Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PADA Ny.U DENGAN DIAGNOSA


TUMOR MAMMAE DENGAN TEKNIK GENERAL ANASTESI
DI RUMAH SAKIT LARASATI PAMEKASAN

Disusun Oleh :
Nama : AKHMAD JAKFAR TAUFIK
NIM : 210106215

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing klinik

(………………………...) (Syamsul Arifin, S.Kep.Ns)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA2022
A. Konsep Teori Penyakit
1. Definisi
Tumor mammae adalah adalah karsinoma yang berasal dari parenkim, stroma, areola
dan papilla mammae (Lab. UPF Bedah RSDS, 2010). Tumor mammae adalah gangguan
dalam pertumbuhan sel normal mammae di mana sel abnormal timbul dari sel-sel normal,
berkembangbiak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah. (Kusuma, 2015).
2. Etiologi
1) Faktor Genetika
Faktor genetik pada tumor payudara memiliki pengaruh. Terutama bila ada riwayat
generasi sebelumnya ada yang terkena kanker payudara, maka resiko menderita kanker
payudara akan lebih besar. Terdapat dua gen yang berperan dalam pembentukan tumor
payudara, yaitu gen BRCA1 dan BRCA2.
2) Faktor Hormon
Hormon adalah zat yang dihasilkan oleh kelenjar tubuh yang berfungsi untuk
mengatur kegiatan alat-alat tubuh dan selaput tertentu. Hormon memicu terjadinya
pertumbuhan sel. Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif wanita, terutama
jika tidak diselingi oleh perubahan hormonal karena kehamilan, meningkatkan peluang
tumbuhnya sel-sel yang secara genetik telah mengalami kerusakan dan menyebakan
kanker.
3) Bahan Kimia
Bahan kimia untuk industri serta asap yang mengandung senyawa karbon dapat
meningkatkan kemungkinan terkena tumor ataupun kanker payudara.
4) Pola makan, terutama makanan yang banyak mengandung lemak.
5) Pengaruh Radiasi di Daerah Dada
Biasanya penderita mengeluh adanya benjolan di payudara, rasa sakit di payudara,
keluarnya cairan dari puting susu, adanya eksim di sekitar areola puting susu, adanya
ulserasi atau borok di daerah payudara, pembesaran 7 kalenjar getah bening atau
sekelan disekitar ketiak.
3. Tanda dan Gejala

No Tanda atau gejala Interpretasi


1 Nyeri Penyebab fisiologi seperti pada tegangan
a. Berubah dengan daur pramenstruasi atau penyakit fibrokistik,
menstruasi tumor jinak, tumor ganas atau infeksi.
b. Tidak tergantung daur
Menstruasi
2 Benjolan di payudara Permukaan licin dan fibroudenoma atau
a. Keras kista. permukaan keras, berbenjol atau
b. Kenyal melekat pada kanker atau inflamasi non-
c. Lunak infektif. kelainan fibrokistik. lipoma.
3 Perubahan kulit Sangat mencurigakan karsinoma kista,
a. Bercawak karsinoma, fibroadenoma besar diatas
b. Benjolan kelihatan benjolan : kanker (tanda khas) infeksi jika
c. Kulit jeruk panas kanker lama (terutama pada
d. Kemerahan orangtua)
e. Tukak
4 Kelainan puting/areola Fibrosis karena kanker retraksi baru karena
a. Retraksi kanker (fibrosis karena pelebaran duktus)
b. Infeksi baru unilateral : penyakit paget
5 Keadaan cairan Kehamilan/laktasi normal perimenopause
a. Seperti susu pelebaran duktus, kelainan fibrolitik.
b. Jernih
c. Hijau
6 Hemoragik Karsinoma, papiloma intraduktus.

