Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN

(ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI PADA PASIEN SECTIO CAESARIA)

A. Konsep Teori Penyakit


1. Definisi
Sectio Caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding perut dan rahim dengan saraf rahim dalam keadaan utuh serta
berat diatas 500 gram (Mitayani,2010).
Sectio Caesaria adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada
dinding abdomen dan uterus. (Harry O & William R,2010)

2. Etiologi
Manuba (2011) Indikasi ibu dilakukan Sectio Caesaria adalah ruptur uteri iminen,
pendarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal
distres dan janin besar melebihi 4000 gram. Dari beberapa faktor Sectio Caesaria diatas
dapat diuraikan beberapa penyebab Sectio Caesaria sebagai berikut :
a. CPD ( Chepalo Pelvik Dispropotion )
Chepalo Pelvik Dispropotion ( CPD ) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat
melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa
tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui
oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan
kelainan atau panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses
persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis
tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran
bidang panggul menjadi abnormal.
b. PEB ( Pre-Eklampsi Berat )
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan
dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan
parinatal paling penting dalam ilmu kebidanan, Karena itu diagnosa dini amatlah
penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi
eklamsi.
c. KPD ( Ketuban Pecah Dini )
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan
dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini
adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.
d. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran
kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu
bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang
sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
e. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan
lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.

3. Tanda dan Gejala


Tanda gejala Sectio Cesare ( Doenges,2011), antara lain :
a. Nyeri akibat ada luka pembedahan
b. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
c. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
d. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (Lokhea tidak banyak )
e. Biasanya terpasang kateter urinarius
f. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml
g. Emosi labil, perubahan emosional dengan mengekspresikan ketidakmampuan
menghadapi situasi baru
h. Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
i. Pengaruh anastesi dapat menimbulkan mual dan muntah
j. Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler
k. Pada kelahiran secara SC (Sectio Caesaria) tidak direncanakan maka biasanya
kurang paham prosedur
l. Bonding dan Attachment pada anak yang dilahirkan.

4. Pemeriksaan Diagnostik / Pemeriksaan Penunjang Terkait


Pemeriksaan penunjang (Manuaba,2010) :
a. Hemoglobin atau hematokrit, untuk mengkaji perubahan dari kadar pra operasi dan
mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
b. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
c. Tes golongan darah, lama pendarahan, waktu pembekuan darah
d. Urinalisis/kultur urine
e. Pemeriksaan elektrolit

5. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan Terapi
b. Penatalaksanaan Operatif
B. Pertimbangan Anestesi
1. Definisi Anestesi
Anestesi merupakan suatu tindakan untuk menghilangkan rasa sakit ketika
dilakukan pembedahan dan berbagai prosedur lain yang menimbulkan rasa sakit, dalam
hal ini rasa takut perlu ikut dihilangkan untuk menciptakan kondisi optimal bagi
pelaksanaan pembedahan (Sabiston, 2011).
Anestesi berarti “hilangnya rasa atau sensasi”. Istilah yang digunakan para ahli
saraf dengan maksud untuk menyatakan bahwa terjadi kehilangan rasa secara patologis
pada bagian tubuh tertentu, atau bagian tubuh yang dikehendaki (Boulton, 2012).

2. Jenis Anestesi
a. General Anestesi
Klien yang mendapat anestesi umum akan kehilangan seluruh sensasi dan
kesadarannya. Relaksasi otot mempermudah manipulasi anggota tubuh. Pembedahan
yang menggunakan anestesi umum melibatkan prosedur mayor, yang membutuhkan
manipulasi jaringan yang luas. (Potter & Perry, 2006)
b. Regional Anestesi
Induksi anestesi regional menyebabkan hilangnya sensasi pada daerah tubuh
tertentu. Anestesi regional terdiri dari spinal anestesi, epidural anestesi, kaudal
anestesi. Metode induksi mempengaruhi bagian alur sensorik yang diberi anestesi.
Ahli anestesi memberi regional secara infiltrasi dan lokal. Pada bedah mayor, seperti
perbaikan hernia, histerektomi vagina, atau perbaikan pembuluh darah kaki, anestesi
regional atau spinal anestesi hanya dilakukan dengan induksi infiltrasi. Blok anestesi
pada saraf vasomotorik simpatis dan serat saraf nyeri dan motoric menimbulkan
vasodilatasi yang luas sehingga klien dapat mengalami penurunan tekanan darah yang
tiba – tiba. (Potter & Perry, 2006).
c. Lokal Anestesi
Anestesi lokal menyebabkan hilangnya sensasi pada tempat yang diinginkan.
Obat anestesi menghambat konduksi saraf sampai obat terdifusi ke dalam sirkulasi.
Anestesi lokal umumnya digunakan dalam prosedur minor pada tempat bedah sehari.

