjangan

antara teori dan data yang diperoleh.

B. Interpretasi Data Dasar

Dalam menegakkan suatu diagnose kebidanan, didukung dan ditunjang oleh

beberapa data dan dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau

masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data

yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikupulkan, diinterpretasi sehingga

dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Masalah dan diagnosis

keduanya digunakan karena beberapa masalah yang tidak dapat diselesaikan, seperti

diagnosis tertapi sungguh membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam sebuah

rencan asuhan terhadap klien. Masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita

yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan pengarahan.

Pada kasus Nn. Y telah dilakukan pemgumpulan data subjektif yairu Nn. Y

mengatakan Nn.Y mengatakan keluar cairan putih bening sebelum dan sesudah

menstruasi dan kadang-kadang gatal di daerah vagina dan Nn. Y mengatakan baru

selesai menstruasi 2 hari yang lalu. Data objektif didapatkan dengan keadaan umum

baik, vital sign (Tekanan Darah 90/60 mmHg, Nadi 80 x/menit, Suhu 36,60C,

Pernapasan 20 x/menit), maka penulis menyimpulkan bahwa diagnose atau masalah

aktual yang dirumuskan yaitu keputihan fisiologis. Oleh karena itu tidak terdapat

kesenjangan antara teori dan data yang diperoleh.

33
C. Antisipasi diagnosa/masalah potensial

Pada tinjauan teori remaja dengan keputihan merupakan gejala dan bukan suatu

penyakit, dengan tidak ditemukannya kelainan ginekologik seperti endometriosis,

karenanya tidak ada diagnosa potensial yang terjadi.

Pada kasus Nn. Y tidak tidak menunjukkan adanya kelainan ginekologik

seperti gonoro karenanya tidak ada diagnosa potensial yang terjadi karena tidak ada

data yang memerlukan tindakan segera atau kolaborasi dengan tim kesehatan

lainnya sehingga antara teori dan praktek tidak terdapat kesenjangan.

D. Antisipasi Tindakan Segera

Antisipasi digunakan bila sebagian data menunjukkan 1 situasi yang

memerlukan tindakan segera atau memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan

dokter atau tim kesehatan lainnya (Varney, 2007).

Pada kasus Nn. Y tidak dilakukan antisipasi karena tidak ada data yang

menunjukkan situasi yang memerlukan tindakan segera atau kolaborasi dengan tim

kesehatan lainnya.

E. Perencanaan

Kesehatan reproduksi diartikan sebagai suatu kondisi sehat secara menyeluruh

baik kesejahteraan fisik, sosial dan mental yang utuh dalam segala hal yang bekaitan

dengan fungsi, peran dan proes reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Kesehatan

reproduksi pada wanita tidak terlepas pada kesehatan organ intim.Tentu kita perlu

sadari bahwa menjaga kesehatan reproduksi sangat penting.Salah satu hal yang

dapat kita lakukan adalah menjaga kebersihan atau higienitas, terutama pada daerah

sekitar vagina. Keputihan merupakan salah satu gangguan klinis yang sering

34
dikeluhkan oleh semua wanita. Remaja putri yang baru memasuki masa pubertas

dengan segala bentuk fenomena perubahan pada diri mereka, masalah ini dapat

berdampak negatif jika tidak ditangani sejak dini (Tulus, 2014).

Keputihan atau flour albus adalah kondisi vagina saat mengeluarkan cairan

atau lendir yang menyerupai nanah (Sibagariang, 2016). Keputihan merupakan

permasalahan klasik pada kebanyakan kaum wanita. Ironisnya kebanyakan wanita

tidak mengetahui tentang keputihan dan penyebab keputihan. Jika tidak ditangani

dengan baik, keputihan bias berakibat fatal, kemandulan dan kehamilan ektopik

(hamil diluar kandungan) bias menjadi salah satu akibat keputihan. Gejala awal

kanker Rahim biasanya dimulai dengan keputihan (Kusen, 2017). Keputihan tidak

selamanya merupakan penyakit karena ada juga keputihan yang normal. Oleh sebab

itu, keputihan dibagi menjadi dua, yaitu keputihan fisiologis dan patologis.

