Anda di halaman 1dari 13

Efek Samping Pemberian Obat Anastesi Umum

Menekan pernapasan yang pada anestesi dalam terutama ditimbulkan oleh halotan, enfluran dan
isofluran. Efek ini paling ringan pada N2O dan eter.
b.

Menekan system kardiovaskuler, terutama oleh halotan, enfluran dan isofluran. Efek ini juga
ditimbulkan oleh eter, tetapi karena eter juga merangsang sistem saraf simpatis, maka efek
keseluruhannya menjadi ringan.

c.

Merusak hati dan ginjal, terutama senyawa klor, misalnya kloroform.

d.

Oliguri (reversibel) karena berkurangnya pengaliran darah di ginjal, sehingga pasien perlu
dihidratasi secukupnya.

e.

Menekan sistem regulasi suhu, sehingga timbul perasaan kedinginan (menggigil) pasca-bedah.
Anestesi diberikan untuk memblokir sementara sensasi rasa sehingga memungkinkan pasien
menjalani operasi dan prosedur kesehatan lainnya tanpa rasa sakit.
Anestesi yang diberikan kepada seseorang berbeda untuk tiap kondisinya.
Pasien harus menjalani tes kesehatan dan fisik sebelum benar-benar memutuskan jenis dan
jumlah anestesi yang paling cocok.
Anestesi harus diberikan secara hati-hati karena bekerja pada sistem saraf pusat pasien.
Oleh karena itu, dosis yang tidak benar akan mengganggu kerja seluruh sistem saraf pusat.
Dalam kebanyakan kasus, dimana pasien disarankan mendapatkan anestesi regional atau umum,
obat bius biasanya disuntikkan di sumsum tulang belakang.
Karena anestesi, otak tidak dapat mengirim sinyal ke bagian tubuh. Dengan demikian, sensasi
pasien menjadi mati atau tubuhnya mati rasa.
Jenis Anestesi
Berikut adalah jenis-jenis anestesi:
1. Anestesi lokal
Anestesi lokal, seperti namanya, digunakan untuk operasi kecil pada bagian tertentu tubuh.
Suntikan anestesi diberikan di sekitar area yang akan dioperasi untuk mengurangi rasa sakit.
Anestesi juga dapat diberikan dalam bentuk salep atau semprotan.

Sebuah anestesi lokal akan membuat pasien terjaga sepanjang operasi, tapi akan mengalami mati
rasa di sekitar daerah yang diperasi.
Anestesi lokal memiliki pengaruh jangka pendek dan cocok digunakan untuk operasi minor dan
berbagai prosedur yang berkaitan dengan gigi.
2. Anestesi regional
Anestesi regional diberikan pada dan di sekitar saraf utama tubuh untuk mematikan bagian yang
lebih besar.
Pada prosedur ini pasien mungkin tidak sadarkan diri selama periode waktu yang lebih panjang.
Di sini, obat anestesi disuntikkan dekat sekelompok saraf untuk menghambat rasa sakit selama
dan setelah prosedur bedah. Ada dua jenis utama dari anestesi regional, yang meliputi:
- Anestesi spinal
Anestesi spinal atau sub-arachnoid blok (SAB) adalah bentuk anestesi regional yang disuntikkan
ke dalam tulang belakang pasien.
Pasien akan mengalami mati rasa pada leher ke bawah. Tujuan dari anestesi ini adalah untuk
memblokir transmisi sinyal saraf.
Setelah sinyal sistem saraf terblokir, pasien tidak lagi merasakan sakit.
Biasanya pasien tetap sadar selama prosedur medis, namun obat penenang diberikan untuk
membuat pasien tetap tenang selama operasi.
Jenis anestesi ini umumnya digunakan untuk prosedur pembedahan di pinggul, perut, dan kaki.
- Anestesi epidural
Anestesi epidural adalah bentuk anestesi regional dengan cara kerja mirip anestesi spinal.
Perbedaannya, anestesi epidural disuntikkan di ruang epidural dan kurang menyakitkan daripada
anestesi spinal.
Epidural paling cocok digunakan untuk prosedur pembedahan pada panggul, dada, perut, dan
kaki.
3. Anestesi umum
Anestesi umum ditujukan membuat pasien sepenuhnya tidak sadar selama operasi.

