Anda di halaman 1dari 9

MATA KULIAH FARMAKOLOGI

TOPIK : PRINSIP KERJA OBAT ANESTESI LOKAL/REGIONAL


Di sampaiakn dalam kuliah daring sarjana terapan ITS PKU surakarta, 5 Mei 2021

ANESTESI SPINAL
Anestesi spinal adalah alternatif dari anestesi umum yang dilakukan untuk sebagian
operasi. Anestesi spinal berfungsi sebagai penghilang rasa sakit di area bawah pinggang,
serta memungkinkan pasien tetap terjaga selama operasi.

Metode ini umumnya aman dilakukan, walau sebagian pasien merasakan mual dan pusing
sebagai efek samping setelah operasi.

PEMBERIAN ANESTESI SPINAL


Anestesi spinal dilakukan oleh dokter anestesi. Pemberian anestesi spinal umumnya
dilakukan di ruang operasi.

Anestesi spinal akan diberikan dalam posisi duduk dengan tubuh ke arah depan, atau
berbaring miring dengan menekuk lutut ke arah dada. Posisi ini akan membantu membuka
celah di antara ruas-ruas tulang belakang untuk menyuntik obat bius pada anestesi spinal.

Dokter anestesi kemudian akan menandai lokasi yang akan diberikan anestesi spinal, setelah
memberi ANTISEPTIK/DESINFEKTAN terlebih dulu. Dokter akan memasukkan jarum yang
sangat halus ke tengah punggung bagian bawah di ruas tulang belakang, kemudian anestesi
disuntik melalui jarum ke cairan serebrospinal spinalis, yang mengelilingi sumsum tulang
belakang. Meski terasa sakit, penting untuk tidak bergerak pada saat ini.
Dalam 5-10 menit, pasien mulai mengalami kesulitan menggerakkan kaki hingga akhirnya
tidak bisa menggerakkan kaki sama sekali.
Anestesi spinal juga akan memengaruhi saraf sensorik pada anggota tubuh yang berada di
bawah lokasi penyuntikan, seperti perut, pinggul bagian bawah, area kelamin, paha dan
kaki, sehingga saraf mati rasa (baal) dan tidak dapat merasakan nyeri.

Anestesi spinal sebagian besar digunakan untuk operasi yang melibatkan daerah bawah
pinggang sampai kaki, di antaranya:
1. Operasi caesar
2. Operasi pada rahim, vagina atau ovarium
3. Operasi pada tulang di pinggul kaki dan  sendi
4. Operasi pada pembuluh darah di kaki
5. Operasi prostat, kandung kemih, atau genital
6. Operasi lainnya, seperti hernia, varises, dan ambeien

MENENTUKAN ANESTESI SPINAL YANG TEPAT


Anestesi spinal pada umumnya memungkinkan pasien untuk sadar dan bisa mendengar apa
yang terjadi di ruang operasi, tetapi tidak merasakan sakit dalam proses operasinya. Pada
kondisi medis tertentu, anestesi spinal dapat digabungkan dengan sedasi atau anestesi
umum. Dokter akan memberikan beberapa pilihan dan membantu pasien untuk mengambil
keputusan terbaik.

ANESTESI SPINAL YANG DIKOMBINASIKAN DENGAN SEDASI


Dalam hal ini, dokter anestesi akan memberikan sedikit obat ke dalam infus pasien, sehingga
membuat pasien merasakan efek sedasi, yakni merasa rileks dan mengantuk. Pasien akan
setengah sadar dan masih bisa mendegar suara di sekelilingnya walaupun hanya sedikit.

ANESTESI SPINAL YANG DILANJUTKAN DENGAN ANESTESI UMUM


Dalam beberapa situasi, dokter anestesi bisa menggunakan kombinasi anestesi spinal dan
anestesi umum, Biasanya jika terdapat situasi yang tak terduga selama operasi berlangsung,
seperti pasien mulai tidak nyaman atau operasi ternyata akan memakan waktu jauh lebih
lama. Kondisi ini membuat pasien perlu diberikan anestesi umum, yang akan membuat
pasien tidak sadarkan diri selama operasi berlangsung.