3. Teknik Anestesi
a. General anestesi menurut Mangku dan Senapathi (2010), dapat dilakukan dengan 3
teknik, yaitu:
1) General Anestesi Intravena
Teknik general anestesi yang dilakukan dengan jalan menyuntikkan obat
anestesi parenteral langsung ke dalam 11 pembuluh darah vena.
2) General Anestesi Inhalasi
Teknik general anestesi yang dilakukan dengan jalan memberikan kombinasi
obat anestesi inhalasi yang berupa gas dan atau cairan yang mudah menguap
melalui alat atau mesin anestesi langsung ke udara inspirasi.
3) Anestesi Imbang
Merupakan teknik anestesi dengan mempergunakan kombinasi obat-obatan
baik obat anestesi intravena maupun obat anestesi inhalasi atau kombinasi
teknik general anestesi dengan analgesia regional untuk mencapai trias
anestesi secara optimal dan berimbang, yaitu:
a) Efek hipnosis, diperoleh dengan mempergunakan obat hipnotikum atau
obat anestesi umum yang lain.
b) Efek analgesia, diperoleh dengan mempergunakan obat analgetik opiat
atau obat general anestesi atau dengan cara analgesia regional.
c) Efek relaksasi, diperoleh dengan mempergunakan obat pelumpuh otot
atau general anestesi, atau dengan cara analgesia regional.
b. Spinal Anestesi
Anestesi spinal adalah injeksi agen anestesi ke dalam ruang intratekal, secara
langsung ke dalam cairan serebrospinalis sekitar region lumbal di bawah level L1/2
dimana medulla spinalis berakhir (Keat, dkk, 2013). Penyuntikan anestesi lokal ke
dalam ruang subaraknoid disegmen lumbal 3-4 atau lumbal 4-5. Untuk mencapai
ruang subaraknoid, jarum spinal menembus kulit subkutan lalu menembus
ligamentum supraspinosum, ligamen interspinosum, ligamentum flavum, ruang
epidural, durameter, dan ruang subaraknoid. Tanda dicapainya ruang subaraknoid
adalah dengan keluarnya liquor cerebrospinalis (LCS)
c. Epidural Anestesi
Anestesi yang menempatkan obat di ruang epidural (peridural, ekstradural).
Ruang ini berada di antara ligamentum flavum dan durameter. Bagian atas berbatasan
dengan foramen magnum di dasar tengkorak dan bagian bawah dengan selaput
sakrokoksigeal. Kedalaman ruang rata-rata 5 mm dan di bagian posterior kedalaman
maksimal terletak pada daerah lumbal. Anestetik lokal di ruang epidural bekerja
langsung pada saraf spinal yang terletak di bagian lateral. Onset kerja anestesi
epidural lebih lambat dibanding anestesi spinal. Kualitas blokade sensoris dan
motoriknya lebih lemah.
d. Kaudal Anestesi
Anestesi kaudal sebenarnya sama dengan anestesi epidural, karena kanalis
kaudalis adalah kepanjangan dari ruang epidural dan obat ditempatkan di ruang
kaudal melalui hiatus sakralis. Hiatus sakralis ditutup oleh ligamentum
sakrokoksigeal. Ruang kaudal berisi saraf sakral, pleksus venosus, felum terminale,
dan kantong dura. Teknik ini biasanya dilakukan pada pasien anak-anak karena
bentuk anatominya yang lebih mudah ditemukan dibandingkan daerah sekitar
perineum dan anorektal, misalnya hemoroid dan fistula perianal.
4. Rumatan Anestesi
Rumatan anestesi (maintenance) dapat dikerjakan dengan cara intravena atau
dengan inhalasi atau dengan campuran intravena inhalasi. Rumatan dilakukan untuk
mencapai trias anestesi, yaitu hipnosis, analgesia dan relaksasi otot.

5. Risiko
Komplikasi yang dapat terjadi pada spinal anestesi menurut Sjamsuhidayat & De
Jong tahun 2010, ialah :
a. Hipotensi terutama jika pasien tidak prahidrasi yang cukup
b. Blokade saraf spinal tinggi, berupa lumpuhnya pernapasan dan memerlukan bantuan
napas dan jalan napas segera.
c. Sakit kepala pasca pungsi spinal, sakit kepala ini bergantung pada besarnya diameter
dan bentuk jarum spinal yang digunakan.

C. Web Of Caution (WOC)

D. Tinjauan Teori Askan Pembedahan Khusus


1. Pengkajian
a. Data Subjektif
b. Data Objektif
2. Masalah Kesehatan Anestesi
3. Rencana Intervensi
a. Masalah Kesehatan Anestesi 1
1) Tujuan
2) Kriteria Hasil
3) Rencana Intervensi
a) Rencana Tindakan 1
b) Rencana Tindakan 2
b. Masalah Kesehatan Anestesi 2
4. Evaluasi
E. Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai