PENDAHULUAN
Keperawatan Maternitas merupakan persiapan persalinan serta kwalitas pelayanan
kesehatan yang dilakukan dan difokuskan kepada kebutuhan bio-fisik dan psikososial dari
klien, keluarga , dan bayi baru lahir (May & Mahlmeister, 1990).
Keperawatan Maternitas merupakan sub system dari pelayanan kesehatan dimana perawat
berkolaborasi dengan keluarga dan lainnya untuk membantu beradaptasi pada masa
prenatal, intranatal, postnatal, dan masa interpartal (Auvenshine & Enriquez, 1990).
Keperawatan Maternitas merupakan pelayanan yang sangat luas, dimulai dari konsepsi
sampai dengan enam minggu setelah melahirkan (Shane,et.al.,1990).
Keperawatan Maternitas merupakan pelayanan professional berkwalitas yang difokuskan
pada kebutuhan adaptasi fisik dan psikososial ibu selama proses konsepsi / kehamilan,
melahirkan, nifas, keluarga, dan bayi baru lahir dengan menekankan pada pendekatan
keluarga sebagai sentra pelayanan (Reede, 1997).
Keperawatan Maternitas merupakan pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan
kepada wanita usia subur (WUS) yang berkaitan dengan masa diluar kehamilan, masa
kehamilan, masa melahirkan, masa nifas sampai enam minggu, dan bayi yang dilahirkan
sampai berusia 40 hari beserta keluarganya. Pelayanan berfokus pada pemenuhan
kebutuhan dasar dalam melakukan adaptasi fisik dan psikososial dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan (CHS/KIKI, 1993).
TUJUAN PEMBELAJARAN
Pembelajaran umum
Setelah mempelajari materi ini diharapkan mahasiswa mampu
memahami serta mengaplikasikan konsep keperawatan maternitas.
Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mempelajari materi ini mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan perspektif keperawatan maternitas
2. Menjelaskan konsep obstetric dan ginekologi.
3. Menjelaskan asuhan keperawatan ibu hamil fisiologis/normal
4. Menjelaskan asuhan keperawatan ibu hamil resiko tinggi dan penyakit yang menyertai.
5. Menjelaskan asuhan keperawatan ibu melahirkan
6. Menjelaskan asuhan keperawatan ibu nifas normal
7. Menjelaskan asuhan keperawatan ibu nifas dengan komplikasi yang lazim terjadi
8. Menjelaskan asuhan keperawatan bayi baru lahir.
9. Menjelaskan asuhan Keperawatan ibu dengan gangguan system reproduksi yang lazim
terjadi.
10. Menjelaskan konsep Keluarga berencana.
URAIAN MATERI
1.
A.
1.
2.
3.
B.
Upaya
Trend
Keperawatan
Maternitas
Pada masyarakat yang menuju ke arah moderen, terjadi peningkatan kesempatan untuk
meningkatkan pendidikan yang lebih tinggi, peningkatan pendapatan dan meningkatnya
kesadaran masyarakat terhadap hukum dan menjadikan masyarakat lebih kritis. Kondisi itu
berpengaruh kepada pelayanan kesehatan dimana masyarakat yang kritis menghendaki
pelayanan yang bermutu dan diberikan oleh tenaga yang profesional. Keadaan ini
dan
juga
persalinan.
Upaya
yang
dilakukan
perawat
perbedaan yang signifikan, bukan saja dalam meningkatkan kesehatan ibu dan bayinya,
tetapi juga kesehatan masyarakat
1.
Banyak kita temui dimasyarakat ibu hamil maupun ibu nifas mengalami kesulitan dalam
merawat diri sendiri pada saat hamil maupun merawat bayi setela melahirkan, sebagai
seorang perawat yang berkompeten dalam bidang maternitas kita wajib membantu
kesulitan yang dialami oleh ibu hamil maupun ibu nifas. Ada beberapa kesulitan yang
dialami oleh para bumil maupun ibu nifas diantaranya :
a.Ketidaktahuan ibu hamil tentang makanan apa yang harus dikonsumsi pada saat hamil
Langkah kongkrit yang harus kita lakukan jika menemukan hak tersebut kita bisa
melakukan kegiatan pendidikan kesehatan mengenai makanan yang baik dikonsumsi ibu
pada saat hamil
b. Kebingungan ibu nifas jika ASI tidak keluar
Masalah ini sangat sering menimpa ibu dengan kelahiran anak pertama, kita disini sebagai
perawat bisa membantu ibu tersebut untuk mengeluarkan ASI nya salah satu caranya yaitu
dengan perawatan payudara dan pijat oksitosin
2.
telah
berkembang banyak
teknologi
modern
yang
bisa
membantu
para
merasakan
lebih
relaks
karena
semua
otot
ibu
persalinan menjadi lebih elastic. Metode ini juga akan mempermudah proses mengejar
sehingga rasa nyeri selama persalinan tidak terlalu dirasakan, di dalam air proses proses
pembukaan jalan lahir akan lebih cepat.
USG
Ultrasonografi
3D
dan
4D
adalah
alat
USG
yang
berkemampuan menampilkan gambar 3 dan 4 dimensi di teknologi ini janin dapat terlihat
utuh dan jelas seperti layaknya bayi yang sesungguhnya ( DrJudi Januadi Endjun S.pog ).
Alat USG ini bahkan dapat memperlihatkan seluruh tubuh
geriknya
teknologi
dan
pada
jantung
berikut
gerak-
bayi
bawaannya
seperti
bibir
sumbing,
pada
janin
dapat
terbaca
secara
lebih
akurat,
KB
dengan
dorspirenone
merupakan
pil
KB
terbaru
yang memberikan
seseorang
yaitu
merasa
homon
lebih
yang
adalah
nyaman.Mengandung
sangat menyerupai
pil
yang
progestin
baru
progesteron
salah
satu
hormon dalam tubuh. Dorspirenone mempunyai profil farmakologis yang sangat mirip
dengan progesteron alami dengan karateristik memiliki efek antimineralokortoid dan
antiandrogenik tidak memiliki aktifitas ekstrogenik, androgenik, glukortikoid dengan sifat
antineralokortikoid. Pil KB dengan dorspirenone dapat memberikan manfaat tambahan
yaitu tidak menaikkan berat badan, mengurangi gejala kembung, Haid menjadi teratur,
mengurangi nyeri haid, dan mengatur keluarnya darah haid, tidak menaikan tekanan darah
dengan androgennya. Pil KB dengan dorspirenone dapat memberikan manfaat tambahan
yaitu mengurangi jerawat,dan mempercantik rambut dan kulit.
3.
KB
pasca
persalinan
dan
pelayanan
bayi
baru
lahir. Jampersal
diperuntukkan bagi seluruh ibu hamil yang belum memiliki jaminan persalinan.
Sasaran yang dijamin Jampersal antara lain:
1. Ibu hamil
2. Ibu bersalin
3. Ibu nifas (sampai 42 hari setelah melahirkan)
4. Bayi baru lahir (sampai dengan usia 28 hari)
Adapun jaminan pembiayaannya meliputi :
1. Pemeriksaan kesehatan
2. Pertolongan persalinan
3. Pelayanan nifas
4. Pelayanan KB pasca persalinan
5. Pelayanan bayi baru lahir
Peserta program Jampersal adalah seluruh ibu hamil yang belum memiliki jaminan
persalinan (tidak tertanggung di dalam kepesertaan ASKES,Jamkesmas, Jamkesda,
Jamsostek dan asuransi lainnya).
Pelayan yang didapat oleh peserta Jampersal meliputi:
1. Pemeriksaan kehamilan (ANC) sekurang-kurangnya 4 kali (1kali ditrimester I,1
kali di trimester II, dan 2 kali di trimester III)
2. Persalinan normal
3. Pelayanan nifas normal
4. Pelayanan bayi baru lahir dengan tindakan emergensi komprehensif
5. Pelayanan KB pasca persalinan
Pelayanan Jampersal tidak mengenal batas wilayah, artinga peserta berhak mendapatkan
pelayanan dimanapun berada dengan menunjukkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) /
Identitas diri lainnya.
C.
1.
Pelaksana
Pendidik
Konselor
Role model bagi para ibu
Role model bagi teman sejawat
6.
7.
Perumus masalah
Ahli keperawatan
Peran perawat dalam keperawatan maternitas menurut Old (1988), Bobak & Jensen
(1993):
1.
Member pelayanan
2.
Advocate
3.
Pendidik
4.
Change Agent
5.
Political Activist
6.
Peneliti
Perawat membantu keluarga dan klien untuk mengerti dan memakai koping yang baik
selama sakit dalam masa tumbang anak
Standart 8
Perawat mempunyai strategi yang aktif dan positif untuk menggunakan sumber dalam
memberikan pelayanan Kesehatan yang adekuat
Standart 9
Perawat meningkatkan praktek kep ibu dan anak melalui evaluasi praktek pendidikan,
penelitian.
PERAN PERAWAT MATERNITAS DI INDONESIA GBHN pada PELITA V:
Pembangunan Kesehatan dilakukan dengan prioritas
Tujuan:
- upaya peningkatan Kesehatan masyarakat
- upaya peningkatan Kesehatan keluarga
Peningkatan kualitas manusia dan keluarga
Peningkatan kualitas ibu.
Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan ibu
Upaya yang dilakukan bertujuan
- meningkatkan kemampuan fisik ibu
- menurunkan kesakitan dan kematian ibu
Strategi pemerintah Indonesia:
1. Meningkatkan kualitas pelayanan
2. Meningkatkan mutu pertolongan persalinan
3. Meningkatkan rujukan secara berjenjang
4. Meningkatkan peran serta masyarakat
5. Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sector
Kegiatan kegiatan yang dilakukan:
2.
KONSEP OBSTETRIK DAN GINEKOLOGI
A. Konsep Ginekologi
1. Pengertian Ginekologi
Ginekologi berasal dari kata Gynaecology yang secara harfiah berarti "ilmu
mengenai wanita" atau science of woman yaitu cabang ilmu kedokteran yang khusus
mempelajari dan menangani penyakit-penyakit sistem reproduksi wanita (rahim, vagina
dan ovarium).
2.
Batasan Ginekologi
10
a. Gangguan Haid
Kelainan Siklus :
Polimenorea yaitu siklus haid lebih pendek dari biasa (kurang dari 21 hari). Polimenorea
dapat disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi, atau
menjadi pendek masa lutea. Sebab lain ialah kongesti ovarium karena peradangan,
endometriosis, dan sebagainya.
Oligomenorea yaitu siklus haid lebih panjang, lebih dari 35 hari. Pada kebanyakan kasus
oligomenorea kesehtan wanita tidak terganggu, dan fertilitas cukup baik.
Amenorea
yaitu bila tidak haid lebih dari 3 bulan baru dikatakan amenore, diluar amenore fisiologik.
Penyebabnya dapat berupa gangguan di hipotalamus, hipofisis, ovarium (folikel), uterus
(endometrium) dan vagina. Kasus-kasus yang harus dikirim ke dokter ahli adalah adanya
tanda-tanda kelaki-lakian (maskulinisasi), adanya galaktorea, cacat bawaan, uji estrogen
dan progesteron yang negatif, adanya penyakit lain (tuberkulosis, penyakit hati, diabetes
melitus, kanker), infertilitas atau stress berat.
Metroragia yaitu perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan dengan siklus haid.
Perdarahan ovulatoir terjadi pada pertengahan siklus sebagai suatu spotting dan dapat lebih
diyakinkan dengan pengukuran suhu basal tubuh. Penyebabnya adalah kelainan organik
11
Mastodinia
Dismennorea
b. Perdarahan Uterus Abnormal
Secara umum, penyebab perdarahan uterus abnormal adalah kelainan organik (tumor,
infeksi), sistemik (kelainan faktor pembekuan), dan fungsional alat reproduksi.
c. Keputihan
Keputihan atau Fluor Albus merupakan sekresi vaginal abnormal pada wanita. Keputihan
yang disebabkan oleh infeksi biasanya disertai dengan rasa gatal di dalam vagina dan di
sekitar bibir vagina bagian luar. Yang sering menimbulkan keputihan ini antara lain bakteri,
virus, jamur atau juga parasit. Infeksi ini dapat menjalar dan menimbulkan peradangan ke
saluran kencing, sehingga menimbulkan rasa pedih saat si penderita buang air kecil.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Keputihan)
d. Endometriosis
Endometriosis adalah pertumbuhan abnormal dari kelenjar dan stroma endometrium di luar
uterus. Atau terdapatnya kelenjar atau stroma endometrium di tempat / organ lain selain
dinding kavum uteri.
e. Penyakit Radang Panggul
Penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakit tersebut
dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba, indung telur,
miometrium (otot rahim), parametrium dan rongga panggul. Penyakit radang panggul
merupakan komplikasi umum dari Penyakit Menular Seksual (PMS). Saat ini hampir 1 juta
wanita mengalami penyakit radang panggul yang merupakan infeksi serius pada wanita
berusia antara 16-25 tahun. Lebih buruk lagi, dari 4 wanita yang menderita penyakit ini, 1
12
wanita akan mengalami komplikasi seperti nyeri perut kronik, infertilitas (gangguan
kesuburan), atau kehamilan abnormal.
f. Bartolinitis
Penyakit ini terjadi akibat radang pada glandula bartholini, sering kali timbul pada gonorea,
akan tetapi dapat pula mempunyai sebab lain, misalnya streptokokus atau basil koli.
g. Mioma uteri
Mioma uteri dapat mempengaruhi kehamilan, misalnya menyebabkan infertilitas. Risiko
terjadinya abortus bertambah karena distorsi rongga uterus, khusunya pada mioma
submukosum, menghalangi kemajuan persalinan karena letaknya pada serviks uteri,
menyebabkn atonia ataupun inersia uteri sehingga menyebabkan perdarahan pasca
persalinan karena adanya gangguan mekanik dlm fungsi miometrium, menyebabkan
plasenta sukar lepas dari dasarnya, dan menggangu proses involusi dalam nifas.
h. Tumor Ovarium Neoplastik
Tumor kista : Kista ovarium simplek, kistadenoma ovarii serosum, kistadenoma ovarii
musinosum, kista dermoid.
1.
B. KONSEP OBSTETRI
Tujuan obstetri
Tujuan obstetrik yaitu agar supaya setiap kehamilan yang diharapkan dan berpuncak pada
ibu dan bayi yang sehat. Juga berusaha keras mengecilkan jumlah kematian wanita dan
bayi sebagai akibat proses reproduksi atau jumlah kecacatan fisik, intelektual dan
emosional yang diakibatkannya.
2.
13
14
Lahir mati ditandai oleh tidak ada satupun tanda-tanda kehidupan pada saat atau setelah
kelahiran.
Kematian Neonatal
Kematian neonatal terdiri atas kematian neonatal dini dan kematian neonatal lanjut.
Kematian neonatal dini adalah kematian seorang bayi yang dilahirkan hidup dalam 7 hari
setelah kelahiran. Kematian neonatal lanjut adalah kematian seorang bayi yang dilahirkan
hidup lebih 7 hari sampai kurang 29 hari.
Angka Lahir Mati
Angka lahir mati adalah jumlah bayi yang dilahirkan mati per 1000 bayi yang lahir.
Angka Kematian Neonatal
Angka kematian neonatal adalah jumlah kematian neonatal per 1000 kelahiran hidup.
Angka Kematian Perinatal
Angka kematian perinatal adalah jumlah bayi lahir mati ditambah kematian neonatal per
1000 kelahiran total.
Berat Badan Lahir Rendah
Berat badan lahir rendah adalah berat badan lahir kurang 2500 gram.
Bayi Cukup Bulan
Bayi cukup bulan adalah bayi yang dilahirkan dengan usia kehamilan 37-42 minggu atau
260-294 hari.
Bayi Kurang Bulan (Prematur)
Bayi kurang bulan adalah bayi yang dilahirkan dengan usia kehamilan kurang 37 minggu.
Bayi Lewat Bulan
Bayi lewat bulan adalah bayi yang dilahirkan dengan usia kehamilan lebih 42 minggu.
Abortus
Abortus adalah pengambilan atau pengeluaran janin atau embrio dari uterus selama paruh
pertama masa kehamilan (20 minggu atau kurang) atau berat badan lahir kurang 500 gram
atau panjang badan lahir 25 cm atau kurang.
Kematian Ibu Langsung
Kematian ibu langsung disebabkan komplikasi obstetri dari kehamilan, persalinan atau
puerperium dan akibat intervensi, kelahiran, dan terapi tidak tepat.
15
16
- Anti mikroba
- Pemeliharaan cairan elektrolit, keseimbanngan asam-basa pada komplikasikomplikasi serius kehamilan dan persalinan.
Kematian reproduktif adalah kematian akibat kehamilan dan penggunaan teknik-teknik
untuk mencegah kehamilan (teknik kontrasepsi).
Kematian Perinatal
Kematian neonatus yang terbanyak adalah :
1. Berat badan lahir rendah
2. Cedera susunan saraf pusat akibat hipoksia in utero dan cedera traumatik
selama persalinan dan kelahiran
3. Malformasi kongenital
17
bujur telur. Ukuran rahim kira-kira sebe sar telur ayaam ,pada kehamilan dua bulan
sebesar telur bebek , dan kehamilan tiga bulan sebesar telur angsa . pada minggu
pertama, isthmus rahim hipertrofi dan bertambah panjang sehingga bila diraba
terasa lebih panjang dan terasa lebih lunak (soft),keadaan ini disebut tanda hegar.
