Anda di halaman 1dari 13

JH’

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


 Obat merupakan zat atau bahan atau paduan bahan yang digunakan untuk
mencegah, mendiagnosa, menyembuhkan, mengurangi gejala penyakit,
memulihkan kesehatan dan untuk memperbaiki atau memperelok tubuh
(Dinkes, 2013). Berdasarkan sifat pemakaiannya, obat-obat yang tertuang
dalam Formularium Rumah Sakit dibedakan dalam dua jenis yaitu obat gawat
darurat dan obat bukan gawat darurat
Emergency adalah serangkaian usaha-usaha pertama yang dapat di
lakukan pada kondisi gawat darurat dalam rangka penyelamatan pasien dari
kematian.Obat-obat emergency atau gawat darurat adalah obat-obat yang
digunakkiyu trvek.?//./.kl;, jnhgiv gz//’].poan untuk mengatasi situasi gawat
darurat atauuntuk resusitasi/life support.Pengetahuan mengenai obat-obatan
penting sekali untuk mengatasi situasi gawat darurat yang mengancam nyawa
dengan cepat dan tepat.
1.1 Anestesia berasal dari bahasa Yunani anaisthēsia yang berarti tanpa sensasi
(rasa).Dalam dunia kedokteran anestesia diartikan sebagai suatu tindakan
untuk menghilangkan sensasi sesorang dengan atau tanpa menghilangkan
kesadaran.Anestesia perlu dibedakan dengan analgesia di mana analgesia
merupakan keadaan tanpa rasa nyeri sedangkan anestesia meliputi definisi
yang lebih luas, meskipun pada prakteknya anestesia memiliki tujuan utama
menghilangkan rasa nyeri seseorang.Masyarakat awam sering menyebut
anestesia sebagai bius dan anestesia tidak selalu berarti pasien ‘ditidurkan’.

1.2 Rumusan Masalah


Apa itu Anestesi dan Emergency?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui anestesi dan emergency.
1.4 Manfaat
Dapat mengetahui anestesi dan emergency.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Anestesi

Anestesi adalah tindakan untuk membantu pasien tidak merasa sakit selama
prosedur medis dilakukan. Anestesi sering juga disebut sebagai bius dan dapat
diberikan melalui berbagai cara, mulai dari disuntik, dihirup, hingga dioles. Obat
yang digunakan selama proses anestesi akan membuat saraf mati rasa untuk
sementara waktu.

Anestesi dapat digunakan dalam berbagai prosedur medis, mulai dari yang ringan
seperti cabut gigi hingga yang kompleks seperti operasi besar.

2.2 Macam-Macam Anestesia

 Anestesi lokal

Pada prosedur bius lokal ini, pasien tetap sadar selama operasi. Pemberian obat-
obatan hanya akan menghalangi rasa nyeri dan sensasi pada area tubuh yang
dituju. Misalnya, pada prosedur cabut gigi, maka dokter hanya akan melakukan
anestesi di sisi rahang dan gigi yang akan dicabut saja.

 Anestesi regional

Pada anestesi regional, dokter akan memberikan obat-obatan untuk


menghilangkan rasa nyeri dan membuat area tubuh tertentu yang lebih luas
menjadi baal selama operasi. Contoh dari anestesi regional adalah bius yang
digunakan saat persalinan, yang hanya akan membuat kebas area pinggang ke
bawah.

 Anestesi umum (bius total)

Bius total melibatkan pemberian obat bius untuk membuat pasien sepenuhnya
tertidur atau tidak sadarakan diri selama operasi. Pasien tidak akan merasa nyeri
maupun mengingat prosedur. Anestesi umum biasanya digunakan untuk operasi-
operasi besar seperti transplantasi organ.

Anestesi lokal dapat dilakukan oleh setiap dokter yang melakukan tindakan.
Sementara anestesi regional dan umum dilakukan oleh dokter spesialis anestesi.

