Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN SECTIO CAESAREA DENGAN


INDIKASI PLASENTA PREVIA DI RUANG KEBIDANAN RSUD RADEN
MATTAHER JAMBI

Dosen Pembimbing :
Hj. Ernawati, SKp, M.Kep

Kelompok :
Agual Azi Putra Yantos
Jelita Romaito Sirait
Nadia Savitri
Riris Napitupulu

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES JAMBI
TAHUN 2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... i


BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
A. Latar belakang ....................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ................................................................................................. 2
C. Tujuan .................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 3
A. Konsep Medis ...................................................................................................... 3
B. Konsep Asuhan Keperawatan ............................................................................. 11
BAB III TINJAUAN KASUS ...................................................................................... 18
BAB IV PENUTUP ....................................................................................................... 26
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 26
B. Saran ................................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 27
LAMPIRAN

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pesalinan secara normal atau spontan
(lahir melalui vagina) dan persalinan abnormal atau persalinan dengan bantuan suatu
prosedur seperti Seksio sesarea. Seksio sesarea adalah proses dilakukan tindakan
pembedahan, berupa irisan di perut ibu (laparatomi) dan Rahim (histerektomi) untuk
mengeluarkan bayi.
Seksio sesarea bisa dilakukan apabila terjadi indikasi Plasenta previa sentralis dan
leteralis (posterior), Panggul sempit, Disproporsi sefalovik, Rupture uteri mengancam,
Partus lama (prolonged labor), Partus tak maju, Distosia serviks, Pre-eklamsia pada ibu,
malpresentasi janin, letak lintang, letak bokong dan presentasi dahi dan muka.
Tindakan operasi menyebabkan terjadinya perubahan kontuinitas jaringan tubuh. Pada
proses operasi digunakan anestesi agar pasien tidak merasakan nyeri, namun setelah operasi
selesai dan pasien mulai sadar akan merasakan nyeri pada bagian tubuh yang mengalami
pembedahan. Tidak ada individu mengalami nyeri yang sama dan tidak ada dua kejadian
nyeri yang identik sama pada seorang individu karena nyeri bersifat subyektif.
Masalah keperawatan yang paling sering terjadi pada post seksio sesarea adalah Nyeri.
Sebuah penelitian oleh Handayani tahun 2015 mengatakan bahwa pasien dengan post
seksio sesarea akan merasakan nyeri. Rasa nyeri meningkat pada hari pertama post seksio
sesaria. Secara psikologis tindakan seksio sesaria berdampak terhadap rasa takut dan cemas
terhadap nyeri yang dirasakan setelah analgetik hilang.
Rasa nyeri merupakan stressor yang dapat menimbulkan stress dan ketegangan dimana
individu dapat berespon secara biologis dan perilaku yang menimbulkan respon fisik dan
psikis. Respon fisik meliputi perubahan keadaan umum, wajah, denyut nadi, pernafasan,
suhu badan, sikap badan, dan apabila nafas makin berat dapat menyebabkan kolaps
kardiovaskuler dan syok, sedangkan respon sikis akibat nyeri dapat merangsang respon
stress yang dapat mengurangi system imun dalam peradangan, serta menghambat
penyembuhan.
Respon yang lebih parah akan mengarah pada ancaman merusak diri sendiri. Keadaan
nyeri post seksio sesarea pada ibu akan menjadi ganguan yang menyebabkan terbatasnya
mobilisasi, bounding attachment (ikatan kasih saying) terganggu / tidak terpenuhi, activity

1
of daily living (ADL) terganggu, inisiasi menyusui dini (IMD) tidak dapat terpenuhi secara
optimal karena peningkatan intensitas nyeri pada post operasi sectio caesarea.
Penanganan yang sering digunakan untuk menurunkan nyeri post seksio sesaria
biasanya menggunakan analgetik. Namun demikian pemberian farmakologi tidak bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan klien sendiri untuk mengontrol nyerinya. Sehingga
dibutuhkan kombinasi farmakologi untuk mengontrol nyeri dengan non farmakologi agar
sensasi nyeri dapat berkurang serta masa pemulihan tidak memanjang. Metode non
farmakologi tersebut diperlukan untuk mempersingkat episode nyeri yang berlangsung
hanya beberapa detik atau menit. Tekhnik manajemen nyeri nonfarmakologis dapat
membantu mengurangi persepsi nyeri dan biasanya aman. Teknik ini bekerja untuk
mengubah interaksi antara pikiran- tubh atau komponen afektif (bukan sensori) pada
persepsi nyeri. Macam-macam tekhnik non farmakologi antaranya: akupuntur, aromaterapi
dan relaksasi nafas. Aromaterapi minyak essensial pada tanaman tidak mengubah tekanan
darah ataupun denyut jantung, namun dapat memperbaiki alam perasaan dan tingkat
ansietas. Dengan menghirup aroma lavender maka akan meningkatkan gelombang-
gelombang alpa di dalam otak dan gelombang inilah yang membantu kita untuk merasa
rileks.

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan maternitas pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea
dengan indikasi plasenta previa ?