Pada kehamilan lima bulan ,rahim teraba seperti terisi cairan ketuban dan
dindingrahim terasa tipis . halite karena bagian-bagian janindapat diraba melalui
dinding perut dan dinding rahim .
d) Posisi rahim
1. Pada permulaan kehamilan, dalam letak antefleksi atau retofleksi
2. Pada empat bulan kehamilan ,rahim tetap berada dalam rongga pelvis.
3. Setelah itu, mulai memasuki rongga perut yang dalam pembesarannya dapat
mencapai batas hati.
4. Rahim yang hamil biasanya mobilitasnya, lebih mengisi rongga abdomen
kanan atau kiri (Rustan Mochtar,1998:36).
e)
Vaskularisasi
Arteri uterin dan arteri ovarika bertambah dalam diameter panjang dan anak-anak
cabangnya
pembuluh
darah
balik
(vena) mengembang
dan
betambah
(Rustam Mochtar,1998:36).
f)
Gambaran besarnya rahim dan tuanya kehamilan .
1.
Pada kehamilan 16 minggu , kavum uteri seluruhnya diisi oleh amnion
dimana desidua kapsularis dan desidua vera (parietalis) telah menjadi satu . tinggi
fundus uteri terletak antara pertengahan simfisis dan pusat. Plasenta telah terbentuk
seluruhnya .
2.
Pada kehamilan 20 minggu, tinggi fundus uteri terletak 2-3 jari dibawah
pusat .
3.
Pada kehamilan 24 minggu tinggi fundus uteri terletak setinggi pusat .
4.
Pada kehamilan 28 minggu, tinggi fundus uteri terletak 2-3 jari di atas
pusat.menurut Spiegelberg, pada umur kehamilan ini, fundus uteri dari simfisis
adalah 26,7 cm diatas simfisis.
5.
Pada kehamilan 36 minggu, tinggi fundus uteri terletak 3 jari dibawah
prosesus sifoideus.
6.
Pada kehamilan 40 minggu, tinggi fundus uteri terletak sama dengan 8
bulan, tetapi melebar kesamping yaitu terletak diantara pertengahan pusat dan
18
prosesus
sifoideus
(rustam
moctar,1998:52).(Asuhan
Kehamilan
untuk
kebidanan
pada
kehamilan
fisiologi
Ummi
3.
Ovarium (indung telur)
luteum
(Asuhan
kebidanan
pada
kehamilan
fisiologi
Ummi
4.
Vagina dan Vulva
19
SISTEM PAYUDARA
Payudara merupakan organ tubuh atas dada spesies mamalia berjenis kelamin
betina
,termasuk
manusia.payudaraa
merupakan
organ
terpenting
bagi
seorang
wanita,karna fungsi utamanya adalah memberi nutrisi dalam bentuk air susu bayi atau
balita.
Selama kehamilan payudara mengalami pertumbuhan tambah membesar,tegang,dan
berat .dapat teraba nodul-nodul akibat hipertrofi alveoli,bayangan vena vena lebih
membiru.Hiperpigmentasi pada puting susu dan areola payudara.apalagi di peras akan
keluar ai susu (kolestrum)berwarna kuning (Rustam,1998:40).
Perkembangan payudara ini terjadi karna pengaruh hormon saat kehamilan yaitu
estrogen,progesteron,dan somatomamotropin.
1.
menimbulkan
hipertrofit
system
saluran
payudara,
menimbulkan penimbunan lemak, air, serta garam sehingga payudara tampak besar,
tekanan saraf akibat penimbunan lemak, air dan garam menyebabkan rasa sakit
pada payudara.
b.
Progesteron
untuk
mempersiapkan
memengaruhi
laktoglobulin
asinus
sel
sehingga
asinus
penimbunan
lemak
dapat
untuk
sekitar
berfungsi
membuat
alveolus
payudara(Hanifa Wiknjosastro,2002:95).
2.
Perubahan payudara pada ibu hamil sebagai berikut :
a. Payudara menjadi lebih besar
b. Areola payudara makin hitam karna hiperpigmentasi.
c. Glandula montgomery makin tampak menonjol di permukaan areola
mamae.
d. Pada kehamilan 2 12 minggu ke atas puting susu akan keluar cairan putih
jernih(kolostrum)yang berasal dari kelenjar asinus yang mulai bereaksi.
20
SISTEM ENDOKRIN
Kelenjar endokrin atau kelenjar buntu adalah kelenjar yang mengirimkan hasil
sekresinya langsung ke dalam darah yang beredar dalam jaringan kelenjar tanpa
melewati duktus atau saluran dan hasil sekresinya disebut hormon.
Fungsi kelenjar endokrin
1.
Menghasilkan hormon yang dialirkan melalui darah ke jaringan-jaringan
yang memerlukan.
2.
Mengontrol aktivitas kelenjar tubuh.
3.
Merangsang aktivitas kelenjar tubuh.
4.
Merangsang pertumbuhan jaringan.
5.
Mengatur metabolisme, oksidasi, dan meningkatkan absorpsi glukosa pada
usus halus.
6.
Memengaruhi metabolisme lemak, protein, hidrat arang, vitamin, mineral,
dan air.
Segi Kimiawi Hormon.
1.
Hormon stroid : Hormon ini memiliki struktur kimia berdasarkan pada inti
steroid.
Contoh: korteks adrenal (kortisol dan aldosteron), ovarium (estrogen dan
progesteron), testis (testosteron), dan plasenta (estrogen dan progesteron).
2.
Derivat asam amino tiroksin.
Contoh: tiroksin dan triiodotironin (kelenjar tiroid), epinefrin dan norepinefrin
(medula adrenal).
3.
Protein/peptida.
Contoh: hormon yang di hasilkan oleh hipofisis anterior, hormon diuretik, dan
oksitosin. (Vivian N.L.D, Sunarsih Tri:2014, 43-44).
Beberapa kelenjar endrokrin terjadi perubahan seperti berikut :
1.
Kelenjar tiroid: dapat membesar sedikit.
2.
Kelenjar hipofisis: dapat membesar terutama lobus anterior.
21
3.
Tri:2014, 101)
Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan membesar kurang lebih 135%.
Akan tetapi, kelenjar ini tidak begitu mempunyai arti penting dalam kehamilan.
Pada perempuan yang mengalami hipofisektomi persalinan dapat berjalan dengan
lancar. Hormon prolaktin akan meningkat 10 x lipat pada saat kehamilan aterm.
Sebaliknya, setelah persalinan konsentrasinya pada plasma akan menurun. Hal ini
juga ditemukan pada ibu-ibu yang menyusui.
Kelenjar tiroid akan mengalami pembesaran hingga 15,0 ml pada saat
persalinan akibat dari hiperplasia kelenjar dan peningkatan vaskularisasi.
Penganturan konsentrasi kalsium sangat berhubungan erat dengan magnesium,
fosfat, hormon paratiroid, vitamin D, dan kalsitosin. Adanya gangguan pada salah
satu faktor itu akan menyebabkan perubahan pada yang lainnya. Konsentrasi
plasma hormonparatiroid akan menurun pada trimester pertama dan kemudian akan
meningkat secara progresif. Aksi yang penting dari hormon paratiroidini adalah
untuk memesok janin dengan kalsium yang adekuat. Selain itu, juga diketahui
mempunyai peran dalam produksi peptida pada janin, plasenta, dan ibu. Pada saat
hamil dan menyusui dianjurkan untuk mendapat asupan vitamin D 10 mg
atau
.
Kelenjar adrenal pada kehamilan normal akan mengecil, sedangkan hormon
Sementara
itu,
dehidroepiandrosteron
sulfat
akan
menurun.
SISTEM KEKEBALAN/IMUN
Sistem imun adalah suatu organisasi yang terdiri atas sel-sel dan molekul-molekul
yang memiliki paranan khusus dalam menciptakan suatu sistem pertahanan tubuh terhadap
infeksi atau benda asing. Terdapat dua jenis respons imun yang berbeda secara
fundamental, yaitu (1) respons yang bersifatinnate (alami / non spesifik), yang berarti
bahwa respons imun tersebut akan selalu sama seberapa pun seringnya antigen tersebut
22
masuk ke dalam tubuh; dan (2) respons yang bersifat adaptif (didapat/spesifik), yang berarti
bahwa akan terjadi perubahan respons imun menjadi lebih adekuat seiring dengan semakin
seringnya antigen tersebut masuk ke dalam tubuh. (Prawirohardjo, Sarwono: 2010, 98).
Ibu hamil sangat peka terhadap terjadinya infeksi dari berbagai mikroorganisme. Secara
fisiologik sistem imun pada ibu hamil menurun, kemungkinan sebagai akibat dari toleransi
sistem imun ibu terhadap bayi yang merupakan jaringan semi-alogenik, meskipun tidak
memberikan pengaruh secara klinik. Bayi intra uterin baru membentuk sistem imun pada
usia kemahilan sekitar 12 minggu, kemudian meningkat dan pada kehamilan 26 minggu
hampir sama dengan sistem imun pada ibu hamil itu sendiri. Pada perinatal bayi mendapat
antibodi yang dimiliki oleh ibu, tetapi setelah 2 bulan antibodi akan menurun. Secara
anatomik dan fisiologik ibu hamil juga mengalami perubahan, misalnya pada ginjal dan
saluran kencing sehingga mempermudah terjadinya infeksi (Sarwono, 2010).
Perubahan sistem kekebalan tubuh pada ibu hamil pada trimester I, II, dan III :
1.
Trimester I:
Peningkatan pH sekresi vagina wanita hamil membuat wanita tersebut lebih rentan
terhadap infeksi vagina. Sistem pertahanan tubuh ibu selama kehamilan akan tetap utuh,
kadar imunoglobulin dalam kehamilan tidak berubah.
Pada ibu hamil yang terkena virus Parvovirus, saat pemeriksaan darah akan didapatkan Ig
M antibodi dalam 10-12 hari setelah infeksi, dan menetap 3-6 bulan.
Ig G akan positif beberapa hari setelah Ig M positif menetap seumur hidup. Jika terjadi
wabah 20-3- % anak sekolah akan terinfeksi sehingga keadaan ini mungkin menyebabkan
50 % perempuan sudah mempunyai kekebalan terhadap virus ini.
2.
Trimester II
Infeksi virus Parvovirus pada perempuan hamil akan menyebabkan abortus, hidrop
nonimun dan kematian janin dan secara total menyebabkan kegagalan kehamilan sebesar
10% . Yaegashi (2000) mendapatkan adanya bayi dengan hidrop sebesar 85% pada bayi
yang sudah terinfeksi Parvovirus pada ibu hamil 10 minggu dengan interval rata-rata 6-7
minggu, dan 80% pada trimester kedua dengan interval rata-rata 20-22 minggu. Di samping
itu, dinyatakan masa kritis untuk infeksi ini adalah pada umur kemahilan 22-23 minggu.
23
3.
Trimester III:
HCG dapat menurunkan respon imun wanita hamil. Selain itu kadar Ig G, Ig A, dan Ig M
serum menurun mulai dari minggu ke-10 kehamilan hingga mencapai kadar terendah pada
minggu ke-30 dan tetap berada pada kadar ini hingga aterm.
E.
SISTEM PERKEMIHAN
Bila satu organ membesar, maka organ lain akan mengalami tekanan, dan pada
kehamilan tidak jarang terjadi gangguan berkemih pada saat kehamilan. Ibu akan merasa
lebih sering ingin buang air kecil. Pada bulan pertama kehamilan kandung kemih tertekan
oleh uterus yang mulai membesar
Pada minggu-minggu pertengahan kehamilan, frekuensi berkemih meningkat. Hal ini
umumnya timbul antara minggu ke- 16 sampai minggu ke- 24 kehamilan.Pada akhir
kehamilan, bila kepala janin mulai turun kandung kemih tertekan kembali sehinggal timbul
sering kencing.Perubahan struktur ginjal merupakan aktifitas hormonal [ estrogen dan
progesteron ], tekanan yang timbul akibat pembesaran uterus, dan peningkatan volume
darah. Sehingga minggu ke-10 gestasi, pelvis ginjal dan uretra berdilatasi.
Pada kehamilan normal fungsi ginjal cukup banyak berubah. Laju filtrasi glomerulus dan
aliran plasma ginjal meningkat pada awal kehamilan. Ginjal wanita harus mengakomodasi
tuntutan metabolism dan sirkulasi ibu yang meningkat dan juga mengekskresi produk
sampah janin. Ginjal pada saat kehamilan sedikit bertambah besar, panjangnya bertambah
1-1,5 cm. Ginjal berfungsi paling efisien saat wanita berbaring pada posisi rekumbeng
lateral dan paling tidak efisien pada saat posisi telentang. Saat wanita hamil berbaring
telentang, berat uterus akan menekan vena kava dan aorta, sehingga curah jantung
menurun. Akibatnya tekanan darah ibu dan frekuensi jantung janin menurun, begitu jg
dengan volume darah ginjal.
Adaptasi sistem perkemihan pada ibu hamil :
Trimester I
24
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan sehingga sering timbul
kencing. Dan keadaan ini hilang dengan tuanya kehamilan bila uterus gravidus keluar dari
rongga panggul. Pada kehamilan normal , fungsi ginjal cukup banyak berubah, laju filtrasi
glomelurus dan aliran plasma ginjal meningkat pada kehamilan.
Bila satu organ membesar, maka organ lain akan mengalami tekanan, dan pada kehamilan
tidak jarang terjadi gangguan berkemih pada saat kehamilan. Ibu akan merasa lebih sering
ingin buang air kecil. Pada bulan pertama kehamilan kandung kemih tertekan oleh uterus
yang mulai membesar.
Kehamilan normal fungsi ginjal cukup banyak berubah. Laju filtrasi glomerulus dan aliran
plasma ginjal meningkat pada awal kehamilan.Ginjal wanita harus mengakomodasi
tuntutan metabolisme dan sirkulasi ibu yang meningkat dan juga mengekskresi produk
sampah janin. Ginjal pada saat kehamilan sedikit bertambah besar, panjangnya bertambah
1-1,5 cm. Ginjal berfungsi paling efisien saat wanita berbaring pada posisi rekumbeng
lateral dan paling tidak efisien pada saat posisi telentang. Saat wanita hamil berbaring
telentang, berat uterus akan menekan vena ekava dan aorta, sehingga curah jantung
menurun. Akibatnya tekanan darah ibu dan frekuensi jantung janin menurun, begitu juga
dengan volume darah ginjal.
Trimester II
Kandung kencing tertekan oleh uterus yang membesar mulai berkurang, karena uterus
sudah mulai keluar dari uterus. Pada trimester 2, kandung kemih tertarik keatas dan keluar
dari panggul sejati kea rah abdomen. Uretra memanjang samapi 7,5 cm karena kandung
kemih bergeser kearah atas. Kongesti panggul pada masa hamil ditunjukkan oleh
hyperemia kandung kemih dan uretra. Peningkatan vaskularisasi ini membuat mukosa
kandung kemih menjadi mudah luka dan berdarah. Tonus kandung kemih dapat menurun.
Hal ini memungkinkan distensi kandung kemih sampai sekitar 1500 ml. Pada saaat yang
sama, pembesaran uterus mennekan kandung kemih, menimbulkan rasa ingin berkemih
walaupun kandung kemih hanya berisi sedikit urine.
Trimester III
25
Pada akhir kehamilan, bila kepala janin mulai turun kepintu atas panggul keluhan sering
kencing akan timbul lagi karena kandung kencing akan mulai tertekan kmbali. Selain itu
juga terjadi hemodilusi menyebabkan metabolisme air menjadi lancar.
Pada kehamilan tahap lanjut, pelvis ginjal kanan dan ureter lebih berdilatasi daripada pelvis
kiri akibat pergeseran uterus yang berat ke kanan akibat terdapat kolon rektosigmoid di
sebelah kiri.Perubahan-perubahan ini membuat pelvis dan ureter mampu menampung urine
dalam volume yang lebih besar dan juga memperlambat laju aliran urine.
Contoh Kasus :
26
adanya kontraksi otot-otot bagian atas uterus yang menyebabkan segmen bawah
rahim menjadi lebih lebar dan tipis.
F. SISTEM PENCERNAAN
Rongga Mulut
Salivasi mungkin akan meningkat sehubungan dengan kesuaran menelan akibat nausea.
Gusi dapat menjadi hiperemis dan melunak, kadang berdarah apabila hanya terkena cedera
ringan, misalnya pada saat gosok gigi. Pembengkakan gusi sangat vaskular disebut epulis
kehamilan yang terkadang dapat timbul, tetapi secara khas mengecil secara spontan setelah
kelahiran. Keadaan tersebut disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen yang meningkat
atau kadang tejadi pada pengguna kontrasepsi oral dan ibu yang mengalami defiisiensi
vitamin C. Tidak ada bukti yang menjelaskan bahwa kehamilan mendorong proses
pembusukan pada gigi.
