Anda di halaman 1dari 83

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya proses kehamilan, persalinan, dan nifas merupakan suatu tahapan
perkembangbiakan manusia yang alamiah, namun tetap harus diwaspadai apabila terjadi hal-
hal yang dapat membahayakan kesehatan ibu dan bayi, terutama pada ibu yang tidak
mendapatkan asuhan dari tenaga kesehatan ( Walyani, 2015 ).
Pendarahan menempati persentase tertinggi penyebab kematian ibu ( 28 persen), anemia
dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya
pendarahan dan infeksi yang merupakan faktor kematian utama ibu. Di berbagai negara
paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh pendarahan;
proporsinya berkisar antara kurang dari 10 persen sampai hampir 60 persen. Walaupun
seorang perempuan bertahan hidup setelah mengalami pendarahan pasca persalinan, namun
ia akan menderita akibat kekurangan darah yang berat (anemia berat) dan akan mengalami
masalah kesehatan yang berkepanjangan (WHO, 2012).
Standar cakupan pelayanan antenatal ( kunjungan pertama dan kunjungan minimal 4 kali
ANC ) adalah acuan dasar kunjungan pertama 75 %, kunjungan minimal 4 kali 56 % ), target
RPJMN ( 2014 ) untuk kunjungan pertama 100 %, kunjungan minimal 4 kali 95 %, dan
Target MDGs ( 2015 ), standar cakupan yang harus dicapai untuk kunjungan pertama 95 %
dan untuk kunjungan minimal 4 kali adalah 90 %. ( SDKI, 2012 )
Hasil survey dan riset di Indonesia juga menunjukkan bahwa pencapaian program KIA di
Indonesia mengalami penurunan kalaupun ada peningkatan belum menunjukkan angka yang
signifikan. Cakupan KI tahun 2010 adalah 92,7%, tahun 2012 turun menjadi 73,5% dan
tahun 2013 meningkat tajam menjadi 95,4%. Cakupan K4 tahun 2010 adalah 61,4%, tahun
2012 naik sedikit menjadi 62,1% dan tahun 2013 sebesar 70,4% . Begitu pula dengan
cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan tahun 2010 adalah 82,2% dan tahun
2012 turun menjadi 63,8% untuk wilayah kota dan 53% untuk wilayah desa, tahun 2013
sebesar 87,1% ( Riskesdas 2013).
Bidan memberikan pelayanan kebidanan yang berkesinambungan dan paripurna,
berfokus pada aspek pencegahan, promosi dengan berlandaskan kemitraan dan
pemberdayaan masyarakat bersama-sama dengan tenaga kesehatan lainnya untuk senantiasa

1
siap melayani siapa saja yang membutuhkannya. Sehubungan dengan hal tersebut diatas
perlu adanya standar asuhan kebidanan yang ditetapkan oleh menteri kesehatan ( Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor 938/MENKES/SK/VIII/2013 ).
Continuity of care adalah pelayanan yang dicapai ketika terjalin hubungan yang terus-
menerus antara seorang wanita dan bidan, asuhan yang berkelanjutan berkaitan dengan
kualitas pelayanan dari waktu ke waktu yang membutuhkan hubungan terus menerus antara
pasien dengan tenaga profesional kesehatan, secara Continuity of care dimana asuhan yang
diberikan secara berkesinambungan antara seorang wanita dan bidan. Bahwa pada umumnya
kehamilan dan persalinan adalah proses alamiah dan bukan suatu penyakit, namun tetap perlu
diwaspadai karena kondisi yang semula normal dapat tiba-tiba menjadi tidak normal. Oleh
karena itu bidan memberikan sedikitnya empat kali pelayanan antenatal dalam
mempersiapkan persalinan untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal
( Walyani, 2015 ).
Asuhan yang berkelanjutan berkaitan dengan kualitas pelayanan dari waktu ke waktu
yang membutuhkan hubungan terus menerus antara pasien dengan tenaga kesehatan.
Layanan kebidanan harus disediakan mulai prakonsepsi, sampai enam minggu pertama
postpartum. Sehingga perkembangan kondisi dapat terpantau dan ditangani secara dini.
Sehingga manfaat continuity of care dapat membantu menurunkan angka kematian ibu dan
anak ( Walyani, 2015 ).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan yang diberikan pada ibu hamil dari trimester III, persalinan, nifas, dan
penggunaan alat kontrasepsi ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Dapat memberikan asuhan kebidanan yang berkualitas dari masa hamil, persalinan, nifas,
sampai dengan penggunaan alat kontrasepsi, dengan menggunakan sistem manajemen
kebidanan yang terpadu
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam asuhan kebidanan ini adalah :
1. Melakukan pengkajian data dasar secara lengkap dan menyeluruh Kepada ibu hamil
sampai dengan penggunaan kontrasepsi KB.

2
2. Menginterpretasi data yang meliputi diagnosa kebidanan mulai dari ibuhamil sampai
dengan penggunaan kontrasepsi KB.
3. Mengidentifikasi diagnosa potensial yang kemungkinan terjadi padaibu hamil sampai
dengan penggunaan kontrasepsi KB.
4. Melaksanakan tindakan segera pada ibu hamil mulai dari ibu hamil sampai dengan
penggunaan alat kontrasepsi.
5. Merencanakan tindakan asuhan kebidanan pada ibu hamil sampai dengan penggunaan
alat kontrasepsi KB.
6. Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada ibu hamil sampai dengan penggunaan
alat kontrasepsi KB.
7. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan pada ibu hamil sampai dengan penggunaan alat
kontrasepsi KB.
8. Melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan pada ibu hamil sampai dengan
penggunaan alat kontrasepsi KB.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Dapat digunakan untuk menambah ilmu pengetahuan baik bagi penulis maupun bagi
bidan yang ada diindonesia dan digunakan untuk memenuhi tugas proposal, dan dapat
sebagai acuan untuk memberikan asuhan yang berkualitas dan optimal pada ibu hamil,
bersalin, nifas, neonatus dan penggunaan alat kontrasepsi.
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi Responden
Dengan melakukan kunjungan antenatal secara komprehensif sampai dengan KB maka
ibu akan mendapatkan asuhan sesuai yang dibutuhkan. Serta dapat lebih memahami
tentang pentingnya berpartisipasi dalam asuhan kehamilan, persalinan, masa nifas,
neonatus dan KB. Sehingga proses mulai dari kehamilan sampai penggunaan kontrasepsi
berjalan lancar tanpa ada komplikasi.
1.4.2.2 Bagi peneliti
Diharapkan mahasiswa dapat memberikan asuhan yang berkualitas dan optimal pada ibu
hamil, bersalin, nifas sampai dengan penggunaan alat kontrasepsi yang sesuai denga
kebutuhan.

3
1.4.2.3 Bagi STikes Kendedes Malang
Diharapkan dapat digunakan sebagai acuan atau informasi kepada mahasiswa dengan
melalui media perpustakaan agar mahasiswa dapat menambah wawasan mengenai asuhan
kebidanan yang sesuai dengan standar dan kebutuhan bagi ibu hamil, bersalin, nifas
sampai penggunaan alat kontrasepsi.
1.4.2.4 Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat memberikan asuhan tentang pelayanan kesehatan yang optimal kepada
masyarakat dari ibu hamil, bersalin, nifas, sampai dengan penggunaan alat kontrasepsi.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Kehamilan
2.1.1 Pengertian kehamilan
Hamil adalah suatu masa dari mulai terjadinya pembuahan dalam rahim seorang
wanita terhitung sejak hari pertama haid terakhir sampai bayinya dilahirkan.
Kehamilan terjadi ketika seorang wanita melakukan hubungan seksual pada masa
ovulasi atau masa subur (keadaan ketika rahim melepaskan sel telur matang), dan
sperma (air mani) pria pasangannya akan membuahi sel telur matang wanita tersebut.
Telur yang telah dibuahi sperma kemudian akan menempel pada dinding rahim , lalu
tumbuh dan berkembang selama kira-kira 40 minggu (280 hari) dalam rahim dalam
kehamilan normal ( Sari, 2013 ).
2.1.2 Tanda-Tanda Kehamilan
Merupakan sekumpulan tanda atau gejala yang timbul pada wanita hamil dan terjadi
akibat adanya perubahan fisiologi dan psikologi pada masa kehamilan ( Nugroho,
Taufan; 2014 .
1. Tanda Pasti ( Positive Sign )
Tanda yang menunjukan langsung keberadaan janin, yang dapat dilihat langsung
oleh pemeriksa
a. Gerakan janin dalam rahim
Gerakan janin ini harus dapat diraba dengan jelas oleh pemeriksa. Gerakan janin
baru dapat dirasakan pada usia kehamilan sekitar 20 minggu.
b. Denyut jantung janin
Dapat didengar pada usia 12 minggu dengan menggunakan alat fetal
electrocardiograf ( misalnya dopler ). Dengan stetoskop Laenec, DJJ baru dapat
didengar pada usia kehamilan 18-20 minggu ( Hani Ummi, 2014 ).
c. Terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen
Dengan menggunakan USG dapat terlihat gambaran janin berupa ukuran
kantong janin, panjangnya janin, dan diameter biparetalis hingga dapat
diperkirakan tuanya kehamilan ( Sunarsih Tri, 2014 ).

5
2.1.3 Perubahan Anatomi Dan Adaptasi Fisiologis Dalam Masa Kehamilan
1. Uterus
Pada usia gestasi 30 minggu, fundus uteri dapat dipalpasi di bagian tengah antara
umbilikus dan sternum. Pada usia 38 minggu, uterus sejajar dengan sternum. Tuba
uterin tampak agak terdorong ke dalam di atas bagian tengah uterus. Frekuensi
dan kekuatan kontraksi otot segmen atas rahim semakin meningkat. Oleh karena
itu, segmen bawah uterus berkembang lebih cepat dan meregang secara radial,
yang jika terjadi bersamaan dengan pembukaan serviks dan perlunakan jaringan
dasar pelvis, akan menyebabkan presentasi janin melalui penurunannya ke dalam
pelvis bagian atas. Hal ini mengakibatkan berkurangnya tinggi fundus yang
disebut dengan lightening, yang mengurangi tekanan pada bagian atas abdomen.
Peningkatan berat uterus 1000 gram dan peningkatan ukuran uterus 30 x 22,5 x 20
cm ( Serri Hutahaean, 2013 ).
Gambaran besarnya rahim dan tuanya kehamilan.
1. Pada kehamilan 28 minggu, tinggi fundus uteri terletak 2-3 jari di atas pusat.
Menurut Spiegelberg, pada umur kehamilan ini, fundus uteri dari simfisis
adalah 26,7 cm di atas simfisis.
2. Pada kehamilan 36minggu, tinggi fundus uteri terletak 3 jari di bawah
proessus sifoideus.
3. Pada kehamilan 40minggu, tinggi fundus uterus terletak sama dengan 8bulan,
tetapi melebar ke samping yaitu terletak di antara pertengahan pusat dan
prossesus sifoideus ( Sunarsih Tri, 2014 ).
2. Vagina dan vulva
Hormon estrogen memengaruhi system reproduksi sehingga terjadi
peningkatan vaskularisasi dan hiperemia pada vagina dan vulva. Peningkatan
vaskularisasi menyebabkan warna kebiruan pada vagina yang disebut dengan
tanda Chadwick. Perubahan pada dinding vagina meliputi peningkatan ketebalan
mukosa, pelunakan jaringan penyambung, dan hipertrofi otot polos. Akibat
peregangan otot polos menyebabkan vagina menjadi lebih lunak. Perubahan yang
lain adalah peningkatan secret vagina dan mukosa vagina memetabolisme

6
glikogen. Metabolisme ini terjadi akibat pengaruh hormon estrogen. Peningkatan
laktobasilus menyebabkan metabolisme meningkat
3. Sistem Pernapasan
a. Timbul keluhan sesak dan pendek napas. Hal ini disebabkan karena usus yang
tertekan ke arah diafragma akibat pembesaran rahim.
b. Volume tidal ( volume udara yang diinspirasi/diekspirasi setiap kali bernapas
normal ) meningkat. Hal ini dikarenakan pernapasan cepat dan perubahan
bentuk rongga toraks sehingga O2 dalam darah meningkat ( Kumalasari Intan,
2015 ).
4. Perubahan pada Ginjal
Terjadi miksi ( berkemih ) sering pada awal kehamilan karena kandung
kemih tertekan oleh rahim yang membesar. Gejala ini akan menghilang pada
trimester III kehamilan dan di akhir kehamilan gangguan ini muncul kembali
karena turunnya kepala janin ke rongga panggul yang menekan kandung kemih
( Kumalasari Intan, 2015 ).
5. Kulit
Perubahan warna kulit menjadi gelap terjadi pada 90% ibu hamil.
Sebelumnya, terdapat anggapan bahwa hal ini terjadi karena peningkatan hormon
menstimulasi melanosit (melanosit stimulating-MSH). Namun demikian, estrogen
dan progesteron juga dilaporkan memiliki efek penstimulasi mepanosit dan
sekarang menjadi penyebab pigmentasi kulit. Hiperpigmentasi terlihat lebih nyata
pada wanita berkulit gelap dan terlihat di area seperti areola, perineum dan
umbilikus juga di area yang cenderung mengalami gesekan seperti aksila dan paha
bagian dalam ( Serri Hutahaean 2013 ).
6. Sistem Endokrin
a. HCG (Hormone Corionic Gonadotropic)
Gonadotropin korionik manusia (HCG) yang di sekresi oleh sel
trofoblas dari plasenta untuk mempertahankan kehamilan. HCG meningkat 8
hari setelah ovulasi (9 hari setelah puncak LH pertengahan siklus). Selama 6-8
mg kehamilan HCG mempertahankan korpus luteum untuk memproduksi
estrogen dan progesteron dan selanjutnya akan di ambil alih oleh plasenta.

7
b. HPL (Hormone Placenta Lagtogene)
Laktogen plasenta manusia (HPL) dihasilkan oleh plasenta. Pada
kehamilan cukup bulan HPL meningkat 10% dari produksi protein plasenta.
HPL bersifat diabetogenik, sehingga kebutuhan insulin wanita hamil naik.
c. Prolaktin
Prolaktin meningkat selama kehamilan sebagai respon terhadap
meningkatnya estrogen,fungsi prolaktin adalah perangsang produksi ASI. Pada
trimester II prolaktin yang di sekresi oleh hipofisis janin merupakan
perangsang pertumbuhan adrenal janin yang penting.
d. Estrogen
Estrogen dihasilkan dalam hati janin dan paling banyak dalam
kehamilan manusia. Menyebabkan pertumbuhan, baik ukuran maupun jumlah
sel. Menyebabkan penebalan endometrium sehingga ovum yang di buahi dapat
tertanam. Estrogen juga menyebabkan hypertrophy dinding uterus dan
peningkatan ukuran pembuluh darah dan lympatics yang mengakibatkan
peningkatan vascularitas, kongesti dan oedem.
e. Progesteron
Peningkatan sekresi, mengendurkan otot-otot halus. Menyebabkan
penebalan endometrium sehingga ovum yang dibuahi dapat tertanam. Menjaga
peningkatan suhu basal ibu. Merangsang perkembangan sistem alveolar
payudarah. Dengan hormon relaxin melembutkan/ mengendurkan jaringan
penghubung, ligamen dan otot, sakit punggung, nyeri ligamen. Progesteron
pada kehamilan kadarnya lebih tinggi sehingga menginduksi perubahan
desidua. Sampai minggu ke-6 dan ke-7 kehamilan suber utamanya dalah
ovarium, setelah itu plasenta memainkan peran utama. Fungsi progesteron
adalah mencegah abortus sepontan, mecegah kontraksi rahim, menginduki
beberapa kekebalan tubuh untuk hasil konseps ( Taufan Nugroho, 2014 ).

8
7. Sistem Perkemihan
Pada trimester III kehamilan janin mulai turun ke pintu atas panggul, keluhan
sering kencing akan timbul lagi karena kandung kemih akan mulai tertekan kembali.
Pada kehamilan tahap lanjut pelvis ginjal kanan dan ureter lebih berdelatasi dari pada
pelvis kiri akibat pergeseran uterus yang berat ke kanan. Perubahan-erubahan ini
membuat pelvis dan ureter mampu menampung urin dalam volume yang lebih besar
dan juga memperlambat laju aliran urin.
8. Sistem Pencernaan
Biasanya sering terjadi konstipasi karena pengaruh hormon progesteron yang
meningkat. Selain itu perut kembung juga terjadi karena adanya tekanan uterus yang
membesar dalam rongga perut yang mendesak organ-organ dalam perut khususnya
saluran pencernaan, usus besar ke arah atas dan lateral ( Taufan Nugroho, 2014 ).
9. Sistem Muskuloskeletal
Sendi pelvic pada saat kehamilan sedikit bergerak. Perubahan tubuh seara
bertahan dan peningkatan berat wanita hamil menyebabkan postur dan cara berjalan
waniata hamil berubah. Peningkatan distensi abdomen yang membuat panggul miring
kedepan. Penurunan tonus otot dan peningkatan beban berat badan pada akhir
kehamilan membutuhkan penyesuaian ulang. Pusat gravitasi wanita bergeser
kedepan.
10. Sistem Kardiovaskuler
Selama kehamilan jumlah leukosit akan meningkat yakni berkisar antara
5000-12000 dan mencapai puncaknya pada saat persalinan dan masa nifas berkisar
14000-16000. Penyebab peningkatan ini belum diketahui. Respon yang sama
diketahui terjadi selama dan setelah melakukan latihan yang berat. Distribusi tipe sel
juga akan mengalami perubahan. Pada kehamilan, terutama trimester ke 3, terjadi
peningkatan jumlah granulosit dan limfosit secara bersamaan limfosit dan monosit
( Taufan Nugroho, 2014 ).
11. Sistem Gastrointestinal
a. Rahim yang semakin membesar akan menekan rectum dan usus bagian bawah
seinngga terjadi sembelit ( konstipasi ). Sembelit semakin berat karena gerakan
otot di dalam usus diperlambat oleh tinggi kadar progesterone

9
b. Wanita hamil sering mengalami heartburn ( rasa panas di dada ) dan sendawa,
yang kemungkinan terjadi karena makanan lebih lama berada di dalam
lambung dan karena relaksasi sfingter di kerongkongan bagian bawah yang
memungkinkan isi lambung mengalir kembali ke kerongkongan.
c. Ulkus gastrikum jarang ditemukan pada wanita hamil dan jika sebelumnya
menderita ulkus gastrikum biasanya akan membaik karena asam lambung yang
dihasilkan lebih sedikit ( Kumalasari Intan, 2015 ).
2.1.4 Perubahan Dan Adaptasi Psikologis Masa Kehamilan Trimester III.
Perubahan psikologi dari ibu hamil trimester III:
a. Ibu kembali merasakan kondisi yang tidak nyaman, merasa dirinya jelek, tidak
menarik.
b. Merasa resah apabila bayi tidak lahir tepat waktu
c. Takut akan rasa saat persalinan, khawatir akan keselamatannya
d. Khawatir bayi akan dilahirkan dalam kondisi yang tidak normal
e. Sedih karena akan berpisah dengan bayinya
f. Merasakan kehilangan perhatian
g. Perasaan sensitif
h. Hasrat seksual menurun ( Kumalasari Intan, 2015 ).
2.1.5 Kebutuhan Dasar Ibu hamil Sesuai Dengan Tahap Perkembangannya
1. Oksigen
Meningkatnya jumlah progesterone selama kehamilan memengaruhi pusat pernapasan,
CO2 menurun dan O2 meningkat, O2 meningkat akan bermanfaat bagi janin.
Kehamilan menyebabkan hiperventilasi, dimana keadaan CO2 menurun. Pada
trimester III, janin membesar dan menekan diafragma, menekan vena cava inferior,
yang menyebabkan napas pendek-pendek.
2. Nutrisi
a. Kalori
Jumlah kalori yang diperlukan ibu hamil setiap harinya adalah 2500 kalori. Jumlah
kalori yang berlebih dapat menyebabkan obesitas, dan ini merupakan factor
predisposisi atas terjadinya preeklamsia. Total pertambahan berat badan sebaiknya
tidak melebihi 10-12 kg selama hamil.