MEWASPADAI EFEK SAMPING ANESTESI SPINAL


Anestesi spinal umumnya aman dilakukan. Efek samping yang biasanya terjadi adalah mual,
pusing, kedinginan dan kelelahan. Setelah efek anestesi berakhir, secara bertahap pasien
bisa menggerakkan kakinya seperti biasanya.
Selain itu, ada pula yang merasakan gatal setelah anestesi spinal dan mengalami tekanan
darah rendah. Terutama pada pria, efek samping anestesi spinal yang sering dikeluhkan
adalah sulit buang air kecil.

BEBERAPA RISIKO KOMPLIKASI DARI ANESTESI SPINAL YANG MUNGKIN TERJADI, :


1. Reaksi alergi
2. Sakit kepala yang parah
3. Perdarahan di sekitar tulang belakang (hematoma)
4. Infeksi pada tulang belakang
5. Kejang
6. Kerusakan saraf
Anestesi regional semakin berkembang dan meluas pemakaiannya, mengingat berbagai
keuntungan yang ditawarkan, diantaranya relatif lebih murah, pengaruh sistemik yang
minimal, menghasilkan analgesi yang adekuat dan kemampuan mencegah respon stress
secara lebih sempurna.

Secara kimiawi obat anestesi lokal dibagi dalam dua golongan besar, yaitu golongan ester
dan golongan amide. Perbedaan kimia ini direfleksikan dalam perbedaan tempat
metabolisme, dimana golongan ester terutama dimetabolisme oleh enzim pseudo-
kolinesterase di plasma sedangkan golongan amide terutama melalui degradasi enzimatis di
hati.

Perbedaan ini juga berkaitan dengan besarnya kemungkinan terjadinya alergi, dimana
golongan ester turunan dari p-amino-benzoic acid memiliki frekwensi kecenderungan alergi
lebih besar. Obat anestesi lokal yang lazim dipakai di negara kita untuk golongan ester
adalah prokain, sedangkan golongan amide adalah lidokain dan bupivakain.

Mekanisme kerja obat anestesi local mencegah transmisi impuls saraf (blokade konduksi)
dengan menghambat pengiriman ion natrium melalui gerbang ion natrium selektif pada
membrane saraf. Kegagalan permeabilitas gerbang ion natrium untuk meningkatkan
perlambatan kecepatan depolarisasi seperti ambang batas potensial tidak tercapai sehingga
potensial aksi tidak disebarkan. Obat anestesi lokal tidak mengubah potensial istirahat
transmembran atau ambang batas potensial.

Farmakokinetik obat meliputi absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi. Komplikasi


obat anestesi lokal yaitu efek samping lokal pada tempat suntikan dapat timbul hematom
dan abses sedangkan efek samping sistemik antara lain neurologis pada Susunan Saraf
Pusat, respirasi, kardiovaskuler, imunologi ,muskuloskeletal dan hematologi Beberapa
interaksi obat anestesi lokal antara lain pemberian bersamaan dapat meningkatkan potensi
masing-masing obat. penurunan metabolisme dari anestesi lokal serta meningkatkan
potensi intoksikasi.

Apa itu anestesi spinal?


Anestesi spinal adalah prosedur yang melibatkan pemberian obat bius untuk menghilangkan
rasa nyeri dan membuat area di bawah pinggang mengalami mati rasa selama operasi.
Obat bius akan diberikan dengan disuntikkan di sekitar tulang belakang. Prosedur ini harus
dilakukan oleh dokter spesialis anestesi.Efek anestesi spinal biasanya bertahan sekitar 1-3
jam. Dokter spesialis anestesi akan terus memantau kadar obat dalam tubuh pasien dan
memastikan obat bekerja sesuai dengan durasi operasi.
Kenapa anestesi spinal diperlukan?
Anestesi spinal diperlukan untuk beberapa jenis operasi yang tidak memerlukan
pemasangan selang bantu pernapasan ke tenggorokan. Prosedur tersebut meliputi operasi
yang melibatkan organ kemaluan, saluran kemih, atau organ lain di tubuh bagian
bawah.Secara umum, anestesi spinal digunakan pada kondisi-kondisi berikut:

 Prosedur dilakukan pada perut atau kaki


 Operasi yang memicu rasa nyeri yang terlalu parah bila dilakukan tanpa obat bius
 Tubuh pasien bisa tetap berada dalam posisi nyaman selama operasi
 Pasien menginginkan efek obat bius yang lebih ringan daripada anestesi umum

Siapa yang membutuhkan anestesi spinal?