Keputihan yang fisiologis terjadi pada kaum wanita yang pertama kali haid, yang

biasanya terjadi di akhir siklus haid. Keputihan jenis ini akan sembuh sendiri, dan

tidak berbau dan berwarna putih jernih. Keputihan yang patologis adanya infeksi

bakteri, jamur, virus, kemudian terjadi reaksi akibat penggunaan bahan kimia seperti

memakai cuci vagina atau menggunakan pembalut yang terlalu lama dan keputihan

cenderung berbau busuk, berwarna kehijauan dan kadang-kadang disertai rasa gatal

(Sibagariang, 2016).

Pada kasus yang penulis temui dilapangan terhadap Nn. Y didapat bahwa Nn.

Y mengganti pembalut saat menstruasi hanya 2x dan Nn. Y menggunakan cairan

pembersih vagina.

Menurut penelitian Oriza (2018) bahwa faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian keputihan pada remaja putri di SMA Darussalam Medan adalah

pengetahuan, sikap, pemakaian pantyliner, frekuensi penggantian pantyliner, dan

35
pemakaian cairan pembersih vagina. Frekuensi secara umum adalah banyaknya

sesuatu yang terjadi setiap detiknya. Frekuensi mengganti pantyliner secara teratur

dapat mencegah bakteri patogen yang memicu timbulnya penyakit. Menurut

pendapat ahli bahwa frekuensi penggantian pantyliner sangat dianjurkan bagi

seorang wanita untuk mengganti pantyliner secara teratur 4 – 5 kali sehari atau

setelah buang air kecil atau mandi untuk menghindari tumbuhnya jamur atau bakteri

(Persia, dkk, 2015).

Cairan pembersih vagina pada umumnya mengandung banyak senyawa kimia

seperti kandungan petroleum, syntetic cheminal, dan petrochemil yang dapat

merusak kulit dan lingkungan. Penggunaan antiseptik yang banyak dijual dipasaran

justru akan mengganggu ekosistem di dalam vagina, terutama pH dan kehiduoan

bakteri baik. Jika pH terganggu maka bakteri jahat akan mudah berkembang lebih

banyak dan vagina akan mudah terkena penyakit yang salah satunya ditandai dengan

keputihan (Astuti, 2017).

Menurut asumsi peneliti bahwa pembersih vagina bukan hal yang tidak lazim

lagi di kalangan wanita, karena menganggap pembersih vagina adalah salah satu

kebutuhan dalam kecantikan. Pada kenyataannya penggunaan cairan pembersih

vagina dapat menyebabkan keputihan jika digunakan secara terus menerus. Karena

pemakaian pembersih vagina dapat menyebabkan pH vagina terganggu namun hal

ini tidak dapat dipastikan bahwa wanita yang tidak memakai cairan pembersih

vagina tidak mengalami keputihan abnormal, karena keputihan abnormal dapat

disebabkan oleh faktor lain seperti pemilihan cairan pembersih yang banyak

mengandung zat kimia seperti mengandung parfume, kebersihan alat kelamin,

penggunaan celana dalam yang ketat, meminjam pakaian orang lain, mambasuh

36
vagina dengan cara yang salah dan lingkungan yang kotor. Hal ini dikarenakan

perkembangan bakteri yang merugikan vagina.

Kesehatan organ reproduksi berawal dari menjaga kebersihan diri, termasuk

kebersihan vagina yang bertujuan agar vagina tetap bersih, normal, sehat dan

terhindar dari kemungkinan adanya penyakit, termasuk keputihan. Astuti, dkk

(2017) dimana ada hubungan vaginal hygiene dengan kejadian keputihan pada

mahasiswi di asrama putri PSIK UNITRI Malang dengan nilai korelasi -0,760.