C. Tujuan
Mengidentifikasi studi kasus penerapan asuhan keperawatan maternitas pada pasien post
operasi section caesarea

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Medis
1. Definisi
Sectio Caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin lewatinsisi
pada dinding abdomen dan uterus persalinan buatan. Sehingga janin di lahirkan melalui
perut dan dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan
sehat (Ningrum, 2020).
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin denganmembuat sayatan
pada dinding uterus melalui dinding depan perut (Ningrum, 2020). Sectio Caesarea
adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada
dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta
berat janin di atas 500 gram.
2. Etiologi
Menurut Prawirohardjo (2020) sectio caesarea dilakukan atas indikasi
a. Etiologi berasal dari Ibu
Ibu pada primigravida dengan kelainan letak, primipara tua disertai kelainan letak,
disproporsi cepalo pelvik (disproporsi janin/panggul), ada sejarah kehamilan dan
persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul, plasenta previa terutama pada
primigravida, komplikasi kehamilan yaitu preeklampsia-eklampsia, atas
permintaan kehamilan yang disertai penyakit (Jantung, Diabetes Mellitus),
gangguan perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri dan sebagainya).
b. Etiologi berasal dari janin
Etiologi yang berasal dari janin seperti Fetal distress/gawat janin, mal presentasi
dan mal posisi kedudukan janin, prolapses tali pusat dengan pembukan kecil,
kegangalan persalinan vakum atau ferseps ekstraksi.
3. Klasifikasi
Bentuk pembedahan Sectio Caesarea menurut Prawirohardjo (2019), meliputi :
a. Sectio caesarea klasik
Sectio Caesarea Klasik dibuat vertikal pada bagian atas rahim. Pembedahan
dilakukan dengan sayatan memanjang pada korpus uteri kirrakira sepanjang 10 cm.
Tidak dianjurkan untuk kehamilan berikutnya melahirkan melalui vagina apabila
sebelumnya telah dilakukan tindakan pembedahan ini.
3
b. Sectio caesarea transperitonel profunda
Sectio Caesarea Transperitonel Profunda disebut juga low cervical yaitu sayatan
vertikal pada segmen lebih bawah rahim. Sayatan jenis ini dilakukan jika bagian
bawah rahim tidak berkembang atau tidak cukup tipis untuk memungkinkan
dibuatnya sayatan transversal. Sebagian sayatan vertikal dilakukan sampai ke otot-
otot bawah rahim.
c. Section caesarea histerektomi
Sectio Caesarea Histerektomi adalah suatu pembedahan dimana setelah janin
dilahirkan dengan Sectio Caesarea, dilanjutkan dengan pegangkatan rahim.
d. Sectio caesarea ekstraperitoneal
Sectio Caesarea Ekstraperitoneal, yaitu Sectio Caesarea berulang pada seorang
pasien yang sebelumnya melakukan Sectio Caesarea. Biasanya dilakukan di atas
bekas sayatan yang lama. Tindakan ini dilakukan dengan insisi dinding dan faisa
abdomen sementara peritoneum dipotong ke arah kepala untuk memaparkan
segmen bawah uterus sehingga uterus dapat dibuka secara ekstraperitoneum.
4. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang muncul sehingga memungkinkan untuk dilakukan tindakan
sectio caesarea adalah:
a. Fetal distress
b. His lemah/melemah
c. Janin dalam posisi sungsang atau melintang
d. Bayi besar (BBL 24,2 kg)
e. Plasenta previa
f. Kalainan letak
g. Disproporsi cevalo-pelvik (ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan panggul)
h. Rupture uteri mengancam
i. Hydrocephalus
j. Primi muda atau tua
k. Partus dengan komplikasi
l. Panggul sempit
m. Problema plasenta

4
5. Patofisiologi
Terjadi kelainan pada ibu dan kelainan pada janin menyebabkan persalinan
normal tidak memungkinkan dan akhirnya harus diilakukan tindakan Sectiocaesarea,
bahkan sekarang Sectiocaesarea menjadi salah satu pilihan persalinan (Sarwono, 2019).
Adanya beberapa hambatan ada proses persalinan yang menyebabkan bayi tidak
dapat dilahirkan secara normal, misalnya plasenta previa, rupture sentralis dan lateralis,
pannggul sempit, partus tidak maju (partus lama), pre-eklamsi, distokksia service dan
mall presentasi janin, kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan
pembedahan yaitu Sectio caesarea (SC). Dalam proses operasinya dilakukan tindakan
yang akan menyebabkan pasien mengalami mobilisasii sehingga akan menimbulkan
masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik
akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktifitas perawatan diri pasien
secara mandiri sehingga timbul masalah deficit perawatan diri. Anestesi pada
tindakan
Selain itu dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding
abdomen sehingga menyebabkan inkontinuitas jaringan, pembuluh darah dan saraf-
saraf di daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin
yang akan menimbulkan rasa nyeri. Setelah semua proses pembedahan berakhir, daerah
insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post operasii, yang bila tidak dirawat dengan
baik akan menimbulkan masalah resiko infeksi
Setelah dilakukan Sectio Caesarea ibu akan mengalami adaptasi post partum
baik secara psikologis maupun fisiologis. Adaptasi post partum secara psikologis akan
terjadi penambahan anggota keluarga baru sehingga terdapat tuntutan anggota baru
misalnya pada saat bayi menangis. Pada saat bayi menangis akan menimbulkan
masalah gangguan pola tidur. Sedangkan adaptasi post partum secara fisiologis akan
terdapat proses laktasi. Pada saat proses laktasi prolaktin akan meningkat sehingga
produksi ASI juga meningkat. Meningkatnya produksi ASI dapat mengakibatkan nyeri
payudara sehingga dapat menimbulkan masalah ketidakefektifan pemberian ASI.

5
6. WOC

7. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Pada pemeriksaan kepala meliputi bentuk kepala, kulit kepala, apakah ada lesi atau
benjolan, dan kesan wajah, biasanya terdapat chloasma gravidarum pada ibu post
partum.

