Anda di halaman 1dari 65

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN NORMAL DENGAN PEB


NY. S UMUR 40 TAHUN G5P4A0 USIA KEHAMILAN 38 MINGGU
DI RSUD WONOSARI GUNUNG KIDUL

Dosen Pembimbing :
Lutfiana Puspitasari, S.Si.T., MPH

Disusun oleh:
Nama : Resha Septiani Nur Saputri
NIM : P27224020298
Prodi : D3 Kebidanan

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2022

BAB I

1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang
dilakukan secara spontan beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap
demikian selama proses persalinan, bayi dilahirkan spontan dengan
presentasi belakang kepala padausia kehamilan antara 37 hingga 42
minggu lengkap (Elisabeth dkk, 2016). Persalinan sampai saat ini masih
merupakan masalah dalam pelayanan kesehatan. Hal ini diakibatkan
pelaksanaan dan pemantauan yang kurang maksimal dapat menyebabkan
ibu mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut pada komplikasi.
Upaya melakukan asuhan pada ibu bersalin, proses persalinan dilakukan
dengan cara mengawasi kondisi ibu dan janinnya agar dapat diketahui
adanya komplikasi sedini mungkin, maka asuhan kebidanan dilakukan
dengan memberikan pelayanan kepada ibu bersalin dengan pendekatan
manajemen kebidanan (Atik dkk, 2014).
Persalinan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia dimana angka kematian Ibu bersalin yang masih cukup tinggi. K
eadaan ini disertai dengan komplikasi yang mungkin saja timbul selama pe
rsalinan, sehingga memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang baik d
alam bidang kesehatan, dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusi
a dan menurunkan angka kematian, kesakitan ibu dan perinatal (Atik dkk,
2014).
Berdasarkan data Samping Registration System (SRS) tahun 2021
angka kematian ibu sekitar 75% terjadi di fase persalinan dan pasca
persalinan dengan proporsi 23% terjadi saat hamil, 37% saat persalinan
dan 40% pasca persalinan. Yang mana lebih dari 62% kematian ibu dan ba
yi terjadi di rumah sakit. Artinya akses masyarakat mencapai fasilitas pela
yanan kesehatan rujukan sudah cukup baik.
Tingginya angka kematian tersebut disebabkan oleh berbagai fakto
r resiko yang terjadi mulai dari fase sebelum hamil yaitu kondisi wanita u
sia masa subur yang anemia, kurang kalori, obesitas, mempunyai penyakit

1
penyerta seperti tuberculosis dan lain lain. Pada saat hamil, ibu juga
mengalami berbagai penyulit seperti hipertensi, perdarahan, anemia,
diabetes, infeksi, penyakit jantung dan lain lain.
Salah satu penyulit pada ibu fase persalinan yang sering terjadi di
ruang VK RSUD Wonosari ialah preeklamsi atau tekanan darah tinggi.
Dalam catatan selama 3 bulan terkhir didapati permasalahan preeklamsi
sebanyak 52 orang. Padahal hal tersebut sangat mempengaruhi keadaan
ibu. Oleh karena itu, diperlukan kemampuan tenaga kesehatan khususnya
bidan dalam rangka asuhan persalinan normal terutama dengan penderita
preeklamsia.
Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan infeksi secara
proaktif selama dan pasca persalinan terbukti mampu mengurangi angka
kesakitan dan kematian ibu bersalin dan bayi baru lahir. Asuhan
Persalinan Normal (APN) sebagai paradikma baru pada pertolongan
persalinan sangat memberi manfaat kepada ibu karena didasari oleh
langkah langkah standar kerja dengan sistimatis dan holistik berorientasi
pada kebutuhan ibu (Musphyanti, 2017).
Penatalaksanaan APN menekankan pada persiapan ibu dengan
pendekatan sayang ibu, pertolongan kelahiran bayi berfokus pada
pencegahan perdarahan pasca persalinan yang disebabkan karena atonia
uteri, laserasi jalan lahir, retentio plasenta, partus lama, dan asfiksia baru
lahir. Penyebab tertinggi kematian ibu saat ini adalah perdarahan pasca
persalinan, kemudian infeksi pada masa nifas karena persalinan ditolong
oleh orang yang tidak memperhatikan kebersihan dan keamanan dari
sumber infeksi. Penatalaksaan APN terdiri dari 60 (enam puluh) langkah
yang harus dilakukan secara sistematis dan seluruh langkah harus
dikerjakan (Musphyanti, 2017).

B. Tujuan

1
Tujuan umum
Memberikan asuhan kebidanan persalinan normal dengan PEB pada Ny.
S secara langsung dengan menggunakan pendekatan manajemen asuhan
kebidanan secara komprehensif menurut Varney.
Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengkaji dan mengumpulkan data akurat dari
berbagai sumber yang berhubungan dengan kondisi Ny. S dengan
persalinan normal dengan PEB
b. Mahasiswa mampu mengidentifikasi dengan benar terhadap masalah
atau diagnosa dan kebutuhan Ny. S berdasarkan interprestasi yang
benar atau data-data yang telah dikumpulkan.
c. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa potensial yang muncul pada
Ny. S dengan persalinan normal dengan PEB
d. Mahasiswa mampu mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh
bidan atau dokter dan/atau untuk dikonsultasikan atau ditangani
bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan
kondisi pada Ny. S
e. Mahasiswa mampu merencanakan asuhan yang menyeluruh untuk Ny.
S berdasarkan masalah yang ada dan langkah-langkah sebelumnya.
f. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada perencanaan dan dilaksanakan secara efisien dan
aman pada Ny. S
g. Mahasiswa mampu mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-
benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan pada Ny. S dengan
persalinan normal dengan PEB sebagaimana telah diidentifikasi di
dalam masalah dan diagnosa.

C. Manfaat

1
1. Manfaat bagi mahasiswa
Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan tentang teori dan
standar Asuhan Persalinan Normal dengan PEB sehingga dapat
mengaplikasikannya dan menjadi bahan pembelajaran.
2. Manfaat bagi klien
Diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang teori dan standar
Asuhan Persalinan Normal dengan PEB, sehingga dapat memperoleh
pelayanan kesehatan yang tepat dalam keluarganya.
3. Manfaat Bagi Institut Pendidikan
Sebagai metode penilaian pada para mahasiswa dalam melaksanakan
tugasnya dalam menyusun laporan pendahuluan asuhan kebidanan
kehamilan, membimbing dan mendidik mahasiswa agar lebih terampil
dalam memberikan asuhan kebidanan serta sebagai tambahan bahan
referensi tentang asuhan kebidanan secara kesinambungan (continuity
of care) dan menambah masukan untuk mengevaluasi kemampuan
mahasiswa dalam menerapkan asuhan kebidanan pada ibu hamil.
4. Manfaat Bagi Lahan Praktek
Dapat menambah bahan acuan dan wawasan serta meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan di lahan praktek terutama dalam memberikan
asuhan pelayanan kebidanan pada ibu hamil secara berkesinambungan
( continuity of care ).

BAB II

1
TINJAUAN TEORI

A. Teori Persalinan
1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah suatu proses dimana seorang wanita melahirkan
bayi yang diawali dengan kontraksi uterus yang teratur dan memuncak
pada saat pengeluaran bayi sampai dengan pengeluaran plasenta dan
selaputnya dimana proses persalinan ini akan berlangsung selama 12
sampai 14 jam (Kurniarum, 2016).
Menurut Mochtar.R (2013) persalinan atau disebut dengan partus
adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Mochtar, 2013).

2. Macam – Macam Persalinan


Persalinan pada umumnya merupakan proses yang fisiologis yang
terjadi pada akhir kehamilan. Proses persalinan biasanya diawali dengan
kontraksi uterus yang adekuat yang diikuti dengan adanya pembukaan
serviks, kemudian dilanjutkan dengan pengeluaran hasil konsepsi,
dandiakhiri dengan 2 jam post partum (Kurniarum, 2016). Berikut adalah
jenis persalinan:
a. Persalinan Pervaginam
Persalinan pervaginam disebut juga persalinan spontan. Persalinan
spontan adalah proses pengeluaran janin secara spontan melalui
pervaginam dengan presentasi belakang kepala tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun janin. Persalinan normal dimulai dengan kala satu
persalinan yang didefinisikan sebagai pemulaan kontraksi secara
adekuat yang ditandai dengan perubahan serviks yang progresifdan
diakhiri dengan pembukaan lengkap (10 centimeter)(Prawirohardjo,
2010).
b. Persalinan Bedah Sesar

1
Persalinan bedah sesar termasuk dalam persalinan buatan. Persalinan
bedah sesar dikenal dengan istilah sectio sesarea(SC) yaitu
pengeluaran janin melalui insisi yang dibuat pada dinding abdomen
dan uterus. Tindakan ini dipertimbangkan sebagai pembedahan
abdomen mayor (Reeder, 2012)

3. Tanda – Tanda Persalinan


Yang merupakan tanda pasti dari persalinan adalah (Kurniarum, 2016):
a. Timbulnya kontraksi uterus
Biasa juga disebut dengan his persalinan yaitu his pembukaan yang
mempunyai sifat sebagai berikut:
1) Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan
2) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan
3) Sifatnya teratur, inerval makin lama makin pendek dan
kekuatannya makin besar
4) Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan cervix.
5) Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan kontraksi.
Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada servix
(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit). Kontraksi yang terjadi
dapat menyebabkan pendataran, penipisan dan pembukaan serviks.
b. Penipisan dan pembukaan serviks
Penipisan dan pembukaan servix ditandai dengan adanya pengeluaran
lendir dan darah sebagai tanda pemula.
c. Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir)
Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis
keluar disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini
disebabkan karena lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen
bawah rahim hingga beberapa capillair darah terputus.

4. Faktor – Faktor yang mempengaruhi Jenis Persalinan

1
Banyak faktor yang berpengaruh terhadap cara persalinan, yang
dapat dibagi menjadi beberapa faktor. Faktor maternal biologi adalah usia
ibu, paritas, jarak kehamilan, tinggi badan (< 145 cm), kelainan jalan lahir
(passage). Faktor maternal lain meliputi status gizi/IMT, anemia, tekanan
darah, riwayat obtetrik buruk, penyakit penyerta, komplikasi persalinan.
Hal ini berperan pada kekuatan saat persalinan (power) Faktor bayi
(passager) antara lain berat badan janin, letak janin dan kelainan janin.
Sedangkan faktor lingkungan dapat berupa pendidikan, sosial ekonomi,
tempat tinggal, rujukan dan sebagainya (Annisa, 2011). Berikut adalah
penjelasan faktor-faktor yang memengaruhi persalinan:
a) Usia
Usia reproduksi yang optimal bagi seorang ibu untuk hamil dan
melahirkan adalah 20-35 tahun karena pada usia ini secara fisik dan
psikologi ibu sudah cukup matang dalam menghadapi kehamilan dan
persalinan. Pada usia <20 tahun organ reproduksi belumsempurna
secara keseluruhan dan perkembangan kejiwaan belum matang
sehingga belum siap menjadi ibu dan menerima kehamilannya. Usia
>35 tahun organ reproduksi mengalami perubahan karena proses
menuanya organ kandungan dan jalan lahir kaku atau tidak lentur lagi.
Selain itu peningkatan pada umur tersebut akan mempengaruhi organ
vital dan mudah terjadi penyakit sehingga beresiko mengalami
komplikasi pada ibu dan janin (Annisa, 2011).
b) Paritas
Paritas menunjukkan jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh seorang
wanita. Paritas merupakan factor penting dalam menentukan kondisi
ibu dan janin selama kehamilan maupun selama persalinan. Pada ibu
primipara atau bersalin pertama kali, belum pernah melahirkan maka
kemungkinan terjadinya kelainan dan komplikasi cukup besar baik
pada kekuatan his (power), jalan lahir (passage) dan kondisi janin
(passanger). Informasi yang kurang tentang persalinan dapat
memengaruhi proses persalinan (Kusumawati, 2006).