Obat bius biasanya disuntikkan ke tubuh pasien atau dalam bentuk gas yang dilewatkan melalui
alat pernafasan.
Pasien sama sekali tidak akan mengingat apapun tentang operasi karena anestesi umum
memengaruhi otak dan seluruh tubuh.
Selama dalam pengaruh anetesi, fungsi tubuh yang penting seperti tekanan darah, pernapasan,
dan suhu tubuh dipantau secara ketat.
Efek Samping Anestesi
Beberapa komplikasi mungkin dirasakan oleh sebagian pasien setelah mendapatkan anestesi
terutama jika prosedur dan dosis tidak diberikan secara tepat.
Komplikasi bisa bersifat sementara, namun ada pula yang berefek hingga cukup lama. Di bawah
ini adalah beberapa efek samping anestesi:
1. Nyeri di sekitar tempat suntikan.
2. Nyeri punggung bagian bawah dalam kasus anestesi spinal.
3. Penurunan tekanan darah.
4. Kerusakan saraf.
5. Karena overdosis anestesi, pernapasan pasien dan sistem peredaran darah bisa saja mengalami
masalah.
6. Mati rasa pada mulut.
Komplikasi anestesi seperti diatas jarang terjadi. Segera hubungi dokter jika efek samping
tersebut muncul.[]

Iswandi
Jumat, 04 Oktober 2013
Regional Anestesi

Regional Anestesi

Anestesi regional adalah anestesi lokal dengan menyuntikan obat anestesi disekitar
syaraf sehingga area yang di syarafi teranestesi. Anestesi regional dibagi menjadi epidural,
spinal dan kombinasi spinal epidural, spinal anestesi adalah suntikan obat anestesi kedalam
ruang subarahnoid dan ekstradural epidural di lakukan suntikan kedalam ekstradural. ( Brunner
& suddarth, 2002 ).
Spinal anestesi atau Subarachniod Blok (SAB) adalah salah satu teknik anestesi
regional yang dilakukan dengan cara menyuntikkan obat anestesi lokal ke dalam ruang
subarachnoid untuk mendapatkan analgesi setinggi dermatom tertentu dan relaksasi otot
rangka. Untuk dapat memahami spinal anestesi yang menghasilkan blok simpatis, blok sensoris
dan blok motoris maka perlu diketahui neurofisiologi saraf, mekanisme kerja obat anestesi lokal
pada SAB dan komplikasi yang dapat ditimbulkannya. Derajat anestesi yang dicapai tergantung
dari tinggi rendah lokasi penyuntikan, untuk mendapatkan blockade sensoris yang luas, obat
harus berdifusi ke atas, dan hal ini tergantung banyak faktor antara lain posisi pasien selama
dan setelah penyuntikan, barisitas dan berat jenis obat. Berat jenis obat lokal anesthesia dapat
diubahubah dengan mengganti komposisinya, hiperbarik diartikan bahwa obat lokal anestesi
mempunyai berat jenis yang lebih besar dari berat jenis cairan serebrospinal, yaitu dengan
menambahkan larutan glukosa, namun apabila ditambahkan NaCl atau aqua destilata akan
menjadi hipobarik (Gwinnutt, 2011).

1. Anatomi
Tulang punggung (columna vertebralis) Terdiri dari :
- 7 vertebra servikal
- 12 vertebra thorakal
- 5 vertebra lumbal
- 5 vertebra sacral ( menyatu pada dewasa )
- 4 vertebra kogsigeal ( menyatu pada dewasa )

Medula spinalis diperadarahi oleh spinalis anterior dan spinalis posteror.

Tulang belakang biasanya bentuk-bentuk ganda C, yang cembung anterior di daerah


leher dan lumbal. Unsur ligamen memberikan dukungan struktural dan bersama-sama dengan
otot pendukung membantu menjaga bentuk yang unik. Secara ventral, corpus vertebra dan disk
intervertebralis terhubung dan didukung oleh ligamen longitudinal anterior dan posterior. Dorsal,
ligamentum flavum, ligamen interspinous, dan ligamentum supraspinata memberikan tambahan
stabilitas. Dengan menggunakan teknik median, jarum melewati ketiga dorsal ligamen dan
melalui ruang oval antara tulang lamina dan proses spinosus vertebra yang berdekatan
(Morgan et.al 2006) .Untuk mencapai cairan cerebro spinal, maka jarum suntik akan menembus
: kulit, subkutis, ligament supraspinosum, ligament interspinosum, ligament flavum, ruang
epidural, durameter, ruang subarahnoid. (Morgan et.al 2006)

Gambar 2.
Lapisan Columna Vertebralis

2.