6
b. Leher
Pada pemeriksaan leher meliputi posisi trakea, kelenjar tiroid, bendungan vena
jugularis. Pada ibu post partum biasanya terjadi pemebesaran kelenjar tiroid yang
disebabkan proses meneran yang salah.
c. Mata
Pada pemeriksaan mata meliputi kelengkapan dan kesimetrisan mata,kelompok
mata, konjungtiva, cornea, ketajaman pengelihatan. Pada ibu post sectio caesarea
biasanya terdapat konjungtiva yang anemis diakibatkan oleh kondisi anemia atau
dikarenakan proses persalinan yang mengalami perdarahan.
d. Telinga
Pada pemeriksaan telinga meliputi bentuk, ukuran, ketegangan lubang telinga,
kebersihan dan ketajaman pendengaran
e. Hidung
Pada pemeriksaan hidung meliputi tulang hidung dan posisi septum nasi,
pernafasan cuping hidung, kondisi lubang hidung, apakah ada secret, sumbatan
jalan nafas, apakah ada perdarahan atau tidak, apakah ada polip dan purulent.
f. Mulut
Pada pemeriksaan mulut dan orofaring meliputi keadaan bibir, keadaan gigi, lidah,
palatum, orofaring, ukuran tonsil, warna tonsil.
g. Dada
Pada pemeriksaan thorak meliputi inspeksi (bentuk dada, penggunaan otot bantu
nafas, pola nafas), palpasi (penilaian voval fremitus), perkusi (melakukan perkusi
pada semua lapang paru mulai dari atas klavikula kebawah pada setiap spasiem
intercostalis), auskultasi (bunyi nafas, suara nafas, suara tambahan).
Pada pemeriksaan payudara pada ibu yang mengalami bendungan ASI meliputi
bentuk simetris, kedua payudara tegang, ada nyeri tekan, kedua puting susu
menonjol, areola hitam, warna kulit tidak kemerahan, ASI belum keluar atau ASI
hanya keluar sedikit. Pada pemeriksaan jantung meliputi inspeksi dan palpasi
(amati ada atau tidak pulsasi, amati peningkatan kerja jantung atau pembesaran,
amati ictus kordis), perkusi (menentukan batas-batas jantung untuk mengetahui
ukuranjantung), auskultasi (bunyi jantung).
h. Abdomen
Pada pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi (lihat luka bekas operasi apakah ada
tanda-tanda infksi dan tanda perdarahan, apakah terdapat striae dan linea),
7
auskultasi (peristaltic usus normal 5-35 kali permenit), palpasi (kontraksi uterus
baik atau tidak). Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih
terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
i. Genitaliua
Pada pemeriksaan genetalia eksterna meliputi inspeksi (apakah ada hematoma,
oedema,tanda-tanda infeksi,periksa lokhea meliputi warna, jumlah, dan
konsistensinya). Pada pemeriksaan kandung kemih diperiksa apakah kandung
kemih ibu penuh atau tidak, jika penuh minta ibu untuk berkemih, jika ibu tidak
mampu lakukan kateterisasi.
j. Anus
Pada pemeriksaan anus diperiksa apakah ada hemoroid atau tidak. Pada
pemeriksaan integument meliputi warna, turgor, kerataan warna, kelembaban,
temperatur kulit, tekstur, hiperpigmentasi. Kadang-kadang pada klien nifas ada luka
pada anus karena rupture
k. Ekstermitas
Pada pemeriksaan ekstermitas meliputi ada atau tidaknya varises, oedema, reflek
patella, reflek Babinski, nyeri tekan atau panas pada betis, pemeriksaan human sign.
l. Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat,
pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.
m. Status mental
Pada pemeriksaan status mental meliputi kondisi emosi, orientasi klien, proses
berpikir, kemauan atau motivasi serta persepsi klien
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Elektroensefalogram (EEG)
Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
b. Pemindaian CT
Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
c. Magneti resonance imaging (MRI)
Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan gelombang
radio, berguna untuk memperlihatkan daerah-daerah otak yang itdak jelas terliht
bila menggunakan pemindaian CT.
d. Pemindaian positron emission tomography (PET)

8
Untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi
lesi, perubahan metabolik atau alirann darah dalam otak.
e. Uji laboratorium
1) Fungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
2) Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
3) Panel elektrolit
4) Skrining toksik dari serum dan urin
5) AGD
6) Kadar kalsium darah
7) Kadar natrium darah
8) Kadar magnesium darah
9. Penatalaksanaan
a. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan per
intavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi
hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa
diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah
tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai
kebutuhan
b. Diet
Pemberian cairan per infus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan per oral. Pemberian minuman dengan
jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 sampai 8 jam pasca operasi,
berupa air putih dan air teh.
c. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi : Miring kanan dan kiri dapat dimulai
sejak 6 sampai 10 jam setelah operasi, Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita
sambil tidur telentang sedini mungkin setelah sadar, Hari kedua post operasi,
penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu
menghembuskannya, Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler), Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari,
pasien dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian
berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke-5 pasca operasi.

9
d. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan rasa tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter
biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan
keadaan penderita.
e. Pemberian obat-obatan
Antibiotik cara pemilihan dan pemberian antibiotik sangat berbeda-beda sesuai
indikasi.
f. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
Obat yang dapat di berikan melalui supositoria obat yang diberikan ketopropen sup
2x/24 jam, melalui orang obat yang dapat diberikan tramadol atau paracetamol tiap
6 jam, melalui injeksi ranitidin 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu.
g. Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan
caboransia seperti neurobian I vit C.
h. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah harus
dibuka dan diganti.
i. Pemeriksaan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan darah,
nadi,dan pernafasan.
j. Perawatan Payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan tidak
menyusui, pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan payudara tanpa
banyak menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri.

