PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin lamanya hamil
normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari). Dihitung dari haid
pertama dan haid terakhir (Prawiroharjo, Sarwono. 2010).
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi usia 0 – 28 hari, selama periode ini
bayi harus menyesuaikan diri dengan lingkungan ekstra uteri. Bayi harus
berupaya agar fungsi-fungsi tubuhnya menjadi efektif sebagai individu yang
unik. Respirasi, pencernaan dan kebutuhan untuk regulasi harus bisa dilakukan
sendiri. Pada masa ini, organ bayi mengalami penyesuaian dengan keadaan di
luar kandungan, ini diperlukan untuk kehidupan selanjutnya.
1
2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk menerapkan asuhan kebidanan berkesinambungan pada ibu
Hamil sampai dengan Nifas dan Bayi Baru Lahir (Neonatus) di Wilayah
Kerja Puskesmas Panggang I, dengan mengacu pada KEPMENKES
NO.938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat melakukan pengumpulan data subjektif dan objektif.
3
C. Manfaat
1. Institusi
Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan dalam memberikan asuhan
berkesinambungan pada ibu hamil, bersalin, dan nifas
Sebagai referensi teoritis maupun aplikatif bagi profesi bidan dalam asuhan
berkesinambungan pada ibu hamil, bersalin dan nifas
3. Masyarakat/Ibu
Agar responden maupun masyarakat dapat melakukan deteksi dari penyulit yang
mungkin timbul pada masa hamil, bersalin maupun nifas, sehingga memungkinkan
segera mencari pertolongan untuk mendapatkan penanganan
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Asuhan Berkesinambungan
Asuhan kebidanan adalah bantuan atau perlakuan yang diberikan kepada klien
oleh bidan yang pelaksanaannya dilakukan secara bertahap dan sistematis meliputi
pengkajian, analisa data, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Varney, 2007).
Berkesinambungan adalah terus menerus, atau tidak terputus. Maka asuhan kebidanan
berkesinambungan adalah upaya yang dilakukan bidan dalam memberikan asuhan
secara berkesinambungan dimulai pada masa kehamilan, persalinan, dan nifas.
Asuhan berkesinambungan bertujuan untuk melakukan deteksi dini adanya masalah
atau penyulit yang terjadi pada ibu hamil, bersalin, dan nifas (Kemenkes, 2010).
B. Teori Kehamlan
1. Pengertian
a. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin lamanya hamil
normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari). Dihitung dari haid
pertama dan haid terakhir (Prawiroharjo, Sarwono. 2010).
Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis. Setiap wanita
yang memiliki organ reproduksi sehat yang telah mengalami menstruasi dan
melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang organ reproduksinya
sehat sangat besar kemungkinanya akan mengalami kehamilan (Sastrawinata,
Sulaiman. 1983).
b. Dari pengertian di atas dapat di simpulkan, kehamilan adalah proses yang
alamiah dimana dalam seorang rahim wanita terdapat hasil konsepsi.
Diagnosa Kehamilan
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya
hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari
pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama
dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai
6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kehamilan
Ada tiga faktor yang mempengaruhi kehamilan yaitu faktor fisik, faktor
psikologis, dan faktor sosial budaya dan ekonomi.
a. Faktor Fisik
5
Seorang ibu hamil dipengaruhi oleh status kesehatan dan status gizi
tersebut. Status kesehatan dapat diketahui dengan memeriksakan diri dan
kehamilannya ke pelayanan kesehatan terdekat, puskesmas, rumah bersalin
atau poliklinik kebidanan. Selain itu status gizi ibu hamil juga merupakan
hal yang sangat berpengaruh selama masa kehamilan. Kekurangan gizi
tentu saja akan menyebabkan akibat yang buruk bagi si ibu dan janinnya.
Ibu dapat menderita anemia, sehingga suplai darah yang mengantarkan
oksigen dan makanan pada janinnya akan terhambat, sehingga janin akan
mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Di lain pihak
kelebihan gizi pun ternyata dapat berdampak yang tidak baik juga terhadap
ibu dan janin. Janin akan tumbuh besar melebihi berat normal, sehingga ibu
akan kesulitan saat proses persalinan.
b. Faktor Psikologis
1) Stess
Stress yang terjadi pada ibu hamil dapat mempengaruhi kesehatan ibu
dan janin. Janin dapat mengalami keterlambatan perkembangan atau
gangguan emosi saat lahir nanti jika stress pada ibu tidak tertangani
dengan baik.
2) Dukungan keluarga
Merupakan andil yang besar dalam menentukan status kesehatan ibu.
Jika seluruh keluarga mengharapkan kehamilan., mendukung bahkan
memperlihatkan dukungannya dalam berbagai hal, maka ibu hamil akan
merasa lebih percaya diri, lebih bahagia dan siap dalam menjalani
kehamilan, persalinan dan masa nifas.
c. Faktor lingkungan sosial, budaya dan ekonomi
Faktor ini mempengaruhi kehamilan dari segi gaya hidup, adat
istiadat, fasilitas kesehatan dan tentu saja ekonomi. Gaya hidup sehat
adalah gaya hidup yang digunakan ibu hamil. Seorang ibu hamil sebaiknya
tidak merokok, bahkan kalau perlu selalu menghindari asap rokok, kapan
dan dimana pun ia berada. Perilaku makan juga harus di perhatikan,
terutama yang berhubungan dengan adat istiadat. Jika ada makanan yang di
pantang adat padahal baik untuk gizi ibu hamil, maka sebaiknya tetap
dikonsumsi. Demikian juga sebaliknya. Yang tak kalah penting adalah
personal hygiene. Ibu hamil harus selalu menjaga kebersihan dirinya,
6
i. Tatalaksana kasus.
Patofisiologi Persalinan
Tanda – tanda permulaan persalinan
a. tanda – tanda permulaan peralinan :
1) Lightening atau settling atau dropping
2) Yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada
primigravida. Pada multipara tidak begitu kentara.
3) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uterus turun.
4) Perasaan sering – sering atau susah kencing (polakisuria) karena
kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
5) Perasaan sakit di perut dan di pegang oleh adanya kontraksi.
Kontraksi lemah di uterus, kadang – kadang disebut “ traise labor
pains”.
6) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah
juga bercampur darah (bloody show)
b. Menurut Mochtar (1998), tanda – tanda inpartu :
1) Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
2) Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena
robekan – robekan kecil pada serviks’
3) Kadang – kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4) Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan telah ada.
Pembagian Tahap Persalinan
Persalinan kala I
Persalinan kala I adalah pembukaan yang berlangsung antara
pembukaan nol sampai pembukaan lengkap.
Dengan ditandai dengan :
1) Penipisan dan pembukaan serviks.
2) Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks
(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit).
3) Keluarnya lendir bercampur darah.
Menurut wiknjosasto, kala pembukaan di bagi atas 2 fase yaitu :
1) Fase laten
10
c. Kala IV ( obsevasi )
Menurut saifudin (2000), kala IV dimulai dari saat lahirnya plasena
sampai 2 jam pertama post partum.
Observasi yang di lakukan pada kala IV adalah :
1) Tingkat kesadaran
2) Pemeriksaan tanda – tanda vital, tekanan darah, nadi dan
pernafasan
3) Kontraksi uterus
4) Perdarahan : dikatakan normal jika tidak melebihi 500 cc.
2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
Faktor – fakor yang berperan dalam persalinan antara lain :
a. Power (kekuatan)
b. Jalan lahir (passage)
c. Passenger ( janin dan plasenta)
d. Psikologis
e. Penolong
D. Teori Masa Nifas
1. Pengertian
Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta
sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2001).
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung
kira-kira 6 minggu. (Ambarwati, 2008).
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran
yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi
kembali ke keadaan tidak hamil yang normal.
Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang
dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya
memerlukan waktu 6- 12 minggu.
2. Tahapan lokea masa nifas
Lochea merupakan ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea
mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lokia
mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya
13
berbeda-beda pada setiap wanita. Lokia mengalami perubahan karena proses involusi.
Pengeluaran lokia dapat dibagi menjadi lokia rubra, sanguilenta, serosa dan alba.
Tabel 2.1 perubahan lochea
Lokia Waktu Warna Ciri-ciri
Putih bercampur
Sanguilenta 3-7 hari Sisa darah bercampur lender
merah
3. Kunjungan Nifas
Kunjungan nifas adalah kunjungan yang dilakukan oleh bidan 6 jam post partum
sampai 6 minggu post partum.
Tabel 2.2 kunjungan masa nifas
Kunjungan Waktu Asuhan
III 2 minggu Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan
post yang diberikan pada kunjungan 6 hari post partum.
partum
a. Menurut Saifuddin, (2009) Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir
selama satu jam pertama kelahiran.
b. Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu. Lahirnya
biasanya dengan usia gestasi 38 – 42 minggu.
c. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram.
d. Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup
bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat
bawaan) yang berat.
e. Bayi baru lahir umur 0 - 4 minggu sesudah lahir. Terjadi penyesuaian
sirkulasi dengan keadaan lingkungan, mulai bernafas dan fungsi alat
tubuh lainya. Berat badan dapat turun sampai 10 % pada minggu pertama
kahidupan yang dicapai lagi pada hari ke empat belas.
f. Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi usia 0 – 28 hari, selama periode ini
bayi harus menyesuaikan diri dengan lingkungan ekstra uteri. Bayi harus
berupaya agar fungsi-fungsi tubuhnya menjadi efektif sebagai individu
yang unik. Respirasi, pencernaan dan kebutuhan untuk regulasi harus bisa
dilakukan sendiri. Pada masa ini, organ bayi mengalami penyesuaian
dengan keadaan di luar kandungan, ini diperlukan untuk kehidupan
selanjutnya.
2. Pengertian kunjungan neonatal
Kunjungan neonatal adalah kontak neonatal dengan tenaga kesehatan
minimal dua kali untuk mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan
neonatal, baik didalam maupun diluar gedung puskesmas, termasuk bidan di
desa, polindes dan kunjungan ke rumah.
3. Tujuan Kunjungan Neonatal(KN)
Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus
terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat
kelainan pada bayi atau mengalami masalah.
Pelayanan kesehatan neonatal dasar menggunakan pendekatan
konfeherensif, Manajemen Terpadu Bayi Muda untuk bidan/perawat, yang
meliputi:
(1).Sangat efektif
(2).Pencegahan kehamilan jangka panjang
(3).Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
(4).Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius
terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah
(5).Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI
(6).Sedikit efek samping
(7).Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
(8).Dapat digunakan oleh perempuan usia >35 tahun sampai
perimenopause
e) Kerugian kontrasepsi
(1).Terjadi perubahan pada pola haid, seperti tidak teratur,
perdarahan bercak/spotting, atau perdarahan sampai 10 hari
(2).Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan keluhan seperti ini
akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga
(3).Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan. Klien
kembali setiap 30 hari untuk mendapatkan suntikan.
(4).Efektivitasnya berkurang bila digunakan bersamaan dengan obat-
obatan epilepsy (Fenitoin dan Barbituat) atau obat tuberculosis
(Rifampisin)
6) Implant
a) Profil
(1).Dua kapsul tipis, fleksibel berisi levonorgestrel (LNG) yang
disipkan di bawah kulit lengan atas seseorang wanita
(2).Efektif 5 tahun untuk Norplant, 3 tahun untuk Jadena, Indoplant
atau Implanon
(3).Nyaman
(4).Dapat di pakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi
(5).Pemasangan dan pencabutan oleh bidan/dokter terlatih
(6).Kesuburan segera kembali setelah implant dicabut
b) Cara Kerja
(1).Lendir serviks menjadi kental
(2).Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit
terjadi implantasi
(3).Mengurangi transportasi sperma
21
(4).Menekan ovulasi
c) Efektifitas
Sangat efektif (kegagalan 0,2-1 kehamilan per 100 perempuan)
d) Keuntungan kontrasepsi
(1).Daya guna tinggi
(2).Perlindungan jangka panjang
(3).Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
(4).Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
(5).Bebas dari pengaruh estrogen
(6).Tidak mengganggu kegiatan senggama
(7).Tidak mengganggu ASI
e) Keuntungan Non kontrasepsi
(1). Mengurangi nyeri haid
(2). Mengurangi jumlah darah haid
(3). Mengurangi/ memperbaiki anemia
(4). Melindungi terjadinya kanker endometrium
(5). Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara
(6). Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang
panggul
7) Kondom
a) Profil
Selubung atau sarung karet yang dapat terbuat dari bergbagai bahan
diantaranya lateks (karet), plastic (vinil), atau bahan alami (hewani)
yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual.
b) Cara Kerja
(1) Menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan
cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang
penis
(2) Mencegah penularan mikrooganisme (IMS dan HIV/AIDS) dari
satu pasangan kepada pasangan yang lain.
c) Efek samping
(1).Kondom rusak atau diperkirakan bocor
(2).Kondom bocor atau dicurigai ada curahan di vagina saat
berhubungan
(3).Adanya reaksi alergi
22
Manajemen Kebidanan
1. Konsep Pendokumentasian SOAP
Dokumentasi kebidanan adalah bagian dari kegiatan yang harus dikerjakan oleh
bidan setelah memberi asuhan kepada pasien, merupakan informasi lengkap
25
BAB III
TINJAUAN KASUS
Identitas Pasien
a. Nama : Ny.K a. Nama KK : Tn.N
b. Umur : 25 tahun b. Umur : 29 tahun
c. Agama : Islam c. Agama : Islam
d. Pendidikan : SMA d. Pendidikan : SMK
e. Pekerjaan : IRT e. Pekerjaan : Swasta
f. Suku bangsa : Jawa f. Suku Bangsa : Jawa
g. Alamat : Banyu Meneng I, Panggang g. Alamat : Banyu Meneng I,Panggang
I. DATA SUBYEKTIF
A. Keluhan Utama : Ibu mengatakan kaki bengkak
B. Riwayat Kesehatan:
1. Penyakit/kondisi yang pernah atau sedang diderita : Ibu mengatakan
tidak sedang menderita apapun seperti flu, diare, atau demam.
2. Riwayat penyakit dalam Keluarga (menular maupun keturunan) : Ibu
mengatakan tidak ada.
3. Riwayat Alergi: Tidak ada
4. Riwayat Kembar : Tidak ada
C. Riwayat Pernikahan
Ibu mengatakan ini pernikahan pertama. Umur saat menikah 19 tahun.
Dan lamanya pernikahan 6 tahun
D. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu
G2P1A0
mp asi p K lahir
1 27/10/2016 Aterm - Bidan Spont - ASI - P 3050 -
an
F. Riwayat Obstetri
1. Riwayat Haid:
Menarche : 12 tahun Nyeri Haid : tidak pernah
Siklus : 28 hari Lama : 5 - 7 hari
Sifat darah : encer, merah tua Leukhorea : tidak pernah
Banyaknya : Ibu biasa ganti pembalut 2 – 4 kali setiap hari
2. Riwayat Kehamilan sekarang :
a. G2 P1 A0
b. Usia kehamilan : 39 minggu
c. HPHT : 16 – 07 - 2020
d. HPL : 23 – 4 - 2021
e. Gerak janin
1) Pertama kali :
Ibu mengatakan mulai merasakan gerakan janin sejak usia
kehamilan 5 bulan.
2) Frekuensi dalam 12 jam :
Ibu mengatakan bayi cukup aktif bergerak, namun ibu tidak
menghitung berapa frekuensinya setiap 12 jam.
f. Tanda bahaya :
(1) TM I : tidak ada
(2) TM II : tidak ada
(3) TM III : tidak ada
g. Keluhan
1) Trimester I: mual muntah pada waktu – waktu tertentu pada
awal kehamilan,
2) Trimester II : tidak ada keluhan
3) Trimester III : punggung pegel-pegelrr
h. Imunisasi / TT : Ibu mendapat 2 kali imusasi TT
28
H. Data Psikososial
1. Data Psikologi
Ibu mengatakan senang dengan kehamilannya dan kehamilan ini
direncanakan serta tidak mempermasalahkan jenis kelamin bayi yang
dikandungnya.
2. Respon suami dan keluarga
Ibu mengatakan suami dan keluarganya mendukung kehamilan ini.
Suami selalu mengantar saat periksa kehamilan.
3. Rencana melahirkan
Ibu mengatakan ingin melahirkan normal di Bidan.
4. Rencana menyusui
Ibu mengatakan ingin menyusui bayinya dengan ASI saja selama 6
bulan, dan setelah 6 bulan ibu tetap memberi ASI pada bayinya
ditambah dengan MP ASI.
1. Abdomen
a. Inspeksi
1) Pembesaran Perut : sesuai usia kehamilan
2) Bentuk perut : Memanjang
3) Linea alba / nigra : Tidak ada
4) Strie Albican/ Livide : Tidak ada
b. Palpasi
1) Kontraksi : tidak ada
2) Leopold I :Bagian fundus teraba teraba bulat, lunak, tidak
melenting.
3) Leoplod II :Bagian kanan teraba bagian keras, memanjang bagian
kiri teraba bagian kecil janin.
4) Leopold III :Bagian bawah teraba bulat, keras.
