Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI


PASIEN Ny. A DILAKUKAN TINDAKAN OPERASI SECTIO CAESARIA
DENGAN SPINAL ANESTESI
RSUD KOTA BANDUNG

Disusun Oleh:
Nama : Andri Kusmayadi Rachmat

NIM : 220106266

Mengetahui,

Pembimbing klinik,

( H. Tata Juarta., S.Tr.,Kes., M.,HKes.)

PROGRAM STUDI SARJANA


TERAPAN KEPERAWATAN
ANESTESIOLOGI FAKULTAS
KESEHATAN UNIVERSITAS
HARAPAN BANGSA 2023
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Teori General Anestesi/Regional Anestesi


1. Pengertian
Anestesi regional adalah hambatan impuls nyeri suatu bagian tubuh
sementara pada impuls saraf sensorik, sehingga impuls nyeri dari suatu
bagian tubuh diblolokir untuk sementara (reversibel). Fungsi motorik
dapat terpengaruj sebagian atau seluruhnya, tetapi pasien tetap sadar.
Spinal anestesi adalah menyuntikkan obat analgesik lokal ke dalam ruang
subarachnoid di daerah antara vertebra lumbalis L2-L3 atau L3-L4 atau
L4-L5 (Majid, 2011). Spinal anestesi atau ubarachniod Blok (SAB)
adalah salah satu teknik anestesi regional yang dilakukan dengan cara
menyuntikkan obat anestesi lokal ke dalam ruang subarachnoid untuk
mendapatkan analgesia setinggi dermatom tertentu dan relaksasi otot
rangka. Untuk dapat memahami spinal anestesi yang menghasilkan blok
simpatis, blok sensoris dan blok motoris maka perlu diketahui
neurofisiologi saraf, mekanisme kerja obat anestesi lokal pada spinal
anestesi dan komplikasi yang dapat ditimbulkannya. Derajat anestesi
yang dicapai tergantung dari tinggi rendah lokasi penyuntikan, untuk
mendapatkan blockade sensoris yang luas, obat harus berdifusi ke atas,
dan hal ini tergantung banyak faktor antara lain posisi pasien selama dan
setelah penyuntikan, barisitas dan berat jenis obat (Gwinnutt, 2011).
Pada penyuntikan intratekal yang dipengaruhi dahulu ialah saraf simpatis
dan parasimpatis, diikuti dengan saraf untuk rasa dingin, panas, raba dan
tekan dalam. Yang mengalami terakhir adalah serabut motoris, rasa getar
(vibratory sense) dan proprioseptif. simpatis ditandai dengan adanya
kenaikan suhu kulit tungkai bawah. Setelah anestesi selesai, pemulihan
terjadi dengan urutan sebaliknya, yaitu fungsi motoris yang pertama kali
akan pulih. Didalam cairan serebrospinal, hidrolisis anestetik lokal
berlangsung lambat. Sebagian besar anestetik lokal meninggalkan ruang
subarachnoid melalui aliran darah vena sedangkan sebagian kecil melalui
aliran getah bening. Lamanya anestesi tergantung dari kecepatan obat
meninggalkan cairan serebrospinal (Majid, 2011).

2. Indikasi
Menurut Keat dkk (2013), indikasi pemberian spinal anestesi ialah untuk
prosedur bedah di bawah umbilicus. Latief (2009) menyatakan bahwa
spinal anestesi merupakan teknik regional anestesi yang baik untuk
tindakan – tindakan :
1) Bedah ekstremitas bawah
2) Bedah panggul
3) Tindakan sekitar rektum perineum
4) Bedah obstetrik – ginekologi
5) Bedah urologi
6) Bedah abdomen bawah
7) Pada bedah abdomen atas dan bawah pediatrik biasanya
dikombinasikan dengan anestesi umum ringan
Menurut Majid (2011), indikasi spinal anestesi dapat digolongkan
sebagai berikut :
a. Bedah tungkai bawah, panggul dan perineum
b. Tindakan khusus seperti bedah endoskopi, urologi, rektum
c. Bedah fraktur tulang panggul
d. Bedah obstetrik – ginekologi
e. Bedah pediatrik dilakukan setelah bayi ditidurkan dengan anestesi
umum.

3. Kontra Indikasi
Kontraindikasi spinal anestesi menurut Majid (2011) adalah sebagai
berikut :
a. Kontraindikasi mutlak :
1) Hipovolemia berat (syok)
2) Infeksi kulit pada tempat lumbal pungsi (bakteremia)
3) Koagulopati
4) Peningkatan tekanan cranial

b. Kontraindikasi absolute :
1) Neuropati
2) Prior spine surgery
3) Nyeri punggung
4) Penggunaan obat-obatan preoperasi golongan OAINS
5) Pasien dengan haemodinamik tidak stabil
4. Teknik
1. Epidural
Epidural merupakan salah satu tipe anestesi regional yang sangat populer
dan umumnya dipergunakan dalam proses persalinan. Dengan
menggunakan epidural, pasien akan tetap sadar , tidak merasa sakit, dan
tetap mampu mendorong bayi untuk keluar dari jalan lahir. Jenis efek
yang dihasilka berupan epidural anestesi dan anlgesi.
2. Spinal block
Spinal block juga umum dipergunakan dalam proses persalinan melalui
operasi caesar. Dengan spinal block pasien tidak akan merasakan apapun
dan tetap dalam kondisi sadar. Jenis efek yang dihasilkan berupa epidural
anstesi dan analgesi.
3. Peripheral nerve block
Pada tipe spinal block dan epidural, obat anestesi disuntikkan ke area
spesifik di punggung pasien. Sementara pada peripheral nerve blok, obat
anestesi akan disutikkan dekat dengan kumpulan saraf yang berada di
tangan, kaki. Ada 2 jenis peripheral nerve block yang umum dilakukan
yaitu femoral nerve block dimana obat akan disuntikkan di daerah kaki,
dan brachial plexus block dimana obat anestesi disuntikkan di daerah
lengan dan bahu
5. Komplikasi
1. Komplikasi dini
a. Hipotensi
Hipotensi merupakan salah satu komplikasi akut pada anestesi spinal,
diagnosis dapat ditegakkan bila terjadi penurunan tekanan darah sistolik
sebesar 20-30% dari tekanan darah semula atau bila tekanan darah
sistolik kurang dari 90 mmHg.
b. Mual muntah
Terjadi karena adanya aktifitas parasimpatis yang menyebabkan
peningkatan peristaltic usus, dan tarikan nerveus dan pleksus N Vagus
c. Blok spinal tinggi
Blockade medulla spinal sampai ke servikal oleh suatu obat lokal
anestesi. Gejala utama yang terjadi yaitu sesak napas, mual, muntah,
gelisah, precordial discomfort dan dapat menyebabkan kesadaran
menurun sampai hipotensi berat

B. Konsep Teori
1. Pengertian
G1P0A0 30 minggu IUFD adalah ibu yang hamil lagi untuk pertama kali,
partus 0 (belum pernah melahirkan) ,dan 0 kali abortus (keguguran) dan
mengalami kematian janin dalam rahim pada usia kehamilan 30 minggu
dikarenakan tali pusar keluar di vagina. intra uterine fetal deadth (IUFD)
atau kematian janin dalam rahim adalah kematian janin dalam kehamilan
sebelum terjadi proses persalinan pada usiakehamilan 28 minggu ke atas
atau berat janin 1000 gram. (Moechtar R. Pedarahan Antepartum. Dalam:
Synopsis Obstetri, Obstetri Fisiologis dan Obstetri Patologis, Edisi II.
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1998; 279)
2. Anatomi
Uterus terletak diantara vesica urinaria dan rectum, berbentuk seperti
buah pir terbalik. Uterus pada wanita yang belum pernah hamil biasanya
berukuran sekitar 7,5 cm (panjang), 5 cm (lebar), dan 2,5 cm (tebal).
Uterus terdiri dari fundus uteri, corpus uteri dan serviks uteri. Biasanya
uterus berada dalam posisi antefleksi.

