Anda di halaman 1dari 5

BLOK SUBARACHNOID PADA

PEMBEDAHAN HERNIORAPHY
Dibuat oleh: Rahmawati Adhiutami,Modifikasi terakhir pada Sun 28 of Aug, 2011
[09:21]

 Abstract

Anestesi spinal (intratekal, intradural, subdural, subarakhnoid) ialah anestesi regional


dengan tindakan penyuntikan obat anestesi lokal ke dalam ruang subarakhnoid. 

Pasien merasakan nyeri perut sejak 3 hari yang lalu, scrotumnya membesar dengan
disertai nyeri perut. Nyeri perut (+), BAK (+) tidak ada keluhan sebelum nyeri perut
timbul, BAB (+) tidak ada keluhan sebelum nyeri perut timbul.
RPD:batuk(+),hipertensi(+),DM(-). Akan diberikan subarachnoid block anestesi.

Kata kunci: blok subarachnoid, hernioraphy, hernia scrotalis

Kasus

Pasien merasakan nyeri perut sejak 3 hari yang lalu (hari kamis siang), scrotumnya
membesar dengan disertai nyeri perut . Nyeri perut (+), BAK (+) tidak ada keluhan
sebelum nyeri perut timbul, BAB (+) tidak keluhan sebelum nyeri perut timbul. RPD :
Batuk (+), Hipertensi (+), DM (-). Terapi yang diberikan adalah hernioraphy dengan
subarchnoid blok anestesi.

Pemeriksaan: ABDOMEN: Simetris, nyeri tekan (+), defens muscular (-), tympani (+),
bunyi usus normal (+),

GENETALIA EKSTERNA: Terdapat benjolan pada scrotum dan tidak mau dimasukkan.

Diagnosis

Hernia Scrotalis Irreponible

ASA II

Terapi
Hernioraphy dengan blok subarachnoid

1.      Keadaan pre operasi :

Pasien menjalani program puasa 6 jam sebelum operasi dimulai. Keadaan pasien tenang,
kooperatif, tensi 140/70 mmHg, nadi 80 x/menit, respirasi 20 x/menit, dan suhu 36oC

2.      Jenis anestesi

a.       Jenis anestesi yang dilakukan adalah: anestesi regional (spinal anestesi) dengan
teknik SAB (Sub arachnoid Block).

b.      Premedikasi yang diberikan: + pukul 08.45 (+ 1 jam sbelum dilakukan induksi
anestesi) diberikan pre medikasi berupa Ceftriaxone 1 gr. 

c.       Induksi Anestesi: kemudian dilakukan spinal anestesi dengan menyuntikan


bupivacain 4 cc dan sedikit morfin (0,2 cc) melalui jarum spinal pada sub arachnoid
kanalis spinalis region antara L2-L3. Kemudian pasien diminta tidur terlentang di atas
meja operasi dengan posisi kepala di atas bantal dan dilakukan tes pada region abdomen
(sensorik) dan motorik) untuk memastikan kerja obat Bupivacain. Setelah pasien tidak
memberikan respon motorik dan sensorik, tindakan operasi hernioraphy segera dilakukan
setelah 5 menit pemberian anestesi dilakukan.

d.      Selama operasi berlangsung: Tensi dan nadi senantiasa dikontrol tiap 15 menit
Selama operasi pasien sempat diberikan Narfos (Ondansetron) 1 Ampul/8 mg sebagai
anti-emetik.

e.       Keadaan Post operasi: Operasi selesai dalam waktu + 60 menit, perdarahan dalam
operasi kira – kira 80 cc.

Diskusi

Pada kasus ini pasien seorang laki-laki usia 65 tahun dengan diagnosis Hernia Scrotalis
Irreponible dan akan dilakukan hernioraphy. Jenis anestesi yang digunakan adalah
regional anestesi dengan teknik spinal anestesi antara vertebra lumbal II-III. Pemilihan
teknik anestesi berdasarkan pada faktor-faktor seperti usia (bayi, anak, dewasa muda,
geriatri), status fisik, jenis dan lokasi operasi (kecil, sedang, besar), keterampilan ahli
bedah, keterampilan ahli anestesi, dan pendidikan. Teknik spinal anestesi ini dipilih
sesuai indikasi serta tidak ada kontraindikasi baik absolut maupun relatif.

Anestesi spinal (intratekal, intradural, subdural, subarakhnoid) itu sendiri ialah anestesi
regional dengan tindakan penyuntikan obat anestesi lokal ke dalam ruang subarakhnoid.
Larutan anestesi lokal yang disuntikan pada ruang subarachnoid akan memblok konduksi
impuls saraf. Cara kerja obat regional ini adalah bergabung dengan protoplasma sel saraf
dan menghasilkan anestesi dengan cara mencegah terjadinya depolarisasi yang
ditimbulkan oleh impuls transmisi. Terdapat tiga bagian saraf yang terblok oleh kerja
obat anestesi regional, yaitu motorik, sensorik, dan autonom. Saraf motorik
menyampaikan pesan ke otot untuk berkontraksi dan ketika di blok, otot akan mengalami
paralisis. Saraf sensorik akan menghantarkan sensasi seperti rabaan dan nyeri ke sumsum
tulang dan ke otak, sedangkan saraf autonom akan mengontrol tekanan darah, nadi,
kontraksi usus dan fungsi lainnya yang diluar kesadaran. Pada umumnya, serabut
autonom dan nyeri (sensorik) yang pertama kali diblok karena kedua saraf ini bersifat
lebih mudah / cepat dianestesi / dirangsang oleh obat-obat anestesi daripada saraf-saraf
motorik, hal itu dikarenakan penampang dari kedua saraf ini mempunyai penampang
yang lebih kecil dan selubung myelinnya lebih tipis dari saraf-saraf motorik. Baru
kemudian serabut motorik yang terakhir. Hal ini akan memiliki timbal balik yang
penting. Contohnya, vasodilatasi dan penurunan tekanan darah yang mendadak mungkin
akan terjadi ketika serabut autonom diblok dan pasien merasakan sentuhan dan masih
merasakan sakit ketika tindakan pembedahan dimulai.

Kelebihan dari pemakaian anestesi spinal, diantaranya biaya minimal, kepuasan pasien,
tidak ada efek pada pernafasan, jalan nafas pasien terjaga, dapat dilakukan pada pasien
diabetes mellitus, perdarahan minimal, aliran darah splancnic meningkat, terdapat tonus
visceral, jarang terjadi gangguan koagulasi. Sedangkan kekurangan pemakaian anestesi
spinal akan menimbulkan hipotensi, hanya dapat digunakan pada operasi dengan durasi
tidak lebih dari dua jam, bila tidak aseptik akan menimbulkan infeksi dalam ruang
subarachnoid dan meningitis, serta kemungkinan terjadi postural headache.

Anestesi spinal merupakan pilihan anestesi pada daerah dibawah umbilikus, misalnya
repair hernia, ginekologi, operasi urogenital dan operasi di daerah perineum dan genitalia.
Anestesi spinal khususnya diindikasikan pada pasien lanjut usia dan pasien dengan
penyakit sistemik seperti penyakit pernafasan, hepar, renal dan gangguan endokrin
(diabetes mellitus). Anestesi spinal dikontra-indikasikan bila peralatan dan obat resusitasi
tidak adekuat, gangguan perdarahan, hipovolemia, pasien menolak, pasien tidak
kooperatif, septikemia, deformitas anatomi, penyakit neurologi, kelainan di daerah
punggung (spondilitis, infeksi kulit), kelianan kardiovaskular (aritmia, hipertensi),
anemia berat, dan kemungkinan akan terjadi komplikasi pasca-operatif, seperti sakit
kepala, meningitis, atau paralisis.

Kontraindikasi absolut pemakaian anestesi spinal yaitu pasien menolak, infeksi pada
tempat penyuntikan, hipovolemia berat, syok, koagulopati (mendapatkan terapi
antikoagulan), tekanan intrakranial tinggi, fasilitas resusitasi minimun, kurang
pengalaman.tanpa didampingi konsultan anestesi. Sedangkan kontraindikasi relatif
diantaranya infeksi sistemik (sistemik,bakteriemia), infeksi sekitar tempat suntikan,
kelainan neurologis, kelainan psikis, bedah lama, penyakit jantung, hipovolemia ringan
dan nyeri punggung kronis.

Pada dasarnya persiapan untuk anestesia spinal seperti persiapan pada anestesi umum.
Daerah sekitar tempat tusukan diperiksa, adakah kelainan anatomis tulang punggung atau
pasien gemuk sekali sehingga tidak teraba prosessus spinosus. Selain itu juga harus
dipersiapkan informed consent, pemeriksaan fisik dan laboratorium yang meliputi
hemoglobin, hematokrit, PT (prothrombine time) dan PTT (paartial thromboplastine
time). Persiapan pre-operasi sangat penting dilakukan, sehingga diharapkan pasien
dipersiapkan semaksimal mungkin dan bila terdapat penyulit dapat dilakukan medikasi
pre-operasi.

