Anda di halaman 1dari 115

Kegiatan Belajar

KONSEP KEPERAWATAN MATERNITAS


100 Menit

PENDAHULUAN
Keperawatan Maternitas merupakan persiapan persalinan serta kwalitas pelayanan
kesehatan yang dilakukan dan difokuskan kepada kebutuhan bio-fisik dan psikososial dari
klien, keluarga , dan bayi baru lahir (May & Mahlmeister, 1990).
Keperawatan Maternitas merupakan sub system dari pelayanan kesehatan dimana perawat
berkolaborasi dengan keluarga dan lainnya untuk membantu beradaptasi pada masa
prenatal, intranatal, postnatal, dan masa interpartal (Auvenshine & Enriquez, 1990).
Keperawatan Maternitas merupakan pelayanan yang sangat luas, dimulai dari konsepsi
sampai dengan enam minggu setelah melahirkan (Shane,et.al.,1990).
Keperawatan Maternitas merupakan pelayanan professional berkwalitas yang difokuskan
pada kebutuhan adaptasi fisik dan psikososial ibu selama proses konsepsi / kehamilan,
melahirkan, nifas, keluarga, dan bayi baru lahir dengan menekankan pada pendekatan
keluarga sebagai sentra pelayanan (Reede, 1997).
Keperawatan Maternitas merupakan pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan
kepada wanita usia subur (WUS) yang berkaitan dengan masa diluar kehamilan, masa
kehamilan, masa melahirkan, masa nifas sampai enam minggu, dan bayi yang dilahirkan
sampai berusia 40 hari beserta keluarganya. Pelayanan berfokus pada pemenuhan
kebutuhan dasar dalam melakukan adaptasi fisik dan psikososial dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan (CHS/KIKI, 1993).

TUJUAN PEMBELAJARAN

Pembelajaran umum
Setelah mempelajari materi ini diharapkan mahasiswa mampu
memahami serta mengaplikasikan konsep keperawatan maternitas.
Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mempelajari materi ini mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan perspektif keperawatan maternitas
2. Menjelaskan konsep obstetric dan ginekologi.
3. Menjelaskan asuhan keperawatan ibu hamil fisiologis/normal
4. Menjelaskan asuhan keperawatan ibu hamil resiko tinggi dan penyakit yang menyertai.
5. Menjelaskan asuhan keperawatan ibu melahirkan
6. Menjelaskan asuhan keperawatan ibu nifas normal
7. Menjelaskan asuhan keperawatan ibu nifas dengan komplikasi yang lazim terjadi
8. Menjelaskan asuhan keperawatan bayi baru lahir.
9. Menjelaskan asuhan Keperawatan ibu dengan gangguan system reproduksi yang lazim
terjadi.
10. Menjelaskan konsep Keluarga berencana.

URAIAN MATERI

1.
A.
1.

2.
3.

PERSPEKTIF KEPERAWATAN MATERNITAS


Falsafah Keperawatan Maternitas
Keperawatan maternitas dipusatkan pada:
a.
Keluarga dan masyarakat askep yang holistic
b.
Menghargai klien dan keluargai
c.
Klien, keluarga, masyarakat berhak keperawatan yang sesuai
Setiap individu berhak lahir sehat-optimal
a.
Wanita hamil dan bayi yang di kandungnya
b.
Wanita pasca persalinan beserta bayinya
Pengalaman: kehamilan, persalinan, gangguan kesehatan merupakan tugas

perkembangan keluarga dan dapat menjadi krisis situasi.


4.
Yakin bahwa kehamilan dan persalinan adalah peristiwa yang normal,
alamiah, partisipasi aktif keluarga dibutuhkan untuk kepentingan kesehatan ibu dan
bayi.
5.
6.

Awal kehamilan awal bentuk interaksi keluarga.


Sikap, nilai, dan perilaku sehat setiap individu dipengaruhi latar belakang,

agama dan kepercayaan


7.
Keperwawatan maternitas berfungsi sebagai advocat/ pembela untuk
melindungi hak klien
8.
Mempromosikan kesehatan merupakan tugas penting bagi keperawatan
maternitas generasi penerus
9.
Keperawatan maternitas memberi tantangan bagi peran perawat dan
merupakan masyarakat.
10.
yakin bahwa penelitian keperawatan dapat menambah pengetahuan dalam
menigkatkan mutu pelayanan maternitas.

B.
Upaya

Issue Dan Trend Keperawatan Maternitas


menghadapi

Trend

Keperawatan

Maternitas

Pada masyarakat yang menuju ke arah moderen, terjadi peningkatan kesempatan untuk
meningkatkan pendidikan yang lebih tinggi, peningkatan pendapatan dan meningkatnya
kesadaran masyarakat terhadap hukum dan menjadikan masyarakat lebih kritis. Kondisi itu
berpengaruh kepada pelayanan kesehatan dimana masyarakat yang kritis menghendaki
pelayanan yang bermutu dan diberikan oleh tenaga yang profesional. Keadaan ini

memberikan implikasi bahwa tenaga kesehatan khususnya keperawatan dapat memenuhi


standart global internasional dalam memberikan pelayanan kesehatan/keperawatan,
memiliki kemampuan professional, kemampuan intelektual dan teknik serta peka terhadap
aspek social budaya, memiliki wawasan yang luas dan menguasi perkembangan
Iptek. .Perawatan ibu hamil berfokus pada perawatan wanita hamil dan keluarganya pada
seluruh tahap kehamilan dan kelahiran, termasuk masa empat minggu pertama setelah bayi
lahir. Selama periode prenatal, perawat memberi perawatan pada ibu hamil

dan

juga

memberikan pendidikan kesehatan untuk membantu klien dan keluarganya dalam


menghadapi

persalinan.

Upaya

yang

dilakukan

perawat

ini berpotensi membuat

perbedaan yang signifikan, bukan saja dalam meningkatkan kesehatan ibu dan bayinya,
tetapi juga kesehatan masyarakat
1.

Tren dan issue keperawatan meternitas berbasis komunitas

Banyak kita temui dimasyarakat ibu hamil maupun ibu nifas mengalami kesulitan dalam
merawat diri sendiri pada saat hamil maupun merawat bayi setela melahirkan, sebagai
seorang perawat yang berkompeten dalam bidang maternitas kita wajib membantu
kesulitan yang dialami oleh ibu hamil maupun ibu nifas. Ada beberapa kesulitan yang
dialami oleh para bumil maupun ibu nifas diantaranya :
a.Ketidaktahuan ibu hamil tentang makanan apa yang harus dikonsumsi pada saat hamil
Langkah kongkrit yang harus kita lakukan jika menemukan hak tersebut kita bisa
melakukan kegiatan pendidikan kesehatan mengenai makanan yang baik dikonsumsi ibu
pada saat hamil
b. Kebingungan ibu nifas jika ASI tidak keluar
Masalah ini sangat sering menimpa ibu dengan kelahiran anak pertama, kita disini sebagai
perawat bisa membantu ibu tersebut untuk mengeluarkan ASI nya salah satu caranya yaitu
dengan perawatan payudara dan pijat oksitosin

2.

Trend dan isuue keperawatan maternitas tentang spesialisasi perawatan

Perkembangan era globalisasi yang menyebabkan keperawatan di Indonesia harus


menyesuaikan dengan perkembangan keperawatan di negara
yang

telah

berkembang banyak

teknologi

modern

yang

bisa

membantu

para

petugas kesehatan dalam mengiringi kehamilan serta persalinan pada ibu.


Tekhnologi dan cara-cara baru yang berkembang saat ini adalah diantaranya :
a. Alat Kontrasepsi Implan Terbaru
UGM berhasil menemukan alat kontrasepsi implant atau susuk KB generasi ke tiga yang
dinamakan Gestplan. Kelebihan alat kontresepsi ini bias bertahan hingga 7 tahun di
badingkan implant saat ini yang ber umur 5 tahun. Penemuan ini hasil dari penelitian dari
jurusan Farmatologi dan Toksikologi UGM.
b. Water Birth
Proses persalinan atau proses melahirkan yang dilakukan di dalam air, manfaaatnya
akan

merasakan

lebih

relaks

karena

semua

otot

ibu

yang berkaitan dengan proses

persalinan menjadi lebih elastic. Metode ini juga akan mempermudah proses mengejar
sehingga rasa nyeri selama persalinan tidak terlalu dirasakan, di dalam air proses proses
pembukaan jalan lahir akan lebih cepat.

c. USG ( Ultrasonografi ) 3D dan 4D


Alat

USG

Ultrasonografi

3D

dan

4D

adalah

alat

USG

yang

berkemampuan menampilkan gambar 3 dan 4 dimensi di teknologi ini janin dapat terlihat
utuh dan jelas seperti layaknya bayi yang sesungguhnya ( DrJudi Januadi Endjun S.pog ).
Alat USG ini bahkan dapat memperlihatkan seluruh tubuh
geriknya

teknologi

dan

pada

jantung

berikut

gerak-

dimensimenjadi pelengkap bila di duga janin dalam

keadaan tidak normal dan perlu di cari kelainan


kelaina

bayi

bawaannya

seperti

bibir

sumbing,

dan sebagainya. Secara lebih detail kelebihan USG

(Ultrasonografi ) 3D dan 4D ini

pada

janin

dapat

terbaca

secara

lebih

akurat,

karena teknologi ini dikembangkan untuk meningkatkan ketepatan diagnosa.


d. Pil KB Terbaru
Pil

KB

dengan

dorspirenone

merupakan

pil

KB

terbaru

yang memberikan

perlindungan kontrasepsi yang dapat diandalkan, dengan berbagai manfaat tambahan


dalam suatu kombinasi yang unik Pil Kb dengan dorspirenone
membuat
dorspirenone

seseorang
yaitu

merasa
homon

lebih

yang

adalah

nyaman.Mengandung

sangat menyerupai

pil

yang

progestin

baru

progesteron

salah

satu

hormon dalam tubuh. Dorspirenone mempunyai profil farmakologis yang sangat mirip
dengan progesteron alami dengan karateristik memiliki efek antimineralokortoid dan
antiandrogenik tidak memiliki aktifitas ekstrogenik, androgenik, glukortikoid dengan sifat
antineralokortikoid. Pil KB dengan dorspirenone dapat memberikan manfaat tambahan
yaitu tidak menaikkan berat badan, mengurangi gejala kembung, Haid menjadi teratur,
mengurangi nyeri haid, dan mengatur keluarnya darah haid, tidak menaikan tekanan darah
dengan androgennya. Pil KB dengan dorspirenone dapat memberikan manfaat tambahan
yaitu mengurangi jerawat,dan mempercantik rambut dan kulit.
3.

Trend dan issue keperawatan maternitas tentang sistem pembayaran dan

asuransi di Indonesia ada bermacam-macam asuransi yang disediakan oleh


pemerintah diantaranya :
a. Jampersal (Jaminan persalinan (khusus untuk ibu melahirkan))
Program Jaminan Persalian (Jampersal) adalah jaminan pembiayaan persalinan yang
meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk
pelayanan

KB

pasca

persalinan

dan

pelayanan

bayi

baru

lahir. Jampersal

diperuntukkan bagi seluruh ibu hamil yang belum memiliki jaminan persalinan.
Sasaran yang dijamin Jampersal antara lain:
1. Ibu hamil

2. Ibu bersalin
3. Ibu nifas (sampai 42 hari setelah melahirkan)
4. Bayi baru lahir (sampai dengan usia 28 hari)
Adapun jaminan pembiayaannya meliputi :
1. Pemeriksaan kesehatan
2. Pertolongan persalinan
3. Pelayanan nifas
4. Pelayanan KB pasca persalinan
5. Pelayanan bayi baru lahir
Peserta program Jampersal adalah seluruh ibu hamil yang belum memiliki jaminan
persalinan (tidak tertanggung di dalam kepesertaan ASKES,Jamkesmas, Jamkesda,
Jamsostek dan asuransi lainnya).
Pelayan yang didapat oleh peserta Jampersal meliputi:
1. Pemeriksaan kehamilan (ANC) sekurang-kurangnya 4 kali (1kali ditrimester I,1
kali di trimester II, dan 2 kali di trimester III)
2. Persalinan normal
3. Pelayanan nifas normal
4. Pelayanan bayi baru lahir dengan tindakan emergensi komprehensif
5. Pelayanan KB pasca persalinan
Pelayanan Jampersal tidak mengenal batas wilayah, artinga peserta berhak mendapatkan
pelayanan dimanapun berada dengan menunjukkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) /
Identitas diri lainnya.
C.
1.

Peran Dan Fungsi Perawat


Peran Perawat

Peran perawat dalam keperawatan maternitas menurut Reeder (1997):


1.
2.
3.
4.
5.

Pelaksana
Pendidik
Konselor
Role model bagi para ibu
Role model bagi teman sejawat

6.
7.

Perumus masalah
Ahli keperawatan

Peran perawat dalam keperawatan maternitas menurut Old (1988), Bobak & Jensen

(1993):
1.

Member pelayanan

2.

Advocate

3.

Pendidik

4.

Change Agent

5.

Political Activist

6.

Peneliti

Menurut American Nurse Association


Standart praktek Maternal Child Health Nursing, sebagai berikut:
Standart 1
Perawat membantu anak dan ortu untuk peningkatan Kesehatan yang optimal
Standart 2
Perawat membantu keluarga untuk mencapai dan mempertahankan keseimbangan antara
kebutuhan personal dari anggota keluarga dan fungsi keluarga dengan optimal
Standart 3
Perawat memberikan pelayanan kepada klien yang membutuhkan serta keluarga yang
mempunyai resiko untuk mencegah masalah actual dan potensial dalam Kesehatan
Standart 4
Perawat meningkatkan lingkungan yang tidak membahayakan tumbang system reproduksi
Standart 5
Perawat mampu mendeteksi perubahan status Kesehatan
Standart 6
Perawat memberikan intervensi yang tepat dan pengobatan untuk meningkatkan Kesehatan
dan memulihkan dari penyakit
Standart 7

Perawat membantu keluarga dan klien untuk mengerti dan memakai koping yang baik
selama sakit dalam masa tumbang anak
Standart 8
Perawat mempunyai strategi yang aktif dan positif untuk menggunakan sumber dalam
memberikan pelayanan Kesehatan yang adekuat
Standart 9
Perawat meningkatkan praktek kep ibu dan anak melalui evaluasi praktek pendidikan,
penelitian.
PERAN PERAWAT MATERNITAS DI INDONESIA GBHN pada PELITA V:
Pembangunan Kesehatan dilakukan dengan prioritas
Tujuan:
- upaya peningkatan Kesehatan masyarakat
- upaya peningkatan Kesehatan keluarga
Peningkatan kualitas manusia dan keluarga
Peningkatan kualitas ibu.
Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan ibu
Upaya yang dilakukan bertujuan
- meningkatkan kemampuan fisik ibu
- menurunkan kesakitan dan kematian ibu
Strategi pemerintah Indonesia:
1. Meningkatkan kualitas pelayanan
2. Meningkatkan mutu pertolongan persalinan
3. Meningkatkan rujukan secara berjenjang
4. Meningkatkan peran serta masyarakat
5. Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sector
Kegiatan kegiatan yang dilakukan:

1. Pelatihan dan peningkatan pengetahuan petugas


2. Pelatihan KB KIA
3. Pelatihan kader
4. Pembinaan dukun
5. Deteksi dini ibu hamil resiko tinggi
6. Peningkatan pelayanan pertolongan persalinan
7. Peningkatan pelayanan ibu hamil anak min. 4x
8. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan kehamilan + persalinan untuk masyarakat dan
kader
9. Pertemuan antara kepala puskesmas dan ahli kebidanan anak untuk peningkatan
pengetahuan
10. Adanya standarisasi sarana puskesmas untuk pelayanan rujukan pada kehamilan +
persalinan dengan komplikasi
11. Kerjasama antar lintas sektoral dan lintas program
12. Ditingkatkannya supervise kesehatan klien

2.
KONSEP OBSTETRIK DAN GINEKOLOGI
A. Konsep Ginekologi
1. Pengertian Ginekologi
Ginekologi berasal dari kata Gynaecology yang secara harfiah berarti "ilmu
mengenai wanita" atau science of woman yaitu cabang ilmu kedokteran yang khusus
mempelajari dan menangani penyakit-penyakit sistem reproduksi wanita (rahim, vagina
dan ovarium).
2.

Batasan Ginekologi

Ginekologi mempelajari mengenai gangguan haid, perdarahan uterus abnormal,keputihan,


endometriosis, penyakit radang panggul, bartolinitis, mioma uteri, tumor ovarium
neoplastik jinak, infertilitas, dan menopause.

10

a. Gangguan Haid

Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid :


Hipermenorea atau menoragia yaitu perdarahan haid yang lebih banyak dari normal, atau
lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari).
Hipomenorea yaitu perdarahan haid yang jumlahnya sedikit, ganti pembalut 1-2 kali per
hari, dan lamanya 1-2 hari. Penyebabnya adalah kekurangan estrogen & progesteron,
stenosis himen, stenosis serviks uteri, sinekia uteri (sindrom Asherman). Sinekia uteri
didiagnosis dengan histerogram atau histeroskopi.

Kelainan Siklus :

Polimenorea yaitu siklus haid lebih pendek dari biasa (kurang dari 21 hari). Polimenorea
dapat disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi, atau
menjadi pendek masa lutea. Sebab lain ialah kongesti ovarium karena peradangan,
endometriosis, dan sebagainya.
Oligomenorea yaitu siklus haid lebih panjang, lebih dari 35 hari. Pada kebanyakan kasus
oligomenorea kesehtan wanita tidak terganggu, dan fertilitas cukup baik.

Amenorea

yaitu bila tidak haid lebih dari 3 bulan baru dikatakan amenore, diluar amenore fisiologik.
Penyebabnya dapat berupa gangguan di hipotalamus, hipofisis, ovarium (folikel), uterus
(endometrium) dan vagina. Kasus-kasus yang harus dikirim ke dokter ahli adalah adanya
tanda-tanda kelaki-lakian (maskulinisasi), adanya galaktorea, cacat bawaan, uji estrogen
dan progesteron yang negatif, adanya penyakit lain (tuberkulosis, penyakit hati, diabetes
melitus, kanker), infertilitas atau stress berat.

Perdarahan diluar haid :

Metroragia yaitu perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan dengan siklus haid.
Perdarahan ovulatoir terjadi pada pertengahan siklus sebagai suatu spotting dan dapat lebih
diyakinkan dengan pengukuran suhu basal tubuh. Penyebabnya adalah kelainan organik

11

(polip endometrium, karsinoma endometrium, karsinoma serviks), kelainan fungsional dan


penggunaan estrogen eksogen.
Gangguan lain yang berhubungan dengan haid :

Premenstrual tension (ketegangan prahaid)

Mastodinia

Mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi)

Dismennorea
b. Perdarahan Uterus Abnormal
Secara umum, penyebab perdarahan uterus abnormal adalah kelainan organik (tumor,
infeksi), sistemik (kelainan faktor pembekuan), dan fungsional alat reproduksi.
c. Keputihan
Keputihan atau Fluor Albus merupakan sekresi vaginal abnormal pada wanita. Keputihan
yang disebabkan oleh infeksi biasanya disertai dengan rasa gatal di dalam vagina dan di
sekitar bibir vagina bagian luar. Yang sering menimbulkan keputihan ini antara lain bakteri,
virus, jamur atau juga parasit. Infeksi ini dapat menjalar dan menimbulkan peradangan ke
saluran kencing, sehingga menimbulkan rasa pedih saat si penderita buang air kecil.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Keputihan)
d. Endometriosis
Endometriosis adalah pertumbuhan abnormal dari kelenjar dan stroma endometrium di luar
uterus. Atau terdapatnya kelenjar atau stroma endometrium di tempat / organ lain selain
dinding kavum uteri.
e. Penyakit Radang Panggul
Penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakit tersebut
dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba, indung telur,
miometrium (otot rahim), parametrium dan rongga panggul. Penyakit radang panggul
merupakan komplikasi umum dari Penyakit Menular Seksual (PMS). Saat ini hampir 1 juta
wanita mengalami penyakit radang panggul yang merupakan infeksi serius pada wanita
berusia antara 16-25 tahun. Lebih buruk lagi, dari 4 wanita yang menderita penyakit ini, 1

12

wanita akan mengalami komplikasi seperti nyeri perut kronik, infertilitas (gangguan
kesuburan), atau kehamilan abnormal.
f. Bartolinitis
Penyakit ini terjadi akibat radang pada glandula bartholini, sering kali timbul pada gonorea,
akan tetapi dapat pula mempunyai sebab lain, misalnya streptokokus atau basil koli.
g. Mioma uteri
Mioma uteri dapat mempengaruhi kehamilan, misalnya menyebabkan infertilitas. Risiko
terjadinya abortus bertambah karena distorsi rongga uterus, khusunya pada mioma
submukosum, menghalangi kemajuan persalinan karena letaknya pada serviks uteri,
menyebabkn atonia ataupun inersia uteri sehingga menyebabkan perdarahan pasca
persalinan karena adanya gangguan mekanik dlm fungsi miometrium, menyebabkan
plasenta sukar lepas dari dasarnya, dan menggangu proses involusi dalam nifas.
h. Tumor Ovarium Neoplastik
Tumor kista : Kista ovarium simplek, kistadenoma ovarii serosum, kistadenoma ovarii
musinosum, kista dermoid.
1.

B. KONSEP OBSTETRI
Tujuan obstetri

Tujuan obstetrik yaitu agar supaya setiap kehamilan yang diharapkan dan berpuncak pada
ibu dan bayi yang sehat. Juga berusaha keras mengecilkan jumlah kematian wanita dan
bayi sebagai akibat proses reproduksi atau jumlah kecacatan fisik, intelektual dan
emosional yang diakibatkannya.
2.

Statistik Vital Obstetri

Statistik vital obstetri meliputi:


1. Kelahiran
2. Angka kelahiran
3. Angka fertilitas
4. Kelahiran hidup

13

5. Lahir mati (still birth)


6. Kematian neonatal
7. Angka lahir mati
8. Angka kematian janin (sama dengan angka lahir mati)
9. Angka kematian neonatal
10. Angka kematian perinatal
11. Berat badan lahir rendah
12. Bayi cukup bulan (term infant)
13. Bayi kurang bulan (prematur)
14. Bayi lewat bulan (post term)
15. Abortus
16. Kematian ibu langsung (direct maternal death)
17. Kematian ibu tak langsung (indirect maternal death)
18. Kematian non maternal
19. Angka kematian ibu atau mortalitas ibu (maternal death rate atau maternal
mortality).
1. Kelahiran
Kelahiran adalah ekspulsi atau ekstraksi lengkap seorang janin dari ibu tanpa
memperhatikan apakah tali pusatnya telah terpotong atau plasentanya masih berhubungan.
Berat badan lahir adalah sama atau lebih 500 gram, panjang badan lahir adalah sama atau
lebih 25 cm, dan usia kehamilan sama atau lebih 20 minggu.
Angka Kelahiran
Angka kelahiran adalah jumlah kelahiran per 1000 penduduk.
Angka Fertilitas
Angka fertilitas adalah jumlah kelahiran hidup per 1000 populasi wanita usia 15-44 tahun.
Kelahiran Hidup
Tanda utama kelahiran hidup adalah neonatus dapat bernapas. Tanda-tanda kehidupan
lainnya meliputi denyut jantung dan gerakan spontan yang jelas dari otot volunter.
Lahir Mati (Still Birth)

14

Lahir mati ditandai oleh tidak ada satupun tanda-tanda kehidupan pada saat atau setelah
kelahiran.
Kematian Neonatal
Kematian neonatal terdiri atas kematian neonatal dini dan kematian neonatal lanjut.
Kematian neonatal dini adalah kematian seorang bayi yang dilahirkan hidup dalam 7 hari
setelah kelahiran. Kematian neonatal lanjut adalah kematian seorang bayi yang dilahirkan
hidup lebih 7 hari sampai kurang 29 hari.
Angka Lahir Mati
Angka lahir mati adalah jumlah bayi yang dilahirkan mati per 1000 bayi yang lahir.
Angka Kematian Neonatal
Angka kematian neonatal adalah jumlah kematian neonatal per 1000 kelahiran hidup.
Angka Kematian Perinatal
Angka kematian perinatal adalah jumlah bayi lahir mati ditambah kematian neonatal per
1000 kelahiran total.
Berat Badan Lahir Rendah
Berat badan lahir rendah adalah berat badan lahir kurang 2500 gram.
Bayi Cukup Bulan
Bayi cukup bulan adalah bayi yang dilahirkan dengan usia kehamilan 37-42 minggu atau
260-294 hari.
Bayi Kurang Bulan (Prematur)
Bayi kurang bulan adalah bayi yang dilahirkan dengan usia kehamilan kurang 37 minggu.
Bayi Lewat Bulan
Bayi lewat bulan adalah bayi yang dilahirkan dengan usia kehamilan lebih 42 minggu.
Abortus
Abortus adalah pengambilan atau pengeluaran janin atau embrio dari uterus selama paruh
pertama masa kehamilan (20 minggu atau kurang) atau berat badan lahir kurang 500 gram
atau panjang badan lahir 25 cm atau kurang.
Kematian Ibu Langsung
Kematian ibu langsung disebabkan komplikasi obstetri dari kehamilan, persalinan atau
puerperium dan akibat intervensi, kelahiran, dan terapi tidak tepat.