4. Pemeriksaan Diagnostik atau Pemeriksaan Penunjang Terkait


a. Mammografi Skrining (Screening Mammography)
Tes ini bisa dilakukan untuk mendeteksi kelainan payudara walaupun tanda-tanda
kelainannya belum terlihat secara jelas dengan kasat mata. Mammografi skrining ini
bermanfaat untuk mendeteksi kanker payudara sejak dini.
b. Mammografi Diagnostik (Diagnostic Mammography)
Bila terjadi perubahan pada payudara, seperti timbul rasa nyeri, muncul benjolan,
warna kulit di sekitar payudara berubah, puting menebal, serta keluar cairan dari
puting, maka mammografi diagnostik adalah pemindaian yang cocok dilakukan untuk
mengidentifikasi perubahan tersebut.
c. Biopsi
Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau ganas, dengancara
pengambilan massa. Memberikan diagnosa definitif terhadap massa dan berguna
sebagai klasifikasi histologi, pertahapan dan seleksi terapi.
5. Penatalaksanaan medis
a. Penatalaksanaan terapi
1) Radioterapi
Pilihan pengobatan lain bagi pasien tumor dan kanker payudara adalah radioterapi
atau terapi radiasi dengan menggunakan sinar berkekuatan tinggi, seperti sinar-X
dan proton. Radioterapi bisa dilakukan dengan menembakkan sinar ke tubuh
pasien menggunakan mesin (radioterapi eksternal), atau dengan menempatkan
material radioaktif ke dalam tubuh pasien (brachytherapy).
Radioterapi eksternal biasanya dijalankan setelah pasien selesai menjalani
lumpektomi, sedangkan brachytherapy dilakukan jika kecil risikonya untuk
muncul kanker payudara kembali. Dokter juga bisa menyarankan pasien untuk
menjalani radioterapi pada payudara setelah mastektomi, untuk kasus kanker
payudara yang lebih besar dan telah menyebar ke kelenjar getah bening.
Radioterapi atau terapi radiasi pada kanker payudara dapat berlangsung selama 3
hari hingga 6 minggu, tergantung dari jenis terapi yang dilakukan. Radioterapi bisa
menimbulkan komplikasi seperti kemerahan pada area yang disinari, serta
payudara juga mungkin dapat menjadi keras dan membengkak.
2) Terapi hormon
Pada kasus kanker yang dipengaruhi hormon estrogen dan progesteron, dokter bisa
menyarankan pasien menggunakan penghambat estrogen, seperti tamoxifen. Obat
ini bisa diberikan pada pasien selama 5 tahun. Sedangkan obat penghambat
aromatase, seperti anastrozole, letrozole, dan exemestane, diresepkan dokter untuk
menghambat produksi hormon estrogen pada wanita yang telah melewati masa
menopause.
Pada wanita yang belum mencapai menopause, hormon pelepas gonadotropin,
seperti goserelin, bisa digunakan untuk mengurangi kadar estrogen pada rahim.
Pilihan lain adalah dengan mengangkat indung telur atau menghancurkannya
dengan radioterapi agar hormon tidak terbentuk.
Obat lain pada kanker ER positif atau PR positif adalah everolimus, yang
menghambat fungsi protein mTOR agar sel kanker tidak bertumbuh dan
membentuk pembuluh darah baru. Efek samping dari everolimus antara lain adalah
diare dan muntah, bahkan bisa meningkatkan kadar kolesterol, trigliserida, dan
gula dalam darah.
3) Kemoterapi
Kemoterapi yang dilakukan setelah bedah (adjuvant chemotherapy), bertujuan
untuk membunuh sel kanker yang mungkin tertinggal saat prosedur bedah, atau sel
kanker sudah menyebar namun tidak terlihat meski dengan tes pemindaian. Sel
kanker yang tertinggal tersebut bisa tumbuh dan membentuk tumor baru di organ
lain.
Sedangkan kemoterapi yang dilakukan sebelum bedah (neoadjuvant
chemotherapy) bertujuan untuk menyusutkan ukuran tumor agar bisa diangkat
dengan pembedahan. Kemoterapi jenis ini biasanya dilakukan untuk menangani
kanker yang ukurannya terlalu besar untuk dibuang melalui operasi.
Jenis obat yang umum digunakan pada adjuvant chemotherapy dan neoadjuvant
chemotherapy adalah anthracylines (doxorubicin dan epirubicin), taxanes
(paclitaxel dan docetaxel), cyclophosphamide, carboplatin, dan 5-fluorouracil.
Umumnya dokter mengombinasikan 2 atau 3 obat di atas.
Kemoterapi juga bisa digunakan pada kanker stadium lanjut, terutama pada wanita
dengan kanker yang telah menyebar hingga ke area ketiak. Lama terapi tergantung
pada seberapa baik respon pasien. Jenis obat yang umumnya digunakan adalah
vinorelbine, capecitabine, dan gemcitabine.
Obat kemoterapi umumnya diberikan secara intravena, bisa dengan suntikan atau
dengan infus. Pasien diberikan obat dalam siklus yang diikuti masa istirahat untuk
memulihkan diri dari efek yang ditimbulkan obat. Siklus ini biasanya berlangsung
dalam 2 hingga 3 minggu, dengan jadwal pemberian tergantung pada jenis
obatnya.
Efek samping yang timbul dari kemoterapi tergantung dari obat yang digunakan,
namun umumnya pasien mengalami kerontokan rambut, infeksi, mual, dan muntah.
Dalam beberapa kasus, kemoterapi bisa menyebabkan menopause yang terlalu
dini, kerusakan saraf, kemandulan, serta kerusakan jantung dan hati. Meski sangat
jarang terjadi, kemoterapi juga bisa menyebabkan kanker darah.
4) Terapi Target
Terapi lain untuk pasien kanker payudara adalah terapi target. Terapi ini
menghambat pertumbuhan dan penyebaran sel kanker, tanpa merusak sel- sel
yang sehat.
Terapi target umumnya diterapkan pada kanker HER2 positif. Obat yang digunakan
pada terapi target ditujukan untuk menghambat perkembangan protein HER2,
yang membantu sel kanker tumbuh lebih agresif. Beberapa obat yang digunakan
dalam terapi target adalah trastuzumab, pertuzumab, dan lapatinib. Obat-obat
tersebut ada yang diberikan secara oral atau melalui suntikan, dan bisa digunakan
untuk mengobati kanker stadium awal maupunstadium lanjut.
Efek samping yang mungkin muncul dari terapi target pada kanker HER2 positif
bisa ringan atau berat, di antaranya kerusakan jantung yang bisa berkembang ke
gagal jantung. Risiko gangguan jantung bisa meningkat jika obat terapi target
dikombinasikan dengan kemoterapi. Efek samping lain yang mungkin timbul
adalah pembengkakan pada tungkai, sesak napas, dan diare. Penting untuk diingat,
obat ini tidak disarankan untuk mengobati kanker payudara pada wanita hamil,
karena bisa menyebabkan keguguran.
b. Penatalaksanaan operatif
1) Bedah lumpektomi
Bedah lumpektomi dilakukan untuk mengangkat tumor yang tidak terlalu besar
beserta sebagian kecil jaringan sehat di sekitarnya. Prosedur ini umumnya diikuti
radioterapi untuk mematikan sel kanker yang mungkin tertinggal di jaringan
payudara. Pasien dengan tumor yang besar bisa menjalani kemoterapi terlebih
dahulu untuk menyusutkan ukuran tumor, sehingga tumor bisa dihilangkan
dengan lumpektomi.
2) Bedah mastektomi
Pilihan prosedur bedah yang lain adalah mastektomi, yaitu bedah yang dilakukan
oleh dokter bedah onkologi untuk mengangkat seluruh jaringan di payudara.
Mastektomi dilakukan jika pasien tidak bisa ditangani dengan lumpektomi. Ada
beberapa tipe bedah mastektomi, yaitu:
a) Simple/total mastectomy – Dokter mengangkat seluruh payudara, termasuk
putting, areola, dan kulit yang menutupi. Pada beberapa kondisi, beberapa
kelenjar getah bening bisa ikut diangkat.
b) Skin-sparing mastectomy – Dokter hanya mengangkat kelenjar payudara,
putting, dan areola. Jaringan dari bagian tubuh lain akan digunakan untuk
merekonstruksi ulang payudara.
c) Nipple-sparing mastectomy – Jaringan payudara diangkat, tanpa menyertakan
kulit payudara dan puting. Namun jika ditemukan kanker pada jaringan di
bawah puting dan areola, maka puting payudara juga akan diangkat.
d) Modified radical mastectomy – Prosedur ini mengombinasikan simple
mastectomy dan pengangkatan seluruh kelenjar getah bening di ketiak.
e) Radical mastectomy – Dokter mengangkat seluruh payudara, kelenjar getah
bening di ketiak, dan otot dada (pectoral).
f) Double mastectomy – Prosedur ini dilakukan sebagai pencegahan pada wanita
yang berisiko tinggi terserang kanker payudara dengan mengangkat kedua
payudara.
g) Bedah Pengangkatan Kelenjar Getah Bening.
Dokter akan melakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah kanker sudah
tersebar ke kelenjar getah bening di ketiak. Pemeriksaan ini juga untuk
menentukan stadium kanker yang dialami pasien. Pengangkatan kelenjar
getah bening dapat dilakukan bersamaan dengan operasi pengangkatan tumor
di payudara, atau dilakukan secara terpisah. Dua jenis pembedahan untuk
mengangkat kelenjar getah bening adalah:
(1) Sentinel lymph node biopsy (SLNB). Dokter hanya mengangkat kelenjar
getah bening di ketiak yang kemungkinan akan terlebih dulu terkena
kanker.
(2) Axillary lymph node dissection (ALND). Dokter mengangkat lebih dari
20 kelenjar getah bening di ketiak.
Komplikasi yang timbul dari bedah untuk kanker payudara tergantung dari
prosedur yang dilakukan. Secara umum, prosedur bedah bisa menyebabkan
pendarahan, nyeri, dan pembengkakan lengan (limfedema).
B. Pertimbangan Anestesi
1. Definisi Anestesi
Anestesi merupakan suatu tindakan untuk menghilangkan rasa sakit ketika dilakukan
pembedahan dan berbagai prosedur lain yang menimbulkan rasa sakit, dalam hal ini rasa
takut perlu ikut dihilangkan untuk menciptakan kondisi optimal bagi pelaksanaan
pembedahan (Sabiston, 2011).
2. Jenis Anestesi
a. General Anestesi
General anestesi merupakan tindakan menghilangkan rasa sakit secara sentral disertai
hilangnya kesadaran (reversible). Tindakan general anestesi terdapat beberapa teknik
yang dapat dilakukan adalah general anestesi dengan teknik intravena anestesi dan
general anestesi dengan inhalasi yaitu dengan face mask (sungkup muka) dan dengan
teknik intubasi yaitu pemasangan endotrecheal tube atau gabungan keduanya inhalasi
dan intravena (Latief, 2007).
b. Regional Anestesi
Anestesi regional merupakan suatu metode yang lebih bersifat sebagai analgesik.
Anestesi regional hanya menghilangkan nyeri tetapi pasien tetap dalam keadaan sadar.
Oleh sebab itu, teknik ini tidak memenuhi trias anestesi karena hanya menghilangkan
persepsi nyeri saja (Pramono, 2017).
c. Lokal Anestesi
Anestesi lokal didefinisikan sebagai suatu tindakan yang menyebabkan hilangnya
sensasi rasa nyeri pada sebagian tubuh secara sementara yang disebabkan adanya
depresi eksitasi di ujung saraf atau penghambatan proses konduksi pada saraf perifer.
Anestesi lokal menghilangkan sensasi rasa nyeri tanpa hilangnya kesadaran, keadaan
ini menyebabkan anestesi lokal sangat berbeda dari anestesi umum.
3. Teknik Anestesi
Teknik Anestesi Teknik anestesi umum menurut Mangku dan Senapathi (2010), dapat
dilakukan dengan3 teknik, yaitu :
a. Anestesi umum inhalasi
Salah satu teknik anestesi umum yang dilakukan dengan memberikan kombinasi obat
anestesi inhalasi yang berupa gas dan atau cairan yang mudah menguap melalui alat/
mesin anestesi langsung ke udara inspirasi. Obat-obat anestesi umum di antaranya
nitrous oksida (N2O), halotan, enfluran, isofluran, sevofluran, dan desfluran.
Berdasarkan khasiatnya, obat-obat tersebut dikombinasikan saat digunakan.
Kombinasi obat tersebut diatur sebagai berikut • N2O + halotan atau, • N2O +
isofluran atau, • N2O + desfluran atau, • N2O + enfluran atau, • N2O + sevofluran.
Pemakaian N2O harus dikombinasikan dengan O2 dengan perbandingan 70 : 30 atau
60 : 40 atau 50 : 50. Menurut Goodman & Gilman (2012), cara pemberian anestesi
dengan obat-obatan inhalasi dibagi menjadi empat sebagai berikut :
1) Open drop method Cara ini dapat digunakan untuk zat anestetik yang menguap,
peralatan sederhana dan tidak mahal. Zat anestetik diteteskan pada kapas yang
ditempelkan di depan hidung sehingga kadar zat anestetik dihirup tidak diketahui
karena zat anestetik menguap ke udara terbuka.
2) Semi open drop method Cara ini hampir sama dengan open drop, hanya untuk
mengurangi terbuangnya zat anestetik digunakan masker. Karbondioksida yang
dikeluarkan pasien sering terhisap kembali sehingga dapat terjadi hipoksia, untuk
menghindari hal tersebut, pada masker dialirkan oksigen melalui pipa yang
ditempatkan di bawah masker.
3) Semi closed method Udara yang dihisap diberikan bersama oksigen murni yang
dapat ditentukan kadarnya, kemudian dilewatkan pada penguap (vaporizer)
sehingga kadar zat anestetik dapat ditentukan. Sesudah dihisap pasien,
karbondioksida akan dibuang ke udara luar. Keuntungan cara ini, kedalaman
anestesi dapat diatur dengan memberikan kadar tertentu zat anestetik sehingga
hipoksia dapat dihindari dengan pemberian O2. d) Closed method Cara ini hampir
sama dengan semi closed, hanya udara ekspansi dialirkan melalui absorben (soda
lime) yang dapat mengikat karbondioksida, sehingga udara yang mengandung zat
anestetik dapat digunakan lagi.
b. Anestesi Umum Intravena
Salah satu teknik anestesi umum yang dilakukan dengan jelas menyuntikkan obat
anestesi parenteral langsung ke dalam pembuluh darah vena. Obat-obat anesthesia
intravena diantaranya ketamin HCL, tiopenton, propofol, diazepam, deidrobenzpridol,
midazolam, petidin, morfin, fentanil/sufetanil.
c. Anestesi Imbang
Teknik anestesi dengan menggunakan kombinasi obat-obatan baik obat anestesi
intravena maupun obat anestesi inhalasi atau kombinasi teknik anestesi umum dengan
analgesia regionaluntuk mencapai trias anestesi secara optimal dan berimbang.

