ANESTESI SPINAL
Anestesi spinal adalah alternatif dari anestesi umum yang dilakukan untuk sebagian
operasi. Anestesi spinal berfungsi sebagai penghilang rasa sakit di area bawah pinggang,
serta memungkinkan pasien tetap terjaga selama operasi.
Metode ini umumnya aman dilakukan, walau sebagian pasien merasakan mual dan pusing
sebagai efek samping setelah operasi.
Anestesi spinal akan diberikan dalam posisi duduk dengan tubuh ke arah depan, atau
berbaring miring dengan menekuk lutut ke arah dada. Posisi ini akan membantu membuka
celah di antara ruas-ruas tulang belakang untuk menyuntik obat bius pada anestesi spinal.
Dokter anestesi kemudian akan menandai lokasi yang akan diberikan anestesi spinal, setelah
memberi ANTISEPTIK/DESINFEKTAN terlebih dulu. Dokter akan memasukkan jarum yang
sangat halus ke tengah punggung bagian bawah di ruas tulang belakang, kemudian anestesi
disuntik melalui jarum ke cairan serebrospinal spinalis, yang mengelilingi sumsum tulang
belakang. Meski terasa sakit, penting untuk tidak bergerak pada saat ini.
Dalam 5-10 menit, pasien mulai mengalami kesulitan menggerakkan kaki hingga akhirnya
tidak bisa menggerakkan kaki sama sekali.
Anestesi spinal juga akan memengaruhi saraf sensorik pada anggota tubuh yang berada di
bawah lokasi penyuntikan, seperti perut, pinggul bagian bawah, area kelamin, paha dan
kaki, sehingga saraf mati rasa (baal) dan tidak dapat merasakan nyeri.
Anestesi spinal sebagian besar digunakan untuk operasi yang melibatkan daerah bawah
pinggang sampai kaki, di antaranya:
1. Operasi caesar
2. Operasi pada rahim, vagina atau ovarium
3. Operasi pada tulang di pinggul kaki dan sendi
4. Operasi pada pembuluh darah di kaki
5. Operasi prostat, kandung kemih, atau genital
6. Operasi lainnya, seperti hernia, varises, dan ambeien
Secara kimiawi obat anestesi lokal dibagi dalam dua golongan besar, yaitu golongan ester
dan golongan amide. Perbedaan kimia ini direfleksikan dalam perbedaan tempat
metabolisme, dimana golongan ester terutama dimetabolisme oleh enzim pseudo-
kolinesterase di plasma sedangkan golongan amide terutama melalui degradasi enzimatis di
hati.
Perbedaan ini juga berkaitan dengan besarnya kemungkinan terjadinya alergi, dimana
golongan ester turunan dari p-amino-benzoic acid memiliki frekwensi kecenderungan alergi
lebih besar. Obat anestesi lokal yang lazim dipakai di negara kita untuk golongan ester
adalah prokain, sedangkan golongan amide adalah lidokain dan bupivakain.
Mekanisme kerja obat anestesi local mencegah transmisi impuls saraf (blokade konduksi)
dengan menghambat pengiriman ion natrium melalui gerbang ion natrium selektif pada
membrane saraf. Kegagalan permeabilitas gerbang ion natrium untuk meningkatkan
perlambatan kecepatan depolarisasi seperti ambang batas potensial tidak tercapai sehingga
potensial aksi tidak disebarkan. Obat anestesi lokal tidak mengubah potensial istirahat
transmembran atau ambang batas potensial.
Selama anestesi dilakukan, detak jantung, tekanan darah, dan kadar oksigen dalam darah
pasien akan terus dipantau. Sesudah pembiusan ini selesai, dokter akan menutup lokasi
penyuntikan dengan perban.
Apa saja yang perlu diperhatikan setelah anestesi spinal?
Setelah prosedur selesai, pasien akan diminta untuk tetap berbaring hingga tidak lagi
mengalami mati rasa pada bagian kaki dan bisa kembali berjalan.Pasien mungkin akan
merasa mual dan pusing. Namun efek samping ini akan hilang seiring waktu. Pasien juga
bisa mengalami lelah
ANESTESI SPINAL
(SUB ARACHNOID NERVE BLOCK)
1. Anestesi spinal merupakan teknik anestesi regional yang baik untuk tindakan-
tindakan bedah, obstetrik, operasi operasi bagian bawah abdomen dan ekstremitas
bawah. Teknik ini baik sekali bagi penderita-penderita yang mempunyai kelainan
paru-paru, diabetes mellitus, penyakit hati yang difus dan kegagalan fungsi ginjal,
sehubungan dengan gangguan metabolisme dan ekskresi dari obat-obatan.
2. Bagian motoris dan proprioseptis paling tahan terhadap blokade ini dan yang paling
dulu berfungsi kembali. Sedangkan saraf otonom paling mudah terblokir dan paling
belakang berfungsi kembali. Tingginya blokade saraf untuk otonom dua dermatome
lebih tinggi dari para sensoris, sedangkan untuk motoris-dua-tiga segemen lebih
bawah. Secara anatomis dipilih segemen 1.2 kg ke bawah pada pemasukan oleh
karena ujung bawah daripada medula soinalis setinggi 1.2 dan ruang interegmental
lumbal ini relatif lebih lebar dan lebih datar dibandingkan dengan segmen-segmen
lainnya.
3. Lokasi interpace ini dicari dengan menghubungkan crista iliaca kiri dan kanan. Maka
titik pertemuan dengan segmen lumbal merupakan prosessus spinosus L4 atau L5-5
interspace.
Ligamenta yg dilalui pada waktu penusukan yaitu ;
- Ligamentum supraspinous
- Ligamentum interspinous
- Ligamentum Flavum
4. Midline apporch yaitu apabila kita menusukkan jarum tepat di garis yang
menghubungkan proseaaus apinous satu dengan yang lainnya, pada sudut 80”
dengan punggung. Sedangkan paramedian approach penusukan 1 jari lateral dari
garis jarum diarahkan ke titik tengah pada garis median dengan sudut sama dengan
midline approach
5. Pada penusukan mungkin yang keluar bukan liquor tapi darah, sebab di bagian
anterior maupun posterior medulla spinalis terdapat sistem arteri dan vena. Apabila
setelah menit liquor yang keluar masih belum jernih sebaiknya jarum dipindahkan ke
segmen yang lain. Bila liquor tidak jernih, sebaiknya anestesi spinal ini ditunda dan
dilakukan analisa dari liquor.
6. Adapun jarum yang dipakai paling besar ukuran 22, kalau mungkin pakai jarum 23
atau 25. makin kecil jarum yang kita pakai, makin kecil kemungkinan terjadinya sakit
kepala sesudah anestesi (post spinal headache). Obat spinal anestesi yang paling
menonjol adalah tetrakain dan dibukain, yang mempunyai efek kuat dan kerjanya
lebih lama.
7. Dibagian Anestesi Rumah sakit Dr. Hasan Sadikin yang ada hanya xilokain 5%
hiperbarik, buatan Astra dengan B.D. 1.030 – 1.035. Onsetnya cepat, kurang dari 4
menit dengan lama kerjanya antara 60-90 menit. Dosis untuk wanita hamil 25% -
30% lebih rendah dari wanita yang tidak hamil. Rata-rata dipakai 1.25 – 1.50 cc.
8. Tingginya lebel anestesi tergantung dari :
- Tingginya segemen yang dipilih pada penusukan, makin ke arah kranial makin tinggi.
- Hal-hal tersebut diatas dapat kita atur, tetapi ada faktor lain di luar kemampuan kita,
yaitu keinginan mengejan waktu persalinan. Apabila pada saat dimasukkan obat
anestesi ataupun segera setelah obat masuk liquor, wanita mengejan, maka tinggi
level anestesi akan bertambah yang kadang-kadang sangat jauh sampai th 4,
sehingga penderita akan mengalami hipotensi sampai menimbulkan sianosis.
9. Pemberian Oksigen
Pada akhir kehamilan akan terjadi kenaikan alveolar ventilation 70%, untuk
mengimbangi kenaikan konsumsi oksigen sekitar 20% atau lebih. Hal ini
mengakibatkan turunnya pCO : sampai 30-32 mmHg. Pada persalinan hiperventilasi
terjadi lebih hebat lagi, disebabkan rasa sakit dan konsumsi oksigen dapat naik
sampai 100%. Oleh karena itu apabila terjadi hipoventilasi baik oleh obat-obat
narkotika, anestesi umum maupun lokal, maka akan mudah terjadi hipoksemia yang
berat.
• Kepala memakai bantal dengan dagu menempel ke dada, kedua tangan memegang
kaki yang ditekuk sedemikian rupa ehingga lutut dekat ke perut penderita.
• L3 – 4 interspace ditandai, biasanya agak susah oleh karena adanya edema jaringan.
• Kalau liquor sudah ke luar lancar dan jernih, disuntikkan xy – locain 5% sebanyak
1.25 – 1.5 cc.
• Penderita diletakkan terlentang, dengan bokong kanan diberi bantal sehingga perut
penderita agak miring ke kiri, tanpa posisi Trendelenburg.
• Tensi penderita diukur tiap 2-3 menit selama 15 menit pertama, selanjutnya tiap 15
menit.
• Apabila tensi turun dibawah 100 mmHg atau turun lebih dari 20 mmHg dibanding
semula, efedrin diberikan 10-15 mgl V.
• Setelah bayi lahir biasanya kontraksi uterus sangat baik. Sehingga tidak perlu
diberikan metergin IV oleh karena sering menimbulkan mual dan muntah-muntah
ang menggangu operator. Syntocinon dapat diberikan per drip.
• Setelah penderita melihat bayinya yang akan dibawa ke ruangan, dapat diberikan
sedatif atau hipnotika.
15. Hasilnya
- Cukup memuaskan. Bahkan ada penderita yang tadinya gelisah menjadi tenang
tertidur.
- Yang mengalami hipotensi ada ± 20% (35% pada pemakaian xilokain lebih dari 1 ½
cc). Hal ini dapat diatasi dengan pemberian efedrin IV atau IM.
- Yang mengalami nyeri kepala post Operasi ± 15 %, tetapi dapat diatasi dengan tablet
analgenetika.
17. Sakit kepala 90% timbul dalam 3 hari pertama post operasi. Lokasinya 50% di bagian
frontal, 25% oksipital sedangkan sisanya menyeluruh
18. Penyebab sakit kepala ini adalah adanya kebocoran liquor pada bekas tempat
penusukan, sehingga otak kekurangan cairan penyangga. Nyeri terasa apabila
penderita duduk atau berdiri dan berkurang bila terlentang.
19. Pencegahan
- Sebaiknya dipakai jarum yang lebih kecil lagi (no.25-26 dengan introducer
- Tiduran selama 24 jam sesudah operasi akan mengurangi tekanan liquor di daerah
penyuntikan, sehingga kebocoran liquor akan berkurang. Kalau perlu diberikan
epidural patch dengan darah sendiri sebanyak 10 CC. hal ini akan menutup lobang
durameter dan menghilangkan kebocoran liquor.
- Hipovolemia, hipotensi
SELESAI