Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KESEHATAN WANITA

POST OP CAESAREA

Disusun oleh :

ELISABET TAMPUBOLON

NIM : 2260042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI FISIOTERAPIS FAKULTAS


KEPERAWATAN FISIOTERAPI INSTITUT

KESEHATAN MEDISTRA

LUBUK PAKAM

TAHUN 2023
HALAMAN PENGESAHAN

Lubuk Pakam, Okteber 2021

Mengetahui Disetujui Oleh

Ketua Prodi Clinical Educator

Program Profesi Fisioterapi

Frt. Timbul Siahaan, S.Ft, M.Kes …………………………………

NIDN. 0119086401 NIDN. …………………………….


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses persalinan dengan sectio ceasarea saat ini mengalami peningkatan

yang cukup besar. Data dari World Health Organization (WHO), tahun 2008-2009

dari 1000 kelahiran di dunia, sekitar 5-15% dengan persalinan sectio ceasarea

(Kounteya, 2010 dalam Fitri, 2011). Angka kejadian sectio ceasarea di Indonesia

mengalami peningkatan pada tahun 2005 sebesar 51,59% menjadi 53,68% (Grace,

2007 dalam Sumelung, dkk tahun 2014). Persalinan dengan sectio ceasarea

memiki resiko tinggi karena dilakukan pembedahan dengan membuka dinding

perut dan dinding uterus atau insisi trans abdominal uterus, pasien dengan operasi

post sectio ceasareaakan merasakan rasa nyeri. Rasa nyeri merupakan streesor

yang dapat menimbulkan strees dan ketegangan dimana individu dapat berespon

secara biologis dan perilaku yang menimbulkan respon fisik dan psikis (Corwin,

2006). Sectio ceasarea (SC) adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi per

abdominal dengan melalui insisi pada dinding abdomen dan dinding uterus

interior, biasanya yang sering dilakukan insisi segmen bawah tranversal (Farrer,

2005). Tindakan sectio ceasarea digunakan bilamana diyakini bahwa penundaan

persalinan pervaginaan tidak mungkin dilangsungkan secara aman (Cunningham,

2006). Nyeri merupakan kejadian yang tidak menyenangkan, mengubah gaya

hidup dan kesejahteraan individu. Perawat harus mengkaji hal-hal berikut ini

untuk mengetahui efek nyeri pada klien (Mulyadi, 2011). Pengukuran nyeri

menggunakan Numeric Rating Scale (NRS). Skala ini sudah biasa dipergunakan

dan telah divalidasi. Berat ringannya rasa sakit atau nyeri dibuat menjadi terukur

dengan mengobyektifkan pendapat subyektifkan pendapat subyektif nyeri. Skala


numerik dari 0 hingga 10, di bawah ini, 0 merupakan keadaan tanpa atau bebas

nyeri, sedangkan 1-3 adalah nyeri ringan, 4-6 adalah nyeri sedang, 7-9 adalah

nyeri berat terkontrol, dan 10 adalah nyeri berat tidak terkontrol (Potter & Perry,

2005). Mobilisasi dini pada pasien yang mengalami pembedahan berguna untuk

mencegah tromboemboli, kekakuan otot pembedahan memperlancar siklus

peredaran darah dan mencegah terjadinya perdarahan (Manuaba, 2004). Menurut

Carpenito (2009), mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada

fungsi fisiologis karena hal itu esensisal untuk mempertahankan kemandirian.

Konsep mobilisasi mula-mula berasal dari ambulasi dini yang merupakan

pengambilan secara berangsur-angsur ketahap mobilisasi sebelumnya untuk

mencegah komplikasi. Tujuan mobilisasi, yaitu : memperlancar peredaran darah

sehingga mempercepat penyembuhan luka, mempertahankan tonus otot,

mengembalikan aktivitas tertentu sehingga pasien dapat kembali normal dan atau

dapat memenuhi kebutuhan gerak harian (Susan, 2004). Pemberian tindakan

mobilisasi dini pada ibu post sectio ceasarea untuk mengurangi nyeri pada ibu

tersebut dengan penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2014). Hasil dari

penelitian terebut adalah bahwa pemberian tindakan mobilisasi dini mampu

mengurangi nyeri pada ibu post sectio ceasarea. Berdasarkan uraian latar belakang

diatas, penulis tertarik untuk mengaplikasikan tindakan mobilisasi dini tersebut

pada ibu post sectio ceasarea di Rumah Sakit.

B. Rumusan Masalah

Apakah breathing exercise dan terapi latihan dapat mengurangi nyeri, dan

meningkatkan kekuatan otot serta aktivitas fungsional pada ibu post sectio

ceasarea
C. Tujuan Penulisan

Mengaplikasikan tindakan breathing exercise dan terapi latihan dapat

mengurangi nyeri, dan meningkatkan kekuatan otot serta aktivitas fungsional pada

ibu post sectio ceasarea.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Pasien

Sebagai referensi untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam

melakukan mobilisasi dini.

2. Bagi Institusi

Pelayanan Kesehatan Sebagai referensi bahwa tindakan mobilisasi

dinimerupakan suatu alternatif untuk menurunkan intensitas nyeri pada ibu post

sectio ceasarea.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai sumbangan pemikiran, acuan, dan kajian yang lebih mendalam

tentang pemberian tindakan mobilisasi dini terhadap penurunan intensitas nyeri

pada ibu post sectio ceasarea.

4. Bagi Penulis

Sebagai acuan proses belajar dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh

selama perkuliahan melalui proses pengumpulan data-data dan informasi-

informasi ilmiah untuk kemudian dikaji, diteliti, dianalisis, dan disusun dalam

sebuah karya tulis yang ilmiah, informasi, bermanfaat, informatif serta menambah

kekayaan intelektual.

5. Pembaca

Sebagai sumber informasi mengenai perawatan penyakit khususnya intensitas

nyeri pada post sectio ceasarea


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Sectio Caesarea

Istilah sectio caesarea berasal dari bahasa latin caedere yang artinya

memotong. Sedangkan definisi sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin

dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau

vagina (Rustam M, 1998).baca selengkapnya.

Beberapa macam teknik operasi sectio caesarea adalah :

a. Sectio caesarea abdominalis

1) Sectio caesarea transperitonealis

Sectio caesarea klasik atau korporal dengan incisi memanjang pada korpus

uteri dan sectio caesarea ismika atau profunda dengan incisi pada segmen bawah

rahim.

2) Sectio caesarea ekstraperitonealis

Yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis, dengan demikian tidak

membuka kavum abdominal.

b. Sectio caesarea vaginalis

Anastesi merupakan upaya untuk menghilangkan rasa sakit dan nyeri pada

waktu menjalani operasi. Teknik anastesi yang akan dibahas pada kasus sectio

caesarea disini yaitu anastesi regional. Pada pembiusan regional, ibu yang

menjalani persalinan tetap dalam keadaan sadar sebab yang mati rasa hanyalah

saraf-saraf di bagian perut termasuk rahimnya. Pembiusan regional yang

digunakan untuk operasi caesarea pada persalinan diantaranya adalah bius

epidural, spinal dan kelamin. Jenis pembiusan ini dilakukan dengan memberi obat

pemati rasa ke daerah tulang belakang, mengakibatkan sebatas panggul ke bawah


mati rasa, tetapi ibu masih sadar selama proses pembedahan berlangsung (Dini

Kasdu, 2003).

B. Anatomi Fungsional dan Fisiologi

Anatomi fungsional yang dibahas pada kasus post operasi sectio caesarea

terdiri dari anatomi dinding perut dan otot dasar panggul.

1. Anatomi dinding perut

Dinding perut dibentuk oleh otot-otot perut dimana disebelah atas dibatasi

oleh angulus infrasternalis dan di sebelah bawah dibatasi oleh krista iliaka, sulkus

pubikus dan sulkus inguinalis.

Otot-otot dinding perut tersebut terdiri dari otot-otot dinding perut bagian

depan, bagian lateral dan bagian belakang.

a. Otot rectus abdominis

Terletak pada permukaan abdomen menutupi linea alba, bagian depan

tertutup vagina dan bagian belakang terletak di atas kartilago kostalis 6-8. origo

pada permukaan anterior kartilago kostalis 5-7, prosesus xyphoideus dan ligamen

xyphoideum. Serabut menuju tuberkulum pubikum dan simpisis ossis pubis.