10
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, nomor dan nomor
registrasi.
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan dahulu
Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung, hipertensi, DM,
TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit
dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan setelah pasien operasi seperti
nyeri yang dirasakan, bagaimana pengeluaran lochea, bagaimana keadaan luka
insisi abdomennya.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, Hipertensi,
TBC, penyakit kelamin, abortus dan bayi kembar yang mungkin dapat
diturunkan kepada pasien.
4) Riwayat persalinan sekarang
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi (BB dan
PB), penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses
persalinan mengalami kelainan.
c. Keadaan klien
1) Aktivitas
Mengalami gangguan mobilisasi akhirnya aktivitas klien terganggu karena
adanya anestesi dan luka post OP Sectio Caesarea.
2) Sirkulasi
Kehilangan banyak darah selama prosedur pembedahan. Hipertensi dan
perdarahan vagina yang mungkin terjadi, kemungkinan kehilangan darah
selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml.
3) Integritas ego

11
Integritas ego dapat menimbulkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda
kegagalan pada kemampuan sebagai wanita. Menunjukkan stabilitas emosional
dari kegembiraan, ketakutan, menarik diri dan kecemasan.
4) Neurosensori
Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinal epidural.
5) Nyeri/ketidaknyamanan
Pasien mengeluh nyeri karena trauma bedah dan ketidaknyamanan akibat bedah
(insisi), distensi kandung kemih, efek-efek anestesi dan nyeri tekan uterus. Serta
mengkaji skala nyeri pada klien post SC.
6) Seksualitas Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus dan terdapat lochea.
Aliran lochea sedang dan bebas bekuan berlebihan.
2. Diagnose Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (luka insisi, pembengkakan
payudara
b. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan payudara bengkak, ketidakadekuatan
suplai ASI, anomali payudara ibu, kelahiran kembar
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas, kelemahan, tirah baring
d. Difisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan, gangguan psikologis atau
psikotik, gangguan neuromuskuler
e. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasive/ malnutrisi/peningkatan
paparan organisme patogen lingkungan/ ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
atau sekunder.
f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan, kurang kontrol
tidur, kurang privasi

12
3. Intervensi Keperawatan
Diagnose keperawatan Tujuan dan kriteria hasil
No Intervensi Keperawatan (SIKI)
(SDKI) (SLKI)
1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri (I.08238)
dengan agen pencedera fisik keperawatan selama 3 x 24 Observasi
(luka insisi, pembengkakan jam, maka tingkat nyeri • Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
payudara menurun, dengan kriteria • Identifikasi skala nyeri
hasil: • Idenfitikasi respon nyeri non verbal
1. Keluhan nyeri menurun • Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
2. Meringis menurun • Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
3. Sikap protektif menurun • Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
4. Gelisah menurun • Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
5. Kesulitan tidur menurun • Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
6. Frekuensi nadi membaik • Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
• Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (Teknik
relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri post op SC)
• Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
• Fasilitasi istirahat dan tidur
• Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
• Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
• Jelaskan strategi meredakan nyeri
• Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
• Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
• Ajarkan Teknik farmakologis untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

13
2 Menyusui tidak efektif Setelah dilakukan intervensi Edukasi Menyusui (I.12393)
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 Observasi
payudara bengkak, jam, maka status menyusui • Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
ketidakadekuatan suplai membaik, dengan kriteria • Identifikasi tujuan atau keinginan menyusui
ASI, anomali payudara ibu, hasil: Terapeutik
kelahiran kembar (D.0029) 1. Kelelahan maternal • Sediakan materi dan media Pendidikan Kesehatan
menurun • Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan
2. Tetesan/pancaran ASI • Berikan kesempatan untuk bertanya
meningkat • Dukung ibu meningkatkan kepercayaan diri dalam menyusui
3. Miksi bayi lebih dari 8 • Libatkan sistem pendukung: suami, keluarga, tenaga Kesehatan, dan
kali/24 jam meningkat masyarakat
4. Lecet pada puting Edukasi
menurun • Berikan konseling menyusui
• Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi
• Ajarkan 4 posisi menyusui dan perlekatan (latch on) dengan benar
• Ajarkan perawatan payudara antepartum dengan mengkompres dengan
kapas yang telah diberikan minyak kelapa
• Ajarkan perawatan payudara post partum (mis: memerah ASI, pijat
payudara, pijat oksitosin)
3 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan intervensi Manajemen Energi (I.05178)
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 Observasi
imobilitas, kelemahan, tirah jam, maka toleransi aktivitas • Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
baring (D.0056) meningkat, dengan kriteria • Monitor kelelahan fisik dan emosional
hasil: (L.05047) • Monitor pola dan jam tidur
1. Keluhan Lelah menurun • Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
2. Frekuensi nadi membaik Terapeutik
• Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis: cahaya, suara,
kunjungan)
• Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
• Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan

14
• Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
• Anjurkan tirah baring
• Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
• Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
• Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
• Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
4 Difisit perawatan diri Setelah dilakukan intervensi Dukungan Perawatan Diri (I.11348)
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 Observasi
kelemahan, gangguan jam, maka perawatan diri • Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia
psikologis atau psikotik, meningkat, dengan kriteria • Monitor tingkat kemandirian
gangguan neuromuskuler hasil: (L.11103) • Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias, dan
(D.0109) 1. Kemampuan mandi makan
meningkat Terapeutik
2. Kemampuan • Sediakan lingkungan yang terapeutik (mis: suasana hangat, rileks, privasi)
mengenakan pakaian• Siapkan keperluan pribadi (mis: parfum sikat gigi, dan sabun mandi)
meningkat • Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri
3. Kemampuan makan • Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan
meningkat • Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan perawatan diri
4. Kemampuan ke toilet • Jadwalkan rutinitas perawatan diri
(BAB/BAK) meningkat Edukasi
5. Verbalisasi keinginan• Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan
melakukan perawatan diri
meningkat
6. Minat melakukan
perawatan diri meningkat
5 Resiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan intervensi Pencegahan Infeksi (I.14539)
dengan efek prosedur keperawatan selama 3 x 24 Observasi

15
invasive/ jam, maka tingkat infeksi • Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
malnutrisi/peningkatan menurun, dengan kriteria Terapeutik
paparan organisme patogen hasil: (L.14137) • Batasi jumlah pengunjung
lingkungan/ 1. Demam menurun • Berikan perawatan kulit pada area edema
ketidakadekuatan 2. Kemerahan menurun • Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan
pertahanan tubuh primer 3. Nyeri menurun pasien
atau sekunder. (D.0142) 4. Bengkak menurun • Pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi
5. Kadar sel darah putih Edukasi
membaik • Jelaskan tanda dan gejala infeksi
• Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
• Ajarkan etika batuk
• Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
• Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
• Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
6 Gangguan pola tidur Setelah dilakukan intervensi Dukungan Tidur (I.05174)
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 Observasi
hambatan lingkungan, jam, maka pola tidur • Identifikasi pola aktivitas dan tidur
kurang kontrol tidur, kurang membaik, dengan kriteria • Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/atau psikologis)
privasi (D.0055) hasil: (L.05045) • Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur (mis: kopi, teh,
1. Keluhan sulit tidur alcohol, makan mendekati waktu tidur, minum banyak air sebelum tidur)
menurun • Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
2. Keluhan sering Terapeutik
terjaga menurun A. Modifikasi lingkungan (mis: pencahayaan, kebisingan, suhu, matras, dan
3. Keluhan tidak puas tempat tidur)
tidur menurun B. Batasi waktu tidur siang, jika perlu
4. Keluhan pola tidur C. Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
berubah menurun D. Tetapkan jadwal tidur rutin

16
5. Keluhan istirahat E. Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis: pijat, pengaturan
tidak cukup menurun posisi, terapi akupresur)
F. Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau Tindakan untuk menunjang
siklus tidur-terjaga
Edukasi
• Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
• Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
• Anjurkan menghindari makanan/minuman yang mengganggu tidur
• Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor terhadap
tidur REM
• Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur
(mis: psikologis, gaya hidup, sering berubah shift bekerja)
• Ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara nonfarmakologi lainnya

17
BAB III
TINJAUAN KASUS

Pengkajian dilakukan pada tanggal 02 Oktober 2023 jam 09.20 WIB, pada klien post SC
atas indikasi plasenta previa di ruang kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi. Sumber data
diperoleh dari wawancara dengan klien dan keluarga, observasi secara langsung serta dari
status klien.

A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Biodata
Identitas klien Bernama Ny. S dengan usia 30 tahun, berjenis kelamin Perempuan.
Pendidikan terakhir Ny.S yaitu SMA, klien beragama islam. Klien bertempat
tinggal di RT 14 Jambi Timur. Klien masuk rumah sakit pada tanggal 01 Oktober
2023 pukul 22.00 WIB, dengan Riwayat G3P2A0 dengan Indikasi Plasenta Previa.
Penanggung jawab klien yaitu suami klien yang Bernama Tn. B, berusia 33 Tahun,
Pendidikan terakhir suami klien SMA. Suami klien beragama islam dan saat ini
bekerja sebagai karyawan swasta, Tn. B beralamat sama dengan klien yaitu di RT
14 Jambi Timur.
b. Alasan Kunjungan
Ny. S mengatakan keluar darah dari jalan lahir dan klien sudah merasa BAK terus
menerus kurang lebih 2 jam sebelum datang kerumah sakit dan keluar darah
sebelum dibawa ke praktek bidan mandiri dan mendapat rujukan yang akhirnya
masuk RSUD Raden Mattaher Jambi.
c. Keluhan utama
Keluhan utama yang didapt pada saat melakukan pengkajian yaitu klien
mengatakan nyeri bagian bekas operasi. P : Nyeri Post Op SC, Q : Seperti ditusuk-
tusuk, R : Abdomen, S : Skala nyeri 6, T : Nyeri terasa hilang timbul. TD : 90/60
mmHg, Nadi 75 x/menit, RR 18x/menit, S 37,4oC. Klien terpasang kateter dan
aktivitas dibantu dengan keluarga.
d. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan ibu
Riwayat Kesehatan ibu, klien belum pernah mengalami kondisi hipertensi,
infeksi saluran kemih, epilepsy, kejang-kejang, nyeri kepala kronis, kecemasan
18
atau penyakit jiwa dan Riwayat post partum sebelumnya baik, Ny.S mengatakan
sebelumnya melahirkan secara normal.
2) Riwayat Kesehatan sekarang
Ny. S mengatakan nyeri di bagian bekas operasinya,
3) Riwayat Kesehatan keluarga
Ny. S mengatakan keluarga nya tidak mempunyai Riwayat penyakit Hipertensi,
DM, Penyakit Jantung, dan Kejang.
4) Riwayat pernikahan
Riwayat pernikahan, klien menikah saat berusia 22 tahun dan suami klien
menikah pada usia 25 tahun. Usia pernikahan klien sudah berjalan 8 tahun, dan
klien menikah satu kali
e. Riwayat Obstetri
1) Riwayat kehamilan
Ny. S mengatakan sering keluar bercak-bercak darah pada jalan lahir sampai
pada usia kehamilan 34 minggu. Klien saat masuk rumah sakit dengan riwayat
kehamilan G3P2A0, 34 minggu, dan setelah melahirkan dengan riwayat
kehamilan P3A0.
2) Riwayat Haid
Klien menarche pada usia 13 tahun, siklus haid 4 bulan pertama tidak teratur,
selebihnya haid teratur. Dan pada saat akan kehamilan anak yang ketiga ini klien
mengatakan dalam satu tahun terakhir haid tidak teratur, terkadang hanya
bercak-bercak. Klien juga mengatakan terkadang keluar darah haid di luar
siklus yang tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri.
3) Riwayat Persalinan
Klien merasakan BAK terus-menerus kurang lebih 2 jam sebelum persalinan,
jenis persalinan klien yaitu persalinan sectio caesarea atas indikasi plasenta
previa dengan jenis sectio caesarea abdomen ismika atau profunda. Jenis
operasi ini merupakan prosedur pembedahan yang dilakukan pada segmen
bawah rahim kira-kira 10 cm dengan membuat sayatan konkaf. Lama persalinan
klien 40 menit, jumlah perdarahan saat persalinan dalam hal ini belum terkaji
oleh penulis.

19
4) Riwayat KB
Klien mengatakan menggunakan alat kontrasepsi KB susuk, klien
menggunakan KB susuk sudah 3 tahun, dan tidak ada keluhan yang menyertai
selama pemasangan dan penggunaan KB susuk tersebut.
2. Pengkajian data Fokus
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan, diperoleh data sebagai berikut :
Aktivitas dan latihan : Ny.S mengatakan untuk memenuhi kebutuhan seperti
mandi, berpakaian, dan ambulasi dibantu keluarga dengan skala ketergantungan 2 yaitu
dengan bantuan orang lain. Ny.S mengatakan untuk kebutuhan toileting klien terpasang
kateter dan bantuan keluarga untuk membuang urine jika urine bag telah penuh dengan
skala ketergantungan 3 yaitu dibantu alat dan orang lain, sedang untuk makan dan
minum klien mengatakan bisa melakukannya sendiri dengan skala ketergantungan 0
yaitu mandiri.
Sirkulasi : didapatkan tekanan darah : 90/60 mmHg, suhu 37,4 C, nadi 75
x/menit,respirasi 18 x/menit.
Integritas ego : klien mengatakan saat ini sudah merasa lega karena operasinya
berjalan dengan lancar. Klien mengatakan semoga lukanya cepat sembuh, dan kering
sehingga bisa beraktivitas kembali. Klien tampak kooperatif saat dilakukan tindakan
keperawatan.
Eliminasi :klien mengatakan belum BAB sejak operasi sampai saat dilakukan
pengkajian namun klien sudah bisa flatus, untuk BAK klien menggunakan Kateter.
Klien tidak memiliki riwayat hemoroid.
Nutrisi :Makanan dan cairan, selama di RS dengan diit nasi, sayur bayam, lauk
ikan dan tempe pada hari pertama post sectio caesarea. Klien minum sebanyak ±1,5 L/
8 jam dengan air putih. Klien mengatakan napsu makan tidak ada perubahan semenjak
masa kehamilan sampai setelah dilakukan operasi sectio caesarea.
Nyeri atau ketidaknyamanan :P: Nyeri post op sectio caesarea, Q: seperti
ditusuk-tusuk, R: abdomen, S: 6, T: hilang timbul. Klien mengatakan bahwa nyerinya
dapat mengganggu aktifitas yang lainnya walaupun sebatas miring kanan dan kiri di
ranjang. Klien nampak meringis menahan nyeri, klien nampak belum bisa beradaptasi
dengan nyerinya, klien ketika akan bergerak selalu memegangi luka bekas operasi
sectio caesarea, klien mengatakan kalau ingin bergerak, luka bekas operasinya terasa
nyeri secara hilang timbul.

20
Keamanan: tempat tidur klien terpasang pengaman, Keadaan luka baik, namun
disekitar jahitan ada kemerahan, jahitan luka tidak ada rembesan, jahitan luka dengan
panjang kurang lebih 10 cm, ditutup verban.
Seksualitas: klien mengatakan darah nifas yang keluar justru lebih sedikit di
banding waktu kehamilan trimester kedua. Dengan frekunsi kurang lebih mengganti 3x
pembalut per 24 jam.
Interaksi sosial : klien dengan orang lain baik petugas kesehatan maupun
keluarga dan pasien yang lain cukup baik. Klien tampak koperatif saat dilakukan
tindakan keperawatan.
Pembelajaran : klien mengatakan belum mengetahui tentang penyakitnya,
prosedur tindakan operasi dan akibat yang ditimbulkan. Klien mengatakan belum
mengetahui mobilisasi yang aman pasca operasi sectio caesarea.
Pernapasan : klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit pernafasan
seperti TB, klien tidak sesak napas, respirasi klien 18x/ menit.
Hiegiene : klien untuk personal hiegiene di bantu keluarga klien.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada klien didapatkan keadaan umum baik, tingkat kesadaran
compos mentis, tanda – tanda vital TD: 90/60 mmHg, nadi: 75 x/menit, respirasi: 18
x/menit, suhu: 37,4 C. Berat badan klien sebelum melahirkan 61 kg dan setelah
melahirkan 58 kg dengan tinggi badan 155 cm dan lingkar lengan atas klien 23 cm
Pemeriksaan kepala pada klien tidak terdapat lesi, rambut bersih berwarna hitam ikal
dan pendek. Pemeriksaan mata didapatkan pupil mata isokor, konjungtiva anemis,
sclera tidak ikterik. Pemeriksaan hidung tampak bersih, tidak ada sekret, bentuk hidung
simetris kanan dan kiri, tidak ada cuping hidung.Pemeriksaan telinga klien, telinga
tampak simetris, bersih dan tidak terdapat serumen.Pemeriksaan mulut mukosa bibir
tampak kering dan pucat.
Pemeriksaan abdomen inspeksi : panjang luka ±10 cm dibalut verban, daerah
yang di balut agak merah auskultasi: sudah terdengar bising usus 12x/ menit, palpasi:
terdapat nyeri tekan,perkusi: timpani.
Pemeriksaan mammae tampak payudara kanan dan kiri simetris, tidak ada lesi,
putting susu menonjol. Air susu ibu sudah keluar berwarna kuning.
Genetalia: tampak adanya darah nifas berwarna merah segar, dengan frekuensi
darah kurang lebih 300 cc, gumpalan darah berwarna merah dan berbau amis yang tak

21
lain merupakan lochea rubra, perineum tidak terdapat laserasi, anus tidak timbul
hemoroid pasca operasi sectio caesare, dan klien terpasang DC.
Ekstremitas, atas: terpasang infus Triofusin 12 tpm pada tangan kanan dan tidak
terdapat odema kekuatan otot 5/5. Ekstremitas bawah: kekuatan otot Pemeriksaan kulit
klien didapatkan turgor kulit kembali kurang dari 2 detik, CRT < 2detik.
4. Data penunjang
Hb : 8,5 g/dl (11,5 – 16,5 ) , Leukosit 12,6 109 /l (4000 – 11.000)
Terapi obat
Inj. Cefotaxim 2 x 1 gram
IVFD RL 20 tpm
B. Perumusan masalah
Berdasarkan data di atas penulis dapat mengangkat satu diagnosa prioritas sesuai
pengelompokan data dari pengkajian pasien, maka muncul diagnosa keperawatan sebagai
berikut:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik ditandai dengan DS: klien
mengatakan kalau ingin bergerak terasa nyeri secara hilang timbul, Klien mengatakan
bahwa nyerinya dapat mengganggu aktifitas yang lainnya walaupun sebatas miring
kanan dan kiri di ranjang. P: Nyeri post opsevtio caesarea, Q: seperti ditusuk-tusuk, R:
abdomen, S: 6, T: hilang timbul.DO : klien nampak meringis menahan nyeri, dan klien
belum bisa beradaptasi dengan nyeri nya, klien memegang area bekas luka
operasisectio caesarea saat akan bergerak.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas ditandai dengan Ds : Klien
mengatakan nyeri saat bergerak ,Klien mengatakan aktivitasnya perlu dibantu ,Klien
mengatakan kaki nya terasa lemah Do : Pasien sudah dapat miring kanan/kiri ,Gerakan
terbatas, Klien tampak lemah, TD : 90/60 mmHg, Nadi : 75 x/menit, Pernapasan : 18
x/menit, Aktivitas dibantu.
3. Resiko infeksi ditandai dengan efek prosedur infasif (Terdapat luka post op SC Balutan
luka tampak kering Leukosit 12,6 109 /l ( 5,00 – 11,60 ) Klien terpasang infus Klien
menggunakan kateter).
C. Diagnose Keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen cedera fisik d/d klien tampak meringis, skala nyeri 6, nyeri dibagian
abdomen, nyeri seperti ditusuk-tusuk, dan nyeri terasa hilang timbul
2. Intoleransi aktivitas b/d imobilitas d/d gerakan terbatas, aktivitas dibantu keluarga,
klien tampak lemah
22
3. Resiko infeksi d/d efek prosedur infasif d/d terdapat luka post op SC, balutan luka
kering dan bersih, leukosit 12.600 l
D. Intervensi keperawatan
Masalah nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik pada Ny.S diharapkan
teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam dengan kriterai hasil klien
melaporkan nyeri yang terkontrol atau skala nyeri berkurang, klien dapat beradaptasi
dengan nyeri, komunikasi nonverbal klien nampak rileks atau tidak nampak meringis
menahan nyeri, klien tidak nampak memegangi bagian luka operasi saat akan melakukan
pergerakan.
Intervensi keperawatan yang dilakukan dalam mengatasi masalah keperawatan nyeri
akut berhubungan dengan agens cedera fisik yaitu dengan manajemen nyeri (1400) yaitu
kaji reaksi nyeri secara komprehensif PQRST, observasi adanya petunjuk nonverbal
mengenai ketidaknyamanan nyeri klien, gali pengetahuan dan kepercayaan klien mengenai
nyeri, gali bersama klien faktor yang dapat menurunkan atau memperberat nyeri, evaluasi
pengalaman nyeri di masa lalu jika klien memiliki riawayat nyeri yang sama evaluasi
dengan klien dan tim kesehatan yang lain mengenai efektifitas tindakan pengontrolan nyeri,
beri informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan,
dan antisipasi dari ketidaknyamanan akibat prosedur, ajarkan teknik non farmakologis
(relaksasi) Yang kedua berupa pemberian analgesik (2210) yaitu cek perintah pengobatan
meliputi obat, dosis dan frekuensi obat analgesik yang diresepkan, cek adanya riwayat
alergi, monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian analgesik, kolaborasikan dengan
dokter apakah obat, dosis, rute, pemberian, atau perubahan interval dibutuhkan, buat
rekomendasi khusus berdasarkan prinsip analgesik.
Masalah keperawatan intoleransi berhubungan dengan imobilitas berdasarkan kiteria
hasil yaitu setelah di lakukan tindakan asuhan keperawatan selam 3x8 jam diharapkan klien
meningkat dalam aktivitas fisik dengan kriteria hasil : mengerti tujuan dari peningkatan
mobilitas, memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan
berpindah, vital sign dalam batas normal.
Masalah keperawatan resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur infasif
berdasarkan kiteria hasil yaitu setelah di lakukan tindakan asuhan keperawatan selam 3x8
jam diharapkan klien bebeas dari tanda dan gejala infeksi dengan Kriteria hasil : Pasien
terbebas dari tanda gejala infeksi, menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya
infeksi, jumlah leukosit dalam batas normal, menunjukkan prilaku hidup sehat.