Pada saat penulis melakukan anamnesa tentang pengetahuan kesehatan

reproduksi, Nn. Y mengatakan hanya mengetahui bahwa harus menjaga kebersihan

area kewanitaannya, tetapi tidak mengetahui tentang alat reproduksi dan gangguan

reproduksi yang mungkin terjadi. Pengetahuan tentang personal hygiene pada

remaja sangat penting untuk menghindari terjadinya keputihan. Hal ini didukung

oleh penelitian Widyasih (2017) yang berjudul Effect of Vaginal Hygiene Module to

Attitudes and Behavior of Pathological Vaginal Discharge Prevention Among

Female Adolescents in Slemanregency, Yogyakarta, Indonesia yang menyatakan

bahwa Terdapat perbedaan yang signifikan sikap dan praktik pencegahan keputihan

patologis siswa antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Siswa yang telah

terpapar modul kebersihan vagina selama enam bulan menunjukkan sikap dan

praktik yang lebih baik dalam pencegahan keputihan secara patologis dibandingkan

dengan siswa kelompok kontrol yang tidak menerima modul apa pun. Kesimpulan:

Penelitian ini mengimplikasikan bahwa modul kebersihan vagina dapat disediakan

secara luas bagi remaja putri pada masa pubertas dini.

Hal ini diperkuat juga oleh penelitian Shah (2019) dimana gadis yang pernah

mengalami gatal-gatal di area genital 2,12 kali lebih mungkin melakukan praktik

yang buruk tentang kebersihan alat kelamin dibandingkan dengan mereka yang

37
tidak pernah mengalami gatal-gatal. Dapat diartikan hasil penelitian menunjukkan

bahwa pengetahuan remaja yang kurang memadai menyebabkan praktik kebersihan

alat kelamin yang buruk. Kesadaran tentang perlunya informasi tentang praktik

kebersihan alat kelamin yang baik sangat penting.

Keputihan bukan merupakan penyakit tetapi hanya suatu gejala penyakit,

sehingga penyebab yang pasti perlu ditetapkan. Oleh karena itu untuk mengetahui

adanya suatu penyakit perlu dilakukan berbagai pemeriksaan cairan yang keluar dari

alat genitalia tersebut. Pemeriksaan terhadap keputihan meliputi pewarnaan gram

(untuk infeksi jamur), preparat basah (infeksi trikomonas), preparat KOH (infeksi

jamur), kultur atau pembiakan (menentukan jenias bakteri penyebab), dan pap smear

(untuk menentukan adanya sel ganas) (Manuaba, 2015).

Penelitian Hillier (2020) diagnosis and treatment of vaginal discharge

syndromes in community practice settings menyatakan bahwa keputihan disebabkan

oleh Bacterial vaginosis (BV), Trichomonas vaginalis (TV) infection, and vulvovaginal

candidiasis (VVC), kebanyakan wanita dengan keputihan mengalami pengobatan yang tidak

tepat sehingga kejadian keputihan berulang. Penanganan keputihan yang tepat adalah

dilakukan pemeriksaan laboratorium dan setelah diketahui penyebab keputihan barulah

diberikan pengobatan sesuai dengan penyebab keputihan seperti antibiotik, antijamur,

antibakteri.

Menurut penelitian Chirenje, et all (2019) yang berjudul The Etiology of

Vaginal Discharge Syndrome in Zimbabwe menyatakan bahwa penyebab dari

keputihan adalah Chlamydia trachomatis, Trichomonas vaginalis dan Neisseria

gonorrhoeae.

Dari uraian diatas, penulis berasumsi bahwa penyebab keputihan adalah infeksi

jamur dan bakteri, pengetahuan remaja yang kurang terhadap personal hygiene

38
memperparah terjadinya keputihan pada remaja. Penanganan keputihan secara

fisiologis adalah dengan memperhatikan personal hygiene, sedangkan pada kasus

keputihan patologis penanganan dengan menggunakan terapi farmakologis seperti

antibiotik, anti jamur dan anti bakteri sesuai dengan penyebab keputihan. Cara

pengobatan keputihan ini sama dengan yang diterapkan diluar negeri sesuai dengan

penelitian Shah (2019) di Nepal yang menyatakan bahwa keputiahan dapat diatasi

dengan memperhatikan personal Hygiene dan Hillier (2020) di United State of

America (USA) menyatakan bahwa penangan keputihan dengan menggunakan

terapi farmakologi seperti antibiotik, anti jamur dan anti bakteri yang sesuai dengan

penyebab keputihan.

F. Pelaksanaan

Pada pelaksanaan asuhan kebidanan pada dismenorea merupakan dari rencana

tindakan yang menyeluruh. Semua rencana sudah dilaksanakan dengan baik sesuai

rencana dan mendapatkan perawatan yang baik sehingga tidak ada kesenjangan pada

pelaksanaan kasus ini.

G. Evaluasi

Adapun evaluasi yang dimaksud untuk memperoleh atau memberi nilai

terhadap intervensi yang dilakukan berdasarkan tujuan kriteria yang diberikan

kepada Nn. Y di Puskesmas Putri Ayu tanggal 21 September 2021, Nn. Y dan

ibunya telah mengetahui keadaan yang dialaminya, tanda-tanda vital Nn. Y dalam

batas normal, klien sudah pahan dan bersedia mengikuti saran yang diberikan.

39
40
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Nn. Y 15 tahun dengan keputihan di

Puskesmas Putri Ayu, maka penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai

berikut:

1. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada Nn. Y 15 tahun dengan keputihan,

penulis telah mampu melakukan pengkajian dengan baik. pengkajian tersebut

didapat dari pengumpulan data yaitu dari data subjektif dan objektif pasien di

mana dari data pasien yaitu pasien bernama Nn. Y 15 tahun dengan keputihan.

Data objektif dilihat dari keadaan umum baik kesadaran composmentis dan TTV

dalam batas normal.

2. Penulis telah mampu melakukan interpretasi data dengan menentukan diagnosa

kebidanan Nn. Y 15 tahun dengan keputihan, yang didapat dari data subjektif

dan objektif dari hasil pengkajian. Pada kasus ini Nn. Y tidak mengalami

masalah apapun.

3. Penulis telah mampu mengidentifikasi tidak ada diagnosa atau masalah potensial

yang mungkin akan terjadi pada Nn. Y hal ini ditunjukkan dengan keluhan yang

dialami oleh Nn. Y merupakan keluhan yang normal terjadi pada remaja

sebelum dan sesudah menstruasi.

4. Penulis telah mampu mengidentifikasi tidak ada tindakan segera terhadap

keluhan Nn. Y, hal ini dikarenakan keluhan yang dialami oleh Nn. Y merupakan

keluhan yang normal terjadi pada remaja sebelum dan sesudah menstruasi.

5. Penulis telah mampu memberikan rencana asuhan kebidanan terhadap Nn. Y 15

tahun dengan keputihan sesuai dengan asuhan yang diberikan yaitu dengan

41
memberikan informasi yang tepat mengenai keluhan yang dialami dan cara

penatalaksanaan yang tepat sesuai dengan keluhan yang dialami ibu.

6. Penulis telah mampu melakukan pelaksanaan yang telah dilakukan sesuai

dengan rencana asuhan kebidanan yang diberikan.

B. Saran

1. Bagi Lahan Praktik

Dalam memberikan pelayanan kebidanan Khususnya remaja, bidan yang

bertugas di Puskesmas Putri Ayu hendaknya selalu memberikan KIE kepada

klien sesuai dengan kebutuhannya. KIE tersebut dapat berupa Edukasi dan

Motivasi kepada klien agar peduli terhadap kesehatannya dan melakukan IMD

segera setelah proses persalinan.

2. Bagi Instutusi

Dapat memberikan pembekalan sebelum mahasiswa diturunkan ke lahan praktik

sesuai dengan tujuan kompetensi yang ingin dicapai sehingga mahasiswa dapat

lebih mudah menggali dan menerapkan ketampilan sesuai dengan teori yang

telah dipelajari.

42
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, H., Wiyono, J., & Candrawati, E. (2018). Hubungan Perilaku Vaginal Hygiene
Dengan Kejadian Keputihan Pada Mahasiswi Di Asrama putri PSIK Unitri
Malang. Nursing News, 1, 358–368.

Astuti Dw. Hubungan Penggunaan Panty Liner Dengan Kejadian Keputihan Di Sma
Muhammadiyah 3 Yogyakarta. 2017;

Arfiputri, D. S., Hidayati, A. N., Handayani, S., & Ervianti, E. (2018). Risk factors of
vulvovaginal candidiasis in dermato-venereology outpatients clinic of soetomo
general hospital, Surabaya, Indonesia. African Journal of Infectious Diseases,
12(Special Issue 1), 90–94. https://doi.org/10.2101/Ajid.12v1S.13

Badan Pusat Statistik dan Macro Internasional. 2015. Survei Kesehatan Reproduksi
Remaja Indonesia 2015. Jakarta.

Chirenje, Z. M., Dhibi, N., Handsfield, H. H., Gonese, E., Tippett Barr, B., Gwanzura,
L., Latif, A. S., Maseko, D. V., Kularatne, R. S., Tshimanga, M., Kilmarx, P. H.,
Machiha, A., Mugurungi, O., & Rietmeijer, C. A. (2018). The Etiology of Vaginal
Discharge Syndrome in Zimbabwe. Sexually Transmitted Diseases, 45(6), 422–
428. https://doi.org/10.1097/olq.0000000000000771

Eva Ellya Sibagariang. Kesehatan Reproduksi Wanita (Edisi Revisi). Jakarta Timur: Cv.
Trans Info Media; 2016.

Katharini, dkk. 2017. Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta; Trans Info Media

Kumalasari I dan Andhyantoro I. 2018. Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Salemba


Medika.

Kusmiran E. 2013. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba


Medika.

Khusen D. Rahasia Kesehatan Wanita. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia; 2017.

Manuaba, Ida Ayu Chandranita. 2015. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita Ed 4.


Jakarta: EGC

Oriza, N., & Yulianty, R. (2018). Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Keputihan
Pada Remaja Putri di SMA Darussalam Medan. Jurnal Bidan Komunitas, 1(3),
142. https://doi.org/10.33085/jbk.v1i3.3954

Persia A, Gustia R, Bahar E. Hubungan Pemakaian Panty Liner Dengan Kejadian Fluor Albus
Pada Siswi Sma Di Kota Padang Berdasarkan Wawancara Terpimpin (Kuisioner). J
Kesehat Andalas. 2015;4(2)

43
Pratiwi Tm, Sabilu Y, Fachlevy Af. Hubungan Pengetahuan, Stres, Penggunaan
Antiseptik Dan Penggunaan Pembalut Dengan Kejadian Fluor Albus Pada
Remaja Siswi Sma Negeri 8 Kendari Tahun 2017. J Ilm Mhs Kesehat Masy.
2017;2(6).

Ramayanti A. 2017. Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian Keputihan pada


Remaja Putri di SMA Muhammadiyah 5 Yogyakarta. Naskah Publikasi.
Yogyakarta: Universitas Aisyiyah.

Rahmah NF. 2017. Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Personal Kebersihan Genital
Terhadap Kejadian Keputihan pada Santriwati SMAS/MAdi PPM Rahmatul Asri
Enrekang Tahun 2017. Skripsi. Makassar: Universitas Has

Sibagariang Ee, Pusmaika R, Rismalinda. Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Cv.


Trans Info Media; 2016.

Shah, S. K., Shrestha, S., Maharjan, P. L., Karki, K., Upadhayay, A., Subedi, S., &
Gurung, M. (2019). Knowledge and practice of genital health and hygiene among
adolescent girls of Lalitpur Metropolitan city, Nepal. American Journal of Public
Health Research, 7(4), 151–156. https://doi.org/10.12691/ajphr-7-4-4

Simanjuntak. V, 2015. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Personal Hygiene Remaja


Putri dengan Pencegahan Keputihan di SMA Sutomo 2 Medan Tahun 2015.
Universitas Sumatera Utara.

Tristanti I. Hubungan Perilaku Personal Hygiene Genital dengan Kejadian Keputihan


Pada Siswi Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kudus. JIKK. Vol. 7 No. 1
September 2016 : 8 – 15.

Triyani R, Ardiani S. Hubungan Pemakaian Pembersih Vagina Dengan Kejadian Keputihan


Pada Remaja Putri. Bidan Prada J Publ Kebidanan Akbid Ylpp Purwokerto. 2013;4(01).

Tulus Cwk, Kundre Rm, Bataha Yb. Hubungan Pengetahuan Dan Perilaku Dengan
Terjadinya Keputihan Pada Remaja Putri Kelas Xi Di Sma Kristen 1 Tomohon. J
Keperawatan. 2014;2(2).

44

Anda mungkin juga menyukai