Insertio pada ramus inferior ossis pubis. Fungsi dari otot ini untuk flexi trunk,

mengangkat pelvis.

b. Otot piramidalis

Terletak di bagian tengah di atas simpisis ossis pubis, di depan otot rectus

abdominis. Origo pada bagian anterior ramus superior ossis pubis dan simpisis

ossis pubis. Insertio terletak pada linea alba. Fungsinya untuk meregangkan linea

alba.

c. Otot transversus abdominis

Otot ini berupa tendon menuju linea alba dan bagian inferior vagina musculi
recti abdominis. Origo pada permukaan kartilago kostalis 7-12. insertio pada

fascia lumbo dorsalis, labium internum Krista iliaka, 2/3 lateral ligamen inguinale.

Berupa tendon menuju linea alba dan bagian inferior vagina muskuli recti

abdominis. Fungsi dari otot ini menekan perut, menegangkan dan menarik dinding

perut.

d. Otot obligus eksternus abdominis

Letaknya yaitu pada bagian lateral abdomen tepatnya di sebelah inferior

thoraks. Origonya yaitu pada permukaan luas kosta 5-12 dan insertionya pada

vagina musculi recti abdominis. Fungsi dari otot ini adalah rotasi thoraks ke sisi

yang berlawanan.

e. Otot obligus internus abdominis

Otot ini terletak pada anterior dan lateral abdomen, dan tertutup oleh otot

obligus eksternus abdominis. Origo terletak pada permukaan posterior fascia

lumbodorsalis, linea intermedia krista iliaka, 2/3 ligamen inguinale insertio pada

kartilago kostalis 8-10 untuk serabut ke arah supero medial. Fungsi dari otot ini

untuk rotasi thoraks ke sisi yang sama.

f. Otot dasar panggul

Otot dasar panggul terdiri dari diagfragma pelvis dan diagfragma

urogenital. Diagfragma pelvis adalah otot dasar panggul bagian dalam yang terdiri

dari otot levator ani, otot pubokoksigeus, iliokoksigeus, dan ischiokoksigeus.

Sedangkan diafragma urogenetik dibentuk oleh aponeurosis otot transverses

perinea profunda dan mabdor spincter ani eksternus. Fungsi dari otot-otot tersebut

adalah levator ani untuk menahan rectum dan vagina turun ke bawah, otot spincter

ani eksternus diperkuat oleh otot mabdor ani untuk menutup anus dan otot

pubokavernosus untuk mengecilkan introitus vagina.


2. Fisiologi nifas

Perubahan yang terjadi selama masa nifas post sectio caesarea antara lain: (1)

Uterus, setelah plasenta dilahirkan, uterus merupakan alat yang keras karena

kontraksi dan reaksi otot-ototnya. Fundus uteri ±3 jari di bawah pusat. Ukuran

uterus mulai dua hari berikutnya, akan mengecil hingga hari kesepuluh tidak

teraba dari luar. Invulsi uterus terjadi karena masing-masing sel menjadi kecil,

yang disebabkan oleh proses antitoksis dimana zat protein dinding pecah,

diabsorbsi dan dibuang melalui air seni. Sedangkan pada endomentrium menjadi

luka dengan permukaan kasar, tidak rata kira-kira sebesar telapak tangan. Luka ini

akan mengecil hingga sembuh dengan pertumbuhan endometrium baru di bawah

permukaan luka, mulai dari pinggir dan dasar luka, (2) pembuluh darah uterus

yang saat hamil dan membesar akan mengecil kembali karena tidak dipergunakan

lagi, (3) dinding perut melonggar dan elastisitasnya berkurang akibat peregangan

dalam waktu lama (Rustam M, 1998).