4. Rumatan Anestesi.
Rumatan anestesi dapat menggunakan antara lain obat pelumpuh otot, obat analgetic opioid,
obat hipnotik sedatif dan obat inhalasi sesuai kebutuhan.
Obat rumatan anestesi: Obat anestesi inhalasi - Obat anestesi intravena - Suplemen opioid
Rumatananestesi
a. Menggunakan oksigen dan obat anestesi inhalasi dengan maupun tanpa pelumpuh otot
atau rumatan dengan obat intravena kontinyu, menggunakan dosis sesuai umur dan
berat badan.
b. Titrasi dan pemantauan efek obat dan dijaga kadar anestesi aman selama prosedur
tindakan.
c. Pernafasan kontrol atau asissted selama perjalanan operasi.
d. Suplemen analgetik opioid sesuai kebutuhan. Dapat dikombinasi dengan anestesi
regional sesuaikebutuhan, setelah dilakukan anestesi umum.
e. Monitoring fungsi vital dan suara nafas dengan precordial, memperhatikan posisi
endotrakheal tube selama operasi berlangsung secara berkala.
f. Evaluasi pemberian cairan dan kebutuhan untuk mengganti kehilangan cairan pada saat
prosedur tindakan.
g. Pastikan tidak ada sumber perdarahan yang belum teratasi.
h. Menjaga suhu tubuh pasien tetap hangat selama prosedur tindakan.
5. Resiko
Resiko Seperti juga prosedur medis lainnya, anastesi berisiko menimbulkan efek samping,
baik ringan maupun berat. Berikut ini adalah efek samping yang bisa terjadi akibat
pemberian anestesi, berdasarkan jenis anestesinya
a. Efek samping anestesi umum:
1) Mual dan muntah.
2) Mulut kering.
3) Sakit tenggorokan.
4) Suara serak.
5) Rasa kantuk.
6) Menggigil.
7) Timbul nyeri dan memar di area yang disuntik atau dipasangkan infus.
8) Kebingungan.
9) Sulit buang air kecil.
10) Kerusakan gigi.
Risiko untuk mengalami efek samping anestesi akan semakin tinggi apabila pasien
memiliki penyakit atau kondisi kesehatan tertentu, misanya penyakit jantung atau
obesitas. Usia yang terlalu muda atau terlalu tua, kebiasaan merokok dan mengonsumsi
alkohol, serta konsumsi obat-obatan tertentu juga akan meningkatkan risiko terjadinya
efek samping anestesi. Untuk mencegah munculnya efek samping, dokter atau perawat
akan melakukan pemeriksaan lengkap dan memberitahukan hal-hal apa saja yang boleh
dan tidak boleh dilakukan sebelum operasi berlangsung. Misalnya, kapan harus berhenti
makan dan minum, atau obat dan suplemen apa saja yang tidak boleh dikonsumsi sebelum
operasi.
C. Web of coution (WOC)

Faktor Genetika, Pengaruh Hormon, Bahan Kimia, Pola makan terutama


makanan yang banyak mengandung lemak, Pengaruh Radiasidi Daerah Dada

Tumor Payudara

Pertumbuhan Lokal : Profilerasi sel Penyebaran melalui pembuluh limfe


abnormal dan pembuluh darah yang dapat
menyebabkan metastase ke bagian
tubuh lain