15

Kematian Ibu Tak Langsung


Kematian ibu tak langsung disebabkan oleh penyakit yang timbul selama kehamilan,
persalinan atau puerperium dan diperberat oleh adaptasi fisiologis ibu terhadap kehamilan.
Misalnya kematian ibu karena komplikasi stenosis mitral.
Kematian Non Maternal
Kematian non maternal disebabkan oleh kecelakaan atau faktor kebetulan yang sama sekali
tidak berhubungan dengan kehamilan.
Angka Kematian Ibu
Angka kematian ibu adalah jumlah kematian ibu akibat proses reproduktif per 100.000
kelahiran hidup.
Sebab-sebab umum kematian ibu yaitu :
1. Perdarahan
2. Hipertensi
3. Infeksi
Perdarahan
Perdarahan yang dapat menyebabkan kematian ibu terdiri atas perdarahan post partum,
perdarahan berkaitan abortus, perdarahan akibat kehamilan ektopik, perdarahan akibat
lokasi plasenta abnormal atau ablasio plasenta (plasenta previa dan absupsio plasenta), dan
perdarahan karena ruptur uteri.
Hipertensi
Hipertensi yang dapat menyebabkan kematian ibu terdiri atas hipertensi yang diinduksi
kehamilan dan hipertensi yang diperberat kehamilan. Hipertensi umumnya disertai edema
dan proteinuria (pre eklamsia). Pada kasus berat disertai oleh kejang-kejang dan koma
(eklamsia).
Infeksi
Infeksi nifas atau infeksi panggul post partum biasanya dimulai oleh infeksi uterus atau
parametrium tetapi kadang-kadang meluas dan menyebabkan peritonitis, tromboflebitis dan
bakteriemia.
Alasan menurunnya angka kematian ibu :
- Transfusi darah

16

- Anti mikroba
- Pemeliharaan cairan elektrolit, keseimbanngan asam-basa pada komplikasikomplikasi serius kehamilan dan persalinan.
Kematian reproduktif adalah kematian akibat kehamilan dan penggunaan teknik-teknik
untuk mencegah kehamilan (teknik kontrasepsi).
Kematian Perinatal
Kematian neonatus yang terbanyak adalah :
1. Berat badan lahir rendah
2. Cedera susunan saraf pusat akibat hipoksia in utero dan cedera traumatik
selama persalinan dan kelahiran
3. Malformasi kongenital

3. ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL FISIOLOGIS/NORMAL


a. Adaptasi fisiologis pada kehamilan.
A. SISTEM REPRODUKSI
1.
Uterus
a)
Ukuran
Untuk akomodasi pertumbuhan janin,rahim membesar akibat hipertrofi dan
hiperplasi otot polos rahim, serabut-serabut kolagenya menjadi higroskopik,
endometrium menjadi desidua. Ukuran pada kehamilan cukup bulan adalah
302520 cm dengan kapasitas lebih dari 4000cc.
b)
Berat
Berat uterus naik secara luar biasa dari 30 gram 1000 gram pada akhir kehamilan
(40 minggu).
c)
Bentuk dan konsistensi
Pada bulan-bulan pertama kehamilan, bentuk rahim seperti buah alpukat. Pada
kehamilan empat bulanberbentuk bulat, sedangkan pada akhir kehamilan berbentuk

17

bujur telur. Ukuran rahim kira-kira sebe sar telur ayaam ,pada kehamilan dua bulan
sebesar telur bebek , dan kehamilan tiga bulan sebesar telur angsa . pada minggu
pertama, isthmus rahim hipertrofi dan bertambah panjang sehingga bila diraba
terasa lebih panjang dan terasa lebih lunak (soft),keadaan ini disebut tanda hegar.
Pada kehamilan lima bulan ,rahim teraba seperti terisi cairan ketuban dan
dindingrahim terasa tipis . halite karena bagian-bagian janindapat diraba melalui
dinding perut dan dinding rahim .
d) Posisi rahim
1. Pada permulaan kehamilan, dalam letak antefleksi atau retofleksi
2. Pada empat bulan kehamilan ,rahim tetap berada dalam rongga pelvis.
3. Setelah itu, mulai memasuki rongga perut yang dalam pembesarannya dapat
mencapai batas hati.
4. Rahim yang hamil biasanya mobilitasnya, lebih mengisi rongga abdomen
kanan atau kiri (Rustan Mochtar,1998:36).
e)
Vaskularisasi
Arteri uterin dan arteri ovarika bertambah dalam diameter panjang dan anak-anak
cabangnya

pembuluh

darah

balik

(vena) mengembang

dan

betambah

(Rustam Mochtar,1998:36).
f)
Gambaran besarnya rahim dan tuanya kehamilan .
1.
Pada kehamilan 16 minggu , kavum uteri seluruhnya diisi oleh amnion
dimana desidua kapsularis dan desidua vera (parietalis) telah menjadi satu . tinggi
fundus uteri terletak antara pertengahan simfisis dan pusat. Plasenta telah terbentuk
seluruhnya .
2.
Pada kehamilan 20 minggu, tinggi fundus uteri terletak 2-3 jari dibawah
pusat .
3.
Pada kehamilan 24 minggu tinggi fundus uteri terletak setinggi pusat .
4.
Pada kehamilan 28 minggu, tinggi fundus uteri terletak 2-3 jari di atas
pusat.menurut Spiegelberg, pada umur kehamilan ini, fundus uteri dari simfisis
adalah 26,7 cm diatas simfisis.
5.
Pada kehamilan 36 minggu, tinggi fundus uteri terletak 3 jari dibawah
prosesus sifoideus.
6.
Pada kehamilan 40 minggu, tinggi fundus uteri terletak sama dengan 8
bulan, tetapi melebar kesamping yaitu terletak diantara pertengahan pusat dan

18

prosesus

sifoideus

(rustam

moctar,1998:52).(Asuhan

Kehamilan

untuk

Kebidanan ,Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri Sunarsih2014:89-91).


2.
Serviks Uteri
Serviks bertambah vaskularisasinya dan menjadi lunak (soft) yang disebut
dengan tanda goodell.kelenjar endoservikal membesar dan mengeluarkan banyak
cairan mukus. Ole karena pertambahan dan pelebaran pembuluh darah , warnanya
menjadi livid yang disebut tanda Chadwic
Terjadi hiperkularisasi dan pelunakan pada serviks peningkatan hormone estrogen
dan progesterone. Peningkata lender serviks yang disebut dengan operculum.
Kerapuhan meningkat sehingga mudah berdarah saat melakukan senggama .
(Asuhan

kebidanan

pada

kehamilan

fisiologi

Ummi

Hani,Jiarti Kusbandiyah,Marjati,Rita Yulifah2014:52 )

3.
Ovarium (indung telur)

Saat ovulasi terhenti masih terdapat korpus luteum graviditas sampai


terbentuknya plasenta yang mengambil alih pengeluara estrogen dan progestoren
(kira-kira pada kehmilan 16 minggu dan korpus luteum graviditas berdeameter
kurang lebih3 cm). kadar relaksin di sirkulasi maternal dapat di tentukan dan
meningkat dalam trimester pertama . relaksin mempunyai pengaruh menenangkan
hinga pertumbuhan janin menjadi baik hingga aterm(Rutam mochtar ,1998:35). .
(Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan ,Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri
Sunarsih2014:89-91 )

Tidak terjadipembentukan folikel baru dan hanya terlihat perkembangan diri


korpus

luteum

(Asuhan

kebidanan

pada

kehamilan

fisiologi

Ummi

Hani,Jiarti Kusbandiyah,Marjati,Rita Yulifah2014:52

4.
Vagina dan Vulva

Vagina dan vulva mengalami perubaha karena pengaruh estrogen. Akibat


dari hipervaskularisasi , vagina dan vulva terlihat lebih merah atau kebiruan. Warna
livid pada vagina atau portio serviks di sebt tanda Chadwick (Rustam
Mochtar,1998:35).(Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan ,Vivian Nanny Lia Dewi
dan Tri Sunarsih2014:89-91 )

19

Terjadi peningkatan prodiksi lender oleh mukosa vagina, hipervaskularisasi

pada vagina . (Asuhan kebidanan pada kehamilan fisiologi Ummi Hani,Jiarti


Kusbandiyah,Marjati,Rita Yulifah2014:52
B.

SISTEM PAYUDARA

Payudara merupakan organ tubuh atas dada spesies mamalia berjenis kelamin
betina

,termasuk

manusia.payudaraa

merupakan

organ

terpenting

bagi

seorang

wanita,karna fungsi utamanya adalah memberi nutrisi dalam bentuk air susu bayi atau
balita.
Selama kehamilan payudara mengalami pertumbuhan tambah membesar,tegang,dan
berat .dapat teraba nodul-nodul akibat hipertrofi alveoli,bayangan vena vena lebih
membiru.Hiperpigmentasi pada puting susu dan areola payudara.apalagi di peras akan
keluar ai susu (kolestrum)berwarna kuning (Rustam,1998:40).
Perkembangan payudara ini terjadi karna pengaruh hormon saat kehamilan yaitu
estrogen,progesteron,dan somatomamotropin.
1.

Fungsi hormon yang mempersiapkan payudara untuk pemberian ASI antara

lain sebagai berikut :


a.
Estrogen untuk

menimbulkan

hipertrofit

system

saluran

payudara,

menimbulkan penimbunan lemak, air, serta garam sehingga payudara tampak besar,
tekanan saraf akibat penimbunan lemak, air dan garam menyebabkan rasa sakit
pada payudara.
b.
Progesteron

untuk

menambah sel asinus.


c.
Somatomamotropin
kasein,laktalbumiin,dan

mempersiapkan
memengaruhi
laktoglobulin

asinus
sel

sehingga
asinus

penimbunan

lemak

dapat
untuk
sekitar

berfungsi
membuat
alveolus

payudara(Hanifa Wiknjosastro,2002:95).
2.
Perubahan payudara pada ibu hamil sebagai berikut :
a. Payudara menjadi lebih besar
b. Areola payudara makin hitam karna hiperpigmentasi.
c. Glandula montgomery makin tampak menonjol di permukaan areola
mamae.
d. Pada kehamilan 2 12 minggu ke atas puting susu akan keluar cairan putih
jernih(kolostrum)yang berasal dari kelenjar asinus yang mulai bereaksi.

20

e. Pengeluaram ASI belum terjadi karna prolaktin di tekan


oleh PIN(prolacctine inhibiting hormone).
f.

Setelah persalinan ,dan melahirkan plasenta,maka pengaruh

estrogen,progesteron,somatommotropin terhadap hipotalamus hilang


sehingga prolaktin dapat di keluarkan dan laktasi terjadi(Hanifa
Wiknjosastro,2002:95).
C.

SISTEM ENDOKRIN
Kelenjar endokrin atau kelenjar buntu adalah kelenjar yang mengirimkan hasil
sekresinya langsung ke dalam darah yang beredar dalam jaringan kelenjar tanpa
melewati duktus atau saluran dan hasil sekresinya disebut hormon.
Fungsi kelenjar endokrin
1.
Menghasilkan hormon yang dialirkan melalui darah ke jaringan-jaringan
yang memerlukan.
2.
Mengontrol aktivitas kelenjar tubuh.
3.
Merangsang aktivitas kelenjar tubuh.
4.
Merangsang pertumbuhan jaringan.
5.
Mengatur metabolisme, oksidasi, dan meningkatkan absorpsi glukosa pada
usus halus.
6.
Memengaruhi metabolisme lemak, protein, hidrat arang, vitamin, mineral,
dan air.
Segi Kimiawi Hormon.
1.
Hormon stroid : Hormon ini memiliki struktur kimia berdasarkan pada inti
steroid.
Contoh: korteks adrenal (kortisol dan aldosteron), ovarium (estrogen dan
progesteron), testis (testosteron), dan plasenta (estrogen dan progesteron).
2.
Derivat asam amino tiroksin.
Contoh: tiroksin dan triiodotironin (kelenjar tiroid), epinefrin dan norepinefrin
(medula adrenal).
3.
Protein/peptida.
Contoh: hormon yang di hasilkan oleh hipofisis anterior, hormon diuretik, dan
oksitosin. (Vivian N.L.D, Sunarsih Tri:2014, 43-44).
Beberapa kelenjar endrokrin terjadi perubahan seperti berikut :
1.
Kelenjar tiroid: dapat membesar sedikit.
2.
Kelenjar hipofisis: dapat membesar terutama lobus anterior.

21

3.

Kelenjar adrenal: tidak begitu terpengaruh. (Vivian N.L.D, Sunarsih

Tri:2014, 101)
Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan membesar kurang lebih 135%.
Akan tetapi, kelenjar ini tidak begitu mempunyai arti penting dalam kehamilan.
Pada perempuan yang mengalami hipofisektomi persalinan dapat berjalan dengan
lancar. Hormon prolaktin akan meningkat 10 x lipat pada saat kehamilan aterm.
Sebaliknya, setelah persalinan konsentrasinya pada plasma akan menurun. Hal ini
juga ditemukan pada ibu-ibu yang menyusui.
Kelenjar tiroid akan mengalami pembesaran hingga 15,0 ml pada saat
persalinan akibat dari hiperplasia kelenjar dan peningkatan vaskularisasi.
Penganturan konsentrasi kalsium sangat berhubungan erat dengan magnesium,
fosfat, hormon paratiroid, vitamin D, dan kalsitosin. Adanya gangguan pada salah
satu faktor itu akan menyebabkan perubahan pada yang lainnya. Konsentrasi
plasma hormonparatiroid akan menurun pada trimester pertama dan kemudian akan
meningkat secara progresif. Aksi yang penting dari hormon paratiroidini adalah
untuk memesok janin dengan kalsium yang adekuat. Selain itu, juga diketahui
mempunyai peran dalam produksi peptida pada janin, plasenta, dan ibu. Pada saat
hamil dan menyusui dianjurkan untuk mendapat asupan vitamin D 10 mg
atau

.
Kelenjar adrenal pada kehamilan normal akan mengecil, sedangkan hormon

androstenedion, testosteron, dioksikortikosteron, aldosteron, dan kortisol akan


meningkat.

Sementara

itu,

dehidroepiandrosteron

sulfat

akan

menurun.

(Prawirohardjo, Sarwono: 2010, 186).


D.

SISTEM KEKEBALAN/IMUN

Sistem imun adalah suatu organisasi yang terdiri atas sel-sel dan molekul-molekul
yang memiliki paranan khusus dalam menciptakan suatu sistem pertahanan tubuh terhadap
infeksi atau benda asing. Terdapat dua jenis respons imun yang berbeda secara
fundamental, yaitu (1) respons yang bersifatinnate (alami / non spesifik), yang berarti
bahwa respons imun tersebut akan selalu sama seberapa pun seringnya antigen tersebut

22

masuk ke dalam tubuh; dan (2) respons yang bersifat adaptif (didapat/spesifik), yang berarti
bahwa akan terjadi perubahan respons imun menjadi lebih adekuat seiring dengan semakin
seringnya antigen tersebut masuk ke dalam tubuh. (Prawirohardjo, Sarwono: 2010, 98).
Ibu hamil sangat peka terhadap terjadinya infeksi dari berbagai mikroorganisme. Secara
fisiologik sistem imun pada ibu hamil menurun, kemungkinan sebagai akibat dari toleransi
sistem imun ibu terhadap bayi yang merupakan jaringan semi-alogenik, meskipun tidak
memberikan pengaruh secara klinik. Bayi intra uterin baru membentuk sistem imun pada
usia kemahilan sekitar 12 minggu, kemudian meningkat dan pada kehamilan 26 minggu
hampir sama dengan sistem imun pada ibu hamil itu sendiri. Pada perinatal bayi mendapat
antibodi yang dimiliki oleh ibu, tetapi setelah 2 bulan antibodi akan menurun. Secara
anatomik dan fisiologik ibu hamil juga mengalami perubahan, misalnya pada ginjal dan
saluran kencing sehingga mempermudah terjadinya infeksi (Sarwono, 2010).
Perubahan sistem kekebalan tubuh pada ibu hamil pada trimester I, II, dan III :
1.

Trimester I:

Peningkatan pH sekresi vagina wanita hamil membuat wanita tersebut lebih rentan
terhadap infeksi vagina. Sistem pertahanan tubuh ibu selama kehamilan akan tetap utuh,
kadar imunoglobulin dalam kehamilan tidak berubah.
Pada ibu hamil yang terkena virus Parvovirus, saat pemeriksaan darah akan didapatkan Ig
M antibodi dalam 10-12 hari setelah infeksi, dan menetap 3-6 bulan.
Ig G akan positif beberapa hari setelah Ig M positif menetap seumur hidup. Jika terjadi
wabah 20-3- % anak sekolah akan terinfeksi sehingga keadaan ini mungkin menyebabkan
50 % perempuan sudah mempunyai kekebalan terhadap virus ini.
2.

Trimester II

Infeksi virus Parvovirus pada perempuan hamil akan menyebabkan abortus, hidrop
nonimun dan kematian janin dan secara total menyebabkan kegagalan kehamilan sebesar
10% . Yaegashi (2000) mendapatkan adanya bayi dengan hidrop sebesar 85% pada bayi
yang sudah terinfeksi Parvovirus pada ibu hamil 10 minggu dengan interval rata-rata 6-7
minggu, dan 80% pada trimester kedua dengan interval rata-rata 20-22 minggu. Di samping
itu, dinyatakan masa kritis untuk infeksi ini adalah pada umur kemahilan 22-23 minggu.

23

3.

Trimester III:

HCG dapat menurunkan respon imun wanita hamil. Selain itu kadar Ig G, Ig A, dan Ig M
serum menurun mulai dari minggu ke-10 kehamilan hingga mencapai kadar terendah pada
minggu ke-30 dan tetap berada pada kadar ini hingga aterm.

E.

SISTEM PERKEMIHAN
Bila satu organ membesar, maka organ lain akan mengalami tekanan, dan pada

kehamilan tidak jarang terjadi gangguan berkemih pada saat kehamilan. Ibu akan merasa
lebih sering ingin buang air kecil. Pada bulan pertama kehamilan kandung kemih tertekan
oleh uterus yang mulai membesar
Pada minggu-minggu pertengahan kehamilan, frekuensi berkemih meningkat. Hal ini
umumnya timbul antara minggu ke- 16 sampai minggu ke- 24 kehamilan.Pada akhir
kehamilan, bila kepala janin mulai turun kandung kemih tertekan kembali sehinggal timbul
sering kencing.Perubahan struktur ginjal merupakan aktifitas hormonal [ estrogen dan
progesteron ], tekanan yang timbul akibat pembesaran uterus, dan peningkatan volume
darah. Sehingga minggu ke-10 gestasi, pelvis ginjal dan uretra berdilatasi.
Pada kehamilan normal fungsi ginjal cukup banyak berubah. Laju filtrasi glomerulus dan
aliran plasma ginjal meningkat pada awal kehamilan. Ginjal wanita harus mengakomodasi
tuntutan metabolism dan sirkulasi ibu yang meningkat dan juga mengekskresi produk
sampah janin. Ginjal pada saat kehamilan sedikit bertambah besar, panjangnya bertambah
1-1,5 cm. Ginjal berfungsi paling efisien saat wanita berbaring pada posisi rekumbeng
lateral dan paling tidak efisien pada saat posisi telentang. Saat wanita hamil berbaring
telentang, berat uterus akan menekan vena kava dan aorta, sehingga curah jantung
menurun. Akibatnya tekanan darah ibu dan frekuensi jantung janin menurun, begitu jg
dengan volume darah ginjal.
Adaptasi sistem perkemihan pada ibu hamil :

Trimester I

24

Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan sehingga sering timbul
kencing. Dan keadaan ini hilang dengan tuanya kehamilan bila uterus gravidus keluar dari
rongga panggul. Pada kehamilan normal , fungsi ginjal cukup banyak berubah, laju filtrasi
glomelurus dan aliran plasma ginjal meningkat pada kehamilan.
Bila satu organ membesar, maka organ lain akan mengalami tekanan, dan pada kehamilan
tidak jarang terjadi gangguan berkemih pada saat kehamilan. Ibu akan merasa lebih sering
ingin buang air kecil. Pada bulan pertama kehamilan kandung kemih tertekan oleh uterus
yang mulai membesar.
Kehamilan normal fungsi ginjal cukup banyak berubah. Laju filtrasi glomerulus dan aliran
plasma ginjal meningkat pada awal kehamilan.Ginjal wanita harus mengakomodasi
tuntutan metabolisme dan sirkulasi ibu yang meningkat dan juga mengekskresi produk
sampah janin. Ginjal pada saat kehamilan sedikit bertambah besar, panjangnya bertambah
1-1,5 cm. Ginjal berfungsi paling efisien saat wanita berbaring pada posisi rekumbeng
lateral dan paling tidak efisien pada saat posisi telentang. Saat wanita hamil berbaring
telentang, berat uterus akan menekan vena ekava dan aorta, sehingga curah jantung
menurun. Akibatnya tekanan darah ibu dan frekuensi jantung janin menurun, begitu juga
dengan volume darah ginjal.

Trimester II

Kandung kencing tertekan oleh uterus yang membesar mulai berkurang, karena uterus
sudah mulai keluar dari uterus. Pada trimester 2, kandung kemih tertarik keatas dan keluar
dari panggul sejati kea rah abdomen. Uretra memanjang samapi 7,5 cm karena kandung
kemih bergeser kearah atas. Kongesti panggul pada masa hamil ditunjukkan oleh
hyperemia kandung kemih dan uretra. Peningkatan vaskularisasi ini membuat mukosa
kandung kemih menjadi mudah luka dan berdarah. Tonus kandung kemih dapat menurun.
Hal ini memungkinkan distensi kandung kemih sampai sekitar 1500 ml. Pada saaat yang
sama, pembesaran uterus mennekan kandung kemih, menimbulkan rasa ingin berkemih
walaupun kandung kemih hanya berisi sedikit urine.

Trimester III

25

Pada akhir kehamilan, bila kepala janin mulai turun kepintu atas panggul keluhan sering
kencing akan timbul lagi karena kandung kencing akan mulai tertekan kmbali. Selain itu
juga terjadi hemodilusi menyebabkan metabolisme air menjadi lancar.
Pada kehamilan tahap lanjut, pelvis ginjal kanan dan ureter lebih berdilatasi daripada pelvis
kiri akibat pergeseran uterus yang berat ke kanan akibat terdapat kolon rektosigmoid di
sebelah kiri.Perubahan-perubahan ini membuat pelvis dan ureter mampu menampung urine
dalam volume yang lebih besar dan juga memperlambat laju aliran urine.
Contoh Kasus :

Ny T mengalami keluhan-keluhan pada saat kehamilannya. Pada bulan


awal-awal, Ny T mengalami keadaan yang tidak enak seperti mual, muntah, dan
sering buang air kecil. Pada bulan-bulan pertengahan, Ny T mengalami
pertambahan berat badan yang begitu cepat dan drastis, dan frekuensi berkemih
semakin meningkat dengan semakin membesarnya perut dan payudara.Pada akhirakhir kehamilannya, Ny T melihat perubahan- perubahan di tubuhnya khususnya
pada bagian perut tampak batas yang nyata antara bagian atas yang lebih tebal dan
segmen bawah yang lebih tipis.
Analisis kasus :
Keluhan-keluhan yang di alami oleh Ny T di sebabkan karena perubahan anatomi
dan fisiologi pada sistem-sistem pada tubuh yakni sistem reproduksi, payudara,
system perkemihan dan system endokrin. Mual, muntah yang di alami oleh Ny T
akibat kadar hormon estrogen yang meningkat sehingga tonus otot-otot traktus
digestivus menurun, sehingga morbilitas seluruh taktus digestivusi juga kurang.
Bila organ lain seperti perut mengalami pembesaran maka organ lain akan
mengalami tekanan jadi tidak jarang dengan semakin besarnya perut akan
mengalami gangguan perkemihan dengan sering buang air kecil.Berat badan
meningkat merupakan hal yang lumrah untuk menyesuaikan keadaan otot-otot yang
semakin melebar agar bisa menahan berat si bayi, sedangkan payudara membesar
untuk mempersiapkan ASI bagi bayi.Pada bagian perut tampak batas yang nyata
antara bagian atas yang lebih tebal dan segmen bawah yang lebih tipis dikarenakan

26

adanya kontraksi otot-otot bagian atas uterus yang menyebabkan segmen bawah
rahim menjadi lebih lebar dan tipis.

F. SISTEM PENCERNAAN

Rongga Mulut

Salivasi mungkin akan meningkat sehubungan dengan kesuaran menelan akibat nausea.
Gusi dapat menjadi hiperemis dan melunak, kadang berdarah apabila hanya terkena cedera
ringan, misalnya pada saat gosok gigi. Pembengkakan gusi sangat vaskular disebut epulis
kehamilan yang terkadang dapat timbul, tetapi secara khas mengecil secara spontan setelah
kelahiran. Keadaan tersebut disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen yang meningkat
atau kadang tejadi pada pengguna kontrasepsi oral dan ibu yang mengalami defiisiensi
vitamin C. Tidak ada bukti yang menjelaskan bahwa kehamilan mendorong proses
pembusukan pada gigi.

Motilitas Saluran Gastrointestinal

Biasanya ada penurunan tonus dan motilitas saluran gastrointestinal yang menimbulkan
pemanjangan waktu pengosongan lambung dan transit usus. Hal ini mungkin merupakan
akibat jumlah progesteron yang besar selama proses kehamilan dan menurunkan kadar
motalin-suatu peptida hormonal yang diketahui mempengaruhi otot-otot halus (Christofides
dkk,1982)-atau keduanya. Pada saat persalinan, khususnya setelah pemberian analgesik,
waktu pengosongan lambung secara khas sangat memanjang. Bahaya utama anastesi umum
adalah regurgitasi dan aspirasi, baik isi makanan maupun asam lambung.
Hormon estrogen membuat pengeluaran asam lambung meningkat yang dapat
menyebabkan pengeluaran air liur yang berlebihan (hipersalivasi), daerah lambung terasa
panas, tejadi mual dan sakit/ pusing kepala terutama pagi hari yang disebut morning
sickness. Muntah yang terjadi pada ibu hamil disebut emesis gravidarum. Apabila muntah
berlebihan dan mengganggu kehidupan sehari- hari disebut hiperemesis gravidarum.

Lambung dan Esofagus

27

Pirosis merupakan kejadian yang umum pada kehamilan, Paling mungkin disebabkan oleh
refluks sekret- sekret asam ke esofagus bagian bawah. Posisi lambung yang berubah
mungkin ikut menyumbang pada seringna terjadi peristiwa ini. Tonus esofagus dan
lambung berubah selama kahamilan dengan tekanan intraesofagus yang lebih rendah dari
tekanan lambung lebih tinggi. Selain itu, pada saat yang bersamaan peristaltik esofagus
mempunyai kecepatan gelombang dan amplitudo yang rendah (Ulmsten dan Sundstrom,
1978), perubahan- perubahan tersebut menyokong terjadinya refluks gastroesofageal yang
menimbulkan heart burn.

Usus Kecil, Besar dan Appendiks

Oleh karena kehamilan yang berkembang terus, lambung dan usus digeser oleh uterus yang
membesar ke arah atas dan lateral. Sebagai akibatnya, apendiks sebagai contoh biasanya
bergeser ke arah atas, lateral dan sering kali mencapai pinggang kanan. Seperti telah
dijelaskan sebelumnya, tonus serta motilitas dari lambung dan usus berkurang selama
kehamilan.
Hormon progesteron menimbulkan pergerakan usus makin berkurang (relaksasi otot- otot
polos) sehingga makanan lebih lama berada di dalam lambung dan apa yang telah dicerna
lebih lama di dalam usus. Hal ini mungkin baik untuk reabsorpsi, tetapi dapat menimbulkan
konstipasi di mana hal ini merupakan salah satu keluhan dari ibu hamil. Konstipasi dapat
juga terjadi karena kurangnya aktivitas/ senam dan penurunan intake cairan.

Hati

Pertambahan ukuran hati pada beberapa binatang dapat terlihat dengan jelas, tetapi
sebaliknya pada kehamilan manusia, pembesaran hati tersebut tidak dapat terlihat (Combes
dan Adams, 1971). Selain itu, dengan evaluasi histologis hati yang didapat dengan biopsi,
termasuk pemeriksaan dengan mikroskop elektron menyatakan tidak ada perbedaan yang
jelas dari morfologi hati yang terjadi sebagai respons terhadap kehamilan normal (Ingerslev
dan Teilum, 1946). Perubahan terjadi secara fungsional yaitu dengan menurunnya albumin
plasma dan globulin plasma dalam rasio tertentu. Kejadian ini merupakan kejadiaan yang
normal pada wanita hamil. Pada wanita yang tidak hamil kondisi tersebut dapat
menunjukkan adanya penyakit hati.

28

Kandung Empedu

Fungsi kandung empedu berubah selama kehamilan karena pengaruh hipotoni dari otototot halus. Selama melakukan SC, potter (1936) cukup sering menemukan empedu
teregang namun hipotonik dan aspirat empedu cukup kental. Secara umum diterima bahwa
kehamilan menjadi predisposisi pembentukan batu empedu.
Perubahan sistem pencernaan yang dirasakan ibu hamil adalah sebbagai berikut:
1. Trimester I
Pada bulan- bulan pertama kehamilan, terdapat perasaan enek (nausea). Hal ini mungkin
dikarenakan kadar hormon estrogen yang meningkat. Tonus otot- otot traktus digestivus
menurun sehingga motilitas seluruh traktus digestivus juga berkurang. Makanan lebih lama
berada di dalam lambung dan apa yang telah dicernakan lebih lama berada dalam usus. Hal
ini mungkin baik untuk reabsorbsi, tetapi menumbulkan konstipasi yang memang
merupakan salah satu keluhan utama wanita hamil. Tidak jarang dijumpai adanya gejala
muntah (emesis) pada bulan- bulan pertama kehamilan. Biasanya terjadi pada pagi hari,
dikenal dengan morning sickness.Apabila emesis terjadi terlalu sering dan terlalu banyak
dikeluarkan (hiperemesis gravidarum), maka keadaan ini patologik. Hipersalivasi sering
terjadi sebagai kompensasi dari mual dan muntah yang terjadi. Pada beberapa wanita
ditemukan adanya ngidam makanan yang mungkin berkaitan dengan persepsi individu
wanita tersebut mengenai apa yang bisa mengurangi rasa mual dan muntah. Kondisi
lainnya adalah pica (mengidam) yang sering dikaitkan dengan anemia akibat defisiensi zat
besi ataupun adanya suatu tradisi (Hanifa Wiknjosastro, 2002:97).
2. Trimester II dan III
Biasanya terjadi konstipasi karena pengaruh hormon progesteron yang meningkat. Salain
itu, perut kembung juga terjadi karaena adanya tekanan uterus yang membesar dalam
rongga perut yang mendesak organ- organ dalam perut khususnya saluran pencernaan, usus
besar, ke arah atas dan lateral. Wasir (hemoroid) cukup sering terjadi pada kehamilan.
Sebagian besar hal ini terjadi akibat konstipasi dan naiknya tekanan vena- vena di bawah

29

uterus termasuk vena hemoroidal. Panas perut terjadi karena terjadinya aliran balik asam
gastrik ke dalam esofagus bagian bawah.
G. SISTEM MUSKULOSKELETAL
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung jawab
terhadap pergerakan.
Pengaruh dari peningkatan estrogen, progesteron, dan elastin dalam kehamilan
menyebabkan keemahan jaringan ikat serta ketidakseimbangan persedian.
Akibat dari perubahan fisik selama kehamilan sebagai berikut :
a) Peregangan otot-otot
b) Pelunakan ligamen-ligamen
Area yang paling dipengaruhi perubahan-perubahan tersebut adalah sebagai berikut :
a) Tulang belakang (curva lumbar yang berlebihan)
b) Otot-otot abdominal (meregang keatas uterus hamil)
c) Otot dasar panggul (menahan berat badan dan tekanan uterus)
Bagi ibu hamil, bagian ini merupakan titik-titik kelemahan struktural dan bagian
bermasalah yang potensional dikrenakan beban yang menekan kehamilan. Oleh karena itu,
masalah portus merupakan hal biasa dalam kehamilan :
a)

Bertambahnya beban dan perubahan struktur dalam kehamilan mengubah

dimensi tubuh dan pusat gravitasi.


b) Ibu hamil mempunyai kecenderungan besar dalam membentur benda-benda
(menghasilkan memar biru) dan kehilangan keseimbangan (lalu jatuh).
Perubahan sistem muskuloskeletal yang dirasakan pada ibu hamil hamil adalah sebagai
berikut :
Trimester I
Pada trimester ini tidak banyak perubahan pada musculoskeletal. Akibat peningkatan kadar
hormone estrogen dan progesteron, terjadi relaksasi dari jaringan ikat, kartilago, dan
ligament juga meningkatkan tingkat jumlah cairan synovial. Bersamaan dua keadaan
tersebut meningkatkan fleksibilitas dan mobilitas persendian. Keseimbangan kadar kalsium

30

selama kehamilan biasanya nomal apabila asupan nutrisinya khususnya produksi susu
terpenuhi. Tulang dan gigi biasanya tidak berubah pada kehamilan yang normal.
Karena pengaruh hormon estrogen dan progesteron, terjadi relaksasi dari ligament-ligament
dalam tubuh menyebabkan peningkatan mobilitas dari sambungan/otot-otot pada pelvic.
Bersamaan dangan membesarnya ukuran terus menyebabkan perubahan yang drastis pada
kurva tulang belakang yang biasanya menjadi salah satu ciri pada seorang ibu hamil.
Perubahan-perubahan tersebut dapat meningkatkan ketidaknyamanan dan rasa sakit pada
bagian belakang yang bertambah seiring dengan penambahan umur kehamilan.
Trimester II dan III.
Hormon progesteron dan hormon relaksasi menyebabkan relaksasi jaringan ikat otot-otot.
Hal ini terjadi maksimal pada satu minggu terakhir kehamilan. Proses relaksasi ini
memberikan kesempatan pada panggul untuk meningkatkan kapasitasnya sebagai persiapan
proses persalinan, tulang pubis melunak menyerupai tulang sendi, sambungan sendi
sacrococcigus mengendur membuat tulang koksigis bergeser kearah belakang sendi
punggul yang tidak stabil. Hal ini menyebablan sakit pinggang. Postur tubuh wanita secara
bertahab mengalami perubahan karena janin membesar dalam adomen sehingga untuk
mengopensasi penambahan berat ini, bahu lebih tetarik kebelakang dan tulang lebih
melengkung, sendi tulang belakang lebih lentur, dan dapat menyebabkan nyeri punggung
pada beberapawanita.
Lordosis progresif merpakan gambaran yang khas pada kehamilan normal. Untuk
menggompensasi posisi anterior uterus yang semakin membesar, lordosis menggeser pusat
grafitasi kebelakang pada tungkai bawah. Mobiltas sakroliaka, sakrokoksigeal, dan sendi
pubis bertambah besar, serta menyebabkan rasa tidak nyaman dibawah punggung,
khususnya pada ahir kehamilan. Selama trimester ahir, rasa pea, mati rasa, a lema dialami
ole anggota badan atas yang disebabkan lordosis yang disebabkan fleksi anterior leher dan
merosotnya lingka bahu sehingga menimbulkan traksi pada nervus ulnaris dan medianus (
Crisp dan deFrancesco, 1964 ). Ligamen rotundum mengalami hipertrofi dan mendapatan
tekanan dari uterus yang mengakibatkan rasa nyeri pada ligamen tersebut.
H.

SISTEM KARDIOVASKULAR

Sistem Kardiovaskular

31

Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang terletak di pusat dada, bagian kanan
dan kiri jantung masing-masing memiliki ruang sebelah atas (atrium yang mengumpulkan
darah dan ruang sebelah bawah (ventrikel) yang mengeluarkan darah. Agar darah hanya
mengalir dalam satu arah, maka ventrikel memiliki satu katup pada jalan masuk dan satu
katup pada jalan keluar.
Fungsi sistem kardiovaskuler ( jantung )
Memberikan dan mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi ke seluruh jaringan dan organ
tubuh yang diperlukan dalam proses metabolisme. Secara normal setiap jaringan dan organ
tubuh akan menerima aliran darah dalam jumlah yang cukup sehingga jaringan dan organ
tubuh menerima nutrisi dengan adekuat.
Sistem kardiovaskular yang berfungsi sebagai sistem regulasi melakukan mekanisme yang
bervariasi dalam merespons seluruh aktivitas tubuh. Salah satu contoh adalah mekanisme
meningkatkan suplai darah agar aktivitas jaringan dapat terpenuhi. Pada keadaan tertentu,
darah akan lebih banyak dialirkan pada organ-organ vital seperti jantung dan otak untuk
memelihara sistem sirkulasi organ tersebut.
Komponen Sistem Kardiovaskular
Sistem kardiovaskular merupakan suatu sistem transpor tertutup yang terdiri atas:
a)
Jantung, sebagai organ pemompa.
b)
Komponen darah, sebagai pembawa materi oksigen dan nutrisi.
c)
Pembululi darah, sebagai media yang mengalirkan komponen darah.
Perubahan anatomi dan fisiologi adaptasi pada ibu hamil kardiovaskular
Trimester I
Sirkulasi darah itu dalam kehamilan dipengaruhi oleh sirkulasi ke plasenta, uterus yang
membesar pula, uterus yang membesar dengan pembuluh darah yang membesar pula,
mammae dan alat lain yang memang berfungsi berlebihan dalam kehamilan. Volume
plasenta maternal mulai meningkat pada saat 10 minggu usia kehamilan dan terus menerus
meningkat sampai 30-34 minggu, sampai ia mencapai titik maksimum. Perubahan rata-rata
volume plasenta maternal berkisar antara 20-100%. RBC meningkat 18% tanpa suplemensuplemen zat besi dan terjadi peningkatan yang lebih besar yaitu 30% jika ibu meminum

32

suplemen zat besi. Karena volume plasma meningkat rata-rata 50% sementara massa RBC
meningkat hanya 18-30%, maka terjadi penurunan hematokrit selama kehamilan normal
sehingga disebut anemia fisiologis.
Tekanan darah akan turun selama 24 minggu pertama kehamilan akibat terjadi
penurunandalam perifer vaskuler resistence yang disebabkan oleh peregangan otot halus
oleh progestrone. Tekanan sistolik akan turun sekitar 5-10 mmHg dan diastolic pada 10-15
mmHg. Selama kehamilan normal cardiac output meningkatkan sekitar 30-50% dn
mencapai level maksimumnya selama trimester pertama atau kedua dan tetap tinggi selama
persalinan.
Hipertropi (pembesaran atau dilatasi ringan jantung mungkin disebabkan oleh peningkatan
volume darah dan curah jantung. Karena diafragma terdorong ke atas, jantung terangkat ke
atas dan berotasi ke depan dan ke kiri. Impuls pada apeks, titik impuls maksimum (point of
maksimum impuls/PMII) bergerak ke atas dan lateral sekitar 1-1,5 cm. Derajat pergeseran
tergantung pada lama kehamilan dan ukuran serta posisi uterus. Pada akhir trimester I
mulai terjadi palpitasi karena pembesaran ukuran serta bertambahanya cardiac output.
Hidung tersembat /berdasas karena pengaruh hormone estrogen dan progesterone terjadi
pembesaran kapiler, relaksai otot vaskuler serta peningkatan sirkulasi darah.
Trimester II
Pada usia kehamilan 16 minggu, mulai jelas kelihatan terjadi proses hemodilusi, setelah 24
minggu tekanan darah sedikit demmi sedikit naik kembali pada tekanan darah sebelum
aterem. Perbubahan auskultasi mengiringi perubahaqn ukuran dari posisi jantung,
peningkatan volume darah dan curah jantung juga menimbulkan perubahan hasil uskultasi
yang umum terjadi selama masa kehamilan.
Bunyi splitting S1 dan S2 lebih jelas terdengar. S3 lebih jelas terdengar setelah minggu ke20 gestasi. Selain itu murmurejeksi sistoloik tingkat II dapat didengar didaerah pulmonal.
Antara minggu ke-14 dan ke-20, denyut meningkat perlahan, mencapai 10 sampai 15 kali
permenit, kemudian menetap sampai aterm, dapat timbul palpitasi.
Trimester III
Selama kehamilan jumlah leukosit akan meningkat yakni berkisar antara 5000-12000 dan
mencapai puncaknya pada saat persalinan dan masa nifas berkisar 14000-16000 penyebab

33

peningkatan ini belum diketahui. Respon yang sama diketahui terjadi selama dan setelh
melakukan latihan yang berat, distribusi tipe sel juga kan mengaami perubahan. Pada
kehamilan, terutama trimesetr ke-3, terjadi peningkatan jumlah granulosit dan limfosit dan
secara bersamaan limfosit dan monosit.
I.

SISTEM INTEGUMEN

Sehubungan dengan tingginya kadar hormonal, terjadi peningkatan pigmentasi


selama kehamilan. Keadaan ini sangat jelas terlihat pada kelompok wanita dengan warna
kulit gelap atau hitam dan dapat dikenali pada payudara, abdomen, vulva, serta wajah.
Ketika terjadi pada kulit muka dikenal sebagaichloasma atau topeng kehamilan. Pada
wajah biasanya terjadi pada pipi dan dahi sehingga dapat mengubah penampilan wanita
tersebut.
Linea alba adalah garis putih tipis yang membentang dari simfisis pubis sampai umbilicus,
dapat menjadi gelap yang biasa disebut Linea nigra. Peningkatan pigmentasi ini akan
berkurang sedikit demi sedikit setelah masa kehamilan.
Tingginya kadar hormone yang tersirkulasi dalam darah dan peningkatan regangan pada
kulit abdomen, paha, dan payudara bertanggung jawab pada timbulnya garis-garis yang
berwarna merah muda atau kecoklatan pada daerah tersebut. Tanda tersebut bisa dikenal
dengan nama striae gravidarum dan bisa menjadi lebih gelap warnanya pada multigravida
dengan warna kulit gelap atau hitam. Striae gravidarum ini akan berkurang setelah masa
kehamilan dan biasanya nampak seperti garis-garis yang berwarna keperakan pada wanita
kulit putih atau warna gelap/hitam yang mengilap.
Pada kulit terdapat deposit pigmen dan hiperpigmentasi alat-alat tertentu. Pigmentasi ini
disebabkan oleh pengaruh Melanophore Stimulating Hormone(MSH) yang meningkat.
MSH ini adalah salah satu hormone yang juga dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis.
Tekadang terdapat deposit pigmen pada dahi, pipi, dan hidung yang disebut chloasma
gravidarum. Estrogen dan progesterone telah dilaporkan menimbulkan efek perangsangan
melanosit. (Diczfalusy dan Troen, 1961).

Striae Gravidarum

34

Terjadi pada bulan-bulan terakhir kehamilan, garis-garis sedikit cekung kemerahan


umumnya timbul pada kulit abdomen, terkadang pada kulit paha dan payudara. Terjadi
pada separuh wanita hamil. Pada wanita multipara sering kali ditemukan bersamaan dengan
sikatriks striae kehamilan sebelumnya (Hanifa Wiknjosastro, 2002: 97-98).

Diastasis Rekti

Terkadang otot dinding abdomen tidak dapat menahan tegangan yang diberikan
kepadanya dan muskuli rekti terpisah di garis tengah sehingga membentuk diastasis rekti
dengan lebar yang bervariasi. Jika berat banyak bagian dari dinding uterus anterior yang
hanya tertutup oleh kulit, faisa yang menipis, dan peritoneum.

Perubahan-perubahan Vaskular Kulit

Angioma, nevus, dan telangiektasis (vascular spider) timbul pada sekitar 2/3 wanita
kulit putih dan kira-kira 10% wanita kulit hitam selama kehamilan (Bean dkk,1949).
Angioma adalah bintik-bintik/garis menonjol kecil merah pada kulit, khusunya terjadi pada
wajah, leher, dada atas, dan lengan dengan radikel-radikel bercabang keluar dari badan
sentralnya. Paling mungkin disebabkan oleh hiperestrogenia.
Palmar erythema merupakan bintik-bintik merah pada bagian telapak tangan. Sering
ditemukan pada kehamilan, namun tidak ada arti klinis yang akan segera menghilang
setelah kehamilan berakhir.
Perubahan sistem integumen yang dirasakan ibu hamil adalah sebagai berikut :
1. Trimester I
a. Palmar eritema (kemerahan ditelapak tangan) dan spider nevi.
b. Linea alba/nigra.
2. Trimester II dan III
a. Chloasma dan perubahan warna areola.
b. Striae gravidarum (bulan ke 6-7).

Perubahan Fisiologis Sistem Integumen pada Ibu hamil


1. Muka

35

Terjadi perubahan warna bercak hiperpigmentasi kecoklatan pada kulit di daerah


tonjolan maksila dan dahi, khususnya pada wanita hamil berkulit hitam akibat peningkatan
hormone estrogen dan progesterone, serta hormone melanokortikotropin. Tanda kehamilan
yang terjadi ialah Chloasma gravidarum, ketidaknyamanan fisiologis juga terjadi chloasma
gravidarum. Kebutuhan fisiologis yang dibutuhkan seorang ibu hamil yaitu:
a.
b.
c.
2.

Hindari sinar matahari secara berlebihan saat hamil.


Gunakan bahan pelindung nonalergis.
Hindari penggunaan hidrokuinon.
Kulit

Hipersensitivitas allergen plasenta. Ketidaknyaman yang dirasakan ibu hamil yaitu gatalgatal. Kebutuhan fisiologis yang dibutuhkan ibu hamil :
a.
b.
c.
d.

Gunakan kompres mandi siram air sejuk.


Gunakan cara mandi oatmeal.
Pertimbangkan penggunaan obat luar atau antipruritik.
Evaluasi jika ada gangguan atau penyakit kulit.

Peningkatan kelenjar apocrine akibat peningkatan hormone, kelenjar tersebut meningkat


terutama akibat berat badan dan kegiatan metabolik yang meningkat; peningkatan aktifitas
kelenjar sebasea. Ketidaknyaman yang dirasakan oleh ibu hamil yaitu bertambahnya
keringat. Kebutuhan fisiologis yang dibutuhkan oleh ibu hamil ialah :
a.
b.
c.
3.

Pakai pakaian yang longgar


Perbanyak minum air putih
Mandi secara teratur.
Perut

Terdapat garis pigmentasi dari simfisis pubis sampai ke bagian atas fundus di garis
tengah tubuh diinduksi hormone timbul. Pada primigravida, garis mulai terlihat pada bulan
ketiga terus memanjang seiring dengan meningginya fundus. Pada multigravida,
keseluruhan garis sering kali muncul sebelum bulan ketiga. Terdapat juga tanda regangan
yang timbul pada 50-90% wanita selama pertengahan kedua kehamilan yang dapat
disebabkan oleh kerja adenokortikosteroid, menunjukkan pemisahan jaringan ikat
(kolagen) dibawah kulit. Garis-garis yang sedikit cekung ini cenderung timbul di daerah

36

dengan regangan maksimum (misalnya, di abdomen, paha dan payudara). Tanda kehamilan
yang terjadi terdapat linea nigra dan alba, serta striae gravidarum.
Ketidaknyamanan yang dirasakan oleh ibu hamil yaitu garis-garis diperut dan payudara.
Kebutuhan fisiologis yang dibutuhkan oleh ibu hamil ialah :
a. Gunakan emollien luar atau antipruritik menurut indikasinya
b. Gunakan/kenakan pakaian yang menopang payudara dan abdomen.
J.

SISTEM METABOLISME

Metabolisme merupakan proses kimiawi yang terjadi di dalam tubuh semua


mahkluk hidup .proses ini merupakaan pertukaran zat ataupun suatu organisme dengan
lngkungannya.Metabolisme berasal dari bahasa yunani yaitu metaboleyang artinya
perubahan dapat dikatakan bahwa makhluk hidup mendapat,mengolah, dan mengubah
suatu zat melalui proses kimiawi untuk mempertahankan hidupnya.
Metabolisme umumya mempunyai efek pada kehamilan karena ibu hamil perlu mendapat
makanan bergizi walau dalam kondisi sehat.
a. metablisme tingkat basal (basal metabolik rate,BMR) pada wanita hamil
meninggi hingga 15-20% terutama pada trimester akhir .
b. keseimbangan asam alkali sedikit mengalami perubahan konsentrasi alkali.
c. di butuhkan protein banyak untuk perrkembangan alat kandungan ,payudara dan
badan ibu,serta untuk persiapan laktasi
d. hidrat arang
e. metabolism lemak terjadi
f. kenaikan berat badan wanita hamil
g. kebutuhan kalori meningkat selama hamil
h. wanita hamil memerlukan makanan yang bergizi serta mengandung banyak
protein
K. SISTEM INDEKS MASSA TUBUH ( IMT ) DAN BERAT BADAN
Cara yang dipakai untuk menentkan berat badan menurut tinggi badan adalah
dengan menggunakan indeks massa tubuh (IMT) dengan rumus berat badan dibagi tinggi
badan panggakat 2. Contoh, wanita dengan berat badan sebelum hamil 51 kg dan tinggi

37

badan 1,57 m. Maka IMT-ny adalah 51/(1,57)2 = 20,7. Nilai IMT mempunyai rentang
sebagai berikut.
19,8-26,6
: normal
< 19,8
: underweight
26,6 - 29,0 : overweight
>29,0
: obesi
Petambahan berat badan ibu hamil menggambarkan status gizi selama hamil, oleh karena
itu perlu dipantau setiap bulan. jika terdapat kelambatan alam penambahan berat badan ibu,
ini dapat mengindkasikan adanya mal nutrisi sehingga dapat menyebabkan pertumbuhan
janin intra-uteri ( intra-uterin growth Retardation-IUGR)
Disarankan pada ibu primigravida untuk tidak menaikan berat badannya lebih dari 1
kg/bulan.
Perkiraan peningkatan berat badan yang dianjurkan.
4 kg pada kehamilan trimester I.
Pada kehamilan trimester II sampai III, pada perempuan dengan gizi baik
dianjurkan menambah berat badan perminggu sebesar 0,4 kg, sementara pada
perempuan dengan gizi kurang atau berlebih dianjurkan menambah berat badan
perminggu masing- masing 0,5 kg dan 0,3 kg.
Totalnya sekitar 15-16 kg.
Tabel rekomendasi penambahan berat badan selama kehamilan berdasarkan indeks massa
tubuh :
Kategori
Rendah
Normal
Tinggi
Obesitas
Gemeli

IMT
< 19, 8
19, 8 - 26
26 - 29
>29

Rekomendasi (kg)
12, 5 18
11, 5 - 16
7 11, 5
7
16 20, 5

Penambahan berat badan selama kehamilan :


Jaringan dan 10 minggu

20 minggu

30 minggu

40 minggu

cairan

38

Janin
Plasenta
Cairan amnion
Uterus
Mammae
Darah
Cairan

5
20
30
140
45
100
0

300
170
350
320
180
600
30

1500
430
750
600
360
1300
80

3400
650
800
970
405
1450
1480

ekstraselular
Lemak
310
2050
3480
3345
Total
650
4000
8500
12500
Peningkatan jumlah cairan selama kehamilan adalah suatu hal yang fisiologis. Hal ini
disebabkan oleh turunnya osmolaritas dari 10 mOsm/kg yang diinduksi oleh makin
rendahnya ambang rasa haus dan sekresi vasopresin. Fenomena ini mulai terjadi pada awal
kehamilan. Pada saat aterm 3,5 l cairan berasal dari janin, plaenta, dan cairan amnion,
sedangkan 3 liter lainnya berasal dari akumulasi peningkatan volume darah ibu, uterus, dan
payudara sehingga minimal tambahan cairan selama kehamilan adalah 6,5 l. Penambahan
tekanan vena dibagian bawah uterus dan mengakibatkan oklusi parsial vena kava yang
bermanifasi pada adanya pitting edema dikaki dan ditungkai terutama pada akhir
kehamilan. Penurunan tekanan osmotik koloid interstisial juga akan menyebabkan odema
pada akhir kehamilan.
L.

SISTEM DARAH DAN PEMBEKUAN DARAH

Darah mengangkut oksigen, karbondioksida, nutrisi dan hasil metabolisme ke


seluruh tubuh. Selain itu darah juga berfungsi sebagai alat keseimbangan asam basa,
perlindungan dari infeksi, dan merupakan pemelihara suhu tubuh.
Darah terdiri dua komponen yaitu plasma dan sel-sel darah. Sel-sel darah terdiri dari
eritrosit, leukosit dan trombosit.Volume plasma meningkat kira-kira 40-45% pada minggu
ke-6 kehamilan Sehingga terjadi pengenceran darah ( hemodilusi ) dengan puncaknya pada
umur kehamilan 32 34 minggu dengan perubahan kecil setelah minggu tersebut. Hal ini
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme ibu dan janin. Peningkatan ini erat
hubungannya dengan berat badan bayi. Ibu dengan kehamilan ganda akan mengalami
peningkatan volume plasma yang lebih besar daripada ibu dengan kehamilan biasa.

39

Serum darah (volume darah) bertambah 25 30 % dan sel darah bertambah 20 %. Massa
sel darah merah terus naik sepanjang kehamilan. Hemotokrit meningkat dari TM I TM
III.Selama kehamilan jumlah leukosit akan meningkat yakni bekisar antara 5.000-12.000
/l dan mencapai puncaknya pada saat persalinan dan maa nifas berkisar 14.000-16.000 /
l. Penyebab peningkatan ini belum diketahui. Pada kehamilan, terutama trimester ke-tiga,
terjadi peningkatan granulosit dan limfosit. Pada awal kehamilan aktivitas alkalin fosfatase
juga meningkat.

Peredaran darah dipengaruhi oleh faktor :


1. Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi kebutuhan
perkembangan dan pertumbuhan dalam rahim.
2. Terjadi hubungan langsung antara arteri & vena pada sirkulasi retro plasenter.
3. Pengaruh Hormon Progesteron dan estrogen.

Pembekuan/Koagulasi
Perubahan pada kadar fibrinogen, faktor-faktor pembekuan dan platelet selama kehamilan
berakibat pada peningkatan kapasitas untuk pembekuan, dengan akibat peningkatan risiko
terjadinya DIC (Disseminated Intravascular Coagulation) seperti yang terjadi pada
komplikasi-komplikasi antara lain molahidatidosa dan abrupsiv plasenta/solusio plasenta.
I.

SISTEM PERNAFASAN

Usaha pernapasan ibu harus meningkat pada kehamilan untuk memenuhi


peningkatan kebutuhan metabolik jaringan ibu dan janin. Pada akhir kehamilan, konsumsi
oksigen meningkat sebesar 16-20%. Sistem pernapasan juga di pengaruhi oleh velume
uterus yg membesar. Dalam hal cadangan fisiologis,stres yg di timbulkan oleh kehamilan
pada sistem pernapasan lebih kecil di bandingkan dg peningkatan yg dapat di ukur saat
olahraga. Dampak klinis dari perbedaaan ini aalah bahwa pasien dg penyakit pernapasan
lebih kecil kemungkinannya mengalami perburukan i bandingkan dg mereka yg mengidap
penyakit jantung.
Pada awal kehamilan,dan demikian bukan di sebabkan oleh tekanan dari uterus, diafragma
terdorong ke atas sebanyak 4 cm (de Swiet,1998). Gerakan respirasi diafragma meningkat

40

dan terjadi peningkatan pelebaran (pemekaran)iga bagian bawah (peningkatan sudut


substernal dari 68 derajat pada awal kehamilan menjai 103 derajat pada akhir kehamilan)
(Thomson & Cohen, 1938).
Diafragma melakukan sebagian besar kerja respirasi; bernapas lebih bersifat torakalis
daripada abdominalis. Pengaruh hormon menyebabkan otot dan tulang rawan di regio
toraks melemas sehingga toraks melebar. Penurunan compliance dinding toraks
menyebabkan dinding toraks dapat bergerak semakin ke dalam sehingga udara yg
terperangkap lebih sedikit dan volume residual menurun.
Progesteron menurunkan kepekaan kemoreseptor perifer dan sentral untuk karbon dioksida
(Skatrud, Dempsey, & Kaiser, 1978). Hal ini berarti dorongan pernapasan (respiratory rive)
terpicu pada kadar kardon dioksida yang lebih rendah sehingga wanita hamil bernapas
lebih dalam. Seiring dg peningkatan kadar progesteron selama kehamilan, peningkatan
responsivitas terhadap PCO2 menyebabkan tidal volume (volume alun panas) dan, g
demikian, volume per menit (minute volume) meningkat. Oleh karena itu, hiperventilasi
(peningkatan volume alun) merupakan hal normal pada kehamilan. Konsumsi oksigen
meningkat, tetapi tekanan oksigen arteri tidak berubah.
Pada kehamilan, frekuensi pernapasan tidak berubah, tetapi ventilasi per menit meningkat
40% karena volume alun napas meningkat; hal ini sudah mulai tampak sedini kehamilan 7
minggu. Hiperventilasi ini melebihi peningkatan konsumsi oksigen.Efisiensi pertukaran gas
di alveolus sangat meningkat apabila yang meningkat volume alun napas dibandingkan
dengan frekuensi pernapasan. Ventilasi alveolus semakin ditingkatkan oleh berkurangnya
volume residual. Sekitar 150 ml udara inspirasi tetap berada di saluran napas atas dan tidak
terjadi pertukaran gas (hal ini dikenal sebagai ruang mati anatomis atau anatomical dead
space). Walaupun pada kehamilan ruang mati meningkat sebesar sekitar 60 ml karena
dilatasi bronkiolus halus, ventilasi alveolus netto meningkat. Peningkatan volume alun
napas berarti kapasitas residual fungsional berkurang sehingga lebih banyak udara segar
yang bercampur dengan volume udara sisa (yang jumlahnya semakin berkurang) yang
tertinggal di paru.
Dengan demikian, ventilasi pada kehamilan meningkat sekitar 70% yang menyebabkan
peningkatan efisiensi pencampuran gas sehingga pertukaran gas menjadi lebih mudah

41

karena gradien difusi meningkat. Peningkatan gradien konsentrasi karbon dioksida antara
darah ibu dan janin membantu penyaluran karbon dioksida menembus plasenta dan
mungkin penting pada keadaan yang merugikan. Progesteron meningkat kadar karbonat
anhidrase di sel darah merah sehingga efisiensi pemindahan karbon dioksida semakin
tinggi.
Tekanan parsial oksigen pada ibu sedikit meningkat (dari 95-100 mmHg menjadi 101-106
mmHg) dan kadar karbon dioksida menurun (dari 35-40 mmHg menjadi 26-34 mmHg).
Peningkatan ringan PO2 tidak banyak berefek pada saturasi hemoglobin. Namun, postus
memengaruhi kadar oksigen alveolus; posisi telentang pada akhir kehamilan menyebabkan
tekanan oksigen alveolus menurun dibandingkan dengan posisi duduk. Perubahan
oksigenasi alveolus ini mungkin kurang bermakna bagi janin walaupun mungkin dapat
menjadi kompensasi apabila ibu berada di tempat yang tinggi.
Perjalanan udara dikaitkan dengan peningkatan dispnea dan frekuensi pernapasan.
Penurunan kadar karbon dioksida pada kehamilan menyebabkan alkalosis respiratorik
ringan. Perubahan pH memengaruhi kadar kation dalam darah, misalnya natrium, kalium,
dan kalsium, yang membantu pemindahan melalui plasenta dan meningkatan penyediaan
bagi pertumbuhan janin.Terjadi kompensasi metabolic berupa peningkatan ekskresi ion
bikarbonat oleh ginjal. Penurunan bikarbonat serum menyebabkan pH ibu meningkat ke
batas atas rentang fisiologis, dari 7,40 menjadi 7,45. Dengan demikian, kemampuan ibu
untuk mengompensasi asidosis metabolik menurun, yang mungkin menimbulkan masalah
pada persalinan lama atau apabila terjadi penurunan perfusi jaringan.Progeteron memiliki
efek local pada tonus otot polos jalan napas dan pembuluh darah paru. Kapasitas difusi
adalah tingkat kemudahan gas menembus membrane paru. Pada awal kehamilan, kapasitas
difusi menurun mungkin karena efek estrogen pada komposisi mukopolisakarida dinding
kapiler, yang meningkatkan jarak difusi (de Swiet, 1998b). Efek ini mungkin berlangsung
selama beberapa bulan setelah persalinan. Peningkatan retensi air di jaringan paru juga
menyebabkan penurunan kapasitas difusi.
Terjadi peningkatan closing volume yang mengisyaratkan diameter saluran napas kecil
berkurang, hal ini mungkin disebabkan oleh peningkatan cairan paru. Penurunan efisiensi
pemindahan gas paru dikompensasi secara parsial oleh relaksasi otot polos bronkiolus yang

42

dipicu oleh progesterone, yang menurunkan resistensi saluran napas. Penurunan resistensi
saluran napas berarti aliran udara meningkat. Prostaglandin juga mempengaruhi otot polos
bronkiolus. Prostaglandin F2a, yang meningkat sepanjang kehamilan adalah konstriktor
otot polos, prostaglandin E1 dan E2, yang meningkat pada trimester ketiga, merupakan
dilator otot polos.
Bagaimana mereka mempengaruhi efisiensi pernafasan pada kehamilan masih belumlah
jelas, walaupun apabila digunakan menginduksi abortus terapetik prostaglandin F2a dapat
menyebabkan asma pada wanita yang rentan (Kreisman, van de Weil & Mitchell, 1975).
Usaha/ kerja bernafas mungkin tidak berubah karena penurunan risistensi jalan napas
mengkompensasi kongesti dikapiler dinding bronkus. Banyak wanita hamil mengalami
dispnea, yang menimbulkan rasa tidak nyaman dan kecemasan, sering pada awal kehamilan
sebelum terjadi perubahan dalam tekanan intra abdomen. Hal ini dikaitkan erat pada PCO2
dan mungkin disebabkan oleh hiperventilasi (de Swiet, 1998b). kapiler di saluran napas
akan mengalami pembengkakan yang dapat menimbulkan kesulitan bernafas melalui
hidung dan memperparah infeksi saluran napas.
Perubahan laring dan edema pita suara yang disebabkan oleh dilatasi vascular dapat
menyebabkan suara serak dan lebih berat, serta batuk menetap. Pada kasus yang berat,
perubahan berupa penebalan laringini dapat menyebabkan penyulit apabila akan dilakukan
intubasi, misalnya pada anestesia. Pada kehamilan, volume ekspirasi paksa pada 1 detik
dan laju arus puncak biasanya tidak terpengaruh.Saat persalinan, nyeri menyebabkan
peningkatan volume alun napas dan frekuensi pernafasan (efek ini dihilangkan oleh
anesthesia epidural yang efektif). Pada kala dua, kebutuhan otot menyebabkan asidosis
metabolik (peningkatan produksi laktat dan piiruvat). Hal ini sedikit banyak diimbangi oleh
alkalosis respiratorik akibat hiperventilasi (Blackburn & Loper, 1992)
N. SISTEM PERSARAFAN
Sistem persarafan dan sistem hormonal marupakan bagian- bagian tubuh yang saling
berkomunikasi dan saling berhubungan. Sistem ini mempunyai kemampuan untuk
mengoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan
sekitarnya. Sistem persarafan mengatur kebanyakan aktivitas sistem- sistem tubuh lainnya.

43

Pengaturan sistem tersebut memungkinkan terjalinnya komunikasi antara berbagai sistem


tubuh hingga menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang harmonis. Dalam sistem
inilah terdapat segala fenomena kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasi dan gerakan.
Jadi kemampuan untuk dapat memahami, mempelajari dan merespons suatu rangsangan
merupakan hasil kerja terintegrasi sistem persarafan yang mencapai puncaknya dalam
bentuk kepribadian dan tingkah laku individu.
Sistem Persarafan Secara Stuktural :
1. Sistem limbik
Istilah limbik (limbus) batas atau tepi. Bagian yang termasuk dari sistem limbik adalah
nukleus dan terusan batas traktus antara serebri serta diensefalon yang mengelilingi korpus
kolasum. Secara fungsional sistem limbik berkaitan dengan hal- hal berikut: respon
emosional yang mengarah ada tingkah laku individu, suatu sadar terhadap lingkungan,
memberdayakan fungsi intelektual korteks serebri secara tidak sadar dan memfungsikan
secara otomatis batang otak untuk merespon keadaan, memfasilitasi penyimpanan memori
dan menggali kembali simpanan memori yang diperlukan, dan merespon suatu pengalaman
dan ekspresi dalam perasaan, terutama reaksi takut, marah dan emosi yang berhubungan
dengan perilaku seksual.
2.Saraf Kranial
Terdapat 12 pasang saraf kranial yang dinyatakan dengan nama atau dengan angka romawi.
Saraf- saraf tersebut adalah olfaktorus (I), optikus (II), okulomotorius (III), troklearis (IV),
trigeminus (V), abdusens (VI), fasialis (VII), vestibulokoklearis (VIII), glosofaringeus
(IX), fagus (X), aksesorius (XI), hipoglosus (XII),.
3.Saraf Spinal
Saraf- saraf pada manusia dewasa berukuran panjang sekitar 45 cm dan lebar 44 mm. Pada
bagian permukaan dorsal dari saraf spinal terdapat alur yang dangkal secara longitudinal
pada bagian medial posterior berupa sulkus dan bagian yang dalam dari anterior berupa
fisura.
4.Saraf Otonom

44

Sistem saraf otonom merupakan sistem persarafan campuran. Serabut- serabut aferennya
membawa masukkan dari organ- organ viseral (berkaitan dengan pengaturan denyut
jantung, diameter pembuluh darah, pernapasan, pencernaan, rasa lapar, mual, pembuangan
dan sebagainya).
Perubahan Anatomi dan Adaptasi Fisiologis Sistem persarafan pada Ibu Hamil :
Trimester I
a.
Perubahan pada telinga, hidung dan laring terjadi karena perubahan gerak
cairan dan permeabilitas pembuluh darah.
b.
Persepsi bau dan rasa erat kaitannya dan penurunan sensitifitas bau
mungkin terjadinya perubahan sensasi dan perubahan makanan yang lebih disukai.
c.
Perubahan dalam persepsi rasa mungkin disebabkan rasa pusing dan
perasaan tidak suka terhadap makanannya, terutama untuk makanan yang rasanya
pahit selama kehamilan.
d.
Ibu hamil mengalami kesulitan untuk mulai tidur, sering terbangun, jam tidur
malam yang lebih sedikit serta efisiensi tidur yang mulai berkurang.
e.
Nyeri kepala ringan, rasa ingin pingsan, dan bahkan pingsan (sinkop) sering
terjadi pada awal kehamilan.
2.
Trimester II
a.
Nyeri kepala akibat ketegangan umum timbul saat ibu merasa cemas dan
tidak pasti tentang kehamilannya. Nyeri kepala dapat juga dihubungkan dengan
gangguan penglihatan, sinusitis, atau migran.
b.
kram tungkai disebabkan pembesaran uterus memberikan tekanan pada
pembuluh darah panggul yang dapat mengganggu sirkulasi dan saraf yang menuju
ektremitas bagian bawah.
c.
masalah neuromuskular seperti kram otot/ tetani akibat kekurangan kalsium
(hipoklasemia)
d.
Meralgia Paresthetica (kesakitan, mati rasa, berkeringat, terasa gatal di
daerah paha), bisa disebabkan oleh tekanan uterus pada saraf kutan lateral femoral.
e.
Pusing dan perasaan seperti melihat kunang-kunang disebabkan oleh
hipotensi supine syndrome (vena cava sindrom). Hal ini terjadi karena
ketidakstabilan vasomotor dan hipotensi postural khususnya setelah duduk atau
berdiri dengan periode yang lama.
3.
Trimester III

45

a.

Lordosis dorsolumbal dapat menyebabkan nyeri akibat tarikan pada saraf

atau kompresi akar syaraf


b.
rasa sering kesemutan atau acroestresia pada ekstremitas disebabkan postur
tubuh ibu yang membungkuk.
c.
Edema yang melibatkan saraf perifer dapat menyebabkan carpal tunel
syndrom selama trimester akhir kehamilan. Edema menekan saraf median di bawah
ligamentum karpalis pergelangan tangan. Sindrom ini ditandai parestesia (sensasi
abnormal seperti rasa terbakar atau gatal akibat gangguan pada sistem saraf sensori)
dan nyeri pada tangan yang menjalar ke siku.
d.
Pembengkakan yang melibatkan saraf pherifera dan tangan. Pembengkakan
tersebut menekan saraf median dibawah ligmen persendian antara lengan dan
tangan.
e.
Akroestesia ( kaku dan gatal di tangan ) yang timbul akibat posisi bahu
yang membungkuk. Keadaan ini berkaitan dengan tarikan pada segmen fleksus
brachialis.
b. Adaptasi psikologis pada kehamilan.
Perubahan dan adaptasi psikologi pada kehamilan trimester I, pada kehamilan trimester
II,pada kehamilan trimester III dapat disimpulkan sebagai berikut :
Trimester I
Ibu :

Terbuka atau diam-diam


Perasaan ambivalent terhadap kehamilannya.
Berkembang perasaan khusus, mulai tertarik karena akan menjadi ibu
Antipati karena ada perasaan tidak nyaman terutama pada ibu yang tidak menginginkan

kehamilan.
Perasaan gembira.
Ada perasaan cemas karena akan punya tanggung jawab sebagai ibu
Menerima atau menolak perubahan fisik
Ayah :
Berbeda tergantung dari : usia,jumlah anak,interest terhadap anak,stabilitas ekonomi
Menerima atau menolak keadaan istrinya yang bisa disebabkan karena adanya gangguan
komunikasi

46

Toleransi terhadap kebutuhan seksual. Dorongan seksual dapat meningkat atau menurun
Ayah dapat menjadi stress, untuk mengatasinya membuat kegiatan baru diluar
rumah.
Trimester II
Ibu :
Mengalami perubahan fisik yang lebih nyata
Ibu merasakan adanya pergerakan janin karena ia menerima dan menganggap
sebagai dari dirinya
Mencari perhatian suami
Berkonsentrasi pada kebutuhan diri dan bayinya
Perasaan lebih berkembang sehingga ibu mulai mempersiapkan perlengkapan
bayinya
Perasaan cenderung lebih stabil
Ayah :

Merasa senang dengan pergerakan janin


Melibatkan diri dengan masalah kehamilan istrinya
Memberikan perhatian yang dibutuhkan oleh istrinya
Bila merasa gagal dalam memberikan perhatian ini ayah menghabiskan waktu
diluar rumah

Trimester III
Ibu :
Kecemasan dan ketegangan semakin meningkat oleh karena perbuatan postur
tubuh atau terjadi gangguan body image
Merasa tidak feminism menyebabkan perasaan takut perhatian suami berpaling
atau tidak menyenangi kondisinya
6-8 minggu menjelang persalinan perasaan takut semakin meningkat, merasa
cemas terhadap kondisi bayi dan dirinya
Adanya perasaan tidak nyaman
Sukar tidur oleh karena kondisi fisik atau frustasi terhadap persalinan
Menyibukan diri dalam persiapan persalinan menghadapi persalinan
Ayah :

47

Meningkatnya perhatian pada kehamilan istrinya


Meningkatkan tanggung jawab financial
Perasaan takut kehilangan istri dan bayinya
Adaptasi terhadap pilihan senggama karena ingin membahagiakan istrinya

Peran bidan dalam persiapan psikologi ibu hamil trimester I,II,III


a. Mempelajari kedaan lingkungan penderita
Ibu hamil yang selalu memikirkan mengenai keluarga, keuangan,perumahan dan pekerjaan
dapat juga menimbulkan depresi dan perlu penanggulangan. Untuk bidan harus melakukan
pengkajian termasuk keadaan lingkungan ( latar belakang ) sehingga mempermudah dalam
melakukan suhan kebidanan.
b. Informasi dan pendidikan kesehatan
Mengurangi pengaruh yang negatif
Kecemasan dan ketakutan sering diperngaruhi oleh cerita-cerita yang menakutkan
mengenai kehamilan dan persalinan, pengalaman persalinan yang lampau atau karena
kurangnya pengetahuan mengenai proses kehamilan dan persalinan. Keadaan tersebut perlu
diimbangi dengan pendidikan mengenai anatomi dan fisologi kehamilan dan persalinan
kepada penderita.

Memperkuat pengaruh yang positif


Misalnya dengan memberikan dukungan mental dan penjelasan tentang kebahagiaan akan
mempunyai anak yang diinginkan dan dinantikan.

Menganjurkan latian latian fisik seperti senam hamil untuk memperkuat otot- otot dasar

panggul, melatih pernafasan, teknik megedan yang baik dan latihan latihan relaksasi.
c. Adaptasi pada lingkungan tempat bersalin
d. Dilaksanakan dengan mengadakan orientasi : memperkenalkan ruang bersalin, alat-alat
kebidanan dan tenaga kesehatan.
4. ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU NIFAS DENGAN KOMPLIKASI YANG
LAZIM TERJADI

48

A. ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU NIFAS DENGAN KOMPLIKASI


PERDARAHAN POST PARTUM
A.

Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan. Pengkajian yang benar dan
terarah akan mempermudah dalam merencanakan tinfakan dan evaluasi dari tidakan yang
dilakasanakan. Pengkajian dilakukan secara sistematis, berisikan informasi subjektif dan
objektif dari klien yang diperoleh dari wawancara dan pemeriksaan fisik.
Pengkajian terhadap klien post meliputi :
-

Identitas klien

Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record dan
lain lain
-

Riwayat kesehatan :

1)

Riwayat kesehatan dahulu

riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik, hemofilia, riwayat pre
eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh darah, tempat implantasi
plasenta, retensi sisa plasenta.
2)

Riwayat kesehatan sekarang

Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah dalam jumlah banyak (>500ml),
Nadi lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, tekanan darah
rendah, ekstremitas dingin, dan mual.
3)

Riwayat kesehatan keluarga

Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita hipertensi, penyakit jantung,
dan pre eklampsia, penyakit keturunan hemopilia dan penyakit menular.
1)

Riwayat obstetrik
Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus, banyaknya, baunya , keluhan

waktu haid, HPHT


2)

Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang keberapa, Usia mulai hamil

3)

Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu

Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada abortus, retensi

plasenta

49

Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara persalinan, penolong, tempat

bersalin, apakah ada kesulitan dalam persalinan anak lahir atau mati, berat badan anak
waktu lahir, panjang waktu lahir
-

Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada pendarahan, ASI cukup atau

tidak dan kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan kontraksi
4)

Riwayat Kehamilan sekarang

Hamil muda, keluhan selama hamil muda

Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan, tinggi badan, suhu,

nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat mual, keluhan lain
-

Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat pelayanan, beberapa kali, perawatan

serta pengobatannya yang didapat


Pola aktifitas sehari-hari
-

Makan dan minum, meliputi komposisi makanan, frekuensi, baik sebelum dirawat

maupun selama dirawat. Adapun makan dan minum pada masa nifas harus bermutu dan
bergizi, cukup kalori, makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran
dan buah buahan.
-

Eliminasi, meliputi pola dan defekasi, jumlah warna, konsistensi. Adanya perubahan

pola miksi dan defeksi. BAB harus ada 3-4 hari post partum sedangkan miksi hendaklah
secepatnya dilakukan sendiri (Rustam Mukthar, 1995 )
-

Istirahat atau tidur meliputi gangguan pola tidur karena perubahan peran dan

melaporkan kelelahan yang berlebihan.


-

Personal hygiene meliputi : Pola atau frekuensi mandi, menggosok gigi, keramas,

baik sebelum dan selama dirawat serta perawatan mengganti balutan atau duk.
Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan tanda-tanda vital
2) Suhu badan
Suhu biasanya meningkat sampai 380 C dianggap normal. Setelah satu hari suhu akan
kembali normal (360 C 370 C), terjadi penurunan akibat hipovolemia

50

3)

Nadi

Denyut nadi akan meningkat cepat karena nyeri, biasanya terjadi hipovolemia yang
semakin berat.
4)

Tekanan darah

Tekanan darah biasanya stabil, memperingan hipovolemia


5)

Pernafasan

Bila suhu dan nadi tidak normal, pernafasan juga menjadi tidak normal.
6)

Pemeriksaan Khusus

Observasi setiap 8 jam untuk mendeteksi adanya tanda-tanda komplikasi dengan


mengevaluasi sistem dalam tubuh. Pengkajian ini meliputi :
-

Nyeri/ketidaknyamanan

Nyeri tekan uterus (fragmen-fragmen plasenta tertahan) Ketidaknyamanan vagina/pelvis,


sakit punggung (hematoma)
-

Sistem vaskuler

Perdarahan di observasi tiap 2 jam selama 8 jam 1, kemudian tiap 8 jam berikutnya

Tensi diawasi tiap 8 jam

Apakah ada tanda-tanda trombosis, kaki sakit, bengkak dan merah

Haemorroid diobservasi tiap 8 jam terhadap besar dan kekenyalan

Riwayat anemia kronis, konjungtiva anemis/sub anemis, defek koagulasi kongenital,

idiopatik trombositopeni purpura.

Sistem Reproduksi
Uterus diobservasi tiap 30 menit selama empat hari post partum, kemudian tiap 8 jam

selama 3 hari meliputi tinggi fundus uteri dan posisinya serta konsistensinya

Lochea diobservasi setiap 8 jam selama 3 hari terhadap warna, banyak dan bau

Perineum diobservasi tiap 8 jam untuk melihat tanda-tanda infeksi, luka jahitan dan

apakah ada jahitannya yang lepas

Vulva dilihat apakah ada edema atau tidak

Payudara dilihat kondisi areola, konsistensi dan kolostrum

Tinggi fundus atau badan terus gagal kembali pada ukuran dan fungsi sebelum

kehamilan (sub involusi)

51

Traktus urinarius

Diobservasi tiap 2 jam selama 2 hari pertama. Meliputi miksi lancar atau tidak, spontan dan
lain-lain

Traktur gastro intestinal. Observasi terhadap nafsu makan dan obstipasi

Integritas Ego : Mungkin cemas, ketakutan dan khawatir

B.

Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul

1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler yang berlebihan


2) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovelemia
3) Ansietas berhungan dengan krisis situasi, ancaman perubahan pada status kesehatan
atau kematian, respon fisiologis
4) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, Stasis cairan
tubuh, penurunan Hb
5) Resiko tinggi terhadap nyeri berhubungan dengan trauma/ distensi jaringan
6) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemajanan atau tidak mengenal
sumber informasi
C.

Rencana Keperawatan pada Pasien Perdarahan Postpartum

1) Kekurangan volume cairan b.d kehilangan vaskuler berlebihan


DO:
-

Hipotensi

Peningkatan nadi,

Penurunan volume urin,

Membran mukosa kering,

Pelambatan pengisian kapiler

DS:
-

Ibu mengatakan urin sedikit

Ibu mengatakan pusing dan pucat

Ibu mengatakan kulit kering dan bersisik

Tujuan :
-

Volume cairan adekuat

Hasil yang diharapkan:

52

TTV stabil

Pengisian kapiler cepat

Haluaran urine adekuat

Mandiri:
1)

Tinjau ulang catatan kehamilan dan persalinan, perhatikan faktor-faktor penyebab

atau memperberat perdarahan seperti laserasi, retensio plasenta, sepsis, abrupsio plasenta,
emboli cairan amnion.
2)

Kaji dan catat jumlah, tipe dan sisi perdarahan ; timbang dan hitung pembalut ;

simpan bekuan darah, dan jaringan untuk dievaluasi oleh dokter.


3)

Kaji lokasi uterus dan derajat kontraktilitas uterus. Dengan perlahan masase

penonjolan uterus dengan satu tangan sambil menempatakan tangan kedua tepat diatas
simfisis pubis
4)

Perhatikan hipotensi / takikardia, perlambatan pengisian kapiler atau sianosis dasar,

kuku, membran mukosa dan bibir.


5)

Pantau parameter hemodinamik, seperti tekanan vena sentral atau tekanan bagi arteri

pulmonal, bila ada


6)

Pantau masukan aturan puasa saat menentukan status/kebutuhan klien

7)

Berikan lingkungan yang tenang dan dukungan psikologis

2) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia.


DO:
-

Penurunan pulsasi arteri,

Ekstremitas dingin

Perubahan tanda-tanda vital

Pelambatan pengisian kapiler

Penurunan produksi ASI

DS:
-

Ibu mengatakan Asi sedikit

Ibu mengatakan tangan dan kakinya dingin

Tujuan : Tidak terjadi perfusi jaringan


Kriteria hasil :

53

Menunjukkan tanda-tanda vital dalam rentang normal

Ekstremitas hangat

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU NIFAS DENGAN KOMPLIKASI INFEKSI


POST PARTUM
A.

Pengkajian

1)

Data demografi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, agama, suku bangsa, alamat.

2)

Keluhan utama : adanya nyeri perubahan fungsi seksual, luka.

3)

Riwayat penyakit dahulu : apakah klien dan keluarga pernah menderita penyakit

yang sama.
4)

Riwayat penyakit sekarang : klien mengalami infeksi alat kelamin

5)

Riwayat seksual, termasuk riwayat PMS sebelumnya, jumlah pasangan seksual pada

saat ini, frekuensi aktifitas seksual secara umum.


