Dosen Pembimbing :
Rosmaria, M.Keb
Disusun Oleh :
Monica Delsantya
PO71242210036
A. Latar Belakang
Setiap wanita pasti menginginkan bentuk payudara yang ideal dan menarik, maka
tidak jarang kita mendengar beberapa wanita memilih untuk tidak menyusui buah
hatinya dikarenakan kekhawatiran payudara akan menjadi kendor. Tidak hanya itu,
keinginan seorang ibu untuk menyusui buah hatinya kerap kali terhambat oleh ketidak
nyamanan yang timbul saat proses menyusui, seperti misalnya akibat gangguan kecil
seperti bayi sulit menghisap ASI, payudara lecet dan lain-lain. Kondisi-kondisi tersebut
kerap menyurutkan niat bunda untuk memberikan ASI pada si kecil. Dan hal tersebut
sangatlah disayangkan, karena ASI merupakan gabungan nutrisi penting dengan proporsi
ideal dan bentuk yang paling mudah diserap oleh bayi, yang dibutuhkan untuk
mengoptimalkan proses tumbuh kembang bayi.
Beberapa langkah yang dapat diterapkan untuk menjaga kesehatan payudara saat
menyusui, sehingga bunda bisa memberikan ASI pada bayi tanpa perlu merasa
cemas. Perawatan payudara yang perlu dilakukan berupa pemijatan payudara untuk
memperbaiki sirkulasi darah, merawat puting payudara agar bersih dan tidak mudah lecet,
serta memperlancar produksi ASI.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah :
a. Melaksanakan Pengkajian dan pengumpulan data pada asuhan kebidanan nifas
fisiologis.
b. Menginterpretasikan data pada pada asuhan kebidanan nifas fisiologis.
c. Merumuskan Diagnosa potensial pada pada asuhan kebidanan kebidanan nifas
fisiologis.
d. Mengidentifikasi tindakan segera atau antisipasi pada pada asuhan kebidanan
kebidanan nifas fisiologis.
e. Menyusun rencana tindakan pada pada asuhan kebidanan kebidanan nifas fisiologis.
f. Pelaksanaan Asuhan kebidanan kebidanan nifas fisiologis.
g. Mengevaluasi pada asuhan kebidanan kebidanan nifas fisiologis.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menambah wawasan dan
pengetahuan serta menjadi sumber informasi khususnya untuk ilmu kebidanan.
2. Manfaat Praktisi
a. Bagi Institut
Mengevaluasi pemahaman mahasiswa Institut Kesehatan tentang peneliti
dan hasil penelitian dapat dijadikan masukan untuk proses belajar mengajar di
akademik kebidanan di Institut Poltekkes Jambi.
b. Bagi Peneliti
Selanjutnya Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya dan dapat
menyempurnakan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh peneliti serta
menjadi sumber informasi mengenai perawatan payudara dalam nifas serta
memperbaiki kesalahan peneliti sebelumnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Struktur payudarat tediri dari tiga bagian, yaitu kulit, jaringan sub kutan
(jaringan bawah kulit), dan corpus mammae. Corpus mammae terdiri dari
parenkim dan stroma, parenkim merupakan suatu struktur yang terdiri dari Duktus
Laktiferus (duktus), Duktulus (duktulli),Lobus dan Alveolus.
Ada 15-20 duktus laktiferus. Tiap-tiap duktus bercabang menjadi 20-40
duktulus. Duktulus bercabang menjadi 10-100 alveolus dan masing-masing
dihubungkan dengan saluran air susu (system duktus) sehingga merupakan suatu
pohon. Bila diikuti pohon tersebut dari akarnya pada putting susu, akan
didapatkan saluran air susu yang disebut duktus laktiferus. Didaerah kalang
payudara duktus laktiferus ini melebar membentuk sinus laktiferus tempat
penampungan air susu. Selanjutnya duktus laktiferus terus bercabang-cabang
menjadi duktus dan duktulus, tapi duktulus yang pada perjalanan selanjutnya
disusun pada sekelompok alveoli. Di dalam alveoli terdiri dari duktulus yang
terbuka, sel-sel kelenjar yang menghasilkan air susu dan miopitelium yang
berfungsi memeras air susu keluar dari alveoli.
( Weni; 2018; ASI,Menyusui & Sadar; Yogyakarta )
4. Proses Terbentuknya ASI
Selama kehamilan, hormone prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI
biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi.
Pada hari kedua atau ketiga pasca persalinan, kadar estrogen dan progesterone
turun drastic, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan pada saat inilah mulai
terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini terjadi perangsangan putting
susu, terbentuklah prolaktin oleh hipofisi, sehingga sekresi ASI semakin lancar.
Dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi, refleks prolaktin
dan refleks aliran timbul akibat perangsangan putting susu oleh hisapan bayi.
a. Refleks Prolaktin
Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat pada putting
susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa ke
hipotalamus di dasar otak, lalu memacu hipofise anterior untuk mengeluarkan
hormone prolaktin kedalam darah. Melalui sirkulasi prolaktin memacu sel
kelenjar (alveoli) untuk memproduksi air susu. Jumlah prolaktin yang
disekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan stimulasi isapan,
yaitu frekuensi, intensitas dan lamanya bayi menghisap.
b. Refleks Aliran (Let Down Reflex)
Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu selain
mempengaruhi hipofise anterior mengeluarkan hormone prolaktin juga
mempengaruhi hipofise posterior mengeluarkan hormone oksitosin. Dimana
setelah oksitosin dilepas kedalam darah akan mengacu otot-otot polis yang
mengelilingi alveoli dan duktulus berkontraksi sehingga memeras air susu
dari alveoli, duktulus, dan sinus menuju putting susu.
Refleks let-down dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan atau
dapat juga ibu merasakan sensasi apapun. Tanda-tanda lain dari let-down
adalag tetesan pada payudara lain sedang dihisap oleh bayi. Refleks ini
dipengaruhi oleh kejiwaan ibu.
( Weni; 2018; ASI,Menyusui & Sadar; Yogyakarta )
5. Pengertian Perawatan Payudara Ibu
Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara
terutama pada masa nifas (masa menyusui) untuk memperlancarkan pengeluaran
ASI. Perawatan payudara adalah perawatan payudara setelah ibu melahirkan dan
menyusui yang merupakan suatu cara yang dilakukan untuk merawat payudara
agar air susu keluar dengan lancar (Elisabeth; 2018).
Perawatan payudara merupakan suatu tindakan perawatan payudara yang
dilaksanakan, baik oleh pasien maupun dibantu oleh orang lain yang dilakssanaka
mulai hari pertama atau kedua setelah melahirkan (Anggraini; 2018).
Payudara merupakan organ penting bagi ibu menyusui, karena sebagian
besar kebutuhan nutrisi untuk bayi selama 6 bulan pertama kelahirannya dapat
dipenuhi melalui ASI. Sesungguhnya, kelancaran ASI dan kenyamanan menyusui
tergantung pada perawatan payudara. Nah, beberapa cara yang bisa dilakukan agar
payudara tetap indah dan nyaman ketika menyusui adalah sebagai berikut :
a) Ibu mengenakan kutang (bra) yang nyaman dan mampu menyangga payudara
dengan baik. Ibu pun bisa mengganti bra dengan ukuran yang lebih besar bila
usia kehamilan bertambah. Sebab, semakin bertambah usia kehamilan,
payudara pun semakin besar.
b) Ibu merawat payudara agar selalu bersih dengan mandi menggunakan sabun
lunak setiap hari.
c) Secara perlahan, ibu mengusap kotoran yang menyumbat mulut saluran ASI.
Kemudian, ibu mengeringkannya dengan handuk bersih.
d) Ibu mengoleskan krem lanolin setiap hari pada putting payudara. Krem ini
dapat menjaga kelembutan kulit payudara dan mencegah lecet-lecet sewaktu
menyusui bayi.
e) Bila putting payudara terlalu pendek,datar atau tertarik ke dalam, hendaknya
ibu menarik putting keluar, lalu memelintirnya menggunakan ibu jari dan jari
telunjuk selama beberapa menit setiap hari atau ibu dapat mengenakan
pelindung putting payudara.
f) Setelah usia kehamilan lebih dari 7 bulan, sebaiknya ibu memijat areola
beberapa kali setiap hari. Tindakan tersebut dapat membuka saluran ASI.
Terkait hal ini, ibu perlu membersihkan tetesan susu, sehingga tidak mongering
dan menyumbat saluran ASI.
( Ai Yeyeh:2018; Asuhan kebidanan pada masa nifas;Jakarta).
6. Fisiologi Payudara
Selama kehamilan, hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI
biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar esterogen yang tinggi.
Pada hari kedua atau ketiga pasca persalinan, kadar esterogen dan progesterone
turun drastic, sehingga pengaruh prolactin lebih dominan dan pada saat inilah mulai
terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini terjadi perangsangan putting
susu, terbentuklah prolaktin hipofisis, sehingga sekresi ASI semakin lancer. Dua
reflek pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi yaitu reflek prolactin dan
reflek aliran timbul akibat perangsangan puting susu oleh hisapan bayi (Elisabeth,
2015).
7. Tujuan Perawatan Payudara
c. Payudara yang terawatt akan memproduksi ASI cukup untuk kebutuhan bayi
d. Dengan perawatan payudara yang baik ibu tidak perlu khawatir bentuk
payudaranya akan cepat berubah sehingga kurang menarik
e. Dengan perawatan payudara yang baik putting susu tidak akan lecet sewaktu
dihisap oleh bayi
g. Mengatasi putting susu datar atau terbenam supaya dapat dikeluarkan sehingga
siap untuk disusukan kepada bayinya.
Pelaksanaan perawatan payudara pasca persalinan dimulai sedini mungkin
yaitu 1-2 hari sesudah bayi dilahirkan. Hal itu dilakukan 2 kali sehari (Eka
dkk,2014).
8. Persyaratan Perawatan Payudara
a. Pengurutan harus dikerjakan secara sistematis dan teratur minimal dua kali
dalam sehari.
b. Memerhatikan makanan dengan menu seimbang.
c. Memerhatikan keberihan sehari-hari.
d. Memakai BH yang bersih dan bentuknya yang menyokong payudara.
e. Menghindari rokok dan minuman beralkohol.
f. Istirahat yang cukup dan pikiran yang tenang
(Elisabeth dkk,2015).
9. Cara Melakukan Perawatan Payudara Ibu Menyusui
a. Persiapan Alat
a) Handuk
b) Kapas
c) Minyak kelapa
d) Waslap
e) Baskom (masing-masing berisi air hangat dan air dingin)
b. Prosedur Pelaksanaan
a) Buka pakaian ibu
b) Letakkan handuk di atas pangkuan ibu dan tutup payudara dengan handuk
c) Buka handuk pada daerah payudara
d) Kompres putting susu dengan menggunakan kapas minyak selama 3-5
menit
e) Bersihkan dan tarikkan putting susu keluar terutama untuk putting susu
yang datar
f) Ketuk-ketuk sekeliling putting susu dengan ujung-ujung jari
g) Kedua telapak tangan dibasahi dengan minyak kelapa
h) Kedua telapak tangan diletakkan di antara kedua payudara
i) Pengurutan dimulai ke arah atas, samping, telapak tangan kiri kea rah sisi
kiri, telapak tangan kanan arah sisi kanan.
j) Pengurutan diteruskan samping, selanjutnya melintang, telapak tangan
mengurut ke depan, kemudian dilepas dari kedua payudara.
k) Telapak tangan kanan kiri menolong payudara kiri, kemudian jari-jari
tangan kanan sisi kelingking mengurut payudara ke arah putting susu.
l) Telapak tangan kanan menopang payudara dan tangan lainnya
menggengam serta mengurut payudara dari arah pangkal kea rah putting
susu.
m) Payudara disiram dengan air hangat dan dengan secara bergantian kira-kira
5 menit (air hangat dahulu)
n) Keringkan dengan handuk
o) Pakailah BH khusus untuk ibu menyusui (BH yang menyangga payudara
dan memudahkan untuk menyusui.
a. Masker Payudara
b. Massage
Selain kendala pada ibu dan bayi, pemberian ASI juga mengalami kendalam
pada faktor produksi ASI. Adapun hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI
adalah :
a. Makanan
Untuk memproduksi ASI yang baik, maka kondisi kejiwaan dan fikiran
harus tenang. Keadaan psikologis ibu yang tertekan, sedih dan tegang akan
menurunkan volume ASI.
Semakin sering bayi menyusu pada payudara ibu, maka produksi dan
pengeluaran ASI akan semakin banyak. Akan tetapi, frekuensi penyusuan pada
bayi premature dan cukup bulan berbeda. Studi mengatakan bahwa pada
produksi ASI bayi premature akan optimal dengan pemompaan ASI lebih dari
5 kali per hari selama bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan
dilakukan karena bayi premature belum dapat menyusu. Sedangkan pada bayi
cukup bulan frekuensi penyusuan 10 kali per hari selama 2 minggu pertama
setelah melahirkan berhubungan dengan produksi ASI yang cukup. Sehingga
direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali per hari pada periode awal
setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan
stimulasi hormone dalam kelenjar payudara.
Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi produksi ASI. Hal ini
disebabkan bayi yang lahir premature (umur kehamilan kurang dari 34 minggu)
sangat lemah dan tidak mampu menghisap secara efektif sehingga produksi
ASI lebih rendah dari pada bayi yang lahir cukup bulan. Lemahnya
kemampuan menghisap pada bayi premature dapat disebabkan berat badan
lahir yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ.
Ada beberapa macam kendala dalam pemberian ASI Eksklusif, salah satunya
adalah ASI tidak lancar. Tetapi jangan khawatir, bagi para ibu-ibu yang ASI tidak
lancar. Tetapi jangan khawatir, bagi para ibu-ibu yang ASI-nya tidak lancar tapi
ingin memberikan bayinya ASI Eksklusif ada beberapa makanan yang dapat
mempengaruhi produksi ASI, yaitu:
a. Daun Katuk
Terbukti daun katuk sudah sejak jaman nenek moyang kita gunakan sebagai
makanan untuk memperlancar ASI. Ia dapat digunakan sebagai sayuran maupun
jamu. Pada daun katuk terdapat vitamin A, C, B1, Zat besi, kalium, protein,
fosfor, sterol, alkaloid, asam seskuiterna.
b. Bayam hijau dan bayam merah
Tumbuhan bayam yang mengandung banyak klorofil ini ternyata juga berisi
vitamin A, B6, C, E K, asam folat, zat besi, karoten, thiamin.
c. Kacang hijau
Tips berikutnya rajinlah anda mengkonsumsi kacang hijau, baik itu yang
direbus atau yang sudah dibuat bubur kacang hijau. Makanan ini mengandung
vitamin B1, protein, fosfor, tiamin,mangan,kalium,magnesium,asam folat. Selain
mampu memproduksi banyak ASI, kacang hijau dapat mencukupi kebutuhan
protein dan energy.
d. Pare
e. Bunga papaya
f. Semangka
g. Labu Siam
Buah labu adalah salah satu cara menambah produksi air susu ibu secara
alami, tanpa perlu obat memperlancar ASI. Buah ini dapat dimasak sebagai
sayuran atau kolak. Labu siam mengandung vitamin B6, C, K, asam folat,
kalium,magnesium,zink,mangan. Labu siam dapat membantu mencukupi
kebutuhan asam folat ibu yang sedang menyusui. Labu siam mampu membantu
pertumbuhan sel dan juga perkembangan tubuh bayi. ( Natia;2018; ASI dan
Panduan Ibu Menyusui; Yogyakarta )
C. Pijat Oksitosin
Pijat (Oxytocin) adalah salah satu dari dua hormone yang dibentuk oleh sel-sel
neuronal nuclei hipotalamik dan disimpan dalam lobus posterior pituitary, hormone
lainnya adalah vasopressin. Ia memiliki kerja mengontraksi uterus dan menginjeksi ASI.
ASI diproduksi atas hasil kerja gabungan antara hormon dan refleks. Selama
kehamilan, perubahan pada hormon berfungsi mempersiapkan jaringan kelenjar susu
untuk memproduksi ASI. Segera setelah melahirkan, bahkan mulai pada usia kehamilan 6
bulan akan terjadi perubahan pada hormon yang menyebabkan payudara mulai
memproduksi ASI. Pada waktu bayi mulai menghisap ASI, akan terjadi dua refleks pada
ibu yang akan menyebabkan ASI keluar pada saat yang tepat dan jumlah yang tepat pula.
Dua refleks tersebut adalah :
1. Refleks Prolaktin
2. Refleks oksitosin
Reflek pengaliran atau pelepasan ASI (let down reflex) setelah diproduksi
oleh sumber pembuat susu, ASI akan dikeluarkan dari sumber pembuat susu dan
dialirkan ke saluran susu. Pengeluaran ASI ini terjadi karena sel otot halus di sekitar
kelenjar payudara mengerut sehingga memeras ASI untuk keluar. Penyebab otot-otot
itu mengerut adalah suatu hormon yang dinamakan oksitosin. Rangsangan isapan
bayi melalui serabut syaraf memacu hipofise posterior untuk melepas hormon
oksitosin dalam darah. Oksitosin memacu sel-sel myoepithel yang mengelilingi
alveoli dan duktus untuk berkontraksi, sehingga mengalirkan ASI dari alveoli ke
duktus menuju sinus dan puting. Dengan demikian sering menyusui penting untuk
pengosongan payudara agar tidak terjadi engorgement (payudara bengkak), tetapi
justru memperlancar pengaliran ASI.
Selain itu oksitosin berperan juga memacu kontraksi otot rahim, sehingga
mempercepat keluarnya plasenta dan mengurangi perdarahan setelah persalinan. Hal
penting adalah bahwa bayi tidak akan mendapatkan ASI cukup bila hanya
mengandalkan refleks pembentukan ASI atau refleks prolaktin saja. Ia harus dibantu
refleks oksitosin. Bila refleks ini tidak bekerja maka bayi tidak akan mendapatkan
ASI yang memadai, walaupun produksi ASI cukup.
Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau let down
reflex. Selain untuk merangsang let down reflex manfaat pijat oksitosin adalah
memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak (engorgement),
mengurangi sumbatan ASI, merangsang pelepasan hormone oksitosin,
mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit (Depkes RI, 2012;).
Persiapan ibu sebelum dilakukan pijat oksitosin :
2) Bantu ibu agar mempunyai pikiran dan perasaan baik tentang bayinya Alat –alat
yang digunakan :
b. Ibu miring ke kanan maupun ke kiri, lalu memeluk bantal atau bisa juga dengan
posisi duduk
c. Memasang handuk
e. Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan menggunakan dua
kepalan tangan, dengan ibu jari menunjuk ke depan
g. Pada saat bersamaan, memijat kedua sisi tulang belakang ke arah bawah, dari
leher ke arah tulang belikat, selama 2-3 menit
i. Membersihkan punggung ibu dengan waslap air hangat dan dingin secara
bergantian
Tahun :
2017
14. Judul : Rendahnya Untuk Jenis penelitian ini Hasil
Hubungan cakupan ASI mengetahui adalah kuantitatif penelitian uji
perawatan Eksklusif hubungan dengan desain bivariat
payudara merupakan salah perawatan penelitian cross menunjukkan
dengan satu penyebab yang payudara, dengan sectional. Sampel ada hubungan
kelancaran terjadi pada ibu kelancaran dalam penelitian ini antara
produksi asi menyusui karena produksi ASI berjumlah 72 orang perawatan
di wilayah ASI yang tidak pada ibu yang merupakan ibu payudara
kerja lancar karena menyusui di menyusui 0-6 bulan (p=0,007)
puskesmas kurangnya Wilayah Kerja di wilayah kerja dengan
kahean kota kesadaran untuk Puskesmas Puskesmas Kahean kelancaran
pematangsiant melakukan Kahean Kota Kota produksi
ar perawatan Pematangsiantar. Pematangsiantar. ASI.
payudara selama Analisis data yaitu
Penulis : kehamilan univariat dan
Dian Permata bivariat dengan Uji
Nst dkk Chi Square
Tahun :
2018
15. Judul : Air Susu Ibu (ASI) untuk penyuluhan dan Hasil
Peningkatan merupakan menambah praktik tentang kegiatan
Pengetahuan makanan utama wawasan pentingnya ASI pengabdian
Ibu Menyusui pada bayi, karena masyarakat eksklusif, perawatan masyarakat
dan Kader mengandung zat tentang manfaat payudara, teknik didapatkan
Kesehatan gizi yang tinggi daun kelor dan menyusui dan peningkatan
Melalui dan sangat pepaya muda manfaat sayur daun pengetahuan
Penyuluhan bermanfaat untuk untuk kelor dan sayur ibu menyusui
Tentang Cara kesehatan bayi meningkatkan pepaya muda untuk dan kader
Meningkatkan sesuai dengan fase produksi ASI. meningkatkan kesehatan
Produksi ASI kehidupannya. ASI produksi ASI. tentang
Dengan sangat berperan pentingnya
Konsumsi dalam ASI Ekslusif
Sayur Pepaya proses dalam
Muda dan pertumbuhan bayi katagori baik
Sayur Daun yang dimulai sejak (74%),
Kelor awal kelahirannya perawatan
sehingga payudara
Penulis : diharapkan pada masa
Rosmadewi produksi ASI pada nifas dalam
dkk ibupost partum katagori baik
dapat mencukupi (95%), teknik
Tahun : kebutuhan bayi menyusui
2020 pada awal yang
kehidupannya. benar dalam
Masalah pada katagori baik
kegiatan ini (73%),
didapatkan 54 % manfaat
ibu nifas yang ASI sayur dau
nya belum keluar kelor untuk
pada hari ke 3 atau meningkatka
ke 4 sehingga n produksi
meminta PASI ASI dalam
untuk memenuhi katagori
kebutuhan nutrisi baik (97%)
pada bayinya. dan manfaat
Berdasarkan hasil sayur pepaya
penelitian Warjidin muda untuk
Aliyanto dan meningkatka
Rosmadewi pada n produksi
tahun 2018 tentang ASI (95%).
efektifitas sayur Oleh karena
daun kelor dan itu,
sayur pepaya muda bidan sebagai
terhadap pemberi
peningkatan pelayanan
produksi ASI, kepada ibu
didapatkan post partum
produksi ASI agar
meningkat pada ibu menganjurka
post partum n kepada ibu
primipara yang menyusui
mengkonsumsi untuk
sayur pepaya muda mengkonsum
dilihat dari rata-rata si sayur daun
kenaikan berat kelor atau
badan bayi pada sayur pepaya
usia 30 hari yaitu muda sebagai
930 gram. Pada ibu tambahan
post partum menu
primipara yang makanan
mengkonsumsi pada periode
sayur daun kelor menyusui
rata-rata kenaikan
berat
badan bayi 1270
gram. Sedangkan
pada ibu post
partum primipara
yang tidak
mengkonsumsi
sayur pepaya
muda dan sayur
daun kelor rata-rata
kenaikan berat
badan bayi usia 30
hari yaitu 847
gram. Konsumsi
sayur daun kelor
dan sayur pepaya
muda dapat
meningkat kan
produksi ASI
2. Interpretasi Data
Menurut Soepardan (2008) pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap
diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi data yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian diinterpretasikan sehingga dapat dirumuskan
diagnosis dan masalah yang spesifik. Baik rumusan diagnosis maupun masalah, keduanya
harus ditangani. Meskipun masalah tidak diartikan sebagai diagnosis, tetapi tetap
membutuhkan penaganan.
Dalam teori menurut Prawirorahardjo, 2009 diagnosis preeklamsia ringan
ditegakkan berdasarkan atas timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/atau odema
setelah kehamilan 20 minggu.
3. Diagnosa Potensial
Menurut Asrinah (2010) Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah atau
diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan dignosis yang sudah
teridentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan. sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosis
atau masalah potensial ini benar-benar terjadi.
Dalam teori menurut Martin dan Benson, 2009 jika keadaan preeklamsia ringan
tidak tertangani dengan baik, keadaannya akan memburuk dan dapat menimbulkan
preeklamsia berat.
A. ANALISA KASUS
B.DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital :
TD 110/70 mmHg P 22 x/mnt
N 84 x/mnt S 36,5°C
Turgor : Baik
Mata : Seklera Tidak Ikterus
Konjungtiva : Merah muda
Penghilatan : Jelas
Alat bantu : Tidak ada
Muka : Tidak tampakkelainan
Payudara : Simetris
Puting susu : Menonjol
Areola mammae : Bersih
Pengeluaran ASI : Kolostrum
Jantung : Bunyi jelas teratur
Paru-paru : Bunyi nafas bersih
Ekstremitas : Tidak tampak cacat
Edema : Tidak ada
Refleks patella : +/+ kanan/kiri
Akral : Hangat /normal
Abdomen
Hepar/lien : Tidak ada kelainan
Luka operasi : Tidak ada
Fundus uteri: Teraba, tinggi 2 jrb/pst
Kontraksi : baik
Ano-genetalia
Perdarahan : Merembes Jumlah: ±50 Cc
Vulva : Tidak Edema
Perineum : Ada Luka Jahit Perineum
Lochia : Rubra
Hemorroid : Tidak Ada
Fistel : Tidak Ada
2. Pemeriksa Penunjang
Hemoglobin: 13,8 g/dl
Hematokrit : -
Trombosit : -
Leukosit :-
Rapid test : Nonreaktif
II. Interpretasi Data Dasar
Diagnosa : P4 A0 post partum 6 jam pertama dengan ASI kurang lancar
Masalah : Ibu merasakan nyeri pada payudara
III. Diagnosa/Masalah Potensial
Potensial terjadi infeksi pada luka perineum
INTERVENSI RASIONAL
Jalin komunikasi terapeutik dengan klien Klien dan keluarga lebih kooperatif
dan keluarga dengan kita
Cuci tangan sebelum dan sesudah Mencegah infeksi
melakukan tindakan Menjaga rasa nyaman ibu
Jaga privasi ibu Mengetahui keadaan dan
Observasi TTV dan pantau masa perkembangan kondisi pasien secara
nifas: TD, nadi, respirasi, suhu, menyeluruh
konsistensi uterus, kontraksi uterus, Ibu mengetahui keadaannya
jumlah perdarahan, warna, TFU, dan Mengurangi rasa nyeri
lochea Penentuan pemberian terapi
Beritahu hasil pemeriksaan pada pasien Memenuhi kebutuhan nutrisi ibu,
Anjurkan teknik relaksasi pada saat terjadi mempercepat proses penyembuhan
nyeri. luka dan involusi, memperlancar.
Lakukan kolaborasi dengan dokter Mempercepat proses involusi
Beri HE mengenai : Kebersihan ibu tetap terjaga
Nutrisi dan gizi seimbang Memperlancar Pengeluaran ASI Dan
Mobilisasi dini mengantisipasi adanya bendungan
Personal hygiene ASI
Perawatan Payudara Meminimalkan rasa kekhawatiran pada
Jelaskan tentang fisiologis nyeri
IMPLEMENTASI
TGL/JAM IMPLEMENTASI
22 November 2021 1. Menjalin komunikasi terapeutik dengan klien dan keluarga.
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
3. Mengobservasi TTV dan pantau masa nifas setiap 4 jam
sekali
KU : Baik
TD : 120/80 mmHg
S : 36,50C
Nadi : 80x/menit
RR : 20xmenit
TFU : 2 jari bawah pusat
Kontraksi Uterus : Baik
Konsistensi : Keras
Kandung kemih : Kosong
Perdarahann : ± 20 cc
Lochea : Rubra, warna kemerahan dengan konsistensi cair
4. Memberitahu hasil pemeriksaan pada pasien
5. Menganjurkan teknik relaksasi pada saat terjadi nyeri dengan
cara tarik nafas panjang saat terjadi nyeri dan latihan untuk
mobilisasi agar tidak terjadi kekauan otot.
6. Menjelaskan tentang rasa nyeri bekas melahirkan karena baru
hari pertama
7. Melakukan kolaborasi dengan dokter, dengan pemberian
terapi :
Per oral : Paracetamol 3x1
Ciprofloxacin 3x1
Vit-B compleks 1x1
8. Memberikan HE tentang :
Nutrisi Dan Gizi Seimbang : Memberitahukan Bahwa Ibu
Tidak Perlu Tarak, Makan Beraneka Ragam Dan
Seimbang Serta Dengan Porsi Ditambah Dan Minum
Yang Banyak
Mobilisasi dini : menjelaskan bahwa mobilisasi dini
penting untuk proses involusi, mobilisasi dilakukan secara
bertahap dari miring kanan/kiri, duduk, berdiri kemudian
berjalan.
9. ASI
EVALUASI
Tanggal : 22 November 2021 Jam : 19.30 WIB
S : Ibu mengatakan keadaannya baik-baik saja, dan melakukan asuhan yang diberikan dan
ibu sudah
mengerti penjelasan yang telah diberikan.
O : Ibu dapat mengulangi kembali penjelasan-penjelasan yang diberikan.
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 120/80 mmHg
N : 80 x/mnt
S : 36,70C
RR : 20 x/mnt
TFU : 2 jari bawah pusat
Kontraksi uterus : Baik
Konsistensi : Keras
Kandung kemih : Kosong
Perdarahan : ± 20 cc
Lochea :Rubra,berwarna merah dengan konsistensi cair
BAB IV
PEMBAHASAN
Selama dilakukan asuhan kebidanan pada Ny “S” ibu Post Partum dengan perawatan
payudara , ibu sangat kooperatif atas tindakan yang diberikan dan memberikan kepercayaan pada
saya serta mau mengungkapkan permasalah secara terbuka, sehingga diagnosa tersebut telah
dilakukan intervensi dan implenetasi, sehingga diagnosa masalah dapat teratasi dikarenakan
adanya kerjasama yang baik dari ibu dan keluarga sehingga dapat mendukung keberhasilan
program asuhan kebidanan.
Dari hasil Penelitian yang dilakukan oleh Teodora Br Tarigan ( 2019 ) berdasarkan
pengetahuan dapat disimpulkan bahwa dari 25 responden sebagian besar responden
berpengetahuan cukup sebanyak 14 orang (56%), berpengetahuan baik sebanyak 2 orang (8%),
dan berpengetahuan kurang sebanyak 9 orang (36%). Dari hasil penelitian Gambaran
Pengetahuan berdasarkan umur dapat disimpulkan bahwa responden sebagian besar yang
berpengetahuan baik sebanyak 1 orang (4%) ditemukan pada umur 20-35 tahun, dan
berpengetahuan kurang sebanyak 8 orang (32%). 3. Dari hasil penelitian Gambaran Pengetahuan
berdasarkan Pendidikan dapat disimpulkan bahwa responden sebagian besar yang
berpengetahuan baik sebanyak 1 orang (4%) pada pendidikan SMA, dan berpengetahuan kurang
sebanyak 4 orang (16%). Dari hasil penelitian Gambaran Pengetahuan berdasarkan pekerjaan
dapat disimpulkan bahwa responden sebagian besar yang pengetahuan baik sebanyak 1 orang
(4%) ditemukan pada pekerjaan IRT, dan berpengetahuan kurang sebanyak 8 orang (32%). Dari
hasil penelitian Gambaran Pengetahuan berdasarkan sumber informasi dapat disimpulkan bahwa
responden sebagian besar pengetahuan baik sebanyak 2 orang (8%) ditemukan pada sumber
informasi dari tenaga kesehatan, dan berpengetahuan kurang sebanyak 3 orang (12%).