Indikasi Spinal Anestesi (Yuswana, 2005)

a. Operasi ektrimitas bawah, meliputi jaringan lemak, pembuluh darah dan tulang.
b. Operasi daerah perineum termasuk anal, rectum bawah dan dindingnya atau pembedahan
saluran kemih.
c. Operasi abdomen bagian bawah dan dindingnya atau operasi peritoneal.
d.

Operasi obstetrik vaginal deliveri dan section caesaria.

e.

Diagnosa dan terapi

3.

Kontra indikasi Spinal Anestesi (Latief, 2001)

a. Absolut
1) Pasien menolak
2) Infeksi tempat suntikan
3) Hipovolemik berat, syok
4) Gangguan pembekuan darah, mendapat terapi antikoagulan
5) Tekanan intracranial yang meninggi
6) Hipotensi, blok simpatik menghilangkan mekanisme kompensasi
7) Fasilitas resusitasi minimal atau tidak memadai
b. Relatif (latief, 2001)
1) Infeksi sistemik (sepsis atau bakterimia)
2) Kelainan neurologis
3) Kelainan psikis
4) Pembedahan dengan waktu lama
5) Penyakit jantung
6) Nyeri punggung
7) Anak-anak karena kurang kooperatif dan takut rasa baal

Persiapan spinal Anestesi


Pada dasarnya persiapan anestesi spinal seperti persiapan anestesi umum, daerah
sekitar tusukan diteliti apakah akan menimbulkan kesulitan,misalnya kelainan anatomis
tulang punggung atau pasien gemuk sehingga tidak teraba tonjolan prosesus spinosus. (
Latief, 2001) Selain itu perlu di perhatikan hal-hal dibawah ini :
a. Izin dari pasien (Informed consent)
b. Pemeriksaan fisik
Tidak dijumpai kelainan spesifik seperti kelainan tulang punggung

c. Pemeriksaan Laboratorium anjuran HB, HT, PT (Protombin Time)

dan PTT

(Partial

Thromboplastine Time).
d. Obat-obat Lokal Anesthesi.
Salah satu faktor yang mempengaruhi spinal anestesi blok adalah barisitas (Barik Grafity)
yaitu rasio densitas obat spinal anestesi yang dibandingkan dengan densitas cairan spinal pada
suhu 370C. Barisitas penting diketahui karena menentukan penyebaran obat anestesi lokal dan
ketinggian blok karena grafitasi bumi akan menyebabkan cairan hiperbarik akan cendrung ke
bawah. Densitas dapat diartikan sebagai berat dalam gram dari 1ml cairan (gr/ml) pada suhu
tertentu. Densitas berbanding terbalik dengan suhu (Gwinnutt, 2011).
Obat-obat lokal anestesi berdasarkan barisitas dan densitas dapat di golongkan menjadi
tiga golongan yaitu:
1) Hiperbarik
Merupakan sediaan obat lokal anestesi dengan berat jenis obat lebih besar dari pada
berat jenis cairan serebrospinal, sehingga dapat terjadi perpindahan obat ke dasar akibat gaya
gravitasi. Agar obat anestesi lokal benarbenar hiperbarik pada semua pasien maka baritas
paling rendah harus 1,0015gr/ml pada suhu 37C. contoh: Bupivakain 0,5% (Gwinnutt, 2011).
2)

Hipobarik
Merupakan sediaan obat lokal anestesi dengan berat jenis obat lebih rendah dari berat
jenis cairan serebrospinal. Densitas cairan serebrospinal pada suhu 370C adalah 1,003gr/ml.
Perlu diketahui variasi normal cairan serebrospinal sehingga obat yang sedikit hipobarik belum
tentu menjadi hipobarik bagi pasien yang lainnya. contoh: tetrakain, dibukain. (Gwinnutt, 2011).

3)

Isobarik
Secara definisi obat anestesi lokal dikatakan isobarik bila densitasnya sama dengan
densitas cairan serebrospinalis pada suhu 370C. Tetapi karena terdapat variasi densitas cairan

serebrospinal, maka obat akan menjadi isobarik untuk semua pasien jika densitasnya berada
pada rentang standar deviasi 0,999-1,001gr/ml. contoh: levobupikain 0,5% (Viscomi 2004).
Spinal anestesi blok mempunyai beberapa keuntungan antara lain: perubahan metabolik
dan respon endokrin akibat stres dapat dihambat, komplikasi terhadap jantung, paru, otak dapat
di minimal, tromboemboli berkurang, relaksasi otot dapat maksimal pada daerah yang terblok
sedang pasien masih dalam keadaan sadar. (Kleinman et al,2006).