Nyeri, benjolan pada payudara, adanya kemerahan


dan perubahan warna dan keadaan kulit di sekitar
payudara, adanya cairan yang keluar dari puting

Tindakan Pembedahan: Kemoterapi


Insisi + Biopsi

Anestesi General Anestesi Lokal


D. Tinjauan Teori ASKAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan
data tentang penderita agar dapat mengidentifikasi kebebutuhan serta masalahnya.
Pengkajian meliputi :
a. Data subjektif
Data yang didapat oleh pencatat dan pasien atau keluarga dan dapat diukur dengan
menggunakan standar yang diakui.
b. Data objektif
Data yang didapat oleh pencatat dari pemeriksaan dan dapat diukur dengan
menggunakan standar yang diakui.
2. Masalah Kesehatan Anestesi
a. Pre Anestesi
1) Ansietas
b. Intra Anestesi
1) Pola Nafas Tidak Efektif
c. Pasca Anestesi
1) Nyeri akut
2) Bersihan Jalan Nafas Tidak efektif

3. Rencana Intervensi
a. Pre Anestesi
1) Ansietas
a) Tujuannya adalah agar cemas pasien berkurang atau hilang, dank lien tampak
rileks.
b) Kriteria hasil :
(1) Menunjukkan kemampuan yang berfokus pada pengetahuan yang baru.
(2) Tanda-tanda vital dalam batas normal.
c) Rencana Tindakan
(1) Observasi tanda-tanda vital
(2) Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien termasuk reaksi
fisik.
(3) Berikan edukasi tentang gejala cemas
(4) Lakukan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
(5) Berikan dorongan kepada paasien untuk mengungkapkan secara verbal
pikiran dan perasaannya untuk mengeksternalisasikan ansietas.
(6) Jelaskan semua prosedur termasuk sensasi yang biasanya dialami selama
prosedur.
(7) Kolaborasi pemberian terapi untuk menurunkan ansietas jika
diperlukan.
b. Intra Anestesi
1) Pola Nafas Tidak Efektif
a) Tujuan : Pola pernapasan efektif.
b) Kriteria hasil :
(1) Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektif.
(2) TTV dalam batas normal
c) Rencana Tindakan
(1) Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau
perubahan tanda-tanda vital.
(2) Berikan posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat
tidur. Balik ke sisi yang sakit. Anjurkan klien untuk duduk sebanyak
mungkin.
(3) Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin
keamanan.
(4) Kolaborasi pemberian anelgetik, dan oksigen
c. Pasca Anestesi
1) Nyeri akut
a) Tujuan : Skala nyeri pasien menurun
b) Kriteria hasil :
(1) Skala nyeri pasien berkurang.
(2) Pasien tampak tenang dan tidak meringis kesakitan.
c) Rencana Tindakan
(1) Kaji status nyeri PQRST
(2) Delegasi pemberian analgesic sesuai indikasi.
(3) Ajarkan klien teknik menejemen nyeri relaksasi nafas dalam.
(4) Jelaskan pada klien dan keluarga penyebab nyeri.
(5) Atur posisi pasien senyaman mungkin
2) Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
a) Tujuannya adalah agar tidak ada obstruksi dalam jalan nafas.
b) Kriteria Hasil :
(1) Memperlihatkan irama dan frekuensi napas yang normal
(2) Auskultasi suara napas yang jernih
c) Rencana Tindakan
(1) Kaji dan dokumentasikan frekuensi, dan kedalaman pernapasan.
(2) Auskultasi adanya suara napas tambahan.
(3) Lakukan suction endotrakea atau nasotrakea
(4) Lakukan management airway
(5) Kolaborasi pemberian oksigen tambahan
4. Evaluasi
No Masalah Kesehatan Evaluasi
Anestesi
1 Ansietas S : pasien mengatakn tidak merasa cemas lagi
O : ku sedang akral teraba hangat S: 37oC N : 86x/menit, akral
teraba hangat, kulit wajah tidak tampak kemerahan
A : masalah teratasi
P : pertahankan intervensi
2 Pola Nafas Tidak S : Pasien mengatakan tidak sesak
Efektif O : TD: 90-120/60-80 mmHg, N: 90-100x/menit, S: 36,5oC, RR:
14-20x/menit, tidak terdapat cuping hidung, tidak terlihat
penggunaan otot napas tambahan
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
3 Nyeri akut S : Klien mengatakan skala nyeri klien berkurang.
O : Klien tampak tenang dan tidak
meringis kesakitan.
A : Intervensi tercapai sebagian
P : lanjutkan Intervensi ajarkan pasien teknik relaksasi nafas
dalam.
4 Bersihan Jalan S: pasien mengatakan bisa bernafas dengan normal
Nafas Tidak efektif O: irama dan frekuensi nafas normal (RR:18x/mnt)
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi
DAFTAR PUSTAKA