Biasanya ada penurunan tonus dan motilitas saluran gastrointestinal yang menimbulkan
pemanjangan waktu pengosongan lambung dan transit usus. Hal ini mungkin merupakan
akibat jumlah progesteron yang besar selama proses kehamilan dan menurunkan kadar
motalin-suatu peptida hormonal yang diketahui mempengaruhi otot-otot halus (Christofides
dkk,1982)-atau keduanya. Pada saat persalinan, khususnya setelah pemberian analgesik,
waktu pengosongan lambung secara khas sangat memanjang. Bahaya utama anastesi umum
adalah regurgitasi dan aspirasi, baik isi makanan maupun asam lambung.
Hormon estrogen membuat pengeluaran asam lambung meningkat yang dapat
menyebabkan pengeluaran air liur yang berlebihan (hipersalivasi), daerah lambung terasa
panas, tejadi mual dan sakit/ pusing kepala terutama pagi hari yang disebut morning
sickness. Muntah yang terjadi pada ibu hamil disebut emesis gravidarum. Apabila muntah
berlebihan dan mengganggu kehidupan sehari- hari disebut hiperemesis gravidarum.
27
Pirosis merupakan kejadian yang umum pada kehamilan, Paling mungkin disebabkan oleh
refluks sekret- sekret asam ke esofagus bagian bawah. Posisi lambung yang berubah
mungkin ikut menyumbang pada seringna terjadi peristiwa ini. Tonus esofagus dan
lambung berubah selama kahamilan dengan tekanan intraesofagus yang lebih rendah dari
tekanan lambung lebih tinggi. Selain itu, pada saat yang bersamaan peristaltik esofagus
mempunyai kecepatan gelombang dan amplitudo yang rendah (Ulmsten dan Sundstrom,
1978), perubahan- perubahan tersebut menyokong terjadinya refluks gastroesofageal yang
menimbulkan heart burn.
Oleh karena kehamilan yang berkembang terus, lambung dan usus digeser oleh uterus yang
membesar ke arah atas dan lateral. Sebagai akibatnya, apendiks sebagai contoh biasanya
bergeser ke arah atas, lateral dan sering kali mencapai pinggang kanan. Seperti telah
dijelaskan sebelumnya, tonus serta motilitas dari lambung dan usus berkurang selama
kehamilan.
Hormon progesteron menimbulkan pergerakan usus makin berkurang (relaksasi otot- otot
polos) sehingga makanan lebih lama berada di dalam lambung dan apa yang telah dicerna
lebih lama di dalam usus. Hal ini mungkin baik untuk reabsorpsi, tetapi dapat menimbulkan
konstipasi di mana hal ini merupakan salah satu keluhan dari ibu hamil. Konstipasi dapat
juga terjadi karena kurangnya aktivitas/ senam dan penurunan intake cairan.
Hati
Pertambahan ukuran hati pada beberapa binatang dapat terlihat dengan jelas, tetapi
sebaliknya pada kehamilan manusia, pembesaran hati tersebut tidak dapat terlihat (Combes
dan Adams, 1971). Selain itu, dengan evaluasi histologis hati yang didapat dengan biopsi,
termasuk pemeriksaan dengan mikroskop elektron menyatakan tidak ada perbedaan yang
jelas dari morfologi hati yang terjadi sebagai respons terhadap kehamilan normal (Ingerslev
dan Teilum, 1946). Perubahan terjadi secara fungsional yaitu dengan menurunnya albumin
plasma dan globulin plasma dalam rasio tertentu. Kejadian ini merupakan kejadiaan yang
normal pada wanita hamil. Pada wanita yang tidak hamil kondisi tersebut dapat
menunjukkan adanya penyakit hati.
28
Kandung Empedu
Fungsi kandung empedu berubah selama kehamilan karena pengaruh hipotoni dari otototot halus. Selama melakukan SC, potter (1936) cukup sering menemukan empedu
teregang namun hipotonik dan aspirat empedu cukup kental. Secara umum diterima bahwa
kehamilan menjadi predisposisi pembentukan batu empedu.
Perubahan sistem pencernaan yang dirasakan ibu hamil adalah sebbagai berikut:
1. Trimester I
Pada bulan- bulan pertama kehamilan, terdapat perasaan enek (nausea). Hal ini mungkin
dikarenakan kadar hormon estrogen yang meningkat. Tonus otot- otot traktus digestivus
menurun sehingga motilitas seluruh traktus digestivus juga berkurang. Makanan lebih lama
berada di dalam lambung dan apa yang telah dicernakan lebih lama berada dalam usus. Hal
ini mungkin baik untuk reabsorbsi, tetapi menumbulkan konstipasi yang memang
merupakan salah satu keluhan utama wanita hamil. Tidak jarang dijumpai adanya gejala
muntah (emesis) pada bulan- bulan pertama kehamilan. Biasanya terjadi pada pagi hari,
dikenal dengan morning sickness.Apabila emesis terjadi terlalu sering dan terlalu banyak
dikeluarkan (hiperemesis gravidarum), maka keadaan ini patologik. Hipersalivasi sering
terjadi sebagai kompensasi dari mual dan muntah yang terjadi. Pada beberapa wanita
ditemukan adanya ngidam makanan yang mungkin berkaitan dengan persepsi individu
wanita tersebut mengenai apa yang bisa mengurangi rasa mual dan muntah. Kondisi
lainnya adalah pica (mengidam) yang sering dikaitkan dengan anemia akibat defisiensi zat
besi ataupun adanya suatu tradisi (Hanifa Wiknjosastro, 2002:97).
2. Trimester II dan III
Biasanya terjadi konstipasi karena pengaruh hormon progesteron yang meningkat. Salain
itu, perut kembung juga terjadi karaena adanya tekanan uterus yang membesar dalam
rongga perut yang mendesak organ- organ dalam perut khususnya saluran pencernaan, usus
besar, ke arah atas dan lateral. Wasir (hemoroid) cukup sering terjadi pada kehamilan.
Sebagian besar hal ini terjadi akibat konstipasi dan naiknya tekanan vena- vena di bawah
29
uterus termasuk vena hemoroidal. Panas perut terjadi karena terjadinya aliran balik asam
gastrik ke dalam esofagus bagian bawah.
G. SISTEM MUSKULOSKELETAL
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung jawab
terhadap pergerakan.
Pengaruh dari peningkatan estrogen, progesteron, dan elastin dalam kehamilan
menyebabkan keemahan jaringan ikat serta ketidakseimbangan persedian.
Akibat dari perubahan fisik selama kehamilan sebagai berikut :
a) Peregangan otot-otot
b) Pelunakan ligamen-ligamen
Area yang paling dipengaruhi perubahan-perubahan tersebut adalah sebagai berikut :
a) Tulang belakang (curva lumbar yang berlebihan)
b) Otot-otot abdominal (meregang keatas uterus hamil)
c) Otot dasar panggul (menahan berat badan dan tekanan uterus)
Bagi ibu hamil, bagian ini merupakan titik-titik kelemahan struktural dan bagian
bermasalah yang potensional dikrenakan beban yang menekan kehamilan. Oleh karena itu,
masalah portus merupakan hal biasa dalam kehamilan :
a)
30
selama kehamilan biasanya nomal apabila asupan nutrisinya khususnya produksi susu
terpenuhi. Tulang dan gigi biasanya tidak berubah pada kehamilan yang normal.
Karena pengaruh hormon estrogen dan progesteron, terjadi relaksasi dari ligament-ligament
dalam tubuh menyebabkan peningkatan mobilitas dari sambungan/otot-otot pada pelvic.
Bersamaan dangan membesarnya ukuran terus menyebabkan perubahan yang drastis pada
kurva tulang belakang yang biasanya menjadi salah satu ciri pada seorang ibu hamil.
Perubahan-perubahan tersebut dapat meningkatkan ketidaknyamanan dan rasa sakit pada
bagian belakang yang bertambah seiring dengan penambahan umur kehamilan.
Trimester II dan III.
Hormon progesteron dan hormon relaksasi menyebabkan relaksasi jaringan ikat otot-otot.
Hal ini terjadi maksimal pada satu minggu terakhir kehamilan. Proses relaksasi ini
memberikan kesempatan pada panggul untuk meningkatkan kapasitasnya sebagai persiapan
proses persalinan, tulang pubis melunak menyerupai tulang sendi, sambungan sendi
sacrococcigus mengendur membuat tulang koksigis bergeser kearah belakang sendi
punggul yang tidak stabil. Hal ini menyebablan sakit pinggang. Postur tubuh wanita secara
bertahab mengalami perubahan karena janin membesar dalam adomen sehingga untuk
mengopensasi penambahan berat ini, bahu lebih tetarik kebelakang dan tulang lebih
melengkung, sendi tulang belakang lebih lentur, dan dapat menyebabkan nyeri punggung
pada beberapawanita.
Lordosis progresif merpakan gambaran yang khas pada kehamilan normal. Untuk
menggompensasi posisi anterior uterus yang semakin membesar, lordosis menggeser pusat
grafitasi kebelakang pada tungkai bawah. Mobiltas sakroliaka, sakrokoksigeal, dan sendi
pubis bertambah besar, serta menyebabkan rasa tidak nyaman dibawah punggung,
khususnya pada ahir kehamilan. Selama trimester ahir, rasa pea, mati rasa, a lema dialami
ole anggota badan atas yang disebabkan lordosis yang disebabkan fleksi anterior leher dan
merosotnya lingka bahu sehingga menimbulkan traksi pada nervus ulnaris dan medianus (
Crisp dan deFrancesco, 1964 ). Ligamen rotundum mengalami hipertrofi dan mendapatan
tekanan dari uterus yang mengakibatkan rasa nyeri pada ligamen tersebut.
H.
SISTEM KARDIOVASKULAR
Sistem Kardiovaskular
31
Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang terletak di pusat dada, bagian kanan
dan kiri jantung masing-masing memiliki ruang sebelah atas (atrium yang mengumpulkan
darah dan ruang sebelah bawah (ventrikel) yang mengeluarkan darah. Agar darah hanya
mengalir dalam satu arah, maka ventrikel memiliki satu katup pada jalan masuk dan satu
katup pada jalan keluar.
Fungsi sistem kardiovaskuler ( jantung )
Memberikan dan mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi ke seluruh jaringan dan organ
tubuh yang diperlukan dalam proses metabolisme. Secara normal setiap jaringan dan organ
tubuh akan menerima aliran darah dalam jumlah yang cukup sehingga jaringan dan organ
tubuh menerima nutrisi dengan adekuat.
Sistem kardiovaskular yang berfungsi sebagai sistem regulasi melakukan mekanisme yang
bervariasi dalam merespons seluruh aktivitas tubuh. Salah satu contoh adalah mekanisme
meningkatkan suplai darah agar aktivitas jaringan dapat terpenuhi. Pada keadaan tertentu,
darah akan lebih banyak dialirkan pada organ-organ vital seperti jantung dan otak untuk
memelihara sistem sirkulasi organ tersebut.
Komponen Sistem Kardiovaskular
Sistem kardiovaskular merupakan suatu sistem transpor tertutup yang terdiri atas:
a)
Jantung, sebagai organ pemompa.
b)
Komponen darah, sebagai pembawa materi oksigen dan nutrisi.
c)
Pembululi darah, sebagai media yang mengalirkan komponen darah.
Perubahan anatomi dan fisiologi adaptasi pada ibu hamil kardiovaskular
Trimester I
Sirkulasi darah itu dalam kehamilan dipengaruhi oleh sirkulasi ke plasenta, uterus yang
membesar pula, uterus yang membesar dengan pembuluh darah yang membesar pula,
mammae dan alat lain yang memang berfungsi berlebihan dalam kehamilan. Volume
plasenta maternal mulai meningkat pada saat 10 minggu usia kehamilan dan terus menerus
meningkat sampai 30-34 minggu, sampai ia mencapai titik maksimum. Perubahan rata-rata
volume plasenta maternal berkisar antara 20-100%. RBC meningkat 18% tanpa suplemensuplemen zat besi dan terjadi peningkatan yang lebih besar yaitu 30% jika ibu meminum
32
suplemen zat besi. Karena volume plasma meningkat rata-rata 50% sementara massa RBC
meningkat hanya 18-30%, maka terjadi penurunan hematokrit selama kehamilan normal
sehingga disebut anemia fisiologis.
Tekanan darah akan turun selama 24 minggu pertama kehamilan akibat terjadi
penurunandalam perifer vaskuler resistence yang disebabkan oleh peregangan otot halus
oleh progestrone. Tekanan sistolik akan turun sekitar 5-10 mmHg dan diastolic pada 10-15
mmHg. Selama kehamilan normal cardiac output meningkatkan sekitar 30-50% dn
mencapai level maksimumnya selama trimester pertama atau kedua dan tetap tinggi selama
persalinan.
Hipertropi (pembesaran atau dilatasi ringan jantung mungkin disebabkan oleh peningkatan
volume darah dan curah jantung. Karena diafragma terdorong ke atas, jantung terangkat ke
atas dan berotasi ke depan dan ke kiri. Impuls pada apeks, titik impuls maksimum (point of
maksimum impuls/PMII) bergerak ke atas dan lateral sekitar 1-1,5 cm. Derajat pergeseran
tergantung pada lama kehamilan dan ukuran serta posisi uterus. Pada akhir trimester I
mulai terjadi palpitasi karena pembesaran ukuran serta bertambahanya cardiac output.
Hidung tersembat /berdasas karena pengaruh hormone estrogen dan progesterone terjadi
pembesaran kapiler, relaksai otot vaskuler serta peningkatan sirkulasi darah.
Trimester II
Pada usia kehamilan 16 minggu, mulai jelas kelihatan terjadi proses hemodilusi, setelah 24
minggu tekanan darah sedikit demmi sedikit naik kembali pada tekanan darah sebelum
aterem. Perbubahan auskultasi mengiringi perubahaqn ukuran dari posisi jantung,
peningkatan volume darah dan curah jantung juga menimbulkan perubahan hasil uskultasi
yang umum terjadi selama masa kehamilan.
Bunyi splitting S1 dan S2 lebih jelas terdengar. S3 lebih jelas terdengar setelah minggu ke20 gestasi. Selain itu murmurejeksi sistoloik tingkat II dapat didengar didaerah pulmonal.
Antara minggu ke-14 dan ke-20, denyut meningkat perlahan, mencapai 10 sampai 15 kali
permenit, kemudian menetap sampai aterm, dapat timbul palpitasi.
Trimester III
Selama kehamilan jumlah leukosit akan meningkat yakni berkisar antara 5000-12000 dan
mencapai puncaknya pada saat persalinan dan masa nifas berkisar 14000-16000 penyebab
33
peningkatan ini belum diketahui. Respon yang sama diketahui terjadi selama dan setelh
melakukan latihan yang berat, distribusi tipe sel juga kan mengaami perubahan. Pada
kehamilan, terutama trimesetr ke-3, terjadi peningkatan jumlah granulosit dan limfosit dan
secara bersamaan limfosit dan monosit.
I.
SISTEM INTEGUMEN
Striae Gravidarum
34
Diastasis Rekti
Terkadang otot dinding abdomen tidak dapat menahan tegangan yang diberikan
kepadanya dan muskuli rekti terpisah di garis tengah sehingga membentuk diastasis rekti
dengan lebar yang bervariasi. Jika berat banyak bagian dari dinding uterus anterior yang
hanya tertutup oleh kulit, faisa yang menipis, dan peritoneum.
Angioma, nevus, dan telangiektasis (vascular spider) timbul pada sekitar 2/3 wanita
kulit putih dan kira-kira 10% wanita kulit hitam selama kehamilan (Bean dkk,1949).
Angioma adalah bintik-bintik/garis menonjol kecil merah pada kulit, khusunya terjadi pada
wajah, leher, dada atas, dan lengan dengan radikel-radikel bercabang keluar dari badan
sentralnya. Paling mungkin disebabkan oleh hiperestrogenia.
Palmar erythema merupakan bintik-bintik merah pada bagian telapak tangan. Sering
ditemukan pada kehamilan, namun tidak ada arti klinis yang akan segera menghilang
setelah kehamilan berakhir.
Perubahan sistem integumen yang dirasakan ibu hamil adalah sebagai berikut :
1. Trimester I
a. Palmar eritema (kemerahan ditelapak tangan) dan spider nevi.
b. Linea alba/nigra.
2. Trimester II dan III
a. Chloasma dan perubahan warna areola.
b. Striae gravidarum (bulan ke 6-7).
35
Hipersensitivitas allergen plasenta. Ketidaknyaman yang dirasakan ibu hamil yaitu gatalgatal. Kebutuhan fisiologis yang dibutuhkan ibu hamil :
a.
b.
c.
d.
Terdapat garis pigmentasi dari simfisis pubis sampai ke bagian atas fundus di garis
tengah tubuh diinduksi hormone timbul. Pada primigravida, garis mulai terlihat pada bulan
ketiga terus memanjang seiring dengan meningginya fundus. Pada multigravida,
keseluruhan garis sering kali muncul sebelum bulan ketiga. Terdapat juga tanda regangan
yang timbul pada 50-90% wanita selama pertengahan kedua kehamilan yang dapat
disebabkan oleh kerja adenokortikosteroid, menunjukkan pemisahan jaringan ikat
(kolagen) dibawah kulit. Garis-garis yang sedikit cekung ini cenderung timbul di daerah
36
dengan regangan maksimum (misalnya, di abdomen, paha dan payudara). Tanda kehamilan
yang terjadi terdapat linea nigra dan alba, serta striae gravidarum.