5) Leopold IV : konvergen (bagian terendah sudah masuk PAP)
c. Auskultasi : puka (+) 144 x/menit (teratur)
d. TFU Mc Donald: 28 cm
2. Anogenital
a. Vulva Vagina
1) Varices : tidak ada varices
2) Luka : tidak ditemukan luka/celoid
3) Kemerahan : tidak ada kemerahan
4) Nyeri : tidak ada nyeri
5) Pengeluaran pervaginam : tidak ada
b. Perineum
1) Bekas Luka : tidak ada bekas luka
2) Lain-lain : tidak ada
c. Anus
1) Haemorhoid : Tidak ada haemoroid
2) Lain-lain : Tidak ada
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium : tanggal 16 April 2020
Hasil :
Hb : 12,0 gr%
GDS : 98
Goldar : A
32
S : Ibu mengatakan pinggang terasa sakit dan perut terasa mulas seperti
orang mau melahirkan, keluar lendir darah sedikit. Ibu terasa kenceng
teratur mulai pukul 03.00 WIB
Usia Kehamilan : 40 mg
O : Pemeriksaan Umum:
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tekanan darah : 110/70 mmHg
d. Nadi : 85 x/menit
e. Respirasi : 23 x/menit
f. Suhu : 36.8 0C
g. BB Sebelum/ Sekarang : 47 / 56 kg
h. TB : 155 cm
Pemeriksaan Head to toe : Dalam batas normal
Pemeriksaan Obstetric
a. Kontraksi : terdapat kontraksi sebanyak 2 kali (25 – 30 detik)
selama 10 menit
b. Leopold I : Bagian fundus teraba teraba bulat, lunak, tidak
melenting.
c. Leoplod II: Bagian kanan teraba bagian keras, memanjang (puka)
bagian kiri teraba bagian kecil janin.
d. Leopold III: Bagian bawah teraba bulat, keras, dan melenting.
e. Leopold IV: Divergen (bagian terendah sudah masuk PAP)
f. Auskultasi : puka (+) 144 x/menit (teratur)
g. TFU Mc Donald : 28 cm
h. Palpasi supra pubic : vesika urinaria kosong
i. Genetalia Eksterna dan Anus
1) Vagina : sudah ada pengeluaran lendir darah. Tidak ada tanda
chadwick, oedma, varices, tanda-tanda infeksi ataupun bekas
luka
2) Anus : tidak ada hemoroid ataupun tanda-tanda kelainan
35
lainnya.
Pemeriksaan Dalam (06.40 WIB)
1) Indikasi: Ibu sudah merasakan kenceng-kenceng dan
berdasarkan pemeriksaan ditemukan his 2 kali selama 10 menit
dengan durasi 25-30 detik.
2) Tujuan: Untuk mengetahui pembukaan dan kemajuan
persalinan
3) Hasil : terdapat pembukaan 7 cm, serviks tipis lunak, kk (+),
bagian terbawah berada di Hodge II, kepala turun, tidak teraba
bagian menumbung, presentasi kepala, molase 0, STLD (+)
4) Kesimpulan : Ny K sudah memasuki tahap inpartu kala I fase
aktif
A : Ny. K 25 tahun G2P1A0 UK 40 minggu inpartu kala I fase aktif
P : 1. Memberitahukan ibu tentang hasil pemeriksaan.
a. Rasionalisasi
Asuhan kehamilan menghargai hak ibu hamil untuk
berpartisipasi dan memperoleh pengetahuan dan pengalaman
yang berhubungan dengan kehamilannya. Seorang tenaga
kesehatan tidak mungkin akan terus menerus mendampingi dan
merawat ibu hamil, karenanya ibu perlu mendapatkan informasi
dan pengalaman yang berhubungan dengan kehamilannya agar
dapat merawat dirinya dengan benar. (Kuswanti, 2014)
b. Hasil
Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Mengajarkan ibu teknik relaksasi (olah napas dalam) saat kontraksi
untuk mengurangi kecemasan yang dirasakan ibu
a. Rasionalisasi
Olah napas saat proses persalinan adalah dapat membantu
mengalihkan konsentrasi saat terjadi kontraksi. Ibu diharapkan
lebih fokus pada pernapasannya sehingga dapat menurunkan
tingkat kecemasan. Saat ibu merasa lebih rileks, maka hormon
oksitosin akan lebih mudah keluar sehingga durasi persalinan
akan semakin cepat (Rafaye, 2016 dan Bastani, 2005)
b. Hasil
Ibu telah melakukan olah napas dengan benar sesuai dengan
36
S : Ibu mengatakan pinggang terasa sakit dan perut terasa semakin mulas
seperti orang mau melahirkan. Terasa sakit pada bagian pinggang
Ibu minum teh dan makan buah anggur.
O : Pemeriksaan Umum:
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tekanan darah : 110/70 mmHg
d. Nadi : 86 x/menit
e. Respirasi : 23 x/menit
f. Suhu : 36.6 0C
Pemeriksaan Obstetric
a. Kontraksi : terdapat kontraksi sebanyak 4 kali (40-45detik)
selama 10 menit
b. Auskultasi : puka (+) 144 x/menit (teratur)
c. TFU Mc Donald : 28 cm
d. Palpasi supra pubic : vesika urinaria penuh
e. Genetalia Eksterna dan Anus
1) Vagina : Tampak bersih, belum ada pengeluaran cairan
ketuban atau pun lendir darah. Tidak ada tanda chadwick,
oedma, varices, tanda-tanda infeksi ataupun bekas luka
2) Anus : tidak ada hemoroid ataupun tanda-tanda kelainan
lainnya.
Pemeriksaan Dalam (09.00 WIB)
3) Indikasi: Ibu sudah merasakan kenceng-kenceng dan
berdasarkan pemeriksaan ditemukan his 4 kali selama 10
menit dengan durasi 40-45 detik.
4) Tujuan: Untuk mengetahui pembukaan dan kemajuan
persalinan
5) Hasil : terdapat pembukaan 10 cm, serviks tipis lunak, kk (+),
bagian terbawah berada di Hodge II, kepala turun, tidak teraba
bagian menumbung, presentasi kepala, molase 0, STLD (+)
40
a. Rasionalisasi :
Agar ibu mengetahui kondisinya dan bayi dalam
kandungannya serta ibu mengetahui bahwa sudah memasuki
proses pengeluaran bayi.
b. Hasil
Ibu mengetahui kondisinya dan mempersiapkan untuk
mengejan
5. Memeriksa lagi alat partus steril, dan menyiapkan diri dengan
memakai APD.
a. Rasionalisasi :
Alat partus harus siap agar proses persalinan lancar dan
menyiapkan diri dengan memakai APD untuk melindungi
seluruh atau sebagian tubuh dari paparan darah, semua jenis
cairan tubuh dan lainnya.
b. Hasil
Alat partus sudah lengkap
6. Mengatur posisi ibu yang membuat ibu merasa nyaman.
a. Rasionalisasi :
Posisi yang dirasakan paling nyaman membuat ibu lebih
rileks dan memudahkan proses persalinan.
b. Hasil :
Ibu mengambil posisi dorsal recumbent
7. Mengajarkan ibu cara mengedan yang benar.
1) Menutup mulut, jangan mengeluarkan suara agar tidak
kelelahan
2) Meletakkan kedua tangan ibu di paha dan tarik paha ibu jika
terasa sakit
3) Mengangkat kepala, tempelkan dagu ke dada sambil melihat
perut ibu.
4) Mengedan seperti BAB keras.
5) Melarang ibu mengangkat bokong saat mengedan.
a. Rasionalisasi
Mengedan akan membantu otot rahim mendorong bayi
menuju jalan lahir. Kemampuan seorang ibu untuk
mengedan dengan benar akan menentukan keadaan bayi
42
yang dilahirkan.
b. Hasil : Ibu siap untuk meneran jika ada kontraksi dengan
baik.
8. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan
yang kuat dan spontan untuk meneran serta tampak kepala 3-4 cm
di depan vulva.
a. Rasionalisasi:
Meneran secara berlebihan menyebabkan ibu sulit bernapas
sehingga terjadi kelelahan yang tidak perlu dan meningkatkan
risiko asfiksia pada bayi sebagai akibat turunnya pasokan
oksigen melalui plasenta.
b. Hasil : Ibu dapat mengikuti dan kooperatif.
9. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
a. Rasionalisasi
Untuk menghindari langsung kontak darah dan perlindungan
diri, menggunakan sarung tangan DTT untuk mencegah
terjadinya infeksi yang diakibatkan oleh kuman
b. Hasil: Sarung tangan DTT sudah dipakai pada kedua tangan.
10. Melakukan stenan pada saat kepala janin sudah terlihat pada
vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan tangan
kanan dilapisi kain dan satu tangan menahan defleksi kepala.
a. Rasionalisasi
Pada saat melakukan manajemen aktif kala II tujuan tangan
kanan diletakkan diperinium adalah untuk menahan agar
tidak terjadi rupture yang spontan pada perineum, dan tangan
kiri menahan defleksi kepala terlalu cepat
b. Hasil : Sudah dilakukan prasat stenan APN 60 langkah.
11. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin dan tunggu
kepala melakukan putaran paksi luar.
a. Rasionalisasi :
Mengecek lilitan tali pusat sangat penting dilakukan karena
pada bayi yang terdapat lilitan tali pusat sulit untuk
dilahirkan, sebab dapat mempengaruhi penurunan janin dan
kemungkinan terjadi asfiksia karena lilitan tali pusat yang
erat pada leher bayi dapat mempengaruhi pernafasan bayi.
43
b. Hasil :
Tidak terdapat lilitan tali pusat pada leher janin dan kepala
janin selesai melakukan putaran paksi luar..
12. Memegang kepala bayi secara biparental untuk melahirkan bahu,
menarik lembut kearah bawah dan luar untuk melahirkan bahu
lalu setelah bahu lahir, melakukan sangga susur melahirkan badan
dan tungkai.
a. Rasionalisasi :
Melahirkan bahu bayi secara berhati-hati secara biparental
untuk dapat memudahkan penolong untuk melahirkan bahu
bayi dan Melahirkan badan dan tungkai dengan cara sanggah
susur bertujuan untuk mengendalikan kelahiran siku, tangan,
badan dan tungkai bayi saat melewati perineum agar tidak
terjadi rupture yang berlebihan
b. Hasil
Bahu depan, bahu belakang lahir dan tidak ada distosia bahu,
badan lahir dengan terkendali, bayi lahir spontan pukul 11.30
WIB.
13. Melakukan penilaian selintas seperti apakah bayi segera
menangis, bergerak aktif dan warna kulit kemerahan.
a. Rasionalisasi :
Bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi kelainan dan
dapat mengetahui tindakan segera yang harus dilakukan
untuk menyelamatkan bayi
b. Hasil
Bayi langsung menangis, kulit kemerahan dan gerak aktif
14. Mengklem tali pusat dengan klem minimal 2-3 cm dari pusat bayi
dan menggunting tali pusat lalu mengganti handuk bayi yang
basah dengan yang kering.
a. Rasionalisasi :
Mengklem dan memotongkan tali pusat agar memutuskan
hubungan bayi dengan plasenta kemudian mengganti handuk
bayi yang basah dengan yang kering dan baru agar dapat
menjaga kehangatan tubuh bayi
b. Hasil
44
A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan senang karena bayinya sudah lahir dan perutnya masih merasa
mulas.
Bayi lahir pada jam 09.30 WIB
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compose mentis
2. Pemeriksaan fisik
Abdomen : Kandung kemih kosong, TFU setinggi pusat, teraba keras,
tidak ada janin kedua
Genetalia : Semburan darah tiba-tiba, tali pusat memanjang, plasenta
belum lahir.
C. ANALISA DATA
Ny. K 25 tahun P2A0 inpartu kala III
D. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 23 April 2021, Jam 09.35 WIB
1. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntikan oksitosin 10 unit secara
intra muscular 1/3 paha luar.
a. Rasionalisasi : Oksitosin
merangsang fundus uteri untuk berkontraksi denagn kuat dan efektif
sehingga dapat memantu pelepasan plasenta dan mengurangi kehilangan
darah
b. Hasil: oksitosin sudah
disuntikan 1 menit sesudah bayi lahir.
2. Melahirkan plasenta, yaitu :
1) Memindahkan klem penjepit pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva.
46
2) Meletakkan satu tangan diatas perut ibu, ditepi ujung sympisis untuk
mendeteksi, sedangkan tangan lain menegangkan tali pusat.
3) Saat uterus berkontraksi menegangkan tali pusat kearah bawah sambil
tangan lain dorso cranial secara hati-hati.
4) Melihat tanda-tanda plasenta lepas seperti semburan darah, tali pusat
memanjang, uterus membundar.
5) Menunggu timbulnya kontraksi lalu melakukan peregangan tali pusat
6) Saat plasenta plasenta lahir berada didepan vulva, melahirkan plasenta
dengan kedua tangan mencekap plasenta kemudian putar plasenta searah
jarum jam hingga selaput ketuban terpilin (simpun)
a. Rasionalisasi : Memegang tali pusat lebih dekat ke vulva akan mencegah
avulsi, serta peregangan tali pusat secara perlahan untuk mebantu lahirnya
plasenta, dan satu tangan mendorong uterus ke arah dorso kranial untuk
mencegah terjadinya inversio uteri
b. Hasil : Tali pusat ditegangkan sambil tangan yang satunya dorso kranial,
plasenta lahir lengkap beserta selaputnya pukul 09.40 WIB
3. Melakukan massage pada fundus uteri secara searah.
a. Rasionalisasi : Massase uterus untuk memastikan uterus tetap
berkontraksi sehingga tidak terjadi perdarahan
b. Hasil: kontraksi uterus baik, fundus teraba keras, TFU 1 jari dibawah
pusat.
4. Mengevaluasi lama persalinan dan jumlah perdarahan.
a. Rasionalisasi: untuk mengetahui apakah ada komplikasi saat melahirkan
plasenta dan memastikan perdarahan pervaginam normal.
b. Hasil: lama persalinan kala III 10 menit, jumlah pengeluaran darah
±100cc.
47
A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan lelah, tetapi senang karena bayi dan ari-arinya telah lahir. Ibu
mengatakan perut masih terasa mules.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compose mentis
2. Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 110/80mmHg
Pernafasan : 20 kali/menit
Nadi : 80 kali/menit
Suhu : 36,7 oC
3. Pemeriksaan fisik
Abdomen : TFU 1 jari dibawah pusat, kontraksi baik teraba keras
dan kandung kemih kosong
Genetalia : Ada luka laserasi pada mukosa vagina
C. ANALISA DATA
Ny. K 25 tahun P2A0 inpartu kala IV
D. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 23 April 2021, Jam 09.45 WIB
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan kepada
ibu bahwa ada robekan di jalan lahir sehingga perlu dilakukan penjahitan.
a. Rasionalisasi : agar ibu mengetahui kondisi kesehatannya
Hasil : Ibu mengerti.
2. Membersihkan ibu dari sisa-sisa air ketuban, lendir, dan darah serta
memasang popok serta mengganti pakaian ibu dengan pakaian yang bersih
dan kering.
48
a. Rasionalisasi : agar ibu merasa nyaman jika dalam keadaan bersih dan
lingkungan yang bersih.
b. Hasil : ibu sudah dibersihkan dan diganti pakaiannya.
3. Melakukan dekontaminasi pada alat persalinan menggunakan larutan klorin
0,5 % selama 10 menit lalu cuci dengan air sabun dan bilas dengan air bersih,
kemudian alat disterilkan dengan sterilisator.
a. Rasionalisasi : untuk menurunkan transmisi penyakit dan pencegahan
infeksi pada alat-alat instrument persalinan.
b. Hasil : alat-alat persalinan sudah didekontaminasi.
4. Membuang semua bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai.
a. Rasionalisasi : agar mencegah infeksi nosocomial baik kepada klien
maupun petugas kesehatan.
b. Hasil : bahan-bahan telah dibuang sesuai jenis sampah.
5. Mengajarkan ibu cara masase yaitu dengan telapak tangan pada perut ibu
dengan gerakan melingkar hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).
a. Rasionalisasi : Masase uterus untuk memastikan uterus tetap berkontraksi
sehingga tidak terjadi perdarahan
b. Hasil : Ibu mengerti cara masase uterus dan fundus teraba keras
6. Menganjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan.
a. Rasionalisasi : pemenuhan makan dan minum perlu karena setelah
melahirkan energi banyak yang terpakai.
b. Hasil : ibu bersedia untuk makan makanan yang telah disediakan dan
minum segelas teh hangat.
7. Mengobservasi tanda-tanda vital, TFU, kontraksi uterus, kandung kemih dan
perdarahan setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada 1
jam kedua.
a. Rasionalisasi : Pemantauan 2 jam pasca persalinan sangat penting sebab
sebagian besar kesakitan dan kematian disebabkan oleh perdarahan dan
eklamsia serta infeksi sehingga perlu dipantau ketat
b. Hasil: terlampir dipartograf
49
S : Ibu mengatakan bahwa ASI belum keluar lancar, bayi sudah menyusu
Ibu sudah BAK 3 kali, belum BAB dan nyeri luka jahitan jalan lahir
1. Keadaan Psiko, Sosio dan Spiritual:
a. Penerimaan ibu terhadap kelahiran bayi
Ibu terlihat begitu senang dengan kelahiran anaknya ini. Hal
tersebut terlihat dari cara ibu merawat bayinya. Sebisa mungkin
Ibu berusaha untuk merawat bayinya sendiri dengan mengingat
pengalaman pada anak pertamanya, dan didampingi oleh ibu
kandung Ny. K.
b. Tanggapan keluarga terhadap kelahiran bayi
Suami dan keluarga juga sangat juga sangat senang atas
kelahiran bayi. Hal itu dapat dilihat dari dukungan dan bantuan
suami dalam merawat bayi. Terutama bekerja sama dalam
begadang di malam hari untuk menjaga bayi Ny.K.
c. Tanggapan ibu terhadap masa nifas
Ibu mengatakan sudah merasa sehat dan pulih kembali
meskipun ibu khawatir tentang ASInya yang tidak lancar dan
takut apabila jumlah ketersediaan ASInya tidak mencukupi
kebutuhan bayi.
d. Orang yang tinggal serumah dengan ibu
Ibu tinggal di rumah bersama suami dan anaknya, serta orang
tua dari Ny. K.