1
c) Jarak Kehamilan
Seorang wanita yang hamil dan melahirkan kembali dengan jarak yang
pendek dari kehamilan sebelumnya akan memberikan dampak yang
buruk terhadap kondisi kesehatan ibu dan bayi. Hal ini disebabkan
karena bentuk dan fungsi organ reproduksi belum kembali dengan
sempurna sehingga fungsinya akan terganggu apabila terhadi
kehamilan dan persalinan kembali. Jarak antara dua persalinan yang
terlalu dekat menyebabkan meningkatnya anemia yang dapat
menyebabkan BBLR,kelahiran preterm, dan lahir mati yang
mempengaruhi proses persalinan dari faktor bayi. Sehingga wanita
membutuhkan 2-3 tahun dalam memulihkan tubuhnya dan
mempersiapkan dirinya pada persalinan berikutnya dan memberikan
kesempatan pada luka untuk sembuh dengan baik. Jarak persalinan
yang pendek meningkatkan resiko bagi ibu dan anak (Kusumawati,
2006).

5. Tahap Persalinan
Tahap persalinan menurut Prawirohardjo (2012) antara lain :
1) Kala I (kala pembukaan)
Kala I persalinan adalah permulaan kontraksi persalinan sejati, yang
ditandai oleh perubahan serviks yang progresif yang diakhiri dengan
pembukaan lengkap (10 cm) pada primigravidakala I berlangsung kira-
kira 13 jam, sedangkan pada multigravida kira-kira 7 jam. Terdapat 2
fase pada kala satu, yaitu :
a) Fase laten
Merupakan periode waktu dari awal persalinan pembukaan mulai
berjalan secara progresif, yang umumnya dimulai sejak kontraksi
mulai muncul hingga pembukaan 3-4 cm atau permulaan fase aktif
berlangsung dalam 7-8 jam. Selama fase ini presentasi mengalami
penurunan sedikit hingga tidak sama sekali.
b) Fase Aktif

1
Merupakan periode waktu dari awal kemajuan aktif pembukaan
menjadi komplit dan mencakup fase transisi, pembukaan pada
umumnya dimulai dari 3-4 cm hingga 10 cm dan berlangsung
selama 6 jam. Penurunan bagian presentasi janin yang progresif
terjadi selama akhir fase aktif dan selama kala dua persalinan. Fase
aktif dibagi dalam 3 fase, antara lain :
(1) Fase Akselerasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm
menjadi 4 cm.
(2) Fase Dilatasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan sangat
cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
(3) Fase Deselerasi, yaitu pembukaan menjadi lamban kembali
dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap.
2) Kala II (kala pengeluaran janin)
Menurut Prawirohardjo (2012), beberapa tanda dan gejala persalinan
kala II yaitu:
a) Ibu merasakan ingin mengejan bersamaan terjadinya kontraksi
b) Ibu merasakan peningkatan tekanan pada rectum atau vaginanya
c) Perineum terlihat menonjol
d) Vulva vagina dan sfingter ani terlihat membuka
e) Peningkatan pengeluaran lendir darah.
Pada kala II his terkoordinir, kuat, cepat dan lama, kirakira 2-3
menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga
terjadi tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflek timbul
rasa mengedan. Karena tekanan pada rectum, ibu seperti ingin buang
air besar dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his kepala janin mulai
terlihat, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his
mengedan yang terpimpin akan lahir kepala dengan diikuti seluruh
badan janin.
Kala II pada primi: 1 ½ - 2 jam, pada multi ½ - 1 jam (Mochtar,
2012). Pada kala II persalinan, nyeri tambahan disebabkan oleh
regangan dan robekan jaringan misalnya pada perineum dan tekanan

1
pada otot skelet perineum. Nyeri diakibatkan oleh rangsangan struktur
somatik superfisial dan digambarkan sebagai nyeri yang tajam dan
terlokalisasi, terutama pada daerah yang disuplai oleh saraf pudendus
(Mander, 2012).
3) Kala III (kala pengeluaran plasenta)
Menurut Prawirohardjo (2012) tanda-tanda lepasnya plasenta
mencakup beberapa atau semua hal dibawah ini :
a) Perubahan bentuk dan tinggi fundus.
Sebelum bayi lahir dan miometrium mulai berkontraksi, uterus
berbentuk bulat penuh (discoit) dan tinggi fundusbiasanya turun
sampai dibawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan uterus
terdorong ke bawah, uterus menjadi bulat dan fundus berada di atas
pusat (sering kali mengarah ke sisi kanan).
b) Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat keluar memanjang atau terjulur melalui vulva
dan vagina (tanda Ahfeld).
c) Semburan darah tiba-tiba
Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu
mendorong plasenta keluar dan dibantu oleh gaya gravitasi.
Semburan darah yang secara tiba-tiba menandakan darah yang
terkumpul diantara melekatnya plasenta dan permukaan maternal
plasenta (maternal portion) keluar dari tepi plasenta yang
terlepas.Setelah bayi lahir kontraksi rahim istirahat sebentar.
Uterus teraba keras dengan fundus uterus setinggi pusat, dan berisi
plasenta yang menjadi tebal 2x sebelumnya. Beberapa saat
kemudian timbul his pelepasan dan pengeluaran plasenta. Dalam
waktu 5-10 menit plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina
akan lahir spontan atau sedikit dorongan dari atas simfisis atau
fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit
setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan
pengeluaran darah

1
kira-kira 100-200 cc (Mochtar, 2012).
4) Kala IV
Kala pengawasan selama 2 jam setelah plasenta lahir untuk mengamati
keadaan ibu terutama bahaya perdarahan postpartum. Perdarahan
dianggap masih normal jika jumlahnya tidak melebihi 400 cc sampai
500 cc. Observasi yang harus
dilakukan pada kala IV antara lain :
a) Intensitas kesadaran penderita
b) Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi dan pernafasan
c) Kontraksi uterus
d) Terjadinya perdarahan

6. Mekanisme Persalinan
a. Masuknya kepala janin dalam PAP
1) Masuknya kepala ke dalam PAP terutama pada primigravida terjadi
pada bulan terakhir kehamilan tetapi pada multipara biasanya terjadi
pada permulaan persalinan.
2) Masuknya kepala ke dalam PAP biasanya dengan sutura sagitalis
melintang menyesuaikan dengan letak punggung (Contoh: apabila
dalam palpasi didapatkan punggung kiri maka sutura sagitalis akan
teraba melintang kekiri/ posisi jam 3 atau sebaliknya apabila
punggung kanan maka sutura sagitalis melintang ke kanan/posisi jam
9) dan pada saat itu kepala dalam posisi fleksi ringan.
3) Jika sutura sagitalis dalam diameter anteroposterior dari PAP maka
masuknya kepala akan menjadi sulit karena menempati ukuran yang
terkecil dari PAP
4) Jika sutura sagitalis pada posisi di tengah-tengah jalan lahir yaitu
tepat di antara symphysis dan promontorium, maka dikatakan dalam
posisi ”synclitismus” pada posisi synclitismus os parietale depan dan
belakang sama tingginya.

1
5) Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati symphisis atau agak ke
belakang mendekati promontorium, maka yang kita hadapi adalah
posisi ”asynclitismus”
6) Acynclitismus posterior adalah posisi sutura sagitalis mendekati
symphisis dan os parietale belakang lebih rendah dari os parietale
depan.
7) Acynclitismus anterior adalah posisi sutura sagitalis mendekati
promontorium sehingga os parietale depan lebih rendah dari os
parietale belakang
8) Pada saat kepala masuk PAP biasanya dalam posisi asynclitismus
posterior ringan. Pada saat kepala janin masuk PAP akan terfiksasi
yang disebut dengan engagement.
b. Majunya Kepala janin
Pada primi gravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk ke
dalam rongga panggul dan biasanya baru mulai pada kala II
1) Pada multi gravida majunya kepala dan masuknya kepala dalam
rongga panggul terjadi bersamaan.
2) Majunya kepala bersamaan dengan gerakan-gerakan yang lain yaitu:
fleksi, putaran paksi dalam, dan ekstensi
3) Majunya kepala disebabkan karena:
a) Tekanan cairan intrauterine
b) Tekanan langsung oleh fundus uteri oleh bokong
c) Kekuatan mengejan
d) Melurusnya badan bayi oleh perubahan bentuk rahim
c. Fleksi
1) Fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran yang
paling kecil yaitu dengan diameter suboccipito bregmatikus (9,5 cm)
menggantikan suboccipito frontalis (11 cm)
2) Fleksi disebabkan karena janin didorong maju dan sebaliknya
mendapat tahanan dari pinggir PAP, cervix, dinding panggul atau
dasar panggul

1
3) Akibat adanya dorongan di atas kepala janin menjadi fleksi karena
momement yang menimbulkan fleksi lebih besar daripada moment
yang menimbulkan defleksi
4) Sampai di dasar panggul kepala janin berada dalam posisi fleksi
maksimal. Kepala turun menemui diafragma pelvis yang berjalan
dari belakang atas ke bawah depan
5) Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intra
uterin yang disebabkan oleh his yang berulang-ulang, kepala
mengadakan rotasi yang disebut sebagai putaran paksi dalam.
d. Puaran paksi dalam
1) Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian
rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar ke depan
ke bawah symphisis.
2) Pada presentasi belakang kepala bagian terendah adalah daerah
ubun-ubun kecil dan bagian ini akan memutar ke depan ke bawah
symphysis
3) Putaran paksi dalam mutlak diperlukan untuk kelahiran kepala,
karena putaran paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan
posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang
tengah dan pintu bawah panggul.
4) Putaran paksi dalam terjadi bersamaan dengan majunya kepala dan
tidak terjadi sebelum kepala sampai di Hodge III, kadang-kadang
baru terjadi setelah kepala sampai di dasar panggul
5) Sebab-sebab terjadinya putaran paksi dalam:
a) Pada letak fleksi, bagian kepala merupakan bagian terendah dari
kepala
b) Bagian terendah dari kepala mencari tahanan yang paling sedikit
terdapat sebelah depan atas dimana terdapat hiatus genitalis
antara muskulus levator ani kiri dan kanan
c) Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter
anteroposterior.

1
e. Ekstensi
1) Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai di dasar
panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini
disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul
mengarah ke depan di atas, sehingga kepala harus mengadakan
ekstensi untuk dapat melewati pintu bawah panggul.
2) Dalam rotasi UUK akan berputar ke arah depan, sehingga di dasar
panggul UUK berada di bawah simfisis, dengan suboksiput sebagai
hipomoklion kepala mengadakan gerakan defleksi untuk dapat
dilahirkan.
a) Pada saat ada his vulva akan lebih membuka dan kepala janin
makin tampak. Perineum menjadi makin lebar dan tipis, anus
membuka dinding rektum.
b) Dengan kekuatan his dan kekuatan mengejan, maka berturut-
turut tampak bregmatikus, dahi, muka, dan akhirnya dagu
dengan gerakan ekstensi.
c) Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi, yang
disebut putaran paksi luar.
f. Ekstensi
1) Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai di dasar
panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini
disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul
mengarah ke depan di atas, sehingga kepala harus mengadakan
ekstensi untuk dapat melewati pintu bawah panggul
2) Jika tidak terjadi ekstensi maka kepala akan tertekan pada perineum
dan menembusnya
3) Kepala bekerja dengan 2 kekuatan yaitu satu mendesak ke bawah
dan satunya lagi menolak ke atas karena adanya tahanan dasar
panggul
4) Setelah subocciput tertahan di pinggir bawah symphysis, maka yang
dapat maju adalah bagian yang berhadapan dengan subocciput

1
g. Putaran paksi luar
1) Putaran paksi luar adalah gerakan kembali sebelum putaran paksi
dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan
punggung janin.
2) Bahu melintasi PAP dalam posisi miring.
3) Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan
bentuk panggul yang dilaluinya hingga di dasar panggul, apabila
kepala telah dilahirkan bahu akan berada dalam posisi depan
belakang.
4) Selanjutnya dilahirkan bahu depan terlebih dulu baru kemudian bahu
belakang, kemudian bayi lahir seluruhnya

7. Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin (Kebutuhan Fisiologis dan


Psikologis)
a. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis ibu bersalin merupakan suatu kebutuhan dasar
pada ibu bersalin yang harus dipenuhi agar proses persalinan dapat
berjalan dengan lancar dan fisiologis. Kebutuhan dasar ibu bersalin
yang harus diperhatikan bidan untuk dipenuhi yaitu: kebutuhan
oksigen, cairan dan nutrisi, eliminasi, hygiene (kebersihan personal),
istirahat, posisi dan ambulasi, pengurangan rasa nyeri, penjahitan
perineum (jika diperlukan), serta kebutuhan akan pertolongan
persalinan yang terstandar. Pemenuhan kebutuhan dasar ini berbeda-
beda, tergantung pada tahapan persalinan, kala I, II, III atau IV.
Pada kala I, kebutuhan dasar fisiologis yang harus diperhatikan
bidan adalah kebutuhan oksigen, cairan dan nutrisi, eliminasi, personal
hygiene terutama vulva hygiene, istirahat, posisi dan ambulasi, dan
pengurangan rasa nyeri. Pemenuhan kebutuhan ini bertujuan untuk
mendukung proses persalinan kala I yang aman dan lancar, serta
mendukung proses persalinan kala II.