3. Patologi

Pada operasi sectio caesarea transperitonial ini terjadi, perlukaan baik

pada dinding abdomen (kulit dan otot perut) dan pada dinding uterus. Faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi penyembuhan dari luka operasi antara lain

adalah suplay darah, infeksi dan iritasi. Dengan adanya supply darah yang baik

akan berpengaruh terhadap kecepatan proses penyembuhan. Perjalanan proses

penyembuhan sebagai berikut : (1) sewaktu incisi (kulit diiris), maka beberapa sel

epitel, sel dermis dan jaringan kulit akan mati. Ruang incisi akan diisi oleh

gumpalan darah dalam 24 jam pertama akan mengalami reaksi radang mendadak,

(2) dalam 2-3 hari kemudian, exudat akan mengalami resolusif proliferasi

(pelipatgandaan) fibroblast mulai terjadi, (3) pada hari ke-3-4 gumpalan darah
mengalami organisasi, (4) pada hari ke 5 tensile strength (kekuatan untuk

mencegah terbuka kembali luka) mulai timbul, yang dapat mencegah terjadi

dehiscence (merekah) luka, (5) pada hari ke-7-8, epitelisasi terjadi dan luka akan

sembuh. Kecepatan epitelisasi adalah 0,5 mm per hari, berjalan dari tepi luka ke

arah tengah atau terjadi dari sisa-sisa epitel dalam dermis, (6) Pada hari ke 14-15,

tensile strength hanya 1/5 maksimum, (7) tensile strength mencapai maksimum

dalam 6 minggu. Untuk itu pada seseorang dengan riwayat SC dianjurkan untuk

tidak hamil pada satu tahun pertama setelah operasi (Hudaya, 1996).

Komplikasi yang bisa timbul pada sectio caesarea adalah sebagai berikut: (1)

infeksi puerperal yang terdiri dari infeksi ringan dan infeksi berat. Infeksi ringan

ditandai dengan kenaikan suhu beberapa hari dalam masa nifas, infeksi yang berat

ditandai dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi bisa terjadi sepsis, infeksi ini

bisa terjadi karena karena partus lama dan ketuban yang telah pecah terlalu lama,

(2) perdarahan bisa terjadi pada waktu pembedahan cabang-cabang atonia uteria

ikut terbuka atau karena atonia uteria, (3) terjadi komplikasi lain karena luka

kandung kencing, embolisme paru dan deep vein trombosis, (4) terjadi ruptur uteri

pada kehamilan berikutnya (Rustam M, 1998).

4. Etiologi

Pada persalinan normal bayi akan keluar melalui vagina, baik dengan alat

maupun dengan kekuatan ibu sendiri. Dalam keadaan patologi kemungkinan

dilakukan operasi sectio caesarea. Adapun penyebab dilakukan operasi sectio

caesarea adalah :

a. Kelainan dalam bentuk janin

1) Bayi terlalu besar


Berat bayi lahir sekitar 4000 gram atau lebih (giant baby), menyebabkan

bayii sulit keluar dari jalan lahir.

2) Ancaman gawat janin

Keadaan gawat janin pada tahap persalinan, memungkinkan dokter

memutuskan untuk segera melakukan operasi. Apalagi jika ditunjang oleh kondisi

ibu yang kurang menguntungkan.

3) Janin abnormal

Janin sakit atau abnormal, misalnya gangguan Rh, kerusakan genetic, dan

hidrosephalus (kepala besar karena otak berisi cairan), dapat menyebabkan

diputuskannya dilakukan operasi.

4) Bayi kembar

Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena

kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada

kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau

salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.

b. Kelainan panggul

Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis dapat

menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan. Terjadinya kelainan panggul ini

dapat disebabkan oleh terjadinya gangguan pertumbuhan dalam rahim (sejak

dalam kandungan), mengalami penyakit tulang (terutama tulang belakang),

penyakit polio atau mengalami kecelakaan sehingga terjadi kerusakan atau patah

panggul.

c. Faktor hambatan jalan lahir

Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak

memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada


jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas (Dini Kasdu, 2003).

5. Prognosis

Dulu angka morbiditas dan mortalitas pada ibu dan janin tinggi, pada masa

sekarang oleh karena kemajuan yang pesat dalam teknik operasi, anastesi,

penyediaan cairan dan darah, indikasi dan antibioti angka ini sangat menurun.

Angka kematian ibu pada rumah-rumah sakit dengan fasilitas operasi yang baik

dan tenaga-tenaga yang cekatan kurang dari 2 per 1000 (Rustam M, 1998).

C. Deskripsi Problematika Fisioterapi

Adapun problem yang dihadapi oleh pasien post operasi sectio caesarea

adalah:

1. Nyeri

Nyeri dirasakan sebagai akibat adanya luka incisi pada dinding perut ataupun

dinding uterus.