3. Fisiologi
Uterus merupakan organ yang berdinding tebal, muskular, bentuknya
seperti buah pir yang sedikit gepeng ke arah depan belakang. Ukurannya
sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri dari otot –
otot polos. Ukuran panjangnya 7-7,5cm, lebar di atasnya 5,25cm tebal
2,5cm dan tebal dindingnya 1,25cm. Uterus normal memiliki berat
kurang lebih 57 gram. Uterus terletak di pelvis minor, antara kandung
kencing di depan dan rektum di bagian belakang. Di tutupi oleh dua
lembar peritonium, yang di sebelah kanan dan kiri membentuk
ligamentum latum. Uterus terdiri dari 3 lapisan jaringan yaitu lapisan
terluar berupa perimetrium, lapisan tengah miometrium dan lapisan
paling dalam adalah endometrium. Miometrium adalah lapisan yang
paling tebal dan merupakan otot polos berlapis tiga yaitu yang disebeah
luar longitudinal, yang disebelah dalam sirkuler dan diantara kedua
lapisan ini beranyaman.
Uterus akan membesar pada saat kehamilan akibat peningkatan
kadar estrogen dan progesteron pada bulan-bulan pertama.
Pembesaran ini pada dasarnya disebabkan oleh hipertropi otot
polos uterus, disamping itu serabut-serabut kolagen yang ada
menjadi higroskopi akibat meningkatnya kadar estrogen
sehingga uterus dapat mengikuti pertumbuhan janin. Setelah
Menopause, uterus pada wanita nulipara maupun multipara,
mengalami atrofi dan kembai ke ukuran pada masa predolesen.
4. Patofisiologi
Prosedur SC membuat ibu akan mengalami adaptasi post partum dengan
terjadi penurunan progesteron dan estrogen dan aspek fisiologis yaitu
produk oxytosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang
keluar hanya sedikit, luka pada insisi akan menjadi port de entri kuman
(sebelum seseorang terinfeksi), maka perlu diberikan antibiotic dan
perawatan luka dengan prinsip steril.
Nyeri adalah masalah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan
rasa aman dan nyaman. Hal yang dilakukan sebelum operasi pasien perlu
dilakukan anestesi bisa bersifat regional dan umum, namun anestesi
umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu. Pengaruh
anestesi terhadap janin sehingga bayi lahir dalam keadaan apnoe,
sedangkan pengaruh anestesi terhadap ibu yaitu tonus uteri berupa atonia
uteria sehingga darah banyak keluar dan proses pengeluaran lochea yang
terkadang mempengaruhi jumlah Hb didalam tubuh menurun, ibu akan
mengalami kelemahan dan keengganan akan perawatan diri, sedangkan
pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat secret
yang berlebihan karena kerja nafas silia menutup.
Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan ibu dengan
menurunkan mobilitas usus, akibatnya peristaltik juga menurun.
Peristaltik menurun menyebabkan perubahan pola eliminasi yaitu
konstipasi. Pada ibu post op Sectio Caesarea terjadi permasalahan pada
ASI atau yang sering di sebut menyusui tidak efektif karena ibu
mengalami bengkak pada payudara yang di sebabkan oleh ASI tidak
memancar/menetes(Nurarif & Kusuma, 2013).
5. Manifestasi Klinis
Persalinan dengan Sectio Caesaria, memerlukan perawatan yang lebih
komprehensif yaitu perawatan post operatif dan post partum, manifestasi
klinis Sectio Caesarea menurut Dongoes 2010 yaitu :
1. Nyeri akibat ada luka pembedahan
2. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
3. Fundus uterus terletak di umbilicus
4. Aliran lockhea sedang bebas membeku yang tidak berlebihan
5. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 750 – 1000
6. Menahan batuk akibat rasa nyeri yang berlebihan
7. Biasanya terpasang kateter urinarius
8. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
9. Akibat nyeri terbatas untuk melakukan pergerakan
10. Bonding attachment pada anak yang baru lahir

6. Komplikasi
Menurut (Kristiyanasari, 2010) komplikasi yang dapat terjadi pada pasien
post Sectio Caesarea adalah :
a. Infeksi Puerperalis. Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan
suhu selama beberapa hari dalam masa nifas dapat juga bersifat berat,
misalnya peritonitis, sepsis dan lain-lain.
b. Perdarahan. Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan
jika cabang arteri uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri.
c. Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kemih dan
embolisme paru-paru.
d. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya
perut pada dinding uterus sehingga pada kehamilan berikutnya bisa
terjadi ruptura uteri. Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan
sesudah Sectio Caesarea klasik.
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemantauan janin terhadap kesehatan janin, pemantauan EKG, elektrolit,
hemoglobin / Hematokrit, golongan darah, urinalis, pemeriksaan sinar x
sesuai indikasi, ultrasound sesuai pesanan. (Kristiyanasari, 2010)

8. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan secara medis
a. Analgesik diberikan pada saat penjahitan ketorolac 30mg
b. Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan partum yang hebat.
c. Methylergometrine adalah obat untuk mencegah serta mengatasi
perdarahan pascapersalinan (postpartum).
d. Pemberian cairan parenteral seperti Ringer Laktat dan NaCl.

C. Konsep Teori
Pengertian
Operasi sesar adalah proses persalinan melalui pembedahan irisan di
perut ibu (laparatomi) dan rahim (histerotomi) untuk mengeluarkan bayi
baru lahir. Bedah sesar umumnya dilakukan ketika proses persalinan
normal melalui vagina tidak memungkinkan karena berisiko komplikasi
medis lainnya. (Cunningham. et all 2014).
Sebuah operasi sesar adalah prosedur pembedahan di mana satu atau
lebih sayatan dibuat melalui perut dan rahim ibu hamil untuk melahirkan
satu atau lebih bayi baru lahir, atau untuk melahirkan janin mati. Operasi
sesar modern pertama kali dilakukan oleh dokter kandungan Jerman
Ferdinand Adolf Kehrer tahun 1881 (NICE 2011)
Operasi sesar adalah upaya mengeluarkan janin melalui pembedahan
pada dinding abdomen dan uterus merupakan bagian dari metode
obstetrik operatif dan dilakukan sebagai alternatif jika persalinan lewat
jalan lahir tidak dapat dilakukan. Tujuan dilakukan operasi sesar agar ibu
dan bayi baru lahir yang dilahirkan sehat dan selamat. Persalinan melalui
operasi sesar menjadi pilhan yang direkomenasikan pada beberapa kasus
kasus yang mengancam keselematan ibu dan bayi baru lahir. RCOG
mengelompokkan indikasi dilakukannya operasi sesar emergensi dan
elektif.(RCOG 2010)

Anda mungkin juga menyukai