Anestesi spinal biasanya dilakukan untuk orang-orang yang menjalani beberapa operasi di
bawah ini:

 Operasi urologi, seperti operasi prostat, kandung kemih, atau organ kemaluan


 Operasi ortopedi, seperti operasi tulang di pinggang dan kaki
 Operasi ginekologi, seperti operasi pembuluh darah di kaki
 Operasi umum, seperti hernia inguinal dan ambeien
 Operasi kandungan, seperti operasi caesar

Apa saja persiapan untuk menjalani anestesi spinal?


Selama beberapa hari sebelum anestesi spinal, pasien perlu melakukan beberapa hal di
bawah ini:

 Menginformasikan pada dokter jika pasien sedang atau berkemungkinan hamil.


 Memberitahukan dokter mengenai alergi atau kondisi medis yang dimiliki, obat-
obatan yang digunakan, dan jenis anestesi atau obat bius yang telah digunakan
sebelumnya.
 Menghentikan konsumsi obat-obatan pengencer darah,
seperti aspirin, ibuprofen, clopidogrel, dan warfarin.
 Menanyakan pada dokter tentang jenis obat yang masih boleh dikonsumsi hingga
hari operasi
 Memastikan ada orang yang mendampingi pasien ke rumah sakit untuk menjalani
operasi dan mengantarnya pulang pasc
 Berhenti merokok
 Mengikuti arahan dokter terkait puasa sebelum operasi
 Tidak mengonsumsi alkohol selama sehari sebelum dan pada hari prosedur.
 Mengonsumsi obat-obatan sesuai arahan dokter.

Bagaimana prosedur anestesi spinal dilakukan?


Prosedur anestesi spinal meliputi:

 Cairan infus diberikan lewat pembuluh darah pasien


 Dokter akan membersihkan area punggung tempat jarum disuntikkan dengan cairan
antiseptik. Area ini mungkin akan diberikan anestesi lokal agak tidak terasa nyeri saat
penyuntikan.
 Dokter kemudian menyuntikan obat anestesi ke dalam cairan yang mengelilingi saraf
tulang belakang.
 Efek obat anestesi akan langsung terasa sesaat setelah obat disuntikkan.

Selama anestesi dilakukan, detak jantung, tekanan darah, dan kadar oksigen dalam darah
pasien akan terus dipantau. Sesudah pembiusan ini selesai, dokter akan menutup lokasi
penyuntikan dengan perban.
Apa saja yang perlu diperhatikan setelah anestesi spinal?
Setelah prosedur selesai, pasien akan diminta untuk tetap berbaring hingga tidak lagi
mengalami mati rasa pada bagian kaki dan bisa kembali berjalan.Pasien mungkin akan
merasa mual dan pusing. Namun efek samping ini akan hilang seiring waktu. Pasien juga
bisa mengalami lelah

ANESTESI SPINAL
(SUB ARACHNOID NERVE BLOCK)

1. Anestesi spinal merupakan teknik anestesi regional yang baik untuk tindakan-
tindakan bedah, obstetrik, operasi operasi bagian bawah abdomen dan ekstremitas
bawah. Teknik ini baik sekali bagi penderita-penderita yang mempunyai kelainan
paru-paru, diabetes mellitus, penyakit hati yang difus dan kegagalan fungsi ginjal,
sehubungan dengan gangguan metabolisme dan ekskresi dari obat-obatan.

2. Bagian motoris dan proprioseptis paling tahan terhadap blokade ini dan yang paling
dulu berfungsi kembali. Sedangkan saraf otonom paling mudah terblokir dan paling
belakang berfungsi kembali. Tingginya blokade saraf untuk otonom dua dermatome
lebih tinggi dari para sensoris, sedangkan untuk motoris-dua-tiga segemen lebih
bawah. Secara anatomis dipilih segemen 1.2 kg ke bawah pada pemasukan oleh
karena ujung bawah daripada medula soinalis setinggi 1.2 dan ruang interegmental
lumbal ini relatif lebih lebar dan lebih datar dibandingkan dengan segmen-segmen
lainnya.