1. American Cancer Society. (2011). Breast Cancer Facts & Figures 2011- 2012. Atlanta:
American Cancer Society, Inc.
2. Depkes RI. (2009). Buku Saku Pencegahan Kanker Leher Rahim & Kanker Payudara.
Diunduh dari http://www.pppl.depkes.go.id/
3. Gde Mangku, Senaphati T.G.A. Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Cetakan 3.
Jakarta: Indeks. 2018.
4. Gruendemann, B. J., & Fernsebner, B. (Eds). (2005). Buku Ajar Keperawatan
Perioperatif, Vol 2 Praktik. Brahm U. Pendit… (et al). Jakarta: EGC.
5. Mangan, Y. (2009). Solusi Sehat Mencegah Dan Mengatasi Kanker. Jakarta: PT
AgroMedia Pustaka.
6. http://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6707/2/T1)_462008006_BAB%20II.
ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI
PASIEN Ny. U YANG DILAKUKAN TINDAKAN OPERASI EKSISI
TUMOR MAMAE DEXTRA DENGAN TINDAKAN GENERAL
ANESTESI INTUBASI DI RUANG OPERASI RS LARASATI
PAMEKASAN PADA TANGGAL 28 MARET 2022
I. PENGKAJIAN
A. Pengumpulan Data
1. Anamnesis
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama : Ny. U
Umur : 24 Tahun
Jeniskelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Suku Bangsa : Indonesia
Status perkawinan` : Menikah
Golongan darah :-
Alamat : Tambelangan Sampang
No. RM : 15375
Diagnosa medis : Tumor Mamae (D)
Tindakan Operasi : Eksisi Tumor
Tanggal MRS : 28-03-2022 Jam MRS : 07.00
Tanggal pengkajian : 28-03-2022 Jam Pengkajian : 14.00
Jaminan : BPJS
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. H
Umur : 28 th
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Suku Bangsa : Indonesia
Hubungan dg Pasien : Suami
Alamat : Tambelangan Sampang
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
a) Saat Masuk Rumah Sakit
Pasien mengatakan ada benjolan pada payudara kanan sejak 6 bulan yang lalu
dan nyeri hilang timbul sejak 3 bulan yang lalu, pasien mengatakan tidak pernah
berobat sebelumnya tentang penyakit yang dideritanya.
b) Saat Pengkajian
Pasien mengatakan nyeri hilang timbul saat ini, pasien mengatakan takut
terhadap penyakitnya dan takut terhadap operasi serta pembiusannya.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien di diagnosis Tu Mammae (D) dan akan dilakukan tindakan eksisi
tumor.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah berobat ke rumah sakit dan tidak pernah
menderita penyakit sebelumnya.
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit keturunan.
5) Riwayat Kesehatan
- Sebelumnya pernah masuk Rumah Sakit? Tidak
- Riwayat operasi sebelumnya : Tidak
- Riwayat anestesi sebelumnya : Tidak
- Apakah pasien pernah mendapatkan transfusi darah? Tidak
- Apakah pasien pernah didiagnosis penyakit menular? Tidak
- Khusus pasien perempuan :
Jumlah kehamilan : 1 Jumlah anak :1
Mensturasi terakhir :- Menyusui : Iya
6) Riwayat pengobatan/konsumsi obat:
a) Obat yang pernah dikonsumsi : Obat warung (Bodrex)
b) Obat yang sedang dikonsumsi : Tidak Ada
7) Riwayat Alergi : Tidak
8) Kebiasaan :
a) Merokok : Tidak
b) Alkohol : Tidak
c) Kopi/teh/soda : Tidak
c. Pola Kebutuhan Dasar
1) Udara atau oksigenasi
Sebelum Sakit
- Gangguan pernafasan : Tidak ada
- Alat bantu pernafasan : Tidak ada
- Sirkulasi udara : Baik
- Keluhan : Tidak ada
- Lainnya : Tidak ada
Saat Ini
- Gangguan pernafasan : Tidak ada
- Alat bantu pernafasan : Tidak ada
- Sirkulasi udara : Baik
- Keluhan : Tidak ada
- Lainnya : Tidak ada
2) Air / Minum
Sebelum Sakit
- Frekuensi : 2 liter/hari
- Jenis : Air mineral
- Cara : Oral
- Minum Terakhir :-
- Keluhan :-
- Lainnya :-
Saat Ini
- Frekuensi : 2 liter/hari
- Jenis : Air mineral
- Cara : Oral
- Minum Terakhir : Jam 08.30 wib
- Keluhan :-
- Lainnya :-
3) Nutrisi/ makananSebelum Sakit
- Frekuensi : 3x/hari
- Jenis : Nasi, lauk, sayur
- Porsi : 1 piring
- Diet khusus :-
- Makanan yang disukai : -
- Napsu makan : Baik
- Puasa terakhir :-
- Keluhan :-
- Lainnya :-
Saat ini : Pasien berpuasa preoperasi
- Frekuensi :-
- Jenis :-
- Porsi :-
- Diet khusus :-
- Makanan yang disukai : -
- Napsu makan :-
- Puasa terakhir :-
- Keluhan :-
- Lainnya :-
4) Eliminasi
BAB Sebelum sakit
- Frekuensi : 1x/hari
- Konsistensi : Padat
- Warna : Kuning Khas
- Bau : Khas feces
- Cara (spontan/dg alat) : Spontan
- Keluhan :-
- Lainnya :-
BAB Saat ini
- Frekuensi : 1x/hari
- Konsistensi : Padat
- Warna : Kuning Khas
- Bau : Khas feces
- Cara (spontan/dg alat) : Spontan
- Keluhan :-
- Lainnya :-
BAK Sebelum sakit
- Frekuensi : 8-10x/hari
- Konsistensi : Cair
- Warna : Kuning jernih
- Bau : Khas amoniak
- Cara (spontan/dg alat) : Spontan
- Keluhan :-
- Lainnya :-
Saat ini
- Frekuensi : 4x/hari
- Konsistensi : Cair
- Warna : Kuning pekat
- Bau : Khas amoniak
- Cara (spontan/dg alat) : Spontan
- Keluhan :-
- Lainnya :-
5) Pola aktivitas dan istirahat
a) Aktivitas
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Makan dan minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantungtotal
b) Istirahat Dan Tidur Sebelum sakit
- Apakah anda pernah mengalami insomnia? Tidak
- Berapa jam anda tidur : malam 6-8 jam, siang Tidak tidur
Saat ini
- Apakah anda pernah mengalami insomnia? Ya
- Berapa jam anda tidur: malam 4-5 jam, siang Tidak Tidur
6) Interaksi Sosial
- Hubungan dengan lingkungan masyarakat, keluarga, kelompok, teman: Baik
7) Pemeliharaan Kesehatan
- Rasa Aman : Kurang Baik
- Rasa Nyaman : Kurang Baik
- Pemanfaatan pelayanan kesehatan : Baik
8) Peningkatan fungsi tubuh dan pengimbangan manusia dalam kelompok sosial sesuai
denganpotensinya.
- Konsumsi vitamin :-
- Imunisasi :-
- Olahraga : Tidak pernah
- Upaya keharmonisan keluarga : Baik dan harmonis
- Stres dan adaptasi : Baik

2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kesadaran : Komposmetis
GCS : Mata : 4 Verbal : 5 Motorik : 6
Penampilan : Tampak gelisah
Tanda-tanda Vital :
Nadi = 90 x/menit, Suhu = 360C, TD = 120/90 mmHg,
RR = 20x/menit, Skala Nyeri: 3, BB : 60 Kg, TB : 150 cm

b. Pemeriksaan 6 B
1) B1 (BREATH)
- Wajah:
√ Normal □ Dagu Kecil □ Edema
□ Gigi palsu□ Gigi goyang □ Gigi maju
□ Kumis/ jenggot □ mikrognathia □ Hilangnya gigi
- Kemampuan membuka mulut < 3 cm □Ya √Tidak
- Jarak Thyro - Mental < 6 cm □Ya √Tidak
- Cuping hidung □Ya √Tidak
- Mallampati Skor : √□ I □ II □ III □ IV
- Tonsil : √ T0 □ T1 □ T2 □ T3 □ T4
- Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
- Obstruksi Jalan Napas
√Tidak ditemukan □ Tumor
□ Gigi maju □ Stridor
- Bentuk Leher : √Simetris □ Asimetris
 Mobilitas Leher :-
 Leher pendek : □Ya √Tidak
 Dapatkah pasien menggerakkan rahang ke depan?
√Ya □ Tidak
 Dapatkah pasien melakukan ekstensi leher dan kepala?
√Ya □ Tidak
 Apakah pasien menggunakan collar?
□ Ya √Tidak
- Thorax:
 Bentuk thorax : bentuk normal chest simetris
 Pola napas : Spontan
 Retraksi otot bantu napas : tidak ada
 Perkusi paru : √sonor □ hipersonor □ dullness
 Suara napas: □ ronchi □ wheezing √vesikuler □ bronchial □ bronkovesikular

2) B2 (BOOD)
- Konjungtiva : □ anemis √ tidak
- Vena jugularis : pembesaran □ ya √ tidak
- BJ I : √ tunggal □ ganda √ regular □ irreguler
- BJ II : √ tunggal □ ganda √ regular □ irregular
- Bunyi jantung tambahan : BJ III □ murmur

3) B3 (BRAIN)
- Kesadaran : √kompomentis □apatis □delirium □somnolen □sopor □ koma
- GCS : Mata : 4 Verbal : 5 Motorik : 6
- Reflek fisiologis
a. Reflek bisep (+)
b. Reflek trisep (+)
c. Reflek brachiradialis ( + )
d. Reflek patella ( + )
e. Reflek achiles ( + )
- Reflek Pathologis
Bila dijumpai adanya kelumpuhan ekstremitas pada kasus-kasus tertentu.
a. Reflek babinski ( -)
b. Reflek chaddok ( -)
c. Reflek schaeffer ( -)
d. Reflek oppenheim ( -)
e. Reflek gordon ( -)