1
Selama kala II persalinan, bidan harus tetap membantu dan
memfasilitasi pemenuhan kebutuhan fisiologis pada ibu bersalin
meliputi kebutuhan oksigen, cairan, eliminasi (apabila tidak
memungkinkan dapat dilakukan kateterisasi), istirahat, posisi, dan
pertolongan persalinan yang terstandar.
Kebutuhan fisiologis pada kala III yang harus dipenuhi
diantaranya: kebutuhan oksigen, cairan dan nutrisi, eliminasi, dan
kebutuhan akan pertolongan persalinan yang terstandar.
Sedangkan pada kala IV, berupa kebutuhan oksigen, cairan dan
nutrisi, eliminasi, hygiene (kebersihan personal), istirahat, dan
penjahitan perineum (jika diperlukan).
b. Kebutuhan Psikologis
Pemenuhan kebutuhan psikologis pada ibu bersalin harus
diperhatikan dengan baik oleh bidan, karena keadaan psikologis ibu
bersalin sangat berpengaruh pada proses dan hasil akhir persalinan.
Kebutuhan ini berupa dukungan emosional baik dari bidan maupun
pendamping persalinan (suami/anggota keluarga). Komunikasi efektif
antara bidan dengan ibu bersalin dan pendamping persalinan,
merupakan poin terpenting dalam pemenuhan kebutuhan psikologis
ibu bersalin.
Kebutuhan psikologis ibu bersalin dapat terpenuhi dengan baik
melalui upaya: memberikan sugesti positif, mengalihkan perhatian
terhadap rasa sakit dan ketidaknyamanan selama persalinan, dan
membangun kepercayaan dengan komunikasi yang efektif.

8. Posedur Persalinan Kala I,II,III,IV


a. Kala I (Pembukaan)
Menurut Rohani dkk (2011) inpartu ditandai dengan keluarnya
lendir bercampur darah karena serviks mulai membuka dan mendatar.
Darah berasal dari pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis
karena pergeseran-pergeseran ketika serviks mendatar dan membuka.

1
Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan 0-
10 cm (pembukaan lengkap). Proses ini terbagi menjadi 2 fase, yaitu
fase laten (8 jam) dimana serviks membuka sampai 3 cm dan aktif (7
jam) dimana serviks membuka antara 3-10 cm. Kontraksi lebih kuat
dan sering terjadi selama fase aktif. Pada pemulaan his, kala
pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturient (ibu
yang sedang bersalin) masih dapat berjalan-jalan. Lama kala I untuk
primigravida berlangsung 12 jam sedangkan pada multigravida sekitar
8 jam.
Berdasarkan Kunve Friedman, diperhitungkan pembukaan
multigravida 2 cm per jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu
pembukaan lengkap dapat diperkirakan (Sulasetyawati dan Nugraheny,
2010). Menurut Friedmen, fase percepatan memulai fase persalinan
dan mengarah ke fase lengkung maksimal adalah waktu ketika
pembukaan serviks terjadi paling cepat dan meningkat dari tiga sampai
empat sentimeter sampai sekitar 8 sentimeter. Pada kondisi normal
kecepatan pembukaan konstanta, rata-rata tiga sentimeter per jam,
dengan kecepatan maksimal tidak lebih dari 1,2 sentimeter per jam
pada nulipara. Pada multipara, kecepatan rata-rata pembukaan selama
fase lengkung maksimal 5,7 sentimeter per jam. Fase perlambatan
adalah fase aktif. Selama waktu ini, kecepatan pembukaan melambat
dan serviks mencapai pembukaan 8 sampai 10 sentimeter sementara
penurunan mencapai kecepatan maksimum penurunan rata-rata
nulipara adalah 1,6 sentimeter per jam dan normalnya paling sedikit
1,0 sentimeter per jam. Pada multipara, kecepatan penurunan rata-rata
5,4 sentimeter per jam, dengan kecepatan minimal 2,1 sentimeter per
jam (Varney, 2004).
Menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2010) asuhan-asuhan
kebidanan pada kala I yaitu:
1) Pemantauan terus menerus kemajuan persalinan menggunakan
partograf

1
2) Pemantauan terus-menerus vital sign
3) Pemantauan terus menerus terhadap keadaan bayi
4) Pemberian hidrasi bagi pasien
5) Menganjurkan dan membantu pasien dalam upaya perubahan
posisi dan ambulans
6) Mengupayakan tindakan yang membuat pasien nyaman
7) Memfasilitasi dukungan keluarga.
b. Kala II (Pengeluaran Janin)
Kala II mulai bila pembukaan serviks lengkap. Umumnya pada
akhir kala I atau pembukaan kala II dengan kepala janin sudah masuk
dalam ruang panggul, ketuban pecah sendiri.Bila ketuban belum
pecah, ketuban harus dipecahkan. Kadang-kadang pada permulaan kala
II wanita tersebut mau muntah atau muntah disertai rasa ingin
mengedan kuat. His akan lebih timbul sering dan merupakan tenaga
pendorong janin pula. Di samping itu his, wanita tersebut harus
dipimpin meneran pada waktu ada his. Di luar ada his denyut jantung
janin harus diawasi (Wiknjosastro, 1999, hlm.194).
Gejala dan tanda kala II persalinan menurut Wiknjosastro (2008) :
1) Ibu merasa ingin meneran bersamaan adanya kontraksi
2) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum
dan/atau vaginanya
3) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka
4) Meningkatnya pengeluaran lender bercampur darah.
Penatalaksanaan didasarkan pada prinsip bahwa kala II merupakan
peristiwa normal yang diakhiri dengan kelahiran normal tanpa adanya
intervensi.Saat pembukaan sudah lengkap, anjurkan ibu meneran
sesuai dorongan alamiahnya dan beristirahat di antara dua kontraksi.
Jika menginginkan, ibu dapat mengubah posisinya, biarkan ibu
mengeluarkan suara selama persalinan dan proses kelahiran
berlangsung. Ibu akan meneran tanpa henti selama 10 detik atau lebih,
tiga sampai empat kali perkontraksi (Sagady, 1995). Meneran dengan

1
cara ini dikenal sebagai meneran dengan tenggorokan terkatup atau
valsava manuver. Meneran dengan cara ini berhubungan dengan
kejadian menurunnya DJJ dan rendahnya APGAR.
Menurut Rohani dkk (2011, hlm. 150) asuhan kala II persalinan
merupakan kelanjutan tanggung jawab bidan pada waktu pelaksanaan
asuhan kala I persalinan, yaitu sebagai berikut:
1) Evaluasi kontinu kesejahteraan ibu
2) Evaluasi kontinu kesejahteraan janin
3) Evaluasi kontinu kemajuan persalinan
4) Perawatan tubuh wanita
5) Asuhan pendukung wanita dan orang terdekatnya beserta keluarga
6) Persiapan persalinan
7) Penatalaksanaan kelahiran
8) Pembuatan keputusan untuk penatalaksanaan kala II persalinan.
c. Kala III (Pengeluaran Plasenta)
Partus kala III disebut pula kala uri. Kala III ini, seperti dijelaskan
tidak kalah pentingnya dengan kala I dan II. Kelainan dalam
memimpin kala III dapat mengakibatkan kematian karena perdarahan.
Kala uri dimulai sejak dimulai sejak bayi lahir lengkap sampai plasenta
lahir lengkap. Terdapat dua tingkat pada kelahiran plasenta yaitu:
a. Melepasnya plasenta dari implantasi pada dinding uterus
b. Pengeluaran plasenta dari kavum uteri (Wiknjosastro, 1999)
Menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2010) lepasnya plasenta
sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda sebagai
berikut:
a. Uterus mulai membentuk bundar
b. Uterus terdorong ke atas, karena plasenta dilepas ke segmen bawah
Rahim
c. Tali pusat bertambah panjang
d. Terjadi perdarahan.

1
Pada kala III persalinan, otot uterus menyebabkan berkurangnya
ukuran rongga uterus secara tiba-tiba setelah lahirnya bayi. Penyusutan
ukuran rongga uterus ini menyebabkan implantasi plasenta karena
tempat implantasi menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta
tidak berubah. Oleh karena itu plasenta akan menekuk, menebal,
kemudian terlepas dari dinding uterus. Setelah lepass, plasenta akan
turun ke bagian bawah uterus atau bagian atas vagina (Rohani dkk,
2011).
Penatalaksanaan aktif didefinisikan sebagai pemberian oksitosin
segera setelah lahir bahu anterior, mengklem tali pusat segera setelah
pelahiran bayi, menggunakan traksi tali pusat terkendali untuk
pelahiran plasenta (Varney, 2007, hlm. 827).
Menurut Wiknjosastro (2008) langkah pertama penatalaksanaan
kala III pelepasan plasenta adalah:
a. Mengevaluasi kemajuan persalinan dan kondisi ibu.
b. Pindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva, satu
tangan ditempatkan di abdomen ibu untuk merasakan, tanpa
melakukan masase. Bila plasenta belum lepas tunggu hingga uterus
bekontraksi.
c. Apabila uterus bekontraksi maka tegangkan tali pusat ke arah
bawah, lakukan tekanan dorso-kranial hingga tali pusat makin
menjulur dan korpus uteri bergerak ke atas menandakan plasenta
telah lepas dan dapat dilahirkan.
d. Setelah plasenta lepas anjurkan ibu untuk meneran agar plasenta
terdorong keluar melalui introitus vagina.
e. Lahirkan plasenta dengan mengangkat tali pusat ke atas dan
menopang plasenta dengan tangan lainnya untuk meletakkan dalam
wadah penampung.
f. Karena selaput ketuban mudah sobek, pegang plasenta dengan
keua tangan dan secara lembut putar plasenta hingga selaput

1
ketuban terilinmenjadi satu. Lakukan penarikan dengan lembut dan
perlahan-lahan untuk melahirkan selaput ketuban.
Asuhan kala III persalinan adalah sebagai berikut:
a) Memberikan pujian kepada pasien atas keberhasilannya
b) Lakukan manajemen aktif kala III
c) Pantau kontraksi uterus
d) Berikan dukungan mental pada pasien
e) Berika informasi mengenai apa yang harus dilakukan oleh
pasien dan pendamping agar proses pelahiran plasenta lancer
f) Jaga kenyamanan pasien dengan menjaga kebersihan tubuh
bagian bawah (perineum).
d.Kala IV (Observasi)
Setelah plasenta lahir lakukan rangsangan taktil (masase uterus)
yang bertujuan untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan
kuat.Lakukan evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan
secara melintang dengan pusat sebagai patokan. Umumnya, fundus
uteri setinggi atau beberapa jari di bawah pusat. Kemudian perkirakan
kehilangan darah secara keseluruhan periksa kemungkinan perdarahan
dari robekan perineum. Lakukan evaluasi keadaan umum ibu dan
dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama persalinan kala IV
(Wiknjosastro, 2008).
Menurut Sulisetyawati dan Nugraheny (2010) kala IV mulai dari
lahirnya plasenta selama 1-2 jam. Kala IV dilakukan observasi
terhadap perdarahan pascapersalinan, paling sering terjadi 2 jam
pertama.
Observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Tingkat kesadaran pasien
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu, dan
pernafasan.
c. Kontraksi uterus

1
d. Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila
jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc.
Menurut Rohani dkk (2011, hlm. 234) secara umum asuhan kala
IV persalinan adalah:
a. Pemeriksaan fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap
30 menit jam ke 2. Jika kontraksi uterus tidak kuat, masase uterus
sampai menjadi keras.
b. Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih, dan perdarahan tiap
15 menit pada jam pertama dan 30 menit pada jam ke 2.
c. Anjurkan ibu untuk minum untuk mencegah dehidrasi.
d. Bersihkan perineum dan kenakan pakaian yang bersih dan kering.
e. Biarkan ibu beristirahat karena telah bekerja keras melahirkan
bayinya, bantu ibu posisi yang nyaman.
f. Biarkan bayi didekat ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan
bayi.
g. Bayi sangat bersiap segera setelah melahirkan. Hal ini sangat tepat
untuk memberikan ASI
h. Pastikan ibu sudah buang air kecil tiga jam pascapersalinan.
i. Anjurkan ibu dan keluarga mengenal bagaimana memeriksa fundus
dan menimbulkan kontraksi serta tanda-tanda bahaya ibu dan bayi.