6)

Gaya hidup, penggunaan obat intravena atau pasangan yang menggunakan obat

intravena; merokok, alcohol, gizi buruk, tingkat stress yang tinggi.


7)

Pemeriksaan fisik bagian luar,

Inspeksi :

Rambut pubis, distribusi, bandingkan sesuai usia perkembangan klien

Kulit dan area pubis, adakah lesi eritema, visura, lekoplakia, dan eksoria.

Labia mayora, minora, klitoris, meatus uretra terhadap pembengkakan ulkus, keluaran,

dan nodul.

Pemeriksaan bagian dalam,

Inspeksi :

Serviks : ukuran, laserasi, erosi, nodula, massa, keluaran, dan warnanya

Palpasi :

Raba dinding vagina : nyeri tekan dan nodula

Serviks : posisi, ukuran, konsistensi, regularitas, mobilitas, dan nyeri tekan

Uterus : ukuran, bentuk, konsistensi, dan mobilitas.

Ovarium : ukuran, mobilitas, bentuk, konsistensi, dan nyeri tekan.

B.

Diagnosa keperawatan :

54

1)

Gangguan rasa nyaman nyeri b.d proses inflamasi

2)

Peningkatan suhu tubuh b.d peningkatan tingkat metabolisme

3)

Ansietas b.d perubahan status kesehatan

C.

Intervensi

1) Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d proses inflamasi


Tujuan : Setelah dillukakan tindakan selama 1x 24 jam di harapkan klien :
Nyeri berkurang Klien mengtakan :
-

Menunjukkan ekspresi wajah rilek

Merasa nyaman

a.

Kaji skala/intensitas nyeri

b.

Anjurkan klien untuk menggunakan teknik relaksasi, distraksi, relaksasi, kompres,

Berikan instruksi bila perlu.


R/ b. relaksasi dapat membantu menurunkan tegangan dan rasa takut, yang memperberat
nyeri.
c.

Kolaborasi dalam pemberian analgetik

R/ Metode IV sring digunakan pada awal untuk memaksimalkan efek obat


d.

Pertahankan posisi semifowler sesuai indikasi a. Untuk mengetahui tingkatan nyeri

R/ Memudahkan drainase atau luka karena gravitasi dan membantu meminimalkan nyeri
karena gerakan
2) Hipertermi b.d peningkatan tingkat metabolisme
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama 1x 24 jam diharapakaSuhu tubuh klien dalam
batas normal Klien tamapak :
-

Tidak mengalami komplikasi

Suhu tubuh normal 36-37oC

a.

Kaji TTV Suhu,TD,RR.nadi

b.

Pantau suhu klien (derajat dan pola), perhatikan menggigil atau diaphoresis

R/ Suhu 38,90- 41, 10C menunjukkan proses penyakit infeksius akut. Pola demam dapat
membentu dalam diagnosis, misalnya kurva demam lanjut berakhir lebih dari 24jam
menunjukkan pneumonia pneumokokal.
c.

Pantau suhu lingkungan, batasi/ tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi

55

R/ Suhu ruangan atau jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati
normal
d.

Kolaborasi dalam pemberian antipiretik (aspirin, asetaminofen)

R/ Untuk mempermudah dalam pembirian tindakan


3) Ansietas b.d perubahan status kesehatan
Tujuan : setelah dilkukan tindakan selama 1x 24 jam klien tampkan rileks Klien tampak:
-

Kesadaran terhadap perasaan, dam cara yang sehat untuk menghadapi masalah

Kecamasan klin berkurang

Klien tidak tampak sedih

Klien tampak rileks

a.

Evaluasi tingkat ansietas, catat respon verbal, dan nonverbal klien. Dorong ekspresi

bebas akan emosi.


R/ Ketakutan dapat terjadi karena nyeri hebat, meningkatkan perasaan sakit, penting pada
prosedur diagnostic dan kemungkinan pembedahan
b.

Berikan informasi tentang proses penyakit dan antisipasi tindakan

R/ Mengetahui apa yang diharapkan dapat menurunkan ansietas.


D.

Evaluasi

1)

Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d proses inflamasi

S : Klien Mengatakan Nyeri Berkurang


O : Klien Tampak Nyaman
A : intervensi di optimalakan
P : masalah teratasi
2)

Hipertermi b.d peningkatan tingkat metabolisme

S : klien mengatakan panasnya menurun


O : klien tampak rileks
A : masalah teratasi
P: intervensi di hentikan
3)

Ansietas b.d perubahan status kesehatan

S : klien mengatakan tidak cemas


O : klien tamapk rileks

56

A : masalah teratasi
P : intervensi di hentikan
C.ASUHAN KEPERAWATAN IBU NIFAS DENGAN KOMPLIKASI BABY BLUES
A.

Pengkajian

Pengenalan gejala mood merupakan hal yang penting untuk dilakukan oleh perawat
perinatal. Rencana keperawatan harus merefleksikan respons perilaku yang diharapkan dari
gangguan tertentu. Rencan individu didasarkan pada karakteristik wanita dan keadaannya
yang spesifik. Suami atau pasangan wanita tersebut juga dapat mengalami gangguan
emosional akibat perilaku wanita tersebut.
Pengkajian pada pasien post partum blues menurut Bobak ( 2004 ) dapat dilakukan pada
pasien dalam beradaptasi menjadi orang tua baru. Pengkajiannya meliputi ;
1)

Identitas klien

Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record dan
lain-lain
2)

Dampak pengalaman melahirkan

Banyak ibu memperlihatkan suatu kebutuhan untuk memeriksa proses kelahiran itu sendiri
dan melihat kembali perilaku mereka saat hamil dalam upaya retrospeksi diri (Konrad,
1987). Selama hamil, ibu dan pasangannya mungkin telah membuat suatu rencana tertentu
tentang kelahiran anak mereka, hal-hal yang mencakup kelahiran pervagina dan beberapa
intervensi medis. Apabila pengalaman mereka dalam persalinan sangat berbeda dari yang
diharapkan (misalnya ; induksi, anestesi epidural, kelahiran sesar), orang tua bisa merasa
kecewa karena tidak bisa mencapai yang telah direncanakan sebelumnya. Apa yang
dirasakan orang tua tentang pengalaman melahirkan sudah pasti akan mempengaruhi
adaptasi mereka untuk menjadi orang tua.
3)

Citra diri ibu

Suatu pengkajian penting mengenai konsep diri, citra tubuh, dan seksualitas ibu.
Bagaimana perasaan ibu baru tentang diri dan tubuhnya selama masa nifas dapat
mempengaruhi perilaku dan adaptasinya dalam menjadi orang tua. Konsep diri dan citra
tubuh ibu juga dapat mempengaruhi seksualitasnya. Perasaan-perasaan yang berkaitan

57

dengan penyesuaian perilaku seksual setelah melahirkan seringkali menimbulkan


kekhawatiran pada orang tua baru. Ibu yang baru melahirkan bisa merasa enggan untuk
memulai hubungan seksual karena takut merasa nyeri atau takut bahwa hubungan seksual
akan mengganggu penyembuhan jaringan perineum.
4)

Interaksi Orang tua Bayi

Suatu pengkajian pada masa nifas yang menyeluruh meliputi evaluasi interaksi orang tua
dengan bayi baru. Respon orang tua terhadap kelahiran anak meliputi perilaku adaptif dan
perilaku maladatif. Baik ibu maupun ayah menunjukkan kedua jenis perilaku maupun saat
ini kebanyakan riset hanya berfokus pada ibu. Banyak orang tua baru mengalami kesulitan
untuk menjadi orang tua sampai akhirnya keterampilan mereka membaik. Kualitas keibuan
atau kebapaan pada perilaku orang tua membantu perawatan dan perlindungan anak.
Tanda-tanda yang menunjukkan ada atau tidaknya kualitas ini, terlihat segera setelah ibu
melahirkan, saat orang tua bereaksi terhadap bayi baru lahir dan melanjutkan proses untuk
menegakkan hubungan mereka.
5) Perilaku Adaptif dan Perilaku Maladaptif
Perilaku adaptif berasal dari penerimaan dan persepsi realistis orang tua terhadap
kebutuhan bayinya yang baru lahir dan keterbatasan kemampuan mereka, respon social
yang tidak matur, dan ketidakberdayaannya. Orang tua menunjukkan perilaku yang adaptif
ketika mereka merasakan suka cita karena kehadiran bayinya dan karena tugas-tugas yang
diselesaikan untuk dan bersama anaknya, saat mereka memahami yang dikatakan bayinya
melalui ekspresi emosi yang diperlihatkan bayi dan yang kemudian menenangkan bayinya,
dan ketika mereka dapat membaca gerakan bayi dan dapat merasa tingkat kelelahan bayi.
Perilaku maladaptif terlihat ketika respon orang tua tidak sesuai dengan kebutuhan bayinya.
Mereka tidak dapat merasakan kesenangan dari kontak fisik dengan anak mereka. Bayi
bayi ini cenderung akan dapat diperlakukan kasar. Orang tua tidak merasa tertarik untuk
melihat anaknya. Tugas merawat anak seperti memandikan atau mengganti pakaian,
dipandang sebagai sesuatu yang menyebalkan. Orang tua tidak mampu membedakan cara
berespon terhadap tanda yang disampaikan oleh bayi, seperti rasa lapar, lelah keinginan
untuk berbicara dan kebutuhan untuk dipeluk dan melakukan kontak mata. Tampaknya
sukar bagi mereka untuk menerima anaknya sebagai anak yang sehat dan gembira.

58

6)

Struktur dan fungsi keluarga

Komponen penting lain dalam pengkajian pada pasien post partum blues ialah melihat
komposisi dan fungsi keluarga. Penyesuaian seorang wanita terhadap perannya sebagai ibu
sangat dipengaruhi oleh hubungannya dengan pasangannya, ibunya dengan keluarga lain,
dan anak-anak lain. Perawat dapat membantu meringankan tugas ibu baru yang akan
pulang dengan mengkaji kemungkinan konflik yang bisa terjadi diantara anggota keluarga
dan membantu ibu merencanakan strategi untuk mengatasi masalah tersebut sebelum
keluar dari rumah sakit.
Sedangkan Pengkajian Dasar data klien menurut Marilynn E. Doenges ( 2001 ) Adalah :
1)

Aktivitas / istirahat Insomnia mungkin teramati.

2)

Sirkulasi

Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.


3)

Integritas Ego

4)

Peka rangsang, takut/menangis (" Post partum blues " sering terlihat kira-kira 3 hari

setelah kelahiran).
5)

Eliminasi

6)

Diuresis diantara hari ke-2 dan ke-5.

7)

Makanan/cairan

8)

Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan mungkin hari hari ke-3.

9)

Nyeri/ketidaknyamanan

10) Nyeri tekan payudara/pembesaran dapat terjadi diantara hari ke-3 sampai ke-5
pascapartum.
11) Seksualitas
12) Uterus 1 cm diatas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran, menurun kira-kira 1 lebar
jari setiap harinya. Lokhia rubra berlanjut sampai hari ke-2- 3, berlanjut menjadi lokhia
serosa dengan aliran tergantung pada posisi (misalnya ; rekumben versus ambulasi berdiri)
dan aktivitas (misalnya ; menyusui). Payudara : Produksi kolostrum 48 jam pertama,
berlanjut pada susu matur, biasanya pada hari ke-3; mungkin lebih dini, tergantung kapan
menyusui dimulai.
9. Diagnosa Keperawatan

59

Diagnosa keperawatan pada pasien postpartum blues diantaranya Adalah :


1)

Nyeri

akut/ketidaknyamanan

berhubungan

dengan

trauma

mekanis,

edema/pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek hormonal.


2)

Menyusui

berhubungan

dengan

tingkat

pengetahuan,

pengalaman

sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur/karakteristik fisik payudara ibu.
3)

Risiko tinggi terhadap perubahan peran menjadi orang tua berhubungan dengan

pengaruh komplikasi fisik dan emosional


4)

Resiko tinggi ketidakefektifan koping individu berkaitan perubahan emosional yang

tidak stabil pada ibu


5)

Gangguan

pola

tidur

berhubungan

dengan

Respon

hormonal

dan

psikologis (sangat gembira, ansietas, kegirangan), nyeri/ketidaknyamanan, proses


persalinan dan kelahiran melelahkan.
6)

Kurang

pengetahuan

mengenai

perawatan

diri

dan

perawatan

bayi

berhubungan dengan kurang pemajanan / mengingat, kesalahan interpretasi, tidak


mengenal sumber sumber.
7)

Potensial

terhadap

pertumbuhan

koping

keluarga

berhubungan

dengan

kecukupan pemenuhan kebutuhan kebutuhan individu dan tugas tugas adaptif,


memungkinkan tujuan aktualisasi diri muncul ke permukaan.
10.
1)

Rencana Keperawatan
Nyeri

akut/ketidaknyamanan

berhubungan

dengan

trauma

mekanis,

untuk

mengatasi

edema/pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek hormonal.


Tujuan

: Mengidentifikasi

dan

menggunakan

intervensi

ketidaknyamanan.
Intervensi Keperawatan :
-

Tentukan adanya, lokasi, dan sifat ketidaknyamanan.

Rasional : Mengidentifikasi kebutuhan kebutuhan khusus dan intervensi yang tepat.


-

Inspeksi perbaikan perineum dan epiostomi.

Rasional : Dapat menunjukkan trauma berlebihan pada jaringan perineal dan terjadinya
komplikasi yang memerlukan evaluasi / intervensi lanjut.

60

Berikan kompres es pada perineum, khususnya selama 24 jam pertama setelah

kelahiran.
Rasional : Memberi anestesia lokal, meningkatkan vasokonstriksi, dan mengurangi edema
dan vasodilatasi.
-

Berikan kompres panas lembab (misalnya ; rendam duduk / bak mandi)

Rasional : Meningkatkan sirkulasi pada perineum, meningkatkan oksigenasi dan nutrisi


pada jaringan, menurunkan edema dan meningkatkan penyembuhan.
-

Anjurkan duduk dengan otot gluteal terkontraksi diatas perbaikan episiotomy.

Rasional : Penggunaan pengencangan gluteal saat duduk menurunkan stres dan tekanan
langsung pada perineum.
-

Kolaborasi dalam pemberian obat analgesik 30-60 menit sebelum menyusui.

Rasional : Memberikan kenyamanan, khususnya selama laktasi, bila afterpain paling hebat
karena pelepasan oksitosin.
2)

Menyusui

berhubungan

dengan

tingkat

pengetahuan,

pengalaman

sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur/karakteristik fisik payudara ibu.
Tujuan

: Mengungkapkan

pemahaman

tentang

proses/situasi

menyusui,

mendemonstrasikan teknik efektif dari menyusui, menunjukkan kepuasan regimen


menyusui satu sama lain.
Intervensi Keperawatan :
-

Kaji

pengetahuan

dan

pengalaman

klien

tentang

menyusui

sebelumnya

Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini dan mengembangkan


rencana perawatan.
- Tentukan sistem pendukung yang tersedia pada klien, dan sikap pasangan / keluarga.
Rasional : Mempunyai dukungan yang cukup meningkatkan kesempatan untuk pengalaman
menyusui dengan berhasil.
-

Berikan informasi, verbal dan tertulis, mengenai fisiologi dan keuntungan menyusui,

perawatan putting dan payudara, kebutuhan diet khusus, dan faktorfaktor yang
memudahkan atau mengganggu keberhasilan menyusui.
Rasional : Membantu menjamin supli susu adekuat, mencegah putting pecah dan luka,
memberikan kenyamanan, dan membuat peran ibu menyusui.

61

Demonstrasikan dan tinjau ulang teknik teknik menyusui

Rasional : Posisi yang tepat biasanya mencegah luka putting, tanpa memperhatikan
lamanya menyusu.
-

Identifikasi sumber-sumber yang tersedia di masyarakat sesuai indikasi ; misalnya ;

progam Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA ).


Rasional : Pelayanan ini mendukung pemberian ASI melalui pendidikan klien dan
nutrisional.
3)

Risiko tinggi terhadap perubahan peran menjadi orang tua berhubungan dengan

pengaruh komplikasi fisik dan emosional


Tujuan : Mengungkapkan masalah dan pertanyaan tentang menjadi orang tua,
mendiskusikan peran menjadi orang tua secara realistis, secara aktif mulai melakukan tugas
perawatan bayi baru lahir dengan tepat, mengidentifikasi sumber-sumber.
Intervensi Keperawatan :
-

Kaji kekuatan, kelemahan, usia, status perkawinan, ketersediaan sumber pendukung

dan latar belakang budaya.


Rasional : Mengidentifikasi faktor faktor risiko potensial dan sumber-sumber pendukung,
yang mempengaruhi kemampuan klien/pasangan untuk menerima tantangan peran menjadi
orang tua.
-

Perhatikan respons klien/pasangan terhadap kelahiran dan peran menjadi orang tua.

Rasional : Kemampuan klien untuk beradaptasi secara positif untuk menjadi orang tua
mungkin dipengaruhi oleh reaksi ayah dengan kuat.
-

Evaluasi sifat dari menjadi orangtua secara emosi dan fisik yang pernah dialami

klien/pengalaman selama kanak-kanak.


Rasional : Peran menjadi orang tua dipelajari, dan individu memakai peran orang tua
mereka sendiri menjadi model peran.
-

Tinjau ulang catatan intrapartum terhadap lamanya persalinan, adanya komplikasi, dan

peran pasangan pada persalinan.


Rasional : Persalinan lama dan sulit, dapat secara sementara menurunkan energi fisik dan
emosional yang perlu untuk mempelajari peran menjadi ibu dan dapat secara negatif
mempengaruhi menyusui.

62

Evaluasi status fisik masa lalu dan saat ini dan kejadian komplikasi pranatal, intranatal,

atau pascapartal.
Rasional : Kejadian seperti persalinan praterm, hemoragi, infeksi, atau adanya komplikasi
ibu dapat mempengaruhi kondisi psikologis klien.
-

Evaluasi kondisi bayi ; komunikasikan dengan staf perawatan sesuai indikasi.

Rasional : Ibu sering mengalami kesedihan karena mendapati bayinya tidak seperti bayi
yang diharapkan.
-

Pantau dan dokumentasikan interaksi klien/pasangan dengan bayi.

Rasional : Beberapa ibu atau ayah mengalami kasih sayang bermakna pada pertama kali ;
selanjutnya, mereka dikenalkan pada bayi secara bertahap.
-

Anjurkan pasangan/sibling untuk mengunjungi dan menggendong bayi dan

berpartisipasi terhadap aktifitas perawatan bayi sesuai izin.


Rasional : Membantu meningkatkan ikatan dan mencegah perasaan putus asa.
-

Kolaborasi dalam merujuk untuk konseling bila keluarga beresiko tinggi terhadap

masalah menjadi orang tua atau bila ikatan positif diantara klien/pasangan dan bayi tidak
terjadi.
Rasional : Perilaku menjadi orang tua yang negatif dan ketidakefektifan koping
memerlukan perbaikan melalui konseling, pemeliharaan atau bahkan psikoterapi yang
lama.
4)

Risiko

tidak

efektif

koping

individual

berhubungan

dengan

krisis

maturasional dari kehamilan/mengasuh anak dan melakukan peran ibu dan menjadi orang
tua (atau melepaskan untuk adopsi), kerentanan personal, ketidakadekuatan sistem
pendukung, persepsi tidak realistis
Tujuan : Mengungkapkan ansietas dan respon emosional, mengidentifikasi kekuatan
individu dan kemampuan koping pribadi, mencari sumber-sumber yang tepat sesuai
kebuuhan.
Intervensi Keperawatan :
-

Kaji respon emosional klien selama pranatal dan dan periode intrapartum dan persepsi

klien tentang penampilannya selama persalinan.

63

Rasional : Terhadap hubungan langsung antara penerimaan yang positif akan peran feminin
dan keunikan fungsi feminin serta adaptasi yang positif terhadap kelahiran anak, menjadi
ibu, dan menyusui.
-

Anjurkan diskusi oleh klien / pasangan tentang persepsi pengalaman kelahiran.

Rasional : Membantu klien / pasangan bekerja melalui proses dan memperjelas realitas dari
pengalaman fantasi.
-

Kaji terhadap gejala depresi yang fana (" perasaan sedih " pascapartum) pada hari ke-2

sampai ke-3 pascapartum (misalnya ; ansietas, menangis, kesedihan, konsentrasi yang


buruk, dan depresi ringan atau berat).
Rasional : Sebanyak 80 % ibu ibu mengalami depresi sementara atau perasaan emosi
kecewa setelah melahirkan.
-

Evaluasi kemampuan koping masa lalu klien, latar belakang budaya, sistem

pendukung, dan rencana untuk bantuan domestik pada saat pulang.


Rasional : Membantu dalam mengkaji kemampuan klien untuk mengatasi stres.
-

Berikan dukungan emosional dan bimbingan antisipasi untuk membantu klien

mempelajari peran baru dan strategi untuk koping terhadap bayi baru lahir.
Rasional : Keterampilan menjadi ibu / orang tua bukan secara insting tetapi harus
dipelajari.
-

Anjurkan pengungkapan rasa bersalah, kegagalan pribadi, atau keragu raguan

tentang kemampuan menjadi orang tua


Rasional : Membantu pasangan mengevaluasi kekuatan dan area masalah secara realistis
dan mengenali kebutuhan terhadap bantuan profesional yang tepat.
-

Kolaborasi dalam merujuk klien/pasangan pada kelompok pendukungan menjadi

orang tua, pelayanan sosial, kelompok komunitas, atau pelayanan perawat berkunjung.
Rasional : Kira kira 40 % wanita dengan depresi pascapartum ringan mempunyai gejala
gejala yang menetap sampai 1 tahun dan dapat memerlukan evaluasi lanjut.
5)

Gangguan

pola

tidur

berhubungan

dengan

Respon

hormonal

dan

psikologis (sangat gembira, ansietas, kegirangan), nyeri/ketidaknyamanan, proses


persalinan dan kelahiran melelahkan.

64

Tujuan : Mengidentifikasi penilaian untuk mengakomodasi perubahan yang diperlukan


dengan kebutuhan terhadap anggota keluarga baru, melaporkan peningkatan rasa sejahtera
dan istirahat.
Intervensi Keperawatan :
-

Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istirahat.

Rasional : Persalinan atau kelahiran yang lam dan sulit, khususnya bila ini terjadi malam,
meningkatkan tingkat kelelahan.
-

Kaji factor-faktor, bila ada yang mempengaruhi istirahat.

Rasional : Membantu meningkatkan istirahat, tidur dan relaksasi dan menurunkan


rangsang.
-

Berikan informasi tentang kebutuhan untuk tidur/istirahat setdlah kembali ke rumah.

Rasional : Rencana yang kreatif yang membolehkan untuk tidur dengan bayi lebih awal
serta tidur siang membantu untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
-

Berikan informasi tentang efek-efek kelelahan dan ansietas pada suplai ASI.

Rasional : Kelelahan dapat mempengaruhi penilaian psikologis, suplai ASI, dan penurunan
refleks secara psikologis.
-

Kaji lingkungan rumah, bantuan dirumah, dan adanya sibling dan anggota keluarga

lain.
Rasional : Multipara dengan anak di rumah memerlukan tidur lebih banyak dirumah sakit
untuk mengatasi kekurangan tidur dan memenuhi kebutuhannya.
6)

Kurang

pengetahuan

mengenai

perawatan

diri

dan

perawatan

bayi

berhubungan dengan kurang pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi, tidak


mengenal sumber sumber.
Tujuan : Mengungkapkan berhubungan dengan pemahaman perubahan fisiologis,
kebutuhan individu, hasil yang diharapkan, melakukan aktivitas / prosedur yang perlu dan
menjelaskan alasan-alasan untuk tindakan.
Intervensi Keperawatan :
-

Pastikan persepsi klien tentang persalinan dan kelahiran, lama persalinan, dan tingkat

kelelahan klien.

65

Rasional : Terhadap hubungan antara lama persalinan dan kemampuan untuk melakukan
tanggung jawab tugas dan aktifitas-aktifitas perawatan diri/perawatan bayi.
-

Kaji kesiapan klien dan motivasi untuk belajar.

Rasional : Periode pascanatal dapat merupakan pengalaman positif bila penyuluhan yang
tepat untuk membantu pertumbuhan ibu, maturasi, dan kompetensi.
-

Berikan informasi tentang perawatan diri, termasuk perawatan perineal dan higiene,

perubahan fisiologis.
Rasional : Membantu mencegah infeksi, mempercepat pemulihan dan penyembuhan, dan
berperan pada adaptasi yang positif dari perubahan fisik dan emosional.
-

Diskusikan kebutuhan seksualitas dan rencana untuk kontrasepsi.

Rasional : Pasangan mungkin memerlukan kejelasan mengenai ketersediaan metoda


kontrasepsi dan kenyataan bahwa kehamilan dapat terjadi bahkan sebelum kunjungan
sebelum kunjungan minggu ke-6.
7)

Potensial

kecukupan

terhadap

pemenuhan

memungkinkan

tujuan

pertumbuhan

koping

kebutuhan-kebutuhan
aktualisasi

keluarga

individu
diri

dan

berhubungan

dengan

tugas-tugas

adaptif,

muncul

ke

permukaan.

Tujuan : Mengungkapkan keinginan untuk melaksanakan tugas-tugas yang mengarah pada


kerja sama dari anggota keluarga baru, mengekspresikan perasaan percaya diri dan
kepuasan dengan terbentuknya kemajuan dan adaptasi.
Intervensi Keperawatan :
-

Kaji hubungan anggota keluarga satu sama lain.

Rasional : Perawat dapat membantu memberikan pengalaman positif di rumah sakit dan
menyiapkan keluarga terhadap pertumbuhan melalui tahap tahap perkembangan.
-

Anjurkan partisipasi seimbang dari orang tua pada perawatan bayi.

Rasional : Fleksibilitas dan sensitifitasi terhadap kebutuhan keluarga membantu


mengembangkan harga diri dan rasa kompeten dalam perawatan bayi baru lahir setelah
pulang.
-

Berikan bimbingan antisipasi mengenai perubahan emosi normal berkenaan dengan

periode pascapartum.

66

Rasional : Membantu menyiapkan pasangan untuk kemungkinan perubahan yang mereka


alami, menurunkan stres dan meningkatkan koping positif.
-

Berikan informasi tertulis mengenai buku-buku yang dianjurkan untuk anak-anak

(sibling) tetang bayi baru.


Rasional : Membantu anak mengidentifikasi dan mengatasi perasaan akan kemungkinan
penggantian atau penolakan.
-

Kolaborasi dalam merujuk klien/pasangan pada kelompok orang tua pascapartum di

komunitas.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan orang tua tentang membesarkan anak dan
perkembangan anak.
A. Pengkajian Reflek Bayi Baru Lahir
REFLEKS PADA MATA:
1.

Berkedip atau Refleks korneal:


Respon prilaku yang diharapkan: Bayi berkedip pada pemunculan sinar terang yang
tiba-tiba atau pada pendekatan objek ke arah kornea: harus menetap sepanjang
hidup.
Deviasi: Tidak ada kedipan tidak simetris simetris menunjukkan adanya kerusakan
pada syaraf kranial II, IV dan V.

2. Pupil: Pupil kontriksi bila sinar terang diarahkan padanya: reflek ini harus ada
sepanjang hidup.
Deviasi: Kontriksi tidak sama pupil dilatasi terfiksasi
3. Mata boneka: Ketika kepala digerakkan dengan perlahan ke kanan dan ke kiri, mata
normalnya tidak bergerak: reflek ini harus hilang sesuai perkembangan.
Deviasi: Paralis abdusen asimetris
REFLEKS PADA HIDUNG:

67

1. Bersin: Respon spontan saluran terhadap iritasi atau obstruksi: reflek ini harus
menetap sepanjang hidup.
Deviasi: Tidak ada bersin atau bersin terus menerus
2. Glabela: Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara dua alis mata)
menyebabakan mata menutup dengan rapat.
Deviasi: Tidak ada reflek

REFLEKS PADA MULUT DAN TENGGOROKAN


1.

Menghisap: Bayi harus memulai gerakan menghisap kuat pada area sirkumolar
sebagai respon terhadap rangsang: reflek ini harus tetap ada selama masa bayi,
bahkan tanpa rangsangan sekalipun, seperti pada saat tidur.
Deviasi: Menghisap lemah atau tidak ada

2. Muntah: Stimulasi faring posterior oleh makanan, hisapan, atau masuknya selang
harus menyebabkan refleksi muntah: reflek ini harus menetap sepanjang hidup
Deviasi: Tidak adanya reflek muntah menunjukkan adanya kerusakan pada syaraf
glosoferingeal
3.

Rooting: Menyentuh atau menekan dagu sepanjang sisi mulut akan menyebabkan
bayi membalikan kepala ke arah sisi tersebut dan mulai menghadap: harus hilang
kira-kira pada usia 3-4 bulan, tetapi dapat menetap selama 12 bulan.
Deviasi: Tidak ada refleks, khususnya bila bayi tidak merasa kenyang

4. Ekstrusi:Bila lidah disentuh atau ditekan, bayi berespon dengan mendorongnya


keluar: harus menghilang pada usia 4 bulan
Deviasi: Protrusi konstan dari lidah dapat menunjukkan sindrom down

68

5. Menguap: Respon spontan terhadap penurunan oksigen dengan meningkatkan


jumlah udara inspirasi, harus menetap sepanjang hidup.
Deviasi: Tidak ada reflek
6. Batuk: Iritasi membran mukosa laring atau pohon trakeobronkial menyebabkan
batuk: reflek ini harus tetap ada sepanjang hidup: biasanya ada setelah hari pertama
kelahiran.
Deviasi: Tidak ada reflek
REFLEKS PADA EKSTREMITAS
1.

Menggenggam: Sentuhan pada telapak tangan atau telapak kaki dekat dasar jari
menyebabkan fleksi tangan dan jari kaki, genggaman telapak tangan harus
berkurang setelah usia 3 bulan, digantikan dengan gerakan volunter, genggaman
plantar berkurang pada usia 8 bulan.
Deviasi: Fleksi asimetris dapat menunjukkan paralisis

2. Babinski: Tekanan ditelapak kaki bagian luar ke arah atas dari tumit dan menyilang
bantalan kaki menyebabkan jari kaki hiperekstensi dan halus dorsofleksi: reflek ini
harus hilang setelah usia 1 tahun.
Deviasi: Menetap setelah usia 1 tahun menunjukkan lesi traktur piramidal
3. Klonus Pergelangan kaki: Dorsofleksi telapak kaki yang cepat ketika menopang
lutut pada posisi fleksi parsial mengakibatkan munculnya satu sampai dua gerakan
oskilasi (denyut). Akhirnya tidak boleh ada denyut yang teraba.
Deviasi: Beberapa denyutan

REFLEKS PADA MASSA/TUBUH


1. Moro: Denyutan atau perubahan tiba-tiba dalam ekuilibrium yang menyebabkan
ekstensi dan abduksi ekstremitas tiba-tiba serta mengipaskan jari membentuk huruf

69

C diikuti dengan fleksi lemah: bayi mungkin menangis: reflek ini harus hilang
setelah usia 3-4 bulan, biasa paling kuat selama 2 bulan pertama
Deviasi: Menetapnya reflek moro 6 bulan terakhir dapat menunjukkan kerusakan
otak reflek moro asimetris atau tidak ada dapat menunjukkan cedera pada fleksus
brakial, klavikula, atau humerus.
2. Startle: Suara keras yang tiba-tiba menyebabkan abduksi lengan dengan fleksi siku:
tangan tetap tergenggam: harus hilang pada usia 4 bulan.
Deviasi: Tidak adanya refleks ini menunjukkan kehilangan pendengaran
3. Perez: Saat bayi tertelungkup pada permukaan keras, ibu jari ditekan sepanjang
medula spinalis dari sakrum ke leher: bayi berespon dengan menangis,
memfleksikan ekstremitas dan meninggikan pelvis dan kepala: lordosis tulang
belakang, serta dapat terjadi defekasi dan urinisasi, hilang pada usia 4-6 bulan.
Deviasi: Signifikasi hampir sama dengan reflek moro
4. Toknik leher asimetris (menengadah): Jika kepala bayi dimiringkan dengan cepat ke
salah satu sisi, lengan dan kakinya akan berekstensi pada sisi tersebut dan lengan
yang berlawanan dan kaki fleksi,harus hilang pada usia 3-4 bulan, untuk digantikan
dengan posisi simetris dari kedua sisi tubuh.
Deviasi: Tidak adanya atau menetapnya reflek ini menunjukkan kerusakan sistem
syaraf.
5. Neck-rigthting: Jika bayi terlentang, kepala dipalingkan ke satu sisi: bahu dan
batang tubuh membalik ke arah tersebut, diikuti dengan pelvis: menghilang pada
usia 10 bulan
Deviasi: Tidak ada: signifikansinya hampir sama dengan reflek tonik pada leher
asimetris

70

6. Otolith-rigthing: Jika badan bayi yang tegak ditengadahkan, kepala kembali tegak,
posisi tegak.
Deviasi: Tidak ada:signifikansinya hampir sama dengan tonikleher asimetris
7. Inkurvasi batang tubuh (Galant): Sentuhan pada punggung bayi sepanjang tulang
belakang menyebabkan panggul bergerak ke arah sisi yang distimulasi: refleks ini
harus hilang pada usia 4 minggu.
Deviasi: Tidak adanya refleks ini menunjukkan lesi medula spinalis.
8. Menari atau melangkah: Jika bayi dipegang sedemikian rupa hingga telapak kaki
menyentuh permukaan keras, akan ada fleksi dan ekstensi resiprokal dari kaki,
menstimulasi berjalan: harus hilang setelah usia 3-4 minggu, digantikan oleh
gerakan yang dikehendaki.
Deviasi: Langkah tidak simetris
9. Merangkak: Bayi bila ditempatkan pada abdomennya (tertelungkup), membuat
gerakan merangkak dengan tangan dan kaki: harus hilang kira-kira pada usia 6
minggu.
Deviasi: Gerakan tidak simetris
10. Placing: Bila bayi dipegang tegak dibawah lengannya dan sisi dorsal telapak kaki
dengan tiba-tiba ditempatkan diatas objek keras, seperti meja, kaki mengangkat
seolah-olah telapak melangkah diatas meja, usia hilangnya refleks ini bervariasi
Deviasi: Tidak ada reflek
5.ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR
Pengkajian fisik bayi baru lahir
1. Posture

71

a. Inspeksi
Bayi baru lahir akan memperlihatkan posisi didalam rahim selama beberapa
hari
b. Riwayat persalinan
Tekanan saat dalam rahim pada anggota gerak atau bahu dapat
menyebabkan ketidaksimetrisan wajah untuk sementara atau menimbulkan
tahanan saat ekstremitas akstensi.
2. Tanda-tanda vital
a. Suhu: aksila 36,5-37C, suhu stabil setelah 8-10 jam kelahiran
b. Frekuensi Jantung: 120-140 denyut/menit, bisa tidak teratur untuk
periode singkat, terutama setelah menangis
c. Pernafasan: 30-60 kali/menit
d. Tekanan Darah:
78/42mmHg
Pada waktu lahir, sistolik 60-80mmHg dan diastolik 40-50mmHg
Setelah 10 hari, sistolik 95-100mmHg dan diastolik sedikit
meningkat
Tekanan darah bayi baru lahir bervariasi seiring perubahan
tingkat aktivitas (terjaga,menangis atau tidur )
3. Pengukuran umum
a. Berat: berat badan lahir 2500-4000gr

72

b. Panjang badan: dari kepala sampai tumit 45-55cm


c. Lingkar kepala: diukur pada bagian yang terbesar yaitu oksipito-frontalis
33-35cm
d. Lingkar dada: mengukur pada garis buah dada, sekitar 30-33cm
e. Lingkar abdomen: mengukur di bawah umbilikalis, ukuran sama dengan
lingkaran dada.
4. Integumen
a. Warna: biasanya merah muda, ikterik fisiologis dialami oleh 50% bayi
cukup bulan dan hiperpigmentasi pada areola, genetalia dan linia nigra.
Perubahan warna normal seperti akrosianosis-sianosis tangan dan kaki dan
kurtis marmorata- motting sementara ketika bayi terpapar suhu rendah.
b. Kondisi: hari kedua sampai ketiga, mengelupas, kering. Tidak terdapat
edema kulit, beberapa pembuluh darah terlihat jelas di abdomen. Vernik
kaseosa, putih seperti keju, tidak berbau dengan jumlah dan tempat yang
bervariasi, Lanugo di daerah bahu, pinna, telinga dan dahi dengan jumlah
yang bervariasi
c. Turgor kulit: dengan mencubit kulit bagian daerah perut dan paha bagian
dalam, turgor kulit baik saat kulit segera kembali kekeadaan semula setelah
cubitan dilepas. Indikator terbaik untuk dehidrasi adalah kehilangan berat
badan pada bayi baru lahir kehilangan 10% BB setelah lahir adalah normal.
5. Kepala
a. Kulit kepala: rambut keperakan, helai rambut satu-satu, jumlah bervariasi.
Kadang terdapat kaput suksedaneum: bisa memperlihatkan adanya ekimosis

73

b. Bentuk dan ukuran: ukuran kepala bayi baru lahir seperempat panjang
tubuh, kadang sedikit tidak simetris akibat posisi dalam rahim.
c. Fontanel: fontanel anterior bentuk berlian, 2-5 sampai 4,0 cm. Fontanel
posterior bentuk segitiga 0,5 sampai 1 cm. Fontanel harus datar, lunak dan
padat.
d. Sutura: teraba dan tidak menyatu
6. Mata
a.

Letak: pada wajah dengan jarak antar mata masing-masing 1/3 jarak dari
bagian luar kantus ke bagian luar kantus yang lain.

b.

Bentuk dan ukuran: ukuran dan bentuk simetris, kedua bola mata ukuran
sama, refleks kornea sebagai respons terhadap sentuhan, refleks pupil
sebagai respo terhadap cahaya, reflek berkedip sebagai respon terhadap
cahaya atau sentuhan. Gerakan bola mata acak, dapat fokus sebentar, dan
dapat melihat kearah garis tengah.

7. Hidung
Berada di garis tengah wajah, tampak tidak ada tulang hidung, datar, lebar,
terdapat sedikit mucus tetapi tidak ada lender yang keluar. Kadang bersin untuk
membersihkan hidung.
8. Telinga
Terletak pada garis sepanjang kantus luar, terdiri dari tulang rawan padat,
berespon terhadap suara dan bayi.
9. Mulut
Gerakan bibir simetris , gusi berwarna merah muda, palatum lunak dan palatum

74

keras utuh, uvula digaris tengah, terdapat reflek menghisap, rooting dan
ekstrusi.
10. Leher
Leher pendek, dikelilingi lipatan kulit dan tidak terdapat selaput. Kepala
terdapat digaris tengah. Muskulus strenokleidomastoideus sama kuat dan tidak
teraba massa, bebas bergerak dari satu sisi ke sisi lain, terdapat reflek leher
tonik, reflek neck-righting dan reflek orolith-ligthing.
11. Dada
Bentuk hampir bulat (sperti tong), gerakan dada simetris, gerakan dada dan
perut sinkron dengan pernapasan. Putting susu menonjol dan simetris, nodul
payudara sekitar 6 mm pada bayi cukup bulan.
12. Abdomen
Bentuk abdomen bulat, menonjol, hati teraba 1-2 cm di bawah batas iga kanan.
Tidak teraba massa, tidak distensi. Bising usus terdengar 1-2 jam setelah lahir,
mekonium keluar 24-28 jam setelah lahir. Batas antara tali pusat dan kulit jelas,
tidak terdapat usus halus didalamnya, tali pusat kering didasar dan tidak berbau.
13. Genetalia
a. Wanita: labia dan klitoris biasanya edema, labia minora lebih besar dari
labia mayora, meatus uretral di belakang klitoris, vernika kaseosa di antara
labia, berkemih dalam 24 jam.
b. Laki-laki: lubang uretra pada puncak glen penis, testis dapat diraba di dalam
setiap skrotum, skrotum biasanya besar, edema, pendulus, dan tertutup
dengan rugae, biasanya pigmentasi lebih gelap pada kulit kelompok etnik.
Smegma dan berkemih dalm 24 jam
c. Periksa anus ada atau tidak menggunakan termometer anus

75

14. Ekstremitas
Mempertahankan posisi seperti dalam rahim. Sepuluh jari tangan dan jari kaki,
rentang gerak penuh, punggung kuku merah muda, dengan sianosis sementara
segera stelah lahir. Fleksi ekstremitas atas dan bawah. Telapak biasanya datar,
Ekstremitas simetris, Tonus otot sama secara bilateral, Nadi brakialis bilateral
sama.
EVALUASI APGAR PADA BAYI BARU LAHIR
N

Tanda

Frekuensi Jantung

Tidak ada

Dibawah 100

Diatas 100

Upaya pernafasan

Tidak ada

Tidak teratur

Menangis

baik
3

Tonus otot

lemah

Beberapa fleksi

Gerakan aktif

tungkai
4

Respon terhadap kateter

Tidak ada

dalam lubang hidung

respon

Warna

Biru sianotik

menyeringai

Batuk atau
bersin

Pucat tubuh

Seluruhnya

merah muda ,

merah muda

tungkai /
ekstremitas biru
Asfiksia : Bayi tidak dapat segera bernapas spontan dan teratur setelah lahir.
Asfiksia berat : Apgar skor = 0-3
Asfiksia ringan: Apgar skor =4-6
Penatalaksanaan

76

1. mengeringkan dengan segera dan membungkus bayi dengan kain yang cukup hangat
untuk mencegah hipotermi.
2. Menghisap lendir untuk membersihkan jalan nafas sesuai kondisi dan kebutuhan.
3. Memotong dan mengikat tali pusat, memberi ntiseptik sesuai ketentuan setempat.
4. Bonding Attacment (kontak kulit dini) dan segera ditetekan pada ibunya.
5. Menilai apgar menit pertama dan menit kelima
6. Memberi identitas bayi: Pengecapan telapak kaki bayi dan ibu jari ibu, pemasangan
gelang nama sesuai ketentuan setempat
7. Mengukur suhu, pernafasan, denyut nadi.
8. Memandikan/membersihkan badan bayi, kalau suhu sudah stabil (bisa tunggu sampai
enam jam setelah lahir)
9. Menetesi obat mata bayi untuk mencegah opthalmia neonatorum.
10. Pemerikksaan fisik dan antropometri.
11. Pemberian vitamin K oral/parenteral sesuai kebijakan setempat.
12. Rooming in (rawat gabung): penuh atau partial.
Diagnosa keperawatan dan intervensi pada bayi baru lahir
1. Tidak efektif bersihan jalan napas berhubungan dengan mucus berlebihan, posisi tidak
tepat
Intervensi keperawatan
1. Hisap mulut dan naso faring dengan spuit bulb sesuai kebutuhan
2. Tekan bulb sebelum memasukkan dan mengaspirasi faring, kemudian hidung untuk
mencegah aspirasi cairan
3. Dengan alat penghisap mekanis, batasi setiap upaya penghisapan sampai lima detik
dengan waktu yang cukup antara upaya tersebut memungkinkan reoksigenisasi
4. Posisikan bayi miring ke kanan setelah memberikan makan untuk mencegah aspirasi
5. Posisikan bayi telungkup atau miring selama tidur
6. Lakukan sedikit mungkin prosedur pada bayi selama jam pertama dan sediakan oksigen
untuk digunakan bila terjadi distress pernapasan
7. Ukur tanda vital sesuai kebijakan institusional dan lebih sering bila perlu. Observasi

77

adanya tanda-tanda distres pernapasan dan laporkan adanya hal berikut dengan segera:
tacipnea, mengorok, stridor, bunyi napas abnormal, pernapasan cuping hidung, sianosis.
8. Pertahankan popok, pakaian dan selimut cukup longgar untuk memungkinkan ekspansi
paru maksimum (abdomen) dan untuk menghindari terlalu panas
9. Bersihkan lubang hidung dari sekresi kering selama mandi atau bila perlu.
10. Periksa kepatenan lubang hidung.
2. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur,
perubahan suhu lingkungan.
Intervensi keperawatan:
1. Selimuti bayi dengan rapat dalam selimut hangat
2. Tempatkan bayi dalam lingkungan yang dihangatkan sebelumnya di bawah penghangat
radian atau di dekat ibu
3. Tempatkan bayi pada permukaan yang diberi bantalan dan penutup
4. Ukur suhu bayi pada saat tiba di tempat perawatan atau kamar ibu: lakukan sesuai
kebijakan rumah sakit mengenai metode dan frekuensi pemantauan
5. Pertahankan temperatur ruangan antara 24C-25,5C dan kelembaban sekitar 40%
sampai 50%
6. Berikan mandi awal sesuai kebijakan rumah sakit, cegah menggigil pada bayi sebelum
mandi dan tunda mandi bila ada pertanyaan mengenai stabilisasi suhu tubuh
7. Beri pakaian dan popok pada bayi dan bedong dalam selimut
8. Berikan penutup kepala pada bayi bila kehilangan panas menjadi masalah karena area
permukaan besar dari kepala memungkinkan terjadinya kehilangan panas
9. Buka hanya satu area tubuh untuk memeriksa atau prosedur
10. Waspada terhadap tanda hipotermia atau hipertermia.
3. Resiko tinggi infeksi atau inflamasi berhubungan dengan kurangnya pertahanan
imunologis, faktor lingkungan, penyakit ibu
Intervensi keperawatan:
1. Cuci tangan sebelum dan setelah merawat setiap bayi

78

2. Pakai sarung tangan ketika kontak dengan sekresi tubuh


3. Periksa mata setiap hari untuk melihat adanya tanda-tanda inflamasi
4. Jaga bayi dari sumber potensial infeksi
5. Bersihkan vulva pada arah posterior untuk mencegah kontaminasi fecal terhadap vagina
atau uretra
4. Resiko tinggi trauma berhubungan dengan ketidakberdayaan fisik
Intervensi keperawatan:
1. Hindari penggunaan termometer rektal karena resiko perforasi rektal
2. Jangan pernah meninggalkan bayi tanpa pengawasan di atas permukaan tinggi tanpa
pagar
3. Jaga agar objek tajam atau runcing berada jauh dari tubuh bayi
4. Jaga agar kuku jari sendiri tetap pendek dan tumpul, hindari perhiasan yang dapat
melukai bayi
5. Lakukan metode yang tepat dalam penanganan dan pemindahan bayi
5. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
imaturas, kurangnya pengetahuan orang tua
Intervensi keperawatan:
1. Kaji kekuatan menghisap dan koordinasi dengan menelan untuk mengidentifikasi
kemungkinan masalah yang mempengaruhi makan
2. Berikan masukan awal sesuai keinginan orang tua, kebijakan RS dan protokol praktisi
3. Siapkan untuk pemberian makan yang dibutuhkan dari bayi yang minum ASI, pemberian
makan malam ditentukan oleh kondisi dan keinginan ibu
4. Berikan yang makan dengan botol 2-3 formula setiap 3-4 jam atau sesuai kebutuhan
5. Dukung dan bantu ibu menyusui selama pemberian makan awal dan lebih sering bila
perlu
6. Hindari pemberian makan suplemen atau air rutin untuk bayi yang minum ASI
7. Dorong ayah atau orang tua pendukung lain untuk tetap bersama ibu untuk membantu
ibu dan bayi dalam merubah posisi, relaksasi dll

79

8. Dorong ayah atau orang pendukung lain untuk berpartisipasi dalam pemberian makan
dengan botol
9. Tempatkan bayi miring ke kanan setelah makan untuk mencegah aspirasi
10. Observasi pola feces
6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis maturasi, kelahiran bayi cukup
bulan, perubahan dalam unit keluarga
Intervensi
1. Segera mungkin setelah kelahiran dorong orang tua untuk melihat dan menggendong
bayi, tempatkan bayi baru lahir dekat ke wajah orang tua untuk menciptakan kontak sosial
2. Idealnya lakukan perawatn mata setelah pertemuan awal bayi dengan orang tua, dalam 1
jam setelah kelahiran bila bayi terjaga dan paling mungkin untuk berhubungan secara
visual dengan orang tua
3. Identifikasikan untuk orang tua prilaku khusus yang ditunjukkan pada bayi (mis:
kesadaran, kemampuan untuk melihat, penghisapan yang kuat, rooting dan perhatiakn pada
suara manusia)
4. Izinkan saudara kandung untuk berkunjung dan menyentuh bayi baru lahir bila mungkin
5. Jelaskan perbedaan fisik pada bayi baru lahir, seperti kepala botak, potongan tali pusat
dan klemny dll
6. Jelaskan pada saudara kandung harapan realistis mengenai kemampuan pada bayi baru
lahir contoh: memerlukan perawatan komplit, bukan teman bermain
7. Dorong saudara kandung untuk berpartisipasi dalam perawatan dirumah agar mereka
merasa menjadi bagian dari pengalaman
8. Dorong orang tua untuk menghabiskan waktu dengan anak-anaknya yang lain dirumah
untuk mengurangi perasaan cemburu terhadap saudara baru
Implikasi Keperawatan
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pada bayi lahir normal umumnya tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium, namun
kadang-kadang dengan dengan riwayat kehamilan dan kondisi tertentu perlu dilakukan
pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi tertentu perlu dilakukan pemeriksaan sesuai

80

indikasi dan kebijakan setempat antara lain:


1. Gula darah sewaktu untuk mendeteksi secara dini adanya hipoglikemia pada bayi dengan
kondisi tertentu.
Diagnosa keperawatan:
Beresiko gangguan neurologi berhubungan dengan hipoglikemia.
Hasil yang diharapkan, hipoglikemia terdeteksi secara dini dan teratasi sehingga tidak
terjadi kerusakan / gangguan neurologik.
Intervensi keperawatan:
a. Tingkatkan termoregulasi untuk memenuhi kebutuhan glukosa.
b. Observasi ketat kondisi umum bayi
c. Beri minum dan pengobatan segera sesuai kondisi bayi.
2. Bilirubin direk dan indirek, golongan darah A B O dan rhesus faktor, Hb, Ht, leko dan
trombosit, untuk yang ada indikasi.
Diagnosa keperawatan:
a. Potensial infeksi sehubungan dengan adanya perlukan pada kulit.
Intervensi keperawatan:
Melakukan tindakan dengan memenuhi standar aseptik dan antiseptik
Menjaga kebersihan kulit bayi
Mengobservasi dan mencatat dengan baik sebelum dan sesudah merawat setiap bayi
b. Cemas (orang tua) berhubungan dengan prosedur pemeriksaan laboratorium pada bayi.
Kaji pengetahuan dan kekhawatiran orang tua tentang perlunya pemeriksaan
laboratorium.
Beri penjelasan dengan bahasa yang mudah diterima orang tua tentang perlunya dan
prosedur pemeriksaan.
Informasikan hasil pemikiran kepada orang tua secepat mungkin
Beri pendampingan dan dukungan sesuai kebutuhan
b. Obat-obatan
1. Vitamin K Vitamin K penting untuk mempertahankan mekanisme pembekuan darah
yang normal.pada bayi yang baru lahir, karena usus yang amsih steril, bayi belum mampu

81

membentuk vitamin K nya sendiri untuk beberapa hari pertama, begitu juga bagi bayi yang
mendapat ASI secara eksklusive juga beresiko mengalami kekurangan vitamin K Fakta
menunjukan cukup banyak bayi baru lahir mengalami pendarahan terutama di otak dan
saluran cerna, oleh karena itu bayi perlu diberi vitamin K sebagai tindakan pencegahan
terhadap pendarahan.
Vitamin K yang diberikan yaitu vitamin K1 (phytonadione) untuk meningkatkan
pembentukan promthrombin. Pemberiannya biasa secara parental, 0,5 1 mg i.m dengan
dosis satu kali segera setelah lahir (sebelum 24 jam). Pemberian vitamin K1 bisa juga
secara oral denagan ketentuan 2 mg apabila berat badan lahir lebih dari 2500 gram segera
setelah lahir dan diulangi dengan dosis yang sama (2 mg) pada hari keempat. Bila berat
badan lahir kurang dari 2500 gram, dosis yang dianjurkan adalah 1 mg dengan cara
pemberian yang sama yaitu hari pertama dan ke empat setelah lahir.
Diagnosa keperawatan:
Beresiko aspirasi berhubungan dengan muntah setlah pemberian obat.
Intervensi keperawatan:
a. Beritahu orang tua (ibu) tentang kebijakan pemberian obat vitamin K1
b. Beri obat secara hati-hati agar tidak tersedak
c. Bayi ditidurkan pada posisi miring (side position) setelah minum
d. Observasi bayi secara rutin
e. Pada pemberian oral, ingatkan pada ibu perlu dosis ulangan pada hari keempat
2. Tetes / zalf mata Pada bayi baru lahir yang normal, walaupun belum terdeteksi adanya
masalah, kadang-kadang perlu juga memberikan obat-obatan tertentu sebagai tidakan
pencegahan yang rutin. Obat profilaksis yang rutin diberikan adalah:
1. Vitamin K
2. Tetes / zalf mata
Pada bayi baru lahir secara rutin diberikan tetes mata nitrat perak 1% atau eritromycin tetes
mata untuk mencegah oftalmia neonatorum.
Pada situasi tidak tersedianya nitrat perak 1% atau erytromycin dapat diberikan obat tetes /

82

zalf mata dari jenis antibiotika lain, misalnya garamicin. Terramicin, kemicetin atau
tetracilin tetes /zalf mata diberikan pada kedua belah mata, obat diteteskan pada bagian
dalam dari konjungtiva kelopak bawah mata. Dosis umumnya masing-masing mata satu
tetes.
Intervensi keperawatan:
a. Jaga kebersihan mata bayi
b. Cuci tangan secara rutin sebelum dan sesudah merawat bayi.
c. Pastikan obat yang dipakai tepat konsentrasinya dan dalam kondisi baik
d. Beri tetes / zalf mata setelah bayi kontak pertama dengan ibu, karena terutama zalf mata
dianggap dapat menghambat proses bonding dan attachment karena mengaburkan
pandangan bayi (menghalangi eye contact)
e. Observasi tanda-tanda inveksi mata atau reaksi alergi
f. Dokumentasikan semua dengan singkat dan tepat.
Perawatan setelah bayi pulang kerumah:
Beri pengetahuan kepada keluarga:
1. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI minimal 2 atau 3 jam sekali,namun jika bayi
memerlukan lebih dari itu maka sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan bayi.
2. Anjurkan pada keluarga untuk menjemur bayi 5 sampai 10 menit tiap pagi hari.
3. Anjurkan kepada keluarga untuk selalu merawat tali pusat selama tali pusat belum lepas.
4. Anjurkan keluarga untuk selalu memandikan bayi atau selalu memperhatikan kebersihan
bayi.
5. Anjurkan keluarga untuk selalu memberikan imunisasi kepada anak mereka.

6. ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN GANGGUAN SISTEM


REPRODUKSI YANG LAZIM TERJADI
1. POLIP SERVIK

83

Umumnya bertangkai, berasal dari mucosa intracervikal tapi kadang-kadang dapat pula
tumbuh dari daerah portio.
Makroskopis
Dapat tunggal atau multipel dengan ukuran beberapa sentimeter, warna kemerah-merahan
dan rapuh. Kadang-kadang tangkainya jadi panjang sampai menonjol dari introitus. Kalau
asalnya dari portio konsistensinya lebih keras dan pucat dengan tangkai yang tebal.
Tanda dan Gejala
Sering tidak memberikan gejala apa-apa dan baru diketahui pada pemeriksaan rutin
lainnya. Kalu besar dapat menyebabkan fluor dan perdarahan intermenstrual atau
perdarahan kontak setelah koitus. Mengejan terlalu kuat seperti waktu defekasi dapat pula
menyebabkan perdarahan. Seringkali gejala-gejalanya mirip dengan carsinoma pada
stadium awal.
Terapi :
- Ekstirpasi (+ curetase)
- Cauterisasi
2. MIOMA UTERI
Pengertian
Mioma Uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat
yang menumpanginya. Mioma uteri juga dikenal dengan istilah fibromioma karsinoma atau
pun

fibroid.

Miometrium merupakan berkas-berkas otot polos yang tersusun saling beranyaman, yang
diantaranya terdapat pembuluh darah. Keadaan patologik yang sering ditemukan pada
miometrium ialah tumor jinak jenis mioma uteri dan terdapatnya di endometrium diantara
serabut miometrium (adenomiosis). Sedang yang ganas (leiomiosarkoma), jarang
ditemukan.
Patologi Anatomi

84

Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uterus hany 1-3% sisanya adalah dari
korpus uteri. Besar tumor dapat bermacam-macam, dapat kecil (< 1 cm) atau besar sekali
sampai beberapa kilogram. Bila kecil seringkali ditemukan secara kebetulan pada hasil
histerektomi. Mioma uteri dapat ditemukan didaerah korpus uteri ataupun di serviks uteri.
Mioma uteri yang servikal, bila terletak disebelah anterior akan menyebabkan desakan
pada vesika urinaria. Vesika urinaria berubah letaknya terhadap uretra, sehingga
mengakibatkan retensi urine. Bila didiamkan, maka dapat berakibat terjadinya sistitis
(infeksi vesika urinaria) sampai hidronefrosis.
Menurut letaknya, mioma dibagi menjadi 3 macam yaitu :
1. Mioma uteri Subserosum
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri. Dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat pula
sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Pertumbuhan ke arah
lateral dapat berada di dalam ligamentum latum, dan disebut sebagai mioma intraligamen.
Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal, sebagai suatu massa. Perlekatan
dengan omentum disekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari
tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga mioma
terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma
jenis ini dikenal sebagai mioma jenis parasitik.
Apabila terjadi putaran pada tangkai yang diikuti dengan bangunan di sekitarnya, maka
akan timbul rasa sakit yang sangat dan mendadak (abdomen akut) sehingga penderita dapat
syok. Putaran yang terjadi tidak lengkap, bisa menyebabkan obstruksi pembuluh darah
sehingga terjadi asites.
2. Mioma Uteri Intramural
Disebut juga mioma intrepitelial. Biasanya multipel. Apabila masih kecil, tidak merubah
bentuk uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol. Uterus
bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma sering tidak memberikan gejala klinis
yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah
bawah. Kadangkala tumor tumbuh sebagai mioma subserosa, dan kadang-kadang sebagai
mioma submukosa.
3. Mioma Uteri Submukosa

85

Dari sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih penting dibandingkan
dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun intramural walaupun
ditemukan cukup besar tetapi seringkali memberi keluhan yang tidak berarti. Sebaliknya
pada jenis submukosa walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan perdarahan
melalui vagina. Perdarahan sulit untuk dihentikan, sehingga terapinya dilakukan
histerektomi.

Keadaan

ini

berbeda

dengan

jenis

lainnya.

Mioma tumbuh menonjol kedalam kavum uteri, yang kemudian mengisi seluruh kavum
uteri. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dan besar kavum uteri. Bila tumor
tumbuh dan bertangkai, maka tumor dapat keluar dan masuk kedalam vagina. Tangkai bisa
menjadi sangat tipis dan akhirnya putus, sehingga tumor dilahirkan secara spontan. Macam
mioma yang mengisi vagina tersebut mudah mengalami infeksi dan ulserasi.
Gejala Klinik
Gejala klinik tergantung besar dan letaknya tumor. Bila masih kecil letaknya intramural
atau subserosa, tidak memberi keluhan apa-apa. Bila besar maka keluhan seringkali berupa
rasa berat pada daerah perut diatas pubis. Bila tumor mengadakan penekanan pada rektum
maka akan terjadi obstipasi. Penekanan pada vesika urinaria menyebabkan kencing yang
kurang puas, karena urin masih tersisa. Adanya torsi akan menyebabkan rasa sakit yang
sangat sehingga penderita dapat sampai syok. Perdarahan melalui vagina dikeluhkan para
penderita dengan mioma uteri submukosa, yang kadang-kadang disertai anemia.
Tanda dan gejala yang dikeluhkan juga sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini
berada (servik, intramural, submukosum, subserosum), besarnya tumor, perubahan dan
komplikasi yang terjadi.
Gejala tersebut dapat digolongkan :
Perdarahan abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menorragia dan dapat
juga terjadi metrorrhagia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan antara lain :
-

Pengaruh

ovarium

sehingga

terjadilah

hiperplasia

endometrium

sampai

adenokarsinoma endometrium
- Permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasa

86

-Atrofi endometrium diatas mioma submukosum


- Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma diantara
serabut miometrium sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya
dengan baik.
Rasa nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah
pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada pengeluaran
mioma submukosum yang akan dilahirkan pula pertumbuhannya yang penyempitkan
kanalis servikalis dapat menyebabkan dismenore.
Gejala dan tanda penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma yang menekan pada kandung kemih
mengakibatkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat
menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum dapat menyebabkan obstipasi dan
tekanan pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan edema
tungkai dan nyeri panggul.
Histogenesis dan Penyebab
Belum ada persesuaian pendapat mengenai hal ini. Berdasarkan beberapa penelitian,
diasumsikan bahwa tumor berasal dari pertumbuhan sel-sel miometrium yang imatur.
Dikatakan pula bahwa estrogen memegang peran penting untuk terjadinya mioma uteri.
Hal ini dikaitkan dengan :
- Mioma banyak ditemukan pada masa reproduksi.
- Mioma mengecil pada waktu menopause dan pengangkatan ovarium
- Mioma banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan
sterilitas. Karenanya pada endometriumnya biasanya ditemukan suatu hiperplasia
glandularis endometrium.
Makroskopik
Pada hasil histerektomi, terlihat uterus berbenjol-benjol dengan permukaan halus. Pada
potongan tampak tumor berwarna putih dengan struktur mirip potongan daging ikan.
Tumor berbatas tegas dan berbeda dengan miometrium yang sehat, sehingga tumor mudah

87

dilepaskan. Konsistensi tumor kenyal keras. Bila terjadi degenerasi kistik, konsistensinya
luinak. Bila terjadi kalsifikasi, konsistensi menjadi keras.
Mikroskopik
Terdiri atas serabut otot polos, yang tersusun padat saling beranyaman. Sel berbentuk
lonjong, serta sama dengan inti lonjong.
Pada potongan melintang, sel berbentuk bulat dan polihedral, dengan inti bulat. Degenerasi
hialin yang ditemukan berupa massa homogen, berwarna jambon tanpa mengandung inti.
Degenerasi ini sering ditemukan.
Kadangkala mioma mempunyai susunan sel sangat padat (hiperseluler) sehingga sulit
dibedakan

dengan

tumor

ganas

miometrium

yaitu

leimiosarkoma.

Disamping mioma uteri, dikenal pula beberapa tumor jinak lainnya, akan tetapi sangat
jarang

ditemukan,

yaitu

limfangioma,

hemangioma

dan

hemangioperisitoma.

Pathways
Sel-sel otot tidak matang Idiopatik Peningkatan estrogen
( belum jelas)
Mioma Uteri
Psikologis Fisik
Cemas

Torsi

pada

tangkai

Perbesaran

uteri

Meluasnya

permukaan

Endometrium& kontraksi uterus


Sirkulasi Penekanan VU Hipermenorhea
- Perdarahan bkepanjangan
Nekrosis Poliuri
Gangguan eliminasi
Peradangan Anemia
Nyeri
Komplikasi
- Degenerasi Ganas
Mioma uteri yang menjadi leimiosarkoma hanya 0,32 0,6% dari seluruh mioma, serta
merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada

88

pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus bila
mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam
menopause.
- Torsi (Putaran Tangkai)
Sarang mioma bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut sehingga
mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilan sindroma abdomen akut. Jika torsi terjadi
perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi. Hal ini hendaknya dibedakan dengan suatu
keadaan dimana terdapat banyak sarang mioma dalam rongga peritoneum. Sarang mioma
dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena gangguan sirkulasi darah
padanya. Misalnya terjadi pada mioma yang dilahirkan hingga perdarahan berupa
metrorhagia atau menorrhagia disertai leukore dan gangguan-gangguan yang disebabkan
oleh infeksi dari uterus sendiri.
Pemeriksaan Diagnosis
- Pemeriksaan bimanual : Mengungkapakan tumor padat uterus yang umumnya terletak di
garis tengah atau pun agak kesamping seringkali teraba berbenjol-benjol. Mioma
subserosum

dapat

mempunyai

tangkai

yang

berhubungan

dengan

uterus.

- USG Abdominal dan transvaginal.


Terapi :
Tidak semua mioma uteri memerlukan pembedahan. Pengobatan mioma uteri antara lain ;
GnRH agonist (GnRHa) selama 16 minggu pada mioma uteri menghasilkan degenerasi
hialin di miometrium sehingga uterus dalam keseluruhannya menjadi lebih kecil.
Pengobatan operatif yaitu :
-

Miomektomi

pengambilan

sarang

mioma

saja

tanpa

pengangkatan

uteri

- Histerektomi
Radioterapi
Bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita mengalami menopause.
Radioterapi dikerjakan jika terdapat kontra indikasi untuk tindakan operatif dan jika ada
keganasan uteri.
Pengkajian
Keluhan utama

89

Ada massa di perut bawah, Menorrahgi, Rasa berat pada perut, Dysmenorhe, Perdarahan,
Nyeri perut bagian bawah, Gangguan eliminasi.
Riwayat perkawinan
Riwayat haid, menarche
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum, TTV, TB/BB, Px Fisik.
Diagnosa Keperawatan
Cemas berhubungan dengan ketidakpastian diagnosa dan ketakutan kemungkinan menjadi
ganas
Nyeri berhubungan dengan tekanan pada urat saraf
Resiko tinggi terjadi gangguan seksual berhubungan dengan adanya dispareunia
Gangguan eliminasi urine : sering berkemih berhubungan dengan penekanan pada kandung
kemih
Intervensi

Cemas berhubungan dengan ketidakpastian diagnosa dan ketakutan kemungkinan menjadi


ganas
- Kaji kemampuan pasien dan atau orang terdekat untuk mengkomunikasikan perasaan
- Bantu dalam menangani reaksi emosional terhadap penyakit
-

Dorong

untuk

memberikan

waktu

untuk

mengungkapkan

masalah

- Berikan informasi tentang penyakit dan perbaiki kesalahan konsep


- Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan / support
- Bantu pasien untuk mengidentifikasi ketrampilan koping yang positif

Hasil yang diharapkan :


- Pasien mengekspresikan pemahaman tentang penyakitnya
- Pasien mampu menggunakan ketrampilan koping positif dalam mengatasi masalah
- Cemas berkurang

90

Nyeri berhubungan dengan tekanan pada urat saraf


- Kaji nyeri, karakteristik, lokasi nyeri
- Kaji faktor yang menyebabkan nyeri
- Ajarkan dan kaji dengan berbagai teknik pengurangan nyeri
- Pertahankan tirah baring dalam posisi nyaman dan lingkungan tenang
- Kolaborasi pemberian analgetik
Hasil yang diharapkan :
- Pasien mengungkapkan nyeri berkurang
- Pasien terlihat relaks dan nyaman
Resiko tinggi terjadi gangguan seksual berhubungan dengan adanya dispareunia
- Anjurkan klien untuk melaksanakan fungsi seksual dengan metode yang lain
- Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaannya kepada pasangannya
Hasil yang diharapkan :
- Klien dan pasangan menyadari dan bisa menerima keadaannya
Gangguan eliminasi urine : sering berkemih berhubungan dengan penekanan pada kandung
kemih
- Beri penjelasan tentang penyebab perubahan pola berkemih klien
- Berikan dan ajarkan perawatanperineal
- Pertahankan privasi klien
Hasil yang diharapkan :
- Klien dapat mengungkapkan faktor-faktor penyebab gangguan pola buang air kecil
-

Klien

mengungkapkan

dan

mendemonstrasikan

kebersihan

setelah

BAK

3. KISTA OVARII
Kista Ovarium dalam kehamilan dapat menyebabkan nyeri perut oleh karena putaran
tangkai, pecah atau perdarahan.

91

Penilaian Klinik

Kista

ovarium

putaran

tungkai

atau

perdarahan

biasanya

terjadi

Kadang-kadang kista ovarium ditemukan pada pemeriksaan fisik, tanpa ada gejala
(asimptomatik)
Pathways
Ada masa di abdomen
Nyeri perut tapi tidak dijumpai perdarahan
Kista Ovarium
Ansietas
Laparatomi
Penanganan

Pada

kista

ovarium

dengan

keluhan

nyeri

perut

dilakukan

laparatomi

Pada kista ovarium asimptomatik, besarnya > 10 cm dilakukan laparotomi pada trimester
kedua

kehamilan

Kista yang kecil (15 cm) umumnya tidak memerlukan tindakan operatif
Kista 5-10 cm memerlukan observasi, jika menetap atau membesar lakukan laparotomi
Jika pada laparotomi ada kemungkinan keganasan, pasien perlu dirujuk ke rumah sakit
yang

lebih

lengkap

untuk

evaluasi

dan

penanganan

selanjutnya

NCP
Ansietas berhubungan dengan krisis situasional, perubahan pada status kesehatan
Berikan informasi yang aktual dan akurat tentang prosedur
Beritahukan klien kemungkinan dilakukannya anestesi lokal atau spinal
Diskusikan hal-hal yang harus diantisipasi yang dapat menakutkan pasien
Identifikasi tingkat rasa takut klien
Berikan obat sesuai petunjuk misalnya obat sedatif, hipnotis
Persiapan Pasien Pulang

92

Beritahukan pada pasien :


Luka tidak boleh kena air sampai jahitan diambil
Jaga kebersihan sekitar luka
Minum obat secara teratur sampai habis
Cukup istirahat
Diit bebas
Olahraga ringan setelah satu bulan
Hubungan seksual setelah satu bulan
Kontrol kembali setelah 1 minggu
4. KANKER SERVIKS
Pengertian
Kanker serviks adalah gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok penyakit
yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol proliferasi dan maturasi sel pada
jaringan serviks.
Etiologi
Sebab langsung dari kanker rahim belum diketahui. Ada bukti kuat kejadiannya
mempunyai hubungan erat dengan sejumlah faktor ekstrinsik, diantaranya yang penting
jarang ditemukan pada perawan (virgo), insidensi lebih tinggi pada mereka yang kawin
daripada yang tidak kawin, terutama pada gadis yang cotus pertama (coitarcheI) dialami
pada usia amat muda (< 16 tahun), insidensi meningkat dengan tingginya paritas, apa lagi
bila jarak persalinan terlampau dekat, mereka dari golongan sosial ekonomi rendah
(higiene seksual yang jelek), aktivitas seksual yang sering berganti-ganti pasangan
(promiskuitas), jarang dijumpai pada masyarakat yang bersuami disunat (sirkumsisi),
sering ditemukan pada wanita yang mengalami infeksi virus HIV tipe 16 atau 18, dan
mempunyai kebiasaan merokok.
Manifestasi klinik
Keputihan merupakan gejala yang sering ditemukan. Getah yang keluar dari vagina ini
makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Dalam hal demikian,

93

pertumbuhan tumor menjadi ulseratif. Perdarahan yang dialami segera sehabis senggama
(disebut sebagai perdarahan kontak) merupakan gejala karsinoma serviks (75-80%)
Perdarahan yang timbul akibat terbukanya pembuluh darah makin lama lebih sering terjadi,
juga di luar senggama (perdarahan spontan). Perdarahan spontan umumnya terjadi pada
tingkat klinik yang lebih lanjut (II dan III), terutama pada tumor yang bersifat eksofitik.
Pada wanita usia lanjut yang sudah tidak melayani suami secara seksual, atau janda yang
sudah menopause bilamana mengidap kanker serviks sering terlambat datang meminta
pertolongan. Perdarahan spontan saat defekasi akibat tergesernya tumor eksofitik dari
serviks oleh skibala, memaksa mereka datang ke dokter. Adanya perdarahan spontan
pervaginam saat berdefekasi, perlu dicurigai kemungkinan adanya karsinoma serviks
tingkat lanjut. Adanya bau busuk yang khas memperkuat dugaan adanya karsinoma.
Anemia akan menyertai sebagai akibat perdarahan pervaginam yang berulang. Rasa nyeri
akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf, memerlukan general anestesi untuk dapat
melakukan pemeriksaan dalam cermat, khususnya pada lumen vagina yang sempit dan
dinding yang sklerotik dan meradang. Gejala lain yang timbul ialah gejala-gejala yang
disebabkan oleh metastasis jauh. Sebelum stadium akhir, penderita meninggal akibat
perdarahan eksesif, kegagalan faal ginjal (CRF), akibat infiltrasi tumor ke ureter sebelum
memasuki kandung kemih, yang menyebabkan obstruksi total.
Klasifikasi Klinis
Ada beberapa Klasifikasi klinis menurut IFGO yaitu :
Stadium O : Carsinoma in situ = Ca intraepitelial = Ca Preinvasif
Stadium I : Ca terbatas pada serviks
Stadium Ia : Disertai invasi dari stroma (preclinical Ca) yang hanya diketahui secara
histologis.
Stadium Ib : Semua kasus-kasus lainnya dari Stadium I
Stadium II : Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai ke panggul, telah mengenai
dinding vagina tapi tidak melebihi 2/3 bagian proximal
Stadium III : Sudah sampai dinding panggul dan 1/3 bagian bawah vagina
Stadium IV : Sudah mengenai organ-organ lain.

94

Diagnosa stadium O s/d Ia hanya dapat ditentukan secara mikroskopis maka disebut
mikrocarsinoma.
Pemeriksaan Diagnostik
Tes seleksi tergantung riwayat, manifestasi klinis dan indeks kecurigaan untuk kanker
tertentu.
1. Scan ( misal : MRI, CT Scan,Gallium) dan Ultrasound: Dilakukan untuk tujuan
diagnostik, identifikasi metastatik, dan evaluasi respon pada pengobatan.
2. Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum, melubangi) : dilakukan untuk diagnosis banding dan
menggambarkan pengobatan. Dapat dilakukan melalui sumsum tulang, kulit, organ, dsb.
3. Penanda tumor (zat yang dihasilkan dan disekresi oleh sel tumor dan ditemukan dalam
serum, misal : CEA, Antigen spesifik prostat, alfa-fetoprotein, HCG, asam fosfat prostat,
kalsitonin, antigen onkofetal pankreas, CA 15-3, CA 19-9, CA 125, dsb)
4. Tes Kimia skrining : Elektrolit (Natrium, Kalium, Kalsium), tes ginjal (BUN, Creatinin),
tes hepar (Bilirubin, AST/ SGOT, alkalin fosfat, LDH), Tes tulang (alkalin fosfat, kalsium),
perubahan sel darah merah dan sel darah putih, Trombosit berkurang atau meningkat.
5. Sinar X dada : untuk menyelidiki penyakit paru metastatik atau primer.
Terapi
* Ca In situ *
1. Histerektomi totalis + pengangkatan vagina secukupnya. Pada wanita muda ditinggalkan
1 atau 2 ovarium. Tidak dilakukan radioterapi karena :
a. Dapat menyebabkan menopause pada wanita muda
b. Ada beberapa kasus yang resisten terhadap radioterapi
2. Amputasi serviks atau konisasi. Dilakukan pada wanita muda yang masih ingin punya
anak dengan syarat : bila lesinya kecil sekali, dapat dilakukan pemeriksaan smear secara
teratur, penderita cukup intelegensinya untuk mengerti arti penyakitnya.
Setelah konisasi kemungkinan untuk hamil lebih kecil karena ada perubahan pada serviks.
Terapi bagi stadium Ib keatas : makro carsinoma yaitu dengan terapi radiasi.

95

Diagnosa Keperawatan
Ansietas (tingkatan) berhubungan dengan krisis situasi (kanker), ancama kematian.
Ditandai dengan : peningkatan ketegangan, gemetar, ketakutan, gelisah
Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (kompresi/ destruksi jaringan saraf,
infiltrasi saraf atau suplai vaskularnya, obstruksi jaras saraf, inflamasi efek samping
berbagai agen terapi saraf.
Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan perubahan fungsi / struktur tubuh.
Catatan : Intervensi dan rasionalnya dapat dilihat di buku Rencana perawatan maternal dan
bayi oleh Marilynn E Doenges, Jakarta : EGC.
5. KANKER MAMAE
A. Pengertian
Kanker payudara adalah gangguan yang dapat mempengaruhi organ dalam tubuh ditandai
dengan oleh proliferasi sel abnormal jaringan epitel pada duktus lafiferis atau lobulus pada
payudara, membentuk massa yang padat, terbentuk tumor yang sering disebut neoplasma.
Neoplasma kemudian menyebar ke jaringan sekitar dan akhirnya mempengaruhi fungsi
normal.
B. Etiologi
- Tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara, sebaiknya serangkaian faktor
genetik hormonal dan kejadian lingkungan dapat menunjang terjadinya kanker. Bukti yang
bermunculan menunjukkan bahwa perubahan genetik berkaitan dengan kanker payudara,
namun apa yang menyebabkan perubahan belum diketahui.
- Perubahan genetik ini termasuk perubahan/mutasi dalam gen normal dan pengaruh
protein baik yang menekan/meningkatkan perkembangan kanker payudara.
- Hormon yang dapat berpengaruh dalam kanker payudara adalah normal hormon steroid
yang dihasilkan ovarium (hormon estrodiol dan hormon progesteron).
- Meskipun belum ada penyebab spesifik dari kanker payudara, para peneliti

96

mengidentifikasi sekelompok faktor resiko sebagai berikut :


1. Riwayat pribadi tentang kanker payudara
Resiko mengalami kanker payudara pada payudara sebelahnya meningkat hampir 1% tiap
tahun.
2. Anak perempuan/saudara perempuan (hubungan langsung keluarga) dari wanita dengan
kanker payudara.
Resikonya meningkat 2x lipat. Jika ibunya terkena kanker sebelum berusia 60 tahun.
Resiko meningkat 4-6 x. Jika kanker payudara terjadi pada dua orang saudara langsung.
3. Menarche dini, resiko meningkat pada wanita yang mengalami menarche sebelum 12
tahun.
4. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama wanita yang hanya anak
pertama, setelah usia 30 tahun mempunyai resiko 2 x lipat dibanding dengan mereka yang
punya anak sebelum 20 tahun.
5. Menopause pada usia lanjut (>50 tahun).
6. Riwayat penyakit payudara jinak. Wanita yang mempunyai tumor payudara di sekitar
perubahan epitel prliferasi mempunyai resiko 2 x lipat untuk mengalami kanker payudara.
7. Pemajanan terhadap wanita setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun.
8. Obesitas, resiko terendah diantara wanita pasca menopause.
9. Kontrasepsi oral.
10. Therapi pengganti hormon.
Terdapat laporan yang membingungkan tentang resiko kanker payudara pada terapi
pengganti hormon. Wanita yang menggunakan estrogen suplemen dalam jangka panjang
mengalami peningkatan resiko. Sementara penambahan progesteron terhadap pengganti
estrogen meningkatkan insiden kanker endometrium. Hal ini tidak menurunkan resiko
kanker payudara.
11. Masukan alkohol
Sedikit peningkatan resiko ditemukan pada wanita yang mengkonsumsi alkohol, bahkan
hanya dengan sekali minum dalam sehari. Resiko 2 x lipat diantara wanita yang minum

97

alkohol 3 x /sehari. Temuan riset menunjukkan wanita muda minum alkohol lebih rentan
mengalami

kanker

payudara

(Brunner

&

Suddarth,

Danielle

Gale).

C. Tahapan Kanker Payudara


Tahapan klinik yang paling banyak digunakan untuk kanker payudara adalah sistem
klasifikasi TNM yang mengevaluasi ukuran tumor, nodus limfe yang terkena dan bukti
adanya metastasis yang jauh. Sistem TNM diadaptasi oleh The America Joint Committee
on Cancer Staging and Resuid Reformating. Pertahapan ini didasarkan pada fisiologi
memberikan prognosis yang lebih akurat, tahap-tahapnya adalah sebagai berikut :
Tahap I : tumor kurang dari 2 cm, tidak mengalami nodus
Tahap II : tumor yang lebih besar dari 2 cm, kurang dari 5 cm, dengan nodus limfe
terfiksasi negatif/positif. Tidak terdeteksi metastasis
Tahap III : tumor > 5 cm atau tumor dengan sembarang tempat yang menginvasi
kulit/dinding, nodus limfe terfiksasi positif dalam area klavikular, tanpa bukti metastasit
Tahap IV : terdiri atas tumor dalam sembarang ukuran dengan nodus limfe
normal/kankerlosa dan metastase janin
D. Tipe Kanker Payudara
1. Karsinoma duktal, menginfiltrasi.
Tipe paling umum (75%) bermetastasis di nodus axila, perognosa buruk.
2. Karsinoma lobuler menginfiltrasi (5-10%)
Terjadi penebalan pada salah satu/2 payudara bisa menyebar ke tulang, paru, hepar, otak.
3. Karsinoma medular (60%)
Tumor dalam capsul, dalam duktus, dapat jadi besar, tapi meluasnya lambat.
4. Kanker musinus (3%), menghasilkan lendir, tumbuh lambat, prognosis lebih baik.
5. Kanker duktus tubulen (2%)
6. Karsinoma inflamatom (1-2%) : jarang terjadi, gejala berbeda nyeri tekan dan sangat
nyeri, payudara membesar dan keras, edema, retraksi puting susu, cepat berkembang
(Brunner & Suddart).

98

E. Tanda dan Gejala Kanker Payudara


1. Fase awal : asimtomatik
2. Tanda umum : benjolan/penebalan pada payudara
3. Tanda dan gejala lanjut : kulit cekung
- Retraksi/deviasi puting susu
- Nyeri tekan/raba
- Kulit tebal dan pori-pori menonjol seperti kulit jeruk
- Ulserasi pada payudara.
4. Tanda metastase : nyeri pada bahu, pinggang, punggung bawah
- Batuk menetap
- Anoreksia
- BB turun
- Gangguan pencernaan
- Kabur
- Sakit kepala
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Mammografi
Menemukan kanker insito yang kecil yang tidak dapat dideteksi dengan pemeriksaan fisik.
2. SCAN (CT, MRI, galfum), ultra sound.
Untuk tujuan diagnostik, identifikasi metastatik, respon pengobatan
3. Biopsi (aspirasi, eksisi)
Untuk diagnosis banding dan menggambarkan pengobatan
4. Penanda tumor
Zat yang dihasilkan dan disekresi oleh dalam serum (alfa feto protein, HCG asam fosfat).
- Dapat menambah dalam mendiagnosis kanker tetapi lebih bermanfaat sebagai
prognosis/monitor terapeutik.
- Reseptor estrogen/progesteron assay yang dilakukan pada jaringan payudara untuk
memberikan informasi tentang manipulasi hormonal.
5. Tes skrining kimia : elektrolit, tes hepar, hitung sel darah.

99

6. Foto toraks
7. USG
G. Pathways Kanker Payudara
Faktor genetik
Hormonal
Lingkungan
Faktor resiko
Area sensorik/
motorik
Nyeri
Hiperplasia sel
Perkembangan sel atipik
Carsinoma sel insitu
Massa
Non -Operatif
Sinostatika
Radiasi
Kerusakan jaringan
Post radioterapi
Kekeringan muka
Gangguan integritas kulit
Menekan bor morrow
Kekeringan klj. rambut
Sist. hemopoltik terganggu
Anemia
trombositupeni
Lekopenia
Resti infeksi
Ggn citra tubuh

100

< cairan
Gangguan sistem gastro intestinal
Mual/muntah
BB nafsu makan
Gangguan nutrisi
Alopesia
Operatif
Jaringan terputus
< perawatan diri karena imobil
H. Penatalaksanaan
Ada 3 kombinasi
- Pembedahan
- Kemoterapi
- Radiasi
1. Pembedahan
Biopsi biasanya jenis pemebedahan pertama bagi seorang wanita dengan kanker payudara.
Tujuannya adalah menentukan bila ada masa malignasi dan untuk mengetahui jenis kanker
payudara, ada 2 prosedur :
a. Prosedur satu tahap
Anestesi umum dengan potongan beku cepat, bila potongan memperlihatkan malignasi,
ahli bedah melakukan mastektomi.
b. Prosedur 2 tahap : - biopsi dengan anestesi lokal
- klien dipulangkan
2. Terapi Radiasi
Untuk pengobatan tahap 1 & 2
Keuntungan : kontrol tumor lokal/pemeliharaan payudara
Efek : Reaksi kulit
Fraktur tulang kosta

101

Pneumonitis
Limfodema
3. Kemoterapi
a. Cara pemberian obat sitostatika dapat dilakukan secara :
1) Per Oral (PO)
2) Sub Cutan (SC)
3) Intra Muskuler (IM)
4) Intra Arteri (IA)
5) Intra Vena (IV)
6) Intra Thecal (lewat fs. lumbal)
7) Intra peritongal (pleural)
b. Pemilihan vena dan tempat penusukan
1) Kemoterapi dapat membuat iritasi pada vena dan jaringan lunak
2) Tempat penusukan harus diganti setiap 72 jam (3 hari)
3) Vena yang cocok untuk penusukan terasa halus, lembut, cukup besar (jangan vena yang
menonjol dan keras)
4) Vena yang baik dan sering digunakan : basilic, chepalic, metacarpal.
c. Persiapan kemoterapi
1) Ukur BB, TB, luas badan, darah lengkap, FS. Ginjal, Fs. Liver, gula darah urine lengkap,
EKG, Thorax Ap/lat, ECSW, BMP.
2) Periksa program terapi yang digunakan, waktu pemberian obat sebelumnya.
3) Periksa nama klien, dosis obat, jenis obat, cara pemberian obat.
4) Periksa informed concent (klien dan keluarga)
5) Siapkan obat sitostatika.
6) Siapkan cairan Na (L 0,9%, MA 5% atau intralit)
7) Pengalas plastik, kain
8) Gaun lengan dengan panjang, masker, topi, kacamata, sarung tangan, sepatu.
9) Spuit dispossible 5cc, 10 cc, 20 cc, 50 cc.
10) Set infus dan cateter kecil (ababat)

102

11) Alkohol 70% + kapasitas steril (suatu alkohol).


12) Bak spuit besar
13) Lebel obat
14) Pastik (pembuang bekas)
15) Kardex (catatan khusus)
d. Cara kerja :
1) Semua obat dicampur oleh staf farmasi (ahli), kemudian ke bangsal perawatan dalam
tempat khusus tertutup. Perawat menerima dengan catatan : (nama klien, jenis obat, dosis
obat dan jam pencampuran).
2) Atau pencampuran dilakukan di ruang khusus tertutup.
- Meja dialasi pengalas plastik dan kain.
- Pakai gaun lengan panjang, topi, masker, kacamata dan sepatu
- Ambil obat sitostatika SSI program, larutkan dengan NaCl 0,9%, Dextrose 5% atau
intralit dan pastikan obat cukup.
- Masukkan obat ke dalam flabot NaCl 0,9% atau dextrose 5%.
- Jaga jangan sampai tumpah.
- Buat label (nama klien, jenis obat, tanggal, jam pemberian, akhir pemberian).
- Masukkan dalam kontrinen yang telah disediakan
- Masukkan sampai pada kantong khusus (plastik).
e. Cara pemberian :
1) Periksa : nama klien, jenis obat, dosis, banyaknya cairan, cara pemberian, waktu
pemberian.
2) Pakai proteksi
3) Lakukan teknik aseptik dan antiseptik
4) Pasang pengalas dan kain.
5) Berikan anti mual jam sebelum pemberian kemoterapi
6) Lakukan aspirasi dengan NaCl 0,9%
7) Berikan obat kanker pelan-pelan.

103

8) Bila selesai bilas dengan NaCl 0,9%.


9) Semua alat habis pakai masuk kantong plastik.
10) Buka kain proteksi, masukkan plastik.
11) Catat semua prosedur.
12) Awasi keadaan kline per jam.
(Simposium keperawatan kemoterapi, 2003).
(Barbara E, Reevens, Bronen & Sudden)
f. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan pembedahan
Tanda : S : Trauma pembedahan
O : nadi, respirasi, akpasi wajah tegang, kesakitan.
Tujuan : Meredakan nyeri.
Intervensi : - Kaji skala nyeri
- Tinggikan lengan yang sakit dari siku (bahu)
- Hindari pengukuran TD, infeksi, pengambilan darah di daerah yang sakit.
- Anjurkan latihan aktif dan pasif pada lengan sakit.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi pembedahan dan efek radiasi.
Tanda : S :
O : - Pengangkatan jaringan
- Perubahan elastisitas kulit
Tujuan : Mempertahankan integritas kulit
Intervensi : Observasi daerah operasi
- Inspeksi jumlah perdarahan, warna kulit
- Lakukan ganti balut tiap hari
- Jelaskan pada klien sensasi menurun pada area operatif
- Jelaskan pada klien tanda-tanda infeksi.
3. Gangguan cairan tubuh berhubungan dengan mastektomi dan efek samping radiasi dan
kemoterapi.
Terapi : S : Klien mengekspresikan perasaan malu/minder

104

O : Kehilangan payudara
- Bentuk tubuh yang tidak bagus.
Intervensi : Berikan support pada klien untuk melihat insisi pembedahan
- Fasilitas sistem pendukung keluarga (pasangan/keluarga) klien.
- Jawab pertanyaan klien dan dampak yang diharapkan atas gaya hidup.
- Evaluasi perasaan klien mengenal hilangnya payudara identitas seksual, hubungan citra
tubuh.
- Berikan kesempatan pada klien rasa berduka cita atas kehilangan payudara.
- Izinkan klien untuk mengungkapkan emusi negatif (marah).
- Anjurkan pada klien untuk komunikasi terbuka klien dengan keluarga.
- Anjurkan klien untuk mengunjungi klien lain yang mempunyai penyakit yang sama,
dengan kemampuan koping yang baik.
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan efek kemoterapi, radiasi.
Tanda : S :
O : Mual, muntah
- Adanya stomatitis, diare
- Anoreksia, BB
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Intervensi : Kaji riwayat BB dulu dan pemasukan makan
- Diskusikan antara pemasukan dan penurunan BB
- Berikan teknik untuk mengatasi mual
- Observasi adanya distensi abdomen
- Sajikan makanan sesuai selera klien.
- Kolaborasi antiemetik.

A. ASUHAN KEPERAWATAN IBU DENGAN KISTA OVARIUM


A. Pengkajian

105

1. Identitas klien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan
alamat, diagnosa medis serta data penanggung jawab Alasan masuk rumah sakit Biasanya
klien merasa nyeri pada daerah perut dan terasa ada massa di daerah abdomen, mual,
perdarahan.
2. Riwayat Kesehatan Riwayat kesehatan sekarang Merupakan data yang diperlukan untuk
mengetahui kondisi kesehatan klien saat ini. Keluhan yang dirasakan klien post operasi
biasanya nyeri sebagai efek dari pembedahan seperti: cemas, gangguan aktifitas, dan
gangguan nutrisi
3. Riwayat kesehatan dahulu Merupakan data yang diperlukan untuk mengetahui kondisi
kesehata n klien sebelum menderita penyakit sekarang, seperti pernah mengalami kanker
atau tumor pada organ lain.
4. Riwayat kesehatan keluarga Apakah keluarga klien ada yang menderita penyakit seperti
yang diderita klien, dan untuk menentukan apakah ada penyebab herediter atau tidak.
5. Riwayat perkawinan Jumlah perkawinan dan lama perkawinan merupakan salah satu
faktor predisposisi terjadinya tumor ovarium.
6. Riwayat kehamilan dan persalinan Dengan kehamilan dan persalinan/tidak, hal ini tidak
mempengaruhi untuk tumbuh/tidaknya suatu tumor ovarium.
7. Riwayat menstruasi Klien dengan tumor ovarium kadang-kadang terjadi digumenorhea
dan bahkan sampai amenorhea.
Pemeriksaan Fisik
Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah secara sistematis
a. Kepala
1. Hygiene rambut
2. Keadaan rambut
b. Mata. 1. Sklera : ikterik/tidak
2. Konjungtiva : anemis/tidak
3. Mata : simetris/tidak
c. Leher 1. Ada/tidak adanya pembengkakan kelenjer tyroid
2. Ada/tidak adanya Tekanan vena jugolaris.

106

d. Dada Pernapasan
1. Jenis pernapasan
2. Bunyi napas
3. Penarikan sela iga
e. Abdomen

1. Nyeri tekan pada abdomen.


2. Teraba massa pada abdomen.

f. Ekstremitas 1. Nyeri panggul saat beraktivitas.


2. Tidak ada kelemahan.
g. Eliminasi, urinasi
1. Adanya konstipasi
2. Susah BAK\
Data Sosial Ekonomi
Tumor ovarium dapat terjadi pada semua golongan masyarakat dan berbagai tingkat umur,
baik sebelum masa pubertas maupun sebelum menopause.
Data Spritual
Klien menjalankan kegiatan keagamaannya sesuai dengan kepercayaannya.
Data Psikologis
Klien dengan post operasi tumor ovarium mengalami cemas terhadap segala hal yang
terjadi mengenai penyakitnya misalnya cemas akan perawatan luka bekas operasi karena
kurang pengetahuan klien
Pola kebiasaan Sehari-hari :
Biasanya klien dengan tumor ovarium mengalami gangguan dalam aktivitas, dan tidur
karena merasa nyeri

107

Rencana Pulang Hal ini perlu dikaji untuk mengidentifikasi bantuan yang dibutuhkan klien
untuk perawatan di rumah.
Diagnosa yang mungkin muncul :
Diagnosa yang muncul
1. Gangguan rasa nyaman ( Nyeri ) berhubungan dengan putaran tangkai tumor/ infeksi
pada tumor.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah.
3. Gangguan retensi urine berhubungan dengan penekanan daerah sekitar panggul.
B. NCP (Nursing Care Plain) Diagnosa Rencana Asuhan Keperawatan keperawatan Tujuan
Intervensi Rasional:
1. Gangguan rasa nyaman ( Nyeri ) berhubungan dengan putaran tangkai tumor/ infeksi
pada tumor.
Tujuan: setelah melakukan 2X24 JAM nyeri berkurang dengan KH :

Klien tampak rileks

Skala nyeri berkurang.

TTV dalam batas normal

Klien dapat mengatasi nyeri.

Intervensi :

Lakukan pengkajian nyeri secara kompherensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,

frekuensi,kualitas.

Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,

pencahayaan dan kebisingan.

Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi: napas dalam, relaksasi, distraksi, kompres

hangat / dingin.

Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.

Tingkatkan istrahat

Atur posisi senyaman mungkin

Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama

108

Rasional :

Membantu mengevaluasi derajat nyeri

Mengetahui tingkat kenyamanan klien

Mengetahui penyebab nyeri

Mengalihkan perhatian klien saat merasa nyeri hingga nyeri berkurang.

Membantu mengurangi nyeri

Agar klien dapat beristrahat dengan baik dan cukup

Klien merasa nyaman dan rileks

Mengetahui perkembangan klien.

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah
Tujuan : Dalam 2x24 jam nutrisipada klien terpenuhi dengan KH :

Klien tidak merasa mual dan muntah

Nutrisi klien terpenuhi

BB klien meningkat

Intervensi :

Tentukan BB ideal menurut usia dan tinggi badan

Kaji kemampuan klien untuk mendapatkan dan menggunakan nutrisi yang oenting.

Monitor intake nutrisi, spesifikan porsi makanan yang dimakan.

Kaji adanya alergi makanan

Temani pasien saat makan untuk medorong intake nutrisi.

Timbang pasien setiap minggu dalam kondisi yan sama

Berikan anti muntah sesuai intruksi sebelum makan

Jika pasien muntah anjurkan untuk tidak mengkonsumsi makanan kesukaan

Berikan informasih tentang kebutuhan nutrisi.

Rasional :

Mengetahui keseimbangan berat badan dan tinggi

Mengetahui kecukupan nutrisi

Mengetahui balance intake nutrisi

Mengetahui riawayat alergi

109

Mengetahui seberapa banyak klien untuk makan

Mengetahui peningkatan BB klien

Agar tidak terjadi mual muntah

Agar klien tidak merasa muntah

Agar klien mengetahui status nutrisinya.

3. Gangguan retensi urine berhubungan dengan penekanan daerah sekitar panggul


Tujuan : setelah dilakukan askep 2x24 jam didapatkan dengan KH :

Tidak ada residu urine >100-200 cc

Intake cairan dalam rentang normal

Bebas dari ISK

Tidak ada spasme bladder

Balance cairan seimbang

Intervensi :

Monitor intake dan output

Monitor derajat distensi bladder

Kaji pada pasien untuk mencatat output urine

Sediakan privacy untuk eliminasi

Stimulus reflek bladder dengan kompres dingin pada abdomen

Kateterisasi jika perlu monitor tanda dan gejala ISK (panas hematuria,perubahan

baud an konsisten urine)


Rasional :

Mengetahui balance cairan

Untuk mengurangi distensi

Mengetahui jumlah volume urine klien

Menjaga privasi

Untuk menghangatkan atau memberikan kenyamanan klien

Jika klien sangat sulit berkemih

Mengetahui karakteristik urine


7. .KONSEP KELUARGA BERENCANA

110

Pengertian Keluarga Berencana


Beberapa Pendapat Ahli tentang pengertian Keluarga Berencana antara lain :
1) Menurut H.S.M. Nasruddin Latief, KB adalah: Suatu ikhtiar atau usaha manusiawi
yang disengaja untuk mengatur jarak kehamilan di dalam keluarga secara tidak melawan
hukum agama, undang-undang negara dan moral Pancasila, kesejahteraan bangsa dan
negara pada umumnya.
2) Menurut K.H Bisri Musthofa, KB adalah: Merencakan / mengatur jumlah dalam
keluarga yang disukai atau karena terlalu sering isterinya melahirkan, sehingga perlu
mengadakan pembatasan (penjarangan kelahiran).
3) Menurut Mukti Ali, KB adalah: Sebagai upaya ikhtiar untuk memberikan jaminan
kesehatan, untuk sang anak maupun ibu, jaminan pendidikan, karena pendidikan
merupakan bekal yang sangat berharga untuk kehidupan kelak dalam masyarakat, untuk
memenuhi kesejahteraan dan kemakmuran keluarga lahir dan batin.
4) Menurut Sarwono Prawiroharjo PKBI KB adalah: Menjarangkan kehamilan yang
diusahakan mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dengan menggunakan
alat kontrasepsi.
5) Menurut Marjo Sir, KB adalah: Menjarangkan / mengatur kehamilan dengan harapan
perhitungan keseimbangan ekonomi, baik untuk pendidikan anak-anak, dll.
6) Menurut Masfuk Zuhdi; KB, ditekankan jumlah besar kecilnya anggota keluarga yang
lazim ditentukan dengan jumlah anak.
Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan KB mengandung pengertian :
1.

Untuk mengatur besar kecilnya jumlah anak.

111

2.

Mengatur kehamilan agar terjadi pada waktu yang ditentukan.

3.

Dengan cara individual, maksudnya KB dilakukan atas persetujuan suami isteri

untuk menentukan jumlah anak, tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
4.

Pembatasan kelahiran dengan menggunakan alat-alat kontrasepsi.

5.

Untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dalam keluarga.

6.

Merupakan usaha yang disengaja dalam melakukan/menjalankan Keluarga

Berencana atas inisiatif sendiri (suami istri).


7.

Dilakukan harus ada sebab-sebab yang mendorong, antara lain untuk menjaga

kesehatan ibu karena seringnya melahirkan maka akan menanggung beban yang sangat
berat baik fisik maupun mental. Secara fisik seorang ibu yang mengandung memerlukan
tambahan-tambahan gizi agar dapat memelihara daya tahan jasmaninya dan juga untuk
menjaga keselamatan jiwa yang dikandungnya, disamping itu bila ia menyusui anak-anak
yang belum dapat disapih, maka dengan sendirinya iapun membutuhkan kadar gizi yang
jumlahnya cukup untuk dapat menyediakan kadar susu yang bergizi untuk anak tersebut.
Oleh sebab itu apabila seorang ibu mengandung lebih-lebih pada masa permulaan akan
mengalami gejala kelainan pada mentalnya.

Maksud dari pada Keluarga Berencana itu sendiri sebagai suatu usaha yang disengaja
untuk mengatur masalah kependudukan, sedangkan penduduk merupakan unsur penting
bagi negara, tanpa adanya penduduk tidak mungkin akan adanya sebuah negara.
Dalam suatu negara program pembangunan yang dilaksanakan tidak seimbang dengan laju
pertumbuhan penduduk, sehingga menimbulkan permasalahan dari berbagai aspek dalam
kehidupan yang merupakan titik sentral dari pada pembangunan, adapun aspek-aspek
penduduk menyangkut antara lain :
1. Jumlah dan besarnya penduduk
Besarnya jumlah penduduk merupakan kebanggan bagi kita, tetapi harus disadari jumlah
penduduk yang besar itu akan merupakan hambatan pembangunan. Bila tidak disertai oleh

112

kualitas penduduk (manusianya) kalau pertambahan penduduk yang besar akan


menimbulkan keteganganketegangan sosial bahkan bisa menjadi ledakan sosial dengan
segala akibatnya yang luas.
2. Pertumbuhan penduduk yang besar akan membahayakan aspek-aspek kehidupan,
penduduk untuk memperbaiki tingkat kehidupannya baik lahir maupun batin dan pada
gilirannya akan meningkatkan kemakmuran masyarakat itu sendiri.
3. Penyebaran penduduk yang tidak merata mengakibatkan kepadatan penduduk yang
tidak seimbang dalam tahun 1980 kepadatan penduduk pulau Jawa mencapai 6,90 juta
jiwa.
4. Struktur umur, salah satu ciri kependudukan Indonesia adalah komposisi penduduk,
penduduk Indonesia lebih dari 40% berusia muda, yaitu pada kelompok umur di bawah 15
tahun, kurang dari 5% berusia lebih tua 65 tahun. Sehingga jumlah yang bekerja relatif
sedikit, sehingga angka ketergantungan tetap pada tempat yang lebih tinggi.
5. Kualitas penduduk.
Di dalam kelima aspek penduduk di atas yang sangat dominan yaitu kualitas penduduk,
karena penduduknya banyak tidak dibarengi dengan kualitas maka akan menjadi beban
bagi suatu negara begitu juga sebaliknya ketika suatu penduduk itu akan menjadi tumbuh
menjadi suatu negara itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Purwanto, G (1994). Komunikasi untuk perawatat. Jakarta : EGC

113

2.

Keliat, Budi Ana (1996). Hubungan terapeutik perawat-pasien/ pasien.

Jakarta: EGC
3.
Nasiruddin Latief. (1981) KB di Pandang dari Sudut Hukum Islam. Jakarta:
BKKBN
4.

KH. Bisri Musthofa. (1974). Islam dan Keluarga Berencana. Kabupaten Kudus:

BKKBN
5.

Mukti Ali. (1974). Agama Keluarga Berencana dan Kependudukan. Jakarta:

BKKBN, Biro Penerangan dan Motivasi


6.

Sarwono Prawiroharjo, Naskah Kongres I PKBI, BKKBN, Jakarta

7.

Pendeta Marjosir. (1974). Keluarga Berencana di Tinjau dari Sudut Al-Kitab ,

Biro Pendidikan dan Latihan BKKBN


8.

BKKBN. (1988). Sejarah Perkembangan KB di Indonesia. Jakarta: BKKBN


9.

Djojodibroto, Darmanto. 2009. Respirologi (Respiratory Medicine).

Jakarta : EGC
10.
Coad, Jane dan Dunstall, Melvyn. 2007. Anatomi dan Fisiologi untuk Bidan.
Jakarta : EGC
11.
Kamaruddin. Februari 2009
12.
Vivian Nanny Lia Dewi, Sunarsih Tri.2011. Asuhan Kehamilan untuk
Kebidanan.Jakarta: Salemba Medika
13.
Muttaqin Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
14.
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. Jakarta.
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
15.
(rustam mochtar,1998:35). (Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan ,Vivian
Nanny Lia Dewi dan Tri Sunarsih2014:89-91 )
16.
http://id.wikepidia.org/wiki/persalinan_di_air
17.
http://documents.tips/documents/trend-dan-issue-dalam-keperawatanmaternitasdocx.html
18.
Bobak, Lowdermilk, Jensen. (2004). Buku Ajar: Keperawatan Maternitas
edisi-4. Jakarta: EGC.
19.
Cunningham, F.G. dkk.(2005). Obstetri Williams (edisi 21). Jakarta: EGC
20.
Rencana Asuhan keperawatan, edisi 3, penerbit buku kedokteran,
Jakarta.Manuaba

114

21.

Gede,Bagus.2004,Kapita

Selekta

Kedokteran

dan

KB

Jakarta

EGCPrawiroharjo,Sarwono.2005.Ilmu Kandungan .
22.
Jakarta : YBPSP ---------.2005.Ilmu Kebidanan .Jakarta : YBPSPSylvia
Anderson. (2000).
23.
Gale, Danielle, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, Jakarta.
24.
Brunner & Suddart, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi
volume 2, Jakarta, EGC.
25.
Doenges, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC.
26.
Price, Anderson (1995), Patofisiologi Proses Penyakit, Edisi 4, Buku Kedua,
Jakarta, EGC.
27.
Simposium Keperawatan, (2003), Kemoterapi, Semarang.
28.
Bobak, Irene M, Margareth Duncan Jensen, Maternity & Gynecologic Care:
The Nurse and The Family fifth edition, Phildelphia : Mosby Year Book, 1993.
29.
Ida Bagus Gde Manuaba, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana, Jakarta : EGC, 1998.
30.
Hanifa Wiknjosastro, Ilmu Kandungan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 1997.
31.
Sarjadi, Patologi Ginekologik, Jakarta : Hipokrates, 1995.
32.
Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNPAD, Ginekologi, Bandung, 1999.
33.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal edisi I cetakan 2, Jakarta, 2001.
34.
Tucker, Susan Martin, Marry M Canobbio, Standar Perawatan Pasien :
Proses Keperawatan, Diagnosis dan Evaluasi edisi V Volume 4alih bahasa Yasmin
Asih, Jakarta : EGC, 1998.

115

Anda mungkin juga menyukai