5. Persiapan alat anestesi spinal ( Latief, 2001)


a. Peralatan monitor
b. Tekanan darah, nadi, oksimetri denyut (pulse oximeter) dan EKG.
c. Peralatan resusitasi / anestesi umum.
d. Jarum spinal
1. Prosudur spinal anestesi
Anestesi spinal dan epidural dapat dilakukan jika peralatan monitor yang
sesuai dan pada tempat dimana peralatan untuk manajemen jalan nafas dan resusitasi telah
tersedia. Sebelum memosisikan pasien, seluruh peralatan untuk blok spinal harus siap untuk
digunakan, sebagai contoh, anestesi lokal telah dicampur dan siap digunakan, jarum dalam
keadaan terbka, cairan preloading sudah disiapkan. Persiapan alat akan meminimalisir waktu
yang dibutuhkan untuk anestesi blok dan kemudian meningkatkan kenyamanan pasien
(Bernards, 2006).
Adapun prosedur dari anestesi spinal adalah sebagai berikut (Morgan,
2006):

1) Inspeksi dan palpasi daerah lumbal yang akan ditusuk (dilakukan ketika kita visite pre-operatif),
sebab bila ada infeksi atau terdapat tanda kemungkinan adanya kesulitan dalam penusukan,
maka pasien tidak perlu dipersiapkan untuk spinal anestesi.
2) Posisi pasien :
a) Posisi Lateral. Pada umumnya kepala diberi bantal setebal 7,5-10cm, lutut dan paha fleksi
mendekati perut, kepala ke arah dada.
b) Posisi duduk. Dengan posisi ini lebih mudah melihat columna vertebralis, tetapi pada pasienpasien yang telah mendapat premedikasi mungkin akan pusing dan diperlukan seorang asisten
untuk memegang pasien supaya tidak jatuh. Posisi ini digunakan terutama bila diinginkan sadle
block.
c) Posisi Prone. Jarang dilakukan, hanya digunakan bila dokter bedah menginginkan posisi Jack
Knife atau prone.
3) Kulit dipersiapkan dengan larutan antiseptik seperti betadine, alkohol, kemudian kulit ditutupi
dengan doek bolong steril.
4) Cara penusukan.
Pakailah jarum yang kecil (no. 25, 27 atau 29). Makin besar nomor jarum, semakin kecil
diameter jarum tersebut, sehingga untuk mengurangi komplikasi sakit kepala (PDPH=post
duran puncture headache), dianjurkan dipakai jarum kecil. Penarikan stylet dari jarum spinal
akan menyebabkan keluarnya likuor bila ujung jarum ada di ruangan subarachnoid. Bila likuor
keruh, likuor harus diperiksa dan spinal analgesi dibatalkan. Bila keluar darah, tarik jarum
beberapa mili meter sampai yang keluar adalah likuor yang jernih. Bila masih merah, masukkan
lagi stylet-nya, lalu ditunggu 1 menit, bila jernih, masukkan obat anestesi lokal, tetapi bila masih

merah, pindahkan tempat tusukan. Darah yang mewarnai likuor harus dikeluarkan sebelum
menyuntik obat anestesi lokal karena dapat menimbulkan reaksi benda asing (Meningismus).

2. Keuntungan dan kerugian spinal anestesi


Keuntungan penggunaan anestesi regional adalah murah, sederhana, dan
penggunaan alat minim, non eksplosif karena tidak menggunakan obat-obatan yang mudah
terbakar, pasien sadar saat pembedahan, reaksi stres pada daerah pembedahan kurang
bahkan tidak ada, perdarahan relatif sedikit, setelah pembedahan pasien lebih segar atau
tenang dibandingkan anestesi umum. Kerugian dari penggunaan teknik ini adalah waktu yang
dibutuhkan untuk induksi dan waktu pemulihan lebih lama, adanya resiko kurang efektif block
saraf sehingga pasien mungkin membutuhkan suntikan ulang atau anestesi umum, selalu ada
kemungkinan komplikasi neurologi dan sirkulasi sehingga menimbulkan ketidakstabilan
hemodinamik, dan pasien mendengar berbagai bunyi kegiatan operasi dalam ruangan operasi.
(Morgan et.al 2006)

3. Komplikasi spinal anestesi


Komplikasi anestesi spinal adalah hipotensi, hipoksia, kesulitan bicara, batuk
kering yang persisten, mual muntah, nyeri kepala setelah operasi, retansi urine dan kerusakan
saraf permanen (Bunner dan Suddart, 2002 ; Kristanto 1999).

4. Komplikasi pasca anestesi


Komplikasi anestesi adalah penyulit yang terjadi pada periode perioperatif
dapat dicetuskan oleh tindakan anestesi sendiri dan atau kondisi pasien. Penyulit dapat
ditimbulkan belakangan setelah pembedahan. Komplikasi anestesi dapat berakibat dengan
kematian atau cacat menetap jika todak terdeteksi dan ditolong segera dengan tepat.

Kompliaksi kadang-kadang datangnya tidak diduga kendatipun anestesi sudah dilaksanakan


dengan baik. Keberhasilan dalam mengatasi komplikasi anestesi tergantung dari deteksi gejala
dini dan kecepatan dilakukan tindakan koreksi untuk mencegah keadaan yang lebih buruk
(Thalib, 1999).

B. Teknik Spinal Anestesi


1.

Teknik Median (metode midline)

Tulang belakang dipalpasi dan posisi tubuh pasien diatur agar tegak lurus dengan lantai. Ini
untuk memastikan jarumnya dimasukkan secara paralel dengan lantai dan akan tetap pada
posisi garis tengah walaupun penusukan lebih dalam (Gambar 3). Processus spinosus
vertebrae di lokasi yang akan digunakan dipalpasi, dan akan menjadi tempat memasukkan
jarum. Setelah mempersiapkan dan menganestesi kulit seperti di atas, jarum dimasukkan ke
garis tengah. Mengingat bahwa arah processus vertebra mengarah ke bawah, maka setelah
jarum masuk langsung diarahkan perlahan ke arah cephalad. Jaringan sub kutan akan
memberikan sedikit tahanan terhadap jarum. Setelah dimasukkan lebih dalam, jarum akan
memasuki ligamen supraspinal dan interspinal, yang akan terasa meningkat kepadatan
jaringannya. Jarum juga terasa lebih kuat tertanam. Jika terasa jarum memnyentuh tulang,
berarti jarum mengenai bagian bawah processus spinosus. Kontak dengan tulang pada tusukan
yang lebih dalam menunjukkan bahwa jarum pada posisi garis tengah dan menyentuh
processus spinosus atas atau berada di posisi lateral dari garis tengah dan mengenai lamina.
Dalam kasus seperti ini jarum harus diarahkan kembali. Saat jarum menembus ligamentum
flavum, akan terasa tahanan yang meningkat. Pada titik inilah prosedur anestesi spinal dan
epidural dibedakan. Pada anestesi epidural, hilangnya tahanan tiba-tiba menandakan jarum
menembus ligamentum flavum dan memasuki ruang epidural. Untuk anestesi spinal, jarum

dimasukkan lagi hingga menembus membran dura-subarachnoid dan ditandai dengan adanya
aliran LCS. (Morgan et.al 2006)
2.

Teknik (metode) Paramedian

Penusukan kulit untuk teknik paramedian dilakukan 2 cm lateral ke prosesus spinosus superior
dari tingkat yang ditentukan. Karena teknik lateral ini sebagian besar menembus ligamen
interspinous dan otot paraspinous, jarum akan menghadapi perlawanan kecil pada awalnya dan
mungkin tidak tampak berada di jaringan kuat. Jarum diarahkan dan lanjutan pada 10-25
sudut ke arah garis tengah. Identifikasi ligamentum flavum dan masuk ke dalam ruang epidural
sering kali lebih halus dibanding dengan teknik median. Jika tulang dijumpai pada kedalaman
yang dangkal dengan teknik paramedian, jarum kemungkinan bersentuhan dengan bagian
medial lamina yang lebih rendah dan harus diarahkan terutama ke atas dan sedikit lebih lateral.
Di sisi lain, jika tulang yang ditemukan lebih dalam, jarum biasanya kontak dengan bagian
lateral lamina yang lebih rendah dan harus diarahkan hanya sedikit ke atas, lebih ke arah garis
tengah. (Morgan et.al 2006)

Gambar 3.
Teknik Paramedian
Diposkan oleh ISWANDI di 23.17
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:


Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Pengikut
Arsip Blog

2014 (11)

2013 (11)
o Oktober (1)
Regional Anestesi
o Mei (7)
o April (3)

2011 (5)

Mengenai Saya

ISWANDI
Payakumbuh, Sumatera Barat, Indonesia
Lahir di Baso Kab.Agam Sumbar 13 Februari 1979.Aktifitas sekarang adalah Mahasiswa D IV
Keperawatan Anestesi Reanimasi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Lihat profil lengkapku
Template Picture Window. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai