Anda di halaman 1dari 62

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asuhan kebidaan merupakan penerapan fungsi, kegiatan dan tanggung
jawab bidan dalam pelayanan yang di berikan kepada klien yang memilki
kebutuhan dan/atau masalah kebidanan (kehamilan, Persalinan, Nifas, bayi
Baru Lahir, Keluarga Berncana, wanita dan Pelayanan Kesehatan Masyrakat).
Keberhasilan tujuan kebidanan antara lain dipengaruhi oleh adanya
keterkaitan masing-masing komponen yang dapat mempengaruhi keberhasilan
tujuan asuhan, dari pemberi asuhan maupun penerima asuhan, (Soepardan,
2008).
Kehamilan dan persalinan merupakan merupakan kejadian fisiologi yang
normal. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan
keluarga menantikannya selama 9 bulan ketika persalinan dimulai, peran ibu
adalah untuk melahirkan bayinya. Peran petugas kesehatan adalah
memberikan pelayanan antenatal/ asuhan antenatal (ANC) untuk memantau
persalinan dan mendeteksi dini adanya komplikasi, di samping itu bersama
keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu (Prawirohardjo, 2010).
Berdasarkan kompetensi bidan ± 80% kompetensi bidan mengarah ke
fisiologi sehingga sorang bidan dituntut benar-benar professional dan
bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya. Seorang bidan merupakan
bagian tim dari pelayanan kesehatan yang turut berperan dalam pencapaian
indikator kesehatan suatu bangsa. Salah satu indikatornya adalah Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Melihat fakta
dilapangan permasalahan kesehatan ibu dan anak masih merupakan prioritas
pemerintah dimna masih tingginya AKI dan AKB (Kementrian Kesehatan RI,
2011).
Dalam memberikan pelayanan spesifik pada pelayanan primer (Pusksmas)
seorang bidan bertugas dalam melakukan kegiatan Pemantauan Wilayah
Setempat (PWS) yang terdiri beberapa indikator yaitu K1, K4, Persalinan
Oleh Tenaga Kesehatan dan non kesehatan, KNF1, KNF2, KNF3, Deteksi

1
Resiko Oleh masyarakat, KN1, KN2 dan KN3. Data indikator Pemantauan
Wilayah Setempat (PWS) Kota Palu tahun 2014 cakupan K1 yaitu sebesar
103,4% dari yang ditargetkan 100% sedangkan cakupan K4 kota Palu sebsar
97,7% sesuai dengan target nasional dari jumlah sasaran ibu hamil sebesar
7927. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan kota palu sebesar 100,28%
dari yang ditargetkan 90% dari jumlah sasaran ibu bersalin tahun 2014 yaitu
7554. Cakupan KF3 kota Palu sebesar 95% dan mencapai target nasional
dengan jumlah ibu nifas pada tahun 2014. Cakupan Kunjungan Neonatus
(KN) adalah pesentase nenonatal yang mendapatkan pelayanan kesehatan
minimal 2 kali. Cakupan KN1 kota palu sebesar 100,3% dari yang ditargetkan
95% dari jumlah bayi yang yang ada di kota palu yaitu 7209 bayi. Kunjungan
neonatus pada tahun 2014 sebesar 99,4% dari yang ditargetkan 95% dari 7209
bayi (Dinas Kesehatan Kota Palu, 2014).
Berdasarkan data tahun 2014 yang diperoleh dari wilayah kerja Puskesmas
Kamonji ada beberapa penyebab utama kematian ibu yang di sebabkan oleh
eklamsi intra parum. Kasus kematian ibu ditemukan 1 orang yang meninggal
akibat eklamsi intra partum untuk penyebab lain pada masa kehamilan
sebnayak 181 orang, perdarahan masa kehamilan sebanyak 17 orang,
penyebab lain masa persalianan sebnayak 84 orang dan penyebab infeksi asa
persalinan sebanyak 2 orang. Tahun 2015 diperoleh data di Wilayah
Puskesmas Kamonji ditemukan kasus kematian 2 orang meninggal akibat
perdarahan antepartum dan 1 orang meninggal akibat perdarahan intrapartum
untuk penyebab lain pada masa kehamilan sebanyak 24 orang (Puskesmas
Kamonji).
Berdasarkan data yang diperoleh bahwa AKI dan AKB di Indonesia pada
tahun 2015 masih tinggi di kota Palu, khususnya diwilayah kerja Puskesmas
Kamonji. Sehingga Penurunan AKI dan AKB dapat dilakukan hanya dengan
mengatasi faktor penyebab tidak langsungnya. Penurunan AKI dan AKB
harus di dukung oleh tenaga kesehatan yaitu dengan melakukan pelayanan
asuhan yang di mulai dari masa hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan
Keluarga Berencana. Asuhan kebidanan di Puskesmas Kamonji masih sangat

2
kurang karena masih masih banyak ibu hamil yang mengalami komplikasi
pada saat kehamilan, persalinan dan nifas, sehingga dalam hal ini mendorong
penulis untuk melakukan Asuhan Kebidanan Berkesinambungan
(komprehensif) dari masa Kehamilan, Persalinan, Nifas, bayi baru Lahir dan
Keluarga Berencana untuk membangun kepercayaan antara pasien dan tenaga
kesehatan, sehingga petugas kesehatan dapat mendeteksi dini masalah-
masalah yang terjadi dalam kesehatan ibu dan anak. Asuhan ini dilakukan
untuk meningkatkan derajat kesehatan serta salah satu upayah penurunan AKI
dan AKB di Indonesia khususnya di wilayah kerja Puskesmas Kamonji.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,rumusan masalah adalah bagiamana
pelaksanaan komprehensif dari masa Kehamilan sampai masa Nifas serta
Keluarga Berencana pada Ny S umur 27 tahun GII PI A0 di Puskesmas
Tangkura.
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada masa ibu hamil,
bersalin, nifas, neonatus dan Keluarga Berencana, menggunakan
kerangaka asuhan kebidanan sesuai dengan standar I – VI sesuai
Permenkes 938.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian data subjektif pada ibu hamil, bersalin, nifas,
neonates dan Keluarga Berencana.
b. Melakukan pengkajian data objektif pada ibu hamil, bersalin, nifas,
neonates dan Keluarga Berncana.
c. Menetapkan Assesment pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonates dan
Keluarga Berencana
d. Melakukan Planning of action pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonates
danKeluarga Berencana

3
D. Manfaat Penelitia
1. Bagi puskesmas
Sebagai bahan masukan/informasi dan pertimbangan khususnya untuk
menyusun program untuklebih meningkatkan pelayanan dan tambahan
pengetahuan tentang Asuhan Kebidanan secara komperhensif pada ibu
hamil, bersalin, nifas,neonates dan Keluarga Berencana di Puskesmas
Kamonji.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai kajian meningkatkan Ilmu Pengetahuan bagi peserta
khususnya mahasiswa jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palu dalam
melaksanakan Asuhan Kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas,neonates
dan Keluarga Berencana.
3. Bagi Peneliti
Untuk meningkatkan pengalaman, wawasan, guna meningkatkan
pengetahuan mahassiswa dalam memberikan Asuhan Kebidanan secara
komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonates dan Keluarga
Berencana.

4
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
I. Konsep Dasar Teori dan Standa Asuhan Kehamilan, Persalinan,
Masa Nifas, Bayi Baru Lahir dan Keluarga Berencana
A. Konsep Dasar Teori dan Asuhan Kebidanan Kehamilan
1. Konsep Dasar Teori
a. Definisi Kehamilan
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7
hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir . kehamilan dibagi
dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi
sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat samapi 6 bulan,
treiwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (Prawirohardjo,
2013).
Kehamilan adalah masa terjadinya perubahan yang besar
diperlukan sejumlah penyesuaian fisik, emosional, dan sosial
bahkan sebelum bayinya lahir. Waktu kehamilan ini bisa jadi
waktu yang snagat emosional, sering kali positif, tetapi sangat
wajar ketika anda merasa khawatir, bahkan sedih dan takut,
misalnya kelebihan atau kehilangan bentuk tubuh atau
kebebasannya (Abrahams, 2014).
b. Filosofi Asuhan Antenatal
Filosofi adalah nilai atau keyakinan atau kepercayaan yang
mendasari seseorang untuk berperilaku sehingga mempengaruhi
pola kehidupanya. Pada prinsipnya filosofi asuhan kehamilan
merujuk pada filosofi bidan dalam memberikan pelayanan
kebidanan antara lain menyatakan bahwa :
1) Kehamilan dan proses merupakan proses alamiah (normal) dan
bukan proses patologis, tetapi kondisi normal dapat menjadi
patologis abnormal. Menyadari hal tersebut dalam melakukan
asuhan tidak perlu kecuali ada indikasi.

5
2) Setiap perempuan berkepribadian unik, terdiri dari bio, psiko,
sosial yang berbeda, sehingga dalam memperlakukan pasien
klien satu dengan yang lainnya juga berbeda dan tidak boleh
disamakan.
3) Mengupayakan kesejahteraan perempuan dan bayi baru lahir.
Ini dapat dilakukan dengan berbagai upaya baik promosi
kesehatan melalui penyuluhan atau konseling pemenuhan
kebutuhan ibu hamil maupun upaya preventif misal pemberian
imunisasi TT pada ibu hamil dan pemberian tablet tambah
darah dan sebagainya.
4) Perempuan mempunyai hak memilih dan memutuskan tentang
kesehatan, siapa dan dimana mendapatkan pelayanan kesehatan
5) Fokus asuhan kebidanan adalah untuk memberikan upaya
preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan).
6) Mendukung dan menghargai proses fisiologi, intervensi dan
pengunaan teknologi dilakukan hanya atas indikasi.
7) Membangun kemitraan dengan profesi lain untuk
memberdayakan perempuan (Yuni dkk, 2013)
c. Etiologi
Peristiwa kehamilan tidak terlepas dari kejadian yang meliputi,
pembentukan gamet (ovum dan sperma), ovulasi, pertemuan ovum
dan sperma dan implantasi embrio pada uterus.
Pembentukan game
1) Ovum
Ovulasi atau pelepasan sel telur merupakan bagian dari siklus
menstruasi normal, yang terjadi sekitar 14 hari sebelum
menstruasi yang akan datang. Pada saat ovulasi, ovum keluar
dari robekan folikel degraf menuju tuba
2) Sperma
Sperma dibentuk ditubulus seminiferus dengan jumlah 100
juta/ml setiap ejakulasi. Pematangan sperma berlangsung di

6
epidimis bagian kepala, badan dan ekor. Sperma yang sudah
matur berada di epidimis bagian ekor dan siap untuk ejakulasi.
d. Perkembangan Janin
Trimester ketiga (29 - 40 minggu) bulan ke 7 panjang panjang
janin mencapai 35-38 cm, beratnya 1000 gr, kalau lahir dapat
hidup di dunia luar, walaupun kemungkinannya hidup sangat tipis.
Akhir bulan ke 8 panjang mencapai 42,5 cm, beratnya mencapai
1700 gr, permukaan kulit masih merah dan keriput seperti orang
tua. Akhir bulan 9 panjangnya mencapai 46 cm dan beratnya 2500
gr kulit sudah berisi. Akhir bulan ke 10 sudah cukup bulan
(matur/aterm), panjangnya mencapai 50 cm dan beratnya 3000 gr.
Kulit halustidak terdapat Vernicaeosa ialah campuran sel-sel epitel
kulit, secret kelenjar lemak. Kepala sudah ditumbuhi rambut, kuku
melebihi ujung jari, pada janin laki-laki testis sudah ada dalam
scorotum dan pada wanita labia mayora menutupi labia minora
(Yeyeh dkk, 2009).
e. Perubahan Anatomi dan Adaptasi Fisiologi Pada Ibu Hamil
Trimeseter III
1) Uterus
Usia kehamilan 12 minggu TFU teraba diatas simpisis pubis,
16 minggu ditengah antara simpisis pubis dan umbilicus, 20
minggu 20 cm, (±2 xm) pada umbilicus, usia kehamilan 22-27
minggu (±2 cm). 28 minggu (±2 cm) ditengah, anatara
umbilicus dan prosesus sifoideus. Pada usia 29-35 minggu usia
kehamilan dalam minggu 36 cm (±2 cm).
2) Sistem Traktus Uranius
Pada akhir kehamilan kepala janin mulai turn ke pintu atas
panggul keluhan sering kencing akan timbul lagi karena
kandung kemih akan mulai tertekan kembali,. Selain itu juga
terjadi hemodilusi menyebabkan metabolism air menjadi lancer
(kusmita Y, Wahyuningsih HP, 2013).

7
3) Sistem Respirasi
Pada usia kehamilan 32 minggu keatas karena usus-usus
tertekan uterus yang membesar kearah diafragma sehingga
diafragma sehingga diafragma kurang leluasa bergerak. Hal
tersebut mengakibatkan kebanyakan wanita hamil mengalami
derajat kesulitan bernafas (Kusmita Y, Wahyuningsih HP,
2013).
4) Kenaikan Berat Badan
Terjadi kenaikan berat badan sekitar 5,5 kg, penambahan BB
dari mulai awal kehamilan sampai akhir kehamilan adalah 11-
12 kg (Kusmita, Wahyuningsih HP, 2013)

5) Sirkulasi darah
Hemodilusi penambahan volume darah sekitar 25% dengan
puncak pada usia kehamilan 32 minggu, sedangkan hemakroit
mencapai level terendah.
f. Pemeriksaan Diagnostik Kehamilan
1) Tes Urin (tes HCG)
Pemeriksaan palpasi urin dilakukan sendiri mungkin saat
diketahui ada amonore. Inti tes urin adalah untuk mengetahui
kadar HCG (Human Chorioonic Gonadotropin) yaitu sesuatu
hormone yang dihasilkan embrio saat terjadinya kehamilan
yang akan meningkat dalam urin dan darah seminggu setelah
konsepsi. Urin yang digunakan diusahakan adalah urin pagi
hari (Kuswanti, 2014).
2) Palpasi Abdomen
Pemeriksaan palpasi Leopold dibagi menjadi empat tahap, pada
pemeriksaan Leopold I, II, pemeriksaan menghadap kearah
muka ibu yang diperiksa dan pada pemeriksaan leopold IV
pemeriksaan menghadap kearah kaki ibu (Kuswanti, 2014).
a) Leopold I

8
Tujuan dari pemeriksaan Leopold I adalah untuk
menentukan tinggi fundus Uteri (TFU) untuk menentukan
umur kehamilan. Selain itu, dapat juga ditentukan bagian
janin mana yang terletak pada fundus uteri (Kuswanti,
2014).
b) Leopold II
Palpasi Leopold II bertujuan untuk mengetahui bagian janin
apa yang ada dikanan atau kiri perut ibu (Kuswanti, 2014).
c) Leopold III
Palpasi Leopold III ini bertujuan untuk bagian janin yang
berada disebelah bawah terus ibu (Kuswanti, 2014).

d) Palpasi Leopold IV
Selain bertujuan untuk menentukan bagian janin yang mana
terletak dibawah, juga dapat menentukan bagian, berapa
bagian dari kepala janin yang telah masuk dalam pintu atas
panggul (Kuswanti, 2014).
Pemeriksaan USG
e) Dilakukan untuk menegakan diagnosa pasti kehamilan.
Gambaran yang terlihat yaitu rangka janin dan kantong
kehamilan (Kuswanti, 2014).
f) Pemeriksaan Rontgen
Merupakan salah satu pemeriksaan untuk melakukan
penegakan diagnosis pasti kehamilan. Didalam
pemeriksaan akan terlihat kerangka janin, yaitu tengkorak
dan tulang belakang (Kuswanti, 2014).
2. Kebutuhan Fisik Ibu Hamil
a) Oksigen
Kebutuhan oksigen adalah utama pada manusia termasuk
ibu hamil. Berbagi gangguan pernafasan bias terjadi pada
saat hamil sehingga akan mengganggu pemenuhan

9
kebutuhan oksigen pada ibu yang akan berpengaruh pada
bayi yang dikandung (Kuswanti, 2014).
b) Nutrisi
Pada saat hamil ibu harus makan makanan yang
mengandung nilai zat gizi bermutu tinggi meskipun tidak
berarti makanan yang mahal. Gizi waktu hamil harus
ditingkatkan hingga 300 kalori perhari, ibu hamil
seharusnya mengkonsumsi makanan yang mengandung
protein, zat besi dan minum cukup cairan (menu seimbang)
vitamin sebenarnya telah terpenuhi dengan makan sayur
dan buah-buahan, tetapu dapat pula deberikan skstra
vitamin. Pemberian asam folat terbukti mencegah
kecacatan pada bayi (Kuswanti, 2014). Vitamin zat besi
dimulai dengan memberikan satu tablet mengandung
FeSO4 320 mg (arwono, 2009).
c) Personal Hygine
Kebersihan harus dijaga pada masa hamil. Mandi
dianjurkan sedikit dua kali sehari karena ibu cenderang
untuk mengeluarkan banyak keringat, menjaga kebersihan
diri terutama lipatan kulit (ketiak, bawah buah dada, daerah
genetalia). Dengan cara dibersihkan air dengan dikeringkan
(Kuswanti, 2014).
d) Imunisasi TT
TT1 diberikan pada kunjungan antenatal pertama, TT2 4
minggu setelah TT1 lama perlindungan 3 tahun, TT3 6
bulan setelah TT2 lama perlindungan 5 tahun, TT4
diberikan 1 tahun setetlah TT3 lama perlindungan 10 tahun
dan TT5 1 tahun setelah TT4 lama perlindungan 25 tahun/
seumur hidup.

10
a. Ketidaknyamanan dan Cara Mengatasi (kusmiyati Y &
Wahyuningsih HP, 2013)
1. Keputihan
Hiperlasia mukosa vagina
Cara mengatasinya adalah sebagai berikut :
a) Meningkatkan kebersihan dengan mandi setiap hari
b) Memakai pakaian dalam yang terbuat dari katun bukan
nilon
2. Sering Buang Air Kencing atau Nocturia
a) Tekanan uterus pada kandung kemih
b) Air dan sodium tertahan ditungkai bawah selama siang hari
karena satatis vena, pada malam hari terdapat aliran balik
vena yang meningkat dengan akibat peningkatan dalam
jumlah out put air seni. Metode yang dapat dilakukan guna
mengantisipasi atau mengatasi hal ini adalah dengan :
(1) Menjelaskan mengenai penyebab terjadinya nocturia
(2) Segera mengosongkan kandung kemih saat terasa ingin
berkemih
(3) Perbanyak minum pada siang hari
(4) Membatasi minum yang mengandung bahan cafein (teh,
kopi, cola).
3. Hemoroid
Konstipasi
Kurangnya klep dalam pembuluh ini yang berakibat pada
perubahan secara langsung pada aliran darah.
4. Konstipasi
Peningkatan kadar progesterone yang menyebabkan peristaltic
usus jadi lambat.
Penyerapan air dari calon meningkat Tekanan dari uterus yang
membesar pada usu mengatasinya adalah
Cara mengatasi

11
1) Hindari konstipasi
2) Makan makanan beserta
5. Sesak Napas
Uterus mebesar dan menekan pada diafragma
6. Pusing
Pengumpulan darah dalam pembuluh tungkai, yang
mengurangi aliran balik vena dan menurunkan output cardiac
serta tekanan darah tegangan othostatis yang meningkat.
i. Sakit kepala pada triwulan terakhir dapat merupakn gejala
preeklamsia berat.
7. Nyeri Ulu Hati
a) Produksi progesteron yang meningkat
b) Pergeseran lambung karena pembesaran uterus
Cara mengurangi ketidaknyamanan ini adalah :
(1) Makan sedikit tapi sering
(2) Hindai makanan yang brelemak
(3) Hindari berbaring setelah makan
8. Keletihan
Metode untuk dilakukan untuk merendahkan rasa letih tersebut
adalah
a) Sering beristirahat selama siang hari jika waktu
memungkinkan.
b) Latihan ringan dan nutrisi yang baik dan mencukupi
kebutuhan ibu hamil.
9. Sakit Punggung Bagian bawah
a) Spasme otot karena tekanan terhadap akar syaraf
b) Kadar hormone yang meningkat, sehingga cartilage
didalam sendi-sendi besar menjadi lembek.
c) Hindari dengan keras dengan menggunakan kasur yang
keras untuk tidur.

12
b. Tanda-tanda Bahaya kehamilan
1) Sakit Kepala Berat
Sakit kepala seringkali merupakan ketidaknyamanan yang
normal dalam kehamilan. Sakit kepalayang menunjukkan suatu
maslah serius adalah sakit kepala yang menetap tidak hilang
dengan beristrahat.
2) Penglihatan Kabur
Wanita hamil mengeluh penglihatan kabur, karena pengaruh
hormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat berubah dalam
kehamilan. Perubahan ringan adalah normal.
3) Bengkak Wajah dan Jari-jari Tangan
Bengkak bias menunjukkan adanya masalah serius jika muncul
pada muka dan tangan, tidak hilang setelah beristrahat dan
disertai dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini bias merupakan
pertanda anemia, gagal jantung.
4) Gerakan Janin Tidak Terasa
Ibu tidak merasakan gerakan janin sesudah kehamilan semester
III selama kehamilan.
c. Penatalaksanaan Trimester III
Asuhan kehamilan/antenatal adalah upaya preventif program
layanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan
neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama
kehamilan dan penatalaksanaan trimester III.
1) Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi tambahan preparat Fe
sesuai dosis yang diberikan
2) Melakukan Setiap dua minggu sekali kunjungan samapai ada
tanda kelahiran
3) mengevaluasi data laboratorium untuk melihat hasil
pengobatan
4) pemberian Imunisasi tetanus 2

13
5) mengobservasi adanya penyakit yang menyertai kehamilan,
komplikasi hamil trimester III
6) melakukan rencana pengobatan, jika terjadi penyakit yang
menyertai kehamilan pada trimester III
7) menganjurkan ibu untuk melahirkan di fasilitas kesehatan
(Manuba, 2010).
d. Pelayanan Standar

Sesuai dengan kebujakan kementrian kesehatan, pelayanan


antenatal pada ibu hamil diupayahkan agar memenuhi standar
“14T”, yaitu :

1) Ukur Tinggi Badan /berat badan


2) Ukur tekanan darah apabila tekanan darah 140/90 mmHg,
maka perlu diwaspadai adanya preeklamsi
3) Ukur tinggi fundus uteri dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui umur kehamilan berdasarkan minggu dan hasilnya
bisa dibandingkan dengan hasil anamnesis dari HPHT ibu.
Pemberian imunisasi TT
4) Pemberian tablet zat besi (minimal 90 tablet) selama kehamilan
5) Tes terhadap penyakit menular sexual/VDRL
6) Temu wicara /konseling
7) Tes/pemeriksaan Hb pemeriksaan ini dilakukan untuk
mengetahui apakah ibu mengalmi anemia atau tidak.
Pemeriksaan hb pada ibu hamil sebaiknya dilakukan pada
kunjungan pertama dan minggu ke 28 kehamilan.
8) Tes/pemeriksaan protein urin pemeriksaan ini dilakukan untuk
mengetahui apakah pada urine mengandung protein atau tidak
untuk mendeteksi gejala preeklamsi.
9) Tes reduksi urine dilakukan pada ibu hamil yang memiliki
riwayat penyakit diabetes melitus.
10) Perawatan payudara (tekan pijat payudara).

14
11) Pemeliharaan tingkat kebugaran (senam hamil).
12) Terapi yodium kapsul terapi ini diberikan khususnya pada ibu
hamil dengan gangguan akibat kekurangan yodium di daerah
endemic gondok.
13) Terapi obat malaria terapi ini diberikan kepada ibu hamil
pendatang dari daerah malaria, atau ibu hamil dengan gejala
malaria yaitu panas tinggi disertai menggigil dan hasil asupan
darah yang positif (Kuswanti, 2014).
2. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Trimester III
Asuhan kehamilan/antenatal adalah upaya preventif program
layanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan
neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama
kehamilan.
Pendokumentasian asuhan kebidanan pada trimester III
S:
Adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat
terhadap suatu situasi data kejadian, informasi tersebut dapat
ditentukan dengan informasi atau komunikasi meliputi keluhan utama
pada kehamilan trimester III yaitu nyeri pinggang, varises, kram otot,
sesak nafas, sering kencing, dan obstipasi (Astrima, 2013).
O:
Adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan dilihat oleh
tenaga kesehatan meliputi : Pemeriksaan fisik, TTV, normalnya untuk
tinggi badan 145 cm, kenaikan berat badan normal selama hamil
sekitar 6,5 sampai 15 kg, LILA >23,5 dan pemeriksaan khusus obstetri
lainnya yaitu pemeriksaan melalui inspeksi, palpasi, auskultasi dan
perkusi. Langkah ini merupakan langkah awal yang akan menentukan
langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus
yang dihadapi yang akan menentukan proses intervensi yang benar
atau tidak dalam tahap selanjutnya. Sehingga dalam proses pendekatan

15
ini harus komprehensif meliputi data subjektif dan hasil pemeriksaan
(Mandriwati, 2008).
A:
analisa masalah Menentukan diagnosa dan Masalah Potensial pada
langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial
lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang telah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat
waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis atau masalah potensial
ini menjadi benar-benar terjadi. Langkah ini penting sekali dalam
melakukan asuhan yang aman (Sastrawinata, 2012).
P:
Melaksanakan langsung asuhan dengan efisien dan aman. Pada
langkah ini bidan mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan
atau efektif dan aman. Pelaksanaan asuhan ini sebagian dilakukan oleh
bidan, sebagian oleh pasien sendiri atau oleh petugas kesehatan
lainnya. Walaupun bidan tidak melaksanakan asuhan sendiri, tetapi
bidan tetap memiliki tanggung jawab untuk mengarahkan
pelaksanaanya (misalnya memantau rencananya benar-benar
terlaksana), dan mengkaji ulang apakah semua rencana telah
dilakanakan. Evaluasi pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan
dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan
bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah dan diagnosa.
Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi tambahan preparat Fe sesuai
dosis yang diberikan, melakukan Setiap dua minggu sekali kunjungan
samapai ada tanda kelahiran, mengevaluasi data laboratorium untuk
melihat hasil pengobatan, pemberian Imunisasi tetanus 2,
mengobservasi adanya penyakit yang menyertai kehamilan,
komplikasi hamil trimester III, melakukan rencana pengobatan, jika
terjadi penyakit yang menyertai kehamilan pada trimester III,

16
menganjurkan ibu untuk melahirkan di fasilitas kesehatan (Manuba,
2010 & Isrofiyah, 2014).
3. Konsep Dasar Teori dan Asuhan Kebidanan Persalinan
1. Konsep Dasar Teori
a. Definisi Persalinan
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang
normal. kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial
yang ibu dan keluarga menantikannya selama 9 bulan. ketika
persalinan dimulai, peranan ibu adalah untuk melahirkan bayinya.
Peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk
mendeteksi dini adanya komplikasi, di samping itu bersama
keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu
bersalin.Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya
serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. kelahiran adalah
proses dimana jani dan ketuban di dorong keluar melalui jalan lahir
(Prawirohardjo, 2010).
Persalinan adalah mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini
merupakan suatu pergeseran paradigm dari sikap menunggu dan
menangani komplikasi, menjadi mencegah kmplikasi yang
mungkin terjadi. Pencegahan komplikasi selama persalinan dan
setelah bayi baru lahir akan mengurangi kesakitan dan kematian
ibu serta bayi baru lahir (Elisabeth dkk, 2014).
b. Macam-Macam Persalinan
1. Persalinan spontan
Yaitu persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri
dan melalui jalan lahir.
2. Persalinan buatan
Yaitu persalinan yang dibantu dari luar misalnya vaccum
ekstraksi, forceps, SC.
3. Persalinan Anjuran

17
Yaitu terjadi bila bayi sudah cukup besar untuk hidup diluar
kandungan, tetapi tidak sedemikian besarnya sehingga
menimbulkan kesulitan dalam proses persalinan, misal dengan
induksi persalinan (Kusnawati, 2013).
c. Sebab-sebab mulainya persalinan
Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti,
sehingga menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan
mulainya beberapa kekuatan his. Hormon-hormon yang dominan
pada saat kehamilan yaitu :
1. Estrogen
Berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas otot rahim dan
memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti
rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan
mekanis.
2. Progesteron
Berfungsi menurunkan sensitivitas otot rahim, menyulitkan
penerimaan rangsangan dari luar seperti oksitosin, rangsangan
prostaglandin, rangsangan mekanis, dan menyebabkan otot
rahim dan otot polos berkontraksi.
d. Tanda-tanda persalinan
1) Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak
kontraksi yang semakin pendek.
2) Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda yaitu, pengeluaran
lendir atau lendir bercampur darah.
3) Dapat disertai ketuban pecah dini
4) Pada pemeriksaan dalam, dijumpi perubahan serviks,
perlunakan serviks, perdarahan serviks, terjadi pembukaan
serviks. Tanda-tanda persalinan sudah dekat.
5) Menjelang minggu ke-36, pada primigravida terjadi penurunan
fundus uteri karena kepala janin sudah masuk pintu atas
panggul yang disebabkan oleh kontraksi Braxton hicks,

18
ketegangan dinding perut, ketgangan ligamentum rotundum,
dan gaya berat janin sehingga kepala kearah bawah, sedangkan
pada multigravida kurang jelas karena kepala janin baru masuk
pintu atas panggul menjelang persalinan.
6) Terjadinya his permulaan. Pada saat hamil muda sering terjadi
kontraksi Braxton Hicks. Kontraksi ini dapat dikemukan
sebagai keluhan, karena dirasakan sakit dan mengganggu.
Kontraksi ini terjadi karena perubahan keseimbangan estrogen
dan progesteron dan memberikan kesempatan rangsangan
oksitosin. Dengan makin tua kehamilan, maka pengeluaran
estrogen dan progesteron makin berkurang, sehingga oksitosin
dapat menimbulkan kontraksi yang lebih tinggi sering sebagai
his palsu. Sifat his permulaan (palsu) yaitu rasa nyeri ringan
dibagian bawah, Datangnya tidak teratur, tidak ada perubahan
pada serviks atau pembawa tanda, durasi pendek, idak
bertambah bila beraktifitas (Elisabeth dkk, 2014).
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam persalinan
1. Power (Tenaga yang mendorong Bayi)
His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan, his
persalianan yang menyebabkan perdarahan dan pembukaan
serviks. Terdiri dari his pembukaan, his pengeluaran dan his
pelepasan uri.
2. Passage (Jalan Lahir)
Jalan lahir dibagi atas 2 yaitu bagian keras (tulang-tulang) dan
bagian lunak (otot-otot, liagamen-ligamen). Ukuran dalam
panggul, pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang di
bentuk oleh promontorium, linea innuminata dan pinggir atas
simpisis. Pintu tengah panggul di bentuk oleh spina ishiadika
dan ligament. Pintu bawah panggul di bentuk oleh arcus pubis
sudut 900 dan tepi bawah sacrum.
3. Passasengger (Janin)

19
Selama janin dan plasenta berada dalam rahim belum tentu
pertumbuhannya normal, adanya kelainan genetic dan
kebiasaan ibu yang buruk dapat menjadikan pertumbuhannya
tidak normal. Seperti anensefalus, hidrosefalus dan janin,
makrosomia, presentasi muka, presentasi letak kepala,
presentasi dahi, kelainan oksiput, letak sungsang, letak lintang,
bentuk kepala oval bagian kepala janin sangat penting dalam
proses persalinan.
4. Psikologi
i. Terjadinya emotional distress, nyeri menurunkan
kemampuan mengendalikan emosi (cepat marah).
ii. Lemah, takut
iii. Kultur (respon terhadap nyeri, posisi, pilihan kerabat yang
mendampingi, perbedaan kultur).
5. Penolong
6. Posisi
a) Posisi duduk atau setengah duduk, merupakan posisi paling
nyaman dan memudahkan bidan memimpin persalinan
b) Posisi merangkak, posisi ini dianjurkan pada wanita yang
merasakan sakit pada daerah punggungnya. Posisi ini juga
membantu jika bahu macet/distosia bahu.
c) Posisi berjongkok atau berdiri, merupakan posisi yang
membantu menurunkan bayi ketika proses persalinan
berjalan lambat.
d) Posisi tidur miring kekiri, merupakan posisi yang cukup
rileks buat ibu dan mencegah terjadi robekan pada daerah
perineum, tetapi pada posisi ini diperlukan bantuan seorang
asisten untuk membantu memegang kaki ibu inpartu.

20
f. Tahapan persalinan
1. Kala I (kala pembukaan)
Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan
lengkap ( 10 cm ). Dalam kala pembukaan di bagi menjadi 2
fase :
i. Fase laten
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan prinsip
dan pembukaan serviks secara bertahap.Pembukaan kurang
dari 4 cm biasanya berlangsung kurang dari 8 jam.
ii. Fase aktif
Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat
(kontraksi adekuat/3 kali atau lebih dalam 10 menit dan
berlangsung selama 40 detik atau lebih).Serviks membuka
dari 4 ke 10, biasanya dengan kecepatan 1 cm/lebih perjam
hingga pembukaan lengkap (10). Terjadi penurunan bagian
terbawah janin, Berlangsung selama 6 jam dan di bagi atas
3 fase, yaitu Periode akselerasi, berlangsung selama 2 jam
pembukaan menjadi 4 cm, Periode dilatasi maksimal,
berlangsung selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat
dari 4 menjadi 9 cm, Periode diselerasi, berlangsung lambat
dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi 10
cm/lengkap.
2. Kala II (kala pengeluaran janin)
Waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan
mengedan mendorong janin hingga keluar.
a) Pada kala II memiliki ciri khas :
b) His terkordinir, kuat, cepat dan lebih lama kira-kira 2-3
menit sekali.
c) Kepala janin terlah turun masuk ruang panggul serta
reflektoris menimbulkan rasa ingin mengedan.
d) Tekanan pada rectum, ibu merasa ingin BAB

21
e) Anus membuka lama persalinan pada kala II ini pada primi
dan multipara berbeda yaitu, Primipara kala II berlangsung
1,5 jam - 2 jam, Multipara kala II berlangsung 0,5 jam – 1
jam.
3. Kala III (kala uri) yaitu waktu pelepasan dan pengeluaran uri
(plasenta). Tanda kala III terdiri dari 2 fase
i. Fase pelepasan uri
Mekanisme pelepasan uri terdiri atas Schuitze, Yang lepas
terlebih dahulu ditengah kemudian terjadi
retroplasenterhematoma yang menolak uri mula-mula di
tengah kemudian seluruhnya, menurut cara ini perdarahan
biasanya tidak sebelum uri lahir dan banyak stelah uri lahir.
Dunchan, lepanya uri mulai dari pinggirnya, jadi lahir
terlebih dahulu dari pinggir. Darah akan mengalir semua
antara selaput ketuban serempak dari tengah dan pinggir
plasenta.
ii. Fase Pengeluaran Uri
Perasat-perasat untuk mengetahui lepasnya uri yaitu
Kustner, Meletakkan tangan dengan tekanan pada/diatas
simpisis, tali pusat diregangkan, bila plasenta masuk berarti
belum lepas, bila tali pusat diam dan maju (memanjang)
berarti plasenta sudah trelepas. Klien Sewaktu ada his kita
dorong sedikit Rahim, bila tali pusat kembali berarti belum
lepas, bila diam/turun berarti sudah terlepas.Strasman,
tegangkan di tali pusat dan ketuk pada fundus, bila tali
pusat bergetar berarti belum lepas, bila tidak bergetar
berarti sudah lepas.Rahim menonjol diatas simpisis, Tali
pusat bertambah panjang, Rahim bundar dank eras, Keluar
darah secara tiba-tiba.

22
4. Kala IV
Tahap ini digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap
bahaya perdarahan. Pengawasan ini dilakukan selama kurang
lebih 2 jam. Dalam tahap ini ibu masih mengeluarkan darah
dari vagina, tetapi tidak banyak, yang berasal dari pembuluh
darah yang ada dinding Rahim tempat terlepasnya plasenta dan
setelah beberapa akan mengeluarkan cairan sedikit darah yang
disebut lokia yang berasal dari sisa-sisa jaringan (Elisabeth
dkk, 2014).
g. Penatalaksanaan Kala I – IV (Dwi Asri H dan Cristine Clervo P,
2012)
1. Penatalaksaan Kala I
Penatalaksaan kala I yang harus dilakukan bidan adalah :
a) Mengosongkan kandung kemih
b) Menilai KU, TTV, kegelisahann, status gizi
c) Pemeriksaan abdomen (menentukan tfu, posisi janin,
kontraksi uters, DJJ, presentasi janin dan menentukan
bagian terendah janin)
d) Pemeriksaan dalam (pembukaan serviks, keputihan,
ketuban, presentasi, penurunan kepala janin).
2. Penatalaksanaan Kala II
Kala II yang dilakukan oleh bidan ialah :
i. Perlengkapan perlindungan diri
ii. Persiapan tempat, peralatan dan bahan
iii. Penyiapan tempat dan lingkungan untuk kelahiran bayi
iv. Amniotomi jika pembukaan sudah lengkap ketuban belum
pecah
v. Menolong persalinan (membimbing ibu meneran, member
posisi yang paling nyaman bagi ibu, menolong kelahiran,
pencegahan laserasi, melahirkan kepala, melahirkan bahu,
melahirkan seluruh tubuh bayi, memotong tali pusat,

23
mengeringkan tubuh bayi, meletakkan bayi diatas perut ibu
untuk IMD).
3. Penatalaksaan kala III
i. Palpasi uterus menetukan janin tunggal
ii. Memeberikan oksitosin
iii. kateterisasi
iv. Lakukan PTT (kelengkapan plasenta)
v. Masase fundus
vi. Menilai kontraksi uterus
vii. KU dan TTV ibu
viii. Observasi perdarahan (banyaknya perdarahan)
4. Pentalaksanaan Kala IV
i. Kontraksi uterus
ii. Perdarahan
iii. Laserasi pada vagina dan perenium
iv. Memastikan Kandung kemih kosong
v. Memastikan ibu dan bayinya dalam keadaan sehat

2. Asuhan Kebidanan Persalinan Kala I Sampai Kala IV


1) Asuhan Kebidanan Persalinan Kala I
kala I persalinan dimuli sejak terjadinya kontraksi uterus dan
pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm).
persalinan kala I dibagi atas dua fase yaitu fase aktif dan fase laten
(Asri dkk, 2012)
S:
Data subjektif adalah data yang didapatkan dari pasien, yang
dilakukan adalah anamnesa yang ditanyakan yaitu, HPHT pasien,
kehamilan yang keberapa riwayat penyakit, riwayat alergi, ANC
berapa kali, pengetahuan pasien dengan kehamilannya kemudian
menanyakan keluhan pasien (Asri, 2012., walyani, 2014).

24
O:
Adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan dilihat oleh
tenaga kesehatan meliputi : Pemeriksaan fisik, TTV, normalnya
untuk tinggi badan 145 cm, kenaikan berat badan normal selama
hamil sekitar 6,5 sampai 15 kg, LILA >23,5, mentukan TFU,
pemeriksaan abdomen mentukan lepold I – IV, PD (pembukaan,
penipisan serviks, keputihan pecahnya tidaknya ketuban),
(Elisabeth dkk, 2015., Dwi, 2012).
A:
Masalah potensial adalah kala I lama, partus macet, distosia bahu,
gawat janin, rupture uteri ( Dwi, 2012., Christine, 2012).
P:
Pada langkah ini bidan mengarahkan atau melaksanakan rencana
asuhan atau efektif dan aman. Pelaksanaan asuhan ini sebagian
dilakukan oleh bidan, sebagian oleh pasien sendiri atau oleh
petugas kesehatan lainnya. Walaupun bidan tidak melaksanakan
asuhan sendiri, tetapi bidan tetap memiliki tanggung jawab untuk
mengarahkan pelaksanaanya (misalnya memantau rencananya
benar-benar terlaksana), dan mengkaji ulang apakah semua rencana
telah dilakanakan. Yang di lakukan seorang bidan adalah
memeriksa perasaan ibu, memahami apa yang sedang terjadi pada
ibuobservasi kemajuan persalinan dengan partograf, setelah
melakukan asuhan kala I pada ibu evaluasi kembali asuhan yang
sudah di lakukan. (Hidayat 2010., Elisabeth 2014., Dwi, 2012).
2) Asuhan Kebidana Persalinan Kala II
Yang di maksud dengan kala II persalinan adalah proses
pengeluaran buah kehamilan, batasan kala II di mulai ketika
pembukaan serviks sudah lengkap 10 cm dan berakhir dengan
kelahiran bayi.

25
S :
Data subjektif melakukan anamnesa ibu mengatakan ingin
meneran dengan adanya kontraksi meningkat tekanan pada rectum
dan vagina, perenium kelihatan menonjol, vulva vagina dan
spingterani membuka ( Dwi , 2012., Asri 2010).
O:
Di data subjektif bidan harus melakukan pemantauan keadaan ibu ,
pengukuran tanda-tanda Vital, memantau keadaan janin dan
pimpin persalinan sesuai APN. (Elisabeth, 2014).
A:
Masalah yang terjadi pada kala II ini adalah Distosia bahu,
perlukaan pada perenium, retensio plasenta (Dwi, 2012).
P:
Sebelum melakukan tindakan bidan harus menyiapkan alat,
menggunakan APD pada saat menolong persalinan, jika
pembukaan lengkap posisikan ibu dengan posisi yang nyaman,
anjurkan ibu untuk tidak mengangkat bokongnya, kemudianpimpin
persalinan, jikan selama 60 menit plasenta belum lahir lakukan
rujukan (Elisabeth, 2014).
3) Asuhan Kebidanan Kala III Persalinan
Kala III persalinan di mulai segera setelah bayi lahir sampai
plasenta lahir yang berlangusung 30 menit.
S:
Ibu mengatakan bayinya sudah lahir, plasenta belum lahir, Ibu
mengatakan perutnya masih mule. (Dwi, 2012)
O:
Kontraksi uterus baik, perdarahan pervaginam, palpasi tfu setinggi
pusat (Prawirohardjo, 2010., Elisabeth, 2014).
A:
Plasenta Previa, Perdarahan, Rupture Perenium (Elisabeth, 2014.,
Asri, 2010).

26
P:
Injeksi oksitosin 1 amp di paha seblah kanan bagian luar, lakukan
PTT, melakukan Masae uterus, lakukan pemerikasaan plasenta,
selaput plasenta utuh, plasnta lahir lengakap, kemudian jika ada
rupture pada perenium lakukan penjahitan perenium (Asri, 2010.,
Elisabeth 2014).
4) Asuhan Kebidanan Kala IV Persalinan
Kala IV adalah kala pengawasan dari 1-2 jam setelah bayi lahir dan
plasenta lahir, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah kontraksi
uterus sampai uterus kembali dalam bentuk normal.
S:
keadaan ibu dan bayi sudah membaik tetapi bidan harus tinggal
bersama ibu dan bayi untuk memasttikan kondisi ibu dan bayi baik
dalam 2 jam pertama setelah bayi lahir (Elisabet, 2014).
O:
Pemeriksaan kontraksi, menjahit robekan pada perenium,
pengukuran tanda-tanda vita ibu dan bayi (Asri, 2012)
A:
Analisa masalah Menentukan diagnosa dan Masalah Potensial
adalah Perdarahan, infeksi(Asri, 2012)
P:
Melakukan observasi kontraksi uterus 15 menit pertama dan 30
menit 2 jam berikut, pastikan kandung kemih ibu kosong,
memastikan ibu dan bayi dalam keadaan baik (Elisabeth, 2014.,
Dwi, 2012).
4. Konsep Dasar Teori dan Asuhan Kebidanan Masa Nifas
1. Konsep Dasar Teori Masa Nifas
a. Definisi Masa Nifas
Masa nifas (pierperium) adalah masa pulih kembali, mulai
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-
hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu. Atau masa post

27
partum/nifas merupakan periode yang dimulai beberapa jam
setelah lahirnya plasenta sampai 6 minggu berikutnya (Sumiaty,
2011).
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil yang berlangsung selama kira-kira 6 minggu, atau
masa nifas adalah masa dimulai dari beberapa jam setelah lahir
plasenta sampai 6 minggu berikutnya (Rahayu dkk, 2012).
b. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Selama bidan memberikan asuhan sebainya bidan mengetahui
apa tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas, tujuan
diberikannya asuhan pada ibu selama masa nifas antara lain untuk
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun
psikologis dimana dalam asuhan pada masa ini peranan
keluarga sangat penting, dengan pemberian nutrisi, dukungan
psikologi maka sehatan ibu dan bayi selalu terjaga.
2) Melaksanakan skrining yang konfrehensif (menyeluruh)
dimana bidan harus melakuakan manejemen asuhan kebidanan
Pada Ibu masa nifas secara sistematis yaitu mulai pengajian
data subyektif, obyektif, maupun penunjang.
3) Setelah bidan melaksanakan pengkajian data maka bidan harus
menganalisis data tersebut sehingga tujuan asuhan masa nifas
ini dapat mendeteksi masalah yang terjadi pada ibu dan bayi.
4) Mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu
maupun bayinya, yakni setelah masalah ditemukan maka bidan
dapat masuk kelangkah berikutnya sehingga tujuan diatas dapat
dilaksanakan.
5) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan
kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui,
pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi

28
sehat,memberikan pelayanan keluarga berencana. (Rahayu dkk,
2011).
Tablel 2.2 Perubahan normal terjadi pada uterus.

Involusi Tinggi fundus uteri Berat uterus

Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gram


7 hari 2 minggu bawah pusat 500 gram

14 hari Pertengahan pusat simfisis 350 gram

42 hari Tidak teraba di atas simfisis 50 gram

56 hari Bertambah kecil


Sebesar normal 30 gram

Sumber : (Rahayu, 2012)


c. Lochia
Lochia adalah ekskresi cairan Rahim selama masa nifas.
1. Lochia rubra/merah
Berwarna merah keluar pada hari pertama sampai hari keempat
masa post partum yang bercampur darah segar, sisa jaringan,
dinding Rahim, lanogu, meconium
2. Lochia Sangunolenta
Berwarna kecoklatan dan berlendir, serta berlangsung dari hari
keempat sampai hari ketujuh post partum.
3. Lochia Serosa
Berwarna kuning kecoklatan yang bercampur serum, leikosit
berlangsung hari ketujuh sampai hari keempat belas.
4. Lochia alba/putih
Barwarna putih barcampur selaput lendir serviks, dan serabut
jaringan mati. Berlangsung selama 2-6 minggu post partum.
(Nurliana dkk, 2014)

29
d. Perawatan selama masa nifas (Puerperium)
1) Mobilisasi : mobilisasi dini adalah beberapa jam setelah
melahirkan, segera bangun dari tempat tidur dan bergerak, agar
lebih kuat dan lebih baik. Ibu harus istrahat, tidur terlentang ± 8
jam, kemudia boleh miring kiri atau kanan. Hari ke-2
diperbolehkan duduk. Hari ke-3 jalan-jalan dan hari ke-4 atau 5
diperbolehkan pulang. Perawatan ini tergantung pada koplikasi
persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.
2) Diet : makanan bergizi mengandung cukup kalori, protein,
banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan. Masalah diet
perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada pemulihan
kesehatan ibu dan pengeluaran ASI.
3) Miksi : kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan
dalam 8 jam post partum. Kadang-kadang wanita sulit kencing,
bila kandung kemih dan wanita sulit kencing sebaiknya
dilakukan kateterisasi. Kesulitan miksi mungkin terjadi dalam
24 jam setelah melahirkan karena refleks penekanan aktifitas
detrusor yang disebabkan oleh tekanan pada basis kandung
kemih selama melahirkan tekanan oleh kepala janin dan
spasme oleh iritasi musculus spincter ani selama persalinan.
4) Defekasi : buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari
postpartum. Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot
usus menurun selama proses persalinan dan pada awal masa
pasca partum.
5) Perawatan vulva : perawatan vulva dilakukan pada pagi dan
sore hari sebelum mandi, sesudah buang air kemih atau buang
air besar dan bila klien merasa tidak nyaman karena lochia
berbau atau ada keluhan rasa nyeri. Tujuan perawatan vulva
adalah untuk mencegah terjadinya infeksi didaerah vulva,
perineum maupun didalam uterus.

30
6) Perawatan payudara : perawatan payudara telah mulai sejak
wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak keras dan kering,
sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Dianjurkan sekali
supaya ibu mau menyusui bayinya karena sangat berguna untuk
kesehatan bayi. Dan segera setelah lahir ibu sebaiknya
menyusui bayinya karena dapat membantu involusi serta
colostrum mengandung zat antibodi yang berguna untuk
kekebalan tubuh bayi`
7) Laktasi : ASI merupakan makanan utama bayi, dengan isapan
bayi proses involusi akan lebih sempurna dan menjalin
hubungan rasa kasih sayang antara ibu dan anaknya.
8) Pemeriksaan pasca persalinan : persalinan normal 6 minggu
setelah persalinan dan persalinan bermasalah kontrol seminggu
sekali. Pemeriksaan meliputi perineum dan vagina.
9) Nasehat ibu post natal : sebaiknya bayi disusui, sebaiknya
melakukan KB untuk menjarangkan kehamilan serta imunisasi
bayi (Sumiaty, 2011).
e. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Pemerintah melalui Depertemen Kesehatan, juga telah memberikan
kebijakan dalam hal ini, sesuai dengan dasar kesehatan pada masa
nifas, yakni paling sedikit 4 kali kunjungan pada masa nifas
(Widyasih dkk, 2012).
1) Kunjungan Pertama, 2-6 Jam Setelah Persalinan Tujuan:
Semua ibu memerlukan pengamatan yang cermat dan penilaian
dalam awal masa paasca salin. Sebelum ibu dipulangkan dari
klinik atau sebelum bidan meninggalkan rumah ibu, proses
penatalaksanaan kebidanan dipakai untuk, mendeteksi
komplikasi dan perlunya rujukan, memberikan konseling untuk
ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan,
mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta
mempraktikan kebersihan yang aman. Memfasilitasi hubungan

31
dan ikatan batin antara ibu dan anak, memulai dan mendorong
ibu untukpemberian ASI.
2) Kunjungan Kedua, 2-6 Hari Setelah Persalinan Tujuan
Memastikan ibu sedang dalam proses penyembuhan, Mastikan
bayi bisa menyusu tanpa kesulitan dan berat badan meningkat.
Memastikan ikatan batin ibu dan bayi terbentuk, memprakarsai
penggunaan kontrasepsi. Menganjurkan ibu untuk membawa
bayinya ke unit kesehatan (timbang berat badan dan imunisasi.
3) Kunjungan ketiga, 2 minggu setelah persalinan tujuan Sama
seperti kunjungan hari keenam, Pastikan bayi bisa menyusun
tanpa kesulitan dan berat badan meningkat, Memastikan ikatan
batin ibu dan bayi terbentuk, memprakarsai penggunaan
kontrasepsi, Menganjurkan ibu untuk membawa bayinya ke
unit kesehatan (timbang berat badan dan imunisasi).
4) Kunjungan keempat, 6 minggu setelah persalinan tujuan
Menanyakan penyulit-penyulit yang ada. Memberikan
konseling untuk KB secara dini. (Rahayu, 2011).
f. Pemberian ASI/Laktasi
Hal-hal yang perlu diberitahukan kepada pasien
1. Menyusui bayi segera setelah lahir minimal 30 menit bayi telah
disusukan.
2. Ajarkan cara menyusui yang benar.
3. Memberikan ASI secara penuh 6 bulan tanpa makanan lain.
4. Menyesui tanpa jadwal, sesuka bayi.
5. Diluar menyusui jangan memberikan dot/kempeng pada bayi,
tapi berikan ASI dengan sendok.
6. Penyapihan bertahap meningkatkan frekuensi makanan dan
menurunkan frekuensi pemberian ASI.

32
g. Manfaat Pemberian ASI
1. Bagi Bayi
Pemberian ASI dapat membantu bayi memulai kehidupannya
dengan baik. Kolostrum, susu jolong, atau susu pertama
mengandung antibody yang kuat untuk mencegah infeksi dan
membuat bayi menjadi kuat. Penting sekali bagi bayi untuk
segera minum ASI dalam jam pertama sesudah lahir, kemudian
setidaknya setiap 2-3 jam. ASI mengandung campuran
berbagai bahan makanan yang tepat bagi bayi. ASI mudah
dicerna oleh bayi. ASI saja tanpa tambahan makanan lain
merupakan cara terbaik untuk memberi makan bayi dalam
waktu 4-6 bulan pertama. Sesudah 6 bulan, beberapa bahan
makanan lain harus ditambahkan pada bayi. Pemberian ASI
pada umumnya harus disarankan selama setidaknya 1 tahun
pertama kehidupan anak.
2. Bagi Ibu
Pemberian ASI membantu ibu untuk memulihkan diri dari
proses persalinannya. Pemberian ASI selama beberapa hari
pertama membuat rahim berkontraksi dengan cepat dan
memperlambat perdarahan (hisapan pada putting susu
merangsang dikeluarkannnya hormone oksitosin alami yang
akan membantu kontraksi rahim).Wanita yang menyusui
bayinya akan lebih cepat pulih atau turun berat badannya dari
berat badan yang bertambah selama kehamilannya.Ibu yang
menyusui, yang menstruasinya belum munculkembali akan kecil
kemugkinannya untuk menjadi hamil (kadar prolaktin yang
tinggi akan menekan hormone FSH dan ovulasi), Pemberian
ASI adalah cara terbaik untuk ibu untuk mencurahkan kasih
sayangnya kepada buah hatinya.
3. Bagi Semua Orang

33
ASI selalu bersih dan bebas hama yang dapat menyebabkan
infeksi.mPemberian ASI tidak memerlukan persiapan khusus,
ASI selalu tesedia dan gratis. Bila ibu memberikan ASI pada
bayinya sewaktu-waktuketika bayinya meminta (on demand)
maka kecil kemungkinannya bagi ibu untuk hamil dalam 6 bulan
pertama sesudah melahirkan.Ibu menyusui yang siklus haidnya
belum pulih kembali akan memperoleh perlindungan sepenuhnya
dari kemungkinan hamil (sulistyawati, 2009).
h. Penatalaksanaan kunjungan post partum
1. kunjungan 2-6 jam post partum
i. Mengobservasi KU dan TTV
ii. Mengobservasi perdarahan
iii. Menilai kontraksi uterus
iv. Pemberian ASI
v. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi bayu lahir
vi. Menjaga bayi tetap sehat dan menvegah hipotermia
2. Kunjungan 6 hari setelah post partum
i. Mengobservasi KU dan TTV
ii. Menilai kontraksi uterus
iii. Mengobservasi pengeluaran pervaginam
iv. Tfu dibawah umbilicus
v. Mengobservasi perdarahan
vi. Meberikan konseling perawatan tali pusat
3. Kunjungan 2 minggu post partum
i. Mengobservasi KU dan TTV
ii. Menilai kontraksi uterus
iii. Mengobservasi pengeluaran pervagianam
4. Kunjungan 6 minggu post partum
i. Mengobservasi Ku dan TTV
ii. Mengobservasi pengeluaran pervaginam
iii. Menayakan apakah ada penyakit/penyulit yang ibu rasakan

34
2. Asuhan Kebidanan Masa Nifas
a) Asuhan Kebidanan Masa Nifas 2-6 Jam Post Partum
Kunjungan nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayinya
untuk mencegah hal-hal yang akan menyebabkan masalah-masalah
pada ibu dan bayi
S:
Ibu mengatakan masih ada darah yang keluar, ibu mengatakan
nyeri pada perenium (Rahayu,2012).
O:
Pemeriksaan TTV, Kontraksi uterus setinggi pusat 1 jari di bawa
pusat, lochea rubra (Rahayu, 2012)
A:
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang
telah diidentifikasi adalah Perdrahan dan Infeksi.
P:
Mengontrol suhu tubuh ibu, mengobservasi kontraksi uterus,
menganjurkan ibu untuk mengganti pembalut 2-4 jam harus
diganti, kemudian meberikan konseling tentang perwatan tali pusat
(Sumiyati, 2011., rahayu, 2012).
b) Asuhan Kebidanan Masa Nifass 2-6 Hari Post Partum
Pelaksanaan asuhan masa nifas normal adalah rangkaian dari
keterampilan dalam pemeriksaan fisik nifas serta dalam pembuatan
askeb nifas dan dituangkan pada bentuk pelaporan SOAP.
Pada masa nifas ini terjadi perubahan-perubahan fisik maupun
psikis berupa perubahan organ reproduksi, terjadinya proses
laktasi, terbentuknya hubungan antara orang tua dan bayi dengan
memberi dukungan. Atas dasar tersebut perlu dilakukan suatu
pendekatan antara ibu dan keluarga dalam manajemen kebidanan
(Rahayu, 2012).

35
S:
Adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat
terhadap suatu situasi data kejadian, dilakukan dengan
mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi
keadaan ibu. Pengumpulan data tersebut dapat ditentukan dengan
informasi atau komunikasi meliputi keluhan nyeri pada perut dan
jalan lahir. Penemuan normal adalah ibu tidak terlalu letih dan
tidak lemah (Roito, 2013., Rahayu, 2012)

O:

Adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan dilihat oleh


tenaga kesehatan meliputi : Pemeriksaan fisik, pemeriksaan
TTVbatas normal tekanan darah 110/70-120/80 mmHg,Nadi : 60-
100x/m, Pernapasan : 18-22 x/m, Suhu :36,5°- 37,5°C, observasi
fundus (kuat dan kontraksi baik serta tidak berada diatas ketinggian
fundus) dan mengobservasi pengeluaran lochea. (Muslihatun dkk,
2009). Lochea sanguinolenta, palpasi abdomen 1 jari di bawah
pusat Pemeriksaan Ku dan TTV.
A:

Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial, Analisa masalah


Menentukan diagnosa dan Masalah Potensial, Pada langkah ini
bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang telah
diidentifikasi adalah Anemi Post Partum, perdarahan.
P:
Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini, mengobservasi
pengeluaran lochia, mengobservasi TTV, menganjurkan ibu untuk
makan makanan yang bergizi dan menganjurkan ibu untuk
menyusui bayinya, Ditulis sesuai hasil yang telah didapatkan
(Muslihatun dkk, 2009).

36
c) Asuhan Kebidanan Masa Nifas 2 minggu Post Partum
Perubahan – perubahan masa nifas 2 minggu setelah bayi lahir
sama seperti keluhan ibu dan perubahan yang terjadi pada hari ke
2-6 hari setelah bayi lahir. Namun pada data objektif TFU dan
lochia yang keluar berbeda dengan 2-6 hari post partum.
S:
Adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat
terhadap suatu situasi data kejadian, dilakukan dengan
mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi
keadaan ibu. Pengumpulan data tersebut dapat ditentukan dengan
melakukan anamnesis seperti menanyakan keluhan ibu dan
melakukan pemeriksaan kondisi ibu. Penemuan normal adalah ibu
tidak terlalu letih dan tidak lemah (Roito, 2013., Rahayu; 2012).
O:
Adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan dilihat oleh
tenaga kesehatan meliputi : Pemeriksaan fisik, pemeriksaan
TTVbatas normal tekanan darah 110/70-120/80 mmHg,Nadi : 60-
100x/m, Pernapasan : 18-22 x/m, Suhu :36,5°- 37,5°C, muka pada
umunya, payudara ( kemontokan, suhu, warna merah, nyeri puting
atau pecah ujungnya), tinggi fundus uteri tak teraba, kandung
kemih, perineum, ekstremitas atas bawah, dan genetalia
(pengeluaran lochea normalnya lochea alba warna putih lebih
pucat, putih kekuningan dan mengandung leukosit) (Rahayu,
2010).
A:
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial, Analisa masalah
Menentukan diagnosa dan Masalah Potensial, Pada langkah ini
bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang telah

37
diidentifikasi yang mungkin terjadi Anemi Post Partum,
perdarahan.
P:
Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini, mengobservasi
pengeluaran lochia, mengobservasi TTV, menganjurkan ibu untuk
makan makanan yang bergizi dan menganjurkan ibu untuk
menyusui bayinya.
d) Asuhan Kebidanan Masa Nifas 6 minggu Post Partum
Pada masa nifas ini terjadi perubahan-perubahan fisik maupun
psikis berupa perubahan organ reproduksi, terjadinya proses
laktasi, terbentuknya hubungan antara orang tua dan bayi dengan
memberi dukungan. Atas dasar tersebut perlu dilakukan suatu
pendekatan antara ibu dan keluarga dalam manajemen kebidanan
(Rahayu, 2012).
S:
Adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat
terhadap suatu situasi data kejadian, dilakukan dengan
mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi
keadaan ibu. Pengumpulan data tersebut dapat ditentukan dengan
melakukan anamnesis seperti menanyakan keluhan ibu dan
melakukan pemeriksaan kondisi ibu. Penemuan normal adalah ibu
tidak terlalu letih dan tidak lemah (Roito, 2013, Rahayu, 2012)
O:

Adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan dilihat oleh


tenaga kesehatan meliputi : Pemeriksaan fisik, pemeriksaan
TTVbatas normal tekanan darah 110/70-120/80 mmHg,Nadi : 60-
100x/m, Pernapasan : 18-22 x/m, Suhu :36,5°- 37,5°C, muka pada
umunya, payudara ( kemontokan, suhu, warna merah, nyeri puting
atau pecah ujungnya), kandung kemih, perineum, ekstremitas atas
bawah, dan genetalia (pengeluaran lochea normalnya lochea

38
sangonoilenta warna putih campur merah jadi kecoklatan)
(Rahayu, 2010).
A:

Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial, Analisa masalah


Menentukan diagnosa dan Masalah Potensial, Pada langkah ini
bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang telah
diidentifikasi.
P:
Menanyakan penyuli-penyulit yang ada, menganjurkan ibu untuk
tetap menyusui bayinya dan mengkonsumsi makanan yang bergizi
dan memberikan konseling KB.
5. Konsep dasar Teori dan Asuhan Kebidanan Bayi Baru lahir
1. Konsep Dasar Teori Bayi Baru Lahir
a. Definisi Bayi Baru Lahir (BBL)
Bayi yang baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam
presentase belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat,
pada usia genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan
berat badan 2500-4000 gram, nilai apgar > 7 dan tanpa cacat
bawaan (Rukiyah, 2013).
Neonatus ialah bayi ang mengalami proses kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra
uterin (Rukiyah, 2013).
b. Ciri-ciri Bayi Normal
1) Berat badan 2500-4000 gram
2) Panjangbadan lahir 48-52 cm, lingkar dada 30-38 cm, lingkar
kepala 33-35 cm.
3) Bunyi jantung dalam menit-menit pertama kira-kira 180
x/menit kemudian menurun sampai 120-140 x/menit.
4) Pernafasan pada menit-menit pertama cepat kira-kira 80
kali/menit kemudian menurun kira-kira 40 x/menit

39
5) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan
cukup terbentuk dan dilipti verniks kaseosa.
6) Rambut lanugo telah tidak terlihat, rambut kepala biasanya
telah sempurna
7) Kuku agak panjang dan lemas
8) Genitalia : labia mayora sudah menutupi labia minora (pada
perempuan) testis mulai turun (pada laki-laki)
9) Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
10) Refleks moro sudah baik bila bayi dikagetkan akan
memperlihatkan gerakan seperti memeluk
11) Graff refleks sudah baik, apabila diletakkan sesuatu benda
diatas telapak tangan bayi akan menggenggam
12) Eliminasi baik urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam
pertama, mekonium akan berwarna kuning kecoklatan
(Prawirohardjo, 2010)
c. Penanganan Bayi Baru Lahir
1) Membersihkan Jalan Napas
2) Bayi normal akan menangis spontan segeara setelah lahir.
Apabila bayi tidak segera menangis, penolong segera
membersihkan jalan napas dengan cara sebagai berikut :
i. Letakkan bayi pada posisi terlentang ditempat yang keras
dan hangat.
ii. Gulung sepotong kain dan letakkan dibawah bahu sehingga
leher bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi
kepala diatur sedikit tengadah kebelakang.
iii. Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggerokan bayi
dengan jari tangan yang dibungkus kasa steril.
iv. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau
gosok kulit bayi dengan kain kering dan kasar. Dengan
rangsangan ini bayi biasanya langsung menangis.

40
v. Sangat penting membersihkan jalan napas, sehingga upaya
bayi bernafas tidak akan menyebabkan aspirasi lendir
(masuknya lendir keparu-paru)
vi. Alat penghisap lendir mulut (Delee) atau alat penhisap
lainnya yang steril, tabung oksigen dan tempatnya harus
telah siap ditempat.
vii. Segera lakukan usaha menhisap mulut dan hidung.
viii. Petugas harus memantau dan mencatat usaha napas yang
pertama.
ix. Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung
atau dimulut harus diperhatikan.
x. Dokter atau tenaga medis lain hendaknya melakukan
pemompaan bila setelah 1 menit bayi tak bernafas.
xi. Memotong dan merawat tali pusat. Tali pusat dipotong
sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak begitu
menentukan dan akan mempengaruhi bayi, kecuali pada
bayi kurang bulan. Apabila bayi lahir tidak menangis, maka
tali pusat segera dipotong untuk memudahkan melakukan
tindakan resusitasi pada bayi. Tali pusat dipotong 5 cm dari
dinding perut bayi dengan gunting steril dan ikat dengan
pengikat steril. Apabila terjadi perdarahan dapat dibuatkan
pengikat baru.Sebelum memotong tali pusat, dipastikan
bahwa tali pusat telah diklem dengan baik, untuk mencegah
terjadinya perdarahan.
xii. Mempertahankan suhu tubuh bayi pada waktu bayi baru
lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya.
Bayi baru lahir harus dibungkus hangat. Suhu tubuh bayi
merupakan tolak ukur kebutuhan akan tempat tidur yang
hangat sampai suhu tubuhnya sudah stabil.
xiii. Memberi vitamin K Kejadian perdarahan karena defisiensi
vitamin K pada bayi baru lahir dilaporkan cukup tinggi,

41
berkisar 0,25-0,5%. Untuk mencegah terjadinya perdarahan
tersebut, semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan
harus diberikan vitamin K.
xiv. Memberi obat tetes/salep mata
xv. Perawatan mata harus dikerjakan segera. Tindakan ini dapat
dikerjakan setelah bayi selesai dengan perawatan tali pusat.
xvi. Yang lazim dipakai adalah larutan perak nitrat atau
Neosporin dan langsung diteteskan pada mata bayi segera
setelah bayi lahir.
xvii. Identifikasi bayi apabila bayi dilahirkan ditempat bersalin
yang perslinannya yang mungkin lebih dari satu persalinan,
maka sebuah alat pengenal yang efektif harus diberikan
kepada setiap bayi baru lahir dan harus tetap ditempatnya
sampai waktu bayi dipulangkan (Prawirihardjo,2010)
Tabel 2.3 Penilaian Apgar Score

Tanda 0 1 2

Warna Biru/pucat Ubuh kemerahan, Seluruh tubuh


ekstermitas biru kemerahan

Frekuens jantung Tidak ada Lambat <100 x/m >100 x/menit

Reflex Tidak ada Gerakan sedikit Gerakan


kuat/melawan

Aktifitas tonus otot Lumpuh/lemah Ekstermitas fleksi Gerakan aktif

Usaha nafas Tidak ada Lambat, tidak Menangis


lentur kuat

Sumber : Prwirohardjo, 2009

Apabila nilai apgar :


7-10 : bayi mengalami asfeksia ringan atau bayi dalam keadaan normal

42
7-11 4-6 : Bayi mengalami asfeksia sedang
7-12 0-3 : Bayi mengalami asfeksia berat
Apabila ditemukan skor apgar dibawah 6, bayi membutuhkan resusitasi.
d. Beberapa mekanisme kehilangan panas pada bayi
1) Exaporasi
Exaporasi adalah cara kehilangan panas utama pada tubuh
bayi.kehilangan panas terjadi karena menguapnya cairan pada
permukaan tubuh bayi. Kehilangan panas tubuh melalui
penguapan dari kulit tubuh yang basah ke udara, karena bayi
baru lahir diselimuti oleh air cairan ketuban amnion. Proses ini
terjadi apabila bayi baru lahir (BBL) tidak langsung
dikeringkan.
2) Konduksi
Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung
antara tubuh bayi dan benda atau permukaan yang
temperaturnya lebih dingin. Misalnya bayi dilahirkan dikamar
yang pintu dan jendela yang terbuka, ada kipas angin/AC yang
dihidupkan.
3) Radiasi
Radiasi adalah pelepasan panas akibat adanya benda yang lebih
dingin didekat tubuh bayi. Kehilangan panas badan bayi
melalui pemancaran/radiasi dari tubuh bayi kelingkungan
sekitar bayi yang lebih dingin. Misalnya, suhu kamar
bayi/kamar bersalin dibawah 25◦C, terutama jika dinding
kamar lebih dingin karena bahan dari keramik, marmer
(Wahyuni, 2012).
e. Penatalaksanaan Pada Bayi Baru Lahir (Sri Wahyuni,
2013)
i. Penatalaksanaan pada bayi baru lahir 0-6 jam
a) Membersihkan jalan nafas
b) Memotong dan mewat talipusat

43
c) Memperthankan suhu tubuh bayi
d) Memberikan vitamin K
e) Pemberian obat tets mata/salep mata
f) Keaktifan gerakan bayi
g) Pemberian Hb O satu jam setelah injeksi vit k
h) Pemeriksaan Head to Toe
2. Penatalaksanaan pada bayi baru lahir 2-6 hari
a) Menilai bayi keadaan bayi
b) Melakukan perawatan tali pusat
c) Kenaikan berat badan
d) Kebersihan bayi
e) Keseringan bayi untuk menyusu
3. Penatalaksanaan pada bayi baru lahir 7-28 hari
a) Menilai keadaan bayi
b) Perawatan tali pusat bayi
c) Amati keadaan rumah dan kebersihannya
d) Amati cara ibu berinteraksi dengan bayinya
e) Apakah bayi mengalami pertumbuhan dan bertambah
berat badan
f) Apakah bayi menunjukan tanda-tanda bahaya
g) Apakah bayi menyusu dengan baik
h) Apkah bayi menyusus sedikitnya 2-4 jam sekali
i) Apakah bayi berkemih 6-8 x sehari
j) Apakah bayi menderita demam
k) Apakah bayi nampak waspada saat bangun
2. Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir
a. Asuhan Kebidanan Pada BAyi 0-6 hari
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir 0-2 hari bertujuan
untuk Penilaian atau evaluasi meliputi penilaian terhadap
pertumbuhan, perkembangan janin, kesesuaian fisik neonatal,
penilaian adaptasi neonatal, Pemberian identifikasi melipiti jenis

44
kelamin, berat badan, panjang badan, serta menentukan
penanganan yang diperlukan (Wahyuni, 2011).