3. Lokasi interpace ini dicari dengan menghubungkan crista iliaca kiri dan kanan. Maka
titik pertemuan dengan segmen lumbal merupakan prosessus spinosus L4 atau L5-5
interspace.
Ligamenta yg dilalui pada waktu penusukan yaitu ;
- Ligamentum supraspinous
- Ligamentum interspinous
- Ligamentum Flavum

pada orang tua biasanya terjadi kalsifikasi legamentum teratas, sehingga


menyulitkan penusukan. Untuk mengatasi hal ini, kita sarankan penusukan
paramedian, dimana jarum hanya melalui otot dan fascia kemudian ligamentum
flavum

4. Midline apporch yaitu apabila kita menusukkan jarum tepat di garis yang
menghubungkan proseaaus apinous satu dengan yang lainnya, pada sudut 80”
dengan punggung. Sedangkan paramedian approach penusukan 1 jari lateral dari
garis jarum diarahkan ke titik tengah pada garis median dengan sudut sama dengan
midline approach

5. Pada penusukan mungkin yang keluar bukan liquor tapi darah, sebab di bagian
anterior maupun posterior medulla spinalis terdapat sistem arteri dan vena. Apabila
setelah menit liquor yang keluar masih belum jernih sebaiknya jarum dipindahkan ke
segmen yang lain. Bila liquor tidak jernih, sebaiknya anestesi spinal ini ditunda dan
dilakukan analisa dari liquor.

6. Adapun jarum yang dipakai paling besar ukuran 22, kalau mungkin pakai jarum 23
atau 25. makin kecil jarum yang kita pakai, makin kecil kemungkinan terjadinya sakit
kepala sesudah anestesi (post spinal headache). Obat spinal anestesi yang paling
menonjol adalah tetrakain dan dibukain, yang mempunyai efek kuat dan kerjanya
lebih lama.
7. Dibagian Anestesi Rumah sakit Dr. Hasan Sadikin yang ada hanya xilokain 5%
hiperbarik, buatan Astra dengan B.D. 1.030 – 1.035. Onsetnya cepat, kurang dari 4
menit dengan lama kerjanya antara 60-90 menit. Dosis untuk wanita hamil 25% -
30% lebih rendah dari wanita yang tidak hamil. Rata-rata dipakai 1.25 – 1.50 cc.
8. Tingginya lebel anestesi tergantung dari :

- Posisi penderita waktu penyuntikan dan sesudahnya.

- Tingginya segemen yang dipilih pada penusukan, makin ke arah kranial makin tinggi.

- Volume dari obat yang disuntikkan, makin banyak makin tinggi.

- Kekuatan dan kecepatan penyuntikan.

- Hal-hal tersebut diatas dapat kita atur, tetapi ada faktor lain di luar kemampuan kita,
yaitu keinginan mengejan waktu persalinan. Apabila pada saat dimasukkan obat
anestesi ataupun segera setelah obat masuk liquor, wanita mengejan, maka tinggi
level anestesi akan bertambah yang kadang-kadang sangat jauh sampai th 4,
sehingga penderita akan mengalami hipotensi sampai menimbulkan sianosis.

9. Pemberian Oksigen
Pada akhir kehamilan akan terjadi kenaikan alveolar ventilation 70%, untuk
mengimbangi kenaikan konsumsi oksigen sekitar 20% atau lebih. Hal ini
mengakibatkan turunnya pCO : sampai 30-32 mmHg. Pada persalinan hiperventilasi
terjadi lebih hebat lagi, disebabkan rasa sakit dan konsumsi oksigen dapat naik
sampai 100%. Oleh karena itu apabila terjadi hipoventilasi baik oleh obat-obat
narkotika, anestesi umum maupun lokal, maka akan mudah terjadi hipoksemia yang
berat.

10. Faktor-faktor yg menyebabkan hal ini, yaitu :


Turunnya FRC sehingga kemampuan paru-paru untuk menyimpan 0 : menurun
Naiknya konsumsi oksigen airway closure

Turunnya cardiac output pada posisi supine.


Maka mutlak pemberian oksigen sebelum induksi, dan selama operasi.

11. Letak Penderita


kompresi dari pembuluh-pembuluh darah besar di pinggiran pelvis merupakan hal
yang berbahaya bagi ibu dan anak. Kompresi aortokaval ini terutama terjadi apabila
penderita dalam keadaan supine terlentang.
Karena perfusi plasenta sangat tergantung pada tensi, maka penurunan cardiac
output yang berakitat penurunan tensi akan mengakibatkan penurunan perfusi
plasenta yang menyebabkan terjadinya depresi fetal.
12. Apalagi kalau seandainya penderita mendapat blokade simpatis oleh regional
anestesi, maka tonus vena di ekstremitas bawah makin bekurang, venous return
akan lebih kurang lagi berarti cardiac output juga akan rendah sekali, sehingga
terjadi hipotensi yang berat dan perfusi plasenta akan lebih buruk lagi.
13. Begitu posisi diubah menjadi letak miring, kompresi pada vena cava interior
berkurang, venous return kembali normal, semua penderita yang akan di sectio
caesarea dengan anestesi spinal harus diletakkan miring ke kiri dengan jalan member
bantal pada bokong penderita

14. Teknik Anestesi Spinal

• Infus Dextrosa/NaCI/Ringer laktat sebanyak 500-1500 ml.

