Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan adalah proses yang terjadi dimulai dari terbukanya leher
rahim hingga proses keluarnya bayi serta plasenta melalui jalan lahir (rahim).
Persalinan dibagi dalam tiga jenis, yaitu: persalinan normal, persalinan buatan,
dan persalinan anjuran/induksi. Persalinan normal adalah proses persalinan
yang melalui vagina (pervaginam). Persalinan anjuran/induksi terjadi setelah
pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin, sedangkan per-
salinan buatan adalah persalinan dengan bantuan tenaga dari luar misalnya
dengan forceps atau Sectio Caesarea (Pamilangan et al., 2019a).
Persalinan Sectio Caesarea (SC) merupakan proses pembedahan untuk
melahirkan janin melalui irisan pada dinding perut dan dinding rahim.
Persalinan dengan metode Sectio Caesarea dilakukan atas dasar indikasi medis
baik dari sisi ibu dan janin, seperti placenta previa, presentasi atau letak
abnormal pada janin, serta indikasi lainnya yang dapat membahayakan nyawa
ibu maupun janin (Zumrotun Nisak & Andriani Kusumastuti, 2023)
Ada berbagai alasan mengapa janin tidak bisa, atau tidak boleh
dilahirkan melalui vagina. Persalinan dengan Sectio Caesarea disebabkan
karena adanya indikasi medis dan non medis. Indikasi non medis dipengaruhi
oleh usia, pendidikan, sosial budaya, dan sosial ekonomi. Adapun indikasi
medis dilakukannya tindakan Sectio Caesarea yaitu karena partus lama, gawat
janin, pre-eklamsia, eklamsia, plasenta previa, kehamilan kembar, solusio
plasenta, panggul sempit, dan indikasi Sectio Caesarea sebelumnya
(Pamilangan et al., 2019b)
Sectio Caesaria (SC) terus meningkat diseluruh dunia, rata-rata
persalinan Sectio Caesarea yaitu 5%-15% per 1000 kelahiran di dunia, angka
kejadian di rumah sakit pemerintah rata-rata 11%, sementara di rumah sakit
swasta bisa lebih dari 30%. Selain itu prevalensi angka kejadian persalinan
meningkat di beberapa negara-negara maju yaitu dengan angka terendah di
Angola 2,3% sampai angka tertinggi 46,2% di Cina, di Amerika mencapai 32%,
di Asia mencapai 27%, di Amerika Latin 35%, Inggris 4,5%. (WHO, 2020).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018 angka
kejadian persalinan Sectio Caesarea di Indonesia adalah sebesar 17,6%, data
tertinggi terdapat di wilayah DKI Jakarta sebesar 31,3% dan terendah di Papua
sebesar 6,7% (Kemenkes RI, 2019). Tingkat Jawa Tengah pada tahun 2018
persalinan Sectio Caesarea sebanyak 17,10% dan sisanya adalah persalinan
pervaginam (Dinkes Jawa Tengah, 2019) dalam (Rias Savita et al., 2023). Dari
data BPJS Kesehatan cabang Kudus tahun 2018 Di RSUD dr. Loekmono Hadi
Kudus, tercatat 340 ibu (37,5%) melahirkan dengan operasi Caesar (Roy
Kusuma, 2018)
Masalah yang muncul pada tindakan setelah Sectio Caesarea akibat
insisi oleh robekan jaringan dinding perut dan dinding uterus dapat
menyebabkan terjadinya perubahan kontinuitas sehingga ibu merasa nyeri
karena adanya pembedahan. Pasien post SC akan mengeluh nyeri pada daerah
insisi yang disebabkan oleh robeknya jaringan pada dinding perut dan dinding
uterus. Nyeri punggung atau nyeri pada bagian tengkuk juga merupakan
keluhan yang biasa dirasakan oleh ibu post SC, hal itu dikarenakan efek dari
penggunaan anastesi epidural saat operasi (Hani et al., 2022).
Nyeri adalah suatu stressor pengalaman sensorik dan emosional berupa
sensasi yang tidak nyaman akibat adanya kerusakan suatu jaringan. Pengukuran
nyeri menurut Numeric Rating Scale (NRS) dapat dibedakan menjadi tidak
nyeri (0), nyeri ringan dengan skla(1-3), nyeri sedang dengan skala (4-6) dan
nyeri berat dengan skala (7-10) menurut Metasari & Sianipar dalam (Febiantri
& Machmudah, 2021). Adapun proses terjadinya nyeri menurut Yadi et al dalam
(Septiana Devi & Wulandari, 2023), Dimulai ketika bagian tubuh terluka oleh
tekanan, potongan, sayatan dingin atau kekurangan oksigen pada sel, maka
bagian tubuh yang terluka akan mengeluarkan berbagai macam substansi
intraseluler dilepaskan ke ruang ekstraseluler maka akan mengiritasi nosiseptor.