Ketidaknyamanan yang dirasakan oleh ibu hamil yaitu garis-garis diperut dan payudara.
Kebutuhan fisiologis yang dibutuhkan oleh ibu hamil ialah :
a. Gunakan emollien luar atau antipruritik menurut indikasinya
b. Gunakan/kenakan pakaian yang menopang payudara dan abdomen.
J.
SISTEM METABOLISME
37
badan 1,57 m. Maka IMT-ny adalah 51/(1,57)2 = 20,7. Nilai IMT mempunyai rentang
sebagai berikut.
19,8-26,6
: normal
< 19,8
: underweight
26,6 - 29,0 : overweight
>29,0
: obesi
Petambahan berat badan ibu hamil menggambarkan status gizi selama hamil, oleh karena
itu perlu dipantau setiap bulan. jika terdapat kelambatan alam penambahan berat badan ibu,
ini dapat mengindkasikan adanya mal nutrisi sehingga dapat menyebabkan pertumbuhan
janin intra-uteri ( intra-uterin growth Retardation-IUGR)
Disarankan pada ibu primigravida untuk tidak menaikan berat badannya lebih dari 1
kg/bulan.
Perkiraan peningkatan berat badan yang dianjurkan.
4 kg pada kehamilan trimester I.
Pada kehamilan trimester II sampai III, pada perempuan dengan gizi baik
dianjurkan menambah berat badan perminggu sebesar 0,4 kg, sementara pada
perempuan dengan gizi kurang atau berlebih dianjurkan menambah berat badan
perminggu masing- masing 0,5 kg dan 0,3 kg.
Totalnya sekitar 15-16 kg.
Tabel rekomendasi penambahan berat badan selama kehamilan berdasarkan indeks massa
tubuh :
Kategori
Rendah
Normal
Tinggi
Obesitas
Gemeli
IMT
< 19, 8
19, 8 - 26
26 - 29
>29
Rekomendasi (kg)
12, 5 18
11, 5 - 16
7 11, 5
7
16 20, 5
20 minggu
30 minggu
40 minggu
cairan
38
Janin
Plasenta
Cairan amnion
Uterus
Mammae
Darah
Cairan
5
20
30
140
45
100
0
300
170
350
320
180
600
30
1500
430
750
600
360
1300
80
3400
650
800
970
405
1450
1480
ekstraselular
Lemak
310
2050
3480
3345
Total
650
4000
8500
12500
Peningkatan jumlah cairan selama kehamilan adalah suatu hal yang fisiologis. Hal ini
disebabkan oleh turunnya osmolaritas dari 10 mOsm/kg yang diinduksi oleh makin
rendahnya ambang rasa haus dan sekresi vasopresin. Fenomena ini mulai terjadi pada awal
kehamilan. Pada saat aterm 3,5 l cairan berasal dari janin, plaenta, dan cairan amnion,
sedangkan 3 liter lainnya berasal dari akumulasi peningkatan volume darah ibu, uterus, dan
payudara sehingga minimal tambahan cairan selama kehamilan adalah 6,5 l. Penambahan
tekanan vena dibagian bawah uterus dan mengakibatkan oklusi parsial vena kava yang
bermanifasi pada adanya pitting edema dikaki dan ditungkai terutama pada akhir
kehamilan. Penurunan tekanan osmotik koloid interstisial juga akan menyebabkan odema
pada akhir kehamilan.
L.
39
Serum darah (volume darah) bertambah 25 30 % dan sel darah bertambah 20 %. Massa
sel darah merah terus naik sepanjang kehamilan. Hemotokrit meningkat dari TM I TM
III.Selama kehamilan jumlah leukosit akan meningkat yakni bekisar antara 5.000-12.000
/l dan mencapai puncaknya pada saat persalinan dan maa nifas berkisar 14.000-16.000 /
l. Penyebab peningkatan ini belum diketahui. Pada kehamilan, terutama trimester ke-tiga,
terjadi peningkatan granulosit dan limfosit. Pada awal kehamilan aktivitas alkalin fosfatase
juga meningkat.
Pembekuan/Koagulasi
Perubahan pada kadar fibrinogen, faktor-faktor pembekuan dan platelet selama kehamilan
berakibat pada peningkatan kapasitas untuk pembekuan, dengan akibat peningkatan risiko
terjadinya DIC (Disseminated Intravascular Coagulation) seperti yang terjadi pada
komplikasi-komplikasi antara lain molahidatidosa dan abrupsiv plasenta/solusio plasenta.
I.
SISTEM PERNAFASAN
40
41
karena gradien difusi meningkat. Peningkatan gradien konsentrasi karbon dioksida antara
darah ibu dan janin membantu penyaluran karbon dioksida menembus plasenta dan
mungkin penting pada keadaan yang merugikan. Progesteron meningkat kadar karbonat
anhidrase di sel darah merah sehingga efisiensi pemindahan karbon dioksida semakin
tinggi.
Tekanan parsial oksigen pada ibu sedikit meningkat (dari 95-100 mmHg menjadi 101-106
mmHg) dan kadar karbon dioksida menurun (dari 35-40 mmHg menjadi 26-34 mmHg).
Peningkatan ringan PO2 tidak banyak berefek pada saturasi hemoglobin. Namun, postus
memengaruhi kadar oksigen alveolus; posisi telentang pada akhir kehamilan menyebabkan
tekanan oksigen alveolus menurun dibandingkan dengan posisi duduk. Perubahan
oksigenasi alveolus ini mungkin kurang bermakna bagi janin walaupun mungkin dapat
menjadi kompensasi apabila ibu berada di tempat yang tinggi.
Perjalanan udara dikaitkan dengan peningkatan dispnea dan frekuensi pernapasan.
Penurunan kadar karbon dioksida pada kehamilan menyebabkan alkalosis respiratorik
ringan. Perubahan pH memengaruhi kadar kation dalam darah, misalnya natrium, kalium,
dan kalsium, yang membantu pemindahan melalui plasenta dan meningkatan penyediaan
bagi pertumbuhan janin.Terjadi kompensasi metabolic berupa peningkatan ekskresi ion
bikarbonat oleh ginjal. Penurunan bikarbonat serum menyebabkan pH ibu meningkat ke
batas atas rentang fisiologis, dari 7,40 menjadi 7,45. Dengan demikian, kemampuan ibu
untuk mengompensasi asidosis metabolik menurun, yang mungkin menimbulkan masalah
pada persalinan lama atau apabila terjadi penurunan perfusi jaringan.Progeteron memiliki
efek local pada tonus otot polos jalan napas dan pembuluh darah paru. Kapasitas difusi
adalah tingkat kemudahan gas menembus membrane paru. Pada awal kehamilan, kapasitas
difusi menurun mungkin karena efek estrogen pada komposisi mukopolisakarida dinding
kapiler, yang meningkatkan jarak difusi (de Swiet, 1998b). Efek ini mungkin berlangsung
selama beberapa bulan setelah persalinan. Peningkatan retensi air di jaringan paru juga
menyebabkan penurunan kapasitas difusi.
Terjadi peningkatan closing volume yang mengisyaratkan diameter saluran napas kecil
berkurang, hal ini mungkin disebabkan oleh peningkatan cairan paru. Penurunan efisiensi
pemindahan gas paru dikompensasi secara parsial oleh relaksasi otot polos bronkiolus yang
42
dipicu oleh progesterone, yang menurunkan resistensi saluran napas. Penurunan resistensi
saluran napas berarti aliran udara meningkat. Prostaglandin juga mempengaruhi otot polos
bronkiolus. Prostaglandin F2a, yang meningkat sepanjang kehamilan adalah konstriktor
otot polos, prostaglandin E1 dan E2, yang meningkat pada trimester ketiga, merupakan
dilator otot polos.
Bagaimana mereka mempengaruhi efisiensi pernafasan pada kehamilan masih belumlah
jelas, walaupun apabila digunakan menginduksi abortus terapetik prostaglandin F2a dapat
menyebabkan asma pada wanita yang rentan (Kreisman, van de Weil & Mitchell, 1975).
Usaha/ kerja bernafas mungkin tidak berubah karena penurunan risistensi jalan napas
mengkompensasi kongesti dikapiler dinding bronkus. Banyak wanita hamil mengalami
dispnea, yang menimbulkan rasa tidak nyaman dan kecemasan, sering pada awal kehamilan
sebelum terjadi perubahan dalam tekanan intra abdomen. Hal ini dikaitkan erat pada PCO2
dan mungkin disebabkan oleh hiperventilasi (de Swiet, 1998b). kapiler di saluran napas
akan mengalami pembengkakan yang dapat menimbulkan kesulitan bernafas melalui
hidung dan memperparah infeksi saluran napas.
Perubahan laring dan edema pita suara yang disebabkan oleh dilatasi vascular dapat
menyebabkan suara serak dan lebih berat, serta batuk menetap. Pada kasus yang berat,
perubahan berupa penebalan laringini dapat menyebabkan penyulit apabila akan dilakukan
intubasi, misalnya pada anestesia. Pada kehamilan, volume ekspirasi paksa pada 1 detik
dan laju arus puncak biasanya tidak terpengaruh.Saat persalinan, nyeri menyebabkan
peningkatan volume alun napas dan frekuensi pernafasan (efek ini dihilangkan oleh
anesthesia epidural yang efektif). Pada kala dua, kebutuhan otot menyebabkan asidosis
metabolik (peningkatan produksi laktat dan piiruvat). Hal ini sedikit banyak diimbangi oleh
alkalosis respiratorik akibat hiperventilasi (Blackburn & Loper, 1992)
N. SISTEM PERSARAFAN
Sistem persarafan dan sistem hormonal marupakan bagian- bagian tubuh yang saling
berkomunikasi dan saling berhubungan. Sistem ini mempunyai kemampuan untuk
mengoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan
sekitarnya. Sistem persarafan mengatur kebanyakan aktivitas sistem- sistem tubuh lainnya.
43
44
Sistem saraf otonom merupakan sistem persarafan campuran. Serabut- serabut aferennya
membawa masukkan dari organ- organ viseral (berkaitan dengan pengaturan denyut
jantung, diameter pembuluh darah, pernapasan, pencernaan, rasa lapar, mual, pembuangan
dan sebagainya).
Perubahan Anatomi dan Adaptasi Fisiologis Sistem persarafan pada Ibu Hamil :
Trimester I
a.
Perubahan pada telinga, hidung dan laring terjadi karena perubahan gerak
cairan dan permeabilitas pembuluh darah.
b.
Persepsi bau dan rasa erat kaitannya dan penurunan sensitifitas bau
mungkin terjadinya perubahan sensasi dan perubahan makanan yang lebih disukai.
c.
Perubahan dalam persepsi rasa mungkin disebabkan rasa pusing dan
perasaan tidak suka terhadap makanannya, terutama untuk makanan yang rasanya
pahit selama kehamilan.
d.
Ibu hamil mengalami kesulitan untuk mulai tidur, sering terbangun, jam tidur
malam yang lebih sedikit serta efisiensi tidur yang mulai berkurang.
e.
Nyeri kepala ringan, rasa ingin pingsan, dan bahkan pingsan (sinkop) sering
terjadi pada awal kehamilan.
2.
Trimester II
a.
Nyeri kepala akibat ketegangan umum timbul saat ibu merasa cemas dan
tidak pasti tentang kehamilannya. Nyeri kepala dapat juga dihubungkan dengan
gangguan penglihatan, sinusitis, atau migran.
b.
kram tungkai disebabkan pembesaran uterus memberikan tekanan pada
pembuluh darah panggul yang dapat mengganggu sirkulasi dan saraf yang menuju
ektremitas bagian bawah.
c.
masalah neuromuskular seperti kram otot/ tetani akibat kekurangan kalsium
(hipoklasemia)
d.
Meralgia Paresthetica (kesakitan, mati rasa, berkeringat, terasa gatal di
daerah paha), bisa disebabkan oleh tekanan uterus pada saraf kutan lateral femoral.
e.
Pusing dan perasaan seperti melihat kunang-kunang disebabkan oleh
hipotensi supine syndrome (vena cava sindrom). Hal ini terjadi karena
ketidakstabilan vasomotor dan hipotensi postural khususnya setelah duduk atau
berdiri dengan periode yang lama.
3.
Trimester III
45
a.
kehamilan.
Perasaan gembira.
Ada perasaan cemas karena akan punya tanggung jawab sebagai ibu
Menerima atau menolak perubahan fisik
Ayah :
Berbeda tergantung dari : usia,jumlah anak,interest terhadap anak,stabilitas ekonomi
Menerima atau menolak keadaan istrinya yang bisa disebabkan karena adanya gangguan
komunikasi
46
Toleransi terhadap kebutuhan seksual. Dorongan seksual dapat meningkat atau menurun
Ayah dapat menjadi stress, untuk mengatasinya membuat kegiatan baru diluar
rumah.
Trimester II
Ibu :
Mengalami perubahan fisik yang lebih nyata
Ibu merasakan adanya pergerakan janin karena ia menerima dan menganggap
sebagai dari dirinya
Mencari perhatian suami
Berkonsentrasi pada kebutuhan diri dan bayinya
Perasaan lebih berkembang sehingga ibu mulai mempersiapkan perlengkapan
bayinya
Perasaan cenderung lebih stabil
Ayah :
Trimester III
Ibu :
Kecemasan dan ketegangan semakin meningkat oleh karena perbuatan postur
tubuh atau terjadi gangguan body image
Merasa tidak feminism menyebabkan perasaan takut perhatian suami berpaling
atau tidak menyenangi kondisinya
6-8 minggu menjelang persalinan perasaan takut semakin meningkat, merasa
cemas terhadap kondisi bayi dan dirinya
Adanya perasaan tidak nyaman
Sukar tidur oleh karena kondisi fisik atau frustasi terhadap persalinan
Menyibukan diri dalam persiapan persalinan menghadapi persalinan
Ayah :
47
Menganjurkan latian latian fisik seperti senam hamil untuk memperkuat otot- otot dasar
panggul, melatih pernafasan, teknik megedan yang baik dan latihan latihan relaksasi.
c. Adaptasi pada lingkungan tempat bersalin
d. Dilaksanakan dengan mengadakan orientasi : memperkenalkan ruang bersalin, alat-alat
kebidanan dan tenaga kesehatan.
4. ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU NIFAS DENGAN KOMPLIKASI YANG
LAZIM TERJADI
48
Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan. Pengkajian yang benar dan
terarah akan mempermudah dalam merencanakan tinfakan dan evaluasi dari tidakan yang
dilakasanakan. Pengkajian dilakukan secara sistematis, berisikan informasi subjektif dan
objektif dari klien yang diperoleh dari wawancara dan pemeriksaan fisik.
Pengkajian terhadap klien post meliputi :
-
Identitas klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record dan
lain lain
-
Riwayat kesehatan :
1)
riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik, hemofilia, riwayat pre
eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh darah, tempat implantasi
plasenta, retensi sisa plasenta.
2)
Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah dalam jumlah banyak (>500ml),
Nadi lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, tekanan darah
rendah, ekstremitas dingin, dan mual.
3)
Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita hipertensi, penyakit jantung,
dan pre eklampsia, penyakit keturunan hemopilia dan penyakit menular.
1)
Riwayat obstetrik
Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus, banyaknya, baunya , keluhan
Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang keberapa, Usia mulai hamil
3)
Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada abortus, retensi
plasenta
49
bersalin, apakah ada kesulitan dalam persalinan anak lahir atau mati, berat badan anak
waktu lahir, panjang waktu lahir
-
Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada pendarahan, ASI cukup atau
tidak dan kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan kontraksi
4)
Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan, tinggi badan, suhu,
nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat mual, keluhan lain
-
Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat pelayanan, beberapa kali, perawatan
Makan dan minum, meliputi komposisi makanan, frekuensi, baik sebelum dirawat
maupun selama dirawat. Adapun makan dan minum pada masa nifas harus bermutu dan
bergizi, cukup kalori, makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran
dan buah buahan.
-
Eliminasi, meliputi pola dan defekasi, jumlah warna, konsistensi. Adanya perubahan
pola miksi dan defeksi. BAB harus ada 3-4 hari post partum sedangkan miksi hendaklah
secepatnya dilakukan sendiri (Rustam Mukthar, 1995 )
-
Istirahat atau tidur meliputi gangguan pola tidur karena perubahan peran dan
Personal hygiene meliputi : Pola atau frekuensi mandi, menggosok gigi, keramas,
baik sebelum dan selama dirawat serta perawatan mengganti balutan atau duk.
Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan tanda-tanda vital
2) Suhu badan
Suhu biasanya meningkat sampai 380 C dianggap normal. Setelah satu hari suhu akan
kembali normal (360 C 370 C), terjadi penurunan akibat hipovolemia
50
3)
Nadi
Denyut nadi akan meningkat cepat karena nyeri, biasanya terjadi hipovolemia yang
semakin berat.
4)
Tekanan darah
Pernafasan
Bila suhu dan nadi tidak normal, pernafasan juga menjadi tidak normal.