S:
Data yang diperoleh melalui anamnesis. Data yang dikaji meliputi :
1) Identitas bayi : Usia, tanggal, dan jam lahir, jenis kelamin.
2) Identitas orang tua : Nama, usia, suku bangsa, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat rumah.
3) Riwayat kehamilan : paritas, HPHT, riwayat ANC, riwayat
imunisai TT.
4) Riwayat kelahiran/persalinan : tanggal persalinan, jenis
persalinan, lama persalinan, penolong, ketuban, plasenta
(Wahyuni, 20110

O:

Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta yang
berhubungan dengan diagnosa, yaitu apa yang dilihat dan
dirasakan oleh bidan pada saat pemeriksaan fisik dan observasi,
hasil laboratorium, dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam
data fokus untuk mendukung pengkajian. Data objektif dapat
diperoleh melalui :
1) Membersihkan jalan nafas
2) Memotong dan mewat talipusat
3) Memperthankan suhu tubuh bayi
4) Memberikan vitamin K
5) Pemberian obat tets mata/salep mata
6) Keaktifan gerakan bayi
7) Pemeriksaan Head to Toe Kepala ubun-ubun, sutura/molase,
kaput suksedaneum sefal hematoma, ukuran lingkar kepala,
telinga pemeriksaan dalam hubungan letak dengan mata dan
kepala, mata adanya tanda-tanda infeksi, hidung dan mulut :

45
bibir dan langit-langit, periksa adanya sumbing, refleks isap,
dilihat dengan mengamati bayi pada saat menyusu, leher
pembengkakan, benjolan. Dada bentuk dada, puting susu,
bunyi napas, bunyi jantung, Bahu, lengan dan tangan gerakan
bahu, lengan, tangan, dan jumlah jari. Sistem saraf adanya
refleks moro, lakukan rangsangan dengan suara keras, yaitu
pemeriksa bertepuk tangan. Refleks rooting, refleks walking,
refleks grafs/plantar, refleks sucking, refleks tonic neck. Perut
bentuk, benjolan sekitar tali pusat pada saat menangis,
perdarahan tali pusat, jumlah pembuluh pada tali pusat, perut
lembek pada saat tidak menangis dan adanya benjolan. Alat
genetalia laki-laki testis berada dalam skrotum, penis berlubang
dan lubang ini terletak diujung penis, perempuan vagina
berlubang, uretra berlubang, labia mayora dan minora. Tungkai
dan kaki gerakan normal, bentuk normal, jumlah jari.
Punggung dan anus pembengkakan atau ada cekungan, ada
tidaknya anus. Tinja dan kemih diharapkan keluar 24 jam
pertama. Berat badan dalam batas normal (Prawirohardjo,
2010)
A:
Assesment adalah masalah atau diagnosis yang ditegakkan
berdasarkan data atau informasi subjektif maupun objektif yang
dikumpulkan atau disimpulkan. Hasil analisis dan interpretasi dari
data subjektif dan objektif dibuat dalam suatu kesimpulan :
diagnosis, antisipasi diagnosis/masalah potensial, dan perlunya
tindakan segera (Muslihatun, 2012).
P:
Membuat rencana tindakan saat ini atau yang akan datang, untuk
mengusahakan tercapainya kondisi pasien yang mungkin atau
menjaga/mempertahankan kesejahteraannya berupa perencanaan,
apa yang dilakukan dan evaluasi berdasarkan assesmen. Evaluasi

46
rencana didalamnya termasuk asuhan mandiri, kolaborasi, tes
diagnostik/laboratorium, konseling, dan follow up (Wahyuni,
2011).
b. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir 2-6 hari
S:
Tanyakan mengenai keseluruhan kesehatan bayi, tanyakan ibu
masalah-masalah yang dialami terutama dalam proses menyususi,
jika ibu sedang menyususi bayinya amati letak mulut bayi pada
puting,posisi menyususi,hisapan dan reflek menelan bayi
(Wahyuni, 2011)
P:
Menanyakan dirasakan oleh pasien pada saat pemeriksaan fisik dan
observasi, hasil laboratorium, dan tes diagnostik lain yang
dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung pengkajian.
1) Amati keadaan rumah dan kebersihannya
2) Amati persediaan makanan dan air
3) Amati cara ibu berinteraksi dengan bayinya
4) Apakah bayi mengalai pertumbuhan dan bertambah berat
badan
5) Apakah bayi menunjukan tanda-tanda bahaya
6) Apakah bayi menyusu dengan baik
7) Apkah bayi menyusus sedikitnya 2-4 jam sekali
8) Apakah bayi berkemih 6-8 x sehari
9) Apakah bayi menderita demam
10) Apakah bayi nampak waspada saat bangun
11) Apkah matanya mengikuti gerakan ibu
(Prawirohardjo, 2010)
A:
Assesment adalah masalah atau diagnosis yang ditegakkan
berdasarkan data atau informasi subjektif maupun objektif yang
dikumpulkan atau disimpulkan. Hasil analisis dan interpretasi dari

47
data subjektif dan objektif dibuat dalam suatu kesimpulan :
diagnosis, antisipasi diagnosis/masalah potensial, dan perlunya
tindakan segera. Kadang terjadi infeksi pada tali pusat jika tidak
merawat kebersihan pada bayi (Wahyuni, 2011)
P:
1) Anjurkan ibu untuk pemberian ASI dini (30 menit-1 jam
setelah lahir)dan esklusi
2) Tidak diberikan makanan tambahan pada bayi untuk bayi 6
bulan sampai 1 tahun, formula lanjutan sudah bisa menerima
susu full-cream.
3) Pastikan bayi sudah Buang Air Besar (BAB), kotoran yang
dikeluarkan oleh bayi baru lahir pada hari-hari pertama
kehidupannya adalah berupa mekonium. Mekonium adalah
eskresi gastrointestinal bayi baru lahir yang diakumulasikan
dalam usus sejak masa janin ,yaitu pada usia 16 minggu
4) Buang Air Kecil (BAK) bayi baru lahir harus sudah BAK
dalam waktu 24 jam setelah lahir.Hari selanjutnya bayi akan
BAK sebanyak 6-8 kali/hariPada awalnya volume urin akan
menigkat sebanyak 20-30 ml/hari,meningkat menjadi 100-200
ml /hari pada akhir minggu pertama.
5) Bayi baru lahir menghabiskan waktunya untuk tidur. Macam
tidur aktif bayi adalah tidur aktif,atau tidur ringan dan tidur
lelap .Pada siang hari hanya 15% waktu digunakan bayi dalam
keadaan terjaga, yaitu menangis, gerakan motorik, sadar,
mengantuk. sisa waktu 85% digunakan bayi untuk tidur.
6) Kebersihan kulit kulit bayi masih sangat sensitif terhadap
kemungkinan terjadinya infeksi.
7) Perawatan tali pusat harus selalu kering dan bersih. Tali pusat
merupakan tempat koloni bakteri, pintu masuk kuman dan
biasa terjadi infeksi lokal.

48
8) Keamanan Bayi merupakan sosok yang masih lemah dan
rentan mengalami kecelakaan (Muslihatun, 2011).

c. Asuhan Kebidanan Pada Bayi BaruLahir 7-28 hari


S:
Data yang diambil dari anamnesis atau alo-anamnesis. Catatan ini
berhubungan dengan masalah sudut pandang pasien, yaitu apa
yang dikatakan/dirasakan klien yang dikaji meliputi Penilaian atau
evaluasi terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin,
Kesesuaian fisik neonatal, Adaptasi neonatal, Menentukan
penanganan yang diperlukan selanjutnya. Tanyakan mengenai
keseluruhan kesehatan bayi, tanyakan ibu masalah-masalah yang
dialami terutama dalam proses menyususi, jika ibu sedang
menyususi bayinya amati letak mulut bayi pada puting,posisi
menyususi,hisapan dan reflek menelan bayi (Wahyuni, 2011)
O:
Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta yang
berhubungan dengan diagnosa, yaitu apa yang dilihat dan
dirasakan oleh pasien pada saat pemeriksaan fisik dan observasi,
hasil laboratorium, dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam
data fokus untuk mendukung pengkajian.
1) Apakah ada orang lain dalam rumahnya atau disekitarnya yang
dapat membantu ibu baru tersebut
2) Amati keadaan rumah dan kebersihannya
3) Amati persediaan makanan dan air
4) Amati keadaan susana hati ibu
5) Amati cara ibu berinteraksi dengan bayinya
6) Kapan bayi tersebut lahir

49
7) Apakah bayi mengalai pertumbuhan dan bertambah berat
badan
8) Apakah bayi menunjukan tanda-tanda bahaya
9) Apakah bayi menyusu dengan baik
10) Apkah bayi menyusus sedikitnya 2-4 jam sekali
11) Apakah bayi berkemih 6-8 x sehari
12) Apakah bayi menderita demam
13) Apakah bayi nampak waspada saat bangun
14) Apkah matanya mengikuti gerakan ibu
(Muslihatun, 2012)
A:
Assesment adalah masalah atau diagnosis yang ditegakkan
berdasarkan data atau informasi subjektif maupun objektif yang
dikumpulkan atau disimpulkan. Hasil analisis dan interpretasi dari
data subjektif dan objektif dibuat dalam suatu kesimpulan :
diagnosis, antisipasi diagnosis/masalah potensial, dan perlunya
tindakan segera (Muslihatun, 2012)
P:
Membuat rencana tindakan saat ini atau yang akan datang, untuk
mengusahakan tercapainya kondisi pasien yang mungkin atau
menjaga/mempertahankan kesejahteraannya berupa perencanaan,
apa yang dilakukan dan evaluasi berdasarkan assesmen. Evaluasi
rencana didalamnya termasuk asuhan mandiri, kolaborasi, tes
diagnostik/laboratorium, konseling, dan follow up (Wahyuni,
2011).
1) Minum bayi pastikan bayi diberi minum sesegera mungkin
setelah lahir (dalam waktu 30 menit)atau dalam 3 jam setelah
masuk rumah sakit, kecuali apabila pemberian minum harus
ditunda karena masalah tertentu .Anjurkan ibu untuk pemberian
ASI dini (30 menit-1 jam setelah lahir)dan esklusi

50
2) Susu Formula pemberian pengganti air susu ibu (PASI) dapat
berupa berbagai produk formula,untuk adaptasi maupun
formula komplit.Komposisi mendekati ASI kecuali dalam
komposisi mineral dan imunoglobin.Untuk bayi 6 bulan sampai
1 tahun, formula lanjutan sudah bisa menerima susu full-cream.
3) Buang Air Besar (BAB) kotoran yang dikeluarkan oleh bayi
baru lahir pada hari-hari pertama kehidupannya adalah berupa
mekonium .Mekonium adalah eskresi gastrointestinal bayi baru
lahir yang diakumulasikan dalam usus sejak masa janin ,yaitu
pada usia 16 minggu
4) Buang Air Kecil (BAK) bayi baru lahir harus sudah BAK
dalam waktu 24 jam setelah lahir.Hari selanjutnya bayi akan
BAK sebanyak 6-8 kali/hariPada awalnya volume urin akan
menigkat sebanyak 20-30 ml/hari,meningkat menjadi 100-200
ml /hari pada akhir minggu pertama.
5) Tidur memasuki bulan pertama kehidupan Bayi baru lahir
menghabiskan waktunya untuk tidur .Macam tidur aktif bayi
adalah tidur aktif,atau tidur ringan dan tidur lelap .Pada siang
hari hanya 15% waktu digunakan bayi dalam keadaan
terjaga,yaitu menangis, gerakan motorik, sadar, mengantuk.
sisa waktu 85% digunakan bayi untuk tidur.
6) Kebersihan kulit kulit bayi masih sangat sensitif terhadap
kemungkinan terjadinya infeksi.
7) Perawatan tali pusat harus selalu kering dan bersih. Tali pusat
merupakan tempat koloni bakteri, pintu masuk kuman dan
biasa terjadi infeksi lokal.
8) Keamanan Bayi merupakan sosok yang masih lemah dan
rentan mengalami kecelakaan. Untuk menghindari terjadinya
kecelakaan atau hal-hal yang tidak diinginkan pada bayi,
sebaiknya tidak membiarkan bayi sendiri tanpa ada yang
menunggu.

51
9) Tanda-tanda bayi baru lahir beberapa tanda bahaya pada bayi
baru lahir harus diwaspadai, dideteksi lebih dini untuk segera
dilakukan penanganan agar tidak mengancam nyawa bayi
(Muslihatun, 2011).

6. Konsep Dasar Teori dan Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana


1. Konsep dasar Teori Keluarga Berencana (KB)
a. Definisi Keluarga Berencana (KB)
Keluarga berencana merupakan usaha suami-istri untuk
mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Usaha yang
dimaksud termasuk kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan
perencanaan keluarga. Prinsip dasar metode kontrasepsi adalah
mencegah sperma mencapai dan mebuahi sel telur (fertilisasi) atau
mencegah telur yang sudah di buahi untuk berimplementasi
(melekat) dan berkembang didalam rahim (Elisabeth dkk,2014).
b. Tujuan Keluarga Berencana
1) Tujuan umum
Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka
mewujudkan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang
sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin
terkendalinya perambahan penduduk
2) Tujuan Khusus
Meningkatkan penggunaan alat kontrasepsi dan kesehatan
dengan cara pengaturan jarak kelahiran (Elisabet dkk, 2014).
c. Metode Keluarga Berencana
Dalam melakukan pemilihan metode kontrasepsi perlu
diperhatikan ketetapan bahwa makin rendah pendidika masyarakat,

52
semakin efektif metode KB yang dianjurkan yaitu kontap, Suntik
KB, susuk KB, susuk/AKBK (Alat Kontrasepsi bawah kulit),
AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim).
Salah satu peranan penting bidan adalah untuk meningkatkan
jumlah penerimaan dan kualitas metode KB kepada masyarakat.
Sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan bidan, metode KB
yang dapat dilaksanakan adalah metode sederhana (kondom,
sanggama terputus, sisteem kalender), metode kontrasepsi efektif
(MKE) hormonal (KB suntik dan KB susuk) (Prawirohardjo,
2010).
d. Kontrasepsi Selama Masa PoostPartum
Dalam pemilihan metode kontrasepsi, keamanan penggunaan
menjadi hal utama yang harus diperhatikan khususnya untuk
wanita, termasuk dalam masa postpartum. Baru-baru ini, CDC
telah melakukan penilaian terhadap evidenceyang memberikan
informasi mengenai penggunaan hormonal pada masa postpartum.
Sebuah laporan meyatakan bahwa wanita postpartum tidak boleh
menggunakan kontrasepsi hormonal kombinasi selama masa 21
hari setelah melahirkan oleh karena resiko tinggi untuk
mendapatkan tromboemboli vena (TEV) selama masa ini. Masa
21-42 hari postpartum, pada umumya wanita tanpa factor resiko
TEV dapat memulai penggunaan kontrasepsi hormonal kombinasi,
tetapi wanita wanita yang memiliki resiko TEV (riwayat TEV
sebelumnya atau post melahirkan secara Caesar), tidak boleh
menggunakan metode kontrasepsi ini. Setelah masa 42 hari
postpartum, tidak ada pembatasan penggunaan kontrasepsi yang
berdasarkan pada keadaan pasien tersebut setelah melahirkan.
e. Jenis-jenis Alat Kontrasepsi
1. Kondom
Cara kerja kondom adalah menampung spermatozoa sehingga
tidak masuk kedalam kanalis serviks. Di seluruh dunia, dengan

53
makin meningkatnya perkembangan penyakit hubungan
seksual, pemakaian kondom makin meningkat. Konsep kerja
kondom adalah menghalangi tertumpahnya sperma kedalam
vagina sehingga spermatozoa tidak mungkin masuk kedalam
Rahim. Kegagalan kondom terjadi bila karet kondom bocor
atau robek.

2. System kalender
Metode ini memerlukan system menstruasi yang teratur
sehingga dapat memperhitungkan masa subur untuk
menghindari kehamilan dengan tidak berhubungan intim.Masa
subur wanita dapat di hitung dengan melakukan perhitungan
minggu sebagai berikut :
a) Menstruasi wanita teratur anatar 26 sampai 30 hari
b) Masa subur dapat diperhitungkan, yaitu menstruasi hari
pertama ditambah 12 yang merupakan hari pertama
minggu susbur dan akhir minggu subur adalah hari pertama
menstruasi di tambah 19.
c) Puncak minggu susbur adalah hari pertama menstruasi di
tambah 14
3. Pil
Pil adalah kontrasepsi hormonal mempunyai sifat khas
dengan komponen estrogen menyebabkan pemakainya mudah
tersinggung, tegang, berta badan bertambah, menimbulkan
nyeri kepala. Sedangkan dengan komponen progesterone
menyebabkan payudara tegang, kulit dan rambut kering,
menstruasi berkurang, kaki dan tangan sering kram, liang
sanggama kering.
4. Suntik

54
Metode suntik Kb telah menjadi bagian gerakan keluarga
berencana nasional serta pemintanya makin bertambah karena
suntikan kb aman, sederhana, efektif.
5. Susuk
Metode kb susuk makin lama makin meningkat dengan
alasan pemasangna sederhana, pemakaian selama lima tahun,
dan komplikasi tidak terlalu tinggi, dapat dilayani di daerah
pedesaan, biaya murah. Tetapi penggunaan KB susuk
menimbulkan gangguan pada menstruasi, berat badan
bertambah dan ketegangan payudara.
6. AKDR
AKDR adalah benda asing yang dimasukan ke dalam
Rahim. Pemasangna AKDR tidk memerlukan medis teknis
yang sulit, dan pulihnya kesuburan setelah AKDR di cabut.
Tetapi masi sering terjadi kehamilan dengna menggunakan
AKDR, dapat terjadi infeksi, menimbulkan kemandulan,
kehamilan ektopik dan mengganggu hubungna seksual
(Manuaba, 2010).
f. Penatlaksanaan Keluarga Berencana (KB)
1. Menjelaskan pada ibu jenis-jenis KB
2. Efek samping penggunaan KB
3. Mengukur TD dan BB ibu
4. Pastikan ibu bersedia menggunakan KB
2. Asuhan Kebidanan pada Keluarga Berencana (Zakia, 2013)
Asuhan yang dilakukan dalam upaya peningkatan kepedulian dan
peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP)
dengan kematangan reproduksi pada perempuan usia 20 tahun keatas
dan laki-laki usia 25 tahun keatas, pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia,
dan sejahtera.
S:

55
Menggambarkan hasil pengumpulan data melalui anamnesa, pada
langkah ini bidan dapat mengetahui jenis kontrasepsi yang dapat
digunakan.
O:
Menggambarkan hasil pemeriksaan fisik klien, dirumuskan dalam data
fokus untuk mendukung perencanaan asuhan.

A:
Menggambarkan hasil analisa dan interpretasi data subjektif dan
objektif dalam suatu lingkungan identifikasi.
1) Diagnosa atau masalah
2) Antisipasi diagnosa atau masalah potensial
3) Perlunya tindakan segera setelah bidan atau dokter, konsultasi atau
kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah interpretasi data,
diagnosa potensial dan intervensi.
P:
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi
berdasarkan assesment sebagai langkah rencana tindakan,
implementasi dan evaluasi

II. Standar Asuhan Kebidanan Menurut Permenkes No.938/ MENKES/


SK/ VIII/ 2007.
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi
tanggung jawab bidan memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai
kebutuhan atau masalah di bidang kesehatan ibu pada masa kehamilan,
persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta keluarga berencana.Standar Asuhan
Kebidanan Menurut PERMENKESNo.938/MENKES/SK/VIII/2007.
A. Standar Asuhan Kebidanan terdiri dari :
1. Standar I (Pengkajian)
a. Pernyataan Standar

56
Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan, dan
lengkap dari semua data yang berkaitan dengan kondisi kilen.
b. Kriteria Pengkajian
Data tepat, akurat, lengkap
i. Terdiri dari data subjektif (hasil anamneses : biodata, keluhan
utama, riwayat obstetric, riwayat kesehatan dan latar belakang
budaya).
ii. Data objektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologis dan pemeriksaan
penunjang).
2. Standar II (Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanann
a. Pernyataan Standar
Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,
menginterpretasikannya secara logis untuk menegakkan diagnosa dan
masalah kebidanan yang tepat.
Kriteria Perumusan Diagnosa atau Masalah
1) Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan
2) Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien
3) Dapat diselesaikan dengan Asuhan Kebidanan secara mandiri,
kolaborasi, dan rujukan.
3. Standar III (Perencanaan)
a. Pernyataan Standar
Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa atau
masalah yang ditegakkan.
Kriteria Perencanaan
1) Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan
kondisi klien, tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan
secara komprehensif.
2) Melibatkan klien/pasien dan atau keluarga.
3) Mempertimbangkan kondisi psikologi. Sosial budaya
klien/keluarga.

57
4) Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi kebutuhan klien
berdasarkan evidance based dan memastikan bahwa asuhan yang
diberikan bermanfaat untuk klien.
5) Mempertimbangkan kebijakkan dan peraturan yang berlaku
sumber daya serta fasilitas yang ada.
4. Standar IV (Implementasi)
a. Pernyataan Standar
Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif,
efektif, efisien dan aman berdasarkan evidance based kepada
klien/pasien, dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.
Kriteria
1) Memperhatikan keunikkan klien sebagai makhlukbiopsiko sosial
spiritual dan kultural.
2) Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien
dan atau keluarganya (inform consent).
3) Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidance based.
4) Melibatkan klien/pasien dalam setiap tindakan.
5) Menjaga privacy klien/pasien.
6) Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi
7) Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan.
8) Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada dan
sesuai.
9) Melakukan tindakan sesuai standar.
10) Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan.
5. Standar V (Evaluasi)
a. Pernyataan Standar
Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan
untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai
dengan perubahan perkembangan kondisi klien.
Kriteria Evaluasi

58
1) Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan
sesuai kondisi klien.
2) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada
klien/keluarga.
3) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar.
4) Hasil dievaluasi ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi
klien/pasien.
6. Standar VI (Pencatatan Asuhan Kebidanan)
a. Pernyataan Standar
Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas
mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam
memberikan asuhan kebidanan.
b. Kriteria Pencatatan Asuhan Kebidanan Pencatatan dilakukan segera
setelah melaksanakanasuhan formulir yang tersedia (Rekam
Medis/KMS/Status Pasien/buku KIA). Ditulis dalam bentuk catatan
perkembaangan SOAP
S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa.
O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan
A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan.
P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,
tindakan segera, tindakan secara komprehensif : penyuluhan,
dukungan, kolaborasi evaluasi/follow up dan rujukan.

59
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Laporan Tugas Akhir


Jenis dan rancangan karya tulis ilmiah ini adalah metode observasional
dengan menggunakan metode pendekatan pemecahan masalah meliputi
Pengkajian, Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan,
Perencanaan, Evaluasi dan Pencatatan Asuhan Kebidanan.
B. Lokasi dan waktu penelitian
Lokasi pengambilan kasus akan dilaksanakan di Ruang Kesehatan Ibu dan
Anak Puskesmas Kawatuna Palu sejak bulan februari hingga selesai
C. Subjek Laporan Akhir Studi
Subjek Laporan Akhir Studi ini adalah pengambilan satu orang ibu dengan
kehamilan normal
D. Definisi Oprasional
Definisi Oprasional adalah pembatasan ruang lingkup atau variabel-
variabel yang diamati atau ditelitu, dengan mendefinisikan variabel secara
oprasional maka akan mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian,
dengan menggunakan cara pengukuran variabel dapat diukur dan
dotemukan karakteristiknya.
1. Asuhan Kebidanan
Asuhan Kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang
menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien
yang mempunyai kebutuhan masalah dalam bidang kesehatan ibu masa

60
hamil, masa persalinan, masa nifas, bayi baru lahir dan keluarga
berencana dengan menggunakan format pengkajian.
2. Manajemen Kebidanan
Manajemen Kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan
masalah ibu dan anak yang khusus dilakukan bidan dalam memberikan
Asuhan Kebidan kepada individu, keluarga dan masyarakat (Depkes
RI, 2014).
3. Asuhan Kebidan Komprehensif
Asuhan Kebidanan Komprehensif adalah suatu pemeriksaan yang
dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan laboratorium
dan konseling yang mencakup empat kegiatan diantaranya adalah
Asuhan Kebidanan Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini penulis menggunakan
metode pendekatan pemecahan masalah meliputi pengkajian, perumusan
diagnosa, dan atau masalah kebidanan, perencanan, implementasi, evaluasi
dan pencatatan asuhan kebidanan, untuk menghimpun data/informasi
dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini penulis menggunakan teknik-
teknik sebagai berikut
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh melalui observasi pengamatan
langsung pada ibu secara komprehensif.
a) Interview
Wawancara atau tanya jawab dilakukan langsusng antara peneliti
dengan pihak-pihak terkait, seperti klien, keluarga, dan tim
kesehatan lainnya (dokter, bidan, dan petugas kesehatan lainnya).
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan.
b) Observasi
Penelitian mengadakan observasi untuk mengetahui secara
langsung keadaan klien yang meliputi observasi tanda-tanda vital
dan observasi perdarahan.

61
c) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara pemeriksaan secara
menyeluruh (head to toe) meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan
perkusi.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh melalui catatan dan laporan pada ibu hamil
dengan asuhan kebidanan secara komprehensif.
F. Pengkajian Data
Untukpengkajian hasil akhir, penilitian menggunakan metode pendekatan
asuhan kebidanan dengan pemecahan masalah klien melalui
pendokumentasian SOAP secara narasi.

62

Anda mungkin juga menyukai