B. Tinjauan Umum Tentang Preeklampsia


1. Definisi Preeklampsia
Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita
hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema, dan
proteinuria yang muncul pada kehamilan 20 minngu sampai akhir minggu
pertama setelah persalinan (Sukarni Icesmi dan Margaretha 2013, 169).
Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang secara spesifik hanya
muncul selama kehamilan dengan usia lebih dari 20 minngu (kecuali pada
penyakit trofoblastik) dan dapat di diagnosis dengan kriteria sebagai
berikut :

1
a. Ada peningkatan tekanan darah selama masa kehamilan sistolik ≥140
mmHg atau diastolik ≥ 90 mmHg), yang sebelumnya normal, disertai
proteinuria (≥ 0,3 gram protein selama 24 jam atau ≥ 30 mg/dl dengan
hasil reagen urine ≥ +1).
b. Apabila hipertensi selama kehamilan muncul tanpa proteinuria, perlu
dicurigai adanya preeklampsia seiring kemajuan kehamilan, jika muncul
gejala nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri pada 21 abdomen, nilai
trombosit rendah dan kadar enzim ginjal normal (Norma Nita dan
Mustika 2013, 59).

2. Faktor Resiko Preeklampsia


Ada beberapa faktor resiko tertentu yang berkaitan dengan perkembangan
penyakit:
a. Primigravida, kira-kira 85% preeklampsia terjadi pada kehamilan
pertama . Berdasakan teori immunologik, preeklampsia pada
primigravida terjadi dikarenakan pada kehamilan pertama terjadi
pembentukan blocking antibodies terhadap antigen tidak sempurna.
Selain itu pada kehamilan pertama terjadi pembentukan Human Leucoyte
Antigen (HLA-G) yang berperan penting dalam modulasi respon imun
sehingga ibu menolak hasil konsepsi atau terjadi intoleransi ibu terhadap
plasenta sehingga menyebabkan preeklampsia (Norma Nita dan Mustika
2013, 67).
b. Grand multigravida . Pada ibu yang grand multigravida beresiko
mengalami preeklampsia dikarenakan terjadi perubahan pada alat-alat
kandungan yang berkurang elastisnya termasuk pembuluh darah sehingga
lebih memudahkan terjadinya vasokontriksi, terjadi peningkatan cairan,
timbul hipertensi yang disertai oedema dan proteinuria (Norma Nita dan
Mustika 2013, 68).22
c. Distensi rahim berlebihan: hidramnion, hamil ganda, dan mola
hidatidosa. Preeklampsia terjadi pada 14% sampai 20% kehamilan
dengan janin lebih dari satu. . Kehamilan ganda dan hidramnion sangan

1
berkaitan dengan kejadian preeklampsia. Ibu dengan hamil ganda dapat
menyebabkan terjadinya hidramnion akibat dua janin yang ada dalam
rahim ibu sehingga tekanan dalam rahim ibu berlebihan. Akibatnya
cairan yang berlebihan dalam rahim akan akan memudahkan terjadinya
vasokontriksi dan peningkatan pada tekanan darah ibu (Norma Nita dan
Mustika 2013, 68).
d. Morbid obesitas atau kegemukan dan penyakit yang meyertai kehamilan
seperti diabetes mellitusKegemukan disamping menyebabkan kolesterol
tinggi dalam darah juga menyebabkan kerja jantung lebih berat. Semakin
gemuk seseorang maka semakin banyak pula jumlah darah yang terdapat
di dalam tubuh yang berarti makin berat pula fungsi pemompaan jantung
sehingga dapat meyebabkan terjadinya preeklampsia. Preeklampsia lebih
cenderung juga terjadi pada wanita yang menederita diabetes melitus
karena pada saat hamil plasenta berperan untuk memenuhi semua
kebutuhan janin. Pertumbuhan janin dibantu oleh hormonhormon dari
plasenta, namun hormone-hormon plasenta ini juga mencegah kerja
insulin dalam tubuh ibu hamil. Hal ini disebut resistensi insulin atau
kebal insulin. Resistensi insulin membuat tubuh ibu hamil lebih sulit
untuk mengatur kadar gula darah sehingga glukosa tidak dapat diubah
menjadi energi dan menumpuk didalam darah sehingga keadaan ini
menyebabkan kadar gula dalam darah menjadi tinggi (Dyah Ayu
Wulandari, 2016:17).
e. Pada ibu yang mengalami hipertensi kronis atau penyakit ginjal, insiden
dapat mencapai 25%. Ibu hamil dengan hipertensi kronis lebih
memudahkan terjadinya preeklampsia berat dikarenakan pembuluh darah
ibu sebelum mencapai 20 minggu sudah mengalami vasokontriksi. Hal
ini akan menyebabkan tekanan darah ibu tinggi dan kandungan dalam
protein dalam urin selama kehamilan semakin meningkat. Gagal ginjal
juga menyebabkan terjadinya preeklampsia akiba terjadi penurunan
aliran darah ke ginjal sehingga menyebabkan filtrasi glomelurus
berkurang akibatnya terjadi proteinuria (Dyah Ayu Wulandari, 2016:18).

1
f. Jumlah umur ibu diatas 35 tahun . Wanita pada usia lebih dari 35 tahun
lebih mudah mengalami berbagai masalah kesehatan salah satunya
hipertensi dan preeklampsia. Hal ini terjadi karena terjadinya perubahan
pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi begitu
pula dengan pembuluh darah, juga diakibatkan tekanan darah yang
meningkat seiring dengan pertambahan usia sehingga memudahkan
terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah ibu, proteinuria dan
oedema. Usia 35 tahun sebenarnya belum dianggap rawan, hanya pada
usia ini kemampuan reproduksi lebih menurun sehingga usia diatas 35
tahun dianggap fase untuk menghentikan kehamilan (Sukarni Icesmi dan
Margaretha 2013, 169).

3. Klasifikasi Preeklampsia
Adapun preeklampsia digolongkan kedalam preeklampsia ringan
dan preeklampsia berat dengan gejala dan tanda sebagai berikut:
a. Preeklampsia Ringan
Preeklampsia ringan adalah suatu sindroma spesifik kehamilan
dengan menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya vasopasme
pembuluh darah dan aktivasi endotel (Prawihardjo 2014, 543). Berikut
diagnosis preeklampsia ringan:
1) Tekanan darah ≥140/90 mmHg pada usia kehamilan diatas 20
minggu
2) Tes celup urine menunjukkan proteinuria 1+ atau pemeriksaan
protein kuantitatif menunjukkan hasil lebih dari 300 mg/24 jam.
b. Preeklampsia Berat
Preeklampsia berat adalah preeclampsia dengan tekanan darah
sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan diastolic ≥110 mmHg disertai
proteinuria lebih 5 g/24 jam (Prawihardjo 2014, 544). Berikut diagnosis
preeklampsia berat:
1) Tekanan darah ≥160/110 mmHg pada usia kehamilan lebih dari 20
minggu

1
2) Tes celup urine menunjukkan proteinuria ≥2+ atau pemeriksaan
protein kuantitatif menunjukkan hasil lebih dari 5 g/24 jam
3) Atau keterlibatan organ lain:
a) Trombositopenia (<100.000 sel/uL), hemolisis mikiroangiopati
b) Peningkatan SGOT/SGPT, nyeri abdomen kuadran kanan atas
c) Sakit kepala, skotoma penglihatan
d) Pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion
e) Edema paru atau gagal jantung kongestif
f) Oliguria (<500 ml/24 jam), kreatinin lebih dari 1,2 mg/dl (Buku
Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan 2013, 111).

4. Patofisiologi Preeklampsia
a. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
Pada kehamila normal, rahim dan plasenta mendapat aliran darah
dari cabang-cabang arteri uterine dan arteri ovarika. Kedua pembuluh
darah tersebut menembus meometrium berupa arteri akuarta memberi
cabang arteri radialis. Arteri radialis menembus endometrium menjadi
arteri basalis member cabang arteri spiralis.
Pada hamil normal, terjadi invasi trofoblas ke dalam lapisan otot
arteri spiralis, yang menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut
sehingga terjadi dilatasi pada arteri spiralis. Invasi trofoblas juga
memasuki jaringan sekitar arteri spiralis, sehingga jaringan matriks
menjadi gembur dan memudahkan lumen arteri spiralis mengalami
distensi dan dilatasi. Distensi dan vasodilatasi lumen arteri spiralis ini
memberi dampak penurunan tekanan darah, penurunan resistensi vascular,
dan peningkatan aliran darah pada daerah utero plasenta. Akibatnya, aliran
darah ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan juga meningkat,
sehingga dapat menjamin pertumbuhan janin dengan baik.
Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel
trofoblas secara sempurna pada lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap

1
kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan
mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya, arteri spiralis relative
mengalami vasokontriksi sehingga aliran darah uteroplasenta menurun,
sehingga terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta.
b. Teori iskemia plasenta, Radikal bebas dan disfungsi endotel
Sebagaimana dijelaskan pada teori invasi trofoblas, pada
preeklampsia terjadi kegagalan pada aliran pembuluh darah, akibatnya
palsenta mengalami iskemia. Plasenta yang mengalami iskemia plasenta
dan hipoksia akan menghasilkan oksidan (disebut juga radikal bebas).
Oksidan dan radikal bebas adalah senyawa penerima electron atau
atom/molekul yang mempunyai elektron yang tidak berpasangan.
Salah satu oksidan penting yang dihasilkan plasenta iskemia adalah
radikal hidroksil yang sangat toksis, khususnya terhadap membran sel
endotel pembuluh darah. Radikal hidroksil akan merusak membran sel,
yang mengandung banyak asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida
lemak. Peroksida lemak selain akan merusak membran sel, juga akan
merusak nukleus, dan protein sel endotel.
Produksi oksidan atau radikal bebas dalam tubuh yang bersifat
toksis, selalu diimbangi dengan produksi antioksidan. Akibat sel endotel
terpapar terhadap peroksida lemak, maka terjadi kerusakan sel ednotel,
yang kerusakannya dimulai dari membran sel endotel. Kerusakan
membran sel endotel mengakibatkan terganggunya fungsi endotel, bahkan
rusaknya seluruh struktur sel endotel atau disebut dengan disfungsi
endotel. Pada waktu terjadi kerusakan sel endotel yang mengakibatkan
disfungsi endotel yang mengakibatkan disfungsi sel endotel, maka akan
terjadi;
1) Gangguan metabolisme prostaglandin, karena salah satu fungsi
sel endotel adalah memproduksi prostaglandin yaitu menurunnya produksi
prostaglandin (PGE2): suatu vasodilator kuat.
2) Agregasi sel-sel trombosit pada daerah sel endotel yang
mengalami kerusakan. Agregasi sel trombosit ini adalah untuk menutup

1
tempat-tempat di lapisan sel endotel yang mengalami kerusakan. Agregasi
trombosit meproduksi tromboksan (TXA2): suatu vasokontriktor kuat.
Dalam keadaan normal perbandingan kadar prostasiklin/tromboksan lebih
tinggi kadar prostasiklin sehingga lebih tinggi vasodilator). Pada
preeklampsia kadar tromboksan lebih tinggi dari kadar prostasiklin
sehingga terjadi vasokontriksi, akibatnya tekanan darah mengalami
kenaikan.
3) Peningkatan permeabilitas kapilar
c. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
Pada perempuan hamil normal, respon imun tidak menolak adanya
hasil konsepsi yang bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya human
leukocyte antigen protein G (HLA-G), yang berperan penting dalam
modulasi respon imun, sehingga ibu tidak menolak hasil konsepsi
(pkasenta). Adanya HLA-G pada plasenta dapat melindungi trofoblas
janin dari lisis oleh sel Natura Killer (NK) ibu. Selain itu adanya HLA-G
akan mempermudah invasi sel trofoblas ke dalam jaringan desidua ibu.
Jadi HLA-G merupakan prakondisi untuk terjadinya invasi trofoblas
kedalam jaringan desidua ibu, disamping untuk menghadapi sel Natural
Killer.
Pada plasenta hipertensi dalam kehamilan, terjadi penurunan
ekspresi HLA-G. Berkurangnya HLA-G di desidua daerah plasenta,
menghambat invasi trofoblas kedalam desidua. Invasi trofoblas sangat
penting agar jaringan desidua menjadi lunak, dan gembur sehingga
memudahkan terjadinya dilatasi arteri spiralis. HLA-G akan merangsang
produksi sitikon, sehingga memudahkan terjadinya reaksi inflamasi.
Kemungkinan terjadi immune-maladapatation pada preeklampsia.
d. Teori adaptasi kardiovaskular
Pada hamil normal pembulu darah refrakter terhadap bahan-bahan
vaseproser. Refrakter berarti pembuluh darah tidak peka terhadap
rangsangan bahan vasepresor, atau dibutuhkan kadar vasopresor yang
lebih tinggi untuk menimbulkan respon vasokontrinksi. Pada kehamilan