10
b. Protein
Jumlah protein yang diperlukan oleh ibu hamil adalah 85 gram perhari. Sumber
protein tersebut bisa diperoleh dari tumbuh-tumbuhan ( kacang-kacangan ) atau
hewani ( ikan, ayam, keju, susu, telur ). Defisiensi protein dapat menyebabkan
kelahiran premature, anemia dan edema.
c. Kalsium
Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1,5 kg per hari. Kalsium dibutuhkan untuk
pertumbuhan janin, terutama bagi pengembangan otot dan rangka. Sumber kalsium
yang mudah diperoleh adalah susu, keju, yoghurt, dan kalsium karbonat. Defisiensi
kalsium dapat mengakibatkan riteksia pada bayi atau osteomalasia.
d. Zat besi
Diperlukan asupan zat besi bagi ibu hamil dengan jumlah 30 mg per hari terutama
setelah trimester kedua. Zat besi yang diberikan bisa berupa ferrous gluconate,
ferrous fumarate atau ferrous sulphate. Kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat
menyebabkan anemia defisiensi zat besi.
e. Air
Air berfungsi untuk membantu system pencernaan makanan dan membantu proses
transportasi. Selama hamil, terjadi perubahan nutrisi dan cairan pada membrane sel.
Air menjaga keseimbangan sel, darah, getah bening, dan cairan vital tubuh lainnya.
Air menjaga keseimbangan suhu tubuh, Karen aitu dianjurkan untuk minum 6-8
gelas ( 1500-2000 ml ). Air, susu, dan jus tiap 24 jam.
Sebaiknya membatasi minuman yang mengandung kafein seperti teh, cokelat, kopi
dan minuman yang mengandung pemanis buatan ( sakarin ) karena bahan ini
mempunyai reaksi silang terhadap plasenta.
3. Personal hygiene ( kebersihan diri )
Kebersihan tubuh harus terjaga selam kehamilan. Peubahan anatomi pada perut, area
genitalia/lipat paha, dan payudara menyebabkan lipatan-lipatan kulit menjadi lebih
lembab dan mudah terinvestasi oleh mikroorganisme. Sebaiknya gunakan pancuran atau
gayung pada saat mandi; tidak dianjurkan berendam dalam bathtub dan melakukan
vaginal doueche. Bagian tubuh yang sangat membutuhkan perawatan kebersihan adalah
daerah vital, karena saat hamil, biasanya terjadi pengeluaran secret vagina yang

11
berlebih. Selain mandi mengganti celana dalam secara rutin minimal sehari dua kali
sangat dianjurkan.
4. Pakaian
a. Pakaian harus longgar, bersih, dan tidak ada ikatan yang ketat di daerah perut
b. Bahan pakaian usahakan mudah menyerap keringat
c. Pakailah bra yang menyokong payudara
d. Memakai sepatu dengan hak rendah
e. Pakaian dalam harus selalu bersih.
5. Eliminasi
Pada kehamilan ibu hamil sering mengeluh konstipasi dan dan sering BAK.
Konstipasi terjadi karena adanya pengaruh hormon progesterone yang mempunyai efek
rileks terhadap otot polos salah satunya otot usus. Tindakan pencegahan yang dapat
dilakukan adalah dengan mengonsumsi makanan tinggi serat banyak minum air putih
hangat ketika perut dalam keadaan kosong untuk merangsang gerak peristaltik usus.
Sering BAK pada trimester I dan III merupakan hal yang fisiologis Karena pada awal
kehamilan terjadi pembesaran uterus yang mendesak kantong kemih sehingga
kapasitasnya berkurang. Sedangkan pada trimester III terjadi pembesaran janin sehingga
menekan kantong kemih. Tindakan mengurangi asupan cairan untuk mengurangi
keluhan ini sangat tidak dianjurkan, karena akan menyebabkan dehidrasi.
6. Seksual
Hubungan seksual pada kehamilan tidak dilarang selama tidak ada riwayat penyakit
seperti berikut ini.
a. Sering abortus dan kelahiran premature
b. Perdarahan per vaginam
c. Koitus harus dilakukan dengan hati-hati terutama pada minggu pertama kehamilan.
d. Bila ketuban sudah pecah, koitus dilarang karena dapat menyebabkan infeksi janin
intra uteri.
7. Mobilisasi, bodi mekanik
Pada kehamilan tulang punggung bertambah lordosis, karena tumpuan tubuh bergeser
lebih kebelakang dibandingkan sikap tubuh ketika tidak hamil. Perubahan ini adalah

12
rasa pegal dan punggung dan kram kaki ketika tidur malam, untuk mencegah
dibutuhkan sikap tubuh yang baik.
a. Pakailah sepatu dengan hak yang rendah/tanpa hak dan jangan terlalu sempit
b. Posisi tubuh saat mengangkat beban, yaitu dalam keadaan tegak lurus dan pastikan
beban terfokus pada lengan
c. Tidur dengan posisi kaki ditinggikan
d. Duduk dengan posisi punggung tegak
e. Hindari duduk atau berdiri terlalu lama ( ganti posisi secara bergantian untuk
mengurangi ketegangan otot ).
8. Exercise/senam hamil
Senam hamil bukan merupakan suatu keharusan. Namun, dengan melakukan senam
hamil akan banyak memberi manfaat dalam membantu kelancaran proses persalinan,
antara lain dapat melatih pernapasan, relaksasi, menguatkan otot-otot panggul dan perut,
serta melatih cara mengejan yang benar.
Tujuan untuk memberi dorongan serta melatih jasmani dan rohani ibu secara bertahap,
agar ibu mampu menghadapi persalinan dengan tenang, sehingga proses persalinan
berjalan lancar.
a. Memperbaiki sirkulasi darah
b. Mengurangi pembengkakan
c. Memperbaiki keseimbangan otot
d. Mengurangi resiko gangguan gastri intestinal termasuk sembelit\
e. Mengurangi kram/kejang kaki
f. Menguatkan otot perut
g. Mempercepat proses penyembuhan setelah melahirkan
9. Istirahat/tidur
Ibu hamil dianjurkan untuk merencanakan istirahat yang teratur sesuai dengan kemajuan
kehamilannya. Jadwal istirahat dan tidur harus diperhatikan secara teratur. Jadwal tidur
pada malam hari kurang lebih 8 jam dan istirahat dalam siang hari 1 jam.
10. Imunisasi
Imunisasi selama kehamilan sangat penting dilakukan untuk mencegah penyakit yang
bisa menyebabkan kematian ibu dan janin. Jenis imunisasi yang diberikan adalah TT

13
yang dapat mencegah penyakit tetanus. Imunisasi TT pada ibu hamil harus terlebih
dahulu ditentukan status kekebalan/imunisasinya.
11. Travelling ( perjalanan )
Tips ibu hamil yang akan melakukan perjalanan:
a. Selalu berkonsultasi dengan dokter sebelum melakukan perjalanan atau bepergian,
terutama jarak jauh atau internasional.
b. Jangan bepergian dengan perut kosong, apalagi jika sedang mengalami moring
sickness ( mual muntah )
c. Bawalah beberapa cemilan untuk mencegah mual
d. Bawalah minuman atau jus
e. Jika bepergian dengan pesawat terbang, periksa dahulu beberapa perusahaan
penerbangan karena mereka mempunyai pertauran khusus untuk perempuan hamil,
terutama bila kehamilan sudah mencapai 7 bulan.
f. Bila bepergian menggunakan mobil sendiri, saat duduk didalam mobil, angkatlah
kaki lebih tinggi, dan minta berhenti beberapa saat bila kaki terasa kram. Berjalan-
jalanlah sebentar untuk membantu memperlancar sirkulasi darah bila diperlukan.
g. Selalu gunakan sabuk pengaman di bagian bawah perut selama berkendara.
2.1.6 Ketidaknyamanan dan cara mengatasi
Ketidaknyamanan pada ibu hamil trimester III beserta penanganannya menurut Hani,
dkk (2011), adalah sebagi berikut :
1. Odema Umum
Penanganan:
a. Hindari posisi tegak lurus dalam waktu yang lama
b. Istirahat dengan posisi berbaring miring dan kaki agak ditinggikan
c. Olahraga atau senam hamil
d. Hindari sandal atau sepatu hak yang tinggi.
2. Sering BAK
Penanganan:
a.Kosongkan kandung kemih ketika ada dorongan
b. Perbanyak minum pada siang hari
c.Hindari minum kopi atau teh sebagai diuresis.

14
3. Hemoroid
Penanganan:
a. Hindari konstipasi
b. Beri rendaman hangat atau dingin pada anus
c. Bersihkan anus dengan hati-hati sesudah defekasi
d. Oleskan jeli ke dalam rektum sesudah defekasi
e. Usahakan BAB teratur
f. Beri kompres dingin kalau perlu
g. Ajarkan ibu tidur posisi knee chest 15 menit/hari
4. Pegal-Pegal
Penanganan:
a. Berolahraga atau senam hamil atau setidaknya beraktifitas ringan
b. Tidak boleh duduk atau berdiri lebih lama, dan istirahat setiap 30 menit
c. Mengkonsumsi susu dan makanan yang berkalsium
5. Kram dan Nyeri pada Kaki
Penanganan:
a. Menggerak-gerakkan pergelanagn tangan dan mengurut bagian kaki yang
terasa kaku
b. Pada saat bangun tidur, jari kaki ditegakkan sejajar dengan tumit untuk
mencegah kram mendadak
c. Meningkatkan asupan kalsium dan air putih
d. Melakukan senam ringan
e. Istirahat yang cukup
6. Gangguan Pernapasan
Penanganan:
a. Latihan napas melalui senam hamil
b. Tidur dengan bantal tinggi
c. Makan tidak terlalu banyak
d. Bila merokok, dihentikan
e. Konsultasi ke dokter bila ada kelainan asma.

15
2.1.7 Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III
Tanda-tanda yang mengindikasikan adanya bahaya yang dapat terjadi selama
kehamilan/periode antenatal, yang apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa
menyebabkan kematian ibu.
1. Perdarahan Pervaginam Pada Trimester III
Perdarahan Pada Masa Kehamilan Lanjut
Yaitu perdarahan yang terjadi pada kehamilan setelah 22 minggu sampai sebelum
persalinan.
Perdarahan tidak normal bila terdapat tanda – tanda sebagai berikut :
a. Keluar darah merah segar atau kehitaman dengan bekuan.
b. Perdarahan banyak kadang – kadang/ tidak terus – menerus.
c. Perdarahan disertai nyeri
Perdarahan semacam ini bisa berarti plasenta pervia, solusio plasenta, dan rupture
uteri. Selain itu, perlu dicurigai adanya gangguan pembekuan darah.
2. Sakit Kepala Yang Hebat
Sakit kepala yang hebat dapat terjadi selama kehamilan dan sering kali merupakan
ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukkan suatu
masalah yang serius adalah sebagai berikut :
a. Sakit kepala hebat
b. Sakit kepala yang menetap
c. Tidak hilang dengan istirahat
Terkadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa
penglihatannya menjadi kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam
kehamilan adalah gejala dari preeklamsia ( Sunarsih Tri, 2014 ).
3. Keluar air ketuban sebelum waktunya
Apabila terjadi sebelum persalinan berlangsung yang disebabkan karena berkurangnya
kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan intra uteri atau oleh kedua faktor
tersebut, juga karena adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan servik dan
penilaiannya ditentukan dengan adanya cairan ketuban di vagina. Penentuan cairan
ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus ( nitrazin test ) merah menjadi biru.

16
4. Kejang
Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya keadaan dan terjadinya
gejala-gejala sakit kepala, mual, nyeri ulu hati sehingga muntah. Bila semakin berat,
penglihatan semakin kabur, kesadaran menurun kemudian kejang. Kejang dalam
kehamilan dapat merupakan gejala dari eklamsia.
5. Gerakan janin tidak ada atau kurang ( minimal 3 kali dalam 1 jam )
Ibu mulai merasakan gerakan bayi selama bulan ke-5 atau ke-6. Beberapa ibu dapat
merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur gerakannya akan melemah. Bayi
harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam 1 jam jika ibu berbaring atau beristirahat dan
jika ibu makan minum dengan baik. ( Nugroho Taufan, 2014 )
6. Masalah Penglihatan/ Pandangan Kabur
Masalah ini terjadi karena pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat berubah
dalam kehamilan.
7. Bengkak Pada Kaki Dan Tangan
Edema ialah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan tubuh dan
biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari
tangan, dan muka. Edema pretibial yang ringan sering ditemukan pada kehamilan biasa
sehingga tidak seberapa penting untuk penentuan diagnosis preeklamsia. Selain itu ,
kenaikan berat badan ½ kg setiap minggunya dalam kehamilan masih dianggap normal,
tetapi bila kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali, maka perlu kewaspadaan terhadap
timbulnya preeklamsiaa.
Hampir separuh dari ibu – ibu akan mengalami bengkak yang normal pada kaki yang
biasanya hilang setelah beristirahat atau meninggikan kaki. Bengkak dapat menunjukkan
adanya masalah serius apabila ditandai dengan tanda- tanda berikut ini.
a. Jika muncul pada muka dan tangan
b. Bengkak tidak hilang setelah beristirahat
c. Bengkak disertai dengan keluhan fisik lainnya seperti : sakit kepala yang hebat dan
pandangan mata kabur. Hal ini dapat merupakan pertanda anemia, gagal jantung, atau
preeklamsia ( Vivian Nanny, 2014 ).

17
2.2 Konsep Persalinan
2.2.1 Pengertian Persalinan
1. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke
dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong
keluar melalui jalan lahir. ( Sondakh Jenny, 2013 )
2. Persalinan atau partus adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir
atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
( Dainty Maternity )
2.2.2 Tanda – Tanda Mulainya Persalinan
1. Teori penurunan progesterone
Kadar progesterone akan mulai menurun pada kira-kira 1-2 minggu sebelum
persalinan dimulai
2. Teori keregangan
Ukuran uterus yang makin membesar dan mengalami penegangan akan
mengakibatkan otot-otot uterus mengalami iskemia sehingga mungkin dapat
menjadi factor yang dapat mengganggu sirkulasi uteroplasenta yang pada
akhirnya membuat plasenta mengalami degenerasi. Ketika uterus berkontraksi
dan menimbulkan tekanan pada selaput ketuban, tekanan hidrostatik kantong
amnion akan melebarkan saluran serviks.
3. Teori oksitosin interna
Hipofisis posterior menghasilkan hormon oksitosin. Adanya perubahan
keseimbangan antara estrogen dan progesterone dapat mengubah tingkat
sensitivitas otot Rahim dan akan mengakibatkan terjadinya kontraksi uterus yang
disebut Braxton Hicks. Penurunan kadar progesterone karena usia kehamilan
yang sudah tua akan mengakibatkan aktivitas oksitosin meningkat.
2.2.3 Proses persalinan :
1. Terjadinya his persalinan
Sifat his persalinan adalah:
a. Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan
b. Sifatnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatan makin besar

18
c. Makin beraktivitas ( jalan), kekuatan akan makin bertambah
2. Pengeluaran lender dengan darah
Terjadinya his persalinan mengakibatkan terjadinya perubahan pada serviks yang
akan menimbulkan:
a. Pendataran dan pembukaan
b. Pembukaan menyebabkan lender yang terdapat pada kanalis servikalis terlepas
c. Terjadi perdarahan karena kapile pembuluh darah pecah
3. Pengeluaran cairan
Akan terjadi pecah ketuban. Sebagian besar, keadaan ini terjadi menjelang
pembukaan lengkap. Setelah adanya pecah ketuban, diharapkan proses persalinan
akan berlagsung kurang dari 24 jam.
4. Hasil-hasil yang didapatkan pada pemeriksaan dalam
a. Perlunakan serviks
b. Pendataran servik
c. Pembukaan serviks. ( Sondakh, 2013 )
2.2.4 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
1. Penumpang ( Passenger )
Penumpang dalam persalinan adalah janin dan plasenta. Hal-hal yang perlu
diperhatikan mengenai janin adalah ukuran kepala janin, presentasi letak sikap,
dan posisi janin; sedangkan yang perlu diperhatikan pada plasenta adalah letak
besar dan luasnya.
2. Jalan lahir ( Passage )
Jalan lahir terbagi atas dua, yaitu jalan lahir keras dan jalan lahir lunak. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dari jalan lahir keras adalah ukuran dan bentuk tulang
panggul. Sedangkan yang perlu diperhatikan pada jalan lahir lunak lunak adalah
segmen bawah uterus yang dapat meregang, serviks, otot dasar panggul , vagina,
dan introitus vagina.
3. Kekuatan ( Power )
Factor kekuatan dalam persalinan dibagi atas dua, yaitu:
a. Kekuatan primer ( kontraksi involunter )

19
Kontraksi berasal dari segmen atas uterus yang menebal dan Sdihantarkan ke
uterus bawah dalam bentuk gelombang. Istilah yang digunakan untuk
menggambarkan kontraksi involunter ini antara lain frekuensi, durasi, dan
intensitas kontraksi. Kekuatan primer ini mengakibatkan serviks menipis dan
berdilatasi sehingga janin turun.
b. Kekuatan sekunder ( kontraksi volunteer )
Pada kekuatan ini, otot-otot diafragma dan abdomen ibu berkontraksi dan
mendorong keluar isi kejalan lahir sehingga menimbulkan tekanan
intraabdomen. Tekanan ini menekan uterus pada semua sisi dan menambah
kekuatan dalam mendorong keluar. Kekuatan sekunder tidak memengaruhi
dilatasi serviks, tetapi setelah dilatasi serviks lengkap, kekuatan ini cukup
penting dalam usaha untuk mendorong keluar dari uterus dan vagina.
4. Posisi ibu ( psychology response )
Posisi ibu dapat memengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan.
Perubahan posisi yang diberikan pada ibu bertujuan untuk menghilangkan rasa
letih, memberi rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak ( contoh
posisi berdiri, berjalan, duduk, dan jongkok ) memberi sejumlah keuntungan,
salah satunya adalah memungkinkan gaya gravitasi membantu penurunan janin.
Selain itu, posisi dianggap dapat mengurangi kejadian penekanan tali pusat.
5. Respons Psikologi
Respons psikologi ibu dapat dipengaruhi oleh:
a. Dukungan ayah bayi/pasangan selama proses persalinan
b. Dukungan kakek-nenek ( saudara dekat ) selama persalinan
c. Saudara kandung bayi selama persalinan. ( Sondakh, 2013 )
2.2.5 Tahapan Persalinan
1. Kala I ( kala pembukaan )
Kala I di mulai saat persalinan mulai pembukaan nol sampai pembukaan lengkap
(10 cm). proses ini terdiri dari 2 fase :
a. Fase laten berlangsung selama 8 jam, servis membuka sampai 3 cm.
b. Fase aktif berlangsung selama 7 jam, servis membuka 4 cm sampai 10 cm,
kontraksi lebih kuat dan sering, di bagi dalam 3 fase :

20
1) Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3cm menjadi 4cm.
2) Fase delatrasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung
sangat cepat dari 4cm menjadi 9cm.
3) Fase deselerasi : pembukaan menjadi lambat sekali, dalam waktu 2
jam pembukaan 9cm menjadi lengkap yaitu 10cm.
Pada primigravida, kala I berlangsung kurang lebih 12 jam, sedangkan pada
multigravida kurang lebih 8 jam.
2. Kala II (kala pengeluaran janin)
Gejala utama kala II adalah :
a. His semakin kuat, dengan interval 2-3 menit, dengan durasi 50-100 detik.
b. Menjelang lahir kala I, ketuban pecah di tandai dengan pengeluaran cairan
secara mendadak.
c. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap di ikuti keinginan
mengejar akibat tertekannya fleksusfranken house.
d. Kedua kekuatan HIS dan mengejar lebih mendorong kepala bayi sehingga
terjadi kepala pembuka pintu, subocciput bertindak sebagai hipomoglion
kemudian secara berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung dan muka,
serta kepala seluruhnya.
e. Kepala lahir seluruh diikuti putar paksi luar yaitu penyesuaian kepala pada
punggung.
f. Kepala di pegang sama occiput dan di bawa dagu, kemudian di tarik dengan
menggunakan cunam ke bawah untuk melahirkan bahu depan dan keatas untuk
melahirkan bahu belakang, setelah kedua bahu lahir ketiak dikait untuk
melahirkan sisa badan bayi, bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban.
g. Lamanya kala II untuk primigrafida 1,5-2 jam dan multigrafida 1,5-1 jam.
3. Kala III ( pelepasan plasenta )
Kala III di mulai setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung
tidak lebih dari 30 menit. Cara melahirkan plasenta yaitu dengan menggunakan
teknik dorsokranial.