6)
Pemeriksaan Khusus
Nyeri/ketidaknyamanan
Sistem vaskuler
Perdarahan di observasi tiap 2 jam selama 8 jam 1, kemudian tiap 8 jam berikutnya
Sistem Reproduksi
Uterus diobservasi tiap 30 menit selama empat hari post partum, kemudian tiap 8 jam
selama 3 hari meliputi tinggi fundus uteri dan posisinya serta konsistensinya
Lochea diobservasi setiap 8 jam selama 3 hari terhadap warna, banyak dan bau
Perineum diobservasi tiap 8 jam untuk melihat tanda-tanda infeksi, luka jahitan dan
Tinggi fundus atau badan terus gagal kembali pada ukuran dan fungsi sebelum
51
Traktus urinarius
Diobservasi tiap 2 jam selama 2 hari pertama. Meliputi miksi lancar atau tidak, spontan dan
lain-lain
B.
Hipotensi
Peningkatan nadi,
DS:
-
Tujuan :
-
52
TTV stabil
Mandiri:
1)
atau memperberat perdarahan seperti laserasi, retensio plasenta, sepsis, abrupsio plasenta,
emboli cairan amnion.
2)
Kaji dan catat jumlah, tipe dan sisi perdarahan ; timbang dan hitung pembalut ;
Kaji lokasi uterus dan derajat kontraktilitas uterus. Dengan perlahan masase
penonjolan uterus dengan satu tangan sambil menempatakan tangan kedua tepat diatas
simfisis pubis
4)
Pantau parameter hemodinamik, seperti tekanan vena sentral atau tekanan bagi arteri
7)
Ekstremitas dingin
DS:
-
53
Ekstremitas hangat
Pengkajian
1)
Data demografi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, agama, suku bangsa, alamat.
2)
3)
Riwayat penyakit dahulu : apakah klien dan keluarga pernah menderita penyakit
yang sama.
4)
5)
Riwayat seksual, termasuk riwayat PMS sebelumnya, jumlah pasangan seksual pada
Gaya hidup, penggunaan obat intravena atau pasangan yang menggunakan obat
Inspeksi :
Kulit dan area pubis, adakah lesi eritema, visura, lekoplakia, dan eksoria.
Labia mayora, minora, klitoris, meatus uretra terhadap pembengkakan ulkus, keluaran,
dan nodul.
Inspeksi :
Palpasi :
B.
Diagnosa keperawatan :
54
1)
2)
3)
C.
Intervensi
Merasa nyaman
a.
b.
R/ Memudahkan drainase atau luka karena gravitasi dan membantu meminimalkan nyeri
karena gerakan
2) Hipertermi b.d peningkatan tingkat metabolisme
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama 1x 24 jam diharapakaSuhu tubuh klien dalam
batas normal Klien tamapak :
-
a.
b.
Pantau suhu klien (derajat dan pola), perhatikan menggigil atau diaphoresis
R/ Suhu 38,90- 41, 10C menunjukkan proses penyakit infeksius akut. Pola demam dapat
membentu dalam diagnosis, misalnya kurva demam lanjut berakhir lebih dari 24jam
menunjukkan pneumonia pneumokokal.
c.
Pantau suhu lingkungan, batasi/ tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi
55
R/ Suhu ruangan atau jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati
normal
d.
Kesadaran terhadap perasaan, dam cara yang sehat untuk menghadapi masalah
a.
Evaluasi tingkat ansietas, catat respon verbal, dan nonverbal klien. Dorong ekspresi
Evaluasi
1)
56
A : masalah teratasi
P : intervensi di hentikan
C.ASUHAN KEPERAWATAN IBU NIFAS DENGAN KOMPLIKASI BABY BLUES
A.
Pengkajian
Pengenalan gejala mood merupakan hal yang penting untuk dilakukan oleh perawat
perinatal. Rencana keperawatan harus merefleksikan respons perilaku yang diharapkan dari
gangguan tertentu. Rencan individu didasarkan pada karakteristik wanita dan keadaannya
yang spesifik. Suami atau pasangan wanita tersebut juga dapat mengalami gangguan
emosional akibat perilaku wanita tersebut.
Pengkajian pada pasien post partum blues menurut Bobak ( 2004 ) dapat dilakukan pada
pasien dalam beradaptasi menjadi orang tua baru. Pengkajiannya meliputi ;
1)
Identitas klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record dan
lain-lain
2)
Banyak ibu memperlihatkan suatu kebutuhan untuk memeriksa proses kelahiran itu sendiri
dan melihat kembali perilaku mereka saat hamil dalam upaya retrospeksi diri (Konrad,
1987). Selama hamil, ibu dan pasangannya mungkin telah membuat suatu rencana tertentu
tentang kelahiran anak mereka, hal-hal yang mencakup kelahiran pervagina dan beberapa
intervensi medis. Apabila pengalaman mereka dalam persalinan sangat berbeda dari yang
diharapkan (misalnya ; induksi, anestesi epidural, kelahiran sesar), orang tua bisa merasa
kecewa karena tidak bisa mencapai yang telah direncanakan sebelumnya. Apa yang
dirasakan orang tua tentang pengalaman melahirkan sudah pasti akan mempengaruhi
adaptasi mereka untuk menjadi orang tua.
3)
Suatu pengkajian penting mengenai konsep diri, citra tubuh, dan seksualitas ibu.
Bagaimana perasaan ibu baru tentang diri dan tubuhnya selama masa nifas dapat
mempengaruhi perilaku dan adaptasinya dalam menjadi orang tua. Konsep diri dan citra
tubuh ibu juga dapat mempengaruhi seksualitasnya. Perasaan-perasaan yang berkaitan
57
Suatu pengkajian pada masa nifas yang menyeluruh meliputi evaluasi interaksi orang tua
dengan bayi baru. Respon orang tua terhadap kelahiran anak meliputi perilaku adaptif dan
perilaku maladatif. Baik ibu maupun ayah menunjukkan kedua jenis perilaku maupun saat
ini kebanyakan riset hanya berfokus pada ibu. Banyak orang tua baru mengalami kesulitan
untuk menjadi orang tua sampai akhirnya keterampilan mereka membaik. Kualitas keibuan
atau kebapaan pada perilaku orang tua membantu perawatan dan perlindungan anak.
Tanda-tanda yang menunjukkan ada atau tidaknya kualitas ini, terlihat segera setelah ibu
melahirkan, saat orang tua bereaksi terhadap bayi baru lahir dan melanjutkan proses untuk
menegakkan hubungan mereka.
5) Perilaku Adaptif dan Perilaku Maladaptif
Perilaku adaptif berasal dari penerimaan dan persepsi realistis orang tua terhadap
kebutuhan bayinya yang baru lahir dan keterbatasan kemampuan mereka, respon social
yang tidak matur, dan ketidakberdayaannya. Orang tua menunjukkan perilaku yang adaptif
ketika mereka merasakan suka cita karena kehadiran bayinya dan karena tugas-tugas yang
diselesaikan untuk dan bersama anaknya, saat mereka memahami yang dikatakan bayinya
melalui ekspresi emosi yang diperlihatkan bayi dan yang kemudian menenangkan bayinya,
dan ketika mereka dapat membaca gerakan bayi dan dapat merasa tingkat kelelahan bayi.
Perilaku maladaptif terlihat ketika respon orang tua tidak sesuai dengan kebutuhan bayinya.
Mereka tidak dapat merasakan kesenangan dari kontak fisik dengan anak mereka. Bayi
bayi ini cenderung akan dapat diperlakukan kasar. Orang tua tidak merasa tertarik untuk
melihat anaknya. Tugas merawat anak seperti memandikan atau mengganti pakaian,
dipandang sebagai sesuatu yang menyebalkan. Orang tua tidak mampu membedakan cara
berespon terhadap tanda yang disampaikan oleh bayi, seperti rasa lapar, lelah keinginan
untuk berbicara dan kebutuhan untuk dipeluk dan melakukan kontak mata. Tampaknya
sukar bagi mereka untuk menerima anaknya sebagai anak yang sehat dan gembira.
58
6)
Komponen penting lain dalam pengkajian pada pasien post partum blues ialah melihat
komposisi dan fungsi keluarga. Penyesuaian seorang wanita terhadap perannya sebagai ibu
sangat dipengaruhi oleh hubungannya dengan pasangannya, ibunya dengan keluarga lain,
dan anak-anak lain. Perawat dapat membantu meringankan tugas ibu baru yang akan
pulang dengan mengkaji kemungkinan konflik yang bisa terjadi diantara anggota keluarga
dan membantu ibu merencanakan strategi untuk mengatasi masalah tersebut sebelum
keluar dari rumah sakit.
Sedangkan Pengkajian Dasar data klien menurut Marilynn E. Doenges ( 2001 ) Adalah :
1)
2)
Sirkulasi
Integritas Ego
4)
Peka rangsang, takut/menangis (" Post partum blues " sering terlihat kira-kira 3 hari
setelah kelahiran).
5)
Eliminasi
6)
7)
Makanan/cairan
8)
9)
Nyeri/ketidaknyamanan
10) Nyeri tekan payudara/pembesaran dapat terjadi diantara hari ke-3 sampai ke-5
pascapartum.
11) Seksualitas
12) Uterus 1 cm diatas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran, menurun kira-kira 1 lebar
jari setiap harinya. Lokhia rubra berlanjut sampai hari ke-2- 3, berlanjut menjadi lokhia
serosa dengan aliran tergantung pada posisi (misalnya ; rekumben versus ambulasi berdiri)
dan aktivitas (misalnya ; menyusui). Payudara : Produksi kolostrum 48 jam pertama,
berlanjut pada susu matur, biasanya pada hari ke-3; mungkin lebih dini, tergantung kapan
menyusui dimulai.
9. Diagnosa Keperawatan
59
Nyeri
akut/ketidaknyamanan
berhubungan
dengan
trauma
mekanis,
Menyusui
berhubungan
dengan
tingkat
pengetahuan,
pengalaman
sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur/karakteristik fisik payudara ibu.
3)
Risiko tinggi terhadap perubahan peran menjadi orang tua berhubungan dengan
Gangguan
pola
tidur
berhubungan
dengan
Respon
hormonal
dan
Kurang
pengetahuan
mengenai
perawatan
diri
dan
perawatan
bayi
Potensial
terhadap
pertumbuhan
koping
keluarga
berhubungan
dengan
Rencana Keperawatan
Nyeri
akut/ketidaknyamanan
berhubungan
dengan
trauma
mekanis,
untuk
mengatasi
: Mengidentifikasi
dan
menggunakan
intervensi
ketidaknyamanan.
Intervensi Keperawatan :
-
Rasional : Dapat menunjukkan trauma berlebihan pada jaringan perineal dan terjadinya
komplikasi yang memerlukan evaluasi / intervensi lanjut.
60
kelahiran.
Rasional : Memberi anestesia lokal, meningkatkan vasokonstriksi, dan mengurangi edema
dan vasodilatasi.
-
Rasional : Penggunaan pengencangan gluteal saat duduk menurunkan stres dan tekanan
langsung pada perineum.
-
Rasional : Memberikan kenyamanan, khususnya selama laktasi, bila afterpain paling hebat
karena pelepasan oksitosin.
2)
Menyusui
berhubungan
dengan
tingkat
pengetahuan,
pengalaman
sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur/karakteristik fisik payudara ibu.
Tujuan
: Mengungkapkan
pemahaman
tentang
proses/situasi
menyusui,
Kaji
pengetahuan
dan
pengalaman
klien
tentang
menyusui
sebelumnya
Berikan informasi, verbal dan tertulis, mengenai fisiologi dan keuntungan menyusui,
perawatan putting dan payudara, kebutuhan diet khusus, dan faktorfaktor yang
memudahkan atau mengganggu keberhasilan menyusui.
Rasional : Membantu menjamin supli susu adekuat, mencegah putting pecah dan luka,
memberikan kenyamanan, dan membuat peran ibu menyusui.
61
Rasional : Posisi yang tepat biasanya mencegah luka putting, tanpa memperhatikan
lamanya menyusu.
-
Risiko tinggi terhadap perubahan peran menjadi orang tua berhubungan dengan
Perhatikan respons klien/pasangan terhadap kelahiran dan peran menjadi orang tua.
Rasional : Kemampuan klien untuk beradaptasi secara positif untuk menjadi orang tua
mungkin dipengaruhi oleh reaksi ayah dengan kuat.
-
Evaluasi sifat dari menjadi orangtua secara emosi dan fisik yang pernah dialami
Tinjau ulang catatan intrapartum terhadap lamanya persalinan, adanya komplikasi, dan
62
Evaluasi status fisik masa lalu dan saat ini dan kejadian komplikasi pranatal, intranatal,
atau pascapartal.
Rasional : Kejadian seperti persalinan praterm, hemoragi, infeksi, atau adanya komplikasi
ibu dapat mempengaruhi kondisi psikologis klien.
-
Rasional : Ibu sering mengalami kesedihan karena mendapati bayinya tidak seperti bayi
yang diharapkan.
-
Rasional : Beberapa ibu atau ayah mengalami kasih sayang bermakna pada pertama kali ;
selanjutnya, mereka dikenalkan pada bayi secara bertahap.
-
Kolaborasi dalam merujuk untuk konseling bila keluarga beresiko tinggi terhadap
masalah menjadi orang tua atau bila ikatan positif diantara klien/pasangan dan bayi tidak
terjadi.
Rasional : Perilaku menjadi orang tua yang negatif dan ketidakefektifan koping
memerlukan perbaikan melalui konseling, pemeliharaan atau bahkan psikoterapi yang
lama.
4)
Risiko
tidak
efektif
koping
individual
berhubungan
dengan
krisis
maturasional dari kehamilan/mengasuh anak dan melakukan peran ibu dan menjadi orang
tua (atau melepaskan untuk adopsi), kerentanan personal, ketidakadekuatan sistem
pendukung, persepsi tidak realistis
Tujuan : Mengungkapkan ansietas dan respon emosional, mengidentifikasi kekuatan
individu dan kemampuan koping pribadi, mencari sumber-sumber yang tepat sesuai
kebuuhan.
Intervensi Keperawatan :
-
Kaji respon emosional klien selama pranatal dan dan periode intrapartum dan persepsi
63
Rasional : Terhadap hubungan langsung antara penerimaan yang positif akan peran feminin
dan keunikan fungsi feminin serta adaptasi yang positif terhadap kelahiran anak, menjadi
ibu, dan menyusui.
-
Rasional : Membantu klien / pasangan bekerja melalui proses dan memperjelas realitas dari
pengalaman fantasi.
-
Kaji terhadap gejala depresi yang fana (" perasaan sedih " pascapartum) pada hari ke-2
Evaluasi kemampuan koping masa lalu klien, latar belakang budaya, sistem
mempelajari peran baru dan strategi untuk koping terhadap bayi baru lahir.
Rasional : Keterampilan menjadi ibu / orang tua bukan secara insting tetapi harus
dipelajari.
-
orang tua, pelayanan sosial, kelompok komunitas, atau pelayanan perawat berkunjung.
Rasional : Kira kira 40 % wanita dengan depresi pascapartum ringan mempunyai gejala
gejala yang menetap sampai 1 tahun dan dapat memerlukan evaluasi lanjut.
5)
Gangguan
pola
tidur
berhubungan
dengan
Respon
hormonal
dan
64
Rasional : Persalinan atau kelahiran yang lam dan sulit, khususnya bila ini terjadi malam,
meningkatkan tingkat kelelahan.
-
Rasional : Rencana yang kreatif yang membolehkan untuk tidur dengan bayi lebih awal
serta tidur siang membantu untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
-
Berikan informasi tentang efek-efek kelelahan dan ansietas pada suplai ASI.
Rasional : Kelelahan dapat mempengaruhi penilaian psikologis, suplai ASI, dan penurunan
refleks secara psikologis.
-
Kaji lingkungan rumah, bantuan dirumah, dan adanya sibling dan anggota keluarga
lain.
Rasional : Multipara dengan anak di rumah memerlukan tidur lebih banyak dirumah sakit
untuk mengatasi kekurangan tidur dan memenuhi kebutuhannya.
6)
Kurang
pengetahuan
mengenai
perawatan
diri
dan
perawatan
bayi
Pastikan persepsi klien tentang persalinan dan kelahiran, lama persalinan, dan tingkat
kelelahan klien.
65
Rasional : Terhadap hubungan antara lama persalinan dan kemampuan untuk melakukan
tanggung jawab tugas dan aktifitas-aktifitas perawatan diri/perawatan bayi.
-
Rasional : Periode pascanatal dapat merupakan pengalaman positif bila penyuluhan yang
tepat untuk membantu pertumbuhan ibu, maturasi, dan kompetensi.
-
Berikan informasi tentang perawatan diri, termasuk perawatan perineal dan higiene,
perubahan fisiologis.
Rasional : Membantu mencegah infeksi, mempercepat pemulihan dan penyembuhan, dan
berperan pada adaptasi yang positif dari perubahan fisik dan emosional.
-
Potensial
kecukupan
terhadap
pemenuhan
memungkinkan
tujuan
pertumbuhan
koping
kebutuhan-kebutuhan
aktualisasi
keluarga
individu
diri
dan
berhubungan
dengan
tugas-tugas
adaptif,
muncul
ke
permukaan.
Rasional : Perawat dapat membantu memberikan pengalaman positif di rumah sakit dan
menyiapkan keluarga terhadap pertumbuhan melalui tahap tahap perkembangan.