1
normal terjadi refrakter pembuluh darah terhadap bahan vasopresor adalah
akibat dilindungi oleh adanya sintesis prostaglandin pada sel endotel
pembuluh darah.
Pada hipertensi dalam kehamilan kehilangan daya refrakter
terhadap bahan vasokontriktor, dan ternyata terjadi peningkatan kepekaan
terhadap bahan-bahan vasopresor. Artinya, daya refrakter pembuluh darah
terhadap bahan vasopresor hilang sehingga pembuluh darah menjadi
sangat peka terhadap bahan vasopresor. Ada faktor keturunan dan familial
dengan model gen tunggal. Genotipe ibu lebih menentukan terjadinya
preeklampsia dalam kehamilan secara familial jika dibandingkan dengan
genotipe janin. Telah terbukti bahwa pada ibu yang mengalami
preeklampsia, 26% anak perempuannya akan mengalami preeklampsia
pula, sedangkan hanya 8% anak menantu mengalami preeklampsia.
e. Teori defisiensi gizi
Beberapa peneliti juga menganggap bahwa defisiensi kalsium pada
diet perempuan hamil mengakibatkan resiko terjadinya
preeklampsia/eklamsia. Penelitian di Negara Equador Andes dengan
metode uji klinik, ganda tersamar, dengan membandingkan pemberian
kalsium dan placebo. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu hamil
yang diberi suplemen kalsium cukup, kasus yang mengalami preeklampsia
adalah 14% sedangkan yang diberi glukosa 17%.
f. Teori stimulus inflamasi
Teori ini bersdasarkan fakta bahwa lepasnya debris trofoblas di
dalam sirkulasi darah merupakan rangsangan utama terjadinya proses
inflamasi. Pada kehamilan normal plasenta juga melepaskan debris
trofoblas sebagai sisa-sisa proses apoptosis dan nekrotik trofoblas akibat
reaksi stres oksidatif. Bahan-bahan ini sebagai bahan asing yang kemudian
merangsang timbulnya proses inflamasi. Pada kehamilan normal, jumlah
debris trofoblas masih dalam batas wajar, sehingga reaksi inflamsi juga
masih dalam batas normal.

1
Berbeda dengan proses apoptosis pada preeklampsia, di mana pada
preeklampsia terjadi peningkatan stress oksidatif, sehingga produksi debris
apoptosis dan nekrotik trofoblas juga meningkat. Makin banyak sel
trofoblas plasenta misalnya pada plasenta besar, pada hamil ganda, maka
reaksi stress oksidatif kan meningkat, sehingga jumlah sisa debris
trofoblas makin meningkat. Keadan ini menimbulkan beban reaski
inflamasi dalam darah ibu menjadi jauh lebih besar, disbanding reaksi
inflamasi pada kehamilan normal. Respon inflamasi ini akan mengaktivasi
sel endotel, dan sel-sel granulosit, yang lebih besar pula, sehingga terjadi
reaksi sistemik inflamasi yang menimbulkan gejala-gejala preeklampsia
pada ibu.

5. Penatalaksanaan pada preeklampsia


a. Preeklampsia Ringan
1) Penatalaksanaan rawat jalan pasien preeklampsia ringan, dengan cara:
Ibu dianjurkan untuk beristirahat (berbaring tidur/miring), diet:
cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam; Pemberian sedative
ringan: tablet Phenobarbital 3 x 30 mg atau diazepam 3 x 2 mg peroral
selama 7 hari (atas instruksi dokter); roborantia: kujungan ulang setiap 1
minggu; pemeriksaan laboratorium: hemoglobin, hemotokrit, trombosit,
urin lengkap, asam urat darah, fungsi hati dan fungsi ginjal.
3) Penatalaksanaan rawat tinggal pasien preeklampsia ringan
berdasarkan kriteria: setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan
tidak menunjukkan adanya perbaikan dari gejala-gejala preeklampsia,
kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih perminggu selama dua kali
berturut-turut (2 minggu), timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-
tanda preeclampsia berat. Bila setelah 1 minggu perawatan diatas tidak ada
perbaikan maka preeklampsia ringan dianggap sebagai preeklampsia berat.
Jika dalam perawatan dirumah sakit sudah ada perabikan sebelum 1
minggu dan kehamilan mansih preterm maka penderita tetap dirawat

1
selama 2 hari lagi baru dipulangkan. Perawatan lalu disesuaikan dengan
perawatan rawat jalan. (Yeyeh Ai dan Lia Yulianti 2014, 176).
Jika kehamilan sudah diatas 37 minggu, maka pertimbangkan terminasi
sebagai berikut dibawah ini:
1) Jika serviks matang, lakukan induksi dengan oksitosin 5 IU dalam
500 ml dekstrose IV 10 tetes/menit atau dengan prostaglandin
2) Jika serviks belum matang, berikan prostaglandin, misoprostol atau
kateter Foley, atau terminasi dengan seksio sesaria (Pratono Ibnu
2014, 111).
b. Preeklampsia Berat
1) Segera masuk ke rumah sakit
2) Tirah baringmiring kesatu sisi. Tanda-tanda vital diperiksa setiap 30
menit, memeriksa reflex patella setiap jam.
3) Memasang infuse dengan cairan dexatose 5% dimana setiap 1 liter
diselingi dengan cairan infuse RL (60 -125CC/jam) 500cc.
4) Pemberian anti kejang /anti konvulsan magnesium sulfat (MgSO4)
sebagai pencegahan dan terapi kejang. MgSO4 merupakan obat
pilihan untuk mencegah dan mengatasi kejang pada preeklampsia
berat dan ringan.
Apabila terjadi kejang pada preeklampsia berat maka akan dilakukan
pencegahan:
a. Bila terjadi kejang, perhatikan jalan nafas, pernapasan (oksigen)
sirkulasi (cairan intravena)
b. MgSO4 diberikan secara intravena kepada ibu dengan eklampsia
(sebagai tatalaksana kejang) dan preeklampsia berat (sebagai
pencegahan kejang).
Adapun syarat pemberian MgSO4 adalah sebagai berikut:
1) Tersedia cairan glukosa 10%
2) Ada reflex patella
3) Jumlah urin minimal 0,5 ml/kg BB/jam
Adapun cara pemberian MgSO4 adalah sebagai berikut:

1
a. Berikan dosis awal 4 gram MgSO4 sesuai prosedur untuk mencegah
terjadinya kejang atau kejang berulang dengan cara:
1) Ambil 4 gram larutan MgSO4 (10 ml larutan MgSO4 40%) dan larutan
dengan 10 ml aquades.
2) Berika larutan tersebut secara perlahan-lahan sevara IV selama 20 menit
3) Jika IV sulit, berikan masing-masing 5 gram MgSO4 (12,5 ml larutan
MgSO4 40%) seara Im di bokong kiri dan kanan.
b. Sambil menunggu rujukan mulai dosis rumatan 6 gram MgSO4 dalam 6 jam
sesuai prosedur dengan cara: Ambil 6 gram MgSO4 (15 ml larutan MgSO4
40%) dan larutkan dalam 500 ml larutan. Ringer Laktat, Asetat, lalu berikan
secara IV dengan kecepatan 28 tetes/menit selama 6 jam, dan diulang hingga
24 jam setelah persalinan atau kejang berakhir (bila eklampsia).
c. Melakukan pemeriksaan fisik setiap jam, meliputi tekanan darah, frekuensi
nadi, frekuensi pernapasan, reflex patella dan jumlah urin.
d. Bila frekuensi pernapasan <16x/menit, dan atau tidak didapatkan reflex
patella dan atau oliguria produksi urin <0,5 ml/kg BB/jam), hentikan
pemberian MgSO4.
e. Jika terajdi depresi nafas, berikan cairan glukosa 1 gram secara IV (10 ml
larutan 10 %) bolus dalam 10 menit.
f. Segala ibu hamil denga preeklampsia dan eklampsia dirujuk patau dan nilai
adanya perburukan preeklampsia. Apabila terjadi eklampsia, lakukan
penilaian awal dan tatalaksana kegawatdaruratan. Berikan kembali MgSO4
gram secara IV perlahan-lahan (15-2o menit). Bila setelah pemberian MgSO4
ulang masih terdapat kejang, dapat dipertimbangkan untuk pemberian
diazepam 10 mg secara IV selama 2 menit.
Ada beberapa pertimbangan persalinan atau terminasi kehamilan
sebagai beriukut:
1) Pada ibu dengan eklampsia, bayi harus segera dilahirkan dalam 12 jam
sejak terjadinya kejang
2) Induksi persalinan dianjurkan bagi ibu dengan preeklampsia berat dengan
janin yang belum viable atau tidak akan viable dalam 1-2 minggu.

1
3) Pada ibu dengan preeklampsia berat, dimana janin sudah viable namun
usia kehamilan belum mencapai 34 minggu, manajemen ekspektan
dianjurkan, asalkan tidak terdapat kontraindikasi.
4) Pada ibu dengan preeklampsia berat, di mana usia kehamilan antara 34-
37 minggu, manajemen ekspektan boleh dianjurkan, asalkan tidak
terdapat hipertensi yang tidak terkontrol, disfungsi organ ibu, dan gawat
janin. Lakukan pengawasan ketat.
5) Pada ibu dengan preeklampsia berat yang kehamilannya sudah aterm,
persalinan dini dianjurkan.
6) Pada ibu dengan preeklampsia ringan atau hipertensi gestasional ringan
yang sudah aterm, induksi persalinan dianjurkan (Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan 2013, 112-116).

1
BAB lll
TINJUAN KASUS

LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN NORMAL DENGAN PEB
NY. S UMUR 40 TAHUN G5P4A0 USIA KEHAMILAN 38 MINGGU
DI RSUD WONOSARI GUNUNG KIDUL

Tempat Praktek : RSUD Wonosari Gunung Kidul


No. Reg :-
Tanggal, Jam : 23 Oktober 2022, 21.45 WIB
IDENTITAS
Nama Ibu : Ny. S Nama Suami : Tn. E

Umur : 40 Th Umur : 45 Th

Agama : Islam Agama : Islam

Suku/bangsa : Jawa Suku/bangsa : Jawa

Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Alamat : Wonotoro, Karangmojo Alamat : Wonotoro, Karangmojo

CATATAN PERKEMBANGAN KALA I

Tanggal : 23 Oktober 2022 Pukul : 21.45 WIB


I. PENGKAJIAN DATA/ PENGUMPULAN DATA DASAR
A. Data Subjektif
1. Alasan masuk kamar bersalin : Ny. S datang ke IGD RSUD
Wonosari mengatakan sudah merasa kencang-kencang yang makin
sering
2. Keluhan Utama : Ny. S mengatakan bahwa pusing dan perut terasa
kencang kencang

1
3. Tanda – tanda persalinan
a. Kontraksi sejak : 22.00. WIB
b. Pengeluaran pervaginam : Keluar lendir darah mulai
pukul 22.45 WIB tanggal 23 Oktober 2022
c. Air Ketuban : (-)
4. Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir : Gerakan janin aktif, lebih
dari 10 kali dalam 24 jam
5. Riwayat sebelum masuk kamar bersalin
Ibu merasa kenceng-kenceng, dan tekanan darah >160/110 mmHg
6. Riwayat perkawinan
Kawin : Sah
Pernikahan ke : Kedua
Umur saat menikah : 32 th
Lamanya : 8 th
7. Riwayat menstruasi
Menarche : 13 th
Siklus : 28 hari
Lama : 5 – 6 hari
Sifat : merah, bau khas darah
Disminorhee : tidak
Banyak : 3-4 kali ganti pembalut/hari
HPHT : 31 Januari 2022
HPL : 07 Oktober 2022
8. Riwayat kehamilan ini
a. Riwayat ANC
Trimester I : 2 kali di Puskesmas
Trimester II : 3 kali di Puskesmas
Trimester III : 3 kali di Puskesmas dan 1 kali PMB
b. Obat-obatan/ jamu yang dikonsumsi selama hamil : Tidak ada

1
c. Keluhan/ masalah/ keadaan yang dirasakan ibu selama hamil
Pusing
9. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yag lalu
Tahun Penolong UK Jenis JK Berat Ket
Persalinan Lahir
2005 Bidan Aterm Spontan P 3100 Hidup
2013 Bidan Aterm Spontan L 2100 Hidup
201 Bidan Aterm Spontan P 3100 Hidup
2019 Bidan Aterm Spontan L 3100 Hidup
2022 Hamil ini

10. Riwayat kontrsepsi yang digunakan : Ibu mengatakan pernah


menggunakan KB suntik, implant, dan IUD selama masing masing
lebih dari 3 bulan, namun semuanya gagal.
11. Riwayat kesehatan
a. Penyakit sistematik, menurun, menular yang pernah/ sedang
diderita
Ibu mengatakan tidak pernah/sedang menderita penyakit
menular/menahun seperti jantung, asma, TBC, ginjal, DM,
malaria, HIV/AIDS
b. Penyakit yang pernah/ sedang diderita keluarga
Ibu mengatakan keluarga tidak pernah/sedang menderita
penyakit jantung, asma, TBC, ginjal, DM, malaria, HIV/AIDS
c. Riwayat operasi
Ibu mengatakan tidak pernah opeasi apapun
d. Riwayat kembar, cacat
Ibu mengatakan tidak mempunyai keturunan kembar maupun
cact baik dari pihak ibu maupun suami
e. Riwayat Covid-19
Ibu mengatakan keluarga serta ibu tidak pernah tepapar Covid-
19

1
12. Kebutuhan fisik
a. Nutrisi
Makan terakhir : 23 Oktober 2022, 18.30 WIIB
Minum terakhir : 23 Oktober 2022, 21.00 WIB
Sebelum hamil Selama hamil
1) Makan
Frekuensi : 3 x/hari Frekuensi : 3 x/hari
Porsi : 1 piring Porsi : 1 piring
Jenis : Nasi, sayur, lauk Jenis : Nasi,sayur,lauk
Pantangan : Tidak ada Pantangan : Tidak ada
Keluhan : Tidak ada Keluhan : Tidak ada
2) Minum
Frekuensi : 6 x/hari Frekuensi : 7 x/hari
Porsi : 1 gelas Porsi : 1 gelas
Jenis : Air putih, teh Jenis :Air putih,susu
Pantangan : Tidak ada Pantangan : Tidak ada
Keluhan : Tidak ada Keluhan : Tidak ada
b. Eliminasi
1) BAK terakhir : 23 Oktober 2022, 20.45 WIB
Sebelum hamil Selama hamil
Frekuensi : 5 x/hari Frekuensi:7 x/hari
Konsistensi : Cair Konsistensi : Cair
Warna : Kuning jernih Warna :Kuning jernih
Bau : Khas urin Bau : Khas urin
Keluhan : Tidak ada Keluhan: Tidak ada
2) BAB terakhir : 23 Oktober 2022, 06.00 WIB
Sebelum hamil Selama hamil
Frekuensi : 2 x/hari Frekuensi: 2 x/hari
Konsistensi : Lunak Konsistensi: Lunak
Warna : Kuning Warna : Kuning
Bau : Khas feses Bau : Khas feses

1
Keluhan : Tidak ada Keluhan: Tidak ada
c. Istirahat
Tidur Siang : 2 Jam
Keluhan : Tidak ada
Tidur Malam : 7-8 Jam
Keluhan : Ibu mengatakan ibu terbangun terus
menerus karena merasa tidak nyaman
d. Personal hygiene
Mandi terakhir : 23 Oktober 2022, 15.00 WIB
Keramas : 22 Oktober 2022, 08.00 WIB
Ganti pakaian : 2x/hari
Gosok gigi : 2x/hari
13. Keadaan Psiko, Sosio dan Spiritual
a. Pendamping persalinan : Suami dan keluarga
b. Tanggapan ibu dan keluarga terhadap proses persalinan yang
dihadapi Ibu, suami dan keluarga sangat senang dengan
persalinan serta sudah menantikan persalinan ini
c. Persiapan persalinan yang telah dilakukan
Ibu, suami, dan keluarga sudah menyiapkan persiapan
persalinan seperti pakaian ibu dan bayi, biaya persalinan, serta
kendaraan
d. Pengtahuan tentang proses persalinan
Ibu mengatakan sudah memiliki pengalaman dalam proses
persalinannya, jadi sudah bisa mengatasi kepanikannya sendiri

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda vital
TD : 187/110 mmhg

1
Suhu : 36,5 C
Nadi : 82 x/m
Pernafasan : 20 x/m
d. Berat Badan
1) Sebelum hamil : 62 kg
2) Sesudah hamil : 70 kg
e. Tinggi Badan : 165 cm
f. LILA : 25 cm

2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Mesocephal, tidak ada Massa, tidak ada bekas
operasi., putih bersih, tidak ada nyeri saat ditekan
b. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe,
parotis dan vena jugularis
c. Dada (Payudara) : Simetris, tidak ada luka bekas operassi,
mengi, etaksi dinding dada dan bunyi jantung normal
d. Abdomen :
1) Inspeksi
a) Pembesaran abdomen : Sesuai umur kehamilan
b) Bentuk : Bulat
c) Bekas luka operasi : Tidak Ada
d) Hiperpigmentasi : Sesuai warna kulit ibu
e) Striae gravidarum : Livida
f) Linea : Nigra
g) Gerakan janin : Aktif
2) Auskultasi : Puctum maximum kanan bawah, DJJ : 140
kali/menit, teratur, intensitas sedang
3) His : Fekuensi : 2 X 10’30”, intensitas sedang
4) Palpasi
a) Leopold 1 : TFU 3 jari bawah px, pada fundus teraba
satu bagian bulat, lunak (bokong)

1
b) Leopold 2 : Bagian kanan ibu teraba memanjang seperti
papan, ada tahanan dan keras (punggung). Bagian kiri
ibu teraba kecil-kecil, banyak (ekstremitas)
c) Leopold 3 : Bagian terendah janin teraba satu bagian
bulat, keras (kepala)
d) Leopold 4 : Kedua tangan tidak bertemu /divergen
(sudah masuk panggul)
e) TFU Mc Donald : 26 cm
e. Ekstremitas : Simetris, gerakan aktif, tidak sianosis, adaodema
f. Genetalia Eksterna dan Anus
Vagina : Terdapat pengeluaran lendir campur sedikit darah,
tidak ada pembesaran kelenjar bartolini, tidak ada varises, tidak
ada oedema
Anus : Tidak ada haemorroid

3. Pemeriksaan Dalam
a. Indikasi : Keluar lendir darah dan kenceng-kenceng
b. Tujuan : Untuk mengetahui ibu sudah masuk pesalinan atau
belum
c. Hasil : Vulva uretra tenang, dinding vagina licin, porsio
teraba, pembukaan 1 cm, selaput ketuban (-)
4. Pemeriksaan laboratoriuum
Tanggal : 23 Oktober 2022
a. HbSAg : Non Reaktif
b. Urine Protein : Negatif (-)
c. Swab Antigen : Negatif

I. INTERPRETASI DATA
A. Diagnosa kebidanan
Tanggal : 23 Oktober 2022 Jam : 21.45

1
Ny. S Umur 40 tahun G5P4A0 umur kehamilan 38 minggu janin
tunggal, hidup, intra uteri dengan persalinan kala 1 fase laten
dengan PEB

Data Subjektif
Ny. S mengatakan perutnya kenceng dan pusingnya semakin
bertambah

Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda vital :
TD : 187/110 mmhg
Suhu : 36,5 C
Nadi : 82 x/m
Pernafasan : 20 x/m
d. Berat Badan :
1) Sebelum hamil : 62 kg
2) Sesudah hamil : 70 kg
e. Tinggi Badan : 165 cm
f. LILA : 25 cm
g. Leopold :
1) Leopold I : TFU 2 jari di bawah px, teraba
bokong
2) Leopold II : PUKA
3) Leopold III : Kepala
4) Leopold IV : Divergen
5) TFU mc Donald : 26 cm
6) DJJ : 140 x/menit
7) Kontraksi : 3 x 10”30”

1
8) VT : Vulva uretra tenang, dinding vagina
licin, porsio tidak teraba, pembukaan 1 cm, selaput
ketuban (-)

B. Diagnosa Masalah
Ny S mengatakan pusing selama 2 hari terakhir
C. Kebutuhan
Memberikan dukungan emosional dan psikologis pada ibu dan
melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk memberikan terapi.

II. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL


Diagnosa ibu : eklamsi

III. IDENTIFIKASI TINDAKAN SEGERA


A. Berkolaborasi dengan dr.SpOG
B. Memeriksa vital sign dan DJJ serta pantau tanda persalinan
C. Terapi Dopamet 3x250mg peroral
D. Pemberian 4.RL500 ml drip MgSO4 30cc secara IV dengan
dosis 1gr/1 jam tiap 30tpm

IV. RENCANA TINDAKAN


Tanggal : 23 Oktober 2022 Pukul : 21.45 WIB
1. Observasi keadaan umum dan TTV ibu, tekanan darah (4 jam
sekali) dan suhu (2 jam), nadi (30 menit) serta tanda kemajuan
persalinan
2. Beritahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan
3. Ingatkan ibu untuk teknik relaksasi pernafasan yang baik dan benar
4. Berikan terapi obat berupa RL500 ml drip MgSO4 30cc secara IV
dengan dosis 1gr/1 jam tiap 30tpm dan Dopamet 3x250mg peroral
5. Ingatkam ibu untuk posisi miring kiri
6. Ingatkan untuk memenuhi nutrisi

1
7. Siapkan diri dan alat untuk pertolongan persalinan

V. IMPLEMENTASI
Tanggal : 23 Oktober 2022 Pukul : 21.45 WIB
1. Mengobservasi keadaan umum dan TTV ibu, TD (4 jam sekali),
suhu (2 jam), nadi (30 menit) serta tanda kemajuan persalinan
2. Memberitahu ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa semua dalam
kondisi baik dan menyarakan suami atau keluarga tetap
mendampingi ibu untuk memberikan dukungan semangat.
3. Mengingatkan ibu unruk teknik relaksasi pernafasan yang benar
dan baik apabila ada his yaitu tarik nafas lewat hidung lalu
hembuskan melalui perlahan lewat mulut.
4. Memberikan terapi obat berupa RL500 ml drip MgSO4 30cc
secara IV dengan dosis 1gr/1 jam tiap 30tpm dan Dopamet
3x250mg per oral
5. Mengingatkam ibu untuk posisi miring kiri apabila beristirahat
agar kepala janin cepat turun dan janin mendapatkan suplay
oksigen yang cukup.
6. Memngingatkan untuk memenuhi nutrisi diantara his agar pada
saat his agar ibu ada tenaga pada saat persalinan .
8. Menyiapkan diri dan alat untuk pertolongan persalinan

VI. EVALUASI
Tanggal : 23 Oktober 2022 Pukul : 21.50 WIB
1. Ibu mengetahui keadaan umum dan TTV dalam keadaan normal
dan hasil observasi pembukaan
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda vital :
TD : 187/110 mmhg
Suhu : 36,5 C

1
Nadi : 82 x/m
Pernafasan : 20 x/m
d. Pembukaan : 1 cm
e. DJJ : 140 x/menit
f. Kontraksi : 3 x 10”30”
2. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan bahwa ia dan janinnya
dalam kondisi baik serta suami/keluarga siap mendampingi
3. Ibu bersedia melakukan relaksasi pernafasan dan ibu melakukan
dengan baik
4. Ibu sudah diberikan terapi obat RL500 ml drip MgSO4 30cc secara
IV dengan dosis 1gr/1 jam tiap 30tpm 4.dan Dopamet 3x250mg
peroral
5. Ibu sudah miring kiri
6. Ibu bersedia memenuhi nutrisinya diantara his
7. Sudah dipersiapkan perlengkapan pertolongan persalinan