2. Pengetahuan tentang masa nifas dan perawatan bayi
Ibu mengetahui tentang masa nifas dan cara merawat bayi dari
pengalaman sebelumnya, cerita atau pengalaman dari orang-orang
sekitarnya serta dari penjelasan bidan.
O : a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) Tekanan darah : 110/70 mmHg
d) Nadi : 85 x/menit
50
e) Respirasi : 23 x/menit
f) Suhu : 36.6 0C
g) Dada (payudara):
Simetris, tidak ada retraksi kulit payudara, puting susu menonjol.
Tidak ada massa/ benjolan. ASI tidak lancar (produksi sedikit).
h) Abdomen
Inspeksi: Bentuk bulat, tidak ada bekas luka operasi, ada striae
gravidarum dan terdapat linea nigra.
Palpasi: TFU 2 jari di bawah pusat, Kontraksi keras. Kandung
kemih kosong
7) Genetalia Eksterna.
Vulva tidak oedem dan tidak ada varises, perineum ada luka
jahitan, lokea rubra, PPV ± 10 cc.
8) Terapi yang didapat
Ibu telah mendapat terapi berupa Amoxcilin, tablet zat besi,
vitamin C dan vitamin A 200.000 unit satu jam setelah lahir dan
24 jam setelah minum vitamin A pertama
A : Ny. K 25 tahun P2A0 post partum 6 jam
P :
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik.
Rasionalisasi: Memberi tahu hasil pemeriksaan merupakan salah satu hak
pasien (Depkes RI, 2012).
Evaluasi: Ibu mengerti.
2. Menganjurkan ibu untuk membasuh daerah kewanitaannya dengan air
bersih dari arah depan ke belakang, membasuh daerah luka jahitan dengan
seksama setiap kali BAK dan BAB dan mengganti pembalut apabila sudah
penuh atau dirasa sudah tidak nyaman
Rasionalisasi : agar kondisi luka tetap bersih dan mencegah kontaminasi
kuman dari anus ke vagina
Hasil : ibu mengetahui dan bersedia mempraktekkan setiap kali BAB dan
BAK
3. Mengajarkan ibu cara mempercepat penyembuhan luka perineum
Rasionalisasi : Mempercepat luka perineum bertujuan agar ibu dapat lebih
nyaman beraktivitas dan menghindari terjadi infeksi pada luka jahitan. Salah
satu cara untuk mempercepat luka perineum yaitu dengan melakukan latihan
kegel. Latihan kegel akan mengakibatkan kontraksi dan relaksasi otot-otot
51
melengkung ke luar dan dagu bayi menyentuh payudara ibu. Susui bayi
sesering mungkin, semau bayi, paling sedikit 8 kali sehari, jika bayi tidur
lebih dari 3 jam bangunkan dan susui.
Rasionalisasi : agar ibu dapat memberikan ASI yang cukup untuk bayinya
dan mencegah terjadinya puting susu lecet
Evaluasi : ibu dapat mengulang kembali teknik menyusui yang benar
8. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI saja tanpa selama 6 bulan.
Rasionalisasi : Dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan
kematian anak, UNICEF dan WHO merekomendasikan sebaiknya anak
hanya disusui ASI selama paling sedikit 6 bulan. Makanan padat seharusnya
diberikan sesudah anak berumur 6 bulan, dan pemberian ASI dilanjutkan
sampai anak berumur 2 tahun (WHO, 2005). Pada tahun 2003, pemerintah
Indonesia mengubah rekomendasi lamanya pemberian ASI eksklusif dari 4
bulan menjadi 6 bulan (Pusat data dan Informasi Kementerian Kesehatan
RI, 2014)
Evaluasi : Ibu merencanakan untuk memberikan ASI saja selama 6 bulan.
53
A. DATA SUBJEKTIF
1. Keadaan BBL
a. Antopometri
1) BB : 2900 gr
2) PB : 49 cm
3) LK : 33 cm
4) LD : 33 cm
b. Keadaan Fisik : baik, lengkap, normal
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Penanganan awal BBL : mengeringkan bayi, menjaga kehangatan bayi,
IMD.
e. Imunisasi yang sudah diberikan : Hb-0 dan pemberian VIT K
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Tanda-tanda vital
1) Suhu : 36,70C
2) Nadi : 128 x/menit
3) Respirasi : 46 x/menit
2. Pemeriksan Fisik
a. Mata : Sklera putih, tidak ada kelainan
b. Kulit : Tidak ikterik, warna kemerahan
c. Dada : tidak ada tarikan dinding dada, bunyi paru bersih, bunyi
jantung regular.
d. Abdomen : Tidak ada kelainan
e. Tali pusat : Tidak ada tanda-tanda infeksi
f. Ekstremitas : Atas : Simetris, jari lengkap
Bawah : Simetris, jari lengkap
g. Genetalia : testis sudah turun ke skrotum
58
h. Anus : Berlubang
3. Reflek
a. Reflek moro : baik, tampak seperti memeluk saat dikagetkan
b. Reflek rooting : baik, menoleh saat bibir disentuh
c. Reflek sucking: baik, bayi menghisap sesuatu yang dimasukkan
kemulutnya.
d. Reflek tonik neck : baik, bayi dapat mengangkat kepala saat leher
disentuh
4. Pola pemenuhan kebutuhan dasar
a. Nutrisi : walaupun ASI belum lancar, tapi sampai saat ini bayi
hanya minum ASI langsung dari ibunya.
b. Eliminasi : Urine keluar 3-4 kali dalam sehari dan BAB masih
dalam bentuk meconium.
c. Hyginene : bayi sudah dimandikan
d. Perawatan tali pusat : tali pusat terbungkus kassa kering (tanpa
dibubuhi apapun) dan diganti tiap 2 kali sehari atau jika terlihat
lembab/basah.
C. ANALISIS DATA
By. Ny. K umur 6 jam lahir normal cukup bulan
D. PELAKSANAAN
1. Memberitahu ibu/orang tua bahwa hasil pemeriksaan pada bayi. Bayi
dalam keadaan baik, tidak ada tanda-tanda infeksi.
Rasionalisasi : Dengan mengetahui kondisi bayinya dalam keadaan baik
akan membuat psikologis ibu tenang dan tidak mengkhawatirkan bayinya
Hasil : Ibu merasa senang dan bahagia mengetahui kondisi bayi laki-
lakinya dalam keadaan baik
2. Memberikan KIE pada ibu dan keluarga tentang perawatan tali pusat bayi
yaitu setelah dimandikan atau terasa basah/lembab kemudian dikeringkan
dan dibungkus dengan kassa steril tanpa diberikan ramuan apapun.
Rasionalisasi : Sebagai upaya pencegahan infeksi pada bayi.
Hasil : Ibu dan keluarga mengerti tentang perawatan tali pusat bayi
3. Memberikan KIE pada ibu dan keluarga tentang tanda-tanda bahaya pada
bayi seperti hisapan bayi lemah atau tidak mau menyusu, bayi kesulitan
59
bernafas, bayi terus menerus tidur tanpa bangun untuk minum ASI, warna
kulit biru atau kuning, suhu bayi terlalu panas atau terlalu dingin, bayi
muntah terus menerus, bayi tidak BAB dalam 3 hari setelah lahir, mata
mengeluarkan cairan atau nanah.
Rasionalisasi : ibu dan keluarga harus mengetahui kondisi bayi agar dapat
mencegah terjadinya komplikasi pada bayi.
Hasil : ibu dan keluarga mengerti tentang tanda-tanda bahaya pada bayi
baru lahir.
4. Memberi motivasi pada ibu untuk terus memberi ASI eksklusif selama 6
bulan pertama kelahiran dan tidak perlu khawatir ASI kurang.
Rasionalisasi : Support dari lingkungan sangat bermanfaat bagi kondisi
psikologis ibu pada saat proses menyusui. Hal ini terkait dengan seringnya
rasa khawatir yang timbul pada ibu salah satunya adalah khawatir produksi
ASI yang tidak cukup bagi bayinya. Penjelasan dan edukasi dari bidan
sebagai pendamping ibu sangat membantu untuk menurunkan rasa cemas
pada ibu khususnya terkait produksi ASI bagi bayinya.
Hasil : Ibu bersedia untuk memberikan ASI pada bayinya
A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan bayinya aktif menyusu, tidak terlalu rewel
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Tanda-tanda vital
a. Suhu : 36,70C
b. Nadi : 128 x/menit
c. Respirasi : 46 x/menit
2. Pemeriksan Fisik
60
C. ANALISIS DATA
By. Ny. K neonatus usia 7 hari
D. PELAKSANAAN
1. Memberitahu ibu/orang tua bahwa hasil pemeriksaan pada bayi. Bayi
dalam keadaan baik, tidak ada tanda-tanda infeksi.