-
periode pascapartum.
66
komunitas.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan orang tua tentang membesarkan anak dan
perkembangan anak.
A. Pengkajian Reflek Bayi Baru Lahir
REFLEKS PADA MATA:
1.
2. Pupil: Pupil kontriksi bila sinar terang diarahkan padanya: reflek ini harus ada
sepanjang hidup.
Deviasi: Kontriksi tidak sama pupil dilatasi terfiksasi
3. Mata boneka: Ketika kepala digerakkan dengan perlahan ke kanan dan ke kiri, mata
normalnya tidak bergerak: reflek ini harus hilang sesuai perkembangan.
Deviasi: Paralis abdusen asimetris
REFLEKS PADA HIDUNG:
67
1. Bersin: Respon spontan saluran terhadap iritasi atau obstruksi: reflek ini harus
menetap sepanjang hidup.
Deviasi: Tidak ada bersin atau bersin terus menerus
2. Glabela: Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara dua alis mata)
menyebabakan mata menutup dengan rapat.
Deviasi: Tidak ada reflek
Menghisap: Bayi harus memulai gerakan menghisap kuat pada area sirkumolar
sebagai respon terhadap rangsang: reflek ini harus tetap ada selama masa bayi,
bahkan tanpa rangsangan sekalipun, seperti pada saat tidur.
Deviasi: Menghisap lemah atau tidak ada
2. Muntah: Stimulasi faring posterior oleh makanan, hisapan, atau masuknya selang
harus menyebabkan refleksi muntah: reflek ini harus menetap sepanjang hidup
Deviasi: Tidak adanya reflek muntah menunjukkan adanya kerusakan pada syaraf
glosoferingeal
3.
Rooting: Menyentuh atau menekan dagu sepanjang sisi mulut akan menyebabkan
bayi membalikan kepala ke arah sisi tersebut dan mulai menghadap: harus hilang
kira-kira pada usia 3-4 bulan, tetapi dapat menetap selama 12 bulan.
Deviasi: Tidak ada refleks, khususnya bila bayi tidak merasa kenyang
68
Menggenggam: Sentuhan pada telapak tangan atau telapak kaki dekat dasar jari
menyebabkan fleksi tangan dan jari kaki, genggaman telapak tangan harus
berkurang setelah usia 3 bulan, digantikan dengan gerakan volunter, genggaman
plantar berkurang pada usia 8 bulan.
Deviasi: Fleksi asimetris dapat menunjukkan paralisis
2. Babinski: Tekanan ditelapak kaki bagian luar ke arah atas dari tumit dan menyilang
bantalan kaki menyebabkan jari kaki hiperekstensi dan halus dorsofleksi: reflek ini
harus hilang setelah usia 1 tahun.
Deviasi: Menetap setelah usia 1 tahun menunjukkan lesi traktur piramidal
3. Klonus Pergelangan kaki: Dorsofleksi telapak kaki yang cepat ketika menopang
lutut pada posisi fleksi parsial mengakibatkan munculnya satu sampai dua gerakan
oskilasi (denyut). Akhirnya tidak boleh ada denyut yang teraba.
Deviasi: Beberapa denyutan
69
C diikuti dengan fleksi lemah: bayi mungkin menangis: reflek ini harus hilang
setelah usia 3-4 bulan, biasa paling kuat selama 2 bulan pertama
Deviasi: Menetapnya reflek moro 6 bulan terakhir dapat menunjukkan kerusakan
otak reflek moro asimetris atau tidak ada dapat menunjukkan cedera pada fleksus
brakial, klavikula, atau humerus.
2. Startle: Suara keras yang tiba-tiba menyebabkan abduksi lengan dengan fleksi siku:
tangan tetap tergenggam: harus hilang pada usia 4 bulan.
Deviasi: Tidak adanya refleks ini menunjukkan kehilangan pendengaran
3. Perez: Saat bayi tertelungkup pada permukaan keras, ibu jari ditekan sepanjang
medula spinalis dari sakrum ke leher: bayi berespon dengan menangis,
memfleksikan ekstremitas dan meninggikan pelvis dan kepala: lordosis tulang
belakang, serta dapat terjadi defekasi dan urinisasi, hilang pada usia 4-6 bulan.
Deviasi: Signifikasi hampir sama dengan reflek moro
4. Toknik leher asimetris (menengadah): Jika kepala bayi dimiringkan dengan cepat ke
salah satu sisi, lengan dan kakinya akan berekstensi pada sisi tersebut dan lengan
yang berlawanan dan kaki fleksi,harus hilang pada usia 3-4 bulan, untuk digantikan
dengan posisi simetris dari kedua sisi tubuh.
Deviasi: Tidak adanya atau menetapnya reflek ini menunjukkan kerusakan sistem
syaraf.
5. Neck-rigthting: Jika bayi terlentang, kepala dipalingkan ke satu sisi: bahu dan
batang tubuh membalik ke arah tersebut, diikuti dengan pelvis: menghilang pada
usia 10 bulan
Deviasi: Tidak ada: signifikansinya hampir sama dengan reflek tonik pada leher
asimetris
70
6. Otolith-rigthing: Jika badan bayi yang tegak ditengadahkan, kepala kembali tegak,
posisi tegak.
Deviasi: Tidak ada:signifikansinya hampir sama dengan tonikleher asimetris
7. Inkurvasi batang tubuh (Galant): Sentuhan pada punggung bayi sepanjang tulang
belakang menyebabkan panggul bergerak ke arah sisi yang distimulasi: refleks ini
harus hilang pada usia 4 minggu.
Deviasi: Tidak adanya refleks ini menunjukkan lesi medula spinalis.
8. Menari atau melangkah: Jika bayi dipegang sedemikian rupa hingga telapak kaki
menyentuh permukaan keras, akan ada fleksi dan ekstensi resiprokal dari kaki,
menstimulasi berjalan: harus hilang setelah usia 3-4 minggu, digantikan oleh
gerakan yang dikehendaki.
Deviasi: Langkah tidak simetris
9. Merangkak: Bayi bila ditempatkan pada abdomennya (tertelungkup), membuat
gerakan merangkak dengan tangan dan kaki: harus hilang kira-kira pada usia 6
minggu.
Deviasi: Gerakan tidak simetris
10. Placing: Bila bayi dipegang tegak dibawah lengannya dan sisi dorsal telapak kaki
dengan tiba-tiba ditempatkan diatas objek keras, seperti meja, kaki mengangkat
seolah-olah telapak melangkah diatas meja, usia hilangnya refleks ini bervariasi
Deviasi: Tidak ada reflek
5.ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR
Pengkajian fisik bayi baru lahir
1. Posture
71
a. Inspeksi
Bayi baru lahir akan memperlihatkan posisi didalam rahim selama beberapa
hari
b. Riwayat persalinan
Tekanan saat dalam rahim pada anggota gerak atau bahu dapat
menyebabkan ketidaksimetrisan wajah untuk sementara atau menimbulkan
tahanan saat ekstremitas akstensi.
2. Tanda-tanda vital
a. Suhu: aksila 36,5-37C, suhu stabil setelah 8-10 jam kelahiran
b. Frekuensi Jantung: 120-140 denyut/menit, bisa tidak teratur untuk
periode singkat, terutama setelah menangis
c. Pernafasan: 30-60 kali/menit
d. Tekanan Darah:
78/42mmHg
Pada waktu lahir, sistolik 60-80mmHg dan diastolik 40-50mmHg
Setelah 10 hari, sistolik 95-100mmHg dan diastolik sedikit
meningkat
Tekanan darah bayi baru lahir bervariasi seiring perubahan
tingkat aktivitas (terjaga,menangis atau tidur )
3. Pengukuran umum
a. Berat: berat badan lahir 2500-4000gr
72
73
b. Bentuk dan ukuran: ukuran kepala bayi baru lahir seperempat panjang
tubuh, kadang sedikit tidak simetris akibat posisi dalam rahim.
c. Fontanel: fontanel anterior bentuk berlian, 2-5 sampai 4,0 cm. Fontanel
posterior bentuk segitiga 0,5 sampai 1 cm. Fontanel harus datar, lunak dan
padat.
d. Sutura: teraba dan tidak menyatu
6. Mata
a.
Letak: pada wajah dengan jarak antar mata masing-masing 1/3 jarak dari
bagian luar kantus ke bagian luar kantus yang lain.
b.
Bentuk dan ukuran: ukuran dan bentuk simetris, kedua bola mata ukuran
sama, refleks kornea sebagai respons terhadap sentuhan, refleks pupil
sebagai respo terhadap cahaya, reflek berkedip sebagai respon terhadap
cahaya atau sentuhan. Gerakan bola mata acak, dapat fokus sebentar, dan
dapat melihat kearah garis tengah.
7. Hidung
Berada di garis tengah wajah, tampak tidak ada tulang hidung, datar, lebar,
terdapat sedikit mucus tetapi tidak ada lender yang keluar. Kadang bersin untuk
membersihkan hidung.
8. Telinga
Terletak pada garis sepanjang kantus luar, terdiri dari tulang rawan padat,
berespon terhadap suara dan bayi.
9. Mulut
Gerakan bibir simetris , gusi berwarna merah muda, palatum lunak dan palatum
74
keras utuh, uvula digaris tengah, terdapat reflek menghisap, rooting dan
ekstrusi.
10. Leher
Leher pendek, dikelilingi lipatan kulit dan tidak terdapat selaput. Kepala
terdapat digaris tengah. Muskulus strenokleidomastoideus sama kuat dan tidak
teraba massa, bebas bergerak dari satu sisi ke sisi lain, terdapat reflek leher
tonik, reflek neck-righting dan reflek orolith-ligthing.
11. Dada
Bentuk hampir bulat (sperti tong), gerakan dada simetris, gerakan dada dan
perut sinkron dengan pernapasan. Putting susu menonjol dan simetris, nodul
payudara sekitar 6 mm pada bayi cukup bulan.
12. Abdomen
Bentuk abdomen bulat, menonjol, hati teraba 1-2 cm di bawah batas iga kanan.
Tidak teraba massa, tidak distensi. Bising usus terdengar 1-2 jam setelah lahir,
mekonium keluar 24-28 jam setelah lahir. Batas antara tali pusat dan kulit jelas,
tidak terdapat usus halus didalamnya, tali pusat kering didasar dan tidak berbau.
13. Genetalia
a. Wanita: labia dan klitoris biasanya edema, labia minora lebih besar dari
labia mayora, meatus uretral di belakang klitoris, vernika kaseosa di antara
labia, berkemih dalam 24 jam.
b. Laki-laki: lubang uretra pada puncak glen penis, testis dapat diraba di dalam
setiap skrotum, skrotum biasanya besar, edema, pendulus, dan tertutup
dengan rugae, biasanya pigmentasi lebih gelap pada kulit kelompok etnik.
Smegma dan berkemih dalm 24 jam
c. Periksa anus ada atau tidak menggunakan termometer anus
75
14. Ekstremitas
Mempertahankan posisi seperti dalam rahim. Sepuluh jari tangan dan jari kaki,
rentang gerak penuh, punggung kuku merah muda, dengan sianosis sementara
segera stelah lahir. Fleksi ekstremitas atas dan bawah. Telapak biasanya datar,
Ekstremitas simetris, Tonus otot sama secara bilateral, Nadi brakialis bilateral
sama.
EVALUASI APGAR PADA BAYI BARU LAHIR
N
Tanda
Frekuensi Jantung
Tidak ada
Dibawah 100
Diatas 100
Upaya pernafasan
Tidak ada
Tidak teratur
Menangis
baik
3
Tonus otot
lemah
Beberapa fleksi
Gerakan aktif
tungkai
4
Tidak ada
respon
Warna
Biru sianotik
menyeringai
Batuk atau
bersin
Pucat tubuh
Seluruhnya
merah muda ,
merah muda
tungkai /
ekstremitas biru
Asfiksia : Bayi tidak dapat segera bernapas spontan dan teratur setelah lahir.
Asfiksia berat : Apgar skor = 0-3
Asfiksia ringan: Apgar skor =4-6
Penatalaksanaan
76
1. mengeringkan dengan segera dan membungkus bayi dengan kain yang cukup hangat
untuk mencegah hipotermi.
2. Menghisap lendir untuk membersihkan jalan nafas sesuai kondisi dan kebutuhan.
3. Memotong dan mengikat tali pusat, memberi ntiseptik sesuai ketentuan setempat.
4. Bonding Attacment (kontak kulit dini) dan segera ditetekan pada ibunya.
5. Menilai apgar menit pertama dan menit kelima
6. Memberi identitas bayi: Pengecapan telapak kaki bayi dan ibu jari ibu, pemasangan
gelang nama sesuai ketentuan setempat
7. Mengukur suhu, pernafasan, denyut nadi.
8. Memandikan/membersihkan badan bayi, kalau suhu sudah stabil (bisa tunggu sampai
enam jam setelah lahir)
9. Menetesi obat mata bayi untuk mencegah opthalmia neonatorum.
10. Pemerikksaan fisik dan antropometri.
11. Pemberian vitamin K oral/parenteral sesuai kebijakan setempat.
12. Rooming in (rawat gabung): penuh atau partial.
Diagnosa keperawatan dan intervensi pada bayi baru lahir
1. Tidak efektif bersihan jalan napas berhubungan dengan mucus berlebihan, posisi tidak
tepat
Intervensi keperawatan
1. Hisap mulut dan naso faring dengan spuit bulb sesuai kebutuhan
2. Tekan bulb sebelum memasukkan dan mengaspirasi faring, kemudian hidung untuk
mencegah aspirasi cairan
3. Dengan alat penghisap mekanis, batasi setiap upaya penghisapan sampai lima detik
dengan waktu yang cukup antara upaya tersebut memungkinkan reoksigenisasi
4. Posisikan bayi miring ke kanan setelah memberikan makan untuk mencegah aspirasi
5. Posisikan bayi telungkup atau miring selama tidur
6. Lakukan sedikit mungkin prosedur pada bayi selama jam pertama dan sediakan oksigen
untuk digunakan bila terjadi distress pernapasan
7. Ukur tanda vital sesuai kebijakan institusional dan lebih sering bila perlu. Observasi
77
adanya tanda-tanda distres pernapasan dan laporkan adanya hal berikut dengan segera:
tacipnea, mengorok, stridor, bunyi napas abnormal, pernapasan cuping hidung, sianosis.
8. Pertahankan popok, pakaian dan selimut cukup longgar untuk memungkinkan ekspansi
paru maksimum (abdomen) dan untuk menghindari terlalu panas
9. Bersihkan lubang hidung dari sekresi kering selama mandi atau bila perlu.
10. Periksa kepatenan lubang hidung.
2. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur,
perubahan suhu lingkungan.
Intervensi keperawatan:
1. Selimuti bayi dengan rapat dalam selimut hangat
2. Tempatkan bayi dalam lingkungan yang dihangatkan sebelumnya di bawah penghangat
radian atau di dekat ibu
3. Tempatkan bayi pada permukaan yang diberi bantalan dan penutup
4. Ukur suhu bayi pada saat tiba di tempat perawatan atau kamar ibu: lakukan sesuai
kebijakan rumah sakit mengenai metode dan frekuensi pemantauan
5. Pertahankan temperatur ruangan antara 24C-25,5C dan kelembaban sekitar 40%
sampai 50%
6. Berikan mandi awal sesuai kebijakan rumah sakit, cegah menggigil pada bayi sebelum
mandi dan tunda mandi bila ada pertanyaan mengenai stabilisasi suhu tubuh
7. Beri pakaian dan popok pada bayi dan bedong dalam selimut
8. Berikan penutup kepala pada bayi bila kehilangan panas menjadi masalah karena area
permukaan besar dari kepala memungkinkan terjadinya kehilangan panas
9. Buka hanya satu area tubuh untuk memeriksa atau prosedur
10. Waspada terhadap tanda hipotermia atau hipertermia.
3. Resiko tinggi infeksi atau inflamasi berhubungan dengan kurangnya pertahanan
imunologis, faktor lingkungan, penyakit ibu
Intervensi keperawatan:
1. Cuci tangan sebelum dan setelah merawat setiap bayi
78
79
8. Dorong ayah atau orang pendukung lain untuk berpartisipasi dalam pemberian makan
dengan botol
9. Tempatkan bayi miring ke kanan setelah makan untuk mencegah aspirasi
10. Observasi pola feces
6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis maturasi, kelahiran bayi cukup
bulan, perubahan dalam unit keluarga
Intervensi
1. Segera mungkin setelah kelahiran dorong orang tua untuk melihat dan menggendong
bayi, tempatkan bayi baru lahir dekat ke wajah orang tua untuk menciptakan kontak sosial
2. Idealnya lakukan perawatn mata setelah pertemuan awal bayi dengan orang tua, dalam 1
jam setelah kelahiran bila bayi terjaga dan paling mungkin untuk berhubungan secara
visual dengan orang tua
3. Identifikasikan untuk orang tua prilaku khusus yang ditunjukkan pada bayi (mis:
kesadaran, kemampuan untuk melihat, penghisapan yang kuat, rooting dan perhatiakn pada
suara manusia)
4. Izinkan saudara kandung untuk berkunjung dan menyentuh bayi baru lahir bila mungkin
5. Jelaskan perbedaan fisik pada bayi baru lahir, seperti kepala botak, potongan tali pusat
dan klemny dll
6. Jelaskan pada saudara kandung harapan realistis mengenai kemampuan pada bayi baru
lahir contoh: memerlukan perawatan komplit, bukan teman bermain
7. Dorong saudara kandung untuk berpartisipasi dalam perawatan dirumah agar mereka
merasa menjadi bagian dari pengalaman
8. Dorong orang tua untuk menghabiskan waktu dengan anak-anaknya yang lain dirumah
untuk mengurangi perasaan cemburu terhadap saudara baru
Implikasi Keperawatan
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pada bayi lahir normal umumnya tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium, namun
kadang-kadang dengan dengan riwayat kehamilan dan kondisi tertentu perlu dilakukan
pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi tertentu perlu dilakukan pemeriksaan sesuai
80
81
membentuk vitamin K nya sendiri untuk beberapa hari pertama, begitu juga bagi bayi yang
mendapat ASI secara eksklusive juga beresiko mengalami kekurangan vitamin K Fakta
menunjukan cukup banyak bayi baru lahir mengalami pendarahan terutama di otak dan
saluran cerna, oleh karena itu bayi perlu diberi vitamin K sebagai tindakan pencegahan
terhadap pendarahan.