Sebelum mendapatkan obat bius, pasien juga mungkin akan mendapat obat sedatif
(penenang) dan analgesik (pereda rasa nyeri) sebagai bagian dari anestesi. Teknik
anestesi yang dipilih juga tergantung pada jenis operasi dan kondisi medis pasien.

Anestesi umumnya dilakukan untuk menghalau rasa nyeri dan sensasi pada tubuh,
sehingga memudahkan proses operasi. Tiap teknik pembiusan diperlukan untuk
prosedur mesid yang berbeda-beda pula.

1. Anestesi lokal

Anestesi lokal diperlukan dalam:

 Operasi kecil (minor) yang tidak membutuhkan anestesi umum atau


regional
 Operasi atau prosedur yang cepat, sehingga pasien bisa pulang setelahnya
 Operasi yang tidak memerlukan pelemasan otot atau kondisi pasien tidak
sadar

Pemberian bius lokal juga terkadang tidak memerlukan ruangan operasi. Dokter
bisa memberikannya di ruang pemeriksaan sebelum pasien menjalani tindakan
medis minor.

2. Anestesi regional

Anestesi regional dilakukan bagi operasi yang membutuhkan pemblokiran rasa


nyeri dan sensasi pada area tubuh yang lebih lebih besar. Misalnya, lengan, kaki,
atau perut. Dengan pemibusan ini, pasien dapat tetap sadar selama operasi.

3. Anestesi umum

Bius total menggunakan obat-obatan yang akan membuat pasien tidak sadarkan
diri, tidak merasa nyeri, dan lumpuh untuk sementara sepanjang operasi
berlangsung. Dengan prosedur ini, dokter bedah dapat melakukan tindakan yang
diperlukan tanpa mencemaskan rasa nyeri pasien.

Selain membuat pasien tertidur, anestesi umum juga akan melumpuhkan otot-otot


dalam tubuh termasuk otot pernapasan. Oleh karena itu, pasien memerlukan
ventilator untuk membantunya  bernapas.
Anestesi dilakukan dalam tindakan operasi, baik operasi kecil maupun besar.
Namun tiap operasi membutuhkan jenis pembiusan yang berlainan.

1. Anestesi lokal

Anestesi lokal dibutuhkan dalam:

 Operasi kecil (minor) yang tidak membutuhkan anestesi umum atau


regional, contohnya perawatan akar gigi serta tambal gigi.
 Operasi atau prosedur medis yang tidak butuh waktu lama, dan pasien
dapat pulang setelahnya.
 Tindakan medis yang tidak memerlukan pelemasan otot atau kondisi
pasien tidak sadar.

2. Anestesi regional

Anestesi regional biasanya dilakukan dalam tindakan medis berikut:

 Operasi kandungan, seperti operasi caesar


 Operasi urologi, seperti prostat, kandung kemih, atau organ kelamin
 Operasi umum, seperti hernia inguinal dan ambeien
 Operasi ortopedi, seperti operasi panggul dan kaki
 Operasi ginekologi, seperti operasi pembuluh darah di kaki

3. Anestesi umum

Sementara anestesi umum akan direkomendasikan oleh dokter pada jenis-jenis


operasi yang:

 Membutuhkan waktu yang lama


 Menyebabkan berkurangnya darah dalam jumlah banyak
 Membutuhkan paparan udara dingin
 Mempengaruhi pernapasan, seperti operasi dada dan perut bagian atas

Sebelum menjalani masing-masing anestesi, sederet persiapan berikut umumnya


diperlukan:

1. Anestesi lokal

Dokter atau dokter gigi akan menjelaskan semua persiapan yang perlu dilakukan.
Berikut contohnya:

 Pasien perlu memberitahukan obat-obatan yang sedang dikonsumsi pada


dokter, terutama obat pengencer darah (seperti aspirin atau warfarin).
 apabila ia memiliki kelainan darah atau luka terbuka di sekitar area
anestesi.
 Pasien diminta untuk berpuasa selama beberapa jam sebelum operasi.
 Pasien perlu menghindari konsumsi alkohol pada 24 jam sebelum
pemberian bius

2. Anestesi regional dan umum

Persiapan untuk pasien yang akan menjalani anestesi regional serta anestesi umum
biasanya sama dan bisa meliputi:

 Menginformasikan pada dokter bedah atau perawat apabila memiliki


kondisi tertentu, seperti sedang hamil atau alergi
 Memberitahukan pada dokter mengenai obat-obatan yang dikonsumsi
(termasuk suplemen dan obat herbal), dan riwayat jenis anestesi atau obat
bius yang pernah
 Berhenti konsumsi obat-obatan pengencer darah, seperti
aspirin, ibuprofen, clopidogrel, dan warfarin.
 Menanyakan pada dokter terkait jenis-jenis obat yang bleh dikonsumsi
hingga hari operasi.
 Berhenti me
 Menjalani pemeriksaan dan penilaian preoperatif oleh dokter anestesi.
Langkah ini dilakukan untuk menentukan jenis dan jumlah obat bius yang
akan digunakan.
 Berpuasa (tidak makanan dan minuman) selama beberapa jam sebelum
operasi.
 Mengonsumsi obat-obatan sesuai arahan dokter
 Pada hari operasi, datang tepat waktu di rumah sakit.

2.3 prosedur anestesi

1. Anestesi lokal

Pada anestesi lokal, obat-obatan dapat diberikan dengan cara disuntik, disemprot,
atau dioleskan pada area tubuh yang memerlukannya. Jenis dan dosis obat
tergantung pada usia, berat badan, ada tidaknya alergi, bagian tubuh yang akan
dioperasi, serta kondisi medis pasien.

2. Anestesi regional

Dalam prosedur anestesi regional, obat bius akan disuntikkan di dekat serabut
saraf. Lokasi penyuntikan bisa bervariasi, tergantung pada area yang akan
dioperasi.

Anestesi ini terbagi lagi menjadi tiga jenis, yaitu blok saraf perifer, anestesi
spinal, dan anestesi epidural.
Pada blok saraf perifer, obat bius disuntikkan di dekat serabut saraf spesifik yang
menyuplai nyeri dan sensasi ke area tubuh. Misalnya, tangan, kaki, selangkangan,
atau wajah.

Untuk anestesi epidural dan spinal, obat bius disuntikkan di dekat saraf tulang
belakang. Dengan ini, nyeri serta sensasi ke area tubuh yang lebih besar (perut
bawah, pinggang, dan kaki) akan terblokir.

3. Anestesi umum

Prosedur anestesi umum dilakukan dengan langkah-langkah berikut:

 Dokter akan memasukkan obat anestesi ke pembuluh darah vena lewat


infus di lengan pasien. Obat bius juga sering diberikan berupa gas yang
dihirup oleh pasien melalui masker khusus.
 Ketika pasien sudah tertidur, dokter akan memberikan obat pelemas otot
 Dokter lalu memasukkan selang pernapasan ke dalam mulut hingga
mencapai paru-paru. Selang ini memastikan pasien tetap mendapatkan
cukup oksigen sekaligus melindungi paru-paru dari darah dan cairan lain
(seperti asam lambung).
 Dokter juga dapat menggunakan alat lain, seperti laryngeal airway
mask untuk mengendalikan pernapasan pasien selama operasi.
 Dokter anestesi akan memantau kondisi pasien selama operasi. Jika perlu,
obat bius, pernapasan, suhu, cairan, dan tekanan darah pasien akan diatur
oleh dokter. Demikian pula dengan pbat-obatan tambahan, cairan, dan
transfusi darah.

2.3.1 HAL YANG HARUS DI PERHATIKAN SETELAH ANESTESI


 Anestesi lokal

Pengaruh anestesi lokal biasanya hanya bertahan selama satu jam. Namun pasien
mungkin masih akan merasakan sensasi baal hingga beberapa jam pascaoperasi.

Ketika efek obat bius mulai menghilang, pasien bisa mengalami kesemutan atau
kedutan. Pasien juga akan diminta untuk berhati-hari agar cedera atau luka pada
area operasi tidak terjadi.

 Anestesi regional

Seteah menjalani operasi dengan anestesi regional, pasien perlu tetap berbaring
hingga sensasi kebas hilang dan bisa kembali berjalan.

Pasien mungkin akan mengalami mual dan pusing. Namun efek samping ini akan
hilang seiring berjalannya waktu. Pasien juga bisa merasa lelah sesudah operasi.

Perawat dapat meminta pasien untuk buang air kecil. Langkah ini bertujuan
memastikan bahwa otot-otot kandung kemih pasien bekerja dengan baik.
Pasalnya, anestesi spinal dapat membuat otot lemas dan pasien akan mengalami
kesulitan berkemih. Apabila kondisi ini terjadi dan dibiarkan, infeksi saluran
kemih bisa terjadi.

 Anestesi umum

Pada anestesi umum, pasien akan terbangun dengan rasa lelah, kedinginan, dan
pusing di ruang pemulihan atau ruang operasi. Pasien juga mungkin mengalami
sakit perut, mulut yang kering, nyeri tenggorokan, atau kedinginan hingga efek
obat anestesi hilang.

2.3.2 EFEK SAMPING ANESTESI


1. Anestesi lokal

Anestesi lokal umumnya termasuk prosedur yang aman dan hanya menimbulkan
efek samping ringan. Misalnya, rasa kesemutan ketika efek obat mulai
menghilang.

Akan tetapi, efek samping lain dapat timbul bila obat bius diberikan dalam jumlah
besar. Kondisi ini juga dapat terjadi bila obat yang seharusnya masuk ke jaringan
malah masuk ke dalam pembuluh darah vena.

Efek samping tersebut meliputi:

 Telinga berdenging
 Pusing
 Rasa baal
 Kedutan
 Rasa tidak enak di mulut

2. Anestesi regional

Efek samping anestesi regional biasanya dapat berupa:

 Reaksi alergi terhadap obat anestesi yang digunakan


 Pendarahan di sekitar saraf tulang belakang
 Sulit buang air besar
 Tekanan darah rendah
 Infeksi pada tulang belakang
 Cedera atau kerusakan pada saraf
 Kejang-kejang
 Nyeri kepala hebat

3. Anestesi umum

Sementara efek samping dan komplikasi anestesi umum adalah sebagai berikut:
 Serangan jantung
 Infeksi paru-paru
 Bingung sementara (mental confusion)
 Stroke
 Trauma pada gigi atau lidah
 Alergi obat anestesi
 Hipertermia maligna, yakni peningkatan suhu tubuh dengan cepat dan
kontraksi otot berat
 Kematian (jarang terjadi)
 Terbangun saat operasi (jarang terjadi)

2.4 Pengertia Emergency


Emergency adalah serangkaian usaha-usaha pertama yang dapat di lakukan pada
kondisi gawat darurat dalam rangka penyelamatan pasien dari kematian.Obat-obat
emergency atau gawat darurat adalah obat-obat yang digunakan untuk mengatasi
situasi gawat darurat atauuntuk resusitasi/life support.Pengetahuan mengenai
obat-obatan penting sekali untuk mengatasi situasi gawat darurat yang
mengancam nyawa dengan cepat dan tepat.
Obat-obat yang digunakkan untuk mengembalikan fungsi sirkulasi dan
penanggulangan keadaan gawat darurat lainnya.Tujuan terapi Obat emergency
yaitu untuk obat pada pasien kritis sama pada setiap individu untuk mencapai
efek yang diinginkan dengan meminimalkan efek yang merugikan. Berbagai
faktor dapat mengubah farmakodinamik dan farmakokinetik yang akhirnya
mempengaruhi keefektifan terapi obat.Pengelolaan Obat Emergency Dalam upaya
peningkatan mutu dan keselamatan pasien, rumah sakit wajib memiliki sediaan
farmasi dan alat kesehatan yang dapat digunakan dalam penanganan kasus
emergensi.
2.4.1 Tujuan obat emergency
Tujuan terapi Obat emergency Tujuan terapi obat pada pasien kritis sama pada
setiap individu: untuk mencapai efek yang diinginkan dengan meminimalkan efek
yang merugikan. Berbagai faktor dapat mengubah farmakodinamik dan
farmakokinetik yang akhirnya mempengaruhi keefektifan terapi obat
2.4.2 JENIS-JENIS OBAT EMERGENCY

A.  AntiKoagulan

1. Heparin (Lipo-Hepin, Panheprin) Heparin adalah substansi alami yangerasal


dari hati yang berfungsi untuk mencegah pembentukan pembekuan darah. Mula-
mula dipakai dalam transfusi darah untuk mecegah pembentukan bekuan darah.
Farmakokinetik: Heparin tidak diabsorpsi dengan baik oleh mukosa
gastrointestinal, dan banyak yang dihancurkan oleh heparinase (suatu enzim
hepar) Farmakodinamik: Heparin diberikan untuk ganguan tromboembolik akut,
mencegah pembentukan trombus dan embolisme Dosis : D:SK: 5000 U per6-8
jamIV : 5000-10.000 U/bolus IVA:Infus IV: 50-100 U per 4 jam Pemakaian Dan
Pertimbangan : Untuk tromboembolisme, tidak diberikan IM karena dapat
menimbulkan nyeri dan hematoma Efek Samping : Trombositopenia2) Warfarin
(Coumadin, Panwarfin) Warfarin merupakan antikoagulan yang menghambat
sintesis vitamin K pada hati, sehingga mempengaruhi faktor-faktor pembekuan II,
VII, IX, dan X, Obta ini terutama dipakai untuk mencegah keadaan troboembolik,
seperti tromboflebitis, emboli paru-paru, dan pembentukan emboli akibat firilasi
atrial. Farmakokinetik: Waktu paruh warfarin adalah sampai 3 hari dan sangat
mudah berikatan dengan protein, obat ini memiliki efek kumulatif.
Farmakodinamik: Warfarin efektif untuk terapi antikoagulan jangka panjang
kadar PT (Prothrombin Time) harus berada 1,5-2x dari nilai normal untuk
berfungsi sebagai terapeutik. Dosis :D:PO: 2-10 mg/hariIM:IV: Jarang diberikan
Pemakaian Dan Pertimbangan : Untuk tromboembolisme untuk pencegahan
jangka panjang setelah heparin diberikan Efek Samping.

B. AntiDisritmia

1) Quinidin Sulfat (Cin-Quin)


Dosis: D: PO: 200-400 mgA: PO: 30 mg/kg atau mg/m2 dalam dosis terbagi 5
Pemakaian Dan Pertimbangan : Untuk disritmia atrium, ventrikel dan
supraventrikel. Efek Samping : Mual, muntah, diare, kekacauan mental, dan
hipotensi
2) Prokainamid (Pronestyl,Procan)
Dosis: D: O: 250-500 mg, setiap 4-6 jamSR*: 250 mg-1 g, setiap 6 jam atau 50
mg/kg dalam dosis terbagi 4SR*: Sustained-Releas Pemakaian Dan Pertimbangan
: Hipotensi ringan, peningkatan protein Efek Samping : Depresi jantung ringan,
diare

3) Disopiramid (Norpace)
Dosis : D: PO: 100-200 mg, setiap 6 jamA (4-12 thn): PO: 10-15 mg/kg
Pemakaian Dan Pertimbangan : Untuk disritmia ventrikel, kadar terapeutik serum:
3-8 g/mL Efek Samping: Letih, sakit kepala, pusing

C. Bedah saraf
1. Manitol
Manitol adalah suatu diuretik osmotik dipakai pada keadaan kegawatdaruratan
dan bedah saraf untuk mengobati peningkatan takanan intrakranial, yang bisa
timbul setelah suatu trauma kepala, bedah saraf, dan jenis0jenis patologi
intrakranial lain. Dosis : IV : 12,5-50 g Pemakaian Dan Pertimbangan :
Meningkatkan tekanan intrakranial Efek Samping : 2) Metilprednisolon (Solu-
Medrol) Metilprednisolon adalah suatu obat yang dapat memperbaiki fungsi
sensorik dan motorik pada pasien yang mengalami cedera traumatik medula
spinalis dari 6 minggu sampai 6 bulan setelah cidera. Dosis : IV : Dosis
pembebanan: 30mg/kb dlm 100 mLLNS/RL* ; kemudian 5,4 mg/jam x 23
jamLNS*:Larutan Normal Salin, RL*:Ringer Laktat Pemakaian Dan
Pertimbangan : Cedera medula spinalis akut (dalam 8 jam setelah cedera) Efek
Samping : Hipertensi sementara, Peningkatan tekanan gula darah
D. Jantung
1) Adenosin (Adenocard)
Adenosin adalah obat untuk mengobati takikardi supraventrikular paroksimal
(TSVP), irama yang cepat dan tidak terkendalikan yang terjadinya tiba-tiba.
adenosin memperlambat hantaran impuls melalui atrioventricular (AV) node pada
jantung, memutuskan distritmia sehingga memulihkan irama jantungpada klien
yang mengalami TSVP. Dosis : IV : Mula-mula 6 mg, 12 mg dalam 1-2 menit;
dapat diulangi 12 mg 1x Pemakaian Dan Pertimbangan : Takikardi
Supraventrikular Paroksismal Efek Samping 
 2) Atropin Sulfat
Atropin Sulfat menjadi indikasi untuk pengobatan asistole, blok jantung (mis,
curah jantung rendah, hipotensi), dan bradikardi (denyut jantung lambat) yang
mengganggu hemodinamika jantung. Atropin bekerja untuk meningkatkan denyut
jantung dengan menghambat kerja dari saraf vagus (efek parasimtolitik). Atropin
dipakai juga sebagai obat kegawatdaruratan untuk melawan efek-efek toksik yang
timbul akibat keracunan pestisida organofosfat, yang mencakup bradikardi, dan
sekresi berlebihan. Dosis : IV : SET*: 0,5-1 mg; dapat diulang sampai 2 mg
(maks) SET* : Selang EndoTrakeal Pemakaian Dan Pertimbangan : Bradikardi
Simtimatik, Asistolik Efek Samping : disritmia jantung, takikardi, iskemia
miokardium, gelisah, cemas, midriasis, rasa haus, dan retensi urin.
.3) Bretilium Tosilat (Bretylol)
Bretilium (Bretylol) adalah suatu agen antidisritmia yang dipakai untuk
mengobati takikardi ventrikel dan fibrilasi ventrikel. setelah pemberian bretilium
perawat harus memantau apakah fibrilasi ventrikel klien telah kembali ke keadaan
normal, Dosis : IV : Mula-mula 5 mg/kg, 10 mg/kg setiap 15-30 menit-30 mg/kg
Pemakaian Dan Pertimbangan : Takikardi Ventrikel, Fibrilasi Ventrikel Efek
Samping : peningkatan tekanan darah dan kecepatan denyut jantung diikuti
dengan hipotensi ortostatik.
.4) Epinefrin
Epinefrin ini merupakan hormon yang sebenarnya sudah disintesis sendiri oleh
tubuh yaitu oleh kelenjar suprarenalis bagian medula, akan tetapi pada keadaan
tertentu membutuhkan epinefrin sintesis. Kemasannya adalah ampul 1mg/cc.
Adrenalin sangat berguna pada pasien dengan syok anafilaktik yang ditandai
bronkospasme atau eksaserbasi asma yang hebat; dengan dosis 0,3-0,5mg = 0,3-
0,5 ml adrenalin 1:1000; pada anak-anak dosisnya 0,01mg/kgBB. Di evaluasi tiap
5 menit, pemberian epinefrin dapat diulangi 3 kali. Kemudian jika sudah diulang
3 kali tapi tidak ada respon/ asistole maka lihat pupil, jika sudah dilatasi maksimal
maka usaha dihentikan. Tapi jika miosis maka lanjutkan dengan VTP dan RJP,
jika sudah muncul tensi tapi masih rendah maka dapat dilanjutkan dengan obat-
obatan inotropik. Dosis : IV:SET: 0,5-1 mg; dapat diulangi setiap 5 menit
Pemakaian Dan Pertimbangan : Asistole, Fibrilasi Ventrikel Efek Samping :
Iskemia miokardium dan disritmia jantung
5) Isoproterenol (Isuprel)
Isoproterenol (Isuprel) adalah suatu obat adrenergik beta diberikan untuk
meningkatkan denyut jantung pada klien yang menunjukkan bradikardi
simtomatik refrakter. Dosis : IV: Drip: 2-10 g/menit Pemakaian Dan
Pertimbangan : Bradikardi simtomatik yang tidak berespons terhadap atropin
sulfat Efek Samping : iskemia miokardium, takikardi, dan disritmia
6) Lidokain

Lidokain adalah obat utma yang dipakai untuk mengobatidisritmia ventrikel


(denyut jantung yang tidak teratur), seperti kontraksi ventrikel prematur, takikardi
ventrikel, dan fibrilasi ventrikel. Lidokain mempunyai efek anastesi lokal pada
jantung, sehingga menurunkan iritabilitas miokardium.
Dosis : IV:SET: 1 mg/kg, dapat diulangi 0,5 mg/kg setiap 8 menit-3 mg/kgDrip:
1-4 mg/menit Pemakaian Dan Pertimbangan : Kontraksi ventrikel prematur,
takikardi ventrikel, fibrilasi ventrikel Efek Samping

 7) Morfin Sulfat


Suatu analgesik narkotik, biasanya dipakai untuk mengobati sakit dada yang
berkaitan dengan infark miokardium akut. Juga merupakan indikasi untuk
mengobati edema paru-paru akut. Morfin menghilangkan sakit, memperlebar
pembuluh vena, mengurangi beban jantung. Dosis standar morfin sulfat 2-5 mg
intravena diulang setiap 5-30 menit sampai sakit dada hilang. Perawat harus
waspada akan depresi pernafasan dan hipotensi yang merupakan reaksi yang
merugikan yang sering timbul; pemantauan yang ketat perlu dijalankan. Bisa
diberikan antagonis narkotik nalaxon (narcan) untuk melawan kerja morfin jika
reaksi merugikan yang timbul membahayakan klien. Dosisnya 0,1-0,2 mg setiap
2-3menit seperti indikasi

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
anestesia diartikan sebagai suatu tindakan untuk menghilangkan sensasi
sesorang dengan atau tanpa menghilangkan kesadaran. Anestesia perlu dibedakan
dengan analgesia di mana analgesia merupakan keadaan tanpa rasa nyeri
sedangkan anestesia meliputi definisi yang lebih luas, meskipun pada prakteknya
anestesia memiliki tujuan utama menghilangkan rasa nyeri seseorang.Masyarakat
awam sering menyebut anestesia sebagai bius dan anestesia tidak selalu berarti
pasien ‘ditidurkan’.
Obat-obat emergency atau gawat darurat adalah obat-obat yang digunakan
untuk mengatasi situasi gawat darurat atauuntuk resusitasi/life
support.Pengetahuan mengenai obat-obatan penting sekali untuk mengatasi situasi
gawat darurat yang mengancam nyawa dengan cepat dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.sehatq.com/tindakan-medis/anestesi

https://dokumen.tips/documents/makalah-jenis-obat-emergency.htm

Anda mungkin juga menyukai