Nosiseptor adalah reseptor yang terletak secara perifer, yang dimana sensitif
terhadap rangsang nyeri atau rangsangan yang semakin lama akan
menyebabkan nyeri. Reseptor ini merupakan reseptor sensorik akhir pada organ
kulit, otot, sendi dan visera. Nosiseptor memiliki kemampuan untuk menilai
tingkatan nyeri, dari yang tidak nyeri hingga sangat nyeri (Putra et al., 2017)
Rasa nyeri yang timbul pada ibu Post Sectio Caesarea dapat
menimbulkan dampak yang mengakibatkan mobilisasi ibu terbatas,
terganggunya Activity of Daily Living (ADL), Ikatan Kasih Sayang (Bounding
Attachment), dan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) tidak terpenuhi karena adanya
peningkatan rasa nyeri yang dirasakan oleh ibu jika digunakan untuk melakukan
pergerakan (Pransiska, 2017). Ibu akan mengalami kesulitan saat mengatur
posisi yang nyaman untuk menyusui sehingga ibu menunda dalam pemberian
ASI pada bayinya. Hal ini memberikan dampak pada bayi yaitu kurangnya
nutrisi dan mengakibatkan bayi dehidrasi sehingga daya tahan tubuh bayi
menurun.
Ketidaknyamanan atau nyeri post Sectio Caesarea harus diatasi dengan
adanya tindakan manejemen nyeri. Penanganan nyeri pada ibu post Sectio
Caesarea dapat dilakukan dengan dua cara yaitu farmakologis dan non-
farmaklogis (Nasuha et al.,2016). Manajemen nyeri dengan cara farmakologis
yaitu dengan memberikan analgetik misalnya, morphine sublimaze, stadol,
demerol dan lain-lain (Wahyu, 2018). Sedangkan penatalaksanaan secara non-
farmakologi yang sering digunakan oleh perawat untuk mengurangi nyeri yaitu
teknik relaksasi, distraksi, akupuntur, akupressur, musik, message, terapi panas
atau dingin, dan TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation) (Insani
et al., 2022). Pada pasien Post Sectio Caesarea terapi farmakologi merupakan
terapi yang efektif untuk penanganan nyeri. Namun terapi farmakologi
membutuhkan biaya yang mahal karena dengan harga obat yang beragam.
Selain itu terapi secara farmakologi mempunyai efek samping dari obat
tersebut, sehingga perlu menggunakan terapi non-farmakologi sebagai alternatif
dimana dipandang lebih aman dibandingkan dengan penggunaan terapi
farmakologi.
Pada keadaan seperti ini peran perawat sangat dibutuhkan dalam
membantu pasien post Sectio Caesarea dalam memenuhi masalah gangguan
kebutuhan kenyamanan (Insani et al., 2022). Peran perawat yaitu sebagai
Caregiver atau memberi pelayanan pada ibu untuk melakukan manajemen nyeri
dengan relaksasi otot yaitu teknik genggam jari. Perawat berupaya memberikan
pelayanan secara non-farmakologi lainnya untuk mengurangi nyeri dengan
mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi, mendengarkan musik, melakukan
messege (teknik pukulan atau remasan), kompres dingin atau panas, dan teknik
lainnya seperti akupuntur dan akupressur. Apabila menejemen nyeri dilakukan
dengan benar diharapkan nyeri dapat berkurang. Untuk mengatasi dampak yang
timbul akibat nyeri maka diperlukan peran perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan secara komperehensif terhadap ibu nifas dengan post Sectio
Caesarea yang terdiri dari pengkajian, diganosa, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi, sehingga dapat mencegah terjadinya masalah yang timbul pada pasien
post Sectio Caesarea (Insani & Tiala, 2022).
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik menulis Karya Tulis Ilmiah
dengan judul ”Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post OP Sectio Caesarea
Dengan Fokus Studi Nyeri Akut Dirumah Sakit Umum Daerah Dokter
Loekmono Hadi Kudus.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post OP Sectio Caesarea
Dengan Fokus Studi Nyeri Akut Dirumah Sakit Umum Daerah Dokter
Loekmono Hadi Kudus?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menggambarkan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post OP Sectio
Caesarea Dengan Fokus Studi Nyeri Akut Dirumah Sakit Umum Daerah
Dokter Loekmono Hadi Kudus
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan hasil pengkajian pada Pasien Post OP Sectio
Caesarea Dengan Fokus Studi Nyeri Akut Dirumah Sakit Umum
Daerah Dokter Loekmono Hadi Kudus
b. Menggambarkan diagnosis keperawatan pada Pasien Post Op Post OP
Sectio Caesarea Dengan Fokus Studi Nyeri Akut Dirumah Sakit
Umum Daerah Dokter Loekmono Hadi Kudus
c. Menggambarkan perencanaan untuk mengatasi diagnosis keperawatan
pada rencana keperawatan Pasien Post OP Sectio Caesarea Dengan
Fokus Studi Nyeri Akut Dirumah Sakit Umum Daerah Dokter
Loekmono Hadi Kudus
d. Menggambarkan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk
mengatasi Pasien Post OP Sectio Caesarea Dengan Fokus Studi Nyeri
Akut Dirumah Sakit Umum Daerah Dokter Loekmono Hadi Kudus
e. Menggambarkan evaluasi masalah keperawatan evaluasi pada Pasien
Post OP Sectio Caesarea Dengan Fokus Studi Nyeri Akut Dirumah
Sakit Umum Daerah Dokter Loekmono Hadi Kudus
f. Membahas hasil pengkajian diagnosis keperawatan perencanaan
tindakan dan evaluasi dari tindakan yang dilakukan untuk mengatasi
diagnosis pada Pasien Post OP Sectio Caesarea Dengan Fokus Studi
Nyeri Akut Dirumah Sakit Umum Daerah Dokter Loekmono Hadi
Kudus

D. Manfaat
1. Bagi Perawat
Menambah pengetahuan dan menerapkan teori yang didapatkan tentang
Asuhan Keperawatan Pasien Post Op Sectio Caesarea Dengan Nyeri Akut
2. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam pelaksanaan
praktik keperawatan khususnya pada pasien Post Op Sectio Caesarea
Dengan Nyeri Akut
3. Bagi Instansi Pendidikan
Hasil pengelolaan kasus ini dapat dijadikan wawasan dan bahan bacaan bagi
mahasiswa khususnya Prodi D III Keperawatan Blora Poltekkes Kemenkes
Semarang
4. Bagi Pasien
Pasien dapat mengetahui dan menanggulangi masalah Post Op Sectio
Caesarea Dengan Nyeri Akut
DAFTAR PUSTAKA

Febiantri, N., & Machmudah, M. (2021). Penurunan Nyeri Pasien Post Sectio
Caesarea Menggunakan Terapi Teknik Relaksasi Benson. Ners Muda, 2(2),
31. https://doi.org/10.26714/nm.v2i2.6239
Hani, U., Rudatin, S., Jamalina, S., Wirakhmi, N., Profesi, M., Universitas, N.,
Bangsa, H., Jurusan, D., Universitas, K., & Keperawatan, P. S. (2022).
Implementasi Pemberian Aromaterapi Lavender untuk Mengurangi Nyeri
Post Sectio Caesarea di Ruang Haji RSI Banjarnegara: Case Study. In Jurnal
of Bionursing 2022 (Vol. 4, Issue 2).
Insani, N., Hijrah Tiala, N., & Ilmu Kesehatan Pelamonia Makassar, I. (2022).
Medihealth: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Sains Asuhan Keperawatan pada
Pasien Post Sectio Caesarea Hari Ke II dengan Gangguan Kebutuhan Rasa
Nyaman (Nyeri). 2, 8–18.
Pamilangan, E. D., Wantani, J. J. E., & Lumentut, A. M. (2019a). Indikasi Seksio
Sesarea di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Tahun 2017 dan 2018. E-
CliniC, 8(1). https://doi.org/10.35790/ecl.8.1.2020.27358
Pamilangan, E. D., Wantani, J. J. E., & Lumentut, A. M. (2019b). Indikasi Seksio
Sesarea di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Tahun 2017 dan 2018. E-
CliniC, 8(1). https://doi.org/10.35790/ecl.8.1.2020.27358
Putra, K. K., Putra, K. K., & Budiarta, G. (2017). NOSISEPTOR: KLASIFIKASI
DAN FISIOLOGI.
Rias Savita, E., Isti Harjanti, A., Hartini, S., & Telogorejo Semarang, S. (2023).
Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Kemandirian Fungsi Gerak Fisik Pasien
6 Jam Setelah Sectio Caesaria di Ruang Amarilys 5 SMC RS Telogorejo
Semarang. In Health Research Journal of Indonesia (HRJI) (Vol. 1, Issue 3).
Roy Kusuma. (2018). Kudus Rawan Kasus Ibu Hamil Beresiko. 1–1.
https://www.radiosuarakudus.com/kudus-rawan-kasus-ibu-hamil-beresiko/
Septiana Devi, S., & Wulandari, I. (2023). PENERAPAN GUIDE IMAGERY
RELAXATION UNTUK MENURUNKAN NYERI PASIEN CEDERA KEPALA
RINGAN DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA. https://journal-
mandiracendikia.com/jip-mc
Zumrotun Nisak, A., & Andriani Kusumastuti, D. (2023). PERBEDAAN
METODE KONVENSIONAL DAN ERACS DENGAN TINGKAT NYERI
PADA PASIEN POST SECTIO CESAREA. In Jurnal Ilmu Keperawatan
dan Kebidanan (Vol. 14, Issue 1).

Anda mungkin juga menyukai