1
CATATAN PERKEMBANGAN KALA II

Tanggal : 24 Oktober 2022 Pukul : 06.15 WIB


I. PENGUMPULAN DATA DASAR
A. DATA SUBJEKTIF
a. Ibu mengatakan kenceng-kenceng semakin sering dan ingin BAB
b. Ibu mengatakan ingin mengejan
B. DATA OBJEKTIF
a. Merasakan gejala kala II (vulva membuka, perineum menonjol, dan
adanya tekanan pada anus)
b. Kesadaran Umum : Baik
c. DJJ : 148 x/menit
d. Pembukaan lengkap (10 cm)
e. HIS : 5 x setiap 10 menit , lamanya 45 detik

I. INTERPRETASI DATA
A. DIAGNOSA KEBIDANAN
Ny. S umur 40 tahun G5P4A0 umur kehamilan 38 minggu dalam
persalinan kala II normal, dengan PEB
B. MASALAH
PEB
C. KEBUTUHAN
Dukungan psikologis dari keluarga dan penolong persalinan

II. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL


Diagnosa ibu : eklamsi

III. IDENTIFIKASI TINDAKAN SEGERA


1. Mandiri
Tidak ada
2. Kolaborasi

1
Tidak ada
3. Rujukan
Tidak ada

IV. RENCANA TINDAKAN


Tanggal : 24 Oktober 2022 Pukul : 06.15 WIB
1. Beritahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
2. Beritahu ibu daan keluarga bahwa pembukaan sudah lengkap
3. Aanjurkan suami atau keluarga untuk mendampingi
4. Pastikan kelengkapan partus set dan lainnya
5. Lakukan observasi DJJ saat tidak ada HIS
6. Pimpin meneran ketika ada HIS
7. Tolong kelahiran bayi dengan 60 langkah APN
8. Beritahu bahwa pertolongan kelahiran telah selesai

V. IMPLEMENTASI
Tanggal : 24 Oktober 2022 Pukul : 06.15 WIB
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa tanda-
tanda persalinan sudah ada
2. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah lengkap
3. Menganjurkan suami atau keluarga untuk mendampingi
4. Mendekatkan partus set, perlengkapan ibu dan bayi untuk menolong
persalinan dan menatalaksanakan komplikasi segera pada ibu dan bayi
baru lahir
5. Melakukan observasi DJJ saat tidak ada HIS
6. Memimpin meneran ketika ada HIS
Meminta ibu meneran saat ada his dan memberikan pujian ketika ibu
meneran dengan baik
7. Menolong kelahiran bayi dengan 60 langkah APN
1) Meletakan handuk bersih di atas perut ibu, jika kepala bayi telah
membuka 5-6 cm

1
2) Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong.
3) Membuka tutup partus set dan diperiksa kembali kelengkapan
peralatan dan bahan.
4) Memekai sarung tangan DTT/steril pada kedua tangan.
5) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka
vulva maka dilindungi perineum dangan satu tangan secara mantap
yang dilapisi dengan kain bersih dan kering, tangan yang lain
berada didepan dan menempel simfisis menahan kepala bayi untuk
menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala serta
menganjurkan ibu untuk meneran saat ada dorongan alamiahnya
secara perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.
6) Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dengan cara
mengelilingi leher menyeluruh tidak hanya atas/bawah/samping
saja.
7) Menunggu kepala bayi melalukan putaran paksi luar secara
spontan.
8) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, memegang biparietal
dan menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi.
9) Melahirkan bahu depan : Dengan lembut gerakkan kepala kearah
bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis.
Melahirkan bahu belakang :Menggerakkan kearah atas dan distal
untuk melahirkan bahu belakang.
10) Sangga : pindahkan tangan kanan untuk menyangga kepala, leher
dan bahu belakang.
11) Susur : Memindahkan tangan kiri dan posisi seperti gawang untuk
menyusur pada lengan bayi, dada dan punggung serta bokong,
sampai kedua kaki. Memegang kedua mata kaki (masukkan
telunjuk diantara kaki dan pegang masing – masing mata kaki
dengan ibu jari dan jari – jari lainya).
12) Memposisikan bayi untuk menilai bayi :Memposisikan kepala bayi
150 untuk menilai bayi atau kepala lebih rendah ( apakah bayi

1
menangis, bayi bergerak aktif), dengan cara memegang bayi,
tangan kiri diantara kedua kaki bayi dan tangan kanan memegang
kepala bayi selama 2 detik.
13) Mengeringkan Bayi baru lahir
Segera keringkan bayi dengan meletakkan bayi diatas perut ibu
secara horizontal, mengeringkan mulai muka, kepala, dan bagian
tubuh lainya kecuali tangan tanpa membersihkan verniks
14) Mengganti handuk dengan mengganti handuk basah dengan
handuk / kain yang kering, sambil tetap membiarkan bayi diatas
perut ibu.
8. Memberitahu ibu bahwa tindakan pertolongan kelahiran bayi sudah
selesai dan akan dilanjutkan dengan pertolongan kelahiran plasenta.

VI. EVALUASI
Tanggal : 24 Oktober 2022 Pukul : 06.25 WIB
1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan bahwaa semua dalam kondisi
baik
2. Ibu sudah mengetahui bahwa pembukaan sudah lengkap dan ibu
bersedia mengikuti arahan yang telah diberikan bidan
3. Suami mendampingi dan memberi semangat
4. Partus set sudah didekatkan dan perlengkapan bayi sudah disiapkan
5. Observasi telah dilakukan dengan hasil DJJ 48 x /menit
6. Ibu sudah meneran dengan baik dan benar.
7. Telah dilakukan pertolongan persalinan dengan 60 langkah APN. bayi
lahir spontan pada pukul 06.25 WIB menangis kuat,warna kulit
kemerahan, gerakan aktif, jenis kelamin perempuan, tidak cacat, dan anus
positif. Dengan berat 2010kg, panjang 45cm, dan lingkar dada 32cm
8. Ibu sudah mengetahui pertolongan kelahiran bayi sudah dilakukan, dan
ibu bersedia untuk dilakukan tindakan pertolongan kelahiran plasenta

1
CATATAN PERKEMBANGAN KALA III
Tanggal : 24 Oktober 2022 Pukul : 06. 25 WIB

I. PENGUMPULAN DATA DASAR


A. DATA SUBJEKTIF
a. Ibu mengatakan perutnya mules.
b. Ibu mengatakan lega dan senang atas kehadiran anaknya
B. DATA OBJEKTIF
a. Bayi Ny. S lahir spontan pada jam 06.25 WIB dengan berat badan
2010 gram, jenis kelamin Perempuan
1) Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran :ComposMentis
2) Tanda-tanda vital
a. Tekanan Darah : 180/107 mmHg
b. Nadi : 93 x/mnt
c. Pernapasan : 22 x/mnt
d. Suhu : 36 º C
b. Abdomen : kontraksi uterus baik, uterus terba bulat, TFU
setinggi pusat, kandung kemih kosong.
c. Plasenta belum lahir.
d. Janin tunggal

II. INTERPRETASI DATA DASAR


1) Diagnosa Kebidanan
Diagnose Subjektif
Ny. S umur 21 tahun P5A0 umur kehamilan 38 minggu persalinan
kala III.
Diagnose Objektif
1 Plasenta belum lahir
2 TFU setinnggi pusat

1
3 Uterus keras, tali pusat memanjang, ada semburan darah
2) Masalah
Ibu merasa lelah dan perutnya terasa mulas
3) Kebutuhan
Dukungan psikologis

III. DIAGNOSA POTENSIAL


Tidak ada

IV. TINDAKAN SEGERA


Tidak ada

V. RENCANA TINDAKAN
Tanggal : 24 Oktober 2022
Pukul : 06. 25 WIB
1 Beritahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik baik saja
dan memberitahu bahwa plasenta akan dilahirkan
2 Suntik injeksi oksitosin 10IU secara IM pada sepertiga paha bagian
luar
3 Periksa tanda-tanda pelepasan plasenta
4 Lakukan penegangan tali pusat terkendali saat ada his
5 Lahirkan plasenta apa bila sudah tampak di introitus vagina
6 Lakukan masase uterus dan periksa kelengkapan plasenta
7 Periksa ada tidak nya laserasi jalan lahir
8 Lakukan penilaian keadaan umum, vital sign, TFU, kontraksi dan
jumlah perdarahan

VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 24 Oktober 2022
Pukul : 06. 25 WIB

1
1 Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik dan
memberitahu bahwa plasenta akan dilahirkan.
2 Menyuntikkan 2 injeksi oksitosin 10IU secara IM pada sepertiga
paha bagian luar
3 Memeriksa adanya pelepasan tanda-tanda plasenta yaitu terdapat
semburan darah ,uterus keras,tali pusat memanjang
4 Melakukan penegangan tali pusat terkendali saat ada
his,Meletakkan satu tangan diatas kai pada tas perut ibu ( diatas
simpisis), untuk mendeteksi kontraksi. Tangan satunya memegang
klem untuk menegangkan untuk menegangkan tali pusat.
5 Melahirkan plasenta apa bila sudah tampak di intoitus vagina
a. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat ke arah
bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah
belakang-atas (dorsokarnial) secara hati-hati (untuk mencegah
inversio uteri). Mengentikan penegangaan tali pusat dan
menunggu hingga timbuk kontraksi berikutnya dan mengulangi
kembali prosedur tersebut jika plasenta tidak lahir setelah 30-
40 detik.
b. Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus ke
arah dorsal ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat ke arah
distal maka melanjutkan dorongan ke arah kranial hingga
plasenta dilahirkan.
c. Saat plasenta muncul di intoitus vagina, melahirnya plasenta
dengan kedua tangan. Memegang dan memutar plasenta hingga
selaput ketuban terpilin kemudian melahirkan dan
menempatkan plasenta ke wadah yang telah disediakan.
5. Melakukan masase uterus dan periksa kelengkapan plasenta
Segera setelah plasenta dan selapus ketuban lahir,
meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase
dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus
berkontraksi ( fundus uteri terasa keras).

1
Memeriksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) memastikan
plasenta telah dilahirkan lengkap : Plasenta lahir lengkap,berat
plasenta 500 gram,panjang plasenta 40 cm,insersi tali pusat ada
ditengah,kotiledon utuh tidak ada yang tertinggal
6. Memeriksa ada tidak nya laserasi jalan lahir
Mengevaluasi kemungkinan laterasi pada vagina dan perineum.
Melakukan penjahitan bila terjadi laterasi yang luas menimbulkan
pendarahan.
7. Memberitahu keadaan umum baik, kesadaran composmentis,
Tekanan Darah : 180/107 mmHg
Nadi : 93 x/menit.
Suhu : 36 ° C
Respirasi : 22 x/menit.
TFU setinggi pusat, kontraksi uterus keras. Perdarahan ± 150 ml

VII. EVALUASI
Tanggal : 24 Oktober 2022
Pukul : 06. 45 WIB
1 Ibu mengetahui hasil pemeriksaannya dan mengerti bahwa
plasenta akan dilahirkan
2 Sudah dilakukan penyuntikkan 2 injeksi oksitosin 10IU secara
IM pada sepertiga paha bagian luar
3 Sudah terdapat tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu adanya
semburan darah tali pusat memanjang, uterus globuler
4 Melakukan peregangan tali pusat saat ada his
5 Plasenta dilahirkan setelah tampak di intoitus vagina
6 Telah dilakukan masase, kontraksi uterus keras, plasenta lahir
lengkap
7 Terdapat laserasi jalan lahir derajat II
8 Ibu dan keluarga tahu bahwa plasenta sudah lahir lengkap pada
pukul 06. 35 WIB

1
CATATAN PERKEMBANGAN KALA IV
Tanggal : 24 Oktober 2022 Pukul : 06. 45 WIB

DATA PENGUMPULAN DATA DASAR


1) DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan lelah tetapi senang karena bayinya sudah lahir dan ari-ari
sudah keluar
2) DATA OBJEKTIF
a. Keadaan Umum : Baik
b. Keasadaran : Composmentis
c. TD : 178/105 mmhg
d. N : 80 x/menit
e. S : 36 0C
f. R : 20 x/menit
g. TFU : Setinggi pusat
h. Kontraksi uterus : Keras
i. Pendarahan : ± 10 cc
j. Laserasi : Laserasi derajat II