• Oksigen diberikan dengan masker 6-8 L/mt.

• Posisi lateral merupakan posisi yang paling enak bagi penderita

• Kepala memakai bantal dengan dagu menempel ke dada, kedua tangan memegang
kaki yang ditekuk sedemikian rupa ehingga lutut dekat ke perut penderita.

• L3 – 4 interspace ditandai, biasanya agak susah oleh karena adanya edema jaringan.

• Skin preparation dengan betadin seluas mungkin

• Sebelum penusukan betadine yang ada dibersihkan dahulu.


• Jarum 22-23 dapat disuntikkan langsung tanpa lokal infiltrasi dahulu, juga tanpa
introducer dengan bevel menghadap keatas.

• Kalau liquor sudah ke luar lancar dan jernih, disuntikkan xy – locain 5% sebanyak
1.25 – 1.5 cc.

• Penderita diletakkan terlentang, dengan bokong kanan diberi bantal sehingga perut
penderita agak miring ke kiri, tanpa posisi Trendelenburg.

• Untuk skin preparation, apabila penderita sudah operasi boleh dimulai.

• Tensi penderita diukur tiap 2-3 menit selama 15 menit pertama, selanjutnya tiap 15
menit.

• Apabila tensi turun dibawah 100 mmHg atau turun lebih dari 20 mmHg dibanding
semula, efedrin diberikan 10-15 mgl V.

• Setelah bayi lahir biasanya kontraksi uterus sangat baik. Sehingga tidak perlu
diberikan metergin IV oleh karena sering menimbulkan mual dan muntah-muntah
ang menggangu operator. Syntocinon dapat diberikan per drip.

• Setelah penderita melihat bayinya yang akan dibawa ke ruangan, dapat diberikan
sedatif atau hipnotika.

15. Hasilnya

- Cukup memuaskan. Bahkan ada penderita yang tadinya gelisah menjadi tenang
tertidur.

- Sebanyak ± 20% kasus mengalami mual dan muntah selama operasi.

- Yang mengalami hipotensi ada ± 20% (35% pada pemakaian xilokain lebih dari 1 ½
cc). Hal ini dapat diatasi dengan pemberian efedrin IV atau IM.

- Ada 3 kasus yang mengalami kesukaran bernafas, dilakukan assisted ventilation.

- Ada 2 kasus mengalami apnoe sampai sianosis.

- Penderita diintubasi dan oksigenisasi, kemudian operasi dilanjutkan terus tanpa


obat-obat inhalasi.

- Skor apgar rata-rata lebih dari 7

- Yang mengalami nyeri kepala post Operasi ± 15 %, tetapi dapat diatasi dengan tablet
analgenetika.

17. Sakit kepala 90% timbul dalam 3 hari pertama post operasi. Lokasinya 50% di bagian
frontal, 25% oksipital sedangkan sisanya menyeluruh
18. Penyebab sakit kepala ini adalah adanya kebocoran liquor pada bekas tempat
penusukan, sehingga otak kekurangan cairan penyangga. Nyeri terasa apabila
penderita duduk atau berdiri dan berkurang bila terlentang.

19. Pencegahan

- Sebaiknya dipakai jarum yang lebih kecil lagi (no.25-26 dengan introducer

- Pemberian intake cairan yang cukup, analgenetika

- Tiduran selama 24 jam sesudah operasi akan mengurangi tekanan liquor di daerah
penyuntikan, sehingga kebocoran liquor akan berkurang. Kalau perlu diberikan
epidural patch dengan darah sendiri sebanyak 10 CC. hal ini akan menutup lobang
durameter dan menghilangkan kebocoran liquor.

20. Kontra indikasi spinal anestesi :

- Hipovolemia, hipotensi

- Infeksi lokal dan sepsis

- Coagulopathy & anticoagulant therapy

- Kelainan neurologik & deformitas tulang belakang

SELESAI

Anda mungkin juga menyukai