21
Proses lepasnya plasenta dapat di perkirakan dengan melihat tanda-tanda pelepasan
plasenta:
a. Uterus menjadi bundar.
b. Uterus ke dorong ke atas karena plasenta di lepas ke sekmen bawah rahim.\
c. Tali pusat bertambah panjang.
d. Terjadi semburan darah tiba-tiba. ( Sondakh. 2013 )
4. Kala IV ( Kala pengawasan/observasi/pemulihan )
Kala IV di mulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam postpartum. Kala ini
terutama bertujuan untuk melakukan observasi karena pendarahan postpartum
paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Darah yang keluar selama pendarahan
harus ditakar sebai-baiknya. Kehilangan darah pada persalinan biasanya
disebabkan oleh luka pada saat pelepasan plasenta dan robekan pada selviks dan
perineum. Rata-rata jumlah pendarahan yang dikatakan normal adalah 250cc,
biasanya 100-300cc. jika pendarahan lebih dari 500cc, maka sudah dianggap
abnormal dengan demikian harus dicari penyebabnya. Penting untuk diingat :
jangan meninggalkan wanita bersalin 1 jam sesudah bayi dan plasenta lahir.
Sebelum pergi meninggalkan ibu yang baru melahirkan, periksa ulang terlebih
dahulu dan perhatikanlah 7 pokok penting berikut:
a. kontraksi rahim: baik atau tidaknya diketahui dengan pemeriksaan palpasi. Jika
perlu lakukan masase dan berikan uterotonika, seperti methergin, atau ermetrin
dan oksitosin.
b. Pendarahan: ada atau tidaknya, banyak atau biasa.
c. Kandung kemih: harus kosong, jika penuh, ibu dianjurkan berkemih dan kalau
tidak bisa, lakukan kateter.
d. Luka-luka: jahitannya baik atau tidak, ada pendarahan atau tidak.
e. Plasenta dan selaput ketuban harus lengkap.
f. Keadaan umum ibu, tekanan darah, nadi, pernafasan, dan masalah lain.
g. Bayi dalam keadaan baik. ( Sondakh,2013 )

22
2.2.6 Mekanisme Persalinan
1. Engagement: presenting part janin berada setinggi spina iskiadika ibu
Terjadi ketika presenting part janin sudah masuk jauh kedalam pelvis sehingga
tingginya sudah setinggi spina iskiadiva pelvis ibu
a. Diameter biparietal kepala sudah melewati pintu atas panggul
b. Janin yang sudah engaged menunjukkan bahwa pintu atas panggul cukup luas
untuk dilewati oleh tubuh janin karena bagian janin yang paling lebar sudah
melewati bagian pelvis yang paling sempit
2. Desensus: gerakan janin kebawah
a. Gerakan turunnya janin atau desensus ini ditentukan ketika diameter biparietal
melintasi spina iskiadika dan bergerak masuk pintu atas pinggul
b. Gerakan desensus terjadi secara hilang timbul bersamaan dengan kontraksi dan
disebabkan oleh beberapa kekuatan yaitu: tekanan langsung pada janin karena
fundus uteri yang berkontraksi, tekanan dari cairan amnion, tekanan akibat
manuver valsava pada otot abdomen, dan pelurusan serta ekstensi bagian badan
janin
c. Desensus lengkap baru selesai sesudah kepala janin melewati serviks yang
terbuka dan menekan lantai vagina sebelah posterior
3. Fleksi: gerakan kepala janin yang menunduk ke depan sehingga dagunya merapat
ke dada
Terjadi selama gerakan desensus dan disebabkan oleh resitensi kepala janin yang
mengenai dasar panggul
a. Gabungan tekanan dari uterus dan kontraksi otot abdomen bersama resistensi ini
akan memaksa kepala janin menekuk ke depan sehingga bagian dagu merapat
pada dada
b. Keadaan ini memugkinkan diameter kepala janin yang paling kecil bergerak
turun melewati pelvis
c. Gerakan fleksi menyebabkan perubahan diameter presenting part dari
oksipitofrontal (pangkal hidung hingga ubun-ubun belakang) menjadi
suboksipitobregmatika (ubun-ubun belakang hingga suboksiput) dalam posisi
oksipito anterior (u2k. depan)

23
d. Pada posisi oksipitoposterior (u2k.belakang) akan terjadi gerakan fleksi yang
tidak lengkap sehingga diameter presenting partnya menjadi lebih besar dan
persalinannya lebih lama
4. Rotasi Interna: gerakan rotasi kepala yang memudahkan pelintasan kepala melewati
spina iskiadika
Mengacu kepada gerakan rotasi kepala untuk melewati spina iskiadika
a. Kepala janin secara khas memasuki pelvis dengan diameter anteroposterior
kepala dalam posisi melintang (dari kanan ke kiri) karena pintu bawah panggul
yang paling lebar terdapat pada diameter dari kanan ke kiri; kedua bahu janin
harus pula melewati pintu bawah panggul
b. Jika bagian kepala tetap berada dalam posisi melintang, maka kedua bahu terlalu
lebar untuk dapat melewati pintu bawah panggul
c. Selanjutnya, kepala akan mengalami rotasi sekitar 45 derajat ketika menemui
rintangan yang ditimbulkan oleh dasar panggul
d. Sebagai akibatnya, diameter anteroposterior kepala berada dalam bidang
anteroposterior pelvis (dari depan ke belakang) sehingga menempatkan bagian
terbesar kedua bahu segaris dengan bagian terlebar pintu atas panggul
e. Gerakan ini juga akan membuat tubuh janin segaris dalam posisi yang optimal
untuk melanjutkan gerakan desensus bersama dengan bagian kepala janin yang
paling lebar pada diameter pintu bawah panggul yang paling lebar karena pintu
bawah panggul yang paling lebar terdapat pada diameter anteroposterior
f. Pada saat ini, muka janin biasanya menghadap bagian posterior tubuh ibu dan
bagian belakang kepala janin menghadap bagian anterior tubuh ibu
5. Ekstensi: oksiput dilahirkan lewat gerakan ekstensi; kepala janin akan mendongak
(ekstensi); dan bagian kepala, muka, serta dagu dilahirkan. Terjadi setelah rotasi
interna selesai
a. Ketika kepala sudah melewati pelvis, oksiput akan terlihat pada introitus vagina
tetapi bagian posterior leher masih tertahan oleh simfisis pubis (arkus pubis)
b. Gerakan desensus lebih lanjut akan terhalang untuk sementara waktu; ukuran
kedua bahu janin terlalu lebar untuk dapat melewati pelvis atau berada di bawah
arkus pubis dalam posisi ini

24
c. Dengan bagian belakang leher berada pada arkus pubis, struktur ini berungsi
sebagai sumbu putaran
d. Resistensi ke arah atas yang ditimbulkan oleh dasar panggul akan menyebabkan
ekstensi kepala
e. Ketika terjadi ekstensi, maka bagian dahi, hidung, mulut dan dagu akan
dilahirkan secara berurutan
6. Rotasi Eksterna: kepala janin melakukan gerakan rotasi dari posisi anteroposterior
kembali ke posisi diagonal atau melintang
Yang juga disebut restitusi mengacu kepadaa gerakan rotasi eksterna bagian kepala
dan selanjutnya rotasi kedua bahu ke dalam posisi anteroposterior di dalam pelvis
a. Sesudah kepala dilahirkan, bagian badan janin harus melakukan rotasi sehingga
bagian muka yang tadinya pada saat selesainya gerakan ekstensi menghadap ke
bawah akan berputar menghadap salah satu permukaan paha ibu sebelah dalam
b. Kepala bayi akan melakukan gerakan rotasi sekitar 45 derajat untuk kembali
kepada posisi lebih awal saat terjadi desensus dengan diameter anteroposterior
kepala berada dalam posisi melintang (kanan ke kiri)
c. Gerakan ini diperlukan karena kedua bahu yang sebelumnya berputar agar dapat
melewati pintu atas panggul harus berputar kembali agar ukurannya sesuai
dengan ukuran pintu bawah panggul sehingga dapat melewatinya untuk
kemudian berada di bawah arkus pubis
d. Bahu depan (yang letaknya paling dekat dengan bagian anterior tubuh ibu) akan
dilahirkan pertama dan kelahiran bahu depan ini mungkin terjadi dengan bantuan
fleksi kepala bayi ke bawah
e. Sesudah bahu depan dilahirkan diperlukan sedikit fleksi keatas untuk melahirkan
bahu belakang
f. Selama menjalani gerakan dalam proses kelahiran ini,bayi yang berat badannya
lebih dari 4,5 kg lebih besar kemungkinannya untuk mengalami distosia bahu di
bandingkan bayi yang beratnya lebih rendah; hal ini terjadi karena kedua bahu
akan terhenti pada pintu bawah panggul akibat tidak adanya cukup ruangan bagi
kedua bau tersebut untuk melewatinya

25
7. Ekspulsi: kelahiran bagian tubuh janin lainnya
Mengacu kepada kelahiran bagian tubuh bayi yang lain dan peristiwa ini menandai
akhir dari kala dua persalinan. ( Lockhart, 2014 )
2.2.7 Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin
1. Asuhan Fisik Dan Psikologis
Setiap ibu bersalin pasti akan muncul perasaan takut, khawatir, ataupun cemas
terutama pada ibu yang pertama kali mengalami persalinan. Perasaan takut akan
meningkatkan nyeri, otot-otot menjadi tegang dan ibu menjadi mudah lelah
akibatnya akan menghambat proses persalinan. Bidan adalah orang yang
diharapkan untuk mendampingi persalinan yang dapat diandalkan, serta mampu
memberikan dukungan, bimbingan, dan pertolongan persalinan. Jika bidan tersebut
sibuk ia harus memastikan bahwa ada seseorang pendukung selain bidan yang hadir
memantau ibu yang sedang dalam proses bersalin. Dukungan yang dapat diberikan
yaitu dari orang-orang terdekat pasien seperti suami, keluarga ataupun teman,
pendamping tersebut sebaiknya sudah terlibat sejak kelas-kelas antenatal, agar
dapat membuat laporan kemajuan ibu secara terus menerus memonitor kemajuan
persalinan.
a. Selama bersama pasien bidan harus berkonsentrasi mendengarkan dan
melakukan observasi.
b. Membuat kontak fisik seperti mencuci muka pasien, menggosok punggung,
memegang tangan pasien dan lain-lain.
c. Menempatkan pasien dalam keadaan tenang ( Elisabeth Siwi Walyani, 2014 )
Asuhan fisik dan fisiologis berorientasi pada tubuh ibu selama dalam proses
persalinan, hal ini juga untuk menghindari ibu dari infeksi. Berikut asuhan yang
diberikan:
a. Menjaga kebersihan diri
Yaitu menganjurkan ibu membasuh sekitar kemaluanya sesudah BAK atau
BAB dan menjaga tetap bersih dan kering. Hal ini dapat menimbulkan
kenyamanan dan relaksasi serta menurunkan risiko infeksi. Contohnya mandi
dibak atau shower dapat menjadi sangat menyenangkan dan santai juga dapat

26
menyahatkan, tetapi bila fasilitas tidak memungkinkan mandi ditempat tidur
bisa dijadikan alternative untuk tetap mandi.
b. Berendam
Pada kala I beberapa wanita memilih untuk menggunakan kolam hanya untuk
berendam dan beberapa wanita memilih untuk melahirkan didalam air.
Beberapa wanita merasa lebih rileks selama berada didalam air, berendam dapat
menjadi tindakan pendukung dan kenyamanan yang paling menenangkan. Bak
yang digunakan adalah bak yang cukup dalam agar air dapat merendam
abdomenya, hal ini memberikan suatu bentuk hidoiterapi dan kegembiraan yang
akan meredakan nyeri dan membantu kontraksi terhadap bersalin.
c. Perawatan mulut
Menggosok gigi, ibu bersalin harus diingatkan untuk membawa sikat gigi dan
pasta gigi saat kerumah sakit atau rumah bersalin untuk digunakan selama
persalinan.
d. Pengipasan
Ibu yang sedang dalam proses persalinan biasanya banyak mengeluarkan
keringat, bahkan pada ruangan persalinan dengan control suhu terbaikpun
merekapun akan mengeluarkan keringat pada beberapa waktu tertentu. Tempat
persalinan yang tidak menggunakan pendingin akan menyebabkan perasaan
tidak nyaman untuk wanita tersebut.untuk itu gunakan kipas atau bila tidak ada
kipas gunakan kertas atau lap yang dapat digunakan sebagai pengganti kipas.
2. Kehadiran seorang pendamping
Menurut hodneet 2002 dalam chapman 2003 mengungkapkan bahwa ada
beberapa keuntungan dalam dukungan yang berkesinambungan bagi ibu bersalin
yaitu:
a. Berkurangnya kebutuhan analgesic farmakologis dan lebih sedikit epidural
b. Berkurangnya kelahiran instrumental
c. Pembedaha caesar untuk membantu kelahiran menjadi berkurang
d. Skor apgar > 7
e. Berkurangnya trauma perinatal ( Maternity dkk, 2016 )

27
Hasil penelitian (HCT) telah menunjukan efektifnya dukungan fisik,
emosional, dan psikologis selama persalinan. Dalam Cochrane database suatu
kajian ulang sistematik dari 14 percobaan yang melibatkan 5000 wanita
memperlihatkan bahwa kehadiran seorang pendamping selama terus-menerus
mengakibatkan:
a. Kelahiran dengan tindakan (forcep, vacuum, sc) menjadi berkurang
b. Apgar skor < 7 lebih sedikit, hasil kelahiran bertambah baik
c. Bersifat sayang ibu
d. Lamanya persalinan menjadi semakin pendek
e. Kepuasan ibu semakin besar dalam pengalaman melahirkan. ( Elisabeth
Siwi Walyani, 2014 )
3. Pengurangan rasa sakit
Pendekatan untuk mengurangi rasa sakit menurut Varney Midwifery :
a. Seseorang yang dapat mendukung persalinan
b. Pengaturan posisi
c. Relaksasi dan latihan pernafasan
d. Istirahat dan privasi
e. Penjelasan mengenai proses atau kemajuan dan prosedur
f. Asuhan tubuh
g. Sentuhan dan massase
h. Penerimaan atas sikap dan perilaku
Beberapa wanita akan berteriak pada puncak kontraksi dan adapula yang
berusaha untuk diam ada juga yang menangis. Sebagai bidan yang dapat
dilakukan adalah menyemangati bukan memarahinya.
i. Pijatan ganda pada pinggul
j. Penekanan pada lutut
k. Kompres hangat dan dingin
l. Berendam\
m. Pengeluaran suara
n. Pemusatan perhatian
o. Music. ( Elisabeth Siwi Walyani, 2014 )

28
4. Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan yang aman
a. Penjelasan tentang proses dan perkembangan persalinan
b. Menjelaskan tentang hasil pemeriksaan
c. Pengurangan rasa takut dan menurunkan nyeri akibat ketegangan darai rasa
takut.
5. Makanan dan cairan
Makanan padat tidak dianjurkan selama persalinan aktif karena makanan padat
lebih lama tinggal didalam lambung daripada cairan dan pencernaan menjadi sangat
lambat selama persalinan.. pada kondisi tertentu kombinasi dari stress, kontraksi dan
obat-obatan tertentu mungkin akan menyebabkan mual. Bersamaan dengan factor ini
lambung yang penuh dan mual dapat menyebabkan muntah sehingga beresiko
terhadap respirasi kedalam paru-paru. Disisi lain cairan sangat perlu untuk mencegah
dehidrasi banyak anjurkan pasien untuk minum air putih saat proses persalinan bila
pasien mengalami mual maka larutan laktat 5% secara IV dianjurkan untuk
diberikan.
6. Aktivitas dan positioning
Kemungkinan posisi yang nyaman bagi ibu adalaha posisi yang biasanya
dilakukan bila ibu itu tidur, meletakan bantal dibawah abdomen dan diantara lutut.
Selain itu menggosok punggung dan mengusap keringat dapat memberikan rasa yang
nyaman pada ibu. Jangan biarkan ibu berbaring terlentang jika tetap melakukan hal
itu maka dapat menyebabkan sindrom hipotensi supinasi..
7. Kontrol rasa nyeri
Metode persalinan secara alami dirancang untuk mengurangi ketakutan dan
mengontrol rasa sakit yang terjadi saat persalinan, menggunakan latihan peregangan
otot dan teknik relaksasi merupakan metode untuk menyiapkan ibu untuk
melahirkan, teknik relaksasi digunakan untuk memberikan rasa nyaman pada ibu.
Terdapat beberaoa jenis relaksasi yaitu relaksisi progresif, relaksasi terkendali dan
mengeluarkan nafas.

29
8. Menjaga privasi dan mencegah pejanan
Menjaga privasi dan mencegah pejanan merupakan upaya untuk
menghormati martabat pasien. Karena menjaga privasi berpengaruh terhadap rasa
nyaman oleh karena itu cara terbaik adalah menanyakan keinginan klien tentang hal
tersebut.
9. Mengajarkan dan memandu
Bidan harus mengajarkan, memandu, dan menerangkan hal-hal yang rumit
pada pasien. Untuk mengajarkan seluruh proses fisik dan persalinan dan melahirkan
selama beberapa jam saat pasien dalam proses persalinan adalah masalah yang sulit,
hal tersebut dapat dilakukan dengan detail, tetapi ada aspek-aspek penting yang dapat
dijelaskan secara sederhana dan singkat hal ini harus sesuai dengan tahap persalinan
yang sedang dihadapi pasien.
10. Menjaga kebersihan dan kondisi kering
Kebersihan dan kondisi kering dapat meningkatkan rasa nyaman dan
relaksasi serta menurunkan resiko infeksi. Keringat, cairan amnion, darah dan veses
dapat membuat wanita bersalin merasa sangat tidak nyaman dan kotor. Perawatan
perineum dan mempertahankan kondisi kering akan menambah perasaan nyaman dan
sejahtera, hal ini dapat dilakukan dengan mengganti pakaian yang dikenakan jika
basah, mengganti perlak jika sudah basah dan sering mengganti pembalut.
11. Eliminasi
Kandung kemih harus dikosongkon secara berkala sepanjang proses
persalinan. Catatan yang jelas mengenai jumlah dan waktu berkemih harus
disertakan. Bila ibu tidak mampu berkemih dan kandung kemihnya menjadi distensi,
turunnya kepala janin ke pelvis dapat terganggu. Kandung kemih yang penuh dapat
dipalpasi tepatnya di bawah pubis. (Sondakh,2013 )
2.3 Konsep Nifas
2.3.1 Pengertian Nifas
Masa nifas dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta dan mencakup enam
minggu berikutnya. Periode postnatal dimulai segera setelah kelahiran bayi sampai
enam minggu (42 hari) setelah lahir. ( Sri Astuti, 2015 )

30
Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat
kandungan kembali seperti sebelum hamil. Nifas ( puerperium ) berasal dari bahasa
latin. Puerperium berasal dari dua suku kata yakni peur dan parous. Peur berarti bayi
dan parous berarti melahirkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa puerperium
merupakan masa setelah melahirkan. ( Asih, Yusari, 2016 )
2.3.2 Tahapan Masa Nifas
1. Puerperium dini (immediate puerperium) 0-24 jam postpartum. Masa kepulihan,
yaitu masa ketika ibu lelah diperbolehkan berdiri dan berjala-jalan
2. Puerperium intermedial (early puerperium) 1-7 hari postpartum. Masa kepulihan
menyeluruh organ genatalia. Waktu yang dibutuhkan sekitar 6-8 minggu
3. Remote puerperium (later puerperium) 1-6 minggu postpartum. Waktu yang
diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau
persalinan mengalami komplikasi waktu untuk sehat sempurna ini bisa
berminggu-mingu, bulan atau tahunan bergantung pada kondisi kesehatan dan
gangguan kesehatan lain ( Hockhart, anita & saputra, Lyndon. 2014 )
2.3.3 Perubahan Fisiologi Masa Nifas
1. Sistem Reproduksi
Periode pascapartum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hami. Perubahan fisiologi pada msa
ini jelas merupakan kebalikan dari proses kehamilan. Pasa saatmasa nifas
perubahan-perubahan fisiologi terutama pada alat-alat genetalia eksterna maupun
interna, dan akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.
( Asih, 2016 )
a. Uterus
1) Pengerian rahim (involusi)
Involusi merupakan suatu peroses kembalinya uterus pada kondisi sebelum
hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisan luar dari disidua yang
mengelilingi situasi plasenta akan menjadi neurotic (layu/mati).
Perubahan ini dapat diketahui dengan malakukan pemeriksaaan palpasi
untuk meraba di mana TFU-nya (tinggi fundus uterus).
a) Pada saat bayi lahir, fundus uteri setinggi pusat dengan berat 1000 gram

31
b) Pada akhir kala III, TFU teraba 2 jari dibawah pusat.
c) Pada 1 minggu post partum, TFU teraba pertengahan pusat simpisis
dengan berat 500 gram
d) Pada 2 minggu post partum, TFU teraba diatas simpisis denan berat
350gram
e) Pada 46 minggu post partum, fundus uteri mengecil (tak teraba) dengan
berat 50 gram. ( Sulistyawati, 2015 )
b. Vulva
Pada vulva akan mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar
selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6 – 8 minggu
post partum, sehingga kembali kepada keadaan tidak hamil dan labia menjadi
lebih menonjol. ( Maritalia, 2014 ).
c. Vagina
Vagina selama proses persalinan akan mengalami hal yang sama dengan vulva.
Terutama saat melahirkan bayi. Setelah 3 minggu vagina kembali kepada
keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan
muncul kembali. Sesuai dengan fungsinya sebagai bagian lunak jalan lahir dan
merupakan saluran yang menghubungkan cavum uteri dengan tubuh bagian
luar, vagina juga berfungsi sebagai saluran tempat untuk mengeluarkan sekret
selama proses masa nifas disebut dengan lokhea. ( Maritalia, 2014 ).
d. Perineum
Perubahan pada perinium pasca melahirkan terjadi pada saat perinium
mengalami robekan. Ukuran vagina akan selalu besar dibandingkan saat
sebelum persalinan pertama.
2. Perubahan Sistem Pencernaan
Ibu menjadi lapar dan siap untuk makan pada 1-2 jam setelah bersaliin. Konstipasi
dapat menjadi masalah pada awal puer-perium akibat dari kurangnya makanan dan
pengendalian diri terhadan BAB, ibu dapat melakukan mendengalikan diri terhadap
BAB karena kurang pengetahuan dan kekhawatiran lukanya akan terbuka bila BAB.
Selama proses persalinan dan pada awal masa postpartum, diare sebelum persalinan,
kurang makan, atau dehidrasi. Ibu sering kali sudah menduga nyeri saaf defekasi

32
karena nyeri yang dirasakan diperinium akibat episiotomi, laserasi atau hemoroid.
Kebiasaan buang air yang teratur perlu dicapai kembali setelah tonus usus kembali
setelah tonus usus kembali normal.( Asih, 2016 )
Selain konstipasi ibu juga mengalami anoreksia akibat penurunan dari sekresi, serta
penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan kerangnya nafsu makan.
( Sulistyawati, 2015 )
3. Perubahan Sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, bisanya ibu akan sulit untuk buang air kecil
dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab dari keadaan ini adalah terhadap
spasme sinkter dan edema leher kandungan kemih sesudah bagian ini mengalami
kompresi (tekanan) antara kapala janin dan tulang pubis selama persalinan
berlansung.
Urin dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam 12-36 jam post partum. Kadar
hormon esterogen yang bersifat menahan air akan mengalami penukaran yang
mencolok. Keadaan tersebut disebut “deuresis” ureter yang berdilatasi akan kembali
normal selama 6 minggu. ( Sulistyawai,2015 )
4. Perubahan sistem musculoskeletal
Adaptasi sistem muskuloskeletal ibu yang terjadi mencakup hal-hal yang dapat
membantu relaksasi dan hipermobilitas sndi dan perubahan pusat berat ibu akibat
pembesaran uterus. Stabilisasi sndi lengkap akan terjadi pada minggu ke 6 sampai
minggu ke-8 setelah wanita melahirkan.
Striae pada abdomen tidak dapat menghilang sempurna tapi berubah menjadi
halus/samar, garis putih keperakan. Dinding abdomen menjadi lembek setelah
persalinan karena teregang selama kehamilan.
Beratnya juga diatasis tergantung pada faktor-faktor penting termasuk keadaan
umum ibu, tonus otot, aktivitas/ pergerakan yang tepat, paritas, jarak kehamilan,
kejadian/kehamilan dengan overdistensi. Faktor-faktor tersebut membuuhkan waktu
lama untuk mengembalikan kembalinya tonus otot. ( Asih, 2016 )
5. Perubahan sistem endokrin
Perubahan sistem endokrin yang berperan yaitu hormon plasenta, hormon pituitary,
hormon pituitary ovarium, dan hormon esterogen.

33
6. Perubahan sistem Pernafasan
Saat bersalin, respirasi dapat meningkat karena ketegangan atau stres akibat nyeri
kontraksi. Pada kala II, ibu perlu meningkatkan frekuensi pernapasannya untuk
mengimbangi peningkatan konsumsi oksigen oleh miometrium yang berkontraksi
dan menjaga cadangan oksigen dalam darah tersimpan dirongga vili korialis untuk
kebutuhan pertukaran oksigen dari darah janin ( Astuti, 2015 )
7. Perubahan sistem hematologi
Lekositosis meningkat, sel darah putih sampai berjumblah 15.000 selama persalinan,
tetap meningkat beberapa hari pertama postpartum. Jumlah sela darah putihdapat
meningkat lebih lanjut ampai 25.000-30.000 di luar keadaan patologi jika ibu
mengalami partus lama. Hb, Ht dan eritrosit jumlahnya didalam awal puerperium.
( Astuti, 2015 )
8. Perubahan tanda-tanda vital
Tekanan darah seharusnya setabil dalam kondisi normal. Temperatur kembali
normal dari sedikit meningka selama periode intrapartum dan menjadi setabil dalam
24 jam pertama postpartum, nadi dalam keadaan normal kecuali partus lama dan
persalinan sulit
2.3.4 Deteksi Dini Komplikasi Pada Masa Nifas dan Penanganan
Deteksi dini masa nifas adalah memantau kondisi ibu dan bayi pasca persalinan
dalam rangka menghindari komplikasi yang mungkin terjadi.
( Sri Astuti, 2015)
1. Perdarahan Pervaginam
Perdarahan pervaginam yang melebihi 500ml setelah bersalin didefinisikan
sebagai perdarahan pasca persalinan.
Beberapa masalah mengenai definisi ini :
a. Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya kadang-
kadang hanya setengah dari biasanya.Darah tersebut bercampur dengan cairan
amnion atau dengan urine, darah juga tersebar pada spon, handuk dan kain di
dalam ember dan di lantai.

34
b. Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar
haemoglobin ibu.Seorang ibu dengan kadar Hb normal dapat menyesuaikan
diri terhadap kehilangan darah yang akan berakibat fatal pada anemia.
Jenis-jenis perdarahan pervaginam :
1) Atonia Uteri
Atonia uteri adalah gagalnya uterus yang berkontraksi dengan baik setelah
persalinan.Faktor predisposisinya meliputi : Umur yang terlalu muda/terlalu
tua, paritas ( multipara dan grandemulti), partus lama, uterus terlalu renggang
atau besar (pada gemelli, bayi besar), kelainan uterus, faktor sosial ekonomi.
(Yusari dan Hj.Risneni, 2016)
2) Robekan Jalan Lahir
Dalam waktu yang cepat bidan harus dapat melakukan tindakan penyelamatan
sebelum ibu mengalami syok hipovelemik.Deteksi yang dapat dilakukan
adalah senantiasa siaga ketika melakukan pertolongan persalinan. (Ari
Sulistyawati, 2015)
Klasifikasi robekan perineum menurut Yusari dan Hj.Risneni, 2016 :
Tingkat 1
Robekan hanya pada selaput lendir vagina atau tanpa mengenai kulit perineum.
Tingkat 2
Robekan mengenaiselaput lenidr vagina dan otot perinea transversalis, tapi tidak
mengenai springter ani.
Tingkat 3
Robekan mengenai seluruh perineum dan otot springter ani.
Tingkat 4
Robekan sampai mukosa rectum.
Penangannya :
1) Kaji lokasi robekan
2) Lakukan penjahitan sesuai dengan lokasi dan derajat robekan
3) Pantau kondisi pasien
4) Berikan antibiotika profilaksis dan roborantia serta diet TKTP (Tinggi
Kalori Tinggi Protein)

35
3) Retensio Plasenta
Keadaan ketika plasenta belum lahir dalam waktu lebih dari 30 menit setelah bayi
lahir.Penyebab : plasenta belum lepas dari dinding uterus.Menurut pelekatannya di
bagi menjadi : plasenta normal, plasenta adesiva, plasenta inkreta, plasenta akreta,
plasenta perkreta, plasenta sudah lepas akan tetapi belum dilahirkan.
4) Tertinggalnya sisa plasenta
Jika ditemukan adanya kotiledon yang tidak lengkap dan masih adanya perdarahan
pervaginam, padahal plasenta telah lahir,Pengkajian dilakukan saat in partu, bidan
menentukan danya retensio sisa plasenta jika menemukan adanya kotiledon yang
tidak lengkap dan masih adanya perdarahan pervagina, padahal plasenta sudah
lahir.
Penanganan : Manual plasenta , prasat cede
5) Inversio Uteri
Inversio uteri pada waktu persalinan biasanya disebabkan oleh kesalahan dalam
memberi pertolongan pada kala III.Kejadian inversio uteri sering disertai dengan
adanya syok.Perdarahan merupakan faktor terjadinya syok, tetapi tanpa perdarahan
syok tetap dapat terjadi karena tarikan kuat pada peritoneum, kedua ligamentum
infundibulo-pelvikum, serta ligamentum rotundum.Syok dalam hal ini, tindakan
operasi biasanya lebih dipertimbangkan, meskipun tidak menutup kemungkinan
dilakukan reposisi uteri terlebih dahulu. ( Ari Sulistyawati, 2015 )
2. Infeksi Masa Nifas
Gejala umum infeksi dapat dilihat dari temperature atau suhu pembengkakan
takikardi dan malaise.Sedangkan gejala lokal dapat berupa uterus lembek,
kemerahan dan rasa nyeri pada payudara atau adanya disuria.Ibu berisiko
terjadi infeksi post partum karena adanya luka pada bekas pelepasan plasenta,
laserasi pada saluran genital termasuk episiotomi pada perineum, dinding
vagina, dan serviks, infeksi post SC yang mungkin terjadi.
a. Penyebab infeksi : bakteri endogen dan bakteri eksogen
b. Faktor predisposisi : nutrisi yang buruk, defisiensi zat besi, persalinan
lama, ruptur membran, episiotomi, SC.

36
c. Gejala Klinis : endometritis tampak pada hari ke 3 post partum disertai
dengan suhu yang mencapai 390C dan takikardi, sakit kepala, kadang juga
terdapat uterus yang lembek
d. Manajemen : ibu harus diisolasi ( Dr.Taufan Nugroho, 2014 )
Infeksi pada vulva, vagina dan serviks
a. Vulvitis
Pada infeksi bekas sayatan episiotomi atau luka perineum jaringan
sekitarnya membengkak, tepi luka menjadi merah dan bengkak, jahitan
mudah terlepas, dan luka yang terbuka menjadi ulkus dan mengeluarkan
pus.
b. Vaginitis
Infeksi vagina dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau melalui
perineum. Permukaan mukosa membengkak dan kemerahan, terjadi ulkus,
dan getah mengandung nanah yang keluar dari ulkus. Penyebaran dapat
terjadi, tetapi pada umumnya infeksi tinggal terbatas.
c. Servisitis
Infeksi servik juga sering terjadi, akan tetapi biasanya tidak menimbulkan
banyak gejala. Luka servik yang dalam, meluas, dan langsung ke dasar
ligamentum latum dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke
parametrium. ( Yusari Asih dan Hj.Risneni, 2016 )
3. Pre-Eklamsia atau Eklamsia
a. Sakit Kepala
Sakit kepala bisa terjadi selama kehamilan dan sering merupakan
ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan.Sakit kepala yang
menunjukkan masalah serius adalah sakit kepala yang menetap dan tidak
hilang setelah beristirahat.Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat
tersebut ibu mungkin merasa penglihatannya jadi kabur atau
terbayang.Sakit kepala dalam kehamilan adalah salah satu gejala dari
preeklamsia.

37
b. Pembengkakan di wajah
Deteksi melalui : Data subjektif (ibu mengatakan wajah dan kakinya
membengkak, ibu mengatakan sesak nafas dan gampang capek, ibu
mengatakan badan terasa lemas).Data Objektif : KU ibu kelihatan
menurun/lemah, Vital sign : Nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun,
suhu normal, dan pernafasan meningkat, terdapat oedem pada wajah
sampai berwarna biru, pasien kelihatan pucat, ujung jari pucat sampai
berwarna biru, berkeringat, aktivitas berkurang (Yusari dan Risneni, 2016 )
2.3.5 Kebutuhan Gizi Ibu Nifas
1. Energi
Penambahan kalori sepanjang 3 bulan pertama pasca persalinan mencapai 500
kkal. Rekomendasi ini berdasarkan pada asumsi bahwa tiap 100 cc ASI
berkemampuan memasok 67077 kkal. Efisiensi konversi yang terkandung dalam
makanan menjadi energy susu sebesar rata-rata 80% dengan kisaran 76-94%
sehingga dapat diperkirakan besaran energy yang diperlukan untuk menghasilkan
100 cc susu sekita 85 kkal. Rata-rata produksi ASI 800 cc yang berarti
mengandung 600 kkal. Sementara itu, kalori yang dihabiskan untuk
mengahasilkan ASI sebanyak itu adalah 750 kkal. Jika laktasi berlangsung selama
lebih dari 3 bulan, selama itu pula berat badan ibu akan menurun, yang berarti
jumlah kalori tambahan harus ditingkatkan.
2. Protein
Selama menyusui, ibu membutuhkan tambahan protein di atas normal sebesar 20
gram/hari. Dasar ketentuan ini adalah tiap 100 cc ASI mengandung 1,2 gram
protein. Dengan demikian, 830 cc ASI mengandung 10 gram protein. Efisiensi
konversi protein makanan menjadi protein susu hanya 70% (dengan variasi
perorangan). Peninngkatan kebutuhan ini ditujukan bukan hanya untuk
transformasi menjadi protein susu, tetapi juga untuk sintesis hormone yang
memproduksi (prolaktin), serta yang mengeluarkan ASI (oksitosin). Selain nutrisi
yang tidak kalah penting untuk ibu menyusui adalah cairan (air minum) kebutuhan
minimal adalah 3 liter sehari. Dengan asumsi 1 liter setiap 8 jam dalam beberapa

38
kali minum, terutama setelah selesai menyusui bayinya. Anjuran yang
berhubungan dengan pemenuhan gizi ibu menyususi, antara lain :
a. Mengkonsumsi tambahan kalori tiap hari sebanyak 500 kalori
b. Makanan dengan diet berimbang, cukup protein, mineral, an vitamin.
c. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari, terutama setelah menyusui.
d. Mengkonsumsi tablet zat besi selama masa nifas.
e. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar dapat memberikan
vitamin A kepada bayinya melalui ASI. ( Ari Sulistyawati, 2015 )
3. Ambulasi Dini (Early Ambulation)
Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk secepat mungkin membimbing pasien
keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya untuk berjalan. Menurut
penelitian, ambulasi dini tidak mempunyai pengaruh yang buruk, tidak
menyebabkan perdarahan yang abnormal, tidak mempengaruhi penyembuhan luka
episiotomy, dan tidak memperbesar kemungkinan terjadinya prolapse uteri atau
retrofleksi. Ambulasi dini tidak bolh pada pasien dengan penyakit anemia,
jantung, paru-paru , demam, dan keadaan lain yang membutuhkan istirahat.
Keuntungan ambulasi dini :
a. Pasien merasa lebih sehat dan lebih baik
b. Memungkinkan bidan untuk memberikan bimbingan kepada ibu
mengenai cara merawat bayinya
c. Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia (lebih ekonomis) ( Ari
Sulistyawati, 2015 )
4. Kebersihan Diri
Merupakan upaya untuk memelihara kebersihan tubuh mulai dari pakaian,
kebersihan dari ujung rambut sampai kaki. Pada daerah genitalia perlu
mendapatkan perhatian yang lebih karena terdapat pengeluaran cairan/darah
lokhea. Tujuan melakukan personal hygiene:
a. Meningkatkan derajat kesehatan
b. Mengurangi resiko infeksi
c. Memberikan rasa nyaman
d. Memperbaiki personal hygiene yang kurang

39
2.3.6 Kunjungan Masa Nifas
Paling sedikit 4x kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi
baru lahir, untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah yang terjadi.
Kunjungan dalam masa nifas antara lain:
Tabel 2.4 Kunjungan Masa Nifas
No Jadwal kunjungan Waktu
1. 1 6 jam – 3 hari pasca persalinan
2. 2 4 hari – 28 hari
3. 3 29 hari – 42 hari
Sumber : Permenkes RI No. 97 Tahun 2014
Adapun asuhan yang diberikan selama ibu masa nifas menurut Permenkes RI No. 97
Tahun 2014 adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu.
2. Pemeriksaan tinggi fundus uteri.
3. Pemeriksaan lochea dan perdarahan.
4. Pemeriksaan jalan lahir.
5. Pemeriksaan payudara dan anjuran untuk memberikan ASI Eksklusif.
6. Pemberian kapsul vitamin A.
7. Pelayanan kontrasepsi pasca persalinan.
8. Konseling.
9. Penanganan resiko tinggi dan komplikasi pada masa nifas
2.4 Konsep Bayi Baru Lahir
2.4.1 Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu
dengan berat lahir antara 2500-4000 gram.
Bayi baru lahir normal bayi yang lahir cukup bulan, 38-42 minggu dengan berat
badan sekitar 2500-3000 gram dan panjang badan sekitar 50-55 cm. ( Sondakh
Jenny, 2013 )
2.4.2 Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir
1. Berat badan lahir bayi antara 2500-4000 gram.
2. Panjang badan bayi 48-50 cm.

40
3. Lingkar kepala bayi 33-35 cm.
4. Lingkar dada bayi 32-34 cm.
5. Bunyi jantung dalam menit pertama kurang lebih 180 kali/menit, kemudian turun
sampai 140-120 kali/menit pada bayi berumur 30 menit.
6. Pernapasan cepat pada menit-menit pertama kira-kira 80 kali/menit disertai
pernapasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan interkostl, serta rintihan
hanya berlangsung 10-15 menit.
7. Kulit kemerah-merahan.
8. Rambut laguno telah hilang, rambut kepala tumbuh baik.
9. Kuku agak panjang dan lemas.
10. Genetalia : testis sudah turun ( pada laki-laki ), dan labia mayora telah menutupi
labia minora ( pada perempuan ).
11. Refleks isap, moro, dan menelan telah berbentuk.
2.4.3 Adaptasi Bayi Baru Lahir
1. Konsep adaptasi bayi baru lahir normal:
a. Memulai segera pernafasan dan perubahan dalam pola sirkulasi.
b. Dalam 24 jam setelah lahir, sistem ginjal, gastrointestinal, hematologi, metabolik,
dan sistem neurologis bayi baru lahir harus berfungsi secara memadai untuk
mempertahankan kehidupan ekstrauteri. ( Sondakh, 2013 )
2. Adaptasi pada bayi baru lahir
a. Sistem pernafasan
Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 detik sesudah
kelahiran. Pernafasan ini dapat timbul sebagai akibat aktifitas normal sistem saraf
pusat dan perifer yang dibantu oleh beberapa rangsangan. Semua ini
menyebabkan perangsangan pusat pernafasan dalam otak melanjutkan rangsangan
1) Pernafasn awal dipicu oleh faktor fisik, sensorik dan kimia
2) Frekuensi pernafasan bayi baru lahir sekitar 30-60 kali permenit.
3) Sekresi lendir mulut dapat menyebabkan bayi batuk dan mutah, terutama
selama 12-18 jam pertama.

41
4) Bayi baru lahir lazimnya bernafas melalui hidung. Reflek terhadap obstruksi
nasal dan membuka mulut untuk mempertahankan jalan nafas tidak ada pada
sebagian besar bayi sampai 3 minggu setelah kelahiran. ( Sondakh, 2013 )
b. Peredaran Darah
Saat bayi lahir, paru akan mengembang yang akan mengakibatkan tekanan arteriol
dalam paru menurun yang diikuti dengan menurunya tekanan pada jantung kanan.
Kondisi ini menyebabkan tekanan jantung kiri lebih besar dibandingkakn tekanan
jantung kanan. Hal ini terjadi pada jam-jam pertama setelah kelahiran.
Aliran darah pada paru pada hari pertama adalah 4-5 liter/ menit/ m 2. Aliran darah
sistolik pada hari pertama rendah yaitu 1,96 liter/ menit/ m2 dan bertambah pada
hari ke dua dan ketiga karena penutupan duktus arteriosus. Tekanan darah pada
waktu lahir dipengaruhi oleh jumlah darah yang melalui transfusi plasenta yang
pada jam-jam pertama sedikit menurun, kemudian naik kembali dan menjadi
konstan kira-kira 85/40 mmHg. ( Dewi, 2013 )
c. Perubahan Termoregulasi Dan Metabolik
Sesaat sesudah bayi lahir, bayi berada di tempat yang suhunya lebih rendah dari
dalam kandungan dan dalam keadaan basah. Suhu lingkungan yang tidak baik
akan menyebabkan bayi menderita hipotermi dan trauma dingin ( cold injury ).
Bayi baru lahir dapat mempertahankan suhu tubuhnya dengan mengurangi
konsumsi energi, serta merawatnya di dalam natural thermal environment ( NTE ),
yaitu suhu lingkungan rata-rata dimana produksi panas, pemakaian oksigen dan
kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan adalah minimal agar suhu tubuh menjadi
normal.
1) Suhu bayi dapat turun beberapa derajat karena lingkungan eksternal lebih
dingin daripada lingkungan pada uterus.
2) Suplai lemak subkutan yang terbatas dan area permukaan kulit yang besar
dibandingkan dengan berat badan yang menyebabkan bayi mudah
menghantarkan panas pada lingkungan.

42
3) Kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan yang dingin terjadi melalui :
a) Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitar yang kontak dengan
langsung dengan tubuh bayi ( pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek
lain melalui kontak langsung ). Sebagai contoh : menimbang bayi tanpa
alas timbangan, memegangi bayi saat tangan dingin dan menggunakan
stetoskop dingin untuk pemeriksaan BBL.
b) Radiasi
Panas dipancarkan dari BBL keluar tubuhnya ke lingkungan yang lebih
dingin.
Contoh : membiarkan BBL dalam keadaan telanjang, atau menidurkan
berdekatan dengan ruangan yang dingin.
c) Konveksi
Panas hilang dari tubuh bayi keudara sekitarnya yang sedang
bergerak(jumlah panas yang hilang tergantung pada kecepatan dan suhu
udara).
Contoh : menempatkan BBL dekat jendela atau membiarkan bayi
diruangan yang terpasang kipas.
d) Evaporasi.
Panas hilang melalui penguapan yang bergantung pada kecepatan dan
kelembapan udara ( megubah cairan menjadi uap ). ( Sondakh, 2013 )
d. Metabolisme
Luas permukaan tubuh neonatus relatif lebih luas dari tubuh orang dewasa,
sehingga metabolisme basal per kg berat badan akan lebih besar.oleh karena itu,
BBL harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru sehingga energi dapat
diperoleh dari metabolisme karbohidrat dan lemak.
Pada jam-jam pertama kehidupan, energi didapatkan dari perubahan karbohidrat.
Pada hari kedua, energi berasal dari pembakaran lemak. Setalah mendapatkan
ASI, sekitar di hari keenam energi diperoleh dari lemak dan karbohidrat yang
masing-masing sebesar 60 dan 40 %.

43
e. Keseimbangan Air Dan Fungsi Ginjal
Tubuh BBL mengandung relatif banyak air. Kadar natrium juga relatif lebih besar
dibandingkan dengan kalium karena ruangan ekstraseluler yang luas. Fungsi
ginjal belum sempurna karena :
1) Laju filtrasi glomerulus relatif lebih rendah pada saat lahir disebabkan oleh
tidak adekuatnya area permukaan kapiler glomelurus.
2) Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa.
3) Renal blood flow relatif kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa.
( Dewi, 2013 )
f. Adaptasi Hati
1) Hati terus membantu pembentukan darah.
2) Selama neonatus, hati memproduksi zat esensial untuk pembekuan darah.
3) Penyimpanan zat besi cukup meadi bagi bayi sampai umur 5 bulan.
4) Hati mengontrol bilirubin tak terkonjugasi yang bersikulasi, pigmen berasal
dari hemoglobin dan dilepaskan bersamaan dengan pemecahan sel-sel darah
merah.
5) Bilirubin tidak terkonjugasi dapat meninggalkan sisten vaskular dan menembus
jaringan ekstravakular, dan membran mukosa menyebabkan warna kulit yang
disebut ikterus.
6) Pada stres dingin yang lama, glikolisis anaerobik terjadi, yang mengakibatkan
peningkatan produksi asam. Asidosis metabolik terjadi dan jika terjadi defek
fungsi perpanasan, asidosis respiratorik dapat terjadi. Asam lemak yang
berlebihan menggeser billirubin dari tempat-tempat pengikatan albumin.
Peningkatan kadar billirubin tidak berikatan yang bersirkulasi mengakibatkan
peningkatan risiko ikterus bahkan pada kadar bilirubin serum 10 mg/dl atau
kurang. ( Sondakh, 2013 )
g. Adaptasi Gastrointestinal
1) Enzim-enzim digestif aktif saat lahir dan dapt menyokong kehidupan
ekstrauterin pada kehamilan 36-38 minggu.
2) Perkembangan otot dan reflek yang penting untuk menghantarkan makanan
sudah terbentuk saat lahir.

44
3) Pencernaan protein dan karbohidrat telah tercapai, pencernaan dan absorpsi
lemak kurang baik karena tidak adekuatnya enzim-enzim pankreas dan lipase.
4) Kelenjar saliva imatur saat lahir : sedikit saliva diolah sampai bayi berusia 3
bulan.
5) Mengeluarka mekonium disekresikan dalam 24 jam pada 90 % bayi baru lahir
yang normal.
6) Bayi baru lahir sebagian bisa langsung menyusu saat IMD, sebagian ada yang
memerlukan waktu 48 jam untuk menyusu secara efektif.
2.4.4 Penatalaksanaan Awal Bayi Baru Lahir
1. Menjaga agar suhu bayi tetap hangat
Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperaturnya sendiri secara memadai, dan dapat
dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak segera dicegah. Bayi yang
mengalami kehilangan panas (hipotermi) berisiko tinggi untuk jatuh sakit dan
meninggal. Bayi prematur dan berat badan rendah sangat rentan terhadap terjadinya
hipotermia. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kehilangan panas adalah
sebagai berikut:
a. Mengeringkan tubuh bayi secara seksama
b. Letakkan bayi agar terjadi kontak kulit ibu dan ke kulit bayi
c. Selimuti bayi serta pakaikan topi pada kepala bayi
d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya.
e. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
2. Pemberian ASI
Rangsangan isapan bayi pada putting susu ibu akan diteruskan oleh serabut saraf ke
hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin. Hormon ini akan memicu
payudara untuk menghasilkan ASI. Semakin sering bayi menghisap puting susu akan
semakin banyak prolaktin dan ASI yang dikeluarkan. Posisi ibu saat menyusui
sangatlah menentukan keberhasilan pemberian ASI dan mencegah lecet putting susu.
Tanda posisi bayi menyusu dengan baik :
a. Dagu menyentuh payudara ibu
b. Mulut terbuka lebar
c. Hidung bayi mendekati dan kadang-kadang menyentuh payudara ibu

45
d. Mulut bayi mencangkup sebanyak mungkin areola (tidak hanya putting saja).
e. Lidah bayi menopang putting dan areola bagian bawah
f. Bibir bawah bayi melengkung keluar
g. Bayi menghisap kuat dalam secara perlahan dan kadang-kadang disertai dengan
berhenti sesaat.
3. Pencegahan infeksi
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Saat melakukan penanganan bayi baru
lahir, pastikan untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi sebagai berikut.
a. Cuci tangan terlebih dahulu sebelum maupun sesudah kontak dengan bayi
b. Pakai sarung tangan bersih saat menangani bayi yang belum dimandikan
c. Pastikan bahwa semua peralatan, termasuk klem, gunting dan benang tali pusat
telah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril.
d. Pastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan bayi
telah dalam keadaan bersih.
4. Pencegahan infeksi mata
Tetes mata atau salep mata harus diberikan dalam waktu satu jam pertama setelah
kelahiran. Upaya profilaksis untuk gangguan pada mata tidak akan efektif jika tidak
diberikan pada satu jam pertama.
5. Pemberian vitamin K1
Semua bayi baru lahir harus mendapatkan vitamin K1 injeksi setelah 1 jam kontak
kulit ibu dengan bayi dan bayi selesai menyusu. Pemberian vitamin K1 injeksi ini
bertujuan untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang dapat
dialami oleh sebagian BBL.
6. Pemberian imunisasi
Imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi hepatitis B terhadap bayi,
terutama jalur penularan ibu-bayi. Imunisasi hepatitis B pertama diberikan 1 jam
setelah pemberian vitamin K1, atau pada saat bayi berumur 2 jam.(Ai Nurasiah, 2012 )

46
2.5 Konsep Keluarga Berencana
2.5.1 Pengertian keluarga berencana
Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak dan jarak
kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu, Pemerintah mencanangkan program
atau cara untuk mencegah dan menunda kehamilan ( Sulistyawati, 2013 )
Keluarga berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta
masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga
kecil, bahagia, dan sejahtera. ( Yuhedy, 2014 )
2.5.2 Tujuan program keluarga berencana
Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga kecil sesuai
dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran
anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya Kebijakan Keluarga Berencana (KB) bertujuan untuk
mengendalikan pertumbuhan penduduk melalui usaha penurunan tingkat kelahiran.
( Sulistyawati, 2013 ).
2.5.3 Definisi IUD
IUD adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang
bentuknya bermacam-macam terdiri dari plastik (polietylen). Ada yang dililit tembaga
atau Cu. Tembaga dan perak (Cu + Ag) ada pula yang tidak bertembaga.(Sarwono,
2011).
2.5.4 Macam-macam AKDR
1. AKDR Generasi Pertama
Upper Loop (Spiral)
Berbentuk spiral atau huruf S ganda terbuat dari plastik (polythyline), dan ciri-ciri
baja anti karat (cincin cina).
2. AKDR Generasi Kedua, dengan jangka pemakaian 4 tahun
a. CUT 200 B : Bentuk huruf T batangnya dililit tembaga.
b. CUT : Bentuk angka 7 batangnya dililit tembaga.
c. ML Cu 250 : Berbentuk 2/3 lingkaran elips yang bergerigi batangnya dililit
tembaga.

47
3. AKDR Generasi Ketiga
a. CUT 380 A
Berbentuk T dengan lilitan tembaga yang banyak dan jangka pemakaian 10
tahun
b. ML CU 375
Batangnya dililiti dengan tembaga berlapis perak dan jangka pemakaian 5
tahun.
c. Nova T
Batang dan lengannya dililiti tembaga berlapis perak dan jangka pemakaian 5
tahun.
4. IUD yang mengandung hormon progesterone diperbolehkan penggunaannya oleh
badan pengawas makanan dan obat di Amerika, sedangkan IUD yang mengandung
hormon leveno (gestre) diperbolehkan penggunaannya di Finlandia. Fungsi IUD
yang mengandung hormon tersebut di atas merangsang uterus untuk mengeluarkan
sel-sel darah putih sehingga membunuh sperma.
(BKKBN, 2011)
2.5.5 Keuntungan AKDR
Menurut Saifudin (2010), Keuntungan IUD yaitu:
a. Sebagai kontrasepsi, efektifitasnya tinggi Sangat efektif → 0,6 - 0,8 kehamilan /
100 perempuan dalam 1 tahun pertama ( 1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan).
b. AKDR dapat efektik segera setelah pemasangan.
c. Metode jangka panjang ( 10 tahun proteksi dari CuT – 380A dan tidak perlu
diganti)
d. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat –ingat
e. Tidak mempengaruhi hubungan seksual
f. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil
g. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR ( CuT -380A)
h. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
i. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak
terjadi infeksi)
j. Dapat digunakan sampai menopause ( 1 tahun atau lebih setelah haid terakhir)

48
k. Tidak ada interaksi dengan obat – obat
l. Membantu mencegah kehamilan ektopik.
2.5.6 Kerugian KB IUD
Menurut Saifudin (2010), Kerugian IUD:
1. Efek samping yang mungkin terjadi:
a. Perubahan siklus haid ( umum pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah
3 bulan).
b. Haid lebih lama dan banyak
c. Perdarahan ( spotting ) antar menstruasi.
d. Saat haid lebih sakit
2. Komplikasi Lain :
a. Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan
b. Merasa sakit dan kejang selama 3 – 5 hari setelah pemasangan
c. Perdarahan berat pada waktu haid atau di antaranya yang memungkinkan
penyebab anemia
d. Perforasi dinding uteru (sangat jarang apabila pemasangannya benar)
3. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
4. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering
berganti pasangan
5. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR.
PRP dapat memicu infertilitas
6. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik terganggu karena fungsi AKDR
untuk mencegah kehamilan normal
2.5.7 Indikasi pemakaian IUD
1. Usia reproduktif
2. Keadaan multipara
3. Menginginkan penggunaan kontrasepsi jangka panjang
4. Menyusui dan menginginkan menggunakan kontrasepsi
5. Tidak menyusui bayinya
6. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
7. Risiko rendah dari IMS

49
8. Tidak menghendaki metode hormonal
9. Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari
2.5.8 Kontraindikasi pemakaian IUD
1. Kehamilan.
2. Gangguan perdarahan (perdarahan haid hebat dan perdarahan di luar haid).
3. Radang alat kelamin.
4. Curiga tumor ganas di alat kelamin.
5. Tumor jinak rahim.
6. Kelainan bawaan rahim.
7. Erosia pada portio yang pathologis.
8. Alergi terhadap logam.
9. Berkali-kali terkena infeksi panggul atau endometritis pasca keguguran/pasca salin
dalam waktu 3 bulan terakhir. (BKKBN, 2011)
2.5.9 Saat pemasangan IUD
a. Usia reproduktif
b. Keadaan multipara
c. Menginginkan penggunaan kontrasepsi jangka panjang
d. Menyusui dan menginginkan menggunakan kontrasepsi
e. Tidak menyusui bayinya
f. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
g. Risiko rendah dari IMS
h. Tidak menghendaki metode hormonal
i. Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari
Petunjuk bagi klien
1. Kembali memeriksakan diri setelah 4 sampai 6 minggu pemasangan AKDR.
2. Selama bulan pertama mempergunakan AKDR, periksalah benang AKDR
secara rutin terutama setelah haid.
3. Setelah bulan pertama pemasangan hanya perlu memeriksakan keberadaan
benang setelah haid apabila mengalami :
a. Kram/kejang diperut bagian bawah.
b. Perdarahan spotting diantara haid atau setelah senggama.

50
c. Nyeri setelah senggama atau apabila pasangan mengalami tidak nyaman
selama melakukan hubungan seksual.
Copper T 380 A perlu dilepas setelah 10 tahun pemasangan tetapi dapat
dilakukan lebih awal apabila diinginkan :
1. Tidak dapat meraba benang AKDR
2. Merasakan bagian yang keras dari AKDR
3. AKDR terlepas
4. Siklus terganggu/melesat
5. Terjadi pengeluaran cairan dari vagina yang mencurigakan
6. Adanya infeksi
2.5.10 Penanganan efek samping
a. Amenorea
Periksa apakah sedang hamil. Apabila tidak jangan dilepas, tetapi selidiki
penyebabnya, bila hamil, sarankan untuk melepas IUD usia kehamilan kurang
dari 13 minggu.
b. Kejang
Pastikan dan tegaskan adanya PRP dan penyebab lain dari kekejangan
tanggulangi penyebabnya apabila ditemukan.
c. Perdarahan vagina yang hebat dan tidak teratur
Pastikan dan tegaskan adanya infeksi pelvik dan kehamilan ektopik. Apabila
tidak ada kelainan patologis, perdarahan berlanjut serta perdarahan bebas,
lakukan konseling dan pemantauan.
d. Benang yang hilang
Periksa apakah klien hamil, bila tidak hamil dan AKDR masih ditempat, tidak
ada tindakan yang perlu dilakukan bila tidak yakin AKDR masih berada di
dalam rahim dan klien tidak hamil, maka klien dirujuk untuk dilakukan
pemeriksaan rontgen / USG.
e. Cairan vagina/dugaan penyakit radang panggul
Bila penyebabnya kuman gonokokus atau klamidia, cabut AKDR dan berikan
pengobatan yang sesuai. (Saifuddin,2010)

51
2.5.11 Prosedur pemasangan IUD
1. Persiapan alat
a. Bivalve spekulum (kecil, sedang, besar)
b. Tenakulum
c. Sonde uterus
d. Forcep/korentang
e. Gunting
f. Mangkuk untuk larutan antiseptik.
g. Sarung tangan (yang telah di DDT atau di sterilisasi atau sarung tangan
periksa yang baru).
h. Cairan antiseptik (misal : Povidon Iodin)
i. Kain kassa atau kapas.
j. Sumber cahaya yang cukup untuk menerangi servik (lampu senter sudah
cukup).
k. Cooper T 380 A IUD yang masih belum rusak dan terbuka.
2. Persiapan akseptor
a. Konseling Awal
1) Sapa klien dan perkenalkan diri anda dan tanyakan tujuan
kedatangannya.
2) Berikan informasi umum tentang KB.
3) Berikan informasi tentang jenis kontrasepsi yang tersedia dan resiko
serta keuntungan dari masing-masing kontrasepsi.
4) Jelaskan apa yang bisa diperoleh dari kunjungannya.
b. Konseling metode khusus
1) Berikan jaminan kerahasiaan klien.
2) Kumpulkan data-data pribadi klien.
3) Tanyakan tujuan KB yang diinginkan.
4) Tanyakan agama / kepercayaan klien yang mungkin menentang
penggunaan salah satu metode KB
5) Diskusikan kebutuhan, pertimbangan dan kekhawatiran klien dengan
sikap yang simpatik.

52
6) Bantu klien untuk memilih metode yang tepat.
7) Bila klien memutuskan memilih IUD.
8) Jelaskan kemungkinan efek samping IUD, sampai benar-benar
dimengerti oleh klien.
c. Konseling Pra Pemasangan
1. Lakukan anamnese secara cermat untuk memastikan tidak ada masalah
kondisi kesehatan sebagai pemakai IUD.
2. Jelaskan bahwa perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan panggul dan
jelaskan apa yang akan dilakukan serta persilahkan klien untuk
mengajukan pertanyaan.
3. Pastikan klien sudah mengosongkan kandung kemihnya dan mencuci
kemaluannya dengan sabun.
4. Cuci tangan dengan sabun dan keringkan dengan handuk bersih.
5. Bantu klien naik ke meja pemeriksaan.
6. Palpasi daerah perut dan periksa apakah ada nyeri, tumor atau kelainan
lainnya di daerah suprapubic.
d. Tindakan Pra Pemasangan
1. Jelaskan pada klien tentang proses pemasangan IUD dan apa yang
akan klien rasakan pada saat proses pemasangan dan setelah
pemasangan dan persihlakan klien untuk mengajukan pertanyaan.
2. Memasukkan lengan AKDR Cu T 380 A kedalam kemasan sterilnya.
Langkah 1:Pastikan benang AKDR seluruhnya berada di tabung
inserter, dan ujung tabung inserter yang berlawanan dengan ujung
yang berhubungan dengan AKDR berada di dekat pembuka kemasan.
Langkah 2:Letakkan kemasan di atas permukaan datar, keras dan
bersih. Dengan kertas penutup yang transparan berada di atas. Buka
kertas penutup di bagian ujung yang berlawanan dari tempat AKDR
sampai kira-kira setengah jarak dari leher biru.
Langkah 3:Angkat kemasan dengan memegang bagian yang sudah
dibuka (hati-hati jangan sampai AKDR keluar dari tabung inserter).
Kedua bagian kertas penutup yang sudah terbuka dilipat ke setiap

53
sisinya dan dipegang saat mengangkat, sehingga pendorong tetap steril
waktu dimasukkan ke dalam tabung inserter. Dengan tangan yang lain,
masukkan pendorong ke dalam tabung inserter dan dorong hati-hati
sampai menyentuh ujung batang AKDR.
Langkah 4:Letakkan kembali kemasan pada tempat datar dengan
bagian transparan menghadap ke atas.
Langkah 5:Pegang dan tahan kedua ujung lengan AKDR dari atas
penutup transparan dengan jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri.
Tangan kanan mendorong kertas pengukur dari ujung kemasan yang
sudah dibuka sampai ke ujung kemasan yang masih tertutup, sehingga
lengan AKDR berada diatas kertas pengukur. Sambil tetap memegang
kedua ujung lengan, dorong inserter dengan tangan kanan sampai ke
pangkal lengan sehingga kedua lengan akan terlipat mendekati tabung
inserter.
Langkah 6:Tahan kedua lengan yang sudah terlipat tersebut dengan
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri. Tarik tabung
inserter melewati kedua ujung lengan, kemudian dorong kembali dan
putar sampai kedua ujung lengan masuk ke dalam tabung inserter dan
terasa ada tahanan yaitu pada batas lempengan tembaga. Bagian
lengan yang mempunyai lempengan tembaga tidak bisa dimasukkan ke
dalam tabung inserter, sehingga tabung inserter jangan didorong ke
atas terus kalau sudah terasa ada tahanan.
Langkah 7:Leher biru pada tabung inserter digunakan sebagai tanda
kedalaman kavum uteri dan petunjuk ke arah mana lengan akan
membuka saat dikeluarkan dari tabung inserter. Pegang leher biru dari
atas penutup transparan dan dorong tabung inserter sampai jarak antara
ujung lengan yang terlipat dengan ujung leher biru bagian depan
(dekat batang AKDR) sama panjangnya dengan kedalaman kavum
uteri yang telah diukur dengan sonde. Putar tabung inserter sampai
sumbu panjang leher biru berada pada posisi horizontal sebidang
dengan lengan AKDR.

54
Langkah 8:AKDR sekarang siap untuk dipasang pada uterus. Buka
seluruh penutup transparan secara hati-hati. Pegang tabung inserter
yang sudah berisi AKDR sebelum tabung inserter mencapai fundus.
Sebelum dipasang, tabung inserter jangan sampai tersentuh permukaan
yang tidak steril agar tidak terkontaminasi.( Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi, 2011 )
3. Prosedur pemasangan IUD
a. Pakai sarung tangan baru yang steril atau DTT
b. Pasang spekulum vagina untuk melihat serviks.
c. Usap vagina dan servik dengan larutan antiseptik 2 – 3 kali.
d. Jepit servik dengan tenakulum dengan hati-hati.
e. Masukkan sonde uterus dengan teknik tidak menyentuh.
f. Tentukan posisi dan kedalaman kavum uteri dan keluarkan sonde.
g. Ukur kedalaman kavum uteri pada tabung inserter yang masih berada di dalam
kemasan sterilnya dengan menggeser leher biru pada tabung inserter kemudian
buka seluruh plastik penutup kemasan.
h. Angkat tabung IUD dari kemasan tanpa menyentuh permukaan yang tidak steril,
hati-hati jangan sampai pendorongnya terdorong.
i. Pegang tabung IUD dengan leher biru dalam posisi horizontal (sejajar dengan
lengan IUD) dengan tidak menyentuh peralatan lain yang belum digunakan.
j. Pegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengna satu tangan.
k. Lepaskan lengan IUD dengan teknik withdrawal.
l. Keluarkan pendorong kemudian tabung inserter didorong kembali ke serviks
sampai leher biru menyentuh serviks atau terasa adanya tahanan.
m. Keluarkan sebagian tabung inserter dan gunting benang IUD ± 3 – 4 cm
n. Keluarkan seluruh tabung inserter, buang ke tempat sampah.
o. Lepaskan tenakulum dengan hati-hati, rendam dalam larutan klorin 0,5 %
p. Periksa serviks bila ada perdarahan bekas jepitan tenakulum tekan dengan kassa
selama 30 – 60 detik.
q. Keluarkan spekulum dengan hati-hati, rendam dalam larutan klorin 0,5 %.

55
4. Konseling pasca pemasangan
a. Ajarkan pada klien cara memeriksa sendiri benang IUD dan kapan harus
dilakukan.
b. Jelaskan pada klien apa yang harus dilakukan bila mengalami efek samping.
c. Beritahu kapan klien harus datang kembali ke klinik untuk kontol.
d. Ingatkan kembali masa pemakaian IUD Cu T 380 A 8 – 10 tahun.
e. Yakinkan klien bahwa ia dapat datang ke klinik setiap saat bila perlu konsultasi,
pemeriksaan medik atau bila menginginkan IUD tersebut di lepas.
f. Minta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan.
g. Lengkapi rekam medik dan kartu IUD untuk klien.( BKKBN. 2010 )

56
BAB III
Tinjauan Kasus
3.1 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Kunjungan Antenatal Care
Tanggal Periksa : 04 juni 2018
Tempat : PMB.Hj Sri Hartatik,Amd.Keb
A. Data Subjektif
1. Biodata
Nama Klien : Ny. “ N” Nama Suami : Tn “G”
Umur : 31 tahun Umur : 36 tahun
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
Penghasilan : 2.000.000 Penghasilan : 3.000.000
Alamat : Jl.Letjen S.Parman Alamat : Jl.Letjen S. Parman
2. Keluhan Utama
Tidak ada keluhan
3. Riwayat Kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti ( HIV AIDS, TBC ),
tidak pernah menderita penyakit menurun ( Tekanan darah tinggi, asma ) dan tidak
pernah menderita penyakit menahun ( paru dan ginjal ).
4. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular seperti ( HIV AIDS, TBC ),
tidak sedang menderita penyakit menurun ( tekanan darah tinggi, asma ), dan tidak
sedang menderita penyakit menahun ( paru, jantung, dan ginjal )
5. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular seperti
( HIV AIDS, TBC ), tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti ( tekanan
darah tinggi, asma, Diabetes melitus ), dan dalam keluarga tidak ada yang menderita
penyakit menahun seperti ( ginjal, paru dan jantung ).

57
6. Riwayat Haid
Menarche : 15 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 7 hari
Jumlah : 3 kali ganti pembalut/ hari
Warna : Merah
Bau : Khas
Keputihan : -
Keluhan : Tidak ada
HPHT : 09-09-2017
TP : 16-06-2018
7. Riwayat Perkawinan
Menikah : 1 kali
Lama : 9 tahun
Umur pertama menikah : 23 tahun
Jumlah Anak :1
8. Riwayat kehamilan ,persalinan dan nifas yang lalu
No Kehamilan Persalinan Anak Nifas
Ha Su UK Pe Car Peny SE B HP Ma Hidu Ha Meny
mil am nol a ulit X B IA ti p ri usui
ke i on L
g

1 1 1 39- Bid Spt - P 2 H - 8 40 Ya


40 an .
8

58
9. Riwayat kehamilan sekarang
TM I : Ibu mengatakan sering mual muntah, ibu kemudian periksa ke bidan
dan dari bidan diberikan obat anti mual dan menganjurkan ibu untuk
banyak istirahat, banyak minum air putih dan tetap menjaga pola
makannya
TM II : Ibu mengatakan mual muntahnya sudah berkurang, ibu tetap rutin
kontrol kehamilannya, ibu mendapatkan tablet tambah darah dari bidan,
dan ibu dianjurkan untuk banyak istirahat, dan tetap menjaga pola
nutrisinya
TM III : Ibu mengatakan saat ini tidak ada keluhan dan ibu dianjurkan untuk rutin
minum tablet tambah darah dan ibu dianjurkan untuk makan-makanan
yang bergizi.
10. Riwayat KB
Ibu mengatakan pernah menggunakan KB suntik 3 bulan selama 8 tahun dan tidak
ada keluhan.Ibu berencana menggunakan KB IUD
11. Pola Kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi : Ibu makan 3 kali sehari dengan lauk ( nasi, ikan, tempe, tahu, telur ) dan
buah seperti jeruk, minum 6-7 gelas sehari dan dalam keluarga ibu ada pantangan
makanan durian.
b. Eliminasi : Ibu mengatakan BAB kurang lebih 1-2 kali sehari dengan konsistensi
lunak, dan BAK kurang lebih 5-6 kali/hari, warna jernih.
c. Istirahat : Ibu mengatakan istirahat siang kurang lebih 2 jam dan malam kurang
lebih 8 jam
d. Aktivitas : Ibu mengatakan melakukan aktivitas rumah seperti mencuci, mengepel
dan berjualan
e. Personal Hygiene : Ibu mengatakan mandi 2 kali/hari, gosok gigi setiap kali
mandi, mengganti CD dan baju dalam setelah mandi atau pada saat sudah dalam
keadaan kotor.
f. Rekreasi: Ibu mengatakan jarang melakukan rekreasi
12. Riwayat Psikososial
a. Psikologi

59
Ibu mengatakan sangat senang dengan kehamilannya dan ibu sangat
mengharapkan persalinannya
b. Sosial
Ibu mengatakan berhubungan baik dengan suami, keluarga dan masyarakat
sekitar
c. Budaya
Ibu mengatakan menganut budaya jawa dan dalam keluarga ada pantangan
makanan berupa tidak boleh makan durian selama kehamilan
d. Spiritual
Ibu mengatakan menganut agama islam dan rajin melaksanakann ibadah sholat 5
waktu
A. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah: 110/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,60c
RR : 21 x/menit
BB sebelum hamil : 51 kg
BB saat ini : 65 kg
TB :158 cm
Lila : 26 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kepala : Tampak simetris, bersih, rambut tidak rontok, tidak ada oedema
Wajah : Tidak ada oedema, tidak terlihat pucat
Mata : Sklera putih, konjungtiva merah muda, simetris
Hidung : Simetris dan tidak tampak adanya polip
Telinga : Simetris, tidak ada secret

60
Mulut : Bersih, tidak ada sariawan, tidak ada caries gigi
Leher : Tidak tampak pembesaran kelenjar tyroid, limfe dan vena jugularis
Dada : Tampak simetris, puting susu menonjol
Abdomen: Pembesaran uterus sesuai usia kehamilan dan tidak ada bekas luka
operasi
Ekstremitas :
Atas : Simetris , pergerakan aktif
Bawah : Simetris, tidak tampak oedema, tidak tampak varises
b. Palpasi
Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe dan vena
jugularis
Payudara: tidak teraba nyeri tekan pada payudara
Abdomen :
Leopold I : TFU 32 cm , 3 jari dibawah px, pada bagian atas teraba
bulat,lunak,tidak melenting ( Bokong janin )
Leopold II : Pada bagian kiri perut ibu teraba memanjang, keras, datar seperti
papan ( Punggung janin ) dan bagian kanan teraba bagian kecil janin.
Leopold III : Pada bagian bawah perut ibu teraba bulat, keras , dan tidak dapat
digerakkan ( Kepala janin
Leopold IV : Pada bagian terbawah kepala sebagian sudah masuk PAP.
c. Auskultasi
DJJ : 128 x/m
Bising usus :+
Ronchi/Wheezing: -
d. Perkusi
Reflek patela : +/+
e. Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 11,5 gr/dl ( Data diambil dari buku KIA ibu, hasil test pada
tanggal 24-03-2018
Golongan Darah : A
\

61
I. IDENTIFIKASI MASALAH /DIAGNOSA
Dx : Ny. “N”usia 31 tahun G2P1001Ab000 usia kehamilan 38-39 minggu dengan janin
tunggal hidup intrauterin kehamilan resiko rendah
Ds : Ibu mengatakan tidak ada keluhan
Do :
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah: 110/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,60c
RR : 21 x/menit
BB sebelum hamil : 51 kg
BB saat ini : 65 kg
TB :158 cm
Lila : 26 cm
Inspeksi
Abdomen : Pembesaran uterus sesuai usia kehamilan dan tidak ada bekas luka
operasi
Palpasi
Abdomen :
Leopold I : TFU 32 cm ( 3 jari dibawah px ) ,pada bagian atas teraba bulat, lunak,
tidak melenting ( Bokong janin )
Leopold II : Pada bagian kiri perut ibu teraba memanjang, keras, datar seperti papan
( Punggung janin ) dan pada bagian kanan teraba bagia kecil janin.
Leopold III : Pada bagian bawah perut ibu teraba bulat, keras , dan tidak dapat
digerakkan ( Kepala janin)
Leopold IV : Pada bagian terbawah kepala sebagian sudah masuk PAP.

62
II. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL
-
III.IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
-
IV. INTERVENSI
Dx : Ny. “N”usia 31 tahun G2P1001Ab000 usia kehamilan 38-39 minggu dengan janin
tunggal hidup intrauterin kehamilan resiko rendah
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan ibu dapat mengerti tentang
kondisi diri dan janinnya serta tidak terjadi komplikasi kehamilan
Kriteria hasil :
Keadaan Umum : Baik
TTV :
Tekanan darah : 110/80-130/90 mmHg
Nadi : 60-90 x/ menit
Pernafasan : 16-24 x/menit
Suhu : 36,50-37,50c
Intervensi :
1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan
R/ Dengan mengetahui kondisi ibu dan janinnya, ibu dapat mengerti dengan keadaannya
sekarang dan ibu merasa lega
2. Beritahu ibu banyak istirahat dan banyak minum air putih
R/ Agar ibu tidak terlalu lelah
3. Beritahu ibu untuk sering jalan-jalan dan banyak bergerak
R/Agar dapat membantu turunnya kepala janin
4. Jelaskan tentang tanda bahaya kehamilan
R/ agar ibu dapat mendeteksi secara dini jika terjadi hal-hal yang memungkinkan terjadi
serperti KPD dan perdarahan dari jalan lahir
5. Beritahu ibu untuk rutin minum tablet fe
R/ Untuk mencegah terjadinya anemia
6. Jelaskan pada ibu tentang tanda-tanda persalinan
R/ dengan begitu ibu dapat mengantisipasi dengan segera periksa kebidan

63
7. Jelaskan temtang persiapan persalinan
R/ dengan dilakukan persiapan persalinan ibu tidak bingung jika memilih persalinan
jika sudah waktunya
8. Berikan KIE tentang personal hygiene dan pola nutrisi
R/ agar membantu ibu terhindar dari infeksi dan pola gizi ibu tetap terjaga dengan baik
9. Anjurkan ibu untuk kunjungan 1 minggu / sewaktu-waktu jika ada komplikasi
R/ untuk mengetahui perkembangan kehamilannya
V. IMPLEMENTASI
Hari/Tanggal : Senin, 04-06 -2018
Jam : 10.45
Dx : Ny. “N”usia 31 tahun G2P1001Ab000 usia kehamilan 38-39 minggu janin
tunggal hidup intrauterin dengan kehamilan resiko rendah
Implementasi
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan
2. Memberitahu ibu banyak istirahat dan banyak minum air putih
3. Memberitahu ibu untuk sering jalan-jalan dan banyak bergerak
4. Menjelaskan tentang tanda bahaya kehamilan
5. Memberitahu ibu untuk rutin minum tablet fe
6. Menjelaskan pada ibu tentang tanda-tanda persalinan
7. Menjelaskan temtang persiapan persalinan
8. Memberikan KIE tentang personal hygiene dan pola nutrisi
9. Menganjurkan ibu untuk kunjungan 1 minggu / sewaktu-waktu jika ada komplikasi
VI. EVALUASI
Hari/Tanggal : Senin, 04-06 -2018
Jam : 10.45
Dx : Ny. “N”usia 31 tahun G2P1001Ab000 usia kehamilan 38-39 minggu janin
tunggal hidup intrauterin dengan kehamilan resiko rendah
Evaluasi
1. Ibu mengerti dan paham dengan keadaan ibu dan janinnya
2. Ibu mengerti untuk banyak istirahat dan banyak minum air putih