I. INTERPRETASI DATA DASAR


1. DIAGNOSA
Ny. S P5A0 umur 40 tahun postpartum kala IV
2. MASALAH
Tidak ada
3. KEBUTUHAN
Tidak ada

II. DIAGNOSA POTENSIAL


Tidak ada

1
III. TINDAKAN SEGERA
Tidak ada

IV. RENCANA TINDAKAN


Tanggal : 24 Oktober 2022 Pukul : 06. 45 WIB
1 Beritahu ibu hasil pemeriksaan
2 Lakukan penjahitan perineum dengan anastesi
3 Bersihkan ibu dari sisa-sisa darah, air, dan air ketuban, dekontaminasi
tempat persalinan
4 Periksa kontraksi uterus
5 Rendam alat di larutanclorin 0,5%
6 Ajarkan ibu dan keluarga cara masase fundus uteri
7 Anjurkan keluarga untuk member makan dan minum pada ibu
8 Observasi vital sign, TFU, kontraksi uterus, kandung kemih dan
perdarahan setiap 15 menit pada satu jam pertama dan setiap 30 menit
pada jam kedua
9 Pastikan ibu nyaman,membantu memberikan ASI dan dilakukan IMD
10 Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendam di dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit,Mencuci kedua tangan dengan sabun
dan air mengalir kemudian mengeringkan dengan tissue atau handuk
bersuh dan kering.
11 Berikan terapi obat per oral berupa amoxcilin 3x500mg, asam mefenamat
3x500mg, SF 1X1tab, vit A 1X1 tab

V. IMPLEMENTASI
Tanggal : 24 Oktober 2022 Pukul : 06.45 WIB
1 Memberitahu ibu bahwa hasil pemeriksaan ibu dalam keadaan
baik,terdapat laserasi jalan lahir dan akan dilakukan
2 Melakukan penjahitan perineum dengan anastesi

1
3 Membersihkan ibu dari sisa-sisa darah, air, dan air ketuban,
dekontaminasi tempat persalinan
4 Memeriksa kontraksi uterus
5 Merendam alat di larutanclorin 0,5%
6 Mengajarkan ibu dan keluarga cara masase fundus uteri
Dengan gerakan memutar searah jarum jam,jika teraba keras maka
kontraksi baik
7 Menganjurkan keluarga untuk memberi makan dan minum pada ibu
8 Mengobservasi vital sign, TFU, kontraksi uterus, kandung kemih dan
perdarahan setiap 15 menit pada satu jam pertama dan setiap 30 menit
pada jam kedua
9 Memastikan ibu nyaman,membantu memberikan ASI dan dilakukan IMD
10 Melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendam di dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit,Mencuci kedua tangan dengan sabun
dan air mengalir kemudian mengeringkan dengan tissue atau handuk
bersuh dan kering.
11 Memberikan terapi obat per oral berupa amoxcilin 3x500mg, asam
mefenamat 3x500mg, SF 1X1tab, vit A 1X1 tab

VII. EVALUASI
Tanggal : 24 Oktober 2022 Pukul : 07.00 WIB
1 Ibu mengetahui hasil pemeriksaannya
2 Telah dilakukan hecting jelujur dengan anastesi
3 Tubuh ibu bersih dari sisa-sisa darah dan air ketuban
4 Ibu sudah dicek kontraksi dengan hasil kontraksi uterus keras
5 Alat sudah disterilkan
6 Ibu dan keluarga mengerti mengenai cara masase uterus
7 Ibu sudah makan dan minum
8 Keadaan umum ibu baik, kesadaran compos mentis,
Tekanan darah :178/105 mmHg,
Nadi : 93 x/menit,

1
Respirasi : 22 x/menit,
Suhu : 36°C
Terdapat laserasi derajat 2,Telah dilakukan hecting, TFU setinggi
pusat, jumlah perdarahan ± 10cc
9. Ibu dalam keadaan nyamjan
10. Sudah melakukan dekontaminasi
11. Terapi obat per oral berupa amoxcilin 3x500mg, asam mefenamat
3x500mg, SF 1X1 tab, vit A 1X1 tab sudah diberikan

1
TABEL PEMANTUAN KALA IV
Tanggal : 24 Oktober 2022 Pukul : 07.00 WIB
Ja Waktu TD N S R TFU Kontrak Kandun Perdaraha
m R si Uterus g n
ke Kemih
I 07.15 175/10 9 36 o
20 Setingg Keras Kosong ± 20 cc
WIB 3 3 C i pusat
mmhg

07.30 170/97 9 36,2 22 Setingg Keras Kosong ± 10 cc


WIB mmhg 0 o
C i pusat

07.45 173/10 8 36 o
22 1 jari Keras Kosong ± 5 cc
WIB 0 8 C dibawa
mmhg h pusat

08.00WI 169/93 8 35,3 24 1 jari Keras 5 cc ± 5 cc


B mmhg 3 o
C dibawa
h pusat

II 08.30 157/90 8 36 o
20 1 jari Keras Kosong ± 10 cc
WIB mmhg 0 C dibawa
h pusat

09.00WI 148/93 7 36 o
20 1 jari Keras Kosong ± 20 cc
B mmhg 5 C dibawa
h pusat

1
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan di bahas tentang kesenjangan antara teori dan tinjauan
kasus pada pelaksanan manajemen asuhan kebidanan pada Ny “S” dengan
preeklampsia berat yang dirawat di RSUD Wonosari Gunung Kidul. Masa
kehamilan Ny. “S’’ cukup beresiko karena Ny. “S” memiliki tekanan darah yang
cukup tinggi.
Pada tanggal 23 Oktober 2022 pukul 21.45 WIB, Ny. S datang ke IGD
RSUD Wonosari dengan keluhan kenceng-kenceng. Keluhan tersebut merupakan
faktor fisiologis, seperti teori daro Mochtar (2000) dan Mochtar, Rustam (1998).
Pada kala I fase laten, pasien datang dengan keluhan kenceng – kenceng.
Observasi dengan menggunakan partograf sampai pembukaan lengkap dengan
menilai TTV, His, dan DJJ, pembukaan, ketuban, penurunan kepala. Pada Ny. S
pemantauan sampai pembukaan lengkap tidak melewati garis waspada. Hal ini
sesuai dengan teori tahap persalianan menurut (Prawirohardjo 2012).
Kala II pada Ny. S diberikan asuhan meliputi mengobservasi TTV, DJJ
serta his, memimpin ibu meneran, menghadirkan pendamping selama proses
persalinan, serta memenuhi asupan nutrisi ibu, menjaga privasi ibu. Sesuai dengan
teori dari Prawirohardjo 2012.
Setelah bayi lahir terdapat tanda – tanda pelepasan plasenta : uterus
globular, tali pusat memanjang dan terdapat semburan darah tiba – tiba.
Melakukan manajemen aktif kala III yaitu memberikan oksitosin 10 IU IM,
melakukan peregangan tali pusat terkendali, massase fundus uterus setelah bayi
lahir selama 15 detik. dan melahirkan plasenta dengan cara tangan kiri berada di
atas shympisis mendorong ke arah dorso kranial, setelah plasenta berada di vulva
tangkap dengan kedua tangan dan putar searah jarum jam. Kala III pada Ny. s
berlangsung 5 menit, hal tersebut sesuai dengan teori meurut (Prawirahardjo
2012).
Pada kala IV dilakukan observasi selama 2 jam pertama, yaitu setiap 15
menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua. Yang dinilai tekanan

1
darah, nadi, suhu, TFU, kontraksi uterus, kandung kemih dan darah yang keluar.
Hal ini sesuai dengan asuhan persalinan kala IV teori menurut (Prawirohardjo
2012). Pada kala IV juga dilakukan pemeriksaan robekan perineum dengan
perkiraan jumlah darah yang keluar.

1
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada kasus di atas mahasiswa mampu melakukan pengkajian data
meliputi data subjektif dan data objektif. Data subjektif meliputi anamnesa
berupa identitas, riwayat kesehatan, kehamilan, keluhan ibu, dan lain-lain.
Sedangkan data objektif meliputi pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang.
Setelah melakukan pengumpulan data mahasiswa mampu membuat
diagnose kebidanan sesuai kasus, lalu mahasiswa juga mampu membuat
perencanaan untuk di implementasikan. Setelah itu, mahasiswa mampu
melakukan implementasi dari rencana tersebut dan mengevaluasi keadaan
klien.
Berdasarkan tinjauan kasus asuhan kebidanan ibu bersalin pada
Ny. S umur 40 tahun G5P4A0 umur kehamilan 38 minggu, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Persalinan kala I pada Ny. S berjalan lancar serta kemajuan persalinan
pada ibu dan janin dalam batas normal, tidak ada kelainan maupun
komplikasi. Penanganan dilakukan dengan terencana sesuai dengan
asuhan persalinan normal.
2. Persalinan kala II pada Ny. S berjalan lancar sesuai dengan asuhan
persalinan normal. Bayi lahir spontan normal tanggal 24 Oktober
2022 pukul 06.25 WIB, jenis kelamin perempuan, bayi menangis kuat,
warna kulit kemerahan, gerakan aktif, anus berlubang.
3. Persalinan kala III pada Ny. S berjalan lancar, plasenta lahir spontan
pukul 06.35 WIB, lengkap. Penanganan dilakukan sesuai asuhan
persalinan normal.
4. Persalinan kala IV pada Ny. S berjalan lancar sesuai dengan asuhan
persalinan normal, tidak ada tanda kegawatan. Ibu dan bayi dalam
keadaan baik.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mengemukaan beberapa
saran yaitu :
1. Bagi Ibu dan keluaga
Dapat melakukan kunjungan rutin ke pelayanan kesehatan untuk
memperoleh KIE yang tepat
2. Bagi Mahasiswa
Dalam menambah ilmu pengetahuan mahasiswa tentang asuhan
persalinan normal, banyak cara yang bisa dilakukan seperti halnya
dengan memperbanyak referensi atau literatur, melakuan
penelitian-penelitian ilmiah, mengikuti seminar kebidanan
3. Bagi lahan praktik
Dapat menjadi sebuah evaluasi untuk dapat meningkatkan
pelayanan dengan baik sehingga tercapai kepuasan pasien
DAFTAR PUSTAKA

Bobak. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta :


Buku Kedokteran EGC
Fraser, DM & Cooper MA. 2012. Buku Saku Praktik Klinik
Kebidanan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Indrayani, D. 2013. Asuhan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir.
Jakarta: Trans Info Media
Kemenkes RI. 2016 Profil Data Kesehatan Indonesia tahun 2016.
Jakarta: Pusat Data dan informasi Kemenkes RI
Kemenkes RI. 2013 Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
tahun 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik, Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana Nasional Kemenkes RI
Laurent S. 2009. Ensiklopedia Perkembangan Bayi. Surabaya:
Erlangga
Rahardjo, K & Marmi. 2015. Asuhan Neonatus Bayi, Balita Dan
Anak Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Saifuddin, AB. 2014 Buku Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Saleha, S. 2012 Asuhan Kebidanan Neonates, Bayi Dan Balita.
Makassar: Alauddin University Press
Varney H et al. 2012. Varney’s Midwifery, 4th edition. Jones and
Bartlett Pub
Wahyuni, S. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi Dan Balita: Penuntun
Belajar Praktik Klinik. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Walyani, ES & Purwoastuti Th. Endang. 2015. Asuhan Kebidanan
Persalinan Dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta
Buku Asuhan Persalinan dan bayi Baru Lahir (2016)
http://repository.poltekkesbdg.info/items/show/1535
http://repository.unimus.ac.id/1309/3/5.%20BAB%20II
%20Tinjauan%20Pustaka.pdf
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN NORMAL DENGAN PEB


NY. S UMUR 40 TAHUN G5P4A0 USIA KEHAMILAN 38 MINGGU
DI RSUD WONOSARI GUNUNG KIDUL

Disusun Oleh :
Nama : Resha Septiani Nur Saputri
NIM : P27224020298
Prodi : D3 Kebidanan

TANGGAL PENGKAJIAN : 23 Oktober 2022


TANGGAL PERSETUJUAN:

Menyetujui,

Pembimbing Lapangan Pembimbing Institusi

Sriyanti, SST Lutfiana Puspitasari, S.Si.T., MPH


NIP. 197809041998032001 NIP. 919850511201801201

Anda mungkin juga menyukai