4) B4 ( BOWEL )
- Frekuensi peristaltic usus : 5-30 x/menit
- Titk Mc. Burney : □ nyeri tekan □ nyeri lepas □ nyeri menjalar
- Borborygmi : □Ya √Tidak
- Pembesaran hepar : □Ya √Tidak
- Distensi : □Ya √Tidak
- Asites : □ shiffing dullness □ undulasi

5) B5 (BLADER)
- Buang air kecil : √Spontan □Tidak
- Terpasang kateter : □Ya √Tidak
- Gagal ginjal : □Ya √Tidak
- Infeksi saluran kemih : □Ya √Tidak
- Produksi urine :-
- Retensi urine : □Ya √Tidak

6) B6 (BONE)
a) Pemeriksaan Tulang Belakang :
Kelainan tulang belakang: Kyposis (-), Scoliosis (-), Lordosis (-), Perlukaan(-),
infeksi (-), mobilitas (leluasa), Fibrosis (-), HNP (-)
b) Pemeriksaan Ekstremitas
- Ekstremitas Atas
 Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris), deformitas (-)
Fraktur (-), lokasi fraktur ……….., jenis fraktur ………… kebersihan
luka…………., terpasang gips(-), Traksi (-), atropi otot (-)
IV line: terpasang di : tangan kiri, ukuran abocatch 20 G, tetesan: 20
tetes/menit
ROM: dalam batas normal
 Palpasi Perfusi:…….
CRT ≤ 2 detik
Edema : Tidak
Lakukan uji kekuatan otat : ( 5 )
- Ekstremitas Bawah :
 Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris), deformitas (-) Fraktur (-), lokasi
fraktur……….., jenis fraktur……kebersihan luka… , terpasang gips (-), Traksi
(-), atropi otot (-)
IV line: terpasang di.........., ukuran abocatch............., tetesan:..................
ROM: dalam batas normal
 Palpasi Perfusi:
CRT :≤ 2 detik
Edema : Tidak
Kekuatan otot : ( 5 )
Kesimpulan palpasi ekstermitas :
Edema : - -
- -

Uji kekuatan otot : 5 5


5 5

3. Data Penunjang Diagnostik


• Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
 Gula darah acak 104 < 160 mg/dl
 SGOT 10 < 37 U/L
 SGPT 12 < 40 U/L
 BUN 16 5 – 25 mg/dl
 Kreatinin serum 0.78 P: < 5.0 L: < 7.0 mg/dl
 Hemoglobin 14.1 L: 13.5-18 P: 12-16 g/dl
 Leokosit 19.700 4.500 – 11.000/cmm
 Limfosit 19.66 20 - 45%
 Monosit 5.79 2 – 10 %
 Netrofil 68.57 52 – 62 %
 Eosinofil 5.59 1–6%
 Basofil 0.39 0–1%
 Eritrosit 5.5 L: 4.5-6.2 P: 4.2-5.4
 Hematrokit 43.4 L:40-54 P: 38-47%
 Trombosit 298.000 150 – 450 ribu/cmm
 NLR 3.48 -

• Pemeriksaan Radiologi : Foto Thorax


Hasil Pemeriksaan radiologi : Tidak tampak kelainan

4. Therapi Saat ini :


Ceftriaxone 1 x 1000mg
RL 500 ml 20tts/Menit
Cairan pengganti puasa :
50 cc x 60 kg BB = 3000 cc/24 jam
Kebutuhan / Jam adalah : 125 x 6 jam puasa = 750 cc/6 jam.

5. Kesimpulan status fisik (ASA): II


6. Pertimbangan Anestesi
a. Faktor penyulit: Tidak ditemukan
b. Jenis Anestesi: General Anestesi
Indikasi : Operasi sedang pada tubuh bagian atas
c. Teknik Anestesi: GA inbtubasi dengan agen Inhalasi
Indikasi : Luka terbuka (ukuran besar), eksisi tumor

B. Analisa Data

I. PRE ANESTESI
No Symptom Etiologi Problem
1 DS: Pasien mengatakan Kurang pengetahuan Ansietas
takut terhadap tentang penyakitnya dan
penyakitnya dan takut tindakan yang akan
terhadap operasi serta dijalani.
pembiusannya.
DO: Pasien tampak gelisah
 TTV
Nadi = 90 x/menit,
Suhu = 360C, TD =
120/90 mmHg,
RR = 20x/menit
II. INTRA ANESTESI
No Symptom Etiologi Problem
1 DS: - Efek Obat Anestesi: Resiko efektifitas airway
DO : Propofol, Isofluran tidak adekuat dan resiko
 Pasien diberikan Obat Relaxan: Atracurium Aspirasi yang
Anestesi dimungkinkan muncul
 Propofol 100mg
 Isofluran 3%
 Atracurium 15mg
2 DS: Efek pemberian obat Resiko penurunan Curah
DO: anestesi dan obat inhalasi : jantung
 Pasien diberikan Obat Propofol, Isofluran
Anestesi
 Propofol 100mg
 Isofluran 3%
II. PASCA ANESTESI
No Symptom Etiologi Problem

1 DS: Masih dalam pengaruh obat Bersihan jalan nafas tidak


DO: pemberian obat anestesi dan terpasang OPA efektif
anestesi intra anestesi
 Propofol
 Fentanyl
 Isofluran
 Terpasang OPA
no.9
2 DS: Masih dalam pengaruh obat Resiko Jatuh
DO: pemberian obat anestesi
anestesi intra anestesi
 Propofol
 Fentanyl
 Isofluran

II. Problem ( Masalah )


A. PRE ANESTESI
1. Prioritas rendah: Ansietas
Alasan prioritas : Situasi yang tidak berhubungan langsung prognosis dari suatu
penyakit yang secara spesifik

B. INTRA ANESTESI
1. Prioritas tinggi : Resiko efektifitas airway tidak adekuat dan resiko Aspirasi yang
dimungkinkan muncul
Alasan prioritas : mengancam nyawa
2. Prioritas tinggi : Resiko penurunan Curah jantung b.d Efek pemberian obat anestesi
dan obat inhalasi : Propofol, Isofluran
Alasan prioritas : mengancam nyawa

C. PASCA ANESTESI
1. Prioritas tinggi : Bersihan jalan nafas tidak efektif
Alasan prioritas : mengancam nyawa
2. Prioritas sedang : Resiko Jatuh
Alasan prioritas : mengancam status kesehatan
III. Rencana Intervensi, Implementasi dan Evaluasi
A. Pra Anestesi
Nama : Ny. U No. RM : 15375
Umur : 24 Tahun Dx : Tumor Mamae (D)
Jenis kelamin : Perempuan Ruang : Premidikasi