64
3. Ibu mengerti untuk sering jalan-jalan sehat guna mempercepat turunnya kepala janin
4. Ibu mengerti tentang tanda-tanda bahaya kehamilan
5. Ibu bersedia untuk rutin minum tablet fe
6. Ibu mengerti tentang tanda bahaya persalinan
7. Ibu mengerti tentang persiapan persalinan
8. Ibu mengerti untuk selalu menjaga kebersihannya serta pola nutrisinya
9. Ibu bersedia untuk kontrol ke bidancbn

3.1 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Intranatal Care


Kala I Fase Laten
Hari/tanggal : Jumat, 08 juni 2018
Jam : 01.30 WIB
S : Ibu mengeluh perutnya kenceng-kenceng disertai keluar lendir
bercampur darah, dan kenceng-kencengnya makin sering dirasakan.
O :Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, Tekanan darah 110/80
mmHg, N: 82 x/menit,S : 36,60c, congjungtiva merah muda, sklera
putih, leopold I ( TFU 28 cm, teraba bulat, lunak,kurang melenting
perabaan bokong ), leopold II ( teraba datar, keras, dan memanjang
seperti papan perabaan punggung, pada bagian kanan teraba bagian
kecil janin ), leopold III ( dibagian bawah perut ibu teraba bulat, keras,
tidak dapat digerakkan, perabaan kepala ), leopold IV perabaan 2/5, DJJ
: 138 x/m, his : 3x10’40”, V/V lendir bercampur darah, pembukaan 3
cm ( pemeriksaan dalam dilakukan oleh bidan ), eff : 35 %, ketuban +,
bagian terdahulu kepala.
A : Ny. “N” Usia 31 tahun G2P1001Ab000 Usia kehamilan 39-40 minggu
janin tunggal hidup intrauterin dengan inpartu kala 1 fase laten
P :
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa
pemeriksaan dalam keadaan normal. Dengan hasil tanda-tanda
vital dalam batas normal yaitu Tekanan darah 110/80 mmHg, N :

65
82 x/menit,S : 36,60c, RR : 24 x/m kondisi ibu dan janin dalam
keadaan baik-baik saja.
2. Menyiapkan alat dan bahan berupa 1 set alat partus, 1 set alat
hecting, perlengkapan ibu, perlengkapan bayi dan perlengkapan
lainnya.
3. Menganjurkan ibu untuk tarik napas panjang kemudian keluar dari
mulut pada saat disela-sela kontraksi guna mengurangi rasa sakit
yang dialami ibu.
4. Menganjurkan ibu untuk tidur miring kiri agar dapat membantu
mempercepat turunnya kepala janin ke jalan lahir.
5. Menganjurkan ibu untuk jalan-jalan disekitar kamar bersalin
dengan dimpingi bidan atau keluarga pasien.
6. Menganjurkan ibu untuk BAK jika ibu ingin kencing dengan
didampingi bidan atau keluarga.
7. Menganjurkan ibu untuk minum dan makan roti di sela-sela
kontraksi guna memberi tenaga pada ibu jika pada saat persalinan
nanti.
8. Melakukan observasi kemajuan persalinan tiap 4 jam ( TD, suhu,
Pembukaan.
9. Melakukan observasi tiap 30 menit ( DJJ, His, Nadi )
Kala II
Jam : 04.30
S : Ibu mengatakan sudah tidak kuat lagi dan ibu merasakan ingin meneran.
O : Keadaan umum baik, kesadaran composmentis. Tekanan darah 110/70 mmHg,
N: 82 x/menit, S: 36,60c, RR: 24 x/m, congjungtiva merah muda, sklera putih, His
4 x 10’45”, adanya tekanan pada anus, perineum menonjol, dan vulva membuka,
v/v lendir darah, Ø lengkap, eff tidak teraba, selaput ketuban (+), bagian terdahulu
kepala, bagian terendah UUK, molase 0, tidak ada bagian kecil janin yang teraba.
A :Ny. “N” Usia 31 tahun G2P1001Ab000 Usia kehamilan 39-40 minggu janin
tunggal hidup intrauterin dengan inpartu kala II
P :

66
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa pembukaan sudah lengkap,
Ibu mengerti
2. Mengatur posisi ibu senyaman mungkin, Ibu dalam posisi melahirkan
yaitu posisi dorsal recumbent
3. Memecahkan ketuban, Ketuban sudah dipecahkan
4. Memfasilitasi ibu dengan pemenuhan nutrisi, Ibu diberi minum saat
sela-sela kontraksi
5. Memberikan dukungan mental dan spiritual kepada ibu agar ibu lebih
tenang dan bersemangat dalam menghadapi persalinannya, ibu telah
diberikan dukungan oleh keluarga dan bidan
6. Membimbing ibu cara meneran yang benar, ibu telah melakukan cara
meneran yang benar dengan mengedan seperti orang BAB
7. Menolong persalinan dengan 60 langkah APN dengan didampingi
keluarga dan suami ( Pukul 04.52 bayi lahir spontan, langsung
menangis, jenis kelamin perempuan,warna kulit merah masih terdapat
lanugo dan verniks kaseosa, gerak aktif.
8. Melakukan IMD ( inisiasi menyusui dini ) segera setelah bayi lahir,
telah dilakukan
Kala III
Jam : 04.52
S : Ibu mengatakan merasa mules dan merasa lega, senang atas kelahiran
bayinya.
O : K/u Ibu tampak sedikit kelelahan ,kesadaran :composmentis, uterus
tampak globuler, TFU setinggi pusat, kontraksi uterus baik, kandung
kemih kosong, terjadi semburan darah secara tiba-tiba ,terlihat tali pusat
memanjang
A : Ny. “N” Usia 31 tahun P2002Ab000 dengan inpartu kala III
P :
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa
saat ini ibu dalam masa pengeluaran plasenta

67
2. Menyuntikkan oksitosin 10 IU, secara IM pada paha ibu bagian
luar
3. Melakukan PTT, plasenta lahir lengkap jam 05.05
4. Melakukan masase fundus uteri sebanyak 15 kali
Kala IV
Hari/Tanggal : Jumat, 08 Juni 2018
Jam : 05.10
S : Ibu mengatakan perutnya masih terasa mules dan merasa senang atas
kelahiran anaknya.
O : K/u: baik, kesadaran composmentis, tekanan darah 110/80 mmHg N: 80
x/menit, S: 36,60C, RR: 20 x/menit TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi
uterus baik, kandung kemih kosong, perdarahan ± 50 cc, lokhea rubra
warna merah kehitaman, terdapat laserasi derajat I.
A : Ny. “N” Usia 31 tahun P2002Ab000 dengan inpartu kala IV
P :
1. Melakukan penjahitan perineum, Sudah dilakukan
2. Memberitahukan kepada ibu bahwa hasil pemeriksaan ibu dalam
keadaan normal dan ibu dalam masa observasi setelah 2 jam
persalinan
3. Melakukan masase uterus untuk memastikan kontraksi baik ,
Kontraksi dalam keadaan baik.
4. Mengajarkan ibu atau keluarga cara menilai kontraksi dan
melakukan massase uterus, Ibu dan keluarga mengerti
5. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum guna memulihkan
tenaga ibu, ibu diberikan nasi dengan lauk sayur, telur, ayam dan
teh manis.
6. Melakukan observasi selama 2 jam PP
Jam Waktu Tekanan Nadi Suhu TFU Kontraks Kandung Perdara
Ke darah i kemih han
I 05.30 110/80 80 36,6 2 jari Baik Kosong ± 50 cc
bawah

68
pusat
05.45 110/80 81 2 jari Baik Kosong ± 50 cc
bawah
pusat
06.00 110/80 80 2 jari Baik Kosong ± 50 cc
bawah
pusat
06.15 120/80 80 2 jari Baik Kosong ± 50 cc
bawah
pusat
2 07.00 110/80 83 36,8 2 jari Baik Kosong ± 25 cc
bawah
pusat
07.30 120/80 84 2 jari Baik Kosong ± 25 cc
bawah
pusat

3.2 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Post Natal Care


Hari/Tanggal : Jumat, 08 juni 2018
Jam : 14.00 WIB
S : Ibu mengeluh perutnya sedikit masih mules
O : Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TD 110/80
mmHg, N 83 x/menit, RR: 21 x/m, S: 36,6, konjungtiva merah
muda, sklera putih, puting susu menonjol, kolostrum sudah keluar,
TFU 2 jari dibawah pusat, konsistensi uterus keras, genetalia
tampak keluar lochea berwarna merah, perdarahan softek 25 cc.
A : Ny. “ N” Usia 31 tahun P 2002Ab000 dengan 8 jam Post Partum
Normal
P :
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam
keadaan normal

69
2. Memastikan kembali bahwa uterus berkontraksi dengan baik
3. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi miring kiri dan kanan
4. Menganjurkan ibu untuk tidak tahan kencing
5. KIE personal hygiene terutama di daerah genitalia
6. Memberikan KIE tentang nutrisi pada ibu nifas
7. Membimbing ibu cara menyusui yang baik dan benar
3.3 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
Hari/Tanggal : Jumat, 08 Juni 2018
Jam : 06.15 WIB
S : ibu mengatakan bayinya tidak ada keluhan, menangis kuat,
gerakannya aktif, bayinya sudah berhasil menyusui
O :Keadaan umum baik, BB: 2600 gram, PB: 48 cm, LK: 34 cm,
LIDA: 33 cm, N: 131 x/m, RR: 41 x/m, kepala tidak terdapat caput
sucedenum, konjungtiva merah muda, sklera putih, hidung
simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung, telinga simetris,
bibir normal, tidak tampak retraksi dada, abdomen tampak tali
pusat terbungkus kassa kering, genetalia: labia mayora sudah
menutupi labia minora, anus berlubang, Ekstremitas: kuku panjang
dan lemas, pergerakan aktif dan tidak ada polidaktili dan sindaktili.
Reflek: Moro(+), Rooting (+), menelan(+), menghisap (+),
Babynsky (+).
A : By.Ny “N” usia 1 jam bayi baru lahir normal
P :
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa bayinya
dalam keadaan normal, Ibu mengerti
2. Merawat tali pusat bayi dengan cara membungkus menggunakan
kassa kering, Tali pusat dalam keadaan terbungkus kassa
3. Memberikan bayi injeksi Vit K1 pada paha kiri bagian luar
dengan dosis 1 mg secara IM, Injeksi telah diberikan.
4. Menjaga kehangatan bayi, Bayi telah menggunakan baju, popok,
topi dan dibedong menggunakan kain bersih dan kering.

70
5. Memberikan bayi salep mata tetrasiklin 1% dari bagian mata yang
paling dekat dengan hidung menuju ke bagian luar mata dalam
satu garis lurus, Salep mata telah diberikan.
6. Memberikan suntikan imunisasi HB 0 dipaha kanan 0,5 ml
intramuskular, diberikan 1 jam setelah Vit K.
7. Memberi konseling kepada ibu untuk mengganti popok bayi
setelah BAB/BAK, Ibu mengerti.
3.4 Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana
Hari, tanggal: Jumat, 27 Juli 2018
Jam : 09.00 WIB
S : Ibu mengatakan ingin menggunakan KB spiral, selama masa nifas ibu belum
melakukan hubungan seksual, dan ibu masih menyusui secara ASI eksklusif
O : Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TD 110/80 mmHg, N: 82
x/menit, RR: 24 x/m, S: 36,5, wajah tidak oedema, tidak pucat, konjungtiva merah
muda, ASI diberikan, TFU tidak teraba, Genetalia bersih, tidak terdapat
pengeluaran pervaginam, ekstermitas atas dan bawah tidak oedema
A : Ny. “ N” Usia 31 tahun P2002Ab000 Dengan Akseptor Baru KB IUD
P :
1. Memberi lembar persetujuan untuk dilakukan pemasangan KB spiral, ibu sudah
setuju
2. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa kondisi ibu baik, Ibu
mengerti dengan kondisinya.
3. Melakukan pemasangan IUD sesuai SOP dengan baik dan benar segera setelah
49 Hari atau masa nifas. Spiral telah terpasang dan ibu bersedia.
4. Mengajarkan pada ibu cara memeriksa benang IUD yaitu pada saat setelah haid,
anjurkan ibu untuk memeriksa benang IUD dengan cara mencuci tangan,
masukkan jari tengah pada alat kemaluan ibu dan meraba benang IUD. Bila
benang teraba berarti IUD masih terpasang, bila tidak teraba kemungkinan IUD
terlepas, ibu mengerti cara memeriksa benang Spiral.

71
5. Menjelaskan kepada ibu bahwa perlu untuk dilakukan observasi setelah
pemasangan IUD, hal ini bertujuan untuk mengamati bila terjadi rasa sakit yang
amat sangat sehingga mungkin IUD perlu dicabut, ibu mengerti dan bersedia.
6. Memberitahukan ibu efek samping dan komplikasi alat kontrasepsi KB IUD
CUT 380A, Spiral telah terpasang serta ibu mengerti tentang efek samping dan
komplikasi Spiral.
7. Memberitahukan ibu bahwa lama pemakaian KB IUD ialah 10 tahun, dan
apabila sewaktu-waktu ibu ingin melepasnya ibu dapat kembali ke tenaga
kesehatan, ibu mengerti lama pemakaian Spiral.
8. Memberikan kartu KB pada ibu dan menganjurkan ibu untuk kontrol ulang 1
minggu lagi pada tanggal 3 Agustus 2018, atau apabila ibu ada keluhan ibu
segera kembali ketenaga kesehatan, ibu bersedia untuk kontrol sesuai
jadwalnya.
9. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, ibu mengerti dan bersedia untuk
mengatur waktu istirahat.
10. Mendokumentasikan tindakan.

72
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada hasil studi kasus ini peneliti menyajikan pembahasan dengan membandingkan
antara teori dengan asuhan kebidanan yang diterapkan pada Ny”N” mulai kehamilan trimester
III sampai dengan penggunaan alat kontrasepsi di PMB Hj. Sri Hartatik, Amd.Keb,
Purwantoro-Kabupaten Malang.
4.1 Kehamilan
Asuhan kehamilan pada Ny “N” dilaksanakan pada tanggal 04 Juni 2018 pukul
09.00 WIB. Pengkajian data subyektif meliputi biodata ibu dan biodata suami, menurut
Sulistyawati (2014) biodata merupakan data awal yang harus dikaji untuk mempermudah
pengkajian selanjutnya dan untuk menetukan diagnosa.
Keluhan Ny “N” saat dilakukan anamnesa yaitu ibu mengatakan tidak ada
keluhan dan keadaan ibu baik-baik saja.
Riwayat kesehatan Ny “N” mengatakan baik dia maupun keluarga tidak sedang
dan tidak pernah mengalami penyakit menular, penyakit keturunan maupun menyakit
menahun. Menurut Sulistyawati (2014), riwayat kesehatan perlu dikaji karena adanya
perubahan fisik dan fisiologis pada kehamilan yang melibatkan seluruh sistem dalam
tubuh akan memengaruhi organ yang mengalami gangguan. Data penting tentang riwayat
kesehatan pasien yang perlu seorang bidan ketahui, yaitu apakah pasien pernah atau
sedang menderita penyakit seperti jantung, diabetes militus, TBC, malaria, ginjal,
hipertensi, dan hepatitis.
Selama kehamilan ke-2 Ny “N” melakukan pemeriksaan kehamilan 8 kali. Waktu
kunjungan Ny “N” sudah sesuai dengan standar kunjungan kehamilan. Menurut
Sulistyawati (2014), pemeriksaan kehamilan sesuai dengan kebijakan Departemen
Kesehatan adalah minimal 4 kali, yaitu 1 kali kunjungan saat trimester pertama, 1 kali
kunjungan pada trimester kedua, dan 2 kali kunjungan saat kehamilan trimester tiga.
Namun sebaiknya kunjungan tersebut rutin dilakukan setiap bulan agar dapat segera
mendeteksi jika ada penyulit atau komplikasi kehamilan.

73
Menurut Permenkes, 2014 pemeriksaan ANC dilakukan sesuai standart 14T yang
terdiri dari ukur berat badan dan tinggi badan, ukur tinggi fundus uteri, pemberian tablet
Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan, pemberian imunisasi TT, pemeriksaan Hb,
pemeriksaan protein urine, pemeriksaan VDRL, pemeriksaan urine reduksi, perawatan
payudara, senam hamil, pemberian obat malaria, pemberian kapsul minyak yodium, temu
wicara/konseling. Pemeriksaan ANC Ny”N” hanya dilakukan 13 T karena Ny”N” telah
mendapatkan suntik TT lengkap hal ini didapat pada data subjektik pada kunjungan ANC
awal, pemberian tablet zat besi sudah 90 tablet, dan pada pemeriksaan lab tidak dilakukan
pemeriksaan dua kali dikarenakan pada kunjungan sebelumnya hasil pemeriksaan lab
pasien dalam batas normal yaitu 11,5 gr/dl yang dilakukan pemeriksaan lab pada bulan
maret 2018, pada data objektif yang mendukung untuk tidak perlu dilakukan pemeriksaan
lab ulang yakni pada pemeriksaan fisik semuanya dalam batas normal dan tidak
menunjukan kalau ibu terkena anemia dan tidak dilakukan tatalaksana/penanganan kasus
karena dari hasil pemeriksaan tidak didapatkan kelainan yang memerlukan penanganan
khusus sampai rujukan.
Pemeriksaan ANC yang dilakukan pada Ny “N” diantaranya, timbang badan
didapatkan hasil 65 kg, berat badan sebelum hamil 51 kg penambahan berat badan
selama kehamilan 14 kg, hasil ini normal. Menurut Sulistyawati, Ari (2014) selama
kehamilan TM II dan III pertumbuhan BB 0,5 kg perminggu. Hingga akhir kehamilan
pertambahan BB yang normal sekitar 13-15 Kg. Sedangkan pengukuran tinggi badan
sudah dilakukan sejak awal kehamilan ketika pertama kali datang periksa ke tenaga
kesehatan/ bidan, hasil yang didapatkan TB ibu adalah 158 cm. Hal ini menunjukkan
bahwa tinggi badan ibu masih normal dan tidak termaksuk dalam kategori resiko.
Menurut skor Poedji Rochjati (2015), tinggi badan ibu yang kurang dari 145 cm
termaksuk kategori ibu hamil dengan resiko.
Pengukuran tekanan darah Ny “N” didapatkan hasil 110/80 mmHg dan setiap kali
memeriksakan kehamilan tekanan darah Ny “N” berkisar antara 110/70-120/80 mmHg,
hal tersebut normal. Menurut Kemenkes RI (2015), pengukuran tekanan darah pada
setiap kali kunjungan antenatal di lakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan
darah ≥ 140/90 mmHg) pada kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema
wajah dan atau tungkai bawah dan atau proteinuria).

74
Pengukuran lingkar lengan atas Ny “N” di dapatkan hasil 26 cm, pengukuran
LILA ini dilakukan pada kehamilan trimester III, hasil yang didapat normal. Sebelumnya
pada kehamilan Trimester I ibu telah dilakukan pemeriksaan LILA oleh bidan. Menurut
Kemenkes RI (2015), pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh
tenaga kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamil berisiko kurang energi kronis
disini maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung lama
(beberapa bulan/tahun) dimana LILA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK
(kekurangan energi kronik) akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).
Pengukuran tinggi fundus uteri Ny “N” saat usia kehamilan 38-39 minggu
didapatkan hasil (32 cm) dengan cara menggunakan metlin, posisi bayi membujur dan
kepala bayi sudah masuk dalam rongga pintu atas panggul sehingga didapatkan tafsiran
berat janin menggunakan rumus Lohnson adalah (TFU-11) x 155 gram= 3255 gram.
Hasil tafsiran berat badan janin masih dalam batas normal menurut Jannah, Nurul (2012)
berat badan normal bayi baru lahir yaitu 2500-4000 gram sehingga pemeriksaan tafsiran
berat janin (TBJ) harus dilakukan agar lebih dini diketahui janin tersebut bisa melewati
jalan lahir atau tidak.
Pemeriksaan denyut jantung janin didapatkan hasil 128 x/menit teratur hasil yang
didapat normal menurut Permenkes (2014), DJJ normal adalah berkisar dari 120-160
kali/ menit DJJ lambat kurang dari 120 kali/ menit atau DJJ cepat lebih dari 160 kali/
menit menunjukkan adanya gawat janin, penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I
dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal.
Dari hasil kunjungan kehamilan pada Ny “N” didapatkan diagnosa kehamilan
resiko rendah karena berdasarkan data subjektif dan objektif, hal ini sesuai dengan teori
skor Poedji Rochjati (2015) dimana Ny “N” mendapat skor 2 yang termasuk dalam
klasifikasi kehamilan dengan resiko rendah dari kesimpulan tersebut didapatkan bahwa
Ny”N” dapat melahirkan di bidan dengan persalinan normal.
4.2.Persalinan
Persalinan dimulai dari Kala I yaitu anamnesa dilakukan pada tanggal 08 Juni 2018
pukul 01.30 WIB didapatkan keluhan Ny “N” perutnya terasa kenceng-kenceng lebih
sering dan disertai pengeluaran lendir bercampur darah dari jalan lahir, gerakan janin
dalam 24 jam terakhir aktif. Dilakukan pemeriksaan umum dan fisik dalam batas normal,

75
His: 3x10’40”. Pemeriksaan dalam tampak vulva vagina terdapat lendir darah,
pembukaan 3 cm, eff 35%, selaput ketuban utuh, presentasi kepala, bagian terendah
belum teraba, molage 0, hodge II, tidak ada bagian kecil janin disekitar kepala.
Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan Ny. “N” memasuki inpartu kala I fase
Laten. Menurut Sondakh, Jenny J.S (2013), tanda-tanda timbulnya persalinan yaitu
adanya his persalinan yang menimbulkan pembukaan dengan frekuensi tertentu,
keluarnya lendir darah dimana lendir dan Kala I fase laten yaitu dimulai dari pembukaan
1- 3 cm.
Pada kasus Ny. N kala I berlangsung mulai dari pukul 01.30 WIB sampai dengan
pukul 04.30 WIB. Menurut Sondakh, Jenny J.S (2013), pada multigravida kala I akan
berlangsung selama 8 jam, hal ini menunjukkan bahwa fakta di lapangan dengan teori
telah terjadi kesenjangan karena yang terjadi pada kala I Ny. N berlangsung selama 3
jam.
Menurut Sondakh, Jenny J.S (2013), ada beberapa faktor pendukung dalam proses
persalinan yaitu dengan adanya power, passenger, passage, psikologi dan penolong
kelima faktor ini sangat mendukung jalannya persalinan. Beberapa asuhan dilakukan
pada Ny “N” berkaitan dengan teori faktor-faktor pendukung dalam proses persalinan
diantaranya memenuhi kebutuhan nutrisi, menganjurkan melakukan tarik nafas panjang
saat terjadinya kontraksi hal tersebut dapat melemaskan otot-otot dan dapat mengontrol
keadaan mental ibu, psikologi yang baik saat proses persalinan dapat berakibat pada
power (his) yang baik pula, dan menganjurkan ibu berganti-ganti posisi seperti posisi
miring kiri yang dapat membantu mempercepat turunnya kepala bayi (Pessenger).
Kala II Ny.“N” mengeluh bahwa kenceng-kenceng yang ia alami semakin sering
dan ibu mengatakan ingin meneran, hasil pemeriksaan tampak tekanan pada anus,
perineum menonjol, vulva vagina dan sfingter ani membuka. Hasil pemeriksaan dalam
V/V tampak lendir darah, pembukaan lengkap, eff tidak teraba, ketuban negatif, bagian
terdahulu kepala, bagian terendah ubun-ubun kecil, molage 0, hodge IV, bagian kecil
yang menumbung tidak ada. Hasil pemeriksaan Ny “N” memasuki kala II persalinan.
Menurut Sondakh, Jenny J.S (2013), gejala dan tanda kala dua persalinan adalah ibu
merasakan ingin meneran bersamaan dengan adanya kontraksi, merasa adanya
peningkatan tekanan pada rektum atau vagina, perineum menonjol, vulva vagina dan

76
spingter ani membuka dan meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah, tanda pasti
kala II ditentukan melalui pemeriksaan dalam yang menunjukkan terdapat pembukaan
lengkap (10 cm) dan terlihatnya kepala bayi melalui introitus vagina.
Kala II Ny. N berlangsung sejak pukul 04.30 WIB pada tanggal 08 Juni 2018,
didapatkan data subyektif ada dorongan kuat seperti ingin meneran dan data obyektif
menunjukkan adanya vulva yang terbuka, perineum menonjol, pada VT didapatkan
pembukaan sudah lengkap, dan effacement tidak teraba. Menurut Sondakh, Jenny J.S
(2013), bahwa kala II dimulai saat pembukaan lengkap sampai bayi lahir dan disertai
tanda gejala HIS menjadi lebih kuat dan sering, timbul tenaga untuk meneran,
peningkatan tekanan pada rektum dan vagina. Lamanya kala II berlangsung selama 2 jam
pada primigravida dan 1 jam pada multigravida, namun hal ini memperlihatkan ketidak
sesuaian antara teori dan fakta. Hal ini dikarenakan pada kasus Ny. “N” kala II dimulai
sejak pukul 04.30 WIB sampai dengan pukul 04.52 WIB yang berarti hanya berlangsung
selama 22 menit, hal ini disebabkan karena adanya kontraksi yang adekuat yaitu lamanya
HIS 4x.10’.45’’ dan kekuatan ibu dalam mengedan, hal ini sesuai dengan teori dari jenny
sondakh ( 2013 ), yang menyatakan kontraksi persalinan yang sebenarnya adalah
kontraksi yang berlangsung selama 40-60 detik, terjadi disetiap 10 sampai 20 menit atau
satu jam, kemudian kontraksi terjadi menjadi lebih sering yang menyebabkan terjadinya
pembukaan mulut rahim.
Setelah bayi lahir pukul 04.52 WIB kemudian dilakukan pengkajian dan didapatkan
data subyektif ibu mengeluh perutnya mules-mules serta data obyektif pada pemeriksaan
abdomen uterus ibu globuler, TFU setinggi pusat, kontraksi baik dan pada genetalia
tampak semburan darah tiba-tiba dan tali pusat memanjang. Lama kala III pada ibu
adalah 13 menit. Menurut Sondakh, Jenny J.S (2013), kala III yaitu dimulai dari lahirnya
bayi sampai dengan lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Tanda-
tanda lepasnya plasenta yaitu uterus bentuk globuler dan tinggi fundus setinggi pusat, tali
pusat memanjang dan terdapat semburan darah tiba-tiba. Berdasarkan teori dan fakta di
atas Ibu telah memasuki kala III persalinan dan kala III berlangsung normal karena
plasenta lahir sebelum 30 menit, sehingga dapat disimpulkan bahwa fakta dilapangan
sesuai dengan teori.

77
Asuhan setelah plasenta lahir dilakukan pengkajian data subyektif yaitu ibu
mengeluh perutnya terasa mules-mules dan pada pemeriksaan obyektif yaitu TFU 2 jari
di bawah pusat, kontraksi uterus baik dan kandung kemih kosong dan lochea yang keluar
berwarna merah. Menurut Kumalasari, Intan (2015), pada akhir kala III TFU 2 jari di
bawah pusat yang disebabkan karena berkontraksinya myometrium.
Kala IV melakukan pemeriksaan dengan hasil pemeriksaan Ny”N” terdapat robekan
dijalan lahir derajat I sehingga harus dilakukan hecting. Menurut ( JNPK-KR, 2008 )
tujuan dilakukannya penjahitan pada laserasi perineum adalah menyatukan kembali
jaringan tubuh dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu. Hasil pemeriksaan
didapat tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, pengeluaran lochea rubra,
kandung kemih kosong, hal tersebut normal menurut ( Sondakh, 2013 ) perubahan
fisiologis pada kala IV diantaranya uterus terletak ditengah abdomen kurang lebih 2/3
antara simpisis pubis sampai umbilikus, uterus yang berkontraksi baik dapat
menyebabkan pengeluaran lokhea tidak akan terlihat banyak.
Asuhan yang dilakukan pada Ny”N” adalah observasi selama 2 jam post partum.
Menurut ( Sulistyawati, 2010 ) kala IV adalah pengawasan dari 1-2 jam setelah bayi dan
plasenta lahir yang meliputi memantau perdarahan, TTV, kontraksi, TFU, dan kandung
kemih, pada 1 jam pertama pemantauan dilakukan setiap 15 menit sekali, pada 1 jam
berikutnya dilakukan setiap 30 menit sekali. Hasil observasi kala IV pada Ny”N” tidak
terdapat komplikasi sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktek.
4.3. Nifas
Pada kunjungan post partum yang pertama ibu mengatakan perutnya masih sedikit
mules. Kemudian pada saat melakukan pemeriksaan didapatkan kontraksi uterus ibu baik,
TFU 2 jari di bawah pusat dan darah yang keluar berwarna merah (lochea rubra).
Menurut Sulistyawati (2015), pada ibu nifas terjadi involusi yang merupakan suatu proses
kembalinya uterus pada kondisi sebelum hamil yang disebabkan karena oksitosin yang
dilepas dari kelenjar hipofisis posterior menginduksi kontraksi myometrium yang saling
berkaitan dan kuat sehingga menyebabkan berubahnya TFU yaitu 2 jari di bawah pusat
pada akhir kala III dan lochea yang keluar pada hari pertama dan keempat berwarna
merah yang di sebut lochea rubra. Berdasarkan kasus dan teori di atas Ny. N dalam
keadaan normal sehingga dapat disimpulkan bahwa fakta dilapangan sesuai dengan teori.

78
4.4.Bayi Baru Lahir
Bayi Ny.N lahir tanggal 08 Juni 2018 pada pukul 04.52 WIB dan setelah
dilakukan pengkajian data dan didapatkan BB 2600 gr, PB: 48 cm, LD: 33 cm, LK: 34
cm, frekuensi jantung 131x/menit, pernafasan 41x/menit, Integumen: kulit berwarna
kemerah-merahan, Genetalia: labia mayora sudah menutupi labia minora, Reflek hisap,
moro, rooting, babynsky semua positif.
Namun pada saat bayi lahir, berat badan lahir 2 600 gram, jika dibandingkan
dengan tafsiran berat janin sangat jauh berbeda selisihnya dimana TBJ 3255 gram.
Menurut Sondakh, Jenny J.S (2013), ciri-ciri bayi baru lahir normal adalah berat badan
2500-4000 gram, PB: 47-52 cm, LD: 30-38 cm, LK: 33-35 cm, frekuensi jantung 120-
160x/menit, pernafasan 40-60x/menit, kulit kemerah-merahan dan licin, genetalia pada
perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora, Reflek hisap, moro, rooting,
babynsky semua positif. Berdasarkan teori dan kasus di atas bayi Ny. N dalam keadaan
normal sehingga dapat disimpulkan bahwa fakta dilapangan sesuai dengan teori.
Pada proses penatalaksanaan bayi baru lahir dilakukan perawatan tali pusat,
mengeringkan bayi dengan kain bersih dan kering, memfasilitasi IMD, pemberian salep
mata, menyuntikkan vit K pada paha kiri bayi 1 jam setelah lahir, dan menyuntikkan Hb0
1 jam setelah vit K, menunda bayi 6 jam untuk dimandikan. Hal tersebut sesuai dengan
penatalaksanaan bayi baru lahir. Menurut Rukiyah, Ai Yeyeh, dan Yulianti, Lia (2012),
bahwa asuhan bayi baru lahir meliputi pencegahan infeksi, penilaian awal, pemotongan
dan perawatan tali pusat, IMD, pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama
6 jam, kontak kulit bayi dan ibu serta selimuti kepala dan tubuh bayi, pencegahan
perdarahan melalui penyuntikkan vitamin K1 dosis tunggal di paha kiri, pemberian
imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha kanan, pencegahan infeksi mata
melalui pemberian salep mata antibiotika dosis tunggal, pemeriksaan bayi baru lahir,
pemberian ASI Eksklusif.
Pada kasus bayi Ny “N” telah dilakukan IMD. Fungsi dari IMD adalah langkah
awal dalam pemberian ASI kepada bayi. Saat bayi mengisap puting, maka hipofisis
posterior akan melepaskan hormon oksitosin sehingga akan membantu kontraksi uterus
dan mencegah adanya perdarahan.
4.6 KB

79
Setelah dilakukan konseling tentang macam-macam alat kontrasepsi yang tidak
mengganggu produksi ASI, menurut BKKBN diantaranya seperti KB MAL, senggama
terputus, metode barier, suntik 3 bulan, minipil ( pil progestin ), AKDR, dan kontrasepsi
mantap, konseling tersebut diberikan dikarenakan ibu ingin menunda kehamilan.
Setelah diberikan konseling tentang macam-macam alat kontrasepsi, ibu memilih
untuk menggunakan alat kontrasepsi IUD. Dikarenakan ibu merasa KB IUD tidak
mengganggu produksi ASI. Pada data subjektif ibu mengatakan ibu tidak pernah
melakukan hubungan seksual selama masa nifas terakhir, ibu masih menyusui secara
eksklusif, ibu tidak memiliki atau sedang memiliki riwayat penyakit menurun, menahun
maupun menular. Sehingga asuhan keluarga berencana pada Ny “ N” penulis melakukan
penatalaksanaan sebagaimana untuk akseptor KB IUD.
IUD adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang
bentuknya bermacam-macam terdiri dari plastik ( polietylen ). Ada yang dililit tembaga
atau Cu. Tembaga dan perak ( Cu + Ag ) adapula yang tidak bertembaga menurut
Sarwono, 2011. IUD sangat cocok untuk program postpartum oleh karena tidak
mengganggu laktasi
Ibu mulai menggunakan KB pada tanggal 27 Juli 2018, menurut teori penggunaan
KB IUD dimulai segera setelah melahirkan, atau 48 jam setelah melahirkan atau setelah
40 hari pasca melahirkan. Ny “N” dianjurkan untuk melakukan kunjungan ulang pada
tanggal 03 Agustus 2018 atau jika ada keluhan. Sehingga dapat disimpulkann Ny”N”
dalam keadaan normal dan tidak ada kesenjangan antara teori dengan asuhan yang
diberikan.

80
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Mahasiswa telah mampu melakukan Asuhan kehamilan mulai dari pengkajian,
identifikasi diagnosa, dan masalah kebidanan, antisipasi masalah potensial, identifikasi
kebutuhan segera, merencanakan dan melakukan evaluasi asuhan kebidanan pada
tanggal 23-05-2018 kepada Ny”N:”
2. Mahasiswa telah mampu melakukan Asuhan Persalinan Normal mulai dari
pengkajian. Identifikasi diagnose dam masalah kebidanan, antisipasi masalah
potensial, identifikasi kebutuhan segera, merencanakan asuhan kebidanan, melakukan
asuhan sesuai rencana asuhan kebidanan pada tanggal 08-06-2018 kepada Ny”N”
3. Mahasiswa telah mampu melakukan asuhan nifas mulai dari pengkajian, identifikasi
diagnosa, dan masalah kebidanan, antisipasi masalah potensial, identifikasi kebutuhan
segera, merencanakan asuhan kebidanan, melakukan asuhan sesuai rencana dan
melakukan evaluasi asuhan kebidanan pada tanggal 08-06-2018
4. Mahasiswa telah mampu melakukan asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir mulai
pengkajian, identifikasi diagnosa dan masalah kebidanan, antisipasi masalah potensial,
identifikasi kebutuhan segera, merencanakan asuhan kebidanan, melakukan asuhan
sesuai rencana dan melakukan evaluasi asuhan kebidanan pada tanggal 08-06-2018
kepada By Ny”N”
5. Mahasiswa telah mampu melakukan asuhan Keluarga Berencana mulai pengkajian,
identifikasi diagnose dan masalah kebidanan, antisipasi masalah potensial, identifikasi
kebutuhan segera, merencanakan asuhan kebidanan, melakukan asuhan sesuai rencana
dan melakukan evaluasi asuhan kebidanan pada tangggal 27-07-2018. Ibu sudah
dijelaskan tentang macam-macam alat kontrasepsi dan Ny”N” memilih kontrasepsi
IUD.

81
5.2 Saran
1. Bagi Penulis
Keterampilan dan ilmu yang dimiliki ditingkatkan lagi agar lebih kompeten dalam
memberikan konseling maupun penatalaksanan asuhan kebidanann tentang kehamilan,
persalinan, bayi baru lahir, nifas dan KB
2. Bagi Klien
Klien diharapkan tetap memeriksakan bayinya setiap bulan ke posyandu, tetap mengikuti
jadwal imunisasi sesuai dengan yang tercantum di buku KIA, tetap memberikan ASI
secara eksklusif selama 6 bulan tanpa tanmbahan apapun, untuk klien sendiri diharapkan
untuk tetap mengkonsumsi gizi seimbang yang sangat di perlukan untuk proses
menyusui, dan mengikuti tata aturan penggunaan KB sesuai dengan KB yang dipil ibu.
3. Bagi Lahan Praktek
Lahan praktek diharapkan lebih Meningkatkan pengetahuan kepada pasien maupun
masyarakat dengan upaya melaksanakan penyuluhan, agar masyarakat memahami dan
rutin memeriksakan kehamilannya pada tenaga kesehatan agar apabila terdapat
komplikasi pada kehamilan dapat segera diatasi
4. Bagi masyarakat
Diharapkan lebih kooperatif tentang masalah kesehatannya sendiri, dan untuk masyarakat
juga diharapkan untuk memeriksakan kesehatannya ke tenaga kesehatan manapun dengan
lebih rutin.

82
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Sri, 2015. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui, Erlangga
Asih, Yusari, 2016. Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui, Jakarta : Trans Info Medika
Hartanto, Hanafi. 2015. Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi, Jakarta :Pustaka Sinar Harapan
Hani, Ummi, dkk. 2014. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis, Jakarta :Salemba
Medika
Hutahaean, Serri. 2013. Perawatan Antenatal, Jakarta :Salemba Medika
Kamariyah, Nurul, dkk. 2014. Buku Ajar Kehamilan. Jakarta : Salemba Medika
Marliandiani, Yefi, dkk. 2015. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas dan Menyusui,
Jakarta :Salemba Medika
Maternity, Dainty, dkk. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan, Tangerang Selatan :Binarupa
Aksara
Nanny Lia Dewi, Vivian, 2013. Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita, Jakarta :Salemba
Medika
Nugroho, Taufan, dkk. 2014. Askeb Kehamilan, Yogyakarta :Nuha Medika
Sondakh, Jenny, dkk. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi BaruLahir,
Jakarta :Erlangga
Saputra, Lyndon, dkk. 2014. Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita, Tangerang Selatan :Binarupa
Aksara
Sunarsih, Tri, dkk. 2014.Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan, Jakarta : Salemba Medika
Sulistyawati, Ari, 2015. Asuhan Kebidanan Pada IbuNifas, Yogyakarta : ANDI
SiwiWalyani, Elisabeth, dkk. 2015. Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir,
Yogyakarta : Pustaka baru press
Saputra, Lyndon, dkk. 2014. Masa Persalinan Fisiologis Dan Patologis, Tangerang
Selatan :Binarupa Aksara
TaufikaYuhedi, Lucky, dkk. 2013. Kependudukan Dan Pelayanan KB, Jakarta :Buku
Kedokteran EGC

83

Anda mungkin juga menyukai