Rasionalisasi : Dengan mengetahui kondisi bayinya dalam keadaan baik
akan membuat psikologis ibu tenang dan tidak mengkhawatirkan bayinya
Hasil : Ibu merasa senang dan bahagia mengetahui kondisi bayi laki-
lakinya dalam keadaan baik.
2. Mengingatkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya dengan ASI
secara ekslusif yaitu ASI yang diberikan pada bayi selama 6 bulan tanpa
makanan pendamping apapun dan menyusui sesering mungkin secara on
demand ( setiap 2 jam).
Hasil : Ibu bersedia memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya.
3. Menganjurkan ibu menjaga kebersihan bayi dengan mandikan bayi setiap
pagi hari dan sore hari, mengganti pakaian bayi ketika kotor.
61
Hasil : Ibu mengerti, ibu sudah memandikan bayinya setiap pagi dan sore
4. Menganjurkan ibu untuk menjaga kehangatan bayi dengan mengganti
pakaian atau popok apabila basah, membedong bayi.
Hasil : Ibu sudah mengganti pakaian bayi setiap kali basah.
5. Menjadwalkan imunisasi BCG, yaitu pada tanggal 30 Mei 2021.
Hasil : Ibu bersedia mengimunisasikan bayinya.
62
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam studi kasus ini penulis akan membahas tentang asuhan kebidanan yang
diberikan pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir sampai KB yang
dilaksanakan dari mulai usia kehamilan Trimester III yaitu 39 minggu sampai dengan
7 hari postpartum yang dimulai dari tanggal 17 April 2021 di Wilayah kerja
Puskesmas Panggang I.
Berdasarkan uraian asuhan yang telah dilakukan pada Ny.K usia 25 tahun
G2P1A0 umur kehamilan 39 minggu, ibu mengeluhkan kakinya bengkak. Keluhan
utama yang dirasakan ibu tersebut terjadi akibat adanya perubahan fisik pada
kehamilan di trimester III. Ketidaknyamanan yang sering terjadi pada trimester III
adalah ibu merasakan kakinya bengkak bahkan bisa hingga ke tangan dan
muka..Menurut Hani (2010), hampir dari sebagian ibu hamil akan mengalami
pembengkakan yang normal. Kaki bengkak terjadi pada hamil trimester ketiga.
Gangguan pada kaki bengkak ada dua yaitu retensi (penahanan) air dan garam
karena gestosis dan tertekannya pembuluh darah, karena bagian terendah bayi mulai
masuk pintu atas panggul.
Pada saat persalinan kala I, Ny. K terlihat cemas dalam menghadapi proses
persalinannya tetapi ia juga merasa senang karena dapat didampingi oleh ibu dan
suaminya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Indrayani dkk (2013) bahwa
dukungan psikologis dari orang-orang terdekat akan membantu proses persalinan
yang sedang berlangsung. Pada kala I Ny.K mengeluh nyeri pinggang sehingga untuk
penangan nyeri persalinan dapat dilakukan baik secara farmakologi maupun non
farmakologi. Manajemen nyeri secara farmakologi lebih efektif dibanding dengan
metode non farmakologi, namun metode farmakologi lebih mahal, dan berpotensi
mempunyai efek samping yang kurang baik. Sedangkan metode non farmakologi
lebih murah, simpel, efektif dan tanpa efek yang merugikan dan dapat meningkatkan
kepuasan selama persalinan, karena ibu dapat mengontrol perasaannya dan
kekuatannya, Beberapa contoh metode non farmakologi yang dapat digunakan untuk
menurunkan nyeri antara lain teknik relaksasi, imajinasi, pergerakan dan
perubahan posisi, umpan balik biologis, abdominal lifting, effleurage, hidroterapi,
hipnoterapi, homeopati, terapi counter pressure, terapi musik, akupresur, akupunktur,
dan aromaterapi. teknik upright dilakaukan dalam asuhan ini dengan tujuan
63
memunculkan ambulasi pada ibu sehingga dapat meningkatkan toleransi untuk nyeri
persalinan saat kontraksi uterus.
Asuhan untuk mengatasi nyeri pinggang selama proses persalinan pada Ny. K
dilakukan masase effleurage. Berdasarkan penelitian masase effleurage terbukti
efektif dalam mengurangi nyeri pinggang dalam proses persalinan yaitu Pengaruh
Massage Effleurage Terhadap Tingkat Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif pada Ibu
Bersalin di RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Klaten 2015 oleh Sri Wahyuni dan
Endang Wahyuningsih. Pada jurnal tersebut dijelaskan bahwa sumber nyeri
persalinan adalah iskemia jaringan, peregangan segmen bawah rahim, penipisan dan
pembukaan serviks. Semakin besar dilatasi pembukaan serviks semakin meningkat
pula intensitas nyeri, faktor-faktor inilah yang perlu dikontrol untuk mencegah atau
mengurangi nyeri persalinan. Ibu yang berkonsentrasi menikmati massage effleurage
membuat ibu menjadi relaks dan tenang sehingga oksitosin akan mengalir, oksitosin
sangat berpengaruh dalam kontraksi uterus, oksitosin yang mengalir lancar dalam
tubuh ibu saat ibu menjelang persalinan membuat kontraksi ibu menjadi adekuat,
kontraksi rahim yang adekuat berbanding lurus dengan pembukaan serviks. Semakin
adekuat kontraksi rahim, semakin cepat pembukaan dan penipisan serviks.
Berdasarkan jurnal yang berjudul Pengaruh Masase pada Punggung terhadap
Intensitas Nyeri Kala I Fase Laten Persalinan Normal melalui Peningkatan Kadar
Endorfin oleh Yeni Aryani dkk tahun 2015 dijelaskan bahwa intensitas nyeri
responden pada kelompok yang dimasase lebih rendah dibandingkan dengan
kelompok yang tidak dimasase, perbedaan tersebut sebesar 29.62 point. Secara
statistik perbedaan tersebut signifikan p=0.001, maka dapat dinyatakan ada pengaruh
masase pada punggung terhadap intensitas nyeri kala I fase laten persalinan normal.
Pada penelitian ini memberikan hasil bahwa masase pada punggung yang dimulai
pada servikal 7 kearah luar menuju sisi tulang rusuk selama 30 menit dapat
mengaktivasi serabut saraf berdiameter besar untuk menutup pintu gerbang hantaran
nyeri yang dibawa oleh serabut saraf berdiamater kecil sehingga tertutupnya hantaran
nyeri ke kortek serebral dan mengakibatkan nyeri berkurang. Mekanisme pemijatan
menggunakan teori pengendalian gerbang informasi nyeri yang bergantung pada
keseimbangan aktifitas diserat saraf berdiamater besar dan kecil disepanjang spina
columna yang dapat menghambat hantaran nyeri ke otak.
Pada masa ibu nifas, masalah yang dihadapi Ny.K yaitu ibu mengeluh nyeri
jalan lahir., untuk mengatasi keluhan ibu dan pencegahan (preventif) terhadap
infeksi, karena pada akhir hari kedua nifas kuman-kuman di vagina dapat
64
mengadakan kontaminasi, tetapi tidak semua wanita mengalami infeksi oleh karena
adanya lapisan pertahanan leukosit dan kuman-kuman relatif tidak virulen serta
penderita mempunyai kekebalan terhadap infeksi (Prawirohardjo, 2009).Salah satu
upaya preventif untuk menurunkan angka kejadian infeksi pada ibu nifas dengan
melakukan perawatan luka perineum. Perawatan perineum umumnya bersamaan
dengan perawatan vulva. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah mencegah
kontaminasi dengan rektum, membasuh dengan lembut jaringan luka, membersihkan
darah yang menjadi sumber infeksi dan bau (Saifuddin, 2005)
Untuk By Ny. K Berdasarkan uraian asuhan kebidanan bayi baru lahir normal
ditemukan sebuah fakta bahwa By. Ny. K lahir dengan berat badan 2700 gram dan
termasuk dalam kategori bayi dengan berat badan lahir normal.Terkait hal tersebut,
penulis menemukan beberapa cara untuk penatalaksanaan yang dapat digunakan pada
By. Ny. K. Terkait dengan asuhan yang dilakukan pada By. Ny. K yakni
penatalaksanaan metode pemberian ASI pada tali pusat untuk mempercepat pelepasan
talipusat dan penundaan pemotongan talipusat. Pada bayi Ny. K sudah dilakukan
IMD. Menurut Sarwono Prawirohardjo (2013), bayi setelah lahir di letakkan di dada
atau perut atas ibu selama paling sedikit 1 jam untuk memberi kesempatan pada bayi
untuk mencari dan menemukan puting ibunya. Manfaat IMD bagi bayi adalah
membantu stabilisasi pernapasan, mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik
dibandingkan dengan inkubator, menjaga kolonisasi kuman yang aman untuk bayi
dan mencegah infeksi nosocomial.
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan dengan menggunakan
manajemen kebidanan menurut Varney maka penulis dapat membuat kesimpulan
sebagai berikut :
1. Mahasiswa mampu melakukan asuhan kehamilan kepada Ny.K dari awal
ketemu pemeriksaan kehamilan pada tanggal 16 April sampai dengan
berakhirnya masa nifas dan KB tanggal 30 April 2021.
Pemeriksaan Antenatal Care sebanyak 1 kali dengan standar 10T, yang tidak
dilakukan dalam 10T yaitu pemeriksaan penyakit menular seksual, dari hasil
pengkajian dan pemeriksaan kehamilan tidak ditemukan kelainan atau
komplikasi pada ibu dan bayi saat kehamilan.
2. Mahasiswa mampu menolong 60 langkah Asuhan Persalinan Normal pada
tanggal 23 April 2021 pada Ny.K usia gestasi 40 Minggu, saat
persalinan tidak ditemukan penyulit. Pada Kala I, kala II, kala III dan kala IV.
Persalinan berjalan dengan normal tanpa ada penyulit dan komplikasi yang
menyertai.
3. Mahasiswa mampu melakukan Asuhan Nifas pada Ny.K dari tanggal 23
April 2021 s/d 30 April 2021 yaitu sampai 7 hari post partum, selama
pemantauan masa nifas, berlangsung dengan baik dan tidak ditemukan tanda
bahaya atau komplikasi.
4. Mahasiswa mampu melakukan asuhan bayi baru lahir kepada Bayi Ny. K
yang berjenis kelamin Laki-laki, BB 2700 gram, PB 49 cm. Tidak ditemukan
adanya cacat serta tanda bahaya. Bayi telah diberikan salep mata dan Vit Neo
K 1Mg/0,5 cc, dan telah diberikan imunisasi HB0, tidak ditemukan
komplikasi atau tanda bahaya
B. Saran
Saran-saran yang dapat penulis sampaikan antara lain:
a. Untuk pasien
1. Kunjungan ANC yang teratur dapat membantu mendeteksi setiap hal
sehingga memudahkan tenaga kesehatan.
2. Segera periksa ke tenaga kesehatan apabila mengalami gangguan.
66
b. Untuk mahasiswa
1. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini masih
banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan,
untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat
penulis harapkan demi penyempurnaan laporan kasus ini.
2. Mahasiswa bisa mengkaji dan melakukan asuhan kebidanan bayi baru
lahir normal.
c. Untuk lahan
Dengan adanya presentasi kasus ini lebih banyak perhatian dan bimbingan
kepada mahasiswa dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan dan
pendidikan.
d. Untuk institusi
Semoga dengan adanya presentasi kasus di lahan dapat dijadikan
klarifikasi antara teori dikampus dengan di lahan.
67
DAFTAR PUSTAKA
Ai Yeyeh, Rukiyah, Yulianti, Lia. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: CV
Trans Info Media
Amiruddin R, Hasmi. 2014. Determinan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta. CV Trans
Info Media
Depkes RI.2010. Penyebab Angka Kematian Ibu. Jakarta: SalembaMedika.
Handayani, S. 2010. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Pustaka Rihana
Helena. 2013. Gambaran Pengetahuan Gizi Ibu Hamil Trimester Pertama dan Pola
Makan dalam Pemenuhan Gizi. www. Repository.usu.ac.id. Diakses tanggal
15 April 2021
Indrayani & Djami, 2013. Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta : Cv.
Trans Info Media
Kasnodiharjo dan Kristina, L. 2012. Praktik Budaya Perawatan Kehamilan di Desa
Gadingsari Yogyakarta. Vol 3. No 3
Kusmiyati. 2009. Perawatan Ibu Hamil. Fitramaya : Yogyakarta
Kusumanti, P,D. 2017. Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny.T usia 36 Tahun di
Puskesmas Sukoharjo Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Wonosobo. Online :
http://e-journal.akbid-purworejo.ac.id/index.php/jkk15/article/view/201 [ 10
April 2021
Manuaba, I. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta : EGC
Marni. 2012. Asuhan Neonatus Bayi, Balita, dan Pra Sekolah. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar
Masdariyah, A. 2016. Asuhan Kebidanan Komprehensif Secara Continuity Of Care
Pada Ny. “S” Di Klinik Dan Rumah Bersalin Selviana Kabupaten Gresik.
Online : http://journal.akbidmandirigresik.ac.id/index.php/penelitian/issue/
download/1/7 [ 14 April 2021]
Mufdilah. 2012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika
Mulyani, S,N dan Rinawati M. 2013. Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Pinem, S. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta. Trans Info
Medika
Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan.Jakarta : PT. Bina Pustaka.
Proverawati, A. 2011. Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta : Nuha Medika
Puspita, Y. 2016. Panduan Cepat Mendapatkan Buah Hati. Yogyakarta : Stiletto
Book
68
Rohani dkk. 2013. Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba
Medika
Saifuddin, A. 2009. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawiroharjo. Jakarta: Tridasa Printer
Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Sembiring, J. 2017. Buku Ajar Neonatus, Bayi, Balita, Anak Pra Sekolah. Yogyakarta
: Deepublish
Sodikin. 2009. Perawatan tali Pusat. Jakarta : EGC
Suherni, dkk. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya
Sulistyawati, A. 2012. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan.Jakarta : Salemba
Medika
__________. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada ibu nifas .Yogyakarta : Nuha
Medika
Vivian, N, L. 2014. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Varney, H. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Varney. Jakarta : EGC
Whylie, L., Bryce, H. 2010. Manajemen Kebidanan : Gangguan Medis Kehamilan &
Persalinan. Jakarta : EGC
Yuhedi, L dkk. 2014. Kependudukan & Pelayanan KB. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC
69
Apa yang perlu saya perhatikan dalam mempelajari topik ini ? Bagaimana
perencanaannya ?
Yang perlu diperhatikan yaitu :
1. Apakah hasil penelitian ini penting Importance (Penting) : penting tidaknya isu
atu pokok-pokok pikiran yang dikemukakan
2. Apakah hasil penelitian ini Relevance (Keterkaitan) : dari pernyataan yang
dikemukakan.
3. Apakah hasil penelitian ini Novelty (Kebaruan) : kebaruan dari isi pikiran, baik
dalam membawa ide-ide atau infomasi baru maupun dalam sikap menerima
adanya ide-ide orang lain.
4. Apakah hasil penelitian ini Outside Material : menggunakan pengalamanya
sendiri atau bahan-bahan yang diterimanya dari perkuliahan
5. Apakah hasil penelitian ini Ambigu Clarified : mencari penjelasan atau
informasi lebih lanjut jika dirasakan ada ketidak jelasan
6. Apakah hasil penelitian ini Lingking Ideas : senantiasa menghubungkan fakta,
ide atau pandangan serta mencari data baru dari informasi yang berhasil
dikumpulkan
7. Apakah hasil penelitian ini Justification (Bukti) : memberi bukti-bukti, contoh,
atau justifikasi terhadap suatu solusi atau kesimpulan yang diambilnya.
Termasuk didalamnya senantiasa memberikan penjelasan mengenai
keuntungan dan kerungian dari suatu situasi atau solusi
8. Apakah hasil penelitian ini valid dan evidence based dari penelitian tersebut.
9. Apakah dapat diterapkan dalam praktik sehari-hari.
71
Perencanaannya :
Untuk menggunakan hasil penelitian/ bukti sebagai referensi dalam memberikan
perawatan pada klien, diperlukan suatu tinjauan sistematis/ review sistematis (evidence
review/ systematic review) dari hasil penelitian-penelitian serupa. Tinjauan sistematis
ini dapat kita lakukan sendiri atau menggunakan tinjauan sistematis yang sudah
disusun dan dipublikasikan oleh seorang penulis (peneliti, akademisi, praktisi) yang
ahli dibidangnya untuk memberikan rencana terperinci dan berulang tentang pencarian
literatur dan evaluasi dari bukti-bukti tersebut. Setelah semua bukti terbaik dinilai,
pengobatan/ perawatan dikategorikan sebagai:
1. mungkin bermanfaat,
2. mungkin berbahaya, atau
3. bukti tidak mendukung salah satu manfaat atau bahaya.
Lalu menjawab semua pertanyaan kritisi menggunakan lembar evidence based practice
dan menghitung nilai NNT bagi pasien kita.
Bagi saya, satu hal yang paling penting dalam capaian pembelajaran tersebut
adalah:
Melakukan telaah kritis bukanlah suatu proses mencari-cari kesalahan tetapi untuk
mencari nilai informasi yang penting bagi kita. Selain itu kita terbiasa untuk selalu
menggunakan fikiran berdasarkan pengalaman dan fakta yang pernah dilakukan,
khususnya aktifitas dalam memberikan asuhan kebidanan kepada pasien. Dalam
refleksi praktis temukan adanya alas an ilmiah atau rasionalisasi berdasarkan bukti dan
logika terhadap kesenjangan fakta pengalaman yang pernah di lakukan. Dalam refleksi
praktis, seorang bidan akan melakukan pemecahan masalah kesenjangan yang dihadapi
berdasarkan penyebab yang mempunyai implikasi praktis terhadap perbaikan untuk
masa yang akan datang.
Selain hasil penelitian utama, ada hal lain yang menarik yaitu :
1. Referensi yang dicantumkan
2. Ide yang menarik
Capaian pembelajaran yang paling saya butuhkan untuk terus saya kerjakan adalah
:
1. Adakah yang baru dari hasil penelitian ini ?.
2. Apa kepentingannya bagi dunia kesehatan ?.
3. Relevan kah dengan tempat kerja ?.
Masalah-masalah yang saya temui selama proses pembelajaran klinik pada topik
ini adalah, dan Saya berencana untuk membahasnya melalui:
Penelitian umumnya cenderung berfokus pada populasi, namun tiap-tiap individu
dalam populasi dapat bervariasi secara substansial dari norma-norma yang umum
terjadi dalam suatu populasi. Dapat disimpulkan bahwa evidence based medicine-
practice berlaku untuk kelompok orang (populasi). Namun hal tersebut tidak
menghalangi pemberi layanan dari menggunakan pengalaman pribadi mereka dalam
memutuskan bagaimana menyelesaikan setiap masalah. Salah satu sumber
menyarankan bahwa: “pengetahuan yang diperoleh dari penelitian klinis tidak
73
langsung menjawab pertanyaan klinis, apa yang terbaik bagi klien”, dan menunjukkan
bahwa evidence based medicine-practice tidak harus menyimpang dari nilai
pengalaman klinis. Sumber lainnya menyatakan bahwa “evidence based medicine-
practice berarti mengintegrasikan keahlian klinis individu dengan bukti klinis terbaik
yang tersedia (diakses secara terbuka/ umum) dari penelitian yang sistematis”.
Penerapan evidence based medicine-practice dalam pelayanan kebidanan (evidence
based midwifery) khususnya dalam asuhan kehamilan, diantaranya sebagai
pertimbangan dalam: melaksanakan pemeriksaan ibu hamil, menjalankan program
antenatal care (standar asuhan kehamilan, standar kunjungan), mengatasi keluhan/
ketidaknyamanan yang dialami selama kehamilan, pemenuhan kebutuhan dasar ibu
hamil, dan penatalaksanaan penyulit/ komplikasi kehamilan.
randomisasi Keterangan :
dirahasiakan? Sampel data diambil dari 2 kelompok responden yaitu
kelompok perlakuan yang diberikan massase effleurage dan
kelompok perlakukan yang diberikan massase
counterpressure.
Apakah follow-up Tidak, dalam penelitian ini setelah memenuhi kriteria inklusi,
kepada pasien pasien diamati dan di follow up saat persalinan kala I apakah
cukup panjang dan ada pengurangan rasa nyeri setelah pemberian terapi yang
lengkap? dilakukan.
Keterangan:
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin yang
memenuhi kriteria penelitian. Variabel
dalam penelitian ini adalah pemberian teknik massase dan
intensitas nyeri. Analisis univariate digunakan untuk
menganalisis variabel karakteristik responden dan untuk
mendeskripsikan intensitas nyeri yang dialami masing-masing
kelompok. Analisis
bivariate digunakan untuk melihat pengaruh dari variable
menggunakan uji statistik uji beda / uji t.
Apakah pasien Ya, pasien dianalisis di dalam grup mereka di randomisasi.
dianalisis di dalam Keterangan :
grup di mana Intensitas nyeri yang dialami ibu bersalin diukur
mereka menggunakan skala visual yang ditabulasi dalam lembar
dirandomisasi? observasi. Pengolahan data penelitian dilakukan dengan tahap
editing, coding, scoring dan tabulating. Analisis univariate
digunakan untuk
menganalisis variabel karakteristik responden dan untuk
mendeskripsikan intensitas nyeri yang dialami masing-masing
kelompok. Data dianalisis untuk mengetahui skor maksimal,
skor minimal, rata-rata dan standar deviasi. Analisis bivariate
digunakan untuk melihat pengaruh dari variable menggunakan
uji statistik uji beda / uji t. Jika nilai signifikasi yang
didapatkan < ρ (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa terapi
nonfarmakologis yang diberikan pada ibu bersalin efektif
untuk meredakan nyeri yang dialami saat persalinan
75
Apakah pasien, Tidak, karena baik peneliti dan peserta mengetahui tindakan
klinisi, dan peneliti yang akan diambil, baik resiko maupun keuntungannya.
blind terhadap Keterangan :
terapi? Pengukuran dilakukan pada dua kelompok yaitu kelompok
kontrol dan kelompok intervensi. Perbedaan pengaruh
pemberian massase effleurage dan massase counterpressure
terhadap penurunan nyeri persalinan diukur pada kelompok
kontrol dan
kelompok intervensi. Penelitian ini dilakukan di BPM yang
masuk wilayah kerja Desa Sooko Kabupaten Mojokerto.
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin yang
memenuhi kriteria penelitian.
Apakah grup pasien Ya, selain eksperimen, kedua kelompok mendapat perlakuan
diperlakukan sama, yang sama
selain dari terapi
yang diberikan?
Apakah karakteristik Ya, semua grup pasien sama pada awal penelitian.
grup pasien sama Keterangan :
pada awal Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin yang
penelitian, selain memenuhi kriteria penelitian BPM yang masuk wilayah kerja
dari terapi yang Desa Sooko Kabupaten Mojokerto.
diberikan?
95% CI = +/- 1,96 √[CER x (1-CER)/ #pasien kontrol + EER x (1-EER)/ # pasien
eksperimen]
= +/- 1,96 √[0,5 x (1-0,5)/ 14 + 0,86 x (1-0,86)/ 14] = 0,007+0,0086
= 0,006± 0,007
3. Apakah hasil penelitian yang valid dan penting tersebut applicable (dapat
diterapkan) dalam praktek sehari-hari?
pada penelitian
Diekspresikan dalam bentuk desimal: 0,5
NNT/f = 2,7/0,5 = 5,4
(NNT bagi pasien kita)
Metode II: 1/ PEER (patient’s expected event rate) adalah event rate
(PEERxRRR) dari pasien kita bila mereka menerima kontrol pada
penelitian tersebut = 2
1/ (PEERxRRR) = 1/(0,5-0,72) = 1/-0,22 = 4,54
(NNT bagi pasien kita)
Apakah value dan preferensi pasien dipenuhi dengan terapi ini?
Ya.
Nyeri saat persalinan merupakan kondisi fisiologis yang secara universal dialami
oleh hampir semua ibu bersalin. Menurut Danuatmaja dan Meiliasari (2008) saat
yang paling melelahkan dan berat, dan kebanyakan ibu mulai merasakan sakit
atau nyeri pada saat persalinan adalah
kala I fase aktif. Dalam fase ini kebanyakan ibu merasakan sakit yang hebat
karena
kegiatan rahim mulai lebih aktif. Pada fase ini kontraksi semakin lama semakin
kuat
dan semakin sering. Kondisi nyeri yang hebat pada kala I persalinan
memungkinkan para ibu cenderung memilih cara yang paling gampang dan cepat
untuk menghilangkan rasa nyeri.
Adanya stimulasi massage mengakibatkan pesan yang berlawanan yang lebih
kuat, cepat dan berjalan sepanjang serat saraf kecil. Pesan yang berlawanan ini
menutup gate di substansi
gelatinosa dengan memproduksi senyawa pereda nyeri yaitu endorfin lalu
memblokir pesan nyeri supaya tidak ditransmisikan sehingga otak tidak mencatat
pesan nyeri tersebut.
Apakah kita dan pasien Hal ini hanya dapat kita kembalikan lagi ke pasien
kita mempunyai dengan informasi dan penjelasan yang telah kita
penilaian yang jelas dan berikan, apakah sesuai dengan kebutuhannya atau
tepat akan value dan tidak.
preferensi pasien kita?
Apakah value dan Ya.
preferensi pasien kita Karena dengan menerapkan terapi massase
80
f adalah faktor dorongan. f merupakan perkiraan berapa tinggi atau rendahnya risiko
kematian pasien kita dibandingkan pasien pada penelitian. Bila pasien kita
kemungkinan meninggalnya 2 kali lebih besar dibandingkan pasien pada penelitian,
maka besar f adalah 2. Bila pasien kita kemungkinan meninggalnya 2 kali lebih kecil
dibandingkan pasien pada penelitian, maka besar f adalah 0,5.