2. Potensial terjadinya penurunan elastisitas otot perut dan otot dasar

panggul

Penurunan elastisitas otot perut dan elastisitas otot dasar panggul terjadi karena

pada masa kehamilan terjadi penguluran pada otot-otot tersebut.

3. Potensial terjadinya trombosis

Hubungan pendek (shunt) antara sirkulasi ibu dan plasenta didapat pada masa

kehamilan. Shunt akan hilang dengan tiba-tiba setelah melahirkan ada kompensasi

hemokonsentrasi dengan peningkatan viskositas darah sehingga volume darah

kembali seperti sedia kala. Dengan adanya mekanisme tersebut maka potensial

terjadi trombosis pada pembuluh darah venanya karena tungkai dibiarkan terlalu

lama tidak bergerak.

4. Penurunan kemampuan ADL


Karena adanya nyeri pada masa incisi menyebabkan pasien enggan untuk

bergerak. Sehingga pasien mengalami gangguan dalam transfer, ambulasi ataupun

ADL.

D. Teknologi Intervensi Fisioterapi

Terapi latihan merupakan salah satu modalitas fisioterapi dimana dalam

pelaksanaannya menggunakan latihan-latihan gerak tubuh, baik secara pasif

maupun aktif (Kisner, 1996).

Terapi latihan bertujuan untuk mempertahankan dan memperkuat elastisitas

otot-otot dinding perut. Otot-otot dasar panggul, ligamen dan jaringan serta fasia,

perawatan dan pemeliharaan keindahan tubuh (Rustam M, 1998).

Tehnik yang digunakan pada terapi latihan antara lain:

1. Gerakan aktif (active movement)

Merupakan gerakan yang diselenggarakan dan dikontrol oleh kerja otot yang

disadari, bekerja melawan tenaga dari luar.

Klasifikasinya:

a. Assisted active movement

Merupakan gerakan yang terjadi karena adanya kerja otot yang bersangkutan

melawan pengaruh gravitasi. Dalam melawan gravitasi kerjanya dibantu oleh

kekuatan dari luar.

b. Free active movement

Merupakan gerakan yang terjadi karena kerja otot dalam melawan pengaruh

gravitasi, yang kerjanya tidak dibantu oleh kekuatan dari luar.

c. Breathing exercise

Merupakan suatu latihan pernafasan yang ditujukan untuk memelihara daya

kembang thoraks. Selain itu juga membantu mengeluarkan mucus yang ada pada
sistem pernafasan. Teknik yang digunakan adalah SMI (sustained maximal

inspirited) yaitu inspirasi maximal yang ditahan 2-3 detik kemudian dihembuskan

perlahan-lahan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan daya kembang thoraks

sehingga volume paru meningkat.

2. Statik kontraksi

Suatu metode terapi latihan yang bertujuan untuk mengurangi nyeri dan

spasme otot (Ebner, 1959).

3. Latihan otot-otot perut dan otot dasar panggul

Latihan pada otot-otot perut dan otot dasar panggul bertujuan untuk

meningkatkan kekuatan dan elastisitas otot-otot perut dan otot-otot dasar panggul.

4. Edukasi

Menjelaskan pada Ibu tentang manfaat latihan penguatan otot perut dan

aktivitas perawatan diri di rumah. Selain itu diberi petunjuk latihan di rumah cara

menyusui dan perawatan payudar


BAB III
LAPORAN STATUS KLINIK

I. Identitas Pasien

- Nama : Ny. L. S

- Umur : 35 tahun

- Jenis Kelamin : Perempuan

- Agama : Islam

- Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

- Alamat :

Diagnosa Medis : Post SC e.c. APH (G... P... A..) PP Totalis pada

secondgravida h. aterm

II. Data-data Medis

- Catatan medis : plasenta lebih rendah, T.T/ DM / Jantung (-),Asma

+Hasil Laboratoriuma (tgl), Hb : 11,0, Leukosit : 12,7, Eritrosit : 3,71,

Keratin : 0,5, Klorida : 108

- Medika mentosa: Cetatoxime 3x1, Keterolac 3x1, Asem Tranesamen

2x1, Vitamin C 3x1, Vitamin B complex 3x1

III. SEGI FISIOTERAPI

A. Pemeriksaan Subjektif

1) Keluhan Utama: Pasien mengeluh adanya nyeri pada perut bekas

jahitan / incisi(Transfersal)

2) Riwayat Penyakit Sekarang: Sekitar 7 hari yang lalu pasien merasa

mules dengan intensitas yang hilang timbul namun belum ada tanda-

tanda partum Kemudian, pada hari Minggu tanggal 12 Oktober 2019


pasien merasa mules semakin meningkat lalu pasien dibawa ke

puskesmas. Setelah dilakukan pemriksaan, ternyata bayi dalam posisi

melintang dan plansenta dibawah. Lalu, pasien dirujuk ke RS dan

dilakukan section Caesar lalu pasien dirawat.

3) Riwayat Penyakit Dahulu: Anak pertama dilahirkan secara normal

4) Riwayat Penyakit Penyerta: Hipertensi, DM, Jantung disangkal namun

pasien memiliki asma

5) Riwayat Pribadi: Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga

6) Riwayat Keluarga : Tidak ada keluarga yang melahirkan dengan sectio

caesaria

B. Pemeriksaan Objektif

1) Pemeriksaan Tanda Vital

a) Tekanan darah : 100 / 70 mmHg

b) Denyut Nadi : 84x / menit

c) Pernapasan : 14x / menit

d) Temperatur : 360C

e) Tinggi Badan : 158 cm

f) Berat badan : 52 kg

2) Inspeksi

- Keadaan Umum pasien lemah

- Pasien masih bedrest

- Terpasang cateter dan infus

- Luka bekas operasi tertutup kasa dan gurita

- Tidak ada oedem pada kedua tungkai

- Nampak kesakitan bila menggerakkan hip dan knee


- Nampak kesakitan bila gerakan miring kanan- kiri serta posisi

duduk

3) Palpasi

- Adanya nyeri tekan pada perut sekitar sayatan operasi

- M.Rectus abdominis teraba lebih tegang

- M.Obligus externus teraba lebih tegang

4) Pemeriksaan gerak:

a. Gerak aktif:

Pada anggota gerak atas mampu bergerak aktif,full ROM tanpa

nyeri pada daerah perut sekitar incisi. Sedangkan untuk anggota

gerak bawah gerakan abduksi dan adduksi hip serta flexi dan

extensi hip tidak full ROM karena ada nyeri pada daerah perut

sekitar incisi.

b. Gerak pasif:

Pada anggota gerak atas mampu digerakan full ROM tanpa ada

nyeri pada daereah perut sekitar incisi. Sedangkan untuk anggota

gerak bawah gerakan abd – add hip dapat digerakan dengan sedikit

nyeri pada perut sekitar incisi,flexi – extensi hip tidak full ROM

karena ada nyeri pada perut sekitar incisi.

c. Gerak isometrik melawan tahanan:

Anggota gerak atas mampu bergerak isometrik tanpa keluhan nyeri

sekitar perut.Sedangkan anggota gerak bawah belum mampu

bergerak isometrik karena adanya nyeri pada perut sekitar incisi.


5) Muscle Test

MMT otot perut ( masih ada nyeri gerak ) Fleksor trunk = 4, Kesan :

mampu melakukan full ROM hingga scapula lepas dari meja. Tahanan

arm diturunkan menyilang di dada

6) Pemeriksaan Nyeri: VAS (Visual analog Scale )

Evaluasi Nyeri
Nyeri Nyeri diam =2
Nyeri tekan=5
Nyeri gerak=7
MMT M. fleksor lumbal= 4
NDEKS KATZ Mandiri, kecuali untuk mandi
bepakaian, pergi ke toilet dan 1
fungsi lain

7) Kognitif, Intrapersonal & Interpersonal

a) Kognitif: pasien mampu mengetahui orientasi ruang dan waktu

dengan baik,

b) Intrapersonal: pasien mempunyai motivasi ingin sembuh dan dapat

segera beraktifitas kembali.

c) Interpersonal: pasien mampu bersikap kooperatif dengan terapis

dan tim medis lainnya.

8) Kemampuan Fungsional

Indek’s Katz

- Mandi : seluruhnya dibantu

- Berpakaian: dibantu sebagian

- Pergi ke toilet: belum pergi ke toilet

- Berpindah: pasien belum berpindah ( masih bedrest )

- Continens (bowel dan bledder ): dapat mengontrol

- Makan: sudah boleh makan


Dalam hal ini di peroleh hasil F: Mandiri, kecuali untuk mandi,

bepakaian, pergi ke toilet, transfer dan 1 fungsi lain karena nyeri akibat

incise.

9) Pemeriksaan Spesifik

- Homan’s Sign = - (Tidak ditemukan adanya thrombosis)

C. Diagnosis Fisioterapi

1. Impairment:

- Adanya nyeri pada incise

- Penurunan kekuatan otot perut dan otot-otot dasar panggul

2. Functional Limitation: terjadinya gangguan aktifitas fungsional seperti

duduk mandiri,berdiri dan berjalan

3. Disability:

Pasien mengalami keterbatasan melakukan aktivitas social karena pasien

masih rawat inap di Bangsal Mawar I

D. Program

1. Tujuan Fisioterapi

a) Tujuan jangka pendek:

b) Mengurangi nyeri pada incisis

c) Mencegah terjadinya DVT

d) Meningkatkan kekuatan otot perut dan otot dasar panggul

e) Melancarkan ASI dengan breastcer

E. Intervensi Fisioterapi

1. Tehnologi intervensi

- Breating Exercise

- Free Active exercise


- Static contraksi

- Kegel Exc

F. Edukasi

1. Menganjurkan pada pasien setiap hari mengikuti latihan yang sudah

diberikan di Rumah Sakit untuk kemudian dilakukan setelah pulang

kerumah.

2. Menganjurkan pada pasien tidak melakukan gerakan sit up.

3. Mengajarkan teknik angkat dan angkut yang aman yaitu dengan

menekuk kedua lutut dan beban harus dekat dengan tubuh.

4. Menganjurkan pada pasien untuk menyusui bayinya hanya dengan ASI

G. Rencana Evaluasi

1. Pengukuran nyeri dengan VAS

2. Kekuatan otot dengan MMT

3. Kemampuan Fungsional dengan Indeks Katz

H. Pragnosis

1. Quo ad vitam : baik

2. Quo ad sanam : baik

3. Quo ad cosmeticam : baik

4. Quo ad functionam : baik

I. Pelaksanaan Fisioterapi

1. Tanggal 13 Oktober 2019

Pada hari pertama latihan-latihan yang dapat dilakukan antara lain :

a. Latihan pernafasan perut atau abdominal breathing exercise. Sikap

berbaring terlentang kedua tangan di samping badan, kedua kaki

ditekuk pada lutut dan santai. Bentuk latihan pernapasan perut


1) letakkan tangan kiri di atas perut,

2) lakukan pernafasan diafragma, yaitu tarik nafas melalui hidung,

tangan kiri naik ke atas mengikuti dinding perut yang menjadi

naik,

3) lalu hembuskan nafas melalui mulut. Frekuensi latihan adalah

12-14 per menit. Lakukan gerakan pernafasan ini sebanyak 8

kali dengan interval 2 menit

b. Latihan untuk bahu, siku dan jari-jari.

Untuk bahu, posisi tidur telentang, pasien diminta menggerakkan

bahunya secara aktif ke arah fleksi, ekstensi (mengangkat lengan

ke depan dan ke belakang), abduksi-adduksi (mengangkat lengan

ke samping badan), sircumduksi secara bergantian kanan dan kiri.

Untuk siku, posisi tidur terlentang, pasien diminta untuk menekuk

dan meluruskan sikunya secara bergantian kanan dan kiri. Untuk

jari-jari, posisi tidur terlentang, pasien diminta untuk

menggerakkan jari-jari tangannya, genggam – lemas, dan semua

gerakan diatas diulang sampai 3 x 8 hitungan.

c. Kaki (dorsi fleksi dan plantar fleksi)

Gerakan memutar ke dalam dan ke luar (inversi dan eversi)

dangerakan memutar pergelangan kaki kedalam dan keluar

(sirkumduksi), dilanjutkan dengan menekan lutut ke bawah secara

bergantian kanan dan kiri. Semua gerakan diatas dilakukan

sebanyak 3x8 hitungan


2. Tanggal 15 November 2019

Intervensi sama diatas

3. Tanggal 17 November 2019

Hari Ketiga Gerakan-gerakan yang dilakukan pada hari sebelumnya

tetap dilakukan, ditambah dengan latihan :

a. Latihan untuk otot-otot tungkai.

Posisi pasien berbaring terlentang, kedua tungkai lurus, lalu salah

satu tungkai ditekuk dan diluruskan kembali secara bergantian

kanan dan kiri, diulang sampai 3x8 hitungan.

b. Latihan penguatan otot dasar panggul.

c. Pada pasian pasca sectio caesaria tetap harus diberikan latihan

penguatan otot dasar panggul meskipun proses pengeluaran janin

J. Evaluasi Akhir

Setelah dilakukan 3x terapi dengan pemberian tindakan berupa Breating

Exercise, Free active exc dan kegel exc didapatkan kesimpulan sebagai

berikut

K. Hasil Akhir

Pasien bernama Ny L. S usia 35 tahun dengan Diagnosa medis Post

Section caesar telah dilakukan tindakan fisoterapi berupa Breating exc,

Free active Exc dan kegel Exc sebanyak 3x terapi ( tanggal 13 – 17

Oktober 2019) dan kini pasien sudah mengalami perubahan yaitu berupa

penurunan nyeri bekas incisi dan terjadi peningkatan aktivitas fungsional


Evaluasi T1 T2 T3
Nyeri Nyeri diam =2 Nyeri diam=1 Nyeri diam=0
Nyeri tekan=5 Nyeri tekan=5 Nyeri tekan=2
Nyeri gerak=7 Nyeri gerak=7 Nyeri gerak=6
MMT Fleksor lumbal= 4 Fleksor lumbal=4 Fleksor Lumbal= 4
Indeks Kat’z Nilai F Nilai F Nilai E
BAB IV

PENUTUP

Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Pasca Sectio Caesarea selama 3

kali mendapatkan hasil dengan adanya penurunan nyeri, peningkatan kekuatan

otot perut dan peningkatan kemampuan fungsional, hal ini dapat terlihat dengan

adanya peningkatan kekuatan otot perut dan peningkatan kemampuan fungsional

yang dapat dilakukan oleh pasien, sehingga terapi latihan dan senam nifas dapat

mengurangi rasa nyeri serta meningkatkan kekuatan otot peruta dan meningkatkan

kemampuan fungsional pada pasien Pasca Sectio Caesarea


DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000, Sistem Kesehatan Nasional.

Dini Kasdu, 2003, Operasi Caesar Masalah dan Solusinya, Puspa Swara, Jakarta.

Ebner Maria, 1959, Second Edition, Physiotherapy in Obstetri and Gynecology,

Hasanah, P, Senam Hamil, 1991, Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas


Kedokteran Universitas Padjajaran, Bandung.

Kisner, C, Lynn dan Allen C, 1996, Therapheutic Exercise Foundation and


Technique, FA Davis, Philadelphia,

Kusnandari, 1993, Kesehatan Ibu Hamil dan Melahirkan, Unit Pelayanan


Trehabilitasi Medis, RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta.

Nugroho, D.S, 2001, Neurofisiologi Nyeri dan Aspek Kedokteran, Pelatihan


Penatalaksanaan FT Komprehensif pada Nyeri, Surakarta 7-8 Maret.

Prasetya, Hudoyo, 1996, Obstetri dan Ginekologi, Akademi Fisioterapi Surakarta.

Puts and Pabts, 2000, Sobatta, EGC, Edisi 21, Jakarta.

Rosemary, M, Schlly, 1989, Physical Therap, J.B Lippincott Company


Philadelphia.

Rustam, Mochtar, 1998, Sinopsis Obstetri, Obstetri Operatif, Obestetri Sosial,


Jilid ke 2, Edisi ke 2, EGC, Jakarta.

Sarwono, Prawirohardjo, 1981, Ilmu Kebidanan, Edisi ke 2, Yayasan Bina


Pustaka, Jakarta.

Sri Mardiman, dkk, DP3Ft II, Akademik Fisioterapi Surakarta

Anda mungkin juga menyukai