Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO, 2015) kematian

ibu adalah kematian selama kehamilan atau dalam periode 42 hari

setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait

dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi

bukan disebabkan oleh kecelakaan/cidera. Berdasarkan Survei

Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2020, angka

kematian ibu di Indonesia masih tinggi sebesar 230 per

100.000/tahunnya (Infodatin, 2020). Angka Kematian Ibu (AKI) di

Jawa Barat pada tahun 2020 sebesar 416 kasus. Penyebab

kematian ibu masih didominasi oleh Perdarahan sebanyak 28%,

Hipertensi 29%, dan infeksi 4%. Dalam upaya menurunkan AKI di

Jawa Barat Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat meningkatkan

program- program kesehatan diantaranya meningkatkan

pelayanan kesehatan salah satunya adanya penempatan dokter

spesialis (Obgyn, anak, penyakit dalam, anastesi, dan bedah) di

rumah sakit kabupaten/kota yang bertujuan untuk membantu

kegawat daruratan pada ibu serta membantu persalinan. (Dinkes

Jawa Barat, 2020)

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi

(janin dari uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar

kandungan melalui jalan lahir, dengan bantuan atau tanpa

bantuan (Manuaba, 2010). Persalinan merupakan proses fisiologis

17
18

yang terjadi pada setiap wanita hamil. Proses persalinan tidak

selalu berlangsung secara normal. Pada persalinan abnormal

ditemukan kemajuan yang buruk dalam persalinan. Kemajuan

persalinan bergantung pada lima variabel, yaitu power (kekuatan),

passanger (penumpang atau janin dan plasenta), passage (jalan

lahir), psyche (psikis), dan penolong.

Abnormalitas pada satu atau faktor dapat memperlambat

kemajuan normal dalam persalinan. Adapun faktor dari janin yaitu

kehamilan lewat waktu, ketuban pecah dini dan janin mati.

Sedangkan faktor dari ibu adalah Kehamilan dengan Hipertensi dan

Kehamilan dengan Diabetes Melitus. Oleh karena itu, kehamilan

harus segera diselesaikan dengan dilakukannya tindakan induksi

persalinan untuk mempercepat keluarnya janin. Induksi persalinan

dimaksudkan sebagai stimulasi kontraksi sebelum mulai terjadi

persalinan spontan dengan atau tanpa ruptur membran. Induksi

dapat dilakukan dengan pemberian prostaglandin, oksitosin,

pemberian cairan hipertonik intrauterine, dan amniotomi ( Sarwono,

2015).

Namun tidak setiap pemberian induksi persalinan pada ibu

hamil akan berhasil. Keberhasilan induksi dapat dilakukan dengan

penilaian timbulnya kontraksi rahim dinilai dalam setiap 15 menit.

Apabila setelah dilakukan penilaian setiap 15 menit sekali his tetap

lemah, tetesan oksitosin dapat dinaikan. Umumnya tetesan

maksimal diperbolehkan sampai mencapai kadar oksitosin 30-40 m

IU/menit. Apabila sudah mencapai kadar ini, namun kontraksi rahim


19

belum juga timbul, maka berapapun kadar oksitosin yang dinaikan

tidak akan menimbulkan tambahan kekuatan kontraksi lagi. Maka

dari itu, infus oksitosin harus segera dihentikan dan kehamilan

harus segera diselesaikan dengan dilakukannya tindakan sectio

caesarea (Prawihardjo Sarwono, 2015).

WHO (2015) mengatakan angka kejadian Sectio Caesarea

meningkat di negara-negara berkembang. Sedangkan menurut

Riskesdas 2018 menyatakan bahwasanya di Indonesia terdapat

15,3% persalinan dilakukan melalui operasi sectio caesarea.

Provinsi tertinggi yang terdapat persalinan melalui Sectio Caesarea

adalah DKI Jakarta (27,2%), Kepulauan Riau (24,7%), dan

Sumatera Barat (23,1%) (Depkes RI, 2018). Sedangkan angka

kejadian sectio caesarea dengan indikasi gagal induksi di RSUD

Cibabat kota Cimahi dari 2 januari 2022 sampai 08 Februari 2022

terdapat 28 kasus Sectio Caesarea merupakan tindakan medis

yang diperlukan untuk membantu persalinan dengan indikasi

tertentu, baik akibat masalah kesehatan ibu atau kondisi janin.

Persalinan sectio caesarea dilakukan ketika persalinan normal tidak

bisa dilakukan lagi. Tindakan sectio caesarea saat ini dilakukan

tidak lagi dengan pertimbangan medis, tetapi juga dengan

permintaan pasien sendiri atau saran dokter yang menangani. Hal

tersebut yang menjadi faktor penyebab meningkatnya angka

kejadian sectio caesarea (Ayu Ningtyas et al., 2018).

Tindakan sectio caesarea menyebabkan nyeri dan


20

mengakibatkan terjadinya perubahan kontinuitas jaringan karena

adanya pembedahan. Nyeri merupakan pengalaman sensori dan

emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan

jaringan aktual dan potensialyang sangat mengganggu dan

menyulitkan banyak orang dan sangat individual karena rasa

nyeri yang tidak dapat dibagi kepada orang lain (Anjarsari, 2019).

Proses persalinan secara sectio caesarea memiliki risiko bayi lebih

tinggi untuk tidak disusui oleh ibunya dibandingkan dengan bayi

yang lahir secara pervaginam. Hal ini disebabkan karenakondisi

ibu yang melahirkan secara sectio caesarea merasakan nyeri &

akan merasakan kesulitan untuk menyusui bayinya, serta

keterlambatan dalam melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) yang

akan menimbulkan penurunan sekresi prolaktin (Bodner et al.,

2011; Senarath et al., 2011; Alves et al., 2013).

Peran perawat yang dibutuhkan pada proses pemulihan

pasien post partum sectio caesarea diantaranya sebagai

diantaranya sebagai care giver, edukator, dan kolaborator.

Peran perawat menjadi care giver yaitu memenuhi kebutuhan

dasar pada pasien serta memantau tanda – tanda vital (TTV)

pada pasien, sedangkan educator dibutuhkan untuk

memberikan edukasi penting nya menyusui efektif serta

memberikan edukasi tanda-tanda bahaya masa nifas, serta

menjadi kolaborator dalam pemberian obat terhadap pasien

postpartum sectio caesarea atas indikasi gagal induksi (Budiono,

2016).
21

Penatalaksanaan inisiasi menyusui dini (IMD) pada pasien

post partum Sectio Caesarea dilakukan setelah dinding abdomen

ditutup (masih dalam 1 jam pertama kelahiran bayi) dimulai dari

ruang recovery sampai berlanjut ke ruang perawatan. Dilakukan

minimal 1 jam kontak kulit ibu dan bayi. Lalu penatalaksanaan

penanganan nyeri dapat dilakukan dengan memberikan teknik

relaksasi dan memberikan aroma terapi pada ruangan serta

memberi panduan relaksasi otot, nafas, dan pikiran (Nursari Abdul

Syukur dan Susi Purwanti, 2020).

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik melakukan

asuhan keperawatan tentang “Asuhan Keperawatan Post Partum

Sectio CaesareaAtas Indikasi Gagal Induksi”.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan
Adapun tujuan umum pada penulisan karya tulis ilmiah ini

adalah untuk melakukan & melaporkan tentang pelaksanaan

asuhan keperawatan post partum sectio caesaria atas indikasi

gagal induksi persalinan.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien

postpartum sectio caesarea atas indikasi gagal induksi

persalinan

b. Mampu menegakan diagnosa keperawatan pada pasien

dengan post partum sectio caesaria atas indikasi gagal

induksi persalinan.
22

c. Mampu merencenakan tindakan keperawatan pada

pasien dengan post partum sectio caesaria atas indikasi

gagal induksi persalinan.

d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada

pasien dengan post partum sectio caesaria atas indikasi

gagal induksi persalinan.

e. Mampu melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan

asuhan keperawatanyang telah dilakukan pada pasien

dengan post partum sectio caesaria atas indikasi gagal

induksi persalinan.

f. Mampu melakukan dokumentasi terhadap pelaksanaan

asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada pasien

dengan post partum sectio caesaria atas indikasi gagal

induksi persalinan.

C.Kerangka Penulisan
1. Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data untuk menyusun karya tulis ilmiah

ini,penulis menggunakan pengumpulan data dengan cara sebagai

berikut :

a. Observasi Partisipatif

Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan

obsevasi terhadap pasien dengan dilibatkan nya

penulis dengan kegiatan klien sehingga didapatkan

data yang lebih lengkap serta akurat.

b. Wawancara
23

Pengumpulan data dilakukan dengan cara tanya

jawab/anamnesis kepada pasien, keluarga/orang

terdekat pasien, dengan menggunakan komunikasi

terapeutik guna mencapai hubungan saling percaya

antara pasien dengan tenaga kesehatan untuk

mendapatkan data subyektif.

c. Pemeriksaan Fisik.

Penulis melakukan pemeriksaan fisik dari ujung

kepala sampai kaki dengan teknik inspeksi, palpasi,

perkusi, dan auskultasi untuk mendapatkan data

obyektif.

d. Studi Literatur.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara

mengenali sumber- sumber pengetahuan melalui

jurnal-jurnal atau buku–buku dengan maksimal

terbitan 10 tahun terakhir, kemudian melalui browsing

di internet berkaitan dengan asuhan keperawatan

pasien post partum sectio caesaria atas indikasi gagal

induksi persalinan.

e. Studi Dokumentasi.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara

menelaah catatan- catatan tentang kasus pasien yang

didokumentasikan dalam rekam medik.

2. Tempat dan Waktu


24

Asuhan keperawatan ini dilakukan di Ruang

C4 RSUD Cibabat Kota Cimahi selama 3 hari dan 2

hari dilakukan dengan homevisit.

3. Manfaat Penulisan

a. Manfaat Teoritis

Karya tulis ini diharapkan dapat memberikan

manfaat sebagai pengembangan ilmu dan panduan

dalam megelola suatu studi kasus pada kasus asuhan

keperawatan post partum sectio caesarea Atas indikasi

gagal induksi persalinan di dalam bidang Keperawatan

Maternitas.

b. Manfaat Praktik

1) Bagi Perawat

Manfaat penulis bagi perawat diharapkan dapat

memberikan manfaat dalam dunia keperawatan yang

bisa dipakai sebagai panduan asuhan keperawatan

dalam mengelola asuhan keperawatan post partum

sectio caesarea atas indikasi gagal induksi persalinan.

2) Bagi Rumah Sakit

Sebagai panduan perawat pengelolaan post partum sectio

caesaria atas indikasi gagal induksi persalinan agar

meningkatkan kredibilitas perawat.

3) Bagi Instusi Pendidikan.

Sebagai evaluasi dan masukan bagi universitas jenderal

achmad yani dalam menambah referensi dalam bidang


25

keperawatan, terutama pada keperawatan maternitas

4) Bagi Penulis.

Dapat melakukan & membandingkan antara teori ilmu


pengetahuan

seputar post partum sectio caesarea dan melakukan

asuhan keperawatan secara langsung terhadap pasien

post partum sectio caesaria atas indikasi gagal induksi

persalinan.

Anda mungkin juga menyukai