23
E. Tindakan Keperawatan
Implementasi yang dilakukan pada Ny. S selama 2 hari perawatan pada klien pada
tanggal 02 Oktober 2023 jam 09.00 yaitu tindakan mengkaji nyeri, evaluasi adanya nyeri
timbul saat bergerak qualitas nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri pada abdomen, skala nyeri
6 waktunya hilang timbul. Melihat nonverbal dari ketidak nyamanan, evaluasi klien terlihat
meringis menahan nyeri. Memperagakan cara mencuci tangan yang benar, evaluasi klien
dan keluarga klien dapat mengikuti cara mencuci tangan. Menjelaskan tanda dan gejala
infeksi , evaluasi klien dan keluarga mengerti tanda gejala infeksi. Observasi karaktristik
lokea, evaluasi warna lokea merah konsistensi encer, bau amis. Melihat balutan luka adanya
tanda infeksi, evaluasi balutan bersih dan kering panjang luka 12cm. Menghitung TTV,
evaluasi TD: 96/63mmHg, N: 77x/menit, Rr: 19x/menit, T: 37,2 C. Membantu mobilisasi
klien, evaluasi klien mau melakukan mobilisasi secara bertahap dengan bantuan.
Membantu memenuhi ADLs (mengganti baju), evaluasi pasien terlihat nyaman. Melakukan
relaksai nafas dalam, evaluasi klien dapat melakukannya dan merasa lebih baik.
Memberikan obat ceftriaxsone 2x1 gram.
Tanggal 03 Oktober 2023 tindakan yang dilakukan pada klien satu jam 08.30 yaitu
Melihat kemampuan mobilisasi, evaluasi klien dapat duduk di tepi tempat tidur.
Menayakan adanya nyeri, evaluasi klien mengatakan nyeri sudah berkurang dari
sebelumnya. Membantu melakukan mobilisasi, evaluasi klien dapat berdiri dan berjalan.
Obesvasi adanya tanda gejala infeksi pada luka, evaluasi tidak ada tanda gejala infeksi
seperti kemerahan pada area luka. Mengkaji nyeri, evaluasi klien mengatakna nyeri sudah
berkurang adanya nyeri timbul saat bergerak qualitas nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri
pada abdomen, skala nyeri 3 waktunya hilang timbul. Observasi TTV, evaluasi TD:
110/90mmHg, N: 86x/menit, Rr: 18x/menit, T: 36,8 C. Melihat hasil jumlah sel darah
putih,evaluasi leokosit 10.600. melihat karaktristik lokea, evaluasi lokea berwarna merah,
konsistensi encer, bau khas amis. Klien mengganti pembalut 2x/hari.
F. Evaluasi
1. Nyeri akut b/d agen pencedera fisik
Hasil evaluasi yang didapatkan setelah perawatan selama dua hari pada Ny. S keluhan
subjektif pasien mengatakan nyeri pada luka bekasi operasi sectio caesarea sudah
berkurang dan keluhan objektif nyeri saat bergerak qualitas seperti ditusuk-tusuk ,
nyeri pada abdomen, skala nyeri 3, terjadi hilang timbul, Masalah tertasi,pasien pulang
dan edukasi untuk control ulang ke fasyankes terdekat. Sesuai dengan kritera hasil ada
masalah yang belum maksimal teratasi seperti klien masih merasa nyeri.
24
2. Intoleransi aktivitas b/d imobilitas
Hasil evaluasi yang didapatkan setelah perawatan selama dua hari pada Ny. S keluhan
subjektif klien mengatakan sudah dapat melakukan aktivitasnya sendiri sesuai
kemampuan,klien mengatakan masih terasa saat beraktivitas, keluhan objetif klien
dapat berdiri dan berjalan , tekanan darah 110/90 mmHg nadi 86x/menit
pernafasan18x/menit suhu 36,8 C. Masalah teratasi sesuai kritera hasil yang diinginkan.
3. Resiko infeksi d/d efek prosedur infasif
Hasil evaluasi yang didapatkan setelah perawatan selama dua hari pada Ny. S keluhan
objektif Terdapat luka bekasi operasi sectio caesarea,balutan terlihat bersih dan kering
suhu : 36,8 C nadi 86x/menit Leocosit : 10.600 liter. masalah tidak terjadi karena sesuai
dengan kriteria hasil.

25
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Ny. S adalah klien nifas post SC dengan indikasi plasenta previa. Dari hasil pengkajian
didaptkan diagnosa keperawatan nyeri akut b/d agen pencedera fisik, intoleransi
aktivitas b/d imobilitas dan resiko infeksi d/d efek prosedur infasif. Setelah dilakukan
asuhan keperawatan selama 2 hari diagnose actual teratasi dan diagnose resiko tidak
terjadi.
2. Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi nyeri yaitu mengidentifikasi nyeri yang
dirasakan oleh Ny. S (PQRST). Mengajarkan Ny. S Teknik nonfarmakologi untuk
mengatasi nyeri yaitu Teknik relaksasi nafas dalam. Intervensi yang dilakukan untuk
mengatasi intoleransi aktifitas yaitu dengan menganjurkan Ny. S untuk melakukan
Latihan rentang gerak aktif maupun pasif (seperti miring kanan dan kiri, duduk,
berjalan dan berpindah tempat). Intervensi yang idlakukan untuk mengatasi resiko
infeksi yaitu mengajarkan Ny. S untuk hidup bersih dan sehat serta melakukan cuci
tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien maupun dengan lingkungan nya.
B. Saran
Kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi
perbaikan selanjutnya untuk penulisan yang lebih baik.

26
DAFTAR PUSTAKA

Ningrum, Y. P. (2020). Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Ny.E Dengan Diagnosa Post
Operasi Sectio Caesarea Dengan Indikasi Ketuban Pecah Dini Di Ruang Obgyn Rs
Premier Surabaya . Surabaya: Stikes Hang Tuah .
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
Prawirohardjo, S. (2020). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal
, edisi I. Bina Pustaka.
Sarwono. (2019). Dalam Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka.

27

Anda mungkin juga menyukai