Pasien yang telah dijadwalkan untuk pembedahan elektif umumnya berada dalam
keadaan optimal baik fisik maupun mental dengan diagnosis yang definitif dan penyakit
lain yang kadang-kadang menyertainya sudah terkendali dengan baik. Berbeda dengan
penderita emergensi yang memerlukan tindakan bedah darurat baik dengan anestesi
umum atau regional merupakan suatu tindakan yang penuh dengan risiko. Hal ini
disebabkan penderita datang secara mendadak dan pada umumnya berada dalam keadaan
yang kurang baik, waktu untuk memperbaiki keadaan umum terbatas, kadang-kadang
sulit untuk mengatasi penyakit lain dan bahkan memperburuk keadaan.

Premedikasi pada anestesi spinal tidak perlu, namun pada pasien tertentu, dapat diberikan
benzodiazepine seperti 5-10 mg diazepam secara oral yang diberikan 1 jam sebelum
operasi. Agen narkotik dan sedatif dapat digunakan sesuai keadaan. Pemberaian
anticholinergics seperti atropine atau scopolamine (hyoscine) tidak perlu. Antibiotik
profilaksis biasanya di berikan sebelum pasien di operasi. Antibiotik profilaksis yang
diberikan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya infeksi selama tindakan operasi,
antibiotika profilaksis biasanya di berikan 1-2 jam sebelum operasi dimulai dan
dilanjutkan pasca-bedah 2- 3 kali. Pada kasus ini premedikasi yang digunakan adalah
antibiotik profilaksis yang berupa ceftriaxone 1 gram sesuai dengan indikasi pasien.

Agen anestesi lokal dapat berupa molekul berat (hyperbaric), ringan (hypobaric), dan
beberapa isobaric seperti LCS. Larutan hyperbaric cenderung menyebar kebawah,
sementara isobaric tidak dipengaruhi oleh arah. Hal ini akan lebih memudahkan untuk
memperkirakan dari pemakaian agen hyperbaric. Agen isobaric dapat dijadikan
hiperbarik dengan menambahkan dextrose. Agen hypobaric pada umumnya tidak
digunakan. Beberapa agen anestesi local yang digunakan pada anestesi spinal,
diantaranya :

a.       Bupivacaine (Marcaine). 0.5% hyperbaric (heavy). Bupivacaine memiliki durasi


kerja 2-3 jam

b.      Lignocaine (Lidocaine/Xylocaine). 5% hyperbaric (heavy), dengan durasi 45-90


minutes. Jika ditambahkan 0.2ml adrenaline 1:1000 akan memperpanjang durasi kerja.

c.       Cinchocaine (Nupercaine, Dibucaine, Percaine, Sovcaine). 0.5% hyperbaric


(heavy) sama dengan bupivacaine.

d.      Amethocaine (Tetracaine, Pantocaine, Pontocaine, Decicain, Butethanol,


Anethaine, Dikain).
e.       Mepivacaine (Scandicaine, Carbocaine, Meaverin). A 4% hyperbaric (heavy) sama
dengan lignocaine.

Kesimpulan

Anestesi spinal (intratekal, intradural, subdural, subarakhnoid) ialah anestesi regional


dengan tindakan penyuntikan obat anestesi lokal ke dalam ruang subarakhnoid. Larutan
anestesi lokal yang disuntikan pada ruang subarachnoid akan memblok konduksi impuls
saraf. Kelebihan dari pemakaian anestesi spinal, diantaranya biaya minimal, kepuasan
pasien, tidak ada efek pada pernafasan, jalan nafas pasien terjaga, dapat dilakukan pada
pasien diabetes mellitus, perdarahan minimal, aliran darah splancnic meningkat, terdapat
tonus visceral, jarang terjadi gangguan koagulasi. Sedangkan kekurangan pemakaian
anestesi spinal akan menimbulkan hipotensi, hanya dapat digunakan pada operasi dengan
durasi tidak lebih dari dua jam, bila tidak aseptik akan menimbulkan infeksi dalam ruang
subarachnoid dan meningitis, serta kemungkinan terjadi postural headache.

Anda mungkin juga menyukai