Penelitian yang dilakukan oleh Siti Nur Soleha (2019) Hasil penelitian ini sejalan dengan
teori yang menyebutkan bahwa gerakan pada perawatan payudara bermanfaat melancarkan
reflek pengeluaran ASI. Kegiatan ini juga merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan
jumlah ASI pada payudara. Selain itu juga dapat mencegah terjadinya bendungan ASI pada
payudara.Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Eti Rochaeti pada penelitiannya
di tahun 2009 yaitu Ibu yang melakukan perawatan payudara ternyata semua menunjukkan
produksi ASI kategori cukup.
Penelitian yang dilakukan oleh Ade ayu Prawita (2018) Berdasarkan tabel 2 didapatkan
mayoritas ibu memiliki sikap negatif sebanyak 20 orang (66,7%) dengan tidak melaksanakan
perawatan payudara sebanyak 18 orang (60,0%) dan melaksanakan perawatan payudara
sebanyak 2 orang (6,7%). Dari hasil uji Chi-square di dapatkan nilai p-value =0,001<α=0,05,
sehingga dapat di simpulkan ada Sikap Ibu Nifas Tentang Perawatan Payudara Dengan
Pelaksanaan Perawatan Payudara Di Klinik Pratama Niar Medan Tahun 2017.
Berdasarkan penelitian didapatkan mayoritas ibu memiliki sikap negatif disebabkan
karena adanya pertentangan dalam diri ibu mengenai baik atau tidaknya melaksanakan
perawatan payudara pada bayi dan dirinya. Adanya faktor-faktor dari luar, seperti pengaruh
orang lain menyebabkan adanya ibu mudah untuk menerima informasi tanpa menimbang
apakah hal tersebut baik atau tidak bagi dirinya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Post natal breast care pada ibu nifas merupakan perawatan payudara yang
dilakukan pada ibu pasca melahirkan/nifas untuk melancarkan sirkulasi darah dan
mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga memperlancar pengeluaran ASI.
Pelaksanaan perawatan payudara dimulai sedini mungkin, yaitu 1-2 hari setelah bayi
dilahirkan dan dilakukan 2 kali sehari. Perawatan payudara untuk ibu nifas yang
menyusui merupakan salah satu upaya dukungan terhadap pemberian ASI bagi buah
hati.
Perawatan Payudara pasca persalinan merupakan kelanjutan perawatan payudara
semasa hamil, yang mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Untuk menjaga kebersihan payudara sehingga terhindar dari infeksi
2. Untuk mengenyalkan puting susu, supaya tidak mudah lecet
3. Untuk menonjolkan puting susu
4. Menjaga bentuk buah dada tetap bagus
5. Untuk mencegah terjadinya penyumbatan
6. Untuk memperbanyak produksi ASI
7. Untuk mengetahui adanya kelainan
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka perlu adanya upaya untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan yang lebih baik. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan saran
sebagai berikut :
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Bagi tenaga kesehatan diharapkan agar lebih meningkatkan pelayanan
kesehatan dengan melakukan kunjungan masa nifas selama 42 hari dengan
memberikan penyuluhan tentang perawatan payudara serta mengajarkan teknik
perawatan payudara yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
Ade ayu Prawita (2018) Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Nifas Tentang Perawatan
Payudara Dengan Pelaksanaan Perawatan Payudara; Prodi D4 Kebidanan Fakultas Farmasi dan
Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia, Medan http://ejournal.helvetia.ac.id/index.php/jbk
Masruroh. 2015; Praktik Keterampilan Asuhan Kebidanan Nifas Dilengkapi Dengan Jobsheet
Dan Daftar Tilik; Yogyakarta
Siti Nur Soleha (2019) Pengaruh Perawatan Payudara Terhadap Produksi ASI Ibu Nifas The
Effect of Breast Care on Breast Milk Production of Postpartum Mother.
Teodora Br Tarigan ( 2019 ) Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Payudara Di
Klinik Mariana Sukadono; Medan