No Problem Rencana Intervensi Implementasi Evaluasi Nama &


(Masalah) Tujuan Intervensi Paraf
1 Ansietas Senin, 28-03-2022 Senin, 28-03-2022 Senin, 28-03-2022 Senin, 28-03-2022 Jakfar
Setelah dilakukan 1. Kaji TTV pasien 1. Mengkaji TTV pasien S: Pasien
berhubungan
ASKAN diharapkan 2. Beri kesempatan pasien 2. Memberi kesempatan Mengatakan cemas
dengan Kurang mulai berkurang
rasacemas pasien untukmengungkapka n pasien untuk
pengetahuan berkurang dengan perasaanya mengungkapka n O: wajah tidak
kriteria hasil : 3. Ajarkan pasientehknik perasaanya tampak gelisah
tentang
1. Pasien tampak Nadi = 90
relaksasi dan nafas dalam 3. Mengajarkan pasien
penyakitnya dan x/menit, Suhu =
tenang 4. Beri KIE kepada pasien tehknik relaksasi dan 360C, TD =
tindakan yang 2. Pasien mengerti mengenai prosedur nafas dalam 120/90 mmHg,
akan dijalani dan memahami tindakan dan Yakinkan 4. Memberi KIE kepada
RR = 20x/menit
mengenai kembali pada pasien bahwa pasienmengenai
tindakan yang ia aman dalam prosedur prosedur tindakan A: Masalah teratasi
akan di jalani sebagian
operasi dan prosedur Meyakinkan kembali
3. TTV dalam batas Anestesi serta ditangani pada pasien bahwa ia P: Lanjutkan
normal oleh professional. aman dalam prosedur Intervensi
5. Kolaborasi dengan dokter operasi dan prosedur
untuk pemberian obat untuk Anestesi serta
mengurangi kecemasan ditangani oleh
jika diperlukan professional
ASSESMEN PRA INDUKSI/ RE- ASSESMEN
Tanggal : 28 – 03 – 2022 jam 14.00
Kesadaran : Composmentis Pemasangan IV line : √1 buah □ 2 buah □ ……….
Tekanan darah: 120/90 mmHg, Nadi 90x/mnt. Kesiapan mesin anestesi : √Siap/baik □ ………
RR : 20x/mnt Suhu :360C Kesiapan Sumber gas medik : √Siap/baik □ ………
Saturasi O2 99% Kesiapan volatile agent : √Siap/baik □ ………
Gambaran EKG : Dalam batas normal Kesiapan obat anestesi parenteral : √Siap/baik □ ………
Kesiapan obat emergensi : √Siap/baik □ ………
Penyakit yang diderita : √Tidak ada □ Ada, sebutkan……………
Penggunaan obat sebelumnya: √Tidak ada □ Ada, sebutkan…………
Gigi palsu : √Tidak ada □ Ada , permanen □ Ada,sudah dilepas
Alergi : √Tidak ada □ Ada, sebutkan…………
Kontak lensa : √Tidak ada □ Ada , sudah dilepas.
Asesoris : √Tidak ada □ Ada, sebutkan…………
CATATAN LAINNYA: -
B. Intra Anestesi
Nama : Ny. U No. RM : 15375
Umur : 24 Tahun Dx : Tumor Mamae (D)
Jenis kelamin : Perempuan Ruang : OK

No Problem(Mas Rencana Intervensi Implementasi Evaluasi Nama &


alah) Tujuan Intervensi Paraf
1 Resiko Senin, 28-03- Senin, 28-03-2022 Senin, 28-03-2022 Senin, 28-03-2022 Jakfar
1. Memonitor pola nafas
efektifitas 2022 Setelah 1. Monitor pola nafas S: -
dan bunyi nafas
airway tidak dilakukan dan bunyi nafas
O:
tambahan
adekuat dan ASKAN pola tambahan
- Tidak ada bunyi nafas
2. Mempertahankan
resiko Aspirasi nafas tidak efektif 2. Pertahankan
Tambahan
kepatenan jalannafas
yang teratasi dan tidak kepatenan jalan
- Terpasang ETT dengan baik
3. Melakukan penghisapan
dimungkinkan terjadi Aspirasi nafas
- Saturasi O2 100%
apabila ada lendir
muncul dengan kriteria 3. Penghisapan lendir
- Tidak terjadi muntah atau
4. Melakukan
berhubungan hasil: kurang dari 15 detik
aspirasi
hiperoksigenasi
dengan Efek 1. Dyspnea 4. Lakukan
A: Masalah Teratasi
sebelum
Obat Anestesi: membaik hiperoksigenasi
penghisapan P: Intervensi Lanjutkan sampai
Propofol, 2. Tidak ada sebelum
endotrakeal operasi selesai
Isofluran pemanjanganfase penghisapan
5. Mendengarkan bunyi
Relaxan: ekspirasi endotrakeal
nafas
Atracurium 3. I : E = 1 : 3 5. Auskultasi bunyi
4. Volume Tidal nafas 6. Memonitor saturasi
500ml 6. Monitor saturasi Oksigen
5. Frekuensi nafas Oksigen 7. Mempuasakan pasien
normal 7. Puasakan pasien 6jam sebelum operasi
6. Kedalaman nafas dengan cukup 8. Mengembangankan cuff
normal 8. Pengembangan cuff ETT sesui.
ETT dengan sesui 9. Melakukan ventilasi
9. Lakukan Ventilasi Manual 18x permenit
sesui kebutuhan pasien
2 Resiko Senin, 28-03-2022 Senin, 28-03-2022 Senin, 28-03-2022 Senin, 28-03-2022
penurunan Setelah dilakukan 1. Monitor TTV setiap 5 1. Memonitor TTV setiap S: -
Curah jantung ASKAN menit 5 menit
O:
berhubungan Hemodinamik stabil 2. Monitor balance 2. Memonitor balance
- TTV stabil dalam batas
dengan Efek -TD, Nadi, Suhu, cairan cairan 20TPM
normal
pemberian obat RR dalam batas 3. Monitor kualitas nadi 3. Memonitor kualitas nadi
A: Masalah Teratasi
anestesi dan normal 4. Identifikasi penyebab 4. Mengidentifikasi
P: Intervensi Lanjutkan sampai
obat inhalasi : terjadinya penurunan penyebab terjadinya operasi selesai
Propofol, TTV penurunan TTV
Isofluran 5. Kolaborasi dalam 5. Mengkolaborasikan
penambahan cairan dalam penambahan
jika diperlukan cairan
6. Kolaborasi dalam 6. Mengkolaborasikan
pemberian obat. dalam pemberian obat.
INTRA ANESTESI

Infus perifer : Tempat dan ukuran Obat-obatan / Infus


1. Tangan kiri dengan jarum No 20G
2. Miloz 3mg √
CVC : Propofol 100mg

Posisi Fentanyl 100mcg

√ Terlentang □ Lithotomi □ Perlindungan mata
□ Prone □ Lateral □ Ka □ Ki □ Lain-lain
Atracurium 15mg √
Premedikasi
Ketorolac 30mg

□ Oral :
□ I.M : Infus RL 20TPM √√ √ √√ √ √√ √ √ √ √
√ I.V: Ondancentron 4mg, Sulfat Atropin 0,25mg
Induksi
√ Intravena : Propofol 100mg O2 4 Liter
□ Inhalasi : Isofluran 3% Gas : Isofluran 3% √ √ √√ √ √√ √ √ √ √
Tata Laksana Jalan nafas X ↑ O→ ←O↓X
Face mask No Oro/Nasopharing RR N TD
ETT No 6,5 Jenis non kingking Fiksasi 20cm 28 220
LMA No Jenis 20 200
Trakhesotomi 16 180 + + + + + + + + + + + +
Bronkoskopi fiberoptik N 12 160
Glidescope  Sis 8 180 140
Lain-lain  Dis 160 120     
Intubasi + RR 140 100       
√ Sesudah tidur □ Blind √Oral □Nasal □ Ka □ Ki 120 80   
□ Trakheostomi
100 60         
□ Sulit ventilasi : 80 40
□ Sulit intubasi : 60 20
0
□ Dengan stilet √ Cuff □ Level ETT □ Pack
Ventilasi
□ Spontan √ Kendali □ Ventilator: TV 500liter RR 18x/menit PEEP Mulai anestesia X Selesai anestesia ←X Mulai pembedahan O→ Selesai pembedahan ←O
□ Konversi : Intubasi ↑ Ekstubasi ↓ Pemantauan
SpO2 %
Tindakan Anestesi PE CO2 mm Hg
FiO2
Teknik Regional/Blok Perifer Lain-lain :
Jenis : Cairan infus ml
Lokasi : Darah ml
Urin ml
Jenis Jarum / No :
Perdarahan ml
Kateter : □ Ya □ Tidak Fiksasi cm
Obat-obat: Lama pembiusan : 14.30 – 14.45 Se1ama 15 menit
Komplikasi : Lama pembedahan : 14. 45 – 15.30 Selama 45 menit
Hasil : □ Total Blok □Partial Masalah Intra Anesstesi:
□ Gagal
C. Pasca Anestesi
Nama : Ny. U No. RM : 15375
Umur : 24 Tahun Dx : Tumor Mamae (D)
Jenis kelamin : Perempuan Ruang : RR :

No Problem Rencana Intervensi Implementasi Evaluasi Nama &


(Masalah) Tujuan Intervensi Paraf
1 Bersihan jalan Senin, 28-03-2022 Senin, 28-03-2022 Senin, 28-03-2022 Senin, 28-03-2022 Jakfar
nafas tidak Setelah dilakukan S: -
1. Monitor pola nafas 1. Memonitor pola nafas
efektif ASKAN Bersihan O:
dan bunyi nafas dan bunyi nafas
berhubungan jalan nafas menjadi - SPO2: 99%
tambahan tambahan setelah
dengan Masih efektifdengan - Gurgling (-)
2. Pemberian terapi ekstubasi
dalam kriteria hasil: - Tidak sianosis
oksigen 2. Pemberian terapi
pengaruh obat - Tidak terdengar suara - SpO2 : 99%
3. Pertahankan oksigen melalui
anestesi dan ronchi - RR : 18 x/mnt
kepatenan jalan masker 4 lpm pada
- Frekuensi napas - TD : 116/64 mmHg
terpasang
normal nafas 3. Terpasang OPA no. 9
OPA - Nadi 76x/mnt
- Tidak sianosis 4. Monitor jumlah 4. Dilakukan penghisapan
A: Masalah teratasi
dan warna secret lendir
P: Pertahankan
5. Saat pasien sadar 5. Mengajari pasien batuk
sampai pasien sadar
ajari pasien batuk efektik
efektif
2 Resiko Jatuh Senin, 28-03-2022 Senin, 28-03-2022 Senin, 28-03-2022 Senin, 28-03-2022
berhubungan Setelah dilakukan 1. Pastikan pengaman 1. Memastikan
S:-
dengan Masih ASKAN pasien tidak tempat tidur pengamantempat
O : pasien tidak
dalam mengalami kejadian terpasang tidur terpasang
jatuh, pasien tidak
pengaruh obat jatuh dengan kriteria: 2. Monitor keadaan 2. Memonitor keadaan
mengalami cidera
anestesi 1. Pasien tidak jatuh dari pasien pasien
Morse score = risiko
tempat tidur 3. Terpasang gelang fall 3. Terpasang gelang fall
risk risk jatuh tinggi
2. Pasien tidak
mengalamicidera 4. Monitor keadaan 4. Memonitor keadaan Tingkat kesadaran
pasien pasien tersedasi
Keadaan umum:
cukup
A : Masalah
Teratasi sebagian
P : Pantau sampai
pasien sadar dan
pindah dari ruang
RR ke ruangan
PASCA ANESTESI

CATATAN PASIEN DI KAMAR PEMULIHAN :


Waktu masuk RR: Pk 15.35 WIB
Penata anestesi pengirim : Jakfar
Penata anestesi penerima : Jakfar
Tanda Vital : □TD:110/60mmHg□Nadi: 72x/menit□RR:1 8 x/menit □Temperatur :360C
Kesadaran : □ Sadar betul √Belum sadar □Tidur dalam
Pernafasan : √ Spontan □Dibantu □VAS
Penyulit Intra operatif :
Instruksi Khusus : Pasang O2 masker 4lpm, ganjal bahu, pertahankan OPA sampai sadar

S S S
Frekuensi

Frekuensi

Tekanan

SKALA C C C
darah

STEWARD
napas

nadi

ALDRETTE BROMAGE SCORE


NYERI O SCORE
O O
SCORE
(Lingkar) R R R
E E E
28 220 2 Gerakan penuh dari
20 200 0 Saturasi O2 Pergerakan
tungkai
26 180 1
12 160 2 2 Tak mampu
8 180 140 Pernapasan Pernafasan
3 ekstensi tungkai
160 120            
4
140 100 2 Tak mampu fleksi
120 80 5 Sirkulasi Kesadaran
100 60             6 lutut
80 40 7
Aktifitas 2 Tak mampu fleksi
60 20 8
9 motorik pergelangn kaki
0
10 2
Kesadaran

Lama Masa Pulih : 25menit


Menginformasikan keruangan untuk menjemput pasien :
1. Jam :16.20 Penerima : Perawat zal 2. Jam : Penerima : 3. Jam :
Penerima :

KELUAR KAMAR PEMULIHAN


Pukul keluar dar RR : Pk.16.35 ke ruang: √ rawat inap □ ICU □ Pulang □ lain-lain:
SCORE ALDRETTE : 10
SCORE STEWARD:
SCORE BROMAGE:
SCORE PADSS (untuk rawat jalan): □ not applicable
SCORE SKALA NYERI: □ Wong Baker:
Nyeri : □ tidak □ ada
Risiko jatuh : □ tidak beresiko √ resiko rendah resiko tinggi
Risiko komplikasi respirasi : √tidak □ ada
Rsiko komplikasi kardiosirkulasi √ tidak □ ada
Rsiko komplikasi neurolgi : √tidak □ ada
Lainya

INSTRUKSI PASCA BEDAH:


Pengelolaan nyeri : Sekala nyeri lebih dari 3 konsul Sp.An
Penanganan mual/ muntah :Jika muntah Suction
Antibiotika : Sesuia Dokter bedah
Obat-obatan lain : Sesuai dokter bedah
Infus : RL 20TPM Drip Fentanyl 100mcg
Diet dan nutrisi : Sadar penuh MMB
Pemantauan tanda vital : Setiap15 menit Selama di RR
Lain-lain :
Hasil pemeriksaan penunjang/obat/barang milik pasien) yang diserahkan melalui perawat ruangan/ICU :
1)Foto Thorax 2) 3)

D. Format Hand Over recovery Room ke Ruang Rawat Inap

Nama : Ny. U No. RM : 15375


Umur : 24 Tahun Dx : Tumor Mamae (D)
Jenis kelamin : Perempuan Ruang : RR
S (Situation)

B (Background)

A
(Assestment/Analisa)
R
(Recommendation)

Nama dan Paraf yang Nama Paraf


menyerahkan pasien

Nama dan paraf yang Nama Paraf


menerima pasien

Anda mungkin juga menyukai