Vitamin K yang diberikan yaitu vitamin K1 (phytonadione) untuk meningkatkan
pembentukan promthrombin. Pemberiannya biasa secara parental, 0,5 1 mg i.m dengan
dosis satu kali segera setelah lahir (sebelum 24 jam). Pemberian vitamin K1 bisa juga
secara oral denagan ketentuan 2 mg apabila berat badan lahir lebih dari 2500 gram segera
setelah lahir dan diulangi dengan dosis yang sama (2 mg) pada hari keempat. Bila berat
badan lahir kurang dari 2500 gram, dosis yang dianjurkan adalah 1 mg dengan cara
pemberian yang sama yaitu hari pertama dan ke empat setelah lahir.
Diagnosa keperawatan:
Beresiko aspirasi berhubungan dengan muntah setlah pemberian obat.
Intervensi keperawatan:
a. Beritahu orang tua (ibu) tentang kebijakan pemberian obat vitamin K1
b. Beri obat secara hati-hati agar tidak tersedak
c. Bayi ditidurkan pada posisi miring (side position) setelah minum
d. Observasi bayi secara rutin
e. Pada pemberian oral, ingatkan pada ibu perlu dosis ulangan pada hari keempat
2. Tetes / zalf mata Pada bayi baru lahir yang normal, walaupun belum terdeteksi adanya
masalah, kadang-kadang perlu juga memberikan obat-obatan tertentu sebagai tidakan
pencegahan yang rutin. Obat profilaksis yang rutin diberikan adalah:
1. Vitamin K
2. Tetes / zalf mata
Pada bayi baru lahir secara rutin diberikan tetes mata nitrat perak 1% atau eritromycin tetes
mata untuk mencegah oftalmia neonatorum.
Pada situasi tidak tersedianya nitrat perak 1% atau erytromycin dapat diberikan obat tetes /
82
zalf mata dari jenis antibiotika lain, misalnya garamicin. Terramicin, kemicetin atau
tetracilin tetes /zalf mata diberikan pada kedua belah mata, obat diteteskan pada bagian
dalam dari konjungtiva kelopak bawah mata. Dosis umumnya masing-masing mata satu
tetes.
Intervensi keperawatan:
a. Jaga kebersihan mata bayi
b. Cuci tangan secara rutin sebelum dan sesudah merawat bayi.
c. Pastikan obat yang dipakai tepat konsentrasinya dan dalam kondisi baik
d. Beri tetes / zalf mata setelah bayi kontak pertama dengan ibu, karena terutama zalf mata
dianggap dapat menghambat proses bonding dan attachment karena mengaburkan
pandangan bayi (menghalangi eye contact)
e. Observasi tanda-tanda inveksi mata atau reaksi alergi
f. Dokumentasikan semua dengan singkat dan tepat.
Perawatan setelah bayi pulang kerumah:
Beri pengetahuan kepada keluarga:
1. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI minimal 2 atau 3 jam sekali,namun jika bayi
memerlukan lebih dari itu maka sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan bayi.
2. Anjurkan pada keluarga untuk menjemur bayi 5 sampai 10 menit tiap pagi hari.
3. Anjurkan kepada keluarga untuk selalu merawat tali pusat selama tali pusat belum lepas.
4. Anjurkan keluarga untuk selalu memandikan bayi atau selalu memperhatikan kebersihan
bayi.
5. Anjurkan keluarga untuk selalu memberikan imunisasi kepada anak mereka.
83
Umumnya bertangkai, berasal dari mucosa intracervikal tapi kadang-kadang dapat pula
tumbuh dari daerah portio.
Makroskopis
Dapat tunggal atau multipel dengan ukuran beberapa sentimeter, warna kemerah-merahan
dan rapuh. Kadang-kadang tangkainya jadi panjang sampai menonjol dari introitus. Kalau
asalnya dari portio konsistensinya lebih keras dan pucat dengan tangkai yang tebal.
Tanda dan Gejala
Sering tidak memberikan gejala apa-apa dan baru diketahui pada pemeriksaan rutin
lainnya. Kalu besar dapat menyebabkan fluor dan perdarahan intermenstrual atau
perdarahan kontak setelah koitus. Mengejan terlalu kuat seperti waktu defekasi dapat pula
menyebabkan perdarahan. Seringkali gejala-gejalanya mirip dengan carsinoma pada
stadium awal.
Terapi :
- Ekstirpasi (+ curetase)
- Cauterisasi
2. MIOMA UTERI
Pengertian
Mioma Uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat
yang menumpanginya. Mioma uteri juga dikenal dengan istilah fibromioma karsinoma atau
pun
fibroid.
Miometrium merupakan berkas-berkas otot polos yang tersusun saling beranyaman, yang
diantaranya terdapat pembuluh darah. Keadaan patologik yang sering ditemukan pada
miometrium ialah tumor jinak jenis mioma uteri dan terdapatnya di endometrium diantara
serabut miometrium (adenomiosis). Sedang yang ganas (leiomiosarkoma), jarang
ditemukan.
Patologi Anatomi
84
Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uterus hany 1-3% sisanya adalah dari
korpus uteri. Besar tumor dapat bermacam-macam, dapat kecil (< 1 cm) atau besar sekali
sampai beberapa kilogram. Bila kecil seringkali ditemukan secara kebetulan pada hasil
histerektomi. Mioma uteri dapat ditemukan didaerah korpus uteri ataupun di serviks uteri.
Mioma uteri yang servikal, bila terletak disebelah anterior akan menyebabkan desakan
pada vesika urinaria. Vesika urinaria berubah letaknya terhadap uretra, sehingga
mengakibatkan retensi urine. Bila didiamkan, maka dapat berakibat terjadinya sistitis
(infeksi vesika urinaria) sampai hidronefrosis.
Menurut letaknya, mioma dibagi menjadi 3 macam yaitu :
1. Mioma uteri Subserosum
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri. Dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat pula
sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Pertumbuhan ke arah
lateral dapat berada di dalam ligamentum latum, dan disebut sebagai mioma intraligamen.
Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal, sebagai suatu massa. Perlekatan
dengan omentum disekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari
tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga mioma
terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma
jenis ini dikenal sebagai mioma jenis parasitik.
Apabila terjadi putaran pada tangkai yang diikuti dengan bangunan di sekitarnya, maka
akan timbul rasa sakit yang sangat dan mendadak (abdomen akut) sehingga penderita dapat
syok. Putaran yang terjadi tidak lengkap, bisa menyebabkan obstruksi pembuluh darah
sehingga terjadi asites.
2. Mioma Uteri Intramural
Disebut juga mioma intrepitelial. Biasanya multipel. Apabila masih kecil, tidak merubah
bentuk uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol. Uterus
bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma sering tidak memberikan gejala klinis
yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah
bawah. Kadangkala tumor tumbuh sebagai mioma subserosa, dan kadang-kadang sebagai
mioma submukosa.
3. Mioma Uteri Submukosa
85
Dari sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih penting dibandingkan
dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun intramural walaupun
ditemukan cukup besar tetapi seringkali memberi keluhan yang tidak berarti. Sebaliknya
pada jenis submukosa walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan perdarahan
melalui vagina. Perdarahan sulit untuk dihentikan, sehingga terapinya dilakukan
histerektomi.
Keadaan
ini
berbeda
dengan
jenis
lainnya.
Mioma tumbuh menonjol kedalam kavum uteri, yang kemudian mengisi seluruh kavum
uteri. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dan besar kavum uteri. Bila tumor
tumbuh dan bertangkai, maka tumor dapat keluar dan masuk kedalam vagina. Tangkai bisa
menjadi sangat tipis dan akhirnya putus, sehingga tumor dilahirkan secara spontan. Macam
mioma yang mengisi vagina tersebut mudah mengalami infeksi dan ulserasi.
Gejala Klinik
Gejala klinik tergantung besar dan letaknya tumor. Bila masih kecil letaknya intramural
atau subserosa, tidak memberi keluhan apa-apa. Bila besar maka keluhan seringkali berupa
rasa berat pada daerah perut diatas pubis. Bila tumor mengadakan penekanan pada rektum
maka akan terjadi obstipasi. Penekanan pada vesika urinaria menyebabkan kencing yang
kurang puas, karena urin masih tersisa. Adanya torsi akan menyebabkan rasa sakit yang
sangat sehingga penderita dapat sampai syok. Perdarahan melalui vagina dikeluhkan para
penderita dengan mioma uteri submukosa, yang kadang-kadang disertai anemia.
Tanda dan gejala yang dikeluhkan juga sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini
berada (servik, intramural, submukosum, subserosum), besarnya tumor, perubahan dan
komplikasi yang terjadi.
Gejala tersebut dapat digolongkan :
Perdarahan abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menorragia dan dapat
juga terjadi metrorrhagia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan antara lain :
-
Pengaruh
ovarium
sehingga
terjadilah
hiperplasia
endometrium
sampai
adenokarsinoma endometrium
- Permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasa
86
87
dilepaskan. Konsistensi tumor kenyal keras. Bila terjadi degenerasi kistik, konsistensinya
luinak. Bila terjadi kalsifikasi, konsistensi menjadi keras.
Mikroskopik
Terdiri atas serabut otot polos, yang tersusun padat saling beranyaman. Sel berbentuk
lonjong, serta sama dengan inti lonjong.
Pada potongan melintang, sel berbentuk bulat dan polihedral, dengan inti bulat. Degenerasi
hialin yang ditemukan berupa massa homogen, berwarna jambon tanpa mengandung inti.
Degenerasi ini sering ditemukan.
Kadangkala mioma mempunyai susunan sel sangat padat (hiperseluler) sehingga sulit
dibedakan
dengan
tumor
ganas
miometrium
yaitu
leimiosarkoma.
Disamping mioma uteri, dikenal pula beberapa tumor jinak lainnya, akan tetapi sangat
jarang
ditemukan,
yaitu
limfangioma,
hemangioma
dan
hemangioperisitoma.
Pathways
Sel-sel otot tidak matang Idiopatik Peningkatan estrogen
( belum jelas)
Mioma Uteri
Psikologis Fisik
Cemas
Torsi
pada
tangkai
Perbesaran
uteri
Meluasnya
permukaan
88
pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus bila
mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam
menopause.
- Torsi (Putaran Tangkai)
Sarang mioma bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut sehingga
mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilan sindroma abdomen akut. Jika torsi terjadi
perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi. Hal ini hendaknya dibedakan dengan suatu
keadaan dimana terdapat banyak sarang mioma dalam rongga peritoneum. Sarang mioma
dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena gangguan sirkulasi darah
padanya. Misalnya terjadi pada mioma yang dilahirkan hingga perdarahan berupa
metrorhagia atau menorrhagia disertai leukore dan gangguan-gangguan yang disebabkan
oleh infeksi dari uterus sendiri.
Pemeriksaan Diagnosis
- Pemeriksaan bimanual : Mengungkapakan tumor padat uterus yang umumnya terletak di
garis tengah atau pun agak kesamping seringkali teraba berbenjol-benjol. Mioma
subserosum
dapat
mempunyai
tangkai
yang
berhubungan
dengan
uterus.
Miomektomi
pengambilan
sarang
mioma
saja
tanpa
pengangkatan
uteri
- Histerektomi
Radioterapi
Bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita mengalami menopause.
Radioterapi dikerjakan jika terdapat kontra indikasi untuk tindakan operatif dan jika ada
keganasan uteri.
Pengkajian
Keluhan utama
89
Ada massa di perut bawah, Menorrahgi, Rasa berat pada perut, Dysmenorhe, Perdarahan,
Nyeri perut bagian bawah, Gangguan eliminasi.
Riwayat perkawinan
Riwayat haid, menarche
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum, TTV, TB/BB, Px Fisik.
Diagnosa Keperawatan
Cemas berhubungan dengan ketidakpastian diagnosa dan ketakutan kemungkinan menjadi
ganas
Nyeri berhubungan dengan tekanan pada urat saraf
Resiko tinggi terjadi gangguan seksual berhubungan dengan adanya dispareunia
Gangguan eliminasi urine : sering berkemih berhubungan dengan penekanan pada kandung
kemih
Intervensi
Dorong
untuk
memberikan
waktu
untuk
mengungkapkan
masalah
90
Klien
mengungkapkan
dan
mendemonstrasikan
kebersihan
setelah
BAK
3. KISTA OVARII
Kista Ovarium dalam kehamilan dapat menyebabkan nyeri perut oleh karena putaran
tangkai, pecah atau perdarahan.
91
Penilaian Klinik
Kista
ovarium
putaran
tungkai
atau
perdarahan
biasanya
terjadi
Kadang-kadang kista ovarium ditemukan pada pemeriksaan fisik, tanpa ada gejala
(asimptomatik)
Pathways
Ada masa di abdomen
Nyeri perut tapi tidak dijumpai perdarahan
Kista Ovarium
Ansietas
Laparatomi
Penanganan
Pada
kista
ovarium
dengan
keluhan
nyeri
perut
dilakukan
laparatomi
Pada kista ovarium asimptomatik, besarnya > 10 cm dilakukan laparotomi pada trimester
kedua
kehamilan
Kista yang kecil (15 cm) umumnya tidak memerlukan tindakan operatif
Kista 5-10 cm memerlukan observasi, jika menetap atau membesar lakukan laparotomi
Jika pada laparotomi ada kemungkinan keganasan, pasien perlu dirujuk ke rumah sakit
yang
lebih
lengkap
untuk
evaluasi
dan
penanganan
selanjutnya
NCP
Ansietas berhubungan dengan krisis situasional, perubahan pada status kesehatan
Berikan informasi yang aktual dan akurat tentang prosedur
Beritahukan klien kemungkinan dilakukannya anestesi lokal atau spinal
Diskusikan hal-hal yang harus diantisipasi yang dapat menakutkan pasien
Identifikasi tingkat rasa takut klien
Berikan obat sesuai petunjuk misalnya obat sedatif, hipnotis
Persiapan Pasien Pulang
92
93
pertumbuhan tumor menjadi ulseratif. Perdarahan yang dialami segera sehabis senggama
(disebut sebagai perdarahan kontak) merupakan gejala karsinoma serviks (75-80%)
Perdarahan yang timbul akibat terbukanya pembuluh darah makin lama lebih sering terjadi,
juga di luar senggama (perdarahan spontan). Perdarahan spontan umumnya terjadi pada
tingkat klinik yang lebih lanjut (II dan III), terutama pada tumor yang bersifat eksofitik.
Pada wanita usia lanjut yang sudah tidak melayani suami secara seksual, atau janda yang
sudah menopause bilamana mengidap kanker serviks sering terlambat datang meminta
pertolongan. Perdarahan spontan saat defekasi akibat tergesernya tumor eksofitik dari
serviks oleh skibala, memaksa mereka datang ke dokter. Adanya perdarahan spontan
pervaginam saat berdefekasi, perlu dicurigai kemungkinan adanya karsinoma serviks
tingkat lanjut. Adanya bau busuk yang khas memperkuat dugaan adanya karsinoma.
Anemia akan menyertai sebagai akibat perdarahan pervaginam yang berulang. Rasa nyeri
akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf, memerlukan general anestesi untuk dapat
melakukan pemeriksaan dalam cermat, khususnya pada lumen vagina yang sempit dan
dinding yang sklerotik dan meradang. Gejala lain yang timbul ialah gejala-gejala yang
disebabkan oleh metastasis jauh. Sebelum stadium akhir, penderita meninggal akibat
perdarahan eksesif, kegagalan faal ginjal (CRF), akibat infiltrasi tumor ke ureter sebelum
memasuki kandung kemih, yang menyebabkan obstruksi total.
Klasifikasi Klinis
Ada beberapa Klasifikasi klinis menurut IFGO yaitu :
Stadium O : Carsinoma in situ = Ca intraepitelial = Ca Preinvasif
Stadium I : Ca terbatas pada serviks
Stadium Ia : Disertai invasi dari stroma (preclinical Ca) yang hanya diketahui secara
histologis.
Stadium Ib : Semua kasus-kasus lainnya dari Stadium I
Stadium II : Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai ke panggul, telah mengenai
dinding vagina tapi tidak melebihi 2/3 bagian proximal
Stadium III : Sudah sampai dinding panggul dan 1/3 bagian bawah vagina
Stadium IV : Sudah mengenai organ-organ lain.
94
Diagnosa stadium O s/d Ia hanya dapat ditentukan secara mikroskopis maka disebut
mikrocarsinoma.
Pemeriksaan Diagnostik
Tes seleksi tergantung riwayat, manifestasi klinis dan indeks kecurigaan untuk kanker
tertentu.
1. Scan ( misal : MRI, CT Scan,Gallium) dan Ultrasound: Dilakukan untuk tujuan
diagnostik, identifikasi metastatik, dan evaluasi respon pada pengobatan.
2. Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum, melubangi) : dilakukan untuk diagnosis banding dan
menggambarkan pengobatan. Dapat dilakukan melalui sumsum tulang, kulit, organ, dsb.
3. Penanda tumor (zat yang dihasilkan dan disekresi oleh sel tumor dan ditemukan dalam
serum, misal : CEA, Antigen spesifik prostat, alfa-fetoprotein, HCG, asam fosfat prostat,
kalsitonin, antigen onkofetal pankreas, CA 15-3, CA 19-9, CA 125, dsb)
4. Tes Kimia skrining : Elektrolit (Natrium, Kalium, Kalsium), tes ginjal (BUN, Creatinin),
tes hepar (Bilirubin, AST/ SGOT, alkalin fosfat, LDH), Tes tulang (alkalin fosfat, kalsium),
perubahan sel darah merah dan sel darah putih, Trombosit berkurang atau meningkat.
5. Sinar X dada : untuk menyelidiki penyakit paru metastatik atau primer.
Terapi
* Ca In situ *
1. Histerektomi totalis + pengangkatan vagina secukupnya. Pada wanita muda ditinggalkan
1 atau 2 ovarium. Tidak dilakukan radioterapi karena :
a. Dapat menyebabkan menopause pada wanita muda
b. Ada beberapa kasus yang resisten terhadap radioterapi
2. Amputasi serviks atau konisasi. Dilakukan pada wanita muda yang masih ingin punya
anak dengan syarat : bila lesinya kecil sekali, dapat dilakukan pemeriksaan smear secara
teratur, penderita cukup intelegensinya untuk mengerti arti penyakitnya.
Setelah konisasi kemungkinan untuk hamil lebih kecil karena ada perubahan pada serviks.
Terapi bagi stadium Ib keatas : makro carsinoma yaitu dengan terapi radiasi.
95
Diagnosa Keperawatan
Ansietas (tingkatan) berhubungan dengan krisis situasi (kanker), ancama kematian.
Ditandai dengan : peningkatan ketegangan, gemetar, ketakutan, gelisah
Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (kompresi/ destruksi jaringan saraf,
infiltrasi saraf atau suplai vaskularnya, obstruksi jaras saraf, inflamasi efek samping
berbagai agen terapi saraf.
Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan perubahan fungsi / struktur tubuh.
Catatan : Intervensi dan rasionalnya dapat dilihat di buku Rencana perawatan maternal dan
bayi oleh Marilynn E Doenges, Jakarta : EGC.
5. KANKER MAMAE
A. Pengertian
Kanker payudara adalah gangguan yang dapat mempengaruhi organ dalam tubuh ditandai
dengan oleh proliferasi sel abnormal jaringan epitel pada duktus lafiferis atau lobulus pada
payudara, membentuk massa yang padat, terbentuk tumor yang sering disebut neoplasma.
Neoplasma kemudian menyebar ke jaringan sekitar dan akhirnya mempengaruhi fungsi
normal.
B. Etiologi
- Tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara, sebaiknya serangkaian faktor
genetik hormonal dan kejadian lingkungan dapat menunjang terjadinya kanker. Bukti yang
bermunculan menunjukkan bahwa perubahan genetik berkaitan dengan kanker payudara,
namun apa yang menyebabkan perubahan belum diketahui.
- Perubahan genetik ini termasuk perubahan/mutasi dalam gen normal dan pengaruh
protein baik yang menekan/meningkatkan perkembangan kanker payudara.
- Hormon yang dapat berpengaruh dalam kanker payudara adalah normal hormon steroid
yang dihasilkan ovarium (hormon estrodiol dan hormon progesteron).
- Meskipun belum ada penyebab spesifik dari kanker payudara, para peneliti
96
97
alkohol 3 x /sehari. Temuan riset menunjukkan wanita muda minum alkohol lebih rentan
mengalami
kanker
payudara
(Brunner
&
Suddarth,
Danielle
Gale).
98
99
6. Foto toraks
7. USG
G. Pathways Kanker Payudara
Faktor genetik
Hormonal
Lingkungan
Faktor resiko
Area sensorik/
motorik
Nyeri
Hiperplasia sel
Perkembangan sel atipik
Carsinoma sel insitu
Massa
Non -Operatif
Sinostatika
Radiasi
Kerusakan jaringan
Post radioterapi
Kekeringan muka
Gangguan integritas kulit
Menekan bor morrow
Kekeringan klj. rambut
Sist. hemopoltik terganggu
Anemia
trombositupeni
Lekopenia
Resti infeksi
Ggn citra tubuh
100
< cairan
Gangguan sistem gastro intestinal
Mual/muntah
BB nafsu makan
Gangguan nutrisi
Alopesia
Operatif
Jaringan terputus
< perawatan diri karena imobil
H. Penatalaksanaan
Ada 3 kombinasi
- Pembedahan
- Kemoterapi
- Radiasi
1. Pembedahan
Biopsi biasanya jenis pemebedahan pertama bagi seorang wanita dengan kanker payudara.
Tujuannya adalah menentukan bila ada masa malignasi dan untuk mengetahui jenis kanker
payudara, ada 2 prosedur :
a. Prosedur satu tahap
Anestesi umum dengan potongan beku cepat, bila potongan memperlihatkan malignasi,
ahli bedah melakukan mastektomi.
b. Prosedur 2 tahap : - biopsi dengan anestesi lokal
- klien dipulangkan
2. Terapi Radiasi
Untuk pengobatan tahap 1 & 2
Keuntungan : kontrol tumor lokal/pemeliharaan payudara
Efek : Reaksi kulit
Fraktur tulang kosta
101
Pneumonitis
Limfodema
3. Kemoterapi
a. Cara pemberian obat sitostatika dapat dilakukan secara :
1) Per Oral (PO)
2) Sub Cutan (SC)
3) Intra Muskuler (IM)
4) Intra Arteri (IA)
5) Intra Vena (IV)
6) Intra Thecal (lewat fs. lumbal)
7) Intra peritongal (pleural)
b. Pemilihan vena dan tempat penusukan
1) Kemoterapi dapat membuat iritasi pada vena dan jaringan lunak
2) Tempat penusukan harus diganti setiap 72 jam (3 hari)
3) Vena yang cocok untuk penusukan terasa halus, lembut, cukup besar (jangan vena yang
menonjol dan keras)
4) Vena yang baik dan sering digunakan : basilic, chepalic, metacarpal.
c. Persiapan kemoterapi
1) Ukur BB, TB, luas badan, darah lengkap, FS. Ginjal, Fs. Liver, gula darah urine lengkap,
EKG, Thorax Ap/lat, ECSW, BMP.
2) Periksa program terapi yang digunakan, waktu pemberian obat sebelumnya.
3) Periksa nama klien, dosis obat, jenis obat, cara pemberian obat.
4) Periksa informed concent (klien dan keluarga)
5) Siapkan obat sitostatika.
6) Siapkan cairan Na (L 0,9%, MA 5% atau intralit)
7) Pengalas plastik, kain
8) Gaun lengan dengan panjang, masker, topi, kacamata, sarung tangan, sepatu.
9) Spuit dispossible 5cc, 10 cc, 20 cc, 50 cc.
10) Set infus dan cateter kecil (ababat)
102
103
104
O : Kehilangan payudara
- Bentuk tubuh yang tidak bagus.
Intervensi : Berikan support pada klien untuk melihat insisi pembedahan
- Fasilitas sistem pendukung keluarga (pasangan/keluarga) klien.
- Jawab pertanyaan klien dan dampak yang diharapkan atas gaya hidup.
- Evaluasi perasaan klien mengenal hilangnya payudara identitas seksual, hubungan citra
tubuh.
- Berikan kesempatan pada klien rasa berduka cita atas kehilangan payudara.
- Izinkan klien untuk mengungkapkan emusi negatif (marah).
- Anjurkan pada klien untuk komunikasi terbuka klien dengan keluarga.
- Anjurkan klien untuk mengunjungi klien lain yang mempunyai penyakit yang sama,
dengan kemampuan koping yang baik.
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan efek kemoterapi, radiasi.
Tanda : S :
O : Mual, muntah
- Adanya stomatitis, diare
- Anoreksia, BB
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Intervensi : Kaji riwayat BB dulu dan pemasukan makan
- Diskusikan antara pemasukan dan penurunan BB
- Berikan teknik untuk mengatasi mual
- Observasi adanya distensi abdomen
- Sajikan makanan sesuai selera klien.
- Kolaborasi antiemetik.
105
1. Identitas klien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan
alamat, diagnosa medis serta data penanggung jawab Alasan masuk rumah sakit Biasanya
klien merasa nyeri pada daerah perut dan terasa ada massa di daerah abdomen, mual,
perdarahan.
2. Riwayat Kesehatan Riwayat kesehatan sekarang Merupakan data yang diperlukan untuk
mengetahui kondisi kesehatan klien saat ini. Keluhan yang dirasakan klien post operasi
biasanya nyeri sebagai efek dari pembedahan seperti: cemas, gangguan aktifitas, dan
gangguan nutrisi
3. Riwayat kesehatan dahulu Merupakan data yang diperlukan untuk mengetahui kondisi
kesehata n klien sebelum menderita penyakit sekarang, seperti pernah mengalami kanker
atau tumor pada organ lain.
4. Riwayat kesehatan keluarga Apakah keluarga klien ada yang menderita penyakit seperti
yang diderita klien, dan untuk menentukan apakah ada penyebab herediter atau tidak.
5. Riwayat perkawinan Jumlah perkawinan dan lama perkawinan merupakan salah satu
faktor predisposisi terjadinya tumor ovarium.
6. Riwayat kehamilan dan persalinan Dengan kehamilan dan persalinan/tidak, hal ini tidak
mempengaruhi untuk tumbuh/tidaknya suatu tumor ovarium.
7. Riwayat menstruasi Klien dengan tumor ovarium kadang-kadang terjadi digumenorhea
dan bahkan sampai amenorhea.
Pemeriksaan Fisik
Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah secara sistematis
a. Kepala
1. Hygiene rambut
2. Keadaan rambut
b. Mata. 1. Sklera : ikterik/tidak
2. Konjungtiva : anemis/tidak
3. Mata : simetris/tidak
c. Leher 1. Ada/tidak adanya pembengkakan kelenjer tyroid
2. Ada/tidak adanya Tekanan vena jugolaris.
106
d. Dada Pernapasan
1. Jenis pernapasan
2. Bunyi napas
3. Penarikan sela iga
e. Abdomen
107
Rencana Pulang Hal ini perlu dikaji untuk mengidentifikasi bantuan yang dibutuhkan klien
untuk perawatan di rumah.
Diagnosa yang mungkin muncul :
Diagnosa yang muncul
1. Gangguan rasa nyaman ( Nyeri ) berhubungan dengan putaran tangkai tumor/ infeksi
pada tumor.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah.
3. Gangguan retensi urine berhubungan dengan penekanan daerah sekitar panggul.
B. NCP (Nursing Care Plain) Diagnosa Rencana Asuhan Keperawatan keperawatan Tujuan
Intervensi Rasional:
1. Gangguan rasa nyaman ( Nyeri ) berhubungan dengan putaran tangkai tumor/ infeksi
pada tumor.
Tujuan: setelah melakukan 2X24 JAM nyeri berkurang dengan KH :
Intervensi :
frekuensi,kualitas.
hangat / dingin.
Tingkatkan istrahat
108
Rasional :
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah
Tujuan : Dalam 2x24 jam nutrisipada klien terpenuhi dengan KH :
BB klien meningkat
Intervensi :
Kaji kemampuan klien untuk mendapatkan dan menggunakan nutrisi yang oenting.
Rasional :
109
Intervensi :
Kateterisasi jika perlu monitor tanda dan gejala ISK (panas hematuria,perubahan
Menjaga privasi
110
111
2.
3.
untuk menentukan jumlah anak, tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
4.
5.
6.
Dilakukan harus ada sebab-sebab yang mendorong, antara lain untuk menjaga
kesehatan ibu karena seringnya melahirkan maka akan menanggung beban yang sangat
berat baik fisik maupun mental. Secara fisik seorang ibu yang mengandung memerlukan
tambahan-tambahan gizi agar dapat memelihara daya tahan jasmaninya dan juga untuk
menjaga keselamatan jiwa yang dikandungnya, disamping itu bila ia menyusui anak-anak
yang belum dapat disapih, maka dengan sendirinya iapun membutuhkan kadar gizi yang
jumlahnya cukup untuk dapat menyediakan kadar susu yang bergizi untuk anak tersebut.
Oleh sebab itu apabila seorang ibu mengandung lebih-lebih pada masa permulaan akan
mengalami gejala kelainan pada mentalnya.
Maksud dari pada Keluarga Berencana itu sendiri sebagai suatu usaha yang disengaja
untuk mengatur masalah kependudukan, sedangkan penduduk merupakan unsur penting
bagi negara, tanpa adanya penduduk tidak mungkin akan adanya sebuah negara.
Dalam suatu negara program pembangunan yang dilaksanakan tidak seimbang dengan laju
pertumbuhan penduduk, sehingga menimbulkan permasalahan dari berbagai aspek dalam
kehidupan yang merupakan titik sentral dari pada pembangunan, adapun aspek-aspek
penduduk menyangkut antara lain :
1. Jumlah dan besarnya penduduk
Besarnya jumlah penduduk merupakan kebanggan bagi kita, tetapi harus disadari jumlah
penduduk yang besar itu akan merupakan hambatan pembangunan. Bila tidak disertai oleh
112
DAFTAR PUSTAKA
1.
113
2.
Jakarta: EGC
3.
Nasiruddin Latief. (1981) KB di Pandang dari Sudut Hukum Islam. Jakarta:
BKKBN
4.
KH. Bisri Musthofa. (1974). Islam dan Keluarga Berencana. Kabupaten Kudus:
BKKBN
5.
7.
Jakarta : EGC
10.
Coad, Jane dan Dunstall, Melvyn. 2007. Anatomi dan Fisiologi untuk Bidan.
Jakarta : EGC
11.
Kamaruddin. Februari 2009
12.
Vivian Nanny Lia Dewi, Sunarsih Tri.2011. Asuhan Kehamilan untuk
Kebidanan.Jakarta: Salemba Medika
13.
Muttaqin Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
14.
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. Jakarta.
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
15.
(rustam mochtar,1998:35). (Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan ,Vivian
Nanny Lia Dewi dan Tri Sunarsih2014:89-91 )
16.
http://id.wikepidia.org/wiki/persalinan_di_air
17.
http://documents.tips/documents/trend-dan-issue-dalam-keperawatanmaternitasdocx.html
18.
Bobak, Lowdermilk, Jensen. (2004). Buku Ajar: Keperawatan Maternitas
edisi-4. Jakarta: EGC.
19.
Cunningham, F.G. dkk.(2005). Obstetri Williams (edisi 21). Jakarta: EGC
20.
Rencana Asuhan keperawatan, edisi 3, penerbit buku kedokteran,
Jakarta.Manuaba
114
21.
Gede,Bagus.2004,Kapita
Selekta
Kedokteran
dan
KB
Jakarta
EGCPrawiroharjo,Sarwono.2005.Ilmu Kandungan .
22.
Jakarta : YBPSP ---------.2005.Ilmu Kebidanan .Jakarta : YBPSPSylvia
Anderson. (2000).
23.
Gale, Danielle, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, Jakarta.
24.
Brunner & Suddart, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi
volume 2, Jakarta, EGC.
25.
Doenges, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC.
26.
Price, Anderson (1995), Patofisiologi Proses Penyakit, Edisi 4, Buku Kedua,
Jakarta, EGC.
27.
Simposium Keperawatan, (2003), Kemoterapi, Semarang.
28.
Bobak, Irene M, Margareth Duncan Jensen, Maternity & Gynecologic Care:
The Nurse and The Family fifth edition, Phildelphia : Mosby Year Book, 1993.
29.
Ida Bagus Gde Manuaba, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana, Jakarta : EGC, 1998.
30.
Hanifa Wiknjosastro, Ilmu Kandungan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 1997.
31.
Sarjadi, Patologi Ginekologik, Jakarta : Hipokrates, 1995.
32.
Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNPAD, Ginekologi, Bandung, 1999.
33.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal edisi I cetakan 2, Jakarta, 2001.
34.
Tucker, Susan Martin, Marry M Canobbio, Standar Perawatan Pasien :
Proses Keperawatan, Diagnosis dan Evaluasi edisi V Volume 4alih bahasa Yasmin
Asih, Jakarta : EGC, 1998.
115