BAB I
PENDAHULUAN
1
2
BAB II
PEMBAHASAN
a. Tahap bina. Tahap ini forum masyarakat desa mungkin belum aktif,
tetapi telah ada forum atau lembaga masyaratak desa yang telah
berfungsi dalam bentuk apa saja misalnya kelompok rembuk desa,
kelompok pengajian, atau kelompok persekutuan do’a.
b. Tahap tambah. Pada tahap ini, forum masyarakat desa talah aktif dan
anggota forum mengembangkan UKBM sesuai kebutuhan masyarakat ,
selain posyandu. Demikian juga dengan polindes dan posyandu
sedikitnya sudah oada tahap madya.
c. Tahap kembang. Pada tahap ini, forum kesehatan masyarakat telah
berperan secara aktif,dan mampu mengembangkan UKBMsesuai
kebutuhan dengan biaya berbasis masyarakat.Jika selama ini pembiyaan
kesehatan oleh masyarakat sempat terhenti karena kurangnya
pemahaman terhadap sistem jaminan,masyarakat didorong lagi untuk
mengembangkan sistem serupa dimulai dari sistem yang sederhana dan
di butuhkan oleh masyarakat misalnya tabulin.
d. Tahap Paripurna,tahap ini,semua indikator dalam kriteria dengan siaga
sudah terpenuhi. Masyarakat sudah hidup dalam lingkungan seha tserta
berperilaku hidup bersih dan sehat.
5. Keberhasilan Program
Indikator keberhasilan pengembangan desa siaga dapat diukur dari 4
kelompok indikator, yaitu : indikator input, proses, output dan outcome
(Depkes, 2009).
a. Indikator Input
1) Jumlah kader desa siaga.
2) Jumlah tenaga kesehatan di poskesdes.
3) Tersedianya sarana (obat dan alat) sederhana.
4) Tersedianya tempat pelayanan seperti posyandu.
5) Tersedianya dana operasional desa siaga.
6) Tersedianya data/catatan jumlah KK dan keluarganya.
10
d. Indikator outcome
1) Meningkatnya jumlah penduduk yang sembuh/membaik dari sakitnya.
2) Bertambahnya jumlah penduduk yang melaksanakan PHBS.
3) Berkurangnya jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia.
4) Berkurangnya jumlah balita dengan gizi buruk.
2.1.4 Buku KIA
1. Pengertian
Buku KIA adalah instrumen pencatatan dan penyuluhan (edukasi) bagi ibu
dan keluarganya, juga alat komunikasi antar tenaga kesehatan dan keluarga.
Disebut alat edukasi karena buku KIA berisi informasi dan materi penyuluhan
tentang kesehatan Ibu dan Anak termasuk gizi, yang dapat membantu
keluarga khususnya ibu dalam memelihara kesehatan dirinya sejak ibu hamil
sampai anaknya berumur 5 tahun. Disebut alat komunikasi karena tenaga
kesehatan dapat memberikan catatan-catatan penting yang dapat dibaca
tenaga kesehatan lain dan Ibu serta keluarga, misal keluhan, hasil
pemeriksaan, catatan persalinan, pelayanan yang diberikan pada
ibu/bayi/anak balita, hasil pemeriksaan tambahan, dan rujukan.
Jadi Buku KIA merupakan:
a. Alat pencatatan dan pemantauan Kesehatan Ibu dan Anak
b. Alat komunikasi antara tenaga kesehatan dan antara tenaga kesehatan
dengan ibu dan keluarganya.
c. Alat penyuluhan (edukasi) Kesehatan Ibu dan Anak : Milik keluarga,
d. Dapat dipergunakan di semua fasilitas kesehatan
e. Gabungan kartu-kartu kesehatan yang pernah ada dan yang masih ada,
seperti: KMS ibu hamil, Kartu KB, KMS Balita, Kartu Perkembangan
Anak
2. Sasaran Buku KIA
Semua Ibu Hamil perlu memakai buku KIA dan buku KIA selanjutnya
digunakan oleh anak sejak anak lahir hingga berusia 5 tahun. Setiap kali anak
datang ke fasilitas kesehatan, baik itu ke Bidan, Puskesmas, Dokter praktek,
Klinik atau Rumah Sakit, untuk penimbangan, berobat, kontrol, atau
12
imunisasi, buku KIA harus dibawa agar semua keterangan tentang kesehatan
ibu atau anak yang tercatat pada buku KIA diketahui tenaga kesehatan dan
tenaga kesehatan dapat memberikan catatan tambahan penting lainnya pada
buku KIA, mengisi KMS, dll.
3. Maanfaat Buku KIA
Manfaat buku KIA yaitu :
a. Sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pelayanan KIA yang terdiri
dari :
1) Standar pelayanan oleh petugas
2) Hak ibu dan anak menerima pelayanan sesuai standar
3) Kerjasama petugas dan masyarakat untuk mewujudkan pelayanan
KIA berkualitas.
b. Sebagai alat untuk meningkatkan surveilan, monitoring dan sistem
informasi:
1) Catatan kesehatan berguna dalam pelayanan KIA walaupun diberikan
oleh petugas kesehatan yang berbeda.
c. Buku KIA bermanfaat untuk :
1) Mengurangi keterlambatan pengendalian resiko tinggi
2) Mengurangi dampak infeksi
3) Kepatuhan terhadap standar pelayanan kebidanan
4) Mengurangi 3 keterlambatan dalam rujukan ke Rumah Sakit.
4. Isi Buku KIA
Secara umum isi Buku KIA sangat komprehensif bagi keluarga dan petugas
kesehatan. Outline isi Buku KIA terdiri dari:
a. Bagian ibu, terdiri dari:
1) Identitas keluarga
2) Ibu hamil: pemeriksaan kehamilan rutin, persiapan melahirkan,
perawatan sehari-hari, anjuran makan untuk ibu hamil, dan tanda-
tanda bahaya pada kehamilan.
3) Ibu bersalin: tanda-tanda bayi akan lahir dan proses melahirkan.
13
4) Ibu nifas: cara menyusui bayi, perawatan ibu nifas, tanda bahaya dan
penyakit pada saat nifas
5) Keluarga Berencana (KB)
6) Catatan pelayanan kesehatan ibu: catatan kesehatan ibu hamil,
bersalin, nifas dan keterangan lahir.
2. Bagian anak, terdiri dari :
1) Identitas anak
2) Bayi baru lahir dan anak: tanda bayi sehat, cara merawat bayi baru
lahir, imunisasi dan jadwal imunisasi
3) Balita: cara perawatan sehari-hari anak balita, perawatan anak sakit,
cara memberi makan anak, cara merangsang perkembangan anak, cara
membuat makanan tambahan pengganti ASI
4) Catatan pelayanan kesehatan anak:
5) Catatan pelayanan kesehatan anak: pemeriksaan neonatus, pemberian
imunisasi, pemberian Vitamin A, anjuran pemberian rangsangan
perkembangan dan nasihat pemberian makan
6) Catatan penyakit dan masalah perkembangan.
7) Di bagian belakang atau depan sampul (cover) Buku KIA
ditambahkan Stiker Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K). Stiker ini akan diisi dan ditempelkan di depan
rumah Ibu hamil oleh Petugas Kesehatan, sebagai tindakan berjaga-
jaga/antisipasi pada waktu Ibu akan bersalin.
14
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan makalah mengenai tekhnologi tepat guna dalam pelayanan
bersalin dan nifas, maka kelompok dapat mengambil kesimpulan bahwa
perkembangan tekhnologi dalam sistem penunjang pelayanan bersalin dan nifas
saat ini sangat berguna untuk menurunkan AKI dan AKB, mempermudah
pengguna layanan (pasien) dan pemberi pelayanan (Bidan dan Dokter), jangkauan
pelayanan informasi menyeluruh bahkan hingga ke daerah terpencil.
3.2 Saran
Penerapan tekhnologi tepat guna dalam pelayanan masih harus tetap
dikembangkan lagi guna untuk membenahi pelayanan maupun fasilitas yang
sudah ada saat ini karena hingga tahun 2015 target MDG’S untuk indonesia masih
belum tercapai.
15
16
DAFTAR PUSTAKA
Chen W, Fang Lz, Chen LY, & Dai HL (2008) Compariso of an SMS text
messaging and phone reminder to improve attendance at a health promotio
center a randomized controlled trial. J zhejiang Univ Sci B: 9 (1) : 34
Dra Suryana, 1996. Keperawatan Anak Untuk Siswa SPK : EGC, Jakarta Dunia
Healt Assembeley XXI; "Nasional dan Global SURVEILENS Penyakit
menular", Geneva: WHO, 1968
Mubarak, Wahit Iqbal dan Nurul Chayatin. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia Teori & Apikasi dalam Praktik. Jakarta: Kedokteran EGC
http://www.slemankab.go.id/file/lakip/13Meningkatnya-derajat-kesehatan-
masy.pdf
http://sitisaripuspita.wordpress.com/2009/05/25/teknologi-tepat-guna-ttg-
kesehatan/
15